Pena Wasiat (Juen Jui Pi) Jilid 02

Pelan-pelan kakek berbaju abu-abu itu berpaling ke arah nona baju hijau itu, kemudian tegurnya: "Siapa yang telah membunuh kumbang-kumbang ku?"

Tiong Ling-kang tak dapat membungkam terus, sebelum gadis itu menjawab, ia telah berkata. "Aku yang membunuhnya, tapi kejadian tersebut bukan suatu kesengajaan!"

Sekilas senyuman pedih melintas di wajah kakek itu, tapi sesaat kemudian hawa pembunuhan yang amat tebal telah menyelimuti seluruh wajahnya, ia menegur:

"Kenapa? Kenapa kau bunuh mereka? Kumbang kumbangku tak pernah melukai orang, merekapun tak pernah meninggalkan daerah seluas seratus kaki dari hutan ini, kenapa kau datang kemari dan membunuh mereka !"

Agak tersipu Tiong Leng Kang menghadapi kejadian itu, kembali ia menarik nafas panjang.

Belum pernah kujumpai ada orang memelihara kumbang, maka akupun tidak menyangka kalau kumbang kumbang tersebut ada pemiliknya, setelah kulakukan kesalahan ini tentu saja aku pula yang akan menanggungnya, nah apa permintaanmu? Katakan saja" "Kau tak akan sanggup mengganti kumbang-kumbang itu" kata kakek berbaju abu-abu itu. Bukankah kau adalah Ciangbunjin dari Bu khek-bun?

"Benar, aku adalah Tiong Leng Kang!"

Demi kumbang-kumbang dan bunga racun itu, tujuh delapan tahun harus ku buang dengan percuma, kini kau telah membunuh se paruh diantaranya dalam sekejap mata, memangnya kau anggap hanya kata-kata maaf sudah dapat menyelesaikan persoalan ini?"

Begini saja, beritahu kepadaku kumbang-kumbang itu kau dapatkan dimana, akan ku utus orang untuk mendapatkannya kembali.

Dengan kedudukannya yang terhormat sekarang, menahan sabar dan merendahkan diri bukan suatu perbuatan yang gampang.

Akan tetapi kakek berbaju abu-abu itu masih juga menggelengkan kepalanya berulang kali. "Tidak bisa" katanya dingin.

Lantas apa yang harus kulakukan agar menjadikan kau puas?

"Hanya ada satu cara, yakni menghidupkan kembali kumbang-kumbangku yang telah mati!"

"Oh, kalau itu permintaanmu lebih baik aku menyerah saja, sebab aku tak akan mampu untuk melakukannya"

"Maka dari itu hanya ada satu jalan saja yang dapat kau tempuh."

"Coba kau katakan !"

"Mati! Membayar kematian untuk kumbang kumbangku. Ucapan tersebut amat datar dan tenang sedemikian tenangnya sehingga akan mendatangkan suatu kesan bagi yang mendengarnya bahwa kejadian tersebut sesungguhnya bukan suatu kejadian aneh.

"Ai, hanya lantaran beberapa ekor kumbang kau lantas menghendaki nyawa manusia apakah kau tidak merasa bahwa permintaanmu itu terlampau berlebihan."

Tang Cuan menjadi tak tahan, tiba-tiba ia menyela: "Locianpwee, mana bisa kau bandingkan nyawa

beberapa ekor kumbang dengan nyawa manusia?"

Itu menurut jalan pemikiranmu, tapi bagi pandangan lohu, justru kumbang-kumbang itu lebih menyenangkan daripada manusia.

Tang cuan masih ingin mengucapkan sesuatu lagi, tapi setelah dilihatnya Tiong Ling-kang memandangnya dengan wajah dingin seperti menegur kelancangannya, terpaksa ia telah kembali kata-kata berikutnya.

Tiong Ling-Kang menghembuskan napas panjang, pelan pelan ujarnya:

"Saudara, selain membayar kematian kumbang-kumbang itu dengan kematian pula, masih adakah cara lain yang bisa kuterima?"

Kakek itu menggelengkan kepalanya ber-ulang kali.  "Kau tak bisa menghidupkan mereka kembali, tak dapat

pula mengganti kumbang sebanyak ini kepadaku, bicara pulang pergi hanya satu jalan ini saja yang tersedia bagimu"

Tiong Ling-kang tertawa.

"Aku tidak mengerti soal kumbang, tapi aku pikir kumbang  itu  bukan  suatu  jenis  binatang  yang  aneh atau mahal harganya, asal kuminta bantuan beberapa orang temanku, mungkin saja mereka dapat menolongku"

"Oya?"

"Kuakui bahwa kata-katamu ada betulnya juga, kumbang-kumbang itu pun bernyawa, mereka tidak terbang melukai orang, tapi akulah yang telah melukai mereka, akulah yang bersalah dalam hal ini maka akupun berharap agar kau bisa memberi batas waktu tiga bulan kepadaku. sampai waktunya kumbangkumbangmu yang telah mati pasti akan kuganti dengan kumbang-kumbang hidup"

"Tiga bulan?"

"Yaa, tiga bulan, aku percaya pasti dapat mengganti segerombolan kumbang baru"

Si nona berbaju hijau yang selama ini membungkam, tiba-tiba ikut menyela dari samping:

"Ouyang pekhu, kalau memang dia yakin dalam tiga bulan bisa mengganti kumbang-kumbang itu, apa salahnya jika kita beri kesempatan tiga bulan kepadanya?"

"Dia tak akan mampu untuk menggantinya!" kata kakek itu tegas.

"Empek Ouyang, kabulkanlah permintaan mereka, orang ini adalah seorang ketua perguruan, tak nanti dia akan kabur"

Kakek berbaju abu-abu itu termenung sebentar kemudian katanya:

"Baiklah! memandang di atas wajahmu kukabulkan permintaannya, tapi kau musti bantu diriku untuk membicarakan syarat dengannya." Menanti bayangan punggung kakek berbaju abu-abu itu sudah jauh dari pandangan. nona berbaju hijau itu baru menghembuskan nafas panjang, katanya:

"Aneh sekali, rupanya kau adalah seorang jago yang kenamaan dalam dunia persilatan"

"Ah cuma nama kosong belaka, tak dapat dipercaya"

Belum pernah kutemui dia bersikap sesungkan ini terhadap seseorang yang telah mencelakainya: "Mencelakainya? Aku "

"Kau telah membunuh kumbang-kumbangnya, sama pula artinya telah mencelakai dirinya."

"Nona, pentingkah kumbang-kumbang itu baginya??" "Penting sekali, dia harus menggantungkan kumbang-

kumbang itu untuk diambil madu racunnya."

Tiba-tiba gadis itu merasa telah salah berbicara, tiba-tiba ia menghentikan pembicaraannya ditengah jalan:

"Nona, siapakah nama orang tua tadi? Dapat kah kau memberitahukan kepadaku?" Nona berbaju hijau itu menggelengkan kepalanya.

"Orang lain hanya menyebutnya sebagai Ouyang sianseng!"

"Ouyang sianseng" gumam Tiong Leng Kang lirih.

"Eeh. kau adalah orang Bu khek-bun?" nona berbaju hijau itu menegur.

"Aku adalah ciangbunjin dari Bu-khek-bun tinggal di perkampungan Ing-gwat-san-ceng yang tak jauh letaknya dari sini, dalam tiga bulan mendatang aku pasti akan mengirim sendiri kumbang-kumbang tersebut, nah sampai jumpa. "Eeh eeeh tunggu dulu, mau kemana kau cari kumbang kumbang tersebut??" bisik si nona.

"Kumbang-kumbang itu bukan sejenis binatang yang berharga, aku rasa tidak susah untuk menemukannya bukan??"

"Keliru besar kalau kau beranggapan demikian, kumbang itu bukan binatang yang bisa dijumpai di dataran Tionggoan, biar ingin mendapatkan kumbang dari jenis tersebut, kau mesti pergi jauh ke wilayah See ih, pulang pergi paling tidak membutuhkan waktu sepuluh bulan atau setengah tahun, aku jadi heran ketika kau memberi janji waktu selama tiga bulan untuk mengganti kumbang kumbang tersebut"

Tiong Leng Kang mengernyitkan alis matanya.

"Nona, sekalipun kumbang semacam itu jarang ditemui di dataran Tionggoan, tapi aku percaya di atas bukit yang terpencil dan jauh dari keramaian masyarakat pasti dapat ditemukan kumbang semacam itu"

Si nona baju hijau itu kembali menggelengkan kepalanya.

"Tentu saja berbeda sekali, sebab kumbang yang ini adalah kumbang dari jenis yang istimewa dan langka sekali, mereka mempunyai tingkat kecerdasan yang luar biasa"

"Oya?"

"Sikap Ouyang sianseng terhadapmu memang sudah cukup sungkan, seingatku belum pernah ia sesungkan ini terhadap orang lain"

"Kalau begitu, ia telah menaruh sikap yang menguntungkan bagiku?" "Benar, tapi jika kau melanggar janjimu dan dalam tiga bulan mendatang kumbang-kumbang itu tidak kau ganti, maka saat ini sukar dibicarakan lagi, sebab selama hidupnya ia paling benci terhadap orang yang tidak memegang janji"

Tiong Leng Kang termenung kembali sesaat, lalu katanya:

"Nona, kumbang-kumbang itu tidak mencari madu, mana buas lagi, Ouyang sian-seng memelihara merekapun atas dasar suatu kegemaran, seandainya kumbang-kumbang itu tak mampu kuganti, pasti akan kusiapkan hadiah yang tak ternilai harganya untuk minta maaf kepadanya, apakah nona bersedia membantuku dengan mengucapkan sepatah dua patah kata indah kepadanya?"

Nona berbaju hijau itupun termenung sejenak sebelum menyahut:

"Sebenarnya aku mengira dia pasti akan marah besar setelah menyaksikan kau membinasakan begitu banyak kumbangnya, di luar dugaan ia tidak marah, cuma kau musti mengerti hubungan antara dia dengan kumbang kumbang peliharaannya itu besar sekali, bukan suatu kegemaran atau hobby saja seperti apa yang kau katakan barusan.

Jangan dilihat nona itu masih kecil, ternyata pandai sekali ia berbicara maupun memberi keterangan. Tanpa sadar Tiong Liog kang lantas berpikir:

"Antara perkampungan Ing-gwat-san-ceng dengan bukit Liong Tiong san cuma selisih belasan li, kenapa aku tidaktahu kalau ada seorang-jago lihay

Berpikir demikian, diapun berkata. "Nona dapatkah kau memberitahu kepadaku apa hubungan penting antara kakek itu dengan kumbangkumbang pemeliharaannya?"

Ia memelihara kumbang-kumbang itu lantaran ingin menolong orang"

"Menolong orang? Siapa yang ditolong?" Seru Tiong Ling-kang agak tertegun.

Nona berbaju hijau itu menghela napas panjang.

"Aaaai aku tak dapat berbicara lagi, terlalu banyak sudah yang kubicarakan denganmu"

"Aaai kalau begitu perbuatanku ini adalah suatu perbuatan yang amat berdosa"

"Aku lihat, kau pastilah seorang yang dihormati dan disegani dalam dunia persilatan?"

"Tidak berani, itu semua berkat kesediaan teman-teman persilatan untuk mempercayai diriku"

"Semoga saja kaupun tak akan mengingkari janji yang telah kau ucapkan tadi"

Tiong Leng Kang manggut-manggut.

"Nona, seandainya apa yang kau ucapkan benar, bila aku gagal mendapatkan kumbang-kumbang itu

dalam hutan terpencil di wilayah Tionggoan, tiga bulan kemudian aku pasti akan datang untuk menebus dosa"

"Tiga bulan terlalu lama, lebih baik datang saja setengah bulan kemudian, aku bisa membicarakan persoalan ini dengannya dalam setengah bulan ini disaat ia sedang amat gembira"

"Baiklah. kalau begitu kuucapkan banyak terima kasih atas bantuan nona" Semoga kau bisa pegang janji dan sekali lagi kemari dalam setengah bulan mendatang'

"Baik, kita tetapkan dengan sepatah kata itu, apapun terjadi pokoknya setengah bulan kemudian kau pasti akan datang kemari lagi"

"Eeeh kalian tinggal di perkampungan apa?" "Perkampungan Ing-gwat san-ceng!"

"Bila... bila dalam sepuluh hari mendatang sudah ada kabar, aku dapat mencari kalian"

Sesungguhnya terdapat banyak sekali persoalan yang mencurigakan mencekam perasaan Tiong Ling-kang, tapi semua persoalan hanya disimpan dalam hatinya, ia berusaha untuk menahan diri.

"Dapatkah kau memberitahukan kepadaku siapa namamu?" kedengaran nona berbaju hijau itu berkata sambil tertawa.

"Tiong Ling-kang!"

"Dan dia?" tanya nona berbaju hijau itu sambil  menunjuk ke arah Cu Siau-hong. Tiong Ling-kang melirik muridnya sekejap lalu tersenyum.

"Dia bernama Cu Siau-hong, seorang muridku" katanya. "Bila kau datang memenuhi janji nanti, dapatkah kau

membawa serta muridmu itu?"

"Baik!" jawab Tiong Ling-kang setelah termenung sebentar, "aku akan mengajaknya datang bersama, soal Ouyang sianseng tolong bantulah aku!"

"Aku dapat membantu dengan segala kemampuan!"

Sebenarnya Tiong Leng Kang amat gembira dan bersemangat, akan tetapi setelah mengalami kejadian tersebut, kegembiraannya menjadi hilang, dengan membawa Tang Cuan sekalian mereka keluar dari hutan.

Sikapnya yang keren den serius, membuat Tang Cuan, Cu Siau-hong dan Tiong it-ki tak berani banyak berbicara meski banyak persoalan yang sebenarnya ingin mereka tanyakan.

Ke empat ekor kudapun dilarikan kembali ke perkampungan Ing-gwat-san-ceng

Ternyata Tiong Ling-kang tidak membawa mereka pulang ke perkampungan Ing-gwat-san-ceng, mereka telah menghentikan perjalanan.

Tempat itu letaknya di tepi sungai kecil, rumput yang hijau dan air yang jernih membuat suasana disitu terasa nyaman.

Ketika Tiong Leng Kang menghentikan kudanya, Tang Cuan bertigapun ikut berhenti, namun mereka bertiga masih saja tidak berani berbicara.

Tiong Leng Kang menghembuskan nafas panjang katanya:

"Ilmu Hwe-sian-thiat lian-hoa yang kugunakan tadi dari lambat menjadi cepat dan bertahan dalam suatu jangka waktu yang tidak pendek, apakah kalian telah melihatnya semua?"

"Melihat sih sudah" jawab Tiong It-ki, Tapi tidak kuketahui bagaimana cara penggunaannya. "Dan kau?" tanya Tiong Leng Kang sambil mengalihkan sinar matanya ke arah Tang Cuan. Tecu sangat bodoh, hanya memahami sepertiga sampai seperempat belaka ....

"ltu sudah termasuk bagus.! " kata Tiong Leng Kang. "Tecu hanya berhasil menebak sedikit jalan nya gerakan."

Tiong Leng Kang manggut-manggut. "Ehmm, semuanya memang sangat baik" Setelah termenung sebentar, dia melanjutkan:

Thiat-lian hoa merupakan ilmu perguruan yang  diketahui setiap orang, aku tak dapat hanya mewariskannya kepada kalian bertiga saja, mulai besok secara umum akan kupelajarkan kepada semua murid Bu-khek-bun, cuma ilmu Hwe-sian-jiu-hoat ini merupakan ciptaanku sendiri, kepandaian itu bukan bisa dipelajari hanya berdasarkan ketekunan, tenaga dalam yang sempurna serta ilmu silat yang sempurna, jika kecerdasan seseorang tak dapat mencapai dalam suatu tingkatan tertentu, maka selamanya jangan harap bisa mempelajari kepandaian ini, ibaratnya melukis harimau tak jadi malah jadi anjing, bukan intisari kepandaian itu bisa diketahui, rahasia malah ketahuan orang, itu baru repot. makanya, setelah kuperhatikan kecerdasan dari dua belas orang, dapat kuketahui bahwa cuma kalian bertiga saja yang bisa mempelajari kepandaian ini, maka kuputuskan untuk mewariskan. kepada kalian bertiga."

Setelah berhenti sejenak, ia melanjutkan: "Tang Cuan, menurut pendapatmu apakah perbuatanku ini termasuk suatu perbuatan pilih kasih?"

Dengan hormat Tang Cuan menjura, sahutnya

"Untuk menjaga nama baik Bu-khek-bun, ilmu silat kita harus lebih maju dan lebih hebat, sebagai pimpinan perguruan tentu saja suhu berhak untuk mengambil keputusan demikian, aku percaya merekapun dapat memaklumi tindakan suhu ini" Tiong Ling-kang mendongakkan kepalanya dan menghembuskan napas panjang.

"Sesungguhnya aku memang tidak bermaksud lain dengan perbuatanku ini" tapi dalam perguruan kita masih ada dua orang yang kecerdasannya di bawah kalian bertiga, bila mereka mengetahui kejadian ini, pastilah akan timbul perasaan dengki dan kurang senang terhadap keadilan ini"

"Suhu maksudkan ji-sute dan kiu-sute?" tanya" Tang Cuan.

"Benar, dua orang itulah yang kumaksudkan!"

"Jangan kuatir suhu, bila ada waktu tecu pasti akan menjelaskan persoalan ini kepada mereka"

"Sesungguhnya bakat mereka tidak selisih banyak bila dibandingkan kalian, cuma sayang loji tidakjujur dan licik, lo-kiu berbau sesat dan tindak tanduknya kurang mencerminkan sikap seorang ksatria, itulah sebabnya aku tak berani mewariskan kepandaianku kepada mereka"

"Oooh .. rupanya suhu telah mengetahui kejadian ini, kenapa tidak..." Tiong Leng Kang gelengkan kepalanya sambil menukas:

"Sebentar lagi kalian akan tamat belajar, loji itu amat cerdas, dia ingin menggunakan kau sebagai contoh, rupanya pilih kasihku ini telah meningkatkan kewaspadaan mereka, ai! Nama besar Bu-khek-bun yang mulai dikenal dalam dunia persilatan bukan didapatkan secara gampang, aku berharap kalianlah yang akan mengangkat serta lebih mencemerlangkan nama baik perguruan kita, aku tak ingin sebelum tamat belajar telah mengusir mereka dari perguruan"

"Semoga saja cinta kasih serta kebijaksanaan suhu dapat diresapi oleh mereka" tiba-tiba Cu Siau-hong menyambung. -oOo>d’w<oOo-

TIONG Leng Kang tertegun. "Siau-hong, apa maksudmu. "

"Tecu hanya mempunyai suatu firasat, sulit untuk mengutarakannya keluar"

Dengan tajam Tiong Leng Kang mengawasi wajah Cu Siau-hong sekejap, ia tidak bertanya lebih jauh tapi berpaling ke arah Tang Cuan sambil serunya.

"Tang Cuan, setelah tamat belajar nanti, sebagai murid tertua kaulah yang akan memikul tanggung jawab berat atas kejayaan Bu-khek-bun, ketahuilah dimanapun kehadiranmu sama ibaratnya dengan kehadiranku sendiri"

Tang Cuan segera bertekuk lutut dan memberi hormat, sahutnya:

"Tecu tahu tugasku berat, sayang kecerdasanku terbatas harap suhu bersedia banyak memberi petunjuk"

"Bangunlah!"

Tang Cuan segera bangun dan berdiri disamping dengan hormat.

"Setelah tamat belajar nanti, kuberi kekuasaan kepadamu untuk menjalankan peraturan perguruan, awasi terus gerak gerik Loji dan Lokiu selama tiga tahun, jika menemukan tindak tanduk mereka tidak benar atau pikiran mereka nyeleweng dari ril kebenaran, wakililah aku untuk minta kembali kepandaian mereka"

"Tecu terima perintah!" Tiong Leng Kang memandang sekejap wajah Tiong It-ki dan Cu Siau-hong, kemudian menambahkan: "Dan kalian harus membantu toa su-hengmu"

Cu Siau-hong dan Tiong It-ki segera mengiakan

"Baik, sekarang perhatikan baik-baik ilmu Hwe sian-jin hoat ini!" kata Tiong Leng Kang.

Kali ini ia tidak melepaskan senjata rahasianya secara sungguhan, tapi melakukan semua gerakan dengan pelan sambil menurunkan rahasia serta keterangan yang diperlukan.

Tang Cuan bertiga sudah pernah menyaksikan kehebatan dari ilmu senjata rahasia tersebut maka semua orang memusatkan perhatiannya untuk mendengarkan dengan seksama.

Tiong Ling-kang membutuhkan waktu selama satu jam lebih untuk menjelaskan rahasia itu, kemudian sambil tertawa baru manggut-manggut dan mengajak ketiga orang muridnya kembali ke perkampungan.

Di tengah jalan, Tang Cuan masih teringat selalu dengan perkataan dari nona berbaju hijau itu, segera bisiknya:

"Suhu, benarkah kita akan mencari kumbang kumbang itu untuk dikembalikan kepada mereka?"

Tang Cuan mengiakan dan tidak berbicara lagi.

Sekembali ke perkampungan Ing-gwat-san-ceng, sang surya telah jauh condong ke barat.

Buru-buru Cu Siau-hong menuju ke istal kuda, tapi di sana tak dijumpai seorang manusia pun lo-liok si penjaga istal telah pergi entah kemana. Sementara ia sedang terkejut bercampur keheranan, dilihatnya pengurus rumah tangga keluarga Tiong sedang berjalan mendekat.

Dia adalah pelayan tua sejakjaman Bu-khek-buncu generasi yang lalu, tahun ini telah berusia enam puluh lebih, tapi tubuhnya masih sehat dan suaranya masih keras dan lantang.

Ketika dilihatnya Cu Siau-hong, ia segera menghampiri sambil menegur dengan lantang: "Siau-hong. mau apa kau datang kemari?"

"Congkoan, kau jumpa empek Liok yang menjaga istal kuda?"

Ong congkoan menghela napas panjang.

"Aaaai begitu baik orang itu, siapa tahu kalau secara tiba-tiba terserang penyakit parah dan tak bisa  melewati satu siangan!"

"Satu siangan pun tak bisa dilewati" Maksudmu dia telah meninggal dunia ?"

"Benar! jam enam terserang penyakit, tak sampai tengah hari telah menghembuskan napasnya yang terakhir, aaai! nasib manusia memang sukar diduga, rejeki dan bencana tak bisa diminta"

Cu Siau-hong merasa dadanya seolah-olah di hantam dengan martil berat, perasaannya amat bergetar keras, tanpa sadar ia bergumam:

"Hal ini mana mungkin? Kemarin dia masih sehat walafiat!"

"Tadi pagi ini diapun masih memberi makan semua kuda, sewaktu aku datang mengontrol kemari ia masih sehat dan tidak menunjukkan apa-apa, tapi lewat satu jam kemudian kutemui wajahnya telah berubah menjadi hijau membesi, peluh dingin membasahi sekujur badannya, bicarapun sudah tidak jelas lagi"

"Ini tak mungkin bisa terjadi!"

Ong Congkoan segera menghela napas, katanya "Siau hong, ini benar-benar telah terjadi, semuanya merupakan kenyataan, harap kau suka mempercayainya"

"Dimana layonnya sekarang?"

"Telah dikubur, ia hidup sebatang kara tanpa sanak  tanpa keluarga, maka pesan hujin agar layonnya segera dimasukkan ke dalam peti mati, dengan dipimpin olehku semua anggota perkampungan telah memberi penghormatan terakhir kepadanya, bahkan hujin datang pula memberi penghormatan, kurang lebih tengah hari tadi, jenazahnya telah dibawa keluar perkampungan dan dikebumikan"

Cu Siau-hong berdiri termangu-mangu, mukanya layu dan penuh diliputi kesedihan, iapun tampak bingung dan tidak habis mengerti, seakan akan belum dapat menerima kenyataan tersebut

Ong congkoan mengerutkan dahinya, tiba-tiba ia menegur:

"Siau-hong, tampaknya kau amat sedih, kenapa? Apakah antara kau dengan Lo-liok. "

Cu Siau-hong terperanjat, kewaspadaannya segera ditingkatkan, dengan cepat wajahnya putih kembali seperti sedia kala. katanya:

"Oh. Tidak, Boanpwe sering datang mencuci kuda, aku merasa cocok sekali dengan empek Liok maka kematian yang   menimpa   dia   orang   tua   secara   tiba-tiba   amat menyedihkan hatiku, seakan akan membuat aku seperti kehilangan sesuatu....

Ong congkoan segera tertawa.

"Lo-liok jarang sekali berbicara dengan orang, tampaknya kau memang pandai bergaul.."

"Congkoan, jenasah Liok lojin kau kebumikan dimana?" "Kenapa? Kau hendak bersembahyang di depan

pusaranya",

"Dia orang tua amat mengerti tentang kepandaian berkuda, banyak pengetahuan tentang kuda ia wariskan kepadaku sungguh tak nyana ia telah berpulang dengan begitu saja, boanpwe merasa sudah sepantasnya untuk menyambangi kuburannya sebagai pelimpahan rasa duka citaku"

"Kau lebih banyak bersekolah daripada yang lain, ternyata caramu berpandangan-pun jauh berbeda dengan orang lain, Lo-liok dikebumikan di atas Che san po kurang lebih dua li di barat perkampungan, kuburan baru itu dapat kau jumpai dari kejauhan"

"Terima kasih banyak atas petunjuk Ong congkoan" buru-buru Cu Siau-hong memberi hormat.

Setelah bersantap malam, Cu Siau-hong berganti pakaian dan berangkat meninggalkan perkampungan Ing-gwat-san ceng.

Sudah sepuluh tahun lebih ia berdiam di sana, muka kuburan baru itu dengan cepat berhasil ditemukan.

Tempat itu merupakan tanah pribadi perguruan Bu-khek bun, bukit Che san po nan hijau dengan pepohonan yang rindang. ternyata kini bertambah dengan sebuah kuburan baru. Sekalipun kuburan itu tidak terlalu besar, tapi merupakan satu satunya kuburan yang ada di sana.

Di depan kuburan masih sisa abu kertas yang amat banyak, tampaknya Ong cong-koan telah membakar banyak uang kertas di depan kuburan itu.

Seorang kakek yang berkelana dalam dunia persilatan hidup tanpa sanak tanpa keluarga, setelah mati diapun bisa menerima penghormatan semacam ini sesungguhnya hal ini sudah cukup lumayan baginya, tapi dalam hati Cu Siau hong selalu tersimpan semacam perasaan yang aneh, ia selalu merasa bahwa Lo-liok bukan manusia sembarangan.

Sekalipun kuburan baru terbentang di hadapannya tapi Cu Siau-hong masih tidak percaya bahwa ia benarbenar telah mati.

Waktu itu senja telah tiba, Cu Siau-hong segera menjatuhkan diri berlutut di depan kuburan itu seraya berbisik.

"Locianpwe, kau adalah seorang manusia aneh yang luar biasa, kitab pemberianmu sebagaimana yang telah kau pesan telah kubakar sampai habis kali ini aku sengaja datang ke depan kuburan untukmu memberi tahukan soal ini kepadamu. "

Ia menengadah dan menghembuskan napas panjang, katanya lagi:

"Kemarin aku masih mendapat pelajaran darimu, hari ini kita harus dipisahkan oleh dunia yang berbeda bila arwah locianpwe dialam baka dapat mengetahuinya, terimalah salam penghormatanku ini.

Dengan penuh penghormatan ia menjalankan penghormatan besar sebanyak tiga kali di depan kuburan Sekalipun ia menjalankan penghormatan dengan penuh kesungguhan namun didalam hatinya masih tetap tak bisa menerima kenyataan tersebut, ia tetap tidak percaya kalau Lo-liok telah tiada.

Untuk membuktikan hal tersebut kini hanya tersedia satu jalan, yakni membongkar kuburan.

Keinginan itu segera muncul dalam hati Cu Siau-hong, tapi ia tak berani bertindak gegabah, sebab seandainya Lo liok benar-benar telah tiada, itu berarti ia telah bertindak kurang hormat kepadanya.

Apalagi peristiwa itu tentu akan diketahui oleh gurunya, bila sampai begitu gurunya pasti akan menanyakan alasannya, dan waktu itu dia akan menjadi susah sendiri karena mengaku tak bisa, tidak mengaku juga, tidak usah.

Akhirnya setelah berpikir sekian lama Cu Siau-hong membatalkan rencananya itu.

Hari telah gelap lampu-lampu mulai dipasang dalam perkampungan Ing-gwat-san-ceng. Sudah setengah jam lebih Cu Siau-hong berlutut di depan kuburan baru itu.

Tiba-tiba dari kejauhan ia mendengar ada orang berseru dengan suara rendah dan berat "Jit sute"

Dengan perasaan terkejut Cu Siau-hong melompat bangun, ketika ia berpaling maka tampaklah Tang Cuan sambil bergendong tangan sedang berjalan menghampirinya.

Setelah membersihkan debu dari tubuhnya, dengan langkah cepat Cu Siau-hong menyongsong kedatangannya, ia menyapa:

"Toa suheng, ada apa kau kemari ?" Tang Cuan tertawa: "Sute, kuburan batu ini adalah " Kematian Lo-liok si penjaga istal kuda bukan suatu kejadian besar, rupanya Tang Cuan belum mendengar kabar tersebut.

"Dia adalah Lo-liok, si penjaga istal kuda" Cu Siau-hong menerangkan, "Oooh dia !"

"Yaa, padahal semalam ia masih membantuku mencuci kuda, tak kusangka tengah hari tadi telah terserang penyakit dan tiada"

"Suhu amat pandai dalam ilmu pertabiban, bila suhu ada dirumah, penyakitnya mungkin bisa disembuhkan"

"Aaai,....kalau takdir telah berkata demikian, siapakah yang bisa membantahnya?"

"Siau-hong sute, aku lihat kau menjalankan penghormatan besar kepadanya, apakah hubunganmu dengan Lo-liok benar-benar telah mencapai taraf yang amat mendalam?"

Cu Siau-hong sangat terperanjat, segera pikirnya: "Rupanya tindak tandukku ini telah menimbulkan

kecurigaan dalam hati toa su-heng.. "

Pemuda itu telah bertekad untuk merahasiakan kejadian ini. karenanya ia berusaha menenteram-kan hatinya, kemudian berkata:

"Toa suheng kau tidak tahu, Lo-liok amat co-cok dengan siaute, setiap kali siaute datang mencuci kuda, ia selalu membantu pekerjaanku, lagi pula iapun sering kali memberitahukan pengetahuannya tentang kuda kepadaku "

"Oooh kiranya begitu! meski dia hanya seorang penjaga kuda, tapi iapun bisa beristirahat dengan tenang karena setelah tiada ternyata bisa menerima penghormatan besar dari sute" Setelah tertawa ia melanjutkan:

"Jit-sute, apakah kau tidak merasa bahwa Lo-liok adalah seorang manusia yang agak aneh?"

"Siaute memang berpendapat demikian, sayang ia telah tiada"

Tang Cuan maju selangkah lalu memberi hormat di depan kuburan, katanya:

"Yang mati adalah yang besar. terimalah sebuah hormat dari siaute!"

"Sebenarnya ia amat menaruh curiga karena Siau-hong memberi penghormatan besar kepada seorang penjaga kuda, akan tetapi berhubung jawaban Cu Siau-hong masuk diakal, maka kecurigaan dihati Tang Cuan pun segera tersapu lenyap.

Itu bukan berarti Tang Cuan sudah tak curiga lagi, hanya saja kecurigaan itu tidak sampai diutarakan lagi.

Cu Siau-hong kuatir suhengnya membicarakan kembali persoalan itu, dia segera mengalihkan pembicaraan ke soal lain katanya:

"Toa-suheng, menurut pendapatanmu mengapa Ouyang sianseng memelihara begitu banyak kumbang?". Tang cuan tertawa.

"Jit-sute" jawabnya, "tentang persoalan ini bukan kau sama aku saja yang tidak mengerti, bahkan suhu sendiripun belum tentu memahaminya, tapi bila Jit-sute ingin mengetahui latar belakangnya, sesungguhnya tidak sulit bagimu untuk mengetahuinya"

"Aku musti bertanya kepada siapa?" tanya Cu Siau-hong tertegun. "Aku pikir dewasa ini hanya dua orang yang mengetahui kegunaan dari kumbang-kumbang tersebut"

"Yang satu adalah Ouyang sianseng sendiri, sedang yang lain adalah si nona berbaju hijau."

"Toa suheng, sayangnya siaute tidak kenal dengan kedua orang itu.. "

"Soal ini kau tak perlu kuatir" bisik Tang Cuan, "asal kau berani membuka suara, nona itu pasti akan memberitahukan kepadamu."

"Aku takut siaute tak berani buka suara.."

"Jit sute, dalam dunia persilatan suhu memperoleh penghormatan tinggi dari sekalian umat persilatan, ada beberapa persoalan yang tak dapat ia tanyakan sendiri, ada pula perkataan yang tak dapat ia katakan sebaliknya kita tak perlu menguatirkan soal-soal itu, maka kita pula yang harus menyelidiki apa kegunaan dari kumbang-kumbang tersebut, cuma bila kau ingin menanyakan kepada nona itu, pilihlah tempat serta waktu yang co-cok.

"Tempat dan waktu yang bagaimanakah baru dikatakan cocok?"

"Disaat tidak berada di hadapan suhu"

"Toa suheng, jika persoalan ini merupakan rahasia pribadi orang, apa pula yang mesti kita lakukan?"

"Siau-sute, menurut pendapat siau-heng, tampaknya persoalan itu bukan termasuk rahasia pribadi orang, sekalipun benar, kitapun harus menyelidikinya sampai jelas, cuma kita tak boleh memberitahukan lagi kepada orang lain"

Cu Siau-hong berpikir sebentar, kemudian mengangguk. "Baiklah, siaute akan berusaha sedapat mungkin" "Aku mencarimu lantaran ingin menyampaikan  beberapa patah kata itu, tak nyana kau telah meninggalkan kamarmu ."

"Setelah berhenti sejenak, ia menambahkan.

"Siau-hong sute, seingatku kau tidak seringkali bertemu dengan Lo-liok, kenapa sedalam itu hubungan batin kalian?"

"Alasannya telah kujelaskan tadi, suheng terhadap kematian Lo-liok, aku lebih banyak dipengaruhi rasa kaget dan tidak percaya dari pada hubungan batin. Aaai hanya berpisah semalam, seorang yang masih sehat walafiat kini telah tiada, padahal perkataannya masih mendengung dalam telingaku, tapi kini harus berpisah dalam dunia yang lain, siapakah yang tidak terharu dibuatnya"

"Oooh, kiranya begitu, Siau-hong! Jangan salah paham kenapa toa-suheng menyelidiki persoalan ini, sudah delapan sembilan tahun kita menjadi sesama saudara perguruan tapi yang lewat kita semua terlalu kecil, tidak banyak persoalan yang kita ketahui, lagi pula kita semua memusatkan perhatiannya untuk berlatih silat, sekalipun siang malam kita sering bertemu, hati masing-masing tidak kita ketahui.

Jit sute, beberapa

patah kata suhu pagi tadi ibaratnya telah memberi beban berat di atas pundakku. tentunya, kau mengetahui bukan peristiwa tentang Ji sute dan Kiu sute?"

"Aaai, selama banyak tahun perbuatan mereka membuat orang tidak puas, ji-sute terlalu licik, kiu-sute terlalu sesat, bila membayangkan mereka berdua, mau tak mau aku menjadi makin curiga kepada siapapun juga"

"Toa suheng telah menemukan apa tentang mereka?" "Seandainya hari ini suhu tidak menyerahkan tanggung jawab di atas pundakku, siau-heng mungkin tak akan berpikir banyak tapi tanggung jawab yang diberikan suhu hari ini terlalu besar, ini semua membuatku teringat kembali dengan peristiwa pada dua tahun berselang!"

"Peristiwa apakah itu?"

"Tempat kejadian ada di sini, ternyata ji sute telah bertemu dengan seseorang yang tidak diketahui asal usulnya"

"Manusia macam apakah dia itu?"

"Aku tak sempat melihatnya dengan jelas, maka dari itu akupun tak pernah membicarakan persoalan ini dengan siapapun jua"

"Apakah ji-suheng mengetahui perbuatan itu?" “Anehnya justru terletak di sini, diantara kita beberapa

orang  saudara  perguruan,  kecuali  hasil  latihanmu  yang

membuat orang sukar menebaknya, siau-heng percaya dalam hal kepandaian apapun aku tak bakal kalah dengan siapa pun, tapi anehnya ternyata ji-sute menemukan jejakku lebih dahulu.

"Oooh, waktu itu aku tidak berpikir sebanyak itu, tapi bila dibayangkan kembali hari ini, aku jadi menemukan banyak sekali kecurigaan yang amat serius!"

"Toa suheng, jikalau kau memang tidak melihat jelas, darimana bisa kau ketahui kalau ji-suheng sedang mengadakan pertemuan dengan orang lain di sini?"

"Sekalipun waktu itu aku masih kecil, tapi aku masih teringat jelas ketika aku sedang bercakap-cakap dengan lo-ji kulihat ada sesosok bayangan manusia berkelebat lewat!"

"Waktu itu apakah toa-suheng berteriak?" ?oooO)d.w(Oooo?

"TIDAK, waktu itu aku masih belum dapat menegaskan bahwa bayangan itu adalah seorang manusia, karena ia melayang terlampau tinggi dan lagi terlampau cepat, tapi setelah tiga bulan berselang, ketika aku telah menguasai ilmu gerakan Cian-liong-sin-thian (naga air menyusup ke langit) kemudian kubayangkan kembali kejadian malam itu, Siau heng baru berani menegaskan bahwa bayangan hitam itu memang benarbenar adalah sesosok bayangan manusia"

"Bagaimana selanjutnya"

"Ketika itu ji-suheng beralasan bahwa ia tak bisa tidur dan datang kemari untuk berlatih silat, sekalipun aku tetap curiga tapi perkataannya kupercaya delapan puluh persen, namun bila dibayangkan kembali sekarang, jelaslah sudah bahwa Loji sedang berbohong."

"Selanjutnya, apakah kau masih menjumpai ji-suheng datang kemari?"

"Selanjutnya aku tak pernah menjumpai mereka lagi, tapi sejak peristiwa itu loji tampak lebih menyendiri dan sinis, rupanya ia mengira aku telah melaporkan kejadian ini kepada suhu, padahal dua hari kemudian aku telah melupakan sama sekali kejadian itu, akupun tak pernah melaporkan kejadian itu kepada suhu."

"Toa-suheng, kejadian itu memang cukup mencurigakan, cuma kitapun tak bisa mengatakan bahwa ji suheng hendak melakukan perbuatan yang berada di luar garis, sebab itu lebih baik kita mencari bukti lagi dalam persoalan ini sebelum secara resmi melancarkan tuduhan tersebut kepada dirinya."

"Itulah sebabnya aku datang mencarimu, saat tamat belajar  sudah  diambang  pintu,  diantara  sesama  saudara perguruanpun mungkin akan berpisah untuk sementara waktu, yang sudah mendekati sepuluh tahun tidak pulang ke rumah tentu akan menggunakan kesempatan itu untuk pulang menengok orang tua, kalau dihitung. hitung mungkin hanya ada kesempatan selama dua tiga bulan saja, Aku harap saja dalam masa ini keadaan bisa aman dan tidak sampai terjadi peristiwa apa-apa"

"Toa suheng, hal ini mana mungkin bisa terjadi?" kata Cu Siau-hong dengan wajah tertegun.

"Jit-sute, tak dapat kuterangkan suatu alasan yang gampang, tapi aku merasa seandainya terjadi persoalan maka kejadian ini pasti akan berlangsung menjelang saat kita tamat belajar, sute, bila suatu rencana telah disusun dengan matang, maka rencana itu tak akan ditunda lebih lama lagi. "

"Benar juga perkataan toa suheng, pelantikan bagi mereka yang tamat belajar merupakan suatu peristiwa besar bagi Bu-khek-bun kita, mungkin juga akan hadir banyak tamu dari jauh. Suasana waktu itu pasti kalut dan tidak teratur, nah bila ada orang benar-benar berniat jahat atau menginginkan sesuatu dari suhu, saat itu pula dia pasti akan melakukan operasinya "

"Betul!" Tang Cuan menyambung "itulah yang siau-heng maksudkan tadi, bila telah didapatkan apa lagi yang musti mereka tunggu? Bila belum didapatkan tapi rencana sudah matang, tampaknya merekapun tak perlu menunggu lebih lama lagi untuk turun tangan"

"Terhadap persoalan ini, apakah kau sudah mempunyai rencana yang masak?"

"Belum, jit sute kau orangnya baik, usianya masih muda mulutnya pandai berbicara, mana keluaran dari keluarga bangsawan    lagi,    orang    lain    tentu    akan memandang istimewa kepadamu, apalagi kecuali belajar silat kau sama sekali tidak membawa sifat seorang manusia persilatan. "

Setelah tertawa ia menambahkan:

"Yang lebih hebat lagi adalah kau pandai menyembunyikan kepandaianmu yang sesungguhnya orang lain mungkin tak tahu tapi toa suheng memahami jelas tentang ini, sesungguhnya kaulah ahli waris yang sebenarnya dari suhu, tapi diluaran kau tak mau terlalu menonjolkan diri, aku yakin suhupun memahami persoalan ini cuma dia orang tak mau mengucapkannya keluar sedang orang lain aku percaya mereka tak akan tahu tentang hal ini "

"Toa suheng, kau "

"Jit sute tak usah berdebat benar tidaknya perkataan Siau heng, tentunya kau lebih jelas dariku maka akupun mohon bantuanmu, demi keamanan serta kesejahteraan perguruan kita kau musti membantu siau heng"

"Perintah dari toa suheng siaute pasti akan melaksanakannya tanpa membantah"

"Baik, kau bersedia membantuku ini semua menambah kepercayaanku pada diri sendiri..." Setelah termenung sebentar ia melanjutkan:

"Sejak besok pagi kau musti awasi gerak gerik ji sute dan kiu sute secara diam-diam, lebih baik lagi kalau bisa mengadakan hubungan langsung dengan mereka, aku tahu kau pandai bergaul, dihari hari biasapun bersikap baik kepada mereka, aai! Sebetulnya tak baik kalau sesama persaudaraan timbul curiga mencurigai terutama aku sebagai toa suhengnya tapi aku tak dapat melupakan kejadian lampau." "Aku dapat memahami maksud toa su-heng sekalipun siaute bukan berasal dari keluarga persilatan, tapi apa yang kudengar dan kusaksikan selama ini sudah cukup menambah pengetahuanku tentang segala macam persoalan dalam dunia persilatan, siaute pasti akan berusaha membantu usahamu itu."

Ketika mereka berdua kembali ke perkampungan, Tiong It-ki segera menyongsong kedatangan, mereka sambil menegur:

"Toa suheng, jit suheng kalian pergi kemana?" "Ada apakah?" tanya Cu Siau-hong.

"Seng susiok mencari kalian."

"Oh dia ada dimana?" seru Tang Cuan.. "Menunggu kalian dalam ruangan tengah." "Hayo jalan, kita temuinya cepat-cepat"

Kebun bunga gedung keluarga Tiong amat luas, di sebelah depan kebun sebelah dalam adalah lapangan berlatih silat.

Dalam kebun terdapat empang dengan bunga teratai yang indah disamping empang berdiri sebuah ruang besar dengan bangunan yang indah,

Di sanalah Seng Tiong-gak menantikan kedatangan mereka, dia adalah seorang laki-laki berusia tiga puluh tahunan, mukanya bersih dan sikapnya halus dan lembut,

Ketika itu ia duduk sambil mengernyitkan alis matanya, mungkin ada sesuatu persoalan yang mengganjal hatinya selama ini. Tiong It-ki mengajak kedua orang itu masuk ke dalam ruangan, segera teriaknya: "Susiok, aku telah menemukan toa su-heng dan jit suheng!"

Tang Cuan dan Cu Siau-hong pun maju memberi hormat, jangan dilihat tingkat kedudukan mereka berbeda karena usianya sebaya maka dihari biasa mereka biasa bergaul menjadi satu.

"Hayo kemarilah kalian semua dan duduk di sini!" kata SengTionggak sambil menggape.

Terhadap susiok atau paman gurunya ini, Tang Cuan dan Cu Siau-hong tidak bersikap sehormat kepada gurunya, mereka lantas duduk mengelilingi.

"It-ki" kata Seng Tiong-gak kemudian, "pergi ke dapur dan suruh mereka siapkan arak dan beberapa sayur, hari ini susiok ingin mengajak kalian minum beberapa cawan arak"

Tiong It-ki menunjukkan wajah keberatan, katanya: "Ayah pernah bilang, kecuali ia yang memberi perintah,

dihari hari biasa kita dilarang minum arak"

"Hari ini berbeda, susiok yang mengajak mereka minum, bila ayahmu menegur biar susiok yang menanggung resikonya"

Terpaksa Tiong It-ki mengiakan dan berlalu. Sepeninggal Tiong It-ki, Tang Cuan baru berbisik lirih:

"Susiok, ada urusan apa?"

Dengan wajah serius Seng Tiong-gak mengangguk.

Sebenarnya aku tak ingin memberitahukan persoalan ini kepada kalian, tapi aku pun merasa tak ada orang lain yang bisa di ajak berunding, lagi pula akupun membutuhkan bantuan, jadi terpaksa ku undang kalian berdua untuk bersama-sama membicarakan persoalan ini" "Seriuskah masalahnya?" tanya Cu Siau-hong.

"Bisa dikatakan besar bisa pula dikatakan kecil, mungkin susiok cuma menduga secara ngawur, mungkin juga bisa mengakibatkan nama baik Bu khek-bun ternoda, aku tak ingin nama baik suhu kalian mengalami kehancuran karena peristiwa ini"

Baik Tang Cuan maupun Cu Siau-hong sama-sama dibuat tertegun, kedua orang itu sama-sama tidak mengerti persoalan apakah yang telah membuat susiok mereka menjadi setegang ini.

Kedua orang itu saling berpandangan sekejap, lalu Tang Cuan bertanya lirih: Sesungguhnya apa yang telah terjadi?"

"Selewatnya kentongan ketiga malam nanti,  bawa senjata tajam dan senjata rahasia kalian, tunggu aku di bawah pohon waru beberapa li di luar perkampungan Ing gwat san-ceng!"

Tang Cuan tertegun.

"Susiok, soal ini.... soal ini. "

"Bila suhumu tahu, Aku yang akan bertanggung jawab, kalian tak perlu kuatir...." tukas Seng Tiong-gak. Setelah berhenti sebentar, ia melanjutkan:

"Satu hal lagi, Tiong It-ki tak boleh ikut pergi. sebentar kita harus melolohnya sampai mabuk" Cu Siau-hong segera merasakan bahwa persoalan itu amat serius, dia mengangguk duluan.

"Baik, kita akan melaksanakan semua yang dikatakan susiok!"

Sementara pembicaraan berlangsung Tiong It-ki telah kembali sambil membawa arak dan sayur. Ternyata takaran minum Tiong It-ki tidak begitu baik, ditambah lagi ketiga orang rekannya memang berniat untuk melolohnya, tak sampai setengah jam ia sudah mabuk hebat.

Cu Siau-hong segera memayang Tiong It-ki kembali ke kamarnya, kemudian ia baru kembali ke kamar sendiri.

Kiranya Tang Cuan, Cu Siau-hong dan Tiang It-ki tinggal dalam sebuah gedung yang sama dengan kamar yang berbeda”

ltu berarti seandainya Tiong It-ki tidak mabuk, maka setiap gerakan yang dilakukan kedua orang itu dimalam hari pasti tak akan mengelabuhi pendengaran Tiong Itki.

Kurang lebih kentongan kedua malam itu Tang Cuan dan Cu Siau-hong telah berganti pakaian ringkas warna hitam gelap dan berangkat menuju ke bawah pohon waru, mereka berdua tidak melakukan perjalanan bersama, tapi secara beruntun tiba ditujuan hampir bersamaan waktunya.

Tang Cuan memandang sekejap sekeliling tempat itu, kemudian bisiknya: "Heran Seng susiok belum datang?"

"Tang Cuan, Siau-hong cepatlah kalian naik ke atas!" suara Seng Tiong-gak tiba-tiba kedengaran dari atas pohon waru.

"Oh, rupanya susioktelah datangduluan!"

Ia lantas meloncat naik ke atas pohon waru dan menghampiri paman gurunya yang telah bersembunyi dibalik dedaunan yang lebat.

Waktu itu Seng Tiong-gak duduk dibalik dedaunan yang lebat sambil mengawasi perkampungan Ing-gwat-san-ceng.

"Seng susiok sesungguhnya apa yang telah terjadi?" bisik Tang Cuan dengan perasaan ingin tahu. "Kalian boleh saksikan sendiri nanti! Tapi ingat apapun yang bakal kalian lihat nanti,jangan sekali kali bersuara, saksikan saja dengan tenang!"

"Susiok aku rasa kejadian ini kok serius dan misterius amat?"

"Emm! Memang suatu kejadian yang misterius, mana di luar dugaan lagi, lihat saja nanti dengan pelan-pelan!"Tang Cuan maupun Cu Siau-hong duduk di samping Seng Tiong gak, sinar mata mereka sama-sama tertuju pula ke arah perkampungan Ing-gwat-san-ceng.

Kurang lebih sepertanak nasi lewat, namun tidak nampak sesosok bayangan manusiapun muncul disitu. "Susiok, sebenarnya apa yang hendak kita tunggu? bisik Tang Cuan tak tahan.

"Bersabarlah sebentar, kita tunggu sesaat lagi"

Betul juga tak selang beberapa saat kemudian tampak sesosok bayangan manusia meluncur datang dari kejauhan dengan kecepatan luar biasa.

"Hati-hati, tahan napas!" Seng Tiong-gak memperingatkan.

Tang Cuan maupun Cu Siau-hong segera menutup pernapasan dan menahan diri.

Sungguh cepat gerakan tubuh orang itu, dalam sekejap mata ia telah tiba di bawah pohon waru. Setelah melihat jelas paras muka orang itu hampir saja Tang Cuan dan Cu Siau-hong menjerit kaget.

Coba kalau Seng Tiong-gak tidak berpesan lebih dulu secara serius, mungkin mereka berdua telah melompat turun dari pohon dan memberi hormat. Pelan-pelan Tang Cuan berpaling dan memandang Seng Tiong-gak sekejap, Seng Ti-ong gak gelengkan kepalanya pelan-pelan tandanya agar Tang Cuan berdua jangan berisik.

Pelbagai ingatan segera berkecamuk dalam benak Cu Siau-hong, pikirnya:

"Penampilan mimik wajah Seng susiok menunjukkan bahwa persoalan ini amat serius dan sudah mencapai keadaan yang gawat"

Tapi ia tak pernah menyangka kalau orang itu tak lain adalah ibu gurunya yang selama ini amat dihormati dan disayangi istri Tiong Ling-kang, ciangbunjin dari Bu khek bun yang lebih dikenal sebagai Pek Hong.

Tak heran kalau Seng Tiong-gak tak berani sembarangan berbicara, melainkan mengajak kedua orang itu untuk membuktikan bersama”.

Setibanya di bawah pohon waru, tiba-tiba Pek Hong membuat obor dan menggoyang-kannya beberapa kali ditengah udara.

Tang Cuan tertegun pikirnya:

Sudah jelas itulah suatu tanda rahasia masakah subo juga hendak mengadakan hubungan dengan orang luar?

Seketika itu juga pelbagai kecurigaan berkecamuk didalam benaknya.

Setelah memberi kode api, Pek Hong pun berdiri di bawah pohon waru dan tidak bergerak lagi.

Suasana menjadi hening, sepi dan tak kedengaran sedikit suarapun, ini semua menambah seramnya suasana,

dengan kepandaian silat yang dimiliki Pek Hong sekarang,  seandainya  Seng  Tiong-gak   memperdengarkan sedikit suara nafas saja, Pek Hong pasti akan menemukan jejak mereka.

Untung Seng Tiong-gak telah berpesan kepada dua orang keponakan muridnya agar menahan nafas.

Kurang lebih sepertanak nasi kemudian, dari kejauhan muncul kembali sesosok bayangan manusia, sungguh cepat gerakan tubuh orang itu.

Ia mengenakan baju berwarna hitam, berkain cadar hitam di wajahnya hingga tak dapat melihatjelas raut waja h nya.

"Kalian sudah mengambil keputusan?" Pek Hong segera menegur. "Terserah kehendak hujin!" jawab orang itu.

Pek Hong segera menghela nafas panjang "Aaai Baiklah! Akan kutemui dia lagi"

"Aku akan membawa jalan!" sambil berkata orang berbaju hitam itu putar badan dan berangkat lebih duluan.

Tang Cuan tak sabar mengendalikan diri, hampir saja ia hendak melompat turun dari tempat persembunyiannya untuk menghadang jalan pergi manusia berbaju hitam itu, untung niatnya itu dapat dicegah oleh Seng Tiong-gak.

Cepat nian gerakan tubuh kedua orang itu dalam waktu singkat mereka sudah lenyap dibalik kegelapan. Tang Cuan menghembuskan nafas panjang katanya:

"Susiok, kita harus cepat-cepat menyusul mereka berdua" Seng Tiong-gak tertawa getir:

Malam ini adalah malam kedua kutemui perbuatannya itu, sebelumnya sudah berapa kali pertemuan semacam itu diadakan, aku sendiripun tidak begitu mengerti. "Susiok" kata Cu Siau-hong, "dengan tenaga dalam suhu yang sempurna, seharusnya gerak gerik subo tak akan mengelabuhi ketajaman pendengarannya...”

"Siau-hong apakah kau tidak tahu kalau suhumu tiap malam masih harus duduk bersemedi?"

"Duduk bersemedi setiap malam?"

"Yaa! Setiap kentongan pertama ia mulai bersemedi hingga kentongan kelima keesokan harinya, dalam waktu tersebut ia hampir terputus hubungannya dengan dunia luar!"

"Kenapa suhu harus duduk semedi tiap malam?" tanya Tang Cuan.

Suhumu hendak melatih sejenis ilmu silat, ia memerlukan sebuah ruangan rahasia secara khusus hingga lewat kentongan kelima ia baru keluar dari ruangan rahasianya.

"Jadi kalau begitu. suhu sama sekali tidak tahu tentang ulah dari subo selama ini?".

"Toa suheng" kata Cu Siau-hong, "siaute rasa lebih baik susiok saja yang memberitahukan kejadian ini kepada suhu, yang penting sekarang adalah untuk memahami dulu siapakah yang akan ditemui Subo? Apa pula maksud serta tujuannya?"

Tang Cuan manggut-manggut, ujarnya: "Susiok apa yang musti kita lakukan sekarang?"

"Justru lantaran tak tahu cara untuk mengatasi nya, maka ku undang kedatangan kalian berdua.." Sesudah menghela napas panjang, ia meneruskan:

"Sesungguhnya enso adalah seorang perempuan yang lemah  lembut  sikapnya  terhadap  diriku  juga  baik  dan ramah, seingatku dia adalah seorang perempuan yang pantas dihormati dan dipuji, keberhasilan toa suheng untuk membawa Bu-khek-bun dari suatu perguruan kecil menjadi perguruan yang besar dan terkenalpun sebagian besar merupakan hasil bantuannya, karenanya kejadian tersebut membuat aku amat sedih, sakit hati"

"Susiok, dalam empat lima tahun belakangan ini, suhu tak pernah melakukan perjalanan dalam dunia persilatan, subo sendiripun selalu tinggal dalam perkampungan Ing gwat-san-ceng, seandainya ada orang yang mengadakan hubungan dengannya paling tidak kejadian ini telah berlangsung semenjak lima tahun berselang"

Seng Tiong-gak manggut-manggut.

"Yaa, sejak dia kawin dengan suheng, kedua orang itu selalu saling hormat menghormati, enso adalah

orang lembut dan ramah, seharusnya tak mungkin akan melakukan tindakan yang melanggar ril kebenaran"

Perkataan semacam ini hanya bisa diucapkan oleh Seng Tiong-gak, sudah barang tentu Tang Cuan maupun Cu Siau-hong tak berani sembarangan berbicara.

Sesudah termenung sejenak, Tang Cuan kembali berkata: "Terlepas bagaimanakah akibat dari kejadian itu, sudah

seharusnya pula kita selidiki persoalan ini sampai jelas"

"Sampai sekarang kita masih belum tahu taraf kepandaian silat yang dimiliki orang itu" kata Seng Tiong gak "tapi kalau dilihat dari gerakan tubuh orang tadi, tak bisa diragukan lagi dia adalah seorang jago kelas satu dalam dunia persilatan, mengerti ilmu silat subomu aku rasa ia lebih tinggi dariku, sekalipun kita menyusul kesana paling paling jejak kitalah yang bakal ketahuan" Cu Siau-hong manggut-manggut.

Perkataan susiok memang benar, tampaknya susiok memang sudah mempunyai rencana yang matang?"

"Aku sudah memikirkan persoalan ini seharian penuh, cara memang ada satu, Cuma bersediakah kalian membantuku?”

"Tecu sekalian siap menyumbangkan tenaga" cepat-cepat Tang Cuan dan Cu Siau-hong mengiakan.

Seng Tiong-gak segera membeberkannya, kemudian membagi tugas untuk kedua orang itu.

Keesokan harinya, selewat setengah hari diam-diam Cu Siau-hong berangkat meninggalkan perkampungan Ing gwat-san-ceng.

Kali ini dia berangkat dengan persiapan, satu stel baju yang compang-camping ia sembunyikan dibalik semak belukar dua li di luar perkampungan.

Setelah berganti pakaian, ia mencoreng raut mukanya dengan tanah lumpur, maka Cu Siau-hong yang tampan segera berubah menjadi seorang manusia yang lain.

Kini dia telah menjadi seorang pemuda gunung yang berbaju dekil dan bermuka kotor.

Ketika penyamaran itu dilengkapi pula dengan seekor kerbau, maka berubahlah Cu Siau hong menjadi seorang gembala, setelah naik ke punggung kerbau dia membawa seruling, ia menutupi sebagian wajahnya dibalik topi lebar terbuat dari anyaman bambu.

Ketika malam menjelang tiba, pelan-pelan ia berjalan menuju ke arah mana Pek Hong dan manusia berbaju hitam itu pergi semalam. Duduk di atas punggung kerbaunya, Cu Siau-hong berjalan terus ke depan, sementara sepasang matanya mengawasi sekeliling tempat itu dengan tajam nya.

Senja telah menjelang tiba burung beterbangan kembali ke sarangnya.

Sudah enam tujuh li Cu Siau-hong melakukan perjalanan tapi belum juga ditemui sesuatu yang mencurigakan.

Jauh memandang ke depan sana, sebuah tebing yang tinggi menghadang jalan perginya, jalan makin lama makin sempit dan berliku liku.

Rupanya tempat itu merupakan sebuah tebing yang tingginya mencapai lima puluh lebih sekalipun tidak terhitung terlalu tinggi, tapi dinding tebingnya lurus bagaikan papan baja lagi pula curam dan berbahaya sekali,

Di atas dinding batu yang tak licin tak tampak ada tumbuhan, semuanya gersang dan gundul, diantara tebing tebing itu terdapat pula sebuah batu karang yang menonjol keluar.

Satu ingatan segera melintas dalam benak Cu Siau-hong, pikirnya:

"Meski tebing ini curam, tapi daya pandang luar dan jauh ke depan jika aku bersembunyi di atas tonjolan batu itu, semua pemandangan dan gerak-gerik manusia yang lewat di sini dapat kulihat dengan jelas"

Berpikir sampai di situ ia lantas berputar ke tepi belakang dinding tebing itu, melepaskan baju penyamarannya, menyembunyikan sang kerbau dan berangkat ke puncak tebing. Untung suasana di sekeliling sana sepi, dengan ilmu cecak ia merambat naik ke atas tebing tersebut dan menyembunyikan diri di belakang batu besar.

Batu besar itu luasnya beberapa kaki, dibagian belakangnya merupakan suatu tanah lekukan yang datar, tempat itu bukan saja bisa dipakai untuk duduk atau berbaring, tiga empat orang bersembunyi di situpun masih muat, kecuali dari sana bisa melihat ke bawah, orang lain tak nanti mengetahui tempat persembunyiannya itu.

Malam semakin gelap, bulan memancarkan sinar dengan terangnya...

Kurang lebih pada kentongan ketiga, tiba-tiba terdengar suara langkah manusia berkumandang dari kejauhan yang kian lama kian bertambah mendekat

Cu Siau-hong coba mengintip ke bawah, ia saksikan dari balik tebing kecil muncul sebuah tandu, kecuali dua orang penggotong tandu itu, di belakang mengikuti pula empat orang laki-laki berpakaian ringkas warna hitam dandanan mereka sama sekali.

Tandu itupun berwarna hitam, coba kalau malam itu secara kebetulan bulan tidak purnama, dengan warna tandu dan warna baju yang mereka kenakan sungguh sulit untuk menyaksikan kehadiran mereka.

Setibanya di depan dinding tebing, tandu itu berhenti, tirai tandu dibuka dan menghadap ke arah perkampungan Ing-gwat san-ceng.

Ke empat orang laki-laki berpakaian ringkas itu segera memencarkan diri dan berdiri dikedua belah sisi tandu, sementara dua orang tukang tandu itu berdiri di belakang tandunya. Dilihat dari posisi tersebut, jelas mereka sedang melakukan perlindungan terhadap penghuni tandu itu.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar