Pena Wasiat (Juen Jui Pi) Jilid 15

Ditempat itu hanya terdapat sebuah jalan setapak, tapi asal berjalan dua tiga puluh li lagi, maka akan sampailah didalam bukit.

Cu Siau-hong tidak tahu bagaimana cara mereka hendak menghadapi Ngo tok giok li tapi ia yakin mereka tak akan berhasil menemukan jejak Ui Thong.'

Bila Ui Thong tidak berhasil ditemukan, sudah barang tentu merekapun tak bisa memberikan pertanggung jawabannya kepada Ngo tok giok li.

Bila tiada bertanggungjawab yang bisa diberikan, otomatis urusan tak mungkin bisa diselesaikan secara baik baik.

Biasanya, bila urusan tak bisa diselesaikan secara baik baik, hanya satu cara yang bisa dilakukan yakni menaklukkan Ngo tok giok-li.

Dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya yang sempurna, Cu Siau-hong melewati sebuah kereta kuda dan kabur berhenti menunggu ditepi jalan setelah menempuh perjalanan beberapa li jauhnya.. Kurang lebih seperminum teh kemudian, dua buah tandu kecil itu baru lewat dengan langkah cepat.

Saat itu Cu Siau-hong telah berganti dengan dandanan seorang petani, Jadi ia tampak seperti seorang petani tulen.

Kehadiran Cu Siau-hong ditepi jalan sama sekali tidak memancing perhatian ke empat orang penandu tersebut. tapi Cu Siau-hong telah memperhatikan mereka berempat secara seksama, walapun sudah menempuh perjalanan sejauh ini, ternyata tak setetes keringatpun yang membasahi jidat mereka.

Hal ini membuktikan bahwa ke empat orang tukang tandu tersebut, tak lain adalah orang-orang persilatan yang berilmu tinggi.

Dengan cepatnya tandu kecil itu sudah berjalan lewat.

Cu Siau-hong segera melanjutkan kembali penguntilannya dibelakang tandu-tandu itu. cuma, ia masih tetap mempertahankan selisih jaraknya sejauh sepuluh kaki lebih.

Akhirnya sesudah melakukan perjalanan sekian waktu, tandu tandu kecil itu berhenti di depan sebuah rumah kecil yang terbuat dari batu hijau, dimuka sebuah tebing bukit.

Orang-orang didalam tandu pun turun dari tandu dan masuk ke dalam rumah batu itu.

Cu Siau-hong melirik sekejap sekeliling tempat itu kemudian berkelebat kedepan dan menyelinap kebalik hutan yang lebat disekitar bangunan rumah berbatu itu.

?oooO)d.w(Oooo?

DIPIMPIN oleh Kiau Hui nio masuklah Ngo tok giok li kedalam rumah batu itu. Bangunan rumah batu itu tidak terlalu besar kecuali sebuah ruangan tamu, Cuma terdapat tiga buah ka mar.

Ruang tamu itu diatur sangat rapi dengan perabot yang indah diatas sebuah kursi kebesaran duduklah seorang pemuda tampan berbaju biru.

Sambil tertawa Kiau Hui nio segera berkata:

"Nona mari kuperkenalkan seorang sahabat kepadamu " "Ooooh, siapakah dia?" tanya Ngo tok giok li.

"Dia adalah Ti Kongcu, bila nona ingin mencari Ui Thong maka kau harus minta bantuan dari Ti Kongcu ini" Pelan-pelan Ti Thian hua bangkit berdiri setelah mengamati sekejap wajah Ngo tok giok li tegurnya:

"Nona datang dari Ngo tok bun?" "Benar! Aku bernama Ngo tok giok li"

"Oooh, bolehkah aku tahu siapa namamu yang sebenarnya?"

"Setiap orang menyebut aku sebagai Ngo tok gi?ok li, lebih baik kau sebut pula dengan nama itu"

"Sekarang katakan kepadaku bagaimana caranya untuk bisa berjumpa dengan Ui Thong?"

"Nona" kata Ti Thian hua sambil tertawa, "soal mencari Ui Thong kami telah menyanggupi. "

"Soal ini aku tahu" tukas Ngo tok giok li, "kalau kalian belum menyanggupi, masa aku akan datang kemari" Ti Thian hua segera mengerutkan dahinya, lalu berkata:

"Nona paling tidak pada saat ini kau masih memerlukan bantuanku" "Kau bukan lagi membantuku, kita sudah membicarakan soal harganya, kalian membantuku mencari Dewa pincang Ui Thong dan kuberi obat-obatan untuk kalian"

Kiau Hui nio yang berada disampingnya segera tersenyum, tiba-tiba selanya:

"Ti kongcu bicaralah sendiri dengannya, aku akan pergi menyiapkan sedikit minuman dan makanan"

Ngo tok giok li berpaling dan melirik sekejap kearah Kiau Hui nio, namun ia tidak bermaksud untuk menghalanginya.

"Silahkan duduk, nona!" kata Ti Thian hua kemudian.

Pelan-pelan Ngo tok giok li duduk, sedangkan Gin kiok berdiri dibelakang majikannya.

"Nona dapatkah kau menjelaskan kepadaku, apa maksud nona mencari Ui Thong?` tanya Ti Thian hua kem ud ian.

"Aku tidak tahu, sekalipun tahu juga tak akan kukatakan kepadamu"

"Keras kepala betul nona!"

"Barusan aku telah membicarakan syaratnya dengan kalian, masing-masing pun telah setuju dengan syarat tersebut, aku pikir diantara kita pun tak usah tertanam lagi perasaan terima kasih atau terharu"

Ti Thian hua tertawa ewa, sahutnya:

"Nona, Ui Thong pandai sekali ilmu Ngo heng dan kepandaian aneh lainnya, dalam hal ini aku rasa nona sudah tahu bukan?"

"Tidak tahu, ibuku tak pernah membicarakan soal itu kepadaku" Mula-mula Ti Thian hua agak tertegun, kemudian katanya sambil tertawa lebar:

"Baik! Kalau memang ibumu tak pernah memberitahukan soal ini kepadamu, sekarang dapat kujelaskan dulu secara terperinci"

"Katakan saja, akan kudengar dengan seksama!"

"Ui Thong pandai ilmu Ngo heng dan segala macam alatjebakan, oleh karena itu disekitar tempat tinggalnya juga telah diatur barisan Ngo heng tin yang sangat lihay. sekali salah melangkah, bisa jadi kau akan terjebak didalam barisannya yang lihay itu"

"Apakah didalam barisan itu terdapat barisan jebakan jebakan yang mematikan tanya si nona.

"Tentu saja! malah barisan Ngo heng tin itru sendiripun merupakan sebuah perangkap yang mematikan barang  siapa terperosok kedalamnya, maka sulit bagi orang itu untuk meloloskan diri"

"Masa begitu lihay!"

'Itulah sebabnya, kita harus berhati-hati'

"Aku tak ambil perduli barisan macam apakah itu, akupun tak mau tahu sampai dimana lihaynya alat jebakan yang dimiliki, aku cuma tahu bertemu dengan Ui Thong titik!"

"Oooh.... tentu saja, tentu saja, setelah kami menyanggupi permintaan nona, bagaimana pun juga pasti akan kuusahakan agar kau bisa berjumpa dengan Ui Thong. cuma saja. "'

"Cuma saja kenapa?" "Bukan hari ini!" "Kenapa?"

"Sekarang hari sudah malam, besok pagi-pagi sekali kita berangkat mencari Ui Thong"

"Pagi-pagi besok?"

'Yaa! hari ini udara sudah gelap, kita akan menginap semalam dalam rumah batu”.

"Tidak!" tukas Ngo tok giok li sambil tiba-tiba bangkit berdiri, “jika besok pagi pagi "

"Nona, perkataanku belum selesai" "Nah, cepat katakan '

'Malam ini kita masih harus mempersiapkan barang keperluan" setelah berhenti sejenak lanjutnya:

"Bawa kemari peta tersebut!"

?oooO)d.w(Oooo?

SEORANG dayang baju hijau segera muncul sambil menyerahkan sebuah gulungan kain putih...

Ti Thian hua segera merentangkan gulungan kain putih itu. diatas kain tertera sebuah lukisan pemandangan dan peta.

Lukisan itu menggambarkan sebuah rumah batu yang kecil mungil ditengah sebuah hutan yang lebat, hutan itu diliputi oleh kabut yang cukup tebal .....

Sambil menunjuk kelukisan tersebut, Ti Thian hua berkata:

"Dalam rumah batu itulah Ui Thong berdiam, sekeliling bangunau batu itu merupakan sebuah bangunan ngo heng tin yang sangat lihay" "Aku tidak menemukan sesuatu yang aneh dengan lukisan ini?" kata Ngo tok giok li cepat.

"Jika nona tidak memahami teori barisan Ngo heng khi bun tin, sudah barang tentu tak akan kau jumpai sesuatu yang aneh dalam lukisan tet?sebut"

"Baiklah! Apa yang perlu kita persiapkan sekarang, cepat katakan" Ti Thian hua manggut-manggut lirih katanya:

"Semua barang yang diperlukan sebagian besar telah kusiapkan namun masih ada semacam barang paling penting yang baru dihantar kemari sesudah matahari terbenam nanti?'

"Benda apakah itu?" "Semacam arak obat!"

"Arak obat? Apa gunanya arak obat itu?"

"Disekitar tempat tinggalnya Ui Thong telah menyebarkan semacam kabut yang amat beracun, untuk mencegah agarjangan sampai keracunan kabut itu kita harus minum arak obat tersebut"

"Aku tak perlu minum arak tersebut, jagan lupa aku adalah anggota Ngo tok bun, setiap anggota Ngo tok bun tidak takut terpengaruh oleh racun macam apapun"

"Mungkin saja nona tidak takut, tapi kami merasa takut sekali"

"Jadi kau sedang menunggu arak obat itu"

'Betul! Kami harus menunggu arak obat itu, sehabis minum arak obat, kita baru boleh berangkat'.

"Kalau begitu besok pagi kita baru bisa berangkat" "Maksud nona?" 'Aku harap bisa secepatnya bertemu dengan orang itu, jika malam ini juga dapat berangkat, aku ingin malam ini juga kita berangkat"..

"Boleh saja, menanti arak obat itu sudah dikirim kemari, dan aku sudah meneguk dua cawan, segera kita berangkat untuk menjumpai Ui Thong"

"Baiklah!" kata Ngotok giok-li kemudian sambil manggut-manggut, “kita akan menunggu sampai datangnya obat itu"

Dalam pada itu, dua orang dayang berbaju hijau telah muncul sambil menghidangkan sayur dan nasi. Pelan-pelan Ti Thian hua bangkit berdiri lalu katanya:

"Jika malam ini juga kita hendak berangkat mencari Ui Thong, aku mesi! beristirahat sebentar dulu, silahkan kalian berdua mengisi perut!"

"Apakah kau tidak makan dulu!"

Ti Thian hua menggelengkan kepalanya ia lantas beranjak dan berlalu meninggalkan ruangan itu. Sesungguhnya Ngo tok giok li merasakan perasaan was-was terhadap Ti Thian hua tapi setelah menyaksikan penampilan Ti Thian hu:a yang sopan dan halus segera semua kecurigaannya lenyap tak berbekas.

Ia berpaling dan memandang sekejap kearah Gin kiok lalu bisiknya:

"Aku lihat orang ini tidak terlalu jahat"

"Yaa, sebenarnya aku masih menaruh curiga, tapi sekarang tampaknya ia seperti bukan orang jahat"

“Gin kiok mari kita bersantap" Dari balik sanggulnya Gin kiok mencabut sebatang tusuk konde setelah memeriksa setiap sayur dan hidangan yang ada, dia berkata:

"Nona semuanya tidak beracun" “Bagus sekali mari kita mengisi perut”.

Sesungguhnya kedua orang itu sudah lapar maka tanpa sungkan mereka menyikat hidangan tersebut sementara itu dua orang dayang berbaju hijau tadipun telah mengundurkan diri.

Ketika mereka selesai bersantap, pelan-pelan Kiau Hui nio baru munculkan diri, sapanya: "Kalian berdua sudah selesai bersantap"

"Terima kasih banyak atas pelayanan kalian" sahut Ngo tok giok li.

"Menurut Ti kongcu, malam ini juga kau hendak pergi menjumpai Ui Thong"

"Benar. Aku merasa amat gelisah, gelisah sekali"

"Aaaai Ti kongcu memang orang baik sekali, sekarang ia sudah mulai mengatur perjalanan dan memelihara kondisi, malam nanti dia akan menemani kalian mencari Ui Thong"

"Sebenarnya siapakah orang ini? Mengapa ia bersedia membantu aku?"

Kiau Hui nio segera tertawa.

“Ti kongcu sebetulnya adalah seorang yang sangat baik” "Benar, dia memang seorang yang baik sekali" sahut Ngo

tok giok li sambil mengangguk, “setelah berjumpa dengan Ui Thong nanti, aku pasis akan memberi imbalan besar untuknya”. “Itu mah tidak perlu, kitakan sudah membicarakan syarat, tak usah kau memberi balas jasa lainnya”.

Ngo tok giok li tertawa, Selanya:

"Syarat yang telah disetujui adalah urusan dinas, sedang soal balas jasa adalah urusan pribadi, tidak sepantasnya bila kita cuma teringat urusan dinas dengan mengesampingkan soal pribadi"

Kiau Hui nio menghembuskan napas panjang, katanya kemudian:

"Aku lihat usia nona tidak begitu besar, waktru berkelana dalam dunia persilatan amat pendek, tapi aku lihat kau sangat pandai mengatasi pelbagai persoalan, sungguh membuat orang menjadi kagum"

"Ah locianpwe terlalu memuji" Kiau Hui nio kembali tertawa. "Aku lebih tua beberapa tahun darimu. kalau tidak keberatan silahkan memanggil aku sebagai toa cici saja"

Mendengar perkataan itu Ngo tok giok li segera tersenyum:

"Benarjuga perkataan Cici!"'

Memukul ular mengikuti tongkat, dengan cepat Kiau Hui nio mengganti panggilannya pada nona itu.

"Siau-moay, aku lihat lebih baik kau juga semedi sebentar untuk menjaga kondisi badan"

"Duduk semedi"

"Benar! Bukankah malam nanti kalian hendak mencari Ui Thong? Tak ada salahnya bukan untuk menjaga kondisi badan agar selalu segar. siapa tahu suatu pertarungan seru bakat berlangsung. Nah, baik-baiklah mengatur pernapasan disini" "Aku rasa tak perlu, aku toh mencari Ui Thong bukan mengajak berkelahi"

"Siau moay moay pernahkah kau berjumpa dengan Ui Thong?"

Ngo tok giok li termenung sejenak, lalu menjawab: "Pernah sih pernah cuma waktu itu usiaku masih kecil,

tiada kesan yang terlalu mendalam tentang orang itu, cuma

sebelum datang kemari, ibuku telah melukiskan raut wajah Ui Thong, dalam benakku sekarang sudah terdapat suatu bentuk wajah yang lamat-lamat"

Mendengar Kiau Hui nio menghela napas panjang, ujarnya:

"Siau moay moay terus terangnya saja cici belum pernah berjumpa dengan Ui Thong"

"Ooohh.!"

"Konon Ui-Thong adalah seorang tokoh paling sakti dalam dunia persilatan yang memahami masalah langit maupun bumi, dia seorang manusia genius yang brilian sekali otaknya." Waktu itu Ngo tok giik-li sudah tidak menaruh perasaan was-was lagi terhadap Kiau Hui nio, mendengar itu dia tertawa katanya:

"Toa cici, kalau kau sendiri belum pernah bertemu dengan Ui Thong, darimana kau bisa tahu kalau dia adalah seorang tokoh aneh dalam dunia persilatan?"

Kembali Kiau Hui nio tertawa.

"Adik kecil, walaupun cici belum pernah berjumpa dengan Ui Thong, tapi sudah sering ku dengar tentang orang ini!"

"Apakah mendengarnya dari cerita 'Ti kongcu" bisik Ngo tok giok li lirih. "Benar! Jangan kau lihat usia Ti kongcu masih amat muda, sesungguhnya pengetahuan serta pengalamannya luas sekali. sekarang kau masih belum begitu kenal dengan dirinya, tapi lain waktu bila kalian telah berkenalan, jika mendengar soal dunia persilatan kau akan merasa seakan akan berada dalam alam impian"

"Oooh dikemudian hari aku pasti akan banyak meminta petunjuk darinya ."

Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki manusia berkumandang datang memotong ucapan Ngo tok giok li yang belum selesai.

Ketika mereka berpaling, dilihatnya seorang lelaki berbaju hitam dengan membopong sebuah guci porselen berdiri didepan pintu.

Kiau Hui nio segera melompat bangun dari bangkunya, kemudian menegur lirih: "Kau hendak mencari siapa?"

"Apakah Ti kongcu berada disini?'

Sebilah pedang tersoren dipunggung orang itu, wajahnya kelihatan amat serius. "Ada urusan apa kau mencari Ti kongcu?"

"Menghantar semacam barang"

Pelan-pelan Ti Thian hua berjalan keluar dari dalam ruangan, segera tegurnya. "Sudah jadi obatnya?"

"Sudah...." jawab manusia berbaju hitam itu sambil memberi hormat, “obatnya berada disini, silahkan kongcu untuk memeriksanya”.

Pelan-pelan ia berjalan menghampiri Ti Thian hua dan mempersembahkan isi porselen itu ke tangan sang pemuda dengan hormat.

"Silahkan kongcu periksa!" katanya. Sesudah menerima guci itu, Ti Thian-hua membuka penutupnya dan mengendus sedikit, kemudian manggut manggut:

"Ehmm, betul!"

"Kongcu, kalau begitu hamba mohon diri lebih dahulu" "Baik, maaf kalau tidak kuhantar jauh. bila bertemu

dengan gurumu, jangan lupa sampaikan salam dariku"

"Akan hamba ingat selalu!" dengan langkah lebar laki laki berbaju hitam itu segera berlalu dari sana.

Sambil membopong guci porselen itu Ti Thian hua masuk ke dalam ruangan, meletakkannya, ke meja kemudian ia balik ke ruang belakang.

Ngo tok giok Ii memandang sekejap guci porselen diatas meja itu. lalu bisiknya.

"Cici, apakah isi guci porselen itu adalah bahan obat yang sedang dinantikan Ti kongcu!"

"Agaknya memang benar, aku juga kurangjelas, perlukah kita menengok isinya?'

"Aku ingin sekali menengok apa isi obat tersebut, cuma kita musti minta ijin du lu dari Ti kongcu"

"Baik, akan kubicarakan dengannya..."

Sambil mempertinggi suaranya, Kiau Hui nio segera berseru:

"Ti Kongcu, bolehkah kami melihat isi obat didalam guci porselen ini?".

'Hati-hati kalau melihat, jangan sampai guci itu pecah!" sahut Ti Thian hua dari dalam ruangan.

"Aaah, kau ini! masa guci itu bakal kupecahkan?" 'Perempuan itu lantas beranjak dan mengambil guci itu.

Agaknya dia seperti jauh lebih ingin tahu apa isi guci tersebut daripada Ngo tok giok li sendiri, sambil berjalan  dia membuka penutup guci itu dengan mengendusnya sebentar, kemudian gumamnya:

"Hmm bau aneh apa ini?"

Sementara itu ia sudah semakin mendekati Ngo tok giok li, ketika tiba dihadapannya, guci porselen yang belum ditutup kembali itu diserahkan kepada si nona.

Ngo tok giok li segera memicingkan sebelah matanya untuk mengintip isi guci tersebut, terlihat olehnya kecuali cairan yang kental, tidak nampuk sesuatu apapun.

Karena keheranan dia lantas menempelkan mulut guci itu ke lubang hidung dan mengendusnya kuat-kuat. mendadak terasa ada segulung bau harum yang aneh sekali menerjang kedalam isi perutnya.

Sebagai seorang ahli didalam menggunakan racun, begitu mengendus bau aneh yang menyerang kedalam isi perut, gadis itu segera menyadari kalau gelagat tidak menguntungkan, dengan cepat dia melompat bangun sambil berseru:

"Apakah isi guci ini "

Tapi belum habis perkataan itu, tiba-tiba kepalanya menjadi amat pening, tubuhnya sempoyongan dan terjatuhlah guci porselen itu keatas tanah.

"Traaang...! 'guci itu hancur berkeping-keping sedang cairan kental, yang berbau aneh itu tersebar kemana-mana.

"Nona, kenapa kau ...." seru Gin-kiok cemas, ia segera maju untuk memayang Ngo-tok giok li. Kiau Hui-nio yang sudah bersiap-siap sedari tadi secepat kilat segera melancarkan sentilan maut untuk menotok dua buah jalan darah Gin kiok

"Blaam !" Gin kiok menjadi lumpuh dan roboh terkapar diatas tanah.

Tapi Ngo tok giok li sendiri tidak roboh ke tanah, sebab Ti Thian hua yang sebenarnya sudah masuk kedalam ruangan itu secepat sambaran kilat telah menerjang keluar dan tepat pada saatnya menyambar tubuh gadis itu.

Walaupun jalan darahnya sudah tertotok, mulut Gin kiok masih bisa dipakai untuk berbicara, sepasang matanya melotot besar-besar, kemudian teriaknya.

"Mau apa kalian?"

"Budak cilik kau tak usah berkaok-kaok" seru Kiau Hui nio, “malam ini juga Ti kongcu dan nonamu akan menikah besok kau sudah harus memanggilnya sebagai kohya'

"Perbuatan kalian ini sama artinya dengan mengikat tali permusuhan dengan Ngo tok bun" Kiau Hui nio tertawa.

"Kau masih muda mengerti apa? Malam ini Ngo tok giok li (perempuan racun cilik) akan dikawini Ti kongcu bila beras sudah menjadi nasi besok pagi tanggung mereka akan hidup rukun dan bahagia, sekarang ada baiknya kaupun bersikap sedikit menghormat kepada toanio, siapa tahu kalau aku akan membujuk Ti kongcu untuk sekalian mengambilmu menjadi bini mudanya..."

"Aku tidak mau!"

Kiau Hui nio segera tertawa terkekeh-kekeh.

"Baiklah, kalau tak mau toanio akan mencarikan lelaki lain untuk menjadi suamimu.." "Buncu kami cuma mempunyai seorang putri" kata Gin kiok lagi dingin. “bila kau sampai merusak kehormatannya dan Buncu mengetahuinya, kalian pasti akan dikejar sampai ke ujung langitpun jangan harap kalian bisa lolos dari pembalasan kami"

`Kau ini betul-betul masih ingusan dan tak tahu urusan. Jelek-jelek sang mertua juga musti memandang sang menantu, siapa tahu makin dipandang makin menarik, apalagi Ti kongcu juga ganteng dan pintar, dia tak perlu malu mendampingi si bisa kecil itu, memangnya lo nio yang jadi mak comblang bisa salah pilih!?"

Mendengar perkataan itu, Gin kiok segera menghela napas panjang.

"Aaaai Seandainya Ti kongcu benar-benar mencintai siocia kami, tidak seharusnya ia gunakan cara serendah ini" katanya.

"Ti kongcu adalah seorang lelaki perkasa yang ganteng dan pintar, entah berapa banyak nona cantik yang mencintainya sehingga tergila-gila, asal ia bergaul tiap hari dengan sibisa kecil, lama kelamaan toh akan tumbuh juga cintanya, Cuma kami tak punya waktu lagi untuk menunggu lebih jauh, maka kita akan biarkan mereka menjadi pengantin dulu kemudian baru bersama-sama sembahyang kepada langit"

Gin kiok menghela napas sedih, ia lantas membungkam dan tidak berbicara lagi.

Pihak lawan tak mau dibujuk juga sukar digertak, dalam keadaan demikian Gin Kiok sendiripun merasa kehabisan akal.

Padahal jalan darahnya sekarang sudah tertotok, tubuhnya sama sekali tak mampu berkutik ibaratnya ikan dalam jaring sekalipun besar keinginannya untuk menolong nonanya, hal itu juga tak mungkin bisa dilaksanakan.

Kiau Hui nio kembali tertawa katanya:

“Hey budak cilik, pikirkanlah sendiri, lo nio lagi repot sekarang, tak bisa kulayani dirimu terus menerus!"

Perempuan itu memang amat sibuk, memasang lilin merah, mengatur ruangan, dalam waktu singkat dia telah mendandani ruangan itu hingga tampak amat meriah.

Didalam kamar terdapat sebuah pembaringan besar untuk dua orang, waktu itu Ti Thian hua sedang duduk disitu.

Dalam pada itu Ngo tok giok li telah disadarkan pula oleh semburan obat penawar dari Ti Thian hua tapi diapun sudah menotok kembali jalan darah sepasang lengan dan sepasang kaki gadis tersebut.

Menghadapi seorang tokoh sakti dari Ngo tok bun yang pandai mempergunakan racun, mau tak mau Ti Thian hua harus selalu waspada.

Ngo tok giok li berbaring diatas sebuah pembaringan kayu, setelah racunnya dipunahkan, pelan-pelan ia membuka kembali sepasang matanya.

Begitu sadar dari pingsannya gadis itu segera menjerit keras..

"Hey apa yang hendak kau lakukan atas diriku?"

Dia hendak bangkit untuk duduk, sayangjalan darahnya tertotok sehingga anggota badannya tak mau menuruti perintahnya.

Melihat tingkah laku gadis itu, Ti Thian-hua segera tersenyum, katanya pelan: "Kau baik-baik saja, sama sekali tidak mengalami luka atau cedera apapun ."

"Kau telah menotok jalan darahku?' seru Ngo tok giok li sambil menghembuskan napas panjang.

"Benar!" pemuda itu manggut-manggut.

"Mengapa kau harus mencelakaiku dengan cara seperti ini?"

"Aku hendak meminang nona untuk menjadi istriku, padahal sewaktu kau masih tak sadar tadi, bila aku ingin menggagahi tubuhmu, hal tersebut dapat kulakukan secara mudah sekali"

Ngo tok giok li mendongakkan kepalanya dan memandang sekejap tubuh sendiri setelah mengetahui bahwa pakaiannya masih lengkap dan utuh, dia baru menghela napas panjang.

"Sekalipun kau ingin meminang diriku, bukan dengan cara ini kau meminang seseorang," katanya, "hayo cepat lepaskan aku, mari kita bicarakan secara baik-baik"

"Nona, tampaknya kaupun seorang yang pandai juga mempergunakan akal ....' Kata Ti Thian hua sambil tertawa.

Ngo tok giok li menggigit bibirnya menahan emosi, lalu berkata: "Mengapa kau berkata demikian?"

"Ilmu melepaskan racun dari Ngo-tok-bun tiada keduanya dikolong langit. Konon bisa membunuh dari jarak beberapa kaki tanpa terasa, dalam hal ini aku cukup memahaminya.."

"Jadi kalau begitu, kau merasa sangat takut kepadaku?" Ti Thian-hua segera tertawa. "Daripada dikatakan takut, lebih tepat kalau dikatakan aku amat menyukaimu”

"Hmm! Menyukai aku? dengus si gadis sinis, kita baru bertemu untuk pertama kalinya, berbicarapun baru tiga empat patah kata. tidakkah kau merasa bahwa ucapanmu itu terlalu cepat diutarakan keluar?"

"Nona, didunia ini terdapat orang yang jatuh cinta pada pandangan pertama, pernahkah nona mendengar tentang hal ini?"

"Aku mah pernah juga mendengar tentang soal itu,cuma itu menunjukkan dua orang yang terlibat dalam satu kejadian, tapi didalam hal-hal ini aku toh sama sekali tidak tertarik kepadamu"

"Dalam masalah cinta, kadangkala memang harus disertai dengan sedikit paksaan, nona coba bayangkan sendiri setelah aku berhasil mendapatkan dirimu, apalagi yang dapat dilakukan?"

"Tidak, tidak bisa, kau tak boleh bersikap demikian kepadaku. "

"Mengapa tak boleh?" tukas Ti Thian hua sambil menggelengkan kepalanya berulang kali, "nona bagiku hal ini adalah suatu kesempatan yang sangat baik, coba pikirkanlah sendiri mana mungkin aku akan melepaskan dirimu dengan begitu saja?"

"Berbicara sesungguhnya kesanku terhadap dirimu tidak terlalu jelek bila kau benar-benar ingin mengawini diriku tidak seharusnya kau lukai aku seperti ini"

"Aku tidak bermaksud mencelakaimu, aku Cuma berharap bisa memperoleh dirimu sekalipun akibat dari perkawinan malam ini kau bakal membenciku sepanjang masa, biarlah kutanggung resiko itu seorang diri. !" "Tidak tidak boleh" seru Ngo tok giok li dengan gelisah "bila kau berani meneruskan niatmu mungkin aku benar benar akan membencimu sepanjang masa"

Tiba-tiba Ti Thian hua tidak berbicara lagi, dipeluknya kencang-kencang kemudian diciumnya bibir gadis itu dengan penuh rangsangan hawa napsu.

Ngo tok giok li menjadi gelisah sekali, teriaknya keras keras. "Jangan, jangan jangan "

Tapi dengan suatu kekuatan yang besar Ti Thian hua telah menempelkan bibirnya yang panas diatas bibir Ngo tok giok li, setelah itu menciumnya penuh napsu.

Dalam keadaan jalan darah tertotok, gadis itu sama sekali tidak bertenaga untuk melakukan perlawanan, belum habis dia berbicara, bibirnya sudah disumbat oleh bibir orang.

Itulah suatu ciuman hangat yang amat panjang, kontan saja sepasang pipi Ngo tok giok li berubah menjadi merah padam karena jengah.

Ti Thian hua tertawa lebar, sambil bangkit berdiri katanya lagi. "Nona, dapatkah kau memberitahukan nama kecilmu kepadaku?"

"Tidak!" bentak Ngo tok giok li keras-keras, "hatiku amat membencimu, rasa benciku terhadap dirimu sudah merasuk sampai ketulang sum-sum!"

"Coba pikirkan lagi dengan otak yang dingin!" bujuk Ti Tian hua sambil tertawa, “aku harus mengatur dulu ruang perkawinan kita malam nanti, entah bagaimanapun kesanmu kepadaku, aku tetap akan memaksakan pekerjaan ini secara serius" Tak terlukiskan rasa mendongkol Ngo tok giok li setelah mendengar perkataan itu, dia lantas memejamkan matanya dan tidak menggubris Ti Thian hua lagi.

Melihat itu Ti Thian hua tertawa lebar. ia tepuk pelan sepasang pipi Ngo tok giok-li, kemudian bisiknya:

"Aku akan pergi sebentar, sekarang beristirahatlah dulu untuk menjaga kondisi badanmu buat perkawinan kita malam nanti!"

Sehabis berkata dia lantas membalikkan badan dan keluar dari ruangan.

Menanti bayangan punggung dari Ti Thian hua sudah lenyap dari pandangan, Ngo tok giok li tak kuasa menahan rasa sedihnya Iagi, air mata segera jatuh bercucuran membasahi pipinya.

Tiba-tiba daun jendela dibuka orang, kemudian sesosok banyangan manusia dengan kecepatan luar biasa menerobos masuk kedalam ruangan.

Orang itu tak lain adalah Cu Siau-hong.

Ngo tok giok li segera membelalakkan sepasang matanya lebar-lebar, dengan ketus dia menegur: "Mau apa kau datang kemari?"

"Nona, kita pemah bersua muka” bisik Cu Siau-hong. Ngo tok giok li manggut-manggut.

"Yaa, aku masih ingat denganmu!"

"Nona. begaimana caraku untuk menolong kau?" "Kau benar-benar ingin menyelamatkan diriku?"

"Benar, waktu yang tersedia untuk kita tidak terlalu banyak" "Baik! tolong bebaskan dulu jalan darah diatas tubuhku"

Cu Siau-hong mengiakan, dia lantas menepuk bebas jalan darah ditubuh gadis tersebut.

Begitu bebas dari pengaruh totokan, Ngo tok giok li membereskan pakaiannya yang kusut, lalu mendekati pintu dan memanteknya dari dalam.

Setelah itu dia baru mendekati jendela, membukanya lebar-lebar dan melompat keluar.

Selama ini Cu Siau-hong hanya mengawasi terus gerak geriknya, ia menjumpai gerak gerik gadis itu masih tetap normal, biasa dan tenang ini membuktikan kalau kecerdasan dan kondisi badan gadis itu setelah bebas dari totokan telah pulih kembali seperti sedia kala.

Dari langkah tubuhnya itu, Cu Siau-hong juga menemukan bahwa kakinya memang sedikit pincang, Cuma pincangnya belum terlalu parah sehingga bila tidak diperhatikan dengan seksama, memang agak sulit untuk dilihat.

Meskipun otaknya berputar, Cu Siau-hong sama sekali tidak berhenti, tiba-tiba ia melayang keluar dari ruangan itu lewat jendela. Sementara itu Ngo tok giok li sudah berada dibalik semak belukar lebih kurang tiga kaki jauhnya dari rumah batu itu. Buru-buru Cu Siau-hong menyusul ke sana, dengan cepat mereka berdua menyembunyikan diri ke balik semak belukar yang tebal.

Sepanjang jalan mereka tidak bercakap-cakap, menanti tubuh mencapai beberapa ratus kaki, Ngo tok giok Ii baru menghentikan langkahnya seraya berkata:

"Katakan, balas jasa apa yang kau butuhkan atas pertolongan ini?" "Balas jasa ?"

"Kalau kau tidak membutuhkan balas jasa, mengapa kau selamatkan diriku ?” tukas Ngotokgiokli.

Dengan cepat Cu Siau-hong menggelengkan kepalanya berulang kali.

"Aku tidak membutuhkan balas jasa apa-apa, tapi aku memohon kepada nona asal mengabulkan sebuah permintaanku"

“Apa permintaanmu itu?”

"Aku hanya berharap agar kau melupakan pertolongan yang kuberikan kepadamu hari ini, jangan beritahukan kejadian ini kepada siapapun juga. Nah, selamat tinggal!"

Seusai berkata dia lantas membalikkan badan dan berlalu dari situ.'

'Berhenti!" buru-buru Ngo tok giok li berseru.

Mendengar teriakan itu, Cu Siau-hong merasa amat terkejut, cepat-cepat bisiknya:

"Jangan berteriak nona, kalau caramu berbicara sekeras ini, niscaya mereka akan terpancing datang”

Tiba-tiba Ngo tok giok li tersenyum.

"Aku tidak takut kepada mereka, apakah kau takut sekali?"

"Yaa, aku memang merasa agak takut!" jawab Cu Siau hong sambil menghela napas panjang. Tampaknya dia memang merasa rada kuatir jika Ti Thian hua sampai mengetahui jejaknya.

Sekali lagi Ngo tok-giok-li menghela napas panjang. "Aaai....! Kau amat jujur dan suka berterus terang, semula aku mengira kau akan menjawab tidak takut!"

"Kenapa?'

"Sebab sebagian besar kaum pria gemar sekali berlagak sok gagah dan pemberani dihadapan perempuan"

"Aku bukan seorang enghiong, juga bukan orang gagah, maka aku tak mampu untuk berlagak gagah seperti mereka"

'Sambutlah!' seru Ngo tok giok-li tiba-tiba tangan kanannya diayunkan kemuka, sebutir pil segera melayang ke depan.

Dengan wajah tercengang dan tidak habis mengerti Cu Siau-hong menyambut pil itu, kemudian tanyanya. "Buat apa obat ini?"

"Untuk memunahkan racun dalam tubuhmu!" "Kau. ?'

"Maaf, sekali dipagut ular sepuluh tahun takut dengan tali, aku telah melepaskan racun ke dalam tubuhmu"

Sekilas perasaan sedih menghiasi wajah Cu Siau-hong, tapi sebentar kemudian telah lenyap tak berbekas, dia lantat manggut-manggut.

"Terima kasih banyak nona"

"Kau tidak membenci kepadaku itu sudah lebih dari cukup, buat apa musti berterima kasih kepadaku?"

Cu Siau-hong segera menelan pil pemunah itu kedalam perutnya, kemudian katanya lagi:

"Nona walaupun kau memiliki pelbagai macam ilmu melepaskan racun yang sangat lihay, tapi jumlah mereka terlalu banyak, lagipula semuanya merupakan bajingan bajingan tua yang banyak pengalaman dan lebih licik dari rase, mereka sudah mengetahui kalau kau pintar menggunakan racun akhirnya toh kau sendiri yang tak akan mampu mengalahkan mereka, bila sampai terjatuh ketangan mereka untuk kedua kalinya ."

"Bukankah kau masih bisa datang untuk menyelamatkan diriku lagi?" sambung Ngo tok gi-ok li cepat.

"Tidak, sebentar lagi aku harus pergi meninggalkan tempat ini"

Ngo tok giok li manggut-manggut.

"Sayang aku tak bisa segera pergi meninggalkan tempat ini" katanya.

"Kenapa?"

"Demi Gin Kiok, aku dan dayangku itu sudah hidup bersama semenjak kecil, semuanya aku pu dua orang dayang, yang seorang Gin kiok dan yang lain bernama Kim hong, sekalipun hubungan kami adalah majikan dan dayang, tapi hubungan batin kami lebih erat daripada kakak dan adik, bagaimanapun juga aku harus menolongnya dari tempat itu"

"Oooh !"

"Kalau toh kau merasa takut terhadap mereka akupun tak akan menahan dirimu terus menerus"

"Aku minta nona bisa baik-baik menjaga diri, kalau begitu aku akan memohon diri lebih dulu"

"Hey aku masih ada satu pertanyaan hendak diajukan kepadamu"

"Katakanlah nona!" "Siapa namamu?" "Maaf pada saat ini aku tak bisa memberitahukan namaku kepada diri nona!"

"Oooh.... ! Dikemudian hari apakah kita masih sempat berjumpa muka lagi?"

"Entahlah tapi selama gunung nan hijau, air tetap mengalir, bila ada jodoh kita pasti akan saling bersua kembali"

Mencorong sinar tajam dari balik mata Ngo-tok giok li ditatapnya wajah Cu Siau-hong lekat-lekat lalu berkata:

"Aku mempunyai obat mujarab yang bisa memunahkan pelbagai pengaruh racun jahat!"

"Terima kasih banyak nona, dewasa. ini aku masih belum membutuhkan obat tersebut"

"Kalau begitu, jika merasa amat membutuhkannya, silahkan datang ke Ngo tok bun diwilayah Siang see untuk mencari aku" sambung si nona cepat.

Cu Siau-hong segera tersenyum.

"Kalau begitu kuucapkan banyak terima kasih dulu atas kebaikan hati nona" katanya.

"Aku bernama Kiat Hi hoa..."

'"Ehmm sebuah nama yang menarik hati!"

Tiba-tiba pemuda itu membalikkan badannya dan berlalu dari situ dengan langkah lebar.

Kiat Hi hoa ingin sekali memanggil Cu Siau-hong dan menyuruhnya balik kehadapannya, tapi dia merasa tiada perkataan yang bisa dibicarakan lagi.

Cepat sekali langkah kaki Cu Siau-hong, sementara Kiat Hi hoa masih ragu-ragu, bayangan tubuh si anak muda itu sudah lenyap dari pandangan mata. Melihat itu, Kiat Hi hoa cuma bisa menghela napas panjang, dia lantas membalikkan badannya dan berjalan balik ke arah bangunan rumah berbatu itu..

Tempat yang dilalui adalah sebuah hutan yang cukup lebat, Kiat Hi hoa berjalan dengan hati-hati sekali.

Lebih kurang lima puluh kaki kemudian, tiba-tiba ia mendengar suara pembicaran dari Ti Thian hua berkumandang datang:

'Budak ini cepat amat larinya!"

"Hmm! ' Kiau Hui nio mendengus dingin, “siapa suruh kau tidak menuruti perkataan lo-nio. itik yang sudah matang tidak dilahap, sekarang ia terbang kembali ke udara. Sudah banyak kejadian aneh pernah kusaksikan, belum pernah kujumpai lelaki bodoh seperti kau. Dengan susah payah menggunakan segala akal muslihat menangkap seorang gadis muda. bukan dilihat malahan dibiarkan menggeletak dalam kamar hanya untuk mengatur kamar pengantinlah, meja sembahyanganlah hmm! sekarang kamar pengantinnya sudah sudah siap, kemana perginya sang pengantin perempuan?'

Mendengar omelan tersebut, Ti Thian hua menghela napas panjang.

"Aaai nyonya muda, sekarang bukan waktunya untuk melepaskan tembakan meriam bertubi-tubi, sepantasnya kalau kita cari dulu sampai ketemu, kemudian baru berbicara lagi.

"Jadi maksudmu?"

"Lebih baik matikan saja keinginan itu! Tidak mungkin kita bisa menangkapnya hidup-hidup lagi, tapi kitapun tak boleh membiarkan dia kabur dengan begitu saja, kita musti mencari akal untuk melenyapkan jiwanya dari muka bumi" "Tidak boleh "

"Kenapa tidak boleh" tukas kiau Hui nio lagi, "kau adalah seorang lelaki romantis yang sudah tersohor namanya dalam dunia persilatan, seorang jago yang berpengalaman dalam bermain perempuan, masakah kau benar-benar sudah jatuh hati kepada Ngo tok giok li" 

"Benar aku memang benar-benar sudah jatuh cinta kepadanya, itulah sebabnya aku tak ingin memperkosa dirinya secara brutal, aku ingin mengatur kamar pengantin dan meja sembahyangan, tak lain adalah ingin menunjukkan bahwa hatiku benar benar terpikat kepadanya"

"Betul-betul aneh! Tidak kusangka kalau manusia seperti kaupun bisajatuh hati kepada seorang perempuan. Huuuh ! Aku lihat kau bukan betul-betul jatuh hati, agaknya kau cuma merasa perasaan sebelum berhasil mencicipi badannya, bukan begitu?"

"Aaah, aku sendiri juga tidak bisa menerangkan gerangan yang sebenarnya telah terjadi, pokoknya terhadap dia, aku menaruh suatu perhatian yang aneh, suatu perasaan yang tak pernah kualami terhadap perempuan lain"

"Aduuh sedari kapan sih, kau si lelaki hidung bangor telah berubah menjadi ahli cinta romantis."

Ti Thian hua kembali menghela napas panjang.

“Aaai.... Hui-nio. terus terang saja kukatakan memang tidak sedikit perempuan yang pernah kujumpai, tapi baru untuk pertama kali ini aku betul-betul jatuh cinta kepada seorang gadis"

Mendadak terdengar Kiau Hui nio berseru dengan suara dingin: "Hayo cepat lepaskan nonamu, aku lihat nyalimu makin lama semakin bertambah besar"

Waktu itu Ngo tok giok li berada dibalik semak belukar yang amat tebal, pepohonan yang rimbun serta dedaunannya yang lebat telah menghalangi pandangannya kedepan, ia tak bisa menyaksikan perbuatan kedua orang  itu tapi menangkap pembicaraan mereka berdua secara jelas, agaknya pada waktu itu Ti Thian hua sedang memegang sesuatu tempat yang berada di tubuh Kiau Hui nio.

Terdengar Ti Thian hua tertawa terbahak-bahak. "Lepaskan dulu tanganmu itu, orang lain takut

kepadamu, Ouyang Siong tak bakal jeri kepadamu jika kau berani memegangi tubuhku sehingga ketahuan dirinya, tanggung kau bisa diberi kesulitan yang tak sedikit jumlah nya"

Sesungguhnya Ngo tok giok li yang bersembunyi dibalik semak belukar itu berhasrat untuk meracuni kedua orang itu tapi setelah mendengar pembicaraan yang berlangsung antara Ti Thian-hua dengan Kiau Hui nio itu, tiba-tiba timbul semacam perasaan aneh yang tak bisa dilukiskan dengan kata-kata dalam hati kecilnya dia berpikir:

"Walaupun orang ini jahat, agaknya rasa cintanya kepadaku amat serius, dia bersungguh sungguh. "

Terbayang bagaimana tubuhnya yang masih suci bersih telah digerayangi olehnya, bahkan bibirnya yang tak pernah disentuh lelaki lain telah dicium dengan hangat, perasaaanya semakin bertambah gundah.

Perasaan gadis memang amat sensitip sekali biasanya antara benci dan cinta, dendam dan sayang hanya dibedakan oleh suatu titik yang kecil sekali. Begitulah perasaan Kiat Hi hoa pada saat ini dia sendiripun tak bisa membedakan apakah ia sebetulnya membenci atau mencintai si anak muda itu'

Tapi begitu teringat kembali akan perbuatan Ti Thian hua terhadap Kiau Hui nio, dalam hati kecilnya kembali muncul suatu perasaan muak dan kesal yang sangat tebal.

Ia mencoba untuk memperhatikan dengan seksama, dirasakan suara yang ditimbulkan kedua orang itu cukup ribut sekali, entah apa yang sedang mereka lakukan dibalik semak belukar itu.

Pelan-pelan Ngo tok giok li bangkit berdiri, sesudah menghembuskan napas panjang ia beranjak menuju ke bangunan rumah batu itu.

Ia mulai menyadari bahwa kepandaian melepaskan racun dari Ngo tok bun cukup memiliki kekuatan yang besar untuk menciutkan hati orang lain, iapun lantas merasa bahwa daripada menolong rekannya secara sembunyi-sembunyi, jauh lebih baik mendatanginya secara terang-terangan untuk meminta kembali Gin kiok.

?oooO)d.w(Oooo?

SEMENTARA itu Cu Siau-hong belum pergi terlalu jauh, ia sendiripun menyembunyikan diri dibalik semak belukar sambil mengamati gerak gerik Ngo tok giok li.

Ia sangat berharap gadis itu mau segera pergi, meninggalkan tempat itu, sebab menurut anggapannya, asal Ngo tok giok li sudah pergi meninggalkan tempat itu maka merekapun tak akan berani mencelakai Gin kiok.

Dalam dunia persilatan dewasa ini belum ada sesuatu organisasipun yang suka mengikat tali permusuhan dengan perguruan Ngo-tok bun yang tersohor karena keganasannya itu..

Sebab siapa saja tahu, bila permusuhan sampai terjadi, mereka akan makan tidak enak tidurpun tak tenang, setiap saat selalu kuatir dirinya diracuni orang.

Tapi Cu Siau-hong merasa sangat kecewa, ia sudah menunggu hampir satu jam lamanya akan tetapi Kiat Hi hoa belum juga menampakkan diri, sadarlah pemuda itu bahwa dugaannya keliru. Ngo tok giok li terlalu berkeras kepala, juga terlalu percaya pada kekuatan sendiri, oleh sebab itu ia telah mendatangi kembali musuh-musuhnya itu.

Dalam keadaan demikian. ia tak bisa menduga bagaimana akibatnya? Tapi ia tak dapat menunggu lebih jauh, dia harus berusaha keras untuk menyusup kedalam organisasi tersebut, ia tak bisa melepaskan kesempatan yang begitu baik untuk menjadi muridnya Ouyang Siong sehingga mempermudah gerak geriknya untuk melakukan suatu penyelidikan.

Karena itu setelah mengambil keputusan pemuda itupun berangkat meninggalkan hutan dan balik kekota Siang yang...

Setiap tindak tanduknya ini dilakukan sangat rahasia dan berhati-hati, kecuali Ngo-tok giok li seorang boeh dibilang tiada orang kedua yang tahu kalau peristiwa tersebut mempunyai sangkut pautnya dengan dia.

Setibanya di kota Siang-yang, ia tetap balik kembali ke rumah penginapan semula.

Waktu itu malam hari sudah menjelang tiba, saat setiap rumah sedang memasang lampu.

Sekembalinya ke dalam kamar, Cu Siau-hong duduk bersemedi     sebentar     untuk     mengembalikan  kekuatan badannya, lalu membaringkan diri ke ranjang untuk beristirahat.

Pemuda ini sangat berhati-hati dalam setiap tindak tanduknya, setelah yakin kalau perbuatannya tidak diketahui orang lain, iapun tidur semalam dengan nyenyak.

Keesokan harinya Cu Siau-hong mengunci diri didalam kamarnya tanpa meninggalkan pintu barang selangkahpun, bahkan sarapannya pun ia perintahkan pelayan untuk menghantar sampai dikamar.

Ia berusaha keras untuk mengurangi penampilannya dihadapan umum.

Terhadap persoalan yang menyangkut diri Kiat Hi hoa, ia telah bertekad untuk cuci tangan dan tidak mencampuri lagi.

Begitulah sehari semalam berikutnya dia lewatkan dalam keadaan demikian, mengurung diri di dalam kamar dan tak pernah keluar dari pintu barang selangkahpun.

Malam itu kembali dilewatkan dengan aman, keesokan harinya pagi-pagi sekali Cu Siau-hong telah mempersiapkan diri secara baik-baik.

Ia mengenakan sebuah jubah panjang berwarna biru yang telah dipersiapkan jauh hari sebelum-nya dengan mengenakan topi berwarna putih yang hampir menutupi sebagian besar wajahnya, kemudian berangkatlah pemuda itu menuju kejalan raya sebelah utara langsung ke Liong siang pu ceng.

Usianya belum besar pengalamannya dalam dunia persilatan juga tidak terlalu matang tapi begitu turun kedunia persilatan secara beruntun telah menjumpai beberapa orang tokoh aneh dari pelbagai pengalaman yang aneh pula. Kesemuanya itu sangat bermanfaat dan membantu bagi penambahan pengalamannya membuat pemuda itu belajar berpikir mempertimbangkan dan menganalisa setiap masalah sebelum melakukannya.

Apalagi dia dasarnya memang cerdik dan berbakat bagus ditambae pula pengetahuannya yang cukup luas hal mana membuat semua keputusannya betul-betul luar biasa sekali.

Ketika fajar baru saja menyingsing pintu gerbang Liong siang pu ceng masih tertutup rapat-rapat, ia tidak mengetuk pintu tapi berjalan mengitari sekeliling Liong siang pu ceng tersebut.

Cukup dilihat dari bentuk luar bangunan yang disebut Liong siang pu ceng ini dapat diduga bahwa toko kain tersebut benar-benar adalah sebuah toko yang besar sekali.

Kedua belah sisinya, dibatasi oleh jalan raya dengan satu bagian bersambungan dengan bangunan lain sedang bagian yang lain berhadapan dengan sebuah lorong kecil.

Diam-diam Cu Siau-hong menganalisa letak bangunan tersebut, ia beranggapan bahwa gedung besar ini adalah sebuah gedung dengan tiga bagian yang terbuka lebar.

Setelah mengamati sekeliling bangunan tersebut Cu Siau hong berjalan kembali kedepan pintu gerbang toko kain Liong siang pu ceng tersebut.

Waktu itulah, pintu gerbang telah dibuka lebar seorang lelaki setengah umur berbaju biru yang berdandan sebagai pelayan toko muncul dari balik gedung.

Belum sempat orarg itu menegur Cu Siau-hong telah maju menjura sambil menyapa. "Toako terimalah salam hormatku" Manusia berbaju biru kelihatan agak tertegun, kemudian katanya:

"Kau adalah '

"Aku si pengemis kecil bernama Lim Giok, ingin berjumpa dengan Ouyang cianpwe"

Orang berbaju biru itu segera mendengus dingin:

"Hmm! Majikan kami she Phoa ditempat ini tak ada pelayan yang berasal dari marga Ouyang"

"Aku si pengemis kecil datang dari Kay-pang ada urusan penting yang hendak dilaporkan. "

Orang berbaju biru itu menggelengkan kepalanya melarang Cu Siau-hong berbicara lebih jauh, kemudian bisiknya:

"Adakah seseorang yang menguntil kedatanganmu!" "Tak  ada  yang  menguntil  kedatangan  aku  si pengemis

kecil  sudah  diutarakan  secara  cermat  dan  rahasia" Orang

berbaju biru itu mengamati sekejap sekeliling tempat itu, kemudian serunya:

"Cepat masuk!"

Cu Siau-hong mengiakan, dengan cepat dia menyelinap masuk kedalam gedung besar itu.

Orang berbaju biru itu berdiri diluar pintu se?tengah harian lamanya, kemudian baru membalikkan badan dan ikut masuk kedalam rumah..

Waktu itu Cu Siau-hong, telah menunggu di balik pintu gerbang. Setelab menutup pintu depan orang berbaju biru itu baru bertanya: "Kau ingin berjumpa dengan Ouyang cianpwe?" "Benar! Aku dengan dia orang tua sudah mengadakan janji sebelumnya"

Orang berbaju biru itu segera manggut-manggut. "Baiklah! Kalau begitu ikutilah aku masuk ke dalam!"

Cu Siau-hong diajak masuk kedalam sebuah gedung yang terletak pada lapisan yang ketiga, ditengah sebuah kebun kecil berdiri dua orang manusia.

Kedua orang itu bukan lain adalah Ouyang siong yang berjubah hijau berjenggot panjang serta Kiau Hui nio yang genit.

Kedua orang itu berdiri ditengah kebun, sepintas lalu seakan-akan lagi menikmati keindahan bunga, padahal mereka sedang berbicara dengan suara lirih.

Baru saja orang berbaju biru itu mengajak Cu Siau-hong melangkah masuk dari pintu halaman. Ouyang Siong dan Kiau Hui nio telah memalingkan kepalanya kearah mereka.

"Menjumpai tuan majikan!" orang berbaju biru itu segera menjura.

Kiranya Ouyang Siong adalah majikan dari toko kain Liong siang pu ceng tersebut.

Setelah mengamati Cu Siau-hong sekejap, Ouyang Siong mengulapkan tangannya seraya berkata kepada orang berbaju biru itu:

"Periksa keadaan diluar, lihatlah adakah seseorang yang menguntil sampai disini, kalian harus berjaga-jaga dengan waspada dan berhati-hati, bila menjumpai seseorang yang mencurigakan, segera datang kemari memberi laporan kepadaku..

Orang berbaju biru itu segera membungkukkan badan memberi hormat, kemudian mengundurkan diri dari situ. Sedang Cu Siau-hong sendiri langsung maju beberapa langkah ke depan dan jatuhkan diri berlutut.

Ouyang Siong tidak mencegah perbuatannya itu, juga tidak berkata apa-apa, menanti pemuda itu sudah selesai melakukan penghormatannya, ia baru berkata:

'Bangunlah kau!"

Cu Siau-hong segera mengiakan sambil bangkit berdiri, lalu menyingkir kesamping dengan tangan diluruskan ke bawah.

Dengan sepasang mata yang tajam Kiau Hui-nio mengamati wajah Cu Siau-hong, dari atas sampai kebawah, seakan-akan dari atas wajahnya itu dia ingin mencari sesuatu.

Tapi Cu Siau-hong hanya berdiri dengan tenang dan kepala tertunduk, karena dua orang itu tidak buka suara, maka diapun tidak mengucapkan apa-apa

Seperminum teh sudah lewat tapi suasana masih tetap hening sepi dan tak terdengar suara apapun.

Keadaan semacam ini benar-benar merupakan sebuah ujian yang amat berat, tiada suara bentakan tiada juga kilatan senjata, tapi dibalik keheningan yang mencekam justru terlintas hawa napsu membunuh yang amat tebal dan mengerikan.

Sepasang mata Cu Siau-hong selalu tertuju keujung kakinya, tak pernah ia mendongakkak kepalanya.

Padahal hawa murninya telah dihimpun kedalam  seluruh badannya guna bersiap-siap menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan, bila mana Ouyang Siong atau Kiau Hui nio melakukan suatu tindakan yang mencurigakan maka dia akan segera melancarkan serangan balasan.

Sekalipun begitu pemuda itu bersikap amat tenang, sedemikian tenangnya sehingga Ouyang Siong maupun Kiau Hui nio yang sangat berpengalamanpun tidak berhasil menjumpai sesuatu yang mencurigakan.

Akhirnya Ouyang Siong mendehem pelan memecahkan keheningan yang mencekam, tegurnya: "Lim Giok mengapa kau tidak berbicara?"

'Boanpwe menyesal sekali..." "Kenapa?"

"Mungkin boanpwe sudah tak bisa bercokol lagi di dalam tubuh Kay-pang. "

"'Apakah Tan Tiang kim sudah mulai mencurigai gerak gerikmu?"

"Apakah Tan Tiang lo sudah menaruh curiga kepadaku atau tidak, sampai kini boanpwe masih belum tahu, tapi yang jelas Yu Lip itu si Toucu dari kantor Siang-yang sudah mencurigai gerak gerikku"

"Yu Lip? Bagaimana mungkin dia bisa "

"Dia menitahkan diriku untuk melaksanakan suatu tugas" tutur Cu Siau-hong, "tapi aku tidak melaksanakan secara baik, rupanya hal ini diketahui anggota Kay-pang lainnya dan segera melaporkan kejadian ini kepadanya"

"Tugas apa yang ia perintahkan untuk kau laksanakan?" tanya Kiau Hui nio tiba-tiba. "Mengawasi gerak-gerik Ngo tok giok li"

"oooh.... Jadi kau telah kehilangan jejak Ngo tok giok li?" "Bukan kehilangan jejak, melainkan aku telah menunda waktu pengejarannya"

"Jelaskan lebih terperinci!" perintah Ouyang Siong. "Baik! Yu toucu memerintahkan diriku untuk menguntil

ngo-tok giok li, tapi aku pergi membeli pakaian lebih dahulu, ketika balik kembali ternyata sudah tetlambat, Ngo tok giok li sudah meninggalkan loteng Wang kang lo dan entah kemana perginya, yang lebih celaka lagi ketika aku sedang membeli pakaian ini telah ketahuan anggota Kay pang lainnya"

"Ooooh...?"

"Itulah sebabnya ketika Yu toucu bertanya kepadaku, mula-mula aku berhasil mengelabuhinya dengan kata-kata yang bohong, siapa tahu kebohonganku berhasil dibongkar tengah hari kemarin, oleh sebab itulah pagi-pagi sekali boanpwe sudah berangkat kemari"

"Bila kau mempunyai kesempatan untuk meloloskan diri, kenapa semalam tidak langsung kemari?" sela Ouyang Siong.

"Hari ini adalah hari ketiga, meskipun tecu amat gelisah namun tidak berani bertindak secara gegabah" Ouyang Siong lantas manggut-manggut.

"Bagus sekali, bagus sekali! Sekarang apa rencanamu selanjutnya?"

"Jika licoanpwe hendak membatalkan janji yang dulu, terpaksa tecu harus berkelana dalam dunia persilatan dan menyelamatkan diri ke ujung dunia sana"

"Anggota Kay-pang tak terhitung jumlahnya, ketajaman mata dan pendenagran merekapun luar biasa, mampukah kau meloloskan diri dari pengejaran mereka?" "Tecu tidak rela untuk menyerahkan diri dengan begitu saja, yaa apa boleh buat lagi, terpaksa aku harus pergi beradu nasib"

Mendengar itu Ouyang Siong segera tertawa terbahak bahak.

"Haaahhh haaahhh haaahhh bangun... bangun, kau telah melakukan penghormatan besar dengan mengangkat diriku sebagai gurumu, mulai detik ini kau sudah terhitung murid perguruanku"

Sambil tertawa Cu Siau-hong segera bangkit berdiri, katanya:

"Terimakasih banyak atas kesediaan locianpwe untuk menerima diriku sebagai murid"

"Ouyang Siong berpaling dan memandang Kiau Hui nio kemudian katanya:

"Dia adalah nona Kiau cepat memberi hormat kepadanya?"
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar