Lembah Tiga Malaikat Jilid 45

Jilid 45

Kemudian setelah mendehem pelan, sambungnya lebih jauh.

“Nak, akupun ingin mengajukan satu pertanyaan kepadamu, aku harap kau pun dapat menjawab dengan sejujurnya.”

“Terlepas apakah kau jahat atau baik, namun yang pasti kau telah melepaskan budi kepadaku, kendatipun sejuta orang mengumpatmu, aku tak bisa turut mencaci maki dirimu, apa yang ingin kau tanyakan, silahkan saja dibicarakan.”

“Bagus sekali, bagus sekali, setelah mendengar dua patah katamu ini, aku pun bisa mati dengan mata meram. Nak, bagaimana dengan keadaan lukamu ?”

“Berkat perhatian dan perawatanmu yang teliti, sekarang aku telah sembuh sama sekali.” Buyung Tiang kim segera manggut-manggut.

“Bagus, dengan begitu aku pun dapat mati dengan berlega hati.” katanya.

Selama ini manusia berjubah hijau itu hanay berdiri tenang disamping tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Pelan-pelan Buyung Tiang kim mengalihkan sorot matanya ke tubuh manusia berbaju hijau itu, kemudian menegur.

“Apakah tenaga dalammu telah pulih kembali ?” 

Manusia berbaju hijau itu segera tertawa dingin “Heeeh… heeeh… heeeeh, tebak saja sendiri 1”

Buyung Tiang kim segera mengayunkan pedangnya ke dia, kemudian berseru. “Sekarang kita sudah boleh bertarung !”

Pedangnya pelan-pelan diayunkan ke depan melancarkan sebuah tusukan ke tubuh lawan.

Gerak serangan pedangnya itu dilancarkan dengan menggunakan jurus serangan yang lain daripada yang lain, gerakan pedangnya sangat lamban seperti siput yang sedang merangkak, di tengah kilatan cahaya pedang yang menyilaukan mata pelan-pelan menusuk ke dada manusia berbaju hijau itu.

Gerak serangan yang begini lamban tersebut, jangan toh digunakan untuk menghadapi seorang jago lihai kelas satu dari dunia persilatan, kendatipun menghadapi seorang manusia biasapun rasanya belum tentu bisa melukainya dengan tepat.

Namun manusia berjubah hijau itu seakan-akan memandang serius serangan pedang tersebut, sepasang matanya menatap ujung pedang Buyung Tiang kim lekat-lekat, sikapnya juga amat keren.

Semua yang hadir dalam arena sekarang rata-rata merupakan jago persilatan yang sepanjang hidupnya sudah banyak menjumpai pertarungan sengit, tapi pertarungan seperti apa yang dilakukan Buyung Tiang kim sekarang boleh dibilang baru pertama kalinya, bisa dibayangkan betapa sengitnya pertarungan yang bakal berlangsung saat ini.

Seng Cu sian dan Kwik Soat kun berada paling dekat dengan Buyung Tiang kim, mereka dapat merasakan betapa dahsyatnya hawa pedang yang terpancar keluar dari pedang yang sedang bergerak lamban ke depan itu, bahkan tiap sejengkal mendekati tubuh manusia berjubah hijau itu, hawa pedang yang terpancar keluar makin dahsyat rasanya.

Tanpa disadari lagi, kedua orang itu bersama-sama mundur sejauh beberapa langkah ke belakang.

Di bawah cahaya api, tampak pakaian yang dikenakan manusia berjubah hijau itu menggelembungkan secara tiba-tiba, seolah-olah diisi dengan udara.

Sedangkan paras muka Buyung Tiang kim pun makin berubah menjadi merah padam dengan mengikuti makin dekatnya tusukan pedang tersebut diatas tubuh lawannya.

Mendadak Buyung Tiang kim mempercepat gerakan pedangnya menusuk dada manusia berjubah hijau itu.

Dengan suatu gerakan cepat manusia berjubah hijau itu mundur selangkah ke belakang, lain tangan kanannya diputarbalikkan dan pedang yang berada ditangannya telah 

berkelebat secepat kilat, cahaya pedang menyambar lewat langsung membabat lengan kanan Buyung Tiang kim.

Serangan pedang itu sama sekali bertolak belakang dengan aliran yang diatur Buyung Tiang kim, kecepatan gerak serangannya pun bagaikan sambaran petir, sedemikian cepatnya sehingga orang yang berada disamping arena pun tak sempat melihat dengan jelas.

“Traaaang…!” terdengar dua kali benturan nyaring berkumandang memecahkan keheningan.

Kedua orang itu segera menyambar lewat sambil saling tempat berdiri.

Tiada orang yang sempat melihat dengan bagaimana jalannya pertarungan tersebut namun dilihat dari keadaan mereka berdua yang mengenaskan, bisa diketahui betapa dahsyatnya serangan yang dilakukan oleh kedua orang tersebut. Tampaknya pakaian yang dikenakan manusia berjubah hijau itu terutama bagian dadanya telah tersambar robek, darah sedang mengucur keluar membasahi tubuhnya.

Sedangkan pakaian yang dikenakan Buyung Tiang kim terutama bagian lengan kanannya juga telah tersambar robek, darah pun sedang mengucur keluar dengan derasnya.

Kedua orang itu sama-sama tidak ambil perduli atas luka yang mereka derita, secepat kilat kedua orang itu membalikkan badan dan berdiri saling berhadapan lagi.

Pelan-pelan Buyung Tiang kim mengangkat pedangnya ke udara, kemudian ujarnya lagi.

“Aku pikir dalam tiga gebrakan mendatang kita sudah dapat menentukan menang kalah masing-masing pihak.”

“Bukan menang kalah, melainkan mati hidup” kata manusia berjubah hijau itu dingin, “dalam tiga jurus mendatang kalau bukan kau yang mati, akulah yang tewas.”

“Bagus sekali, kalau begitu silahkan kau mencoba sebuah seranganku lagi.”

Perlahan-lahan manusia berjubah hijau itu mengangkat pedangnya, lalu berkata dingin. “Dalam serangan kali ini, akulah yang akan melancarkan serangan kepadamu.”

Begitu selesai berkata tubuhnya segera melompat ke depan, pedangnya digetarkan dan langsung menerjang ke tubuh Buyung Tiang kim.

Sedangkan Buyung Tiang kim kini sendiripun bersamaan waktunya melompat ke udara dan melancarkan sebuah terjangan ke depan. 

Kedua orang itu sama-sama memutar senjata ditengah udara, tampak dua rentetan cahaya saling bergumul menjadi satu.

Pertarungan ini benar-benar merupakan suatu pertarungan sengit yang jarang ditemui dalam dunia persilatan, menggunakan kesempatan disaat kedua bilah pedang itu saling membentur, mereka sama-sama menghentikan gerakannya cukup lama ditengah udara.

Setelah bergebrak lagi sebanyak empat lima jurus, kedua orang itu baru bersama-sama melayang turun kembali ke atas tanah.

Ketika semua orang mengalikhkan pandangan matanya ke depan, tampaklah kedua orang itu berdiri saling berhadapan, pakaian yang mereka kenakan pada robek dan compang camping, luka yang membekas ditubuhpun banyak sekali, darah segar telah membasahi tubuhnya. 

Tiba-tiba Nyoo Hong leng berpaling dan memandang sekejap ke arah Seng Cu sian kemudian berbisik lirih.

“Tenaga dalam yang dimiliki kedua orang itu seimbang, sukar untuk menentukan siapa menang siapa kalah, bila pertarungan tersebut dibiarkan berlangsung terus, menang kalah rasanya sukar diduga.”

“Tapi aku sudah dapat menduganya, hanya tidak kuketahui bagaimana caranya untuk campur tangan.”

Nyoo Hong leng menghela napas panjang.

“Aaai, paling tidak apa yang dilakukan oleh Buyung Tiang kim sekarang adalah suatu perbuatan baik.”

“Maksud nona Nyoo….”

“Jangan salah paham dengan maksudku, aku bukan memohon bantuan kalian, sebab kendatipun kau ingin membantu pun juga tak ada gunanya.”

“Aku semakin tak mengerti akan maksud hati nona.”

“Andaikata dalam hati kecil kalian masih ada persoalan, sudah seharusnya kalau persoalan tersebut segera diajukan, sebab menurut pendapatku, kemungkinan besar mereka akan bertarung sampai titik darah penghabisan, agaknya kedua orang itu sudah bertekad akan saling beradu jiwa.”

“Ya, betul, aku harus bertanya kepadanya.” seru Seng Cu sian kemudian. Setelah berhenti sejenak, dia berseru dengan lantang. 

“Buyung tayhiap, Buyung tayhiap !”

Dia memanggil sampai beberapa kali, namun belum kedengaran juga suara jawaban dari Buyung Tiang kim.

Sambil tertawa dingin Seng Cu sian segera berseru : “Buyung Tiang kim, kau…”

Tiba-tiba terdengar Buyung Tiang kim membentak keras, tubuhnya melesat kemuka, berikut pedangnya dan langsung menumbuk ke tubuh manusia berjubah hijau itu.

Serta merta manusia berjubah hijau itu menggerakkan pedangnya dan menciptakan selapis cahaya tajam untuk melindungi badan.

Tampaklah Buyung Tiang kim dengan membawa sekilas cahaya putih langsung menembusi lapisan hawa pelindung tersebut.

“Traang !” serentetan suara benturan nyaring yang memecahkan keheningan, cahaya tajam itu segera lenyap dan tubuh manusia berbaju hijau itu tahu-tahu sudah roboh terjengkang keatas tanah.

Buyung Tiang kim sendiripun menahan tubuhnya itu yang gontai dengan pedangnya lalu berpaling ke arah Seng Cu sian, dia berkata.

“Saudaraku, harap kau jangan salah paham. Tadi, bila kau jawab pertanyaanmu itu maka aku pasti akan terluka di ujung pedangnya, sekarang apa yang hendak kau tanyakan ?”

Ketika berbicara sampai disitu, tubuhnya sudah tak sanggup untuk menahan diri lagi, ia segera roboh terjengkang ke atas tanah.

Seng Cu sian melompat kemuka dengan cepat dan buru-buru memayang tubuh Buyung Tiang kim.

Mendadak terasa oleh ada segulung tenaga yang amat kuat mendesak keatas badannya, membuat gerakan tubuhnya yang sedang menerjang ke muka itu segera tertahan.

Nyoo Hong leng memutar pergelangan tangannya dengan cepat dan maju selangkah lebih ke depan, dia sambut tubuh Buyung Tiang kim lebih dahulu.

“Nonakah yang baru saja melancarkan serangan ?” tanya Seng Cu sian dengan kening berkerut.

“Maaf, aku kuatir kalian akan melukainya !”

Dengan cepat Seng Cu sian menggelengkan kepalanya berulang kali, ujarnya. 

“Walaupun dia tidak setia kawan, namun sebagai saudaranya juga tak akan membunuhnya, tidak mencegah orang lain membunuhnya saja, hati kecilku sudah merasa amat tak tentram.”

Ketika dia menundukkan kepalanya, tampak Buyung Tiang kim telah memejamkan matanya rapat-rapat, seluruh tubuhnya berlepotan darah, keadaannya sangat mengenaskan.

Lui Hua hong berpaling dan memandang sekejap ke arah Buyung Tiang kim, kemudian tanyanya.

“Nona Nyoo, apakah dia telah meninggal ?” Nyoo Hong leng segera menggeleng.

“Dia belum meninggal, tapi luka yang dideritanya parah sekali.” “Apakah dia masih bisa berbicara ?”

“Sekarang tidak bisa, dia pernah melepaskan budi kepadaku karena telah menyelamatkan selembar jiwaku, maka sekarang aku pun harus berusaha untuk menyelamatkan jiwanya.”

Mendadak Buyung Tiang kim melompat bangun dan duduk, kemudian serunya.

“Aku sudah tidak tertolong lagi, tusukan pedangnya telah memutuskan jantungku, meski ada obat mestika di dunia ini, walaupun ada tabib sakti di dunia ini, siapa pun tak akan dapat menyelamatkan jiwaku lagi….”

Tampaknya dia sedang berusaha untuk menahan penderitaan yang luar biasa, dia berharap bisa menyelesaikan perkataan itu, sayang baru sampai disana, mendadak ia memuntahkan dua gumpalan darah dan menghembuskan napas yang penghabisan.

Seng Cu sian meneliti dua gumpalan darah yang dimuntahkan oleh Buyung Tiang kim itu, kemudian bisiknya.

“Aaah, rupanya dua potong belahan jantung.”

Lui Hua hoeng menghela napas panjang, pelan-pelan dia berkata. “Ada satu persoalan penting yang lupa kita tanyakan kepadanya.” “Soal apa ?”

“Secara garis besarnya kita sudah mengetahui bagaimanakah watak dari Buyung Tiang kim itu, tapi siapa pula kakek berbaju hijau tersebut ? Mengapa dia dapat berubah 

menjadi tokoh yang menguasai perguruan Sam seng bun ? Mengapa pula dia harus mencatut nama Buyung Tiang kim…?”

“Walaupun asal usul orang ini cukup misterius, namun tidak sulit bagi kita untuk menyelidikinya, yang sulit sekarang adalah perguruan tiga malaikat masih merupakan suatu kekuatan yang sangat besar, suatu organisasi yang penuh rahasia, bila organisasi ini tidak dilenyapkan, maka dunia persilatan pun tak akan memperoleh ketenangan untuk selamanya…”

“Hanya ada satu cara saja” seru Nyoo Hong leng. “Apakah cara tersebut ?”

Nyoo Hong leng tidak segera menjawab pertanyaan dari Lui Hua hong, pelan-pelan dia berjalan ke hadapan kakek berbaju hijau itu, berjongkok dan meraba dada orang itu kemudain ujarnya.

“Dia tewas jauh lebih cepat dari pada Buyung Tiang kim !”

Kemudian sambil mengalihkan sorot matanya ke wajah Seng Cu sian, kembali ujarnya.

“Ia telah memberitahukan kepadaku, itulah satu-satunya akhir yang ada dan satu-satunya akhir yang terbaik, urusan selanjutnya merupakan urusan kita sendiri.”

“Urusan kita sendiri ?” seru Seng Cu sian.

“Betul, karena Buyung Tiang kim telah tewas tapi dia meninggalkan sisa permainan yang belum selesai, kita harus membantunya untuk menyelesaikan tugas ini, dia membutuhkan bantuan dan disini tiada seorang manusiapun yang dapat membantunya, dia telah menunggu banyak tahu sebelum akhirnya menemukan aku dan Kwik Soat kun.”

“Maksud nona, apakah kau hendak mengandalkan kekuatan dari kami beberapa orang untuk menghancurkan perguruan tiga malaikat ?”

“Jangan toh kita baru beberapa orang, sekalipun segenap kekuatan dunia persilatan kita gabungkan menjadi satu pun belum tentu dapat menghadapi perguruan tiga malaikat.”

“Kalau begitu, kita sudah tidak berdaya lagi ?” keluh Lui Hua hong murung.

“Tidak, kita masih bisa menggunakan kekuatan yang ada di dalam perguruan tiga malaikat untuk menghancurkan kekuasaan dari perguruan tiga malaikat.”

Kemudian setelah berhenti sejenak, gadis itu berkata lebih jauh. 

“Ada satu hal yang mungkin tidak kalian ketahui, yakni ketua dari sembilan partai besar telah dikuasai oleh pihak perguruan tiga malaikat. Pentolan tertinggi yang diimpikan setiap umat persilatan, kini sudah berubah menjadi kenyataan.”

“Siapakah pentolan tersebut ?” tanya Seng Cu sian.

“Kecuali Buyung Tiang kim, siapa pula yang sanggup menciptakan situasi seperti hari ini

? Sayangnya, sepandai-pandai tupai melompat akhirnya akan jatuh juga.” Kembali gadis itu berhenti sejenak, sebelum sambungnya lebih jauh.

“Dengan susah payah dia membina dan menempa suatu pondasi yang kuat untuk memimpin dunia persilatan, siapa tahu kedudukan tersebut akhirnya dimanfaatkan orang lain, dia adalah manusia berjubah hijau yang menyebut dirinya sebagai Tabib Ong dalam kota batu dan mencatut nama besar Buyung Tiang kim itu.”

“Sebetulnya siapakah orang ini ?” tanya Seng Cu sian dengan wajah keheranan.

“Buyung Tiang kim telah meninggalkan sejilid kitab yang menerangkan segala tindak tanduk serta perbuatan yang telah dilakukan olehnya sepanjang hidup orang itu, mau dibilang kitab tersebut sebagai catatan dosa juga boleh, mau dibilang sejilid kitab beertaubat juga baik…”

“Apakah nona telah membaca isi kitab tersebut ?” kembali Seng Cu sian bertanya. Nyoo Hong leng manggut-manggut.

“Betul, itulah sebabnya kau hendak mengajak kalian semua untuk merundingkan persoalan tentang Buyung Tiang kim” ucapnya.

“Kalau begitu katakan saja nona !”

“Buyung Tiang kim telah mengorbankan waktu selama puluhan tahun untuk membina kepercayaan dalam dunia persilatan, tiada orang kedua di dunia ini yang bisa menggantikan kedudukannya, apabila kau mengumumkan semua kejahatan yang sebenarnya dari Buyung Tiang kim ke seluruh dunia persilatan, sudah pasti peristiwa ini akan menimbulkan kegemparan yang luar biasa, orang-orang pasti akan bersama-sama membicarakan tentang persoalan ini, oleh sebab itu aku pikir lebih baik peristiwa tersebut jangan kita umumkan lebih dulu ke seluruh dunia persilatan.”

Lui Hua hong menghela napas panjang.

“Aaai, betul juga perkataan nona, setiap umat persilatan di dunia ini telah menganggap Buyung Tiang kim sebagai seorang manusia yang jujur dan benar, ia merupakan lambang keadilan dan kebenaran bagi dunia persilatan.” 

“Betul” tukas Nyoo Hong leng, “apalagi pada akhirnya Buyung Tiang kim menebus dosanya pula dengan darah sendiri, kita wajib menggunakan nama pendekarnya untuk merebut kepercayaan orang persilatan, apalagi keadaan Bu lim sekarang masih lemah dan belum pulih kembali kekuatannya, lebih kita jangan membuat kejutan lagi yang akan menimbulkan kekalutan bagi mereka, sebab dari sekian banyak korban yang menderita, banyak diantara mereka yang tak tahu kalau Buyung Tiang kim lah yang telah

mencelakai mereka, bila peristiwa ini sampai terbongkar, sudah dapat dipastikan dunia persilatan akan mengalami kekalutan lagi…”

Seng Cu sian memandang sekejap ke sekeliling tempat itu, kemudian berkata. “Kami sangat setuju dengan pendapat nona, tapi orang lain…”

“Aku pun setuju” seru di dewa ular Tong Lim dengan cepat.

“Aku gembira melihat dukungan kalian” ucap Nyoo Hong leng lagi, “padahal waktu berbicara yang sesungguhnya, kendatipun kita ungkapkan keadaan yang sebenarnya pada hari ini kepada dunia luar tanpa disertai bukti yang jelas, tak mungkin orang persilatan akan mempercayai obrolan kita dengan begitu saja.”

Kemudian setelah berhenti sejenak, sambungnya lebih jauh.

“Kini kita tinggal memutuskan satu hal lagi sebelum bisa berangkat…” “Masih ada soal apa lagi ?” tanya Seng Cu sian.

“Tentang Buyung Im seng, setiap umat persilatan tahu kalau di dunia ini terdapat seorang Buyung kongcu yang sedang membalaskan dendam bagi ayahnya, tapi tidak seorang manusia pun yang tahu kalau Buyung Tiang kim sesungguhnya tidak berputera, bahkan kalian sebagai saudara angkatnya pun tidak tahu tentang seluk beluknya, aaaa… kalian selalu menyebutnya sebagai Buyung toako namun tak seorang pun yang tahu apakah Buyung toako kalian itu mempunyai istri atau tidak.”

“Ya, kalau dibicarakan sesungguhnya memang memalukan sekali” kata Seng Cu sian.

“Cahaya pamor yang terpancar keluar dari tubuh Buyung Tiang kim kelewat keras, membuat mata orang menjadi silau rasanya hingga tidak berani menatapnya, tentu orang merasa dia sempurna, tiada sesuatu kekurangan pun, apakah kami berani melakukan penyelidikan atas dirinya ?” seru Pau Heng pula.

“Buyung kongcu adalah seorang pemuda yang bernasib jelek, namun dia adalah seorang koncu sejati, mungkin lantaran dia memang tidak mempunyai darah dari Buyung Tiang kim. Oleh sebab itu, kita tak dapat mencelakainya, juga tak dapat memberitahukan keadaan yang sebenarnya kepadanya.”

Seng Cu sian kembali mengangguk. 

“Ya, betul, kita tetap akan membiarkan dia muncul di dalam dunia persilatan sebagai Buyung kongcu.”

“Kalian pun harus tetap melindunginya seperti dahulu, jangan membuat dia merasakan perubahan sikap dari kalian, sebab hal mana akan menimbulkan kecurigaan baginya.”

“Sudah puluhan tahun lamanya kita ditipu” prote Lui Hua hong, “perasaan kami diliputi dengan amarah, bagaimana mungkin keadaan semacam ini bisa kami tahan terus ?”

“Yang menipu kalian toh Buyung Tiang kim, apa sangkut pautnya persoalan ini dengan Buyung Im seng ? Apalagi andaikata kakek berjubah hijau itu tidak terlampau menguatirkan Buyung Im seng, belum tentu Buyung Tiang kim sanggup menandinginya. Aaaai. Dia adalah seorang pemuda yang bernasib jelek, kalian tak dapat mencelakainya lagi, bila dia mengetahui duduk persoalan yang sebenarnya, sudah pasti hatinya akan merasa sedih sekali.”

“Baik, kami kabulkan permintaan nona.”

Mendadak Nyoo Hong leng melelehka air matanya dengan sedih, kemudian berbisik. “Mari kita mengubur dulu kedua sosok mayat ini !”

“Betul disaat terakhir Buyung Tiang kim telah bertobat dan kembali ke jalan yang benar, apalagi telah membantu dunia persilatan untuk menghilang bencana besar, sudah selayaknya bila kita menguburkan jenasahnya” kata Seng Cu sian cepat, ” sedangkan tentang manuisa berbaju hijau itu kita masih belum mengetahui identitas yang sebenarnya, kita harus mengetahui asal usulnya lebih dulu sebelum mengubur jenasahnya.”

“Coba kalian perhatikan wajahnya dengan lebih seksama, mungkin kalian kemudian sambil membopong jenasah Buyung Tiang kim, pelan-pelan dia berjalan menuju ke depan.

“Nona, hendak kemana kau ?” si dewa ular Tong Lim segera menegur keras. “Akan kucari sebuah tempat untuk mengubur jenasah.”

Menyaksikan air mata yang membasahi wajah Nyoo Hong leng ketika gadis tersebut membopong jenasah Buyung Tiang kim, si dewa ular Tong Lim menjadi keheranan, kembali dia menegur.

“Nona, tampaknya kau sangat cocok dengan Buyung Tiang kim ?” Nyoo Hong leng tertawa sedih. 

“Dia sudah pernah menyelamatkan jiwaku, maka sudah sewajarnya bila kukuburkan jenasahnya sebagai rasa terima kasihku.”

oooOooo

Si dewa ular Tong Lim berseru tertahan dan tidak banyak berbicara lagi. Tiba-tiba Kiu ji taysu berseru.

“Aku dapat mengenalinya, aku dapat mengenalinya ! Walaupun dia telah merubah wajahnya, namun lupa untuk menghilangkan tahi lalat yang berada dibelakang telinganya.”

“Tahi lalat dibelakang telinga ?” seru Lui Hua hong pula dengan wajah tertegun. “Ya, betul. Di belakang telinganya terdapat sebuah tahi lalat.”

“Kau maksudkan su te (adik keempat) Ci im Kioungcu ?” seru Seng Cu sian tiba-tiba.

(Tentang hubungan antara Buyung Tiang kim dengan saudara-saudaranya serta asal mula terjadinya pertikaian sebelum terbentuknya perguruan tiga malaikar dalam lembah tiga malaikat, silahkan ada membaca cerita yang berjudul : Lencana Bunga Mawar oleh penyadur yang sama).

“Ya, benar dia !” seru Kiu ji taysu lagi, “aaai… sudah seharusnya kita teringat akan dia, ia bilang hendak menyusup ke dalam perguruan tiga malaikat untuk menyelidiki pembunuh sebenarnya dari toako, tapi selama ini dia belum pernah mengadakan hubungan kontak dengan kita semua.”

Pelan-pelan Seng Cu sian berjalan ke sisi tubuh kakek yang berjubah warna hijau itu dan membalikkan tubuhnya, setelah diteliti lebih seksama betul juga dibelakang telinga kanannya terdapat sebuah tahi lalat yang besar.

Tak kuasa lagi dia menghela napas panjang, katanya kemudian.

“Mungkin inilah alasannya mengapa dia ingin membunuh kita semua, berbicara dari kepandaian silat yang dia miliki, andaikan dia mau menyerang secara tiba-tiba disaat Buyung Tiang kim sedang bercakap-cakap dengan kita, paling tidak bisa membuat kita semua terluka parah…”

Lui Hua hong juga merasakan tubuhnya seakan-akan tersambar geledek dan menjadi termangu-mangu sejenak sebelum berkata demikian.

“yaa, tak bakal salah lagi, dia adalah sute, betul-betul tragedi yang memilukan hati, sesama saudara harus saling membunuh…” 

“Ngo te, aku jadi ingat akan suatu persoalan” seru Kiu ji taysu tiba-tiba, “tubuhku yang cacat ini mungkin dilukai Lo su, serangan golokku telah dibendung olehnya sehingga membuat aku tidak bisa melakukan perubahan lagi, padahal serangan golok itu ciptaan dari Buyung toako, bila dia bukan orang yang mengetahui keadaan sebenarnya, mustahil jurus serangan tersebut dapat dipatahkan olehnya.”

“Jurus golok itu bukan ciptaannya, melainkan hasil tipuannya” tukas Seng Cu sian dingin, “aai..! Bagaimana pun cerdiknya seseorang, tak mungkin kalau dia dapat menguasai semua ilmu silat yang ada di dunia ini, sayang kita tak pernah menduga atas titik kelemahan tersebut.”

“Betul” kata Lui Hua hong, “terhadap toako, kami kelewat menaruh kepercayaan, apa saja yang dia katakan, apa pun yang dia perbuat, belum pernah kami mencurigainya, padahal jika kita mau menggunakan otak untuk berpikir waktu itu, tak nanti akan tertipu mentah-mentah seperti apa yang kami alami sekarang.”

“Omitohud !” Kiu ji taysu memuji keagungan sang Buddha, “bila kita berpikir menggunakan otak dan mengajukan pertanyaan yang mencurigakan, mungkin kerangka kita sudah menjadi tanah sekarang.”

“Lebih baik mati puluhan tahun lebih cepat daripada dibohongi orang selama puluhan tahun, aaai…! Tapi ada satu hal yang harus kita pahami yakni kecerdasan Buyung Tiang kim masih jauh melebihi kita semua, itulah sebabnya kita dapat dipemainkan olehnya sekehendak hati dia sendiri.”

Lui Hua hong memperhatikan raut wajah kakek berjubah hijau itu lekat-lekat, kemudian ujarnya dengan sedih.

“Ya, dia memang Su ko, selain tahi lalat dibelakang telinganya, raut wajahnya masih lamat-lamat memiliki kemiripan dengan paras mukanya dulu, dia berusaha dengan segala kemampuan untuk merubah dirinya, namun tak pernah berhasil merubah dirinya secara keseluruhan…”

Mendadak si kaitan sakti Pau Heng mengayunkan alat pengaitnya, kemudian berkata.

“Antara kalian dengan Buyung Tiang kim pernah mempunyai ikatan persaudaraan, sudah sepantasnya jika kamu semua tetap tinggal disini untuk membereskan urusan terakhirnya, tapi karena dia, aku telah menderita banyak, kalau dibayangkan kembali sekarang sungguh menggelikan dan mengenaskan, tapi orang yang sudah mati berarti semua persoalannya telah beres, aku pun tidak ingin banyak mencerca Buyung Tiang kim lagi, cuma aku pun enggan berada disini lebih jauh, biar aku mohon diri lebih dulu.”

Selesai dia berkata, dia membalikkan badan dan beranjak pergi meninggalkan tempat itu. “Saudara Seng masih ada urusan apa ?” 

“Apa yang hendak saudara Pau lakukan ?”

“Selama ini aku paling mengagumi Buyung tayhiap, oleh sebab itu aku selalu uringuringan bila teringat kalau selama puluhan tahun terakhir ini telah ditipunya mentahmentah, akupun tak menyangka kalau Buyung Tiang kim sesungguhnya merupakan seorang manusia munafik, berpura-pura baik hati padahal jahatnya bukan kepalang, kini setelah mengetahui kedok aslinya, semua rasa hormatku selama selama puluhan tahun menjadi pudar, aku merasa lebih sedih dan sakit hati daripada memikirkan kematian yang mungkin menimpa diriku setiap saat. Oleh sebab itu, aku tak ingin berdiam terlalu lama disini.”

“Walaupun Buyung Tiang kim banyak melakukan kejahatan selama hidupnya, toh orangnya sudah mati sekarang” ucap Seng Cu sian, “aku berharap saudara Pau bersedia membangkitkan semangat dan mari kita bersama-sama berjuang untuk menghancurkan perguruan tiga malaikat dari muka bumi.”

Pau Heng menggeleng.

“Tidak perlu, aku sudah putus asa sekarang, aku benar-benar kecewa setengah mati, tiada orang di dunia ini yang bisa membangkitkan kembali semangatku.”

Begitu selesai berkata, tanpa menggubris Seng Cu sian lagi, dia beranjak meninggalkan tempat itu.

Tiba-tiba Kwik Soat kun menghela napas panjang, kemudian serunya pelan. “Pau sianseng, harap tunggu dulu, dengarkan dahulu perkataan siaumoay…”

Namun Pau Heng berlagak seolah-olah tak mendengar, dia tetap melanjutkan perjalanannya meninggalkan tempat tersebut.

Kwik Soat kun segera berkelebat ke depan dan menghadang jalan perginya. “Kau tak boleh pergi !” serunya.

“Mengapa ?” Pau Heng bertanya tanpa mendongakkan kepalanya.

“Tempat ini penuh dengan ancaman bahaya maut, kat tak bakal bisa lolos dari kepungan orang-orang Sam seng bun.”

Dalam pada itu Nyoo Hong leng telah selesai mengubur jenasah Buyung Tiang kim dan berjalan kembali, ketika menyaksikan kejadian tersebut, segera ujarnya.

“Apa yang dikatakan nona Kwik benar, bila perguruan tiga malaikat tak dihancurkan, setiap orang masih dapat memanfaatkan kekuatan yang ada untuk berbuat kejahatan, kini 

meski pemimpin dari perguruan tiga malaikat sudah tiada, belum berarti organisasi ini sudah bubar.”

“Apa sangkut pautnya denganku ?” teriak Pau Heng cepat, “sepeninggalanku dari sini aku akan mengasingkan diri di tempat yang terpencil, lebih baik berteman dengan binatang daripada harus bergaul dengan manusia.”

Mendengar ucapan mana, sekali lagi Kwik Soat kun menghela napas panjang.

“Bila kau dihantui oelh kekecewaanmu karena selama puluhan tahun hanya dijadikan boneka orang, perasaan tersebut bisa meledak, memang merupakan suatu penderitaan yang tak tertahankan, namun penderitaan mana hanya terbalas urusan pribadi seseorang, sebaliknya bila perguruan tiga malaikat tidak dibasmi yang menderita adalah beribu-ribu orang.”

Mendadak Pau Heng menghentikan langkahnya, sekilas sinar tajam mencorong keluar dari balik matanya, dengan suara dingin dia berseru.

“Perguruan tiga malaikat memang merupakan kekuatan yang amat tangguh dalam dunia persilatan, namun perkumpulan Li ji pang yang berada dibawah perguruan tiga malaikat pun termasuk pula suatu kekuatan yang maha besar dalam dunia persilatan.”

“Bila perguruan tiga malaikat telah dimusnahkan, akupun akan berusaha untuk membujuk ketuaku agar membubarkan pula perkumpulan Li ji pang….”

“Seandainya dia enggan menuruti perkataanmu, bagaimana ?” “Paling tidak aku bisa angkat kaki dari perkumpulan Li ji pang…”

Pau Heng segera terbungkam dalam seribu bahasa, namun dia menghentikan juga langkahnya, jelas perasaannya sudah ditaklukan oleh ucapan Kwik Soat kun.

Seng Cu sian memandang sekejap ke arah Nyoo Hong leng, kemudian katanya.

“Nona Nyoo, apakah kita akan menghancurkan perguruan tiga malaikat hanya mengandalkan kekuatan kita beberapa orang ?”

“Sekalipun menghimpun segenap kekuatan yang ada di dalam dunia persilatan pun belum tentu bisa mengobrak abrik perguruan tiga malaikat…”

“Lantas apa maksud nona menahan kami semua disini ?” seru Pau Heng cepat.

“Kini Buyung Tiang kim serta Ci im kiong cu telah mati tapi berapa banyaknya yang berhasil kalian pahami dari kasus tersebut ?” kata Nyoo Hong leng.

Kemudian setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan. 

“Sejak dulu hingga sekarang, siapa pula yang sanggup mendirikan perguruan yang begini besar dan berpengaruh dahsyat seperti perguruan tiga malaikat ? Apakah kalian sama sekali tidak tertarik oleh kejadian-kejadian seperti ini ?”

“Sudah setengah harian lamanya nona berbicara, namun belum mendengar bagaimana cara kita untuk menghancurkan perguruan tiga malaikat ini.”

“Perguruan tiga malaikat merupakan suatu kelompok kekuatan dahsyat yang belum pernah dijumpai dalam dunia persilatan, namun perguruan tersebut justru terbentuk karena mengandalkan kecerdikan otak, oleh sebab itu bila kita hendak menghancurkan perguruan tiga malaikat, kecerdasan jauh lebih penting daripada ilmu silat.”

“Kalau begitu, hal ini tergantung pada persiapan serta pengaturan nona” seru Seng Cu sian.

Nyoo Hong leng memandang sekejap sekeliling tempat itu, kemudian berkata. “Baiklah ! Aku berharap kalian bersungguh hati dalam mengangkat diriku kali ini”

Mendadak dia bertepuk tangan tiga kali, kemudian mengeluarkan serentetan suara yang sangat aneh.

Dari dalam hutan segera nampak bayangan manusia berkelebat lewat, puluhan orang lelaki berbaju hitam yang membawa senjata segera bermunculan ditengah arena.

Paras muka orang-orang itu dilapisi oleh hawa amarah yang membara, serentak mereka meloloskan senjata yang dibawa.

Di bawah cahaya obor tampak cahaya tajam berkilauan ke angkasa, agaknya semuanya berniat untuk turun tangan.

Seng Cu sian, Lui Hua hong, Pau Heng semuanya mencabut keluar senjatanya tanpa terasa, serentak mereka pun bersiap siaga menghadapi serangan musuh.

Kiu ji taysu mencabut keluar senjata kencrengannya, sedangkan Tong Lim meloloskan senjata rantai berkepala ularnya.

“Jangan turun tangan” mendadak terdengar Nyoo Hong leng membentak keras.

Pelan-pelan dia berjalan maju ke depan, sementara mulutnya bersenandung seperti menyanyi.

Dibalik suaranya itu penuh mengandung semacam suasana yang lembut dan penuh kedamaian.

Dengan suara lirih Kiu ji taysu segera berbisik kepada Seng Cu sian. 

“Jiko, jelas dia sedang membaca doa kesedihan dari kaum Buddha… !”

“Mengapa nona Nyoo bisa mengucapkan kata-kata dari liam keng ?” seru Seng Cu sian keheranan.

Sementara itu kawanan lelaki berbaju hitam itu telah menarik kembali senjata masingmasing dan bersama-sama mengurung sekeliling tubuh Nyoo Hong leng.

Dengan suara rendah Lui Hua hong segera berbisik.

“Jika nona Nyoo mendapat serangan, kita tak boleh berpeluk tangan belaka.”

Padahal tanpa disinggung olehnya pun semua orang sudah mengerahkan tenaga dalamnya sambil bersiap siaga, begitu kawana lelaki berbaju hitam itu melancarkan serangan, maka serentak mereka pun akan menyerang juga.”

Tampak kawanan lelaki berbaju hitam itu bersama-sama menjatuhkan diri dihadapan Nyoo Hong leng kemudian menyembahnya beberapa kali.

Nyoo Hong leng masih saja liam keng, dia yang dibawakan olehnya adalah doa kesedihan, kemudian dengan suatu gerakan perputaran tahu-tahu dia sudah menyelinap keluar dari kurungan lelaki berbaju hitam itu.

Kemudian tampak dia mengayunkan telapak tangannya dan menghantam tubuh lelaki berbaju hitam itu masing-masing satu kali

Gerak serangannya amat cepat lagi enteng, orang lain hanya menyaksikan ujung bajunya berkibar terhembus angin, ternyata tak seorangpun yang sempat melihat ke arah manakah pukulan itu ditujukan pada tubuh lelaki berbaju hitam tadi.

Tak selang berapa saat kemudian belakang kepala lelaki berbaju hitam itu sudah terkena sebuah pukulan.

Mereka yang terkena serangan sama sekali tidak roboh terjengkang, sebaliknya malah duduk bersila diatas tanah.

Pada saat itu pula Nyoo Hong leng menghentikan pula pembacaan doa kesedihan. Dengan cepat Kwik Soat kun menghampirinya, lalu bertanya.

“Nona Nyoo, mengapa dengan orang-orang itu ?” “Mereka butuh beristirahat untuk memulihkan diri sendiri.” “Memulihkan diri ?” Kwik Soat kun heran. 

“Benar, mereka dikendalikan oleh semacam ilmu sehingga melupakan diri sendiri. Buyung Tiang kim bukan cuma menipu orang di dunia dengan menggunakan nama pendekarnya, dia pun menipu ilmu silat jago-jago persilatan itu sehingga beratus macam kepandaian sakti dan berpuluh macam ilmu beracun telah dipelajari olehnya.”

“Tak nyana perbuatan jahatnya bisa dilakukan selama puluhan tahun tanpa diketahui orang persilatan.”

“Dia mempunyai semacam keistimewaan, yakni selamanya enggan membunuh orang secara sembarangan, apabilat tidak terpaksa, dia enggan turun tangan secara kekerasan.”

“Kekuatan terbesar yang dimilikinya adalah menipu bukan saja orang yang tertipu tidak merasa, bahkan masih memujinya sebagai orang baik, sekalipun ada orang yang menderita kerugian ditangannya, belum tentu mereka akan tahu kalau dia sesungguhnya orang jahat.”

Nyoo Hong len manggut-manggut.

“Selama hidup kerjanya memang menipu orang, tapi dia sendiripun menderita kerugian karena ditipu orang, dari catatan sejarahnya aku telah membaca semuanya itu, akupun dapat merasakan penyesalannya. Usahanya yang dibangun dengan susah payah dari penuh perjuangan akhirnya dirampas orang secara gampang, selama puluhan tahun terakhir ini dia telah merasakan siksaan dan penderitaan akibat ditipu, oleh sebab itu meski dia mempunyai banyak dosa dan kesalahan, namun dia berusaha untuk menyesali dengan menahan hina dan sedih, dia berusaha memperpanjagn hidupnya hingga kini sesungguhnya tujuan yang terutama baginya adalah untuk menghancurkan perguruan tiga malaikat dari muka bumi ini.”

Seng Cu sian memandang sekejap ke arah orang yang berbaju hitam yang sedang duduk bersila diatas tanah itu, kemudian bertanya.

“Nona Nyoo, sampai kapankan orang-orang itu baru akan menjadi sadar kembali ?”

“Mereka terbagi dalam usia yang berbeda dengan tinggi rendah tenaga dalam yang berbeda pula, oleh sebab itu saat bagi mereka untuk sadarpun berbeda-beda.”

Setelah berhenti sejenak sambungnya lebih jauh.

“Kita tidak usah mengurusi mereka lagi. Setelah sadar nanti orang-orang itu akan teringat kembali dengan kejadian-kejadian lama, apa yang dilakukannya selama puluhan tahun akan mereka rasakan bagaikan dalam impian. Nah, mari kita berangkat.”

“Kemana ?”

“Memasuki perguruan tiga malaikat, moga-moga saha dalam semalaman saja kita dapat memusnahkan perguruan tiga malaikat dari muka bumi ini.” 

“Hanya mengandalkan kekuatan dari kita beberapa orang ?” tanya Pau Heng keheranan.

“Benar, kita semua sadar dan segar bugar, sebaliknya orang-orang dalam perguruan tiga malaikat hanya domba-domba yang kehilangan jalan dan mata angin, kalau dibilang kita hendak memusnahkan perguruan tiga malaikat, maka lebih tepat kalau dikatakan kita sedang menyelamatkan jiwa mereka.”

“Sekalipun mereka adalah orang-orang yang dikendalikan kesadarannya, namun sebelum kesadarannya pulih kembali mereka tentu akan menganggap kita sebagai musuh, bila mereka turun tangan, bukankah kita harus membela diri ?” seru Pau Heng.

Nyoo Hong leng termenung dan berpikir sejenak, kemudian menjawab pelan.

“Pertanyaanmu ini bagus sekali. Tindakan kita menolong orang, ibaratnya memasuki sebuah rumah yang berisi orang gila, sekalipun aku mengetahui bagaimana caranya menghadapi mereka, namun tak berani menjamin kalau pasti akan berhasil. Bila tiada orang yang berjiwa ksatria dan pendekar, lebih baik memang jangan turut serta.”

Selesai berkata, tanpa menggubris beberapa orang itu lagi, dia meneruskan perjalanannya seorang diri.

Sesungguhnya di dalam dada Seng Cu sian sekalipun sedang dibakar oleh api dendam yang telah tertanam selama dua puluhan tahun, namun setelah duduk persoalannya menjadi jelas, kobaran api tersebut telah padam, inilah hasil yang mereka peroleh setelah berjuang selam dua puluh tahun dalam dunia persilatan, otomatis padamnya api tersebut segera diikuti dengan munculnya perasaan putus asa dan kecewa yang mendalam.

Tetapi, setelah mendengar ucapan dari Nyoo Honge leng barusan, semangat serta kegagahan mereka segera muncul kembali, semua kemurungan dan kekecewaan segera tersapu bersih dari dalam benaknya.

Para jago saling berpandangan sekejap, kemudian serentak maju mengejar ke belakang Nyoo Hong leng tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Tiada orang yang menanyakan lagi bahaya macam apakah yang bakal mereka jumpai, juga tiada orang yang menanyakan besar kecilnya keberhasilan serta kegagalan yang bakal mereka temui, seakan-akan mereka berangkat dengan hati yang rela serta semangat juang yang tinggi.

Inilah keberanian serta kerelaan yang tercipta oleh kebesaran jiwa seorang pendekar sejati.

Dengan mengikuti di belakang Nyoo Hong leng, berangkatlah mereka menuju ke depan dengan langkah lebar, setiap orang berjalan sambil membusungkan dada dan senyuman riang menghiasi raut wajah mereka. 

Setelah berjalan sejauh beberapa li dan tiba di depan mulut sebuah lembah yang diapit sepasang puncak, mendadak Nyoo Hong leng berhenti berjalan, kemudian setelah berpaling dan memandang sekejap ke arah para jago, dia berkata.

“Barang siapa enggan mengikuti perjalanan kami, silahkan berbelok ke selatan dan berlalu dari sini, bila kebetulan bernasib baik dan tidak sampai bertemu dengan para peronda dari pihak Sam seng bun, maka bila waktu sebelum terang tanah nanti akan berhasil meninggalkan daerah berbahaya ini.”

Tiada jago yang menjawab, tiada pula yang celingkan kesana kemari, tampaknya semua orang sudah mengambil keputusan masing-masing dan tak perlu menengok ke arah yang lain.

Malahan tiada orang yang berniat meninggalkan tempat itu, sambil menghela napas Nyoo Hong leng berkata.

“Bila penyerangan kita ke dalam perguruan Sam seng bun meski bisa berjalan lancar, toh beberapa pertarungan sengit tak bisa dihindari, apakah saudara sekalian bisa selamat tanpa cedera apapun, aku sama sekali tidak menjamin.”

“Sekalipun harus mati kami tak menyesal, nona tak usah memikirkan hal yang bukanbukan” ujar para jago serentak.

Kembali Nyoo Hong leng berkata.

“Buyung Im seng sedang berada diatas puncak tersebut dan sedang beristirahat dalam sebuah gua rahasia, aku akan menengok keadaan lukanya lebih dulu. Dengan kepandaian silatnya yang lihai, bila lukanya sudah sembuh dan kita bisa mengajaknya turut serta berarti kalian akan mempunyai kesempatan yang lebih besar lagi untuk meninggalkan tempat ini dalam keadaan hidup.”

“Terserah keputusan nona, kami semua hanya akan turut perintah.” kata Tong Lim.

“Baik, silahkan saudara sekalian beristirahat dulu disini, aku akan pergi menyiapkan sedikit hidangan buat kalian semua. Ketahuilah jebakan dan perangkap yang diatur orang-orang Sam seng bun amat lihai, aku rasa belum terlambat bila kita berangkat setelah terang tanah nanti.”

Selesai berkata dia membalikkan badan dan berjalan menuju ke arah dinding tebing. “Nona Nyoo, apakah kau memerlukan bantuan siaumoay ?” seru Kwik Soat kun cepat. “Bila cici bersedia membantu, tentu saja hal ini lebih baik lagi.”

“Siaumoay bersedia membantumu !” 

Maka berangkatlah kedua oran gitu bersama-sama mendaki dinding tebing.

Sementara itu Seng Cu sian sekalian sudah merasa kagum sekali terhadap Nyoo Hong leng, maka apa yang diucapkannya hampir boleh dibilang menurut sekali, mereka lantas duduk bersila diatas tanah dan mengatur pernapasan.

Kwik Soat kun dengan mengikuti dibelakang Nyoo Hong leng telah tiba dipuncak tebing tersebut. Nyoo Hong leng segera mendorong sebuah pintu batu dan masuk ke dalam sebuah gua.

Terhadap keadaan dalam gua tersebut, tampaknya Nyoo Hong leng hapal sekali, dengan cepa dia telah mengambil korek api dan menyulut sebuah obor.

Kwik Soat kun memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, ujarnya. “Disinikah nona merawat lukamu ?”

Nyoo Hong leng menggeleng.

“Tempat ini merupakan tempat Buyung Im seng merawat lukanya, siaumoay tidak merawat luka disini.”

Sementara itu Kwik Soat kun telah selesai memperhatikan keadaan disekitar sana, ternyata disitu kosong melompong dan tidak nampak bayangan tubuh dari Buyung Im seng, tanpa terasa dia lantas menegur.

“Kini Buyung Im seng berada dimana ?”

“Inilah tipu muslihat yang diatur Buyung Tiang kim locianpwe, hingga sekalipun ada

orang yang berhasil menemukan goa ini, tak nanti mereka akan menemukan pintu rahasia menuju ke ruang gua yang sesungguhnya….”

Sembari berkata dia lantas mendorong ke arah dinding, sebuah pintu rahasia segera terbuka.

Tampak Buyung Im seng masih tetap mengenakan jubah hijaunya, sekarang dia sedang terbaring dan nampaknya sedang tertidur nyenyak sekali….

Disamping Buyung Im seng berbaring pula seorang hwesio kepala gundul yang mengenakan jubah hitam.

Dengan terkejut Kwik Soat kun segera bertanya. “Siapakah orang ini ?”

“Khong Bu siang !” 

“Apa ? Khong Bu siang ?” Kwik Soat kun semakin terperanjat.

“Benar, sebetulnya dia memang seorang hwesio, setelah menjadi Toa sengcu dari perguruan tiga malaikat dia mulai memelihara rambut lagi, apa yang terlihat sekarang tak lebih hanya paras muka aslinya saja.”

“Siaumoay betul-betul terkecoh, sungguh tak kusangka kalau dia adalah seorang hwesio.”

“Dewasa ini, meski aku sudah mengetahui banyak urusan karena Buyung Tiang kim memberitahukan hal itu kepadaku, dari catatan yang ditinggalkan aku pun sudah banyak mengetahui budi dendam yang terjadi dalam dunia persilatan selama puluhan tahun terakhir, namun catatan tersebut lebih menitikberatkan pada perjalanan atas kejahatan serta ilmu silat pribadinya, oleh sebab itu aku harus membuktikan satu persatu sebelum dapat memahami semua duduk persoalan yang sesungguhnya…”

Sambil berkata dia mendorong pintu rahasia dan mengeluarkan daging menjangan yang sudah lama diawetkan, kemudian katanya lebih lanjut.

“Cici, semua hidangan tersebut cukup untuk membuat perut kita beberapa orang menjadi kenyang, cuma kita perlu memanggangnya kembali diluar sana.”

“Soal ini siaumoay bisa melakukannya, tak usah merepotkan dirimu lagi.”

Setelah menerima daging menjangan tersebut dia berpaling dan memandang sekejap lagi ke arah Buyung Im seng sekalian lalu katanya pula.

“Apakah mereka sedang tidur ?”

“Boleh dibilang begitu, cuma bila tiada bantuan dari orang lain maka selamanya mereka tak akan sadar kembali.” katanya kemudian.

“Aaaah.. !” Kwik Soat kun berseru tertahan, “obat apakah yang telah mereka telan ?” Nyoo Hong leng menggeleng.

“Tidak, mereka tidak menelan obat, mereka hanya ditusuk beberapa buah jalan darahnya dengan jarum emas, hal ini bisa membuat seluruh urat syaraf serta daging dan otot mereka mengendor, menurut catatan yang kubaca, beristirahat semacam ini merupakan beristirahat jarak panjang bukan saja besar manfaatnya untuk membantu pengobatan suatu penyakit lagi pula bisa memulihkan kembali daya tahan serta kondisi tubuh seseorang dalam waktu singkat.”

“Apakah nona tidak ingin jika kusaksikan tempat-tempat yang bakal kau tusuk dengan jarum emasmu ?” 

“Nona memang seorang yan pintar, sesungguhnya ilmu jarum emas penusuk jalan darah ini hanya bermanfaat bagi ilmu pengobatan, tapi bisa pula digunakan untuk kegunaan lain, aku telah mendapat pesan dari Buyung Tiang kim locianpwe agar tidak memperlihatkan cara kepandaian tersebut kepada orang lain !”

“Aku mengerti” kata Kwik Soat kun sambil manggut-manggut, tanpa membuang waktu lagi dia segera melompat keluar dari gua itu.

Tatkala dia sudah memanggang daging menjangan dan balik kembali ke dalam gua, Buyung Im seng serta Khong Bu siang yang berpakaian pendeta telah duduk.

Tampaknya kedua orang itu merasa lapar sekali, keempat mata mereka tengah mengawasi daging menjangan di tangan Kwik Soat kun itu dengan pandangan rakus.

Sambil tertawa Nyoo Hong leng berkata :

“Berilah dua potong daging menjangan itu untuk mereka.”

Kwik Soat kun mengiakan, dia merobek dua potong daging menjangan dan diserahkan kepada mereka.

Kedua orang itu segera menerima pemberian daging menjangan itu dan disikat dengan lahap.

Kwik Soat kun sangat berharap Buyung Im seng atau Khong Bu siang dapat mengucapkan sepatah dua patah kata, namun dia sangat menyesal kedua orang itu hanya makan sambil menundukkan kepala, sepatah kata pun tidak berbicara.

Tiba-tiba Nyoo Hong leng berbisik lirih.

“Enci Kwik, mari kita pergi, berikan daging menjangan tersebut kepada mereka.”

Walaupun Kwik Soat kum mempunyai beribu patah kata yang hendak ditanyakan, ternyata Nyoo Hong leng sama sekali tidak memberi kesempatan kepadanya untuk berbicara !

Begitu selesai berkata dia lantas melompat keluar dari gua tersebut, terpaksa Kwik Soat kun harus mengikuti dibelakangnya.

Nyoo Hong leng membagikan daging menjangan tersebut kepada para jago kemudian katanya.

“Hari sudah siang, bila kalian telah kenyang kita harus berangkat sekarang juga.” 

Para jago sudah bertekad untuk mengorbankan jiwa raga mereka, nampak orang-orang itu berwajah cerah dan penuh semangat setelah menerima daging menjangan tersebut, dilalapnya hidangan tersebut dengan lahap.

Nyoo Hong leng duduk diatas tanah, sambil merobek sepotong daging menjangan dan dimasukkan ke dalam mulut, katanya sambil tertawa.

“Enci Kwik, mari, kaupun makan sedikit !”

Kwik Soat kun merobek pula sepotong daging menjangan dan dimasukkan ke mulut, lalu bertanya.

“Bagaimana denga kedua orang itu ?”

“Ilmu silat yang mereka miliki sangat tinggi, tentu saja kita harus mempergunakan mereka.”

Seng Cu sian mendehem pelan, kemudian menyela.

“Nona Nyoo, maaf bila aku lancang mulut, bolehkan aku tahu siapakah kedua orang yang kau maksudkan ?”

“Yang satu adalah Buyung Im seng sedangkan yang lain adalah Khong Bu siang, bekas toa sengcu dari perguruan tiga malaikat.”

“Aaaah, berasal darimanakah Khong Bu siang itu ?” kembali Seng Cu sian berseru tertahan.

“Semula dia adalah Sian ki taysu dari Siam lim si.”

“Aku kenal dengan Sian ki taysu” seru Tong Lim, “bukankah dia adalah anak murid Thian tong taysu ?”

“Terhadap masa lampaunya aku hanya mengetahui sangat terbatas, maaf bila aku tak bisa menjawab pertanyaan kalian.”

Pau Heng segera tertawa terbahak-bahak.

“Haaah…. haaaah… mungkin nona Nyoo sudah mempunyai rencana yang amsak namun kami sama sekali tidak tahu menahu, apalagi dalam perjalanan kita memasuki perguruan tiga malaikat kali ini, berbicara dari kebaikannya adalah sembilan puluh persen bakal mampus, hanya sepuluh persen hidup, oleh karena itu aku mohon keterangan tentang sesuatu dari nona.”

“Katakanlah !” 

“Aku merasa terharu sekali oleh kebesaran jiwa nona sehingga benar-benar telah mengesampingkan soal mati hidup kami, namun aku pun berharap bisa menjadi setan yang memahami persoalan, kalau kami diharuskan mampus dalam kebingungan, sesungguhnya kami mati dengan mata tidak meram.”

Nyoo Hong leng termenung dan berpikir sejenak, kemudian katanya pelan.

“Selama puluhan tahun terakhir ini, seluruh rahasia besaru duni persilatan hampir terletak di perguruan tiga malaikat ini, apabila perguruan tiga malaikat sudah dihancurkan, maka kalian pun akan mengerti dengan sendirinya.”

“Jadi kalau begitu, nona sama sekali tidak tahu ?”

“Tahu sedikit tapi tidak keseluruhannya, lagi pula banyak persoalan yang keketahui ujungnya tidak kuketahui akhirnya.”

“Yang paling merisaukan bagiku sesungguhnya hanya satu, yakni Buyung Im seng sesungguhnya putra siapa ?”

Padahal kekuatiran serta perhatian Seng Cu sian sekalian jauh lebih dalam daripada Pau Heng, serentak mereka memasang telinga dan mendengarkan dengan seksama.

“Seharusnya kalian sudah tahu, dia adalah putra Ci im Kiong cu.”

Lui Hua hong menghela napas panjang setelah mendengar ucapan mana, lalu katanya. “Nona, su ko ku itu sudah memasuki agama semenjak muda, ia tak pernah menikah.”

“Bila Buyung Im seng bukan putra Ci im kiongcu bagaimana mungkin ia bisa hidup sampai sekarang ? Kau anggap pihak perguruan tiga malaikat benar-benar tidak mampu membunuh dirinya ?”

“Apakah Buyung Tiang kim sudah lama mengetahui akan kejadian ini ?”

“Mungkin demikian ! Waktu itu mungkin dia tak pernah berpikir sampai begitu dalam,

tapi oleh karena kecerdasannya yang luar biasa, setiap masalah tentu disiapkan langkah mundurnya, maka hal ini bisa terjadi seperti sekarang. Coba kalau Ci im kiongcu tak berniat merampas kekuasaan, mungkin di dunia ini pun tak akan muncul Buyung kongcu yang membuat pembalasan dendam.”

“Persoalan tentang Buyung Im seng apakah tidak diketahui sama sekali oleh sute ku itu

?” tanya Seng Cu sian.

“Dia tahu, sayang dia tahu agak terlambat” sahut Nyoo Hong leng. Kemudian setelah termenung sejenak, dia menyambung lebih jauh. 

“Buyung Tiang kim telah memperalat hubungan kasih antara ayah dan anak itu untuk membuat sebuah lubang kecil pada pertahanan perguruan tiga malaikat yang ketat, seandainya tiada manusia yang bernama Buyung kongcu, sekalipun saudara sekalian mempunyai niat balas dendam, mungkin belum tentu dapat menimbulkan badai dalam dunia persilatan seperti ini.”

“Benar juga perkataan nona !” kata Pau Heng, “andaikata tiada pemunculan Buyung kongcu dalam dunia persilatan, akupun tidak akan terseret pula untuk menggabungkan diri dengan kelompok pencari balas ini.”

“Kalau bukan lantaran Buyung kongcu, aku dan enci Kwik pun tidak akan sampai disini.” ucap Nyoo Hong leng pula.

“Sungguh tak nyana kalau kita telah diperalat selama puluhan tahun olehnya, bahkan sedikitpun tidak merasa” keluh Seng Cu sian.

“Nona Nyoo” menadak Tong Lim menyela, “lohu mempunyai beberapa patah kata, entah pantas tidak untuk diutarakan ?”

“Kita masih mempunyai cukup waktu untuk menjawab beberapa buah pertanyaanmu, tanyakan saja !”

“Dengan usia nona yang begit muda serta kepandaian silatmu yang begitu hebat, sudah pasti kau berasal dari keluarga persilatan yang termashur di dalam dunia persilatan, ayah dan ibumu juga pasti merupakan tokoh-tokoh ternama dalam dunia persilatan, entah apa sebabnya kau bisa terseret pula di dalam persoalan dunia persilatan yang penuh buai dendam dan tipu muslihat ini ?”

“Karena rasa ingin tahu.” “Ingin tahu apa ?”

“Tak ada salahnya kalau kukatakan kepada kalian, aku menaruh perasaan ingin tahu terhadap Buyung kongcu, nama besar Buyung Tiang kim kelewat termashur dan ketenarannya telah mempengaruhi segala sesuatunya, sehingga membuat orang merasa ingin tahu terhadap segala sesuatu tentang Buyung kongcu dengan usianya yang masih muda namun memikul beban dendam kesumat yang begitu besar tanpa terasa membuat pemuda itu menjadi lebih serius dan pemurung, hal mana pula yang membuat ia berbeda sekali dengan pemuda-pemuda lain sebaya usia dengannya.”

Setelah berpaling dan memandang sekejap ke arah Kwik Soat kun, dia menyambung lebih jauh.

“Nama besar Buyung Tiang kim yang begitu termashur membuat banyak orang seringkali membantunya secara diam-diam, mungkin anggota perguruan Sam seng bun itu banyak yang jahat, tapi toh akan tiba juga saatnya untuk menemukan suara liang sim 

sendiri, hal inilah yang membuat Buyung kongcu seringkali menciptakan banyak kejadian aneh yang sama sekali diluar dugaan.”

“Ehmm, masuk diakal” Seng Cu siang manggut-manggut.

“Nona” kata Lui Hua hong pula, “sekarang kau telah memahami asal usul Buyung Im seng, apakah kau mempunyai pandangan yang berbeda terhadap dirinya ?”

“Ya, berbeda sekali, aku merasa Buyung Im seng yang sekarang tak lebih hanya seorang manusia biasa, sebab dia telah kehilangan pancaran sinar dan kemashuran dari Buyung Tiang kim.”

“Omitohud” Kiu ji taysu memuji keagungan sang Buddha, “beberapa patah kata nona sungguh bernada mendalam, tapi ucapanmu memang merupakan kenyataan, ada sementara manusia yang hidup di dunia ini namun tidak memahami apa artinya hidup….”

“Setelah mengetahui apa arti hidup, lalu apa pula kegunaannya ?” tukas Nyoo Hong leng cepat.

Pau Heng tertawa terbahak-bahak.

“Haaah… haaah… haaahh.. sekarang kita harus berangkat, bila persoalan seperti itu dibicarakan lebih jauh, bisa jadi semangat serta kegagahan kita akan turut tenggelam, sehingga untuk memasuki perguruan Tiga malaikat pun menjadi enggan.”

“Aku akan memanggil Buyung Im seng dan Khong Bu siang lebih dulu” kata Nyoo Hong leng.

Tak selang berapa saat kemudian, dia sudah muncul kembali sambil mengajak Buyung

Im seng dan seorang manusia berbaju hitam yang mengenakan kain cadar berwarna hitam pula.

Kwik Soat kun memandang sekejap ke arah manusia berbaju hitam itu, lalu menegur. “Siapakah orang ini ?”

(Bersambung ke jilid 46)
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar