Payung Sengkala Jilid 01

Angin bertiup kencang, debu pasir beterbangan memenuhi angkasa, awan gelap menyelimuti seluruh jagat sekeliling perkampungan Toa Loo San-cung yang kersohor didunia persilatan, keadaan amat mengerikan bagaikan menghadapi saat kiamat.

Pada waktu itu muncul sebuah Tandu yang digotong empat orang muncul dari deruan angin taupan yang men deru2, langkah mereka cepat dan tujuannya tidak lain adalah perkampungan Toa Loo San-cung. Mendadak . .

"Berhenti " Suara bentakan muncul dari sebuah loteng peronda dibalik perkampungan-

Mendengar bentakan itu keempat orang penggotong tandu yang berdandan sebagai siucay miskin itu berhenti, mereka tidak menurunkan tandunya keatas tanah tapi menanti dengan sikap yang dingin dan hambar.

Sepasang mata mereka tiada hentinya memperhatikan seorang lelaki pelindung perkampungan sedang meloncat keluar dari balik pintu.

Lelaki itu mempunyai perawakan yang kekar dan berotot dengan jidat menonjol tinggi kedepan, sekali pandang siapapun akan tahu bahwa orang ini memilikl tenaga Iweekang yang amat sempurna.

"Siapa yang berada daiam tandu ?" kembali ia membentakl

"Hujien baru dari cioe It Tong, cung cu muda perkampungan kalian "Jawab situkang tandu yang berada dipaling depan.

"Apa?" seorang nyonya muda lagi ?" seru lelaki itu kelihatan agak tertegun. situkang tandu itu tidak menyahut, ia membungkam dalam seribu bahasa. Alis yang tebal dari lelaki itu berkerut semakin mengencang, setelah berpikir beberapa saat tanyanya lagi:

"Tolong tanya sejak kapan nyonya muda ini kawin dengan sauw Cung cu kami ?"

"Bulan tujuh tanggal tujuh tahun yang lalu, kalau dihitung dengan jari sudah ada setengah tahun lamanya "

"Bolehkah kalian suruh nyonya muda keluar sebentar agar cayhe periksa ?. "

"Hmmm siapalah saudara ?" seru si tukang tandu sambil mendengus dingin. "Berani benar kau bersikap tidak sopan dengan nyonya muda."

sikap lelaki itu kontan berubah jengah, merah padam selembar wajahnya.

"Cayhe membawa tugas dibadan, dalam keadaan seperti ini terpaksa aku harus melakukan. "

"Hmmm kau kira nyonya muda sudi menjumpai dirimu

?" Tukas situkang tandu setengah membentak. seluruh tubuh lelaki itu bergetar keras.

"cung-cu muda Cioe It Tong walaupun memiliki kepandaian silat yang amat mengejutkan, tapi ia selalu berwatak romantis setiap hari kerjanya main perempuan ditempat luaran. dalam satu masa isterinya sudah mencapai empat belum lagi gundiknya. "

sambil garuk2 kepalanya yang tidak gatal ia berkata penuh keseriusan, Beberapa waktu ini cung-cu telah memberi pesan wanti2 kepada seluruh pelindung perkampungan agar melakukan pemeriksaan yang teliti terhadap siapa saja yangr bukan termasuk anggota perkampungan kami, sebelum kami periksa isi tandu tersebut. mana boleh kubiarkan kalian masuk kedalam perkampungan semuanya"

Ia merandek sejenak. kemudian tambahnya berat: "sebelum cayhe mejumpai wajah nyonya muda, sebenarnya sudah. "

"Turunkan tandu " mendadak serentetan suara yang dingin berkumandang keluar dari balik tandu.

Keempat orang tukang tandu berdandankan siucay miskin itu segera menurunkan tandunya keatas tanah sepasang lengan diluruskan kebawah menanti dengan sikap hormat,

"Jikalau saudara ingin mencapai diriku, Mari kesinilah. .

. ." kata siorang yang ada dalam tandu itu lagi.

Nadanya dingin membuat orang merasa bergidik, Lelaki itu ragu2 sejenak, akhirnya dengan langkah lebar ia berjalan kedepan tandu. Tapi ia tidak menyingkap horden tandu tadi melainkan berdiri dihadapannya dengan sikap serius.

"Ayoh cepat periksa" Bentak orang yang ada dalam tandu tadi dengan suara keras. "Kenapa tidak kau singkap horden tandu ini?"

"Menyingkap horden sangat tidak leluasa lebih baik nyonya muda keluar dari tandu." Tiba2 Horden tandu tersingkap disusul berkelebatnya sesosok bayangan manusia muncul dari balik tandu.

"Plaaak. " tahu2 pipi lelaki tadi kena ditampar sehingga

terhuyung, darah segar mengucur keluar membasahi ujung bibirnya.

Didepan mata berdiri seorang nyonya muda berwajah ayu dengan perut yang besar bunting. Lelaki yang ditempeleng keras2 membuat kepalanya terasa pening, kepala tertunduk rendah tak berani memandang perempuan itu lagi. "sudah cukup?"Bentak perempuan muda itu ketus,

"Harap nyonya muda suka mengampuni kesalahan hamba, hamba bertugas menjaga keamanan perkampungan mau tak mau kami harus berbuat demikian "

Perempuan muda itu mendengus dingin, ia mundur kembali kedalam tandu dan serunya kemudian. "Bawa jalan "

Bagaikan memperoleh pengampunan, lelaki itu buru2 bongkokan badannya menjura. "siiahkan mengikuti cayhe masuk kedalam perkampungan "

Keempat orang tukang tandu berdandankan siucay miskin itu saling bertukarpandangan dan tertawa, sambil menggotong tandu mereka mengikuti lelaki itu masuk kedalam perkampungan.

Waktu itu si nyonya muda yang berada didalam tandu sambil mengusap perutnya yang bunting tertawa getir. setelah angkat pundak matanya keluar tandu. perkampungan Toa Loo san-cung sangat luas lorong banyak berderet dengan bangunan yang megah. suasana terasa tenang dan nyaman,

Diluaran suasana dalam perkampungan tersebut kelihatan amat tenang, tapi lain halnya pandangan nyonya muda itu, alisnya segera berkerut.

"Perkampungan Toa Loo san-cung betul2 sangat bahaya.

. . tak kusangka penjagaan demikian ketat " pikirnya dalam hati. setelah melewati jalan kecil yang panjang sampailah mereka didepan sebuah pintu ruangan. seorang dara berkepang dua muncul didepan tandu.

Terhadap dara itu lelaki tadi berbisik beberapa patah kata, dan tandu itupun melanjutkan perjalanannya dengan dihantar dara tersebut.

Dibalik pintu adalah sebuah kebun bunga yang amat besar dengan pemandangan yang menarik. ditengah kebun berdiri sebuah loteng disekeliling loteng tumbuh pohon2 liuw. didepan pintU terpancang sebuah papan nama dengan bertulis "Ih Coei Loo" tiga patah kata dari emas.

Tandu tadi berhenti didepan loteng ih coei Loo, nyonya muda itupun lambat2 turun dari tandu.

"Aaaaah kiranya nyonya muda sudah ..." Terdengar dara cilik itu berseru tertahan-

"Tidak salah" sahut perempuan muda itu sambil tertawa jengah, "Aku sudah bunting tujuh bulan"

"Nyonya muda, siapa namamu ?"

"Kauw Thian siang penduduk kota Kiem Leng"

"siauw cungcu tidak pulang kampung ber-sama2 nyonya muda?"

"Tidak. katanya dalam satu dua bulan ini ia tak dapat kembali kekampung."

"Silahkan nyonya muda menanti siocia kami diatas loteng" ujar sidara cilik itu kemudian sambil menjura. "Berhubung ini hari adalah hari ulang tahun cungcu kami yang ke-enam puluh, semua anggota perkampungan lagi sibuk. kemungkinan besar saat ini siocia ada dikamar hujien, biarlah budak pergi mengundangnya datang" setelah mengundurkan para tukang tandu dan mempersilahkan nyonya muda itu menanti diatas loteng ia segera berlalu.

Harus menunggu beberapa saat lamanya tanpa pekerjaan, nyonya muda itu mulai kesal, per-lahan2 ia bangun berdiri dan mulai memperhatikan keadaan disekeliling tempat itu.

Ternyata ruang tersebut terbagi jadi dua. sebelah kanan gelap dan sebelah kiri terang benderang sehingga dapat tertampak dengan jelas dari tempat luaran, tentu saja dari tempat luarpun dapat melihat pembaringan serta kelambu dalam ruangan itu dengan nyata.

Per-lahan2 nyonya muda itu menghela napas panjang, gelengkan kepala dan berpikir: "Aku Sam Kong Pak harus menyaru tidak laki tidak perempuan macam banci. aai. .

. sungguh merendahkan pamorku"

Alisnya semakin berkerut, pikirnya lebih jauh: "Lam Kong Pak baru saja memasuki mulut macan kau sudah tidak sabaran sebelum berangkat bukankah si sin so Cuang Yen atau si Mahasiswa bertangan sakii sang Hong Tie telah memesan wanti2 kepadamu: 'Dalam melaksanakan pekerjaan ini harus mempunyai kesabaran dan bertindak hati2 semisalnya tidak berhasil mendapatkan payung sangkala atau ketahuan penyamaranmu, tak boleh kau umbar emosi dengan telur membentur batu, kau harus berusaha menyelamatkan diri dari bahaya dan memrpertahankan hidupmu, dengan demikian barulah kita bisa menanti kesempatan lain untuk membalaskan dendam berdarah gurumu"

Teringat akan kematian gurunya yang amat mengerikan, tak kuasa ia tertawa sedih, wajah yang beringas tertutup oleh rasa sedih, pahit serta getir yang susah dilukiskan, Lama sekali ia menanti belum juga kelihatan munculnya siocia, tak kuasa ia mulai berjalan bolak balik disekitar ruangan. terasa bau harum semerbak menusuk hidung.

Per-tama2 ia berjalan terlebih dahulu kehadapan cermin, sambil memandangi perutnya yang bunting ia gelengkan kepala dengan wajah kikuk.

sinar mata dialihkan keatas pembaringan, dimana terderet sepasang sepatu yang kecil mungil amat menarik hati, dalam sekejap pandangan saja dapat diduga bahwa benda ini adalah milik siocia perkampungan tersebut.

sejak kecil ia dibesarkan oleh gurunya digunung yang terpencil dari keramaian dunia setiap hari ia berkawan dengan binatang dan pohon siong. setelah menjumpai sepatu milik gadis perawan tak urung darah panas bergolak juga.

Mendadak ia teringat kembali akan tugasnya yang berat, air muka segera berubah serius. buru2 ia melengos dengan sikap jauh lebih keren.

Mendadak sinar matanya terbentur dengan sebuah lukisan gadis cantik yang tergantung diatas dinding. "Aaaaaaah. "

Dengan sempoyongan ia mundur setengah langkah kebelakang, hampir2 tak percaya olehnya atas apa yang dilihat didepan mata kenapa wajah perempuan ini  amat luar biasa. bagaikan bidadari turun dari kahyangan. . . .

"Aaaaaah. lukisan ini tentu gambar dari wajah siocia.

tidak tersangka seorang iblis kalangan Hok-to yang berhati keji bisa memiliki seorang puteri secantik bidadari" guman Lam Kong Pak tak terasa.

saking terpesonanya sembari geleng kepala ia memuji tiada hentinya. Mendadak. . . . "Nyonya muda, cantikkah?" suara teguran yang dingin dan hambar muncul dari depan pintu.

Dengan hati terkesiap Lam Kong Pak putar badan, ia melepaskan tangannya yang digendongkan dibelakang punggung.

Tampak seorang dara cantik berwajah dingin telah berdiri didepan pintu dengan sikap angker.

Ia tertegun beberapa saat, kemudian sembari menjura ujarnja: "Kauw Tayan siang menghunjuk hormat untuk Toa siocia"

Nona itu dengan gunakan sepasang matanya yang jeli memperhatikan sepasang kaki Lam Kong Pak yang segede gayah kemudian beralih keperutnya yang bunting suatu senyuman dingin menghiasi ujung bibirnja.

"Tak usah banyak adat" Nadanya dingin lagi hambar, bagaikan suara yang baru muncul dari balik gudang es, sama sekali tidak ada kehangatan ucapan sang ipar kepada ensonya. "siapa yang suruh kau datang?"

"Cuncu muda Cioe It Tong " "Apa maksud datang kemari? ?"

Kali ini Lam Kong Pak dibikin tertegun. "siauw-li sudah jadi keluarga sauw cung-cu, cepat atau lampat akan masuk kedalam perkampungan, juga kali ini sengaya aku datang untuk menanti kelahiran bayiku dalam kampung "

Berbicara tentang kelahiran bayi, sepasang pipinya jadi merah padam, dengan penuh rasa jengah ia menunduk. suaranya mengecil hampir tak kedengaran.

suatu senyuman dingin kembali berkelebat diatas wajah nona tersebut, ujarnya lagi: "Bagaimanakah wajah engkohku? masih ingatkah kau? ?" Lam Kong Pak merasakan hatinya tergetar keras. dengan paksa menahan ketenangan dan pura2 menunjukkan sikap tidak paham katanya: "siocia, apa maksudmu berkata demikian? siauw-li sudah menjadi suami isteri dengan it Tong, mana mungkin tidak tahu bagaimanakah wajahnya?"

"Cob terangkan "

"sungguh bahaya. " seru Lam Kong Pak didalam hati,

dengan wajah serius segera ujarnya: "Kedua lembar telinga bagaikan gayah, perawakannya pendek luar biasa. "

"Hanya berdasarkan data tersebut sudah cukup untuk membuktikan dia adalah engkohku ?"

"Kurang ajar. budak ini sungguh lihay" maki pemuda Lam Kong dalam hati, pikirnya: "sungguh bahaya, kalau bukan si Mahasiswa bertangan sakti sang Hong Tie melakukan pemeriksaan yang teliti diatas mayat Cioe It Tong setelah ia membinasakan dirinya, dan tanda2 istimewa itu kuingat terus, mungkin saat ini penyaruanku sudah ketahuan"

Dengan cepat jawabnya "Ditelapak kaki kirinya terdapat sebuah tahi lalat merah"

Nona itu tertegun, agaknya ia merasa urusan sedikit diluar dugaan. ujarnya kembali dengan suara hambar "sedikitpun tidak salah, tahukah kau mengapa nonamu menanyakan persoalan ini sampai sejelas dan secermat ini

?"

"siauw-li kurang paham"

"Kemarin dalam perkampungan kami telah kedatangan pula sebuah tandu yang membawa seorang perempuan bunting, ia mengaku sebagai gundik siauw cungcu, yang mendapat perintah kembali keperkampungan untuk melahirkan bayinya" Mendengar ucapan itu diam2 Lam Kong merasa amat terperanjat, pikirnya "si Mahasiswa Bertangan sakti terdaftar diantara pemimpin tiga manusia miskin, semua pekerjaan yang dilakukan selamanya cermat dan teliti. rencana pembunuhan terhadap Cioe Tong yang dilakukan kali inipun telah disusun dengan amat cermat, justeru dengan menggunakan wataknya yang romantis dan cabul beliau minta aku menyaru sebagai gundik Cioe It Tong menyelundup masuk kedalam perkampungan dan berusaha mencuri PAYUNG SANGKALA pusaka Bulim untuk menuntut balas atas kematian guruku, tidak kusangka ternyata ada orang yang mendahului rencana ini dengan gunakan cara yang sama." Kembali nona itu tertawa dingin tiada hentinya.

"Watak romantis engkohku sudah terkenal di-mana2, siapapun tak ada yang tahu berapa perempuan yang sudah ditidurinya, cuma, ia mengijinkan kau menantikan kelahiran bayimu dalam perkampungan, ini menunjukkan betapa sayangnya engkohku terhadap dirimu"

"siocia, apa yang kau ucapkan tadi belum selesai diutarakan" seru Lam Kong Pek. "Lalu menyelidiki siauw-li dengan begitu cermat, katanya kemarin ada seorang perempuan bunting menyelundup masuk kedalam perkampungan, apa maksudmu?"

sepasang mata yang jeli itu dengan cermat menyapu sekejap perutnya yang bunting, ia tidak menjawab pertanyaan Lam Kong Pak hanya sembari mendengus katanya:

"setelah kau kawin selama setengah tahun dengan engkohku, tentunya tahu akan nama nonamu bukan?"

"Aduh celaka" Tak kuasa Lam Kong Pak berseru tertahan Ia sama sekali tidak menyangka perempuan ini sedemikian lihaynya, kendati sebelum berangkat si Mahasiswa bertangan sakti telah banyak memberitahukan soal yang menyangkut paut muka maupun kepandaian silat Cioe It Kang itu cungcu dari perkampungan Toa Loo san cung, tapi belum pernah memberitahukan nama siocia ini.

situasi makin lama makin kritis, jelas perempuan ini Sudah menaruh curiga terhadap dirinya. diam2 ia salurkan hawa murninya ke sepasang lengan mengadakan persiapan lalu sambil tersenyum katanya

"siocia, kau pandai benar berguraU. mana ada enso yang tidak kenal siapakah nama iparnya"

Diluaran ia bicara tenang, padahal hatinya gelisah setengah mati. sepasang matanya dengan cermat menyapU keempat penjuru.

Tujuannya menyapu keempat penjuru bukan ingin mencari nama si nona itu dalam kamarnya, melainkan ia berharap dalam sebuah serangan yang maha dahsyat dengan telak akan bersarang ditubuh lawan.

Mendadak sinar matanya beralih kebagian bawah  lukisan yang tergantung diatas dinding. Tampak olehnya bagian bawah dari lukisan intu tertera sebaris kata2 yang bertunyi sebagai berikut, "Hasil karya sipelajar Bertangan telengas suma Ing untuk kenang2an nona Cien cien."

Hatinya jadi kegirangan setengah mati, bagaikan seseorang yang kehausan ditengah padang pasir dan secara tiba2 menemukan sumber mata air saja.

Buru2 sinar matanya ditarik kembali, setelah tersenyum ujarnya "Nona apa gunanya kau mengayak aku bergurau ?"

senyuman dingin makin menghiasi ujung bibirnya Cioe Cien cien. "Kalau kau tidak berhasil menyebutkan siapakah nama nonamu, saat itulah kau tahu siapa yang sedang bergurau dengan dirimu. . .terus terang kuberi tahu kepadamu. siperempuan bunting yang masuk kedalam perkampungan hari bukan lain adalah barang tiruan"

Ucapan tersebut juga sudah berada dalam dugaan Lam Kong Pak. tapi Ia sengaya berlagak terperanjat.

"Apa?" teriaknya tertahan, "Barang tiruan? menyaru sebagai nyonya muda?"

"sudahlah lebih baik kau jangan menimbrung ucapanku kau masih belum mejawab pertanyaan yang nona ajukan "

"Nona cien, apa gunanya kau mem-bentak2 kata2 kasar?.

. ." jawab Lam Kong pak dengan wajah serius.

"Baru pertama kali ini siauw-li mendatangi perkampungan Toa Loo san-cung, terhadap tempat serta penghuni disini masih sangat mengharapkan petunjuk2 dari Cien-moay "

Ucapannya lembut tidak. kasarpun tidak tapi dibalik ucapan mengandung maksud yang meyakinkan, bagaikan terhadap kecurigaan orang lain ia sama sekali tidak memikirnya dalam hati.

cioe cien cien berseru tertahan, tak urung ia dibikin tertegun juga. sepasang matanya yang jeli kembali beralih keatas sepasang kaki Lam Kong Pak yang besar serta perutnya yang bunting, suatu senyuman dingin kembali berkelebat diatas wajahnya.

"seharusnya kau tahu apa maksud sibarang Tiruan. menyelundup masuk kedalam perkampungan kami kemarin hari" Kali ini Lam Kong Pak benar2 terkesiap. dengan sekuat tenaga ia kumpulkan semua hawa murni yang dimilikinya. dengan sengaya menunjukkan wajah terperanjat teriaknya: "Apa maksud dari ucapan cien-moay ini? ensomu tidak paham "

"Heeee. . .heeee. . .heeee. . . berhubung banyak orang menyaru sebagai perempuan bunting menyelundup masuk kedalam perkampungan Toa Loo san cung, nonamu berani menduga kalau engkohku kemungkinan besar sudah menemui ajalnya"

begitu ucapan tersebut diutarakan keluar, tubuh Lam Kong Pak bergetar keras air mukanya kontan berubah hebat.

Cioe Cien cien tertawa dingin. "Kau jangan merasa takut terlebih dulu, apa yang kuucapkan barusan tidak lebih hanya merupakan dugaan dari nonamu belaka"

pada permulaan ucapan nadanya mengencang sedangkan akhirnya makin ringan, bagaikan ia sedang menjirat Lam Kong pak seerat-eratnya.

"Budak ini sungguh licik" maki Lam Kong Pak diam.

Diluaran sengaya ia perlihatkan wajah gelisah, serunya "Cien-moay, maksudmu It Tong sudah menemui ajalnya ?"

Kepingin sekali ia mengucurknn air mata agar penyaruannya bertambah sempurna tapi tangisannya tak berhasil sesuai dengan keinginan karena Cioe It Tong adalah seorang penjahat cabul yang sering melakukan kejahatan, banyak perempuan2 baik yang dinodai ditangannya.

"Heee. . .heeee. . .hecce. . .aku rasa dalam hati kau paham sendiri bukan. . ." jengek sang gadis sambil tertawa dingin "Nona apa yang kau ucapkan makin didengar semakin membUat ensomu kebingungan" Dengan langkah Cioe Cien cien berjalan bolak balik sambil gendong tangan ia tartawa ter-bahak2 sengaya menunjukkan gaya seorang lelaki.

Cuma sayang suara tertawanya terlalu nyaring dan merdu membuat gaya serta suaranya tidak sesuai.

Ia berjalan kedepan jendela, memandang ketempat luaran lalu bertanya "Kandunganmu sudah berumur berapa bulan"

"Kurang lebih tujuh bulan" "Ada suatu perasaan tertent ?"

"sudah tentu ada, gerak geriknya tidak leluasa "

"Gerak geriknya tidak leluasa hal ini tentu saja akan terjadi" kata Cioe Cien cien sambil angkat bahu. "Karena secara tiba2 mendapat beban yang melelahkan tentu saja tidak bakal bebas gerak geriknya, apa lagi setiap saat merasa takut apabila ganjalannya jatuh atau terlepas dari tempatnya"

sekali lagi hati Lam Kong Pak tergetar keras ia merasa bahwa ucapan ini mengandung nada sindiran yang tajam. terang2an ia menuduh apabila buntingannya adalah palsu,

"Aku bertanya kepadamu apakah kau mempunyai perasaan yang lain daripada yang lain?" tanya Cioe Cien cien lebih lanjut.

Kali ini Lam Kong Pak dibuat serba salah dia adalah seorang pemuda belasan tahun yang tidak banyak mengetahui pengetahuannya terutama dalam soal kandungan perempuan, kena ditanya bagaimanakah rasanya seseorang perempuan dalam membawa kandungannya tentu saja ia jadi serba salah dan bungkam dalam seribu bahasa.

sekalipun begitu, ia tak bisa bungkam diri terlalu lama, terpaksa dengan keras kan kepala jawabnya: "Kadangkala kepalaku terasa pening"

"Ehmmm. "

Cioe Cien cien tertawa ter-bahak2 serunya "Perempuan bunting merasa kepalanya pening, tanda2 ini jarang ditemui pada kebanyakan wanita. mungkin badanmu terlalu lemah?"

Lam Kiong Pak terbelalak dengan mulut melongo, sepasang lengan disiapkan melancarkan serangan gencar.

"Jangan gugup, jangan gugup dahulu" Cioe Cien cien dengan nada dingin "Keadaanmu pada saat ini sudah melanggar kebiasaan Bu lim, mudah sekali memancing kecurigaan orang lain terhadap dirimu" .

"Apa yang kau curigai dari diriku?" "Mencurigai kau adalah barang tiruan "

"Cien-moay. . . kau. . . " dengan terperanjat Lam Kong Pak mundur tiga langkah kebelakang.

"Kau masih berlagak pilon? sayang kepandaian menyarumu kurang sempurna"

Lam Kong Pak berseru kaget, sekali lagi ia mundur tiga langkah kebelakang dengan sempoyongan, sepasang telapak disilangkan didepan dada siap melancarkan serangan.

cioe cien cien berlagak pilon, tapi dari sikapnya yang gagah bagaikan lelaki dapat diartikan bahwa ia sedang bermaksudkan "sedikitpun tidak salah, dugaanku tidak meleset dan kau adalah sebuah barang tiruan" Cioe Cien cien tersenyum, ujarnya: "sebelum kau menjumpai nonamu, aku telah mengetahui kalau kau adalah barang tiruan, kemudian menyusul kujumpai empat buah titik kelemahan yang makin meyakinkan dugaanku" Ia merandek sejenak. ujarnya lebih lanjut,

"Pertama. sewaktu kau duduk diluar tadi sepasang pahamu terbentang lehar dan tanganmu garuk kepala gerak gerik ini sama sekali berlawanan dengan gerak-gerik seorang wanita "

"Aaaaah sungguh aku tolol sekali" diam2 Lam Kong Pak memaki diri sendiri, seluruh gerak gerik itu pernah dipelajari dengan cermat, siapa nyana akhirnya ketahuan juga oleh pihak lawan.

"Kedua sewaktu kau berjalan bolak-balik dalam kamar nonamu tadi, sikapmu sama sekali adalah sikap seorang lelaki. "

Kembali Lam Kong pak menghela napas panjang, ia tidak memberi komentar.

"Ketiga, waktu kau menjumpai sepasang sepatu nonamu serta lukisan yang tergantung diatas dinding, sepasang matamu mendelong Waiaupun biji matamu tidak menunjukkan hawa jahat tapi bukan suatu perbuatan dari kaum gadis"

Bicara sampai disitu senyuman yang menghiasi bibirnya semakin menarik, bagaikan ia merasa bangga dengan hasil penyelidikannya ini.

Merah padam selembar wajah Lam Kong pak, buru2 ia menghindarkan diri dari bentrokan sepasang matanya.

"Keempat. sewaktu nonamu menanyakan namaku, muncul perasaan kaget dan gugup diatas wajahmu. tanda2 ini menunjukkan akan ketidak ada persiapan dalam menghadapi hal ini, walaupun kau sengaya bersikap tenang tapi kepilonanmu tak akan berhasil mengelabuhi sepasang mata nonamu. Waktu kau menemukan sebaris kata2 yang tercantum diatas lukisan tersebut wajahmu kelihatan kegirangan hiii . . . hiiiii . . . hiiii. . . siapakah sebenarnya kau?. "

Berbicara sampai disitu, nada ucapannya berubah keras dan kasar.

MENJUMPAI keadaan seperti ini Lam Long Pak tahu usahanya menemui kegagalan total, kalau tidak cepat2 melarikan diri dari perkampungan Toa Loo san-cung keadaannya akan berbahaya.

Ia tidak berani berayal lagi. dengan sekuat tenaga telapaknya didorong kedepan melancarkan sebuah serangan dengan ilmu Thian suo so.

Cioe Cien cien tertawa dingin, bukannya mundur ia malah maju, ilmu pukulan Boe Khek Hak Hong ciang yang paling diandalkan oleh orang2 perkampungan Toa Loo san cung didorong keluar.

seketika itu juga angin pukulan menderu-deru, hawa pukulan warna hitam menutupi angkasa mengurung lambung Lam Kong Pak.

Waktu itu serangan Thian suo so yang dilancarkan Lam Kong Pak sedang mengancam dada lawan, siapa nyana angin pukulan hitam lawan berhasil menerobos pertahanan tubuhnya langsung bersarang pada pinggang kiri dirinya.

Pandangan mata seketika jadi ber-kunang2 baju bagian kirinya telah robek beberapa depa dan muncullah sebuah celah yang panjang, benda yang tersembunyi dibalik pakaianpun lenyap tak berbekas, sebaliknya ditangan cioe cien cien telah-bertambah dengan sebuah buntalan besar, waktu itu sambil tertawa dingin ia berdiri kurang lebih tiga langkah dihadapannya.

Urusan telah berubah jadi begini ditolong pun percuma saja sambil membentak keras Lam Kong Pak kumpulkan seluruh tenaganya kembali mengirim sebuah serangan dengan jurus Noe Tuo Thian sun atau Lontaran murka Peluru langit.

Terdengar angin pukulan men-deru2 disertai sambaran gelelek. bayangan telapak bagaikan titiran air hujan mengincar seluruh jalan darah ditubuh lawan.

Ilmu pukulan Thian suo so adalah ilmu maha sakti hasil ciptaan suhunya siauw Yauw sianseng, kekuatannya luar bjasa. Walaupun cioe Cien den memiliki pengetahuan ilmu yang luas. menghadapi keadaan seperti ini tak berani berlaku gegabah juga.

Buru2 badannya mundur tiga langkah kebelakang dengan nyaring ia meloloskan diri dari bahaya.

pada hari2 biasa Cioe Cien cien selalu memandang tinggi dirinya, sekarang kena didesak mundur tiga langkah oleh Lam Kong Pak, ia merasa terhina dan malu.

Dalam keadaan gusar badannya laksana kilat menerjang kedepan dengan ilmu pukulan Coe Khek Hek Hong cau sekali lagi ia mencengkeram batok kepala Lam Kong Pak.

Ketika jurus terakhir yang dilancarkan Lam Kong Pak tidak mencapai pada sasarannya dia sudah menyadari lebih banyak bahaya dari keuntungan, sebelum pemuda ini merasakan sesuatu tahu2 angin cengkeraman lawan yang dingin meresap tulang sudah berada setengah depa diatas batok kepalanya. Dalam keadaan gawat, bukannya menghindar atau berkelit dengan jurus Jiei Gwat Lok suo atau Matahari Rembulan bagaikan senjata ia hajar jalan darah Cian cing Hiat diatas puncak Cioe Cien cien.

serangan ini merupakan sebuah serangan adu jiwa yang amat berbahaya tapi Cioe Cien Cien mana mau mengorbankan jiwanya untuk mengiringi pemuda ini.

Dengan ringan dan sebat ia berkelebat kesamping meloloskan diri dari datangnya serangan itu, dengan gerakan mencengkeram yang tidak berubah ia cengkeram rambut palsu yang dikenakan diatas kepala Lam Kong Pak kemudian badannya mundur lima langkah kebelakang sambil tertawa dingin tiada hentinya. "Aaaaah. "

Jeritan kaget yang terdengar saat ini bukan meluncur dari mulut Lam Kong pak.

melainkan cioe Cien cien yang berhasil merebut kedudukan diatas angin-

Karena dengan terlepasnya rambut paisu tersebut maka pulihlah wajahnya yang asli.

Hidung yang mancung dengan mata yang bening serta badan yang kekar benar2 tampang seorang pemuda  ganteng. Tapi alisnya saat ini penuh diliputi napsu membunuh membuat Cioe Cien cien yang melihat merasa hatinya bergidik,

Usia gadis she Cioe baru tujuh belas tahun entah berapa banyak pemuda ganteng yang telah ditemui tapi kalau dibandingkan dengan Lam Kong pak baik raut muka maupun bentuk badannya tak ada yang bisa menangkan pemuda ini. Inilah suatu keistitrewaan dari Lam Kong Pak.

Dalam sekejap mata itulah bayangan Lam Kong Pak memenuhi seluruh benaknya, sikap yang agung serta wajah yang tampan melumerkan hati kegadisannya. . . . "siiii. . . siapa. . . siapa sebenarnya kau ?"

sang nona yang berwajah cantik dengan sikap yang dingin dan berlagak seorang lelaki ini mulai dibuat berdebar hatinya oleh kegantengan sang pemuda dihadapannya, ia mulai dibikin terpesona.

sejak pakaian perempuan yang dikenakan kena disambar robekoleh pihak lawan, Lam Kong Pak telah melemparkan potongan gaun tersebut kesamping, saat ini jawabnya dengan nada dingini "Tahu atau tidak tahu sama saja bagimu. Lebih baik tak usah banyak bicara."

sejak kecil Cioe Cien cien sudah terbiasa dimanja, dalam perkampungan Toa Loo san cung apa yang diucapkan tidak pernah dibantah bahkan cungcu serta Hujien sendiripun mengalah tiga bagian kepadanya.

Tidak nyana pada saat ini seorang pemuda yang memiliki kepandaian silat biasa saja berani bersikap begitu kurang ajar terhadap dirinya,

Air muka gadis ini kontan berubah hijau membesi saking mendongkolnya, dengan suara keras ia membentak "Kau anggap masih bisa meninggalkan perkampungan Toa Loo san cung dalam keadaan hidup2?"

"soal ini adalah urusan cayhe, usah ikut campur"

"Hiiii. . .hiii. . . hiiiiii. . . ." cioe cien cien tertawa cekikikan, sepasang matanya yang jeli berkelebat tiada hentinya diatas selembar wajah Lam Kong Pak, sepasang sinar mata tersebut jauh lebih tajam dari sepasang golok tajam, semisalnya ia dapat membunuh orang dengan pandangannya, maka pada saat ini Lam Kong Pak sudah mati dan badannya hancur lebur. Asal usul Lam Kong Pak tidak jelas, siapakah orang tua sendiri ia juga tidak tahu sejak kecil ia dipelihara oleh gurunya 'siauw Yauw sianseng' setiap kali ia menanyakan asal usulnya setiap kali pula gurunya mengatakan bahwa waktunya belum tiba, hal ini mengakibatkan terpeliharanya sebuah watak yang dingin kaku dan suka menyendiri dalam sifat pemuda ini.

Kematian gurunya secara mengerikan membuat satu2nya orang yang paling dicintai dalam kolong langit ikut lenyap. hal ini menimbulkan hawa dendam yang ber kobar2 dalam hatinya, untuk membalaskan dendam sakit hati gurunya, soal mati atau hidup baginya sudah disingkirkan jauh2 dari dalam benak.

sambil melototi Cioe Cien cien tanpa menunjukkan sedikitpun rasa jeri, ia perhatikan sepasang mata lawan tajam2.

"Aaaaai. . ." inilah suatu helaan napas yang penuh mengandung kegusaran, apa boleh buat serta rasa sedih,

Tetapi bagaimana pun juga dia adalah seorang nona yang berperasaan halus, walaupun ia merasa tidak dapat menahan sabar tapi dihadapan Lam Kong pak gadis ini tak berani bertindak liar, hal ini semakin menekan perasaannya.

Lama kelamaan ia tak dapat menahan diri lagi, sambil kertak gigi pergelangan tangannya diluruskan kedepan, dari balik gaun meluncurlah lima gulung hawa hitam yang meluncur keluar dengan disertai desiran angin tajam.

pada saat kelima gulung hawa pukulan tersebut hampir mencapai tubuh Lam Kong pak. segulung hawa dingin  yang menggidikkan serta menyesakkan napas menekan keluar sedahsyatnya membuat pemuda itu merasa  badannya merinding. Merasakan datangnya serangan amat dahsyat dan Pemuda itu merasa dirinya tak bakal sanggup menahan datangnya hantaman tersebut, dengan wataknya yang keras kepala ia segera kumpulkan seluruh tenaga yang  dimilikinya mengirim sebuah pukulan dengan ilmu pukulan Thian suo so menyambut kedatangan serangan lawan "Braaaaak. " badan Lam Kong Pak kena terpukul mental

keluar pintu.

Cioe Cien cien segera meluruskan sepasang lengannya kedepan, satu mencengkeram yang lain mengisap. sepuluh gulung tenaga hisapan yang maha dahsyat segera menyedot kembali badan Lam Kong Pak yang terpental keluar itu sehingga menerjang kearah dadanya,

Cioe Cien cien sama sekali tidak menyangka diperut Lam Kong pak telah terluka parah, sikutnya dengan cepat bekerja keras mengisap badan lawan semakin kencang.

Dengan demikian tenaga luncuran Lam Kong Pak kearahnya semakin hebat lagi. . . sepasang telapak yang terhisap dengan tanpa disadari telah menekan diatas kedua bukit venusnya keras2.

"Aaaaah. " jeritan kaget bergema memenuhi angkasa.

Bagaikan terpagut ular cioe cien cien mencak2, seluruh badannya gemetar keras. tak tahan lagi telapak tangannya diayun memerseni beberapa buah tamparan keatas pipi pemuda itu.

"Plaaaak ....Ploook     " dengan sempoyongan Lam Kong

pak mundur lima langkah kebelakang, darah segar mengucur keluar membasahi ujung bibirnya. "Kau.      kau .

...kau manusia cabul. "

Lam Kong Pak yang merasa dirinya bukan saja telah disiksa bahkan dihina habis2an. rasa gusar tak terbendung lagi. iapun berteriak keras "sauw-ya akan adu jiwa dengan dirimu . . ."

Bersamaan dengan suara bentakan keras ia menubruk kedepan.

"Hmmm tak kusangka dikolong langit ada manusia tolol macam kau, selelah menghina seorang gadis dari malu jadi gusar."

semakin bicara ia semakin gusar, sambil mendengus dingin ilmu pukulan Boe Khek Hek Hong Cu nya sekali lagi dilancarkan-segulung hawa pukulan berwarna hitam bagaikan seekor ular beracun mengancam dada pemuda she Lam itu.

Ditengah suara dengusan berat, Lam Kong pak muntah darah segar, badannya dengan mendatar melayang keluar dan tidak menlenceng tepat terjatuh diatas pembaringan berkelambu sutera itu.

seketika seluruh seprei dan kelambu pembaringan itu berpelepotan darah segar.

Cioe Cien cien tertegun, ia merasa hatinya sangat tidak enak membuat ia jadi ragu2 bercampur menyesal.

SEBELUM ia maju untuk memeriksa keadaan luka pemuda itu, Lam Kong dengan susah payah telah merangkaK bangun sambil mengusap darah yang mengotori ujung bibirnya ia kumpulkan sisa tenaga mengirim sebuah babatan kearah Cioe cjen cien-

Beberapa kali kena didesak Cioe Cien cien dibikin gusar juga, sepasang ujung baju ber-sama2 diayun kedepan-

sekali lagi Lam Kong Pak terpental balik keatas pembaringan, setelah kelejotan beberapa kali badannya tak berkutik lagi. Ia menghela napas sedih, kejadian ini belum pernah terjadi sejak dahulu kala dan mengapa ini hari bisa terjadi macam begini? ia sendiripun tidak tahu,

Ia berjalan kesamping pembaringan memeriksa urat nadinya dan segera diketahui walaupun terluka tadi tidak begitu parah.

Mendadak Lam Kong Pak membentak keras, sambil meloncat bangun telapak tangannya dihantam lagi kedepan tepat bersarang diatas buah dada sebelah kirinya.

Bersamaan dengan itupula ia merangkak bangun "Mari.

. .mari. . .mari. aku akan mengadu jiwa. . .dee. . . dengan kau. . . ." bentaknya. sekali lagi ia menubruk kearah Cioe Cien cien,

Dengan perasaan sedih dan menyesal gadis ini mencengkeram urat nadi Lam Kong Pak kemudian sekalian menotok jalan darah kaku serta bisunya, dan meletakkan badannya keatas pembaringan.

"Bagaimana sekarang??" terdengar gadis itu bergumam. "Dengan menempuh bahaya menyelundup masuk

kedalam perkampungan Toa Loo san-cung, jelas ia membawa maksud tidak baik dan harus diserahkan kepada Tia untuk dijatuhi hukuman "

Tapi, sewaktu sinar matanya terbentur dengan selembar wajah Lam Kong Pak yang tampan, hatinya jadi lembut kembali.

Matanya terpejam rapat2, alisnya melentik dengan hidung yang mancung, inilah wajah seorang pemuda ganteng.

suatu senyuman getir menghiasi ujung bibir Cioe Cien Cien, gumamnya seorang diri "Manusia bodoh. mungkin pada penjelmaan dulu aku Cioe Cien cien banyak berhutang budi kepadamu, Aaaaai . .kau. kau suruh aku

berbuat bagaimana?"

Dari sakunya ia mengambil keluar secarik sapu tangan dan mengusap kering darah yang menodai ujung bibirnya, sedang tangan yang lain tanpa terasa sudah membelai wajahnya yang tampan-Mendadak. . . .

"ToA CI, apakah kau berada diatas loteng. " terdengar

teriakan seseorang berkumandang dari bawah loteng.

Cioe cien cien terperanjat, iajadi gugup, buru2 dipungutnya rambut palsu yang menggeletak diatas tanah untuk dikenakan kembali diatas Kepala Lam Kong pak kemudian menutupi badannya dengan selimut.

setelah semuanya selesai ia menghembuskan napas panjang, dan berdiri didepan pintu dengan berlagak memikirkan sesuatu.

Tooook. . , toook ... toookk .... seorang dara muda muncul dari ujung tanaga. Gadis ini berusia lima, enam belas tahunan kecantikannya tidak berada dibawah kecantikan cioe Cien cien hanya saja sikapnya jauh lebih lembut dan kalem, sifat ke-kanak2annya belum hilang. jauh berbeda dengan sikap gagah dari Cioe Cien cien, "Cici, apa kerjamu bersembunyi diatas loteng? ?"

Ucapan ini merupakan suatu pertanyaan yang sangat umum. tapi bagi Cioe Cien Cien yang menyembunyikan sesuatu dalam hatinya segera merasa sangat tertusuk perasaannya. "Eeeeeei.... cici air mukamu sedikit tidak beres"

Cioe Cien Cien terkesiap. hampir2 saja keringat dingin mengucur keluar membasahi seluruh tubuhnya, saat ini ia merasa benci terhadap diri sendiri mengapa berbuat keji terhadap pemuda itu.

setelah berusaha menenangkan hatinya ia menjawab: "Ih Boen, maukah kau jangan berbuat begitu? masa dengan aku pun kau menaruh curiga?"

Walaupun cioe Ih Boen bukan dilahirkan seibu dengan cioe Cien cien, tapi hubungan mereka sangat erat.

pada saat itu Cioe Ih Boen telah masuk kedalam kamar, terdengar ia berseru kaget, Eeeeei . . . cici. siapa yang ada diatas pembaringanmu? kenapa badannya berpelepotan darah?"

Pada hari2 biasa bukan saja Cioe Cien Cien pandai bicara bahkan sikapnya amat tenang. lain halnya pada saat ini. karena soal Lam Kong pak seorang hatinya jadi kacau balau. lama sekali ia berdiri tertegun.

"Aaaaaai. . . ." akhirnya ia menghela napas panjang. "Kesemuanya tidak lain disebabkan oleh enso kita yang baru ini"

"Apakah dia adalah nyonya muda yang pulang kampung untuk menantikan kelahiran bayinya itu ?" tanya Cioe Ih Boen sambil membelalakan matanya bulat2. "Ehmmmm. .

."

"Mengapa ia berbaring diatas pembaringan cici?" "Badannya kurang enak"

"Aku dengar ia sedang bunting ?"

"Moay-moay, kenapa kau berlagak begitu bodoh, kalau tidak bunting apa gunanya dia pulang kekampung untuk menantikan kelahiran bayinya? Aaaaaii. . . engkoh kita memang kebangetan. setiap harinya main Perempuan di tempat luaran, kalau demikian terus menerus entah apa jadinya nanti?"

Per-lahan2 cioe Ih Boen berjalan mendekati kesisi pembaringan-

" Nyonya muda ini patut dikasihani" katanya. "Mengapa ia begitu sudi kawin dengan manusia macam koko Aaaaai

..... dengan demikian seluruh penghidupannya telah habis"

Mendadak ia menuding kearah buntalan besar dan serunya^ "cici, benda apakah itu?"

seluruh tubuh Cioe Cien cien tergetar keras, dengan gelagapan jawabnya^ "Ini. . . ini. . , adalah cici punya . . ."

"Tidak mungkin-" tukas Cioe Ih Boen dengan cepat. "Aku belum pernah melihat cici memiliki buntalan macam ini"

"Bukan. . . . bukan . . . buntalan itu adalah pakaian yang dibawa enso kita yang. "

"cici" tiba Cioe Ih Boen melirik sekejap kearah Cioe Cien cien "Mengapa sikapmu ini hari rada sedikit luar biasa?"

"setan cilik, bukankah encimu masih seperti sedia kala?" "Aku  lihat  kau  bicara  tidak  teratur  dan  sikapmu amat

gugup.  dia  sama  sekali  berbeda  dengan  keterbukaanmu

pada hari2 biasa"

"see . , .semuanya ini tidak lain dikarenakan ensomu yang baru ini"

"Eeeei. . . , bukankah ia sudah bunting enam, tujuh bulan? mengapa perutnya tidak kelihatan membesar?"

Bicara sampai disitu. tak tertahan legi sigadis cilik ini menundukkan kepalanya rendah2 merah padam selembar wajahnya dan sikapnya kelihatan amat jengah, "Aduuuuh celaka" pikir Cioe Cien cien dalam hati. "Untung sekali yang bertanya adalah seorang bocah yang belum tahu urusan kalau berganti dengan seseorang yang berpengalaman, mungkin kesemuanya ini sudah terbongkar sejak tadi."

Per-lahan2 ia menghela napas panjang. "Moay2 hampir2 saja enci berbuat kesalahan besar dan menyesal sepanjang masa"

Mendengar apa yang diucapkan tidak mirip suatu jawaban, cioe Ih Boen dibikin kebingungan.

"Enci. kau sudah berbuat kesalahan apa?"

"Karena kemArin dalam perkampungan kita kedatangan pula musuh yang menyaru sebagai enso kita yang baru maka terhadap nyonya muda ini pun aku menaruh rasa curiga, karena itu enci telah turun tangan menjajal. "

"Dan ia bukan tandinganmu?"

"Tidak. ia sama sekali tak dapat bermain silat,"

"Aaaaah maka dari itu ia kau lukai? tidak aneh kalau

dibawah pembaringan penuh berpelepotan darah."

"sungguh berbahaya" kembali Cioe Cien cien berseru dalam hatinya.

"Kalau cuma terluka saja itu sih suatu urusan kecil yang paling kusesali adalah. "

Mendadak gadis ini menangis, air mata jatuh bercucuran dengan amat derasnya, Ia tidak terbiasa ber-pura2, tapi tangisnya kali ini justru karena teringat olehnya akan luka dalam yang amat parah dari Lam Kong Pak.

Cioe Ih Boen adalah seorang gadis cilik, tentu saja ia tak akan tahu apa yang sebenarnya telah terjadi. "cici. cepat katakan apa yang menyebabkan kau menyesal "

"Kurang sedikit saja aku menimbulkan kematian sesosok badan dengan dua lembar jiwa, ia. kandungannya telah

gugur. . . ." Aaaah, . . "

Cioe Ih Boen menjerit kaget, dia adalah seorang nona berusia lima, enam belas tahunan, berhadapan urusan ini dikatakan paham tidak mengerti, kalau dikata tidak mengerti tahu se-dikit2 apa yang diketahuinya sebagai kandungan yang gugur adalah suatu peristiwa yang sangat berbahaya dan amat menderita.

Timbulah rasa simpatik dan iba dalam hatinya. tangannya bergerak hendak menyingkap selimut yang menutupi tubuh Lam Kong Pek.

"Biarlah siauw-moay periksa sebentar keadaan dari enso kita yang patut dikasihani ini. "

Cioe Cien cien jadi gugup hampir saja ia meloncat keatas. dengan cepat ia cengkeram tangan cioe Ih Boen erat2,

"Moay2. . . kandungannya barusan gugur jangan dipegang,"

Cioe Ih Boen kelihatan agak tertegun, kemudian  serunya: "Enci apa perlunya kau gugup macam begitu, macam moay-moaymu ingin merebut sebuah benda berharga saja"

Hati Cioe Cien Cien tergetar keras, ia mengerti apa diucapkan adiknya tidak mengandung maksud tertentu. jika bergarti orang lain mungkin ia sudah turun tangan keji. "Enci kau gemetar "

"Tidak Aaaaaaii enci merasa amat menyesal" Benar. apa yang diucapkan sedekitpun tidak salah hanya saja Cioe Ih Boen tidak ngerti apa yang sedang ia maksudkan.

"Enci ini hari seluruh anggota perkampungan sedang repot sekali, barusan mama tanyakan dirimu"

"Moay-moay. kata kan kepada mama bahwa aku harus menemani enso kita disini. nanti malam akupasti akan menemani Tia serta mama"

Menanti Cioe Ih Boen telah berlalu, Cioe Cien Cien jatuhkan diri terduduk disisi pembaringan, memandang wajah Lam Kong Pak yang menggeletak diatas pembaringan hatinya merasa risau.

Inilah yang dinamakan 'cinta atau benci' Lama sekali ia duduk ter-mangu2 akhirnya gadis ini ambil keputusan ia harus menyembuhkan dulu luka yang diderita Lam Kong pak.

Kurang lebih satujam kemudian per-lahan2 Kong Pak tersadar kembali dari pingsannya, setelah dilihatnya apa yang terlihat didepan mata ia jadi keheranan-

Tak tersangka olehnya bahwa sang gadis yang melukai dirinya sekarang malah turun tangan sendiri menyembuhkan lukanya.

SETELAH otaknya jadi dingin kembali pikirnya "Demi asal usulku yang tidak jelas serta dendam perguruan yang sedalam lautan terpaksa aku harus menerima budi dari seorang wanita"

Berpikir sampai disitu, hawa murninya segera disalurkan mengelilingi seluruh badan-satu jam kembali berlalu, hari semakin sore dan saat itulah semadinya baru selesai. seluruh badan cioe cien cien telah basah kuyup oleh keringat, wajahnya kucel dan kelihatan letih sekali. ketika itu ia sedang mengatur pernapasan-

Kurang lebih setengah jam kemudian, cioe Cien cien baru selesai bersemedi. Lam Kong Pak bangun berdiri menjura kearah gadis tersebut. "Terima kasih atas budi pertolongan sio-cia"

Cioe Cien cien melirik sekejap kearahnya, turun diri pembaringan dan membereskan rambutnya didepan cermin. terhadap diri pemuda tersebut ia sama sekali tidak ambil gubris.

"Mungkin ia sedang marah karena aku telah mengotori pembaringannya?. . ." Pikir pemuda itu kemudian-

sekali lagi ia menjura penuh rasa hormat, "siocia, terima kasih atas pertolonganmu"

"Tidak berani. janganiah merasa terima kasih kepada nonamu setelah ada maksud mengadu jiwa "

Mendengar sindiran itu merah padam selembar wajah Lam Kong pak.

" Untuk beberapa saat Lam Kong Pak besikap ceroboh, harap siocia suka memaafkan kekasaranku."

"Apa? kau bernama Lam Kong Pak?" "Tidak salah "

"Apa hubunganmu dengan sitetamu angin dan geledek Lam Kong Liuw ?"

"Aku tidak kenal dengan Lam Kong Liuw" "suhumu adalah. "

"si siauw Yauw sianseng, Lu Ih Beng" "Aaaaah. . . aku dengar Lu Ih Beng sudah kena dicelakai orang"

Dari sepasang mata Lam Kong Pak segera memancarkan cahaya yang menggidikkan.

"sedikitpun tidak salah" sahutnya tajam, "Justru karena. inilah cayhe datang kemari"

" Apakah ayahku terikat permusuhan dengan dirimu?" tanya Cioe Cien cien Kelihatan sedih.

"Tidak ada"

"Engkohku ada ikatan permusuhan dengan kau?" "juga. tidak ada"

"Lalu tujuanmu datang kemari adalah. "

"Maaf tak dapat kuutarakan"

Sepasang biji mata cioe cien cien yang jeli ber-putar2, kemudian dengan nada dingin sahutnya: "Hmm sekalipun kau tidak bicara, aku pun sudah tahu. kedatanganmu tentu disebabkan oleh Payung sangkala. bukan begitu?"

"Kau. . .kau. bagaimana bisa tahu?"

"Padahal jago yang mengincar payung Sangkala bukan cuma kau seorang, kemarin saja orang yang menyaru sebagai nyonya muda pun bertujuan hendak mencuri payung sangkala akhirnya ia mati ditangan ayahku"

"Jadi payung sangkala benar2 berada ditangan ayahmu?" "Mungkin tak bisa salah lagi"

"cayhe tidak sayang untuk mengorbankan siapa pun aku bersumpah pasti akan mendapatkan pusaka ini"

"Dengan andalkan sedikit kepandaianmu kau masih ingin mengincar payung sangkala?" "Tidak salah, disamping kepandaian silat aku ingin mengandalkan juga kecerdikan-"

"Hiiiii....hiiii. . . lebih baik jangan mengungkap soal kecerdikan lagi"

"Apa maksudmu berkata demikian? ?"

"Tidak sesuai untuk membicarakan soal kecerdikan" "Oooouw ... jadi kau merasa tidak puas?"

"Tentu saja tidak puas" sahut cioe cien cien dengan bibir Cemberut. "Kalau kau punya kecerdikan, tidak mungkin semua rahasia bisa konangan hanya dalam setengah hari belaka"

"Hal ini hanya bisa dikatakan cayhe tidak becus" "sekalipun    seseorang    memiliki    kecerdikan,   apabila

saatnya tidak baik semua penyamaran bakal ketahuan  juga.

kendati tak ada barang tiruan yang mengacaukan rencanamu kemarin hari kau pun tak bakal lolos dari ketajaman sepasang mata nonamu "

"Hmmm penyakitmu yang terbesar adalah terlalu percaya pada diri sendiri, kalau kau berdiri pada sisiku mungkin akupun tidak memadai "

"Sudan, sudahlah, kita tak usah membicarakan soal ini lagi" potong gadis she-Cioe itu sambil ulapkan tanganya, "Aku ingin bertanya kepadamu. kau ingin menggunakan Cara apa untuk mendapatkan payung sangkala tersebut?"

"soal ini tergantung apakah kau bisa menyimpan rahasia dari cayhe atau tidak"

"Kau anggap nonamu bisa melaporkan rahasia ini kepada Tia ?" "Menurut keadaan seharusnya hal ini kemungkinan  besar bisa terjadi"

"salah, salah besar. tolol. aku hendak membantu dirimu" "Apa kau berani memusuhi ayahmu dan bersekongkol

dengan orang luar?"

Dengan pandangan penuh arti Cioe Cien cien melirik sekejap kearah pemuda itu kalau saja sang pemuda sedikit punya pengalaman maka ia bakal menemukan apabila dibalik pandangan matanya tersembunyi suatu perasaan cinta yang amat mendalam. sayang. pemuda Lam Kong tidak menemukan hal tersebut.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar