Pedang dan Golok yang Menggetarkan Jilid 34

JILID 34

Mendengar suara itu, paras semua pendeta berubah pula. Hanya kali ini bukan disebabkan hati yang panas, cuma heran.

It Tie berhenti bertindak, ia menoleh dengan pertahan-Tapi dia lalu berkata. "Ketua kami yang dahulu itu telah meninggal dunia pada sepuluh tahun yang lalu."

"Apakah kamu pernah mencari tahu sebab musabab dari kematiannya itu? " tanya sinona pula, suaranya tetap terang jelas.

It Tie berkata^ "Sebab musabab itu kami dari pihak Siauw Lim Sie telah menyelidiki dengan seksama, kami tahu bahwa ketua kami itu telah mati teraniaya oleh coh Kam Pek suami istri dari Pek Ho Bun, maka juga kemudian sembilan partai besar sudah bekerja sama dengan empat bun, tiga hwee dan dua pang pergi mengurung dan mengepung Pek Ho Po guna membalas sakit hati ketua kami itu"

Darah Siauw Pek bergolak^ hatinya berguncang keras, hampir dia menghunus pedangnya untuk menyerbu, tapi karena khawatir rencana Soat Kun gagal, sebisa bisa ia menguasai dirinya. Lain dari biasanya, Soat Kun tertawa.

“HongThio, pernahkah hongThio membuat penyelidikan kalau kalau ketua kamu yang dahulu itu benar-benar telah menutup mata" ia tanya.

"Itulah urusan yang semua orang gagah dikolong langit mengatahuinya" menjawab it Tie. "Mustahil ada orang yang memalsukannya? "

"Apakah ada saksi yang melihat mata kepala sendiri ketika ketua kamu itu mati? "

"Itulah peristiwa yang menggemparkan dunia Kang ouw Didalam dunia Rimba Persilatan, siapa yang tidak tahu? Selain dari ketua kami itu juga masih ada ketua ketua dari Bu Tong, Ngo Bie dan Khong Tong Pay yang terbinasakan dalam waktu yang bersamaan..." Nona Hoan tertawa pula, kali ini dengan nada dingin.

"Taysu tidakkah taysu merasa bahwa keterangan ini terlalu jelas? " tanyanya^

"Nona menanyakan, maka itu punco bicara dengan jelas sekali," sahut It Tie.

"Bukankah itu disebabkan sebagai pencuri kau sudah ketakutan tidak karuan? " Tajam bagaikan tusukan pedang adalah kata kata yang berupa pertanyaan itu.

Ketika itu puluhan pasang mata yang bersinar tajam diarahkan semua kepada Nona IHoan yang mukanya tertutup cala, hingga wajahnya tak nampak jelas. It Tie mencoba menenangkan hatinya. "Siecu, apakah artinya kata-kata mu ini? " dia bertanya sabar.

"Aku cuma bertanya sambil lalu saja," sahut sinona. "Jikalau didalam hati taysu tidak ada hantunya, tak usahlah taysu menjadi sangat tegang begini"

"Punco sangat tenang" berkata pendeta itu.

"Tentu saja hatimu tenang" berkata sinona, sabar. "Jikalau Su Hong Taysu tidak menutup mata, mana dapat kau menyambungi menjadi ketua? "

Mendengar cara bicara sinona, Siauw Pek kagum sekali. Katanya didalam hatinya^ "Sinona kagum sekali, lidahnya tajam bagaikan pisau. Setiap kata katanya itu membuat orang merasa hatinya tertikam"

It Tie sudah memutar pula tubuhnya, untuk berlalu, tapi dia berdiam pula. Bahkan dengan perlahan dia duduk kembali dikursi kebesarannya itu.

"Nampaknya siecu" katanya sabar, "kau datang kemari kekuilku, sengaja untuk membUat Sukar pada punco"

Soat Kun tidak menjawab, sebaliknya ia bertanya: "Eh, mengapa tidak masuk kedalam? "

“Hebat kata-kata mu siecu. Sayang jikalau punco tidak mendengarnya sampai habis" sahut sipendeta, yang mencoba berlaku sabar.

"Mungkin bukanlah itu sebabnya...”

“coba bilang, siecu, apakah sebabnya itu? "

“HongThio khawatir, seberlalunya hongThio, pendeta pendetamu ini akan percaya kata2ku"

Paras It Tie pucat.

"Aku mengira siecu masih mempunyai kata-kata apalagi yang luar biasa yang mengejutkan hati, kiranya cuma sebegini. Sudah punco tidak mau mendengarnya lebih jauh" "Jika hongThio tidak suka mendengar, silahkanlah mengundurkan diri" sinona mempersilahkan.

Mendadak It Tie tertawa dingin-"siauw Lim Sie ini tempat apakah? " tanyanya. "Mana dapat siecu dibiarkan berlaku kurang ajar dan menjual lagak disini? "

Nona Hoan tidak jeri.

"Apakah taysu hendak menitahkan orang orang mu membunuh aku guna membungkam mulutku? "

ia bertanya.

"Biasanya Siauw Lim Sie memperlakukan orang dengan baik-baik. Tapi nona bicara sangat sembarang, ngoceh saja, walaupun itu dapat menyebabkan orang tertawa saking jenakanya tetapi jikalau punco diam saja, bukankah kami bakal ditertawakan semua orang gagah dikolong langit ini? "

"cara bagaimana taysu berani menganggap bicaraku sembarang, cuma ocehan saja? "

"Siecu mengatakan dari hal yang membuat orang terkejut, tetapi dapatkah nona memberikan satu atau dua buktinya? Bukti yang menyatakan bahwa kata katamu tidak salah"

"Jikalau aku tidak punya buktinya cara bagaimana aku berani sembarang bicara dihadapan begini banyak pendeta-pendeta dari Siauw Lim Sie? " Tenang sikap si nona tapi kata-katanya tetap kokoh.

Hati It Tie melonjak. dia merasa sangat tegang sendirinya.

Didepan para muridnya, sebisa-bisa dia menenangkan dirinya.

"Siecu ada mempunyai bukti apakah? " ia bertanya. "Kenapa nona tidak mau menunjukkan bukti itu supaya punco melihatnya? "

"Sudah pastikah taysu ingin melihat bukti itu? "

"Jikalau punco tidak memeriksa bukti itu, bukankah punco bakal ditertawakan orang? " sekonyong-konyong sikap Soat Kun menjadi sungguh sungguh, bahkan keren-

"Taysu, cobalah kaU pikir pikir" katanya dingin, "apakah benar benar taysu ingin melihat bukti itu? "

"Janganlah kau main gila, siecu" berkata sipendeta. "Jikalau kau mempunyai bukti, silahkan lekaS tunjukkan, Atau punco akan tak Sudi melihatmu lagi"

Soat Kun menerima baik tantangan itu.

"Baiklah" katanya. "Taysu memaksa ingin melihat bukti, akan aku berikan Sekarang taysu terima baik dahulu satu soal lagi”

“Apakah itu? "

"Silahkan taysu segera mengundang semua tiangloo dari kuil ini, untuk mereka berkumpul dipendopo Tay Hiong Po tian ini segera aku akan keluarkan bukti untuk dilihat beramai ramai. Buktiku itu ialah halnya Su Hong Taysu masih berada didalam dunia ini" Kembali paras It Tie menjadi pucat.

"Kenapa siecu baru memperlihatkan bukti itu sesudah dihimpunkannya semua tiangloo di sini? " tanyanya.

Dengan tiangloo diartikan pendeta-pendeta tua dan bertingkat tinggi dari Siauw Lim Sie sekalian tertuanya.

Hoan Soat Kun menjawab dengan keterangannya^  "Para tiangloo itu adalah para pendeta yang berusia tinggi, yang semua orang penting dan bijaksana dari siauw Lim Sie. Dihadapan mereka itu aku akan perlihatkan bukti, lalu mereka akan menjadi saksi saksi. Jikalau bukti itu bukti benar, walaupun taysu hendak menutupinya, pasti taysu tidak mampu. Yang dikuatirkan ialah taysu tidak berani memanggil kumpul mereka, semua tiangloo"

Hati It tie ciut, dia menyesal bukan main. Kata kata si nona merupakan serangan yang tak dapat ditangkis atau dielak. Pikirnya "Seharusnya dari siang aku menitahkanpara huhoat membinasakan budak perempuan ini Sekarang sudah terlambat, tak dapat aku berbuat demikian-.. Baiklah, akan aku lihat gelagat guna bertindak terlebih jauh"

Maka dia berkata, "Sekarang didalam Tay IHiong Potian ini telah berkumpul para ketua pelbagai bahagian partai kami, nona masih menghendaki hadirnya para tiangloo, tidakkah itu berarti soal kecil yang diperbesar? "

"Apakah didalam sini ada yang terhitung tiangloo kamu? " si nona tanya. It Tie terdesak kepojok. Dia menjadi gusar.

"Nona, kau terlalu melit, jangan heran kalau aku berbuat kurang ajar terhadapmu" katanya bengis. Lalu dia menoleh kepada pendeta pendeta usia pertengahan dikedua sisinya, untuk memberiperintah^ "Lekas tangkap dia"

soat Kun segera berkata dingin. "Bagaimana eh? Apakah taysu sudah tak dapat menguasai dirimu lagi? "

Ketika itu dua orang pendeta dikiri kanan it Tie sudah berlompat maju, untuk maju lebih jauh kepada nona Hoan. Siauw Pek segera menghunus pedangnya.

"Berhenti" bentaknya bengis.

Kedua pendeta itu tidak menghiraukan, mereka maju terus.

Mereka mencoba menolak orang yang menghadang itu.

Siauw Pek tidak mundur, sebaliknya dia terus menikam pendeta yang disebelah kiri, sedangkan dengan tangan yang lainnya, yang kosong, ia meninju pendeta yang sebelah kanan. Pendeta yang ditikam itu menangkis dengan kebutan lengan jubahnya. "Minggir" dia berseru. Kebutan ujung jubah itu keras sekali.

"Tidak" jawab Siauw Pek. Ia membabat mengutungi ujung baju sipendeta. Dia ini kaget dan berlompat mundur.

Pendeta yang disebelah kanan cerdik, dia berkelit. Maka dia bebas dari jotosan hebat. Dengan satu gerakannya ini maka berhasilnya si anak muda menghadang, mencegah kedua pendeta itu melaksanakan perintah It Tie.

soat Kun menggunakan kesempatan itu akan berkata nyaring: "Para suhu kami datang ke Siauw Lim Sie bukan untuk menyerbu, tidak ada niat kami untuk menempur partai kamu "

"Suhu" ialah "guru" tapi disini digunakan sebagai panggilan "bapak guru" kepada sekalian pendeta dari kuil Siauw Lim Sie itu.

Selagi para pendeta berdiam itu, It Tie melihat berkeliling. Ia tidak menghiraukan kata kata si nona. Ia hanya bertanya^ "Manakah para huhoat kita? "

"Tee cu disini" terdengar jawaban yang dalam dan keren-Lalu muncullah empat orang pendeta yang mengenakan jubah yang bersulamkan rembulan dan matahari, yang semua membekal golok. Semua mereka dari usia pertengahan. Dengan perlahan mereka bertindak maju.

"Hu hoat" ialah pelindung hukum.

It Tie segera mengeluarkan perintahnya lagi. "Usir mereka keluar dari pendopo ini Lalu bekuk mereka semua dan bawa kependopo Kay Sie Ih untuk menantikan keputusan hukum."

Keempat pendeta itu menyahut, untuk mentaati perintah, setelah itu mereka menghampiri Nona Hoan.

Didalam satu kelebatan, Siauw Pek menyapu dengan sinar matanya kepada semua pendeta didalam pendopo itu, maka ia melihat cuma empat pendeta ini yang bersenjatakan golok. Ia heran, maka ia pikir. "Mereka itu dapat membawa senjata, kalau bukan kedudukannya tinggi, tentulah ilmu silatnya lihay melebihi yang lain lainnya. Tak boleh aku memandang ringan pada mereka."

Maka ia mengibaskan pedangnya, untuk maju menghadang. Ia pun terus berkata. "Para suhu, jikalau kamu sanggup menangkan pedangku ini, baru kamU bisa mengusir kami keluar dari pendopo ini" Keempat pendeta itu tidak menjawab^ mereka maju terus, dengan perlahan, hanya sekarang golok mereka disiapkan, diangkat tinggi-tinggi.

Siauw Pek memasang mata. Ia menerka orang tentu pandai menyerang secara bersatu padu.

Kembali terdengar suara keren bengis dari It Tie Taysu. "Siapa menerobos masuk ke dalam kuil kita dan berani kurang ajar. jikalau dia tak dapat ditangkap hidup, mau tak mau dia harus dibunuh mati"

Itulah perintah tak langsung Sampai disitu, sambil menyahut mengiyakan maka majulah keempat pendeta, menyerang dengan berbareng pada si anak muda. Mereka menyerang dari keempat penjuru.

Siauw Pek memperdengarkan siulannya, pedangnya segera diputar, maka dengan begitu berhasillah ia menangkis keempat golok lawan. Itulah tipu silat "Jit Goat Lun coan", atau "Matahari dan rembulan berputaran".

Semua pendeta terCengang menyaksikan keempat huhoat mental semuanya. Hebat tangkisan si anak muda. Suara beradunya senjata juta memekakkan telinga.

"Tahan dulu" tiba tiba terdengar satu suara Cegahan, yang didahului puji.

"Amidha Budha" Suara itu tak keras tapi mendengung ditelinga. Mendengar suara itu, keempat pendeta itu segera melompat mundur sambil menarik kembali senjata masing-masing.

Siauw Pek berpaling dengan cepat. Maka ia melihat munculnya seorang pendeta tua muka siapa bagaikan rembulan tua, alisnya melengkungi matanya, jubahnya warna abu abu, kakinya terbungkus sepatu rumput. Dan teranglah dia seorang yang baru habis melakukan satu perjalanan jauh. Dia memperdengarkan suaranya dari muka pintu toa tian dimana dia berdiri lurus, matanya memandang ke dalam ruang. "Susiok pulang " seru It Tie setelah dia mengawasi si pendeta. "Susiok" ialah pa man guru.

Melihat pendeta itu Siauw Pek heran hingga hampir mengeluarkan seruan tertahan-Sebab ia mengenali Su Kay Taysu, Pendeta Siauw Lim Sie yang ia kenal, bahkan yang pernah menolongnya dipuncak clong Gan Hong.

Ia mengawasi sejenak. lalu Su Kay Taysu berkata. "Loolap sudah menjelajah laksaan lie jauhnya, telah banyak yang loolap lihat dan dengar. diantaranya ada beberapa perkara besar maka itu sekarang loolap pulang untuk melaporkan kepada ciangbun hongThio, karena itu adalah keharusan saking pentingnya."

It Tie tampak bersungguh sungguh ketika ia menjawab paman guru itu dengan kata katanya "susiok telah melakukan perjalanan begitu jauh pasti susiok sangat lelah, karena itu baiklah susiok beristirahat dahulu, ada urusan apa juga , dapat itu dibicarakan besok..."

Su Kay memandang kepada coh Siauw Pek segera dia berkata pula. "Soal yang loolap hendak bicarakan ada hubungannya dengan siecu itu" Paras It Tie berubah. Agaknya dia terkejut.

"Apakah susiok kenal mereka ini? " tanyanya "kenapa urusan ada sangkut pautnya dengan mereka? "

Su Kay menundukkan kepala. "Loolap tidak...," sahutnya. ooooooo

Tapi It Tie memotong. "Jikalau tidak kenal tak usah susiok memohonkan sesuatu untuk mereka."

Menyusul kata kata ketua itu, dimuka pintu muncul su Lut Taysu, sembari merangkap kedua belah tangannya, ia berkata. "Loolap tidak sanggup mencegah masuknya orang orang ini, buat itu loolap mohon maaf dari ciangbun hongThio..."

Habis berkata pendeta tua itu bertindak masuk. Ia dari golongan "Su" maka itu, iapun pernah susiok, paman guru dari si ketua. "Menang atau kalah adalah hal biasa," berkata sang ketua "karena itu tak usahlah susiok pikirkan, susiok tidak bersalah. Disini sudsah tidak ada urusan lagi, tak berani aku mengabaikan lagi kepada susiok. silahkan masuk ke dalam untuk beristirahat"

Su Lut tidak segera mengundurkan diri. "Masih ada yang hendak loolap laporkan."

"Silahkan bicara, susiok "

Su Lut lalu berkata. "Kematian Su Hong Heng, tanpa kecuali diantara kita tak ada yang tak menyedihkannya dengan sangat, walaupun hongThio telah mencari tahu peristiwa kematiannya itu dan telah mendapatkan juga siapa pembunuhnya, masih ada sesuatu yang mencurigakan. Kecurigaan ini timbul terutama karena hasil pertempuran loolap dengan coh Kam Pek dari Pek Ho Po pada dahulu hari itu. Menurut pendapatku terang sekali Coh Kam Pek bukanlah lawan setimpal dari Su Hong Suheng. Karena itu loolap meragukan Coh Kam Pek sebagai sipembunuh. Inipun bukan kecurigaan loolap sendiri, tapi juga dari semua tianglo dan murid lainnya dari kuil kota ini..."

Tanpa menanti orang menghentikan kata-katanya itu, It Tie Taysu sudah memotong. "Itulah peristiwa yang sudah diketahui dan diakui oleh khalayak ramai. Disaat ini susiok menimbulkan pula soal itu, apakah maksud yang dikandung susiok? "

Su Lut memanggil "suheng" kakak seperguruan, kepada Su  Hong, yang menjadi ketuanya, karena ia merasa lebih akrab dengan sebutan itu. Atas kata2 ketuanya itu, berkata pula. "Seperti telah loolap katakan tadi, didalam ilmu silat, Coh Kam Pek bukanlah lawan dari suheng karena itu loolap khawatir dibelakang tirai ada orang yang menjadi biang keladi. Karena itu justru siecu ini datang dengan membawa saksinya. kenapa ia tak dibiarkan mengajukan saksi itu untuk kita lihat siapakah dia adanya? "

"Kecuali almarhum ketua kita itu hidup pula," berkata It Tie, sungguh-sungguh, "supaya ia yang menjelaskan duduk perkaranya, aku khawatir sulitlah untuk mencari bukti lain lagi" "Tapi," Su Lut mendesak. "bukankah tak ada halangannya untuk melihat saksinya ini? "

"Bagaimana andaikata dia mempermainkan kita? " It Tie bertanya. Dengan dia, ia maksudkan Nona Hoan-

"Kita berada didalam kuil kita, pasti dia tak akan berani mempermainkan kita" berkata Su Lut. "Jikalau benar dia main gila, loolap akan membekuknya hidup hidup supaya hongThio menghukumnya"

Ketua itu tertawa dingin. Dia mengejek.

"Mencegah mereka meerobos masuk saja kau tidak mampu, apa pula untuk menawannya hidup hidup? " katanya. "Bukankah itu berbau rada mulut besar"

Mendengar demikian, Su Kay campur bicara, katanya: "Jikalau beberapa siecu ini benar benar mempermainkan kita, loolap bersama Su Lut Sutee akan menawannya kami berjanji akan membekuk mereka semua "

Soat Kun, yang membungkam sejak tadi, menyela: "Jikalau satu orang didalam dirinya ada hantunya, sudah wajar dia takut menghadapi langit dan matahari. Dia takut akan keadaan yang sebenarnya " It Tie menjadi gusar.

"Siecu bicara sembarangan saja" bentaknya "Siapakah yang siecu maksudkan? "

"Aku maksudkan ketua siauw Lim Sie yang sekarang ini" Soat Kun menjawab terang dan jelas, suaranya nyaring dan tegas.

Paras ketua Siauw Lim Sie itu berubah menjadi merah padam, tetapi dia tertawa dingin dan berkata: "Siauw Lim Sie kami semenjak beberapa ratus tahun belum pernah ada yang berani menghina secara begini. oh, kamu berani begini kurang ajar? " Dia memandang para pendeta dan menambahkan dengan seruannya^ "Tangkap dia " Keempat huhoat Kay Sie Ih segera maju untuk mentaati perintah itu, mereka melompat kearah Soat Kun.

Menyaksikan demikian, dengan pedangnya Siauw Pak maju menghadang.

Soat Gie memegang erat tangan kakaknya. ia memberi bisikan segala apa yang ia saksikan-Maka juga , walaupun dia tidak dapat melihat, Nona Hoan tahu segala sesuatu.

Thio Giok Yauw bersiap sedia sambil memasang mata tajam. ia khawatir Siauw Pek tak sanggup melayani keempat pendeta yang lihay itu Kecuali pedang ditangan kanannya, tangan kirinya sudah menggenggam jarum beracunnya, sedia untuk ditimpukkan selekasnya sianak muda terancam bahaya.

Siauw Pek bersilat dengan sungguh sungguh, belum sepuluh jurus dia sudah berhasil mengurung keempat lawannya dengan sinar pedangnya Su Kay bersama Su Lut berdiri tegak dimUka pintu pendopo besar itu, dengan berdiam mulut dantubuh, mereka menonton dengan penuh perhatian.

Para pendeta lainnya berdiri dengan hati heran dan tegang. Heran sebab keempat huhoat itu, yang mereka tahu kelihayannya, tidak berdaya menghadapi siorang muda yang hanya sendirian itu, bahkan merekalah yang dikurung sinar pedang.

Soat Kun menantikan beberapa lama, baru dia membuka suaranya yang nyaring: "Para suhu jikalau kamu ingin mengetahui keadaan yang sebenarnya dari kematian ketua kamu yang dahulu itu, silahkan segera menghentikan pertempuran ini"

orang-orang yang mengadu kepandaian itu mendengar seruan si nona, dengan serempak mereka sama sama melompat mundur.

“Hai, siapakah yang menyuruh kamu berhenti? " tegur It Tie kepada empat orangnya, suaranya dingin sekali.

Keempat huhoat itu melongo, lalu mereka saling mengawasi, kemudian dengan menggerakkan golok mereka, mereka maju pula kearah sianak muda. "Tahan" berseru Su Kay Taysu, yang mendadak bertindak maju.

Pendeta tua ini termasuk golongan tiangloo yang dihormati, diapun salah satu tiangloo yang dijunjung tinggi, mendengar suara orang itu, keempat huhoat menghentikan majunya, lekas-lekas mereka mundur kembali. Dengan mata tajam It Tie mengawasi Su Kay.

"Apakah maksud susiok maka susiok mencegah keempat huhoat? " tanyanya, suaranya tawar.

su Kay merangkapkan kedua tangannya di depan dadanya, ia menjura kepada ketua nyaitu. "Loolap hendak menyampaikan sesuatu kepada ciangbun hongtio," sahutnya.

It Tie menahan hati, walaupun ia menjadi ketua, tapi Su Kay adalah pendeta yang tingkat kedudukannya lebih tinggi dan dia dihormati seluruh penghuni kuil.

"Ada apa, susiok? " tanyanya. "Lekas susiok bicara "

"Memang urusan kematian Su Hong suheng ada bagiannya yang sulit dimengerti dan dipecahkannya" sahutnya.

It Tie, berkata dingin: "Pembunuh ketua kita itu telah  dibinasakan oleh wakil dari delapan belas partai, bahkan seluruh keluarganya di Pek Ho Po telah ditumpas pula, dengan begitu bukankah peristiwa telah selesai? Apakah susiok tidak tahu semua itu? "

"Tentu sekali loolap telah ketahui semua itu," menjawab Su Kay, "hanya soal masih membuat hatiku kurang tenang. Perasaan ini juga terdapat pada semua tiangloo. Yang mencurigakan ialah kenyataan bahwa Coh Kam Pek bukanlah lawan dari Su Hong suheng Memang Coh Kam Pek mempunyai nama tersohor tetapi dalam ilmu silat dia tak seimbang dengan kepandaian suheng kami itu...”

“Bagaimanakah pendapat susiok? " "Pendapatku dan para tiangloo ialah sebelum kami ketahui duduk hal yang sebenarnya belumlah hati kami tenang."

"Jadi susiok sekalian menganggap ketua kita itu bukan dibinasakan oleh Coh Kam Pek? "

"Mungkin Coh Kam Pek turut mengambil bagian, tetapi dia bukanlah si pembunuh"

"Sipembunuh telah dibinasakan, perkara sudah selesai, mengapa susiok beranggapan begini pasti? Dapatkah susiok menunjukkan kalau benar ada sipembunuh lainnya? "

"Maka itu loolap setuju memberikan kesempatan kepada siecu ini guna dia menunjukkan saksi atau bukti dari kata katanya itu, Jikalau dia cuma mengaco belo, loolap akan membekuknya untuk diserahkan kepada hongtio biar hongtio menghukumnya "

Tanpa diminta, para pendeta memperdengarkan suaranya^ "Su Kay susiok benar, harap ciangbun hongThio menerima baik permintaannya itu "

Hati It Tie gentar. Tak berani ia menentang semua pendeta bawahannya itu ia khawatir nanti dicurigai kalau ia terus berkepala batu. Maka ia lalu mengawasi Soat Kun dan berkata dengan bengis: "Aku beri waktu sehirupan teh kepadamu. Jikalau kau tak dapat memberi butki yang memuaskan aku, jangan kau menyalahkan aku, apa bila aku berlaku tidak hormat terhadapmu "

“Hanya, taysu, kalau sebentar aku mengajukan saksiku itu, taysu nanti kaget dan ketakutan sekali" berkata sinona sabar.

It Tie merasa hatinya nyeri. Kata-kata sinona bagaikan menikamnya hebat sekali.

Sebelum ketuanya menjawab, Su Kay mendahuluinya. Katanya keras kepada si nona. "Siecu jangan siecu mengandalkan saja lidahmu yang tajam bagaikan pisau. Ingatlah, jikalau kau tidak sanggup menunjukkan bukti ada kemungkinan besar kamu semua sangat sukar bisa keluar dari kuil kami ini " Meskipun dia berkata demikian, toh Su Kay menoleh kepada Siauw Pek dan mengangguk dengan perlahan-

"Buktinya ada disisiku dan segera dapat aku ajukan," berkata nona Hoan, "cuma sebelum aku menunjukkannya, aku ingin bicara dahulu. Dapatkah aku mengutarakannya? " Su Kay menjura.

"Bicaralah" katanya. Ia melancangi ketuanya.

"Bila sebentar aku mengajukan bukti, atau saksiku itu," berkata si nona, "pastilah ketua kamu bakal bangkit hawa amarahnya, dan itu sungguh berbahaya. Bagaimana kalau ketuamu gusar dan dia mengeluarkan perintah supaya taysu semua mengepung kami?  Kami tahu baik sekali kekuasaan ketua kamu, titahnya adalah seumpama gunung beratnya. Apabila itu sampai terjadi, bukankah kami seperti main api untuk membakar diri? Bukankah itu berarti mencari penyakit sendiri? "

"Dalam hal itu, baik siecu menenangkan diri," berkata Su Kay. "Loolap akan tanggung jawab terhadap kamu"

"Taysu, apakah kedudukan taysu maka taysu berani bicara besar begini? " si nona tanya.

"Loolap menjadi salah satu paman guru dari ciangbun hongThio kami”

“Dan Su Hong Taysu yang telah mati itu, ada hubungan apakah taysu dengannya? ”

“Dialah suheng kami yang juga menjadi ketua kami semua" "Baik" berkata si nona. "Sekarang silahkan suruh pendeta yang

menjaga pintu itu mengijinkan orang kami membawa masuk kedua

gotongannya "

"Apakah yang digotong itu? " bertanya Su Kay. "Bukti" sahut si nona, singkat.

su Kay tercengang. Tapi... "Kamu bawalah masuk" akhirnya ia berikan perintahnya.

Kho Kong menyahuti, terus ia memerintahkan empat ang ie kiamsu menggotong tandunya, untuk dibawa masuk kedalam taa can-

"Siecu menghendaki apa lagi? " Su Kay tanya si nona.

"Masih ada satu hal untuk mana kami minta keputusan taysu” “Katakan saja, siecu"

Terus menerus susiok ini melancangi ketuanya. "Didalam rombongan Kim Too Bun kami ada dua orang anggota yang tadi ditugaskan menghaturkan kartu nama," kata sinona. "Ia telah masuk kedalam sini, tapi sekarang mereka entah ada di mana."

"Mereka sekarang berada dibelakang tengah menerima pelayanan kami," berkata seorang pendeta yang berjubah merah, yang sejak tadi berdiri dibelakang It Tie Taysu. Dialah orang yang bertubuh gemuk.

"Walaupun sekarang ada Su Kay Taysu yang bertanggung jawab," berkata sinona, yang sangat teliti, "kami masih menghendaki kedua orang kami itu kembali kedalam rombongan kami ini. Kalau sebentar setelah kami menunjukkan bukti lalu terbit gelombang, bagaimanakah? Bukankah jumlah kami jadi tak lengkap? Maka itu, dapatkah permintaan kami ini diterima baik? "

Pendeta gemuk itu memandang It Tie, sang ketua, terus ia menjawab. "Boleh" Lalu dia mengangkat sebelah tangannya, untuk diulap ulapkan kearah luar pendopo.

Didalam waktu yang pendek maka muncullah dua orang pendeta yang mengiringi Ban Liang dan Oey Eng. Semua pendeta didalam pendopo mengawasi dengan seksama.

Semasuknya kedalam pendopo, Ban Liang menyapu dengan matanya kesegala penjuru, habis itu ia menghampiri gotongan, untuk memernahkan diri di sisi Han In Taysu. "Siecu" tanya Su Kay, "masih ada cara apa lagi dari siecu untuk memperlambat waktu? "

Soat Kun tidak menjawab pendeta itu, hanya dia berkata pada rombongannya sendiri: "Silahkan mengundang Han In Taysu"

Han In menjadi ketua yang terdahulu dari Ngo Bie Pay. Walau dia menemui kecelakaan sudah belasan tahun yang lampau, namanya masih belum dilupakan orang, terutama di dalam kalangan Siauw Lim pay, para pendeta mengetahuinya dengan baik. Maka itu, ketika nama itu disebut si nona, semua orang Siauw Lim Sie itu menjadi heran, dan tercengang Kho Kong segera memberikan jawabannya karena ia mengerti kata si nona ditujukan padanya. cepat ia menyingkap kain hitam yang dipakai menutupi joli yang diduduki si ketua yang malang nasibnya itu karena dia mesti menjadi seorang berCaCad hebat.

Selekas kain berkerudung disingkap maka semua pendeta Siauw Lim Sie melihat di atas gotongan itu duduk bercokol seorang berpakaian serba hitam, yang kedua kakinya buntung dan wajahnya rusak.

It Tie terkejut sekali ketika dia mendengar disebutnya nama Han in Taysu diam diam dia mengerahkan tenaga di tangannya, sedangkan matanya mengawasi dengan tajam kearah gotongan-Dia telah memikirkan, asal orang itu benar ketua Ngo Bie Pay, dia hendak segera menghajar mampus, agar pendeta itu tak sempat berbicara

Jika tidak. sulit baginya untuk mengendalikan semua anggota siauw Lim Sie. Dia telah pikir juga, sematinya Han in, baru dia akan melayani Soat Kun-

Dia berani berpikir begitu sebab dia tahu, separuh dari pendeta pendeta Siauw Lim itu adalah orang orang keperCayaannya.

Segera setelah Han in muncul, It Tie tertawa dingin, karena hatinya lega. Dia tidak mengenali ketua Ngo Bie Pay itu. Dengan nada mengejek dia tanya nona Hoan^ "Siecu, dari manakah memperoleh manusia ajaib yang rupanya tak karuan ini? Siecu menyebutnya sebagai Han in Taysu Siapakah juga percaya? PertunjUkanmu ini sangat jenaka"

Banyak pendeta, yang mengenal macam Han Inpun pada tertawa. Mereka tak mengenali pendeta tua itu.

Soat Kun tidak gusar atau bingung karena ejekan itu, dengan sabar dia berkata^ "Para suhu, aku percaya, diantara kamu, mesti ada banyak yang pernah melihat Han In Taysu Silahkan kamu mengenalinya"

It Tie berkata dingin: "Siecu, diantara kami ada seratus orang yang kenal Han in Taysu, hanya pertunjukanmu ini menunjukkan kau sangat tak memandang mata kepada kami dari Siauw Lim Sie"

"Taysu, aku begini sabar, aku kagum sekali" berkata si nona tetap tenang. "Tapi baiklah taysu, atau para suhu lainnya, mengerti. Jikalau aku hendak mengajukan orang yang wajah dan potongan tubuhnya mirip sekali, sebab walaupun aku sangat bodoh, tidak nanti aku mengajak orang yang cacat begini rupa. Wajah orang ini telah dirusak seperti juga kedua kakinya sudah dikutungkan hingga sukar buat orang mengenalinya...”

“Bicaramu beralasan, siecu" berkata sejumlah pendeta. It Tie tertawa berkakak.

"Sungguh kata kata yang bagus untuk mempengaruhi orang" katanya. "Siecu, kepandaianmu berlagak membuat punco sangat kagum"

Soat Kun tetap tidak menghiraukan ejekan-Ia tak gusar. Sama tenangnya seperti semula, ia kata^ "Sekalipun seorang yang pintar sekali didalam seribu, satu kali mesti dia berbuat keliru. Taysu mati matian ngotot berbantah denganku, mengatakan bahwa orang ini bukanlah Han In Taysu, ketua terdahulu dari Ngo Bie Pay, apakah maksud yang terkandung didalam hati taysu? Mustahilkah, kalau suhu ini benar Han in Taysu, lalu terhadapmu bakal terjadi sesuatu yang merugikan atau membahayakan kedudukanmu dan dirimu pribadi? " Itulah kata kata tajam yang sangat menikam si ketua partai. Dilain pihak. kata kata itu menambah kepercayaan para pendeta terhadapsi nona.

Sekejap. wajah It Tie menandakan dia terkejut dan khawatir, hanya dilain detik, dia sudah tenang kembali. Dia bersikap sangat sabar.

"siecu," katanya, "adakah maksud siecu datang kemari untuk mengadu dombakan kami semua? Adakah sengaja engkau mau memecah belah Siauw Lim Sie? "

"Tidak. taysu, itulah bukan maksudku," sahut si nona. "Kalau memang dihati taysu ada setan penggodanya, mengapa taysu tidak mau menyingkirkannya? Itulah mudah Taysu coba saja menjernihkan urusan ini " Kembali It Tie kaget didalam hatinya.

"Liehay budak ini" pikirnya. Lalu ia berkata^ "Siecu, apakah yang hendak siecu katakan? Silahkan Untuk kebersihan diri, suka aku mendengarnya " Soat Kun juga mengagumi si pendeta.

“Heran dia tak dapat dibuat murka Inilah menandakan halnya dia sangat licik dan berbahaya " Maka ia berkata: "Taysu, sikapmu ini menyatakan kecerdasanmu"

It Tie batuk batuk. Itulah caranya baginya untuk membungkam, agar ia tidak sembarang mengucap.

soat Kun tidak mendengar si pendeta menimpali, ia menyambungi^ "Sekarang ini soal yang didepan mata harus diselesaikan yaitu soalnya Han in Taysu ini, dia benar ketua dari Ngo Bie Pay atau bukan "

"Benar" berkata sejumlah pendeta, yang menaruh perhatian besar atas soal itu. "Bagaimanakah caranya siecu hendak memastikan bahwa dialah Han in Taysu? "

"Didalam hal ini hendak aku mohon bantuan para suhu juga Nah, diantara suhu sekalian, Siapakah yang mengenal Han in Taysu dengan baik? ” “Pinceng kenal baik Han In Taysu" menjawab dua orang pendeta.

"Bagus Silahkan suhu berdua menghampirinya" Kedua orang pendeta itu bertindak maju.

Siauw Pek memasang mata. Ia mengenali Su Lut Taysu dan It ceng Taysu.

soat Kun berkata sabar kepada kedua pendeta itu "Jiewi mengenal baik Han In Taysu, mungkin dari suara atau lagu suara taysu itujie-wi akan mengenalinya."

"Semenjak peristiwa dipuncak Yan In Hong itu, sudah belasan tahun pinceng tidak pernah bertemu Han In Taysu," berkata Su Lut, menjawab si nona, "karena itu pinceng tidak merasa pasti bahwa pinceng akan mengenalinya atau tidak..."

"Pinceng pernah turut suhu ke Ngo Bie San dan tinggal disana lama sekali." berkata It ceng menggantikan Su Lut Taysu. "Pernah pinceng mendengar suhu bersama Han In Taysu merundingkan soal agama. Karena itu pinceng percaya akan masih mengenali suaranya.”

“Aku mohon tanya, siapakah suhu taysu itu? " Nona Hona bertanya, hormat.

"Suhu ialah Su Hong taysu ketua terdahulu dari siauw Lim Sie kami, yang telah mengalami bencana hebat dipuncak Yan In Hong itu." It ceng menjelaskan.

"Bahwa gurumu suka mengajakmu berkunjung ke Ngo Bie San, itulah bukti bahwa ia baik sekali terhadap suhu." si nona berkata pula.

Terhadap kedua pendeta ini, Soat Kun bersikap manis, sedang suaranya tetap merdu.

It ceng mengerutkan kening.

"Budi suhu laksana gunung beratnya." "Sungguh budi berat bagaikan gunung" Si nona mengulangi. "oleh karena guru taysu itu telah melepas budi demikian besar kepada taysu, sudah selayaknya apa bila taysu mencoba membalas budinya itu."

It ceng menganggut. Tak tahu ia bagaimana harus menjawab. Kali ini Soat Kun berkata pula, suaranya tinggi dan jernih.

"Jiewi taysu, sekarang silahkan jiewie mulai mengadakan pembicaraan dengan Han In taysu. Aku tidak percaya jiewie akan berpihak pada salah satu diantara kita, aku hanya mengharap masing-masing mengikuti "Langsim"-suara hatinya."

Su Lut taysu segera mengawasi Han In taysu iapun merangkap kedua belah tangannya, sambil memberi hormat keagamaan itu, ia mulai bertanya. "Tuan, benarkah kau Han In suheng? "

Karena mereka bersamaan tingkat derajat, pendeta Siauw Lim Sie ini memanggil "suheng" (kakak seperguruan) kepada ketua Ngo Bie Pay itu. Han In taysu menghela napas berduka.

"Benar," sahutnya singkat.

"Mengapa keadaan suheng menjadi begini menyedihkan? " Su Lut bertanya pula. Han In menghela napas pula.

"Loolap bersama suheng kamu, Su Hong taysu, juga kedua suheng dari Bu Tong dan Khong Tong didalam waktu yang bersamaan, telah menemukan bencana. Kamu toh telah ketahui itu."

"Benar. Tapi sembilan partai besar bersama sama empat bun, tiga hwee dan dua pang telah berhasil membalaskan sakit hati suheng berempat itu."

"Bagaimanakah cara pembalasan sakit hati itu? " Han In bertanya.

"Didalam satu malam Pek Ho Po musnah diserbu hingga terbinasa seratus lebih jiwa anggota keluarganya. Sibiang jahat coh Kam Pek. malam itu dapat meloloskan diri, akan tetapi setelah delapan tahun, dia kena dicandak dan dikepung serta dibinasakan juga didepan jembatan Seng Su Klo"

Keterangan itu membuat Siauw Pek merasa tertikam berulang ulang, karena mata terbayang pula peristiwa hebat didepan Seng Su Klo itu, peristiwa yang pernah dihadapinya sendiri. Maka darahnya bergolak dan jantungnya berdenyutan keras. Hampir ia tak dapat mengekang kesabaran hatinya. Ia menggigit gigi atas dan bawahnya sampai darahnya keluar Han In Taysu menggeleng gelengkan kepala, ia menarik napas panjang.

"Meskipun pada masa itu nama coh Kam Pek dari Pek Ho Bun sangat terkenal, pasti sangat sukar bagi dia untuk membinasakan suheng kamu. Apalagi ketika itu bersama suheng kamu itu juga ada loolap serta ciangbun suheng dari BuTong Pay dan Khong Tong Pay"

Su Lut Taysu hendak bertanya lebih jauh, tapi mendadak It Tie memotongnya. "susiok. dapatkah susiok memastikan dialah Han In Taysu? " demikian pertanyaannya.

"Loolap masih belum berani memastikan," sahut tiangloo itu jujur. It Tie menoleh kepada It ceng, matanya bersinar tajam.

"Sutte, telahkah kau dengar dan mengenali suaranya itu? " dia bertanya kepada adik seperguruannya itu^

It ceng memberi hormat.

"Sebegitu jauh telah kudengar, suara orang ini beda jauh sekali dari suara Han In Taysu" demikian jawabnya.

Ketua Siauw Lim Sie itu tertawa dingin. nyaring tawanya.

"Nah, siecu, apakah lagi yang hendak kau katakan? Adakah sampai disini saja akal muslihat iblismu? " katanya pada nona Hoan. Lalu, tanpa memberi kesempatan buat menjawab, mendadak dia memberikan perintahnya.

"Tangkap mereka. Gusur mereka ke Kay Sie Wan, untuk menantikan keputusanku. Jikalau mereka berani melawan, bunuh saja, habis perkara “ “Tunggu dulu" berkata Su Lut Taysu sambil dia menjura terhadap ketua itu.

"Ada apakah, susiok? " It Tie bertanya.

"Menurut apa yang loolap ingat samar samar, suara orang ini mirip dengan suara Han In Taysu," kata pendeta tertua itu.

"Perkara ini besar dan penting sekali, susiok" kata It Tie dingin. "Jikalau susiok tidak punya pegangan yang kuat, baiklah susick jangan berlaku murah hati dan belas kasihan." Kembali Su Lut menjura.

"Loolap bicara dengan sejujurnya, loolap tidak mendusta," katanya pula.

It Tie berkata pula. dingin seperti semula: "It ceng sutee berani mengatakan dia bukannya Han In Taysu, itu menyatakan bahwa dia telah mempunyai pegangan, sebaliknya susiok ragu-ragu. Walaupun susiok menjadi tiangloo tetapi tak dapat susiok memperkokoh pikiran sendiri. Hal ini tak usah susiok Campur lagi. Mundurlah" su Lut tertegun, terus ia menurunkan tangannya dan berdiri diam.

Tiba-tiba Su Kay Taysu menjura dan berkata^ "Loolap ingin bicara" katanya pada ketuanya.

"Apakah itu? " tanya It Tie. "IHmm"

"Benar apa yang ciangbun hongThio baru saja katakan," berkata Su Kay. "Perkara ini sangat penting, sudah selayaknya kita caritahu hingga menjadi terang. Kalau orang ini bukan Han In Taysu, dengan menyamar atau mengaku menjadi ketua Ngo Bie Pay, apakah maksudnya? Benar musuh Su Hong suheng telah dibinasakan, walaupUn demikian dudUk kejadian yang sebenarnya masih gelap. bagaikanmasih ditutupi kabut atau mega Meng apakah Su Lut sutee tak diberi kesempatan buat dia bicara terus sampai jelas segalanya? "

"Dia tidak berani menetapkan orang adalah Han In Taysu, buat apa mendengarkannya mengoceh tidak keruan? " kata It Tie. Su Kay berpaling kepada Han In Taysu. "Dia telah dirusak mukanya, teranglah kerusakan itu dibuat dengan sengaja." katanya. "Memang sekarang ini sulit untuk mengenali dialah ketua dari Ngo Bie Pay itu. Sebaliknya, kalau dia benar Han In Taysu walaupun dia bercacat begini rupa, masih bisa diselidiki tentang dirinya."

"Mohon tanya, susiok. bagaimana caranya untuk membuktikan dia benar Han In Taysu? " It Tie bertanya.

Terhadap tiangloo ini, ketua Siauw Lim Pay itu masih menghargainya juga.

"Didalam Ngo Bie Pay ada banyak rahasia yang orang luar tak tahu," berkata Su Kay dengan sabar, "kalau dia ini benar Han In Taysu, tentulah dia tahu semuanya."

It Tie berkata tawar: "Karena itu rahasia partai, kita juga turut tidak tahu. Jikalau dia ngaco belo, mana bisa kita ketahui benar atau tidaknya? "

"Semasa Han In Taysu belum menemui petakanya, dia bersahabat erat dengan loolap." Su Kay berkata pula.

"Sekalipun begitu, tidak nanti dia sudi memberitahukan rahasia dari Ngo Bie Pay" Su Kay melengak. Dia kalah alasan-Tapi dia tak putus asa. "Masih ada satu jalan lain," katanya.

It Tie memperlihatkan sikap keren-"Tak peduli itu jalan apa, itu mestinya bisa diterima baik oleh orang banyak" katanya keras. "Jikalau hal itu cuma diketahui oleh satu orang, yaitu oleh susiok sendiri, teranglah benar ya benar, salah ya salah. Jalan itu tidak adil" Mendengar itu Su Kay tertawa tawar.

"Kalau begitu, jadi loolap pun ciangbun hongThio sudah tidak percaya lagi? " tanyanya.

"Tapi punco harus berhati-hati sekali" sahut It Tie, yang mencari alasan-"Setelah terjadi pembunuhan kepada ketua partai kami itu, punco sudah bekerja keras untuk membuat pembalasan sakit hati, hingga punco berhasil mengumpulkan tujuh belas partai lainnya. Sesudah lewat beberapa tahun, barulah punco berhasil mewujudkan pembalasan itu. Habis itu toh masih tersiar banyak macam kabar angin, karena mana mesti punco berlaku waspada dan berhati-hati"

Su Kay tetap beraku sabar. Ia tertawa.

"ciangbun hongThio benar dan loolap menyetujuinya," katanya. "Maka itu loolap minta sudilah ciangbun hongThio berlaku hati-hati untuk menyelidiki lebih jauh perkara ini. Semoga ciangbun hongThio meluluskannya." It Tie berdiam karena desakan paman guru itu.

"Baiklah" sahutnya kemudian. "Silahkan susiok ajukan beberapa pertanyaan terhadapnya, tetapi jangan terlalu lama, kalau terlalu lama itulah tak ada faedahnya. cukuplah selama waktu seminum teh..." Su Kay mengangguk.

"Loolap akan bertanya Cepat," katanya. "Silahkan ciangbun hongThio menyaksikannya"

Segera ia menghampiri Han In Taysu, untuk terlebih dahulu memberi hormat, baru ia bertanya: "Tooheng, apakah tooheng masih mengenali loolap? "

"Too heng" adalah panggilan kakak sesama kaum beragama. Panggilan itu biasa digunakan terhadap golongan Too Kauw. Apakah Too, dari Loo cu (Lao Tze).

"Jikalau loolap tidak salah ingat, kaulah yang dipanggil Su Kay," jawab Han In.

"Benar, loolap memang Su Kay." Han In menoleh kepada Su Lut. "Dia itu adik seperguruanmu, namanya Su Lut," katanya sabar. Su Lut memberi hormat.

"Benar, loolap ialah Su Lut," katanya. Han In menoleh kepada It Tie.

"Kau adalah murid Su Hong Tooheng, It Tie" katanya pula.

It Tie tertawa dingin-Bukannya ia mengiakan atau ia menyangkal ia justru berkata dengan nada ejekannya "Jikalau kau memalsukan Han In Taysu, tentulah terlebih dulu kau mencari tahu jelas perihal kami. Punco menjadi ketua disini sudah sepuluh tahun lebih, siapakah didalam dunia Kang ouw yang tidak kenal namaku? "

Han In Taysu tetap berlaku sabar, katanya tenang: "Ketika dahulu hari Su Hong Tooheng bersama loolap membuat pertemuan diatas puncak Yan In Hong, bukankah kau diajak bersama"

"Benar Adalah dipuncak itu yang pertama kali punco bertemu dengan Han In cianpwee" sahut It Tie. Ia memanggil "cianpwee” “orang tingkat tua yang dihormati" kepada Han In Taysu dalam artian Han In yang sejati.

soat Kun tertawa dingin, ia menyela: "Paling baik taysu jangan campur bicara, biarkanlah Han In Taysu bicara terus " It Tie gusar.

"Jikalau dia ngoceh tidak karuan, mana dapat punco tak memperbaikinya? " katanya sengit.

"Dengan sikap ini taysu, bukankah kau menjadi seperti membuka rahasia sendiri? " sinona bertanya.

Maka ketua Siauw Lim Pay itu pucat lalu menjadi marah. Katanya bengis: "jikalau siecu masih bicara sembarangan dan mengejek punco, akan habis sudah kesabaranku "

Su Kay Taysu pun berkata: "Siecu berlaku tidak hormat begini rupa kepada ketua Siauw Lim Sie kami, terang siecu hendak membuat kepusingan saja, karena itu jangan kata ketua kami, loolap sendiri juga akan melarang kau banyak bicara lagi"

soat Kun terdiam. Didalam hatinya, ia tertawa Ia dapat menerka maksud tiangloo itu. Dimuka umum, dia membantu ketuanya, dibalik itu, diam-diam dia menunjang pihaknya. Kata-kata itu berupa bisikan untuk ia jangan melayani bicara lebih jauh kepada It Tie. Teranglah pendeta itu sudah mengenali Han In Taysu.

Han In sementara itu berkata pula: "Ketika hadir dipuncak Yan In Hong itu, su Hong Tooheng membawa dua muridnya yang dipercaya. Jikalau loolap tidak salah ingat, kecuali kau, yang lainnya ialah yang bernama It ceng" "Itulah hal yang dunia ketahui, itu bukan rahasia lagi" It Tie berkata keras. "Dan loolap membawa muridku yang mendurhaka Hoat ceng" It Tie batuk batuk keras.

"Didalam ketua Ngo Bie Pay, siapakah yang tidak tahu? " dia menanggapi. "Yang kami ingin dengar ialah bagaimana tuan dapat membuktikan bahwa dirimu benar Han In Taysu"

"Selama loolap bicara taysu selalu memotong apakah itu bukan berarti loolap dilarang bicara? " tanya ketua Ngo Bie Pay itu.

"Kau buktkan dahulu bahwa kaulah Han In Taysu tulen, baru dapat kau menceritakan segala sesuatu mengenai peristiwa dahulu itu" It Tie jawab.

"Bagaimana kehendakmu supaya aku dapat memberi bukti tentang diriku? "

"Inilah sukar buat punco menyebutnya. Asal kau memberi satu bukti bahwa kau benar Han In Taysu, bukti yang dapat diterima  baik oleh orang banyak. jangan kata loolap. semua pendeta Siauw Lim Sie lainya akan menghormatimu"

"Baiklah.. Didalam partai kami ada ilmu silat yang dirahasiakan, yang tidak diwariskan kepada sembarang orang, sekarang loolap hendak menyebut dua saja diantaranya, bagaimana? "

"Jikalau itu adalah ilmu silat Ngo Bie Pay yang dirahasiakan, percuma tuan menyebutkannya sebab kami tidak tahu menahu" Han In tertawa tawar.

"Bagaimana jikalau loolap menuturkan dahulu sekelumit yang mengenai peristiwa di Yan In Hong dahulu hari itu? " tanyanya. It Tie tertawa dingin.

"Perihal peristiwa hebat dan menyedihkan di Yan In Hong dahulu itu, didalam dunia Kang ouw telah bermunculan banyak cerita yang tak sama satu dengan lain, dan siapa hidup didalam dunia Kang ouw, banyak yang sudah mendengar dan mengetahuinya. Sungguh sederhana peristiwa itu dikarang menjadi sebuah cerita, ya, sungguh sangat mudah oh tuan, kau sangat memandang ringan kepada kami dari Siauw Lim Sie"

Kedua mata Han It Taysu bersinar tajam. Terang bahwa ia merasa sangat tersinggung. Dengan sinar matanya itu dia menyapu semua pendeta yang hadir didalam pendopo besar itu kemudian ia berkata dengan suara dingin: "seorang yang menderita hebat semacamku ini, daripada dia hidup didalam dunia, lebih baik dia mati siang-siang Tapi aku berlaku sabar luar biasa menderita kesengsaraan, tak sudi akupergi mati, sengaja aku membiarkan hidupnya jiwa tuaku ini, itulah melulu buat peristiwa celaka dipuncak Yan In Hong itu, supaya masih ada satu-satunya saksi hidup"

Didalam ruangan itu kebanyakan adalah orang kepercayaan It Tie, tapi ada juga mereka yang jujur dan menjunjung peri keadilan, kapan mereka ini mendengar kata kata orang tanpa daksa itu hati mereka guncang, lalu puluhan pasang mata diarahkan kepada pendeta Ngo Bie Pay itu.

Su Kay senantiasa memperhatikan secara diam-diam suasana didalam ruangan, ia bisa melihat sikap semua pendeta itu, maka itu mendengar suara Han In, ia lalu campur mulut. Katanya tenang: "Walaupun orang ini bicaranya sembarangan saja, tapi agaknya dia mempunyai alasan yang dapat dipercaya, karena itu sudilah kiranya ciangbun hongThio mengijinkan dia melanjutkan keterangannya."

Dengan sinar mata dingin, It Tie melirik kepada tiangloo itu, katanya. "Walaupun susiok menjadi tiangloo yang paling dihormati didalam kuil ini tetapi susiok tidak dapat mencampur tahu kekuasaanku sebagai hongThio Setelah susiok tahu dia bicara sembarangan saja, apa gunanya akan mendengarkannya terlebih jauh? Didalam urusan ini, disaat ini, tak usah kau campur tahu, lekas kau mengundurkan diri " Su Kay Taysu tercengang. Tapi lekas juga ia sadar.

"Loolap menjadi tiangloo, sudah sepantasnya loolap memperhatikan dari prihatin terhadap hong Thio" katanya. Jikalau benar benar hong Thio tak sudi mendengar dia bicara tak karuan baiklah loolap minta dia diserahkan kepada loolap untuk membawanya kependopo Kay Sie Ih Loolap nanti memanggil rapat para tiangloo guna kami mendengar penuturannya, setelah mana loolap akan memberi laporan singkat kepada hongThio”

“Apakah sudah pasti sekali susiok ingin mendengarnya" tanya ketua itu dingin.

"Memang banyak sekali cerita di luaran," berkata Su Kay. "akan tetapi semua itu tidak lengkap dan terang, karena itu, walaupun orang ini mendusta, tak ada halangannya akan mendengar keterangannya, dia bicara benar atau tidak. kita akan dapat memastikannya . . . "

Diam diam It Tie memperhatikan para pendeta. Ia mendapat kenyataan, kecuali orang orang dipihaknya, yang lain nampak curiga semuanya. Maka itu, ia lalu tersenyum.

"Baiklah, susiok" katanya. "Kata kata susiok beralasan, baik kita membiarkan dia bicara"

Su Kay merangkap kedua tangannya menghadap ketuanya terus ia menjura pada Han In Taysu untuk berkata: "Ketua kami telah memberi persenan untuk kau bicara terus, tapi kau harus membuka hatimu, akan menuturkan dengan terang danjelas"

Han In memejamkan mata untuk mengingat peristiwa atau pengalamannya yang pahit itu, setelah itu ia menghela napas panjang.

"Membicarakan peristiwa dipuncak Yan In Hong di Pek Ma San itu kembali mengingatkan akan hal yang menyedihkan dan menyebabkan penasaran," berkata ia kemudian-Mendadak ia mementangkan matanya mengawasi tajam kepada It Tie Taysu, matanya itu bersinar bagaikan kilat. Lalu ia meneruskan^

"Tidak loolap memuji kepada kepandaian silat dari beberapa orang itu, dan yang mengharukan hati juga bukan itu, Sekalipun puncak Yan In Hong itu sembunyi seribu orang jago sebenarnya sukar untuk mereka itu dapat merintangi loolap bersama Su Hong Too heng dan dua tooheng lainnya" Su Kay Taysu menyela. "Kalau orang orang itu tidak tinggi ilmu silatnya, mengapa taysu bersama Su Hong Su Heng serta kedua tooheng lainnya kena tertawan dan terbinasakan, danbahkan matinya secara demikian hebat dan menyedihkan, sampai tubuh  dan wajah taysu sekalian tak dapat dikenali lagi? "

"Jikalau semua mayat itu dapat dikenali maka usahanya sekawanan manusia jahat itu pasti gagal"

Sinar mata Su Kay Taysu berkilau akan tapi lekas juga ia menjadi tenang pula. Katanya sabar. "Jadi, menurut taysu, semua keempat mayat itu ialah mayat mayat palsu? "

"Paling sedikitnya, mayat sejati" menyahut ketua Ngo Bie Pay itu. "oleh karena itu, berdasarkan mayat palsu itu, mungkin mayat mayat Su Hong Tooheng, Goan cin Tooheng dan Thie Kiam Pang Tooheng pun bukanlah mayat mayat tulen juga " Hati Su Kay guncang keras akan tetapi ia mencoba mengendalikannya.

"Maksud taysu bahwa suheng kami itu seperti loolap masih hidup didalam dunia ini? tanyanya.

"Loolap Cuma mengatakan tentang kemungkinannya," sahut Han

In.

"Masih ada satu hal yang loolap tidak mengerti," berkata pula

tiangloo dari Siauw Lim sie itu, yang hatinya tetap tegang. "Baik, tanyakanlah" sahut ketua Ngo Bie Pay itu.

"orang orang dengan kepandaian silat seperti tooheng serta suheng kami itu, juga dari Goan cin Tooheng dari Bu Tong Pay, cara bagaimana dapat terbinasakan di tangan lain orang? " demikian tanya Su Kay.

"Mulanya kami terkena racun, kami ditotok maka mudah saja kami kena ditawan-"

"Menurut apa yang loolap ingat, ketika suheng kami mau berangkat ketempat rapat ia telah membuat persediaan, bahkan teh dan cangkirnya ia bekal dari rumah, yang dibawanya sendiri, bagaimana mungkin ia kena diracuni juga ? "

"Tepat pertanyaan taysu. Mengenai rapat itu, Su Hong Tooheng dan loolap mendapat serupa anggapan, ialah bahwa rapat sangat penting, karena hal itu menyangkut keselamatan atau kehancuran dunia Rimba Persilatan-Maka itu juga , tak dapat tidak kami membuat persiapan dari siang-siang. Begitulah loolap saling berjanji dengan Su Hong Tooheng dan Goan cin Tooheng untuk sama-sama memilih tiga orang murid yang diperCaya untuk mereka itu bertanggung jawab menjaga keamanan diempat penjuru tempat rapat dengan mereka dipesan asal mereka melihat sesuatu yang mencurigakan, mesti mereka segera memberi kisikan kepada kami, agar kami dapat mengatur penjagaan. Diluar dugaan kami, kami toh tercelakai juga "
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar