Pedang dan Golok yang Menggetarkan Jilid 04

JILID 4

Siauw pek mengangkat kepalanya.

"Jangan kuatir, loopee. pasti dapat aku tiba di sana" katanya sungguh sungguh. "Aku mengikuti ayah bundaku sejak umur tujuh tahun, selama delapan tahun aku hidup dalam perantauan yang penuh bahaya, maka baru segala binatang berbisa, berubah "

Menyebut penderitaannya delapan tahun itu, Siauw Pek merasa hatinya nyeri. Wajahnya tampak berubah.

Kie Tong melihat perubahan air muka anak itu, dapat menerka sebab musababnya. diam diam ia terharu. Ia tepuk bahu anak itu dan berkata : "Anak aku bisa memahamimu. Janganlah kau terlalu berduka, jangan sembarangan menuruti suara hatimu. Ingatlah apa yang kau ucapkan tadi."

siauw Pek tercengang, tapi segera dia sadar, maka lekas lekas dia berkata : "Aku ingat baik baik, lopee. Nanti, jiwaku aku menuntut balas. aku tidak akan bunuh seorang jua kecuali musuh besarku "

Kie Tong berlega hati mendengar janji itu, ia tertawa nyaring dan lama.

"Anak yang baik, mari kau makan, setelah itu, pergilah mencari orang she Siang itu," katanya.

Siauw Pek menurut, ia lalu bersantap. Setelah selesai makan, Kie Tong mengajaknya keluar dari gubuknya.

" Lihatlah, dua bukit yang berdiri berendeng itu" katanya sambil menunjuk kearah utara. Di situ ada sebuah lembah yang sempit, disitu ada banyak ular berbisa atau serangga lain lainnya siapa kena dipagut atau diantuk. dia pasti akan mati seketika. Ancaman lainnya ialah dari hawa yang beracun. Nah jalanlah disana, tetapi hati-hati "

Siauw Pek mengangguk. ia sangat berterima kasih, dengan menekuk kedua kakinya, ia berlutut kepada orang tua itu.

"Terima kasih loopee," katanya, setelah itu iapun bangkit dan lari kearah sepasang bukit itu.

Lembah Bu Yu Kok luas sekali, ketika si anak muda sampai dimuka lembah diutara itu, matahari telah menyinari seluruhnya. Ia memandang langsung kelembah yang ditunjukkan orang tua itu, benarlah suatu lembah yang sempit sekali, didalamnya gelap dengan pepohonan lebat, sudah banyak pohon rotannya, rumputnyapun rumbuh subur dan tak teratur. Hingga disitu tak terlihat suatu jalan-

"Benar sekali kata Kie loopee, lembah ini sangat menakutkan," kata sianak muda didalam hati. Tapi ia tidak takut atau jeri, kesengsaraan selama delapan tahun membuatnya jadi berkeberanian besar, bahkan dengan semangat penuh dia lalu bertindak kearah lembah itu.

Kie Tong tadi mengatakan, dilembah sempit itu ada ular berbisa. Inilah yang segera dibuktikan oleh Siauw Pek. Ia menghunus kim kiam buat membuka jalan Ular itu kaget dan kabur.

Dengan berhati-hati, bocah ini berjalan terus .Jalanan sukar atau tidak. ia tak memperdulikannya. Dengan perlahan ia mulai masuk kedalam. Tanpa merasa hatinya gentar. makin dalam, lembah makin menakutkan Sebab di sebelah dalam itu lembah menjadi gelap sekali. Disitu tak nampak sinar matahari. Bahkan ada gangguan lainnya, yaitu dari banyak macam serangga yang beterbangan hingga tak henti-hentinya, binatang itu musti disampok pergi pulang untuk mengusir atau menghalaunya.

Dipermulaan jalan kering, selewatnya beberapa puluh tombak. tanah mulai basah dan berlumpur. Disitu juga terdapat ugat ugatnya pelbagai macam binatang beracun, ada diantaranya yang tidak dikenalnya.

Dengan tangan kanan memegang pedangnya dan tangan kiri mengebut ngebut, putera Tjoh Kam Pek ini berjalan terus. Ia memasang mata tajam-tajam. Ia berlaku teliti, tak mau ia terjerumus kedalam lumpur yang dalam itu. Ada kalang ia berlompat dari satu pohon kepohon yang lain-

Berjalan lebih jauh, Siauw Pek telah bermandikan peluh. Satu kali ia kaget sekali. Tahu tahu kakinya telah melebas kedengkulnya. Sukur didepannya terdapat secabang pohon merakar. Ia mengulur sebelah tangannya memegang cabang pohon itu, dan ia kaget karena tangannya terasa nyeri, untuk kedua kakinya sudah terangkat naik. Maka ia menikam kearah pohon itu, buat menancapkan pedangnya, guna mempertahankan diri.

"Ser" ia mendengar satu suara, yang berulang hingga dua kali. Ketika ia menoleh, dilihatnya dua bayangan berkelebat. Ia kaget, peluh dinginnya keluar. Sebab itulah dua ekor ular, yang jatuh dari atas pohon, jatuh dibelakangnya sejauh satu kaki.

Setelah mengawasi, Siauw Pek melihat kedua ular itu tidak berkutik pula. Maka diapun bergerak untuk menolong dirinya melepaskan diri dari dalam lumpur. Ia mencekam batang pohon didepannya. Tapi mendadak ia merasai pinggangnya tercekal keras. Sebab tahu-tahu pinggangnya telah terkempit, terus orang membawanya melesat kesebelah kanan

Tak kepalang terkejutnya anak muda ini. Setelah sadar, ia melihat kepada orang yang mengempitnya. Samar-samar ia melihat Kie Tong. "Loopee..." katanya tertahan-Si orang tua menaruh kakinya. "Lihat itu hawa putih dibawah pohon katu itu," katanya sambil menunjuk. " Itulah hawa yang paling jahat. Seharusnya orang menyingkir dari situ, kau sebaliknya hendak menghampirinya. "

Siauw Pek malu kepada diri sendiri, mukanya menjadi merah. "Hawa putih apa, loopee?" tanyanya. "Aku tidak melihatnya."

"oh, aku lupa " seru slorang tua. "Tempat terlalu gelap. matamu tidak dapat melihatnya."

"Loopee, bagaimana kau dapat datang kemari?" tanya siauw Pek heran. Ia tidak tahu bahwa orang telah menguntitnya. Kie Tong tertawa.

"Mana hatiku lega membiarkan kau berjalan seorang diri ?" katanya. "Bagaimana dengan jeriji tanganmu ?"

siauw Pek terperanjat, baru ia teringat jeriji tangannya yang nyeri tadi, iapun merasa matanya panas, air matanya meleleh dengan mendadak. Ia mengangkat tangan kirinya, mengacungkan jerijinya. Ternyata empat kukunya sudah terbalik dan rasanya nyeri bukan main-

"Sedikitpun tak nyeri," ia menjawab, tertawa. Kie Tong menghela napas.

"Tahan nyerinya," ia berkata. Lalu ia menggerakkan kakinya, untuk menyingkir dari tempat itu. sedang tubuh si anak muda tetap dikempitnya.

Lembah sempit dan berbahaya tetapi bagi jago tua ini semua itu tidak ada artinya, dia dapat melaluinya dengan bebas. Beberapa saat kemudian, dia menghentikan larinya, lalu melepaskan tubuh si anak muda

"Disebelah depan itu, bahaya sudah tidak ada lagi," ia bisiki si bocah itu. "Jikalau sebentar kau dengan siluman she siang itu, tidak ada halangan jikalau kau bicara jelek dari hal diriku. Andaikata kau ditanya, bagaimana caranya kau datang ketempatnya itu, katakan bahwa kau datang sendiri, sekali-kali jangan menyebut-nyebut aku yang menunjukkan atau menolongmu " Habis memesan begitu, tanpa menanti jawaban, Kie Tong segera berlari pergi.

siauw Pek heran beserta kagum. Iapun lalu merasa kesepian, tapi hanya sejenak. ia telah bisa menenangkan dirinya. Lekas lekas ia menyusut bersih air matanya. Dengan bersemangat ia bertindak ke depan. Ia masih menghunus pedangnya.

Benar kata si orang tua, berjalan lebih jauh Siauw Pek tidak menemui sesuatu rintangan lagi. Ia berjalan ditanah datar dimana tidak ada embal atau lumpur lagi. Pepohonan juga mulai menjarang, hingga mudah untuk mencari jalan.

Kedua tebing bukit tinggi sekali, hingga sinar matahari teraling karenanya, pantas, walaupun siang hari, lembah gelap bagaikan malam.

Sekarang Siauw Pek menyimpan pedangnya, terutama untuk mengunjukkan hormatnya.

Berjalan lagi beberapa lama, Siauw Pek kemudian melihat sebuah gua ditembokan bukit sebelah kiri, hanya gua itu berada tinggi kira2 sepuluh tombak. Ia menduga itulah guanya Siang Go tempat tujuannya, maka tanpa bersangsi, ia berlompat naik. Dengan beberapa kali loncatan tiba sudah ia di mulut gua.

Dari mukanya, gua itu tampak gelap sekali, hingga tak ketahuan berapa dalamnya. Tentu, karenanya susah dipastikan bahwa Hoan Uh It Too pun berada didalamnya.

siauw Pek ingat kata-kata Kie Tong : "Dia bertabiat aneh, tak mudah bicara dengannya. karena itu, baiklah aku berlaku hormat, seandainya ia tidak menyukai aku, ia pasti tak akan gusar..."

Habis berpikir begitu, Siauw Pek menghadap pintu gua untuk memberi hormat ia berkata

"Lootjianpwee, Tjoh Siauw Pek yang muda murid Pek Ho Bun datang berkunjung memohon menghadap kepada Lootjianpwee" Ia terus menekuk lutut. Habis berkata, anak muda ini berdiam. Ia menanti jawaban. Sekian lama ia menunggu, tidak juga ia mendapat sambutan Disaat ia hendak membuka mulut buat kedua kalinya, tiba-tiba ia mendengar satu suara yang perlahan : "Eh Kie Tong, kau main hantu hantuan apa? Kau telah datang, kenapa kau tidak terus masuk kemari? mungkinkah kau menghendaki Siang Go keluar menyambutmu?"

Suara itu tegas. siauw Pek melengak sejenak lalu ia berkata nyaring : "Lootjianpwee Kie Lootjianpwee tidak ada disini"

Suara dari dalam itu terdengar pula: "Jikalau tua bangka itu sudah pergi, nah, kau masuklah"

"Terima kasih, lootjianpwee," kata Siauw Pek yang terus bangkit, bertindak masuk kedalam gua. Sesudah jalan beberapa tombak. ia menjadi heran sekali. Gua gelap hingga ia tak dapat melihat lima jari tangannya. Katanya didalam hati: "Benar aneh lootjianpwee ini Lembah Bu Yu Kok demikian luas, apa disana tak dapat dua orang tinggal bersama? Kenapa dia mencil sendirian didalam gua ini?"

"Belok kekanan" tiba-tiba terdengar suara dari dalam.

Siauw Pek segera menghentikan tindakannya. Ia tahu, suara itu ialah petunjuk untuknya. Ia segera meraba kedepan, hingga ia memegang tembok yang dingin seperti es, yang licin sekali. Lekas lekas ia membelok ke kanan-

"Berhenti" demikian suara tadi terdengar pula setelah sianak muda jalan lagi beberapa tombak.

Sekarang Siauw Pek mendengar tegas dari arah mana datangnya suara itu. Ia menghentikan tindakannya. Ia segera berkata: " Lootjianpwee, aku yang muda, Tjoh Siauw Pek, memujikan kesehatan lootjianpwee"

" Kenapa, eh?" tanya suara dari dalam itu. Dia agaknya tak mengerti.

Siauw Pek tercengang. Pertanyaan itu luar biasa. Bagaimana harus menjawabnya? Nada suara itu tidak keras, tidak luar biasa, akan tetapi menurut rasa orang yang menerimanya, itulah pertanda penolakan-

Sebelum sianak muda tahu bagaimana harus menjawab, suara didalam itu terdengar pula: " Kenapa kau bisa menyeberangi Seng Su Kio Bagaimanakah caranya?"

"Aku yang rendah tak tahu caranya," sahut Siauw Pek. "Aku jalan sejalannya saja..."

"oh, apakah sang gunung telah berganti rupa?" kata orang itu, nadanya heran "Mana mungkin kejadian serupa ini?" Dia berhenti sebentar lantas ia menanya pula, "Apakah kau jalan seorang diri memasuki lembah sempit ini?"

Siauw Pek melongo sejenak. Untuk sejenak itu, pikirnya bergulat sendirinya. Akhirnya, tak berani ia mendusta.

"Sebenarnya aku yang muda diantarkan oleh Kie lootjianpwee," sahutnya. "Aku yang muda" ialah "boanpwee." suatu sebutan merendah.

"oh begitu?" kata suara itu. "Kenapa dia begitu baik hati terhadapmu? Ada urusan apa dia mengantarkan kau datang kemari?"

"Biar bagaimana, baiklah aku bicara terus terang," pikir Siauw Pek. Maka ia memberi hormat selagi ia menjawab: "Boanpwee adalah seorang yang sangat tidak beruntung, serumah tanggaku telah mati terbinasakan, hingga tinggal boanpwee sebatang kara. Kemarin boanpwee lancang memasuki wilayah Seng Su Kio ini secara kebetulan boanpwee bertemu dengan Kie lootjianpwee. orang tua itu baik sekali, dia telah menunjukkan aku datang kemari untuk boanpwee mengunjuk hormat kepada lootjianpwee." orang didalam itu tertawa dingin.

"Sungguh baik tua bangka she Kie itu" demikian katanya. "Sekarang majulah tiga tindak, supaya aku dapat memandang wajahmu" Siauw Pek menyahut "ya", terus kakinya diangkat. Baru ia melangkahkan tindakannya yang ketiga, mendadak ia merasa kaki itu ada yang melibat. Ia kaget sekali. Ia ingat akan lilitan ular. Hampir ia menghunus pedangnya, tapi lekas membatalkannya. Ia ingat: "Dengan menghunus pedang, aku berlaku tidak hormat terhadap tuan rumahku ini."

Justru itu ia mendengar pula suara yang dingin: "Apakah tua bangka she Kie itu menyuruh kau datang kemari untuk kau belajar ilmu golok dariku?"

"Dengan sebenarnya boanpwee berniat begitu," sahut Siauw Pek. "Boangpwee mohon belas kasihan lootjianpwee..."

"Kau memiliki tulang-tulang yang baik," berkata Siang Go. "Tak heran tua bangka she Kie itu tertarik hatinya olehmu" Dia berhenti sedetik. Ketika dia berkata pula, suaranya berubah menjadi sabar dan ramah, katanya: "Aku telah cacat jangan kata buat menyeberangi Seng Su Kio buat meninggalkan gua ini saja aku tidak sanggup,.." Mendengar itu, sendirinya muncul kesan baik dari Siauw Pek yang hatinya mulus. "Bagaimana jikalau boanpwee menggendong lootjianpwee?" katanya. Mendadak slorang tua tertawa tawar-

"Seumurku, tak pernah aku menerima budi orang" demikian suaranya yang kaku. "Kau berusia muda, keberanianmu nyatanya besar sekali cara bagaimana kau berani bicara begini rupa terhadap aku slorang tua?" Siauw Pek heran, hatinya bercekan

"Aku toh bermaksud baik? Kau tak sudi menerima, ya, sudah saja..." pikirnya.

Kembali terdengar suaranya Siang Go. "Oh, bocah yang baik Apakah kau mencaci aku di dalam hatimu?"

Siauw Pek kaget sekali. Tak disangkanya orang dapat menerka hatinya. "Dengan sebenarnya boanpwee bermaksud baik, lootjianpwee," katanya. "Jikalau lootjianpwee tidak suka menerima tawaranku ini, ya, apa boleh buat..." Mendadak Siang Go tertawa terbahak.

"oh, anak yang berhati keras" katanya.Jikalau kau dapat mencaci aku pula didalam hatimu itulah terlebih baik lagi" Siauw Pek heran Orang ini benar-benar aneh.

"Lootjianpwee, maafkan ketololan boanpwee" katanya. "Benar benar aku tidak mengerti apa yang lootjianpwee katakan."

Selagi ia berkata begitu, hati anak muda ini lega. Tanpa terasa, libatan pada kakinya terlepas sendiri.

" Ketika si tua bangka she Kie menyuruh kau datang kemari, apakah dia tidak mengatakan bahwa aku mempunyai hanya sebuah golok, satu jurus?" Siang Go tanya kemudian

"Meskipun cuma satu, lootjianpwee, tetapi perubahannya banyak sekali." sahut si bocah. "Didalam dunia ini tidak ada lawannya lagi." orang tua itu tertawa dingin.

"Usia mu masih begini muda tetapi kau berani mengangkat tinggi tinggi topiku" katanya. "Hm Kau harus ketahui, aku beda daripada si tua bangka she Kie itu Aku tak kena diangkat angkat..."

Di mulut Siang Go mengatakan demikian, hatinya sebenarnya puas sekali, ia batuk batuk dua kali, lalu ia berkata pula: " Di dalam dunia, ilmu silat ada banyak rupanya, ada juga yang lihay luar biasa, akan tetapi, tidak ada yang hanya dengan satu jurus dapat membuat orang tunduk Tua bangka she Kie itu lihay, aku tak dapat menyamai dia. Lihat saja, dia dapat menciptakan ilmu pedang sembilan jurus. sedangkan aku, aku cuma satu jurus golok."

"Tapi Kie lootjianpwee telah memberitahukan aku, lootjianpwee," kata Siauw Pek " walaupun ilmu golok lootjianpwee hanya satu jurus, ilmu itu sudah menjagoi dikolong langit ini, tak ada orang yang dapat melawannya, maka dia tidak perlu ada jurusnya yang kedua." "ong Kiam Pa Too. Masing masing ada keistimewaannya sendiri " kata Siang Go. Dia menyebut "ong Kiam" "Raja Pedang" dan "Pa Too" Jago Golok". "Meskipun di antara kami ada yang memikir buat saling menguji, tetapi toh tidak ada yang berani melaksanakan pikirannya itu, tak ada yang berani menempuh bahaya. Karena itu kami sama sama berdiri tegak di dalam dunia Sungai Telaga, sama sama memperoleh nama dalam kalangan Rimba Persilatan Kami tidak tahu, kami musuh satu dengan lain atau saling bersahabat. Terlihatnya saja kami saling bermusuhan, buktinya kamilah sahabat sahabat selama beberapa puluh tahun. Aku tidak mau dia melakukan sesuatu yang dapat mengangkat namanya lebih jauh, dia juga demikian terhadapku. Kami berdua bersama sama berdiri tegak. tetapi juga, kami berdua saling menjauhkan diri. Di ujung pedangnya si tua bangka she Kie tidak ada kematian, di ujung golokku tidak ada kehidupan"

"Sesungguhnya, lootjianpwee, Kie lootjianpwee sangat menghormati lootjianpwee," kata Siauw Pek.

"Tak sudi aku kena didustai orang she Kie itu" kata Siang Go, dingin. "Mengenai ilmu pedang, tak suka aku membiarkannya mendapat nama terus menerus didalam dunia ini, sedangkan mengenai ilmu golokku, aku ingin membawanya ke liang kubur."

Kembali Siauw Pek menginsafi benarnya kata kata Kie Tong bahwa Siang Go aneh sekali. Karena ini ia tidak berani sembarangan bicara. Selagi jago tua itu berkata demikian, ia berdiam saja.

"Adalah Siang Go, yang menambahkan kata katanya sendiri itu. Jikalau ada orang yang kedua yang dapat menyeberangi Seng Su Kio, yang memasuki lembah Bu Yu Kok ini, tak perduli dia pria atau wanita, tua atau muda, pasti aku terima dia sebagai murid, untuk aku mewariskan ilmu golokku kepadanya, supaya Pa Too dan ong Kiam tetap bersama sama terkenalnya, maka sayang sekali, sekarang ini cuma kau seorang yang dapat sampai di sini..."

Siauw Pek mendengarkan, ia terus membungkam. Ia masih tidak tahu bagaimana harus menjawab si orang tua yang aneh itu. Dia mudah gembira dan murka Siang Go menghela nafas panjang. Lagi lagi dia mengoceh seorang diri. "Rupa rupanya satu jurus ilmu golokku itu harus diwariskan kepadamu..."

Dasar ia cerdas sekali Siauw Pek tersadar dengan tiba tiba. Segera ia menjatuhkan diri, menekuk lutut didepan orang tua itu, guna memberi hormat. "Terima kasih, lootjianpwee" katanya sambil terus mendekam.

Mendadak terdengar pula suara dingin dari orang tua itu. "Ilmu golokku ini cuma satu jurus akan tetapi di dalamnya tercakup pikiran, kegesitan tubuh dan tangan dan suasana sewaktu waktu. Ilmu golokku ini beda sekali dengan ilmu pedang si tua bangka she Kie Dan kau, walaupun tulang tulangmu bagus, serta berbakat sempurna untuk belajar silat, tetapi di dalam pikiran dan tabiat, kau bukanlah calon muridku " Siauw Pek kaget sekali. Kembali si tua bersikap aneh.

"Sungguh lihay orang tua itu," pikirnya. "Gua begini gelap gulita, aku hanya bisa melihat tak lebih dari tiga kaki. tetapi aneh, dia justru dapat melihat tulang dan wajahku Sungguh hebat tenaga dalamnya " Di dalam hati ia berpikir demikian, di mulut dia lekas berkata : " Lootjianpwee, tolonglah mengasihani boanpwee. Hatiku ini menanggung sakit hati yang sangat dalam..."

"Apa?" memotong Siang Go, suaranya bernada gembira. "Hatimu penuh dengan dendam kesumat dan penawaran yang sangat hebat?" Siauw Pek melongo. Kembali ia heran-

"Walaupun demikian," ia lekas berkata, "tak nanti aku sembarang menggunakan ilmu golok lootjianpwee..."

"cukup, tak usah kau bicara lebih jauh," jago tua itu memotong. "Kau bertulang baik, bakatmu bagus, kaulah orang yang cocok buat menjadi murid si tua bangka she Kie, maka seharusnya dialah yang menerima kau sebagai muridnya. Kalau bagiku, kau kekurangan syaratnya, kau kelebihan budi pekerti halus, maka jikalau kau belajar ilmu golokku, sukar bagimu mencapai kesempurnaan "

Siauw Pek heran. "oh, kalau begitu, buat mempelajari ilmu goloknya, orang mesti berhati kejam..." pikirnya.

Siang GO meneruskan kata katanya. "Ilmu pedang memerlukan ketenangan untuk mengekang kegesitan, dia meminjam tenaga lawan guna menolak serangan lawan Dia garang tetapi dia tidak bengis halus tetapi dia tidak lemah, sekalipun kalau dia kena dikurung dengan tenang dia dapat melayani musuh musuhnya. Tak demikian dengan golokku Golokku telengas tak ada bandingannya, sekali golokku digerakkan untuk menyerang, pasti lawan terluka binasa. Ilmuku memerlukan gerakan sejenak, bergeraknya bagaikan gelombang dahsyat yang tak dapat dirintangi, maka itu, jikalau orang berbudi pekerti luhur yang hatinya lunak halus sukar baginya mendapati kesempurnaan ilmuku, sulit biarpun dia berbakat baik sekali."

"Tapi aku sangat membenci musuh-musuhku loocianpwee," kata Siauw Pek, "mungkin aku tak akan menyia-nyiakan pengharapan locianpwe." Perlahan-lahan, Siang Go menarik napas.

"Aku telah salah omong menyatakan suka menerima kau sebagai muridku," katanya, "aku tak akan menyesal, tidak nanti aku tarik pulang kata-kataku itu. Hanya kau, kau kelak akan berhasil mewariskan ilmuku dengan sempurna atau tidak itu terserah kepada untung bagusmu "

Kembali Siauw Pek berlutut dan menunduk. "Terima kasih, looelanpwe," katanya.

"Ilmu golokku mengutamakan tenaga mata," kata Siang Go kemudian, "maka mulai sekarang kau perlu melatih diri dalam ilmu tenaga dalam, gua menguatkan semangatmu, menambah kekuatan matamu."

"Terima kasih loocianpwee," kata Siauw Pek yang girang luar biasa. Sementara itu, ia merasai nyeri kembali pada empat jari tangannya, yang luka kukunya. Tadi perhatiannya ditujukan pada soalnya, rasa nyeri itu tidak terasa, tidak demikian sekarang. Bahkan  ia merasa sangat sakit. Tetapi ia berhati keras, dengan menguatkan hati ia menahannya tanpa merintih.

"sekarang kau boleh mulai," berkata si guru yang terus membacakan ilmu tenaga dalam itu, untuk diikuti simurid dan menghafalkannya.

Siauw Pek mengikuti dengan seksama, setelah dia ingat semuanya, gurunya terus membungkam. Dan tinggallah ia sendiri, yang menghafal tiada berhentinya. Ia memusatkan perhatiannya, hingga ia melupakan tangannya yang sakit itu.

Tak sulit bagi anak muda ini menghafal dengan lancar, berbareng dengan itu, ia duduk tenang sambil meluruskan jalan napasnya.

Entah berapa lama telah lewat, selagi murid ini masih menghafal, mendadak ia mendengar suara dingin gurunya : "Sambutlah ini, dan makanlah Ini pelajaran pertama yang paling penting, paling sedikitnya satu bulan, kau tak boleh meninggalkan gua ini"

Habis suara itu, siauw Pek mendengar suara angin yang dibawa oleh sesuatu benda yang bergumpal hitam: Ia heran, tapi ia mengangkat tangannya, untuk menyambuti. Hanya sayang, karena gelap gulita, ia tidak bisa melihat benda itu, dan dadanya telah kena terserang.

Kembali ia kaget. Katanya dalam hati " Lagi-lagi aku mendapati tabiat aneh dari orang tua ini."

Siang Go melemparkan barangnya dengan tepat, meski dada sianak muda terserang, dia tidak sampai terluka. Siauw Pek menjumput benda itu, dia merasa sesuatu yang lunak. Tanpa bersangsi lagi, dimasukkannya benda kemulutnya dan terus ditelannya^ Dia memang sudah lapar sekali.

Yang waktu berlalu terus, Siauw Pek masih juga berlatih terus. Dia tak lagi ingat waktu. Hanya kemudian dia merasa matanya mulai terang, sebab selanjutnya dia bisa melihat sejauh tiga kaki lebih, sinar matahari tetap tak nampak. Siang Go jarang sekali bicara dengan muridnya itu, dia hanya memperdengarkan suaranya pada waktu memberi makan untuk simurid, selanjutnya gua sunyi dan senyap.

Beberapa kali Siauw Pek mencoba melihat gurunya yang aneh itu, tak pernah ia berhasil. Matanya masih kalah dengan gelap gulita. Ia cuma bisa mendengar suara dan menerka gurunya berada disebelah mana.

Pada suatu hari, sehabis berlatih, Siauw Pek merasa lapar sekali. Tetapi tak berani ia memanggil gurunya untuk meminta makan. Dengan sabar, ia menanti sampai gurunya menyapa. Tapi guru itu tak juga bersuara. lama-lama, ia tak dapat menahan hati lagi. " Loocianpwee" panggilnya. "Aku lapar sekali, apakah ada sesuatu untuk aku makan ?"

Tidak ada jawaban, meskipun murid ini telah memperdengarkan suaranya beberapa kali. Gua tetap sunyi, Siang Go seperti juga telah pergi dari gua itu. Lewat pula beberapa saat. Rasa lapar mengganggunya makin hebat.

"Loocianpwee" Siauw Pek memanggil pula, suaranya makin  keras. Tetap tidak ada jawaban, kecuali sambutan kumandang.

Bukan main berdukanya murid ini. Ia menjadi habis sabar. Maka ia bangkit, berniat berjalan mengikuti tembokan gua. Ia menuju ke sebelah dalam. Tapi baru dua tindak. kembali kakinya terasa terlibat dan tertarik. demikian keras, hingga tubuhnya limbung, dan roboh tak tertahankan lagi. Hebat juga robohnya itu, sampai beberapa lama, baru ia berhasil merayap bangun, segera setelah itu, ia menjadi heran pula. Ketika ia meraba kakinya guna memegang benda yang melibat itu, kakinya sudah merdeka pula, benda itu lenyap entah kemana.

"Semoga dia bukan ular berbisa..." katanya didalam hati.

Dari berdiri, kemudian ia duduk, tiba-tiba terdengar suara angin menyambar dari belakangnya, dan sebelum tahu apa-apa, bahunya sudah kena terhajar sesuatu yang membuatnya merasa nyeri. Ia menjadi heran dan mendongkol. Maka ia keluarkan kimkiam, pedangnya untuk bersiap siaga. Habis "serangan gelap itu, gua sunyi kembali.

Selama diam berjaga-jaga itu, hati Siauw Pek menjadi tenang pula. Kembali ia memikir buat bertindak maju, ia jalan berpegangan di dinding gua. Baru tangannya menyentuh dinding, tiba-tiba tangannya yang kanan terasa beku, dan pedang ditangannya itu terlepas.

Ada sesuatu yang menyerang tangan itu, rasanya lunak tetapi cepat sekali gerakannya. Ia pun mendengar suara angin bertiup, tetapi matanya tetap tidak melihat sesuatu. Ia menjadi heran Tengah ia heran itu, tiba tiba kakinya dua-duanya terangkat bagitu rupa hingga ia roboh dengan sendirinya

Gusar dan penasaran, Siauw Pek menyampok dengan sebelah tangannya. Ia mengenakan sasarannya, tetapi itulah batu dinding yang membuat tangannya itu nyeri sekali.Justru itu menyusullah satu serangan kepada bahunya, yang membuat ia nyeri dan kesakitan Masih ia penasaran, ia menyambar dengan tangan kanannya. Tapi sia-sia saja.

Benda lunak yang menyerang itu bergerak-gerak mengikuti suara angin bersiuran Dan dia menyerang bahu, sebentar ia menyambar kaki

Saban kakinya disambar, tentu Siauw Pek roboh terkulai. Maka gusarlah dia, hingga terus terusan dia menyampok pulang pergi dengan kedua tangannya.

Sementara itu, lapar menyerang keras sekali. Siauw Pek menjadi kehabisan tenaga, kepalanya pusing.

Baru setelah itu, lenyap benda lunak itu.

Selagi ia merasa heran, Siauw Pek mendengar suara dingin yang ia kenal baik. "Nak, hatimu panas sekali, ya?"

"Ya, panas sekali" sahutnya. masih mendongkol. Ia menyahut cepat, walaupun ia kenali suara gurunya. Baru setelah itu, ia sadar akan kekeliruannya. Maka itu ia terus menutup rapat mulutnya. "Ingat" berkata sang guru. " Golokku cuma satu jurusnya, tapi sekalipun satu, gerakannya dapat menuruti sang hati, sebab hati dan tubuh telah menjadi satu. Kalau kita sedang menyerang, semakin kita bergusar itu semakin baik, bahkan paling baik jikalau kau tengah membenci sangat kepada musuhmu Golokku ini, kalau dia membunuh lawan, baru terlihat keangkerannya" Siauw Pek melongo.

"Jikalau begitu, apakah sekarang hatiku telah lunak?"

"Jikalau demikian adanya, kau takkan berhasil mempelajari ilmu golok itu," kata siguru menghela napas. Siauw Pek penasaran.

"Toh cuma jurus" pikirnya. "Tak lebih tak kurang. JIkalau di dalam waktu satu hari aku tidak berhasil mempelajarinya sampai sempurna, apakah aku tidak bisa menanti sampai satu tahun? Aku tidak percaya "

Kembali terdengar suara sang guru. Katanya "Andaikata kau selesai mempelajarinya, tetapi kalau di waktu menggunakannya kau tidak mengumpulkan hawa marah dan kebencianmu yang hebat terhadap musuh, bukan saja sukar buat kau menunjukkan pengaruhmu, menggunakan pedang saja kau bakal gagal"

Murid itu heran dia bersangsi. "Benarkah itu, loocianpwee?" ia bertanya. Ditanya begitu, Siang Go gusar.

"Mungkinkah aku memperdayakanmu?" katanya mendongkol. "oh, bocah tak tahu urusan"

Siauw Pek sadar, tidak berani ia melawan maka ia memberi hormat. "Maaf, loocianpwee, aku tidak tahu urusan," ia akui.

"Aah" mengeluh orang tua itu. "Aku telah bersedia mengajari kau ilmu golok. tapi sekarang tak dapat itu dilakukan Hatimu begini lemah, kau sabar sekali, mana bisa kau mempelajarinya? "

"Habis, sampai kapan aku harus menunggu, loocianpwee?" "Kau lihat saja untung bagusmu nanti" sahut sang guru. "Mungkin besok, mungkin delapan atau sepuluh hari lagi, atau mungkin juga tiga atau lima bulan kemudian"

Siauw Pek berduka hingga ia lupa laparnya dengan meraba-raba, ia kembali ketempatnya untuk duduk bercokol pula. Hening sesaat.

"Sambutlah ini barang makananmu" begitu terdengar suara angin menyambar.

Karena sudah satu bulan lebih di tempat gelap itu, Siauw Pek telah berpengalaman, sekarang ia sudah terbiasa dengan suara angin itu dan lemparan barang makanannya, maka ketika ia mengulur tangnnya, dengan mudah ia menyambutinya. Ia sudah lapar sekali, lahap ia memakannya makanan itu.

Dua bulan sudah Siauw Pek mengurung diri di dalam gua. Selama itu tahulah ia bahwa gurunya selama ini memancing kemarahannya tetapi ia tetap dengan kesabarannya, tak pernah ia gusar sampai lupa segala galanya.

Ada suatu haru, kembali Siauw Pek kelaparan Telah lebih sepuluh jam ia tidak dapat makanan Mau tak mau, ia bertahan Ia ingat pesan KieTong, yang pernah memberitahukannya bahwa  Siang Go itu manusia sangat aneh, katanya di dalam hati: "Biar bagaimana kau uji aku, aku akan menurut saja." Meski begitu, lewat lagi satu jam, bukan kepalang laparnya.

Tiba tiba terdengar Siang Go menghela napas. "Kau telah lapar, nak?" ia bertanya.

"Ya, sudah lama, loocianpwee," sahut si murid, sabar.

"oh, kau lapar sudah lama ?" kata guru itu. "Kenapa kau diam saja?"

"Boanpwee tidak berani mengganggu ketenangan loocianpwee," sahut simurid sabar.

Kembali Siang Go menarik napas. "Sifatmu lemah begini, kau bukanlah muridku," katanya. "Aku kuatir sulit bagiku untuk mewariskan ilmu golokku kepadamu." Siauw Pek kaget sekali. Lekas lekas ia memberi hormat.

"Loocianpwee, harap sukalah mengingat kesukaran dan ketulusan hatiku," ia memohon. "Biar aku tolol, akan aku coba sekuat tenagaku, supaya aku tidak menyia-nyiakan pengharapan loocianpwee. Maukah loocianpwee memberi sedikit kelonggaran kepadaku?"

siang Go tidak menjawab. ia hanya bertanya : "Anak. di dalam gua ini tak nampak sinar matahari atau bintang, tak ada siang dan malam. tahukah kau sudah berapa lama berdiam disini?"

"Jikalau tidak salah, mungkin lebih kurang sudah dua bulan," sahut Siauw Pek.

"Benar, lebih kurang dua bulan" kata guru itu, "Selama dua bulan ini, kau tahu, senantiasa aku mencari saat yang baik untuk mengajari kau ilmu golok. tapi selalu gagal."

"Mungkin itu disebabkan ketololanku, loocianpwee. Walaupun demikian, aku mohon belas kasihanmu..." demikian kata murid yang tawakal itu.

"Hari ini dan besok adalah saat saat kesempatan paling baik bagimu," berkata sang guru, "tapi juga merupakan kesempatanmu yang terakhir, maka itu kalau di dalam waktu dua hari itu kau tetap tidak dapat belajar, jangan kau menyesal, mungkin itu ilmu golokku akan terputus, dan hingga di dalam kalangan rimba persilatan cuma ada satu ong Kiam, tidak ada Pa Too "

Siauw Pek terkejut. Ia bagaikan terhajar parah.

"Tinggal dua hari, lootjianpwee?" katanya, "waktu dua hari itu sangatlah singkat, sekejap saja bakal berlalu, maka itu, andaikata lootjianpwee berniat mewariskan ilmu itu kepadaku, aku kuatir karena ketololanku, aku tidak akan mendapatkannya..." Siang Go tertawa dingin. "Terserah kepada untung bagusmu " katanya. "Hm Ilmu golok ini aku yang ciptakan, aku juga yang mengubur membenamnya, kalau itu sampai terjadi, aku tak akan terlalu menyesal."

Mendengar kata-kata itu, siauw Pek menjadi putus asa. Ia ingat sakit hati keluarganya. Sakit hati itu bakal tak terbalaskan. Tanpa terasa, airmatanya meleleh keluar, dan napasnya menjadi sesak secara tiba-tiba. Karena ini, ia lupa kepada laparnya. Hening sekian lama.

Tiba-tiba, terdengar suara dingin tetapi nyaring dari siang Go : "Anak kecil, dengar sekarang saat baik telah tiba, mari aku ajarkan kau ilmu golokku Kau hafaikanlah rahasianya "

Siauw Pek melengat karena herannya.

"Sekarang. lootjianpwee ?" ia menegaskan Tapi belum suaranya berhenti, Siang Go sudah mulai memberikan pelajarannya. Guru itu berkata dengan suara yang berirama. " Kemurkaan asalnya dari hati, kebencian muncul dari nyali. Golok keluar, maka kagetlah segala hantu, dan darah berhamburan membuat sembilan wilayah merah..."

Hati Siauw Pek bercekat. "Hebat" pikirnya.

siang Go melanjutkan pelajarannya: "Golok mustika keluar dari sarungnya, sekali menikam maka putuslah sang nyawa. Inilah pelajaran ilmu golok istimewa, yang teragung didalam dunia Rimba Persilatan." Kembali Siauw Pek bercekat.

"Sungguh sombong," pikirnya pula. Segera ia dengar tertawanya Siang Go, yang terus berkata nyaring, "Anak kecil, jalan kekiri tujuh tindak. Kini, aku hendak mengajarkan kau Hoan Uh It Too"

Dalam herannya, siauw Pek tersadar. Segera ia bertindak kekiri. Hanya sedikit, sinar golok telah berkelebat dihadapannya. Terdengar pula suara dingin dari siang Go . "Anak, sambutlah golok "

siauw Pek berlaku sebat, dengan mengangsurkan tangan kanannya, ia menyambut golok itu. Di saat itu, ia tidak berani menoleh ke arah sang guru, walaupun ia tahu gurunya berada di sampingnya.

Kembali terdengar tawanya Siang Go, tawa yang membuat hati orang gentar. Suara itu berkumandang dalam gua, di empat penjuru, memekakkan telinga.

Menyusul tertawanya, kembali terdengar suaranya yang berirama seperti tadi : "Didalam dunia ada banyak jago, tetapi cuma ada satuJago Golok Anak. telah siapkah kau?"

"Aku telah siap. lootjianpwee " sahut si murid.

Siang Go berkata pula : " Golok ini hanya satu jurus, akan tetapi jurus ini diciptakan setelah memperhatikan keistimewaan keistimewaan dari perbagai macam ilmu golok di dalam dunia Rimba Persilatan. Disaat kita menghunus menggunakannya, jikalau tidak disertai dengan semangat jago untuk menelan dunia, pengaruh golok ini tak berarti seberapa, golok sulit dipakainya Anak. cekam golok dengan kedua tanganmu, bawa ke depan dadamu "

Siauw Pek menyahut, golok itu dibawa kedepan dadanya.

siang Go menyuruh pula : "Pentang lebar kedua matamu, memandang tajam kepada musuh yang tangguh "

XX^

Siauw Pek membuka kedua matanya, melihat langsung ke depannya.

Gua yang sunyi itu kembali kepada kesunyiannya. Tetapi hanya selama semakanan nasi, lalu terdengar pula suara Siang Go . "Anak. kau dapat melihat apa?"

"Mataku tidak berguna, boanpwee tidak melihat apapun juga," sahut si murid yang merasa gua tetap gelap gulita.

"Hm "suara dinginnya Siang Go. "Aku dapat melihat, kenapa kau tidak ?"

" Lootjianpwee melihat apa ?" tanya murid itu. Suara dingin guru itu mendengung. "Aku melihat ayahmu dengan seluruh tubuhnya bermandikan darah tengah menangkis serangan musuh musuhnya yang ganas "

Mendadak siauw Pek merasai darahnya bergolak. Sebab dia diingatkan kepada ayahnya.

Tiba tiba ia merasa matanya berkelebat, dengan samar samar ia seperti melihat ayah yang bermandikan darah berdiri di depannya. Segera ia menyahut : "Ia lootjianpwee, boanpwee pun dapat melihatnya ?" Siang Go tertawa nyaring.

"Sekarang lihat lagi biar teliti bUkankah di sana itu musuh besarmu, yang telah membinasakan ayahmu, sedang mendatangi ?"

Benak kepalanya siauw Pek bagaikan terbangun. Ia ingat pada Hui Siu ouw Bwee, Kim Tjong Toodjin serta si pendeta dari Siauw Lim Sie yang tubuhnya jangkungnya dan besar yang semua tangan mendatangi dengan romannya yang bengis. "Ya, boanpwee melihat " kata pula murid ini, hatinya tetap panas.

Tiba tiba Siang Go berseru^ "Kau telah melihat Habis kau mau apa ?"

Dengan sendirinya Siauw Pek menjawab bengis. "Boanpwee mau membalaskan sakit hati ayah bundaku itu "

"Jikalau kau mau membalas dendam," kata siang Go, tetap keras, " kenapa kau tidak mau segera turun tangan? Kau mau tunggu kapan lagi?"

Tanpa ia sadar, Siauw Pek berteriak nyaring. "Lihat golok " Segera ia menyerang

Tiba tiba terdengar satu suara benturan keras, lelatu apipun bermuncratan Satu tenaga yang keras sekali telah terpental balik.

Itulah sebab dengan hebat golok mengenai batu gunung sampai mengeluarkan lelatu golok itu terlepas dari cekaman dan terpental.

siauw Pek telah menggunakan semua tenaganya, tenaga membalik lalu menggempurnya, hingga ia limbung kesisinya, tubuhnya membentur dinding gua. Tidak ampun lagi, ia roboh tak sadarkan diri. Waktu ia mendusin, ia merasa ada sebuah tangan tengah memijit mijitnya, mengurut tubuhnya. Ia lalu mengeluarkan nafas lega. Ingin ia bangkit, tapi satu tekanan yang kuat mencegahnya. Dadanya tertindih hingga ia tak dapat berkutik.

"Anak, tepat sekali serangan kau " begitu ia dengar suara ketelinganya. "Itulah bagaikan pertanda bahwa kaulah jago satu satunya dikolong langit ini Tapi sekarang kedua lenganmu lagi terluka, tak boleh kau sembarangan bergerak. Tutup matamu, tidurlah sebentar Dengan tenaga dalamku, akan aku bantu kau memulihkan tenagamu."

Siauw Pek berdiam. Ia merasa tangan guru terus meraba raba seluruh tubuhnya. Ada kalanya tangan itu berdiam disatu tempat, seperti memasukkan hawa panas kedalam tubuh itu, membuat dadanya menjadi lapang. Tak lama tanpa merasa, ia pulas sendirinya.

Tatkala ia tersadar, di sisinya telah tersedia makanannya serta itu golok ampuh yang bersinar. Ia sudah lapar sekali, paling dulu ia memakan makanan itu. Baru selesai makan, terdengar oleh Siauw Pek. "Anak. angkat golok itu"

Murid ini ingat pengajaran gurunya, segera ia sambar golok terus melompat bangun, untuk berdiri tegak dengan membawa golok kedepan dadanya.

Lewat lagi sesaat, terdengar pula suara dingin sang guru. "Anak. apakah yang kau rasakan ?"

"Tiada perasaan apa juga yang luar biasa, lootjianpwee." " Golok di tanganmu berasa berat tidak ?"

"Tidak.."

"Nah, mengertikah kau Di dalam ilmu silat yang diutamakan yaitu mengangkat yang berat tapi dirasakan ringan sebaliknya dengan pelajaranku, mestinya diangkat ringan tetapi dirasakannya berat. Sekarang peganglah yang benar" Baru suara itu berhenti Siauw Pek sudah terkejut. Tiba tiba ia merasa golok di tangannya menjadi berat, bagaikan ada yang menekan, hingga ia mesti mengeluarkan tenaga untuk menahannya. Anehnya, tekanan itu makin lama makin berat, ia sampai seperti tak kuat menahannya Hingga ia mesti mengerahkan seluruh tenaganya.

Hanya sebentar Siauw Pek merasa bahwa semua tenaganya sudah dipindahkan ketangannya, guna mempertahankan golok itu, akan tetapi golok itu tetap berat dan seperti menariknya terus ke bawah, hingga ia merasa otot ototnya kesemutan dan tulangnya sakit, sulit untuknya bertahan lebih jauh.

Kalau tadi terdengar suara bengis, atau sungguh sungguh, dari Siang Go, sekarang terdengar dia itu tertawa riang.

"Nak, letihkah kamu?" tanyanya.

Dengan napas sengal sengal, dengan suara terputus putus,  Siauw Pek menjawab gurunya itu : "Boanpwee tidak dapat mengangkat tanganku..."

"Nah, ingatlah " berkata guru itu, "Setelah kau menghunus golok, kau mesti memusatkan perhatianmu, tenagamu, harus dikumpulkan di tanganmu itu, agar kau bagai mengangkat sebuah gunung, dan disaat kau menyerang, baru kau bisa gunakan semua tenagamu, kuat dan hebat bagaikan gunung longsor menimpa laut, membuat lawan tidak punya tenaga lagi untuk melawan"

"Boanpwee akan ingat itu baik baik " Siauw Pek berjanji.

"Dan, sekarang kau letakkan golokmu, duduklah bersila. Aku hendak ajari kau cara menggunakan ilmu golok."

Siauw Pek manyahuti, tapi serentak dengan itu, kosonglah hatinya, mendadak matanya gelap. lalu jatuh numprah di tanah

Hal itu disebabkan ia telah mengerahkan habis seluruh tenaganya, hingga ia jadi sangat letih, hingga pingsan Samar  samar ia merasa hawa panas masuk dari punggungnya terus kehati dan seluruh tubuhnya. Lenyaplah rasa letihnya, sebagai gantinya, ia merasa lapang. Dan akhirnya ia tidur pulas, tak ingat apa pun juga. Barulah kemudian entah lewat berapa lama ia tersadar sebab ia merasa tubuhnya dingin.

Belum lagi anak ini sempat berpikir, ia sudah mendengar kembali suara gurunya. "Anak. kau dengar Berlakulah sungguh sungguh, sebab aku mempunyai waktu tak ada satu jam lagi"

Semangat Siauw Pek terbangun-"Aku siap. lootjianpwee" katanya.

"Di dalam ilmu silat di kolong langit ini," berkata Siang Go. "kecuali ilmu pedang ong Too Kiu Kiam dari Kie Tong aku belum pernah coba, yang lainnya telah aku kenal semua. Mereka itu semua mempunyai cacat masing masing, maka selama beberapa puluh tahun, belum ada yang sanggup memecahkan ilmu golokku ini..." Berkata begitu, mendadak si jago tua tertawa riang sekali.

"Semua orang menganggap ilmu golokku ini jago tanpa lawan, sebab asal golokku dipakai menyerang, kalau tak ada yang mati, sedikitnya mesti ada terluka parah. Mungkin si tua bangka she Kie juga berpendapat demikian. Yang benar ialah, meski jurus ku cuma satu, pemecahannya berjumlah sembilan Itulah sebabnya meski orang yang kuat luar biasa, tak dapat dia membebaskan dirinya dari serangan golokku, tak sanggup dia melakukan serangan balasan Menurut kau, bagaimana seharusnya orang berbuat?"

"orang mesti memusatkan pikiran dan menutup rapat dirinya," sahut sang murid. Siang Go tertawa.

"Itulah sama dengan duduk diam menantikan kematian " katanya. "Perlawanan begitu justru mudah menyerangnya, tidak usah memikirkan pembokongan Di dalam keadaan seperti itu, aku telah menang waktu."

"Akan aku ingat pesan ini, lootjianpwee," Siauw Pek berjanji.

Tiba tiba Siang Go mencekam tangan kanan muridnya, sambil berkata. "Selekas golok dihunus, kita segera mengambil sikap menyerang kita harus mendahului guna menggempur semangat lawan, untuk merebut pengaruhnya" Siauw Pek membiarkan tangannya itu dipegang, dan dengan bantuan gurunya, ia menghunuskan goloknya. Begitu golok tercabut dari sarungnya, tangannya digerakkan bagaikan terputar dan golok lantas menyambar kekanan.

"Kau ingat," guru itu berkata. "Tadi aku telah ajari kau bagaimana harus mencabut golok. sekarang, aku ajari kau cara menggunakannya untuk menyerang lawan-"

Siauw Pek mencoba. Tadi, dibantu gurunya mudah saja ia mencabut goloknya, tetapi ketika mencoba sendiri, ia merasakan kesulitan dan tidak leluasa. Karena itu, ia mencoba dan mencoba lagi, sampaipuluhan kali, barulah ia paham benar, selama itu berkali kali ia minta petunjuk gurunya.

Sementara itu, suaranya Siang Go semakin lama semakin lemah. Tadi, dia berkata bahwa waktunya tinggal kira kira satu jam lagi, juga cekaman guru itu makin lama makin kendor, tak bertenaga sebagaimana semula. siauw Pek menjadi heran sekali.

Akhir akhirnya, guru itu berkata, pelahan

"Anak, pergilah" Aku melarang kau untuk menoleh melihatku" "Lootjianpwee mau apa?" tanya murid itu.

" Golokku ini telah mendampingi aku seumur hidupku," sahut guru itu, "sekarang aku hendak berpisah darinya, sebab hendak aku hadiahkan kepada kau. Aku harap kau bisa melatih dirimu hingga sempurna, agar kepandaianku diwariskan pada yang tepat, supaya tak mengecewakan golokku ini. Nah, lekaslah kau pergi " Siauw pek heran, suara si guru makin lemah lagi, bagaikan orang yang mau putus jiwa.

Dari heran menjadi kuatir. Ingin ia berpaling tetapi tak berani melanggar pesan gurunya itu. Dan sebaliknya ia berat untuk meninggalkan, lebih lebih bertindak pergi.

"Lootjianpwee," akhirnya ia berkata juga. "Aku telah menerima budi, dengan pelajaran ilmu golok ini, dan kelak di belakang hari aku akan dapat membalaskan dendam ayah bundaku dan saudara saudariku. Budi lootjianpwee begini besar besar, bagaimana aku tidak membalasnya? Lootjianpwee, mungkinkah aku tak dapat melihat wajah Lotjianpwee barang sejenak?"

"Lekas pergi" ada jawaban si guru, bengis.

Murid itu melengak. terpaksalah ia bangkit dan keluar, walaupun dengan tindakan berat. Ketika ia telah berada di luar gua, barulah ia menampak pula sinar sang Surya. Ia berbalik kemuka gua, untuk memberi hormat sambil membungkuk tiga kali, sembari mengucurkan air mata, ia berkata.

" Lootjianpwee, budimu telah mengajari aku ilmu silat golok ini, seumur hidupku tak akan aku lupakan"

Masih Siauw Pek berdiri diam, sampai tiba tiba ia mendengar suara perlahan bagaikan berbisik. "Apakah siluman she Siang telah mewariskan ilmu goloknya kepadamu?"

Dengan segera si anak muda menoleh, maka ia melihat Kie Tong berdiri dihadapannya. Jenggot orang tua itu memain di antara hembusan angin Dia mengenakan jubah panjang pedangnya menggemblok di punggungnya.

jarak antara mereka sekira kira tiga kaki. Lekas lekas ia memberi hormat.

"Tidak saja Siang Loopee telah mengajari aku ilmu goloknya, bahkan goloknyapUn dihadiahkan kepadaku sedang golok itu belum pernah terpisah darinya semasa hidupnya. Hanya heran orang tua itu, ia tidak sudi memberikan kesempatan untuk aku melihat wajahnya, bahkan dia telah mengusir aku pergi " Kie Tong mengangguk

"Demikianlah biasa kelakuan atau perbuatan aneh Siang Go," katanya "Segala sepak terjangnya sukar untuk diduga-duga. Dia telah mengusir kau keluar dari guanya. Dia tak sudi berdiri berhadapan denganmu, percuma kau memohonnya terlebih jauh. sekarang mari kita lekas pergi " juga aneh orang tua ini, bukannya dia mengajak Siauw Pek pergi lari, ia hanya menyambar tubuhnya, untuk dikempit, buat dibawa lari, tepat seperti baru-baru ini dia menolongnya dari tempat berlumpur dan berembal

Tempat-tempat yang dilalui berlumpur, banyak binatang berbisanya, ada juga hawa yang jahat, tetapi semua itu tidak dapat merintangi sijago tua, hanya sesaat kemudian, lewat sudah mereka dari daerah penuh dengan ancaman maut itu. Baru sekarang, tubuh si anak muda dilepaskan-

"Anak. untungmu besar sekali " katanya.

Siauw Pek tersenyum, tersenyum duka. ia girang beserta menyesal dan berduka. Hal ini disebabkan ia ingat budi Siang Go, manusia aneh itu. Ia ingin membalas budi, jalannya tidak ada, ingin ia melihat wajahnya saatnya tidak ada juga. ia berada ditempat terbuka, dimana ada sinar matahari, tetapi ia merasakan bagaikan masih berada di dalam gua yang gelap gulita. Dilain pihak iapun bersyukur sekali kepada orang tua she Kie itu, yang ternyata  berlaku sangat baik kepadanya.

"Anak. kau pikir apakah ?" bertanya Kie Tong yang melihat anak muda itu masih terus berdiri diam, matanya mengawasi kesekitarnya seperti juga dia kehilangan sesuatu.

"Aku bingung memikirkan siang Loocianpwee," sahut si anak muda. "Kenapa ia berdiam saja di dalam gua dimana tidak ada sinar matahari, dimana seperti tidak ada siang dan malam. Mengapa ia tidak mau tinggal bersama-sama kau, locianpwee ? Tempat yang begini luas, walaupun beberapa ratus orang, masih leluasa untuk tinggal menetap disini..." Kie Tong menarik napas.

"Memang Siang Go sangat aneh," katanya. "Sudah beberapa puluh tahun, meski kami tinggal disatu tempat dan berdekatan, kami senantiasa saling menyingkir jauh-jauh. Akulah yang paling dulu menyeberangi Seng Su Kio dan berdiam disini, ketika si siluman datang, untuk memisahkan diri dari aku, dia menyeberangi daerah berlumpur dan penuh bisa itu, mencarl guanya itu." Siauw Pek pun menarik napas.

"Gua itu tanpa tanaman padi, polowijo atau bebuahan," katanya juga tanpa burung dan binatang lainnya, selama beberapa puluh tahun apa saja yang ia makan ?" Ditanya begitu, Kie Tong tercengang.

"Dia makan apa ?" tanyanya, membalik. "Akupun tidak tahu " "Locianpwee " kata Siauw Pek, tiba tiba dengan suara keras.

"dapatkah loocianpwee mengantarkan aku pula keGua Siang Loocianpwee itu ?" Kie Tong heran. Dia menatap.

"Baru kita pergi, buat apa kita kembali ?" dia tanya.

"Aku ingin meminta dia keluar dari gua itu, dan tinggal bersama dengan kita diBu Yu Kok," si anak muda menjelaskan-

"Tak mungkin " kata Kie Tong, menggelengkan kepalanya. Jikalau Pa Too dan ong Kiam tinggal bersama, sukar ditanggung bahwa keduanya tak akan bentrok satu dengan lain-Memang aku dapat menahan sabar tetapi kesabaranku juga ada batasnya. oh, anak. siluman she Siang itu menghormati aku berbareng jeri "

"Apakah loocianpwee juga jeri terhadapnya ?" Kie Tong menghela napas.

"Inilah salah satu rahasia seumur hidupku," sahutnya. "Sekarang rahasia itu hendak aku buka, supaya hatiku lega "

Berkata begitu, jago tua ini duduk dengan perlahan-lahan Ia menepuk-nepuk tanah yang berumput.

"Anak. mari duduk" ia mengundang.

Siauw Pek menatap orang tua itu, lalu ia merasa menyesal. Ia melihat wajah orang guram, guram keadaan.

"Tahu begini, tak mestinya aku menanyakan dia," pikirnya.

Segera terdengar Kie Tong menarik napas dalam dalam. "Apa yang aku lakukan seumur hidupku, tidak ada yang tak  dapat diperlihatkan kepada langit atau matahari," katanya kemudian. " kecuali satu, yang membuat hatiku tidak tenang. Karena aku sudah mencuri lihat ilmu goloknya Siang Go "

"Tetap itu bukan perbuatan terlalu salah, loopee," sahut Siauw Pek menghibur.

"Buat orang lain mungkin tidak. tidak demikian buatku." "Mengapa begitu, loopee?"

"ong Kiam dan Pa Too sama terkenalnya dalam dunia Rimba Persilatan," orang she Kie menerangkan "kami sampai mendapat julukan Lam Pek Jie Seng, Nabi darl Selatan dan Utara. Tapi aku mencuri lihat ilmu silat sahabatku itu, apakah itu pantas? Tidak. itulah sangat tidak pantas. Tentu saja sulit untuk menerangkannya mengapa aku melakukan pengintaian-"

"Apa dan maksudnya loopee itu ?"

"Aku ingin melihat kalau kalau ilmu goloknya itu ada lowongannya, supaya aku dapat menggunakan tipu daya untuk memecahkan Toan Hun It Too" Kie Tong mengaku.

Siauw Pek melengak. ia berdiam. Didalam hati ia berpikir: "Jadi tak lain tak bukan maksudmu supaya Ong Kiam menjagoi sendiri, agar nama Ong Kiam dapat menutup nama Pa Too ini memang perbuatan tidak tepat, akan tetapi, dimedan laga, orang tak mencela kecurangan-"

Kie Tong melanjutkan kata katanya : "Pernah aku menyamar dan menguntit Siang Go. selama setahun. Pernah aku menyaksikan dia melakukan tipu silat golok Toan Hut It Too membinasakan belasan jago Rimba Persilatan Aku melihat bagaimana dia mengeluarkan golok dan menggerakkannya, dari situ aku berhasil menangkap rahasianya..."

"Dengan begitu, lopeejadi telah berhasil mendapatkan daya untuk memecahkan ilmu goloknya itu ?" "Loopee sudah melihat caranya dia menggunakan goloknya itu, mengapa loopee tetap masih belum bisa memikir jurus untuk memecahkannya ?"

"Ketika itu aku memikir sama seperti pikiranmu sekarang ini, anak. Setelah melihat cacadnya, kenapa aku tidak bisa menggunakan cacad itu?"

Jago tua itu menghela napas pula.

"Pusing aku memikirkan jurus itu, sampai aku hampir gila." dia menambahkan. "Dan pernah pada suatu malam, aku sampai terpaksa menceburkan diri kedalam air yang dinginnya bagaikan es."

"Mengapa begitu, loopee ?"

"Aku ingin supaya hawa dingin membuatku lupa soal itu. Ternyata dugaanku meleset. Tubuhku dingin, sampai meresap ketulang-tulang dan sumsum, tetapi tetap tak dapat aku melupakan keinginan memecahkan Toan Hun It Too itu. Bahkan aku lupa bahwa aku telah berendam diair es. bukankah itu hebat sekali, anak

?"

"Benar-benar kejadian langka " pikir Siauw Pek "Hanya untuk memecahkan rahasia tipu mulihat orang lain, sapai kegilaan macam begini."

Berapa lama Kie Tong berdiam saja, tapi tiba tiba sinar matanya yang biasanya lemah lembut dan ramah, mendadak menatap si anak muda dengan dingin dan tajam. Diapun lalu menanya : "Kau tahu, anak. bagaimanakah caranya aku membebaskan diri dari kesukaranku ini ?"

Ditanya begitu, si anak muda menggoyang kepala. "Mana aku tahu loopee ?" sahutnya.

"Kalau daun rontok. dia jatuh pula keakarnya," kata Kie Tong, tenang. "Baru kemudian dari sembilan jurus tipu silatku, aku melihat suatu rahasianya, dengan begitu barulah aku bebas dari penderitaannya yang kucari cari sendiri itu." 
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar