Lembah Tiga Malaikat Jilid 35

Jilid 35

"Kau ceritakan di kemudian hari ? Tampaknya kau seperti sudah memahami seluruh duduk persoalannya ?" seru Nyoo Hong leng tercengang.

"Benar, ayah telah menerangkan semua latar belakang tentang kota batu di bawah tanah ini kepadaku."

Nyoo Hong leng segera mengalihkan sorot matanya ke wajah Buyung Im seng, setelah menatapnya lekat-lekat, dia berkata:

"Yakinkah kau bahwa dia benar-benar adalah saudara Buyung Tiang kim ?" "Ya, aku yakin seratus persen." Buyung Im seng menganggukkan kepalanya. "Dan kau ? Benarkah kau Buyung kongcu yang asli ?"

"Betul, dia memang Buyung kongcu yang asli." Buyung Tiang kim segera menjawab.

Tampaknya Nyoo Hong leng seperti kurang begitu percaya dengan apa yang dikatakan Buyung Tiang kim, sambil mengalihkan sorot matanya ke wajah Buyung Im seng, ia bertanya:

"Yang dia katakan, semuanya sungguhan atau bohong ?" "Semuanya sungguh"

Nyoo Hong leng tersenyum.

"Kalau begitu aku mesti menyampaikan selamat kepada toako, kionghi, kionghi, akhirnya cita-citamu untuk menemukan kembali ayahmu berhasil juga terpenuhi." Tiba-tiba senyuman yang menghiasi ujung bibirnya lenyap tak berbekas, sementara dua titik air mata jatuh berlinang membasahi wajahnya.... 

Sambil menghela napas panjang Buyung Im seng berkata:

"Untuk memenuhi keinginanku ini, nona harus mengorbankan banyak pikiran dan tenaga, membuat nona harus merasakan pelbagai siksaan dan penderitaan, budi kebaikan sebesar ini pasti akan kuingat selalu di dalam hati."

"Tidak usah" Nyoo Hong leng tertawa sedih, "kendatipun aku benar-benar sudah merasakan banyak penderitaan dan siksaan, sudah merasakan banyak kesulitan tetapi semua itu aku sendiri yang mencari, hingga sama sekali tak ada sangkut pautnya denganmu."

"Waktu itu, pikiranku hanya tertuju ke satu arah yakni menemukan ayahku, aku tak ingin tujuanku itu dikacaukan oleh masalah lain, tapi bila dibayangkan kembali sekarang, budi dan cinta nona melebihi bukit karang, cintamu lebih dalam dari samudra..."

Mendadak Nyoo Hong leng menggerakkan lengannya untuk menyeka air mata yang membekas di wajahnya, lalu pelan-pelan berkata:

"Apakah kau merasa wajahku amat cantik ?" "Ya, cantik sekali, seperti..."

"Sekarang aku ingin pergi, kau telah menemukan kembali ayahmu, aku rasa di kemudian hari tak akan menjumpai mara bahaya lagi, asal ayahmu dapat menyayangimu dan melindungimu, aku rasa tak ada gunanya aku berada di sini lebih lanjut, toh kehadiranku tidak ada gunanya, mohonkan kepada ayahmu, biarlah kami pergi dari sini"

Buyung Im seng merasakan dadanya seperti dipukul beberapa kali dengan martil berat, darah didalam tubuhnya bergerak ke atas, kepalanya jadi pening, matanya berkunang-kunang, seluruh jagad seakan-akan berputar kencang, hampir saja ia tak sanggup berdiri tegak.

Buru-buru dia berpegangan ke sisi tubuhnya, kemudian berseru: "Kau benar-benar ingin pergi ?"

Nyoo Hong leng mengangguk.

"Benar, asal aku tahu kalau hatimu selalu teringat diriku, hal ini sudah lebih dari cukup."

Buyung Im seng berusaha keras untuk mengendalikan rasa pedih dalam hatinya, sambil menenangkan hatinya yang kacau, ia tanya.

"Kau hendak pulang ke rumah ?"

"Ehmm, pulang sih harus pulang, cuma tidak sekarang." "Lantas kau hendak kemana ?"

"Aku telah menyatakan bersedia untuk kawin dengan Khong Bu siang, apa yang kukatakan tentu saja tak bisa diurungkan dengan begitu saja, maka aku ingin mencari dulu suatu tempat yang sepi dan terpencil untuk kawin dulu dengannya, kemudian baru pulang ke rumah." 

Buyung Im seng merasakan hatinya amat pedih bagaikan diiris-iris dengan pisau belati, katanya kemudian.

"Perkawinan merupakan suatu kejadian besar bagi kehidupan manusia, apakah kau tak memberitahukan dulu kepada ayah ibumu ?"

"Aku adalah putri kesayangan orang tuaku, seandainya kuberitahukan dulu persoalan ini kepada mereka, sudah pasti mereka tak akan setuju jika aku kawin dengannya, itulah sebabnya terpaksa aku harus kawin dulu dengannya, bila nasi sudah menjadi bubur, sekalipun mereka tidak setuju juga apa boleh buat." Buyung Im seng menghela napas panjang.

"Aaai... caramu ini memang sangat bagus, cuma sayang cara kerjanya saja agak sedikit kelewatan."

"Aku belum lama terjun ke dalam dunia persilatan, tapi sudah muak dan jemu dengan segala tipu muslihat dalam dunia persilatan, aku benar-benar sudah tak ingin berkelana lagi di dalam dunia persilatan."

"Selanjutnya, masih ada harapan kah bagiku untuk berjumpa lagi denganmu ?" tanya Buyung Im seng sambil menundukkan kepalanya dengan sedih.

"Bila dua hati telah bersatu, maka dua hati sama dengan satu perasaan, bila kita berdua lagi nanti, aku telah bersuami, daripada berdua lebih baik tak pernah bertemu lagi, buat apa kita mesti menyusun kesempatan untuk bertemu lagi ?" "Ya, perkataanmu memang masuk diakal.."

oooOooo

Selama ini Buyung Tiang kim hanya mendengarkan pembicaraan itu dari samping tanpa komentar, tapi setelah mendengar ucapan yang terakhir, mendadak selanya: "Nona, bolehkah lohu mengajukan beberapa pertanyaan kepadamu ?"

Nyoo Hong leng manggut-manggut. "Tanyalah !"

Menurut apa yang lohu ketahui, tampaknya kau sama sekali tidak menaruh hati kepada Khong Bu siang ?"

"Apakah setiap suami istri yang ada di dunia ini, perkawinan mereka selalu didasari atas perasaan suka sama suka ?"

Buyung Tiang kim tertawa hambar.

"Nona benar-benar memiliki selembar mulut yang tajam, tapi lohu tidak mau bermaksud mengajakmu berdebat, aku hanya ingin menjelaskan tentang satu hal !" "Soal apa ?"

"Yang dimaksudkan sebagai perkawinan adalah suatu masalah hidup dari seseorang sepanjang masa hidupnya di dunia ini, bila sampai salah jalan niscaya akan berakibat penyesalan sepanjang jaman, ketahuilah bila nasi sudah jadi bubur, 

menyesalpun tak berguna sebab matahari tak mungkin bisa disuruh mengulangi kembali waktu yang telah lewat.."

"Aku cukup memahami teori tersebut, sayang sekali setiap ucapan yang telah ku utarakan, tak mungkin bisa ditarik kembali."

"Bila kesalahan besar belum bisa berlangsung, menyesal belum terhitung terlambat

!"

"Ayah.." Buyung Im seng segera berteriak.

"Selama aku sedang berbicara dengan nona Nyoo, lebih baik kau tak usah memotong dari tengah." tukas Buyung Tiang kim cepat.

Nyoo Hong leng tertawa pedih, ujarnya.

"Justru karena Khong Bu siang mempercayai janjiku ini, dia bersedia melepaskan kedudukannya sebagai sengcu dari perguruan tiga malaikat"

"Dia bukan sengcu yang sebenarnya, yang dilepaskan olehnya pun tak lebih cuma kedudukan sebagai seorang boneka !"

"Dia adalah seorang sengcu yang asli juga, tapi yang jelas dia merasa sangat aman juga hidup bahagia, empat selir, lima dayang semuanya cantik jelita bak bidadari dari kahyangan, yang dilewatkan selama ini hanya kehidupan mewah seperti di sorgawi."

"Tapi dia bersedia melepaskan kehidupan yang penuh kemewahan dan kebahagiaan itu hanya karena percaya dengan janjiku, bahkan bersedia untuk menyerempet bahaya"

"Tetapi nona berbuat kesemuanya itu demi aku" Buyung Im seng menimbrung.

Nyoo Hong leng tertawa hambar.

"Masih untung saja apa yang menjadi harapanmu kini sudah terpenuhi, ayahmu berhasil ditemukan kembali dalam keadaan segar bugar, kalau dibilang aku berkorban demi dirimu, maka pengorbananku inipun telah memperoleh imbalan yang cukup berharga."

Sesudah menghela napas sedih, sambungnya:

"Sekarang, aku hanya ingin memohon satu hal kepadamu, lepaskan kami dari sini, meskipun ilmu silatnya sangat lihai, belum tentu dia sanggup menandingi ayahmu, apalagi di dalam kota batu di bawah tanah ini terdapat banyak sekali alat rahasia, jago lihai[un tak terhitung jumlahnya, bila kami harus menerjang keluar dengan kekerasan, harapan untuk lolos tipis sekali."

"Aaai.. nona Nyoo, apakah kau bersikeras hendak pergi dari sini..?" tanya Buyung Tiang kim tiba-tiba.

"Benar."

"Di dalam kota batu ini terdapat banyak rahasia, apakah nona tidak ingin mengetahuinya ?"

Nyoo Hong leng segera menggeleng. 

"Aku tahu setiap persoalan, setiap manusia yang berada dalam kota batu di bawah tanah ini mempunyai cerita masa lalu yang menawan hati, tapi sekarang aku sudah tak ingin mengetahuinya lagi."

Untuk sesaat Buyung Tiang kim jadi tertegun, dia berdiri kaku ditempat, jawaban dari Nyoo Hong leng sungguh-sungguh di luar dugaannya.

Sambil tertawa hambar kembali Nyoo Hong leng berkata. "Bagaimana ? Kau merasa keheranan bukan ?"

"Jika nona bukan seorang manusia yang luar biasa, berarti antara perempuan dengan lelaki memang terdapat perbedaan yang sangat besar."

"Antara lelaki dengan perempuan memang terdapat perbedaan besar, apa yang mesti diherankan ? Yang paling kukuatirkan sekarang adalah bersediakah kau melepaskan kami meninggalkan tempat ini ?"

"Ayah, lepaskan mereka !" pinta Buyung Im seng.

Buyung Tiang kim manggut-manggut, belum sempat ia memberikan jawabannya, mendadak dari tengah arena berkumandang suara benturan keras, ternyata orang berbaju hitam itu telah kena dihajar oleh Khong Bu siang sehingga roboh terjungkal ke atas tanah.

Dengan langkah lebar Khong Bu siang berjalan ke muka, sementara sepasang matanya mengawasi wajah Buyung Tiang kim tanpa berkedip.

Paras muka Buyung Tiang kim pun berubah amat serius, pelan-pelan dia berkata. "Khong Bu siang, setelah kau ajak nona Nyoo meninggalkan tempat ini, kemanakah kalian hendak pergi ?"

"Siapa kau ?" tegur Khong Bu siang.

"Lohu adalah majikan dari kota batu di bawah tanah ini, soal lain agaknya kau tak usah banyak bertanya."

Khong Bu siang memandang sekejap ke arah Nyoo Hong leng, kemudian tanyanya: "Apakah kita perlu menjawab pertanyaannya dengan jujur ?"

"Jawab saja dengan sejujurnya" sahut si nona, "apakah yang ingin kau ucapkan dalam hari, katakan saja secara terus terang."

Khong Bu siang manggut-manggut:

"Sesudah meninggalkan tempat ini, aku tak ingin bergaul dalam dunia persilatan lagi, aku bermaksud hendak mencari suatu tempat yang terpencil dan jauh dari keramaian manusia, sejak itu tak akan berhubungan lagi dengan orang persilatan." "Kau mempunyai kepandaian silat yang tinggi, apalagi sudah terlibat dalam soal budi dendam dunia persilatan, aku rasa tidak gampang bagimu untuk melepaskan diri," ucap Buyung Tiang kim pelan.

"Menurut pendapat saudara ?" 

"Lohu hanya bisa menasehati sepatah kata saja kepadamu, seandainya kau benarbenar ingin hidup bahagia sepanjang masa dengan nona Nyoo hanya ada satu cara yang dapat kau tempuh."

"Asalkan cara tersebut manjur aku tak sayang untuk mengorbankan apa saja." "Tahukah kau, ada banyak manusia yang hidup di dunia ini hanya pandai bermanis-manis di mulut, kalau berkata saja amat sedap didengar membuat hati orang terpesona, tapi setelah menghadapi kesulitan, dia lantas menyembunyikan diri dan tak berani menampakkan diri."

"Utarakan saja caramu itu asal aku percaya dengan cara tersebut, detik ini juga akan kuwujudkan menjadi kenyataan."

"Satu-satunya cara ialah tinggalkan segenap ilmu silat yang kamu miliki dan menjadi seorang manusia biasa, kemudian dalam menghadapi persoalan apa saja, kau harus menggantungkan dari pada kasih sayang nona Nyoo terhadap dirimu, hanya cara ini yang dapat menjamin kehidupan bahagia kalian berdua." Tampaknya Khong Bu siang benar-benar tak menyangka kalau syarat semacam itu yang bakal diajukan padanya, sesudah termangu beberapa saat ia baru berseru: "Sungguhkah perkataanmu itu ?"

"Lohu pernah mengalami sendiri kisah sedih itu, masa aku membohongi dirimu ?" Khong Bu siang berpaling dan memandang sekejap ke arah Nyoo Hong leng, tanyanya:

"Sungguhkah apa yang dia ceritakan itu ?"

"Apa yang dia katakan memang benar., hanya cara semacam ini tak cocok buat

kita."

"Mengapa ?" tanya Khong Bu siang.

"Seandainya aku mencintaimu dengan setulus hati, menyayangi dirimu, lebih mencintai dirimu, akan tetapi diantara kita berdua.."

Ia seperti merasa ucapannya sedikit kelewat batas, maka setelah berbicara sampai separuh jalan, tak tahan dia lantas membungkam.

Khong Bu siang menghela napas panjang.

"Aaailanjutkan saja perkataan mu itu, aku sendiripun cukup memahami akan

hal ini."

"Ya, akulah yang salah, padahal aku telah menjadi istrimu, tidak pantas jika aku kelewat melukai hatimu."

Khong Bu siang tertawa terbahak-bahak.

"Haaah... haaahtidak menjadi soal. Seandainya perkataan ini hanya kau pendam

saja didalam hatimu dan tidak kau utarakan keluar, maka sikap gerak gerik maupun mimik wajahmu pasti akan semakin melukai hatiku, berbeda dengan sekarang, setelah kau mengutarakannya dengan berterus terang, aku malah merasa puas sekali." 

"Apakah kau bersikeras memaksa untuk berbicara ?"

"Ya, lebih baik diutarakan secara blak-blakan daripada sama sekali tidak diutarakan."

"Baiklah ! Memang paling baik kalau kita bicarakan dulu persoalan ini sampai jelas, hingga di dalam hati kecil masing-masing mempunyai persiapan daripada di kemudian harinya saban hari kita mesti cekcok hanya dikarenakan persoalan ini." "Kita tak akan cekcok, tapi katakanlah !"

"Aku bersedia kawin denganmu karena aku ingin berusaha keras untuk memenuhi janjiku, di kemudian hari setelah kita menjadi suami istri, maka kita hanya sepasang suami istri yang sama sekali tak punya dasar perasaan cinta."

"Masih ada yang lain ?"

"Namun aku berjanji akan melakukan tugasku sebagai seorang istri yang baik, aku akan berusaha keras untuk melaksanakan setiap kewajibanku sebagai seorang istri, tapi kecuali itu, jangan harap aku bisa menaruh cinta kepadamu, walaupun hanya sedikitpun jua."

"Asal kau menjadi istriku, aku sudah merasa sangat puas."

"Itulah sebabnya, kaupun tak usah meninggalkan ilmu silatmu di sini." sambung Nyoo Hong leng.

Buyung Tiang kim tidak menggubris ucapan Nyoo Hong leng, sambil berpaling ke arah Khong Bu siang tanyanya:

"Bagaimana keputusanmu sekarang ?"

"Apa yang telah diputuskan nona, akan kulaksanakan semua tanpa membantah." Mendadak Buyung Im seng maju selangkah, kemudian menyela:

"Ayah, biar ananda yang menghantar mereka keluar dari sini, harap ayah suka menunjukkan jalan lewat untuk mereka."

"Andaikata aku berniat menahan mereka berdua di sini, dalam hati kau pasti akan mendendam kepadaku" kata Buyung Tiang kim.

"Bila kau tidak melepaskan kami, kami pun tak akan duduk terus sambil menunggu datangnya ajal, kami pasti akan melakukan perlawanan hingga titik darah penghabisan." sambung Nyoo Hong leng.

Buyung Tiang kim tertawa.

"Nona Nyoo, dalam kota batu di bawah tanah ini terdapat beratus-ratus orang jago persilatan, kepandaian silat mereka berpuluh kali lipat lebih hebat daripada kalian, tetapi nyatanya tak seorangpun diantara mereka yang berhasil lolos dari sini, cuma lohu pun tidak berniat menahan kalian, namun sebelum itu ada beberapa patah kata harus kusampaikan dulu kepadamu, sebab bila tidak ku utarakan, hatiku terasa tak enak."

"Kami tak ingin mendengar lagi, sekalipun soal itu merupakan rahasia terbesar bagi dunia persilatan, kami juga tak sudi, sekarang hanya ada satu hal yang kuminta, biarkan kami pergi dari sini." 

"Baik, lohu akan membawa jalan untuk kalian."

Seusai berkata, ia benar-benar berjalan lebih dahulu meninggalkan tempat tersebut.

"Kalian berdua tak usah kuatir" sambung Buyung Im seng cepat, "seandainya terdapat ancaman bahaya maut, aku akan mati lebih dulu di hadapan kalian berdua."

Selesai berkata, anak muda inipun segera beranjak menyusul di belakang Buyung Tiang kim.

Tiba-tiba Nyoo Hong leng mempercepat langkahnya menyusul Buyung Im seng, lalu berkata:

"Toako, benarkah kau hendak tinggal terus di sini ?"

"Benar, aku sudah bertekad akan tetap tinggal di sini, cuma sebelum aku berdiam terus ditempat ini, aku masih ingin pergi meninggalkan sini satu kali."

"Aku benar-benar tidak habis mengerti, bagaimana caranya berbicara sehingga dapat menaklukan hatimu, hingga kau bersedia untuk mereka tinggal ditempat yang tak pernah melihat sinar matahari sepanjang tahun ini ?"

Buyung Im seng tertawa getir.

"Kalau bukan aku yang masuk neraka, siapa lagi yang akan masuk neraka ? Apa lagi kota batu di bawah tanah belum tentu benar-benar suatu neraka. Nona, kalian sudah bertekad hidup mengasingkan diri di tempat terpencil dan tidak mencampuri urusan dunia persilatan lagi, paling baik jika kau pun tak usah kelewat memahami latar belakang dari kota batu ini."

"Jika kudengar dari nada pembicaraan itu, tampaknya tempat ini benar-benar mempunyai banyak sekali rahasianya ?"

"Sebagian besar jago lihai yang ada di dunia ini terkurung di sini, apakah hal ini tidak terhitung sebuah rahasia besar ?"

"Buyung kongcu, aku ingin mengajukan satu pertanyaan kepadamu." tak tahan Khong Bu siang menimbrung secara tiba-tiba.

"Soal apa ?"

"Apakah ayahmu adalah majikan dari kota batu di bawah tanah ini ?" "Benar, tapi dalam hal mana bukanlah dia."

"Menurut apa yang kuketahui, dalam kota batu di bawah tanah ini sama sekali tidak tercantum nama ayahmu."

Buyung Ting kim berpaling dan tersenyum selanya tiba-tiba.

"Hingga saat ini, kecuali beberapa orang, masih belum ada orang yang tahu kalau aku adalah Buyung Tiang kim."

"Mungkin kau dapat membohongi orang lain, tapi jangan harap bisa membohongi aku." 

Kembali Buyung Tiang kim tertawa.

"Setiap manusia di dunia ini menganggap Buyung Tiang kim sudah mati semenjak dua puluh tahun berselang, aaaiandaikata aku benar-benar telah mati, keadaan

dunia persilatan dewasa ini tak akan seperti sekarang ini !"

Mendadak paras muka Khong Bu siang berubah menjadi amat serius, pelan-pelan dia berkata:

"Jikalau kau sudah cukup lama berdiam di kota batu ini, tentunya kau ketahui bukan ilmu silat siapa yang kumiliki sekarang berasal dari ajaran siapa ?" Kembali Buyung Tiang kim mengangguk.

"Ya, aku tahu."

Selama ini Buyung Im seng bersikap amat tenang, padahal secara diam-diam dia telah memusatkan segenap perhatiannya untuk mendengarkan pembicaraan kedua orang itu.

"Dia telah menggunakan siasat yang amat licik untuk meloloskan diri dari sini, ia sudah kabur dari tempat ini" terdengar Buyung Tiang kim menjawab.

Khong Bu siang nampak tertegun.

"Jadi kau benar-benar mengetahui asal usulnya yang sesungguhnya ?" "Ya, tahu, dia adalah"

Tampaknya Khong Bu siang seperti kuatir Buyung Tiang kim mengungkap pula identitasnya yang sesungguhnya, cepat-cepat tukasnya.

"Kalau kau toh sudah tahu, tak usah dikatakan lagi."

"Khong Bu siang !" mendadak Nyoo Hong leng menimbrung. Khong Bu siang tertegun, kemudian katanya:

"Ada urusan apa ?"

"Tampaknya kau seperti mempunyai banyak persoalan yang sengaja hendak mengelabui diriku, bukan begitu ?"

Cepat-cepat Khong Bu siang menggeleng.

"Tidak ada, kalau dipaksakan untuk dibilang satu hal, maka seharusnya cuma satu hal saja."

"Baik, kalau begitu katakan dulu satu persoalan yang ini !"

Pertanyaan yang diajukan itu seakan-akan mempunyai suatu daya tekanan yang sangat besar dan segera membuahkan hasilnya.

Khong Bu siang termenung beberapa saat kemudian katanya, "tapi aku merasa sukar untuk menyusun kalimatnya."

"Tiada persoalan yang tak boleh dibicarakan dengan orang lain, katakan saja secara berterus terang, tak ada orang yang memperhatikan baik atau jeleknya kau menyusun kalimat."

Khong Bu siang tertawa getir. 733 

"Bagaimanakah watak serta tingkah laku orang itu, tapi yang pasti ku banyak hutang budi kepadanya. Dialah yang mewariskan serangkaian ilmu silat hebat kepadaku dan membimbingku untuk menjadi Toa sengcu dalam perguruan tiga malaikat, seandainya tiada bantuan darinya, kini Khong Bu siang masih tetap merupakan seorang prajurit tak bernama dalam dunia persilatan, atau bahkan kerangka badanku telah hancur menjadi abu."

"Aku adalah istrimu, bila seseorang telah melepaskan budi kepadamu, akupun sudah seharusnya turut merasakan akan hal ini, kau wajib memberitahukan persoalan tersebut kepadaku"

Setelah memandang sekejap ke arah Buyung Tiang kim, dia melanjutkan lebih jauh:

"Dia sudah mengetahui keadaan yang sebenarnya, bila kau ingin merahasiakan persoalan ini kau cuma dapat merahasiakan kepada Buyung Im seng seorang, betul bukan ?"

"Kalau toh aku dilarang mendengarkan persoalan ini, sekarang juga aku bersedia menghindarkan diri" seru Buyung Im seng cepat.

Selesai berkata, dia siap beranjak pergi meninggalkan tempat itu.

"Buyung toako, tunggu sebentar !" tiba-tiba Nyoo Hong leng berseru dengan suara dalam.

"Ada urusan apa ?"

"Bukankah ayahmu telah memberitahukan banyak persoalan kepadamu ?" "Memang benar !"

"Selama ini aku selalu menyatakan rasa curigaku terhadap identitas Buyung Tiang kim yang diakuinya itu, tunggu saja di sini, simpanlah semua bukti yang kau ketahui, siapa tahu kau bakal menemukan rahasia yang lalunya?"

Buyung Tiang kim segera tersenyum, selanya.

"Apa yang dikatakan nona memang benar, akupun berharap bisa melenyapkan kecurigaan di dalam hatimu itu."

Nyoo Hong leng mengalihkan sorot matanya ke Khong Bu siang, lalu berkata: "Sekarang, kau boleh berbicara ! Aku harap kau bisa membuktikan dengan jelas semua persoalan yang kau ucapkan itu, kemudian kita baru bisa melangsungkan upacara perkawinan sebagai suami istri."

Khong Bu siang segera menunjukkan perasaan serba salah, dia termenung tanpa bicara.

Sambil tertawa hambar kembali Nyoo Hong leng berkata:

"Bila kau benar-benar segan berbicara, sekarang juga kita bakal cekcok habishabisan."

Khong Bu siang segera memperlihatkan rasa penderitaan yang amat sangat, dengan sorot mata yang tajam bagaikan kilat, ia menatap wajah Nyoo Hong leng lekat-lekat, ujarnya: 

"Hong leng, kau sama sekali tidak menaruh perasaan cinta atau sayang kepadaku, tapi kau telah bersedia menjadi istriku, maka hanya dikarenakan"

"Semua perkataan yang kuucapkan, ku utarakan dari sanubariku yang jujur, karena aku memang tidak menaruh rasa cinta dan sayang kepadamu, maka akupun tidak mengharapkan sikap terlalu baik darimu kepadaku, di kemudian hari kau ingin punya tiga selir empat gundik akupun tak akan mengeluh. Bahkan sekarang juga kau boleh membawa serta ke empat orang dayangmu itu, asal mereka bersedia melewati suatu kehidupan yang tenang, merekapun boleh tinggal bersama-sama dengan kita berdua."

Khong Bu siang tertawa terbahak-bahak.

"Haaahh... haaahh.... haaah.. kau benar-benar seorang istri yang bijaksana, akan tetapi Khong Bu siang masih bukan termasuk seorang suami jelek di dunia ini, aku tak bisa tidak harus menepati janji, bila kau tetap mendesakku terus menerus, aku mempunyai suatu cara untuk menyelesaikan persoalan ini."

Paras muka Nyoo Hong leng dingin seperti es, membuat orang lain sukar menduga apa gerangan yang sedang dipikirkan.

Hubungan yang sensitip antara kedua orang lelaki perempuan itu membuat Buyung Tiang kim dan Buyung Im seng tak berani turut menimbrung atau buka suara.

Lama kemudian Nyoo Hong leng baru bertanya: "Apa akalmu itu ?" katanya kemudian.

"Seandainya Khong Bu siang tak dapat menepati janji, akupun merasa tak punya muka untuk hidup di dunia ini, di sini ada golok ada pedang, kau boleh turun tangan untuk membunuhku."

"Aku bukan tandinganmu," ujar si nona.

"Aku tak akan membalas, entah dengan cara apapun kau membunuhku, aku tak membalas."

"Mana ada istri di dunia ini yang tega membunuh suaminya sendiri ?" Khong Bu siang kembali tertawa.

"Walaupun sangat jarang orang bersedia melakukan pekerjaan ini, tapi bukan berarti tiada orang yang melakukan perbuatan semacam itu, seandainya kau segan turun tangan, dengan bunuh diripun aku sama saja dapat mati"

Mencorong sinar tajam dari balik mata Nyoo Hong leng, pelan-pelan dia berkata: "Bila kau bersikeras ingin mati, paling tidak harus menunggu setelah lewatnya malam pengantin, biarlah aku menjadi seorang janda yang sebenarnya !"

Seusai berkata, dia lantas menggandeng tangan kanan Khong Bu siang dan berlalu dari situ dengan langkah lebar.

Buyung Im seng segera berbisik:

"Ayah, jangan biarkan mereka menemui ancaman mara bahaya." 

"Nak, apakah kau tidak merasa bersedih hati ?" tanya Buyung Tiang-kim sambil menghela napas.

"Aku sangat menderita, tapi ananda percaya masih sanggup untuk mempertahankan diri, aku harus menerima kewajibanku untuk mengurusi kota batu di bawah tanah ini."

"Kau tak usah kuatir, mereka aman sekali, aku telah menutup seluruh alat jebakan yang terpasang disekitar sana."

"Jalan didalam kota batu ini bercabang-cabang, aku kuatir mereka tak berhasil menemukan jalan keluar yang sebenarnya."

"Jangan kuatir, aku telah mengatur segala sesuatunya dengan beres, mereka pasti dapat meninggalkan tempat ini dalam keadaan selamat."

Mendadak Buyung Im seng membuka mulutnya dan muntahkan darah segar, lalu sambil menyeka dengan ujung tangannya ia berkata:

"Ayah, ajaklah aku melihat-lihat keadaan di kota batu ini."

Mendadak Buyung Tiang kim mencengkeram tangan Buyung Im seng, kemudian menegur:

"Nak, kau merasa amat menderita bukan ?" Buyung Im seng tersenyum.

"Ananda yakin masih sanggup untuk mempertahankan diri." Sekali lagi Buyung Tiang kim menghela napas sedih.

"Aai, nak, inilah yang dinamakan pendekar, sekali kau dianggap orang pendekar, maka hidupmu di dunia ini harus kau bayar dengan segala penderitaan."

Buyung Im seng tertawa getir.

"Ananda mengerti, ayah tak usah menguatirkan begitu." "Duduklah lebih dahulu, nak !"

"Duduk di lantai ?" Buyung Im seng tertegun. "Benar, duduklah di lantai"

Buyung Im seng menurut dan segera duduk di atas lantai.

Buyung Tiang kim segera duduk bersila di belakangnya, kemudian berkata: "Nak, atur napasmu dan bersemedilah dengan baik, akan kubantu untuk meredakan dulu hawa darahmu yang bergolak di dalam dada."

"Ananda tidak merasa terluka."

"Tapi kau akan lebih menderita daripada mengalami luka dalam yang parah." Cepat telapak tangan kanannya ditempelkan di atas punggung Buyung Im seng, kemudian melanjutkan:

"Nak, aturlah napasmu dan sambutlah hawa murniku untuk digabungkan dengan hawa murni di dalam tubuhmu."

736 

Belum sempat Buyung Im seng menjawab, dia sudah merasakan tibanya segulung hawa panas yang menyusup masuk lewat punggung, terpaksa dia harus mengerahkan tenaga menyongsong datangnya hawa panas yang menyusup ke dalam tubuhnya.

Terasa hawa panas tadi menyusup ke dalam tubuh lalu menyebar ke empat anggota badannya dan secepat kilat menyebar ke seluruh badan.

Setengah jam kemudian, Buyung Tiang kim baru bangkit berdiri, sambil menyeka peluh yang membasahi wajahnya dia berkata:

"Nak, sekarang bagaimana rasanya ?"

Buyung Im seng menggerak-gerakkan kedua belah lengannya, kemudian menjawab.

"Sekarang, ananda merasakan hatiku tenang."

"Aaai... ketahuilah nak, luka dalam hati akibat tekanan jiwa merupakan suatu keadaan yang jauh lebih parah daripada seseorang yang menderita akibat luka dalam yang parah, sebab luka karena tekanan jiwa sukar disembuhkan."

Pelan-pelan Buyung Im seng bangkit berdiri dan tertawa hambar. "Terima kasih ayah !" bisiknya kemudian.

"Ayo berangkat ! Sekarang akan ku ajak kau untuk melihat-lihat kota batu di bawah tanah sana."

"Ayah ! Ananda ingin sekali melihat keadaan nona Nyoo." "Baik, kalau begitu mari kita pergi menengok."

Buyung Im seng segera menemukan sekulum senyuman aneh menghiasi raut wajah Buyung Tiang kim, buru-buru sambungnya lagi:

"Ayah, ananda hanya ingin menyaksikan ia pergi meninggalkan kota batu ini, asal dia selamat akupun merasa lega."

"Aku akan mengajakmu kesana, tapi kita hanya bisa melihat sambil menyembunyikan diri."

"Kalau begitu silahkan ayah membawa jalan."

Buyung Tiang kim juga tidak banyak berbicara lagi, dia segera melangkah ke depan.

Buyung Im seng seperti lagi melakukan sesuatu. Sepanjang jalan dia tidak terlalu memperhatikan jalanan yang mereka lewati, seperti orang yang kehilangan pikiran saja, dia hanya tahu berjalan terus mengikuti di belakang tubuh Buyung Tiang kim.

Setelah berjalan beberapa waktu lamanya, sampailah mereka di depan sebuah dinding batu.

Buyung Tiang kim mendorong dinding tersebut ke depan, sebuah pintu rahasia segera muncul di atas dinding tersebut. 

Di balik pintu terbentang sebuah lorong rahasia yang panjang sekali. Sambil menggerakkan tombol rahasia untuk menutup kembali pintu itu, Buyung Tiang kim berkata:

"Tempat ini merupakan satu-satunya jalan tembus di dalam kota batu yang bebas dari pengaruh alat rahasia, tapi mulut keluarnya justru berada ditengah barisan pohon dan bunga, bila orang itu tidak memahami perubahan dari Ngo heng, sekalipun mengetahui letak lorong rahasia tersebut juga sama sekali tak ada gunanya."

"Ayah, kau dapat mengendalikan perguruan tiga malaikat ?" bukan menjawab Buyung Im seng balik bertanya.

"Dalam soal apa ?"

"Ketika kami datang kemari, rasanya kami harus melewati banyak sekali rintangan-rintangan. Jika orang-orang yang tidak mereka kenal, jangan harap hadangan-hadangan tersebut bisa dilampaui, aku kuatir tidak benar kesempatan bagi mereka untuk meninggalkan tempat ini."

"Khong Bu siang merupakan toa sengcu dari perguruan tiga malaikat, sudah tentu dia mempunyai cara untuk melalui rintangan-rintangan tersebut..."

Dengan cepat Buyung Im seng menggeleng.

"Menurut pendapat ananda, belum tentu demikian keadaannya, organisasi perguruan tiga malaikat sendiri mungkin saja masih mempunyai sedikit pengaruh dan kewibawaan, berkuasa penuh untuk menurunkan perintah. Tapi begitu dia pergi meninggalkan Seng tong, agaknya dia seperti kehilangan semua kekuasaannya sebagai toa sengcu dari perguruan tiga malaikat.."

"Nak, kau bisa mengamati semua persoalan dengan begitu seksama, hal ini menunjukkan kalau kau adalah seorang manusia yang berotak cerdas dan lagi sangat teliti."

"Aaah, ayah kelewat memuji" Buyung Im seng tertawa getir.

"Sesungguhnya semua kunci dari perguruan sam seng bun terletak di dalam ruangan seng tong, maka dia dapat segera menurunkan perintahnya, yang merupakan rahasia sekarang bagaimana caranya untuk masuk ke dalam patung suci tersebut."

Sementara pembicaraan berlangsung, mereka sudah tiba di depan anak tangga berbatu.

Sambil melangkah naik ke tangga batu, Buyung Tiang kim berkata lebih lanjut: "Setelah naik dari undak-undakan batu ini, kita akan tiba ditengah barisan pohon dan bunga."

"Apakah jalanan itu tidak dijaga orang ?"

"Kau memang sangat teliti, dimulut keluar sana memang ada penjaganya, dia merupakan seorang jago lihai yang termasyhur karena ilmu pukulan telapak tangannya dalam dunia persilatan. Orang menyebutnya It chiang huang thian (telapak sakti pembalik langit) Tam Hiong, walaupun orang yang disekap dalam kota batu ini sangat banyak, akan tetapi boleh dibilang, Tam Hiong itu adalah satu

satunya orang yang paling kesepian. Justru karena itu maka tenaga dalam serta tenaga pukulannya berhasil dia latih hingga satu tingkat lebih sempurna, pada hakekatnya dia telah berhasil melatih ilmu pukulan udara kosong yang paling tangguh di dunia ini."

Setelah menghela napas panjang, lanjutnya:

"Hanya sayang, dia tak bisa hidup melewati tiga bulan lagi." "Apakah dikarenakan dia keracunan kelewat dalam ?"

"Soal itu memang merupakan alasan utamanya, tapi yang kedua adalah dia gemar minum arak, padahal arak bisa menyebabkan racun bekerja sebelum waktunya, itulah sebabnya bakal mati jauh lebih awal daripada rekan-rekan lainnya."

"Ada satu hal hingga kini masih belum juga kupahami." "Soal apa ?"

"Setiap orang yang disekap di dalam kota batu ini rata-rata merupakan jago silat kelas satu di dalam dunia persilatan, mereka belum kehilangan kesadaran otaknya, tapi heran, mengapa mereka tak mau melarikan diri saja dari sini ?"

"Sebentar lagi kita akan bersua dengan manusia yang bernama telapak sakti pembalik langit Tam Hiong, kau boleh bertanya sendiri kepadanya, mengapa dia enggan meninggalkan kota batu ini."

"Ayah pun tidak tahu ?"

"Aku tentu mengerti, tapi tidak mudah begitu saja untuk memberikan

penjelasannya karena itu lebih baik kau bertanya saja secara langsung kepada oang yang bersangkutan, setelah mendengar jawabannya dan mendengarkan penjelasanku di sana sini, kau akan segera memahami semua persoalan."

"Apakah dia ramah terhadap orang lain ?"

"Bila seseorang disekap terus dalam suatu tempat yang sepanjang tahun tak nampak cahaya matahari, tak bisa membedakan siang dan malam, sunyi senyap seorang diri, kendatipun dia memiliki iman yang bagus semasa masih bebas dulu, akhirnya akan berubah juga menjadi seorang manusia yang aneh dan keji." Buyung Tiang kim segera tersenyum.

"Tentu saja aku akan memberi keterangan lebih dulu kepadanya."

Sementara pembicaraan masih berlangsung, mendadak terdengar seseorang membentak dengan suara sedingin es.

"Siapa di situ ?"

"Tam heng kah di sana ? Aku Ong Tau-hu (Tabib Ong) !"

Buyung Im seng tercengang mendengar nama tadi, dengan wajah terheran-heran ia bertanya:

"Sejak kapan ayah menjadi seorang tabib ?"

"Untuk sementara waktu jangan kau bongkar rahasiaku yang sebenarnya," bisik Buyung Tiang kim lirih, "selama ini Tabib Ong merupakan seorang manusia yang 

paling berkuasa, paling berwibawa dan paling disegani orang di dalam kota batu ini."

Sementara itu, suara dingin menyeramkan tadi kembali berkumandang: "Kau adalah tabib Ong ? Sudah lama kita tak bersua."

"Siapa pula seorang yang lain ?"

"Dia adalah pembantu yang sengaja ku undang kemari, orang yang jatuh sakit didalam kota batu ini makin lama semakin banyak, aku seorang diri tak sanggup menangani pasien yang begitu banyak."

Telapak sakti pembalik langit Tam Hiong segera menghembuskan napas panjang, katanya kemudian.

"Tampaknya dalam hidup lohu kali ini, sudah tiada harapan lagi untuk dapat keluar dari sini."

"Mengapa ? Banyak orang di kota batu ini yang bernasib sama seperti dirimu, untuk mendapatkan kesegaran sesaat, mereka tak segat-segan minum madat." Suara gelak tertawa yang pedih dan memilukan hati segera bergema memecahkan keheningan, terdengar dia berkata lagi:

"Tabib Ong, aku ingin tahu, berapa lama lagi aku masih bisa hidup di dunia ini ?" "Saudara Tam, bukankah kau sudah mampu mengendalikan menjalarnya racun keji tersebut di dalam tubuhmu ? Tapi.. sekalipun mati lebih lama, toh tak ada harapan lagi untuk melihat matahari."

Tam Hiong termenung beberapa saat lamanya, mendadak ia bertanya: "Sudah kau bawa benda itu ?"

"Sudah, cuma tidak banyak jumlahnya, mungkin aku tak bisa meninggalkan lebih banyak bagimu."

"Lohu tak dapat menerima kebaikan darimu dengan begitu saja, selama beberapa hari ini aku telah berhasil menemukan sebuah jurus serangan aneh di dalam telapak tanganku, asal kau dapat meninggalkan lebih banyak lagi untukku, akan kuwariskan ilmu pukulan aneh tadi kepadamu."

"Kita berbicara setelah sampai waktunya nanti, asal aku bisa meninggalkan lebih banyak untukmu, tentu akan kutinggalkan lebih banyak untukmu."

"Ilmu pukulanku ini boleh dijamin akan merupakan satu jurus serangan yang paling tangguh dikolong langit, bila kau tak bersedia untuk mempelajarinya, aaai.. sungguh merupakan suatu kejadian yang patut disayangkan."

Sementara pembicaraan berlangsung, mereka sudah sampai di hadapan Tam Hiong.

Dimana Buyung Ting kim dan Buyung Im seng berjalan sekarang sudah berada dekat sekali dengan pepohonan tersebut, sinar telah menyorot masuk ke dalam, keadaan di situ memang jauh lebih terang daripada keadaan ditempat-tempat lainnya. 

Buyung Im seng mencoba untuk mengamati wajah orang itu dengan seksama, ternyata dia adalah seorang kakek berbaju hitam yang memelihara rambut panjang dan jenggot panjang, saat itu dia sedang duduk bersandar di atas dinding batu, matanya terpejam dan wajahnya kuyu, sayu dan lemas sekali.

Buyung Tiang kim mendehem beberapa kali, kemudian menegur, "lelah sekali saudara Tam ?"

oooOooo

"Selama beberapa hari ini, lohu selalu merasa tubuhku lemas, tak bertenaga dan hilang semangat."

"Locianpwe disebut orang sebagai telapak sakit pembalik langit, itu berarti tenaga dalammu sudah mencapai tingkat kesempurnaan, mengapa tidak mencoba untuk mengatur napas ?" timbrung Buyung Im seng dari sisi ayahnya.

Pelan-pelan Tam Hiong membuka matanya dan memandang Buyung Im seng, kemudian tegurnya.

"Anak muda yang tak tahu diri, darimana kau datang ?" tanyanya kemudian. "Bukankah tadi sudah kuberitahukan kepada saudara Tam, dia adalah muridku." Tam Hiong segera manggut-manggut.

"Ya, masih ingat, masih ingat. Cepat berikan benda itu kepadaku, lohu benar-benar sudah hampir tak sanggup menahan diri."

Buyung Tiang kim merogoh ke dalam sakunya dan mengeluarkan sebuah botol porselen, dari dalam botol itu dia mengeluarkan sebutir pil yang diserahkan ke tangan Buyung Im seng, katanya kemudian, "Nak, serahkan pil ini kepadanya dan suruh dia telan."

Buyung Im seng menerima pil tersebut, tapi sempat bertanya: "Obat beracun ?" katanya.

Buyung Tiang kim menghela napas panjang.

"Benar, tapi dalam pandangan Tam Hiong pil tersebut merupakan pil mestika yang tak ternilai harganya, asal dia mempunyai benda apa saja kau bisa menukar benda miliknya itu dengan pil ini" kata orang itu kemudian.

Diam-diam Buyung Im seng menghela napas panjang, dia lantas serahkan pil tersebut ke tangan Tam Hiong seraya berkata dengan tenang:

Locianpwe, pilnya berada di sini"

Tam Hiong cepat menyambar pil itu dan cepat-cepat dimasukkan ke dalam mulutnya, setelah menelan pil tadi, dia pun memejamkan mata untuk mengatur napas.

Tak selang berapa saat kemudian ia telah selesai dengan semedinya, bagaikan berganti dengan seseorang yang lain, kali ini dia bangun dengan semangat yang tinggi dan sorot mata yang tajam menggidikkan hati."

Tampak dia mengalihkan sorot matanya ke wajah Buyung Tiang kim kemudian berkata lagi. 

"Tay-hu, kau bersedia memberikan pil dalam jumlah yang lebih banyak bukan ?" "Benar !" Buyung Tiang kim manggut-manggut, "tapi sayang pil tersebut sudah bukan menjadi hakku lagi, mulai besok akan kuserahkan kepada muridku ii." Tam Hiong segera mengalihkan sorot matanya ke wajah Buyung Im seng, kemudian menegurnya.

"Nak, benarkah apa yang dikatakan tay-hu ?" Buyung Im seng manggut-manggut.

"Benar, suatu hari akulah yang akan mengurus semua kota batu di bawah tanah ini."

"Bagus sekali ! Jika ada orang yang tidak bersedia menuruti perkataanmu, lohulah orang pertama yang akan turun tangan menjagalnya."

"Itu mah urusan di kemudian hari"

"Sekarang apa yang kau inginkan ?" cepat Tam Hiong bertanya, "cepat katakan, asal lohu sanggup melakukannya, pasti tak akan kutampik.."

"Aku hanya ingin mengajukan beberapa pertanyaan kepadamu, aku harap kau bisa memberi jawaban dengan sejujurnya."

"Baik, asal lohu tahu pasti akan kujawab dengan sejujurnya."

Sementara berbicara dengan anak muda itu, sepasang matanya menatap terus wajah Buyung Im seng lekat-lekat seakan-akan sudah lupa kalau di situ masih ada Buyung Tiang kim.

Pelan-pelan Buyung Im seng berkata:

"Aku dengar ilmu pukulanmu luar biasa sekali, benarkah itu ?"

"Lohu bergelar tangan sakti pembalik langit, tak ada ilmu pukulan di dunia ini yang sanggup menandingi ilmu pukulanku."

"Kau dapat berbicara dengan dan sangat beraturan, hal ini membuktikan kalau kesadaranmu masih tetap utuh dan normal."

"Lohu merasa amat sadar, semua kejadian lampau tak satu pun yang kulupakan."

"Urusan yang sudah lewat, biarkan lewat, locianpwe harus mulai memikirkan urusan di kemudian hari."

"Urusan di kemudian hari ?" tanya Tam Hiong dengan wajah termangu-mangu. "Benar ! Pernahkah kau pikirkan, sudah berapa lama kau disekap ditempat ini ?" "Soal ini... soal... ini sudah tak bisa ingat lagi, aku hanya tahu sudah lama sekali." "Apakah kau ingin selamanya disekap terus ditempat ini ?" pelan-pelan Buyung Im seng bertanya.

"Walaupun lohu tak ingin disekap terus di sini, tapi akupun tidak berhasil menemukan cara terbaik untuk pergi meninggalkan tempat ini. Apa lagi sekarang lohu sudah tak berkemampuan lagi meninggalkan tempat ini." 

"Mengapa ?"

"Sebab kecuali di sini, ditempat lain sudah tiada obat mestika yang bisa lohu gunakan."

"Tahukah kau obat apa yang kau telan selama ini ?" jengek Buyung Im seng sambil tertawa dingin.

Tam Hiong menggeleng,

"Lohu tidak tahu, dan tak ingin tahu, sebab hanya obat ini yang bisa mendatangkan rasa nyaman dan segar bagiku, cuma..."

"Cuma kenapa ?"

"Cuma lohu tak pernah punya pikiran untuk melarikan diri, seandainya tidak kau singgung kembali hari ini, lohu tak akan pernah memikirkan soal melarikan diri lagi.

Buyung Im seng berpaling memandang sekejap ke arah Buyung Tiang kim. Agaknya Buyung Tiang kim mengetahui apa yang menjadi pemikiran anak muda tersebut, dia lantas manggut-manggut sambil menyahut lirih.

"Ya, ilmu menguasai hati !"

Sementara itu, Tam Hiong sudah mendehem beberapa kali, kemudian berkata: "Hari ini, walaupun aku telah menyinggung kembali persoalan tersebut, tapi aku masih tetap tidak mempunyai keinginan melarikan diri dari sini."

Buyung Im seng benar-benar merasa terperanjat sekali sesudah mendengar perkataan itu, pikirnya:

"Kalau dilihat dari mimik wajahnya, ucapan tersebut seperti keluar dari hati sanubarinya yang jujur, benarkah di dunia ini terdapat ilmu menguasai hati yang begini lihai ? Yaa, kalau benar-benar ada, sudah pasti ilmu tersebut merupakan suatu ilmu yang luar biasa."

Berpikir demikian, dia lantas berkata:

"Andaikata aku memberitahukan kepadamu bahwa obat yang kau telan itu adalah semacam obat beracun ?"

Tam Hiong segera tertawa terbahak-bahak.

"Haaahhh... haaahhh... haaahracun ? Sekalipun pil tersebut benar-benar sejenis

racun, lohu juga tak bisa berpisah lagi dengannya."

Seandainya aku mengajakmu pergi meninggalkan tempat ini, bersediakah kau untuk melarikan diri ?"

Cepat-cepat Tam Hiong menggeleng. "Tidak, lohu tak akan melarikan diri."

"Aaaitampaknya hatimu benar-benar sudah mati, sehingga semua pikiranmu

berbeda dengan jalan pikiran manusia." Tam Hiong turut menghela napas. 

"Selama banyak tahun ini, lohu sudah terbiasa dengan cara kehidupan semacam ini."

"Meskipun pintu Budha terbuka lebar, namun tak akan menerima orang yang tak berjodoh, kalau toh kau tidak ingin mengungkapkan keadaan yang sebenarnya, aku pun tidak ingin mendesakmu lebih jauh."

Dia mengeluarkan sebutir pil lagi dan diserahkan ke tangan Tam Hiong, pesannya: "Berpikirlah lebih mendalam, kau harus tahu persoalan ini menyangkut nasib dari segenap dunia persilatan."

Tam Hiong menggeleng.

"Lohu tidak ingin berpikir tentang urusan yang menyangkut dunia persilatan lagi." Buyung Im seng hanya bisa menggelengkan kepalanya berulang kali, kepada Buyung Tiang kim bisiknya kemudian:

"Mari kita pergi !"

Buyung Tiang kim tidak langsung pergi, dia berpaling kembali ke arah Tam Hiong dan bertanya:

"Tam Hiong, bagaimana keadaan muridku ini ?"

"Amat cekatan, hanya sayang kelewat gemar mencampuri urusan orang lain." Mendengar perkataan itu, Buyung Im seng segera berpaling, lalu perlahan berkata: "Setiap perkataan yang kutujukan kepada locianpwe, semuanya merupakan katakata yang muncul dari hati sanubariku."

"Kau masih muda, tetapi benar-benar cerewet sekali." tukas Tam Hiong cepat. Diam-diam Buyung Im seng melirik sekejap memandang wajahnya, ia menjadi semakin berani, kembali katanya:

"Locianpwe bergelar tangan sakti pembalik langit, sewaktu berada dalam dunia persilatan dulu, kau pastilah seorang tokoh persilatan yang amat termasyhur." "Seorang hohan tidak boleh berbangga atas kesuksesannya dimasa lampau, bila lohu tak memandang budimu menghadiahkan obat kepadaku, sejak tadi kau sudah aku hajar sampai mampus."

Saat Buyung Im seng menyaksikan paras muka Tam Hiong sudah mulai dilapisi hawa amarah, ia tak berani banyak bicara lagi.

Sambil tersenyum Buyung Tiang kim segera berkata:

"Saudara Tam, kami ingin keluar sebentar, dalam satu jam kemudian pasti akan kembali lagi, apakah saudara Tam sedia membukakan jalan lewat untuk kami berdua ?"

Tam Hiong berpikir sejenak, kemudian menjawab.

"Kau boleh keluar, tapi bocah tersebut harus tetap tinggal di sini."

"Tidak bisa, kalau kau tak mengijinkan dia pergi dari sini, lohu pun tak jadi pergi, tapi selanjutnya aku khawatir saudara Tam tidak akan memperoleh jatah obat yang lebih banyak lagi." 

Selesai berkata dia lantas membalikkan badan lalu berjalan balik ke arah semula. Dengan ketakutan Tam Hiong segera berseru.

"Eeeh... tay-hu, tunggu dulu ! Tunggu dulu."

"Bagaimana ? Saudara Tam setuju ?" tanya Buyung Tiang kim. "Hanya satu jam, tak boleh di ulur lebih lama lagi."

"Kapan aku pernah membohongi dirimu ?" "Baik ! Lohu akan mengijinkan kalian berlalu."

Dia lantas meraba ke belakang punggungnya, seketika itu juga terdengarlah suara gemerincingan yang amat nyaring disusul cahaya tajam menyorot masuk ke dalam ruangan, lorong gua yang semula gelap kini menjadi terang benderang.

Buyung Tiang kim segera mempercepat langkahnya beranjak pergi dari situ. Ketika Buyung Im seng melihat Buyung Tiang kim seakan-akan sedang setengah berlari, dengan cepat dia ikut berlarian keluar dari situ.

Bau harum semerbak tersiar disekitar sana, tahu-tahu mereka sudah berada ditengah sebuah hutan bunga yang amat lebat.

"Blaaamm... !" tiba-tiba pintu batu yang besar itu menutup kembali keras-keras. Setelah menghembuskan napas panjang, Buyung Im seng berbisik: "Ayah, tadi mengapa kau lari ?"

"Orang-orang semacam itu tak boleh dipercaya. Setiap saat mereka dapat berubah pikiran. Oleh sebab itu kau harus memanfaatkan setiap kesempatan yang ada, entah kesempatan itu hanya sedetik."

"Ananda tidak habis mengerti, mengapa Tam Hiong enggan melarikan diri... ?" Buyung Tiang kim tidak menanggapi pertanyaan itu, tiba-tiba serunya:

"Khong Bu siang dan Nyoo Hong leng akan segera tiba di situ, kita harus pergi menengok mereka lebih dulu sebelum membicarakan persoalan-persoalan lain." Setelah berhenti sejenak, dia bertanya lagi:

"Kau sudah pernah mempelajari ilmu Ngo heng ?" "Belum."

Buyung Tiang kim segera menggandeng tangan kiri Buyung Im seng, kemudian ujarnya:

"Nak, bila kau ingin cepat sampai ditempat tujuan, lebih baik pejamkan saja matamu."

Buyung Im seng menurut dan segera memejamkan matanya rapat-rapat, dia membiarkan Buyung Tiang kim yang menarik tangannya menempuh perjalanan. Entah berapa saat sudah lewat, mendadak Buyung Tiang kim berhenti seraya berkata: 

"Nak, sekarang kau boleh membuka kembali matamu."

Ketika Buyung Im seng membuka matanya kembali ternyata ia bersama Buyung Tiang kim sudah berhenti di bawah sebatang pohon besar. Sambil tersenyum Buyung Tiang kim segera berkata:

"Naiklah ke atas pohon, mungkin akan kau saksikan mereka berdua."

Buyung Tiang kim segera menghimpun tenaga dalamnya dan melompat naik ke atas pohon, kemudian menyembunyikan diri dibalik dedaunan yang rimbun. Pohon tersebut tidak seberapa tinggi tapi berhubung daunnya lebat sekali maka sangat strategis untuk tempat menyembunyikan diri."

Dari pohon tersebut sampai ke jalan yang harus dilalui hanya berjarak empat kaki, di bawah sinar matahari yang cerah, segala sesuatunya dapat terlihat dengan jelas. Ketika Buyung Im seng menundukkan kepalanya, dia menyaksikan Buyung Tiang kim sedang duduk bersila di bawah pohon sambil bersemedi.

Tak selang berapa saat kemudian, tampak dua sosok bayangan manusia berjalan lewat dengan langkah lebar, mereka adalah Khong Bu siang dan Nyoo Hong leng. Khong Bu siang berjalan dimuka sedang Nyoo Hong leng mengikuti di belakangnya, kedua orang itu berjalan sangat lamban sehingga Buyung Im seng dapat menyaksikan raut wajah mereka berdua dengan sangat jelas.

Mendadak Nyoo Hong leng mempercepat langkahnya, menyusul ke depan tubuh Khong Bu siang, setelah itu ujarnya:

"Seandainya Buyung Im seng tidak membantu kita tadi, mungkin kita tak akan pernah bisa meninggalkan kota batu itu."

"Ehmm, kota batu memang menyimpan berbagai rahasia yang amat besar, bagi siapapun memiliki daya tarik yang luar biasa, seandainya bukan dikarenakan kau." "Kenapa ?" tukas Nyoo Hong leng.

"Aku ingin sekali tinggal di dalam kota batu di bawah tanah itu." "Mengapa kau tidak tinggal di sana saja ?"

"Karena kau tak ingin kehilangan kau !" Nyoo Hong leng segera menghela napas.

"Aaai... selama ini kau selalu merendahkan diri, mencemooh diri sendiri, menyiksa diri sendiri, tampaknya semuanya itu hanya disebabkan satu alasan."

"Ya, untuk merebut hatimu." sambung Khon Bu siang sambil tertawa hambar. Dengan cepat Nyoo Hong leng menggeleng.

"Karena aku berwajah amat cantik maka kau bersedia untuk berbuat demikian, coba kalau wajahku sedikit lebih jelek, belum tentu kau bersedia meninggalkan ke empat orang dayangmu dan kedudukanmu sebagai Toa sengcu dari perguruan tiga malaikat, kau pun tak akan bentrokan dengan Ji sengcu dan Sam sengcu, kau lebih-lebih tak akan memasuki kota batu di bawah tanah bersamaku, bukan demikian ?" 

Khong Bu siang mendehem pelan.

"Hong leng, aku benar-benar tidak memahami maksud dari perkataanmu itu... " serunya.

"Aaai.. jika kau benar-benar tidak mengerti, lebih baik tak usah bertanya lagi." Mendadak Khong Bu siang berhenti, kemudian sambil mencengkeram pergelangan tangan kiri Nyoo Hong leng, serunya keras.

"Tapi aku mengerti, kau masih teringat selalu dengan Buyung Im seng"

Sekulum senyuman manis tersungging di ujung bibir Nyoo Hong leng, sahutnya: "Betul. Aku sangat berharap kau bisa menghajar diriku habis-habisan. Aaai.. aku sudah memutuskan untuk menikah denganmu, tapi tak pernah berhasil untuk melenyapkan bayangan yang masih tersisa didalam hati kecilku."

"Apakah bayangan itu adalah Buyung Im seng ?" tanya Khong Bu siang cepat. "Tentu saja dia."

Setelah menghela napas sedih, katanya lagi dengan suara lembut.

"Aku akan berusaha keras untuk menjadi isteri yang baik, tapi kau harus membantuku."

Mendadak Khong Bu siang bernapas dengan tersengal-sengal, mukanya berubah menjadi merah membara, sekujur tubuhnya bergetar keras, seperti mendapat serangan penyakit parah secara tiba-tiba.

Nyoo Hong leng menjadi tertegun setelah menyaksikan peristiwa tersebut, segera tegurnya:

"Hei, kenapa kau ?"

Khong Bu siang melepaskan cengkeramannya pada pergelangan tangan kiri Nyoo Hong leng, kemudian mengayunkan telapak tangan kirinya ke atas dada sendiri: "Uuuaakk.!" dia segera memuntahkan darah segar.

Nyoo Hong leng mengerdipkan sebentar sepasang matanya yang besar dan bulat, dua titik air mata segera jatuh berlinang membasahi pipinya yang putih, katanya sedih.

"Tentunya kau amat membenci Buyung Im seng bukan ?"

"Bila aku mengatakan membenci dirinya sudah pasti kau tak percaya, tapi aku benar-benar tidak terlalu membenci."

Nyoo Hong leng mengeluarkan sapu tangan untuk menyeka noda darah yang membasahi ujung bibir Khong Bu siang, kemudian katanya lagi.

"Kau memang tidak sepantasnya membenci dia, kalau bukan lantaran Buyung Im seng aku pun tak bakal kawin denganmu."

Khong Bu siang segera manggut.

"Benar, itulah sebabnya kau sama sekali tidak membencinya." 

"Bila kau dapat memahami persoalan maupun keadaan, di kemudian hari kita dapat membina suatu kehidupan yang bahagia."

Khong Bu siang segera tertawa getir.

"Setelah aku berpikir sebentar, aku merasa bahwa aku memang tidak pantas berbuat demikian."

"Dalam soal apa ?" tanyanya.

"Sebenarnya kau dan Buyung Im seng adalah sepasang sejoli yang sangat ideal, yang perempuan cantik jelita dan yang lelaki tampan dan gagah. Tapi ditengah jalan muncul aku yang menyerobot cinta kalian, memisahkan kalian secara paksa sehingga sepasang kekasih yang sebenarnya saling mencinta, kini harus berantakan dan terpecah tak karuan."

"Bila kau mempunyai pemikiran demikian, hal mana menunjukkan kalau hatimu jujur, aku amat berterima kasih kepadamu. Cuma, yang seharusnya merasa sedih bukan kau melainkan aku, kau tak usah bersedih hati karena persoalan ini, berulang kali aku telah memberi pertanda kepadanya, seharusnya dia memahami maksud hatiku, tapi ia tak pernah menaruh perhatian khusus kepadaku, meski aku tahu keinginannya untuk bertemu dengan ayahnya hanya ingin menunjukkan rasa baktinya, suatu sikap yang seharusnya baik dan dipuji, tapi aku suka kalau orang lain meletakkan diriku pada urutan yang kedua."

"Hanya begitu ?" pelan-pelan Khong Bu siang berkata.

"Masih ada satu hal lagi, yakni aku ingin memenuhi rasa baktiku itu."

"Karena dia kau rela berkorban dan kawin dengan seseorang yagn sama sekali tak kau cintai, bila Buyung Im seng tahu kalau ia mempunyai seorang kekasih seperti ini, ia pasti akan berterima kasih sekali."

"Aku tidak menginginkan rasa terima kasihnya, paling baik lagi kalau dia tidak mengetahui hal ini sama sekali."

"Mengapa kau harus berbuat demikian ?"

"Dengan kecerdasan dan kepintaranmu, masa masih belum mengerti ?" "Itulah yang disebut siapa yang terlibat dia dalam keadaan tak sadar."

"Bila dia tak menaruh perasaan terima kasih kepadaku, aku baru bisa hidup dengan riang gembira dan berbahagia, aku baru dapat menjadi seorang istri yang baik."

"Aaaii.. maksud hatimu sungguh mengagumkan.."

"Sekarang hanya kita berdua berada di sini," sela Nyoo Hong leng cepat, "aku pikir sebelum pernikahan dilangsungkan, aku harus selesai mengungkapkan seluruh rahasia hatiku, dengan demikian, di kemudian hari kita baru tak akan menyesal." "Baik, katakanlah ! Sebenarnya aku memang ingin menanyakan persoalan ini sejak dulu, cuma tak berani kuungkapkan. Sekarang kesalahan benar belum terlaksana, waktu pun belum terlambat, masih sempat bagi kita untuk merubah segala sesuatunya." 

"Untuk kawin dengan diriku, kau telah membayar dengan pengorbanan yang cukup mahal, maka sebagai rasa terima kasihku, akan kubayar pengorbananmu itu dengan sesosok tubuh yang cantik..."

Khong Bu siang segera tertawa getir.

"Aku tidak memahami maksudmu, kau berulang kali menerangkan soal itu kepadaku, rupanya kau sudah merasa agak menyesal ?"

"Di dalam persoalan ini, tak bisa dikatakan soal menyesal atau tidak menyesal, terhadapmu aku hanya berhutang satu janji dan aku harus memenuhi janjiku, sedang kau hanya menyukai kecantikanku dan kini telah kau peroleh, kalau dibilang kita sama-sama telah berhasil mendapatkan apa yang diharapkan dan hal ini merupakan suatu kejadian yang sepantasnya dirayakan dengan gembira." "Seorang lelaki sejati sulit untuk menjaga istri yang setia dan putra yang berbakti, bila kau tidak bersedia menjadi seorang istri yang baik, akupun tak dapat berbuat apa-apa lagi."

Sesudahnya menghembuskan napas panjang, lanjutnya: "Apa yang kita bicarakan selama ini hanya garis besarnya saja, sekarang rasanya kita harus membicarakan pula hal-hal yang lebih menjurus dan mendetil..."

"Aku pun berpendapat demikian, kalau sebelum semuanya berlangsung masalahnya sudah menjadi terang, setelah kejadian nanti kitapun bisa menghilangkan banyak kesulitan yang tak diinginkan." katanya kemudian. "Katakanlah, akan kudengarkan dengan seksama." pintanya.

"Pertama, kau tahu kalau kawin denganmu karena untuk memenuhi janji, terhadap dirimu tentu saja hal ini tak akan terasa baik."

"Soal ini aku sudah tahu. Katakanlah masalah yang kedua !" jawabnya menegaskan.

"Aku mempunyai kebiasaan senang kebersihan, tak suka tidur bersama dengan orang lain, oleh sebab itu untuk memenuhi syarat yang kedua, kaupun tak boleh menginap didalam kamarku." katanya melarang.

Khong Bu siang hanya tersenyum.

"Sebuah syarat yang benar-benar memastikan. Masih ada syarat yang ketiga ?" ujarnya.

"Sudah kau penuhi belum syaratku yang kedua ?"

"Tampaknya sekalipun tidak kukabulkan juga harus kukabulkan, katakan syaratmu yang ketiga !"

"Syarat yang ketiga, bila aku melahirkan seorang anak untukmu, maka hubungan kita sebagai suami istri pun turut berakhir, aku akan pergi meninggalkan kau." "Bagaimana dengan anaknya ?"

"Tentu saja akan kutinggalkan untukmu, kau harus baik-baik merawatnya"

Khong Bu siang termenung dan berpikir sejenak, kemudian tanyanya lagi: "Masih ada syarat ke empat ?" 

"Ada ! Jika aku tak bisa melahirkan anak untukmu, paling banter hanya bisa hidup menjadi suami istri selama sepuluh tahun saja."

"Aku akan pergi meninggalkan dirimu." "Kau hendak pergi kemana ?"

"Aku akan mengasingkan diri di suatu tempat terpencil dan tidak lagi melakukan perjalanan dalam dunia persilatan namun diantara kita masih mempunyai nama sebagai suami istri."

"Bila sepanjang tahun tak bisa bertemu, mempertahankan nama saja apa gunanya

?"

"Go long dan Ci-Ji pun bisa menahan keadaan seperti ini, masa kau tak mampu melebihi Go-long ?"

"Baiklah ! Aku akan menyetujui semua syaratmu, bila aku tak sanggup menahan rasa rinduku lagi, aku punya cara untuk menghabisi diriku."

"Setiap tahun bulan ke tujuh, kita boleh berjumpa satu kali." katanya kemudian. "Terlampau sedikit," jawabnya.

"Aku tahu kalau syaratku ini sedikit kelewat kejam, itulah sebabnya kuanjurkan kepadamu untuk memilih empat orang selir yang cantik untuk menemanimu sepanjang tahun."

"Tak usah. Ke empat orang dayang itu semuanya menaruh cinta kasih yang mendalam kepadaku." jawabnya kemudian.

( Bersambung ke jilid 36)
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar