Lembah Tiga Malaikat Jilid 41



Jilid 41

Sambil tertawa dingin Kiu Ci mo ang segera berseru.

“Walaupun lohu pun pernah mendengar tentang kabar berita tersebut, namun dihati kecilku rada kurang percaya, bila ada waktu nanti aku ingin membuktikannya sendiri. Sekali lagi Hong-ya tojin mengangguk berulang kali.

Tong Lim yang menjumpai kejadian mana segera berpikir.

“Walaupun ilmu silat yang dimiliki Hong-ya tojin sangat lihai, namun berbicara soal akal muslihat belum tentu dia memiliki kelebihan tersebut…””

Sementara itu Hong-ya tojin telah menggerakkan tangan kirinya sambil menggoyang kencang, kemudian dengan pedang ditangan kanannya dia menulis beberapa huruf diatas tanah.

Walaupun cahaya api yang menerangi disekeliling tempat itu terang benderang, namun berhubung jaraknya terlampau jauh, Tong Lim tak dapat melihat dengan jelas tulisan apakah yang tertera diatas tanah itu….

Ketika Kiu ci mo ang selesai membaca tulisan yang tertera diatas tanah itu tak tahan lagi ia segera tertawa terbahak-bahak.

“Haaah.. haaah… haah.. lohu setuju sekali, setelah berdiam diri selama puluhan tahun dalam lembah, mungkin akupun sudah bukan tandingan dari Buyung Tiang kim lagi, bila berjumpa nanti kita memang harus turun tangan bersama-sama.”

Hong-ya tojin tertawa lalu manggut-manggut.

Walaupun pembicaraan tersebut dilangsungkan dengan suara yang tidak keras, namun beberapa orang itu memiliki tenaga dalam yang cukup sempurna, ketajaman mata serta 

pendengarannya juga melampaui orang biasa, itulah sebabnya semua pembicaraan dapat mereka dengar dengan jelas sekali.

Seng Cu sian dan Lui Hua hong sekalian sama-sama merasa terperanjat, pikir mereka. “kalau didengar dari nada pembicaraan mereka, tampak Buyung tiang kim toako memang Sementara itu semua jago yang bersembunyi diatas pohon rata-rata sudah tahu tentang identitas pendatang tersebut, setiap orang yang mengenali Kiu ci mo ang dan Hong ya tojin rata-rata merasa terkesiap dan berdebar keras hatinya, mereka segera memperingatkan diri sendiri.

“Seandainya tempat persembunyian ini diketahui oleh mereka berdua, sudah pasti mereka akan naik darah karena gerak geriknya diintip orang itu berarti keselamatan jiwapun terancam,…aaah, aku harus bersikap lebih berhati-hati.”

Ternyata Kiu ci mo ang serta Hong ya tojin merupakan dua orang manusia buas yang gemar membunuh sejak puluhan tahun berselang, mereka merupakan gembong iblis yang disegani oleh setiap umat persilatan.

Berbeda dengan Kwik Soat kun, menyaksikan mereka berdua muncul disitu, dia jadi berpikir dengan perasaan keheranan.

“Aneh, mengapa kedua orang itu bisa menemukan tempat tersebut, padahal didalam surat tidak dituliskan dimanakah mereka berdua harus berjumpa muka. Entah bagaimana cara mereka berdua bisa muncul ditempat ini.”

Dalam pada itu Kiu ci mong telah mengangkat tongkat kayu berwarna hitamnya secara tiba-tiba ke udara, sedangkan Hong ya tojin juga pelan-pelan mengayunkan pedangnya. Para jago merasa terkejut, mereka mengira kedua orang ini hendak melangsungkan suatu pertempuran sengit.

Siapa tahu begitu ujung pedang dan tongkat saling bersentuhan satu sama lainnya, mereka segera mundur sejauh tiga langkah dan masing-masing duduk bersila sambil bersemedi.

Kiranya dalam hati kecil mereka berdua masih tertanam perasaan tidak saling percaya, oleh sebab itu diantara mereka pun dipisahkan oleh suatu jarak tertentu sehingga tidak cukup kesempatan bagi kedua orang itu untuk bersama-sama melakukan sergapan.

Dalam posisi demikian, entah siapa pun yang ingin melakukan sergapan secara tiba-tiba, pihak yang lain masih memiliki kesempatan untuk melindungi diri.

Dibawah cahaya obor, tampak kedua orang itu memejamkan matanya rapat-rapat dan duduk tak berkutik.

Jelas menjelang suatu pertempuran sengit yang bakal berlangsung, mereka berdua samasama berusaha keras untuk menjaga kondisi badan masing-masing.

Waktu pun berlalu dalam keheningan serta suasana tegang yang mencekam, walaupun hanya sebentar namun memberikan perasaan amat lama bagi setiap orang yang menanti. Ditengah keheningan, tiba-tiba terdengar suara batuk seseorang berkumandang memecahkan keheningan. 

Ketika semua orang menengok ke arah mana datangnya suara batuk tersebut, tampak seorang kakek berjubah hijau yang mengenakan kain cadar hijau diwajahnya, sambil mengenggam pedang terhunus masuk ke tengah arena dengan langkah pelan.

Kiu ci mo ang dan Hong-ya tojin serentak melompat bangun, menggerakkan senjata masing-masing untuk melindungi badan.

Jarak Tong Lim dengan arena paling dekat, dia pula yang dapat menyaksikan kesemuanya itu paling jelas.

Dirasakan olehnya bahwa manusia berjubah hijau itu mempunyai sepasang mata yang tajam bagaikan sembilu, sinar mata itu mencorong keluar dari balik kain cadarnya dan mendatangkan perasaan bergidik bagi siapa pun yang memandangnya.

Kiu ci mo ang segera tertawa terbahak-bahak.

“Haaaa, haaaa, haaa.. Buyung Tiang kim kita adalah musuh bebuyutan tak usah mengenakan kain cadar hijau lagi untuk berlagak sok rahasia, lepaskan kain cadarmu dan mari kita saling bertemu dengan wajah asli masing-masing, dengan begini pertarungan diantara kita pun dapat dilangsungkan dengan lebih menggairahkan dan nikmat !”

Kakek berjubah hijau itu tertawa dingin.

“Hmm, iblis tua, walaupun kau berbicara santai, padahal dihati kecilmu belum bisa menebak identitasku secara tepat, bukankah begitu ?”

Kiu ci mo ang mengangkat toya hitamnya ke udara, lalu berkata dingin.

“Berada dalam keadaan dan situasi seperti ini, aku rasa kau pun tak usah bermain setan lagi.”

Mendadak tongkatnya digerakkan, secepat sambaran petir dia cakil kain kerudung yang menutupi wajah kakek berjubah hijau tersebut.

Kakek berjubah hijau tersebut mengayunkan pedangnya menciptakan segulung cahaya pelangi berwarna perak.

“Traangg!” diiringi dentingan nyaring, dia sudah membendung datanya sambaran tongkat kayu itu.

“Bila kalian memaksa untuk bertarung, ini berarti kalian tak akan memiliki kesempatan lagi untuk melanjutkan hidup, oleh sebab itu sebelum pertarungan dilangsungkan aku ingin mengajukan beberapa buah pertanyaan kepada kalian.”

Kiu ci mo ang mundur tiga langkah ke belakang, kemudian berseru. “Baik ! Tanyalah !”

“Atas perintah siapa kalian berdua datang kemari ?”

“Kau yang mengundang kami kesini, tapi sekarang berlagak pilon, sesungguhnya apa maksud tujuanmu yang sebenarnya ?” Kiu ci mo ang balik bertanya dengan suara dingin. “Kau bilang lohu yang mengundang kedatangan kalian ?” seru kakek berbaju hijau itu keheranan. 

“Buyung Tiang kim, kau tak usah berlagak pilon lagi, kini kami sudah datang kemari, berarti suatu pertempuran sengit tak akan bisa dihindari lagi, berapa banyak bala bantuan yang kau bawa ? Suruh saja orang-orang itu maju bersama.”

Kakek berjubah hijau itu tidak segera menjawab pertanyaan tersebut, dengan sorot mata yang tajam bagaikan sembilu dia mengawasi sekejap sekeliling tempat itu, kemudian pelan-pelan baru berkata :

“Kau si gembong iblis tua apa merasa kalau lohu bukan tandinganmu lagi ?” Kiu ci mo ang tertawa dingin.

“Heeeh..heeeh..heeeh.. itu tidak, kau telah menyiksaku selama puluhan tahun, rasa benci lohu kepadamu sudah merasuk ke tulang sumsum, oleh karena itu aku sudah bertekad untuk bekerja sama dengan Hong ya tojin untuk merenggut nyawamu, nah aku sudah memberi keterangan sebelumnya, harap kau pun membuat persiapan-persiapan bilamana perlu.”

Kakek berjubah hijau itu balas tertawa.

“Heeeh… heeehh… heeehh, kecuali kalian berdua berapa banyak pembantu yang kau bawa ?”

Kiu ci mo ang menjadi gusar sekali, teriaknya.

“Kami hanya berdua, sisanya merupakan anak buahmu semua.”

“Hmm…lohu sudah mengutus dua belas orang untuk mengatur lapangan ini, sekarang hanya membawa empat orang pembantu, termasuk lohu hanya berjumlah tujuh belas orang” kata manusia berjubah hijau itu sambil tertawa dingin.

“Apabila kau Buyung tayhiap merasa jumlah anggota yang kau bawa tidak cukup, boleh saja kau turunkan perintah untuk mengumpulkan berapa orang yang lebih banyak” jengek Kiu ci mo ang sinis.

Manusia berjubah hijau itu segera menyentil pedangnya, lalu berkata :

“Baiklah, kalau toh kalau toh kau Kiu ci mo ang sengaja ingin berlagak sok rahasia, lohu pun tak akan banyak bertanya lagi.”

Tanya jawab antara kedua orang itu segera menggetarkan sukms Seng Cu siang sekalian yang sedang bersembunyi diatas pohon.

Kalau didengar dari nada pembicaraan manusia berbaju hijau iut, jelas kalau dia tidak melihat kehadiran beberapa orang itu, namun dengan mengandalkan tenaga dalamnya yang sempurna, dia telah merasa kalau dalam hutan tersebut tersembunyi beberapa orang. Ditinjau dari hal ini pun sudah jelas terlihat kalau Hong ya tojin dan Kiu ci mo ang sudah kalah setingkat.

Kiu ci mo ang berpaling sambil memandang sekejap ke arah Hong ya tojin, lalu ujarnya. “Tosu tua, kau sudah disekap selama puluhan tahun olehnya, sudah cukup merasakan siksaan lahir maupun batin, hari ini merupakan saat yang tepat bagimu untuk menuntut balas, kalau tidak turun tangan sekarang hendak menunggu sampai kapan lagi ?” 

Sambil membentak dia mengangkat tongkatnya langsung dihantamkan ke atas dada manusia berbaju hijau itu.

Hong-ya tojin menggerakkan pula pedangnya, melepaskan sebuah serangan dari samping.

Kerja sama dari dua orang gembong iblis ini sudah menghasilkan suatu kekuatan yang luar biasa.

Pedang tersebut menyambar lewat bagaikan sambaran petir dan menciptakan segulung hawa pedang yang menggidikkan hati.

Sementara bayangan tongkat besi bagaikan kabut tebal yang menyelimuti seluruh angkasa.

Dipandang dari kejauhan sana dibawah cahaya api nampak gumpalan cahaya putih dan selapis bayangan tongkat bersama-sama menekan ke atas tubuh manusia berbaju hijau itu.

Mendadak manusia berbaju hijau itu mengayunkan pedangnya, bayangan tubuhnya segera lenyap tak berbekas, yang nampak sekarang tinggal sekilas cahaya bianglala berwarna perak yang menerjang ke balik gulungan bayangan tongkat tersebut.

Perlu diketahui, ilmu silat yang dimiliki ketiga orang itu sama-sama telah mencapai puncak kesempurnaan, baik serangan pedang maupun serangan tongkat semuanya dilancarkan dengan jurus perubahan yang sukar diikuti dengan pandangan mata.

Yang terlihat kini hanyalah gumpalan bayangan cahaya yang saling berputar diangkasa lalu mengalir dan menggulung tiada hentinya diatas tanah lapangan berumput tersebut. Malam masih tetap hening, sedikitpun tak terdengar suara bentrokan senjata.

Tapi deruan angin pedang membuat jilatan api dari obor yang berada disekeliling tempat itu bergoyang tiada hentinya.

Walaupun para jago yang bersembunyi dibelakang pohon rata-rata merupakan jago lihai yang sudah lama berkelana dalam dunia persilatan dan berpengalaman luas, namun selama hidup belum pernah mereka saksikan pertarungan yang begitu sengit, untuk sesaat semua orang segera menahan napas dan memandang dengan penuh perasaan tegang.

Si dewa ular Tong Lim berada paling dekat dengan arena pertarungan, dia pun merasakan akibatnya paling hebat, terasa hawa pedang yang menyambar-nyambar hampir semuanya mendesak ke atas tubuhnya, membuat kulit badannya sakit seperti disayat-sayat.

Berada dalam keadaan demikian, mau tak mau Tong Lim harus mengerahkan hawa murninya untuk melindungi badan, dia harus melawan desakan hawa pedang yang luar biasa dahsyatnya itu.

Mendadak ia merasakan kakinya menjadi dingin, menyusul celananya robek sebagian. Ketika ia menundukkan kepalanya untuk memeriksa, tampak sebuah bekas luka memanjang berwarna merah sudah muncul diatas kakinya bahkan lamat-lamat tampak darah bercucuran keluar. 

Dalam sekejap mata itulah terdengar suara bentrokan nyaring berkumandang memecahkan keheningan, bayangan manusia yang sedang bertarung dengan seru itupun segera saling berpisah.

Menengok ke depan tampak Kiu ci mo ang berdiri dengan memegang tongkat ditangan kanan, sementara tangan kirinya menekan diatas ambundnya sedang wajahnya menunjukkan sikap kesakitan hebat.

Hong-ya tojin mengangkat pedangnya tinggi-tinggi, sementara darah kental bercucuran dari atas kepalanya.

Akhirnya pedang tersebut terkulai ke bawah menyusul kemudian badannya ikut terjungkal ke tanah.

*Note (by maya) : Lanjutan dari jilid 37 (Jilid 38 ceritanya lompat) *

“Aku toh sudah menerangkan dengan jelas, begitu aku dan saudara Buyung telah selesai bertukar pakaian, kami akan segera datang kembali” kata Khong Bu siang cepat.

“Aku masih ingat kau pernah bilang, apabila kita melakukan suatu gerakan, maka musuh tangguh yang tersebar di empat penjuru kemungkinan besar akan maju bersama-sama untuk melancarkan serangan pada waktu itu, apa yang harus kami lakukan untuk menghadapi mereka ?”

“Kami akan segera datang memberikan pertolongan.”

“Tak usah kuatir hisumoay” kata Buyung Im seng pula, “kami tak akan pergi terlalu jauh.”

Melihat kesemuanya itu, Nyoo Hong leng segera berpikir dalam hati kecilnya.

“Ooooh… betapa bodohnya toako ku ini, aku sedang melindungimu selalu tapi kau justru malah membantu dia.”

Berpikir sampai disitu, dia pun menghela napas panjang, kemudian katanya.

“Tapi sebelumnya aku hendak menerangkan satu hal lebih dulu, apabila kalian belum menyanggupi aku pun tak akan melepaskan kalian untuk pergi.”

“Soal apa ?” tanya Khong Bu siang.

“Seandainya kalian belum kembali ke sini dan pihak musuh sudah melancarkan serangan total sehingga melukai salah seorang diantara kami bertiga, apa yang hendak kalian lakukan dalam keadaan begitu ?

“Menurut perasaan hian moay, apa yang harus kami lakukan ?” Buyung Im seng balik bertanya.

“Asal kau bisa mengucapkannya, kami pun sanggup untuk melakukannya” ucap Khong Bu siang pula.

“Baik ! Dimana kami menderita luka, kalian pun harus merasakan pula luka ditempat tersebut.”

“Soal ini… soal ini…” Khong Bu siang menjadi gelagapan, tampaknya dia tak menyangka kalau nona tersebut bakal mengajukan syarat yang begitu aneh. 

“Tak usah ini itu lagi” tukas Nyoo Hong leng cepat, “apabila kalian tak berani menyanggupi permintaanku ini, lebih baik jangan pergi dari sini lagi.” Dengan perasaan apa boleh buat terpaksa Khong Bu siang berkata. ”“Baiklah ! Akan kusanggupi semua kehendak hatimu itu.”

Nyoo Hong leng segera mengalihkan sorot matanya ke wajah Buyung Im seng, kemudian tanyanya pula.

“Bagaimana dengan kau ? Apakah kau pun menyanggupi ?” Buyung Im seng segera tertawa getir.

“Saudara Khong telah menyanggupi, sudah barang tentu akupun harus menyanggupi pula.”

Dengan sedih Nyoo Hong leng menghela napas panjang.

“Baiklah, sekarang kalian boleh pergi dari sini !” katanya kemudian.

Tampak Khong Bu siang kuatir apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkanlagi, dia segera melejit ke udara dan melompat sejauh dua kaki lebih dari posisi semula.

Buyung Im seng segera mengikuti dibelakang tubuhnya, tampak dua sosok bayang manusia berkelebat lewat, hanya dalam beberapa kali lompatan saja mereka sudah tiba disisi hutan.

Memandang bayangan tubuh kedua orang itu, Nyoo Hong leng menggelengkan kepalanya berulang-ulang kali.

“Aaai, bodohnya setengah mati !” ia bergumam dengan gemas.

“Apakah non maksudkan Buyung kongcu ?” bisik Kwik Soat kun dengan suara lirih. “Kalau bukan dia, siapa lagi ?”

“Menurut pendapat siaumoay, agaknya Buyung Im seng sudah dapat merasakan maksud hatimu untuk melindunginya…”

“Lantas mengapa dia masih tetap pergi juga ?” sela Nyoo Hong leng penasaran. “Itulah sebabnya siau moay lantas merasa kalau kemungkinan besar dia mempunyai maksud tujuan yang lain.”

“Oooh, mempunyai tujuan lain ?” Nyoo Hong leng berseru tertahan, agaknya dia seperti belum pernah berpikir sampai disitu.

“Betul, aku mempunyai perasaan demikian, lagi pula siau moay pun telah menemukan suatu hal yang lain.”

“Soal apa ?”

“Di dalam beberapa hari belakangan ini, agaknya Buyung kongcu telah mengalami suatu perubahan yang sangat besar….”

“Perubahan apa ? Mengapa aku tidak dapat merasakannya ?” 

“Dia berubah menjadi lebih tenang, lebih pandai menguasai diri, agaknya dia seperti sudah mempunyai suatu rencana yang matang untuk menghadapi situasi yang terbentang

di depan mata sekarang, mungkin kedua orang lelaki itu sedang saling beradu kecerdasan, hanya kita belum bisa melihat siapa yang lebih unggul diantara mereka berdua.”

“Aai, aku benar-benar tidak habis mengerti, apa sebabnya Buyung Im seng bersedia untuk saling bertukar tempat kedudukan dengan Khong Bu siang ? Apakah dia benar berniat untuk memasuki lagi sarang naga gua harimau ?”

“Disinilah letak perubahan dari Buyung Im seng, kalau dimasa lalu, kita masih bisa membaca maksud hatinya melalui perubahan mimik wajahnya, dan secara diam-diam ia dapat memberikan petunjuk kepada kita, maka sekarang, paras mukanya sama sekali tidak menunjukkan perubahan apa pun jua.”

“Ya, ucapanmu memang masuk di akal”

“Masih ada satu hal lagi yang mungkin belum pernah nona Nyoo bayangkan sebelumnya.:

“Katakan nona, aaai.. ! Selama beberapa hari ini kecerdasan otakku seakan-akan sudah tersumbat, aku sangat jarang sekali bisa memecahkan suatu persoalan.”

“Tampaknya Buyung Im seng mempunyai semacam kekuatan yang mendorongnya untuk berbuat demikian, dan kekuasaan tersebut besar sekali selain teramat rahasia, setiap kali dia berada dalam keadaan berbahaya dan terjepit, kekuatan itu pun segera terpancar keluar dan membantunya untuk melepaskan diri dari ancaman bahaya maut….”

Nyoo Hong leng hanya mengiakan saja tanpa memberi komentar apa-apa atas ucapan tersebut.

Kembali Kwik Soat kun berkata lebih jauh.

“Mungkin saja nona Nyoo tidak mempercayai perkataanku, cuma menurut pengalaman yang siaumoay miliki, dalam persoalan apa pun, tak mungkin soal rejeki dan faktir kebetulan yang mempengaruhi. Nona, apakah kau tidak merasa bahwa keberuntungan Buyung Im seng seakan-akan kelewat banyak…?”

Nyoo Hong leng termenung beberapa saat lamanya, kemudian manggut-manggut. “Ya betul, setelah enci menyinggung kembali soal ini, siau moay pun lantas turur merasakannya juga.”

“Nah, disitulah letak sumber kekuatan rahasia tersebut, agaknya seperti terdapat banyak manusia yang secara diam-diam membantunya, tapi Buyung Im seng pun tidak mirip seorang manusia yang licik. Aku percaya, dia bukan sengaja ada maksud untuk merahasiakan hal ini…”

“Maksudmu dia sendiri pun tidak tahu ?” tanya Nyoo Hong leng.

“Benar, dia sendiri pun tidak tahu ada seorang atau mungkin banyak orang sedang membantunya secara diam-diam dan mengaturkan segala persoalan baginya di dalam sepanjang perjalanan.”

Dari balik sepasang mata Nyoo Hong leng yang jeli tiba-tiba saja memancar keluar sinar kecerdasan yang tajam, seakan-akan dia berhasil melepaskan diri dari belenggu yang 

merisaukan dan mengacaukan pikirannya hingga kini dia balik kembali menjadi lebih cerdas dan lebih pintar daripada semula.

Sambil tersenyum Kwik Soat kun berkata lebih jauh.

“Keberuntungan dan kebetulan tidak selalu mengikuti seseorang, apalagi kendatipun benar-benar ada keberuntungan yang datang hal ini pun harus dimanfaatkan oleh seseorang yang berotak amat cerdas….”

Nyoo Hong leng manggut-manggut. “Ya, aku mengerti !”

“Kecerdasan nona dan ilmu silat yang nona miliki sama sekali tidak berada dibawahku, bahkan bisa jadi sepuluh kali lipat lebih hebat daripada diriku, seandainya kau bisa memandang dan menilai duduknya persoalan dengan pikiran yang dingin, aku percaya sudah pasti kau akan berhasil menemukan kunci dari semua persoalan ini….” Kemudian setelah berhenti sejenak, kembali dia melanjutkan.

“Perubahan situasi dalam dunia persilatan dewasa ini diputuskan oleh gerak geriknya dari perguruan tiga malaikat, agaknya semua latar belakang perguruan tiga malaikat pun sudah sampai saatnya untuk diungkapkan kembali.”

“Pandangan enci justru kebalikan dengan pendapat siau moay” kata Nyoo Hong leng, “menurut perasaanku tampaknya latar belakang dari perguruan tiga malaikat ini kian lama kian bertambah rumit, membuat orang semakin bingung dan tak tahu bagaimana harus mengatasinya.”

“Menurut pandangan secara sepintas lalu memang demikian, tapi apabila kita memandang setingkat lebih dalam, perubahan situasinya sangat rudin dan tak terhitungkan banyaknya, seperti misalnya Khong Bu siang minta kepada Buyung kongcu agar menyamar menjadi Toa sengcu, apakah hal ini tiada suatu maksud tertentu ?” “Siau moay tak dapat menebak, dimanakah letak tujuan Khong Bu siang yang sesungguhnya ?”

“Di dalam perkumpulan Li ji pang kami terdapat semacam keistimewaan yang tidak akan pernah dijumpai dalam perguruan atau perkumpulan lain, yaitu kami menyimpan bahanbahan tentang pelbagai jago persilatan yang ada di dunia ini selama ratusan tahun terakhir ini, kami menyimpan semua bahan itu secara teratur dan semua kejadian besar pun sudah kami catat dan kami simpan secara seksama…”

Seperti teringat akan sesuatu, dengan cepat Nyoo Hong leng menukas : “Apakah terdapat pula catatan perihal tentang Khong Bu siang ?”

“Tidak ada. Jago persilatan di dunia ini banyaknya bukan main, tak kujumpai seorang jagoan seperti dia.”

“Tetapi Khong Bu siang toh muncul secara hidup-hidup disini, bukankah hal ini menunjukkan kalau bahan yang berhasil dikumpulkan perkumpulanmu kelewat minim >” “Bukan kelewat minim, melainkan dalam dunia persilatan pada saat ini memang tak terdapat seorang manusia semacam ini.” 

“Tidak terdapat manusia semacam ini ? Apakah kau tak salah melihat… ?”

“Setelah aku saksikan tanda rahasia diatas pergelangan tangannya, barulah aku ketahui akan identitasnya yang sebetulnya.”

“Siapakah dia ?”

“Dia adalah Hua sin kongcu (kongcu berubah badan) Ong Goan khong. Rupanya dia telah menggunakan nama terakhirnya sebagai nama marganya hingga menjadi Khong Bu siang.”

“Hoa sin kongcu Ong Goan khong ? Darimana kau bisa mengenali dia ?”

“Diantara bahan-bahan yang dikumpulkan oleh perkumpulan Li ji pang, bukan saja ada catatan tentang manusianya, tentang peristiwanya, dari orang-orang penting yang ada, kami pun mencatat ciri khasnya dan bentuk wajahnya, Ong Goan khong boleh berubah badan menjadi seribu bahkan selaksa kali, dia boleh merubah wajahnya menjadi bentuk apa pun, tapi jangan harap dia bisa merubah daging lebih yang berada diatas pergelangan tangan kirinya.”

“Aku sudah cukup lama berkelana dengannya, mengapa tidak kulihat akan hal ini ?” “Itulah sebabnya kukatakan bahwa nona tidak memperhatikan dengan seksama….” Sementara pembicaraan masih berlangsung, Khong Bu siang dan Buyung Im seng telah muncul kembali dengan langkah lebar.

Kwik Soat kun segera berbisik.

“Hati-hati sedikit, coba kita lihat ia masih mempunyai siasat licik apa lagi.”

Diam-diam Nyoo Hong leng menghembuskan napas panjang, kemudian menghimpun tenaga dalamnya dan mempersiapkan diri, dipandangnya wajah kedua orang itu lekatlekat.

Khong Bu siang berjalan di depan sedangkan Buyung Im seng mengikuti di belakang. Sorot mata Nyoo Hong leng yang tajam segera memperhatikan wajah kedua orang itu secara bergantian, kemudian katanya.

“Apakah kalian berdua sudah berganti dandanan ?”

Khong Bu siang yang mengenakan kain cadar segera maju ke depan seraya menyahut. “Sudah sekarang aku adalah Buyung Im seng.”

Buyung Im seng yang mengikuti dibelakangnya dengan cepat menyambung. “Belum. belum berganti dandanan, dia masih tetap Khong Bu siang !”

Agaknya Nyoo Hong leng sudah mempunyai suatu rencana tertentu, secara diam-diam ia memperhatikan pergelangan tangan kiri kedua orang tersebut.

Tampak kedua orang itu sama-sama menjulurkan tangan kirinya ke bawah sehingga tertutup dibalik ujung bajunya, dengan demikian sukar untuk melihat pergelangan tangan kiri mereka.

Diam-diam Nyoo Hong leng menghembuskan napas panjang. 

“Jangan-jangan Khong Bu siang sudah mempunyai suatu perasaan was-was terhadap hal itu ?”

Tedengar manusi berkerudung itu berkata.

“Nyoo hoan moay, siuheng telah mendapat petunjuk dari saudara Khong tentang bagaimana caranya menghadapi musuh, sebentar kau dan saudara Khong boleh pergi dari sini, sedang siauheng sendiri mungkin tak bisa menghantarmu lebih jauh.”

Nyoo Hong leng tak dapat melihat tonjolan daging lebih yang berada pada pergelangan tangan kiri mereka, maka dia memperhatikan dengan seksama dengan harapan menemukan kedudukan mereka berdua dari nada pembicaraannya.

Kalau didengar dari suara orang berkerudung itu memang Buyung Im seng adanya. Terdengar Buyung Im seng berkata lagi.

“Aku tidak habis mengerti, mengapa saudara Khong harus menggunakan akal busuk untuk membohongi nona Nyoo ?”

Nyoo Hong leng mencoba untuk memperhatikan dengan seksama, tapi dengan cepat hatinya merasa terperanjat, pikirnya kemudian.

“Heran, mengapa orang ini pun mempunyai nada suara seperti pada suara Buyung Im seng ?”

Untuk beberapa saat lamanya dia menjadi tertegun dan tak sanggup mengucapkan sepatah katapun.

Sekalipun dia cerdik, tak urung ia dibikin kebingungan juga oleh peristiwa tersebut sehingga tanpa terasa dengan perasaan gelagapan ia berpaling ke arah Kwik Soat kun sambil berseru.

“Cici, bagaimana jadinya sekarang ?”

Kwik Soat kun sendiripun tidak habis mengerti dibuatnya, tapi diluaran dia masih mempertahankan ketenangan seperti semula, pelan-pelan dia maju ke depan, kemudian serunya.

“Khong Bu siang, aku memahami akan maksud hatimu itu !”

Secara diam-diam dia mencoba untuk memperhatikan perubahan mimik wajah dari mereka berdua.

Tampak paras muka Buyung Im seng diliputi rasa bingung, dia mengangkat bahunya tanpa menjawab.

Kwik Soat kun segera memperhatikan manusia berkerudung itu tajam-tajam, lalu serunya lagi.

“Kalau toh kau menyaru sebagai Buyung Im seng, rasanya tidak perlu untuk memakai kain kerudung lagi.”

Khong Bu siang segera mengangkat tangan kanannya dan melepaskan kain cadar tersebut, kemudian katanya.

“Nona Kwik, kau…” 

“Hei, apa yang telah terjadi ?” teriak Nyoo Hong leng mendadak dengan perasaan terkejut.

Rupanya setelah orang itu melepaskan kain kerudung hitamnya, ternyata dia pun Buyung Im seng.

Sambil tersenyum Kwik Soat kun segera berseru.

“Nona Nyoo, tak usah gelisah aku percaya masih bisa membedakan mereka berdua.” Dua orang Buyung Im seng segera berpaling bersama-sama, keempat mata mereka bersama-sama dialihkan ke wajah Kwik Soat kun.

Setelah mendehem pelan Kwik Soat kun berkata.

“Salah satu diantara kalian berdua sudah pasti gadungan.”

“Siapakah diantara kami berdua yang gadungan ?” tanya dua orang Buyung Im seng itu bersama-sama.

“Sampai kini aku memang masih belum tahu dengan pasti, tapi dengan cepatnya aku dapat membedakan hal tersebut, sebab Buyung Im seng yang gadungan kalau bukan memakai obat-obatan diwajahnya, tentu dia memakai topeng kulit manusia.”

Tanpa terasa kedua orang Buyung Im seng itu saling berpandangan sekejap.

“Cici, buat apa kau mesti membuang waktu dengan percuma…” seru Nyoo Hong leng cepat.

“Nona Nyoo untuk sementara waktu serahkan saja persoalan ini kepadaku” buru-buru Kwik Soat kun menyambung, “apabila caraku gagal, barulah kita coba dengan cara nona.”

Nyoo Hong leng tidak tahu permainan apakah yang hendak dilakukan oleh gadis tersebut, terpaksa dia harus mengiakan dan mengundurkan diri ke samping.

“Siapa yang menaruh maksud untuk melawan, maka orang itu sudah pasti bukanlah Buyung Im seng.”

“Betul !” pikir Nyoo Hong leng cepat, “yang satu adalah Kong Bu siang, sedangkan yang lain adalah Buyung Im seng, untuk saat ini mereka telah muncul sebagai dua orang Buyung Im seng, tentu saja salah seorang diantaranya memakai topeng manusia. Cara ini sebetulnya amat biasa, tapi seringkali justru mendatangkan hasil yang diluar dugaan.” Tampak Buyung Im seng mengangkat tangan kanannya mencegah Kwik Soat kun untuk maju, serunya.

“Tunggu sebentar !”

Siau tin yang berdiri disampingnya segera maju ke depan sambil melancarkan totokan ke arah iga kanan Buyung Im seng, serunya keras.

“Dia yang gadungan !” oooOooo

Dengan cekatan Buyung Im seng berkelit kesamping, kemudian serunya lagi. 

“Aku hendak mengucapkan sesuatu !”

“Buyung kongcu masih ada petunjuk apa lagi ?” tanya Kwik Soat kun kemudian.

“Pada saat ini dan situasi begini, musuh tangguh masih berada di sekeliling kita, setiap saat ancaman bahaya maut dapat mengancam keselamatan kita, apabila kita harus bertarung sendiri lebih dulu, bukankah hal ini justru akan membantu orang lain untuk menciptakan kesempatan yang amat baik ?”

“Seandainya kau adalah Buyung Im seng yang asli, tentu saja tak akan tarung dengan kami.”

“Kecuali aku, masih ada seorang yang gadungan, bukankah hal ini berarti bahwa suatu pertarungan tak mungkin bisa dihindari ?”

“Lantas bagaimana menurut pendapat kongcu ?”

“Aku pun bukan seorang manusia yang amat penting, rasanya akupun tak usah menggunakan siasat melumuri mata ikan dengan mutiara dengan mencampurkan dua orang manusia dengan wajah sama agar musuh kebingungan….”

“Apakah menurut kongcu, hal ini sebenarnya merupakan suatu kejadian yang amat biasa

?” tanya Kwik Soat kun kemudian.

“Bukan begitu, mungkin saja hal ini merupakan siasat besar pun tak kecil, namun aku merasa bahwa soal membedakan mana yang asli dan bukan, bukanlah suatu hal yang terlampau sukar. Paling tidak, aku dapat berusaha sekuat tenaga untuk melakukan kerja sama. Tapi sekarang agaknya kita pun tak usah ribut dikarenakan persoalan ini, sehabis menghadapi musuh tangguh nanti, rasanya belum terlambat untuk membedakan mana yang asli dan tidak.”

“Ya, memang masuk diakal !”

Sorot matanya segera dialihkan ke tubuh Khong Bu siang, kemudian melanjutkan. “Sebelum identitas kalian berdua menjadi jelas, lebih baik kau kenakan saja dahulu pakaian Khong Bu siang ini, kami pun masih akan menyebutmu sebagai Toa sengcu.” “Jadi kalian sudah mempercayai perkataannya itu ?” tanya Khong Bu siang cepat.

Nyoo Hongleng segera menghela napas.

“Dengan wajah yang sama dan suara yang sama, siapa yang bisa membedakan mana yang asli dan mana yang gadungan.”

“lantas bagaimana menurut pendapat Toa sengdu ?” tanya Kwik Soat kun kemudian. “Ini namanya siasat memindah bunga menyambung ranting, bila dari pihak Seng tong ada yang mengejar kemari, maka tujuan mereka adalah Khong Bu siang, bila aku bisa munculkan diri guna menghadang kepergian mereka, siapa tahu kalau kalian akan mendapat kesempatan untuk melarikan diri ?”

“Seandainya kau adalah Buyung Im seng, bukankah hal ini justru akan memenuhi keinginan hatimu ?”

“Dibalik kesemuanya ini masih ada sedikit selisih perbedaan, yakni dia tidak memberitahukan kepadaku bagaimana caranya untuk menghadapi orang-orang asing 

yang berada di dalam ruang Seng tong, sekalipun aku dapat memasuki ruang Seng tong, paling banter juga bakal mati.”

“Khong Bu siang benar-benar berhati kejam dan buas !” seru Siau tin cepat. Khong Bu siang menghela napas panjang.

“Berada dalam keadaan seperti ini, aku benar-benar merasa sulit untuk berbicara.” “Menurut Buyung Im seng tadi, setelah meninggalkan tempat berbahaya ini, kita akan membedakan lagi mana yang asli dan mana yang gadungan, entah bagaimanakah menurut pendapatmu sekarang ?” tanya Kwik Soat kun lagi.

“Di dalam menghadapi pertarungan ini kemungkinan besar adalah salah seorang diantara kami, dua orang Buyung Im seng bakal tewas.”

“Tapi orang yang bakal tewas toh belum tentu adalah kau ?” Khong Bu siang tertawa getir.

“Tentu saja kesempatan untukku paling besar.”

Mendadak sambil merendahkan suaranya, dia melanjutkan.

“Mati hidupku bukan sesuatu yang luar biasa tapi nama harum keluarga Buyung juga tak boleh sampai rusak, apabila aku menemui musibah, harap kalian berdua suka memperhatikan dengan seksama, jangan sampai orang lain mencatut namaku untuk melakukan kejahatan dalam dunia persilatan, sekalipun kalian berdua tak dapat melenyapkan dia, paling tidak juga harus menyingkap penyaruannya itu.”

Sambil tertawa Kwik Soat kun manggut-manggut.

“Ucapanmu memang benar ! Seandainya benar-benar sampai berada dalam keadaan seperti itu, kami semua pasti akan selalu menghormati janji kami dengan kongcu.” Mendadak Khong Bu siang berkerut kening, lalu serunya.

“Kalau didengar dari nada pembicaraan nona, tampaknya kau sudah menaruh curiga atas identitasku ini.”

“dalam dunia dewasa ini hanya terdapat seorang Buyung kongcu, tapi sekarang ada dua orang Buyung kongcu yang hidup segar bugar berdiri dihadapanku.”

“Nona harus mengerti” sambung Khong Bu siang cepat, “diantara kita berdua, yang seorang adalah Khong Bu siang.”

“Aku tahu, tapi sebelum kami dapat membedakan dengan pasti yang asli dan mana yang gadungan, aku hanya akan mempercayai kalian seorang setengah bagian, oleh sebab itu terhadap pesanmu aku hanya bisa berjanji sebagian saja.”

Khong Bu siang menghela napas panjang dan tidak banyak bicara lagi.

Kwik Soat kun segera berpaling ke arah Buyung Im seng sambil berkata lagi. “Entah kau yang asli atau yang gadungan, terpaksa kaupun harus menunggu dulu.”

“Aku mah lebih setuju untuk menghadapi musuh tangguh lebih dahulu, kemudian baru membedakan mana yang asli mana yang gadungan.” 

Mendadak terdengar Siau tin berteriak. “Mereka sudah mulai turun tangan !”

Kwik Soat kun segera mengalihkan sorot matanya ke depan, tampak olehnya dari sekeliling tempat itu sudah muncul dua puluh orang yang secara terpisah bergerak mendekati beberapa orang itu, maka ujarnya kemudian.

“Siau tin, berdirilah dekat nona Nyoo !”

Dengan cepat diapun melompat mundur dan berdiri di samping Nyoo Hong leng. Siau tin segera mengikuti dibelakang Kwik Soat kun dan melayang turun disisi tubuh Nyoo Hong leng.

Sementara itu dari empat penjuru sudah bermunculan musuh dalam jumlah yang sangat banyak, kini jumlahnya sudah mencapai empat lima puluh orang.

Khong Bu siang yang mengenakan baju berwarna hitam segera mengenakan kain cadar hitamnya dan melangkah lima tindak ke sisi kanan dan berdiri di situ.

Lima orang itu segera membentuk sebuah sudut segitiga, tapi jarak diantara masingmasing pihak mencapai satu kaki lebih, sehingga apabila benar-benar berkobar suatu pertarungan, maka masing-masing pihak sukar untuk saling menolong.

Mendadak Nyoo Hong leng berbisik.

“Enci Kwik, apakah kau telah berhasil melihatnya ?” “Melihat apa ?”

“Siapakah Buyung Im seng yang sebenarnya ?”

“Kemampuan dari Hua sin kongcu memang sangat hebat dan harus diakui akan kelihaiannya, bukan hanya raut wajahnya saja yang sama, bahkan suarapun sukar dibedakan antara yang satu dengan yang lainnya.”

“Aku berhasil menemukan setitik tanda kelemahan, mereka sesungguhnya tidak berganti pakaian. Yang Khong Bu siang tetap merupakan Khong Bu siang yang asli”

“Sekarang lebih baik kita tak usah memeras otak kesitu, lebih kita sama-sama menghadapi musuh tangguh lebih dulu.”

Nyoo Hong leng segera berpaling dan memperhatikan sekejap disekeliling tempat itu, kemudian katanya dengan suara dingin.

“Cici, musuh mempunyai kekuatan yang sangat besar, ini berarti kedudukan kita berbahaya sekali, sekarang empat arah delapan penjuru merupakan posisi musuh untuk melancarkan serangan, bila mereka berdua tidak mau melawan musuh bersama-sama kita, aku kuatir sulit buat siau moay untuk memberikan suatu perlindungan yang sempurna.”

“Aku memahami maksud perkataanmu itu” sambung Kwik Soat kun dengan cepat, “tapi kaupun tak usah menguatirkan kami, asal nona mau berusaha dengan sekuat tenaga, itu sudah lebih dari cukup. Bila kami tak beruntung dan tewas dalam pertempuran ini, mungkin memang begitulah nasib kami….” 

“Hm! Entah apa maksud tujuan dari Khong Bu siang itu. Seandainya dia tidak menggunakan permainan busuk ini, dengan kekuatan gabungan kita semua, asal Ji sengcu dan Sam sengcu tidak datang, seharusnya kita masih sanggup untuk menghadapinya.” Perkataan itu sengaja diutarakan dengan suara keras, baik Khong Bu siang maupun Buyung Im seng dapat mendengar ucapan mana dengan sangat jelas, tapi kedua orang itu tetap membungkam dalam seribu bahasa.

Sementara itu kawanan penjahat itu telah sama-sama menghentikan gerakannya berhubung posisi berdiri ketiga kelompok manusia itu nampak aneh, karena mereka tak tahu apa yang harus dilakukan untuk sesaat tiada yang melakukan sesuatu tindakan.

Rupanya posisi berdiri ketiga kelompok manusia itu membentuk sudut segi tiga dengan masing-masing berselisih jarak sejauh satu kaki lebih.

Itulah sebabnya orang-orang yang datang mengerubuti tidak mengetahui bagaimana harus mengepung ketiga kelompok manusia itu, sebab jarak mereka terlalu besar, puluhan orang pun belum tentu mampu membuat satu lingkaran yang bisa mengepung mereka menjadi satu.

Seorang kakek berbaju biru yang nampaknya merupakan pemimpin dari rombongan pengerubut tersebut segera berseru dengan suara lantang.

“Kalian segera memencarkan diri dan kepung mereka semua !” Buyung Im seng segera tertawa dingin, jengeknya.

“Kalau hanya kalian beberapa orang saja, sekalipun hendak maju bersama juga sama sekali tak berguna, paling banter toh cuma menghantar kematian buat dirimu sendiri, bila masih ada orang yang hendak datang, lebih baik tunggu saja sampai mereka datang semua.”

“Siapakah kau ? Besar amat bacotmu itu ?” seru kakek berbaju biru itu dengan cepat. “Tak usah tahu siapakah aku, lihat dulu manusia berkerudung hitam itu.”

Kakek berbaju biru segera berpaling dan memandang sekejap ke arah manusia berkerudung hitam tadi, kemudian balik bertanya.

“Siapakah dia ?”

“Heeh….heeeh, tampaknya kalian cuma anjing-anjing yang bermata buta” seru Buyung Im seng sambil tertawa dingin tiada hentinya.

Kakek berbaju biru itu menjadi naik pitam.

“Hei bocah keparat, mengapa kau mengumpat orang sekehendak hatimu sendiri ?” “Bukankah kalian anggota Sam seng bun ?”

“Ditempat dan disuasana seperti ini, kalau bukan orang Sam seng bun, bagaimana bisa sampai disini ?”

“Kalau toh orang-orang dari perguruan tiga malaikat, mengapa tidak kenal Toa sengcu kalian ? Kalau bukan anjing-anjing bermata buta memangnya kalian manusia ?” 

“Kau tak usah mengaco belo tak karuan” kakek berbaju bitu itu semakin marah, “apabila Toa sengcu kami datang kemari, masa pihak Seng tong tidak mengirim surat pemberitahuan.”

Buyung Im seng segera mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak dengan suara kerasnya.

“Haaah… haaaah… haaah… kau tidak percaya dengan perkataanku ? Sebentar tanyakan sendiri kepada Ji sengcu kalian, urusan toh akan menjadi jelas dengan sendirinya.

Selama ini Khong Bu siang cuma berdiri serius ditempat semula, tidak mengakui ataupun mengiyakan, dia hanya berdiri dengan wajah sedingin es….

Tampaknya kakek berbaju bitu itu merupakan pemimpin dari rombongan manusiamanusia tersebut, mendadak dia mengulapkan tangannya sembari berseru. “Segera menyebarkan diri dan kepung mereka rapat-rapat !”

“Jangan bergerak !” dengan suara yang keras bagaikan suara geledek ditengah hari bolong, Buyung Im seng membentak nyaring.

Bentakan tersebut bukan saja diutarakan dengan suara nyaring, agaknya disertai pula dengan tenaga dalam yang amat sempurna, sebenarnya puluhan orang lelaki bersenjata golok itu sudah siap bergerak maju namun mendengar suara bentakan dari Buyung Im seng, mereka segera berhenti.

Dengan wajah agak tertegun manusia berbaju biru itu menegur. “Kenapa ?”

“Bila ada yang sudah bosan hidup, silahkan saja untuk maju mencoba-coba….” Dalam pada itu Nyoo Hong leng telah berbisik dengan suara lirih.

“Enci Kwik, selamanya Buyung kongcu lemah lembut, orang ini mirip dengan Khong Bu siang.”

Di pihak lain, kakek berbaju biru itu sudah mengangkat goloknya sambil berseru. “Aaah, masa ada kejadian seperti ini ? Lohu paling tidak percaya dengan segala gertak sambal seperti ini”

Sembari berkata dia pun menerjang maju dua langkah dengan golok disilangkan didepan dada.

Pada saat dia maju untuk langkah yang ketiga inilah mendadak Buyung Im seng mengayunkan tangan kanannya.

Tiba-tiba saja manusia berbaju biru it melemparkan golok ditangannya dan sambil berteriak keras, tubuhnya roboh terkapar diatas tanah.

Sebagian besar orang yang hadir dalam arena tak sempat melihat dengan cara apakah dia melukai kakek berbaju biru itu, bahkan Khong Bu siang yang mengenakan baju hitam dengan kerudung hitam pun dibikin tertegun oleh kejadian tersebut.

Sepasang matanya yang tajam segera menembusi balik kain cadarnya dan menatap wajah Buyung Im seng tajam-tajam. 

Pelan-pelan Kwik Soat kun berjalan menuju ke samping Nyoo Hong leng, kemudian ujarnya dengan suara rendah.

“Bagaimana sih cara dia melukai manusia berbaju biru itu ?” “Tampaknya mempergunakan semacam ilmu silat khusus.” “Semacam senjata rahasia ?”

“Bukan, paling tidak aku tidak melihat dia mempergunakan senjata rahasia, apabila dia menggunakan senjata rahasia, hal ini tentu saja bukan sesuatu yang aneh.” Sementara itu, puluhan orang lelaki yang sudah berjalan mendekat benar-benar dibikin terpesona oleh kelihaian Buyung Im seng yang berhasil merobohkan manusia berbaju

biru itu dalam sekali gebrakan saja, untuk sesaat semua orang dibikin tertegun dan berdiri kaku ditempat semula.

Dengan suara dingin Buyung Im seng berkata lagi.

“Sebelum pentolan kalian tiba disini, kuanjurkan kepada kalian agar jangan bertindak secara sembrono, sebab siapa yang nekad berarti dia sedang mencari kematian untuk diri sendiri.”

Betul juga, puluhan orang lelaki bersenjata golok itu segera berhenti ditempat masingmasing dan tak berani maju lebih jauh ke depan.

Dalam pada itu, Kwik Soat kun telah berbisik dengan ilmu menyampaikan suaranya. “Nona Nyoo, siau moay pun dibikin kebingungan oleh peristiwa ini, menurut

pendapatku, mereka berdua sama sekali tidak berganti pakaian, lagi pula Khong Bu siang ada maksud untuk mengatur pertarungan ini, mungkin dia hendak mempergunakan kesempatan ini untuk melenyapkan Buyung Im seng tapi setelah menyaksikan cara Buyung Im seng melakukan serangan tadi, aku jadi sangsi apakah benar dia atau bukan.” “Kenapa ?”

“Ilmu silat yang dipergunakan tadi terlalu aneh dan sakti, tidak mirip kepandaian silat asli dari Buyung kongcu.”

“Maksudmu ilmu silatnya terlalu tinggi bukan begitu ?”

“Benar, seingatku ilmu silat tersebut sama sekali tidak mirip dengan ilmu silat dari Buyung kongcu.”

“Apabila aku tidak melakukan perjalanan bersama dia mengunjungi kota batu dibawah tanah, mungkin aku pun akan berpendapat demikian tetapi sekarang aku justru mempunyai pandangan yang berbeda. Agaknya Buyung kongcu mempunyai suatu kemampuan yang amat, ilmu silat yang dimiliki pun agak semakin lama bertambah tangguh, jurus serangannya juga banyak yang baru dan aneh, sungguh membuat orang tidak habis berpikir.”

“Mengapa bisa begitu ?”

“Aku sendiri pun kurang begitu mengerti, mungkin dia sudah menghapalkan semua jurus pukulan dan jurus pedang tinggalan Buyung Tiang kim, sehingga tiap kali berada dalam keadaan berbahaya dia pun teringat untuk mempergunakan satu jurus baru.” 

Setelah berhenti sejenak, lanjutnya.

“Tapi ada satu hal yang tidak siau moau pahami, harap enci suka memberi petunjuk.” “Di dalam soal apa ?”

“Kau toh sudah mengetahui akan ciri khusus dari Khong Bu siang. Asal ciri tersebut diungkapkan maka siapa yang tulen dan siapa yang gadungan bakal segera ketahuan., tapi mengapa enci tidak bersedia menerangkan hal tersebut, bahkan sengaja menciptakan suasana yang semakin mengalutkan, sebenarnya apa tujuanmu ?”

“Sebab aku ingin kita bisa melihat keadaan yang semakin jelas, inilah yang disebut dengan siasat kita makan siasat.”

“Ehm, beralasan sekali perkataanmu itu.” Nyoo Hong leng mengiakan, kemudia, “kalau begitu kita harus menunggu dengan sabar, kemungkinan besar duduknya persoalan akan segera mengalami perubahan.”

“Nona Nyoo, Khong Bu siang sengaja mengatur permainan ini, kemungkinan besar bertujuan untuk membunuh Buyung Im seng secara halus tapi aku tidak habis mengerti, mengapa dia harus mempergunakan cara yang begini bodoh ?”

Nyoo Hong leng menghembuskan napas panjang, “Mungkin saja dia sudah berhasil menemukan sesuatu rahasia, mungkin juga dia sedang membohongi aku, tapi perubahan situasi sama sekali diluar dugaannya. Oleh sebab itu mau tak mau dia harus menggunakan permainan busuk lainnya.”

Meskipun kedua orang itu masih berbincang-bincang tiada hentinya, akan tetapi sorot dari mata mereka masih terus menerus mengawasi perubahan situasi disekeliling tempat itu.

Tampak kawanan busu bersenjata lengkap itu sudah membentuk suatu lingkaran kepungan yang amat besar dan mengurung kelima orang itu ditengah arena, namun rupanya timbul perasaan keder di hati mereka sehingga tak seorangpun berani maju untuk melancarkan serangan.

Waktu pun berlalu dalam suasana tegang, seperminum teh sudah lewat tanpa terasa, namun kedua belah pihak masih saja saling berhadapan dengan tegang.

Nyoo Hong leng yang pertama-tama menjadi tak sabar, teriaknya dengan lantas. “Khong Bu siang, sebenarnya kau sedang mempergunakan permainan busuk apa ?” Berulang kali gadis itu berteriak, tapi tiada seorang pun yang menjawabnya.

Rupanya kedua orang itu sama-sama tidak mau mengakui dirinya sebagai Khong Bu siang sehingga tiada orang yang menanggapi seruan tersebut.

Kwik Soat kun menyaksikan kejadian ini dengan cepat berbisik pelan.

“Nona Nyoo, dalam keadaan dan situasi seperti ii, kecuali ilmu silat, kitapun harus memiliki kesabaran yang luar biasa.

“Tapi kita kan tak bisa bertahan terus disini selamanya, maka tidak berkutik, bertarung pun tidak ! Aku hendak pergi dari sini.”

Dengan pedang terhunus dia pelan-pelan bergerak maju ke depan. 

Kwik Soat kun dapat melihat kalau hawa amarah sudah menyelimuti seluruh wajah gadis itu, tentu saja dia merasa kurang leluasa untuk menghalangi kepergiannya, terpaksa ia pun mengikuti dibelakang nona tersebut…

Setelah berjalan sejauh satu kaki tiga lima langkah kemudian mereka sudah akan mencapai tembok manusia yang memagari sekeliling tempat itu.

Orang yang menghadang jalan pergi mereka sekarang adalah seorang Busu yang membawa sebuah golok besar, dia mengenakan baju berwarna hitam dengan perawakan yang tinggi besar.

Tampak dia melintangkan golok raksasanya sembari berseru. “Nona tunggu dulu !”

Nyoo Hongleng tidak menggubris, dengan pedangnya menaikka jurus Han hoa toh lun (bunga indah mematahkan putik) dia paksa manusia berbaju hitam itu mundur sejauh dua langkah, lalu bentaknya.

“Minggir kau !”

Busu berbaju hitam itu segera mengayunkan golok besarnya memainkan selapis cahaya golok untuk melindungi diri.

“Kami tidak bermaksud untuk turun tangan dengan nona….” serunya cepat-cepat. “Kalau toh tidak berniat untuk turun tangan, ayo cepat menyingkir dari situ” “Nona, mengapa sih kau harus menyusahkan aku ?”

Mendadak Nyoo Hong leng menarik kembali serangannya, lalu balik bertanya. “Menyusahkan kau ?”

“Benar ! Sebelum memperoleh perintah, kami tak berani melepaskan nona untuk meninggalkan tempat ini.”

“Kau mendapat perintah dari siapa ?”

Dengan cepat Busu berbaju hitam itu menggelengkan kepalanya berulang kali.

“Soal ini tak perlu nona ketahui, pokoknya aku berada dalam keadaan tak bebas dan tak bisa mengambil keputusan.”

“Bila aku bersikeras hendak menerjang keluar dari sini ?” tentang Nyoo Hong leng. “Bagi nona, hal ini benar-benar merupakan suatu tindakan yang amat merugikan.” “Mau apa kalian mengurangi kami disini ?”

“Bagaimana pun juga nona toh sudah cukup lama disekap disini mengapa tidak bersedia untuk menunggu sebentar lagi ?”

“Aku rasa tindak tanduk kalian bagaikan permainan kanak-kanak” sela Nyoo Hong leng dengan suara dingin, “sudah setengah harian lamanya kuamati kalian, tapi tidak kujumpai suatu yang menarik hati, aku tak ingin melihat lebih jauh.”

Dengan perasaan serba salah Busu berbaju hitam itu berkata kembali.

882 

“Aku berharap nona bisa bersabar berapa saat lagi, janganlah memaksa aku untuk turun tangan.”

“Apabila kalian berniat untuk menghalangi kepergianku, itu berarti kita harus bentrok secara kekerasan.”

Paras muka busu berbaju hitam itu berubah hebat, serunya kemudian.

“Apabila nona bersikeras hendak memaksa aku turun tangan, ya, apa boleh buat lagi ?” “Kalau begitu, sambutlah seranganku ini” seru Nyoo Hong leng sambil menggetarkan pedangnya.

Cahaya tajam berkilauan ditengah angkasa dan langsung menusuk ke dada Busu berbaju hitam itu.

Dengan cepat Busu berbaju hitam itu mengayunkan goloknya menyongsong datangnya ancaman pedang Nyoo Hong leng kembali serunya dengan suara lantang.

“Aku harap nona sudi meninggalkan setapak jalan mundur buat diriku…”

Nyoo Hong leng tak ingin menyambut serangan golok lawan dengan mempergunakan pedangnya dengan cepat dia menarik kembali lalu mengembangkan serangkaian serangan kilat.

Tampak cahaya tajam berkilauan, serangan demi serangan semakin cepat sambaran kilat, dalam sekejap mata dia sudah melepaskan belasan jurus serangan.

Walaupun busu berbaju hitam itu membawa sebilah golok besar, akan tetapi dibawa serangan gencar yang dilepaskan secara bertubi-tubi, dia kena didesak juga sehingga mundur ke belakang berulang kali.

Tampaknya Nyoo Hong leng segera akan berhasil menerjang keluar dari kepungan tersebut, mendadak terdengar suara bentakan yang riuh, menyusul serangan senjata yang gencar dari empat arah delapan penjuru.

Rupanya kawanan Busu berbaju hitam yang berdiri disekeling tempat itu bersama-sama telah melancarkan serangan setelah dilihatnya serangan pedang dari Nyoo Hong leng begitu dahsyat dan sukar dibendung lagi.

Nyoo Hong leng segera mengembangkan permainan pedangnya untuk menangkis ancaman berpuluh-puluh bilah senjata yang mengancam ke arahnya, setelah itu permainan pedangnya berubah, jurus aneh muncul berulang kali.

Jeritan-jeritan ngeri yang memilukan hati segera berkumandang memecahkan keheningan, dua orang busu yang kebetulan berada disekitar situ kena tertusuk dan roboh terjengkang ke atas tanah.

Yang satu terkena tusukan pada lengan kanannya sehingga harus melepaskan senjatanya, sementara yang lain terkena tusukan pada dadanya hingga roboh tewas.

Setelah melukai seorang dan membunuh yang lain, Nyoo Hong leng mengembangkan lagi sejurus serangan dengan gerakan Pau hi li hoa atau bungan lilay ditengah badai. Pedangnya berkelebat bagaikan cahaya petir, selepas kabut pedang pelindung badan dengan cepat menyelimuti angkasa dang menyingkirkan senjata dari lawan-lawannya. 

“Bila kalian tak mau minggir lagi, jangan salahkan kalau ujung pedangku tak kenal ampun !” ancamnya.

Busu berbaju hitam itu segera melintangkan goloknya di depan dada, lalu menjawab. “Kecuali nona bisa membunuh habis kami semua, kalau tidak, jangan harap bisa lolos dari kepungan.”

Dalam pada itu, Kwik Soat kun dan Siau tin sudah muncul pula kesitu masing-masing segera meloloskan senjata dan bersiap sedia untuk melancarkan serangan.

Sementara itu, Kwik Soat kun sambil bertindaksambil memperhatikan gerak gerik dari Buyung Im seng dan Khong Bu siang.

Dia ingin membedakan mana yang Buyung Im seng dan mana yang Khong Bu siang melalu mimik muka serta tindak tanduk orang itu.

Tapi dia sangat kecewa, meskipun sorot mata mereka sama-sama ditujukan ke wajah Nyoo Hong leng, akan tetapi kedua orang itu sama-sama berdiri tak berkutik, seakanakan mati hidup Nyoo Hong leng sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan mereka. Setelah menghela napas panjang, Kwik Soat kun berpikir.

“Pepatah kuno bilang hati perempuan seperti jarum didalam samudra, sukar sekali untuk ditelusuri, tapi nyatanya apabila kaum lelaki sudah saling beradu otak, kenyataannya beribu-ribu kali lebih sulit ditelusuri daripada kaum wanita.”

Walaupun dia tak bisa membuktikan siapakah Buyung Im seng diantara mereka berdua, tapi sudah pasti salah seorang diantara mereka adalah Buyung Im seng.

Nyoo Hong leng menaruh perasaan cinta yang sangat mendalam terhadap Buyung Im seng, seharusnya Buyung Im seng tak akan berpeluk tangan belaka membiarkan Nyoo Hong leng terperangkap dalam keadaan kritis dan berbahaya.

Tapi entah mengapa, ternyata dua orang itu tak seorangpun diantara mereka yang bergerak.

Berada dalam keadaan seperti ini, walaupun Kwik Soat kun cerdik, toh pada saat ini terdapat banyak persoalan yang tidak dapat dipahami olehnya…..

Tapi situasi yang berubah terus di dalam arena tidak mengijinkan Kwik Soat kun untuk berpikir lebih jauh.

Tampaknya Nyoo Hong leng sudah bertekad untuk tidak menunggu lebih jauh, dia sudah mengambil keputusan untuk bertindak menurut kehendak hatinya, sambil mengembangkan pedangnya, dengan cepat dia menerjang keluar dengan menggunakan kekerasan.

Busu berbaju hitam itu segera membentak keras, kemudian sambil memutar golok melancarkan serangan balasan.

Tampaknya bentakan kasar itu merupakan kode rahasia untuk memberi tanda kepada rekan-rekannya, mengikuti bentakan mana, ia segera mengayunkan senjata masingmasing untuk melancarkan serangan ke arah Nyoo Hong leng… 

Dengan cepat Nyoo Hong leng memutar pedangnya menciptakan serentetan cahaya tajam yang menyilaukan mata, secepat sambaran petit, dia segera menangkis dan membendung serangan senjata yang datang dari empat penjuru tersebut.

Pedang bergerak dengan enteng, ia selalu menghindari pertarungan keras lawan keras, karenanya dengan mengandalkan perubahan yang cepat serta jurus serangan yang gencar, dia berusaha keras untuk mengendalikan musuh-musuhnya.

Akan tetapi, kali ini pun kawanan Busu berbaju hitam itu menyerang dengan sepenuh tenaga, dibawah serangan-serangan pedang Nyoo Hong leng yang seluruhnya merupakan ancaman pencabut nyawa, untuk melindungi keselamatan sendiri terpaksa mereka pun harus melawan dengan sepenuh tenaga pula.

Bersambung jilid 42
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar