Lembah Tiga Malaikat Jilid 43

Jilid 43

Belum sempat Kwik Soat kun berpikir apa tujuan dari irama musik itu, mendadak dia menyaksikan kawanan jago yang mengurung disekeliling tempat itu sudah berpekik dengan suara nyaring, lalu serentak berlarian menuju ke arah mana berasalnya suara irama musik tersebut.

Dalam waktu singkat, semuanya sudah pergi dari situ sehingga tak seorangpun yang ketinggalan.

Tatkala kawanan jago tersebut sudah berlalu semua dari sana, mendadak irama musik yang aneh itupun turut berhenti.

Buyung Im seng mendongakkan kepalanya sambil memandang sekejap ke arah Kwik Soat kun, kemudian tanyanya.

“Orang-orang itu tak dapat dijamin keamanannya, apa rencana nona saat ini ?” “Sebenarnya apa yang telah terjadi ?” seru Kwik Soat kun dengan wajah kebingungan, “mengapa irama musik yang aneh itu bisa mendatangkan pengaruh yang begitu besar terhadap orang-orang tersebut ?”

“Kejadian aneh dalam perguruan sam seng bun banyaknya tak terhingga, kalau soal itu mah soal kecil yang tak perlu diherankan.”

“Apakah semua perubahan ini pun sudah berada di dalam dugaanmu semula…?” Buyung Im seng tertawa hambar.

“Harap nona jangan memandang diriku kelewat tinggi, semua peristiwa ini sama sekali diluar dugaan, hanya saja sewaktu hal tersebut terjadi, aku sama sekali tidak merasa keheranan.”

Kini semua harapan Kwik Soat kun telah punah tak berbekas, sesudah tertawa hambar katanya.

“Sekarang aku tak ada bantuan dari luar, tak ada bantuan dari dalam, dengan kepandaian silat yang kau miliki, andaikata ingin membunuh kami berdua, maka hal ini bisa

dilakukan dengan gampang sekali, sekarang aku rasa kau tak usah merahasiakan identitasmu lagi.”

Buyung Im seng menggeleng.

“Cara kerja yang disebut sebagai cara kerja yang paling hebat adalah membuat orang lain tak dapat menebak maksud tujuannya, paling baik lagi bila dapat membuat orang lain tak dapat menebak identitasnya secara tepat.”

“Baik ! Aku tidak akan mempersoalkan identitasmu lagi, padahal kita pun sudah tak perlu berada bersama-sama lagi.”

Sudah berhenti sejenak, lanjutnya.

“Sekarang apa yang hendak kau lakukan untuk menghukum kami berdua soal ini, tentunya aku boleh mengetahuinya bukan ?”

Paras muka Buyung Im seng segera berubah menjadi amat serius, katanya dengan nada bersungguh-sungguh.

“Sejak tadi aku sudah menjawab pertanyaan dari nona, nasib kalian tergantung pada mati hidup Nyoo Hong leng, seandainya Nyoo Hong leng mati maka kalian berdua jangan harap bisa hidup terus, sebaliknya jika Nyoo Hong leng hidup, kalian berdua pun mempunyai kemungkinan besar untuk tetap melanjutkan hidup.”

“Kalau begitu, kau benar-benar menyukai nona Nyoo ?” “Benar”

“Luka yang dideritanya sekarang begitu parah, tapi kau sama sekali tidak nampak bersedih hati.”

“Seorang lelaki sejati tak akan mudah terpengaruh oleh gejolak emosi, entah sedang marah, entah sedang sedih, mengapa harus ditunjukkan diatas wajah ?”

Kwik Soat kun tahu, sekalaipun ditanyakan lagi, dia lantas mengundurkan diri ke samping dan duduk termenung.

Perubahan situasi pada saat ini amat kacau dan membingungkan. Kwik Soat kun sudah tak dapat menduga perubahannya lagi, ia lalu memikirkan persoalan itu dengan pikiran yang tenang dan melakukan perhitungan yang paling jelek.

Entah berapa lama sudah lewat, mendadak terdengar Siau tin berteriak keras. “Nona Nyoo telah sadar kembali.”

Kwik Soat kun segera berpaling, tampak olehnya Nyoo Hong leng sedang menggerakkan kelopak matanya lalu dipejamkan kembali.

Maka dia lantas melongok ke depan sambil berseru dengan suara lirih. “Nona Nyoo !” 

Nyoo Hong leng membuka sedikit matanya, tertawa dan manggut-manggut, kemudian memejamkan matanya kembali.

Jelas ia nampak sangat lelah, tapi kesadarannya belum hilang sama sekali. “Apakah nona Nyoo sudah sadar kembali ?” tanya Buyung Im seng tiba-tiba. “Hanya sadar sebentar, tertawa kemudian tidur kembali.”

Buyung Im seng memandang sekejap Khong Bu siang dan dua orang kakek berbaju kuning yang tergeletak di atas tanah itu, kemudian ujarnya sambil tertawa.

“Nona Kwik, bersediakah kau untuk membantuku melakukan suatu pekerjaan….?” “Pekerjaan apa ?”

“Hingga sekarang, tiga orang yang tergeletak ditanah itu belum mati, pergilah ke sana dan bunuh mereka semua.”

“Bunuh mereka semua ?” Kwik Soat kun tertegun.

“Benar, jika kau masih ingin hidup, paling baik kalau menuruti saja semua perkataanku

!”

“Menuruti perintahmu dan suruh aku menjadi seorang pembunuh yang berhati dingin ?” “Boleh saja kalau kau tak ingin menjadi seorang pembunuh, ada satu cara lagi buat kalian yakni kematian di tempat ini, sehingga kejadian ini tak akan bisa diketahui oleh siapa saja didunia persilatan.”

“Banyak orang yang menyaksikan kami disini, sekalipun kau dapat membunuh kami, jangan harap kau bisa menyumbat mulut mereka semua.”

“Orang-orang itu pun tak akan bisa hidup lebih jauh, dalam hal ini, saudara tak usah kuatir.”

Kwik Soat kun segera mendehem pelan, kemudian katanya dengan suara dingin. “Sekarang identitasmu yang sebenarnya sudah terbongkar, kau adalah Khong Bu siang.” “Sekalipun aku adalah Buyung Im seng, tapi bila aku mempunyai ambisi untuk merajai seluruh kolong langit dan menguasai seluruh perguruan tiga malaikat ini, tetap saja kana kubunuh kalian semua.”

“Buyung kongcu adalah seorang pemuda yang berbudi luhur dan berjiwa ksatria, sekalipun akan berubah juga tak akan berubah sedemikian cepatnya.”

Buyung Im seng segera tertawa dingin.

“Heeeh… heeehh… heeeh.. waktu yang tersedia sudah tak banyak lagi, apakah kau bersedia menjadi seorang pembunuh atau tidak, lebih baik cepat-cepatlah mengambil keputusan.”

“Aku tidak bersedia !” tampik Kwik Soat kun sambil menggelengkan kepalanya berulang kali.

Buyung Im seng segera bangkit sendiri. 

“Kalau begitu aku akan memberi sebuah kesempatan lagi kepadamu, dengan tangan kosong aku akan menghadapi senjatamu, bila kau bisa membunuh aku berarti jiwamu bisa tertolong.”

Kembali Kwik Soat kun geleng kepala.

“Kami sadar kalau bukan tandinganmu, kamipun tidak bersedia melakukan perlawanan yang tidak berguna, tapi kami bukan berarti takut mati, kami bukan pengecut.”

Buyung Im seng tertawa hambar.

“Terserah apa pun yang hendak kau ucapkan, jangan harap kau bisa membuat aku berubah pikiran.” serunya.

Dia segera menggetarkan tangan kanannya dan melemparkan pedang tersebut ke hadapan Kwik Soat kun.

Tampak pedang itu menancap sedalam setengah depa lebih ke dalam tanah sambil bergetar keras tiada hentinya, bisa diketahui kalau tenaga yang disertakan dalam sambitan tersebut besar sekali.

Kemudian terdengar dia berkata lagi dengan suara dingin.

“Aku akan menghitung sampai angka sepuluh, bila kau tetap tak mau turun tangan terpaksa aku akan mencabut selembar jiwamu”

Selesai berkata, ia lantas menghitung. “Satu, dua, tiga, empat”

Kwik Soat kun sama sekali tidak menggubris seruan Buyung Im seng tersebut, sambil berpaling dan memandang sekejap ke arah Siau tin, serunya pelan.

“Siau tin, letakkan nona Nyoo.” “Letakkan dimana ?” tanya Siau tin.

“Letakkan saja diatas rumput, kita bukan tandingan Khong Bu siang, juga tak dapat menuruti perintahnya membunuh orang, tapi kita bisa melakukan tindakan berjiwa ksatria.”

Siau tin berseru tertahan dan segera membaringkan tubuh Nyoo Hong leng ke atas tanah, kemudian katanya.

“Mengapa kita harus mati ditangannya ? Kita toh bisa melakukan bunuh diri !” Sambil berkata dia lantas mencengkeram pedang tersebut.

Dengan cepat Buyung Im seng mengayun jari tangannya ke depan, segulung desingan angin tajam segera meluncur ke depan.

Seketika itu juga Siau tin merasakan sikut kanannya menjadi kaku belum lagi tangannya sempat menyentuh gagang pedang tersebut, tangannya sudah tak mampu bergerak lagi. Sambil tertawa dingin, Kwik Soat kun segera berseru.

“Khong Bu siang, Siau tin tak lebih hanya seorang anggota perkumpulan Li ji pang kami yang tidak berperasaan apa-apa, masa kau tak akan melepaskan dia ?” 

Buyung Im seng tersenyum.

“Nona Kwik, agaknya kau merasa bahwa aku Buyung Im seng tak mampu melancarkan serangan keji terhadapnya ?”

“Kalau Buyung kongcu tak akan bisa berbuat demikian, maka aku sudah mengetahui kalau kau adalah Khong Bu siang.”

“Kalau begitu aku akan bersikap lebih berbudi dan mulia.” Setelah berpaling ke wajah Siau tin, katanya lagi.

“Nona, bila kau ingin hidup, sekarang ada sebuah cara lagi…” “Tapi sayang aku sudah tak ingin hidup” tukas Siau tin dingin. Buyung Im seng segera tertawa.

“Persoalannya sekarang adalah bila aku tak ingin membunuhmu, kau pun jangan harap bisa mati.”

“Katakanlah, apa cara tersebut.” ujar Kwik Soat kun kemudian.

“Aku hanya ingin menerangkan satu hal saja, mengetahui bagaimana harus berbuat, dengan kecerdasan nona Kwik yang termashur karena punya banyak akal, aku rasa kau tentu mempunyai cara yang lebih bagus lagi.”

“Apa caramu itu ?”

“Aku hanya berharap, setelah ia pergi meninggalkan tempat ini tak sampai membocorkan apa yang telah ia lihat dengar pada saat ini kepada orang luar.”

“Kau hendak mencabut lidahnya ?”

“Dia toh bisa menggunakan tangannya untuk menulis semua yang dilihatnya hari ini.” “Kalau begitu, kau hendak memotong sepasang telapak tangannya juga… ?”

“Bila seseorang tak punya lidah dan tak punya tangan, kehidupannya pasti akan tersiksa” kata Siau tin cepat, “kehidupan semacam itu jauh lebih tersiksa daripada mati, maka aku rasa daripada hidup lebih baik mati saja.”

Kwik Soat kun menghela napas panjang.

“Aaai, pada dasarnya nama perguruan tiga malaikat di dalam dunia persilatan kurang baik, kau sebagai seorang kongcu, sekalipun sudah melakukan beberapa pekerjaan jahatpun bukan masalah yang serius, mengapa kuatir hal ini sampai tersiar keluar ?” Buyung Im seng segera menggelengkan kepalanya berulang kali.

“Ucapanmu ini bukan sebuah pendapat melainkan suatu tawar menawar seperti perdagangan saja. Begini saja, bila nona tak ingin menyerah dan mandah dibunuh dengan begitu saja, kau boleh melakukan perlawanan, tetapi kau pun boleh menuruti perintahku dan hidup beberapa waktu lagi….”

Kemudian setelah mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak, lanjutnya. “Apabila keadaan luka yang diderita nona Nyoo bisa membaik kembali, mungkin kalian berdua pun tak usah mati lagi.”

913 

Mendadak terdengar Nyoo Hong leng berkata dengan suara lirih.

“Kau tak usah banyak melakukan kejahatan lagi, lepaskan mereka, aku tak bakal mati” Buyung Im seng manggut-manggut dengan wajah serius, kemudian ujarnya lagi.

“Kau harus berusaha untuk hidup lebih jauh demi keselamatan jiwa mereka berdua, kau harus mempertahankan diri sedapat mungkin, sebab begitu kau putus nyawa, maka akupun akan membunuh mereka untuk dikubur bersamamu.”

Mendadak Nyoo Hong leng membelalakkan matanya lebar-lebar seperti hendak membantah, namun segera dicegah oleh Kwik Soat kun.

“Nona Nyoo, jangan berbicara dulu, sekalipun tidak demi keselamatan kami, kau juga harus hidup lebih jauh.”

Nyoo Hong leng menghembuskan napas panjang, kemudian memejamkan matanya lagi. “Sekarang keadaan lebih baik lagi” kata Buyung Im seng kemudian.

“Apanya yang lebih baik ?” seru Siau tin.

“Nona Nyoo memiliki tenaga dalam yang amat sempurna, asal dia ingin melanjutkan hidup maka sekalipun luka yang dideritanya lebih parah pun dia tak akan sampai mati.” Kwik Soat kun yang menyaksikan kesemuanya itu, diam-diam dia lantas berpikir. “Rupanya secara diam-diam dia selalu mengawasi gerak gerik dari Nyoo Hong leng.” Dia lantas bangkit berdiri, kemudian ujarnya.

“Khong Bu siang, sekarang nona Nyoo sudah mendusin, kami tak dapat berdia terus menerus ditempat ini, sekarang kau ingin menyuruh kami berbuat apa ? Nah, katakanlah

!”

Buyung Im seng tersenyum.

“Dari dulu sampai sekarang akhirnya manusia toh mati juga, ucapan ini nampaknya memang tepat. Apabila seseorang tidak sampai berada dalam keadaan harus mati, mungkin dia tak akan mati dengan begitu saja.”

“Kau anggap kami adalah manusia yang takut mati ? Seorang pengecut…” seru Kwik Soat kun cepat.

Buyung Im seng tertawa hambar.

“Maksudku apabila seseorang dapat menentukan pilihan sendiri, mungkin dia tak akan memilih untuk mati.”

“Ada sementara orang yang mau hidup menderita dan tersiksa tak lain karena ingin membalas dendam, tapi sementara orang pula yang hidupnya demi orang lain.” “Kalau nonan ? Kau hidup untuk apa ?”

“Tampaknya kau beranggapan bahwa sepanjang hidup kami kali ini tak akan bisa membalas dendam lagi padamu.”

Buyung Im seng segera tersenyum sesudah mendengar perkataan itu.

914 

“Apakah nona Kwik merasa mempunyai kemungkinan untuk berbuat demikian…..” “Benar, sepanjang hidupku aku memang mempunyai sedikit harapan untuk bisa melampauimu dalam hal ilmu silat, tapi suatu ketika aku pasti akan membalas dendam kepadamu, kami hidup hanya untuk melihat kau mendapatkan pembalasan tersebut.” Buyung Im seng tidak menggubris ucapan orang lagi, dia lantas membungkukkan badan untuk memeriksa keadaan Nyoo Hong leng, setelah itu tegurnya pelan.

“Bagaimana keadaanmu ?” tanyanya.

Pelan-pelan Nyoo Hong leng membuka matanya kembali, lalu menyahut “Jangan kau lukai mereka, bila kau berani melukai nona Kwik atau Siau tin, maka aku akan membencimu sepanjang hidup.”

“Peliharalah dirimu baik-baik, akuk tak bakal mencelakai mereka berdua.”

Dengan lemah Nyoo Hong leng menghembuskan napas panjang, tiba-tiba bisiknya. “Beritahu kepadaku, siapakah kau sebenarnya ? Khong Bu siang ataukah Buyung kongcu

?”

“Berada dalam keadaan dan situasi seperti ini kurang baik untuk membicarakan tentang identitasku, lebih baik rawat saja dulu lukamu itu dengan perasaan tenang !”

Tampaknya Nyoo Hong leng merasa amat lelah dan lemah, dia seperti tak punya tenaga untuk berbicara lebih banyak, dengan cepat matanya dipejamkan kembali.

Buyung Im seng segera berpaling dan memandang sekejap ke arah Kwik Soat kun, ujarnya.

“Nona Kwik, sekarang kurang baik bagi kita untuk melakukan suatu gerakan, terpaksa harus menunggu beberapa saat lagi.”

“Luka diatas dadanya amat parah, hingga kini darah masih mengalir deras, meski luka dalamnya jauh lebih parah daripada luka luarnya, tapi kurang baik jika dia sampai kekurangan darah.”

“Aaai… dapatkah nona merawat lukanya ?”

“Kalau luka luar pada umumnya tentu saja dapat disembuhkan tapi jika lukanya terlalu parah aku tak berani turun tangan secara sembarangan.”

Buyung Im seng segera mengalihkan perhatiannya ke atas mulut luka diatas dada Nyoo Hong leng itu, lama kemudian dia baru menghela napas panjang, katanya kemudian. “Kecuali memiliki semacam obat luka luar yang mujarab untuk dibubuhkan pada seputaran mulut lukanya, terpaksa kita harus menunggu sampai luka dalamnya agak membaik baru bisa turun tangan untuk menyembuhkan lukanya itu. Walaupun dia memiliki kepandaian silat yang lihai, tapi sekarang tak akan bisa dipakai untuk menahan sakit yang menyerang tubuhnya.”

“Kau tak berani menyembuhkan lukanya itu ?”

“Yang paling sukar ditahan oleh manusia adalah rasa sakit, justru disaat dia tak sanggup menahan rasa sakitnya, tiba-tiba saja rasa sakit tersebut menyerang tiba, luka darah yang diderita Nyoo Hong leng pun parah sekali, sebelum luka dalamnya itu menjadi lebih baik 

pada hakekatnya tak mungkin baginya untuk mengerahkan tenaga dan melawan rasa sakit di dalam tubuhnya.”

“Hmm, jika didengar dari perkataanmu itu, tampaknya kau masih mempunyai sedikit perasaan.”

“Apakah nona merasa kau rada mirip dengan watak Buyung Im seng ?”

“Bukan begitu, semula aku merasa kau sama sekali tidak menguatirkan mati hidup Nyoo Hong leng, tapi kalau ditinjau sekarang, tampaknya kau akan menaruh perhatian atas mati hidupnya.”

Buyung Im seng segera tertawa.

“Itulah sebabnya aku rasa untuk menilai seseorang tak boleh dinilai kelewat awal.” “Kalau toh kau menguatirkan keselamatan Nyoo Hong leng, kita boleh bicara lebih jauh.” “Semoga saja nona Kwik jangan mencoba untuk menggertak dan mengancam diriku.” “Yang hendak kita bicarakan hanyalah soal keselamatan Nyoo Hong leng, tidak membicarakan masalah yang lain.”

“Baik, kalau begitu katakanlah…” ucap Buyung Im seng sambil manggut-manggut. “Nyoo Hong leng telah menderita luka dalam dan luar yang sangat parah, apabila diberi pertolongan, dia akan merasakan penderitaan yang sangat banyak tapi bila tidak diberi

pertolongan secepatnya sehingga darah yang mengalir keluar sangat banyak dia sama saja tak akan mampu untuk hidup lama.”

“Sebenarnya obat yang kuberikan tadi mempunyai khasiat yang lebih bak, menanti luka dalamnya agak membaik dan bisa mengerahkan tenaga untuk melawan, kita baru berusaha untuk menyembuhkan luka luar yang dideritanya itu.”

“Apakah kau merasa sangat aman jika kita bertahan ditempat ini ?” “Ya, aku merasa aman sekali.”

“Aaai, tampaknya di dalam menghadapi persoalan apa saja, kau seperti sudah mempunyai perhitungan yang masak”

“Sekarang tak ada salahnya jika kalian duduk bersemedi dengan tenang, menanti keadaan luka yang diderita nona Nyoo sudah rada membaik, kita baru berangkat kembali untuk melanjutkan perjalanan.”

“Kita hendak kemana ?”

“Sampai waktunya baru kita bicarakan lagi.”

Pelan-pelan dia berjalan ke samping Nyoo Hong leng dan duduk disisinya sembari mengawasi wajah gadis itu tanpa berkedip.

Kurang lebih seperminum teh kemudian, paras muka Nyoo Hong leng baru nampak berubah agak memerah.

Buyung Im seng segera menghembuskan napas panjang, katanya kemudian. “Nah sekarang keadaannya sudah agak baikan, mari kita memeriksa luka luarnya.” 

Dia membungkukkan badan menarik pakaian yang dikenakan Nyoo Hong leng hingga terbuka.

Ketika diamati tampaklah diatas dada Nyoo Hong leng telah bertambah dengan sebuah mulut luka yang memanjang dari dada sebelah kanan hingga dada sebelah kiri, keadaan lukanya parah sekali.

Ketika Kwik Soat kun melihat sekejap ke arah luka mana, dia segera jadi tertegun. “Apakah sudah melukai isi perutnya ?” dia menegur.

Buyung Im seng menggelengkan kepalanya berulang kali.

“Entahlah, tapi yang pasti luka yang dideritanya itu sangat parah, sedemikian parahnya sehingga sama sekali berada diluar dugaan siapa saja….”

Kwik Soat kun dapat mendengar kalau dibalik nada perkataannyaa itu penuh

mengandung rasa sayang dan menyesal, hal mana membuatnya menjadi tertegun, segera pikirnya.

“Perasaan orang ini gampang berubah-ubah, apabila luka yang diderita Nyoo Hong leng terlampau parah, bisa jadi dia akan meninggalkannya dengan begitu saja…”

Berpikir demikian, dia segera berkata.

“Walaupun luka yang dideritanya amat parah, namun berbicara soal lukanya itu, makin parah luka tersebut makin berharga untukmu.”

Buyung Im seng segera mengangkat kepalanya sambil bertanya. “Mengapa ?”

“Sebenarnya dia bisa saja berpeluk tangan dan mengesampingkan kejadian tersebut, tapi demi menyelamatkan jiwamu, dia harus mengalami luka yang begitu parah.”

“Demi menyelamatkan aku ?”

“Benar, sebab dia tidak tahu kalau kau adalah Khong Bu siang atau Buyung Im seng.” “Lantas, siapakah aku ?”

“Sesungguhnya aku sendiri pun kurang jelas siapakah kau, oleh sebab itulah aku berani memastikan kalau Nyoo Hong leng sendiripun tidak tahu dengan pasti, terlepas kau adalah Buyung Im seng atau Khong Bu siang, sudah sepantasnya bila kau berterima kasih kepadanya.”

Kali ini Buyung Im seng manggut-manggut.

“Benar juga perkataanmu itu, aku dapat membuat kalian menjadi bingung atas identitasku, tentu saja kalian pun dapat berkata demikian kepadaku, lagipula aku pun tak bisa menyangkal atas kenyataan ini….”

“Kalau kau sudah mengakui akan kebenaran hal ini, bagaimana rencanamu untuk menghadapinya ?”

“Menghadapinya ?” 

“Luka yang dideritanya begitu parah, tentunya kau tak akan meninggalkan dia dengan begitu saja bukan ?”

Buyung Im seng segera menggelengkan kepalanya berulang kali, katanya dengan cepat. “Dalam dunia yang begini luas hanya terdapat seorang Nyoo Hong leng, tiada orang yang dapat menggantikan kedudukannya itu.”

“Kalau begitu, aku pun dapat berlega hati,. Bila gadis yang begitu cantik dan cerdik seperti dia harus mati dalam usia muda, sesungguhnya hal ini patut disayangkan.” Buyung Im seng segera tertawa terbahak-bahak.

“Haaah… haaaahhh.. jadi kalian kuatir kalau aku tak akan memperdulikan dia lagi setelah mengetahui keadaannya lukanya yang begitu parah ?”

“Walaupun sukar diduga, kami tak bisa menghilangkan sikap curiga kami terhadap dirimu !”

Kemudian sambil mengalihkan sorot matanya ke tubuh Khong Bu siang, dia melanjutkan.

“Apa rencanamu terhadap dirinya ?” “Bagaimana jika kita bunuh dirinya saja ?”

“Bukankah dia hampir mati ?” tanya Kwik Soat kun.

“Tapi yang jelas dia toh belum mati hingga saat ini ! Membiarkan hidup berarti meninggalkan bibit bencana dikemudian hari.”

Kwik Soat kun termenung beberapa saat lamanya, kemudian berkata. “Bolehkah kuperiksa orang itu dengan lebih seksama lagi ?” Mendengar permintaan tersebut, Buyung Im seng segera tertawa. “Kau ingin membuktikan apa yang kau duga di dalam hati..?” tegurnya. “Ehmm ! Apakah kau menyetujuinya ?”

“Tidak setuju” jawab Buyung Im seng sambil tertawa, “sebab bila kau gagal untuk menemukan suatu gejala, sudah pasti hatimu akan merasa kecewa sekali, sebaliknya bila berhasil menyaksikan sesuatu….”

Mendadak ia berhenti berbicara.

“Bagaimana ?” seru Kwik Soat kun kemudian. “Kau akan kehilangan selembar nyawamu.”

“Aku mempunyai suatu cara yang bagus untuk melindungi diri, yakni dalam persoalan apa pun tak akan banyak bertanya.”

“Nah, begitulah baru tindakan seorang yang pintar !”

Selang beberapa kemudian, paras muka Nyoo Hong leng yang semu merah kini sudah berubah menjadi merah padam, warnanya makin lama makin tua.

918 

Siau tin dan Kwik Soat kun yang menyaksikan kejadian itu menjadi amat terperanjat, mereka mengira keadaan luka dari Nyoo Hong leng telah mengalami suatu perubahan. Mendadak Buyung Im seng memeluk tubuh Nyoo Hong leng dengan kedua belah tangannya, lalu berkata.

“Nona Kwik, bila kau enggan turun tangan maka aku akan menyuruh nona Siau tin yang turun tangan.”

“Kau suruh aku berbuat apa ?” tanya Siau tin.

“Sederhana sekali, aku hanya ingin minta bantuanmu untuk menghadiahkan sebuah tusukan pedang ke atas tubuh kedua orang kakek berbaju kuning itu dan Khong Bu siang, cukup sebuah tusukan di atas bagian tubuh mereka yang mematikan.”

Dengan cepat Siau tin menggelengkan kepalanya berulang kali.

“Lebih baik kau turun tangan sendiri, toh untukmu pekerjaan tersebut hanya suatu perbuata yang sangat mudah.”

oooOooo

Buyung Im seng segera mengalihkan sorot matanya ke wajah Kwik Soat kun, kemudian serunya.

“Budak cilik ini tak tahu diri, bunuh saja, habis perkara !”

“Kau menyuruh aku membunuh Siau tin ?” seru Kwik Soat kun mencoba untuk menegaskan.

“Kau hanya mempunyai dua jalan saja yang bisa ditempuh, pertama membunuh Siau tin dan kedua menggorok leher sendiri.”

Agaknya Kwik Soat kun sudah merasa bahwa gelagat tidak beres, tampaknya Khong Bu siang sudah dipengaruhi oleh napsu untuk membunuh orang dan melenyapkan saksi hidup.”

Maka sembari mengerahkan tenaga dalamnya untuk bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan, katanya.

“Seandainya aku tak mau memilih kedua jalan tersebut ?” “Kalau begitu terpaksa, aku harus turun tangan sendiri.” “Membunuh aku ?” Kwik Soat kun.

“Ya, setelah membunuhmu, aku akan membunuh Siau tin.” jawab Buyung Im seng tanpa luapan emosi.

Kemudian setelah tertawa terbahak-bahak terusnya.

“Haah, haaah, haaah, sekarang daya kerja obat itu sudah mulai menjalar keseluruh tubuh Nyoo Hogn leng, kesadarannya sudah punah sama sekali, seandainya kubunuh kalian berdua, diapun tak akan mengetahui kejadian ini.”

“Selama ini, bukankah kau sedang menantikan kesempatan baik ini ?” jengek Kwik Soat kun. 

Tiba-tiba saja paras muka Buyung Im seng berubah menjadi dingin bagaikan es, ucapnya. “Nona Kwik waktu yang tersedia tidak banyak lagi, aku tidak punya banyak waktu untuk bersilat lidah denganmu, bila kau ingin bunuh diri, terserah kau boleh memilih untuk mati dengan ara apapun dan memperoleh jenazah yang utuh, sebaliknya bila aku dipaksa untuk turun tangan, apa boleh buat, kau akan mengalami suatu penderitaan yang benarbenar sangat hebat.”

“Mengapa ? Apakah seseorang masih bisa mati sebanyak beberapa kali ?”

Dengan tangan kiri menggendong tubuh Nyoo Hong leng, tangan kanan mengenggam pedang, Buyung Im seng berkata.

“Nona, berhati-hati kau, babatan pedangku ini akan memotong lenganmu !” Mendadak terdengar Siau tin berteriak keras.

“Sambut senjata ini !”

Sebilah pedang segera dilemparkan ke depan.

Dengan sigap Kwik Soat kun menyambar pedang itu dan disilangkan di depan dada untuk bersiap siaga menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan.

Siau tin sendiri pun mengenggam sebilah golok, dia berdiri di belakang Buyung Im seng. Sambil tertawa dingin Buyung Im seng mengalihkan sorot matanya ke sekeliling tempat itu, kemudian sesudah memandang sekejap ke arah Siau tin dan Kwik Soat kun, katanya. “Aku akan memberi kesempatan kepadamu, kalian berdua boleh maju bersama-sama !” “Tidak perlu, kau boleh membunuh aku lebih dulu, kemudian baru menghadapi Siau tin.” Kemudian sambil maju selangkah melancarkan sebuah tusukan, ia segera berseru keraskeras. 

“Siau tin, lari ke belakang !”

Siau tin segera mengiakan, dia segera membalikkan badan dan kabur ke belakang. Melihat hal itu, kembali Buyung Im seng tertawa terbahak-bahak.

“Haahh, haaahhh, haaah, kau anggap bisa lolos dari cengkeramanku ?” jengeknya. Pedangnya segera diayunkan ke depan, cahaya pelangi berwarna keperak-perakan segera mengembang diangkasa dan membendung gerak serangan dari Kwik Soat kun.

Dari ujung pedang itu segera menggulung keluar suatu kekuatan yang besar sekali, yang pada saat yang bersamaan memaksa Kwik Soat kun mundur sejauh empat lima langkah. Tatkala dia menggetarkan Kwik Soat kun, Siau tin yang sedang lari mendadak saja berhenti.

Buyung Im seng segera mengayunkan pedangnya siap sedia dilontarkan ke arah depan. Tapi secara tiba-tiba Siau tin menghentikan langkahnya sambil membalikkan badan, kemudian selangkah demi selangkah berjalan balik ke tempat semula. 

Kwik Soat kun pun secara tiba-tiba membuang pedang yang berada ditangannya dan maju beberapa langkah ke depan, ujarnya sambil memejamkan mata rapat-rapat. “Aku tahu kalau kau sudah mempunyai niat untuk membunuh kami, sekalipun kami membantumu melakukan perbuatan apa saja, pada akhirnya juga tak akan lolos dari kematian, lagi pula ilmu silat yang dimiliki kita berdua selisih amat jauh, sekalipun kami berdua nekad untuk beradu jiwa denganmu pun belum tentu kami bisa menandingi kemampuanmu itu.”

“Jadi maksud nona Kwik ?” tanya Buyung Im seng sambil tertawa.

“Kau tak usah berlagak sok alim, sok baik hati, kau pun tidak usah mencari alasan lain. Sekarang Nyoo Hong leng masih berada dalam keadaan tidak sadar, sedang disini pun hanya ada aku dan Siau tin berdua, bila kau membunuh kami berdua, orang lain tak bakal akan tahu. Nah, kalau ingin turun tangan cepatlah turun tangan !”

Buyung Im seng berpaling dan memandang sekejap ke sekeliling tempat itu, sahutnya. “Baik ! Aku akan memenuhi keinginanmu !”

“Bunuhlah aku lebih dulu !” mendadak Siau tin berseru sambil memejamkan matanya. Buyung Im seng segera mengayunkan pedangnya melancarkan sebuah bacokan maut ke atas kepalanya.

Dalam dugaan Kwik Soat kun, bacokan pedang itu sudah pasti akan membelah tubuh Siau tin menjadi dua bagian, dia tak tega menyaksikan peristiwa mengerikan itu berlangsung di depan matanya buru-buru dia melengos ke arah lain.

“Blaaamm…. !” mendadak terdengar suara getaran yang keras sekali berkumandang memecahkan keheningan.

Kwik Soat kun merasa keadaan agak aneh, baru saja dia hendak berpaling untuk melihat apa gerangan yang terjadi, tahu-tahu jalan darah Giok-song-hiat dibelakang kepalanya menjadi kaku, lalu kesadarannya menjadi hilang.

Ditengah pingsannya, entah berapa waktu sudah lewat. Tatkala sadar kembali, dia menjumpai tubuhnya sudah berbaring diatas tumpukan rumput kering.

Tempat itu merupakan sebuah gua batu alam yang besar, tiga orang kakek dengan dandanan dan pakaian yang berbeda sedang duduk bersila dihadapannya.

Pelan-pelan Kwik Soat kun bangun dan duduk, kemudian katanya. “Terima kasih banyak atas pertolongan dari locianpwe sekalian !”

Ketiga orang kakek itu masih tetap duduk tak berkutik di tempat semula, ternyata tak seorang pun yang menjawab.

Dengan cepat Kwik Soat kun berusaha untuk menenangkan hatinya, kemudian mengalihkan sorot matanya untuk memeriksa sekejap sekeliling tempat itu.

Ternyata kecuali tiga orang kakek yang duduk bersila didalam gua batu itu, disana tidak ditemukan benda apa pun.

Tidak nampak Buyung Im seng dan Nyoo Hong leng, juga tak nampak nona Siau tin. 

Kwik Soat kun menghembuskan napas panjang, kemudian dengan seksama memeriksa ketiga orang kakek itu sekejap.

Orang yang duduk dibagian tengah adalah seorang lelaki dengan sembilan buah bekas Key pa diatas kepalanya, jelas dia adalah seorang pendeta.

Orang yang duduk disebelah kiri mengenakan jubah tosu dengan rambut yang digulung dengan sebuah tusuk konde kayu, ia adalah seorang totiang….

Sedangkan orang yang berada disebelah kanan mengenakan jubah hijau, berwajah gagah, berjenggot panjang dengan ikat kepala berwarna hijau pula, bila ditinjau dari raut

wajahnya itu, dia mirip sekali dengan Buyung Tiang kim.

Selesai memperhatikan wajah ketiga orang kakek itu, mendadak Kwik Soat kun merasakan tubuhnya bergetar amat keras, peluh dingin bercucuran amat deras, kesadaran yang semula masih melambung itu seketika menjadi segar kembali.

Dengan cepat ia menenangkan pikiran dan mulai membayangkan kembali semua peristiwa seram yang baru saja dialaminya, dia tak dapat menduga siapa gerangan yang telah menolongnya sampai disitu, maka untuk sementara waktu ingatan itu dikesampingkan lebih dulu, yang penting adalah membuktikan keaslian dari Buyung Im seng.

Di dalam waktu singkat, sekalipun di dunia ini terdapat ilmu menyaru muka yang bagaimana pun baiknya, tak mungkin raut wajah kedua orang itu bisa dirubah demikian rupa sehingga sama sekali berubah, apalagi pakaian mereka pun sudah saling ditukar. Tapi wajah Khong Bu siang selalu tertutup oleh kain cadar hitam, asal dia merubah sedikit saja dandanannya maka hal tersebut sudah bisa dipakai untuk mengibuli orang. Persoalannya sekarang adalah mengapa Khong Bu siang bersedia untuk merubah raut wajah sendiri, bahkan bersedia pula menirukan suara dari Buyung Im seng ? Sudah jelas dibalik kesemuanya itu terselip juga suatu adu kecerdasan tingkat tinggi, bila kedua belah pihak saling bertahan lebih jauh, akhirnya salah satu pihak tentu akan menderita kekalahan total.

Setelah melalui pelbagai analisa dan pemikiran yang seksama, akhirnya Kwik Soat kun berkesimpulan bahwa kedua orang itu sama sekali tidak berganti pakaian maupun dandanan masing-masing, baik Buyung Im seng maupun Khong Bu siang sama-sama mempertahankan keaslian masing-masing.

Kwik Soat kun menghembuskan napas panjang, diangkatnya sepasang tangan untuk membereskan rambutnya yang kusut kemudian mulai memikirkan kembali tentang manusia yang bernama Buyung Im seng ini.

Dengan Buyung Im seng boleh dibilang dia mempunyai waktu yang cukup lama saling bergaul, bila ditinjau dari keadaan dan sikapnya di masa lalu, sesungguhnya Buyung Im seng tidak mirip seorang manusia yang licik dan berhati keji, tapi penampilannya selesai melakukan pertarungan tadi, Buyung Im seng telah menunjukkan sikap licik, berbahaya dan mempunyai banyak akal busuk, justru karena kelicikan dan kebusukan hatinya itulah membuat dia dan Nyoo Hong leng menganggap mereka berdua telah saling bertukar identitas. 

Setelah melalui suatu pemikiran yang cukup mendalam, akhirnya Kwik Soat kun dapat menyimpulkan akan dua hal.

Pertama, setelah berlangsungnya pertarungan antara Buyung Im seng melawan Khong Bu siang, Khong Bu siang mengalami kekalahan total sehingga punah segala sesuatunya, bukan saja isi perutnya menderita luka dalam yang cukup parah bahkan mengakibatkan pula terlukanya Nyoo Hong leng.

Kedua, Buyung Im seng tetap merupakan Buyung Im seng, cuma dia telah mengalami perubahan yang amat besar, perubahan semacam itu terbentuk hanya di dalam beberapa hari yang amat singkat di dalam perguruan Sam seng bun.

Selain berkesimpulan, dia pun menemukan beberapa masalah yang sukar dipecahkan, masalah tersebut antara lain.

Pertama, Buyung Im seng mengatur siasat tersebut jelas karena dia mempunyai kekuatan yang menunjangnya dari belakang, siapakah yang membantunya ?

Kedua, siapakah yang telah menyelamatkan jiwanya ?

Ketiga setelah menolong dirinya, apakah dia pun menolong Khong Bu siang, Nyoo Hong leng serta nona Siau tin ? Andaikata mereka pun ditolong, kini mereka semua berada dimana ?

Keempat, diantara beberapa orang itu, dirinya termasuk seorang manusia yang tak punya kedudukan apa-apa atau paling tidak ia bukan seorang manusia yang penting artinya, mengapa orang itu telah menyelamatkan jiwanya ?

Kelima, bila orang itu berhasil mengalahkan Buyung Im seng dan menolong dirinya, otomatis dia pun telah menyelamatkan Nyoo Hong leng serta Siau tin, tapi apa sebabnya hanya dia seorang yang dibaringkan ditempat ini ? Kalau hanya dia seorang yang ditolong, mengapa sampai demikian ?

Keenam, dari seorang pendekar yang saleh dan bijaksana secara tiba-tiba watak dan perangai Buyung Im seng berubah menjadi begitu licik dan berbahaya, apa sebabnya sampai begitu ?

Ia berpikir lebih jauh dan segera ditemukan lagi beberapa macam masalah yang tidak terpecahkan, tapi dia mengerti, persoalan-persoalan tersebut harus diselesaikan satu persatu, lagi pula saling berkaitan satu dengan lainnya, sebelum persoalan yang pertama terpecahkan, mustahil bisa memikirkan masalah yang kedua.

Apabila keenam pokok masalah tersebut dapat dipecahkan olehnya, maka persoalanpersoalan selanjutnya meski masih banyak, namun ia akan bisa melacaknya satu persatu dan memecahkannya secara mudah.

Maka dia mulai beranalisa, seandainya Buyung Im seng benar-benar mempunyai kekuatan yang menunjangnya dari belakang, sudah pasti kekuatan itupun berasal dari perguruan tiga malaikat.

Perubahan-perubahan yang terjadi sesudah memasuki ruang Seng tong, boleh dibilang telah ia saksikan semua dengan mata kepala sendiri, sekalipun ada beberapa hal yang tidak terlihat olehnya, semuanya pernah dia dengar dari Nyoo Hong leng. 

Itu berarti satu-satunya kekuatan yang mungkin dapat membantu Buyung Im seng datangnya sudah pasti dari ruang bawah tanah dikota batu…

Selama berada di dalam kota batu, orang yang sering berada bersama Buyung Im seng hanya Nyoo Hong leng seorang, sayang sekali Nyoo Hong leng telah menderita luka yang sangat parah dan tidak diketahui orangnya kini berada dimana.

Berbicara menurut situasi dan kondisi saat ini, terpaksa dia hanya bisa mengambil satu kesimpulan kalau bantuan yang diperoleh oleh Buyung Im seng datangnya dari kota batu dibawah tanah.

Segala perubahan semuanya telah berada di dalam perencanaan mereka yang matang, ketika Khong Bu siang mengucapkan kata-kata menantang tadi, sesungguhnya dia hendak memancing Buyung Im seng agar masuk perangkap, siapa sangka justru kebalikannya yang terjadi, ia kena diperalat oleh Buyung Im seng.

Setelah berhasil menemukan persoalan yang pertama, dia mulai menganalisa persoalan yang kedua, siapa yang telah menyelamatkan dirinya ?

Dia berpaling dan memandang ketiga orang yang duduk berjajar dihadapannya, suatu perasaan bimbang dan tak habis mengerti menyelimuti seluruh perasaannya.

Tentu saja, kemungkinan besar ketiga orang inilah yang telah menyelamatkan dirinya sampai disini, tapi… mengapa mereka bertiga enggan berbicara ?

Kwik Soat kun mendehem pelan, kemudian memberi hormat kepada ketiga orang itu sambil berkata.

“Baonpwe Kwik Soat kun mengucapkan banyak terima kasih aas pertolongan dari locianpwe sekalian, terimalah salam hormatku ini.”

Dalam anggapannya, dari antara ketiga orang manusia tersebut, sudah pasti ada seorang diantaranya yang akan menghalangi dia melakukan penghormatan besar.

Siapa tahu kejadiannya sama sekali berada diluar dugaannya, ketiga orang itu masih tetap duduk tak berkutik, bukan saja semuanya membungkam dalam seribu bahasa, mereka pun sama sekali tidak mencoba menghadapi perbuatannya itu.

Selesai melakukan penghormatan sebanyak tiga kali, Kwik Soat kun baru bangkit berdiri dan mengamati kembali ketiga orang itu lekat-lekat…..

Kecuali paras muka mereka agak pucat, ketiga orang itu sama sekali tidak menunjukkan keanehan apa-apa, hal mana membuatnya semakin keheranan.

Tak tahan lagi, dia menegur kembali.

“Locianpwe bertiga, apakah kau sudah mendengar perkataan dari boanpwe ini ?” Pertanyaan tersebut diulangi sampai beberapa kali, namun sama sekali tidak menimbulkan reaksi apa-apa.

Akhirnya Kwik Soat kun merasakan kalau persoalannya sedikit kurang beres, dia lantas menjulurkan tangannya ke depan.

Ia menyaksikan si pendeta itu berwajah saleh dan lembut, pelan-pelan jari tangannya menyentuh jubah yang dikenakan hwesio tadi. 

Siapa tahu, begitu jari tangannya menyentuh ujung jubah tersebut, jubah tadi segera rontok ke tanah dan hancur.

Kwik Soat kun menjadi amat terperanjat, buru-buru dia menarik kembali rontokan jubah yang terjatuh keatas tanah itu.

Tapi baru saja jari tangannya menyentuh robekan kain jubah tadi, jubah tersebut telah hancur berkeping-keping.

Jelas pakaian yang dikenakan pendeta itu sudah lapuk dimakan usia sehingga rusak sama sekali tapi berhubung dalam gua itu tiada angin yang berhembus lewat maka jubah mana masih tetap utuh seperti sedia kala.

Sekilas ingatan melintas dalam benak Kwik Soat kun, diam-diam pikirnya.

“Pakaian yang mereka kenakan sudah lapuk dimakan usia, berarti manusianya juga telah berpulang ke alam baka atau dengan perkataan lain, ketiga orang yang duduk bersila disini tak lebih hanya tiga sosok mayat belaka.”

Kwik Soat kun mempertahankan ketenangannya dalam penampilan, lalu ditelitinya lagi ketiga sosok mayat itu dengan seksama, kemudian pikirnya.

“Kalau hanya ditinjau dari paras mukanya, sungguh membuat orang sulit untuk membedakan apakah ketiga orang ini sudah mati atau masih hidup, sesosok mayat yang berusia banyak tahun ternyata masih berada dalam keadaan utuh, kejadian ini benar-benar luar biasa.”

Sementara dia masih termenung, mendadak terdengar seseorang menegur dengan suara nyaring.

“Aku sudah datang terlambat satu langkah, nona, apakah kau sudah mendusin cukup lama ?”

Kwik Soat kun segera mengangkat kepalanya, ternyata orang yang mengajaknya berbicara adalah seorang kakek berjubah panjang, berwajah bersih yang berusia lima puluh tahunan.

Ia segera mengangguk sembari menyahut.

“Belum lama boanpwe sadar kembali, apakah locianpwe merupakan tuan rumah tempat ini ?”

Kakek berjubah panjang itu segera tertawa.

“Ketiga orang yang duduk berjajar dihadapamu itulah yang merupakan tuan rumah tempat ini.”

Kwik Soat kun menjadi tertegun.

“Mereka bertiga ? Masa mereka masih berada dalam keadaan hidup ?” Kakek berjubah panjang itu kembali tertawa, selanya.

“Tempat ini memang digunakan untuk menyimpan jenasah mereka bertiga…!” “Apakah locianpwe yang telah menyelamatkan kami ?” 

“Orang yang menolongmu tida berada disini, aku hanya mendapat perintah untuk tetap tinggal disini melindungi nona.”

“Kau mendapat perintah dari siapa ?”

Kakek berjubah panjang itu termenung beberapa saat lamanya, kemudian menjawab. “Sebenarnya orang yang menolong nona ingin sekali mengajakmu berbincang-bincang, tapi berhubung dia sedang repot sekali sehingga tiada waktu untuk berbincang-bincang denganmu.” 

“Dapatkah locianpwe memberitahukan kepadaku, siapakah dia ? Dan apakah kedudukannya ?”

Kembali kakek berjubah panjang itu termenung beberapa saat lamanya, kemudian baru menjawab.

“Tentang hal ini, bila ia telah berjumpa muka denganmu nanti, otomatis akan memberitahukan hal ini kepadamu.”

Mengambil kesempatan tersebut, buru-buru Kwik Soat kun menyambung lebih jauh. “Bagaimana dengan kau sendiri ? Apakah boleh diberitahukan kepada boanpwe ?” “Aku adalah pelayannya, tapi kami sudah berkumpul cukup lama, diantara kami lebih tepat kalau dikatakan mempunyai hubungan persahabatan…”

Mendengar jawaban tersebut, Kwik Soat kun segera berpikir di dalam hatinya.

“Dia enggan mengakui nama aslinya, mungkin karena dia mempunyai kesulitan yang tak dapat diutarakan, bila aku mendesaknya terus menerus, berarti hal ini hanya akan menyusahkan dirinya saja….”

Berpikir sampai disitu, dia lantas mengalihkan pembicaraan ke soal lain, katanya lagi. “Locianpwe, siapakah ketiga sosok mayat yang duduk bersila di sana itu ? Mengapa setelah mati, mayat mereka disimpan dalam gua kecil ini ?”

Kakek berjubah panjang itu termenung beberapa saat lamanya, kemudian jawabnya. “Baik ! Aku akan memberitahukan suatu rahasia kepadamu….”

Sesudah menghembuskan napas panjang, lanjutnya.

“Ketiga orang ini tidak lain adalah tiga malaikat pendiri perguruan tiga malaikat, sewaktu mendirikan perguruan tersebut, sesungguhnya mereka bertiga mempunyai suatu cita-cita yang luhur, namun akhirnya mereka terpengaruh oleh sifat rakus manusia, bukan saja rencananya semula mengalami perubahan besar, bahkan mereka semua terkena serangan gelap hingga terluka.”

“Aaaaah !” Kwik Soat kun berseru tertahan, “apakah diantara ketiga orang itu terdapat seorang Buyung Tiang kim ?”

“Betul, orang berbaju hijau itulah Buyung Tiang kim, dia mempunyai nama dan kedudukan yang cukup termashur di dunia persilatan, tapi dia pula yang banyak diperalat oleh kedua rekannya untuk mewujudkan impian mereka.” 

“Locianpwe, kalau toh kau mengetahui tentang latar belakang peristiwa ini, aku pikir kedudukanmu di dalam perguruan tiga malaikat sudah pasti amat tinggi.”

Kakek berjubah panjang itu segera tertawa.

“Orang yang paling berkuasa di dalam perguruan Sam seng bun saat ini belum tentu mengetahui rahasia dan latar belakang dari perguruan tiga malaikat….”

Mendadak ia menutup mulutnya rapat-rapat dan memusatkan perhatiannya untuk mendengarkan sesuatu.

Kwik Soat kun segera memasang telinga pula untuk mendengarkan dengan seksama, lalu pikirnya.

“Kalau dilihat dari sikapnya yang begitu berhati-hati, jelas kalau kedatangan orang itu sama sekali diluar dugaannya….”

Maka dia segera turut memusatkan semua perhatiannya untuk mendengarkan situasi dengan lama…..lama sekali….. namun dia tak berhasil menangkap sedikit suara pun, hal ini membuat hatinya merasa sangat keheranan.

Baru saja dia hendak berusaha untuk menanyakan kejadian ini, orang tersebut sudah menggoyangkan tangannya berulang kali.

Jelas dari luar ruangan sana telah terdapat sesuatu gerakan yang mencurigakan, namun dia sendiri sama sekali tak berhasil menangkapnya dengan pasti.

Mendadak kakek berjubah panjang itu bangkit berdiri, kemudian menarik Kwik Soat kun dan menyembunyikan diri ke belakang ketiga sosok mayat itu, kemudian dengan mempergunakan isyarat yang amat lirih berbisik.

“Jangan mengeluarkan sedikit suara pun !”

Kwik Soat kun tidak berani menjawab, dia hanya mengangguk sebagai tanda mengerti. Sikap kakek berjubah panjang itu nampak sangat tegang, tiada hentinya dia melongokkan kepalanya untuk memperhatikan keadaan disekitar tempat tersebut.

Melihat kakek itu amat tegang, Kwik Soat kun segera menghimpun pula segenap tenaga yang dimilikinya untuk bersiap siaga menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan, dia bersiap-siap untuk beradu jiwa apabila jejaknya ketahuan, dia lebih suka mati saja daripada kena dibekuk sekali lagi.

Terdengar suara langkah manusia berkumandang memecahkan keheningan, lalu nampak dua manusia berbaju hitam bertindak masuk ke dalam gua tersebut.

Begitu melihat kemunculan orang itu, Kwik Soat kun segera menyembunyikan diri dibelakang si pendeta yang sedang duduk bersila itu.

Segera kedengaran seseorang berkata dengan suara parau.

“Toako memang banyak curiga, padahal tidak banyak orang yang tahu tentang tempat rahasia ini, mana mungkin ada orang yang menyembunyikan diri disini ?”

Suara lain yang tinggi melengking dan lembut segera menyambung. 

“Apabila toako menyuruh kita datang kemari, sudah pasti hal ini bukan didasarkan atas dugaan belaka, sudah pasti ia telah mendapatkan sedikit berita tentang hal ini. Toh sekarang kita sudah sampai disini, mengapa tidak masuk ke dalam untuk melakukan pemeriksaan ?”

“Dalam sekilas pandangan saja tempat ini bisa dilihat amat jelas, hanya dibelakang ketiga sosok mayat itu saja yang dapat dipergunakan untuk menyembunyikan badan.”

“Kalau begitu, mari kita mencoba untuk memeriksa keadaan dibelakang mayat sana !” Mendengar ucapan mana, diam-diam Kwik Soat kun segera berdoa.

“Moga-moga Pousat yang berdiam sudi melindungi hambamu, janganlah kau biarkan kedua orang itu datang kemari.”

Mendadak terdengar suara yang parau tadi berteriak lagi. “Buyung tayhiap….Buyung tayhiap….”

“Mengapa dengan Buyung tayhiap ?” tegur suara yang tinggi melengking dengan cepat. Seakan-akan menjumpai suatu peristiwa yang mengerikan saja, orang yang bersuara parau itu kembali berseru dengan nada gemetar amat keras.

“Sepasang matanya…. sepasang matanya….”

Agaknya orang yang bersuara tinggi melengking tadi telah menyaksikan sesuatu, tibatiba saja dia turut menjerit sekeras-kerasnya.

Menyusul kemudian kedengaran suara langkah kaki manusia yang amat ramai bergema menjauhi tempat tersebut, sudah jelas kedua orang itu telah melarikan diri terbirit-birit.

Sambil menghembuskan napas panjang kakek berjubah panjang itu segera berkata. “Kita tak boleh berdiam lebih lama lagi disini…”

“Sebenarnya apa yang telah terjadi ?”

“Sekarang aku tak punya waktu untuk memberi keterangan kepadamu, yang penting sekarang adalah pergi dahulu meninggalkan tempat ini !”

Selesai berkata, dia segera berjalan lebih dahulu meninggalkan tempat tersebut.

Kwik Soat kun segera mengikuti dibelakangnya berlalu dari sana, tapi sewaktu teringat akan keadaan dua orang itu yang melarikan diri terbirit-birit, tanpa terasa dia pun turut berpaling.

Begitu melihat, kontan saja membuat Kwik Soat kun menjerit keras saking kagetnya. Ternyata sepasang mata Buyung Tiang kim yang semula tertutup rapat itu, sekarang telah mementangkan matanya lebar-lebar bahkan dengan wajah penuh amarah.

Padahal Kwik Soat kun tahu kalau dia hanya sesosok mayat, tapi mengapa mayat itu bisa mementangkan matanya lagi sehingga tampangnya nampak begitu menakutkan”

Tiba-tiba kakek berjubah panjang itu menarik pakaian Kwik Soat kun sambil bisiknya. “Nona, jangan berteriak !”

928 

Padahal Kwik Soat kun telah menyadari akan kesilafannya setelah menjerit tertahan tadi, namun hatinya masih merasa ragu bercampur tidak habis mengerti, tanpa terasa dia berseru.

“Sepasang mata Buyung tayhiap terpentang lebar-lebar.”

“Bila sepasang matanya tidak terpentang lebar, sulitlah buat kita untuk meloloskan diri dari pencarian mereka” jawab kakek berjubah panjang itu hambar.

Sambil berkata dia lantas beranjak meninggalkan gua tersebut. Kwik Soat kun segera menyusul di belakangnya.

“Kalau sepasang mata sesosok mayat masih bisa dipentangkan, bukankah orang mati pun dapat berkata.”

Kakek berjubah panjang itu segera tertawa. “Apakah nona merasa keheranan ?”

Kwik Soat kun segera menyadari akan sesuatu, segera serunya dengan cepat. “Apakah kau yang telah menggerakkan mayat tersebut ?”

“Aaa, mana mungkin aku mempunyai kecerdasan seperti ini.” jawabnya kemudian. “Lantas siapakah yang telah mengatur siasat tersebut ?” tanya dia lagi.

“Kecuali majikanku, siapa lagi yang memiliki kecerdasan otak seperti ini ?”

Begitulah, sembari berbicara sembari melanjutkan perjalanan, tanpa terasa mereka sudah keluar dari gua batu itu dan tiba ditengah sebuah hutan.

Tatkala Kwik Soat kun menjumpai orang tua itu hapal sekali dengan daerah disekitar sana, tanpa terasa kembali tanyanya.

“Sebenarnya siapa sih majikanmu itu ?”

“Tentang soal ini, maaf bila aku tak dapat memberitahukan kepadamu, bila harus disampaikan kepadamu, majikanku pasti akan menerangkan sendiri kepadamu nanti.” “Ooh… tampaknya kalian majikan da pelayan dua orang benar-benar manusia yang misterius.”

Kakek berjubah panjang itu tertawa hambar.

“Di tempat dan situasi yang penuh dengan hawa napsu membunuh begini, seandainya kami tidak bersikap lebih misterius dan berhati-hati, bagaimana mungkin masih bisa hidup terus sampai sekarang ?”

Sekali lagi Kwik Soat kun berpikir di dalam hati kecilnya.

“Orang ini menutup mulutnya sangat rapat, mungkin sulit bagiku untuk mendapatkan jawaban yang pasti !”

Berpikir sampai disitu, dia segera berkata.

“Aku lihat, kau hapal dan menguasai penuh seluruh wilayah di sekitar tempat ini.”

929 

“Aku berdiam hampir lima tahun lamanya di tempat ini, justru kami selalu mengandalkan 'kehapalan' kami atas daerah disekitar tempat ini untuk menyembunyikan diri dari pelbagai ancaman dan mara bahaya…”

Kwik Soat kun segera berkerut kening, serunya.

“Hai, tampaknya kau banyak mengetahui tentang persoalan yang menyangkut soal perguruan tiga malaikat.”

Kakek berjubah panjang itu tertawa.

“Nona, jangan harap kau bisa berhasil untuk mengorek sedikit rahasia dari mulutku, lebih baik berhematlah tenaga dan tidak mengajukan pertanyaan lagi.”

“Kalian menolong kami tentu disebabkan satu alasan bukan ?”

“Sudah kukatakan tadi, bukan aku yang menolongmu melainkan majikanku, apabila nona mempunyai banyak persoalan yang mencurigakan hatimu, harap suka bersabar sebentar, setelah bertemu dengan majikanku nanti, rasanya belum terlambat untuk ditanyakan lagi.”

“Menutup mulut bagaikan menyumbat botol, tampaknya kau benar-benar seorang manusia yang luar biasa….”

Setelah berhenti sejenak, terusnya.

“Kau hendak mengajakku pergi kemana ? Tentunya kau bersedia untuk menerangkan kepadaku bukan ?”

“Kita sudah sampai ditempat tujuan !”

Medadak dia mempercepat langkah kakinya dan memasuki hutan yang cukup lebar itu. Kwik Soat kun segera mengikuti di belakangnya berbelok ke kiri dan berputar ke kanan dan mengikuti dibelakangnya hampir setengah jam lebih sebelum orang itu berhenti.

Gerak langkah kaki kakek berjubah panjang itu dari lambat mendadak menjadi cepat kembali kemudian dari cepat menjadi secepat kilat, perjalanan berikutnya mereka tempuh dengan begitu cepatnya sehingga tak sempat lagi buat Kwik Soat kun untuk memperhatikan keadaan disekelilingnya….

Rupanya mereka sedang menembusi hutan yang lebat dan semak belukar yang tinggi, dalam keadaan seperti ini, asal dia bertindak kuang berhati-hati maka bisa jadi akan kehilangan sama sekali jejak si kakek tersebut.

Menanti kakek berjubah panjang itu menhentikan perjalanannya, Kwik Soat kun baru dapat menghembuskan napas panjang, sepasang matanya yang jeli segera mengawasi keadaan disekelilingnya dengan seksama.

Ternyata disekitar tempat itu hanya penuh dengan pepohonan yang tinggi serta semak belukar yang amat lebat, sejauh mata memandang yang terlihat hanya rumput dan dedauanan belaka, sama sekali tak nampak batu karang atau pun tanah perbukitan.

Kwik Soat kun yang mencoba menahan diri tapi lama kelamaan tak dapat juga melawan kecurigaan di dalam hatinya, akhirnya tak tahan lagi dia menegur.

“Masih berapa jauh ?” 930 

“Sudah sampai ditempat ini.”

“Tapi disekitar tempat ini sama sekali tidak kujumpai rumah untuk berdiam dan dimanakah kalian berdua hidup selama ini ?”

“Bila ditempat ini terdapat sebuah rumah sebagai tempat berteduh, bagaimana mungkin bisa meloloskan diri dari pengintaian mata-mata perguruan tiga malaikat ?”

“Lantas bagaimana cara kalian berdua melanjutkan hidup ?”

“Dengan langit sebagai atap dan bumi sebagai tikar dimana pun kami berdiam diri.” “Oooh, aku mengerti sekarang, selama beberapa tahun ini kalian pasti berdiam terus dibalik hutan dan semak belukar yang lebat ini, sekali tinggal beberapa tahun sudah dilalui, nampaknya kalian memang merupakan maanusia-manusia yang mempunyai maksud tertentu.”

Kemudian setelah berhenti sejenak, sambungnya lebih jauh.

“Tempat ini merupakan hutan belantara dengan semak belukar yang sangat lebat, bagaimana cara kita untuk bisa berjumpa dengan majikanmu itu…?”

Kakek berjubah panjang itu menggelengkan kepalanya berulang kali.

“Tiada jalan lain untuk mencarinya kecuali menantikan kedatangannya disini.” “Sampai kapan dia baru akan kembali ?”

“Soal ini harus bergantung pada nasib.”

(Bersambung jilid 44)
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar