Lembah Tiga Malaikat Jilid 42

Jilid 42

DALAM WAKTU SINGKAT, Nyoo Hong Leng sudah melepaskan empat puluh delapan buah serangan gencar, tapi kenbanyakan jurus serangan yang dilancarkan itu bermaksud untuk membebaskan diri dari teteran senjata yang datangnya dari empat arah delapan penjuru itu. Sehingga jauh mengurangi kedasyatan dari serangan mana.

Kendatipun demikian, ada tiga orang musuh yang berhasil dilukai olehnya, tapi jumlah musuh yang berada di empat penjuru terlampau banyak, begitu ada yang mati, seorang yang lain segera maju secara otomatis mengisi kekosongan tersebut. Sementara itu beberapa orang musuh yang sebetulnya mengepung di empat penjuru, karena harus menghadang kepergian Nyoo Hong Leng, maka situasinya menjadi amat kalut.

Seandaiannya pada saat ini Buyung Im Seng dan Khong Bu Siang melancarkan sergapan pula, niscaya mereka akan berhasil lolos dari sana secara gampang.

Akan tetapi kedua orang itu masih tetap berdiri tak berkutik ditempat semula. Dalam pada itu, Kwik Soat-kun sedang berbisik kepada Liau-tin dengan suara lirih

“Sudah kau saksikan cara musuh menyerang bersama-sama?” “Yaa, sudah kulihat jelas” sahut Siau-tin.

“Baik! Mari kita memburu nona Nyoo, ilmu pedang nona Nyoo sangat lihay dan luar biasa, asal kita dapat membantunya untuk memandang sebagian musuhnya sehingga memberi kesempatan kepadanya untuk menggunakan jurus pedangnya, urusan akan segera beres” 

“Tecu mengerti”

Pedangnya segera digetarkan kemuka dengan jurus Khong ciok-kay pit ( buru

merak menentang sayap)., dengan cepat dia membendung datangnya serangan dari sebilah golok dan sepasang senjata poan koan pit.

Menyusul kemudian Kwik Soat kun turut menerjang maju kemuka, pedangnya diputar menciptakan selapis bianglala berwarna keperak-perakan, dengan menyerang sambil bertahan, dia bendung ancaman musuh yang dating dari samping kiri Nyoo Hong leng.

Sepasang pedang mereka berdua dilancarkan bersama-sama dengan serentak membendung serangan yang dating dari kedua belah sisi.

Begitu merasakan ringannya tekanan yang mendesak dirinya, Nyoo hong leng membentak keras, mendadak permainan pedangnya berubah jurus pedang dilepaskan dengan kuntum kuntum bunga pedang berwarna perak yang menyilaukan mata, lihaynya bukan kepalang.

Dengusan tertahan segera bergema silih berganti, dalam waktu singkat sudah ada puluhan orang yang terluka diujung pedang Nyoo hong leng.

Sebetulnya jumlah busu yang mengurung disekeliling tempat itu berjumlah empat lima puluh orang, dengan dibabatnya puluhan orang, berarti disana tinggal separuh lagi jumlahnya.

Dibawah serangan gencar Nyoo Hong leng yang melakukan pembunuhan tanpa pilih kasih walaupun Busu-busu tersebut berkeberanian tinggi, tak urung bergidik juga hatinya, untuk sesaat mereka jadi berhenti ditempat masing-masing.

Kwik soat kun mencoba untuk berpaling, dilihatnya Buyung Im seng maupun Khong Bu siang masih tetap berdiri ditempat tanpa berkutik barang sedikitpun jua, seakan akan pertarungan sengit yang barusan berlangsung sama sekali tiada hubungannya dengan mereka berdua.

Sementara itu, Nyoo Hong leng juga telah menghentikan gerak serangan pedangnya, memperhatikan Busu berbaju hitam yang berada dihadapannya, dia berseru :

“Apakah kalian masih ingin bertarung lebih lanjut ?”

Busu berbaju hitam itu memperhatikan sekejap korban yang berjatuhan disekeliling arena kemudian menjawab :

“Ilmu pedang nona memang ganas dan keji kau memang memiliki kemampuan untuk membasmi kami semua.”

“Asal kau sudah mengerti, hal ini lebih bagus lagi!”

Ucapan ini segera membuat Nyoo Hong leng menjadi tertegun. “Kalian benar-benar sama sekali tak takut?”

“Takut! Namun kami takutpun tak ada gunanya, terpaksa harus mengorbankan jiwa kami diujung senjata nona.” 

“Hei, tentunya otakmu belum miring dan masih segar bukan ? mengapa mengigau yang tak karuan ditengah hari bolong ?”

“Apa yang kami ucapkan adalah kata-kata yang sesungguhnya, kami bukannya sedang mengigau.”

“Agaknya kalian seperti merasa takut akan sesuatu, maka walaupun tahu bahwa pertarungan ini bila dilanjutkan hanya akan menghabisi nyawa sendiri, namun kalian tetap nekad untuk bertarung lebih jauh.”

“Bila nona berpendapat demikian aku pun tak bias berbuat apa-apa ….”

“Aku tak usah berpikir lagi, dilihatpun sudah nampak” kata Kwik Soat kun pula. “Kalian takut mati, tapi mesti tahu kalau pertarungan dilanjutkan bias berakibat kematian, toh kalian dilanjutkan bias berakibat kematian, toh kalian tetap berkeras kepala untuk bertarung terus.”

“Kalau benar, lantas kenapa ?’

“Kalian pasti sudah dapat suatu pengendalian yang ketat, bila kalian berani melanggar peraturan, maka kalian akan menerima hukuman yang jauh lebih menyiksa daripada mati, karena itu kalian lebih suka memilih mati daripada berdiam diri, bukan begitu ?”

Busu berbaju hitam itu Cuma tertawa dingin dan sama sekali tidak menjawab. Sementara itu, Nyoo Hong leng telah memanfaatkan kesempatan dikala Kwik Soat kun sedang berbincang-bincang dengan Busu berbaju hitam itu untuk berpaling.

Ketika dilihatnya Buyung Im Seng dan Khong Bu siang masih tetap berdiri tetap tak berkutik.

“Tidak kenal, baru pertama kali ini kami berdua berjumpa dengan jago lihay dari Leng lam pay kalian”

Sebetulnya kedua orang kakek itu muncul dengan ambisi yang berkobar-kobar, tapi setelah rahasia perguruan dan ilmu silatnya kena dibongkar oleh Kwik Soat kun, seketika itu juga semangat mereka menjadi padam kembali.

Hakim Pengaet sukma mendehem pelan, lalu katanya :

“Setelah nona mengetahui akan asal-usul dan ilmu silat kami, apakah kau pun bersiap-siap untuk melangsungkan pertarungan dengan kami berdua ……?” “Itu mah tergantung apa maksud tujuan kalian dating kemari ?”

“Kami hanya inginkan kalian agar menunggu beberapa waktu lagi ditempat ini.” “Menunggu apa ?”

“Menunggu orang?” “Menunggu Siapa?”

“Menunggu siapa? Sela Nyoo Hong leng

“Menunggu kedatangan seng-cu kami, tampaknya kalian semua bukan manusia sembarangan buktinya Sengcu kami harus dating sendiri 

Halaman yang hilang ……………

untuk berjumpa dengan kalian.” “Kalian pernah berjumpa dengan Sengcu?” “Sengcu kami bukan manusia sembarangan, bagaimana mungkin kami bisa bertemu dengannya?” “Kalau begitu kedudukan kalian berdua dalam perguruan tiga malaikat tidakkah terlalu tinggi” sela Kwik Soat Kun cepat Setan peremuk sukma tan Piau mendengus. “Hmm….! Kami berdua selama ini bertugas dalam ruang Seng tong.”

Menggunakan kesempatan tersebut Nyo Hong Leng segera mengatur pernapasan untuk memulihkan kembali kekuatan tubuhnya, sedang soal Leng Lam jiay diserahkan kepada Kwik Soat kun berkata: “Sekalipun kalian bredua belum pernah berhadapan dengan Toa sengcu dari perguruan Sam Seng bun kalian, tentunya kalian sudah pernah mendengar namanya bukan?” “Ehm, kenapa?” “Konon Sepanjang tahun ia mengenakan pakaian berwarna hitam dan memakai cadar, jarang sekali bertemu orang dengan raut aslinya?” “Juga betul!” Thian Ki manggut-manggut. “Coba kau lihat orang yang berada disana, benarkah dia adalah Toa Sengcu kalian?”

Ketika Leng lam ji ay mendongakkan kepalanya, betul juga, mereka saksikan ada seorang manusia baju hitam yang berkerudung berdiri tak jauh dari sana. Si hakim penggaet suka Thian Ki segera mendehem pelan, kemudian tegurnya: “Nona, apakah dia adalah toa sengcu dari perguruan tiga malaikan kami?” “Di kolong langit dewasa ini, tak mau menumpai orang dengan wajah asli, benarkah dia adalah Toa sengcu dari perguruan tiga malaikat kalian, sudah seharusnya kalian mempunya cara untuk menentukan identitas yang sebenarnya.”

“Ehmm…nona melakukan perjalanan bersamanya, sudah pasti tahu bukan siapakah dia? Mendadak paas muka Kwik Soat kun berubah menjadi amat serius, kemudian katanya: “Didalam perguruan tiga malaikat, Seng tong merupakan pusat dari segala pemerintahan, siapa yang begitu bernyali sehingga berani menyaru sebagai seorang sengcu?”

Leng am ji ay nampak tertegun sesudah mendengar perkataan itu, akhirnya mereka manggut-manggut. “Perkataan nona memang masuk diakal”. “Andaikata kalian bersedia mempercayai perkataanku maka bisa kukatakan bahwa dia adalah toa sengcu yang sesungguhnya dari perguruan tiga malaikat”

Kemudian setelah berhenti sejenak sambungnya: “Kalian orang-orang sam seng bun mempunyai sebuah cara untuk menyampaikan perintah, entah siapaun orangnya, asal dia memegang tampuk pimpinan pasti bisa menggunakan cara menyampaikan berita tersebut, maka siapa bisa menguasai hal mana, maka dia pun dapat menguasai kekuatan yang terbesar di dunia ini”

Hakim penggaet sukma Thian Ki menghembuskan napas panjang, selanya: “Kami dua bersaudara masih belum begitu memahami maksud yang sebenarnya dari perkataan nona itu”

Kwik Soat kun tersenyum. “Kalau begitu apakah kalian berdua ingin mengetahui lebih jelas lagi tentang penjelasannya?

“Benar, ingin sekali kami memohon petunjuk dari nona” “Dengan kedudukan kalian berdua di dalam dunia persilatan, sekalipun tidak bertugas dalam ruang Seng tong di 

perguruan Tiga malaikat, kedudukan kalian tak mungkin terlalu rendah bukan?” “Kami dua bersaudara bertugas sebagai Hu pangcu perondaan, dalam perguruan tiga malaikat tak bisa dibilang berkedudukan yang kelewat rendah” “Aku tidak mengetahui apakah kalian mempunya cara untuk mengenali Sengcu kalian, meskipun dia dalah toa sengcu dari perguruan tiga malaikat kalian” Dia sengaja mengucapkan perkataan itu dengan suara yang amat rendah, sehingga menambah misteriusnya suasana disekitar tempat itu. Thian Ki pun segera merendahkan suaranya pula sambil bertanya: “Lantas mengapa dia tidak berada di dalam ruang Seng tong?”

“Di dalam ruang Seng tong sedang terjadi suatu pertarungan yang amat seru, tiga orang Sengcu saling bentrok dan saling gontok-gontokan sendiri, akhirnya tentu saja ada yang menang, ada pula yang kalah” “Sungguhkan perkataanmu itu?” “Seandainya kau tidak percaya, apa salahnya kalau kau mencoba mengadakan kontak dengan kode rahasia dari perguruan tiga malaikat kalian, coba ilihat saja apakah dia dapat menjawab atau tidak?” Thian Ki segera menggelengkan kepalanya berulang kali. “Sayang sekali aku tidak mengetahui cara untuk mengadakan hubungan kontak”

Padahal Kwik Soat kun sendiri pun mengerti bahwasanya Khong Bu siang dan buyun Im seng pada waktu itu sedang saling beradu tenaga dalam, sekalipun Thian Ki benar-benar menggunakan kode rahasia dari perguruan Sam seng bun untuk mengadakan kontak dengan Khong Bu siang, toh Khong Bu siang tidak dapat menjawab juga.

Setelah mendengar jawaban dari si Hakim penggaet sukma Thian Ki tersebut, diam-diam Kwik Soat kun merasa girang sebab apa yang diduganya benar, maka ujarnya: “Apa yang kuketahui telah kuberitahukan kepadamu, bila kau masih belum percaya, hal tersebut merupakan urusanmu sendiri” “Ucapan nona memang benar, setiap pembicaraan harus disertai dengan dasar dah fakta, sesungguhnya aku masih merasa agak kebingungan dan tidak habis mengerti” “Ji sengcu dan Sam sengcu telah bekerja sama menghadapi toa sengcu, sekarang ini

menyingkirkan dia dari dalam ruang Seng tong kemudian menguasai seluruh perguruan tiga malaikat, apa yang harus kalian kerjakan sekarang, tak ada slahnya untuk mulai mempertimbangkan sekarang juga…” “Kau suruh kami mencari akal untuk apa?”

Dengan suara lirih Kwik Soat kun berbisik: “Kekuasaan dan kedudukan toa sengcu amat tinggi, kemampuannya luar biasa, kenatipun untuk saat ini ji sengcu dan sam sengcu pasti akan merebut kembali kekuasaan terbesar itu. Sekarang dia sedang melarikan diri untuk menyingkir dari kejaran musuh, tetapi dia yang berjiwa tinggi hati enggan menjelaskan masalah tersebut dengan orang lain, aku sekarang memberitahukan hal ini kapada kalian, hal ini tak lain adalah ingin memberi kesempatan buat kalian Leng lam ji ay”

“Kesempatan apa?”

Saat ini, asal kau bersedia membantunya maka andaikata dia bisa merebut kembali kedudukan Sengcu itu, paling tidak kalian akan diangkat menjadi cong huhuat dari ruang Seng tong atau bisa jadi akan menjadi seorang toa toucu!”

Thian Ki segera termenung sambil memutar otak, beberapa saat lamanya dia tetap membungkan seribu bahasa. 

Terdengar Kwik Soat kun berkata: “Tapi mengenai bagaimana harus bertindak, aku tak bisa mengambil kesimpulan bagi kalian, harus kalian sendirilah yang mengambil keputusan dan kalian sendiri yang memutar otak”

“Seandainya apa yang dikatakan nona merupakan suatukenyataan, kami dua bersaudara bersedia untuk mempertimbangkan usulmu itu”

“Percaya atau tidak tergantung pada keputusanmu sendiri, jangan kalian andalkan pada perkataanku saja”

Thian Ki menghembuskan napas panjang. “Sulit…aaaii, sulit sekali?” “Apa yang ditulis dalam surat perintah yang kalian terima dari pihak Seng tong?” tiba-tiba Kwik Soat kun bertanya.

Saat ini Thian Ki sudah berhasil ditaklukkan oleh Kwik Soat-kun, maka segera jawabnya. “Dalam surat perintah itu dikatan kami diperintahkan untuk menghadang tiga orang perempuan dan dua orang pria, seorang perempuan dan dua orang pria, tapi sekarang kalian justru terdiri dari dua pria dan tiga orang perempuan”

“Nah, itulah dia! Kalau toh yang ditulis dalam surat perintah tidak cocok dengan kenyataan, sedang apa yang ku ucapkan adalah kata-kata yang sesungguhnya, terserah kalian sekarang, mau mempercayai yang mana…?”

Kemudian setelah berhenti sejenak lanjutnya,

“Aaaai… padahal persoalan ini merupakan masalah dari kalian berdua sendiri, aku terlalu banyak mencampuri urusan kalian. kendatipun situasi pada saat ini tak bisa dibilang sama sekali tiada hubungannya dengan kami, tapi bukan berarti….

“Seandainya kami dua bersaudara memutuskan untuk melakukan penghadangan, termasuk nona sendiri, sama saja tak akan bisa meninggalkan tempat ini dengan selamat” sela Thian Ki. Kwik Soat-kun tertawa hambar.

“Apakah kau merasa bahwa kalian Leng lam pay sudah pasti dapat menghalangi kami?” Hakim penggaet sukma Thian Ki mendehem beberapa kali. Kemudian berkata:

“Apakah nona beranggapan bahwa kami dua bersaudara tidak memiliki kemampuan menghalangi kalian beberapa orang?”

“Kau bukan lagi menghalangi kami, melainkan sedang menghalangi Tea-seng-cu kalian sendiri, bila kau tidak percaya, silahkan saja dicoba sendiri”

Kemudian setelah tersenyum, lanjutnya:

“Seandainya kau mengikuti perintah dari Seng tong dan menghadap kami, maka selama hidup kalian Leng lam pay hanya bisa menjadi seorang hiangou bagian perondaan belaka”

“Aku benar-benar tidak tahu bagaimana harus berbuat, apakah nona bisa membantu kami untuk mengajukan pendapat atau usul?”

“Bila kalian benar-benar mau menuruti perkataanku, aku mah bersedia saja untuk mencarikan sebuah akal untuk kalian”

891 

Si Hakim penggaet sukma Thian Ki segera berpaling dan memandang sekejap ke arah Setan penghancur sukma tan Piau, kemudian tanyanya:

“Saudaraku, bagaimana menurut pendapatmu?”

“Apa yang telah diputuskan toako, akan siaute turuti tanpa membantah, cuma saja…” “Cuma saja kenapa?”

“Cuma kita tak boleh mempercayai perkataan dari perempuan ini dengan begitu saja, kita membuktikan sedikit bukti, sebelum mengambil tindakan berikutnya”

“Bukti apa?”

“Pertama, kita harus membuktikan dahulu kalau manusia berbaju hitam yang berkerudung itu benar-benar adalah Toa-sengcu”

“Masih ada ke dua?”

“Menunggu kedatangan Ji sengcu dan Sam sengcu dan menantikan perkembangan selanjutnya”

Kwik Soat kun yang mendengar perkataan itu segera menimbung:

“Ehmm, sepasang kaki menginjak diujung geladak dua perahu mengikuti angin memutar kemudi, semua perbuatan kalian tidak akan lolos dari pengawasan Toa-sencu kalian” Tan Piau menjadi tertegun.

“Nona, apa kedudukanmu? Mengapa kau begitu tahu tentang segala persoalan yang ada sangkut-pautnya dengan perguruan tidak malaikat?”

“Aku hanya ingin memberitahukan kepada kalian agar cepat mengambil keputusan dan menentukan sikap”

Pada saat itulah, mendadak dari kejauhan sana berkumandang suara suitan yang nyaring sekali.

Paras muka Tan Piau berubah hebat segera serunya, “Huhoat bagian perondaan telah membawa orang menyusul kemari”.

Kwik Soat-kun tidak menggubris Leng-lam-pay lagi, dengan cepat dia mundur sejauh empat langkah dan berdiri disamping Nyoo Hong leng.

Nyoo Hong leng segera berkata:

“Enci Kwik, berbicara begitu banyak dengan kedua orang manusia cebol itu, apakah kau tidak merasa hanya membuang tenaga dengan percuma?”

“Aku harus mencoba mempengaruhi mereka dengan kata-kata lebih dahulu, dengan begitu kau baru bisa menghemat tenaga sebab kalau berbicara menurut situasi pada saat ini kemungkinan besar ditempat ini akan dilangsungkan suatu pertarungan yang seru” “Apakah kau bermaksud untuk menghasut mereka agar saling gontok-gontokan sendiri?” “Semoga saja aku dapat berbuat demikian”

“Selama ini aku selalu memperhatikan gerak-gerik mereka berdua, tampaknya kedua orang itu sudah pulih kembali ketenangannya”.

892 

Kwik Soat-kun segera berpaling, benar juga paras muka Buyung Im seng telah pulih kembali menjadi tenang, maka dia lantas manggut-manggut.

“Benar, mereka pun sudah menghentikan pertarungan”, katanya.

Terdengar Buyung Im seng menghembuskan nafas panjang, kemudian secara tiba-tiba berjalan menuju kehadapan Nyoo Hong leng.

Suasana tegang yang amat mencekam telah membuat Nyoo Hong leng kehilangan kesabarannya, dia selalu menunggu terjadinya perubahan, entah berubah menjadi baik atau buruk bahkan sekalipun terjadi suatu pertarungan sengit yang menyebabkan kematiannyapun, dia merasa tidak ambil perduli.

Maka sewaktu Buyung Im seng berjalan menghampiri Nyoo Hong leng, sebaliknya perempuan itu justru merasa amat gembira sekali.

Tapi paras mukanya masih tetap dingin kaku seperti tanpa emosi barang sedikitpun jua, sambil diam-diam menghimpun tenaga dalamnya bersiap-sedia menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan, dia lalu menegur,

“Mau apa kau?”

Buyung Im seng muntahkan darah segar, kemudian menjawab: “Ading Leng, mari kita pergi!”

Sejak mereka berdua berkenalan, belum pernah Buyung Im-seng memanggilnya dengan sebutan yang begitu hangat dan mesra, ucapan “Adik Leng” tersebut kontan saja menimbulkan perasaan hangat dan syahdu didalam hatinya.

Tapi perasaat tersebut dengan cepat tenggelam oleh suatu ingatan lain, buru-buru dia menenangkan kembali perasaannya, lalu berkata:

“Apakah kau benar-benar adalah Buyung toako?”

“Yaa, benar. Seharusnya kau dapat membedakan dari suara dan tindak-tandukku!”

“Aku benar-benar bodoh sekali, aku sudah bergaul begitu lama, namun kenyataanya tidak bisa membedakan asli atau gadungmu…”

Mendadak terdengar Khong Bu siang berseru:

“Dia adalah suamimu, kau boleh pergi bersamanya!” Nyo Hong leng menjadi tertegun.

“Kau adalah….”

“Paling tidak aku mengenakan pakaian dari Khong Bu-siang, entah siapakah diriku yang sebenarnya, aku rasa hal tersebut bukan suatu hal yang penting”, sela Khong Bu siang.

893 

Nyoo hong leng segera mengerdipkan matanya yang besar dan pula bulat.

“Aku selalu tidak habis mengerti, sesungguhnya apa maksud dan tujuan kalian mengakui dirinya sebagai Buyung Im seng, tapi Buyung Im seng tak lebih hanya kakak angkatku belaka. Kalian tidak ada yang mengakui dirinya sebagai Khong Bu-siang, padahal Khong Bu siang adalah suamiku”

Sementara itu sihakim penggaet sukma Thian Ki telah dibikin kebingungan oleh situasi yang terbentang di depan matanya, dengan suara rendah ia lantas bertanya kepada Kwik Soat-kun:

“Nona, sebetulnya apa yang terjadi?” Kwik Soat-kun tersenyum.

Seandainya kau mempunyai cara untuk mengirim berita ini ke dalam Ruang Seng Tong dan segera mengundang hadirnya Ji sengcu dan Sam sengcu, maka persoalannya akan bertambah ramai”

Sementara itu Nyoo Hong leng sudah maju dua langkah ke depan dan memayang tubuh Buyung Im seng, kemudian bisiknya.

“Apakah kau terluka ?”

“Tidak apa-apa, dadaku hanya tersumbat oleh darah kental setelah dimuntahkan rasanya sekarang jauh lebih segar.”

“Perlukah kubantu dirimu dengan mengerahkan tenaga dalam ? Tampaknya untuk beberapa waktu tak bisa lolos dari sini, bila dapat menyelesaikna semua budi dendam cinta dan benci di tempat ini, rasanya memang jauh lebih baik lagi.”

Sementara pembicaraan berlangsung, situasi dalam arena kembali terjadi perubahan besar, belasan orang lelaki yang gemuk pendek tak menentu telah muncul disitu mengiringi dua orang kakek berbaju kuning.

Nyoo Hong leng berpaling sekejap memandang ke arah dua orang kakek berjubah kuning itu, kemudian katanya.

“Buyung toako, siapakah kedua orang manusia berbaju kuning itu dan apa kedudukan mereka ?”

Buyung Im seng segera menggelengkan kepalanya berulang kali.

“Entahlah, tapi kelihatannya kedua orang itu mempunyai kedudukan yang cukup tinggi di dalam perkumpulan tiga malaikat.” 

Tampak seorang lelaki yang membawa sebuah lencana emas didepan kedua orang kakek berjubah kuning itu membentak dengan suara dalam.

“Seng cu tiba.”

Thian Ki dan Tan Piau segera menjatuhkan diri berlutut sembari berseru. “Hamba menyambut kedatangan Sengcu !”

Kwik Soat kun yang menjumpai hal mana segera bergumam.

“wah, kalau begitu setiap orang asal mengenakan jubah berwarna kuning emas, dia adalah seorang Sengcu !”

Agaknya gumam tersebut sengaja diucapkan agar didengar oleh Leng lam ji ay, maka dari itu suaranya tidak terlampau tinggi juga tidak terlampau rendah.

Tergerak hati Thian Ki seseudah mendengar ucapan mana, katanya dengan cepat.

“Jubah kuning bersulamkan naga emas ini merupakan lambang dari Seng cu perguruan sam seng bun, memangnya setiap orang bisa mengenakan jubah tersebut ?”

“Jubah tersebut tidak terlalu besar juga tidak terlalu kecil, bila kau yang mengenakan pun pasti cocok sekali.”

Thian Ki masih tetap berlutut diatas tanah dengan kepala tertunduk, dia mengajak Kwik Soat kun berbincang-bincang.

Mendadak terdengar lelaki yang memegang lencana emas itu membentak lagi. “Perintah Sengcu, kalian harus berdiri disamping untuk menanti perintah.”

Thian Ki, Tan Piau serta berpuluh orang lelaki lainnya yang sedang berlutut serentak bangkit berdiri dan mengundurkan diri ke samping.

Sementara itu, Nyoo Hong leng dan Buyung Im seng sekalian dibawah desakan dan tekanan musuh yang terlampau kuat, tanpa terasa sudah berdiri berjajar dan mengambil posisi untuk melakukan perlawanan secara bersama-sama.

Ketika hampir mendekati Buyung Im seng, lelaki yang berjalan di depan dua orang kakek itu segera mengundurkan diri ke belakang, sementara kedua orang kakek berjubah kuning itu pelan-pelan berjalan terus menuju ke depan.

Keempat sorot mata mereka yang tajam dialihkan ke wajah Buyung Im seng dan Nyoo Hong leng, kemudian dialihkan pula ke tubuh Khong Bu siang, setelah maju beberapa langkah lagi dia baru berhenti. 

Puluhan orang yang mengikuti dibelakangnya serentak menyebarkan diri dan mengambil posisi melakukan pengepungan.

Tampak dua orang kakek berjubah kuning itu bersama-sama mengeluarkan sebilah pedang pendek sepanjang satu depa delapan inci dan digenggam dalam tangannya.

Khong Bu siang yang memakai cadar hitampun telah mencabut pedangnya sambil melintangkan senjata tersebut di depan dada.

Dengan suara lirih Nyoo Hong leng berkata.

“Buyung toako, tampaknya tujuan mereka hanya untuk membekuk Khong Bu siang.”

“Seandainya Khong Bu siang mati terbunuh, mereka pun sama saja tak bakal melepaskan kita dengan begitu saja.”

“Jadi kau hendak membantunya ?”

“Bukan membantu melainkan untuk melindungi keselamatan sendiri, bila ia tidak mati berari kekuatan kita akan bertambah tangguh.”

“Kau belum lama terluka, tidak baik untuk bertempur melawan orang lain, biar aku saja yang membantu dia.”

“Kau….”

“Aku tahu selama berada dalam kota batu dibawah tanah kau telah memperoleh penemuan yang luar biasa, tapi aku yakin masih mampu untuk menerima beberapa jurus serangannya, apalagi dia toh suamiku sendiri….”

Buyung Im seng menggerakkan bibirnya seperti hendak mengucapkan sesuatu, tapi niatnya kemudian diurungkan.

Setelah menghela napas panjang Nyoo Hong leng berkata lagi.

“Padahal saat ini aku masih belum dapat membuktikan dengan pasti kau adalah Buyung Im seng yang asli atau bukan, juga tak bisa memastikan kalau dia adalah Khong Bu siang.”

Mereka berdua berbicara dengan mempergunakan suara yang amat lirih sekali, meski jaraknya cuma berapa depa, namun sulit rasanya untuk didengar.

Sementara itu si hakim penggaet sukma Thian Ki secara diam-diam menyelusup ke sisi Kwik Soat kun, kemudian dengan ilmu menyampaikan suara bisiknya.

“Maksud nona, apakah jubah Sengcu juga boleh dikenakan ditubuhku ?” 

Kwik Soat kun segera menjawab dengan ilmu menyampaikan suara pula.

“Aku maksudkan siapa yang mengenakan adalah sama saja, tentu saja termasuk juga dirimu !”

“Sayang sekali tiada harapan bagiku selama hidup ini untuk mengenakan jubah emas tersebut.”

bentang didepan mata kita sekarang sangat kalut, siapa pun asal dia punya keberanian, kecerdasan dan ilmu silat yang baik, dia dapat merebut kedudukan Sengcu tersebut, diantaranya kecerdasan dan keberanian harus melebihi ilmu silat.”

Thian Ki tidak menjawab lagi, dia menundukkan kepalanya seperti merenungkan perkataan tersebut, jelas hatinya sudah dibikin tertarik oleh perkataan dari Kwik Soat kun tersebut.

Sementara itu suasana amat kalut, di satu pihak Kwik Soat kun mencoba untuk menghasut pihak lawan agar berubah pikiran, dipihak lain Nyoo Hong leng telah bertekad untuk mempertaruhkan jiwa raganya untuk membantu Khong Bu siang.

Namun kenyataan hal-hal semacam itu hanya merupakan suatu gerakan secara diam-diam saja, sebab dalam kenyataannya masih tetap Khong Bu siang yang saling berhadaphadapan dengan dua orang manusia berjubah kuning itu.

Tiba-tiba tampak pedang pendek di tangan dua orang kakek berjubah kuning itu mulai berputar keras, cahaya pelangi memancar keluar keempat penjuru, dua gulung hawa pedang yang memancar keluar membuat setiap manusia yang berada pada jarak satu kaki disekeliling tempat itupun merasakan betapa tajam dan hebatnya hawa pedang tadi.

Dengan suara rendah Buyung Im seng berbisik.

“Inilah ilmu pedang terbang, agaknya mereka bermaksud hendak membunuh Khong Bu siang dalam satu gebrakan saja.”

“Sistem pertarungan semacam ini merupakan suatu sistem pertarungan kilat, seandainya dua orang manusia berjubah kuning itu betul-betul merupakan dua orang sengcu, mereka tidak mungkin akan mempergunakan sistem pertarungan semacam ini.”

Mendadak tampak dua orang kakek berjubah kuning itu membentak keras, lalu melompat ke depan, dua bilah pedang pendeknya disertai tenaga serangan yang maha dahsyat, langsung meluncur ke arah tubuh Khong Bu siang….

Khong Bu siang segera bertindak segera bertindak, dia membentuk selapis cahaya pedang yang amat tebal untuk melindungi diri. 

Ketika cahaya tajam saling membentur satu sama lainnya, segera berkumandanglah suara benturan nyaring yang memekikkan telinga.

Nyoo Hong leng membentak nyaring, dia segera melompat ke depan dan langsung menerjang ke tengah hawa pedang yang sedang bergolak kencang itu.

Terlihat beberapa kilatan cahaya tajam memancar keempat penjuru dan tahu-tahu sudah lenyap tak berbekas.

Setelah itu berkumandang pula suara benturan-benturan nyaring, situasi dalam arena kembali berubah seratus delapan puluh derajat.

Ternyata Khong Bu siang dengan dua orang manusia berjubah kuning itu secara beruntun roboh ke atas tanah.

Nyoo Hong leng sendiri nampak bergoncang keras, kemudian ikut roboh terjungkal pula ke atas tanah.

“Nona Nyo….” Siau tin segera menjerit keras, kemudian menerjang ke muka.

Sedangkan Buyung Im seng segera mencabut pedangnya dan menghadang jalan pergi lelaki kekar yang melindungi dua orang kakek berjubah kuning itu, bentaknya dengan suara dingin dan serius.

“Barang siapa yang berani maju selangkah lagi, aku akan segera mencabut selembar jiwanya.”

Wibawa dan kekerenannya yang mengerikan membuat belasan orang itu segera terpengaruh dan sama-sama menghentikan gerakan masing-masing.

Setelah memandang sekejap wajah kawanan jago yang berada disekeliling tempat itu, Buyung Im seng berkata lebih jauh.

“Orang berbaju hitam itu adalah Toa sengcu dari perguruan tiga malaikat, mereka yang saling memperebutkan kekuasaan dan akhirnya toh akan sama-sama mati, berarti hari ini Sam seng bun sudah tiada orang yang memegang tampuk pimpinan lagi.”

Kwik Soat kun yang mendengar ucapan itu segera berbisik kepada Thian Ki.

“Apabila kalian Leng lam ji ay ingin merebut jubah kuning itu, sekaranglah kesempatan terbaik, cuma…”

Cuma kenapa ?” 

“Cuma disekeliling tempat ini penuh dengan anggota perkumpulan sam seng bun, sekalipun kalian berhasil merampas jubah emas tersebut belum tentu bisa menyaru sebagai Sengcu.”

“Apakah nona mempunyai sesuatu petunjuk ?”

“Kecuali jika kalian bisa mendapatkan sebuah akal untuk membasmi mereka semua.”

“Dalam hal ini, aku pikir mungkin sukar untuk melaksanakannya” kata Thian Ki dengan ilmu menyampaikan suara.

“Bila kau tak mampu untuk melakukannya, berarti jangan harap kau bisa mengenakan jubah kuning itu.”

Thian Ki mendehem pelan, kemudian katanya lagi.

“Kalau begitu, terpaksa aku harus menunggu sampai datangnya kesempatan sebelum mencobanya.”

“Siapa bernyali besar dia kenyang, siapa bernyali kecil dia akan mati kelaparan, terserah apa yang hendak kalian lakukan !”

Tidak memperdulikan diri Thian Ki lagi, dia segera membalikkan badannya berjalan menuju ke arah Nyoo Hong leng.

Sementara itu Nyoo Hong leng sudah dibangunkan oleh Siau tin dan bersandar di tubuh gadis itu.

Tampak pakaian dibagian dadanya sudah robek, sebuah mulut luka sepanjang delapan inci memanjang ditubuhnya, darah segar muncrat keluar dari mulut luka tadi.

Sambil berjongkok Kwik Soat kun lantas berbisik. “Siau tin, bagaimana dengan lukanya ?” “Tampaknya luka tersebut amat parah.”

Kwik Soat kun mencoba untuk memeriksa, tampak wajah si nona pucat pias, agaknya selain luka luar yang dideritanya, isi perutnya pun mengalami goncangan keras.

Cepat dia memeriksa napasnya, terasa gadis itu masih bernapas kendatipun sudah lemah. Diam-diam ia menghela napas, dari sakunya dia mengeluarkan sebutir pil dan berkata. “Siau tin, buka mulutnya, mungkin obat itu sedikit membantunya.” 

Dengan menahan air matanya karena sedih Siau tin segera membuka mulut Nyoo Hong leng sembari berbisik.

“Apakah dia masih bisa tertolong ?” Kwik Soat kun menggeleng.

“Aku tidak tahu kecuali kalau sekarang terdapat sebutir pil mestika yang bisa melindungi jantungnya sambil mempertahankan agar hawa murninya yang terakhir tidak sampai buyar, sesudah itu baru diusahakan pengobatan.”

“Nona Nyoo amat cantik jelita, bila dilihat benat-benar harus mati dalam keadaan begini, Thian benar-benar tak punya perasaan.”

“Dari dulu sampai sekarang, nasib gadis cantik selamanya mengenaskan, nona Nyoo memang dilahirkan dengan wajah yang kelewat cantik.”

Mendadak terdengar suara dari Buyung Im seng berkumandang datang. “Bagaimana dengan keadaan luka dari Nyoo Hong leng ?”

Ternyata dia sedang menghadang serbuan para musuh sehingga tidak berkesempatan untuk memeriksa keadaan luka dari Nyoo Hong leng.

“Lukanya sangat parah, napasnya amat lemah, dan setiap saat bisa putus…..” jawab Kwik Soat kun.

“Harap nona berusaha dengan sekuat tenaga untuk mempertahankan hawa murninya yang terakhir.”

“Bila kau mempunyai sebutir obat mestika, lebih baik berikan sebutir kepadaku.”

Buyung Im seng segera merogoh sakunya dengan tangan kiri, lalu mengeluarkan sebutir pil, serunya kemudian.

“Harap nona terima.”

Tangan kirinya diayunkan ke depan melemparkan pil tersebut ke arah Kwik Soat kun.

Disaat dia melemparkan pil tersebt ke depan itulah, cahaya tajam tampak berkilauan, dua bilah golok telah menerjang datang sambil melancarkan bacokan.

Buyung Im seng segera menggerakkan pedangnya membentuk serentetan cahaya pelangi berwarna keperak-perakan untuk membendung kedua bilah golok tersebut, mendadak pedangnya berputar menciptakan selapis bunga pedang, kemudian balas menyerang ke depan. 

Terdengar dua kali jeritan ngeri yang menyayatkan hati berkumandang memecahkan keheningan, kedua orang lelaki tersebut tahu-tahu sudah roboh terjengkang ke atas tanah.

Dalam satu gebrakan saja ia telah melukai dua oarng, sisanya yang lain segera dibikin tertegun dan berdiri mematung, siapa pun tak berani berkutik secara sembarangan.

Sambil tertawa dingin kembali Buyung Im seng berkata.

“Bila kalian sudah tak ingin hidup, silahkan saja maju, tapi kalau masih ingin merasakan kehidupan di dunia ini, lebih baik berdiri di tempat semula dan jangan sembarangan bergerak.”

Sekalipun kawanan jago yang berada di sekitartempat itu tidak mengundurkan diri dari situ, namun tiada seorang manusia pun yang berani maju lagi ke depan.

Setelah berhasil menguasai para jago, pelan-pelan Buyung Im seng baru membalikkan badannya dan berjalan mendekati Kwik Soat kun, bisiknya kemudian.

“Bagaimana keadaannya ?”

“Isi perutnya mengalami kegoncangan sedang kulit tubuhnya terluka oleh bacokan pedang hingga sekarang keadaannya belum pulih kembali, apakah pil yang kau berikan itu akan bermanfaat atau tidak, sampai sekarang belum diketahui hasilnya.”

Buyung Im seng memandang ke arah kedua orang kakek berjubah kuning itu sekejap lalu memandang pula ke arah Khong Bu siang, tanyanya kembali.

“Bagaimana dengan keadaan luka mereka ?”

“Keadaannya sama dan setali tiga uang, semuanya belum mati tapi sudah berada dalam keadaan tak sadar, semuanya ini gara-gara gempuran adu jiwa tadi !”

Buyung Im seng memandang sekejap pakaian Nyoo Hong leng yang penuh berlepotan daran itu, kemudian dengan sedih menghela napas panjang katanya pelan.

“Semestinya dia tak usah menderita luka tersebut.”

“Terlepas apakah gempuran adu jiwa ini sengaja diatur seseorang atau suatu benturan yang terjadi tanpa sengaja, yang jelas ini merupakan saat untuk menyelesaikan masalah ini.”

Buyung Im seng termenung beberapa saat lamanya, kemudia dia bertanya lagi. “Maksud nona adalah…..” 

“Maksudku sederhana sekali, aku rasa kaupun tak usah merahasiakan identitasmu lagi, sesungguhnya kau adalah Buyung kongcu atau Khong Bu siang ?”

“Apakah nona masih menaruh curiga terhadap diriku ?”

“Terpaksa mau tak mau harus curiga, cuma siapakah kau hinga kini sudah bukan sesuatu yang penting. Apa yang ingin aku pahami, sekarang semuanya sudah terbukti.”

“Kalau begitu menurut pendapat nona, siapakah diriku ini ?”

“Semula aku mengira kau adalah Buyung Im seng tapi sekarang aku baru merasa kalau aku salah. Paling tidak, aku tidak seharusnya mengambil keputusan secara sembarangan.”

Buyung Im seng termenung beberapa saat lamanya, kemudian bertanya pelan. “Kau bilang telah membuktikan apa ?”

“Membuktikan kalau Nyoo Hong leng menaruh perasaan cinta kepadamu, walaupun dia sendiri pun dibikin bingung oleh tindak tanduk serta suaramu, tapi dia seperti juga kau mengira bahwa kalian sama sekali tidak saling bertukar peran, tapi sewaktu menyaksikan Khong Bu siang menjumpai mara bahaya, dia toh tetap menerjang ke depan memberi pertolongan tanpa memperdulikan keselamatan sendiri karena dalam hatinya terdapat sebuah gembokan yang bisa dibuka olehnya, di dalam perasaannya dia menganggap dirinya sudah menjadi istrinya Khong Bu siang.”

“Tampaknya nona Kwik sudah merasa yakin kalau aku adalah Khong Bu siang…. ?”

“Benar, aku berpendapat demikian, paling tidak besar kemungkinannya kalau kau adalah Khong Bu siang.”

Sesudah berhenti sejenak sambungnya.

“Kalau dibilang kau adalah Khong Bu siang, maka lebih tepat kalau dibilang…. padahal, kau sebetulnya adalah Hua sin kongcu.”

“Berada dalam situasi dan kondisi seperti ini, aku pikir tak ada gunanya kita saling berdebat sendiri.”

“Benar, dewasa ini masih ada dua cara untuk suatu penyelesaian secara baik-baik dan kau boleh memilih salah satu diantaranya.”

“Aku akan mendengarkan penjelasan dari nona.”

“Kini luka yang diderita nona Nyoo amat parah, seandainya kau benar-benar mencintainya, kau harus berusaha untuk mengobati lukanya itu dan membawanya pergi meninggalkan tempat ini.” 

“Apa cara yang kedua ?”

“Sekarang, apa ayng kau inginkan sudah terkabul, sedang kami pun sudah tidak memiliki kemampuan untuk memberikan perlawanan, asal kau turun tangan, dengan segra nyawa mereka bisa kau cabut.”

“Yang nona maksudkan sebagai mereka itu termasuk siapa saja ?”

“Nyoo Hong leng, aku, nona Siau tin serta Khong Bu siang atau Buyung kongcu itu.”

“Yang kau maksudkan adalah tindakan untuk Khong Bu siang…..” kata Buyung Im seng kemudian.

“Dan kau ?”

“Aku bukan Khong Bu siang.”

“Kalau begitu kau adalah Buyung Im seng ?” “Apakah nona tidak percaya ?”

oooOooo

Kwik Soat kun menggelengkan kepalanya berulang kali.

“Aku pikir, siapakah dirimu yang sebenarnya sudah bukan menjadi masalah yang penting pada saat ini.”

“Lantas persoalan apa yang paling penting ?”

“Aku ingin tahu bagaimana caramu untuk menyelesaikan peristiwa ini….” Buyung Im seng menghela napas panjang.

“Menurut nona, bagaimana baiknya ?” dia balik bertanya.

“Aku tidak mempunyai usul apa-apa, hanya ingin melihat akibat dari peristiwa ini.” Buyung Im seng segera berpaling ke arah Siau tin, kemudian tanyanya. “Bagaimana keadaan luka dari nona Nyoo sekarang ?”

“Obat apa yang kau berikan tadi ?” bukan menjawab malah balik bertanya. “Apakah ada sesuatu yang tak beres ?” 

“Sebelum dia menelan obatmu tadi masih ada setitik napas yang tertinggal, tapi setelah menelan obatmu itu, napasnya seakan-akan hendak putus.”

“Apakah napasnya sudah putus ?” seru Buyung Im seng dengan wajah tertegun. “Sekalipun belum putus, tetapi aku merasa napasnya semakin lemah lagi….”

Buyung Im seng segera menempelkan tangannya di atas lubang hidung Nyoo Hong leng dengan cepat dia merasakan kalau napas gadis itu menjadi lemah sekali, seakan-akan segera akan putus saja.

Kwik Soat kun segera menghela napas panjang, katanya kemudian. “Menurut pendapatmu apakah dia masih dapat bertahan lebih jauh ?”

“Aku tidak tahu, sekarang kondisinya lemah sekali, sukar bagiku untuk memeriksa keadaan luka yang sebenarnya.”

Sesudah menghembuskan napas panjang, lanjutnya.

“Pil yang kuberikan tadi merupakan pil paling baik di dunia ini, bilamana seperminum teh kemudian dia masih belum dapat pulih kembali kesehatannya, mungkin jiwanya sudah tak dapat ditolong lagi.”

“Seandainya luka bacokan ditubuhnya sudah isi perutnya atau bagian tubuh yang mematikan, sudah pasti jiwanya tak bisa tertolong lagi.”

“Darah telah menodai seluruh tubuhnya, kalau ditinjau dari warna darahnya, jelas kalau luka tersebut tidak sampai mengenai isi perutnya.” kata Buyung Im seng.

“Sekarang keadaan situasi sudah mantap, kau boleh memberitahukan kepadaku sesungguhnya siapakah kau.”

“Tunggu sebentar lagi, coba dilihat dulu dia bakal mati atau tetap akan hidup.” Kwik Soat kun termenung sebentar, setelah itu tanyanya.

“Apakah kami boleh pergi dari sini ?” Buyung Im seng menggeleng.

“Paling baik jika kalian menunggu sebentar lagi, setelah mati hidup nona Nyoo diketahui, kalian baru boleh menentukan apakah hendak pergi atau tidak.”

Kwik Soat kun tertawa hambar. 

“Siau tin, serahkan nona Nyoo kepada Buyung kongcu !” perintahnya tiba-tiba.

“Mengapa ? Keadaan lukanya pada saat ini amat gawat, bagaimana mungkin tubuhnya bisa digeser-geser ?”

“Betul, harapan nona Nyoo unuk sadar kembali tidak besar, tapi kalau di harus mati pun seharusnya mati di dalam pelukan Buyung kongcu, bila kau harus memeluknya terus menerus, bukankah hal ini membuatnya mati tak terpejamkan mata ?”

Siau tin tertegun, kemudian sahutnya. “Betul juga perkataan ini.”

“Silahkan kau membopong tubuh nona Nyoo !”

Dengan cepat Buyung Im seng menggeleng, katanya sambil tertawa dingin.

“Nona Kwik, kau suruh aku membopong nona Nyoo sehingga tak bisa mengejar kalian, sedang kalian akan melarikan diri dari tempat ini… heeeh…. heeh…. heeeh… bagus benar akalmu itu…”

Kwik Soat kun tertawa dingin.

“Hmm… nampaknya kau benar-benar bukan Buyung kongcu !” serunya keras-keras. Buyung Im seng tertawa.

“Terserah bagaimana kau berpendapat, yang jelas hatimu diliputi oleh perasaan setengah percaya setengah tidak, kecuali Buyung kongcu bersedia melakukan kerja sama ini dengan tulus hati, rasanya bukan suatu pekerjaan yang mudah untuk bertukar pakaian dalam waktu sedemikian singkatnya.”

“Buyung kongcu pasti sudah kena terpengaruh oleh kata-katamu sehingga untuk sementara waktu tak dapat mencerna kata-kata tersebut.”

“Nona Kwik, kau terlampau memandang rendah Buyung Im seng !” Mendadak Siau tin berseru pula.

“Kau bukan Buyung kongcu, Buyung kongcu adalah seorang manusia yang berperasaan dan setia kawan, tapi kau sama sekali tidak nampak bersedih hati meskipun sudah melihat keadaan nona yang mengenaskan itu.”

“Seandainya Nyoo Hong leng mati, sekalipun aku menangsi sampai ususku pada putus juga tak mungkin bisa membuatnya bangun lagi, sebaliknya bila dia masih bisa sadar lagi, aku toh tak usah bersedih hati….” 

“Kau benar-benar seorang manusia yang licik, sadis dan buas sekali, kau adalah penjahat ulung yang munafik !” umpat Siau tin.

“Nona Siau tin, baik-baik saja merawa Nyoo Hong leng, lebih baik kalian merengek kepadanya agar bersedia sadar kembali…”

“Seandainya dia tak bisa sadar kembali ?” tanya Kwik Soat kun tiba-tiba. “Kalian adalah sahabat karibnya semasa hidup, tentunya kalian tak tega bukan

membiarkan dia hidup seorang diri di dalam liang kubur yang sempit dan pengap….”

“Aah, betul, tentunya kau hendak mengubur kami bersama-sama dengannya bukan ?” sela Kwik Soat kun lagi.

“Bayangkan saja betapa cantik dan menariknya nona Nyoo Hong leng, kasihan bukan kalau dia diharuskan berada seorang diri dalam liang lahat yang sempit dan pengap ? Bila kalian bersedia untuk menemaninya dan berada dalam satu liang yang sama, hal mana sudah pasti merupakan suatu peristiwa yang akan menggembirakan hatinya.”

Kemudian setelah mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak, lanjutnya.

“Setelah nona Nyoo meninggal, sudah pasti ada banyak orang yang akan datang dan berziarah didepan pusaranya, dengan begitu bukankah kalian berdua pun juga akan turut mendapat rejeki untuk merasakan harumnya asap dupa.”

Kwik Soat kun masih mampu menahan diri sekalipun mendengar ucapan yang amat sadis itu, berbeda dengan Siau tin, mendadak saja tubuhnya gemetar keras, hampir saja dia akan memeluk tubuh Nyoo Hong leng kencang-kencang.

Buyung Im seng tertawa dingin, mendadak dia mencabut keluar pedangnya, lalu tampak cahaya tajam berkelebat lewat dan menyambar di atas kepala Siau tin sehingga merontokkan sebagian dari rambutnya, setelah itu katanya.

“Nona Siau tin, bila nona Nyoo menghembuskan napasnya yang penghabisan, maka nona pun akan turut mampus.”

Kwik Soat kun segera mengulapkan tangannya sembari berkata.

“Siau tin, lebih baik kau rawatlah nona Nyoo dengan sebaik-baiknya…” Siau tin mencibirkan bibirnya sembari menjengek.

“Aku tidak takut, paling banter kehilangan selembar nyawaku, mati pun tak menjadi soal.”

Buyung Im seng kembali tersenyum. 

“Bila nona bisa berpendapat demikian, hal ini memang paling baik lagi.”

“Usianya masih muda, ilmu silatnya juga cetek, tak bisa membedakan mana yang berat dan mana yang enteng, lebih baik kau jangan menggertak dirinya, bila ada urusan bagaimana kalau dirundingkan saja dengan diriku ?” kata Kwik Soat kun.

Buyung Im seng segera menggeleng.

“Nona Kwik. apakah kau mengira aku hendak memohon sesuatu kepadamu, maka sengaja melakukan tindak tanduk ini ?”

Dengan cepat Kwik Soat kun.

“Aku tak akan melakukan pemikiran seperti itu.”

“Aku hendak memberitahukan kepadamu, entah nona Nyoo hidup atau mati, keadaanmu tetap berada dalam keadaan bahaya.”

“Atas dasar apa kau berkata demikian ?”

“Aku masih ingat kalau kau sudah menderita luka dalam, meskipun tidak terlalu parah, akan tetapi tidak bisa digolongkan ringan, apabila aku membantu orang-orang yang mengepungmu disekitar sini untuk bertarung mati-matian, siapa menang siapa kalah rasanya masih sulit untuk dikatakan.”

“Sekarang mereka sudah dibikin ketakutan oleh kehebatan ilmu pedangku dan sadar kalau kemampuan mereka taka akan mampu menandingi diriku, maju kedepan ttak lebih hanya menghantar kematian dengan percuma, apalagi nona pun belum tentu bisa menggerakkan hati mereka.”

“Kau keliru diantara mereka terdapat beberapa orang jago lihay yang sudah terpengaruh oleh ucapanku sehingga tidak ikut turun tangan, dalam hal ini mereka sekarang sudah pasti terbakar suatu pengharapan, bila mereka merasa harapan itu akan punah, maka sudah pasti akan timbul kembali sikap nekadnya.”

“Aku tahu kalau akalmu banyak dan amat licik, perbuatan meniru atau gertak sambal sudah merupakan pekerjaan rutinmu. Coba kau katakana dulu harapan apakah yang terkandung di dalam hati mereka, dan bagaimana pula kau bisa menggerakkan sifat nekad mereka.”

“Diantara mereka ada yang mengiginkan untuk memperoleh jubah kuning, bila kuberitahukan kepada mereka bahwa kau merupakan satu-satunya penghadang, maka akan timbul kenekatan mereka untuk menyerbu dan mengerubuti dirimu.”

Buyung Im seng termenung sejenak, kemudian katanya : “Apakah kau yang memberitahukan kepada mereka bahwa jubah kuning itu menandakan kedudukan seorang sengcu.” 

“Ya, memang begitlah.”

Buyung Im Seng segera tertawa dingin.

Apakah kau mengira orang-orang itu semua berasal ruang Seng tong?” jengeknya “Dan kau anggap kedua orang manusia berbaju kuning itu benar-benar merupakan dua orang sengcu yang datang dari ruang Seng tong dan hendak menyulitkan kita?”

Bagaimanapun cerdiknya Kwik Soat-kun tak urung juga dia dibikin tertegun dan bingung juga oleh serentetan pertanyaan dari Buyung Im Seng ini.

Setelah tertegun beberapa saat, dia lantas bertanya :

“Apakah kesemuanya ini sudah kau atur sebelumnya?’ “Bukan aku yang mengatur.”

“kalau bukan kau, apakah Buyung Kongcu yang asli?”

Baru saja Buyung Im Seng akan menjawab mendadak terdengar serentetan suara irama musik yang aneh, rendah dan berat berkumandang datang dari kejauahan sana.

Bersambung ke jilid 43
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar