Lembah Tiga Malaikat Jilid 40

Jilid 40

“Aku sedang sibuk, bila saudara Tong ada persoalan, harap segera disampaikan.” Tong Lim berkerut kening, agaknya dia seperti hendak mengumbar hawa amarahnya, namun niat tersebut kemudian diurungkan, pelan-pelan ia berkata.

“Siaute ingin minta bantuan dari saudara Ho”

“Itu mah tergantung pada persoalan apa yang kau perlukan.” sahut Ho Heng hui cepat. Tiba-tiba saja Tong Lim memperendah suaranya dan mengucapkan beberapa patah kata. Dengan wajah dingin dan hambar, Ho Heng hui segera menggelengkan kepala berulang kali.

Kwik Soat kun tidak dapat mendengar apa yang mereka berdua bicarakan, namun dari mimik wajah mereka berdua dapat diduga kalau mereka sedang memperebutkan sesuatu dengan sengit.

Mendadak Tong Lim mempertinggi suaranya sambil berseru :

“Kita toh terikat oleh hubungan persaudaraan, masa bantuan sekecil ini pun enggan kau berikan ?”

“Andaikata tiada hubungan persaudaraan, aku pun tak akan datang kemari untuk menjumpai dirimu.” sahut Ho Heng hui cepat.

Selesai berkata, dia lantas membalikan badan dan beranjak pergi dari situ dengan langkah lebar.

Kwik Soat kun menyaksikan Tong Lim berulang kali mengangkat tangannya tapi segera diturunkan lagi, jelas dia bermaksud menyergapnya, tapi tak tega untuk melaksanakan niatnya itu. 

Karena keraguannya itu, akhirnya Ho Heng hui sudah keburu pergi jauh dari situ. Sepeninggalan Ho Heng hui, dengan langkah pelan Kwik Soat kun menghampirinya, kemudian menegur.

“Locianpwe, mungkin dia mempunyai kesulitan yang tak bisa diutarakan keluar, sehingga karena terdesak oleh keadaan apa boleh buat, diapun bersikap demikian.” “Sudah puluhan tahun kami berhubungan sebagai saudara angkat, sungguh tak nyana kalau dia masih tetap merupakan seorang yang tak tahu kesetiaan kawan.” “Locianpwe, setiap orang yang sudah bergabung dengan perguruan tiga malaikat, biasanya mereka sudah tidak dapat dipercaya lagi.”

“Sekalipun dia enggan membantu, lohu akan mencari akal untuk masuk kedalam dan membuktikan kepadanya bahwa aku pun dapat masuk tanpa bantuannya.”

“Apabila kita dapat berjumpa dengan Seng Cu siang dan Lui Hua hong sekalian, ada baiknya kalau kita berunding lagi dengan seksama, mereka cukup memahami tentang Buyung Tiang kim, siapa tahu dari mulut mereka dapat diungkapkan sedikit latar belakang yang baru.”

“Baik, lohu akan mengajakmu untuk bertemu dengan mereka. Cuma, lohu masih tetap merasa kurang berlega hati terhadap dirimu.”

“Setiap saat kau toh bisa membunuhku, mengapa harus menguatirkan tentang aku ?” oooOooo

“Baik, mari kita sama-sama pergi menengok mereka.” kata Tong Lim kemudian. Dia segera membalikkan badan dan pergi.

Kwik Soat kun menyusul di belakang Tong Lim, mengitari dua buah bukit dan akhirnya sampailah ditengah sebuah hutan yang lebat.

Baru saja Tong Lim hendak melepas tanda rahasia, tiba-tiba nampak bayangan manusia berkelebat, tahu-tahu seorang lelaki setengah umur berbaju hijau telah munculkan diri dihadapan mereka.

“Saudara Tong, sudah kau temui sahabat lamamu ?” tegurnya. Tong Lim manggut-manggut.

“Bertemu sih sudah bertemu, namun dia sama sekali tak berperasaan setia kawan.” Lelaki setengah umur berbaju hijau tertawa hambar, katanya lagi.

“Saudara Tong, setiap orang yang telah bergabung dengan tiga malaikat, bagaimana mungkin masih bisa mengenali kata setia kawan atau perasaan persaudaraan lagi ? Tidak usah kau pikirkan persoalan tersebut didalam hati.”

Kemudian sambil mengalihkan sorot matanya ke wajah Kwik Soat kun, dia berkata lebih jauh.

“Dan nona ini adalah…”

“Boanpwe adalah Kwik Soat kun” tukas gadis itu cepat.

842 

Lelaki setenah umur berbaju hijau itu segera tersenyum. “Oooh, rupanya wakil ketua dari perkumpulan Li ji pang.”

“Apakah locianpwe adalah Kim pit suseng (sastrawan berpena emas) Lui Hua hong ?” “Yaa, memang aku…”

Kemudian setelah berhenti sejenak, katanya lebih jauh.

“Menurut apa yang berhasil kudengar, keponakan Buyungku itu selalu bersama Kwik hu pangcu, apakah berita itu benar ?”

“Benar, tapi sekarang dia sudah terjerumus di dalam perguruan tiga malaikat.” “Oooh… apakah dia terluka ?”

“Ya, terluka bahkan luka yang dideritanya cukup parah.”

“Sudah menderita luka parah, terjerumus didalam perguruan tiga malaikat lagi, bukankah hal tersebut sama artinya dengan kematian sudah berada diambang pintu ?”

“Terus terang saja, boanpwe sendiripun tidak mengetahui tentang mati hidupnya Buyung kongcu.”

Lui Hua hong mendehem berat-berat, kemudian katanya.

“Saudara Tong dan nona Kwik silahkan duduk didalam hutan, mari ikuti aku.” Dia membalikkan badan dan berjalan dahulu menuju kedepan sana….

Kwik Soat kun mengikuti dibelakang Lui Hua hong, setelah menembusi sebuah hutan yang lebat, tampak ditengah hutan situ muncul sebuah tanah lapang seluas berapa kaki, ditanah lapang itu duduklah belasan orang lelaki perempuan.

Lui Hua hong mendehem pelan, lalu sambil menuding ke arah seorang lelaki setengah umur berwajah jelek yang mengenakan pakaian berwarna hitam, ia berkata.

“Jiko, dia adalah Kwik hu pangcu dari perkumpulan Li ji pang.” Kakek berbaju hitam itu bangkit berdiri, lalu berseru.

“Nona Kwik, selamat berjumpa, aku adalah Seng Cu sian !”

“Sudah lama aku mendengar nama besar cianpwe, selamat berjumpa muka….” Sementara itu Lui Hua hong telah berseru pula dengan perasaan tak sabar.

“Dari mulut nona Kwik, siaute telah memperoleh kabar berita tentang Buyung siautit (keponakan Buyung)”.

“Sekarang dia berada dimana ?” tanya Seng Cia sun cepat. “Menderita luka parah dan berada di dalam perguruan tiga malaikat.”

Mendadak Seng Cu sian melototkan matanya bulat-bulat, kemudian serunya. “Apakah dia masih hidup di dunia ini ?”

“Boanpwe tidak tahu” sahut Kwik Soat kun dengan perasaan sedih.

Seng Cu sian melototkan sepasang matanya semakin bulat lagi, kemudian dia berseru. 843 

“Ia telah terjatuh ke tangan siapa ?”

“Pada waktu itu boanpwe sendiri sedang berada dalam keadaan tak sadar diri, tapi ketika sadar kembali, boanpwe telah ditolong orang.”

Diatas wajah Seng Cu sian yang sudah kenyang mengalami berbagai kesulitan dan pengalaman itu segera terlintas sekulum senyuman yang rawan.

Kembali Kwik Soat kun berkata.

“Kalau ditinjau menurut keadaan situasi pada saat itu boanpwe rasa tak mungkin Buyung kongcu dan nona Nyoo sampai menemu ajalnya ditangan lawan.”

“Moga-moga saja Thian melindungi keselamatan jiwanya.”

Dalam pada itu, seorang kakek berusia lima puluh tahunan telah bangkit berdiri pula sembari berkata.

“Aku telah memeriksa keadaan disekeliling tempat ini, disana ada sebuah selokan yang bisa digunakan untuk menyelundup ke daerah terlarang dalam perguruan tiga malaikat. Menurut pendapatku, lebih baik kita berusaha untuk masuk ke dalam lebih dahulu.

Seng Cu siang segera mengalihkan sorot matanya ke wajah Tong Lim, kemudian menegur.

“Saudara tong, sudah kau jumpai sahabatmu”

“Ya, sudah bertemu, sungguh tak kusangka persahabatan kami selama puluhan tahun kini berubah menjadi pudar, dia telah berubah menjadi seorang manusia yang sama sekali tidak berperasaan ataupun rasa setia kawan..”

Seng Cu siang berpaling lagi ke arah kakek berusia lima puluh tahunan itu lalu berkata pula.

“Saudara Pau, harap tunggu sejenak lagi, kita harus berunding dulu, apabila gagal untuk menemukan cara yang terbaik, siaute pun ada maksud untuk maju sambil menyerempet bahaya.”

Orang yang berbicara adalah seorang kakek berusia lima puluh tahunan, dia adalah in kou (si kaitan sakti) Pau Heng.

Dengan cepat Kwik Soat kun menggelengkan kepalanya berulang kali, katanya.

“Sin tayhiap, penjagaan dan persiapan dalam perguruan tiga malaikat amat ketat dan dahsyat, apabila tiada rencana yang masak, lebih baik jangan menerjang masuk dengan menyerempet bahaya.”

“Lohu ingin sekali mengajukan satu pertanyaan kepada nona” kat Seng Cu sian cepat. “Silahkan saja diutarakan, boanpwe akan mendengarkan dengan seksama.”

“Apakah nona percaya dengan lohu ?”

Kwik Soat kun termenung sambil berpikir sejenak, kemudian sahutnya pelan.

“Aku amat mempercayai locianpwe namun ada banyak hal yang tak bisa kuutarakan semuanya kepadamu.” 

Sesudah berhenti sejenak, sambungnya lagi.

“Tidak usah kau orang tua banyak bertanya, apa yang boanpwe ketahui akan kubeberkan sekarang juga.”

Seusai berkata, secara ringkas dia lantas menceritakan pengalamannya sewaktu masuk kedalam perguruan tiga malaikat serta apa saja yang dialaminya selama itu.

Selesai mendengar penuturan, Lui hua hong lantas berkata.

“Terima kasih banyak atas petunjuk nona, saat ini masih ada dua masalah besar yag perlu kutanyakan lagi, seandainya kedua masalah ini bisa dibikin jelas, maka ada banyak rahasia yang dapat menjadi terang kembali.”

“Dua masalah besar apa saja ?”

“Pertama benarkah pemilik kota batu dibawah tanah adalah Buyung Tiang kim yang asli

? Orang yang mengutus nona kemari, mempunyai peranan apakah di dalam perguruan tiga malaikat dan siapakah dia ?”

“Siapakah pemilik sebenarnya dari kota batu dibawah tanah, mungkin hanya Buyung kongcu seorang yang tahu. Menurut boanpwe dengar, kedudukannya dalam kota batu bawah tanah hanyalah seorang tabib.”

Sesudah berhenti sejenak, katanya lebih jauh.

“Tapi dia bersikap sangat baik terhadap kami, dia pula yang melepaskan kami untuk meninggalkan kota batu.”

Mendadak Lui Hua hong menimbrung.

“Kalau toh kedudukannya seorang tabib, mengapa pula menjadi pemimpin dalam kota batu tersebut ?”

“Ketika ia melepaskan kami pergi, telah diterangkan kepada boanpwe sekalian bahwa dia sengaja melepaskan kami karena memandang diatas wajah Buyung kongcu. Pada waktu itu, kendatipun kesadaran boanpwe belum pulih kembali, namun ucapan tersebut telah kuingat dengan jelas sekali…”

Selama ini Seng Cu sian hanya memusatkan pendengarannya untuk mendengarkan pembicaraan Kwik Soat kun, pada saat itulah mendadak dia menimbrung.

“Nona Kwik, kau pernah bertemu dengan pemilik kota batu ?”

“Bertemu sih sudah pernah, cuma tidak cukup jelas kuperhatikan dirinya, berbeda dengan Buyung kongcu yang sudah berkumpul cukup lama dengannya, apabila kau dapat berjumpa dengannya, sudah pasti kalian akan berhasil mengorek suatu keterangan tentang latar belakang persoalan mana secara jelas.”

Seng Cu siang menghela napas panjang, keluhnya pelan. “Tapi, kemanakah kita harus mencari Buyung kongcu ?'

Kwik Soat kun mengalihkan sorot matanya dan memandang sekejap ke arah Seng cu sian sekalian, kemudian katanya. 

“Boanpwe ada beberapa patah kata ingin diutarakan, namun setelah kuucapkan nanti, harap kalian jangan marah.”

“Soal apa ?”

“Kalian sudah mampu menahan diri selama banyak tahun, aku berharap kalian bersabar selama beberapa hari lagi, menurut apa yang boanpwe ketahui, apabila ingin menyerbu kedalam perguruan tiga malaikat dengan mengandalkan kekuatan dari kalian beberapa orang, pada hakikatnya keadaan ini seperti telur yang diadu dengan batu, perbuatan macam itu tak lebih hanya perbuatan tukang silat kasaran yang sama sekali tak pakai otak.”

“Tentang masalah ini, kami sudah cukup memahami” kata Seng Cu sian, “tapi sekarang merupakan saat-saat yang terakhir, kelima orang saudaraku ini sudah pernah menjelajahi seluruh dunia persilatan, mereka telah menghamburkan waktu selama dua puluh tahun dengan harapan bisa mengundang beberapa orang pembantu, aaaa ! Kini, mereka yang diundang telah datang dan ternyata cuma beberapa orang saja, kecuali saudara Tong dan saudara Pau berdua yang membantu atas dasar menegakkan keadilan dan kebenaran, yang lain hampir semuanya ada sangkut pautnya dengan keluarga Buyung.”

Setelah menghembuskan napas panjang, lanjutnya.

“Aku merusak wajahku, menyimpan nama asliku dan mengasingkan diri selama dua puluh tahun, sesungguhnya berharap bisa mengundang sejumlah rekan persilatan yang mau membalaskan dendam bagi Buyung toako, paling tidak aku harus menyelidiki sampai tuntas siapakah pembunuh serta musuh besar yang telah menyerang perkampungan keluarga Buyung waktu itu, aku harus menunggu hampir dua puluh tahun lamanya, namun hingga kini harapanku tersebut belum juga dapat terwujud, tampaknya sekalian harus menanti 20 tahun lagipun belum tentu bisa membalaskan dendam bagi Buyung toako, maka dari itulah mumpung sekarang aku belum kelewat tua, aku ingin memasuki markas besar perguruan tiga malaikat serta menyelidiki persoalan ini sampai

tuntas kendatipun selembar nyawaku harus dikorbankan, aku pun tak akan merasa sayang atau menyesal…”

“Berbicara menurut situasi dalam duni persilatan dewasa ini, agaknya peristiwa misterius yang terjadi puluhan tahun berselang hampir semuanya bersumber dari perguruan tiga malaikat ini” kata Kwik Soat kun pelan, “budi dan dendam Buyung tayhiap,

kemungkinan juga dapat diketahui latar belakangnya dari dalam perguruan tiga malaikat ini, namun perguruan tiga malaikat diliputi kemisteriusan, sekalipun anggota tiga malaikat sendiripun belum tentu mengetahui persoalan ini dengan jelas.”

Lui Hua hong menghela napas panjang, katanya kemudian dengan cepat.

“Perkataan nona memang benar tapi kami pun tak punya kesabaran untuk menanti lebih jauh, berkelana dan menanti selama dua puluh tahunan sudah merupakan suatu siksaan lahir batin, suatu penderitaan yang jauh melebihi kematian.”

“Maksud boanpwe, bukanlah ingin mencegah kalian untuk memasuki perguruan tiga malaikat dengan pertaruhan jiwa….”

Mendadak terdengar Tong Lim membentak keras. “Siapa disitu ?”

846 

Ketika sepasang tangannya digerakkan, dua ekor ular merah segera menyambar ke muka dengan cepat.

Lui Hua hong mencabut keluar sebatang pedang emas sambil bersiap sedia untuk menerjang ke muka, mendadak terdengar desingan angin tajam menyambar lewat, kencregan tembaga yang besar bagaikan rembulan sudah menyambar ke depan lebih duluan.

Dimana kencrengan tembaga itu menyambar lewat, daun dan ranting berguguran jatuh. Kwik Soat kun segera berpaling, dia menyaksikan orang yang melepaskan serangan tersebut berusia lima puluh tahunan, mengenakan berwarna abu-abu, berkaki kiri pincang, tinggal memiliki lengan sebelah kanan, dia adalah Kiu ji taysu.

Begitu kencrengan pertama menyambar lewat, Kiu ji taysu sudah mempersiapkan kencrengan kedua dalam genggamannya.

Seng Cu sian juga mencabut keluar pedangnya yang tersoren di punggung, sementara muda mudi yang duduk di tanah lapang juga mempersiapkan senjatanya masing-masing. Semua peristiwa itu berlangsung dalam sekejap mata, suasana disekeliling tempat itupun berubah menjadi sangat tegang, setiap orang telah memusatkan pikiran dan kekuatannya untuk menghadapi serangan musuh.

Kwik Soat kun yang sudah berulang kali menjumpai mara bahaya, kini malahan bersikap paling tenang, dengan sorot mata yang tajam dia mengawasi sekejap tempat itu.

Tampak daun-daun ranting bergelombang, senjata kencrengan maut yang meluncur ke depan tadi mendadak meluncur kembali dengan cepat.

Kiu ji taysu mengayunkan lengan tunggalnya untuk melemparkan kencrengan terbang yang berada ditangannya, kemudian menyambut datangan kencrengan yang meluncur balik itu.

Kwik Soat kun yang menyaksikan kejadian tersebut segera berpikir dalam hati kecilnya. “Ternyata dia mampu menggunakan tenaga putaran untuk menarik kembali senjata kencrengan lawan, kepandaian semacam ini benar-benar luar biasa dan belum pernah kujumpai sebelumnya dalam dunia persilatan.”

Sementara dia masih berpikir, terdengar suara lambat dan merdu telah berkumandang. “Harap saudara sekalian suka menghentikan serangan dulu.”

Suaranya yang lembut, indah dan merdu itu mendatangkan perasaan segar bagi yang mendengarnya.

Begitu suara tersebut berkumandang, Kwik Soat kun sudah mengenalnya sebagai suara Nyoo Hong leng, kontan saja hatinya bergetar keras serunya tanpa terasa.

“Nona Nyoo !”

“Nona Nyoo yang mana ?” Seng Cu sian segera bertanya. “Nyoo Hong leng, nona Nyo..” 

Belum habis dia berkata, senjata kencrengan terbang yang dilepaskan Kiu ji taysu itu sudah meluncur kembali ke tangannya.

Dengan cepat Kiu ji taysu menyimpan kencrengan tembaga yang berada ditangannya itu kedalam saku, kemudian tangan kanannya menyambar ke muka dan menangkap kembali kencrengan tembaganya yang baru meluncur balik.

Walaupun dia seorang manusia cacad yang berlengan tunggal dan berkaki pincang, namun permainan senjata kencrengan tembaganya benar-benar hebat dan cekatan. Disaat Kiu ji taysu menerima kembali senjata kencrengannya itu, seorang gadis berambut panjang dan bertangan kosong telah muncul disitu dengan langkah pelan.

“Aaah, nona Nyoo, rupanya memang kau.” seru Kwik Soat kun dengan perasaan cemas. Buru-buru dia maju ke depan untuk menyongsong kedatangannya.

Pada bagian dada Nyoo Hong leng masih mengenakan kain pembalut hitam, lengan kirinya masih terkulai lemas ke bawah, sudah jelas luka parah yang dideritanya belum sembuh kembali.

Setelah merasakan luka parah sekali ini tampaknya sifat Nyoo Hong leng juga turut berubah menjadi ramah dan halus, dia memandang sekejap beberapa orang itu sambil tersenyum kemudian katanya, “Ular siapakah itu ?”

Selama hidup belum pernah si dewa ular Tong Lim menyaksikan gadis berparas begini cantik, kendatipun dadanya sedang dibalut sehingga tak dapat menyaksikan potongan badan yang ramping, namun hal tersebut sama sekali tidak mempengaruhi kecantikan parasnya yang luar biasa bak bidadari dari kahyangan itu.

Sesudah tertegun sejenak katanya kemudian.

“Ular itu milikku, apakah sudah melukai nona ?” jawab si dewa ular Tong Lim. “Oooh, tidak, ia tidak melukaiku, akupun tidak melukainya, aku hanya menotok jalan darah ditubuhnya.”

Sekali lagi si dewa ular Tong Lim tertegun.

“Sudah banyak tahun lohu bermain ular, belum pernah kuketahui kalau ular pun mempunyai jalan darah.” jawab Tong Lim.

Nyoo Hong leng segera tersenyum manis.

“Maaf, aku tidak mengetahui apa namanya mungkin seharusnya dinamakan sumsum di tulang.”

Berbicara sampai disitu, dia lantas mengalihkan sorot matanya ke wajah Kwik Soat kun, kemudian sapanya, “Cici, sungguh tidak mudah kita dapat saling berjumpa kembali !” “Kau tak akan mati, bila orang yang begini cantik seperti kau harus mati, Thian pun akan ikut menangis sedih.” seru Kwik Soat kun dengan penuh perasaan haru.

Nyoo Hong leng tertawa, kemudian katanya.

“Cici tak usah memuji diriku. Nilai hidup seseorang di dunia ini sama sekali tak ada hubungannya dengan soal cantik atau tidaknya paras muka seseorang.” 

Kemudian sambil berpaling ke arah Seng Cu sian, katanya lagi. “Seng locianpwe, masih ingat kepadaku ?”

“Nona Nyoo, Nyoo Hong leng, siapa saja yang pernah berjumpa muka denganmu, tak nanti mereka akan melupakannya.”

Mendengar ucapan tersebut, Nyoo Hong leng segera menghela napas panjang. “Aaai, locianpwe, aku mempunyai dua masalah besar yang tidak habis kupahami, bolehkah kuminta penjelasan dari kalian berdua ?”

“Katakan saja nona !” kata Seng Cu sian.

“Sesungguhnya Buyung Tiang kim tayhiap mempunyai putera atau tidak ?”

Seng Cu sian tertegun oleh pertanyaan tersebut, sahutnya setelah hening beberapa saat. “Tentu saja ada nona, bukankah kau kenal sekali dengan Buyung kongcu ?” tanyanya. “Ya, kenal sekali” jawabnya pula.

“Konon dia telah menderita luka, bagaimana dengan keadaan luka yang dideritanya itu ?” sela Lui Hua hong cepat.

“Luka yang dideritanya tidak separah luka yang kuderita sekarang.” kata Nyoo Hong leng.

“Kalau begitu, dia masih hidup kini ?”

“Ehmm ! Aku tahu kalau dia itu masih hidup, tapi jarang aku jumpa.” kata Nyoo Hong leng.

Kemudian setelah berhenti sejenak.

“Sekarang kalian harus menjawab beberapa buah pertanyaanku ini…” katanya lebih jauh. “Apakah yang ingin nona tanyakan ?” tanya Seng Cu sian.

“Tentu saja semua masalah tentang Buyung kongcu, aku agak curiga kalau dia bukanlah Buyung kongcu.”

“Nona tidak usah curiga,” ucap Seng Lu sian cepat, “kami semua telah melakukan penyelidikan dan pemeriksaan yang seksama, dia memang benar-benar adalah Buyung kongcu.”

Pelan-pelan Nyoo Hong leng mengalihkan sepasang matanya yang indah jeli untuk menatap wajah Seng Cu sian dan Lui Hua hong secara bergantian, kemudian katanya lagi.

“Kalian sudah cukup lama berkumpul dengan Buyung Tiang kim, tentunya kalian pun sangat kenal dengan dirinya bukan ?”

“Tentus aja.”

“Semisalnya kau bertemu dengan Buyung Tiang kim, dapatkan mengenalinya dalam sekejap pandangan ?” 

“Sekalipun dia sudah menyaru menjadi orang lain, aku yakin masih bisa mengenalinya dalam sekali pandangan saja.”

“Latar belakang dari perguruan tiga malaikat sangat rumit, tapi kekuatan yang sesungguhnya bukan terletak pada markas besarnya, melainkan terhimpun didalam kota batu dibawah tanah, didalam kota batu itulah tersekap semua orang gagah dan enghiong hohan dari dunia persilatan dewasa ini.”

“Berapa besar sih kota batu dibawah tanah itu ?” buru-buru si dewa ular Tong Lim bertanya dengan cemas.

“Aku tidak tahu berapakah besarnya, tapi sudah pasti tak akan terlalu besar.” “Siapa saja yang tersekap disitu, tentunya nona mengetahui bukan akan hal ini ?” Kembali Nyoo Hong leng menggeleng.

“Aku sendiripun kurang jelas tentang masalah itu” katanya, “tapi kesemuanya itu tidak penting, yang terpenting adalah orang yang memimpin kota batu dibawah tanah tersebut adalah Buyung Tiang kim.”

Tong Lim tertegun untuk beberapa saat lamanya, kemudian ia berseru tertahan. “Kau bilang apa ?”

“Aku bilang orang yang memimpin kota batu dibawah tanah mengaku bernama Buyung Tiang kim.”

“Aaah, hal ini tak mungkin bisa terjadi ! Buyung Tiang kim sudah mati semenjak dua puluh tahun berselang” seru Seng Cu sian cepat.

Sikap dari Nyoo Hong leng tenang sekali, katanya pelan.

“Benar, kau memang berpikiran demikian, begitu juga denganku. Bahkan seluruh umat persilatan berpendapat begini, itulah sebabnya tiada seorang manusia pun yang tahu kalau Buyung Tiang kim sesungguhnya masih hidup di dunia ini.”

“Soal ini… soal ini… rasanya seperti ada orang mengigau saja.” bisik Seng Cu sian kebingungan.

“Bukankah kalian ingin bertemu dengannya ?” “Dimanakah dia sekarang ?”

“Selama ini aku berada bersama Buyung Im seng, apabila kalian ingin berjumpa dengannya, besok adalah kesempatan yang paling baik untuk berbuat demikian.” “Besok tengah malam, dia ada janji dengan seseorang, maka bilamana kalian ingin

bertemu dengannya, tengah malam nanti kalian sudah dapat berjumpa muka dengannya.” “Dimana ?” tanya Lui Hua hong.

Nyoo Hong leng memandang sekejap sekeliling tempat itu, kemudian sahutnya. “Aku tak bisa mengatakannya kepada kalian tempat itu bernama apa, tapi aku mengetahui letak tempat tersebut, dan aku sudah seharusnya banyak bicara dengan kalian, sayang sekali aku tidak mempunyai waktu banyak berbicara dengan kalian, sayang sekali aku tidak mempunyai waktu banyak tuntuk berbuat demikian.” 

“Nona masih ada urusan apa ?” tanya Kwik Soat kun. Nyoo Hong leng segera manggut-manggut.

“Ya, aku harus makan obat, aku tak bisa menunda-nunda waktu lagi….” Mendongakkan kepalanya memandang cuaca, dia berkata lebih jauh.

“Bilamana kalian ingin bekerja sama secara jujur dan bersungguh-sungguh denganku, maka kalian harus berbicara secara jujur pula, disaat matahari hendak terbenam nanti aku akan datang menjenguk kalian lagi, moga-moga saja pada waktu itu kalian dapat memberitahukan perkataan yang sejujurnya kepadaku.”

Selesai berkata dia membalikkan badan dan beranjak pergi dari tempat itu. Tetapi baru berjalan sejauh berapa puluh langkah, dia berhenti dan berkata lagi.

“Walaupun tempat ini masih belum termasuk sebagai daerah terlarang bagi perguruan tiga malaikat, tapi mereka selalu melakukan pengontrolan dan perondaan seksama sekali disekitar tempat ini, terutama pada tengah hari, lebih baik kalian sembunyi saja !” “Sembunyi dimana ?” Kwik Soat kun.

“Sembunyi di semak belukar yang lebat.”

“Dengan menggunakan cara apakah mereka melakukan perondaan disekitar tempat ini ?” “Kemungkinan besar menggunakan burung.”

“Burung ?”

“Benar, burung yang nampak terlatik baik ketajaman matanya, oleh sebab itu kalian harus bersembunyi disuatu tempat yang amat tertutup dan berusaha keras untuk meloloskan diri dari pengintaian sepasang mata burung tersebut.”

Mendadak dia memegangi dada sendiri sambil berkerut kening, agaknya dia sedang berusaha keras untuk menahan suatu penderitaan yang luar biasa sekali.

Tanpa banyak bicara lagi, dia membalikkan badan dan segera berlalu dari situ. Walaupun berada dalam penderitaan dan kesakitan, ternyata gadis itu masih menunjukkan suatu daya tarik yang memukau, membuat orang-orang yang hadir disitu menjadi tidak tega untuk banyak bertanya lagi kepada dirinya.

Menanti bayangan punggung dari Nyoo Hong leng sudah lenyap dari pandangan mata, Kwik Soat kun baru membalikkan badannya dan memandang sekejap ke wajah kawanan jago persilatan tersebut, kemudian pelan-pelan dia berkata :“Seng locianpwe, kalian boleh berlega hati. Bila Nyoo Hong leng belum mati, itu berarti Buyung Im seng tak

bakal mati.”

Pertanyaan yang diajukan Nyoo Hong leng secara tiba-tiba tentang asal usul Buyung Im seng serta berita tentang masih hidupnya Buyung Tiang kim di dunia ini, dengan cepat menimbulkan kerisauan dihati kawanan jago persilatan tersebut.

Sebab dengan diajukannya persoalan tersebut secara tiba-tiba, hal ini berarti kalau dibalik kejadian tersebut masih terdapat masalahnya, kalau tidak, mustahil Nyoo Hong leng akan muncul disitu dan berniat untuk mengajukan persoalan itu saja. 

Seng Cu sian berpaling sambil memandang sekejap ke arah Kiu ji taysu, kemudian katanya.

“Siaute, sejak kapan kau meninggalkan toako ?”

“Kisah pertolonganku untuk membantu Buyung hiantit sudah kuceritakan dengan jelas kepadamu, tentu saja aku berpisah dengan toako setelah ia tertimpa musibah.” “Maksudku tentang putra toako itu, seingatku agaknya belum pernah kudengar tentang kejadian ini” sambung Seng Cu sian lagi.

Kiu ji taysu segera berkerut kening, katanya.

“Soal ini… soal ini… aku sendiripun tak bisa mengingatnya kembali.”

“Sewaktu toako tertimpa musibah, kami sudah hampir setahun lebih meninggalkan dirinya, dalam setahun lebih, memang bukan mustahil seseorang untuk memperoleh seorang putera.” kata Lui Hua hong.

“Perselisihan kalian benar-benar aneh sekali” timbrung Kwik Soat kun tiba-tiba, “seandainya Buyung tayhiap mempunyai istri tentu saja kemungkinan besar dia akan berputera, sebaliknya jika dia tidak beristri…”

Berbicara sampai disitu, mendadak dia menutup mulutnya rapat-rapat…. Lui Hua hong segera berkata.

“Buyung tayhiap sudah pernah merasakan pahitnya berumah tangga, oleh karena itu dia tidak penah mencari istri lagi.”

“Apabila dia tidak beristri, tentu saja tak mungkin bisa berputra….” kata Kwik Soat kun lagi.

Mendadak si dewa ular Tong Lim berkata dengan suara dingin.

“Kau si bocah perempuan tahu apa ? Bila seseorang tidak beristri, apakah dia lantas tak bisa berputra ?”

Seng Cu sian, Kiu ji taysu dan Lui Hua hong saling berpandangan sekejap, kemudian sama-sama membungkam dalam seribu bahasa.

Kwik Soat kun pun seolah-olah menyadari akan sesuatu, dia memandang sekejap ke arah Seng Cu siang, lalu katanya.

“Kalau begitu Buyung kongcu adalah anak haram ?”

Paras muka Seng Cu sian berubah menjadi amat serius, pelan-pelan dia berkata. “Nona, hingga kini persoalan belum dibuktikan semua, jadi maaf apabila aku tak bisa memberi keterangan apa-apa kepadamu.”

Kwik Soat kun menghela napas panjang.

“Aaai, kalau begitu kalian boleh memikirkan persoalan ini secara pelan-pelan ! Sebelum nona Nyoo datang kemari, semoga saja kalian bertiga sudah dapat menemukan suatu kesimpulan atau paling tidak kalian harus bisa mengungkapa dari segala hal ikhwal yang ada sangkut pautnya dengan asal usul Buyung kongcu secara jelas.” 

“Tentu saja kami akan merundingkan persoalan ini secara baik-baik, tak usah nona risaukan.” kata Seng Cu sian.

Kwik Soat kun mendongakkan kepalanya sambil memandang cuaca, katanya kemudian. “Menurut nona Nyoo, ditempat ini terdapat burung yang melakukan perondaan, ini berarti apa yang diucapkan tak bakal salah lagi. Lebih baik kalian menyembunyikan diri lebih dahulu, menggunakan kesempatan tersebut kalian pun dapat menghimpun kembali tenaganya sambil menjaga kondisi badan.”

Selesai berkata, tanpa menggubrik beberapa orang itu lagi, dia menerobos masuk lebih dahulu ke balik semak belukar tersebut.

Tampaknya semua orang yang hadir disitu pada mempercayai peringatan dari Nyoo Hong leng, tanpa membantah mereka pun bersama-sama masuk ke balik semak belukar untuk menyembunyikan diri.

Selama beberapa hari belakangan ini, Kwik Soat kun selalu mengerahkan segenap tenaga yang dimilikinya untuk menempuh perjalanan jauh, selama ini pula ia selalu diliputi oleh perasaan tegang dan serius.

Maka begitu pikiran dan perasaannya mengendor sekarang, rasa lelah dan mengantuk segera menyerangnya, tanpa disadari dia sudah terlelap tidur dengan nyenyaknya.

Entah berapa lama sudah lewat, ketika mendusin dari tidurnya, nampak matahari sudah turun dibalik bukit, senjapun menjelang tiba.

Buru-buru dia melompat bangun dan berjalan keluar dari balik semak belukar tersebut. Waktu itu Seng Cu sian, si dewa ular Tong Lim, Kiu ji taysu, Lui Hua hong dan si kaitan sakti Pau Heng sedang duduk berkumpul sambil mendahar rangsum kering yang dibawa. Sementara orang yang lain pun sedang duduk sambil bersantap.

Menyaksikan kemunculan si nona tersebut, Lui Hua hong segera bangkit berdiri sembari berkata.

“Nona, nyenyak amat tidurmu, kami semua tidak berani mengusik tidurmu tadi !” Kwik Soat kun memandang sekejap ke arah rangsum kering tersebut, kemudian tanyanya.

“Apakah nona Nyoo sudah datang ?”

“Apabila nona Nyoo memegang janji, dia sudah seharusnya muncul disini.” “SIlahkan nona bersantap dahulu untuk menjaga kondisi badan. Dalam keadaan dan tempat seperti ini, setiap saat mungkin kita akan melangsungkan pertarungan sengit melawan musuh.”

Pelan-pelan Kwik Soat kun duduk diatas tanah dan mengambil rangsum kering untuk mengisi perut.

Baru selesai beberapa orang itu bersantap, mendadak terdengar suara dari Nyoo Hong leng telah berkumandang.

“Saudara sekalian, nikmat amat kalian bersantap ?” 

Ketika semua orang berpaling tampaklah Nyoo Hong leng dengan mengenakan pakaian berwarna hitam sudah berdiri empat lima depa disamping mereka.

Kwik Soat kun segera bangkit berdiri sambil menyapa. “Nona, kau sudah lama datang ?”

“Tidak terlalu lama, melihat kalian sedang bersantap dengan begitu nikmat, aku merasa tak leluasa untuk mengusik kalian.” jawab Nyoo Hong leng tersebut.

Kemudian sambil mengalihkan sorot matanya ke wajah Seng Cu sian, katanya lagi. “Apakah kalian sudah memikirkan hal tersebut ?”

“Sudah, cuma kami tak dapat memberikan suatu jawaban yang pasti kepada nona.” “Kalian adalah sahabat-sahabat karib Buyung Tiang kim yang setiap hari berkumpul bersamanya, apabila kalian pun tak dapat mengetahui dengan jelas, tiada orang lagi yang mengetahui persoalan ini secara tepat.”

“Kami bersedia menerangkan segala sesuatu yang kami ketahui secara jujur dan blakblakan, cuma bagaimana latar belakang yang sebenarnya, hal ini harus kau analisa sendiri.”

Nyoo Hong leng termenung sambil berpikir sejenak, kemudian berkata lagi. “Baiklah, kalau begitu kalian boleh mulai berbicara !”

“Latar belakang yang kami kemukakan kepada nona sekarang, sebagian besar hanya merupakan suatu perkiraan dan dugaan belaka, karena kepastiannya belum diketahui, maka kurang leluasa apabila persoalan ini disebarluaskan ke dunia persilatan.”

Nyoo Hong leng kembali termenung beberapa saat, kemudian dia manggut-manggut. “Aku mengerti, mari kita berbincang-bincang disini saja !”

Dia membalikkan badan dan berjalan ke samping.

Seng Cu sian, Kiu ji taysu, Hua hong segera menghampiri pula tempat tersebut, mereka berempat berkumpul menjadi satu dan berbincang-bincang dengan suara lirih.

Menggunakan kesempatan mana, Kwik Soat kun segera berpaling dan memandang sekejap ke arah Tong Lim, kemudian katanya.

“Konon Locianpwe juga berdiam disekitar kota Kong ciu ?”

“Benar, berita yang diperoleh kalian orang-orang Li ji pang benar-benar tajam dan hebat

!” kata Tong Lim. “Locianpwe terlalu memuji !”

Sesudah berhenti sejenak, kembali dia berkata, “Benarkan locianpwe berjumpa dengan Buyung Tiang kim ?”

“Umat persilatan yang berusia lima puluh tahunan ke atas, rata-rata pernah berjumpa dengan Buyung Tiang kim, sebab bila orang itu tak kenal dengannya, berarti orang tersebut hanya seorang prajurit tanpa nama.”

“Apakah locianpwe kenal cukup rapat dengannya ?” 

“Kami pernah bertarung seru, pernah minum arak tiga kali.”

“Sewaktu bertarung, kalian tentu bersemangat besar dan tidak memikirkan persoalan lain, sebaliknya disaat minum arak, pikiran kalian berdua tentu sedang damai dan duduk saling berhadapan.”

“Tidak benar” teriak si dewa ular Tong Lim dengan suara keras, “disaat aku minum arak bersamanya, jarak kami berdua terpisah sejauh tujuh delapan depa.”

Kwik Soat kun berseru tertahan.

“Aneh, kalau toh kalian sedang minum arak bersama, mengapa harus dalam jarak yang begitu jauh ?”

“Ini usul Buyung Tiang kim, dia bilang apabila kedua belah pihak saling terpisah oleh suatu jarak tertentu, maka hal mana bisa menghilangkan banyak kesalahan paham !” “Aku tidak begitu mengerti akan perkataanmu itu.”

“Sampai waktu itupun aku tidak mengerti, tapi sekarang setelah kupikirkan kembali, aku baru sadar, apabila kedua belah pihak terpisah oleh suatu jarak tertentu maka hal ini bisa menghilangkan hawa napsu membunuh di hati masing-masing, karena dalam hati kecilku masih selalu tertanam rasa dendam dan ingin membalas dendam kepadanya, apabila jaraknya terlalu dekat maka besar kemungkinan akan timbul ingatan dalam benaknya untuk membunuh, tapi dengan terdapatnya selisih jarak tersebut, berari akupun tidak memiliki kesempatan lagi untuk turun tangan terhadapnya, kendatipun di hati kecilku mempunyai ingatan begitu, toh aku tak akan berani bertindak secara gegabah.”

Kwik Soat kun termenung lagi sejenak, kemudian ujarnya.

“Kalau begitu, Buyung Tiang kim adalah seorang manusia yang berotak cerdas, teliti, seksama dan luar biasa ?”

“Ya, dia adalah seorang manusia yang memiliki kecerdasan luar biasa, tak heran kalau dia bisa menangkan setiap pertarungan yang dilangsungkan karena dia bisa menduga jalan pikiran lawannya serta melakukan persiapan sebelumnya.”

“Wah, kalau begitu persoalannya menjadi sedikit agak aneh.” kata Kwik Soat kun. Kemudian sesudah berhenti sebentar, dia berkata lebih jauh.

“Tong locianpwe, apakah kau pun mengetahui tentang urusan pribadi Buyung Tiang kim

?”

“Urusan pribadi apa ?” tanyanya.

“Sebenarnya Buyung Tiang kim mempunyai istri atau tidak ?” Dengan cepat Tong Lim menggeleng.

“Belum pernah kudengar ada orang yang membicarakan tentang persoalan ini.” “Aaai, Buyung Tiang kim adalah seorang pendekar besar, pedang mencari istri

merupakan suatu kejadian besar bagi manusia dan bila dia benar-benar pernah beristri, masa orang persilatan tidak mengetahui kejadian tersebut ? Jikalau Tong locianpwe pun tak pernah mendengar tentang persoalan ini, delapan bagian bisa dipastikan kalau 

Buyung Tiang kim tidak pernah beristri, kalau toh tidak beristri tentu saja tak mungkin berputra”

“Belum tentu begitu” kata Tong Lim hambar.

“Justru disinilah terletak masalahnya, andaikata Buyung Tiang kim mempunyai seorang anak yang tidak diketahui orang lain, kemungkinan juga dia mempunyai putri yang tidak diketahui juga oleh orang lain.”

“Lohu tidak habis mengerti, apa sangkut pautnya antara urusan pribadi seseorang dengan keadaan dari dunia persilatan pada umumnya ?”

“Menurut pengamatan dunia persilatan, semua budi dendam yang terjadi selama puluhan tahun belakang ini menyangkut diri Buyung Tiang kim seorang, tentu saja masalah pribadinya sangat berpengaruh besar terhadap keadaan situasi dari dunia persilatan.” Tong Lim berpikir sejenak, kemudian manggut-manggut.

“Ehm, masuk diakal juga perkataanmu itu.”

“Tong locianpwe, boanpwe ingin mengajukan satu pertanyaan kepadamu, harap locianpwe jangan marah.”

“Soal apa ?”

“Mengapa kau mengasingkan diri di kota Kang ciu dan sudah puluhan tahun lamanya tak pernah melakukan perjalanan lagi dalam dunia persilatan ?”

Tong Lim menghela napas panjang.

“Aaai… kalau memang kau bertanya, baiklah aku memberitahukan hal ini kepadamu, toh bagaimanapun juga kejadian itu sudah lewat, sehingga kendatipun sampai tersiar dalam dunia persilatan lohu juga tak akan ambil perduli. Sesungguhnya tenaga dalamku telah dipunahkan orang, maka dari itu aku tak mampu untuk berkelana lagi di dalam dunia persilatan.”

Dengan sorot mata yang tajam, dia mengawasi sekejap ke wajah Kwik Soat kun, kemudian sambungnya lebih jauh.

“Cuma, ilmu silat yang lohu miliki telah pulih kembali ! Tentang apa sebabnya aku sampai mengasingkan diri di kota Kang ciu, hal ini pun ada sangkut pautnya dengan Buyung Tiang kim….”

“Locianpwe, seandainya setiap persoalan ada sangkut pautnya dengan Buyung Tiang kim, maka masalahnya malah menjadi lebih sederhana lagi.”

“Menurut pengamatanku selama berbulan-bulan, apa yang kulihat, apa yang kudengar dan apa yang kualami sudah cukup banyak tapi persoalan tersebut tercecer menjadi masalah-masalah terpisah yang tak mampu kutembusi dan kukaitkan satu sama lainnya, tapi yang pasti semua masalah tersebut ada sangkut pautnya dengan Buyung Tiang kim>” “Dia mati dengan jenasah yang untuk hidup dengan tubuh yang lengkap, apakah hidup atau mati hingga kini merupakan suatu teka teki yang tak terjawabkan, tapi dari sekian banyak kejadian justru telah meninggalkan banyak sekali titik-titik terang dan jejak yang dapat kita telusuri.” 

“Aku yakin, apabila semua titik terang dan jejak tersebut dapat kita gabungkan menjadi satu, bisa jadi kita akan mengetahui tentang Buyung Tiang kim yang sesungguhnya serta semua perubahan yang terjadi di dalam dunia persilatan selama empat puluh tahun terakhir ini, tentu saja dapat pula memahami keadaan dari perguruan tiga malaikat yang sebenarnya.”

Tong Lim termenung sejenak, lalu berkata.

“Lohu dapat bercerita bahwa ilmu silatku dipunahkan seseorang, dimana tubuhku kemudian diikat dalam sebuah sampan kecil yang dialirkan di sungai, diatas sampan kecil tersebut dia telah membuat dua buah lubang kecil yang membiarkan air sungat masuk sedikit demi sedikit, ketika air sudah memenuhi sampan, maka dari itu lohu pun

tenggelam ke dasar sungai bersama dengan sampan tersebut, orang itu hendak menyuruh aku untuk merasakan bagaimana rasanya mati…”

“Kemudian apakah Buyung Tiang kim telah menyelamatkan jiwamu ?” sela Kwik Soat kun.

Tong Lim menjadi tertegun, dia segera balik bertanya. “Darimana kau bisa tahu ?”

“Aku pikir memang semestinya begitu, lalu bagaimanakah selanjutnya.. ?”

“Ilmu pawang ular yang lohu miliki tiada keduanya di dunia ini. Buyung Tiang kim memang berilmu tinggi dan berotak cerdas, dalam hal apa saja dia mengungguli diriku, karena dia pernah menolong jiwaku dan aku pun tiada apa-apa untuk membalas jasanya, terpaksa kuwariskan ilmu pawang ular tersebut kepadanya.”

“Dan dia pun menyuruh kau untuk mengasingkan diri di kota Kang ciu ?” sambung Kwik Soat kun lagi.

“Benar, bahkan dia pun mengajarkan semacam ilmu tenaga dalam kepadaku, ia menyuruh aku melatih kepandaian mana secara tekun sehingga tenaga dalamku secara pelan-pelan dapat pulih kembali.”

“Dan kau pun membutuhkan puluhan tahun lamanya untuk memulihkan kembali tenaga dalammu itu ?”

“Ya, tapi dia pun tidak membohongi aku, akhirnya tenaga dalam yang kumiliki telah pulih kembali seperti sedia kala.”

“Tapi dalam puluhan tahun ini pula, Buyung Tiang kim telah menjadi seorang pawang ular yang paling hebat dikolong langit ?”

“Benar, benar, ilmu yang lohu wariskan kepadanya memang hebat, dikolong langit dewasa ini memang tiada orang yang bisa mengungguli dirinya lagi.”

“Bagus sekali, sekarang masih ada satu pertanyaan lagi yang hendak kuajukan kepadamu, siapakah yang telah memunahkan ilmu silatmu ?”

“Agaknya seorang perempuan.” “Perempuan macam apa ?” Tong Lim tertawa getir. 

“Sungguh memalukan sekali, aku tak sempat melihat jelas tampang wajahnya, aku hanya sempat mengendus bau harum bedak !”

“Kalau hanya mengendus bau harum bedak saja, hal ini belum membuktikan kalau orang yang telah turun tangan terhadap dirimu itu adalah seorang perempuan !”

Sekali lagi Tong Lim menjadi tertegun.

“Ya, benar juga perkataanmu itu” serunya kemudian, “selama puluhan tahun ini belum pernah lohu pikirkan tentang hal tersebut.”

Sesudah berhenti sejenak katanya lebih jauh.

“Asal Buyung Tiang kim menggosokkan pupur diatas sepasang tangannya, dia memang sudah cukup membuatku bingung dan tidak habis mengerti.”

Kwik Soat kun menghembuskan napas panjang.

“Orang itu belum tentu Buyung Tiang kim sendiri, tapi paling tidak pasti ada sangkut pautnya dengan dia.”

“Kalau kudengar dari nada pembicaraan nona Kwik, tampaknya kau menaruh curiga kalau semua yang terdapat di perguruan tiga malaikat dan kota batu dibawah tanah merupakan hasil karya dari Buyung Tiang kim seorang ?”

“Satu-satunya persoalan yang tidak bisa dipecahkan sekarang adalah tentang sesosok mayat tersebut…” kata Kwik Soat kun.

Mendadak terdengar seseorang menanggapi dengan suara yang merdu dan halus. “Soal itupun bukan suatu masalah yang terlalu pelik, asalkan dapat menyelidiki segala sesuatu tentang masa lalu Buyung Tiang kim, maka tidak sulit untuk menyingkap semua teka-teki yang telah menyelimuti dunia persilatan selama puluhan tahun ini.”

Ketika mereka berdua berpaling, tampaklah Nyoo Hong leng sedang berjalan mendekat dengan langkah pelan.

Tong Lim memandang sekejap ke Nyoo Hong leng, kemudian menundukkan kepalanya rendah-rendah, katanya.

“Menurut pendapat lohu, kalian berdua masih muda, belum tentu hal ini sesuai dengan kenyataan. Selama ini kalian hanya berusaha keras untuk menyelidiki masa lalu dari Buyung Tiang kim, sekalipun kalian berdua berhasil menyelidikinya, lalu apa pula yang bisa dilakukan….”

“Lohu sudah dapat menemukan latar belakangnya, dan aku rasa tindakan kita berhimpun disini untuk melawan perguruan tiga malaikat, hal ini ibaratnya belalang ingin menahan angir kereta, sekalipun kita himpun jago lihai dari seluruh kolong langit pun belum tentu mampu untuk bertarung melawan orang-orang tiga malaikat.”

“Tampaknya takdir telah menentukan demikian dan badai besar harus melanda dunia persilatan, tak nanti dengan kekuatan kita beberapa orang bisa melenyapkan suratan takdir tersebut. Menurut pendapat lohu, lebih baik kita hidup mengasingkan diri saja secara terpisah, dengan begitu, kita masih bisa hidup senang selama beberapa tahun lagi, maaf bila lohu harus mohon diri lebih dulu.” 

“Tunggu dulu” ujar Nyoo Hong leng sambil menggeleng, “apabila kau ingin melarikan diri maka hal ini justru akan mempercepat proses kematianmu sendiri.”

Mendengar ucapan mana, Tong Lim segera tertawa terbahak-bahak.

“Haaah, haaahhh, haaaah, kenapa ? Apakah nona bermaksud untuk menghalangi kepergianku ?”

“Apabila aku yang turun tangan menghalangimu, sudah pasti kau tak akan berhasil meloloskan diri dari sini, sekalipun aku tidak turun tangan menghalangimu, kau juga tak akan berhasil untuk meloloskan diri dari pengejaran orang-orang tiga malaikat.”

Tong Lim tertegun.

“Nona mempunyai pendapat apa ?” serunya.

“Saat ini hanya tersedia saru jalan saja yakni kerja sama antara kau dengan kami, kecuali itu, tiada pilihan lagi yang bisa kau ambil.”

“Nona, walaupun aku orang she Tong juga bukan anak ayam yang baru terjun ke dunia persilatan, untuk melarikan diri kita masih tersedia setitik harapan untuk hidup, sebaliknya bila melawan kekuatan perguruan tiga malaikat sama artinya dengan mencari kematian untuk diri sendiri.”

“Tong locianpwe, apabila kau beranggapan bahwa kami sangat membutuhkan bantuanmu, maka hal ini merupakan kesalahan paham yang sangat besar.” “Kalau begitu, nona bersedia untuk melepaskan aku pergi dari tempat ini ?”

“Aku tak pernah berkata kalau akan turun tangan menghalangimu, asalkan kau bersedia mengurungkan niatmu sebentar, ada beberapa patah kata hendak kusampaikan padamu.” “Baik, nona boleh berbicara !”

“Aku ingin mengajukan satu pertanyaan kepadamu, kau bilang belum sampai dirobohkan, sebenarnya apa maksudmu ?”

“Seandainya ilmu silat yang kita miliki bisa mengungguli orang-orang perguruan tiga malaikat maka kita bisa secara langsung melakukan serbuan dan mendobrak kota batu tersebut, bahkan sekaligus kita bekuk pentolan dari perguruan tiga malaikat dan menyiksanya agar berbicara, tentu saja mereka akan mengungkapkan latar belakang yang sebenarnya waktu itu, bukankah semua persoalan akan menjadi terang dengan sendirinya

?”

Nyoo Hong leng segera tersenyum.

“Sekarang, kita sudah mempunyai cara untuk menghadapi orang-orang perguruan tiga malaikat….”

“Bagus sekali, lohu akan mendengarkan penjelasan dari nona tersebut, entah jagoan lihai darimana saja yang berhasil kau undang datang untuk membantu pihakmu.”

“Banyak sekali jago persilatan yang berilmu tinggi, sebenarnya mereka adalah anggota dari perguruan tiga malaikat, tapi saat ini sudah dapat kuperalat.”

“Dapatkah nona menyebutkan nama-nama dari mereka ?” 

Nyoo Hong leng mendongakkan kepalanya memandang keadaan cuaca, lalu ujarnya. “BIlang baik bila kau turut menyaksikan pertempuran yang bakal berlangsung malam nanti, mungkin kau akan berhasil pula menemukan sedikit latar belakang yang sebenarnya, bila saat itu kau masih ada hal-hal yang tak jelas, belum terlambat bagi kita untuk berbincang-bincang lebih jauh.”

Tong Lim melihat pula cuaca, lalu menyahut.

“Benar, saatnya sudah hampir tiba, jauhkah tempat tersebut dari sini ?”

“Jauhnya sih tidak, cuma kita harus pergi lebih awal untuk menyembunyikan diri disitu, setelah menyembunyikan diri kita baru bisa menghindari segala hal yang tak diinginkan terutama diintip orang lain…”

“Tampaknya hatiku sudah berhasil nona taklukan…”

Nyoo Hong leng segera mengalihkan sorot matanya ke wajah Kwik Soat kun, kemudian katanya pula :

“Nona, silahkan kau pun turut serta !”

Tong Lim dan Kwik Soat kun segera berjalan mengikuti dibelakang Nyoo Hong leng. Keluar dari semak belukar, tampak Seng Cu sian, Kiu ji taysu, Lui Hua hong dan si kaitan sakti Pau Heng sudah berdiri menanti disana.

“Mari kita berangkat !” kata Nyoo Hong leng kemudian.

Begitu selesai berkata, dia segera beranjak dan berjalan lebih dulu menuju ke depan. Mungkin sikap dari Seng Cu sian dan Kiu ji taysu sekalian yang begitu keren dan serius, membuat Kwik Soat kun serta Tong Lim turut berubah menjadi serius pula.

Berenam mereka berangkat beriring menuju ke tengah sebuah hutan yang lebat. Hutan itu merupakan pohon-pohon San yang tingginya mencapai lima enam kaki.

Nyoo Hong leng langsung berjalan masuk ke hutan dan menuju ke sebuah tanah lapang disitu, kemudian katanya.

“Harap kalian memilih sebuah pohon untuk menyembunyikan diri, cuma tempat yang kalian pilih harus bisa menyaksiakn semua kejadian disekitar tanah lapang ini, jangan memilih yang terlalu dekat, dengan begitu bisa terhindar dari luka akibat hawa pedang. Tapi kalian pun harus ingat akan satu hal, barang siapa ketahuan jejaknya lebih dahulu, dia pasti akan mati, sebab aku sendiripun tidak berdaya untuk menyelamatkan jiwanya.” Tong Lim yang mendengar perkataan tersebut menjadi curiga, baru saja dia akan buka suara untuk mengajukan pertanyaan, tiba-tiba dilihatnya Seng Cu sian sekalian berlima sudah memilih tempat masing-masing untuk menyembunyikan diri.

Dalam keadaan demikian, terpaksa dia harus menahan rasa curiga dan ingin tahunya, setelah memilih sebatang pohon yang besar, diapun merambat naik ke puncaknya untuk menyembunyikan diri.

Menyaksikan beberapa orang itu sudah menyembunyikan dirinya, Nyoo Hong leng baru menyembunyikan diri pula diatas sebatang pohon. 

Waktu itu kentongan kedua sudah lewat, awan mendung menyelimuti seluruh angkasa dan menutupi cahaya bintang maupun rembulan.

Satu kentongan sudah lewat, namun suasana disitu masih tetap hening dan tak kedengaran sedikit suara pun.

Tong Lim mulai merasa tak sabar, baru saja dia hendak membuka mulut untuk bertanya, mendadak tampak cahaya api berkelebat lewat disusul munculnya sebuah obor.

Entah sejak kapan, ditengah tanah lapang dikelilingi hutan yang lebat itu sudah bermunculan belasan orang lelaki berpakaian ringkas warna hitam.

Si dewa ular Tong Lim baru terperanjat sesudah menyaksikan kejadian tersebut segera pikirnya.

“Kedatangan beberapa orang ini tidak menimbulkan sedikit suara pun sudah jelas kalau ilmu meringankan tubuh yang mereka miliki telah mencapai puncak kesempurnaan…” Sementara itu, belasan orang lelaki berbaju hitam tadi sudah menyulut obor yang mereka bawa dan ditancapkan disekeliling tanah lapang tersebut sehingga membentuk sebuah lingkaran kecil seluas empat lima kaki.

Obor tersebut terbuat dari bambu yang diberi minyak cemara, daya bakarnya sangat kuat dan lidah apinya mencapai berapa depa, suasana disekitar tanah lapang pun menjadi terang benderang bermandikan cahaya api itu.

Belasan orang lelaki berbaju hotam itu segera mengundurkan diri ke dalam hutan begitu selesai menancapkan obor ditengah lapangan, kemudian menyembunyikan diri dibelakang pohon.

Kini, ditengah tanah lapang yang luas hanya nampak belasan batang obor saja, kecuali itu tak nampak sesosok bayangan manusia pun yang berada disana.

Tong Lim segera merasa kalau cahaya api tersebut terlalu tajam sehingga memenuhi dedaunan yang lebat dan menyoroti diatas tubuhnya, tempat persembunyian yang dipilih oelhnya itu terasa terlampau dekat dengan lapangan tersebut.

Tapi sayang keadaan situasi sudah tak mengijinkan baginya untuk menggeserkan badannya lagi, oleh sebab itu terpaksa dia hanya berdiam diri belaka.

Kurang lebih sepertanak nasi kemudian terdengar suara daun dan ranting disingkap orang, menyusul kemudian meluncur datang dua sosok bayangan manusia bagaikan sambaran anak panah yang langsung menuju ke tengah tanah lapang tersebut.

Ketika dia berpaling, maka tampaklah orang yang berada disebelah kiri berambut panjang dan memakai jubah pendek yang penuh berlubang, ditangannya membawa sebilah pedang, orang itu tak lain ada Hong-ya tojin.

Sedangkan orang yang berada disebelah kanan mengenakan baju berwarna hijau dengan membawa sebuah tongkat kayu, dia adalah Kiu ci mo ang yang sudah lama mengasingkan diri.

Dulu, semasa masih berkelana dalam dunia persilatan, Tong Lim pernah bersua muka dengan kedua orang ini, maka setelah menyaksikan kemunculan mereka yang tiba-tiba disitu, hatinya kontan saja bergetar keras. 

“Aaah, tak nyana kalau keuda orang gembong iblis tua tersebut masih hidup di dunia ini” demikian pikirnya.

Dalam pada itu, Kiu ci mo ang telah memandang sekejap ke arah Hong-ya tojin, kemudian berkata dingin.

“Konon kau pernah bertarung selama sehari semalam melawan Buyung Tiang kim dimasa lalu sebelum dikalahkan olehnya, entah benar tidak berita tersebut ?”

Hong-ya tojin manggut-manggut, pedangnya disentil sehingga mengeluarkan suara pekikan aneh,

Kembali Kiu ci mo ang berkata.

“Seandainya kau tidak mengibul, dalam dunia persilatan dewasa ini maka kau boleh dibilang merupakan satu-satunya jago lihai yang mempunyai hubungan paling dekat dengan Buyung Tiang kim.”

Hong-ya tojin mengangguk lalu menggeleng kembali.

Gerakan tersebut menunjukkan kalau dia tidak mengibul dan benar-benar pernah bertempur selama sehari semalam melawan Buyung Tiang kim.

Mengangguk maksudnya dia merasa puas sekali karena Kiu ci mo ang memujinya sebagai jago lihai nomor dua sesudah Buyung Tiang kim.

( Bersambung ke jilid 41 ) 
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar