Lembah Tiga Malaikat Jilid 48 (Tamat)

Jilid 48

MENDADAK TERDENGAR TONG LIN menghembuskan napas panjang seraya berkata :

“Rasa sakit karena kutungnya lengan ternyata cuma begini saja, kalau begitu meski kepala terpenggal pun tak ada yang perlu ditakuti.”

Rupanya dua kali tepukan Nyoo Hong leng ke atas tubuhnya tadi telah menjernihkan kembali pikirannya.

Pau Heng segera merobek secarik kain dan membantu Tong Lim untuk membalut lukanya, kemudian berkata.

“Kau dapat menghadapi Cing Siu cu dengan tangan kosong tanpa menemui ajal diujung pedang totiang tersebut, bila kejadian ini tersiar dalam dunia persilatan, nama besar Tong Lim pasti akan semakin menggetarkan dunia.”

Tong Lim tertawa terbahak-bahak.

“Haaah….. haaaahh.. haaah… saudara Pau terlalu memuji.” Memandang Cing Siu cu yang tergeletak di tanah, dia berkata lebih jauh.

“Siaute merasa seolah-olah sedang bermimpi saja, aku tidak merasa kalau sudah menyambut serangan pedang dari tokoh maha sakti ini….” 

Sekalipun dimulut dia berkata dengan gagah, tak urung terlintas pula perasaan kaget diatas wajahnya. Hal ini menunjukkan kalau kesadarannya telah pulih kembali.

Sementara itu, Nyoo Hong leng sedang mencapai puncak dalam bersemedi karena para jago tak berani berbicara atau bergurau dengan suara kelewat keras, mereka berdiri di sekelilingnya sambil berjaga-jaga terhadap segala kemungkinan yang tidak diinginkan.

Di dalam kenyataan, Nyoo Hong leng sudah menjadi kunci utama yang menguasai keadaan dan merubah situasi yang berbahaya itu menjadi keadaan damai, karena itu semua orang tak berani berbuat sesuatu sementara si nona masih mengatur napas.

Kurang lebih setengah jam kemudian, warna semu merah baru muncul kembali diatas wajah Nyoo Hong leng, sedang matanya juga pelan-pelan dibuka kembali.

Tampaknya si nona itu sudah mempunyai rencana yang matang, begitu membuka matanya, dia memandang sekejap ke arah Cing Siu cu sembati berkata.

“Bagaimanakah tabiat dari totiang ini dimasa lampau ?”

“Dia merupakan seorang tokoh kenamaan dari Bu tong pay, pendekar besar bagi umat persilatan dan tokoh yang disegani dalam dunia persilatan….” sahut Seng Cu sian.

“Bagaimana dengan kepandaian silatnya ?”

“Lihainya bukan kepalang, jarang sekali ada manusia di dunia ini yang sanggup untuk menandinginya.”

Nyoo Hong leng segera menghela napas.

“Keadaan kita sangat terdesak, tampaknya kita harus meminjam tenaganya untuk menanggulangi situasi yang kritis ini.”

Telapak tangannya segera diayunkan ke udara berulang kali, di dalam waktu singkat dia telah menotok belasan buah jalan darah penting ditubuh Cing Siu cu.

Pukulan telapan tangan yang dilancarkan Nyoo Hong leng itu cepat bagaikan sambaran petir, meski para jago menonton dari samping, mereka pun hanya dapat teringat separuh diantara jalan darah yang tertotok.

Tidak selang berapa saat kemudian, Cing Siu cu sudah melompat bangun dari atas tanah.

Nyoo Hong leng segera memberikan gerakan kode tangan, Cing Siu cu manggutmanggut berulang kali seperti. 

Kawanan jago lainnya tahu, inilah kode rahasia yang digunakan gadis tersebut untuk memberi perintah kepada tokoh sakti dari dunia persilatan ini, cuma mereka tidak mengerti apa maksud dari kode rahasia yang diberikan tersebut.

Terdengar Nyoo Hong leng berkata lagi.

“Dalam kora batu ini banyak terdapat bilik-bilik dengan pintu yang berbeda, itu berarti setiap bilik akan muncul seorang untuk menghalangi jalan pergi kita, atau dengan perkataan lain masih ada setengah diantaranya yang belum turun tangan menghalangi kita. Bola tak mengerti taktik yang tepat untuk menghadapi mereka, keempat pos penjagaan tersebut sudah cukup untuk membendung datangnya serangan.”

Kemudian setelah berhenti sejenak, dia menyambung lebih jauh.

“Kita harus mempercepat perjalanan kita, sebelum ciangbunjin dari sembilan partai besar didatangkan untuk menghadapi kita, ruang Seng tong harus dapat kita duduki lebih dulu.”

Sembari berkata, dia segera mempercepat langkahnya menuju kedepan sana.

Para jago lainnya mengikuti dibelakangnya dengan ketat, Cing Siu cu dengan pedang terhunus pun mengikuti dibelakangnya.

Kwik Soat kun memburu ke muka, kemudian katanya.

“Nona Nyoo lebih baik kita berkunjung ke kota rahasia dulu ataukah berkunjung ke ruang Seng thong ?”

“Kita harus ke ruang Seng thong lebih dulu.”

“Menurut pendapat siau moay, kota rahasia dibawah tanah itulah baru merupakan pusar dari segala kekuasaan di perguruan Sam seng bun ini.”

“Benar, tapi dalam kota rahasia dibawah tanah, tiada orang yang memimpin sedangkan ruang Seng thong meski bukan pusat kekuasaan, namu dari sinilah semua perintah perguruan Sam seng bun disebarkan ke seluruh dunia, tempat itulah yang mengendalikan berpuluh ribu anggota perguruan Sam seng bun.”

Kemudian setelah mendongakkan kepalanya dan menghembuskan napas panjang, dia melanjutkan.

“Apabila Buyung Tiang kim tidak membohongi aku, kalian akan segera menyaksikan suatu peristiwa besar yang sangat mengejutkan.”

“Suatu peristiwa besar yang sangat mengejutkan ? Apakah nona bersedia untuk menjelaskan lebih dahulu kepada kami ?” pinta Kwik Soat kun ingin tahu. 

“Di dalam perguruan tiga malaikat terdapat banyak sekali jago persilatan yang berilmu tinggi, sekalipun kita dapat membantai mereka semua, namun pertarungan babak demi babak ini pasti akan memakan waktu yang lama sekali, bukankah demikian ?”

“Perkataanmu memang benar, tapi kecuali berbuat demikian, apakah kita masih ada cara lain yang lebih praktis dan sempurna ?”

“Mulai detik ini kecuali menghadapi suatu hadapan yang amat kuat dan besar, setiap orang harus meningkatkan kewaspadaannya untuk berusaha melindungi diri, karena kita akan mempergunakan kecepatan yang tertinggi untuk menyerbu ke dalam ruang Seng thong. Aku pikir sepanjang jalan bisa jadi kita akan menjumpai banyak penghadang dan sergapan yang dipersiapkan disepanjang sisi jalan, oleh sebab itu aku berharap saudara semua mau bekerja sama saling membantu, gunakanlah kelebihan masing-masing untuk menerobos keluar dari rintangan orang, tak usah melakukan pertarungan yang berteletele.”

“Siapakah yang akan membuka jalan ?” tanya Seng Cu sian.

“Setelah beristirahat cukup lama, aku rasa kondisi badan Khong Bu siang dan Buyung Im seng sudah pulih kembali seperti sedia kala, biarkan mereka saja sebagai pembuka jalan.”

“Tong Lim belum lama kehilangan lengannya, rasa sakitnya pun belum hilang, kita tak boleh membiarkan dia turun tangan lagi.” kata Seng Cu sian mengusulkan.

“Kalau begit suruhlah dia bersama Kiu ji taysu berjalan ditengah barisan, kau dan Lui

Hua hong berjaga di sayap kiri, nona Kwik dan Pau Heng berada di sayap kanan, aku dan Cing SIu cu berada dibarisan belakang, ingat, kalian harus saling bantu membantu.”

Berbicara sampai disitu, dia lantas menghampiri Buyung Im seng dan Khong Bu siang dan membisikkan sesuatu, kemudian menepuk tubuh kedua oarang itu satu kali.

Kedua orang itu menurut tanpa membantah, dengan pedang terhunus berangkatlah mereka sebagai pembuka jalan.

Para jago pun menempati posisi masing-masing serta megnikuti dibelakang mereka dengan ketat.

Sesudah keluar dari kota batu, seperti apa yang diduga Nyoo Hong leng, sepanjang jalan mereka temui banyak hadangan dan rintangan.

Buyung Im seng dan Khong Bu siang mengandalkan sepasang pedang mautnya melakukan suatu terjangan berdarah yang mengerikan.

Sementara serangan-serangan lainnya disambut oleh Seng Cu sian, Lui Hua hong, Kwik Soat kun serta Pau Heng. 

Kiu ji taysu pun seringkali melepaskan kencrengan terbangnya untuk membantu kedua belah sisi, Tong Lim pun mengepos semangat melakukan bantuan secara diam-diam.

Nyoo Hong leng juga membantu para jago dengan serangan-serangan mautnya setiap kali para jago menghadapi ancaman maut.

Hanya Cing Siau cu seorang yang berjalan dengan pedang terhunus, dia sama sekali tidak turun tangan.

Walaupun banyak rintangan dan hadangan yang ditemui sepanjang jalan, tapi beberapa orang jago ini berhasil menerobos lewat dengan cepatnya.

Tak selang berapa saat kemudian mereka sudah tiba didepan jembatan Kiu ciu kiau.

Tampak Toan Thian heng yang berjubah merah berdiri di depan jembatan dan menghadang jalan pergi beberapa orang itu.

Khong Bu siang dan Buyung Im seng segera menggerakkan pedangnya melancarkan serangan kilat ke arah Toan Thian heng.

Sepasang telapak tangan Toan Thian heng pun diayunkan bersama ke depan, dua gulung angin pukulan yang maha dahsyat langsung menghantam gerak pedang mereka berdua.

Tiba-tiba Nyoo Hong leng menepuk badan Ceng Siu cu, kemudian katanya lirih. “Locianpwe, silahkan turun tangan.”

Cing Siu cu dengan berpekik nyaring langsung melejit ke udara dan menerjang Toan Thian heng dengan gencar.

Toan Thiang heng membentak keras, tubuhnya melejit pula ke tengah udara lalu mengayunkan sepasang telapak tangannya ke depan, selapis cahaya emas menyelimuti seluruh angkasa.

Bentrokan yang terjadi di udara menimbulkan bentrokan yang membuat kedua orang itu sama-sama terjatuh kembali ke tanah, tapi dengan cepat mereka bertarung kembali.

“Terjang ke atas !” perintah Nyoo Hong leng cepat.

Ia segera melompat ke depan dan melewati jembatan Kiu ci kiau lebih dulu.

Para jago lainnya mengikuti dari belakang dan langsung menyerbu ke depan ruang Sam seng thong.

Bangunan hitam yang kokoh dan angker itu berada dalam keadaan tertutup, tiada seorang manusia pun yang menampilkan diri untuk menyambut datangnya serangan mereka. 

“Hati-hati kalian” bisik Nyoo Hong leng, “begitu pintu besi terbuka, kalian segera menyerbu ke dalam.”

Ia mendekati pintu besi dan mengetuknya tiga kali. Selang sesaat kemudian, pintu gerbang terbuka lebar….

Dengan pedang terhunus untuk melindungi badan, Nyoo Hong leng menyerbu lebih dulu ke dalam.

Para jago dengan pedang terhunus pun ikut menyerbu ke dalam, suasana dalam ruang Seng tong gelap gulita, tak nampak suatu apapun.

Dengan suara lantang, Nyoo Hong leng berteriak keras.

“Rahasia kalian sudah bocor, kalian takk dapat mengendalikan anak buah kalian lagi, ayo lebih baik menyerah…”

Cahaya api tiba-tiba memancar ke emapt penjuru, dari arah pintu gerbang tampak obor diangkat orang tinggi-tinggi.

Ternyata dia adalah Lian Giok seng, dengan badan berlumuran darah dia duduk di sudut ruangan, tiba-tiba ujarnya.

“Nona, kau tak usah menantang lagi, mereka semua telah tewas ditanganku. Semua alat rahasia di dalam ruang Seng thong ini belum rusak, nona pun sudah mengetahui bagaimana cara menggunakannya, asal nona turunkan perintah, seluruh perguruan akan terjatuh ke tangan nona.”

Buru-buru Nyoo Hong leng maju mendekatinya, kemudian menegur. “Parahkah luka yang kau derita ?”

“Parah sekali, dengan mengandalkan sebutir pil akhirnya aku berhasil juga menjumpai kalian, aku sudah bertahan cukup lama untuk menunggu kedatanganmu, sekarang keinginanku sudah tercapai dan aku pun bisa mati dengan mata meram.”

“Mari kubantu untuk menghimpun kembali tenaga murnimu, dengan bantuan obat mujarab untuk memperpanjang hidupmu, tidak sulit rasanya untuk menyembuhkan luka tersebut.”

“Terima kasih atas kebaikan hati nona, tapi hal ini tidak mungkin. Isi perutku sudah menderita luka yang cukup parah, luka itupun tidak disembuhkan dengan segera, aku sudah tak dapat bertahan lebih lama lagi. Ijinkanlah aku untuk menyelesaikan kata-kata terakhirku, agar aku bisa mati dengan tenteram.” 

Nyoo Hong leng sudah tahu kalau kematiannya telah berada di depan mata, Hoa Too si tabib sakti jaman Sam kok lahir lagi pun belum tentu bisa menyelamatkan jiwanya, maka setelah menghela napas panjang, dia berkata.

“Aaai…. baiklah, apa yang ingin kau katakan, katakanlah, asal aku bisa memenuhinya, pasti akan kulaksanakan untukmu.”

Setelah tertawa getir Lian Giok seng berkata.

“Sejak terjerumus ke dalam perguruan Sam seng bun, sepasang tanganku sudah berlumuran darah, aku dapat melakukan suatu perbuatan baik bagi umat persilatan menjelang saat ajalku, hal ini sudah cukup membuatku mati dengan mata meram.”

Kemudian setelah berhenti sejenak dan menghembuskan napas panjang, dia menyambung lebih jauh.

“Dengan menggunakan taktik yang diajarkan Buyung Tiang kim kepadaku, dalam sekali gebrakan saja aku berhasil menyergap delapan panglima dan dua orang Sengcu yang berada didalam ruang Seng tong, namun sebelum racun didalam tubuh mereka mulai bekerja, mereka menyadari akan kejadian ini sehingga menyerangku bersama-sama, aku kena dihajar sehingga terluka parah, tubuhku terkena dua belas tusukan pedang dan enam macam senjata rahasia, oleh sebab itu sudah tiada harapan lagi bagiku untuk hidup…”

“Sudah berapa lama mereka tewas ?” “Seharusnya sudah enam jam lebih.”

“Maka itulah kami berhasil menyerbu ke Seng tong ini dengan waktu lebih cepat dan lancar.”

Lian Giok seng manggut-manggut.

“Sudah beberapa kali tanda bahaya dikirimkan ke dalam ruang Seng tong, namun mereka telah tewas semua, karena itu tiada orang yang memperdulikan. Itulah sebabnya kalian bisa sampai disini dengan menghindari banyak rintangan berat.”

“Hari ini kau tewas di medan laga, besok namamu pasti akan dipuja setiap umat persilatan.”

Cepat Lian Giok seng menggeleng.

“Jangan mengatakan begitu, bagiku asal jenazahku bisa diurus sebagaimana mestinya, aku sudah merasa lebih dari cukup.”

Kemudian sambil menunjuk ke arah meja altar di depan patung Toa sengcu yang besar, dia melanjutkan. 

“Diatas meja terdapat lentera yang bisa disulut, dari dalam hiolo batu dimuka meja sering akan muncul surat perintah, orang itulah yang sesungguhnya menguasai dan memerintah Sam seng bun…”

Mendadak ia terbatuk-batuk dan muntahkan darah segar.

“Lian heng, jaga diri baik-baik, jangan berbicara dulu” buru-buru Seng Cu sian mencegah.

“Tidak, aku harus menyelesaikan dulu perkataanku sebelum meninggal dunia….” Lagi-lagi dia muntah darah segar, tapi segera katanya lagi.

“Semua alat rahasia didalam ruangan Seng thong ini diketahui Khong Bu siang dengan jelas, meski orang ini hanya boneka saja dari orang dibalik layar, namun kecerdasan maupun ilmu silatnya luar biasa, bila ingin menghilangkan daya pengaruh padanya, kau harus berhati-hati.”

“Aku mengerti.”

Lian Giok seng muntah darah berulang kali, namun dia masih saja berbicara tiada hentinya.

“Dia paling menguasai tentang semua alat rahasia yang terdapat di dalam ruangan Seng thong ini, coba tanyalah kepadanya bagaimana caranya mengirim surat perintah dan bagaimana caranya membubarkan perguruan tiga malaikat….”

Mendadak darah kental menyembur keluar dari lubang hidung serta mulutnya, belum selesai dia berkata, nyawanya sudah melayang meninggalkan raga.

Menyaksikan kejadian tersebut, sambil menghela napas panjang Nyoo Hong leng berkata.

“Pasang lampu lentera yang berada diatas meja.”

Lui Hua hong berjalan mendekati meja altar dan menyulut api lentera itu, suasana didalam ruangan Sam seng tong segera berubah menjadi terang benderang.

Di bawah cahaya lentera, tampak Seng tong pat ciang (delapan panglima ruang suci) yang semula duduk diseputar ruangan dengan jubah kebesarannya, kini sudah terkapar dilantai dalam keadaan tak bernyawa.

Kecuali delapan panglima, Ji sengcu dan Sam sengcu yang bertampang jelek itupun sudah terkapar didepan altar dalam keadaan tak bernyawa lagi. 

Mungki menjelang saat kematiannya mereka rasakan suatu penderitaan yang luar biasa, maka topeng kulit manusia yang selalu dikenakan itu telah dilepas sehingga terlihat paras muka aslinya.

Seng Cu sian berpaling dan memandang sekejap, kemudian katanya. “Nona Nyoo, siapa sih orang-orang itu ?”

“Dari sepuluh sosok mayat tersebut, dua orang adalah sengcu sedang delapan lainnya adalah panglima perang mereka. Disinilah terletak kunci yang memerintah seluruh anggota Sam seng bun yang tersebar di seantero dunia persilatan.”

“Bangunan ini kokoh dan istimewa, pasti banyak alat rahasia dipasang disini, tapi bagaimana caranya mengirim perintah ?”

“Aku sendiripun kurang jelas, tapi pasti ada yang tahu.” jawab Nyoo Hong leng. Sesudah berhenti sejenak, sambil memandang mayat Lian Giok seng, dia melanjutkan.

“Dia adalah Cap it hui huan (dua belas gelang terbang) Lian Giok seng, menjabat sebagai pemimpin pengawal dari ruang Seng tong, setelah dibebaskan daya pengaruhnya oleh Buyung Tiang kim, dia balik kembali ke ruang Seng tong, tapi karena menyesal atas perbuatan-perbuatannya, maka dia rela mengorbankan diri untuk meracuni kedua sengcu serta delapan panglima, hal ini membuat Sam seng bun kehilangan kontrolnya dan kita pun bisa menerobos sampai disini dengan lancar.”

“Kalau begitu, kita harus menjalankan penghormatan besar terhadap dirinya” kata Seng Cu sian.

“Aku bukan menyuruh kalian melaksanakan penghormatan besar terhadap mereka, aku hanya ingin menjelaskan, bukan semua anggota Sam seng bun itu orang jahat. Mereka berbakti kepada Sam seng bun karena dipaksa oleh keadaan atau bukan atas kemauan sendiri.”

“Aku mengerti.”

“Tampaknya nona seperti memahami bagaimana caranya membebaskan mereka dari daya pengaruh.” ucap Pau Heng pula.

“Menurut Buyung Tiang kim, oleh karena di dunia ini terdapat ilmu tersebut, maka timbullah Sam seng bun, dia mengharapkan ilmu itu musnah setelah diwariskan kepadaku, maka dalam memakai ilmu itu disepanjang jalan, aku selalu berusaha mengelabui kalian, itulah sebabnya kumohon kalian jangan menanyakan masalah ini lebih jauh.” 

Para jago saling berpandangan dengan wajah tertegun, tapi berapa saat kemudian baru manggut-manggut.

Nyoo Hong leng segera menghampiri Khong Bu siang, lalu berkata.

“Sekarang aku hendak membebaskan daya pengaruh pada diri Khong Bu siang serta menyuruhnya mengatakan rahasia dari ruang Seng tong ini, dia adalah toa sengcu tempat ini, melihat tempat bekas kekuasaannya bisa jadi akan menimbulkan ambisinya untuk menjadi sengcu kembali, maka kalian harus berhati-hati, turuti perintahku dan gunakan segenap kemampuan yang kalian miliki untuk menghadapinya bilamana perlu….”

“Kami turut perintah”

Dengan suara lirih Nyoo Hong leng membaca mantera, lalu telapak tangan kiri dan jari kanannya secara beruntun melancarkan beberapa serangan ke tubuh Khong Bu siang.

Para jago ingin melihat jalan darah apa saja yang ditotok dan ditepuk olehnya, sayang gerakan itu dilancarkan amat kelewat cepat sehingga semua orang tak dapat melihat dengan jelas.

Bayangan manusia berkelebat lewat, tahu-tahu Nyoo Hong leng sudah muncul kembali, serunya.

“Harap kalian berhati-hati !”

Para jago segera menghimpun tenaga dalamnya dan bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan.

Tampak Khong Bu siang menggeliat lalu menggelengkan kepalanya dan melepaskan kain kerudung wajahnya, setelah itu dia memandang sekejap ke arah para jago.

“Khong Bu siang !” dengan suara lantang Nyoo Hong leng berseru, “rahasia asal usulmu sudah terbongkar, rambutmu sudah digunting, bekas cap diatas keningmu telah membuktikan siapakah kau yang sesungguhnya.”

Khong Bu siang tertegun, dia mencoba untuk meraba kepalanya sendiri, ternyata kepalanya memang sudah gundul.

Sambil tertawa dingin Nyoo Hong leng berkata lagi.

“Tentu kau kenali tempat ini dan kenali juga mayat-mayat yang bergelimpangan disini bukan ?”

Khong Bu siang memandang sekejap sekeliling tempat itu, kemudian manggut-manggut. “Ya, aku kenal..” 

Kemudian sambil berpaling ke arah nona Nyoo, dia berseru :“Nona Nyoo..” “Aku adalah Khong hujin.”

“Khong Bu siang telah mati” ujar Khong Bu siang sambil tertawa pilu, “sekarang aku hanya seorang pendeta.”

“Aku ingin minta bantuanmu untuk mengerjakan suatu hal, apakah kau bersedia ?” “Katakan.”

“Aku minta kepadamu untuk turunkan perintah agar membubarkan Sam seng bun.” Mencorong sinar tajam dari balik mata Khong Bu siang, katanya lagi.

“Mengapa nona tidak mengirim surat perintah sendiri untuk membubarkan perguruan Sam seng bun ? Mengapa kau harus menyuruh aku ?”

“Karena aku ingin memberi kesempatan kepadamu untuk membuat pahala bagi umat persilatan.”

Khong Bu siang termenung sebentar lalu mengangguk.

“Baiklah, cuma rahasia untuk menyiarkan surat perintah itu berada didalam patung arca, aku harus memasuki patung tersebut sebelum dapat melaksanakan perintah itu.”

“Boleh, tapi berapa lama yang kau butuhkan ?” “Lebih kurang sepertanak nasi.”

“Baik ! Aku akan memberi sebutir pil kepadamu, obat itu baru akan bekerja satu jam lagi, bila kau gunakan kesempatan itu untuk melarikan diri, maka kau tak akan hidup melebihi satu jam.”

“Bila aku keluar tepat pada waktunya ?”

“Akan kuberi obat penawar untukmu, dan kaupun bisa aman dan selamat tanpa gangguan.”

“Apakah aku harus menuruti kalian lagi ?”

“Kau boleh kembali ke Siau lim si, boleh mengarungi dunia sebagai hwesio penjelajah, boleh juga….” 

“Cukup, cukup” Khong Bu siang menggoyangkan tangannya berulang kali, “nona tak usah menjanjikan terlalu banyak, keadaanku sekarang ibarat daging diatas baki, setiap saat bisa dilahap.”

Nyoo Hong leng merogoh ke dalam sakunya dan menyerahkan sebutir pil kepadanya.

Tanpa banyak cincong, Khong Bu siang menerima pil itu dan menelannya kemudian ia bertanya.

“Sekarang aku boleh pergi ?”

“Ya, silahkan” Nyoo Hong leng mengangguk.

Khong Bu siang memandang sekejap ke sekeliling tempat itu, kemudian katanya. “Tentunya kalian bersedia untuk memberi sebuah jalan lewat untukku bukan ?” Terpaksa para jago mundur dua langkah.

Khong Bu siang menuju ke depan altar dan berlutut, kemudian dengan hormat dia menyembah terhadap patung besar itu.

Termasuk Nyoo Hong leng, mereka ingin tahu bagaimana cara Khong Bu siang memasuki patung tadi, ternyata sewaktu Khong Bu siang berlutut dan menyembah dengan hormat itulah lantai tempatnya berpijak tiba-tiba tenggelam ke bawah.

Tapi dengan cepat celah itu menutup kembali.

Dalam anggapan para jago, ia pasti menyentuh alat rahasia lebih dulu sebelum terjadi perubahan, siapa tahu Khong Bu siang tidak menyentuh tombol rahasia apapun.

“Sungguh luar biasa” gumam Pau Heng kemudian sambil menggeleng.

Menyaksikan rasa canggung diwajah para jago, Kwik Soat kun segera berkata dingin.

“Apa sih yang aneh, selagi berlutut tadi dia menggunakan ilmu pukulan jarak jauh untuk menggerakkan tombol rahasianya, tentu saja alat rahasia itu bekerja.”

“Ehm, betul kecuali ini memang tiada cara lain.” seru Seng Cu sian cepat.

“Paling tidak ia telah membocorkan salah satu pintu rahasia dari ruang Seng tong ini, asal kita cari persis di depan tempat mana ia berlutut, bukankah tidak sulit untuk menemukannya ?”

Mendadak terdengar suara Khong Bu siang berkumandang dari dalam patung itu. 

“Kalian terlalu gegabah dengan melepaskan aku ke dalam patung ini, keadaanku sekarang ibaratnya melepaskan harimau kembali ke gunung.”

Sambil tertawa hambar Nyoo Hong leng menukas.

“Sudah kuduga kau aka mengajukan syarat, moga-moga saja kau mengajukan syarat yang bisa kami terima.”

“Ada satu hal yang tentu kalian tidak tahu, bila kugerakkan tombol rahasia dengan melepaskan asap beracun, kalian pasti akan tewas oleh asap beracun itu.”

“Katakan dulu syaratmu.”

“Pertama kalian tak boleh membocorkan rahasia identitasku, karena aku sudah tak punya muka kembali ke Siau lim si lagi.”

“Selesai urusan disini, aku boleh pergi dengan bebas.” “Itu sudah sepantasnya, masih ada yang ketiga ?”

“Soal ketiga agak berat, aku minta kau bersumpah untuk menggunakan sebutan Khong hujin sampai tua dan tak boleh kawin lagi dengan siapa saja.”

“Itu permintaan brutal, nona Nyoo tak dapat menyanggupi.” protes Kwik Soat kun cepat. Nyoo Hong leng tertawa hambar.

“Aku memang Khong hujin. Jadi permintaanmu itu memang merupakan keputusanku.” Khong Bu siang yang berada dalam patung segera tertawa tergelak.

“Nyoo Hong leng, tahukah kau syaratku ini gampang disanggupi sukar untuk dilaksanakan ?”

“Aku tahu, paling tidak beberapa orang ini tahu aku telah menerima syaratmu.” “Baik, perintah apa yang harus kusiarkan sekarang ?”

“Beritahu seluruh cabang Sam seng bun bahwa perguruang Sam seng bun telah bubar hari ini, mereka diharuskan membubarkan diri, gunakan kekayaan yang ada dalam gudang untuk modal bekerja.”

“Perintah ini pasti akan menimbulkan kecurigaan mereka.” kata Khong Bu siang. “Sudah laksanakan saja perintahku, soal akibatnya tak usah kau kuatirkan.” 

Untuk sesaat suasana menjadi hening, lama kemudian suara Khong Bu siang terdengar lagi.

“Perintah pertama sudah kukirim keluar, apa perintah kedua ?”

“Katakan kepada semua tongcu serta para pelindung hukum agar besok malam berkumpul di ruang Seng tong.”

“Kau hendak membantai mereka semua ?”

“Tidak, membebaskan mereka dari sini agar pulang ke rumah masing-masing.” Suasana kembali menjadi hening sesaat, setelah itu Khong Bu saing baru berseru lagi. “Perintah telah kukirim, apakah nona masih ada perintah lain ?”

“Sekarang kau boleh keluar.”

“Maaf, aku tak bisa menuruti perintahmu, dalam patung ini terdapat pintu rahasia lain, aku harus pergi dulu.”

“Kau takut mati ?” Nyoo Hong leng tertawa hambar.

“Kau sudah tahu siapakah aku, sekalipun aku tidak mati, mustahil bisa benar-benar kawin denganmu, daripada hidup sengsara lebih baik mati saja, lebih nyaman tetapi aku pun tidak ingin orang lain merusak jenasahku. Tapi kau tak usah kuatir, sebelum meninggalkan tempat ini akan kuhancurkan cap dari Seng tong, selanjutnya dari Sam seng tong tiada perintah yang dikeluarkan lagi.”

“Ada satu hal tidak kupahami, bersediakah kau memberi penjelasan ?” “Waktuku tidak banyak, cepat kau katakan.”

“Bagaimana caranya mengirim surat perintah itu ke cabang-cabang di kota lain bahkan mereka dapat menerima dalam waktu singkat ?”

“Biasanya memakai seekor burung merpati, tapi bila menghadapi masalah besar atau jaraknya jauh, kami memakai empat ekor rajawali raksasa untuk menyampaikan surat perintah itu.”

“Dimanakah rajawali raksasa itu dipelihara ?”

“Dibelakang ruang Seng tong dalam sebuah gua diatas bukit, dari ruang Seng tong ini sampai kesitu dihubungkan dengan lorong rahasia, dengan mudah kita akan mencapai tempat tersebut. Nah, sudah tidak ada perintah lain ? Maaf, aku harus berangkat lebih dulu..” 

Untuk beberapa saat suasana menjadi hening, tampaknya Khong Bu siang telah berlalu dari situ.

Untuk beberapa saat lamanya suasana menjadi hening… lama sekali, akhirya Nyoo Hong leng baru berkata sambil menghela napas panjang.

“Dia telah pergi jauh, dan kita pun harus segera menyelesaikan urusan terakhir kita…”

Pelan-pelan dia menghampiri Buyung Im seng yang masih berdiri kaku disitu, kemudian dengan gerakan yang cepat pula dia menotok dan menepuk beberapa buah jalan darah diatas tubuhnya.

Tak selang berapa saat kemudian, Buyung Im seng membuka matanya kembali sambil memandang keadaan sekelilingnya dengan perasaan tercengang.

“Buyung kongcu” Nyoo Hong leng segera berkata,”coba kau saksikan keadaan disekeliling tempat ini, kau kenal dengan beberapa orang yang berada dihadapanmu ?”

Dengan sorot mata tercengang Buyung Im seng memandang sekejap wajah Seng Cu siang, Lui Hua hong, Pau Heng dan lainnya, kemudian mengangguk pelan.

“Nah, bila kau masih memiliki jiwa pendekar, marilah ikut kami untuk menyerbu

kedalam kota rahasia dibawah tanah. Kita selesaikan masalah perguruan Sam seng bun ini selekasnya.”

“benar” sambung Seng Cu sian, “keponakan Buyugn, bangkitkan semangatmu dan mari kita gempur kota rahasia dibawah tanah.”

Didukung oleh anjuran dan semangat paman-pamannya, Buyung Im seng merasakan semangatnya berkobar kembali, dia lantas berkata.

“Baik, kalau begitu mari kita berangkat sekarang juga…” “Tunggu dulu !” tiba-tiba Nyoo Hong leng berseru.

Dari dalam sakunya dia mengeluarkan sebilah pedang pendek berwarna emas, lalu sambil menyodorkan pedang itu ke tangan si anak muda tersebut, katanya.

“Pedang emas ini merupakan lambang kekuasaan bagi kota batu dibawah tanah, gunakanlah pedang ini untuk membuka jalan.”

Tanpa banyak berbicara Buyung Im seng menerima pedang itu dan disilangkan di depan dada, kemudian dengan langkah lebar segera berangkat meninggalkan tempat itu.

Nyoo Hong leng sekalipun tidak banyak berbicara, mereka mengikuti dibelakangnya dengan mulut membungkam. 

Para jago tahu akan betapa gawatnya situasi yang akan mereka jumpai, masing-masing lantas mengerahkan tenaga dalamnya dan bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan.

Tak lama kemudian mereka telah memasuki lorong bawah tanah yang gelap gulita.

Entah berapa saat mereka berjalan, mendadak terlintas cahaya api dari depan situ, empat orang lelaki bersenjata lengkap menghalang jalan pergi mereka.

Namun setelah melihat pedang emas di tangan Buyung Im seng, tiba-tiba mereka membuang senjata ke tanah dan menjatuhkan diri berlutut.

“Keempat orang ini merupakan orang baik atau jahat..?” bisik Nyoo Hong leng lirih.

“Mereka bernama Lam thian su hiong (empat manusia bengis dari Lam thian)..” jawab Seng Cu sian.

Kemudian ia berkata.

“Bila kalian bertemu dengan orang yang berwatak jahat, bunuh saja tanpa kasihan, sebab berbagai corak ragam manusia berkumpul dalam kota batu ini yang jahat atau kejam bunuh saja tanpa ampun sedang yang dosanya ringan, totok saja jalan darahnya dan kumpulkan dalam ruang tengah.”

Kemudian sambil berpaling ke arah Buyung Im seng dan Seng Cu sian, kembali dia menjelaskan.

“Walaupun kita telah berhasil menguasai keadaan kota batu ini, bukanlah berarti urusan telah selesai, harap kalian berdua suka berdiam beberapa hari lagi disini.”

“Mengapa ?” tanya kedua orang itu hampir berbareng.

“Sebab mereka sudah terbiasa menelan sejenis obat beracun, bila jatahnya terputus secara tiba-tiba tentu saja mereka akan mati, sedang disini masih tersedia sejumlah obat yang cukup untuk kebutuhan mereka selama tiga bulan.”

“Mulai hari ini aku akan mengijinkan semua umat persilatan untuk mengunjungi kota

batu ini, siapa tahu dengan berbuat demikian mereka masih ada harapan untuk ditolong.”

“Aku dapat memahami maksud nona” ucap Seng Cu siang, “dan aku bersedia tinggal selamanya disini, moga-moga Thian melindungi umatnya dan aku berhasil menemukan resep rahasia di kota ini sehingga dapat menyelamatkan jiwa mereka semua.”

“Nah, begitulah baru cocok sebagai pendekar besar, aku tentu akan membantumu dengan sekuat tenaga dan sekarang aku akan pergi dulu.” 

“Silahkan nona !”

Dengan diiringi Pau Heng dan Tong Lim, berangkatlah Nyoo Hong leng meninggalkan kota batu.

Ketika tiba diruang Seng tong, hari sudah menunjukkan kentongan pertama.

Dalam pada itu Kwik Soat kun telah berhasil menemukan sebagian besar cara menggunakan alat rahasia didalam ruang Seng tong tersebut dan kini dia sedang menanti dengan gelisah.

Agaknya Nyoo Hong leng sudah mempunyai rencana yang matang, setelah menanyakan keadaan ia merogoh kedalam sakunya serta mengeluarkan obat yang masing-masing dibagikan kepada Pau Heng, Tong Lim, Kwik Soat kun, Lui Hua hong dan Kiu ji taysu berlima.

“Harap kalian menelan obat tersebut !”

Sedang dia sendiri segera menelan sebutir, kemudian membagi orang-orang itu dalam beberapa kelompok lalu bersama-sama memasuki patung besar dalam ruangan tersebut.

Nyoo Hong leng mengajak Kwik Soat kun memasuki patung yang berada ditengah.

Mendekati tengah malam, segenap tongcu dan para pelindung hukum lembah tiga malaikat berbondong-bondong mendatangi ruangan Seng tong.

Ketika semua telah berkumpul, dengan suara yang sengaja diparaukan Nyoo Hong leng berkata.

“Masuk keruangan menurut urutan masing-masing dan berilah hormat kepadaku.”

Tak ada seorangpun yang membantah perintah tersebut, secara tertib dan teratur mereka memasuki ruangan dan berkumpul di depan patung malaikat itu.

Mendekati kentongan keempat, Nyoo Hong leng dan Kwik Soat kun keluar dari ruang Seng tong, tampak oleh mereka tempat itu dipenuhi oleh manusia yang berlutut rapi tanpa berkutik, anehnya sewaktu mereka melewati dihadapan mereka pun tiada yang menengok atau memperhatikan mereka.

Kwik Soat kun diseret oleh Nyoo Hong leng hingga keluar dari ruang Seng tong, saat itulah dia baru bertanya.

“Hei, apa sebenarnya yang telah terjadi ? Mengapa tak seorang pun yang memperhatikan kita ?” 

“Aku sudah mencampuri lampu minyak dengan obat pemabuk, maka sebelum lohor besok jangan harap mereka mendusin.”

“Jadi pil yang nona berikan kepada kami tadi adalah obat penawarnya ?”

“Kau tak usah tercengang atau kaget, sebab semuanya ini sudah direncanakan oleh Buyung Tiang kim jauh hari sebelumnya, sedang aku tak lebih cuma pelaksana dari rencananya saja.”

Setelah berhenti sejenak, ia menambahkan.

“Aku masih banyak membutuhkan bantuan cici lagi cuma kau tak boleh banyak bertanya.”

“Kau seperti banyak mempunyai rencana ?”

“Sudah kukatakan, aku hanya melaksanakan rencana dari Buyung Tiang kim belaka, ayo kita berangkat.”

Dipencetnya tombol rahasia untuk menutup pintu gerbang ruang seng tong, lalu mengajak Kwik Soat kun meninggalkan ruangan itu.

Beberapa puluh li kemudian, sampailah mereka didepan sebuah jalan besar.

Nyoo Hong leng mengangkat kepala dan memandang cuaca sejenak, lalu mengambil sebuah jubah hijau dari belakang batu dan mengenakannya, kemudian mengenakan selembar topeng kulit manusia, dia mengeluarkan satu setel jubah hijau dan sebuah topeng manusia lagi, lalu katanya.

“Cici, bila kau tak menampik, berperanlah untuk sementara menjadi kacungku.”

Kemudian sambil menyerahkan sebuah kotak kayu kepada Kwik Soat kun, kembali dia menambahkan.

“Peganglah kotak ini dan berdirilah dibelakangku, kita harus berperan dengan sebaikbaiknya.”

Tak lama setelah ia duduk bersila diatas sebuah batu besar, dari balik kabut fajar yang tebal muncul sembilan bayangan manusia.

Nyoo Hong leng menunggu sampai orang-orang itu dekat dengannya lalu berserulah dia dengan lantang.

“Akulah Buyung Tiang kim, baik-baikkah ciangbunjin sekalian ?” 

“Jadi Buyung tayhiap masih hidup ?” serentak kesembilan orang itu menghentikan langkahnya.

“Siapa bilang aku telah mati ? Puluhan tahun terakhir ini aku sedang bertapa disuatu tempat terpencil, baru tiga hari telah berselang aku muncul kembali kedalam dunia ramai. Sewaktu aku dengar kabar berita kematianku dan munculnya perguruan tiga malaikat dalam dunia persilatan, segera aku ajak kacungku kemari, tapi aku tak tahu haruskah kubunuh semua orang itu, karenanya kuundang ciangbunjin bersembilan untuk datang kemari, harap kalian suka membantuku untuk menyelesaikan masalah ini, di dalam kitab kayu ini terdapat sejilid kitab yang berisikan berbagai macam resep obat, harap kalian menerimanya dan moga-moga bermanfaat.”

Sewaktu Kwik Soat kun menyodorkan kota kayu tersebut ke depan, serentak kesembilan orang ciangbunjin itu menjatuhkan diri berlutut.

Menggunakan kesempatan disaat ciangbunjin itu masih menyembah diatas tanah, Nyoo Hong leng segera menarik tangan Kwik Soat kun dan melompat ke balik hutan dekat batu cadas tersebut.

Kemudian dengan cepat dia melepaskan pakaian serta topeng kulit manusia yang dipakainya dan memulihkan kembali wajah aslinya.

“Betul-betul suatu perencanaan yang amat matang !” tak kuasa lagi Kwik Soat kun memuji, “dengan cara demikianlah mereka baru akan percaya dan melaksanakan perkerjaan tersebut dengan bersungguh hati.”

“Setelah kesembilan orang ciangbunjin tersebut datang kemari, berarti mereka sudah teringat satu sama lainnya oleh suatu kewajiban bersama, yakni kewajiban untuk bersama-sama melindungi keamanan dalam dunia persilatan.”

“Walaupun demikian, secara tidak langsung sebenarnya kita telah menolong mereka untuk melepaskan diri dari suatu bencana besar.”

Kemudian setelah berhenti sejenak, dia menyambung lebih jauh.

“Di dalam kotak tersebut sudah terdapat penjelasan yang terperinci serta lengkap dengan data-data yang komplit serta pelbagai cara dan teori untuk mengatasi sesuatu kesulitan, apabila cici merasa kuatir, paling baik jika kau pergi kembali lagi ke sana dan melihat sendiri jalannya pelaksanaan rencana itu.”

“Bagaimana dengan kau ?”

“Aku akan pergi, Buyung Tiang kim sudah berangkat menjadi dewa di nirwana, cici, berjanjilah kepadaku untuk merawat Buyung Im seng dengan sebaik-baiknya.” 

“Kau adalah bidadari yang turun dari kahyangan, apakah kau tidak bersedia untuk hidup bersama manusia biasa ?”

“Aku adalah Khong hujin, seorang janda muda yang ditinggal mati suaminya, tentunya cici sudah mendengar bukan kalau aku telah mengabulkan permintaannya untuk tetap hidup menjanda ? Tampaknya dalam persoalan tersebut aku mesti memohon bantuanmu.”

Berbicara sampai disini, dia lantas merogoh ke dalam sakunya dan mengeluarkan sebuah kantung kain, setelah itu kembali dia berkata.

“Segenap kepandaian rahasia yang berhasil dikumpulkan Buyung Tiang kim dari semua jago persilatan yang berada di dunia ini berada dalam kantong tersebut, diantaranya termasuk juga bagaimana caranya menaklukan lembah kemala milik Giok hong niocu.”

“Jadi kau bersikeras hendak pergi ?” tanya Kwik Soat kun kemudian setelah menerima kantong itu.

“Mungkin kita akan bersua dikemudian hari, entah kapan dan dimana, cici, ada satu hal perlu kuberitahukan kepadamu, sebenarnya akulah putri Buyung Tiang kim..”

Ketika sepasang matanya berkedip, dua baris air mata nampak mengucur membasahi wajahnya, pelan-pelan ia membalikkan badan dan berlalu dari situ.

Memandang bayangang punggung Nyoo Hong leng, Kwik Soat kun hanya bisa bergumam.

“Ya, tidak salah lagi, kecuali putri kandung Buyung Tiang kim, siapa pula yang bisa memiliki kecerdasan seperti ini….”

Sampai disini pula kisah cerita “Lembah tiga malaikat” ini, semoga anda puas dan sampai jumpa dalam lain cerita.

T A M A T
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar