Lembah Tiga Malaikat Jilid 25

Jilid 25

Buru-buru Buyung Im seng membentak keras.

Pelan-pelan orang berbaju hitam itu membalikkan badannya, kemudian katanya. “Ada urusan apa ?”

“Apakah ayahku disekap disini ?”

“Bila kau ingin tahu jejak ayahmu, hanya ada satu cara yang dapat kau tempuh.” “Bertarung sepuluh jurus lagi denganmu ?”

“Betul !”

“Baik, siapkan pedang anda !”

Mendengar perkataan itu, Phu Thian khing serta Thio Kin segera berseru keras. “Buyung si heng, jangan bertindak gegabah….”

Buyung Im seng tertawa getir, tukasnya.

“Bila aku tak berhasil mengetahui jejak ayahku, aku tak punya muka untuk bertemu dengan orang. Harap kalian berdua tak usah mengurusinya…..” “Ketahuilah, seseorang tak mungkin akan selamanya mujur, kau tak akan

mempunyai kesempatan untuk menahan sepuluh jurus seranganku lagi” kata orang berbaju hitam itu dingin.

“Jika kau yakin dapat menangkan aku, agaknya tak usah menasehatiku lagi” “Ehmm, tampaknya kau percaya dengan apa yang kukatakan ?”

“Aku percaya, cuma demi mengetahui jejak dari ayahku, kendatipun harus terluka diujung telapak tangan Toa sengcu, sampai matipun aku tak akan menyesal” “Ehmm…. kau memang cukup gagah dan berjiwa jantan.”

495 

“Toa sengcu, silahkan mencabut pedangmu !” ucap Buyung Im seng dengan wajah serius.

Orang berbaju hitam itu tertawa dingin, dia menyambar sebilah pedang dari atas rak senjata lalu ujarnya :

“Baik ! Berhati-hatilah kau”

“Tahan….!” tiba-tiba Kwik Soat kun membentak keras.

Sementara itu, si orang berbaju hitam itu sudah mengangkat pedangnya ke tengah udara, mendengar bentakan tersebut segera ia berhenti seraya bertanya.

“Nona, kau ada petunjuk apa ?”

“Bertanding dengan cara seperti ini ini kurang adil rasanya.” “Dimanakah letak ketidakadilan tersebut ?”

“Sudah jelas diketahui kalau ia bukan tandinganmu, bila kau sudah jelas tahu bahwa kemampuanmu bisa membunuh seseorang secara mudah, tetapi justru kau gunakan alasan tersebut untuk menantangnya beradu kepandaian, apakah adil itu namanya ?”

“Buyung kongcu toh rela menerima syarat tersebut, apa sangkut pautnya hal ini dengan nona ?” orang berbaju hitam itu segera tertawa.

“Kau jangan melupakan tingkat kedudukanmu sekarang, bagaimana juga, kau adalah Toa sengcu dari perguruan tiga malaikat.”

Agaknya beberapa patah kata itu mendatangkan suatu kekuatan yang amat besar, kontan saja orang berbaju hitam itu tertegun.

“Lantas apa maksudmu ?” serunya kemudian.

“Bila kau bunuh Buyung Im seng pada hari ini, sudah pasti selamanya kau akan ditertawakan oleh semua orang.”

“Maksud nona ?”

“Kau harus mengutarakan lebih dulu jejak Buyung Tiang-kin, setelah itu baru…” “Baru kenapa ?”

“Setelah itu kau baru boleh turun tangan, sekalipun kami mati terbunuh, kami pun akan mati tanpa menyesal.”

“Orang berbaju hitam itu termenung beberapa saat lamanya, kemudian katanya : “Agaknya apa yang kau ucapkan itu memang agak masuk diakal.”

“Bila apa yang kukatakan masuk diakal, sudah sepantasnya bila Toa sengcu menurutinya.”

Orang berbaju hitam itu kembali termenung, lantas katanya kemudian ” “Buyung Im seng kau masih mempunya sebuah cara lain untuk mendapat tahu kabar tentang ayahmu itu dari mulutku…..”

Setelah berhenti sejenak, kemudian lanjutnya. 

“Apa yang nona Kwik katakan memang benar, dalam kenyataan bila kita bertarung sepuluh gebrakan lagi, maka jangan harap kau bisa mengetahui kabar tentang ayahmu selamanya.”

“Aku cukup memahami tentang hal ini, bila masih ada cara yang lain, aku bersedia untuk mendengarkannya.”

“Masalah itu menyangkut dari Nyoo Hong leng, bila kau membujuknya maka aku akan segera memberitahukan kabar berita tentang ayahmu itu kepadamu” “Membujuknya kenapa?”

“Membujuknya agar menuruti perkataanku.”

Buyung Im seng jadi tertegun, serunya dengan cepat.

“Nyoo Hong leng, nona Nyoo pada saat ini berada dimana ?” “Dia baik, tak usah kau kuatirkan.”

Dengan serius Buyung Im segera berkata.

“Nona Nyoo sama sekali tak ada hubungan apa-apa dengan diriku dan akupun tidak mempunyai hak apa-apa untuk membujuknya, sekalipun kululuskan permintaanmu, belum tentu dia bersedia menuruti bujukanku itu.”

“Lantas bagaimanakah menurut pendapat Buyung kongcu?” orang berbaju hitam itu menyela dengan suara dingin.

“Aku rasa, persoalan diantara kita tak usah disangkutpautkan pada masalah orang lain, oleh sebab itu aku rasa lebih baik kusambut kesepuluh jurus serangan Toa sengcu saja, kalau menang juga gagah, kalau kalah juga tenteram.”

Orang berbaju hitam itu segera melirik sekejap ke arah Kwik Soat kun, kemudian ujarnya.

“Nona, kau sudah dengar sendiri, Buyung Im seng gagah dan bersedia hancur sebagai kemala dari pada utuh sebagai batu bata, sekalipun aku bakal melukainya diujung pedangku, tapi hatiku merasa kagum oleh kegagahannya itu.”

“Kau mungkin beranggapan setelah membunuh Buyung Im seng berarti akan mengurangi suatu penghalang yang amat besar, bila kau berpendapat demikian, maka pendapatmu itu keliru besar.”

“Agaknya nona mempunyai banyak pendapat ?”

“Aku harap pendapatku ini bisa membuat kau jadi percaya.”

“Bila kau bunuh Buyung Im seng, sudah pasti Nyoo Hong leng akan membencimu sepanjang masa.”

Orang berbaju hitam itu termenung sebentar, kemudian katanya. “Seandainya tidak kubunuh ?”

“Siasatku tidak baik didengar oleh telinga ke-enam orang ini, harap Toa sengcu dekatkan telingamu kemari.” kata kwik soat kun dingin

oooOooo 

Sesudah melalui suatu ruangan yang cukup lama dan panjang, akhirnya lelaki berbaju hitam itu maju juga menghampiri Kwik Soat kun.

Kwik Soat kun segera membisikkan sesuatu disisi telinga lelaki berbaju hitam itu, ternyata sambil manggut-manggut lelaki berbaju hitam itu balik lagi ke tempat semula.

“Buyung kongcu” katanya kemudian, “kecuali dia sendiri, mungkin dalam dunia persilatan dewasa ini tak ada orang yang mengetahui kisah yang sebenarnya tentang kisah dikerubutinya ayahmu !”

Beberapa patah kata itu sama sekali diluar dugaan Buyung Im seng, dia menjadi tertegun untuk beberapa saat lamanya.

“Maksud Toa sengcu…” katanya kemudian.

“Lebih baik mintalah penjelasan Buyung thayhiap sendiri, dengan demikian tentunya kau akan mempercayainya seratus persen.”

“Tapi mendiang ayahku…..” “Dia berada disini !”

“Itu dia mendapat perlindungan yang berlapis-lapis dengan mengandalkan sedikit kepandaian silatku, rasanya sulit untuk menembusi pertahanan yang berlapis-lapis itu.”

“Tidak perlu demikian, aku dapat menurunkan perintah kepada beberapa orang pelindung hukum dari perguruan untuk membukakan jalan bagi dirimu !” Tampaklah Buyung Im seng seperti tidak percaya dengan apa yang didengarnya itu, setelah termangu sesaat katanya.

“Mengapa kau bisa berubah menjadi begini rama dan baik hati secara tiba-tiba ?” “Aaai… sebenarnya aku pun bukan seorang jahat !” sahut orang berbaju hitam itu sambil menghela napas.

Sorot matanya segera dialihkan ke wajah Phu Thian khing serta si pedang cepat Thio Kin, kemudian lanjutnya.

“Bagaimana dengan keadaan luka yang kalian derita ?”

“Lukanya tidak terlalu parah” jwab Phu Thian khing dan Thio Kin hampir bersamaan waktunya.

“Buyung kongcu” ujar orang berbaju hitam itu lagi. “sebenarnya aku dapat memenggal kutung lengan mereka, tapi aku hanya melukai kulit luar mereka saja.” “Hal ini membuktikan apa ?”

“Membuktikan kalau aku bukan seorang manusia yang haus darah dan suka membunuh.”

Buyung Im seng termenung dan berpikir beberapa saat lamanya, kemudian berkata. 

“Bukan saja dalam kesempurnaan ilmu silat kau ketinggalan jauh bila dibandingkan dengan Toa sengcu, dalam hal kecerdasan otak pun masih selisih jauh sekali.”

“Aku pikir, nona Kwik lebih memahami maksud yang sebenarnya dibalik kesemuanya itu, bilamana kau merasa leluasa, tak ada salahnya untuk meminta petunjuk dari nona Kwik.”

Buyung Im seng tampak bertanya lagi, dia segera mengalihkan pokok pembicaraan ke soal lain.

“Sampai kapan aku dapat berjumpa dengan ayahku ?” “Kau ingin kapan berjumpa dengannya ?”

“Tentu saja detik ini juga.”

“Hal itu mustahil bisa dilakukan, bagaimana kalau selewatnya tengah hari nanti ?” “Berada dalam keadaan dan situasi seperti ini, aku hanya menantikan jalan ini saja.”

Orang berbaju hita itu segera berpaling sambil berseru. “Phu Thian khing, Thio Kin !”

Phu Thian khing dan Thio Kin segera mengiakan bersama. “Hamba menunggu perintah !”

“Kalau toh luka yang kalian derita tidak terlalu parah, maka wakililah diriku untuk melayani nona Kwik serta Buyung kongcu.”

“Hamba turut perintah.”

“Wakili aku melayani tamu dan berbuatlah pahala untuk menebus dosa, nah aku pergi dulu.”

Selesai berkata, dia lantas membalikkan badan dan berjalan menuju ke luar. Phu Thian khing serta si pedang cepat Thio Kin kembali membungkukkan badan sambil menjura.

“Menghantar keberangkatan Sengcu !”

Orang berbaju hitam itu tidak berpaling lagi dengan langkah lebar dia segera berlalu dari situ, sekejap mata kemudian bayangan tubuhnya sudah lenyap tak berbekas.

Menyaksikan orang berbaju hitam itu sudah pergi jauh, Phu Thian khing baru berpaling dan memandang sekejap ke arah Thio Kin, kemudian katanya. “Saudara Thio, apa yang sebenarnya telah terjadi ?”

Dengan cepat si pedang cepat Thio Kin menggelengkan kepalanya berulang kali. “Siaute sendiripun dibikin kebingungan setengah mati dan tidak habis mengerti, belum lagi aku bertanya kepada saudar Phu, saudara Phu malahan bertanya lebih dulu kepadaku.”

“Kalau begitu, mari kita bertanya kepada nona Kwik.” 

Sorot mata mereka segera dialihkan ke wajah Kwik Soat kun, kemudian lanjutannya.

“Nona Kwik, cara apa yang kau pergunakan sehingga bisa merubah watak Toa sengcu menjadi begitu ramah dan baik hati ?”

“Bukan aku, melainkan kekuatan dari Nyoo Hong leng !”

Sorot matanya segera dialihkan ke wajah Buyung Im seng sekejap, kemudian melanjutkan.

“Dalam hati kecilnya itu sudah mempunyai suatu janji, hanya aku menganjurkan kepadanya agar mempercepat gerakannya saja.”

Buyung Im seng membungkan dalam seribu bahasa, sementara hatinya bagaikan ditusuk dengan pisau belati, amat sakit, sekalipun dia telah berusaha keras menenangkan hatinya, namun tak bisa menutupi wajahnya yang diliputi oleh perasaan sedih dan murung yang sangat tebal.

Phu Thian khing segera termenung dan berpikir sejenak, kemudian baru bertanya. “Sayang sekali aku belum pernah berjumpa dengan nona Nyoo Hong leng.” “Lebih baik jangan kau jumpai” cepat Kwik Soat kun buru-buru menukas.

“Kenapa ?”

“Bayang saja betapa angkuh dan tinggi hatinya Toa sengcu tapi dia toh tak dapat melawan kecantikan wajah Nyoo Hong leng.”

Mendadak Thio Kin menyela. “Aneh, sungguh aneh…… !”

Ucapan yang diutarakan tanpa ujung pangkal kini kontan saja membuat tiga orang lainnya jadi sangat tertegun.

“Apa yang aneh ?” Kwik Soat kun bertanya.

“Tampaknya Toa sengcu telah berubah menjadi seseorang yang lain.”

Kwik Soat kun segera memandang sekejap ke wajah dari Phu Thian khing serta pedang kilat Thio Kin, kemudian katanya.

“Apakah kalian sudah pernah menyaksikan raut wajah toa sengcu yang sebenarnya

?”

“Belum, belum pernah” dengan cepat Phi Thian khing menggelengkan kepalanya berulang kali.

Sedang Thio Kin berkata begini.

“Walaupun aku bekerja di ruang Seng thong, akan tetapi belum pernah kujumpai raut wajah Toa sengcu yang sebenarnya”

“Lantas darimana kalian tahu kalau itu Toa sengcu gadungan…. ?” seru Kwik Soat kun dengan cepat.

Kwik Soat kun menjadi tertegun dan tak sanggup menjawab pertanyaan tersebut. Si pedang cepat Thio Kin segera berkata. 

“Kami toh tidak mengatakan Toa sengcu gadungan, kami hanya mengatakan dia telah berubah.”

“Dalam hal apa dia telah berubah ?” tanya Kwik Soat kun sambil tertawa hambar. “Bayangkan saja, dalam perguruan Sam seng bun kita yang begitu besar, selain ruang Kim lun, hoat lun dan Hui lum tiga buah ruangan, masih ada lagi para huhoat ruang seng tong yang bisa disebut jagoan lihai, jumlahnya mencapai ratusan orang, bila termasuk juga anak buah yang berada diluar lingkaran maka jumlahnya mencapai puluhan ribu, bahkan kekuatan besar yang melebihi kekuatan perguruan lain ini sedang berkembang, bila terhadap orang yang beraneka ragam ini tidak diterapkan suatu peraturan yang kuat, mana mungkin mereka bisa dikendalikan secara baik dan ketat ?”

“Dalam perguruan kalian tidak bisa bilang tak berperaturan ketat, seperti misalnya barisan pedang baju hijau, utusan rajawali sakti, masing-masing mempunyai peraturan yang tersendiri, pelaksana hukuman itupun tidak banyak, namun kekerasan disiplinnya boleh dibilang sangat mengagumkan sekali.”

“Seingatku Toa sengcu adalah seorang manusia yang tegas dan tidak berperasaan, lagipula apa yang telah diputuskan biasanya pernah bisa dirundingkan kembali, kenyataan tersebut jauh sekali berbeda dengan apa yang ditunjukkan Toa sengcu barusan.”

Kwik Soat kun kembali tertawa.

“Kalau seseorang sudah mencapai usia lanjut, biasanya kalau dia akan menjadi lebih baik, ramah dan baik hati, hal semacam ini bukan sesuatu yang patut diherankan.”

Thio Kin termenung dan berpikir sebentar, kemudian sambil menggelengkan kepalanya berulang kali dia menghela napas panjang.

“Apakah ucapanku keliru ?” tanya Kwik Soat kun dengan wajah tertegun.

Dia berusaha untuk memancing sesuatu hal yang lebih mendalam dari mulut Thio Kin sebab itu sikapnya seakan-akan tertegun dan seperti merasa keheranan. Thio Kin berpaling dan memandang sekejap ke arahnya, kemudian ujarnya lagi dengan suara rendah.

“Sekalipun aku belum pernah berjumpa dengan raut wajah Toa sengcu, namun sudah seringkali kudengar suaranya, aku merasa logat pembicaraan Toa sengcu tadi jauh sekali berbeda dengan logat pembicaraan Toa sengcu yang dulu.” Mendengar hal itu, Kwik Soat kun segera berpikir di dalam hati.

“Kalau ditarik kesimpulan dari pembicaraan tersebut, tampaknya Toa sengcu dari lembah tiga malaikat telah berubah orang, dibalik dari kejadian ini sudah past terdapat latar belakang yang amat rumit sekali.”

Sementara itu, Phu Thian khing berkata.

“Aku pun merasa gelagatnya sedikit agak aneh, tapi tak berhasil kujumpai dimana letak ketidakberesan tersebut, setelah diungkap kembali oleh saudara Thio sekarang, akupun merasa, mungkinkah….. mungkinkah….. ” 

Setelah mengucapkan dua kali kata “mungkinkah”, tiba-tiba saja dia membungkam dalam seribu bahasa.

“Organisasi perguruan kalian kelewat misterius,” kata Kwik soat kun kemudian, “Toa sengcu kalianpun selalu menggunakan kain cadar warna hitam untuk merahasiakan raut wajah aslinya, jelas tujuan dari perbuatannya ini agar anak buahnya tidak mengenal raut wajah aslinya, entah siapa saja, asal bisa mendapatkan rahasia di dalam ruang Seng tong maka dia bisa saja menjadi pemimpin dari perguruan tiga malaikat, cuma masih ada satu hal, akupun kurang begitu jelas…”

Suatu dorongan perasaan ingin tahu yang begitu besar dengan cepat muncul dihati masing-masing membuat Phu Thian khing serta Thio Kin berdua tanpa terasa bertanya bersama.

“Dalam hal mana kau tidak jelas ?” Kwik Soat kun tertawa.

“Aku pernah berkunjung ke ruang Sam seng tong, kalau dilihat dari keadaan disana tampaknya ada tiga orang pemimpin tertinggi dalam perguruan Sam seng bun ini, seandainya terjadi suatu perubahan bukankah berarti pada diri malaikat kedua dan malaikat ketiga pun seharusnya terjadi suatu perubahan pula”

“Ya, masuk diakal” Phu Thian khing manggut-manggut.

Sorot matanya segera dialihkan ke arah Thio Kin, kemudia sambungnya lebih jauh

:

“Saudara THio, aku tinggal diluar ruang seng tong, terhadap kejadian didalam

ruang Seng tong otomatis jarang mengetahui dengan pasti, sebaliknya saudara Thio sebagai pelindung hukum dalam ruang Seng tong, kaupun seringkali berada didalam ruangan itu, aku rasa tentunya kau lebih mengerti tentang soal ini

daripada diriku bukan ?”

“Siaute belum pernah mendengar terjadinya suatu peristiwa besar didalam ruangan Seng tong, seandainya terjadi suatu gerakan, entah bagaimanapun kecilnya gerakan tersebut, siaute pasti percaya akan mendengar beritanya.”

“Phu tongcu” Kwik Soat kun segera berbisik, “sudah berapa lama kau menggabungkand iri dengan perguruan tiga malaikat ?”

“Dua puluh lima tahun lebih, waktu itu perguruan tiga malaikat baru saja didirikan, banyak sekali jago yang dibutuhkan, maka siaute lantas memperoleh kedudukan sebagai tongcu ruang Kin lun ini.”

“Toa sengcu yang kau jumpai waktu itu seharusnya berusia beberapa tahun… ?” “Waktu itu kami sering kali berjumpa dengan Toa sengcu, kalau dilihat potongan badannya seperti jauh berbeda dengan keadaan sekarang. sedangkan mengenai soal umur, aku belum pernah melihat raut wajah asli dari Toa sengcu, sehingga sukar menentukan.”

“Usia seseorang haruslah dapat didengar dari nada pembicaraannya, mengapa Phu tongcu tidak memberikan suatu kesimpulan saja ?” 

“Peristiwa ini berlangsung pada dua puluh tahun berselang, selama dua puluh tahun belakangan ini, aku sudah amat jarang bertemu dengan Toa sengcu.” Kwik Soat kun tidak banyak bicara lagi, dia lantas berpaling dan memandang ke arah Buyung Im seng.

Tampak Buyung Im seng sedang berdiri disampingnya dengan wajah termangu seperti ada sesuatuyang dipikirkan sehingga ia sama sekali tak mendengar apa saja yang dibicarakan beberapa orang itu.

Pelan-pelan Kwik Soat kun segera mendekati kesisi Buyung Im seng. kemudian tegurnya dengan suara lirih.

“Mari kubalutkan lukamu itu, agar darah jangan mengalir terus menerus.” Seperti baru sadar dari impian, Buyung Im seng segera berseru tertahan karena kaget.

“Aah, cuma luka luar saja, tidak terasa sakit” sahutnya cepat.

“Malam ini kau hendak pergi menjumpai ayahmu, maka keadaan tak boleh begini mengenaskan.”

Kembali Buyung Im seng tertawa getir.

“Moga-moga saja janji yang diucapkan Toa sengcu tak diingkari lagi sampai waktunya.”

“Soal ini tak usah Buyung si heng kuatirkan.” kata Phu Thian khing cepat, “menurut apa yang kuketahui, setiap janji yang telah diucapkan oleh Toa sengcu, belum pernah ada yang diingkari.”

Dari dalam sakunya Kwik Soat kun mengeluarkan secarik saputangan dan dipakai untuk membersihkan noda darah dari badan Buyung Im seng, gerak geriknya sangat lemah lembut.

Phu Thian khing segera tertawa terbahak-bahak, tegurnya kemudian. “Saudara Thio, bagaimana pula dengan keadaan lukamu ?”

“Aah, lukaku tidak terlalu parah.”

“Siaute akan suruh mereka siapkan sayur dan arak, mari kita sambil membalut luka sambil minum arak, entah bagaimana menurut pendapat kalian ?”

“Bagus sekali ! Arak bisa menyembuhkan luka. aku kira obatpun tak usah dibutuhkan lagi diatas luka.”

Phu Thian khing segera memerintahkan anak buahnya untuk mempersiapkan sayur dan arak, kemudian memerintahkan pula untuk mengambil beberapa stel pakaian yang bersih, selesai berganti pakaian, mereka pun duduk sambil minum arak.

Ketika hidangan sudah berlangsung sekian lama, tiba-tiba Kwik Soat kun berkata. “Saudara Buyung nampaknya ada sesuatu yang sedang kaupikirkan, arakpun rasanya tak dapat menghilangkan kemurunganmu itu, lebih baik beristirahat dulu.” 

“Perkataan nona Kwik benar” sahut Buyung Im seng cepat, “siaute sudah cukup minum arak dan sekarang memang ingin sekali pergi beristirahat untuk beberapa waktu.”

Phu Thian khing segera bangkit berdiri, katanya.

“Kalau begitu, biarlah aku membawa jalan untuk Buyung si heng….”

Dia mengantar sendiri Buyung Im seng ke dalam sebuah ruangan yang mungil, bahkan memerintahkan anak buahnya untuk memperketat penjagaan disekitar tempat itu sehingga setiap saat bisa menghadapi hal-hal yang tidak diinginkan. Kalau semua perubahan yang terjadi selama ini diluar dugaan siapa pun, bila Phu Thian khing membayangkan kembali semua peristiwa tersebut, hampir saja ia tak berani mempercayainya.

Sementara itu Buyung Im seng segera duduk bersemedi di dalam kamar setelah berada dalam ruangan seorang diri, dia berusaha keras menenangkan hatinya yang kalut serta mengembalikan kondisi badannya, agar didalam menghadapi pertarungan sengit berikutnya, dia sudah mempunyai tenaga baru.

Sekalipun ia sudah mendapatkan pemeriksaan yang seksama dari Song Cu sian atas diri khas didalam tubuhnya, namun di dalam hati kecilnya dia masih menaruh perasaan curiga terhadap asal usul sendiri, kalau dihari-hari biasa tidak dipikirkan, keadaan masih mendingan, tapi bila dipikirkan dengan seksama, maka dia merasa menjumpai banyak sekali titik-titik kelemahan.

Buyung Im seng harus menggunakan kekuatan yang paling besar untuk menekan gejolak pikiran yang berkecamuk di dalam benaknya, dia harus mengorbankan waktu yang cukup banyak dan lama sebelum bisa menenangkan batinnya dan membawa diiri menuju ke keadaan tenang.

Begitu semedinya dimulai, waktupun berlalu tanpa disadari olehnya, ketika mendusin kembali cahaya lenetera sudah disulut kembali dalam ruangan itu, bahkan dalam ruangan itu hadir banyak orang.

Phu Thian khing, si pedang cepat Thio Kin, asih ada lagi Lian Giok seng, Im Cui sui, Kwik Soat kun serta Siaujin sekalian.

Sambil mengucek matanya, Buyung Im seng segera mendongakkan kepalanya sembari menegur.

“Sudah lamakah kalian menunggu ?”

“Kami pun baru saja datang !” sahut Lian Giok seng cepat. Buyung Im seng segera bangkit berdiri, katanya lagi. “Sekarang sudah jam berapa ?”

“Sudah mendekati malam”

“Apakah kita akan pergi menjumpai ayahku ?”

“Sudah terjadi suatu perubahan yang sangat besar” kata Lian Giok seng cepat dengan wajah amat serius. 

“Terjadi perubahan ? Apakah Toa sengcu akan mengingkari janji ?” seru Buyung Im seng agak tertegun.

Lian Giok seng menggelengkan kepalanya berulang kali, sahutnya.

“Toa sengcu mah tidak mengingkari janji, bahkan telah menurunkan perintah agar aku menemanimu untuk pergi menjumpai ayahmu”

“Bukankah hal ini sangat baik ?” tanya Buyung Im seng.

Lian Giok seng menghembuskan napas panjang, dia seperti ingin mengucapkan sesuatu namun niatnya itu kemudian diurungkan.

Buyung Im seng menjadi sangat keheranan menyaksikan sikapnya yang ingin berbicara tapi kemudian mengurungkan niatnya itu, segera ujarnya dengan cepat. “Lian locianpwe, apa yang terjadi ? Silahkan kau ucapkan secepatnya, boanpwe sudah banyak menjumpai peristiwa-peristiwa besar dan cukup mengetahui akan berbagai macam kesulitan, aku percaya masih dapat menahan pukulan batin macam apapun juga.”

Lian Giok seng mendehem pelan, lalu katanya. “Hal ini menyangkut soal nona Nyoo…” “Maksudmu Nyoo Hong leng ?”

“Benar. Nona Nyoo Hong leng.” “Kenapa dia ?”

Lian Giok seng ragu-ragu sejenak, kemudian sahutnya.

“Buyugn si heng, menurut pendapatmu kebahagiaan seseorang yang penting ataukah keselamatan dunia persilatan lebih penting ?”

“Boanpwe tidak habis mengerti terhadap maksud perkataan locianpwe itu…” “Maksud lohu, disatu pihak adalah Nyoo Hong leng yang cantik jelita bak bidadari dari kayangan, sedang dipihak lain ada mati hidupnya beribu-ribu orang umat persilatan, bagimu kau akan memilih pihak yang mana … ?”

“Siautit masih belum habis mengerti, apakah hubungan antara kecantikan nona Nyoo dengan keselamatan umat persilatan ?”

Lian Giok seng segera menghela napas panjang.

“Toa sengcu telah jatuh cinta kepada nona Nyoo tapi nona Nyoo mengajuka sebuah syarat yakni ingin berjumpa dengan dirimu. dapatkah kau menasehati kepada nona Nyoo agar mau menuruti semua keinginan Toa sengcu ? ketahuilah, persoalan ini menyangkut tentang keselamatan dari umat persilatan…”

Buyung Im seng menghela napas panjang.

“Apakah perkataan dari Toa sengcu dapat dipercayai ?” tanyanya.

“Menurut apa yang kuketahui, Toa sengcu adalah seorang yang tidak gampang memberikan janjinya, tapi bila dia telah menjanjikan sesuatu selamanya tak pernah diingkari kembali.” 

“Apakah locianpwe yakin kalau aku mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi jalan pemikiran nona Nyoo ?”

“Jangankan Toa sengcu mempunyai pendapat dmeikian, sekalipun lohu sendiripun mempunyai perasaan bahwa kau memang memiliki kekuatan yang besar sekali untuk mempengaruhi jalan pemikirannya.”

“Tapi aku tidak mempunyai perasaan demikian….”

“Buyung huantit” kat Im Cu siu pula, “lohu rasa di dunia ini tiada sesuatu yang sempurna, kalau toh Toa sengcu telah mengemukakan maksud hatinya, lohu rasa tiada pilihan lain kecuali kita ikuti keinginannya itu, berbicara bagimu, mungkin

hal ini merupakan yang berat sekali, meski perempuan cantik banyak di dunia ini, namun sukar menemukan Nyoo Hong leng kedua, tetapi berbicara bagi umat persilatan, hal ini justru merupakan warta gembira, sejak sekarang dunia persilatan akan melewati suatu suasana yang penuh ketenangan dan kemudian, kalian ayah dan anakpun bisa berjumpa kembali, hal ini merupakan suatu melampiaskan rasa baktimu kepada orang tua, mengenai berbakti memang beribu bahkan berpuluh ribu orang akan menerima manfaatmu, bayangkan saja betapa besarnya arti pengorbananmu itu.”

Buyung Im seng segera mendongakkan kepalanya dan menghembuskan napas panjang, katanya.

“Sebenarnya siautit sama sekali tidak mempunyai keyakinan untuk bisa mempengaruhi jalan pemikiran Nyoo Hong leng, tapi demi bisa berjumpa dengan ayahku, siautit bersedia untuk mencobanya dengan sepenuh tenaga….” “Saudara Buyung, jangan kau luluskan dulu permintaan itu” tiba-tiba Kwik Soat kun berseru.

Lian Giok seng segera menjura sambil bertanya. “Nona kwik, kau ada petunjuk apa ?'

“Bila nona Nyoo sudah menuruti kemauan Toa sengcu, apakah perguruan tiga malaikat masih ada di dalam dunia persilatan ?”

“Perguruan tiga malaikat akan segera dibubarkan dan istana seng kiong akan dibakar hancur…..”

“Itu berarti kalian pun akan mendapatkan kebebasan kembali” sambung Kwik Soat kun cepat.

Paras muka Lian Giok seng dan Im Cu siu segera berubah menjadi merah padam, mereka hanya mengangguk tanpa menjawab.

“Aku masih ada suatu persoalan yang perlu dikuatirkan” “Silahkan nona katakan !”

“Benarkan Toa sengcu mempunyai kemampuan untuk membuyarkan perguruan tiga malaikat ?”

“Kekuataan paling besar terletak ditangannya. dia merupakan pemimpin nomor satu dalam perguruan tiga malaikat, mengapa hal ini bisa dilakukan olehnya ?” kata Im Cu siu. 

“Menurut pendapatku, aku rasa kejadian ini tidak akan sedemikian sederhananya.” Lian Giok seng menjadi tertegun.

“Tolong tanya nona atas dasar apa kau berkata demikian… ?” tanyanya.

“Aku tak dapat mengemukakan bukti. aku hanya merasa kalau persoalan tidak akan sesederhana ini. aku percaya kalianpun merupakan jago-jago persilatan yang sudah berpengalaman luas dalam dunia persilatan. coba pikirkan dengan seksama, dengan susah payah dan mengorbankan banyak tenaga dan pikiran Toa sengcu membangun perguruan tiga malaikat. kini kekuasaannya sudah hampir meliputi separuh dari dunia persilatan, kekuatan apa yang bisa mendorongnya untuk melepaskan kekuasaan yang begini besarnya itu ?”

Lian Giok seng maupun Im Cu siu segera merasa kalau ucapannya ini sangat masuk diakal, mereka jadi saling berpandangan dengan wajah tertegun, untuk beberapa saat lamanya mereka tak tahu bagaimana mesti menjawab.

Kwik Soat kun segera berkata lebih lanjut.

“Masih ada satu hal lagi, aku merasa sikap serta tindak tanduk Toa sengcu kelewat halus dan ramah, hal ini sama sekali berbeda dengan kekejaman, kebuasan serta keganasannya dimasa perguruan Sam Seng bun mulai mencari kekuasaan dalam dunia persilatan.”

Mendengar perkataan tersebut, Lian Giok seng, Im Cu siu, Phu Thian khing maupun Thio Kin sekalian merasakan matanya terbelalak lebar dengan mulut melongo, mereka tahu bagaimana harus menanggapi perkataan tersebut……….

Tapi dalam hati kecil masing-masing dapat merasa bahwa apa yang diucapkan oleh Kwik Soat kun barusan memang sangat benar dan masuk diakal.

Kwik Soat kun memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, kemudian melanjutkan.

“Maksudku, kemungkinan besar Toa sengcu yang sekarang bukanlah Toa sengcu yang mendirikan perguruan tiga malaikat dimasa lampau.”

“Sejak aku memasuki perguruan Sam Seng bun, selama ini tugasku adalah pemimpin para pelindung hukum dalam ruang Seng tong, boleh dibilang aku merupakan orang yang paling dekat denga Toa sengcu selama ini.”

“Apakah kau berhasil menemukan sesuatu perbedaan pada diri Toa sengcu yang sekarang ini ?”

“Aku tak pernah menemukan sesuatu perbedaan antara Toa sengcu yang sekarang dengan yang dulu.”

“Kau mengakui sebagai pemimpin para pelindung hukum dalam ruangan Seng tong, apakah selama ini kau berkesempatan untuk berjumpa pula dengan malaikat kedua dan malaikat ketiga ?”

“Ya, aku pernah menjumpainya.” “Manusia seperti apakan Ji sengcu itu ?”

“Walaupun ji sengcu dan sam sengcu tak pernah menggunakan kain cadar untuk menutupi seraut wajahnya, namun mereka seperti bermaksud untuk 

menghindarkan diri dari pengamatan orang lain, seolah-olah tak pernah memberi kesempatan kepada orang lain untuk melihat jelas-jelas paras muka aslinya….” “Itu berarti walaupun kau sudah pernah berjumpa dengan Ji sengcu dan Sam sengcu, namun sama sekali tidak tahu bagaimanakah raut wajah mereka yang sebenarnya ?”

“Tampaknya Ji sengcu adalah seorang kakek, aku sudah pernah bertemu beberapa kali dengannya, dia selalu mengenakan pakaian warna hijau dan jenggotnya sepanjang dada.”

“Jika ji sengcu tidak mengenakan jenggot tiruan, tentunya usia orang itu dengan usia Toa sengcu selisih banyak sekali bukan ?”

Lian Giok seng segera manggut-manggut.

“Ya, seharusnya memang demikian. Kecuali ilmu silat yang dimiliki Toa sencu sudah mencapai ke tingkatan bisa memudakan kembali wajah yang tua………” ooOooo

Orang lain belum pernah bertemu dengan wajah Toa sengcu. Oleh karena itu tidak ada yang memahami maksud perkataan dari Kwik Soat kun tersebut.

“Bagaimana pula dengan Sam sengcu ? Dia adalah seorang manusia macam apa

……………. ?” kembali Kwik Soat kun bertanya.

“Dia adalah seorang sastrawan setengah baya, cuma ada suatu kali tampaknya dia mengenakan jubah tosu”

“Itu berarti dia adalah seorang tojin” Lian Giok seng tertawa.

“Aku sudah dua kali berjumpa dengan Sam sengcu tapi setiap kali dia muncul dengan pakaian yang berbeda.”

oooOooo

Bagian Ketiga Puluh Enam

“Kakek berjengkot putih dan sastrawan berusia setengah baya, dua macam manusia seperti ini tidak banyak dijumpai dalam dunia persilatan.” kata Kwik Soat kun lagi.

“Seandainya aku bisa berjumpa dengan ayahku, mungkin kita dapat memperoleh latar belakang dari peristiwa ini.” sela Buyung Im seng secara mendadak. “Persoalannya sekarang, bila Buyung si heng tidak bisa membujuk Nyoo Hong leng agar menuruti kemauan Toa sengcu, mungkin malam ini sukar buat kita untuk berjumpa dengan Buyung tayhiap.”

Buyung Im seng segera tertawa getir.

“Kalau begitu, janji dari Toa sengcu pun belum tentu dapat dipercaya kebenarannya.”

“Buyung si heng, menurut pendapatku, tidak ada salahnya kalau kau pergi membujuk nona Nyoo.” 

Buyung Im seng termenung beberapa saat lamanya, kemudian dia pun mengangguk.

“Baiklah ! Cuma terlebih dulu aku harus mencari tahu dulu persoalan yang bisa menghilangkan kecurigaanku.”

“Silahkan kau tanyakan.”

“Aku hanya bersedia untuk membujuk, apakah berhasil untuk membujuknya atau tidak, aku tak berani menjamin.”

“Ya, asal kau sudah berusaha dengan segala kemampuan, rasanya hal itupun lebih dari cukup.”

“Kapan kita akan berangkat ?” “Lebih cepat lebih baik.”

“Apakah hanya Buyung kongcu seorang yang boleh kesana ?” tanya Kwik Soat kun. “Toa sengcu hanya berperan demikian, maka aku hanya akan mengajak Buyung kongcu seorang.”

“Kalau begitu harap locianpwe segera membawa jalan begiku.” seru Buyung Im seng sambil mengulapkan tangannya.

“Harap saudara sekalian menunggu disini, aku akan mengajak Buyung kongcu kesana sebentar.”

“Apakah saudara Lian akan balik kembali kemari ?” tanya Phu Thian khing cepat. “Tentu saja. Buyung kongcu pun takkan terlalu lama tinggal disana, paling cepat setengah jam, paling lama satu jam, aku pasti akan mengajaknya kembali ke sini.” “Bila saudara Lian tak kembali kemari dalam satu jam, apakah itu berarti telah terjadi suatu peristiwa ?”

“Aku rasa satu jam sudah lebih dari cukup bila aku belum juga kembali, harap saudara sekalian bersiap-siap untuk menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan.”

“Baik, kita tetapkan demikian saja.” seru Im Cu siu kemudian, “kalian boleh segera berangkat !”

Lian Giok seng segera mengajak Buyung Im seg menyeberangi jembatan merah Ku ci cu kau dan menuju pesanggrahna Teng ciau siau cu.

Ditengah ruang tamu yang indah, tampak dua batang lilin merah sedang memancarkan sinarnya dengan terang benderang.

Nyoo Hong leng dengan mengenakan pakaian berwarna putih sedang duduk termangu di dalam ruang itu.

Buyung Im seng berjalan langsung menuju ke ruangan itu, meski sepanjang jalan tidak nampak ada manusia yang menghalangi perjalanannya, namun dalam hati kecilnya dia tahu, dibalik kegelapan sudah pasti terdapat banyak jago lihai yang sedang mengawasi gerak-geriknya.

Dengan suara lirih Lian Giok seng berbisik. 

“Pergilah berbincang-bincang nona Nyoo ! Aku akan menjaga segala kemungkinan yang tak diinginkan diluar sana !”

Buyung Im seng tertegun, baru saja dia hendak bertanya, Lian Giok seng telah membalikkan badan dan berlalu dari situ.

Kalau diingat kembali ucapan dari Lian Giok seng tersebut, tampaknya mengandung suatu maksud yang amat dalam tapi ia tak sampai untuk menanyai sampai jelas lagi, terpaksa dengan langkah lamban dia berjalan menuju ke ruang tengah.

Entah apa yang sedang dipikirkan oleh Nyoo Hong leng waktu itu, dia tampak amat terpesona sehingga sama sekali tidak tahu kalau Buyung Im seng sedang masuk ke dalam ruangan.

Buyung Im seng mendongakkan kepala dan tiba-tiba memandang sekejap ke arah Nyoo Hong leng, kemudian setelah mendehem pelan tegurnya.

“Nona Nyoo !”

Pelan-pelan Nyoo Hong leng memalingkan wajahnya, dengan sorot mata yang diliputi kemurungan dan rasa sedih, dia awasi wajah Buyung Im seng tanpa berkedip.

Ketika empat mata saling bertemu, untuk sesaat lamanya siapapun tak tahu bagaimana mesti membuka suara.

Sampai lama, lama kemudian, Nyoo Hong leng baru mengerdipkan sepasang matanya yang besar dan bulat itu, dua titik air mata segera jatuh berlinang membasahi pipinya.

“Dia benar-benar menyuruhmu datang kemari ?” “Siapa yang kau maksudkan ?”

“Toa sengcu dari perguruan tiga malaikat !” “Dia suruh aku datang membujukmu.”

“Soal ini aku tahu, bahkan akupun tahu kalau ayahmu masih hidup di dunia ini, bahkan sebentar lagi kau dapat berjumpa muka dengannya.”

Buyung Im seng menggelengkan kepalanya berulang kali, katanya.

“Hal ini sukar untuk dikatakan, sampai sekarang aku belum dapat mengambil keputusan apakah aku akan berjumpa dengan Buyung tayhiap atau tidak.”

“Hei, kaupun memanggul sebagai Buyung tayhipa ?” seru Nyoo Hong leng tertahan. “Hingga sekarang aku belum dapat membuktikan benarkah aku adalah putra dari Buyung tayhipa atau bukan, hal ini harus berjumpa dulu dengan Buyung tayhiap baru bisa diketahui keadaan yang sebenarnya.”

Nyoo Hong leng menghela napas panjang.

“Aaai, selama beberapa hari ini banyak persoalan yang lebih kupikirkan, aku merasa amat menderita tapi aku merasa keheranan, banyak perasaan aneh yang 

baru serasa menyerang diriku, perasaan aneh semacam ini belum pernah kujumpai sebelumnya.”

“Aaai, sebenarnya aku hendak membujukmu tapi sekarang agaknya aku harus mendengarkan perkataanmu.”

“Aku minta kepadanya agar mengundangmu kemari, tujuannya tak lain adalah ingin memberitahukan kepadamu persoalan yang dimasa lalu kuanggap suatu

persoalan yang sangat sederhana, sekarang ternyata sudah berubah menjadi suatu persoalan yang paling sukar untuk diselesaikan.”

“Persoalan apakah itu ?” tanya Buyung Im seng keherana, “kalau toh dimasa lampau kau anggap suatu persoalan sederhana, mengapa sekarang bisa berubah menjadi persoalan yang amat menyulitkan dirimu.”

“Aku punya kebiasaan yang menjaga kebersihan, aku paling tidak suka berkumpul dengan orang lain kecuali kadangkala rindu kepada ibuku, belum pernah aku rindu kepada orang lain, tapi sekarang keadaannya jauh berbeda.”

Sorot matanya segera dialihkan ke wajah Buyung Im seng, sinar mata yang jeli itu segera memancarkan perasaan cinta yang amat tebal dan mendalam, pelan-pelan katanya lebih jauh.

“Selama beberapa hari ini, entah apa sebabnya aku sering kali merasa rindu kepadamu.”

Buyung Im seng menghela napas panjang, sambungnya cepat. “Akupun selalu menguatirkan keselamatanmu.”

“Aku sama sekali tidak menyangka kalau rindupun bisa menyiksa batin, perasaanku betul tersiksa hebat sekali.”

Mendadak dari kejauhan sana terdengar suara dari Lian Giok seng berkumandang datang.

“Menyambut kedatangan sengcu !”

Buru-buru Nyoo hong leng menyeka air matanya setelah mendengar perkataan itu bisiknya.

“Dia telah datang.”

Tanpa terasa Buyung Im seng mundur dua langkah ke belakang dan berdiri disamping.

Terdengar suara langkah kaki manusia berkumandang memecahkan keheningan,

Toa sengcu

yang berbaju hitam dan mengenakan kain cadar berwarna hitam pelan-pelan telah berjalan masuk ke dalam.

Nyoo Hong leng segera membereskan rambutnya yang kusut, kemudian menegur. “Mau apa kau datang kemari ? Pembicaraan kami toh belum selesai ?”

“Cuaca pun bisa berubah-ubah setiap saat, aku tidak menyangka akan menjumpai begitu kejadian yang sama sekali diluar dugaanku” kata orang berbaju hitam itu dengan dingin. 

“Perosalan apa ?”

“Tentu saja ada sangkut pautnya dengan nona.” “Apakah ayah ibuku telah datang kemari ?”

Dengan cepat orang berbaju hitam itu menggelengkan kepalanya berulang kali. “Mungkin saja ilmu silat yang dimiliki ayah ibumu mempunyai kelebihan yang luar biasa, namun aku yakin masih sanggup menghadapi kelihaian mereka.”

“Kau kelewat sombong !”

“Aku tak dapat membuang waktu terlalu banyak lagi, maka aku minta nona bisa secepatnya mengambil keputusan dalam persoalan ini.”

“Kau suruh aku memutuskan persoalan apa ?”

Orang berbaju hitam itu melepaskan kain cadar yang menutupi wajahnya, tampak diatas wajahnya yang tampan terlintas perasaan gelisah yang amat tebal, butiran keringatpun telah membasahi jidatnya.

Buyung Im seng yang menyaksikan wajah asli dari orang itu, diam-diam segera memuji.

“Ehmm, selain masih sangat muda, ternyata diapun tampan sekali.”

Sambil menyeka keringat yang membasahi jidatnya, orang berbaju hitam itu berkata lagi.

“Entah bagaimana ceritanya, janji yang kukuatirkan kepada nona ternyata sudah bocor ditempat luaran, sekarang di dalam perguruan Sam seng bun telah terjadi suatu perubahan besar yang sama sekali belum pernah terjadi sebelumnya, situasinya sekarang sudah mendekati suatu ancaman yang sangat gawa.” “Apakah mereka telah menghianati dirimu ?” sela Nyoo Hong leng cepat.

“Boleh dibilang akulah yang telah menghianati perguruan tiga malaikat…” “Toa sengcu, kekuasaan terbesar dari perguruan ini toh berada ditanganmu,

siapakah yang berani menantang dirimu ?” sela Buyung Im seng dari samping. “Sekalipun kekuasaan yang kumiliki amat besar tapi dalam perguruan Sam seng bun pun terdapat banyak sekali batasan-batasan atas kekuasaan yang dimiliki seseorang, padahal kekuasaanku belum mencapai puncak diatas segala-galanya.” “Bagaimanakah sikap Ji sengcu dan Sam sengcu ?” tanya Nyoo Hong leng kemudian.

Tiba-tiba saja paras muka orang berbaju hitam itu berubah menjadi amat serius, sahutnya.

“Justru mereka berdualah yang telah membawa anak buahnya mendesak diriku…” “Mengapa tidak kau lanjutkan perkataanmu itu ? Mereka mendesak apa kepadamu

?” tanya Nyoo Hong leng.

“Mereka mendesak padaku untuk membunuh kalian berempat, agar dapat memperoleh kembali kepercayaan dari segenap anggota perguruan.” 

“Kalau memang demikian, silahkan mempertimbangkan sendiri keputusanmu itu, kenapa malah aku yang kau paksa mengambil keputusan ?”

Mencorong sinar berkilat dari balik mata Toa sengcu, ujarnya setelah hening sebentar.

“Bila nona bersedia meluluskan permintaanku itu, maka akupun akan melaksanakan terhadap tekanan mereka.”

“Ilmu silatmu sangat tinggi, bila bertarung dengan mereka, kemenangan sudah pasti ditanganmu, apa pula yang mesti kau kuatirkan lagi ?” kembali Nyoo Hong leng menyela.

Dengan cepat Toa sengcu menggelengkan kepalanya berulangkali. “Kesempatan untuk mencapai kemenangan masing-masing pihak memegang separuh bagian, sebenarnya dibalik persoalan ini masih mencakup masalah keadaan yang sangat rumit, mustahil bagiku untuk memberi penjelasan kepada disuatu saat.”

Nyoo Hong leng memandang sekejap ke arah Buyung Im seng, kemudian tanyanya. “Seandainya aku tidak meluluskan ?”

Toa sengcu termenung dan berpikir sebentar, kemudian jawabnya.

“Cara yang paling mudah adalah kuperintahkan kepada Ji sengcu dan Sam sengcu untuk membawa jago-jago lihainya mengerubuti kalian, entah ditangkap entah dibunuh, bukan saja hal ini dapat menyelamatkan suatu pertumpahan darah dalam tubuh perguruan Sam seng bun sendiri bahkan dapat memupuk kekuasaan yang lebih kuat lagi bagiku dalam perguruan ini.”

“Tapi yang jelas kamipun tak akan menyerah begitu saja tanpa melawan.” kata Nyoo Hong leng sambil mengerdipkan matanya.

“Aku tahu, bahkan diantara pelindung hukum ruang Seng tong kami akan muncul banyak orang untuk membantu kalian, terutama Buyung Im seng, tapi kekuatan semacam itu masih belum cukup menguatirkan, mereka tak akan nanti bisa menangkan kelihaian dari Ji sengcu maupun Sam sengcu.”

Setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan. “Cuma, aku tak akan berbuat demikian.” “Apa yang hendak kau lakukan sekarang ?”

Sekali lagi paras muka orang berbaju hitam itu berubah menjadi amat serius, katanya.

“Aku telah mempersiapkan dua orang kepercayaanku untuk menghantar kau turun gunung dan salah seorang diantara empat dayangku akan mewakilimu untuk mampus disini.”

“Mengapa ?” tanya Nyoo Hong leng dengan sedih. Orang berbaju itam itu menghela napas panjang.

“Selamanya aku tidak mempunyai beban pikiran, persoalan dan manusia macam apapun yang ada di dunia ini tak pernah kupikirkan didalam hati, tapi sejak 

bertemu dengan kau, tiba-tiba saja antara dalam hatiku seperti mula, muncul suatu beban tanggung jawab yang berat dan hal ini membuat aku lebih merasakan makna dari kehidupan manusia di dunia ini, ada kalanya walaupun jelas aku tahu kalau

itu merupakan suatu perangkap, tapi mau tak mau toh melompat turun juga.” Setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan.

“Nah, waktu yang tersedia tidak banyak lagi. bagaimanakah keputusan nona harap segera ditetapkan dengan segera.”

“Jangan mendesak aku, aku harus memikirkan persoalan ini dengan sebaikbaiknya !” jerit Nyoo Hong leng dengan suara lengking.

Orang berbaju hitam itu menghela napas panjang.

“Mereka telah menghimpun anak buahnya dan siap melakukan penggrebekan, tak sempat lagi aku memberi waktu kepadamu, entah bagaimanapun keputusanmu pokonya sekarang aku harus segera mengambil keputusan.”

Buyung Im seng cepat-cepat menjura dan berkata.

“Toa sengcu telah meluluskan permintaanku untuk mengajak aku menjenguk ayahku, tampaknya kau akan mengingkari janji.”

Orang berbaju hitam itu segera menggelengkan kepalanya berulang kali. “Perubahan ini sama sekali tak kuduga, dalam keadaan seperti ini mau tak mau terpaksa aku harus mengingkari janji.”

Rasa sedih segera menyelimuti wajah Buyung Im seng, katanya dengan amat pedih. “Semoga saha apa yang kau katakan itu merupakan suatu kenyataan.”

Tiba-tiba dua baris air mata jatuh berlinang membasahi wajah Nyoo Hong leng yang halus, katanya.

“Apakah kau bertekad hendak menjumpai ayahmu ?”

“Andaikata dia masih hidup di dunia ini, berjumpa dengan ayahku merupakan keinginan yang paling besar dalam hidupku.”

“Seandainya kau tak berhasil menjumpai Buyung Tiang kim ?” tanya Nyoo Hong leng lagi dengan wajah sedih.

“Maka aku takkan bisa tidur nyenyak, makan terasa sekam dan matipun takkan memejamkan mata.”

“Begitu pentingkah ?”

“Bila kau sampai menyia-nyiakan kesempatan kali ini , maka kemungkinan besar aku tak akan mempunyai kesempataan lagi dalam hidupku kini untuk bersua lagi dengan ayahku.”

“Entah aku dapat membantumu atau tidak ?”

Sorot matanya segera dialihkan ke wajah orang berbaju hitam itu, kemudian ujarnya.

“Toa sengcu, seandainya aku bersedia meluluskan permintaanmu itu, apakah kaupun dapat meluluskan sebuah permintaanku ?” 

“Katakanlah !”

“Ajaklah Buyung Im seng untuk berjumpa dengan ayahnya.”

Buyung Im seng yang mendengar perkataan itu segera merasakan hatinya bergetas keras, segera pikirnya.

“Ternyata dia hendak membantuku dengan cara begini…”

Sementara itu orang berbaju hitam tersebut telah menjawab setelah termenung sebentar.

“Untuk bersua muka tentu saja boleh, tapi kita bakal menemui bahaya lebih banyak lagi.”

“Bahaya apa ?”

“Bila mereka tahu kalau Toa sengcu yang memimpin perguruan tiga malaikat ternyata hendak menghancurkan hasil karya yang berhasil ditegakkan selama ini, sudah pasti aku tak akan mampu untuk menguasai semua jago lihai yang berada di dalam perguruan ini lagi.”

“Aku tahu kalau kau mempunyai banyak alasan yang sangat menarik hati tapi aku tak mau mendengarnya, aku hanya ingin bertanya kepadamu bersedia atau tidak dan mampukah kau untuk melaksanakannya ?”

“Aku bisa saja meluluskan permintaanmu itu, tapi apakah bisa terlaksana, aku sendiripun tidak mempunyai keyakinan yang terlalu besar.”

Nyoo Hong leng menghela napas panjang.

“Akupun bersedia meluluskan permintaanmu bila urusan disini telah selesai dan kita berdua masih hidup, aku akan menjadi isterimu.”

Orang berbaju hitam itu tertegun sesaat, rasa kejut dan gembira segera berkecamuk dalam benaknya.

“Sungguhkah itu ?” serunya tak tahan.

“Tentu saja sungguh, mengapa aku harus membohongimu ?”

Tiba-tiba senyuman yang menghiasai ujung bibir orang berbaju hitam itu lenyap tak berbekas, pelan-pelan dia berkata lagi.

“Aku rasa nona pasti akan mengajukan suatu persoalan yang amat sukar padaku.” “Jika kau tak mampu membubarkan perguruan Tiga malaikat, hal ini merupakan kesalahanmu sendiri yang telah mengingkari janji, masakah hendak menyalahkan aku ?”

Orang berbaju hitam itu menghela napas panjang.

“Ya, tentu saja tak dapat menyalahkan dirimu, katakanlah sekarang ! Apa yang harus kulakukan ?”

“Pertama, aku minta kepadamu untuk secara resmi membuyarkan perguruan tiga malaikat entah harus bertarung denang Ji sengcu atau Sam sengcu sekalipun aku juga akan membantumu dengan sepenuh tenaga.”

“Katakanlah lebih lanjut ! Apakah permintaanmu yang kedua ?” 

“Ajaklah Buyung kongcu untuk menjumpai Buyung Tiang kim !” “Selain itu ?”

“Cukup, asal kau sanggup melaksanakan dua hal tersebut, kau sudah cukup untuk kusebut sebagai seorang pahlawan !”

Orang berbaju hitam itu termenung dan berpikir sebentar, kemudian sahutnya. “Sebelum segala sesuatunya terjadi, aku merasa perlu untuk menerangkan dulu keadaan yang sebenarnya, meskipun aku adalah Toa sengcu dari perguruan tiga malaikat, namun sama sekali tidak mengendalikan perguruan tiga malaikat ini.” “Sejak kami melangkah masuk kedalam ruang Seng tong, apa yang kulihat dan apa yang

kudengar, seakan-akan menunjukkan kalau kekuasaan terbesar dari seluruh perguruan Sam seng bun ini berada ditanganmu seorang.”

“Perguruan Sam seng bun merupakan suatu organisasi rahasia yang luar biasa, entah siapa saja, bila dia sanggup mengenggam kunci dari organisasi tersebut, maka dia dapat menguasai kekuatan yang paling besar dari perguruan Sam seng bun ini.”

Setelah berhenti sebentar dia melanjutkan.

“Seringkali aku mengenakan kain cadar, tujuannya tak lain adalah untuk mempertahankan suasana kemisteriusan tersebut.”

“Apakah sekarang kau telah kehilangan kunci dari kekuatan untuk menguasai perguruan ini ?”

Orang berbaju hitam itu tertawa getir.

“Ya, karena aku telah menyampaikan janjiku kepadamu untuk membubarkan perguruan sam seng bun, ternyata kabar ini telah didengar pula oleh Ji sengcu dan Sam sengcu, demi melindungi keselamatan sendiri, sudah barang tentu mereka harus bersatu padu untuk menghadapi diriku.”

Belum sempat Nyoo Hong leng bertanya lagi, mendadang terdengar suara dari Lian Giok seng berkumandang datang.

“Toa sengcu sedang berada dalam pesanggrahan Teng cian sian cu, berani betul kau membikin onar disini !”

Buru-buru orang berbaju hitam itu mengenakan kain cadar hitamnya dan berkata. “Kejadian dibalik perguruan Sam seng bun sesungguhnya sangat kalut dan mustahil bisa dijelaskan sepatah dua patah kata, tapi aku tak sempat untuk banyak bicara dengan dirimu lagi, semoga kau dapat mempercayai diriku.” Mendadak dia membalikkan badan dan keluar dari ruangan tersebut dengan langkah lebar.

Tiba-tiba terdengar suara bentakan yang dinign menyeramkan berkumandang datang.

“Lian Giok seng minggir kau !” 

Menyusul bentakan tersebut tampak dua bayangan manusia, muncul bersama. Belum sempat orang berbaju hitam itu keluar dari pintu ruangan, si pendatang sudah masuk ke balik pintu gerbang.

Ketika diperhatikan, ternyata orang yang berada disebelah kiri adalah seorang kakek berbaju hijau, berjenggot putih sepanjang dada yang membopong sebuah kotak kayu merah.

Sedangkan orang yang berada disebelah kan adalah seorang lelaki berjubah pendek dengan rambut disanggul keatas, sepasang pedang tersoreng dipunggungnya.

Menyaksikan adegan tersebut, Buyung Im seng segera berpikir. ( Bersambung ke jilid 26 ) 
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar