Lembah Tiga Malaikat Jilid 26

Jilid 26

Mungkin kedua orang inilah yang dilukiskan Lian Giok seng sebagai Ji sengcu dan Sam sengcu.

Mendadak orang yang berbaju hitam itu segera menghentikan langkahnya dan menegur dengan suara dingin.

"Kalian hendak berjumpa denganku ???"

Kakek berjubah hijau dan lelaki berdandan tocu ini segera menghentikan langkahnya dan bersama-sama membungkukkan badan memberi hormat. "Menjumpai Toa sengcu!" katanya hampir bersama.

"Tak usah banyak adat" tukas orang berbaju hitam itu sambil mengulapkan tangannya, "ada urusan apa kalian datang kemari ? Sekarang boleh kalian utarakan."

Tampaknya kakek berbaju hijau itu menaruh perasaan was-was dan keder terhadap orang berbaju hitam itu, pelan-pelan dia mundur dua langkah ke belakang sambil katanya.

"Belakangan ini, didalam ruang Seng tong tersiar banyak berita, tentunya Toa sengcu juga sudah mendengarnya bukan ?"

"Berita apa ? Aku tak pernah mendengar apa-apa." tukas Toa sengcu sambil tertawa dingin.

"Konon Toa sengcu telah berjanji kepada seorang nona she Nyoo akan membubarkan perguruan Sam seng bun, entah berita ini benar ataukah tidak ?" Lelaki setengah umur yang berada di belakangnya, ikut berkata pula dengan cepat. 

"Kami tak ingin mencampuri urusan pribadi Toa sengcu, akan tetapi bilamana hal tersebut menyebut soal perguruan Sam seng bun sekalipun tidak akan kau rundingkan dengan kami, agar kamipun melakukan suatu persiapan yang matang." Sembari berkata, sepasang matanya segera dialihkan ke wajah Nyoo Hong leng dan menatapnya lekat-lekat.

Orang berbaju hitam itu segera menghembuskan napas panjang.

"Darimana kalian dengar kalau aku hendak membubarkan perguruan tiga malaikat

?" tegurnya.

"Berita ini sudah tersebar luas di seluruh ruang seng tong, puluhan orang pelindung hukum dan empat orang utusan khusus semuanya berkumpul di ruang seng tong dan memukul tambur mohon bertemu, bahkan delapan panglima utama dari ruang Seng tong pun sudah mendengar kabar ini, apakah Toa sengcu benarbenar tidak mendengar apa-apa ?"

Buyung Im seng merasa keheranan sekali seketika dia menyaksikan kakek berbaju hijau itu selalu menyungging kotak kayu di tangannya sepanjang pembicaraan berlangsung. pikirnya kemudian.

"Tampaknya kotak kayu yang berada di tangannya itu adalah benda mustika tapi mustika apakah itu ?"

Tiba-tiba terdengar orang berbaju hitam itu berkata lagi.

"Oooh... kalau begitu kalian datang menegurku karena mendapat pesan dari mereka semua."

Sam sengcu yang memakai baju berdandan tosu dan menyoren sepasang pedang itu segera tertawa dingin, tukasnya.

"Andaikata kami tidak menaruh perasaan curiga terhadap Toa sengcu, sekalipun mereka mengajukan permohonan, kami juga takkan berani datang menegur Toa sengcu."

"Kalau begitu, kalian berdua pun menaruh rada curiga terhadap diriku ?" "Benar."

"Sekarang waktu belum terlambat Toa sengcu masih dapat mengemukakan isi hatimu secara blak-blakan." kata kakek berbaju hijau itu lagi.

"Yaa, benar" sambung Sam sengcu, "budak ini berada di depan mata, bila Toa sengcu tidak menaruh maksud apa-apa kepadanya, sekarang juga kau boleh membunuhnya di hadapan kami."

Orang berbaju hitam itu melongok keluar ruangan dan memandang sekejap, kemudian katanya.

"Aku tidak percaya kalau cuma kalian berdua saja yang datang."

"Dugaan Toa sengcu tepat sekali." sahut Sam sengcu, "delapan panglima dari ruang Seng tong dan empat utusan khusus telah siap sedia di luar pesanggrahan Teng cian siau cu ini." 

"Aku rasa kalau cuma kalian berdua, tak nanti akan memiliki nyali sebesar ini." jengek Toa sengcu dingin.

Kakek berjubah hijau ini mendehem pelan, lalu katanya lagi.

"Toa sengcu harap kau jangan bertindak menuruti emosi, pemimpin dari perguruan Sam seng bun adalah suatu kedudukan yang sangat tinggi dengan kekuasaan yang maha besar, mengapa gara-gara seorang gadis."

Sambil menggelengkan kepalanya orang berbaju hitam itu menukas. "Tampaknya kalian sudah lama merasa tidak puas kepadaku, maka kejadian ini kalian gunakan sebagai alasan."

"Bukannya tidak puas, melainkan curiga." Sam sengcu menanggapi. "Oooh, apa yang kalian curigakan atas diriku ?"

"Selama banyak tahun, seringkali kami merasa bahwa watak Toa sengcu sama sekali berbeda dengan watak Toa sengcu ketika mendirikan perguruan Sam seng bun, oleh karena itu"

"Oleh karena itu kenapa ?" desak Toa sengcu.

"Oleh karena itu kami sudah menaruh curiga kepada Toa sengcu semenjak dulu, apalagi penampilan Toa sengcu kali ini semakin nyata lagi, kami merasa yakin kalau antara Toa sengcu dengan Toa sengcu yang dulu ketika mendirikan perguruan merupakan dua orang yang berbeda."

"Mengikuti bertambahnya usia, maka watak seseorang akan mengalami pelbagai perubahan, apakah watak kalian berdua masih seperti dulu juga ?"

"Tapi perubahan yang diperlihatkan Toa sengcu sama sekali luar biasa dan jauh dari kebiasaan."

Toa sengcu tertawa dingin.

"Kalau sedang berbicara hatilah-hatilah sedikit, jangan sampai mengobarkan kemarahanku !" tegurnya.

Sam sengcu tertawa dingin pula, dia telah bersiap-siap untuk balas mendamprat, tapi Ji sengcu buru-buru menukas.

"Harap saudara Toa sengcu jangan salah paham, maksudku Sam sengcu adalah menyelesaikan persoalan ini secara baik-baik sehingga kecurigaan kami selama ini pun bisa terhapus sama sekali."

"Bagus sekali" pikir Buyung Im seng di dalam hatinya, "rupanya pihak Sam seng bun sudah menaruh rasa curiga pula kepadanya."

Terdengar Toa sengcu berkata. "Bagaimanakah cara penyelesaiannya ???"

"Aku harap Toa sengcu suka melepaskan kain cadar yang menutupi muka, agar kami dapat memeriksa raut wajah aslimu." 

"Perubahan wajah seseorang dalam beberapa tahun bukanlah suatu perubahan yang sedikit. Sekalipun kalian dapat melihatnya juga belum tentu bisa menghilangkan rasa curiga didalam hati kalian."

"Terhadap persoalan ini kami sudah membicarakannya dengan seksama, bagi seseorang yang memiliki tenaga dalam yang amat sempurna, rasanya mustahil bila raut wajah seseorang bisa mengalami perubahan besar dalam dua atau tiga puluh tahun."

":Jadi kalian berdua masih dapat mengingat-ingat raut wajahku ?"

"Benar. Dua puluh tahun berselang, Toa sengcu pernah berjumpa satu kali dengan kami serta raut wajah yang asli, kesan yang kau berikan waktu itu cukup dalam.

Malah aku dan Ji sengcu telah melukis wajah Toa sengcu sebagai kenangkenangan, setelah itu lukisan mana kami dapat cocokkan satu sama yang lainnya menurut ingatan kami, sekalipun berbeda rasanya juga tak akan kelewat jauh, oleh karena itu Toa sengcu tak usah kuatir."

Toa sengcu segera menghembuskan napas panjang, tanyanya kemudian. "Bagaimana dengan kalian berdua ?"

"Tentu saja kamipun akan bersama-sama melepaskan pula kain cadar yang menutupi wajah kami." jawab Ji sengcu.

Sekali lagi Buyung Im seng masih terperanjat, pikirnya.

"Ternyata ketiga orang pemimpin dari perguruan tiga malaikat ini tak pernah saling berjumpa muka dihari-hari biasa dengan raut wajah aslinya."

Waktu itu Ji sengcu telah menggerakkan tangan kanannya siap-siap melepaskan topeng kulit manusia yang menutupi wajahnya.

"Ji sengcu, harap jangan kau lakukan dulu." mendadak Sam sengcu membentak dengan suara dalam.

"Ada urusan apa ?"

"Siaute masih ada beberapa patah kata yang harus diterangkan lebih dulu, bahkan mengharapkan agar Toa sengcu mengabulkan terlebih dulu"

"Persoalan apa ? Cepat katakan !"

"Setelah siaute melepaskan topeng kami nanti, maka selain Toa sengcu, dalam ruangan ini masih ada dua orang yang akan turut mengetahuinya, Toa sengcu, tolong tanyakan hukuman apakah yang hendak kau jatuhkan kepada mereka itu ?" Toa sengcu berpaling dan memandang sekejap ke arah Nyoo Hong leng serta Buyung Im seng, kemudian sahutnya.

"Setelah kulepaskan kain cadar yang menutupi wajahku nanti, mereka toh juga dapat melihatnya."

"Itulah sebabnya, menurut pendapat siaute, kita harus merundingkan dahulu suatu cara untuk menghadapi mereka."

"Apakah Seng cu berdua mempunyai pendapat lain ?" 

"Pendapat siaute mah.... mungkin Toa sengcu takkan menyetujuinya" kata Sam

sengcu.

"Coba kau katakan dulu !"

"Entah perubahan apa saja yang sedang berlangsung dalam perguruan Sam seng bun, rasanya tak perlu orang lain turut mengetahuinya, cara yang lebih baik adalah membunuh mereka terlebih dahulu, cuma "

Tergerak hati Buyung Im seng setelah mendengar perkataan itu, segera pikirnya. "Diantara ketiga orang ini, tampaknya Sam sengcu merupakan orang yang paling keji dan buruk hatinya."

Terdengar Toa sengcu sedang bertanya. "Cuma siapa ?"

"Cuma, siaute dapat menduga kalau Toa sengcu takkan menyetujuinya"

Toa sengcu segera manggut-manggut.

"Dugaan Sam sengcu memang benar, aku rasa kecuali membunuh mereka, sesungguhnya masih terdapat cara lain yang lebih baik lagi."

Ji sengcu dan Sam sengcu saling berpandangan sekejap, kemudian bertanya. "Bagaimanakah menurut pendapat Toa sengcu ?"

"Biarkan mereka untuk menyaksikan raut wajah asli kita terlebih dahulu, kemudian baru membunuhnya !"

Tampak jawaban ini sama sekali berada di luar dugaan Ji sengcu maupun Sam sengcu, tanpa terasa kedua orang itu saling berpandangan sekejap. Sam sengcu, pertama-tama melepaskan topeng kulit manusianya paling dulu." katanya.

"Aku mempercayai ucapan dari Toa sengcu !"

Buyung Im seng dan Nyoo Hong leng bersama-sama segera mengalihkan sorot matanya ke wajah orang itu.

Ternyata orang itu mempunyai selembar wajah aneh yang mengerikan sekali, mukanya penuh dengan lubang berdarah yang dalamnya tak tentu, seolah-olah kena dipatuk oleh burung elang.

Baik Nyoo Hong leng maupun Buyung Im seng, keduanya menjadi tertegun, agaknya mereka berdua tidak menyangka kalau di dunia ini terdapat manusia aneh yang bertampang begitu jelek.

Terdengar Sam sengcu tertawa terbahak-bahak.

"Haaahhh.... haaahhhh.... haaahhhhToa sengheng, raut wajah siaute yang

sangat istimewa ini membuat orang tak akan melupakannya setelah memandang sekali saja, aku rasa kau pasti masih mengingatnya dengan baik bukan ?"

Paras muka Toa sengcu tertutup oleh kain cadar berwarna hitam sehingga sukar untuk melihat perubahan wajahnya, dia hanya manggut-manggut sambil menyahut. 

"Yaa, tentu saja aku mengingatnya."

Ji sengcu segera menggerakkan pula tangannya untuk melepaskan topeng kulit manusia yang menutupi wajahnya, lalu berkata.

"Toa sengheng, masih teringat dengan siaute ?"

Buyung Im seng dan Nyoo Hong leng sekali lagi mengalihkan sorot mata ke wajah Ji sengcu.

Walaupun paras muka Ji sengcu tidak sejelek wajah Sam sengcu, tapi cukup jelek kalau dipandang, dua jalur bekas robekan yang sangat dalam melintas di atas wajahnya dalam bentuk salib.

oooOooo

Bagian ketiga puluh tujuh

Buyung Im seng mencoba memperhatikan bekas luka yang memerah di atas wajah kedua orang itu, ternyata bekas tadi merah membara sehingga mengerikan bagi yang melihatnya, tanpa terasa ia lantas berpikir.

"Luka yang berada di wajah mereka jelas bukan didapat semenjak dilahirkan, tapi kalau didengar dari pembicaraan Sam sengcu, paling tidak luka itu sudah diperolehnya sejak dua puluh tahun berselang, sekalipun lukanya tak akan sembuh secara sempurna, rasanya juga tak akan seperti luka yang terjadi belum lama, selalu merah membara sehingga tampaknya menyeramkan, sudah pasti mereka terluka oleh semacam benda aneh atau mungkin mereka berdua terluka ditangan orang yang sama atau benda yang sama, sehingga keadaan jadi begitu." Terdengar Sam sengcu telah berkata lagi dengan dingin.

"Toa sengheng, kau telah menyaksikan raut wajah kami berdua yang sebenarnya, sekarang tiba giliranmu untuk melepaskan kain cadarmu itu agar kamipun dapat turut menyaksikan dengan jelas."

Sekali lagi Buyung Im seng berpikir di dalam hati.

"Seandainya dia adalah Toa sengcu yang mendirikan perguruan Sam seng bun, sudah pasti tanpa ragu wajahnya akan diperlihatkan kepada mereka berdua, sebaliknya jika dia tak berani melepaskan kain cadarnya, itu berarti bukanlah Toa sengcu yang sesungguhnya..."

Sementara itu Toa sengcu telah berkata dengan suara yang ramah dan lembut. "Seng te berdua, masih ingatkah kau dengan raut wajah siau heng...???" "Mungkin kami sudah kurang jelas, tetapi garis besarnya masih dapat dibedakan." Toa sengcu segera mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak. "Haahhh..... haahhh... andaikan daya ingatan kalian tidak benar, maka diantara kita bertiga bersaudara segera akan berlangsung suatu pertarungan saling

membunuh yang amat sengit dan mengenaskan, oleh karena itu siau heng tiba-tiba merasa, lebih baik jangan dilihat saja."

Kulit wajah sam sengcu yang penuh dengan lubang berdarah segera berkerut kencang, kemudian katanya dengan dingin. 

"Toa seng heng kelewat banyak memikirkan hal-hal yang bukan-bukan, sekalipun daya ingatan siaute kurang baik, masa raut wajah Toa sengheng pun bisa dilupakan ?"

"Kalau begitu, seng te berdua bersikeras hendak melihatnya ?"

"Padahal kemungkinan sekali tindakan Toa heng seng yang tak berani melepaskan kain cadar hitammu baru terhitung suatu tindakan yang tidak cerdas, sebab hal mana semakin menebalkan kecurigaan kami terhadap dirimu, kami kuatir.kini

kuatir."

"Kalian kuatir kenapa ?" tukas Toa sengcu sambil tertawa dingin. Ji sengcu dengan cepat menyahut terlebih dahulu.

"Toa sengheng, jika kau tidak mempunyai sesuatu rahasia yang kuatir diketahui orang, mengapa pula kau tak berani melepaskan kain kerudung hitam tersebut ?" "Seandainya kau memang mempunyai rahasia hati yang takut diketahui orang lain

?" Toa sengcu balik bertanya.

Jawaban tersebut sama sekali berada di luar dugaan Ji sengcu maupun Sam sengcu, kontan kedua orang itu selain berpandangan sekejap, kemudian secepat kilat mengenakan kembali topeng kulit manusia.

Buyung Im seng yang menyaksikan jalannya peristiwa itu segera tahu bahwa suatu pertarungan sengit tak mungkin bisa dihindarkan lagi, diam-diam dia lantas berpikir.

"Andaikata ketiga orang ini sampai bertarung, aku harus membantu pihak yang mana ? Kalau Ji sengcu dan Sam sengcu yang menang, jelas aku dan nona Nyoo pasti menderita kematian yang keji, sebaliknya kalau Toa sengcu yang menang, suatu akibat yang belum bisa diramalkan juga bakal menimpa kami..... aaiapa

yang harus kulakukan sekarang ?"

Untuk sesaat dia merasa sangsi dan tak tahu apa yang harus dilakukan. Sementara itu tampak Sam sengcu telah mengangkat sepasang tangannya dan mencabut keluar sepasang pedangnya yang tersoren di atas punggung.

Buyung Im seng mencoba untuk memperhatikan dengan lebih seksama lagi, tampak olehnya sepasang pedang itu masing-masing berbentuk aneh sekali. Pedang berada di sebelah tangan kiri lebih pendek, warnanya putih keperakperakan dan memancarkan hawa dingin yang mendinginkan hati, dalam sekilas pandang saja dapat diketahui kalau benda tersebut merupakan sebilah pedang mestika yang luar biasa tajamnya.

Sedangkan pedang yang berada ditangan kanan berwarna kebiru-biruan, jelas merupakan sebilah senjata yang telah diberi racun obat yang sangat ganas.

Sebaliknya Ji sengcu dengan tangan kiri menyangga dasar kotak, tangan kanannya menekan pada penutup kotak itu, diapun tidak berbicara atau berbuat sesuatu, hanya sikapnya seakan-akan sudah siap untuk membuka penutup kotak tersebut. 

Buyung Im seng mencoba untuk memutar otak dan menduga benda atau senjata tajam apakah yang tersimpan didalam kotak milik Ji sengcu tersebut, tapi ia belum juga berhasil.

Kotak kayu itu panjangnya cuma satu depa dengan lebar hanya beberapa inci, sesungguhnya amat sulit untuk digunakan sebagai tempat penyimpan senjata. Tapi segenap perhatian Toa sengcu nampaknya telah tertuju semua di atas kotak kayu itu, seolah-olah dia merasa was-was dan jeri terhadap kotak kayu itu, rasa was-wasnya bahkan jauh melebihi senjata pedang di tangan Sam sengcu yang beracun.

Pelan-pelan Ji sengcu yang bersikap lebih lembut menghela napas panjang, katanya.

"Toa sengcu, harap kau suka berpikir tiga kali sebelum bertindak, ketahuilah kami berdua sama sekali tidak mempunyai ambisi apa-apa, kami hanya berharap bisa menyaksikan raut wajah Toa seng heng yang sebenarnya. Selama banyak tahun Toa seng heng selalu bertindak dan mengambil keputusan sendiri, kami tak pernah mengucapkan sepatah katapun yang bersifat tak puas, tapi hari iniaai, jika kita

mesti saling menjegal hanya dikarenakan persoalan kecil, apa hal ini berharga untuk dilakukan ?"

"Bila pertarungan sudah berkobar, apakah Toa seng heng merasa mampu untuk menangkan tenaga gabungan dari kami berdua ?" sambung Sam sengcu dengan suara dingin, "apalagi masih ada empat utusan khusus serta delapan panglima dari Seng tong yang sekarang ini masih berada di luar pesanggrahan Teng sian siau cu sebagai bala bantuan kami berdua."

Toa sengcu mendongakkan kepalanya dan sekali lagi tertawa terbahak-bahak. "Haaahhh...... haaahhhh.... haaahhhbila kita sampai saling bentrok dan saling

bertarung, aku yakin bukan kalian berdua saja yang akan melibatkan diri." "Benar. Mau bertarung atau mau damai, semuanya terserah pada keputusan Toa seng heng sendiri, asal kau bersedia melepaskan kain kerudungmu itu agar kami

dapat menyaksikan raut wajah Toa seng heng, sekarang juga suasana tegang akan berubah menjadi suasana damai.

Tapi Toa sengcu kembali menggelengkan kepalanya berulang kali. "Sayang sekali keputusan mau bertarung atau damai sudah tidak berada di tanganku sekarang." katanya.

"Lantas sudah berada ditangan siapa ?" tanya Ji sengcu dengan wajah keheranan. Tiba-tiba Toa sengcu memandang ke arah Nyoo Hong leng, kemudian katanya. "Keputusan bertarung atau damai kini sudah mencapai pada titik yang paling kritis atau gawat, kuharap kau jangan berpikir lebih jauh lagi, cepatlah mengambil keputusan."

Sam sengcu yang menyaksikan kejadian itu segera tertawa dingin, teriaknya. "Bagus sekali, tampaknya tak salah lagi kalau orang mengatakan perempuan

cantik paling gampang membuat orang menyeleweng. Seorang gadis cantik berusia belasan tahun mengapa bisa menempati kedudukan paling tinggi dalam pikiran 

Toa seng hen, bahkan lebih jauh penting artinya daripada kami berdua. Hm, seandainya budak ini sudah mampus, mungkin hubungan diantara kita bersaudara dapat menjadi rukun kembali."

Begitu selesai berkata, pedang panjang ditangan kanannya mendadak menekan ke bawah lalu ditusukkan ke arah Nyoo Hong leng.

Terdengar beberapa kali desingan angin tajam berkumandang memecahkan keheningan, lalu tampak tiga buah titik benang perak yang berkilauan langsung meluncur ke arah tubuh Nyoo Hong leng.

Tampaknya didalam pedang beracun di tangan keduanya itu tersembunyi pula sejenis senjata rahasia sehingga jarum beracun yang lihai sekali.

Terperanjat sekali hati Buyung Im seng setelah menyaksikan kejadian itu, segera pikirnya.

"Benar-benar sebuah senjata tajam yang sangat keji"

Dia ingin maju untuk memberi pertolongan tapi sayang keadaan sudah tak sempat lagi.

Tampak Toa sengcu mengangkat tangan kanannya ke atas danPlaak, plaak,

plaak ! tiga batang jarum perak sepanjang dua inci lima hun itu tahu-tahu sudah menancap semua di atas sarung tangan kulit berwarna hitam.

Toa sengcu segera menggetarkan ibu jari tangan kanannya, sarung tangan kulit itu segera terlepas dan muncullah sebilah pisau belati sepanjang delapan inci.

Tiba-tiba Sam sengcu melancarkan serangan lagi, senjata rahasianya berkelebat lewat dengan kecepatan luar biasa, dalam keadaan begini Toa sengcu tak sempat membuka sarung tangan kulit pada pisau belatinya lagi, cepat dia gunakan sarung berikut senjata itu untuk menangkis ancaman senjata rahasia tersebut.

Dalam pada itu, Nyoo Hong leng telah mencabut keluar sebuah pedang pendek berwarna kuning emas dan siap sedia merontokkan senjata lawan.

Ketika menyaksikan senjata rahasia yang tertuju ke arahnya sudah dihadang oleh Toa sengcu, dia segera membentak nyaring.

"Kukembalikan senjata rahasiamu itu !"

Ditengah bentakan keras, pedang emas itu telah meluncur ke depan secepat kilat dan langsung meluncur ke arah Sam sengcu.

Dengan cepat Sam sengcu mengayunkan pedang di tangan kirinya, diantara kilauan cahaya emas yang memenuhi angkasa, pedang emas tersebut sudah kena terpapas kutung menjadi dua bagian oleh ayunan pedang mestikanya, diiringi suara gemerincing, kutungan senjata tersebut segera rontok ke atas tanah.

Toa sengcu segera tertawa dingin, katanya.

"Sam seng te, kenapa mesti terburu napsu sekali ? Bilamana kau memang bersikeras hendak melangsungkan pertarungan, sudah barang tentu siau heng akan melayani keinginanmu itu." 

Pelan-pelan Ji sengcu mundur dua langkah ke belakang kemudian katanya cepat. "Sam seng te, lebih baik kita beri kesempatan lagi kepada Toa seng heng untuk berpikir beberapa saat lagi."

"Sekarang Toa sengcu sudah dipengaruhi oleh kecantikan wajah seorang gadis, aku rasa pertarungan hari ini sudah tak bisa dihindarkan lagi."

Ucapannya itu seakan-akan ditujukan kepada Toa sengcu, tapi seperti juga diutarakan kepada Ji sengcu.

Selama ini penampilan dan sikap Ji sengcu selalu lebih lembut dan lunak daripada Sam sengcu, mendengar itu dia lantas berkata.

"Sam seng te, jangan kelewat emosi, bagaimanapun juga kita harus memberi waktu yang cukup bagi Toa seng heng untuk mempertimbangkan keputusannya..." "Menurut pandangan siaute, Toa seng heng telah terpikat oleh kecantikan Nyoo Hong leng, aku rasa dia sudah melupakan sama sekali sumpah yang pernah kita ucapkan dimasa lalu, selain daripada itu, diapun enggan melepaskan kain kerudung yang menutupi wajahnya, sehingga benarkah dia adalah Toa sengcu asli atau bukan sampai sekarang masih tetap merupakan suatu tanda tanya besar." Agaknya dia merasa ucapannya belum selesai diutarakan, maka setelah berhenti sebentar, dia berkata lebih jauh.

"Menurut pandangan siaute, delapan puluh persen dengan orang ini sudah bukan Toa seng heng yang asli lagi !"

Selama ini Buyung Im seng hanya menonton dari samping arena, tiba-tiba dia berhasil menemukan sesuatu, yakni Sam sengcu selalu berusaha untuk membujuk Ji sengcu agar turun bersama. Hal ini membuktikan kalau dia sendiri mempunyai sesuatu yang ditakuti sehingga tak berani turun tangan sendiri.

Mendadak Toa sengcu termenung dan membungkam dalam seribu bahasa, dia hanya berdiri terus ditempat semula tanpa bergerak, tak berkutik maupun melancarkan serangan.

Ji sengcu segera mendehem pelan, katanya lagi.

"Toa seng heng, sudahkah kau pikirkan masak-masak ?"

"Apa yang harus kupikirkan ?" sahut Toa sengcu dengan suara dingin. "Melepaskan kain kerudung mukamu dan membuktikan kedudukanmu yang sesungguhnya !"

Toa sengcu segera mengulapkan tangannya, lalu berseru.

"Sekarang kalian boleh mengundurkan diri lebih dulu, berilah kesempatan bagiku untuk berpikir dengan tenang, sepertanak nasi kemudian, bagaimana kalau kalian baru datang lagi ?"

"Toa seng heng..."

"Kalian toh membawa empat utusan khusus dan delapan panglima dari ruang Seng ong ? Kurung saja sekeliling pesanggrahan Teng cian siau cu ini, niscaya aku tak bakal lari lagi." 

"Toa sengcu, berapa lamakah yang kau butuhkan untuk mempertimbangkan persoalan itu ?"

"Sepertanak nasi, aku rasa waktu sepertanak nasi akan lewat dalam sekejap mata, kalian pun boleh menggunakan kesempatan tersebut untuk mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya."

"Dalam sepertanak nasi kemudian, seng heng dapat mengambil keputusan..." tanya Sam sengcu.

Toa sengcu segera manggut-manggut.

"Aku pasti akan memberikan suatu jawaban yang memuaskan hati, entah bagaimanapun persoalannya, sudah pasti ada suatu keputusan dan jawaban yang kuberikan kepada kalian."

"Baik !" kata Ji sengcu kemudian, "tapi kami tetap berharap Toa seng heng bisa menyelamatkan diri dari tepi jurang kehancuran serta melanjutkan kedudukanmu untuk memimpin perguruan Sam seng bun kita."

Setelah berpaling dan memandang sekejap ke arah Sam sengcu, mereka segera mengundurkan diri dari situ.

Dengan suara keras Toa seng cu sempat berteriak kembali.

"Lebih baik kalian berdua bisa mengundurkan diri agak jauh, jangan menyadap pembicaraan kami lagi."

"Jangan kuatir, kami akan mengundurkan diri sejauh lima kali lagi dari sini..." Menanti kedua orang itu sudah mengundurkan diri, Toa sengcu baru menghela napas panjang, katanya.

"Nona Nyoo, kau sudah menyaksikan semua kejadian tadi ?" "Ya, sudah."

"Tentunya apa yang terjadi bukan cuma sebuah sandiwara bukan ?" "Ya, memang tidak mirip."

"Aku harap dalam seperminuman teh nona bisa memberi jawaban yang memuaskan hatiku."

Nyoo Hong leng termenung dan berpikir beberapa saat lamanya kemudian bergumam.

"Aku mengerti sekarang.... aku mengerti"

"Kau mengerti apa ?"

"Tampaknya kau ingin sekali mempersunting aku, tapi merasa berat hati juga untuk melepaskan kekuasaanmu terhadap perguruan Sam seng bun. Oleh karena itu kau baru berpikir untuk menggunakan cara ini guna memaksaku."

Di bawah desakan-desakan kedua orang sengcu lainnya tadi, Toa sengcu selalu berhasil mempertahankan ketegangan hatinya, akan tetapi beberapa patah kata 

dari Nyoo Hong leng sekarang ini membuat Toa sengcu hampir saja tak sanggup mempertahankan diri, sekujur badannya gemetar keras.

Sampai lama kemudian, dia baru berkata lagi.

"Sekalipun hanya berpura-pura saja, tetapi saat ini toh belum terlalu terlambat, apa rencana nona harap segera dibeberkan secara terus terang kepadaku." "Hantar aku meninggalkan tempat ini, bersediakah kau ?"

Toa sengcu termenung dan berpikir sebentar, kemudian sahutnya.

"Baik, kita segera berangkat ! Aku akan membukakan jalan untuk nona"

Tampaknya kesediaan toa sengcu tersebut sama sekali di luar dugaan Nyoo Hong leng, dia sampai tertegun dibuatnya.

"Kita boleh berangkat sekarang juga ?"

"Aku tidak tahu, tapi paling tidak kita harus melewati dulu sebuah pertarungan yang amat sengit dan harus menembusi dulu hadangan yang berlapis-lapis." "Kalau toh dalam hatimu tak punya keyakinan untuk berhasil, mengapa kau hendak mengajakku pergi ?"

"Aku ingin membuktikan satu hal di hadapan nona." "Membuktikan apa ?"

"Membuktikan kalau aku tak pernah mempergunakan akal muslihat terhadap dirimu !"

"Kau sangat dungu juga tak punya otak !" seru Nyoo Hong leng cepat. Toa sengcu segera tertawa terbahak-bahak.

"Haaahhhh... haaahhh... haaaahhhseseorang yang dungu dan tak punya otak

mana mungkin bisa memimpin perguruan Sam seng bun yang merupakan perkumpulan yang terdiri dari beraneka macam manusia?"

TIba-tiba Buyung Im seng mengulapkan tangannya, kemudian berkata.

"Toa sengcu, kau pernah meluluskan permintaanku untuk mengajakku bertemu dengan ayahku, apakah janjimu itu masih tetap berlaku ?"

"Perubahan situasi yang kuhadapi sekarang kelewat cepat, sedemikian cepatnya sampai dalam waktu singkat aku kehilangan sama sekali atas kemampuanku untuk mengendalikan Sam seng bun. Barusan bukankah kau dapat menyaksikan

sendiri semua kejadian yang berlangsung di sini ? Apakah kau menganggap mereka masih dapat menuruti perkataanku ?"

"Mereka sudah tahu kalau kau mempunyai janji semacam itu terhadap diriku, dapatkah akibat dari peristiwa itu, maka kemarahan mereka lantas dilampiaskan kepada ayahku dengan membinasakan dirinya ?" ucap Buyung Im seng.

Toa sengcu termenung dan berpikir sebentar, kemudian sahutnya. "Hal ini tak mungkin terjadi, harapan saudara tak usah kuatir."

Tampaknya apa yang dikatakan belum selesai, tapi dia tidak banyak berbicara lagi. 

"Kita tak bisa pergi, tak bisa pula bertahan di sini, sekarang apa rencanamu selanjutnya ?" tanya Nyoo Hong leng kemudian.

"Aaai... sebenarnya aku ingin menggunakan kesempatan ini untuk memaksamu memenuhi permintaanku, dengan demikian meskipun aku kehilangan kedudukan sebagai Toa sengcu dari perguruan Sam seng bun, aku masih punya isteri yang cantik jelita"

"Sekalipun berhasil, apa yang berhasil kau dapatkan hanya badanku, selama hidup jangan harap memperoleh hatiku." tukas Nyoo Hong leng cepat.

"Aaaaiperkataanmu memang benar, maka sekarang aku pun telah merubah jalan

pikiran."

"Apa yang hendak kau lakukan ?" "Membantumu tanpa syarat !"

"Ooohhal ini sungguh sangat sukar untuk dipercaya. Bila kau ingin

menggunakan tipu muslihat untuk menjebak orang, lebih bagus katakan saja berterus terang."

Agaknya Toa sengcu merasakan hatinya terluka sekali, bahkan terluka hebat setelah mendengar ucapan itu, sekujur badannya gemetar keras. Tapi dia berhasil mengendalikan emosinya dan menahan dirinya agar tidak mengumbarnya keluar. Sampai lama kemudian, dia baru menghela napas panjang, katanya.

"Berada dalam keadaan dan situasi seperti ini, tampaknya aku tak usah menggunakan tipu muslihat lagi, apa gunanya berlagak baik hati kepadamu setelah situasi berubah menjadi begini rupa ?"

Nyoo Hong leng berpaling dan memandang sekejap ke arah Buyung Im seng, kemudian pelan-pelan berjalan kehadapan Toa sengcu, katanya lembut.

"Jika kau benar-benar mempunyai niat semacam itu, aku pasti akan berterima kasih sekali kepadamu, tapi sekarang kau sendiri sudah terkepung, kedudukanmu sudah dicurigai apakah kau masih mempunyai sisa kemampuan untuk melindungi kami ?"

Mendengar ucapan "kami", tanpa terasa Toa sengcu memalingkan wajahnya yang berkerudung dan memandang sekejap ke arah Buyung Im seng, setelah itu ujarnya. "Walaupun aku dicurigai mereka, tapi masih belum kehilangan sama sekali kedudukanku sebagai Toa sengcu, aku masih dapat memanfaatkan sisa kekuatanku untuk menghantarmu pergi meninggalkan tempat ini."

"Tapi apakah mereka bersedia untuk menuruti perkataanmu ?"

"Seandainya aku bersedia meluluskan sesuatu syarat kepada mereka, rasanya mereka pun pasti akan meluluskan pula permintaanmu."

"Hanya menghantar keluar aku seorang ?" "Maksud nona ?"

"Aku minta semua temanku yang masuk ke dalam Sam seng bun bersamaku dibebaskan semua !" 

"aku rasa hal ini tak mungkin bisa mereka kabulkan."

Kecuali ini, masih adakah cara lain yang bisa digunakan ?" "Masih ada sebuah cara lagi."

"Dapatkah diutarakan keluar ?"

"Bertarung ! Masing-masing mengandalkan kepandaian silat yang dimilikinya untuk menentukan menang kalah !"

"Apakah kau menganggap mempunyai keyakinan untuk berhasil mengalahkan lawan ?"

"Peluangnya tidak begitu besar, kecuali didalam perguruan Sam seng bun masih terdapat orang yang bersedia membantu kita."

"Menurut apa yang kuketahui Phu tongcu dari ruang Kim lun tong, Lian Giok seng locianpwe, Im Cu siu masih bisa membantu usaha kita ini" kata Buyung Im seng.

"Aku rasa kalau hanya beberapa orang saja masih sulit untuk berhasil menarik kemenangan."

"Tapi aku toh masih bisa menahan seorang jago lihai mereka ?" kata Nyoo Hong leng.

"Sekalipun kau dan Buyung Im seng terhitung juga, kekuatan kita masih terlalu minim, cara yang lebih aman ada menyanggupi syarat-syarat mereka, lalu kita bertukar syarat pula dengan meminta kepada mereka agar melepaskan kalian untuk berlalu dari sini."

"Dengan tetap tinggalnya kau disini, akibat apakah yang bakal kau alami ?"

"Sulit unuk dikatakan, setelah kalian meninggalkan tempat ini, keselamatanku tak usah kalian kuatirkan lagi."

tiba-tiba Buyung Im seng menyela.

"Hantarlah nona Nyoo keluar dari sini, sedang aku akan tetap tinggal di sini !" "Kita sudah mengetahui letak dari markas besar perguruan Sam seng bun, apa gunanya kau tetap tinggal di sini ?"

"Aku ingin berjumpa dengan ayahku !"

"Tempat ini berbahaya sekali, dengan kemampuanmu seorang mana mungkin hal mana bisa kau lakukan ?"

"Sekalipun harus mati, asal bisa berjumpa dengan wajah ayahku, matipun aku akan mati dengan mata yang meram."

Paras muka Nyoo Hong leng segera berubah menjadi amat sedih sekali, bisiknya. "Aku dapat memenuhi keinginanmu itu !"

"Bagaimana caramu untuk memenuhi keinginanku ini ?" seru Buyung Im seng keheranan. 

"Asal kau bisa berjumpa dengan ayahmu, soal lain tak akan kau pikirkan dalam hati lagi bukan ?"

"Berjumpa dengan ayahku merupakan satu-satunya keinginanku selama hidup, untuk memenuhi keinginanku ini, sekalipun harus mati, aku akan mati dengan puas."

Sekali lagi Nyoo Hong leng menghela napas sedih.

"Aaaii... seandainya ada orang yang dapat membantumu untuk bertemu kembali dengan ayahmu, apakah kau akan sangat berterima kasih kepadanya... ?" "Yaa, aku akan merasa berterima kasih sekali."

"Sepanjang masa berterima kasih kepadanya?"

"Tentu saja sepanjang masa berterima kasih kepadanya."

Pelan-pelan titik air mata jatuh berlinang membasahi pipi Nyoo Hong leng, katanya lagi dengan suara lembut.

"Apakah hal ini tak akan kau pikirkan lagi ?" "Pikirkan apa ?"

"Pikirlah, apakah masih ada persoalan lain yang lebih penting lagi?"

"Berbicara menurut keadaan sekarang, bertemu muka dengan ayahku merupakan satu-satunya keinginanku !"

"Coba pikir sekali lagi, apakah ada lainnya ?"

Buyung Im seng segera menggelengkan kepalanya berulang kali. "Sudah tidak ada lagi !" sahutnya.

Rasa sedih yang amat sangat segera menghiasi wajah Nyoo Hong leng yang cantik, pelan-pelan dia membalikkan badannya menyeka air mata dengan ujung bajunya.

Kemudian sambil melangkah ke depan menghampiri Toa sengcu, ujarnya dengan dingin.

"Bersediakah kau mati demi aku ?"

"Aku bersedia !" Toa sengcu manggut-manggut. "Dan bersedia pula menyerempet bahaya bagiku ?" "Benar."

"Seandainya masih kurang beruntung hingga tewas dalam melaksanakan tugas ?" "Aku mati tanpa menyesal."

"Baik, kalau begitu bantulah aku untuk menemukan Buyung Tiang kim." pinta

Nyoo Hong leng. "Harus kesana ?"

"Sulitkah ?" si nona balik bertanya.

"Andaikata aku tidak pergi bersama kalian, maka kesempatanku sampai empat puluh persen."

532 

"Andaikata kau tidak pergi bersama kami ?" "Kalian berdua tak ada harapan lagi untuk hidup."

"Kalau begitulah ajaklah kami untuk pergi bersama !" "Baik ! Nona bermaksud akan berangkat kapan ?" "Sekarang juga !"

Toa sengcu termenung dan berpikir sejenak kemudian sahutnya. "Boleh saja, cuma kalian harus menuruti perkataanku."

Nyoo Hong leng tertawa sedih.

"Asal dapat bertemu dengan Buyung Im seng, entah bagaimanapun kau hendak mengatur kami, kami akan menurutinya."

"Baik, kita tetapkan begitu saja, mari kita berangkat sekarang !" Tanpa banyak bicara lagi, dia segera keluar dari ruangan tersebut. "Tunggu sebentar" tiba-tiba Nyoo Hong leng berbisik.

"Masih ada urusan apa lagi ?" tanya Toa sengcu.

"Seandainya kita dapat keluar dari tempat itu dalam keadaan hidup, aku akan segera menikah denganmu"

Kain kerudung hitam yang menutupi wajah Toa sengcu nampak bergetar keras, jelas parasnya mengalami suatu gejolak yang sangat keras, pelan-pelan katanya. "Kawin dengan aku ?"

"Ucapan nona masa tidak kupercayai ?"

"Aku berbicara dengan sejujurnya, maka dari itu kau harus tetap hidup !" Toa sengcu tertawa sedih.

"Seandainya aku tidak beruntung, mati dalam pertarungan, nona pun tak usah lagi memegang janji tersebut."

"Dengan mulutku sendiri kuucapkan perkataan ini, itu berarti sekalipun lautan tadi kering, batu membusuk, ucapanku tak akan pernah dirubah kembali."

"Bagaimana dengan Buyung Im seng ? Aku tahu, dalam hati kau sangat menyukai dia."

"Benar, itulah sebabnya kau hendak membantunya agar bisa berjumpa dengan Buyung Tiang kim dan memenuhi keinginan hatinya."

Buyung Im seng yang mengikuti tanya jawab tersebut segera merasakan hatinya bagaikan ditusuk-tusuk dengan pisau belati, hampir saja dia tak sanggup untuk berdiri tegak.

Tapi dia masih berusaha keras untuk mengendalikan gejolak perasaan dalam hatinya, dia berusaha untuk berdiri tegak.

Terdengar Nyoo Hong leng menghela napas pedih, kemudian berkata lebih jauh. 

"Toa sengcu, Buyung Tiang kim disekap dimana ? Berapa banyak pula jago lihai yang disekap didalam perguruan Sam seng bun kalian ini ?"

"Kalau dibicarakan tak ada sepatah kata saja, biarlah kemudian hari saja kuceritakan kepadamu."

Nyoo Hong leng manggut-manggut.

"Yaa, pertempuran memang berada di depan mata sekarang, dalam keadaan seperti ini memang tak perlu dibicarakan persoalan-persoalan tak penting semacam ini." Sesudah berhenti sebentar, dia melanjutkan lagi, "Aku sudah mengambil keputusan untuk kawin denganmu, tapi sehingga sekarang belum kuketahui siapakah

namamu yang sebenarnya."

Baru saja Toa sengcu hendak menjawab, tiba-tiba terdengar suara dari Lian Giok seng berkumandang datang.

"Lapor Toa sengcu"

"Ada urusan apa ?" tukas Toa sengcu. "Bolehkah hamba masuk ke dalam ?" "Baik, masuklah !"

Lian Giok seng segera melompat masuk ke dalam, setelah itu baru ujarnya.

"Ji sengcu dan Sam sengcu telah membentuk barisan yang kuat untuk mengepung tempat ini."

"Hanya terdiri dari empat utusan dan delapan panglima ?"

"Kecuali empat utusan dan delapan panglima, masih ada dua puluhan lebih pelindung hukum dari ruang seng tong yang berdatangan disekitar pesanggrahan Teng cian siau cu, jumlahnya mencapai empat puluh orang lebih."

"Waah, nampaknya pertarungan sudah tak dapat dielakkan kembali" gumam Toa

sengcu.

Dia lantas berpaling dan melirik sekejap ke arah Nyoo Hong leng, kemudian sambungnya.

"Nona Nyoo, Buyung kongcu, andaikata sampai terjadi pertarungan nanti, aku minta kamu berdua suka mengikuti di belakang tubuhku, jaraknya harap jangan kelewat jauh."

"Kau sebagai seorang Toa sengcu, masakah tak punya berapa orang kepercayaan yang bersedia untuk menjual nyawa mereka untukmu ?"

"Aku tidak menyangka bakal berjumpa denganmu, makaaku tak pernah

mempersiapkan hal ini. Sekarang keadaan sudah dikuasai oleh mereka, rasanya untuk mencari orang didalam keadaan seperti ini, sudah bukan suatu pekerjaan yang mudah lagi."

Sorot matanya segera dialihkan ke wajah Lian Giok seng, kemudian lanjutnya. "Lian huhoat, bagaimanakah rencanamu yang selanjutnya ?"

"Hamba siap mengikuti Toa sengcu !" 

Toa sengcu segera tersenyum.

"Tampaknya kita sudah tak bisa meloloskan diri dari pertarungan hari ini lagi."

Dia segera merogoh ke dalam sakunya dan mengeluarkan sebuah botol porselen, kemudian sambil menuangkan sebutir pil katanya lagi.

"Telanlah !"

Lian Giok seng menyambut pil itu kemudian berkata. "Bolehkah hamba mengajukan sebuah pertanyaan ?" "Tanyalah !"

"Pil ini adalah..."

"Pil ini merupakan obat pemunah yang dapat menawarkan pengaruh racun yang mengeram didalam tubuhmu, setelah menelan pil tersebut, maka selamanya kau tak usah dikekang lagi oleh kekuasaan perguruan Sam seng bun "

"Kalau begitu dalam tubuh kami semua sesungguhnya sudah diberi racun jahat ?" "Benar, setiap orang yang memasuki perguruan Sam seng bun, entah bagaimanakah kepandaian silat yang dimilikinya dan entah bagaimanakah cerdasnya, jangan harap dia dapat melepaskan diri dari pengaruh racun tersebut, hanya saja mereka pribadi sama sekali tidak mengetahui akan hal ini."

"Aku benar-benar tidak mengerti, dengan cara apakah Toa sengcu melepaskan racun tersebut ke dalam tubuh kami ?"

"Di dalam sayur dan arak, cuma sari racun tersebut sangat enteng sehingga orang yang bersantap sama sekali tidak merasakannya. Tapi bilamana kelamaan dibiarkan terus berlangsung maka dari sedikit akhirnya membukit dan kalianpun keracunan."

"Bagaimanakah keadaannya orang yang keracunan obat tersebut ?"

"Ada dua hal yang paling membahayakan, pertama jika sari racun tersebut telah meningkat hingga ke suatu tingkatan tertentu, maka si korban akan keracunan dan tewas, Kedua begitu melepaskan dari perguruan Sam seng bun sehingga tidak makan nasi dan arak yang ada racunnya lagi, maka dalam tujuh hari kemudian dia akan kehilangan semacam tenaga didalam tubuhnya, membuat sang korban mengantuk dan ingin tidur terus, akibatnya kecerdasan otaknya serta kepandaian silatnya akan semakin melemah, bahkan kian hari kian bertambah parah keadaannya"

"Oooh, rupanya terdapat kejadian seperti ini, anehnya sampai sekarang hamba baru tahu akan hal ini, cuma"

"Cuma kenapa ?"

"Secara lamat-lamat hambapun merasa ada semacam kekuatan yang secara diamdiam mengendalikan kami, hanya kekuatan apakah itu sulit bagi kami untuk mengatakannya." 

"Itulah sebabnya perguruan Sam seng bun tak pernah takut menghadapi mereka yang berkhianat, bagi mereka yang berilmu silat rendah, tentu saja mereka memahami kemampuan yang dimilikinya sehingga tak berani berkhianat, sebaliknya bagi mereka yang berilmu tinggi, seorangpun tak ada yang tahu kalau

dalam tubuh mereka sesungguhnya telah dikendalikan oleh semacam obat beracun, oleh karena itu setiap para jago lihai dari Sam seng bun yang berani berniat, tak selang beberapa lama pasti berhasil ditangkap kembali untuk dijatuhi hukuman mati. Karena sebelum kemudian, mereka sudah tak mempunyai kemampuan untuk melancarkan serangan balasan."

Lian Giok seng segera manggut-manggut tanda mengerti, katanya kemudian. "Terima kasih banyak atas petunjuk Toa sengcu !"

Sedang dalam hatinya dia berpikir.

"Benar-benar sebuah tindakan yang sangat lihai !"

Pada saat itulah dari luar ruangan mendadak terdengar suara langkah manusia berkumandang datang.

Kemudian terdengar seorang menegur dengan suara dingin dan kaku. "Toa seng heng, sudah selesai mengambil keputusan ?"

"Sudah !"

Tampak bayangan manusia berkelebat lewat, Ji sengcu dan Sam sengcu telah munculkan diri di depan pintu.

"Toa sengcu bermaksud hendak berbuat bagaimana ?" tanya Ji sengcu kemudian sambil menjura.

"Bertarung ! Kalian boleh memanfaatkan kesempatan baik ini untuk menyingkirkan aku dan merebut kedudukan Sengcu, aku sebagai toako kalian tentu saja akan berusaha sekuat tenaga untuk memenuhi keinginan kalian itu." "Dewasa ini, selain empat utusan dan delapan panglima, masih terdapat banyak sekali pelindung hukum yang telah berkumpul di luar pesanggrahan Teng cian siu cu ini, Sam seng te yang tak sanggup mengendalikan emosinya juga telah

membeberkan Toa sengcu untuk menghancurkan perguruan Sam seng bun kepada mereka, cuma..."

"Cuma kenapa ?" tukas Toa sengcu dingin.

"Toa seng heng adalah seorang yang berwibawa, dihari biasa kau sudah memperoleh kepercayaan anak buah, maka walaupun Sam seng te telah membeberkan kejadian ini, mereka masih setengah percaya setengah tidak, apabila sekarang Toa seng heng mempunyai pendapat hendak melepaskan diri dari ikatan, bukankah hal ini sama artinya dengan membeberkan hati Toa sengcu kepada mereka ?"

"Lantas, bagaimana menurut pendapat Ji sengcu ?" seru Toa sengcu sambil tertawa dingin. 

"Maksud siaute, lebih baik Toa seng heng melepaskan kain kerudungmu agar kami bisa menyaksikan raut wajah Toa seng heng yang sebenarnya, kemudian kau tetap memimpin perguruan Sam seng bun kita ini."

"Kecuali itu, apakah masih ada cara lain ?" kata Toa sengcu sambil mengulapkan tangannya.

"Siaute benar-benar tak berhasil menemukan cara lain yang lebih baik daripada cara ini."

"Aku mah mempunyai sebuah cara bagus, entah Ji seng te bersedia untuk meluluskannya atau tidak ?"

"Silahkan kau utarakan !" oooOooo

Bagian ketiga puluh delapan

"Sekalipun kuserahkan kedudukanku sebagai Toa sengcu kepada kalian, kamu berdua juga tak akan bisa hidup tenteram dan aman dalam waktu yang cukup lama." ujar Toa sengcu kemudian, "maka cara yang paling baik adalah serahkan Sam seng bun ke tangan satu orang saja."

"Oooh, kalau begitu Toa seng heng ada memang ada maksud untuk menyingkirkan kami berdua ?" seru Sam sengcu dingin.

Toa sengcu sama sekali tidak menggubris ucapan dari Sam sengcu, kepada Ji sengcu kembali katanya.

"Siauheng bersedia menyerahkan kedudukan Toa sengcu ini kepadamu dan mengundurkan diri dari tempat ini, cuma aku harus membawa serta nona Nyoo..." "Bila ucapan dari Toa sengcu memang benar-benar muncul dari hati sanubarimu, tentu saja kami akan menyetujuinya." sela Ji sengcu cepat.

"Tapi, apakah kau dapat selamanya memimpin perguruan Sam seng bun ini...?" "Soal ini..."

"Kecuali kalau saat ini juga kau bisa turun tangan keji dengan menyingkirkan Sam sengcu dari muka bumi." tukas Toa sengcu cepat.

Terkesiap sekali Sam sengcu setelah mendengar perkataan itu, cepat-cepat teriaknya.

"Ji seng heng, kau jangan sekali-kali percaya dengan hasutannya yang jahat itu." "Dari dulu sampai sekarang sudah banyak sejarah yang menjadi kenyataan, apakah kau anggap siauheng hanya berbicara sembarangan tanpa sadar ?"

Ji sengcu mendehem pelan, kemudian katanya.

"Toa seng heng, apakah kau masih ada perkataan lain ?"

Pertanyaan tersebut kedengarannya sangat biasa dan sederhana, padahal dibalik pertanyaan tersebut justru mengandung maksud yang lebih mendalam, tujuannya juga lebih buas dan kejam. 

Toa sengcu termenung dan berpikir beberapa saat, kemudian katanya. "Bila kau percaya dengan perkataanku, aku dapat membantumu untuk membereskan dirinya lebih dulu "

Buru-buru Sam sengcu berteriak.

"Setelah membunuh aku, dengan kekuatanmu seorang yang amat minim, jangan harap kau sanggup untuk menandinginya."

"Empat utusan dan delapan panglima tentunya sudah berhasil kalian suap, dengan kekuatanku seorang, mana mungkin aku sanggup melawan musuh tangguh yang begitu banyak ?"

Sam sengcu segera berpaling dan memandang sekejap ke arah Ji sengcu, kemudian serunya.

"Ji seng heng, kalau toh Toa sengcu telah berkeputusan demikian, lebih baik kita segera turun tangan !"

Seraya berkata dia lantas meloloskan sepasang pedangnya, kemudian dengan cepat dia memburu dua langkah ke depan.

Ketika berpaling dilihatnya Ji sengcu sambil memegang kota kayunya masih berdiri tak berkutik di tempat semula, bahkan kalau dilihat dari mimik wajahnya, dia seakan-akan tidak bermaksud turun tangan, kenyataan ini membuatnya tertegun. Dengan cepat dia menghentikan langkahnya, kemudian berkata lebih lanjut.

"Ji seng heng, mengapa kau tidak turun tangan ?"

"Aku sedang merenungkan ucapan Toa seng heng, agaknya perkataan tersebut ada benarnya juga." ujar Ji sengcu dengan paras muka serius.

Mendengar perkataan itu, Sam sengcu menjadi tertegun.

"Kita toh sudah berunding secara matang, mengapa Ji seng heng, secara tiba-tiba mempercayai hasutan serta adu domba dari Toa sengcu ?"

"Aku takkan menerima hasutan atau adu domba dari orang lain." seru Ji sengcu dengan suara dingin, "aku hanya merasa bahwa apa yang dikatakan Toa seng heng ada benarnya juga, kalau kita berhasil mengusir Toa sengcu dari jabatannya sekarang, lantas diantara kita berdua siapakah yang berhak untuk memimpin perguruan Sam seng bun ?"

"Tentu, Ji sengcu yang memimpin Sam seng bun, sedang siaute akan menjadi pembantumu."

"Sam seng te, benarkah perkataanmu itu muncul dari hati sanubarimu yang sebenarnya ?"

"Ucapan tersebut muncul dari bibir siaute, masa bisa tidak benar.?"

Mendadak Ji sengcu mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak. "Haahhh... haaahhh... haaahhh.. Toa seng heng, Sam seng te telah memberikan jaminannya sekarang, aku rasa tak mungkin bisa terjadi perubahan lagi." 

"Hmm, jika persoalan semacam inipun bersedia kau percayai tentu saja aku tak dapat berbuat apa-apa lagi." kata Toa sengcu dengan suara dingin.

Ji sengcu segera tertawa.

"Setelah siaute pikirkan kembali, aku rasa saya dan Sam seng telah berhasil menguasai keadaan kini, bagaimanapun juga hari ini kita harus berhasil mendapatkan suatu penyelesaian yang pasti. Bila Toa sengcu bersikeras hendak turun tangan, terpaksa kami akan melayani keinginanmu itu."

Toa sengcu segera berpaling dan memandang sekejap ke arah Nyoo Hong leng dan Buyung Im seng kemudian katanya.

"Kalian berdua boleh segera mempersiapkan senjata, bila kalian sanggup menahan Sam sengcu sebanyak lima puluhan gebrakan, kita sudah pasti dapat memenangkan pertarungan ini."

Mendadak Nyoo Hong leng membungkukkan badannya dan mencabut keluar dua bilah pedang dari bawah meja, kemudian katanya.

"Apakah kau membutuhkan senjata ?"

"Tangan kanannya segera digetarkan, pedang tersebut sudah meluncur ke arah Toa sengcu.

Setelah menerima pedang itu, Toa sengcu merentangkan senjata sejajar dengan dada, kemudian selangkah demi selangkah dia berjalan ke depan menghampiri Ji sengcu, katanya.

"Sekarang, kau masih mempunyai kesempatan terakhir."

Sementara itu, Nyoo Hong leng dan Buyung Im seng telah mengangkat pula senjata masing-masing untuk menghadang jalan pergi Sam sengcu.

Suatu pertarungan seru antara sekawanan jago persilatan pun segera akan berlangsung di depan mata.

Ji sengcu telah meletakkan sepasang tangannya di atas kotak kayunya, kemudian dengan memancarkan sinar tajam dari balik matanya dia berseru keras.

"Lian Giok seng, kau akan membantu siapa ?"

Lian Giok seng segera mengendorkan sebuah benda dari pinggangnya, ternyata benda itu sebilah pedang lemas yang tipis bagaikan kertas dengan panjang tiga depan enam inci serta lebar dua jari, kemudian sahutnya.

"Aku..? Tentu saja aku akan menuruti perintah Toa sengcu"

Pelan-pelan Toa sengcu mengangkat pedangnya ke atas, ujung pedangnya diarahkan ke tubuh Ji sengcu, akan tetapi dia tidak melancarkan serangan apaapa.

Tampak empat buah mata kedua orang itu saling bertatapan tanpa berkedip, siapapun tak mau melancarkan serangan lebih dahulu.

Buyung Im seng dan Nyoo Hong leng juga telah mendekati tubuh Sam sengcu, masing-masing mengambil posisi kedua belah sisi dengan kesiap-siagaan penuh, siapapun tak mau turun tangan lebih dulu. 

Mendadak terdengar Sam sengcu berpekik panjang, pedang ditangan kanannya digetarkan keras, kemudian menusuk ke arah dada Buyung Im seng....

Cahaya pedang berkelebat cepat lewat, secepat sambaran kilat segera meluncur ke depan.

Buyung Im seng segera menggerakkan pula pedangnya menciptakan selapis kabut pedang yang sangat tebal untuk melindungi keselamatan badannya.

Buru-buru Nyoo Hong leng berseru dengan cemas.

"Hati-hati dengan jarum beracun yang berada dalam pedangnya !"

"Tranng !" terdengar suara dentingan nyaring berkumandang memecahkan keheningan, tahu-tahu sepasang pedang mereka sudah saling membentur antara yang satu dengan yang lainnya.

Agaknya Buyung Im seng juga telah bersiap siaga terhadap jarum beracun yang bisa dipancarkan keluar dari balik pedangnya itu, sementara senjatanya diayunkan keluar, tubuhnya juga turut menyingkir dua depa ke samping arena.

( Bersambung ke jilid 27)
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar