Lembah Tiga Malaikat Jilid 29

Jilid 29

“Ssstt… Hati-hati, ada orang yang berjalan mendekati !”

Beberapa orang itu segera memasang telinga dan mendengarkan dengan seksama, benar juga, mereka segera mendengar langkah kaki manusia yang amat pelan berkumandang datang.

“Hanya seorang yang datang” bisik Nyoo Hong leng kemudian, “tapi sudah pasti bukan dua orang sengcu mu yang menyusul kemari.”

“Ya, benar” Khong Bu siang manggut-manggut, “dia berjalan sangat lamban, seakan-akan merasa takut akan sesuatu.”

Buyung Im seng segera memusatkan perhatiannya ke arah depan, dibawah cahaya bintang tampak sesosok bayangan manusia berperawakan kecil dan berambut panjang sedang berjalan mendekat dengan langkah lamban.

“Aaah, dia adalah seorang perempuan !” bisik Nyoo Hong leng.

Sementara pembicaraan sedang berlangsung, bayangan kecil itu sudah berada empat lima depa di depan beberapa orang itu.

Tampak ia menghentikan langkah kakinya sambil membereskan rambutnya yang kusut kemudian bertanya.

“Apakah Buyung Kongcu berada disini ?”

Pelan-pelan Buyung Im seng bangkit berdiri lalu menjawab. “Aku adalah Buyung Im seng, siapakah kau ?”

“Buyung Kongcu orang terhormat yang banyak urusan, apa lagi sekarang lagi masa jayanya, mana mungkin masih bisa teringat dengan diriku ini ?” kata perempuan berambut panjang itu.

584 

Buyung Im seng mencoba untuk mengamati dengan seksama, tampak rambut yang kusut menutupi sebagian mukanya, ditambah lagi malam amat kelam sehingga untuk sesaat sulit baginya untuk mengawasi wajah orang itu dengan jelas. “Sebetulnya siapakah kau ? Maaf, aku bodoh dan benar-benar tak dapat mengingatnya lagi.”

“Apakah perempuan yang kau kenal jumlahnya banyak sekali sampai tak terhitung

?” kata perempuan berambut panjang itu dingin. “Yang kukenal tidak begitu banyak.”

“Kalau begitu tak ada salahnya kalau kau sebut satu persatu, toh akhirnya pasti akan teringat juga akan namaku.”

Mendadak satu ingatan melintas dalam benak Buyung Im seng, baru saja dia akan mengutarakannya keluar, mendadak Khong Bu siang telah menukas dengan suara dingin;

“Apakah kau adalah anggota perguruan Sam seng bun ?”

“Kalau bukan anggota perguruan Sam seng bun, masa dapat sampai di tempat ini

?”

“Kalau begitu, tentunya kau kenal dengan aku bukan ?”

Perempuan berambut panjang itu mendongakkan kepada dan memandang sekejap ke arah Khong Bu siang, kemudian sahutnya.

“Ya, agaknya seperti pernah kukenal.” “Kalau begitu coba kau katakan.”

“Agaknya kau adalah Toa sengcu dari perguruan Sam seng tong.”

“Bagus sekali, kalau toh sudah kenali siapakah aku, cepat laporkan siapa nama dan kedudukanmu.”

“Coa Niocu (perempuan ular), dahulu menjabat sebagai pelindung hukum dalam ruang Seng tong diperguruan Sam seng bun.”

“Berapa lama kau menjabat kedudukan itu ?” “Sepuluh tahun lebih.”

Khong Bu siang memandang sekejap kearah Coa Niocu, kemudian tanyanya lagi. “Kita pernah saling bersua ?”

“Pernah bersua beberapa kali, tapi kau adalah Toa sengcu sedang aku tak lebih cuma seorang pelindung hukum yang rendah kedudukannya di dalam rumah Seng tong, mana mungkin Toa sengcu dapat mengingatnya ?”

“Sekarang apa jabatanmu ? mengapa berdandan seperti itu ?”

“Aku sedang melaksanakan hukuman, dihukum menjadi budak perempuan dalam kota batu ini.”

“Dalam ingatanku, belum pernah kudengar tentang peristiwa semacam ini….” 

“Mati hidup seorang pelindung hukum yang kecil kedudukannya bukan suatu masalah yang besar, mana mungkin akan mengejutkan hati Toa sengcu ?” Khong Bu siang termenung dan berpikir sebentar, kemudian ujarnya.

“Apakah dalam kota batu ini terdapat banyak sekali budak-budak perempuan ?” “Benar, menurut apa yang kuketahui, seluruhnya terdapat dua puluh empat orang budak perempuan.”

Setelah menghela napas panjang, lanjutnya.

“Tapi keadaan yang mereka lalui jauh lebih tragis lagi, tidak seperti aku yang dapat keluar masuk dengan bebas.”

“Tentang soal-soal tersebut semuanya aku tidak tahu, bagaimanakah tragisnya budak-budak perempuan itu ?”

Coa Niocu membereskan rambut panjangnya dulu, kemudian baru ujarnya dengan dingin.

“Toa sengcu benar-benar tidak tahu ataukah sudah tahu tapi pura-pura bertanya lagi ?”

“Tentu saja benar-benar tidak tahu.”

“Semua budak perempuan itu dirantai tulang pia pa kutnya dengan rantai besi yang besar, bahkan rantai itu diberi beban dengan bandulan besi yang beratnya sampai berapa ratus kati, berat atau tidaknya bandulan besi itu tergantung pada tinggi rendahnya ilmu silat yang dimiliki masing-masing pihak…”

Nyoo Hong leng menjadi gusar sekali setelah mendengar perkataan itu, tak tahan dia lantas berseru.

“Siapa-siapa saja yang termasuk dalam budak-budak perempuan itu… ?''

Coa Niocu mengalihkan sorot matanya ke wajah Nyoo Hong leng, lalu katanya. “Apakah kau adalah Biau hoa Lengcu ?”

“Benar”

Coa Niocu segera tertawa getir.

“Kau yang membawa Buyung Im seng datang kemari ?” “Benar.”

Setelah tertawa getir lagi, Coa Niocu baru melanjutkan.

“Budak-budak perempuan itu merupakan anggota perempuan dari perguruan Sam seng bun yang melanggar peraturan.”

“Banyak manusia dan masalah yang berada dalam perguruan Sam seng bun tidak begitu kuketahui dengan amat jelas.” sela Khong Bu siang tiba-tiba.

“Sekarang kau sudah tahu, apa yang hendak kau lakukan ?” tanya Coa Niocu. “Besar amat nyalimu, berani berbicara dengan sikap seperti itu dengan diriku.” 

“Benar, nyaliku memang besar, karena aku sudah tak dapat membayangkan penderitaan lain yang jauh lebih tragis daripada dihukum menjadi budak dalam kota batu ini.”

“Kalau kudengar dari nada pembicaraanmu itu, agaknya kau mengetahui amat jelas terhadap semua persoalan dalam kota batu ini.”

“Masa kau sebagai Toa sengcu dari perguruan Sam seng bun malah tidak mengetahui keadaan yang sebenarnya dari kota batu ini ?” seru Coa Niocu keheranan.

“Mungkin kau tidak percaya, tapi dalam kenyataannya aku memang benar-benar tidak tahu.”

“Karena persoalan apa kau datang kemari malam ini ?”

“Aku bermaksud untuk mengunjungi kota batu ini secara diam-diam….”

Coa Niocu termenung dan berpikir beberapa saat lamanya, kemudian baru berkata. “Aku merasa keheranan.”

“Apanya yang heran ?”

“Kau adalah Tong sengcu dari perguruan Sam seng bun, mengapa bisa berjalan bersama-sama dengan Buyung Im seng sekalian ?”

“Apakah kau tidak merasa bahwa apa yang kau tanyakan itu kelewat banyak ?” tegur Khong Bu siang dingin.

Buyung Im seng yang berada disisinya segera menjuta seraya berkata. “Cici, Toa sengcu mengajak aku untuk berjumpa dengan ayahku.” “Buyung Tiong kim ?” Coa Niocu berseru.

“Apakah cici pernah berjumpa dengannya ?” tanya Buyung Im seng lagi.

“Belum, belum pernah kujumpai, tapi aku pernah mendengar orang menyinggung tentang dirinya, dia memang berada di dalam kota batu ini” setelah berhenti sejenak, lanjutnya.

“Demi menyelamatkan ayahmu, apakah kau telah menggabungkan diri pula dengan perguruan Sam seng bun ?”

“Tidak, aku masih tetap merupakan Buyung Im seng yang semula.”

“Darimana kau bisa kenal dengan Toa sengcu dari perguruan Sam seng bun kami ?” “Kami berkenalan belum lama.”

“Kau bukan anggota Sam seng bun ?”

“Paling tidak hingga detik ini aku masih bukan terhitung anggota perguruan Sam seng bun.”

“Coa Niocu”, sela Nyoo Hong leng tiba-tiba, “dalam ingatanku, agaknya kau sudah terkena.” 

“Ya, tapi aku belum mati” tukas Coa Niocu dingin, “racun yang berada diatas bungamu itu toh bukan racun yang tiada taranya dikolong langit, di dunia ini masih ada orang yang sanggup untuk membebaskannya….”

“Tampaknya kau seperti amat mendendam kepadaku, bukan begitu ?” “Benar, aku memang amat membencimu.”

Nyoo Hong leng segera tertawa rawan. “Apakah disebabkan Buyung Im seng ?”

“Seandainya kau berkata demikian, anggap saja memang dikarenakan Buyung Im seng !”

Nyoo Hong leng segera menghela napas panjang.

“Aai… seandainya dikarenakan persoalan itu, maka kau pun tak usah membenci diriku lagi.”

“Kenapa ?”

“Karena aku sudah mempunyai suami !” “Buyung Im seng ?”

“Bukan, bukan Buyung Im seng.” Nyoo Hong leng menggeleng, “dia adalah Toa sengcu kalian.”

Coa Niocu menjadi tertegun untuk beberapa saat lamanya, kemudian baru berseru. “Sungguhkah perkataanmu itu ?”

“Buat apa aku mesti membohongi dirimu ?”

Coa Niocu segera mengalihkan sorot matanya ke wajah Kho Bu siang, setelah itu katanya.

“Toa sengcu, sungguhkah perkataannya itu ?”

“Benar, memang ada kejadian seperti ini.” Khong Bu siang segera mengakui. “Sekarang, Buyung Im seng masih tetap bebas, bila kau senang padanya….”

“Aku tidak pantas, aku pun tak berani mempunyai ingatan seperti itu….” tukas Coa Niocu cepat.

Buyung Im seng hanya merasakan jantungnya seperti ditusuk dengan pedang tajam, ibaratnya orang bisu makan empedu, sekalipun kepahitan namun tak dapat mengutarakan suara hatinya.

Terdengar Nyoo Hong leng berkata lagi.

“Kau sudah tinggal cukup lama di dalam kota batu tempat penyekapan para jago, sudah pasti hapal sekali, aku harap kau sudi membawa kami untuk memasuki kota batu tersebut.”

“Kau toh istrinya Toa sengcu, mengapa kau tidak menyuruh Toa sengcu yang membawa kalian memasuki kota batu ?” 

“Buyung Im seng ingin memasuki kota batu untuk menengok ayahnya, bila kau bersedia membawa kami untuk memasuki kota batu, hal mana berarti pula telah membantu Buyung Im seng.”

Coa Niocu termenung dan berpikir sebentar, kemudian katanya lagi. “Buyung kongcu, apakah kau yang ingin memasuki kota batu ini ?”

“Benar,” sahut Buyung Im seng, “andaikata cici bersedia untuk membantu, aku pasti akan merasa berterima kasih sekali.”

“Cukup mendengar kau memanggilku sebagai cici, sudah sepantasnya kalau kuajak kau masuk, cuma…”

“Cuma kenapa ?” “Kau harus menyaru.”

“Menyaru sebagai apa ?” “Sebagai perempuan.”

Buyung Im seng menjadi tertegun setelah mendengar perkataan itu, serunya tanpa terasa.

“Suruh aku menyaru sebagai perempuan ?”

“Benar, bahkan menyaru seperti perempuan seperti aku, rambut panjang terurai, baju compang camping dan keadaannya mengenaskan seperti aku, hanya dengan cara ini kau baru bisa memasuki kota batu.”

Dengan cepat Buyung Im seng menggelengkan kepalanya berulang kali, serunya. “Kalau aku disuruh menyaru sebagai perempuan, hal ini benar-benar agak sulit bagiku.”

“Kalau begitu jangan harap kau bisa memasuki kota batu, kau tak akan mempunyai kesempatan untuk memasuki ketiga buah pos penjagaan yang amat ketat itu.”

“Kami dapat menembusi ketiga buah pos penjagaan tersebut, cuma saja setelah berhasil menembusinya, kami malah menjadi lebih tidak leluasa untuk maju atau mundur lagi.” kata Khong Bu siang kemudian.

“Kalau begitu, kau benar-benar tidak mengetahui akan rahasia kota batu tempat penyekapan kawanan jago persilatan ini ?”

“Aku benar-benar tidak tahu.”

Coa Niocu tercenung sejenak, lalu katanya.

“Baiklah, asal kalian dapat menembusi ketiga buah pos penjagaan tersebut dengan selamat, aku akan menyambut kedatangan kalian di dalam sana.”

“Setelah urusan ini bisa teratasi, aku pasti akan berusaha untuk mempergunakan dirimu dengang sebaik-baiknya.”

“Itu urusan dikemudian hari, lebih baik dibicarakan dikemudian hari saja.” “Kalau begitu kau boleh pergi,” ucap Khong Bu siang kemudian sambil mengulapkan tangannya. 

Coa Niocu membalikkan badan dan berjalan beberapa langkah ke depan, mendadak sambil berpaling katanya.

“Saudara Buyung, coba kemarilah.”

Pelan-pelan Buyung Im seng maju ke depan menghampiri perempuan tersebut…. Dengan suara rendah Coa Niocu segera membisikkan sesuatu kepada Buyung Im seng, lalu dia baru membalikkan badan dan melompat masuk ke dalam kota batu. Hanya dalam waktu singkat, bayangan tubuhnya sudah lenyap dari pandangan mata.

Perkataannya itu diutarakan dengan lirih, walaupun Khong Bu siang dan Nyoo Hong leng memiliki ilmu silat yang sangat lihai, toh mereka tidak berhasil untuk menangkap apa yang sedang dia katakan.

Menanti bayangan tubuh dari Coa Niocu sudah memasuki kota batu, pelan-pelan Buyung Im seng berjalan kembali ke tempat semula.

Nyoo Hong leng mencoba untuk menahan diri, tapi akhirnya tak kuasa juga untuk menahan diri, maka segera tanyanya.

“Apa yang dia katakan ?”

“Ia memberitahukan padaku bagaimana caranya untuk melarikan diri, ia tak percaya jika kami dapat menembusi ketiga buah pos penjagaan tersebut.” “Tampaknya dia amat menguatirkan keselamatan jiwamu ?”

Buyung Im seng tertawa getir dan bungkam dalam seribu bahasa. “Aku merasa amat heran,” kembali Nyoo Hong leng berkata. “Heran soal apa ?”

“Menurut apa yang dia katakan, menjadi budak perempuan di dalam kota batu merupakan suatu pekerjaan yang tersiksa lahir maupun batin, tapi anehnya mengapa dia masuk kembali ke dalam perangkap setelah meninggalkan tempat itu

?”

“Aku pikir dibalik kesemuanya itu pasti ada alasannya,” ucap Khong Bu siang kemudian, “hanya kita tak dapat memahaminya, terhadap persoalan seperti ini, rasanya kita pun tidak usah membuang banyak pikiran dan tenaga, asalkan sudah memasuki ke dalam kota batu bukankah segala sesuatunya akan menjadi jelas ?” Nyoo Hong leng mendongakkan kepalanya memandang cuaca, setelah itu katanya. “Rembulan sudah keluar, kitapun harus segera berangkat !”

Khong Bu siang segera menghimpun hawa murninya dan melompat lebih dulu ke atas kota batu. Tiga orang lainnya pun buru-buru menghimpun tenaga dan menyusul pula dari belakang.

Ketika mereka alihkan perhatiannya ke depan, tampaklah suasana di kota sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapun, rumah-rumah bagaikan gudang itu tampak setengah terang setengah gelap di bawah sinar rembulan selain tidak terdengar suarapun, juga tak tampak setitik cahya lampu pun. 

“Aku tidak melihat adanya suatu ancaman bahaya di tempat ini !” kata Nyoo Heng leng kemudian.

Khong Bu siang berpaling dan memandang sekejap ke arahnya, kemudian katanya pula.

“Seingatku keadaan luar dari kota batu ini tiada sesuatu keistimewaan apa-apa, tapi di bawah kota batu ini terdapat sebuah kota batu lain dan disitulah baru terletak inti dari kota batu tersebut.”

“Oooh, kiranya begitu.”

“Aku tidak dapat memahami maksud dan tujuan orang yang mendirikan kota batu tersebut di masa lalu, tapi tempat ini memang merupakan sebuah bangunan yang luar biasa, suatu bangunan alam yang dikombinasikan dengan arsitek manusia sehingga terwujudlah sebuah kota batu yang nampak biasa dipandang dari luar tapi dahsyat di dalamnya, bagaimana pintar dan lihainya seseorang, jangan harap mereka dapat memahami keadaan yang sebenarnya dari kota batu ini meski dia sudah tiba disini.”

“Ooh, jadi maksudmu kota batu yang berada di sebelah atas sama sekali tidak mempunyai suatu keistimewaan apa-apa, tapi di dalam ruangan batu itu justru disekap jago-jago lihai dari kolong langit ?”

Kong Bu siang tersenyum.

“Andaikata dalam barak batu di dalam kota tidak dijumpai apa-apa, bukankah hal ini akan menimbulkan kecurigaan orang lain ?”

“Agaknya rahasia dari kota batu ini jarang yang mengetahui termasuk juga orangorang dari perguruan kalian sendiri.”

Khong Bu siang memandang sekeliling tempat itu tiada hentinya, seakan dia sedang menantikan sesuatu, sementara itu mulutnya tetap menjawab.

“Di dalam perguruan Sam seng bun terdapat suatu peraturan yang amat keras, yakni sebelum mendapat ijin dari Seng tong, siapa pun dilarang memasuki kota batu ini.”

“Apakah ada juga yang nekad dan melanggar peraturan tersebut ?”

“Tentu saja ada, cuma orang-orang itu tak perlu dihukum oleh pihak Seng tong, karena setelah memasuki kota batu, tiada seorang pun yang bisa keluar dalam keadaan hidup.”

“Mengapa kami bisa selamat tanpa cedera apa-apa walaupun sudah menembusi kota batu itu ?” tanya Nyoo Hong leng.

Khong Bu siang tertawa getir.

“Tidak banyak yang kuketahui tentang rahasia dalam kota batu itu tapi jika kita melewati kota itu dalam siang hari, kebanyakan tak kan mengalami kejadian tragis sebab semua rahasia di dalam kota batu ini baru akan muncul di malam hari saja.” Sementara itu dari sudut kota batu itu muncul segulung cahaya lentera yang berwarna biru.

“Waktunya telah tiba, mari kita segera berangkat.” kata Khong Bu siang kemudian. 

Selesai berkata dia segera berangkat lebih dahulu.

Nyoo Hong leng mengikuti di belakangnya Khong Bu siang, sambil berjalan katanya.

“Mungkin dalam ruang Seng tong ada orang yang mengurusi kota batu ini, jika tidak siapa yang mengirim Coa Niocu yang mendapat hukuman ke dalam kota batu sebagai budak ?'

“Perkataanmu memang benar tapi kau jangan lupa akan surat rahasia yang ditinggalkan seseorang dalam hiolo emas di ruang Seng tong, sebab orang itulah yang benar-benar merupakan otak dari perguruan Sam seng bun ini.”

Sementara pembicaraan berlangsung, mereka telah tiba di tempat lentera berwarna biru itu berada.

Tampak sebuah tiang besi yang menjulang tinggi ke angkasa menggantungkan sebuah lentera yang terbuat dari kain biru.

Nyoo Hong leng mencoba untuk memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, ia saksikan tempat tersebut merupakan sebuah tanah datar yang kosong, sekeliling tempat itu tiada sebuah bangunan apapun, dengan keheranan dia lantas berpikir. “Mungkinkah bangunan di dalam kota batu ini disusun menurut barisan Patkwa atau Kiu kiong dan lain sebagainya ?”

Berpikir sampai disitu, dia lantas bertanya dengan cepat. “Bagaimana caranya memasuki kota batu di dalam tanah ?”

“Tempat inilah pintu masuknya, bila lampu biru sudah dinaikkan itu berarti saatnya telah tiba.”

“Tempat ini merupakan sebuah tanah datar, lima kaki disekeliling sini tiada bangunan apa-apa, coba bayangkan sekali lagi, mungkinkah kau tidak salah mengingat ?”

“Tidak bakal salah, aku masih teringat amat jelas tempat inilah yang kudatangi, mungkin juga kedatangan kita terlalu awal.”

“Maksudmu di tempat ini bakal muncul sebuah pintu ?”

“Ya, sebuah pintu untuk masuk ke kota batu bagian bawah.”

Tergerak hati Buyung Im seng seolah mendengar perkataan itu, katanya kemudian. “Seandainya dia sudah tahu kalau kau telah berkhianat kepada perguruan Sam seng bun, apakah tidak mungkin kalau secara diam-diam ia sengaja mempermainkan diriku ?”

“Bila dia mengetahui hal itu, sudah pasti dia akan memusuhi diriku, dulu aku dikuasai oleh semacam kekuatan gaib, tapi belakangan ini aku telah berhasil menghayati suaut hal dan persoalan itu telah berhasil kupahami, hal ini membuat aku semakin memahami apa makna yang sebenarnya hidup di dunia ini.”

“Kau dapat membuang kedudukan yang tinggi untuk bertindak menuruti kebebasan hati, hal ini mencerminkan suatu keberanian yang sangat besar dan dibalik hal ini mengandung suatu teori yang mendalam sekali.” 

Khong Bu siang tersenyum.

“Sejak masuk menjadi anggota Sam seng bun ilmu silatku memperoleh kemajuan yang sangat pesat, semua jago-jago lihai dari seluruh kolong langit berkumpul disini, setiap orang tak berani menyimpan kepandaiannya dan segenap kepandaian yang dilatihnya sepanjang hidup dipersembahkan semua kepada Seng tong, hingga kepandaian yang terkumpul boleh dibilang tak terhitung jumlahnya. Asal seorang yang gemar belajar silat yang menghadapi keadaan seperti ini, niscaya dia akan dibikin tergila-gila.”

“Oleh karena itu, selama banyak tahun aku selalu melatih ilmu silatku dengan sebaik-baiknya, semua kepandaian ilmu silat yang kusenangi hampir semuanya kulatih dengan sebaik-baiknya, andaikata menjumpai hal-hal yang kurang jelas, segera kuundang semua orang yang memiliki kepandaian itu dan memintanya menerangkan kepadaku.”

“Keberhasilan yang dapat kuraih selama beberapa tahun ini, tak ubahnya seperti pendidikan yang sekaligus kuperoleh dari beberapa orang. Tapi belakangan ini aku mulai merasa semacam keterbatasan yang hanya bisa kurasakan sendiri, jika keterbatasan tersebut kulanggar maka akibatnya hal mana akan memancing timbulnya suatu peledakan yang diluar dugaan yaitu akan mengalami jalan api menuju neraka yang amat berbahaya itu yang enteng paling banter akan cacat, tapi kalau sampai parah bisa berakibat kematian sebab bagaimanapun juga setiap manusia pasti memiliki suatu keterbatasan tertentu yang tak mungkin bisa dilanggar setiap orang.”

“Apakah kau merasa bahwa dirimu sudah berada di tepi batas kemampuan yang bisa kau terima dengan kemampuanmu ?” tanya Nyoo Hong leng kemudian. “Benar, bilamana aku bersikeras untuk melatih diri lebih jauh, kendatipun tak sampai menderita jalan api menuju neraka, aku bakal diidapi penyakit gila silat, kalau sampai begitu maka kecuali berlatih silat tiada persoalan lain lagi di dunia ini yang kupikirkan.”

“Untung saja kau belum sampai memasuki keadaan gila seperti yang kau maksudkan.” kata Nyoo Hong leng sambil tertawa.

“Sebenarnya maksud mereka semula adalah ingin menciptakan diriku menjadi seorang yang gila silat, sayang mereka lupa memperhitungkan akan sesuatu hal.” “Soal apa ?”

“Mereka tak pernah memperhitungkan kalau kau bakal muncul di dalam Sam seng tong, coba kalau kemunculanmu terlambat setengah tahun saja niscaya akan muncul suatu keadaan yang lain pula, kalau bukan badanku yang tak kuat menahan beban itu sehingga terluka, pikirankulah yang kena terseret ke dalam lingkungan yang melupakan segala-galanya karena hanya dua macam akibat saja yang bisa kualami.”

Buyung Im seng sekalian mendengarkan dengan penuh perhatian, ketika mendengar sampai disitu tanpa terasa selanya.

“Akibat macam apakah itu ?”

593 

“Pertama akan menjadi cacat badan dikirim ke dalam kota batu untuk dikurung, ketika aku berhasil menembusi keterbatasan tubuhku sehingga menjadi seorang manusia yang gila dan melupakan segala-galanya…”

“Orang gila,” sela Nyoo Hong leng, “orang itu toh menyerahkan kedudukan Toa sengcu dari Sam seng bun kepadamu dan minta kau melaksanakan tugasmu sebagai orang Toa sengcu, andaikata kau berubah menjadi seorang manusia gila yang tak beres ingatannya, bukankah hal ini menjadi sangat bertentangan sekali dengan maksud dan tujuannya semula ?”

“Mungkin saja mereka memang berharap aku bisa berubah menjadi seorang manusia, agar bisa mewakili mereka untuk membantai orang-orang yang berani menentang perguruan Sam seng bun.”

“Banyak hal-hal yang diluar dugaan sekarang telah menjadi paham kembali, tapi kunci yang terpenting justru tak kau utarakan secara terus terang ?”

“Kunci apa ?”

“Yakni apa yang menjadi maksud dan tujuan Sam seng bun yang sebenarnya ? Kalian mengumpulkan sekalian bajingan-bajingan cilik dari Liok lim menjadi satu wadah, kemudian menyekap jago-jago lihai dari dunia persilatan dalam kota batu, kalau dibilang tujuannya untuk menguasai dunia persilatan dan memerintah dunia, tapi ada beberapa hal justru tak mirip. Hal ini sungguh membuat orang sukar untuk menduga maksud tujuan mereka yang sebenarnya.”

“Aku sendiripun tidak mengetahui apa yang menjadi maksud dan tujuan dari perguruan Sam seng bun !”

“Tapi jika kau bersedia menerangkan siapakah orang yang memberikan kedudukan tersebut kepadamu, kita pun tak akan sukar untuk menduga maksud tujuan yang sebenarnya dari Sam seng bun.”

“Aku telah berjanji kepadanya, bahkan sudah bersumpah untuk merahasiakan hal ini, entah apakah maksud tujuan yang sebenarnya, tapi sikapnya kepadaku justru baik sekali.”

Mendadak terdengar suara gemerincing nyaring berkumandang dari bawah tanah. Tergetar hati Khong Bu siang, segera serunya.

“Mari kita menyembunyikan diri lebih dahulu.”

Empat orang itu segera melompat dan menyembunyikan diri keempat penjuru. Ketika semua orang mencoba untuk menengok ke depan, terlihatlah di bawah lentera berwarna biru itu telah muncul di mulut gua.

Mulut gua itu luasnya tiga depa dan cukup untuk dilewati dua orang secara bersama-sama.

Orang yang pertama-tama muncul dari balik gua itu adalah seorang lelaki berbaju putih yang membawa sebuah lentera warna merah.

Menyusul kemudian muncul empat orang manusia berbaju putih…

Kecuali orang pertama mengangkat lentera merahnya tinggi-tinggi, tiga orang lainnya boleh dibilang menggembol pedang semua. 

Tampak orang yang membawa lentera itu membalikkan badan dan berjalan menuju arah barat.

Tiga orang manusia berbaju putih yang membawa pedang itu segera mengikuti pula dibelakang orang yang membawa lampu itu.

Tak selang berapa saat kemudian mereka sudah berbelok ke belakang rumah, ke empat orang itu segera tertutup oleh sebuah bangunan rumah sehingga yang nampak tinggi lentera merah yang bergoyang ditengah angkasa.

“Apa yang telah terjadi ?” tanya Nyoo Hong leng dengan suara rendah. “Entahlah, ketika aku datang kemari malam itu, yang kulihat hanya lentera biru itu saja, sedang lentera merah dan manusia berbaju putih itu sama sekali tidak kelihatan.”

“Aku sih merasa agak mengerti sekarang.” kata Nyoo Hong leng lebih lanjut. “Apa yang kau pahami ?”

“Di dalam kota batu dibawah tanah sana ada orang yang mengurusi, bahkan semuanya diatur dengan sangat beraturan dan disiplin sekali…”

Mendadak Khong Bu siang menarik turun kain cadarnya sembari berseru lirih. “Ayo berangkat, kita masuk ke dalam !”

Setelah bangkit berdiri dia segera berjalan lebih dahulu ke arah depan.

Lian Giok seng dan Buyung Im seng segera mengikuti di belakang Khong Bu siang dengan ketat, dengan demikian Nyoo Hong leng malah tertinggal sendiri dipaling belakang.

Nyoo Hong leng mengetahui betapa berbahayanya keadaan waktuitu, dia kena didesak kebelakang karena semua orang kuatir kalau dia akan menjumpai mara bahaya nanti.

Sementara itu Khong Bu siang telah memasuki gua itu lebih dahulu…. Tampak sebuah tangga batu menjulur ke bawah sana, ketika Buyung Im seng menghitung secara diam-diam ternyata berjumlah empat puluh sembilan buah sebelum tiba di dasar gua.

Dua buah tiang kayu yang menggantungkan lampu berwarna biru menerangi seluruh gua.

Tempat itu merupakan sebuah tanah yang dasar seluas tiga kaki dengan sebuah dinding berwarna abu-abu menghalangi jalan pergi mereka.

Diatas dinding berwarna abu-abu itu terdapat lima buah pintu yang terbagi menjadi pintu berwarna merah, kuning, biru, putih dan hitam.

Warna diatas pintu amat menyolok sekali. Ditambah lagi dibawah sinar lentera berwarna biru, hal ini menciptakan semacam warna warni yang sangat aneh. Khong Bu siang memandang sekejap sekeliling tempat itu dengan celingukan, wajahnya kelihatan agak bimbang.

Nyoo Hong leng segera berbisik lirih. 

“Kita harus masuk melalui pintu yang mana ?” “Aku lihat keadaannya sedikit tidak beres.” “Bagaimana tidak beresnya ?” tanyanya.

“Seingatku ketika memasuki kota batu tempo hari, disini hanya terdapat sebuah pintu kayu saja, mengapa sekarang dapat berubah menjadi lima buah pintu yang berwarna warni ?”

“Hal ini membuktikan kalau apa yang kuduga memang tidak salah, sudah pasti ada orang yang secara diam-diam mengurusi kota batu di dalam tanah ini !”

Khong Bu siang termenung dan berpikir sejenak, kemudian katanya. “Ketika aku memasuki pintu dulu, agaknya pintu tersebut adalah pintu yang berwarna kuning itu.”

“Perduli pintu yang manapun, kalau satu pintu bisa diubah menjadi lima pintu berwarna warni, itu berarti tempat kedudukannya sudah mengalami pergeseran, kita boleh saja memasuki salah satu diantaranya secara sembarangan, toh akhirnya kita mesti beradu nasib juga.”

“Kalau rejeki pasti bukan bencana, kalau sudah bencana dihindari, sauda Khong tak usah ragu-ragu lagi.” sambung Lian Giok seng pula.

“Benar, sekalipun malam ini aku harus mati di dalam kota bawah tanah ini, toh aku sudah menunjukkan baktiku kepada ayahku, sekalipun harus mati juga tak akan menyesal” sambung Buyung Im seng.

Mendengar semuanya itu, Khong Bu siang segera menghela napas panjang. “Aaai…. agaknya bukan saja kalian bertiga tidak menyalahkan aku malah justru menaruh rasa percaya yang sangat besar terhadap diriku.”

“Ya, walalupun kasih sayang kalian bertiga amat mengharukan, tapi perubahan yang terjadi sekarang jauh diluar dugaan, aku kuatir kalau setiap bagian dalam kota batu sudah mengalami perubahan pula.”

“Menurut ingatanku, ketika pertama kali tiba di kota batu maka diluar pintu akan terlihat sebuah rak senjata dan diatasnya berjajar aneka senjata tajam. Sekarang rak senjata itu sudah dihapus, mungkin dibalik pintu sudah mengalami perubahan besar, sekalipun demikian aku rasa kita tak usah bersama-sama pergi menyerempet bahaya.”

Setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan.

“Warna kuning sebagai sasaran utama, aku bertekad akan memasuki pintu kuning tersebut terlebih dahulu.”

“Kenapa saudara Khong mesti pergi menyerempet bahaya seorang diri ?” seru Lian Giok seng cepat, “kami sudah berunding tadi bahwa kami bertiga akan bersamasama masuk ke pintu.”

“Situasi yang kita hadapi sekarang telah perubahan besar, tentu saja kita tak boleh melaksanakan menurut rencana semula, aku harap kalian berdua suka berada dibelakang untuk membantu diriku bilamana diperlukan saja.” 

Selesai berkata dia lantas berjalan lebih dulu menuju ke pintu berwarna kuning. “Mengapa kau tidak pergunakan kain kerudungmu itu ?” tiba-tiba tanya Nyoo Hong leng.

Dengan cepat Khong Bu siang menggelengkan kepalanya berulang kali. “Sekarang aku sudah menjadi Khong Bu siang yang mempunyai kepala dan punya kaki, aku sudah bukan seorang Toa sengcu yang punya nama tapi tak punya kekuasaan sehingga hakekatnya seperti boneka saja.”

Sembari berkata dia sudah mendekati pintu kuning itu, kemudian kaki kirinya diayunkan ke depan menendang pintu tersebut.

“Blaaamm,” diiringi suara benturan nyaring, ternyata pintu kuning itu masih tetap utuh tanpa bergeming barang sedikitpun juga.

Dari suara pantulan yang bergema dalam ruangan, Khong Bu siang dapat mendengar kalau pintu kuning itu terbuat dari besi baja, hal ini membuatnya menjadi tertegun.

“Saudara Buyung,” katanya kemudian, “pintu besi itu kuat dan kokoh, untuk menjebol pintu saja tidak gampang, tampaknya janjiku untuk menemukan kau dengan ayahmu sebelum kentongan ketiga nanti menjadi sukar untuk diwujudkan.” “Perubahan situasinya sama sekali diluar dugaan orang, hal mana tak dapat menyalahkan Khong cianpwe, marilah kita bekerja sama saja dan berusah untuk menjebolkan pintu besi ini.”

Mendadak Khong Bu siang membalikkan tubuhnya dengan kecepatan luar biasa, lalu sepasang kakinya melancarkan serangkaian tendangan berantai, dalam waktu singkat dia telah melancarkan empat buah tendangan ke atas empat buah pintu yang berbeda.

Terdengar suara dengungan keras berkumandang tiada hentinya, jelas keempat buah pintu yang lainpun terbuat dari baja semua.

Diam-diam Buyung Im seng lantas berpikir.

“Lima buah pintu semuanya terbuat dari baja asli, kecuali itu tiada jalan tembus lainnya lagi, jika ingin memasuki lewat pintu besi itu, bukan saja membutuhkan alat juga tak akan selesai di dalam waktu singkat, tampaknya harapanku untuk memasuki kota batu pada malam ini sukar untuk diwujudkan menjadi kenyataan.” Sementara dia masih berpikir, Khong Bu siang telah berkata lagi.

“Satu-satunya jalan sekarang adalah berusaha untuk merebut kembali pedang mestika dari tangan Sam sengcu guna mendongkel pintu besi itu.”

“Tidak usah” mendadak terdengar suara sedingin es berkumandang memecah keheningan.

Pintu baja yang berwarna biru itu tahu-tahu sudah terbuka dengan sendirinya. Diam-diam Khong Bu saing menghimpun tenaga dalamnya sambil bersiap siaga, setelah itu tegurnya : “Siapakah kau ?” 

Suara yang dingin bagaikan es itu kembali berkumandang dari balik pintu besi berwarna biru, “tak usah kau tanyakan siapa namaku, tapi kau adalah Khong Bu siang, kini kau sudah melepaskan kain cadar dan tidak mempergunakannya lagi, hal ini membuktikan kalau kau sudah terang-terangan hendak menghianati Sam seng bun kami, bukankah demikian ?”

Khong Bu siang segera mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak. “Haah….. hah… hah… benar, aku memang sudah berhianat. kalau didengar dari nada pembicaraanmu, agaknya kau adalah orang penting di dalam kota batu ini, mengapa tidak segera menampilkan diri untuk berjumpa ?”

Suara yang dingin itu kembali berkata.

“Menanti saatmu untuk berjumpa denganku sudah sampai, aku pasti akan menampilkan diri untuk menemui kau, cuma sekarang belum saatnya….” “Kalau toh kau tak mau berjumpa denganku, tentu saja aku tak akan memaksa, tetapi kau membuka pintu besi itu, apakah ada maksud untuk menyambut kami masuk ke dalam ?”

Ketika mencoba untuk melongok ke dalam, tampak di balik pintu biru yang terbuka lebar hanya kegelapan yang nampak, suatu kegelapan yang sedemikian pekatnya sampai melihat lima jari tangan sendiripun tak bisa, tentu sama pemandangan disitupun tak nampak jelas.

Suara yang dingin kaku bagaikan salju itu tak lain berkumandang dari balik kegelapan tersebut.

Terdengar orang yang bersuara dingin bagaikan salju itu kembali berkata. “Setiap manusia yang masuk melalu pintu besi ini, belum pernah bisa mengundurkan diri lagi dalam keadaan utuh, tapi kini kau masih memiliki kesempatan terakhir, asal kau dapat melakukannya, bukan saja kedudukan toa sengcu mu bisa pulih kembali, bahkan kau pun diijinkan untuk turut mengetahui rahasia batu ini.”

Khong Bu siang termenung dan berpikir beberapa saat lamanya, kemudian ia bertanya :

“Kesempatan apakah itu ?”

“Membunuh ketiga orang yang berada dibelakangmu sekarang.”

Dengan cepat Khong Bu siang menggelengkan kepalanya berulang kali, katanya. “Aku tidak bersedia lagi memperoleh nama serta kedudukan sebagai seorang Toa sengcu !”

Suara yang dingin, kaku dan hambar itu menjadi marah sekali. “Kau benar-benar ingin memusuhi perguruan Sam seng bun ?”

“Soal itu mah tidak berani, tapi aku ingin sekali menyelidiki latar belakang yang sebenarnya dari perguruan Sam seng bun.”

Lama sekali dinantikan namun belum kedengaran juga suara jawabannya, mungkin orang itu sudah berlalu dengan gusar. 

Akan tetapi pintu besi itupun tidak ditutup kembali, jelas orang itu memang ada maksud untuk membiarkan mereka masuk ke dalam.

Tiba-tiba Khong Bu siang tersenyum.

“Aaai, nampaknya perhitungan manusia tak dapat melawan perhitungan langit, diluar kota tadi kita sudah berunding hampir setengah harian lamanya entah berapa banyak tenaga dan pikiran telah terbuang dengan percuma, nyatanya setibanya dalam kota ini, semua pemandangan telah berubah, otomatis rencana yang kita susun dengan bersusah payah pun menjadi tak berguna sama sekali.” Berbicara sampai disitu, dia lantas beranjak dan masuk ke dalam pintu lebih dulu. Buyung Im seng, Nyoo Hong leng dan Lian Giok seng segera mengikuti dari belakang dengan ketat turut masuk ke ruangan dalam.

Dalam hati kecil ketiga orang ini, secara diam-diam mereka dapat merasa bahwa semenjak Khong Bu siang melepaskan kain kerudung mukanya, maka segenap keanehan serta kemisteriusan yang semula masih tersisa di wajahnya kini sama sekali tersapu lenyap.

Dengan begitu ia sudah tidak lagi membawa kemisteriusan dan kerahasiaan sebagai Toa seng cu, melainkan mencerminkan kegagahan dan keperkasaan seorang jago persilatan.

Demikianlah, baru berjalan sejauh dua kaki cahaya lampu diluar pintu besi sudah tak dapat menembusi lebih ke dalam, seketika itu juga suasana terasa gelap luar biasa.

Dengan suara rendah Nyoo Hong leng segera berbisik. “Aneh betul, tempat ini gelapnya bukan kepalang… ”

Khong Bu siang segera menghentikan langkah kakinya dan menyebut. “Benar, andaikata dugaanku tidak seharusnya tempat ini telah diatur secara istimewa oleh seseorang yang ahli.”

“Aku membawa korek api, tapi… bolehkah kupergunakannya ?” tanya Lian Giok seng.

“Coba bawa kemari, serahkan kepadaku !” pinta Khong Bu siang.

Lian Giok seng segera mengeluarkan alat pembuat api itu dan menyerahkan ke tangan Khong Bu siang.

“Untuk menghindarkan diri dari segala sesuatu yang tak diinginkan, harap kalian segera menyebarkan diri ke sekitar tempat ini.” bisik Khong Bu siang kemudian. Selesai berkata, tangan kanannya segera diayunkan dan setitik cahaya api mendadak memancar kemana-mana dan menerangi ruangan lorong yang gelap gulita itu.

Dalam pada itu, Buyung Im seng, Nyoo Hong leng dan Lian Giok seng telah menyebarkan diri ke sekeliling tempat itu, sejauh mata memandang yang napak hanya dinding lorong berwarna hitam pekat, dinding itu bukan terbuat dari batu bukan pula dari tanah liat, tak bisa dijelaskan terbuat dari pecahan apakah itu. 

Tanpa terasa Buyung Im seng mendekati dinding tersebut dan mencoba untuk merabanya.

Mendadak Nyoo Hong leng mengayunkan tangan kanannya mencengkeram tangan kiri Buyung Im seng, serunya.

Tatkala jari tangan kedua belah pihak saling bersentuhan, bagaikan dialiri listrik bertegangan tinggi saja, kedua belah pihak sama-sama merasakan suatu perasaan yang aneh sekali.

Tanpa sadar Buyung Im seng membalikkan jari tangannya dan balas menggenggam tangan Nyoo Hong leng, seolah-olah dia merasa kuatir kehilangan gadis itu.

Apalagi ketika empat mata saling berpandangan, mimik wajah mereka segera berubah memperlihatkan suatu perubahan yang aneh dan sukar dilukiskan dengan kata-kata.

Seperti sahabat lama yang sudah banyak tahun tak bersua, ketika suatu ketika bersua kembali, kedua belah pihak sama-sama menunjukkan luapan perasaan yang amat besar.

Seperti juga sepasang kekasih yang menghadapi mara bahaya dan jiwanya terancam, ketika mereka saling berpisah untuk menyelamatkan diri, tahu-tahu disuatu tempat bersua kembali tanpa sengaja.

Mendadak saja Nyoo Hong leng mengerdipkan matanya yang besar dan bulat, dua baris air mata segera jatuh bercucuran membasahi pipinya.

Pelan-pelan dia melepaskan diri dari genggaman tangan Buyung Im seng seraya berkata.

“Jangan kau sentuh dinding tersebut, mungkin dinding itu sudah dipolesi oleh racun yang amat keji.”

Buyung Im seng menghela napas sedih.

“Aaaiii… terimakasih banyak atas teguran dari nona” sahutnya lirih.

Wwalaupun hanya sepatah kata yang hambar, namun seakan-akan telah menciptakan suatu jurang pemisah yang amat dalam diantara mereka berdua…. Pelan-pelan Nyoo Hong leng mundur dua langkah dari tempat semula, lalu berkata lagi.

“Tempat ini sangat berbahaya dan aneh, jangan sekali-kali kau bertindak secara gegabah.”

Selesai mengucapkan perkataan itu, pelan-pelan dia mengundurkan diri lagi ke sisi tubuh Khong Bu siang.

Tioba-tiba saja Buyung Im seng seperti kehilangan keberaniannya, dia segera melengos dan tak berani memandang lagi ke arah Nyoo Hong leng walau hanya sekejap pun.

Sementara itu Khong Bu siang telah menengadah dan tertawa terbahak-bahak. “Hahahaha… siapa yang sedang bertugas disini lebih baik tak usah bersembunyi macam cucu kura-kura lagi. Kami hanya berempat, bila kalian tidak berharap kami 

masuk kedalam, harap tunjukkan diri untuk menghadang dan langsungkan suatu pertarungan, bila ada niat untuk memberi petunjuk kepada kami agar menambah pengalaman, harap kirim orang menjadi petunjuk jalan kami.”

Baru habis dia berkata terdengar seseorang telah menyahut dengan suara yang dingin dan dalam.

“Cepat padamkan api yang berada ditanganmu itu, dalam loroang ini penuh dengan benda yang mudah terbakar, sekali terkena api maka kendatipun tubuhmu terbuat dari baja asli, jangan harap bisa lolos dari tempat ini dalam keadaan selamat.” “Andaikata lorong ini sampai terbakar, bukankah saudara pun akan turut terbakar dan mati di tempat ini ?”

Berbicara demikian, kelima jari tangan kiri segera direntangkan dan pelan-pelan mencengkeram api yang masih membara itu hingga padam seketika, selain ringkas juga tak setitik cahaya apipun yang sempat melompat keluar dari balik telapak tangannya.

Begitu api padam, suasana di dalam lorong tersebut pulih kembali dalam kegelapan yang mencekam, sedemikian gelapnya sampai untuk melihat kelima jari tangan sendiripun sukar.

Khong Bu siang segera mendehem pelan, katanya.

“Kini aku telah memadamkan api penerangan kami, sekarang apa yang hendak saudara lakukan untuk menghadapi kami ?”

“Sebelum aku memperoleh perintah, paling baik kalau kalian jangan bergerak dari tempat masing-masing” kata orang itu dengan suara yang dingin dan berat. “Andaikata aku tak bersedia untuk tinggal ditempat ?”

“Kalau kalian benar-benar sudah tidak memikirkan soal mati hidup lagi, silahkan saja untuk berjalan lewat, aku tak nanti akan menghalangi jalan pergi kalian.” Khong Bu siang tertawa hambar.

“Kalau begitu, saudara seperti amat menguatirkan keselamatan jiwa kami, kalau toh kita bisa berbincang-bincang, mengapa tidak segera memunculkna diri untuk bersua ?”

Tiba-tiba orang itu menghela nafas panjang.

“Aai, bukan lohu enggan untuk menampakkan diri dan berusa dengan kalian, sesungguhnya aku tak dapat untuk bersua dengan kalian semua.”

Walaupun suaranya masih tetap dingin dan dalam, akan tetapi nadanya sudah jauh lebih lunak dan lembut, sehingga kedengarannya dia adalah seorang yang ramah. Khong Bu siang termenung sejenak, kemudian berkata.

“Dahulu akupun pernah berkunjung satu kali ke dalam kota batu ini, hanya saja kedudukanku pada waktu itu sama sekali berbeda dengan kedudukanku sekarang.” “Aku tahu, waktu itu bukankah kau masih menjabat sebagai Toa sengcu dari perguruan sam seng bun ?” 

“Ya, seorang Toa sengcu yang punya nama namun tak memiliki kekuasaan apaapa.”

Orang itu seperti merasa gembira sekali, mendadak ia tertawa tergelak.

“Haah… haah… haaah.. konon nama besar Sam seng bun di dalam dunia persilatan dewasa ini makin tenar dan ditakuti banyak orang, entah benar tidak kabar

tersebut ?”

“Nama besarnya memang semakin tenar dan cemerlang, bukan saja melebihi nama besar Siau lim pay serta Bu tong pay bahkan hampir menguasai separuh dari dunia persilatan.”

Orang itu segera menghela napas panjang.

“Aaai, sayang sekali sudah hampir tiga puluh tahun lamanya lohu tak pernah berkelana lagi di dalam dunia persilatan, entah bagaimanakah pemandangan dunia persilatan dewasa ini ?”

“Pemandangannya masih tetap seperti sedia kala” sahut Buyung Im seng tiba-tiba, “hanya manusia dan keadaannya saja yang berubah, kini seluruh dunia persilatan telah diobrak-abrik oleh Sam seng bun hingga suasananya kacau balau tak karuan.” Nada suara orang itu kembali berubah, berubah menjadi dingin dan berat seperti sedia kala,

“Siapakah kau ?” tegurnya. “Aku adalah Buyung Im seng.”

“Lohu belum pernah mendengar nama ini.”

“Kau pernah mendengar nama Buyung Tiong kim ?” sela Nyoo Hong leng tiba-tiba. “Buyung Tiong kim, buyung tayhiap ? Lohu pernah mendengar orang menyebutnya, cuma sayang tak berjodoh hingga belum pernah menjumpainya.”

“Buyung Im seng adalah kongcu dati Buyung Tiong kim, Buyung tayhiap tersebut.” Orang itu termenung beberapa saat lamanya, lalu berkata.

“Harap kalian tunggu sebentar ! Setelah membiarkan kalian masuk, itu berarti ia ada maksud untuk membiarkan kalian masuk ke dalam kota batu untuk melihatlihat keadaan.”

“Kalau toh sudah memutuskan untuk membiarkan kami masuk ke dalam kota batu, mengapa pada saat ini tidak membiarkan kami masuk ke dalam ?” “Lohu cuma berpikir demikian, benarkah dia telah mengambil keputusan untuk membiarkan kalian masuk ke dalam kota batu ini, lohu belum berani untuk

menyatakan secara tegas, paling banter sepertanak nasi kemudian, ia pasti sudah mengirim perintah kemari, kalau toh kalian berniat untuk memasuki kota, sekalipun terburu-buru rasanya juga tak perlu terburu nafsu

“Seandainya perintah yang tiba disini tidak memperkenankan kami masuk ke dalam kota batu, apa yang harus dilakukan ?” 

“Hanya ada dua cara yang bisa ditempuh, pertama adalah kalian harus segera mengundurkan diri dari sini atau saudara sekalian harus mengandalkan ilmu silat untuk menerjang masuk ke dalam.”

“Sekarang, mengapa kami tak boleh menerjang masuk dengan kekerasan…. ?” “Sebab tindakan tersebut kelewat berbahaya” kata orang itu sambil tertawa. “buat apa kalian pasti bersikeras untuk menyerempet bahaya dengan menyerbu masuk secara kekerasan, toh kemungkinan besar kalian akan diijinkan untuk masuk ke dalam kota.”

“Saudara, kendatipun kau tak bisa munculkan diri untuk bersua dengan kami, toh kami boleh tahu nama aslimu bukan ?” sela Buyung Im seng lagi.

Orang itu termenung sejenak, kemudian baru katanya.

“Lohu adalah Kiu ci ang (kakek berjari sembilan) Siau sam san !” Lian Giok seng segera menjura sambil berseru :

“Oooh, rupanya Siau locianpwe, maaf, maaf !” Siau sam san tertawa terbahak-bahak.

“Hahaha.. lohu betul-betul sudah hidup kelewat lama, puluhan tahun lamanya hidup terkurung dalam ruangan ini tak pernah melihat matahari, rembulan ataupun bintang, siapa tahu justru aku makin hidup usiaku rasanya semakin panjang saja.”

“Bila seseorang ingin cepat mati, aku rasa hal mana bukanlah suatu pekerjaan yang kelewat susah, mengapa kau tidak bunuh diri saja ?” tanya Nyoo Hong leng.

Kembali Siau Sam san tertawa,

“Lohu pernah mempunyai pikiran semacam itu tapi bila kubayangkan kembali ada suatu ketika bisa meninggalkan tempat ini, maka akupun urungkan niat tersebut dan hidup lebih lanjut, siapa sangka sekali melanjutkan hidup, puluhan tahun sudah lewat tanpa terasa.”

Bergerak hati Nyoo Hong leng setelah mendengar perkataan itu, diam pikirnya. “Sekarang, secara resmi kami sudah menjadi musuhnya orang-orang kota batu, tampaknya kita pun tak usah kelewat merisaukan segala sesuatunya, mengapa aku tidak mencoba untuk mengadu domba ? Siapa tahu kalau hal ini bisa mendatangkan suatu hasil yang sama sekali diluar dugaan..”

Berpikir demikian, dia lantas berkata.

“Kalau kudengar pembicaraan Locianpwe, agaknya kau adalah salah seorang yang ikut tersekap ditempat ini dan kau merasa sangat tidak puas bukan ?”

“Apakah kalian orang-orang perempuan bisa menaruh perasaan terharu terhadap orang yang sudah puluhan tahun lamanya disekap disini ?”

“Dan kau telah kehilangan ilmu silatmu bukan ?” Siau Sam san segera tertawa dingin. 

“Heeehhh…. heeeeehh.. heeeehhh… jika lohu sudah kehilangan ilmu silatku, tak mungkin aku bisa hidup sampai hari ini, anehnya bukan saja lohu makin hidup usiaku semakin panjang, bahkan semakin tua ilmu silatku juga semakin tangguh saja.”

“Kalau memang begitu, mengapa kau tidak memberontak ? Toh kau sudah tidak jeri menghadapi kematian ?”

Lama sekali Siau Sam san termenung, kemudian ia berkata.

“Untuk mati di dalam perjuangan memang gampang, tapi kalau sampai melanggar sesuatu dan gagal dalam usaha itu baru sulit. Bila pemberontakan lohu menderita kegagalan, bukankan aku akan menerima siksaan hidup yang lebih parah lagi ?

Nah, disinilah susahnya.”

“Ooohh, kiranya begitu, tapi pandangan boanpwe terhadap soal kematian agak berbeda dengan jalan pemikiranmu.”

“Orang bilang lidah perempuan tak berujung, nampaknya ucapan ini memang benar, kamu mempunyai pendapat apakah yang sangat hebat ? Coba katakan kepada lohu.”

“Boanpwe rasa, bila seseorang ingin mati, ditusuk dengan satu bacokan juga mati, dicincang dengan seribu bacokan juga mati, perduli bagaimanakah cara kematiannya, toh kematian yang dialami manusia tetap sama saja. Lagi pula kau masih punya ilmu silat, bila benar-benar ingin mati, tidak seharusnya menempuh kematian tersebut dengan jalan membunuh diri.”

“Bila lohu sampai mati, bukankah selama hidup aku tak bisa menyaksikan lagi matahari, rembulan serta bintang ?”

“Ooh, rupanya kau hanya ingin melihat matahari dan rembulan saja, apakah di dunia ini kau sudah tidak mempunyai sanak keluarga lagi ?”

“Usia lohu sudah begini lanjut, mana mungkin aku masih mempunyai sanak keluarga lagi ? Mungkin mereka telah mati semua sebelum lohu memasuki kota batu ini.”

“Sekalipun sanak keluarga sudah mati semua, tentunya kau masih mempunya beberapa orang sahabat bukan ?”

“Tentu saja lohu mempunyai teman, cuma selama puluhan tahun kami tak pernah bersua, aku tak tahu apakah mereka amsih hidup di dunia ini atau tidak, oleh karena itu satu-satunya pengharapan lohu adalah ingin sekali melihat matahari dan rembulan.”

“Aaah.. kalau begitu kau adalah seorang yang bernasib patut dikasihani.” “Dalam hal yang mana lohu patut dikasihani ? Bocah perempuan, kau jangan sembarangan mengaco belo” teriak Siau Sam san dengan gusar.

“Eeehh.. eeh, kenapa mesti gusar ? Ucapanku yang manakah yang tidak benar ? Orang yang bagaimanapun kesepiannya, dia pasti masih memikirkan seseorang, tapi kau hanya ingin melihat rembulan dan matahari saja, apakah hal ini tidak patut dikasihani ?”

Buyung Im seng yang menyaksikan kejadian ini, diam-diam lantas berpikir dihati. 

“Orang tua ini sudah puluhan tahun lamanya disekap di dalam kota batu, wataknya pasti berangasan sekali, bila dia menggodanya dengan ejekan-ejekan semacam itu, bukankah hawa amarahnya akan segera berkobar ?”

Baru saja ingatan tersebut melintas lewat, mendadak terdengar Siau Sam san membentak marah.

“Budak busuk, kau berani bersikap kurang ajar kepadaku ? Rasakan sebuah pukulanku ini.”

Ditengah bentaknya nyaring, segulung angin pukulan yang maha dahsayatnya dengan cepatnya menerjang ke depan.

Walaupun terasa serangan itu ditujukan ke tubuh Nyoo Hong leng, namun gelombang angin serangannya yang kuat membuat setiap orang yang berada di dalam lorong itu dapat merasakannya semua.

Nyoo Hong leng segera mendorong sepasang telapak tangannya bersama ke depan, dia maju selangkah lalu melepaskan pula sebuah pukulan yang sangat dahsyat….

Lalu segera Buyung Im seng menghimpun tenaga dalamnya sambil melepaskan sebuah pukulan untuk membantu Nyoo Hon leng secara diam-diam……….

Ketika tenaga kekuatan dilancarkan kedua belah pihak sudah hampir saling membentur, Nyoo Hong leng baru tahu kalau dia bukan tandingan lawan, terasa angin pukulan yang dilepaskan musuhnya sangat kuat dan dahsyat, membuat darah di dalam tubuh Nyoo Hong leng bergetar keras dan tanpa sadar mundur selangkah dari posisi semula,

Serangan yang dilancarkan Buyung Im seng meski bukan dilancarkan langsung ke arah tenaga lawan, akan tetapi diapun dapat merasakan getaran lawan yang memantul balik, hal mana kontan saja membuat hatinya bergetar keras, pikirnya. “Tenaga dalam yang dimiliki orang ini benar-benar lihai dan mengejutkan hati.” Setelah menyambut sebuah serangan tadi, Nyoo Hong leng pun secara diam-diam merasa terkejut sekali, akhirnya dengan cepat.

“Seandainya dia melancarkan sebuah serangan lagi, niscaya aku bakal terluka di ujung telapak tangannya.”

Tapi keadaan yang dihadapinya kini ibarat menunggang diatas punggung harimau, terpaksa ia harus mempersiapkan diri secara diam-diam untuk menyambut serangan berikutnya.

Siapa tahu keadaan sama sekali diluar dugaannya, mendadak Siau Sam sam tertawa terbahak-bahak.

( Bersambung ke Jilid 30 )
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar