Pedang dan Golok yang Menggetarkan Jilid 44

JILID 44

Lawan itu berlaku tenang. Walaupun dia telah dicaci dan dibentak. tak mau dia membuka suara, sebaliknya dia mencoba membalas menyerang dengan satu tipu silat yang membahayakan sekali.

Itulah gerakan "Cie So Hok Liong" atau "Rotan Merah Melibat Naga". Tangan kiri menyambar, untuk menangkap lengan kiri Su Kay Taysu, tangan kanannya meluncur kepinggang pendeta itu.

Gerakan itu sangat sebat tetapi juga tanpa suara anginnya. Namanya jurus ialah "Poan Jiak Sian ciang", atau "Tangan Prayna". Itu pula salah satu tipu silat istimewa Siau Lim Pay yang banyaknya tujuh puluh dua macam.

Su Kay Taysu dapat membebaskan diri, tetapi ia terkejut sekali, hingga ia membentak "It Tie, pendurhaka, masih kau tak mau perlihatkan dirimu"

Tetap pendeta yang disangka It Tie itu membungkam, dia bagaikan tuli dengkak dan gagu bisu, tetap dia menangkis dan menyerang, melayani Su Kay Taysu secara yang membuat tiangloo ini heran dan kagum.

Sebenarnya dia antara tiangloo tiangloo Siauw Lim Sie, Su kay adalah yang paling lihay disamping Su Khong Taysu, maka heraniah yang lawan ini dapat melayaninya dengan kepandaian yang luar biasa hebat itu.

Ketika itu tibalah Su Khong dan Su ie, Su Lut dan Su wie Su Kay menjadi bertambah semangat, ia menyerang hebat lawannya itu.

Tiba tiba terdengar satu suara menyayatkan hati. Kiranya Su Beng dilain pihak telah menghajar remuk batok kepalanya lawan, hingga dia telah hilang nyawa seketika.

Tibanya rombongan Su Khong itu membuat beberapa orang lawan lari turun tanjakan. Su Beng mau mengejar mereka itu sambil dia membentak. "Kawanan pemberontak, kau hendak kabur kemana?"

Tapi Su Khong menteriak "Sutee, tak usah mengejar mereka itu" Mulanya Su Beng melengak. setelah ia menoleh, ia mengerti.

Maka ia berhenti mengejar lalu ia berdiri diam, bersiap sedia dengan senjatanya. Dengan begitu ia mau menjaga, mencegah lawan lawan lainnya lari turun.

Belasan murid Siauw Lim Sie dapat lolos turun, hingga tinggal itu satu pendeta, yang bertubuh tinggi besar, yang dilihat oleh Su Kay Taysu, Su Khong dan lainnya bertujuh tiangloo pun berdiri diam, berjaga-jaga.

Rombongan Siauw Pek diatas bukit tetap menonton pertempuran yang dahsyat itu. Mereka memikir belum tiba saatnya untuk turun tangan-

Tengah Su Kay melayani lawannya yang lihay itu, mendadak ia mendengar suara teguran su cu Taysu. "Apakah kau It Tie?" Teguran itu mulanya didahulukan suara bentrokan senjata yang nyaring berisik sekali. Itulah bukti bahwa kedua senjata berada ditangan yang lihay.

Su Kay mendengar teguran Su cu itu, hatinya bercekat. Mendengar disebutnya nama It Tie saja sudah membuat darahnya bergolak., Maka segera ia melirik kearah Su cu Taysu, hingga ia melihat, Su cu tengah menghadapi serombongan orang berkerudung yang lainnya yang telah mendaki tanjakan, Su cu bisa terancam bahaya dikepung rombongan yang baru ini. Maka Su kay berlompat meninggalkan lawannya, akan menyerang beberapa orang itu. dalam murkanya, segera ia menghajar roboh tiga lawan, yang tubuhnya terguling ke bawah bukit.

Han in Taysu menyaksikan kegagahannya, "Sungguh ilmu tongkat yang bagus sekali Itulah hebatnya sebuah senjata berat "

Menyusul pujian ketua Ngo Bie Pay itu, kembali terdengar seruan bengis dari Su Kay Taysu, maka kembali tiga orang lawannya, roboh semua Dengan begitu maka ia bisa terus menghampiri Su cu Taysu.

Su cu Taysu tengah menahan beberapa orang lawan lainnya, ketika ia melihat tibanya sang suheng, ia menjadi girang semangatnya terbangun. segera ia berseru: "Suheng, kau bekuk dahulu itu orang yang bertangan kosong Lihatlah, dia It Tie atau bukan"

Su Kay menoleh kepada lawan yang ditunjuk Su cu itu, yang berada disebelah kiri, melihat seorang pendeta dengan tubuh besar dan kekar, yang mirip dengan potongan tubuh It Tie, maka ia berseru seraya melompat kearah orang itu.

Melihat majunya Su Kay, lawan itu berlompat nyamping, untuk dari situ menerjang punggung orang. Ia telah melayangkan tangannya

Su Kay melihat lawan itu menggunakan jurus "Hang Liong sippat Siang" yaitu tipu silat "Delapan belas Tangan Menaklukkan Naga" Sekarang ia melihat tegas, inilah lawan lihay yang tadi bentrok hebat dengannya. Maka ia segera berlaku waspada.

Tengah saudaranya itu bertempur, Su Khong menegur, "It Tie, murid murtad, apakah kau masih tak mau menyerah? Kau mau tunggu apa lagi ?"

Teguran itu mengejutkan pendeta itu, hingga gerakannya jadi ayal, Su Kay menggunakan kesempatan untuk menghajar kepala orang. Pendeta itu kaget tapi ia sempat melompat berkelit. Dia melompat sejauh tujuh kaki

Su Khong semua mendongkol. Mereka mengenali kelitan atau lompatan itu, ialah salah satu jurus terlihay dari Siauw Lim Sie. Diantara sembilan tiangloo, cuma Su Khong yang pernah mempelajari tipu silat itu.

Karena pendeta itu menggunai tipu silat yang lihay itu, Su Kong beramai menerka pasti dialah It Tie, si ketua murtad. Maka semua lalu berwaspada.

Dengan berlompat itu, pendeta itu jadi mendekati Su cu Taysu, yang menjaga diarah timur laut. Tanpa ayal lagi, Su cu membentak sambil menerjang. Ia menggunakan tangan kosong.

Atas serangan itu, yang ia dengar anginnya, pendeta berkerudung kepala itu menangkis sambil memutar tubuhnya. Hebat tangkisannya itu hingga ia mundur satu tindak. Dilain pihak. Su cu mundur tiga tindak dengan tubuhnya limbung

Menurut tingkat golongan, It Tie ada terlebih rendah daripada Su cu. Dia dari huruf It Su cu dari huruf "Su". Toh sekarang terbukti, dia terlebih gagah

Sebagai kesudahan dari bentrokan itu, Su Khong beramai berseru, lalu mereka maju berbareng, mengurung bebas ketua itu. Itulah kurungan Lo Han Tin yang dipersingkat.

Kedelapan tiangloo heran sekali menyakslkan kelihayan lawan itu. Kalau dia itu benar It Tie, itulah hebat bukan main Maka mereka perhebat pengepungan mereka.

Selang dua puluh jurus, baru tampak lawan itu keteter, walaupun demikian, tak dapat dia segera diringkus atau diroboh kan.

Bertempur terlebih jauh, kedelapan tiangloo bersikap semakin keras. Mereka heran dan penasaran jikalau mesti bertempur satu lawan satu, mungkin mereka bukanlah lawannya. begitulah Su Khong, setelah mendesak keras dia menyapu dengan tongkatnya. Lawan itu berkelit sambil berlompat, sambil berlompat itu, dia meneruskan menyerang Su Lut dan Su Beng dikiri dan kanannya. Dia bertarung mementang kedua belah tangannya.

Su Kay menggunakan saat orang menyerang ke kedua arah itu, ia berlompat maju, menyerang dengan sianthung, tongkatnya. Tapi ia menyerang bukannya dengan menikam atau menyodok. hanya tongkat itu diteruskan dilepas dari cekalannya, dibuat meluncur pesat

Orang yang diserang itu kaget sekali. Inilah dia tidak sangka. Tapi dia lihay luar biasa, sambil berkelit kesamping, dia mengulur tangan kirinya, menyambut tongkat itu

Berbareng dengan serangannya Su Kay itu Su cu bersama Su Ie dan Su Beng menyerang serempak. Itulah hebat sekali. Lawan belum sempat memperbaiki kedudukannya, sedangkan tangan kirinya baru mencekal tongkatnya Su Kay itu. Toh dia masih mencoba berkelit dan menangkis. Sayang dia repot sekali dia jadi kurang sebat. Mungkin ini disebabkan ia sudah terdesak. karena dia telah letih. Tidak ampun lagi, ujung tongkat Su Ie mampir di pinggangnya, hingga tubuhnya menjadi limbung. Justru itu, tibalah jeriji tangan Su Kay dan Su Khong maka itu dia segera kena tertotok. Di saat tubuhnya limbung hendak jatuh, sebelah tangan Su Khong telah menyambar kekepalanya, menjambret bungkusan kepala hitam itu

Selekasnya kerudung itu terpisah dari kepalanya, tampaklah kepala gundul dan wajah si lawan. Benar benarnya dia It Tie adanya

Su Ie berlaku sebat, segera ia mengeluarkan tambang istimewa yang dinamakan "Kauw Kin Sun So", atau "tambang otot ular naga". Dibantu oleh Su Lut dan Su Beng, kedua tangan It Tie ditarik rapat kebelakang, terus dilibat diikat erat erat. Bahkan kedua kakinya diikat juga

Disaat itu mendadak terdengar teriakan kaget dari Su Kay Taysu. "Ditubuh binatang ini tak ada apa apanya" demikian teriakan itu.

"Apa?" seru Su Khong bertanya. "Dari sembilan belas kitab rahasia, satupun tiada" Su Lut pun berseru.

Su Khong kaget hingga ia bermandikan peluh, hingga dengan kedua tangannya sendiri ia meraba raba tubuhnya itu ketua murtad.

Kesudahannya itu membuat ia mengoceh seorang diri. suaranya bagaikan orang menangis.

Siauw Pek berkata perlahan pada Oey Eng:

"Adik, coba tolong nyalakan obor untuk mereka itu" Memang, ketika itu, cuaca sudah mulai gelap.

Oey Eng serta Kho Kong berlaku sebat, mereka mencari rumput kering, untuk diikat dijadikan obor dan terus disulut.

Ketika itu, Soat Kun memperdengarkan suaranya: "Para taysu, baiklah kalian kekang dahulu semua orang di bawah itu supaya jangan ada yang lolos, sesudah itu barulah kalian periksa It Tie"

Su Khong bagaikan tersadar. Suara si nona benar sekali. Saking tegang hatinya, tadi ia melupakan mereka yang sedang bertempur. Ia pun mengagumi si nona yang cerdas itu. Maka ia lalu memegang It Tie dengan kedua tangannya untuk mengangkat tinggi tubuh sang ketua berbareng dengan mana ia berkata nyaring:

"Kamu dengar, Semua berhenti bertempur... Lihat, It Tie si pemberontak telah kena ditawan. Pemberontak inilah yang bakal dihukum, kalian yang hanya ikut ikutan saja, akan memperoleh keringanan"

Suara ketua tiangloo ini terdengar tegas oleh semua orang yang sedang bertempur itu. Mengalun nyaring suaranya, karena dikeluarkannya menuruti ilmu suara "Hud Bun ciang Keng" yaitu Cara pembacaan khotbah istimewa.

Menyusul itu Su Kay Taysu juga memperdengarkan suara gunturnya. "Berhenti" Ia menggunakan ilmu suara "Say cu Hauw" artinya "Derum singa" Suara itu lantas berkumandang, terdengar oleh semua orang di Tegalan itu. Hanya sebentar, sunyilah seluruh medan pertempuran itu. Pertempuran berhenti serentak. sebagai gantinya, semua mata diarahkan ke atas bukit

Dalam kesunyian itu terdengar suara Su Khong Taysu: "Su Kay Sutee berdiam disini. Yang lainnya turun untuk mengurus mereka itu semua, guna menjaga jangan ada yang lolos." Atas perintah itu, Su ie semua segera lari turun dari atas bukit.

Di dalam waktu yang pendek. Lo Han Tin sudah berubah menjadi delapan belas pasukan kecil, yang terus bersikap mengurung semua pengikut It Tie Taysu.

Tegalan belukar menjadi terang pada saat lain Itulah karena pihak $pengurung menyulut unggun, yang mereka tumpuk disana sini. Terutama dari atas tanjakan, dari atas bukit, orang dapat melihat dengan tegas.

Pemandangan dimedan tempur itu menyedihkan. Diantara bangkai bangkai kuda tampak mayat mayat berserakan, mayat yang tak utuh lagi serta berlumuran darah. Tak sedikit kurban telah berjatuhan-

Segera setelah Su Khong menyaksikan selesainya pengurungan orang orangnya. ia menepuk dua kali tubuh It Tie, membuat bekas ketua itu sadarkan diri.

"Manusia durhaka, mana itu sembilan belas kitab pusaka?" tiangloo ini membentak. "Dimana kau sembunyikan?"

It Tie mementang matanya, mengawasi orang yang menegurnya.

Ia bagaikan tak mendengar suara orang.

Bukan kepalang mendongkolnya Su Khong. "Plok" demikian satu gaplokan kepipi orang

It Tie merasakan sangat nyeri, matanya sampai berkunang kunang, sedang mulutnya mengeluarkan darah. Tapi ia tetap berdiam saja, ia berdiri mematung. Memang ia telah diringkus tangan dan kakinya. Dengan tangan kanan mencekal tulang pipa dari bekas ketua itu, Su Khong menyentil telinga orang

Luar biasa pendeta lawan itu, ia masih saja berdiri diam.

Su Kay gusar bukan main, akan tetapi ia masih dapat menguasai dirinya.

"It Tie," katanya, dengan perlahan, suaranya terharu, "kau menjadi ketua Siauw Lim Sie, mengapa kau berbuat begini rupa? Bagaimana perasaanmu terhadap gurumu yang berbudi, terhadap sucow kita yang maha mulia? Kau tahu sendiri, sembilan belas kitab pusaka itu menjadi pusaka Siauw Lim Sie kita, bahkan empat jilid diantaranya adalah tulisan tangan dari Tatmo couwsu kita sendiri, sedang lima yang lainnya hasil kerja susah payah dari seluruh kita. Kitab-kitab itu memuat tujuh puluh dua rupa ilmu silat istimewa dari partai kita. Mana dapat semua kitab itu dihilangkan atau dimusnahkan? Lekas kau kasih tahu, dimana kau sembunyikan? Asal kau bicara terus terang, bersedia menjamin keselamatan jiwamu, kau memperoleh hukuman yang ringan"

Su Khong gusar tetapi, dengan nada sengit, ia toh berkata: "Asal kau mengaku, aku jamin seutar nyawamu"

It Tie terus berdiam, tak peduli apa katanya kedua pendeta itu. Mulutnya tertutup rapat, sedang matanya mengawasi saja kesatu arah biji matanya itu tak berputar atau memain.

Bukan main berkuatirnya Su Khong berkuatir akan keselamatan kitab kitab pusaka partainya.

"Apakah kau telah merusak habis semua kitab itu?" tanyanya pula, keras.

Su Kay juga bingung, hingga ia menyambar lengan orang, untuk dipegang dengan keras.

"Lekas bilang " bentaknya, "Apakah kitab kitab itu berada pada It ceng ?"

Masih itu berdiam saja. Sampai itu waktu, Hoan Soat Kun bertindak menghampiri. "Maaf, taysu," katanya. "Dapatkah taysu mengijinkan aku melihat wajah murid murid dari kuilmu ini ?"

"Silahkan, nona," berkata Su Khong, yang segera mundur kesamping. "Tolong nona menanya dia. Sekarang ini pikiran loolap sangat kacau hingga loolap tak tahu harus bagaimana bersikap."

su Kay pun mengundurkan diri. Soat Kun tersenyum.

"coba kau lihat wajahnya, adikku" ia berkata kepada Soat Gie, yang tubuhnya ia tolak kedepan.

Adik itu menghampiri It Tie, untuk berdiri didepannya sekali. Segera ia mengawasi mukanya pendeta itu, bahkan ia mengangkat tangan kanannya untuk meraba pipi orang, kemudian lagi, dengan kedua tangannya, ia membuka kulit matanya. Baru setelah itu, kembali ke sisi kakaknya.

Dilain detik, kedua saudara berCacat itu telah saling berpegangan tangan jeriji mereka memain satu dengan lain Demikianlah Caranya mereka berbicara dengan terlebih jelas.

"Inilah aneh " berkata Nona Hoan kemudian "Akupun tak mengerti."

"Nona, apakah kata nona?" tanya Su Kay bingung.

"Taysu," menjawab si nona, "orang yang taysu tawan ini bukanlah It Tie yang menjadi ketua kalian itu"

Su Kay Taysu terperanjat. "Apa?" tanya menyusul mana tangan kanannya menjambret kepada mukanya pendeta tawanan itu.

Soat Kun menjawab, "Dengan satu kepandaian luar biasa, muka orang ini telah diubah hingga menjadi merupakan wajahnya yang sekarang ini. Dia bukannya mengenakan topeng kulit manusia"

Su Kay kaget dan heran bagaikan kalap. dia merobek jubah sucinya It Tie itu It Tie yang dikatakan palsu Oey Eng dan Kho Kong maju menghampiri dengan membawa obor, untuk dapat menyuluhi dengan terang sekali, maka sekarang tampak tegas dileher It Tie itu ada tampak berbatas seperti kulitnya ditukar.

"Nona, sebenarnya bagaimana ini?" tanya Su Kay. sedangkan Su Khong berdiam saja semenjak tadi.

"Inilah suatu kenyataan," berkata Soat Kun menjawab sipendeta. "Seorang yang mempunyai kepandaian luar biasa, besar sekali cita citanya. Dia hendak menelan semua partai lainnya dan sekarang Siauw Lim Sie menjadi buktinya. It Tie palsu ini adalah karya orang dibelakang tirai itu"

Muka Su Kay menjadi pucat.

"Nona," tanyanya, "apakah nona tahu siapa orang dibelakang tirai itu?"

"Dialah Seng Kong Sin Kun" sahut Soat Kun, dingin. "Sin Kun" Raja Sakti, dari "Seng Kong" Istana Nabi.

Kembali su Kay diam tertegun matanya terpentang, lidahnya terkeluar. Ia berdiam beberapa lama. Baru kemudian ia menuding pada It Tie palsu itu.

"Apakah iniorangnya yang telah membawa kabur pusaka kami?" ia tanya Nona Hoan. Nona Hoan menggelengkan kepala.

"Bukan sahutnya. "Perbuatan itu dilakukan oleh It Tie. Dia ini muncul ditengah jalan, guna mengalihkan perhatian orang, supaya It Tie sendiri lolos bersama semua kitab pusaka itu. Taysu telah terkena tipu daya Seng Kiong Sin Kun yaitu tipu tonggeret meloloskan kerangka. Jikalau dugaanku tidak keliru, sekarang ini pastilah sembilan belas kitab pusaka itu sudah berada didalam tangan Sin Kun"

Muka Su Kay pucat seperti mayat, segera dengan jeriji tangannya yang kuat bagaikan ujung tombak. ia menutup jalan darah im kauw dari It Tie palsu itu, sambil menotok itu ia bertanya bengis: "Siapa kau? Siapakah yang menitahkan kau berbuat begini? Lekas bicara" Kena totokan pendeta itu, It Tie tetiron meringis ringis, tubuhnya bagaikan Ciut ringkas. Dia kesakitan bagaikan tersiksa hebat.

"Jangan gusar, taysu," Soat Kun membujuk. "orang ini telah dilupakan semacam obat, pikirannya tak waras lagi, maka itu, sekarang keterangannya tak dapat didengar."

Su Khong, yang masih berdiam saja, maju akan mendekati It Tie tetiron, untuk mengawasi dengan tajam. Ia mendapati tubuh orang itu menggigil tak hentinya, walaupun demikian matanya tetap tak bergerak. arah matanya cuma satu mendelong saja. Bahkan dia tak merintih kesakitan-

Tanpa ayal lagi, tiangloo ini menotok bebas orang itu dari siksaan totokannya Su Kay.

Dengan roman duka tetapi mengandung keheranan, Su Kay berkata: "Terang ilmu silat orang ini ilmu silat partai kita, bahkan dia telah memperoleh ilmu silat simpanan yang istimewa. cuma ketua partai kita yang dapat mempelajari ilmu silat itu. Loolap menjadi tiangloo, loolap masih tak pandai jurus itu. Kalau dia bukannya It Tie, habis siapakah dia?"

Su Khong Taysu pun bingung. Katanya: "Dengan melihat jurusnya tadi, kalau bukannya peryakinan dua puluh tahun, tak dapat dia sedemikian mahir. Mungkinkah pada dua puluh tahun yang lampau itu rahasia ilmu silat kita ini telah bocor keluar?"

Tipu silat yang dimaksudkan itu adalah "Sie ble KayCie" atau "Semeru Kecil", nama yang diambil dari suatu kitab agama Buddha. Itulah salah satu dari tujuh puluh dua macam tipu silat istimewa dari Siauw Lim Pay.

Tengah orang bingung itu, mendadak Han In Taysu berlompat menghampiri. Dengan kedua tangannya menekan tanah, ketua dari Ngo Bie Pay itu membuat dirinya mencelat kedepan. "Taysu berdua, benarkah taysu tidak tahu siapa orang ini?" demikian tanyanya. Itulah pertanyaan yang dianggapnya aneh, hingga Su Kay melengak. "Taysu," berkata ia, "sekarang ini pikiranku sedang sangat kusut hingga loolap bagaikan tak sadarkan diri. Adakah petunjuk taysu, yang dapat membuka hati kami? Tolong taysu jelaskan. . . "

Su Kay juga heran, hingga ia mengawasi pendeta tua dan bercacat itu. Han In Taysu berlaku tenang, ia menghela napas.

"Ini dia yang dibilang, orang yang bersangkutan pudar, orang luar sadar," katanya, perlahan Lalu, sambil menunjuk orang yang dinamakan It Tie tetiron itu, dengan suara rada menggetar, ia melanjutkan "Taysu berdua, orang itu pernah bersama sama taysu belajar ilmu silat didalam suatu ruangan besar, yang dengan taysu berdua pun mempunyai hubungan erat bagaikan tangan dengan kaki. Dialah yang taysu berdua mengenalnya semenjak kecil. Mustahil taysu berdua benar benar tak mengenalnya ?"

Su Khong menjadi sangat bingung. "Apakah katamu, taysu?" tanyanya.

Su Kay tak kalah herannya, dia tertegUn seperti kakak sepergUruannya itu. Han In segera memperdengarkan sUaranya yang tawar.

"Taysu berdua," demikian katanya, orang ini adalah ketua terdahulu dari Siauw Lim Sie, kakak seperguruan kalian, atau dialah guru It Tie Taysu "

"Su Hong Suheng" Su Khong memotong. Han In Taysu tertawa dingin-

"Benar Su Hong Taysu" sahutnya berseru.

Su Khong dan Su Kay saling mengawasi, mata mereka mendelong. Keduanya terus berdiri diam bagaikan patung.

Siauw Pek tahu kedua pendeta tua itu sedang kacau pikirannya, ia merasa kasihan sekali. Lalu ia bertindak menghampiri mereka itu.

"Taysu berdua, katanya sabar, apa yang dikatakan Han In Taysu tidak salah. Memang benar orang ini adalah Su Hong Taysu, ketua terdahulu dari Siauw Lim Pay." Su Khong heran. "Coh Siecu, bagaimana kau mengenalnya?" ia tanya ketua Kim Too Bun itu. Siauw Pek tetap bersikap sabar.

"Taysu, ia balik menanya, tolong taysu bilang, andaikata taysu bertempur satu dengan satu dengan orang ini, dapatkah taysu melawannya?"

Su Khong terus dipengaruhi rasa herannya, tetapi ia menjawab sejujurnya: "Tenaga dalam dan ilmu silat orang ini benar lihay luar biasa, buat melawan dia satu sama satu, loolap bukanlah lawannya."

"Dan ilmu silatnya benarkah itu ilmu silat Siauw Lim Pay?" Siauw Pek bertanya pula.

"Memang, seluruhnya memang ilmu silat Siauw Lim Pay," jawah Su Khong.

"Nah, taysu, tolong taysu sudi pikirkan dijaman sekarang ini, siapakah orangnya yang sanggup mengalahkan tiangloo dari huruf Su dari Siauw Lim Pay? siapakah orangnya kecuali Su Hong Taysu ?"

"Tetapi," kata Su Khong, bukan main bingungnya, "Su Hong suheng itu, ketua kami telah terbinasa dipuncak Yan In Hong."

Mendengar disebut nama puncak Yan In Hong itu. Mendadak muka Siauw Pek menjadi pucat, lalu mengingat akan duduk halnya, mendadak ia menghentikan kata katanya.

Tapi Han In Taysu sambil menengadah kelangit tertawa nyaring dan berkata^ "Hai, pendeta tua, kau sudah ling lung. Mustahilkah aku Han In bukannya salah seorang kurban dari puncak celaka itu?"

Siauw Pek menghela napas. Dia segera sadar. Maka dia berkata tenang: "soal sangat sederhana. Dahulu dipuncak Yan In Hong, semua ketua Siauw Lim Pay, Bu Tong Pay, Ngo Bie Pay dan Khong Tong Pay, semua telah terjatuh kedalam tangan Seng Kiong Sin Kun Han In taysu dirusak mukanya, dikutungi kedua kakinya. Dan Su Hong taysu ini, selain dibikin kacau pikirannya, hingga ia lupa akan dirinya dia pula diubah wajahnya disamakan dengan It Tie, muridnya itu Dan dia mau dijadikan alat untuk merobohkan Siauw Lim Sie "

Su Khong berpaling kepada Nona Hoan-

"Nona, kau cerdas dan luar biasa, kau melebihi kebanyakan orang lain, benarkah penjelasan Coh SieCu ini?" ia bertanya kepada nona itu.

Soat Kun mengangguk. "Sedikitpun tidak salah," sahutnya.

Su Khong meraba kulit dilehernya Su Hong taysu itu, bagaikan diri. ia berkata sendirinya: "Benarkah didalam dunia ada orang sepandai ini yang dapat merubah wajah orang begini miripnya ? Oh, sungguh tak terpikirkan "

"Memang kejadian sangat aneh" kata Siauw Pek. "Aku sendiri, jikalau aku bukannya telah melihat seorang yang rupanya sangat mirip dengan rupaku sendiri, akupun tak nanti mempercayainya "

Kembali orang berdiam, semua tengah berpikir keras. Hanya sebentar, mereka segera disadarkan oleh suara riuh dikaki bukit. Riuh karena berisiknya alat alat senjata yang beradu adu dan seruan bentakan berulang ulang. Dan ketika semua orang menoleh memandang kekaki bukit, tampak Lo Han Tin sedang bergerak gerak. Sebab disana sudah terjadi satu pertempuran seru

Su Khong Taysu heran, tetapi ia segera berkata pada Su Kay: "Sutee, kau berdiam disini menjaga Su Hong Suheng, aku hendak melihat kesana, harap saja aku dapat menemukan It Tie."

Begitu berkata, kakak seperguruan ini membawa tongkatnya lari turun bukit.

Su Kay mengawasi suheng itu, ia melihat kemed an  pertempuran, habis itu ia menoleh kepada Nona Hoan-

"Nona, apakah nona mempunyai daya untuk melenyapkan kekangan atas diri kakak seperguruanku ini?" tanyanya "Aku ingin ia pulih keadaannya." "Seng Kiong Sin Kun lihay luar biasa, tak sanggup aku menyingkirkan kekangan atas diri saudaramu ini, taysu," menyahut si nona. Su Kay berdiam, nampak dia sangat masgul.

Han In mengawasi Su Hong, ia jadi ingat pengalamannya dahulu, tiba tiba hatinya menjadi panas.

"oh, Seng Kiong Sin Kun yang jahat" katanya keras. "Sampai saat ini, dia masih belum memperlihatkan dirinya. Sebelum  aku menuntut balas belum hatiku puas " Siauw Pek pun menoleh kepada Soat Kun-

"Sekarang ini saatnya kita membutuhkan bantuan," katanya, "Su Hong taysu ini lihay sekali, dia pula musuh besarnya Seng Kiong sin Kun, kalau kesadarannya dapat pulih, bagaimana besar tenaganya untuk kita "

"Bengcu benar," berkata si nona. "Akan aku coba sebisaku untuk memulihkan kesadaran Su Hong Taysu ini."

Berkata begitu, Nona Hoan menghampiri pendeta yang hilang kesadarannya itu, tanpa likat likat, ia mencekal nadi orang.

Su Kay mengawasi si nona dengan perhatian sangat besar. Ia mengharap sangat bantuannya nona itu. Selekasnya nona itu melepaskan pegangannya kepada nadi suhengnya, ia lalu menanya, "bagaimana nona? Benarkah suhengku ini terganggu obat yang luar biasa?"

"Memang ia terkena semacam obat," sahut nona itu, "Disamping itu, masih ada kekangan lainnya." sambung Nona Hoan menjelaskan.

"Kekangan apa itu, nona?" tanya si pendeta.

"Buat sementara ini, belum dapat aku menerkanya," menjawab si nona, "Harap taysu sabar supaya dapat aku memikirkannya."

Ketika itu terdengar bentakan bentakan keras sekali. Ketika Siauw Pek sekalian menoleh, tampak belasan orang berkerudung kepala itu berhasil menerobos keluar dari garis terakhir dari Lo Han Tin, tetapi Su Khong Taysu bersama satu pasukannya berhasil mengejar dan membuat mereka itu terkurung pula

Menyaksikan penyerbuan itu, tiba tiba Soat Kun berkata, "Sekarang ini, yang utama ialah kita harus mencari Seng Kiong Sin Kun, setelah itu, yang lain lain segera ada harapannya buat dipecahkan "

"Ya, Seng Kiong Sin Kun itu aneh" kata su Kay, "Sampai sekarang ini, dia masih belum ketahuan siapa, ingin sekali aku melihat wajahnya"

"Sebenarnya aku telah memikir satu hal," kata Nona Hoan kemudian "Aku percaya bahwa aku akhirnya akan berhasil mencari tahu tentang hal ikhwal Seng Kiong Sin Kun cuma sayang sekali, terhadap Kim Too Bun, pihak Siauw Lim Sie masih menaruh kecurigaan"-

Muka Su Kay merah, karena malu sekali.

"Salah mengerti diantara kita sudah dihabiskan" katanya Cepat. "Sekarang ini kita bukan lagi musuh, bahkan kitalah orang orang dalam sebuah perahu Nona, daya apa juga kau punyai, kau gunakanlah itu, pasti Siauw Lim Sie tidak akan mencurigai lagi"

Soat Kun tertawa.

"Syukur hati taysu sangat terbuka " berkata gembira. "Inilah untungnya kaum Rimba Persilatan. Ini pula untuk kebaikan Siauw Lim Pay"

"Nona memuji saja " berkata Su Kay. "Daya apakah nona punyai? Silahkan nona tunjukkan padaku, akan loolap lakukan itu. loolap bersedia sekalipun akan menyerbu api "

"Dayaku ini sangat sederhana, taysu," berkata si nona. "Sekarang taysu menggunakan bungkusan kepala lekas taysu turun bukit dengan mempersatukan diri diantara rombongan mereka kabur meninggalkan tempat ini..."

"Meninggalkan tempat ini?" tanya Su Kay heran. "Kemudian ?" "Selanjutnya terserah kepada taysu, asal taysu bertindak dengan melihat selatan," kata si nona. "Semoga taysu berhasil membekuk It Tie dan merampas kembali kitab kitab pusaka kalian Atau taysu masuk terus kedalam gua harimau, untuk mencari tahu tentang Seng Kiong Sin Kun-.."

Su Kay mengangguk berulang ulang.

"Bagus tipu ini, nona" ia memuji terus, tanpa ragu ragu, ia menambahkan: "Baik, nona loolap akan bekerja, walaupun mesti mati, loolap tak akan menyesal "

Berkata begitu, pendeta ini menjemput bungkusan kepala It Tie tetiron atau Su hong taysu itu, terus ia pakai. Kebetulan sekali, bungkusan itu cocok dengan kepalanya.

"Taysu, apakah taysu menghentaki bantuanku?" tanya Siauw Pek.

"Bengcu..." kata si pendeta, yang berhenti tiba tiba.

Soat Kun menyela: "Maksud taysu ialah menawan si murid murtad serta merampas kembali kitab kitab pusaka, sedangkan maksud kami ialah menumpas Seng Kiong Sin Kun, guna kebaikan kaum Rimba Persilatan, karena cita cita itu besar, tak dapat tidak, tenaga kita harus bersatu padu"

"Nona benar" Su Kay menyatakan akur. "Loolap setuju" Sementara itu Soat Kun telah memegang bungkusan kepala Ouw

Bwee berempat lalu ia serahkan itu pada Siauw Pek. Oey Eng, Kho Kong dan Ban Liang sambil minta mereka itu mengenakannya. Katanya: "Diwaktu malam yang gelap dan kalian mengenakan bungkusan kepala ini, harus kalian berada bersama sama, jangan kalian berpisah "

"Jangan kuatir, nona," berkata Ban Liang. "Bengcu membekal pedang dan golok, ia mudah dikenali "

"Tetapi Bengcu harus berhati hati," Soat Kun pesan "Munculnya Thian Kiam dan Pa Too telah diketahui tak sedikit orang Kang ouw, karena itu bengcu harus menjaga supaya tak mudah orang mengenalimu "

Siauw Pek meloloskan goloknya. "Baiklah nona pegang golokku ini," katanya

"Inilah senjata ampuh untuk menghajar musuh, senjata ini tak dapat terpisah dari tubuh bengcu" berkata si nona. Siauw Pek tertawa.

"Tidak demikian, nona" kata dia. "Dahulu memang aku tak boleh ketinggalan golok ini, sekarang tidak. Sekarang ini aku telah memperoleh kemajuan pesat, maka juga, kecuali aku menghadapi musuh lihay luar biasa, tak perlu aku akan golokku ini"

Ban Liang semua girang mendengar kata kata ketua itu. Mereka percaya, habis pertempuran yang paling belakang ini, ketua itu telah memperoleh kemajuan pesat.

Soat Kun percaya anak muda itu, ia mau menyambut golok mustika itu, tapi mendadak Ban Liang berkata: "Dimedan pertempuran terjadi sesuatu yang diluar dugaan, karena itu, bengcu, baiklah golokmu ini akulah siorang tua yang membawanya"

Dan segera ia menyambut golok itu, untuk digendol dipunggungnya Soat Kun tak menghadapi jago tua itu.

Siauw Pek terus memandang si nona dan Han In Taysu, katanya: "Nona bersama taysu baik ikut perlahan lahan dibelakang rombongan Siauw Lim Sie, jikalau kalian sampai bertemu musuh, bertindaklah dengan seksama "

"Jangan kuatir, bengcu, kami dapat menjaga diri kami," berkata si nona. Siauw Pek lalu berpaling kepada Su Kay Taysu, ia memberi hormat. "Kami tak kenal tin, karena itu, kami mengandaikan kepada taysu," katanya.

"Maaf," Su Kay berkata seraya mengangguk terus ia berlari lari turun bukit. Siauw Pek berempat lari mengikuti. Belum lama, mendadak ada bentakan terhadap mereka: "Berhenti Siapakah kamu?" Itulah Su Ie Taysu, bersama satu pasukan, yang muncul dari samping.

Su Kay Taysu tidak menjawab, ia hanya menangkis Su Ie, setelah mana, ia berkelit dan terus lari turun.

Siauw Pek dihadang tiga buah golok kaytoo. ia tidak menghunus pedangnya, untuk menangkis, sebaliknya, ia berkelit begitu rupa sambil menyambut golok lawan, yang ia terus rampas. Ha bis bertempur dengan Ouw Bwee berempat, ia telah mendapat kemajuan istimewa.

Ban Liang mengikuti ketuanya itu. Iapun terbacok. ia memang biasa tak menggunakan senjata, maka buat menolong diri, ia meneladani sang ketua. Tapi ia salah sangka. Kali ini ia menghadapi lawan lihay. Baru ia menangkap golok tapi lima golok lainnya menyambar ke arahnya

"Trang Trang" demikian suara nyaring berulang ulang.

Buat kebaikan jago tua ini, Siauw Pek dengan golok kaytoo rampasannya itu menalangi kawannya menangkis, hingga Seng Su Poan terhindar dari ancaman bahaya. Tapi ia juga tak berdiam saja. Dengan tangan kosong, dengan kepandaiannya, ia memaksa seorang pendeta mundur sendirinya. Maka iapun bebas. Dibelakangnya, Oey Eng dan Kho Kong turut meloloskan diri juga .

Dilain saat, Su Kay telah mengajak keempat kawannya itu memasuki barisan Lo Han Tin-

Selama masih diluar tin, Siauw Pek dan kawan kawannya tidak melihat apa apa yang luar biasa, akan tetapi segera setelah berada didalam, mereka terkejut orang orang bergerak bagaikan bayangan, semUanya sangat gesit. Dan alat senjata bentrok tak hentinya, sUaranya sangat berisik. Ditanah, sebaliknya, terdapat banyak bangkai kuda dan mayat manusia, diantaranya ada yang hanya terluka dan mesti rebah tak berdaya diantara darah melulahan Su Kay Taysu menyerbu ketengah itu, lalu berbelok. Buat ia, leluasalah ia untuk bergerak didalam barisan rahasia itu Disebelah kiri, ia melihat tiga atau empat puluh orang berkerudung kepala, yang lagi mencoba mencoblos keluar. orang yang memimpin rombongan itu nampak mengenal baik tin itu. Dengan cepat ia menghampiri rombongan itu, untuk mencampurkan diri. Dengan bantuan bungkusan kepalanya itu, mereka tak dikenali musuh.

Tiba tiba Su Khong Taysu dan pasukannya muncul, mereka itu membentak musuh.

Pemimpin musuh seperti tahu Su Khong Taysu lihay, dia menghindarkan diri, dia menyerbu kebelakang tiangloo itu.

Su Kay menggunakan kesempatan, ia menerobos. Tapi ia toh tercegat beberapa pendeta yang berbareng membacoknya. Dengan satu tangkisan hebat, ia menolong diri, terus ia lompat maju untuk lolos. Semua pendeta itu kaget, sebab golok mereka terpental dan tangan mereka gemetar kesemutan akibat tangkisan hebat itu. Itulah sebabnya, penyerangnya Su Kay bisa menerobos lewat.

Siauw Pek turut menerobos. ia dipegat beberapa pendeta lain, iapun diserang. ia bekerja seperti Su Kay, ia menangkis hebat, terus ia melompat pergi. Dibelakangnya, Ban liang bertiga Oey Eng dan Kho Kong turut menerobos juga.

Rombongan berkerudung itu melihat lowongan yang dibuat oleh Su Kay Taysu, yang mereka tidak kenali, mereka hanya menyangka konco sendiri, mereka menggunakan kesempatan itu, dengan serempak mereka menyerbu.

Su Kay maju terus, berapa kali ia dirintangi tetapi tidak terhalang, hingga berhasil ia melintasi beberapa lapis kurungan. Paling belakang, ia menyerbu kelapis timur selatan. Di sini ia terpegat Su Khong Taysu.

"Apa boleh buat," pikirnya, tak dapat ia memperkenaikan diri. Maka bentroklah ia dengan suheng itu. Su Khong heran waktu keduanya bergebrak. Lawan itu lihay sekali. ia sampai membentak: "Siapakah kau?" Kembali ia memegat. "Suheng bukalah jalan" kemudian Su Kay berkata kepada suheng itu. Ia menggunakan saluran Toan Im Jip bit.

Su Khong heran ia tidak segera mengenali sutee itu.Justru itu Su Kay menerobos pergi. la turut Siauw Pek dan yang lainnya.

"Su Seng sutee, pimpinlah barisan kita" berseru Su Khong. "Para sutee, mari turut aku"

Dan ia lari, mengejari Su Kay semua.

Tengah ia lari itu, Su Kay mendengar suara Siauw Pek, yang lari disisinya: "Taysu, buka jalan, Kasih mereka mendahului"

Mulanya pendeta itu heran, tetapi sekejap ia sadar, maka lekas lekas ia berpura ia tersusul dan menjadi ketinggalan

Rombongan dari tiga puluh lebih orang berkerudung itu kabur kearah barat laut, Su Kay beramai ramai mengikuti. Dibelakang mereka Su Khong mengejar bersama enam adik seperguruannya. Kedua belah pihak terpisah belasan tombak. Sesudah melewati kaki bukit, terpisah sudah mereka dari medan pertempuran-

"Keselatan" tiba tiba seorang berseru, terus ia melompat mendahului. Dia bertubuh jangkung kurus. Dia itu segera membuka jalan-

Su Kay perhatikan orang itu, ia tidak mengenali. orang itu jangkung kurus dan rada bongkok. larinya sangat pesat. Mungkin dia bukan orang Siauw Lim Sie. Ketika ia menoleh kebelakang, ia melihat Ban Liang, tetapi Siauw Pek bertiga Oey Eng dan Kho Kong entah kemana...

Tengah berlari lari itu, seorang terdengar napasnya memburu, lekas juga dia ketinggalan dibelakang. Dia mengenakan baju abu abu.

Dibawah terangnya bintang Su Khong memperpesat larinya mengejar orang itu, selekasnya ia sudah menyandak. ia menghajar dengan tongkatnya kepada punggung lawan-Pendeta didepan itu menjerit, dia roboh, mulutnya memuntahkan darah. Tapi, belum lagi tubuhnya jatuh ketanah, Su Ie sudah menyandak dan menjambret.

Dengan sebat Su ie menggeledah tubuh orang itu, ia tidak memperoleh apa apa. ia memegang mencari kitab rahasianya. Karena ini ia melempar tubuh orang itu ketepi jalan, membiarkannya roboh terguling, ia sendiri segera lari terus kedepan, akan menyusul kakak seperguruannya .

Su Khong Taysu mengejar dan menghajar musuh, setelah musuh sudah roboh atau terguling, ia meninggalkannya, ia membiarkannya kawan kawannya yang mengurus. Inilah siasat untuk menang tempo, supaya ia bisa menghajar semua musuh yang lari kabur itu. Kalau ia sendiri turut mengurus kurbannya, musuh musuh lainnya nanti keburu lolos. Demikianlah barusan, Su Ie yang mengurus kurban kakak seperguruannya itu.

Sementara itu Siauw Pek, yang mencampurkan diri diantara rombongan itu, sempat memperhatikan kawan kawannya. begitulah, dengan saluran suara Toan Jip bit ia memesan Oey Eng dan Kho Kong senantiasa mendampinginya, agar mereka tidak terpencar satu dengan lain-

Disebelah depan, kembali Su Khong Taysu menghajar musuh yang tercandak olehnya, setelah musuh itu roboh, ia meninggalkan pergi.

Tiba tiba siorang jangkung kurus berseru^ "Lekas" dan larinya dipercepat.

Su Kay melihat dan mendengar, ia pula melihat tempat disebelah depan mereka. Itulah sebuah rimba yang lebat.

Justru itupun terdengar teriakan bengis, dari Su Khong Taysu: "Jikalau kamu tidak berhenti lari, jangan kamu sesalkan loolap"

Menyusul bentakan Su Khong itu, mendadak terdengar suara berisik dari dalam rimba dari mana muncul kira kira sepuluh orang yang berkerudung hitam pada kepala dan mukanya. Su Khong Taysu gusar dan bingung. Ia segera berseru: "Sutee sekalian, lekas hajar semua musuh yang kabur itu" Dan iapun berlompat seraya menggunakan tongkatnya.

Seorang berkerudung hitam menjerit keras dan tubuhnya roboh, jeritannya tertahan karena kepalanya pecah dan polonya berantakan. "Dia seperti It Seng" Su Khong berseru. "Sekalian sutee, geledah dia"

Su Lut berlompat maju, paling dahulu ia merobek kerudung orang, hingga ia mengenali, orang itu benar benar It Seng murid Siauw Lim Sie dari huruf "It" seperti It Tie dan It ceng. Ketika ia menggeledah tubuh mayat, ia tidak mendapatkan apa apa.

Su Khong maju terus, bersama sama Su ie dan Su Beng ia sampai dipinggir rimba. Bertiga mereka itu melakukan penyerangan-

Siauw Pek mendengar suara hebat dari anginnya peribagai tongkat, ia terus berlaku waspada. Kalau perlu, ia menangkis buat membela diri.

Tiba tiba...........

"Lekas lari Aku yang akan menghadang lawan"

Itulah teriakan satu orang, yang lompat keluar dari dalam rimba.

Siauw Pek lompat kesisi, hingga ia melihat orang itu, yang berkerudung, benar benar menghalang didepan para pengejar. Hingga kedua belah pihak lalu bertempur didepan rimba itu diantara langit suram.

Sempat Siauw Pek melihat penghadang itu. Dia bukannya seorang pendeta, karena dia tak mengenakan jubah suci. Ia tidak mau menonton, ia meninggalkannya pergi.

Dengan lekas mereka melintasi rumba, hingga mereka menjadi berada dijalanan terbuka. Tengah mereka berlari lari, orang tadi, yang bertubuh jangkung kurus, tampak lari menyusul, terus dia lari kearah selatan. Berlari lari tak ada setengah jam, tibalah mereka dijalan bercagak tiga disitu dari tepi jalan mendadak orang melompat keluar dari semak rumput tebal. Dia berkerudung hitam. Dia berseru : "Ke kiri"

Mendengar suara orang itu, si jangkung kurus mengajak kawan kawannya lari kearah kiri yang ditunjukkan itu.

Selagi Siauw Pek lewat disisi orang yang baru muncul itu, yang menunjuk jalan, ia menoleh maka ia melihat bahwa didalam semak rumput itu ada sinar banyak golok Jadi disitu ada bersembunyi banyak orang.

Su Kay Taysu dan Ban Liang juga dapat mendengar dan melihat seperti Siauw Pek, keduanya kagum untuk persiapan Seng Kiong sin Kun Si "Raja Sakti", sin Kun pandai bekerja dan banyak juga orang orangnya.

Ketika itu terang pihak yang lari kabur ini sudah letih sekali, sebagaimana napas mereka terdengar memburu. Karena ini sijangkung kurus kemudian memperlahan larinya.

Sedikit disebelah depan, kembali satu bayangan orang terlihat lompat muncul dari tempat sembunyi disisi jalan itu. Dia ini tidak cuma berkerudung hitam, juga pakaiannya hitam mulus. Berdiri ditepi jalan, dia tampak bagaikan hantu. Dengan tangan kirinya menunjuk jalan kecil disisinya, dia berkata seram: "Lari ke arah barat. Disana ada lentera pertanda"

Semua orang menurut, semua lari kejalan kecil itu.

Itulah jalan yang membawa orang kesebuah tanah pekuburan. orang menjadi bingung. Tapi segera juga mereka melihat api lentera dikanan mereka, maka kesanalah orang lari menuju. Sijangkung kurus tetap lari paling depan-

Api lentera itu berlari lari disebelah depan jaraknya dua puluh tombak lebih. orang tak dapat lari mendekatinya. Kemudian api tampak mendaki. Tanpa terasa, tibalah orang dikaki sebuah bukit kecil. Tetap orang lari mengkuti maka merekapun mendaki bukit itu. Dilain saat, sirnalah api lentera itu. Ketika itu, orang bagaikan telah habis tenaga. Semua berhenti berlari, semua napasnya turun dan naik tak hentinya, perlahan lahan.

Seorang pendeta yang berjubah abu abu telah menyingkirkan tutup kepalanya. Ia menyusuti peluhnya yang membasahi mukanya.

Su Kay dan Coh Siauw Pek terperanjat selekasnya mereka melihat wajah orang. Mereka mengenali. Pendeta itu ialah ji ceng, sutee dari It Tie si ketua Siauw Lim Sie yang buronan itu.

Hanya sebentar, It ceng sudah mengenakan pula kerudungnya.

Su Kay segera melihat kesekitarnya, ia mencari It Tie Taysu Ia menerka ketua itu berada didalam rombongan mereka.

Tempat dimana mereka itu berhenti bukannya dipuncak bukit, hanya tanah datar disampingnya,jadinya ditengah tanjakan. Diantara pohon Cemara dan pek. tampak sebuah kuil yang pintu halamannya terpentang, dikiri dan dikanan pintu berdiri masing masing seorang yang berpakaian hitam, kepalanya terbungkus kerudung hitam juga , punggungnya membekal pedang panjang.

Sijangkung kurus mengawasi kearah kedua orang itu, didalam hati dia berkata: "Diantara kelima tong dari Seng Kiong, cuma orang orang chee liong Tongcu yang mengenakan pakaian hitam, yang membekal pedang panjang dipunggungnya, maka itu mustahilkah chee liong Tongcu yang menanti disini memapak kami?"

Karena memikir begini, ia lalu berkata pada rombongannya, suaranya perlahan: "Yang mulia chee liong Tongcu berada disini, kalian harus berhati hati, supaya kalian jangan berlaku kurang hormat"

Habis berkata itu, dia mengulapkan tangan Kemudian dia mendahului bertindak maju.

Su Kay Taysu dan Siauw Pek kecele mendengar keterangan halnya chee liong Tongcu, atau kepala dari ruangan (tong) Naga Hijau (chee liong).Jadi disitu tak ada Seng Kiong Sin Kun sendiri. Suasana dikuil itu sunyi tetapi nampaknya tak terhindari ancaman bencana, selagi cahaya bintang bintang dilangit suram, angin gunung bersilir silir, membuat dahan dan daun daunp ohon cemara dan pek memperdengarkan suaranya.

Tiba dipintu halaman, semua orang memandang kedalam, sampai dimuka pendopo, tampak tergelar jalan batu yang  terhampar rapih. Di tepi jalan itu terdapat berbaris kira kira lima atau enam puluh orang berpakaian serta berkerudung hitam, semua berdiri diam tetapi dengan waspada.

Sijangkung kurus beramai maju terus sampai didepan tangga.

Disini dia berhenti didepan tangga pertama dimana  terlihat empat anak perempuan dengan bercela hitam sebagai hitam juga bajunya. Dua yang ditengah bertangan kosong, yang dikiri dan kanan membawa masing masing sebuah nampan dengan isinya ialah sebuah thee koan serta dua buah cangkirnya.

Mulanya sijangkung kurus melengak sedetik, lalu dia menjura kerah toa tian, pendopo besar itu, seraya berkata "Uh bun ceng, pengiring pribadi sin Kun, mohon menghadap chee liong Tongcu "

"Ah, kiranya dia Uh bun ceng," kata Siauw Pek didalam hati. Ia kecewa.

Salah seorang nona itu berkata "Tongcu memerintahkan supaya semua orang disuguhkan masing masing secawan air teh, habis minum baru semua boleh datang menghadap "

Hati Uh bun ceng tidak tenang. "Nona..." katanya tertahan-

Nona itu tertawa tawar, terus dia berkata seram: "Benarkah kau Uh bun ceng pengiring pribadi dari sin Kun?"

Sijangkung kurus melengak.

"Memangnya aku yang rendah mempunyai berapa batok kepala maka juga aku berani memalsukan diri sebagai pengiring pribadi Sin Kun?" katanya setelah dia sadar. Kembali si nona serba hitam itu tertawa dingin Katanya "beranikah kau bertanggung jawab bahwa diantara orang orang rombonganmu ini tak ada mata mata musuh didalamnya?" Uh bun ceng tunduk.

"Aku yang rendah tak berani bertanggung jawab," sahutnya. Lagi lagi si nona tertawa dingin-

"Kalau kau benar pengiring pribadi sin Kun, kaulah si emas tulen yang tak takut api. Mustahilkah kau takut Tongcu kami memfitnah padamu?"

"Tak berani hambamu menerka demikian," sahut Uh bun ceng ragu ragu.

Dari dalam rombongan tiba tiba maju seorang berkerudung hitam yang mengenakan jubah hitam panjang, sambil menjura dia berkata: "Aku yang rendah suka menerima hadiah dari chee liong Tongcu"

"cerdas dan gagah, itulah baru orangnya Sin Kun" berkata si nona baju hitam. Dan ia mengangsurkan secawan teh.

Cawan itu tidak besar, isinya juga cuma separuh dan masih hangat.

Orang itu menyambut dengan kedua tangannya, terus dia menghirup kering isinya, setelah mana, cawan itu dia mengangsurkannya kembali.

Si nona menyambut cawan kosong itu, terus ia bertindak  minggir, membuka jalan-

Orang itu memberi hormat, dia bertindak maju, memasuki pendopo hingga dia tak tampak lagi.

Menyakskan contoh orang itu, Uh bun ceng bertindak maju. Ia meluncurkan kedua tangannya, menyambut cawan teh, untuk minum isinya, sesudah mana ia pun bertindak maju. Habis Uh bun ceng, seorang pula maju dan minum teh, terus ia berjalan masuk. setelah itu yang lainnya lalu meniru, semua memasuki toa tian Jumlah rombongan ini kira kira tiga puluh orang, diantaranya sepuluh lebih murid murid Siauw Lim Sie yang turut it Tie berontak mendurhaka terhadap partainya. Mereka semua menjadi orang orang kepercayaan ketua yang murtad itu. Mereka termasuk orang orang Seng Kiong Sin Kun tetapi tidak seCara langsung. Belasan orang lainnya terdiri murid murid atau anggota lain lain partai, mereka sama seperti Ouw Bwee dan kawan kawannya. Mereka termasuk orang Seng Kiong Sin Kun sendiri, sekalipun ketua kelima tong belum pernah mereka lihat.

uh bun ceng memang pengikut pribadi dari seng Kiong Sin Kun, tetapi Istana Nabi banyak aturan yang tersendiri, anggota atau anggota anggota dari satu tong sukar berhubungan dengan anggota atau anggota tong lainnya.

Maka itu, ia tidak kenal tidak dikenal oleh orang orang chee liong Tongcu ini. Karena itu, terhadap mereka dikenakan kemestian minum teh itu. Tadi, orang yang pertama meminum teh, dia memang orang chee liong Tong orangnya chee liong Tongcu sendiri.

Bahwa air teh itu tercampurkan semacam obat itulah tak disangsikan pula, hanya ketika obat itu rupanya tak ada racunnya. walaupun demikian, teh itu menyulitkan rombongan Siauw Pek atau Su Kay Taysu. Buat orang Sin Kun, minum racun tak ada artinya,

Tidak demikian bagi Siauw Pek beramai. Mereka mata mata, mereka mengandung suatu maksud, kalau mereka keracunan, itu berarti kegagalan

Tiga puluh orang itu terpecah dalam dua rombongan, mereka maju minum dengan gerak gerik perlahan.

Diam diam Siauw Pek bicara dengan saluran Toan Im Jip bit kepada Su Kay Taysu:

"air teh itu mesti tercampurkan racun racun kalau bukan racun keras, sedikitnya obat yang dapat melenyapkan kesadaran diri, meskipun isinya cuma setengah cawan, itulah berbahaya untuk kita. Bagaimana kalau kita tidak sadar atau kehilangan tenaga kita?" Su Kay menjawab: "Bagaimana kalau kita tidak minum itu? Pasti rahasia kita terbuka. Bukankah sia sia belaka usaha kita yang baru separuh ini?"

"Apakah taysu membawa obatpemunah racun?" tanya Siauw Pek.

"Sayang loolap tidak membekalnya..." sahut Su Kay. "Kini terpaksa kita mesti minum cu setelah dapat masuk, kita kumpulkan air teh itu disatu tempat, perlahan lahan kita berdaya untuk memusnahkannya..."

Siauw Pek berpikir keras^ "Dia mahir tenaga dalamnya, dia tidak usah kuatir. Aku dan Ban Liang juga mungkin dapat bertahan Bagaimana dengan Oey Eng dan Kho Kong?" Ketua ini menjadi bingung sekali. Giliran mereka akan lekas tiba.

Seorang tua yang bertubuh kurus dan kecil sudah menyambut teh, habis dia minum, dia bertindak masuk. Untuk minum teh, dia mesti menyingkap sedikit kerudungnya seperti semua orang lainnya dan memberi hormat, baru dia bertindak masuk. Tiba tiba:

"Saudara, jalanlah baik"

Demikian terdengar sinona serba hitam itu, yang suaranya dalam, berbareng dengan mana sebelah tangannya dilayangkan.

"Buk" begitu terdengar satu suara nyaring, suara tangan halus itu menghajar punggung si tua kurus dan kecil itu, sehingga hampir dia jatuh berlutut. Apakah yang sudah terjadi?

orang tua itu bercuriga, dia ragu ragu. Dia minum air teh tetapi tidak segera ditelan. Terang dia memikir untuk memuntahkannya di lain kesempatan-

Tapi sinona bermata jeli, ia melihat, maka lalu menghajar serangan itu tidak hebat tapi secara mendadak sekali. Si tua kaget, hampir dia berseru. tanpa terasa, air tehnya itu kena tertelan Dia malu, dia ngeloyor cepat.

Melihat kejadian itu, orang tersenyum, tapi Siauw Pek, pemuda ini menahan napas. Diluar dugaannya, nona itu bermata liehay. Ban Liang berada di belakang sang bengcu, tiba tiba ia berbisik: "cepat totok jalan darahnya orang didepan bengcu itu"

Siauw Pek heran hingga dia melengak, tapi ia bermata jeli, maka ia melihat, tangan orang di depannya itu merogo saku. Tanpa bersangsi bahkan dengan sebat, ia menotok orang itu. Perbuatannya ini tak ada yang lihat sebab perhatian orang banyak lagi dicurahkan kepada si tua kurus dan kecil tadi.

Karena kena tertotok, orang itu jari berdiri diam tanpa berkutik. "Lekas ambil barang dalam sakunya itu" Ban Liang bisiki pula

Siauw Pek.

Bengcu itu tertawa dalam hati mengingat kecerdikan sijago tua. Ia lantas bertindak maju, dengan disengaja, ia kena bentur tubuh orang yang ia totok itu, berbareng dengan mana tangannya bekerja, merogo saku orang, buat mengambil isinya ialah sebuah peles batu hijau, yang dia teruskan kepada Ban Liang.

Jago tua itu dengan cepat memeriksa isi peles, ialah enam butir pil. Sebutir pil ia perhatikan. Pil itu berwarna merah, ada gubahnya, ada baunya sedikit. Tiba tiba ia menjadi girang katanya didalam hati: "Inilah obat pemunah racun Hwee Kut Tan dari partai Tiam cong Pay. Baiklah aku coba,"

Terus ia menelan sebutir, sedang dua lainnya, ia angsurkan kepada Oey Eng dan Kho Kong. Dua saudara ini memang sedang bingung memikirkan teh itu, yang mencurigakan hati mereka, seterimanya pil, segera mereka menelannya.

Siauw Pek juga bingung. Itu waktu, lagi lima orang, akan tibalah gilirannya. Maka iapun girang ketika Ban Liang memberikan ia dua butir pil. Tanpa bersangsi, ia telah yang sebutir, sedangkan sebutir lainnya, setelah ia memberi isyarat, ia sentilkan kepada Su Kay Taysu. Pendeta ini mengenali pil itu selekasnya ia melihat macamnya, iapun dengan tidak ragu ragu lagi segera menelannya^

Tiam cong Pay adalah partai yang berkedudukan diwilayah selatan, barat daya. Diwilayah itu banyak terdapat binatang berbisa, maka partai itu membuat pilnya itu Hwee Kut Toan pil, Tulang Api guna menolong diri dari ancaman racun atau bisa binatang itu, bahkan pil itu tersohor kemujarabannya, maka taklah heran Su Kay Taysu, pendeta dari Siauw Lim Sie itu, mengenalnya dengan baik. 

Segera juga didepan Su Kay Taysu tinggal dua orang dan didepan Coh Siauw Pek tiga orang. Karena jumlah itu, yang tinggal sedikit, si nona berseragam hitam lantas mendapat lihat ada salah seorang yang berdiri diam saja. Dia segera memberitahukan hal itu kepada kawannya, si nona berseragam hitam lainnya.

"Sebentar kita mengurusnya," berkata kawan yang diberitahukan itu, yang tertawa tawar.

Lantas tiba giliran Su Kay Taysu. Dia disodorkan cangkir teh, dia menyambuti, dia meminumnya tanpa bersangsi sedikit juga . Toa tian makin gelap. sampai sukar melihat lima jeriji tangan-

Tiba tiba Su Kay melengak. Ia mendengar suara nyaring sinona: "Jalan kekiri " Tanpa bersuara ia jalan kekiri. Tiba tiba pula. "Berhenti " demikian suara sinona tadi. Ia berhenti pula. Didalam gelap petang itu, samar-samar ia melihat sebuah meja panjang diatas toa tian seseorang duduk dibelakang meja itu. Disebelah kiri orang itu berdiri pula enam orang lainnya. Kecuali orang yang duduk dibelakang meja itu, semua yang lainnya membekal pedang dipunggungnya masing masing. Rombongan Su Kay Taysu terpecah dua, terpisah sejarak setombak.

Diujung kiri meja, seorang yang berdiri yang bertubuh kecil, mirip seorang wanita yang menyamar sebagai seorang laki laki, memerintah: "Berjalan kekanan "

Su Kay Taysu, yang melihat seorang muncul dimulut toatian, dia tampak seperti bayangan. Atas perintah itu, dia berjalan kekanan-

Wanita itu berdiri disebelah dalam, dia dapat melihat keluar karena bantuan cahaya bintang yang suram. orang dari luar, sebaliknya sukar melihat padanya. Dia yang menyuruh orang orang yang masuk itu, berdiri menjadi dua baris. Su Kay Taysu yang mahir tenaga dalamnya, dapat melihat cukup jelas. orang membagi dua baris an dari rombongan itu, karena para pendeta dipisahkan dari orang bukan pendeta. Sementara itu diam diam ia menyalurkan pernapasannya. Ia merasa lega, pernapasannya itu tidak ada rintangannya. Jadi air teh tadi tidak mengganggunya.

Siauw Pek muncul masuk. diapun dipisahkan Muncul pula Ban Liang, Oey Eng dan Kho Kong

Dilain saat, telah masuk semua tiga puluh orang lebih itu, semua berkumpul didalam toa tian, pendopo besar itu.

Menyusul itu, terdengar tindakan kaki yang ramai. Kiranya orang orang berseragam hitam yang bersenjatakan pedang dari luar tadi pada masuk kedalam ruang, mengatur diri diempat penjuru, menutup semua jalan keluar pendopo.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar