Lembah Tiga Malaikat Jilid 20

Jilid 20

Tiba-tiba saja paras muka Lian Giok seng berubah menjadi serius sekali, katanya. "Aku harap nona bersedia untuk mempercayai semua perkataan yang kuucapkan!" Tatkala Nyoo Hong leng menyaksikan sikapnya jujur dan bersungguh-sungguh, sama sekali tak terlintas sikap yang sengaja, dia menjadi semakin keheranan. "Kau pandai amat bersandiwara?"

"Aku dan Buyung Tiang kim adalah sahabat lama!" ucap Lian Giok seng menerangkan.

"Kalau memang demikian, apa sebabnya kau tak berusaha untuk menyelamatkan puteranya?"

"Andaikata aku berani bertindak secara gegabah dan tanpa suatu perhitungan yang masak, maka akibatnya bukan saja takkan berhasil untuk menolong jiwanya, malahan justru akan mempercepat kematian bagi mereka."

Untuk kesekian kalinya Nyoo Hong leng menjadi tertegun dibuatnya, dia berkata kemudian. "Sebenarnya apa yang kau ucapkan itu sungguh-sungguh atau palsu? Aku benar-benar tak dapat membedakannya."

"Berada dalam keadaan dan suasana seperti sekarang ini, aku rasa akupun tak usah mengucapkan kata-kata seperti itu dengan diri nona bukan?"

"Kalau memang begitu, kenapa tidak kau katakan semenjak berada di ruang tengah tadi."

"Dalam ruangan itu penuh dengan mata-mata yang tersebar di sekeliling ruangan, setiap gerak-gerik lohu sesungguhnya berada pula dibawah pengawasan mereka." "Kau toh komandan pengawal ruangan Seng-tong? Masa sedikit hak dan kekuasaan pun sama sekali tidak kau miliki." 

Lian Giok seng segera tertawa getir setelah mendengar pertanyaan tersebut. "Pada saat ini, waktu lebih berharga dari emas, lebih baik kita jangan membicarakan persoalan semacam itu, sebab terlalu sayang kalau waktu yang demikian berharganya ini dipakai untuk mempersoalkan hal-hal yang sama sekali tak ada sangkut-pautnya." Setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan.

"Walaupun ilmu silat yang sekarang nona miliki termasuk sangat lihay sekali, namun kau masih bukan tandingan dari tiga malaikat"

"Kau sedang mencemooh diriku?" tukas Nyoo Hong leng. "Tidak, aku sedang membantumu!"

"Apa maksudmu?"

"Sengcu bukan terhitung seorang manusia yang suka akan kecantikan perempuan, akan tetapi nona terlampau cantik."

"Kau minta padaku"

"Yaa, kau harus berusaha untuk merayu dan memikatnya, nona, kau harus mengerti, inilah satu2nya kesempatan yang kau miliki sekarang" Nyoo Hong leng

segera mengerutkan dahinya rapat2 setelah mendengar perkataan itu, katanya kemudian.

"Sebagai seorang anak gadis, apakah yang merupakan hal terpenting baginya?" "Soal ini.... soal ini ....... aku tak dapat memikirkannya" sahut Lian Giok seng

agak tergagap.

"Nah, kalau kau tidak tahu maka aku akan memberitahukan kepadamu, bagi seorang anak gadis yang paling penting baginya adalah nama baik dan kesucian." "Benar, tapi kaupun harus ingat bahwa mati hidupnya Buyung Im seng dan Kwik Soat kun sekalian berada di tanganmu, aku hanya bisa memberi petunjuk ini kepadamu, harap nona memikirkannya tiga kali lebih dulu sebelum memutuskan." Selesai berkata dia lantas membalikkan badannya dan berlalu dari situ. memandang hingga bayangan punggung Lian Giok seng lenyap dari pandangan mata, Nyoo Hong leng baru menghela napas panjang, pelbagai kekesalan dan kemurungan dengan cepat menyelimuti seluruh benaknya. Sejak bertarung dengan Lian Giok seng, dia hingga saat ini telah mengetahui bahwa dalam ruang Sam seng tong tersebut sesungguhnya banyak terdapat jago-jago persilatan yang memiliki ilmu silat yang sangat tinggi, entah bagaimana pula dengan kepandaian silat yang dimiliki Seng cu nya sendiri? Cukup Lian Giok seng seorangpun sudah lebih dari cukup untuk menandingi kemampuannya. Apa yang dikatakan Lian Giok seng barusan memang benar, kecuali mempergunakan kecantikan wajahnya, dia sudah tidak memiliki kemampuan lainnya lagi untuk berusaha meraih kemenangan.

Dalam lamunan itu, entah berapa waktu sudah dilewatkannya tanpa terus. Mendadak terdengar suara langkah kaki manusia berkumandang memecahkan keheningan, kemudian tampaklah Lian Giok seng telah muncul kembali di situ. Ketika Nyoo Hong leng mendongakkan kepalanya maka tampaklah di belakang tubuh Lian Giok seng mengikuti dua orang manusia. 

Ke dua orang itu sudah berusia lima puluh tahunan, sepasang matanya memancarkan cahaya tajam yang menggidikkan hati, jelas mereka adalah jago-jago yang memiliki tenaga dalam yang sudah mencapai kesempurnaan.

Sambil mendehem pelan, Lian Giok seng lantas berkata. "Kami akan menyiksa nona sebentar !"

Dua orang kakek yang berada di belakangnya segera mengangkat sepasang tangan mereka, seorang diantaranya membawa borgol sedangkan yang lainnya membawa penutup kepala yang aneh sekali bentuknya, sebab penutup kepala itu menyerupai sebuah tong besi.

Dengan pandangan dingin Nyoo Hong leng memandang sekejap kepada Lian Giok seng serta ke dua orang kakek itu, kemudian tegurnya. "Apakah kalian hendak memakaikan borgol itu di atas tanganku?"

"Sudah kukatakan tadi, terpaksa kami akan menyiksa diri nona sebentar." Nyoo Hong leng segera mendengus dingin. "Hmmm...andaikata aku menolak?"

"Apabila nona bersedia untuk mendengarkan nasehatku, lebih baik jangan ditolak!" Nyoo Hong leng termenung dan berpikir sejenak, akhirnya pelan-pelan dia meluruskan tangannya ke depan.

Dari tangan kakek yang ada di sebelah kiri itu, Lian Giok seng mengambil borgol tersebut, kemudian dipasangkan di atas tangan Nyoo Hong leng. Kemudian dari tangan kakek yang berada di sebelah kanan, Lian Giok seng mengambil penutup kepala tersebut, katanya kemudian. "Nona harus mengenakan pula penutup kepala ini!"

Nyoo Hong leng tertawa dingin, dia tidak banyak berbicara lagi dan membiarkan Lian Giok seng mengenakan penutup kepala tersebut di atas kepalanya. Penutup kepala itu terbuat dari besi, selain dalam juga tinggi, begitu dikenakan pada kepala Nyoo Hong leng segera menutupi kepala gadis itu sampai batas bahunya.

Dengan suara dalam, Lian Giok seng segera berkata. "Nona, bolehkah aku menuntun dirimu untuk berjalan?"

"Jangan kau sentuh tanganku!" seru Nyoo Hong leng dengan suara keras.

Lian Giok seng segera mengeluarkan sebuah ikat pinggang dan menyerahkan ujung yang satu ke tangan si gadis, kemudian katanya. "Aku akan menuntun nona untuk melakukan perjalanan, peganglah ikat pinggang ini erat2."

Terpaksa Nyoo Hong leng harus memegang tali pinggang itu dan berjalan mengikuti di belakang Lian Giok seng.

Dalam perasaannya, mereka berjalan pada sebuah jalanan yang penuh dengan berliku-liku, lagi pula jalanan itu banyak batunya serta naik turun tidak rata.

Lebih kurang sepertanak nasi kemudian, Lian Giok seng baru melepaskan tali pinggang itu sembari berkata.

"Harap nona suka mengangkat tanganmu ke atas." 

"Kenapa?"

"Aku hendak membukakan borgol di atas tangan nona."

Diam2 Nyoo Hong leng kembali berpikir. "Sekarang urusan sudah menjadi begini rupa, tampaknya menggunakan kekerasan pun tak ada gunanya, terpaksa aku harus bersabar terus."

Maka tanpa membantah dia lantas mengangkat sepasang tangannya ke atas.

Lian Giok seng membebaskan dulu Nyoo Hong leng dari belenggu borgol, setelah itu baru membukakan penutup kepala itu dan membukakan sebuah pintu ruangan. "Silahkan masuk nona!" katanya.

Nyoo Hong leng tidak langsung masuk ke dalam ruangan, dia mendongakkan kepalanya dan memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, ternyata ia berhenti di depan sebuah bangunan gudang yang tinggi besar, empat penjuru tidak nampak langit, di balik pintu terlihat cahaya lentera yang terang benderang, tanpa terasa dia lantas berpikir. "Tampaknya di dalam ruangan besar terdapat ruangan kecil." Berpikir demikian ia lantas melangkah masuk ke dalam ruangan tersebut.

Dengan suara yang rendah, Lian Giok seng kembali berkata. "Seandainya nona mau mempercayai diriku, harap kau memohon kepada Seng cu nanti agar memindahkan tugasku kemari."

Rupanya Lian Giok seng hanya boleh menjaga di luar pintu dan tak boleh masuk ke dalam.

Pelan-pelan Nyoo Hong leng masuk ke dalam ruangan, ketika mendongakkan kepalanya tampak lampu keraton memenuhi seluruh ruangan itu, suasana dalam ruangan terang-benderang bermandikan cahaya lampu.

Dengan cepat dia memperhatikan sekejap sekeliling ruangan itu, ia jumpai ruangan yang indah hanya sekian lima kali belaka. Selain tirai berwarna kuning, di atas lantaipun berlapiskan permadani berwarna merah, di tengah ruangan tampak sebuah meja persegi panjang. Di sekeliling meja itu terdapat empat buah kursi yang berlapiskan kain kuning, jelas tamu yang diundang malam ini tidak banyak jumlahnya. Waktu itu, suasana di dalam ruangan itu sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapun, bahkan sesosok bayangan manusiapun tidak nampak.

Pelan2 Nyoo Hong leng berjalan masuk ke dalam ruangan, mendekati meja dan duduk di atas sebuah kursi. Dia memilih tempat duduk di sebelah timur yang menghadap ke arah barat, sedang dalam hatinya dia berpikir. "Di dalam ruangan ini hanya terdapat sebuah pintu belaka, kecuali kalau di balik kain tirai tersebut masih terdapat pintu yang lain"

Sementara dia masih termenung, mendadak dari belakang tubuhnya berkumandang suara ucapan dari seseorang. "Kebetulan ada seorang teman lama yang berkunjung datang, membuat aku harus datang lebih lambat beberapa saat"

Nyoo Hong leng merasa terkejut sekali, pikirnya. "Sejak kapan dia muncul di sini? Kenapa aku sama sekali tidak mengetahui akan kehadirannya?" 

Bagaimana terkejutnya hati gadis itu, akan tetapi Nyoo Hong leng tetap menjaga ketenangan sikapnya di luaran, pelan2 dia memalingkan kepalanya.

Tampak seorang manusia berbaju serba hitam telah berdiri lima depa di belakangnya. Dia memakai sarung tangan berwarna hitam, kain cadar berwarna hitam dan baju serba hitam sehingga raut wajah aslinya sama sekali tidak kelihatan, selain daripada itu diapun tak nampak membawa senjata tajam...

Sambil tertawa dingin Nyoo Hong leng segera menegur. "Tamu harus menunggu tuan rumah, apakah kau merasa telah bertindak kurang sopan?"

Pelan-pelan manusia berbaju hitam itu berjalan ke arah barat dan duduk di hadapan Nyoo Hong leng, setelah itu katanya, "Ya, memang terhitung kurang hormat, sebentar aku akan menghukum diriku dengan tiga cawan arak." Walaupun dia menggunakan kain kerudung sehingga tidak nampak raut wajah aslinya, namun tindak-tanduknya mendatangkan perasaan yang luwes bagi yang memandangnya, suara pembicaraannya pun lembut dan penuh perasaan.

Nyoo Hong leng mengerdipkan sepasang matanya yang besar dan bulat, kemudian ujarnya. "Dalam tiga malaikat, kau menduduki kursi ke berapa?"

"Atas kesudian mereka untuk memandang wajahku, maka aku menduduki kursi pertama."

"Lantas dalam patung dewa di ruangan Sam seng tong tadi, kau menempati kedudukan yang mana?"

"Di tengah."

"Kalau begitu, kaulah yang lama berbincang denganku sewaktu berada dalam ruangan Sam seng tong tadi?"

"Benar."

"Hmmm, kau menipu!"

"Rasanya aku tak perlu untuk berbohong padamu, bukan?"

"Raut wajah seorang kemungkinan besar bisa diubah, namun suaranya sama sekali bukan suaramu."

"Siapa bilang suara manusia tak dapat diubah? Asal seseorang memiliki bakat untuk mengubah suaranya, tentu saja dia dapat mengubah suara pembicaraannya." "Memang seseorang bisa berbicara dengan menggunakan puluhan dialek kata, tapi jangan harap bisa mengubah nada suaranya."

"Bila nona tidak percaya, aku dapat segera mengubah suaraku dengan menggunakan nada sewaktu berbicara dalam ruangan Seng tong tadi..." "Yaa, aku memang ingin sekali membuktikan kecurigaanku itu."

Orang berbaju hitam itu tertawa nyaring, mendadak suaranya berubah menjadi dingin menyeramkan, katanya. "Dalam keadaan saat seperti ini, aku rasa tak mungkin ada orang yang berani menyaru sebagai diriku" katanya. 

Beberapa patah kata itu diucapkan dengan suara yang dingin, aku dan menyeramkan. Betul juga suara tersebut persis dengan suara menyeramkan yang terdengar di dalam ruangan Seng-tong tadi.

"Ehmmm..., agak mirip juga" kata Nyoo Hong leng kemudian sambil manggutmanggut.

Orang berbaju hitam itu segera tertawa. "Agak mirip? Jadi nona masih belum juga mempercayaiku?"

"Asal kau dapat mewakili Sam seng bun, perduli siapakah dirimu, hal itu sama sekali tidak penting bagiku."

Orang berbaju hitam itu manggut-manggut. "Betul juga perkataanmu itu." "Aku masih mempunyai suatu permintaan lagi, apakah kau bersedia untuk mengabulkannya?"

"Apakah kau menghendaki agar aku melepaskan kain kerudungku dan berjumpa dengan nona menggunakan raut wajah asliku?"

"Benar, kalau toh kau telah menganggap diriku sebagai tamumu, kenapa kau harus menyembunyikan diri dengan menggunakan kain cadar untuk menutupi raut wajah aslimu?"

"Bila arak sudah diminum, sayur sudah dimakan, dan nona sudah dapat membuang jauh-jauh sikap permusuhanmu terhadap diriku, tentu saja aku akan melepaskan kain kerudungku ini dan bertemu dengan nona dengan wajah asliku."

Mendengar perkataan itu, Nyoo Hong leng lantas berpikir di dalam hatinya. "Apa yang dia katakan memang ada benarnya juga, tampaknya aku tak mungkin bisa memaksakan permintaanku lagi."

Berpikir sampai begitu, tiba2 ia menghela napas panjang.

Sambil tertawa ringan, orang berbaju hitam itu segera bertanya, "Nona, mengapa kau menghela napas panjang?"

"Kau enggan melepaskan kain kerudung mukamu, hal ini membuat aku merasa dirugikan."

Orang berbaju hitam itu segera tertawa. "Kalau aku yang kalah nona tak mungkin akan menjamu diriku sebagai seorang tamu agung!"

Mendengar itu, kembali Nyoo Hong leng berpikir, "Perkataan ini pun betul juga, seandainya kami yang menang, sudah pasti kami tak akan bersikap demikian baik kepada dirinya."

Dia merasa setiap perkataan dari orang berbaju berwarna hitam itu sangat tajam setiap patah katanya, seakan-akan tertuju pada titik kelemahan orang, membuat siapapun tak sanggup untuk membantahnya lagi.

Sementara gadis itu masih termenung, orang berbaju hitam itu telah bertepuk tangan dua kali sambil berseru. "Hidangkan sayur!" 

Kemudian sambil tertawa nyaring, lanjutnya. "Apakah perlu untuk mengundang Buyung kongcu dan nona Kwik untuk mendampingi nona?"

"Bukankah kau telah meluluskan permintaanku ini? Memangnya kau sudah lupa?" "Tidak, aku tidak lupa, cuma ada satu hal perlu kuterangkan dahulu, harap nona suka mempertimbangkannya."

"Aku akan mendengarkan dengan seksama!"

"Apabila nona bersikeras ingin agar Buyung Im seng dan nona Kwik mendampingi dirimu dalam perjamuan, maka akupun tak dapat melepaskan kain cadarku dan menjumpai kau dengan raut wajah asliku."

Nyoo Hong leng segera berkerut kening, serunya, "Maksudmu...?"

"Aku telah berjanji kepada nona untuk mengundang Buyung Im seng dan Kwik Soat kun sekalian menemanimu dalam wajah asliku, itulah sebabnya diantara kedua hal ini, aku minta kepada nona untuk memilih satu diantaranya."

Nyoo Hong leng termenung dan berpikir sebentar, kemudian sahutnya. "Aku telah mendapatkan sebuah cara yang sangat baik."

"Apa caramu itu?"

"Sebelum mereka datang kemari, kau boleh melepaskan kain kerudungmu itu agar aku bisa menyaksikan raut wajah aslimu."

Mendengar perkataan tersebut, orang berbaju hitam itu segera tertawa terbahakbahak. "Haaah... haaahh.. nona memang pintar sekali!"

Nyoo Hong leng turut tertawa pula. "Apakah caraku ini tak bisa jalan?" tanyanya. Orang berbaju hitam itu menggelengkan kepalanya berulang kali, sahutnya seraya tertawa. "Kau tak boleh meraih keuntungan yang demikian besarnya."

"Kalau begitu, pembicaraan kita menjadi gagal total" seru Nyoo Hong leng dengan suara dingin.

"Nona keliru besar, dalam keadaan seperti ini, sesungguhnya kau sudah berada di sarang harimau..."

"Aku mengatakan kau yang keliru besar" tukas sang nona.

"Aku masih membawa senjata dan senjata rahasia, aku masih memiliki kesanggupan untuk bertarung melawanmu, disinipun kau tak mempunyai pengawal, itu berarti kau harus turun tangan sendiri untuk menghadapi seranganku."

"Nona!" kata orang berbaju hitam itu dengan suara dingin, "ketahuilah, aku telah memberi pelayanan istimewa dan paling baik bagimu, bila nona masih saja kelewat batas."

"Mau apa kau?" tukas Nyoo Hong leng.

"jika sampai membangkitkan kemarahanku, hal ini tak akan mendatangkan keuntungan apa-apa bagimu." 

Teringat, kalau keselamatan Buyung Im seng masih berada di tangannya, terpaksa Nyoo Hong leng harus menahan kobaran hawa amarah yang berkecamuk dalam dadanya, lalu katanya sambil tertawa.

"Sebenarnya, apa maksud dan tujuanmu yang sebenarnya? Mengapa kau bersikap istimewa kepadaku?"

Pertanyaan ini diajukan amat mendadak sekali, membuat orang berbaju hitam itu harus termenung beberapa saat lamanya, sebelum menjawab dengan pelan. "Bagaimana pula dengan perasaan nona sendiri?"

"Aku tidak merasakan apa-apa, sebab diantara orang yang kukenal, kau memberi kesan terjelek bagiku."

Orang berbaju hitam segera mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahakbahak. "Haaahh... haaahhh... haaahaa.. nona tentunya telah melupakan sesuatu." "Melupakan apa?"

"Lupa kalau kita sedang berhadapan muka sebagai musuh, nona adalah musuhku, maka apakah kau harus memimpin seluruh anak buahku untuk menyambut kedatanganmu dari tempat kejauhan?"

Dalam hati Nyoo Hong leng kembali berpikir. "Perkataan yang dia ucapkan ini benar juga bagi tindakan yang diambil seorang musuh terhadapku, boleh dibilang sikapnya ini tidak termasuk amat jelek."

Berpikir demikian, dia lantas berkata lagi dengan suara kaku dan dingin. "Selamanya aku tak pernah punya musuh, juga tidak pernah ada orang yang bersikap lebih jelek daripada sikapmu itu.:

"Aku rasa persoalan ini bukan merupakan pokok persoalan yang pantas untuk diperdebatkan, yang paling penting sekarang adalah nona sudah berada dalam posisi yang terjepit, kemungkinan besar santapanmu kali ini akan merupakan santapanmu yang terakhir, tapi mungkin juga.."

"Cukup!" tukas Nyoo Hong leng cepat, "aku tak ingin digertak orang, selain itu akupun merasa bahwa cepat atau lambat kita harus melangsungkan juga suatu pertarungan sengit."

Orang berbaju hitam itu segera tertawa tergelak-gelak. "Haaahhh... haaahhh... haaahhh... baiklah, aku bersedia untuk memenuhi keinginanmu itu, sebelum bersantap malam kau masih tetap merupakan tamu agung ku, selesai bersantap malam nanti, engkau sebagai teman atau sebagai musuh, terserah keputusan nona saja."

Berbicara sampai di situ, dia lantas memperkeras suaranya sambil berseru. "Silahkan Buyung kongcu dan nona Kwik masuk ke dalam !"

Tak selang beberapa saat kemudian, benar juga, tampak Buyung Im seng dan Kwik Soat kun berjalan masuk ke dalam, di belakangnya mengikuti pula nona Siau tin.

Dengan langkah lebar Buyung Im seng berjalan ke depan menuju ke arah meja perjamuan, kemudian berhenti. 

Dengan suara dingin dan kaku orang berbaju hitam itu segera berseru. "Silahkan kalian berdua ambil tempat duduk!"

Kemudian sambil menatap wajah Siau tin, lanjutnya. "Nona Siau tin, di tempat ini tidak disediakan tempat duduk bagimu, terpaksa kau dipersilahkan berdiri saja." Di luar dugaan, Siau tin kelihatan menurut sekali dengan dia, lantas berdiri di belakang Kwik Soat kun.

Terdengar orang berbaju hitam itu tertawa dingin, kemudian serunya kembali. "Sekarang kalian sudah boleh bersantap !"

Tampaknya Buyung Im seng dan Kwik Soat kun sangat menurut sekali dengan perkataan dari orang berbaju hitam itu, mereka segera menggerakkan sumpit dan mulai bersantap.

Nyoo Hong leng yang menyaksikan kejadian itu menjadi sangat heran, segera tegurnya. "Nona Kwik, Buyung toako, apakah kalian tak kuatir keracunan? Kenapa kalian membungkam terus?"

Buyung Im seng dan Kwik Soat kun hanya memandang sekejap ke arah Nyoo Hong leng, tak sepatah katapun yang diucapkan. Nyoo Hong leng semakin gelisah setelah menyaksikan kejadian itu, serunya lagi.

"Enci Kwik, kau selalu bertindak hati2 dan cermat, sekarang kenapa kau tidak bertindak berhati-hati?"

Kwik Soat kun meletakkan sumpitnya ke meja berpaling ke arah Nyoo Hong leng dan agaknya seperti mengatakan sesuatu.

Tapi orang berbaju hitam itu keburu membentak dengan suara dingin. "Lanjutkan santapanmu!"

Sekalipun hanya sepatah kata yang amat singkat, akan tetapi se-akan2 memiliki suatu kekuatan yang amat besar sekali, bagaikan mendapat perintah dari atasannya saja. Kwik Soat kun dan Buyung Im seng segera melanjutkan kembali santapannya tanpa mengucapkan sepatah katapun.

"Braaakk..." Nyoo Hong leng segera meletakkan kembali sumpitnya ke atas meja, kemudian tegurnya,

"Dengan mempergunakan cara apakah kau telah menguasai mereka?"

Orang berbaju hitam itu segera mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahakbahak. "Haaahhh... haaahhh... haaahh.. nona Nyoo, apa salahnya kalau kau pergunakan kecerdasan otakmu untuk menduga sendiri, dengan menggunakan cara apakah aku telah mengendalikan mereka?"

"Kalau kau tidak bersedia untuk menjelaskan keadaan sebenarnya, darimana mungkin orang lain bisa mengetahuinya?" Kembali orang berbaju hitam tertawa terbahak-bahak.

"Haaahh... haahaa.. nona masih berusia muda, tak heran kalau ucapanmu masih membawa sifat kekanak-kanakanmu."

"Apa maksudmu?" 

Setiap pertanyaan dan setiap patah kata yang kau ucapkan membuat aku merasakan amat geli sekali. Setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan. Misalnya aku berniat untuk menerangkan padamu apa sebabnya mereka mau menuruti perkataanku, bukankah aku tak perlu lagi untuk mencoba kecerdasanmu?"

Nyoo Hong leng termenung sebentar, kemudian ujarnya. "Aku tak ingin menghamburkan waktu yang terlalu banyak, aku harap kau suka mengatakannya kepadaku, bukankah dengan demikian akan mengurangi banyak kesulitan?" "Memang benar perkataan dari nona" seru orang berbaju hitam itu pelan. "Memangnya ada sesuatu yang tidak benar?"

"Aku tidak tahu" kata orang berbaju hitam itu sambil tertawa, "kita berhadapan sebagai musuh, mengapa pula aku mesti memberitahukan rahasia ini kepadamu." Pelan-pelan Nyoo Hong leng bangkit berdiri, lalu berkata. "Aku rasa pasti ada suatu cara lain untuk mengetahuinya."

"Kau mempunyai cara apa?"

Mendadak Nyoo Hong leng mengayunkan tangan kanannya, sebatang sumpit secara tiba-tiba meluncur ke depan secepat kilat dan menyambar ke tubuh orang berbaju hitam itu.

Menghadapi datangnya serangan tersebut, orang berbaju hitam itu sama sekali tak bergerak, ia tetap duduk di tempat semula, sementara tangan kanannya diangkat ke atas dan secara manis sekali menangkap sambitan sumpit yang tertuju ke arahnya tadi.

Menyaksikan kepandaiannya dalam menyambut sumpit tersebut, Nyoo Hong leng merasa terkesiap sekali, diam-diam pikirnya. "Telinganya masih mengagumkan, jelas dia adalah manusia yang berbahaya sekali."

Berpikir sampai di situ, ia lantas menyelinap maju ke depan sambil melakukan terkaman, tangan kanannya diayunkan ke depan langsung mencengkeram pergelangan tangan orang itu.

Tiba-tiba orang berbaju hitam itu bangkit berdiri, tangan kanannya diangkat dan kelima jari tangannya berbalik mencengkeram di atas pergelangan tangan kiri Nyoo Hone leng, ujarnya sambil tertawa.

"Nona, benarkah kau hendak mencoba sampai dimanakah taraf kepandaian silat yang kumiliki ?"

Nyoo Hong leng tidak banyak bicara lagi, sepasang telapak tangannya melancarkan serangan berantai mendesak orang berbaju hitam itu habis-habisan....

Orang berbaju hitam itu tetap berdiri tegak di tempat semula, dengan suatu gerakan tangan yang sangat enteng dia mengayunkan tangannya kesana kemari membendung semua ancaman dari Nyoo Hong leng yang tertuju ke arahnya.

Secara beruntun Nyoo Hong leng telah melancarkan puluhan jurus serangan, namun semuanya dapat ditangkis dan dibendung orang berbaju hitam itu dengan mudah. 

Anehnya orang berbaju hitam itu tidak pernah melancarkan serangan balasan, dia hanya menangkis dan mematahkan setiap serangan dari Nyoo Hong leng yang ditujukan kepadanya.

Makin lama serangan yang dilancarkan Nyoo Hong leng semakin cepat, ancaman demi ancaman yang dilancarkannya pun semakin gencar dan dahsyat.

Akan tetapi, orang berbaju hitam itu masih tetap berdiri tegak di tempat semula, entah bagaimanapun dahsyat dan gencarnya serangan yang dilancarkan Nyoo Hong leng, namun orang berbaju hitam itu tetap melayani dan menghadapi dengan

berdiri tegak di tempat semula.

Setelah melancarkan puluhan jurus serangan berikutnya, Nyoo Hong leng baru sadar kalau dia telah berjumpa dengan seorang musuh tangguh yang belum pernah ditemuinya selama ini, diam-diam diapun berpikir.

"Kalau dilihat dari situasi yang terbentang di depan mata sekarang, orang aneh itu tampaknya bila tidak kugunakan serangan yang mematikan, bila dia sampai membuka serangan balasan, sudah pasti akan sulit bagiku untuk  menghadapinya"

Berpikir sampai di sini, tangan kanannya segera diayunkan ke depan melepaskan segulung desingan angin tajam yang langsung menyergap ke dada orang berbaju hitam itu.

Serangan itu dilancarkan dengan ganas dan dahsyat, tampaknya orang berbaju hitam itupun dapat merasakannya, maka kali ini dia tidak membendung serangan tersebut. Sebaliknya tubuh yang selama ini berdiri tak berkutik itu mendadak bergeser ke samping dan menghindarkan diri dari serangan lawan.....

Pergeseran langkah tubuhnya kali ini dilakukan dengan sangat aneh tapi jitu, bukan mundur ke belakang, juga bukan menghindarkan diri dari ancaman dengan begitu saja, melainkan memanfaatkan kesempatan baik itu untuk bergerak ke depan dan mencari posisi yang baik untuk melancarkan serangan balasan.

Jelas serangan berantai dari Nyoo Hong leng yang begitu dahsyat dan gencar itu telah memaksanya untuk melancarkan serangan balasan guna meraih kemenangan, sebab sistim pertahanan sudah tak mungkin akan dapat dipertahankan lebih jauh.

Benar juga, setelah menghindarkan diri dari serangan musuh, sambil tertawa dingin orang yang berbaju hitam itu berkata.

"Tak aneh kalau nona berani berbicara sombong dan lagakmu besar, rupanya kepandaian silat yang kau miliki memang benar-benar sungguh hebat sekali"

Selesai mengucapkan perkataan itu, sepasang tangannya secara beruntun telah melancarkan tiga kali jurus, ke enam jurus serangan tersebut dilancarkan pada saat yang bersamaan waktunya, tak terlukiskan kecepatan geraknya.

Begitu dahsyat dan gencarnya serang mana akan bisa memaksa Nyoo Hong leng harus mundur terus ke belakang untuk menghindarkan diri.

Begitu orang berbaju hitam itu melancarkan serangan balasan, Nyoo Hong leng segera merasakan daya tekanan yang sangat berat menindih tubuhnya, semua 

kepandaian silat yang dimilikinya selama ini seolah-olah tak dapat dikembangkan kembali,

Sadarlah gadis itu bahwa baik dalam soal tenaga dalam maupun dalam hal jurus serangan dia masih tertinggal jauh sekali dari lawannya serta sesudah mendesak mundur Nyoo Hong leng tadi, orang berbaju hitam itu tidak melanjutkan desakannya, tapi sambil menarik kembali serangannya ia berkata sambil tertawa. "Diantara anak buahku walau terdapat banyak sekali wanita cantik."

Nyoo Hong leng memusatkan segenap perhatiannya ke depan, sementara otaknya berputar kencang mengulangi kembali segenap kepandaian silat yang pernah dipelajarinya selama ini. Dia berharap bisa menemukan semacam kepandaian sakti yang bisa dipakai untuk menaklukan lawan, sedemikian seriusnya dia memeras otak sampai-sampai dia tak mendengar lagi apa yang dikatakan orang berbaju hitam itu.

Tatkala orang berbaju hitam itu tidak berhasil mendapatkan jawaban dari Nyoo Hong leng pelan-pelan dia melanjutkan kembali. "Tapi belum pernah kujumpai ada seorang perempuan cantik yang luar biasa seperti nona !"

"Ehmm.lantas kenapa ?" kata Nyoo Hong leng. Dia tidak mendengar kata-kata di

atas namun dapat mendengar kata-kata selanjutnya ini dengan jelas sekali. "Itulah sebabnya mengapa kau bisa bertarung sekian lama denganku tanpa menderita luka barang sedikitpun jua."

"Tampaknya kepandaian tangan kosong, aku memang sulit untuk mencari kemenangan darimu."

"Siapa yang tahu keadaan, didalam seorang manusia pandai, aku merasa kagum sekali dengan pandangan dari nona itu."

"Cuma, toh masih ada senjata tajam, aku yakin memiliki kesempurnaan yang luar biasa dalam permainan ilmu pedang, karena itu aku harap bisa menangkan kau di ujung pedang."

"Kalau berbicara dalam soal ilmu pedang akupun yakin masih melebihi kemampuanku dalam permainan tangan kosong, apakah nona masih bermaksud untuk mencobanya ?"

"Mungkin kita masih bertarung untuk beradu jiwa."

"Lohu enggan untuk melangsungkan pertarungan yang bisa berakibat kematian di kedua belah pihak, cuma"

"Cuma kenapa ?" tukas Nyoo Hong leng.

"Seandainya kau menderita kekalahan lagi di ujung pedangku, apakah kau bersedia untuk mengaku kalah ?"

Nyoo Hong leng sama sekali tak mempunyai keyakinan untuk menang, maka sahutnya.

"Menang kalah adalah suatu kejadian yang lumrah dalam suatu pertarungan, mengaku kalah bukan sesuatu yang menyulitkan." 

"Bagus sekali, bawa pedang kemari !"

Menyusul teriakannya itu, dua orang nona berbaju putih segera munculkan diri dari balik pintu rahasia di ujung ruangan sana.

Ditangan kedua orang gadis itu membawa sebilah pedang dan memburu datang dengan langkah cepat, kemudian dengan serius mereka berdiri di samping orang berbaju hitam itu.

Sambil tertawa dingin Nyoo Hong leng segera menyindir.

"Tampaknya di sekitar ruang tamu yang luas ini, kau telah persiapkan banyak jebakan."

Orang berbaju hitam itu tertawa.

"Jebakan mah tak bisa dikatakan, cuma arsitek pembangunan gedung ini memang dilakukan secara istimewa disertai perlengkapan pelbagai alat rahasia. Tempat ini pun merupakan tempat beristirahatku, sekalipun pemimpin dari pasukan pengawalku juga tak akan berani menyerbu masuk kemari sebelum memperoleh panggilanku."

Sementara orang berbaju hitam itu berbicara, diam-diam Nyoo Hong leng memperhatikan gerak gerik dari Buyung Im seng dan Kwik Soat kun sekalian, namun paras muka ketiga orang-orang itu masih tetap kaku tanpa emosi, seakanakan sama sekali tidak mendengar apa yang sedang dibicarakan oleh mereka berdua.

Kejadian tersebut segera membuat hati Nyoo Hong leng merasa terkesiap sekali, tapi hal ini pun membuatnya menjadi teringat kembali dengan Lian Giok seng yang berada di luar.

Setelah kehilangan keyakinan untuk meraih kemenangan di situ pun dia hanya seorang diri tanpa teman, maka timbullah ingatan untuk beradu nasib, maka katanya kemudian.

"Sebelum kita berdua melangsungkan pertandingan pedang ini, paling baik jika diundang seseorang untuk bertindak sebagai saksi."

"Aku rasa tak perlu." sahut orang berbaju hitam itu sambil tertawa, "menang kalah diantar kita berdua, lohu terasa pasti dapat dibedakan dengan jelas sekali." "Tidak bisa jadi ! Aku rasa sudah sepantasnya jika ada seseorang yang bertindak

sebagai saksi, daripada menang kalah sukar untuk dibedakan secara jelas."

Orang berbaju hitam itu termenung dan berpikir beberapa saat lamanya, kemudian ia berkata.

"Kau memang cerdik sekali, tampaknya kau sengaja berbuat demikian dengan tujuan agar aku akan menyembuhkan kembali kesadaran Buyung Im seng bukan?"

Nyoo Hong leng segera menggelengkan kepalanya berulang kali,

"Tidak, aku tidak bermaksud demikian" katanya, "saksi tersebut tidak seharusnya dipilih dari kita berdua !" 

"Tapi ditempat ini hanya hadir temanmu atau anak buahku, bagaimana pula caranya untuk melakukan pemilihan ini ?"

"Kalau begitu pilih saja seorang diantaranya dari anak buahmu !" Jawaban ini di luar dugaan orang berbaju hitam itu, dia menjadi tertegun untuk beberapa saat lamanya, setelah itu katanya, "Baik, katakanlah nona, siapakah orang yang kau pilih?"

"Aku mana kenal dengan anak buahmu ? Tapi aku dapat merasakan kalau orang yang bertarung melawanku di ruang besar tadi berilmu sangat tinggi. Bagaimana kalau kita suruh dia saja yang bertindak sebagai saksi di dalam pertarungan adu pedang yang kita lakukan nanti."

"Baik, aku akan menyuruhnya datang kemari."

Dia lantas berpaling memandang sekejap ke arah nona berbaju putih yang berada di sisinya.

Orang itu membungkukkan badannya dan segera berlalu.

Tak lama kemudian, dia telah mengajak Lian Giok seng masuk ke dalam ruangan. Ketika tiba pada jarak delapan depa dari orang berbaju hitam itu, Lian Giok seng segera menghentikan langkahnya, kemudian sambil menjura dengan penuh rasa hormat dia berkata.

"Seng cu ada pesan apa ?"

"Aku hendak melakukan pertarungan adu pedang dengannya. Aku minta kau bertindak atas saksinya."

"Tentang soal inihamba tidak berani" sekali lagi Lian Giok seng

membungkukkan badannya dalam-dalam. Nyoo Hong leng yang mendengar ucapan itu jadi naik darah, tak tahan lagi dia tertawa dingin tiada hentinya.

"Heeehhh.... heeehhh... heeeehhhhhhkatanya saja seorang lelaki sejati, tak

tahunya menjadi seorang saksipun tak berani, buat apa kau hidup di dunia ini ? lebih baik mampus saja."

Dampratan tersebut diutarakan amat kasar dan bernada tajam, kontan saja pipi Lian Giok seng berubah menjadi merah padam karena jengah sekali.

Tapi dia malah dapat menahan sabar dan tak sampai mengumbar hawa amarahnya, sambil menengadah dia memandang sekejap ke arah Nyoo Hong leng, sementara mulutnya tetap membungkam dalam seribu bahasa.

Orang berbaju hitam itu segera manggut-manggut katanya.

"Nona Nyo lah yang telah meminta kepadamu untuk menjadi saksi bagi pertarungan adu pedang yang hendak kami lakukan, aku rasa engkaupun tak usah menampik lagi."

Buru-buru Lian Giok seng membungkukkan badannya memberi hormat. "Perintah seng cu tak berani hamba tampik"

Kembali orang berbaju hitam itu manggut-manggut. 

"Dalam bertindak sebagai saksi dalam pertandingan adu pedang kami nanti, kau harus bertindak seadil-adilnya, tidak boleh ada maksud berat sebelah."

"Hamba terima perintah."

Orang berbaju hitam tadi segera tertawa nyaring katanya kemudian.

"Nah nona, sekarang kau boleh memilih senjata lebih dulu, kedua belah pedang ini mempunyai bobot yang sama beratnya, silahkan nona untuk memilih lebih dahulu." Nyoo Hong leng pun tak sungkan-sungkan lagi, dia maju menghampiri gadi berbaju putih yang membawa pedang itu dan menimang-nimang kedua bilah senjata tadi, setelah diperhatikan dengan seksama akhirnya dia memilih salah satu

diantaranya.

Sambil mengambil pedang sisanya, orang berbaju hitam itu berkata lagi. "Nona, sekarang kau boleh melancarkan seranganmu !"

Nyoo Hong leng meloloskan pedangnya dari sarung, kemudian berkata dingin. "Lepaskan dulu kain cadar yang menutupi wajahmu sebelum pertarungan dimulai." "Sudah kukatakan tadi, kain cadar ini tak dapat dilepas."

"Sekarang temanku sudah kau lukai, membuat mereka kehilangan daya kemampuan untuk berpikir dan berbuat, apa pula yang kau takuti ?" "Aku tidak takut, melainkan tidak mau"

"Apakah kau merasa tampangmu terlampau jelek dan malu bertemu dengan orang

?"

Orang berbaju hitam itu menggelengkan kepalanya berulang kali, katanya kemudian.

"Kau tidak mengerti, tapi jika kau bersedia tinggal di sini lebih lama lagi, suatu ketika, kau pasti dapat melihat raut wajah asliku"

Nyoo Hong leng segera mengalihkan sorot matanya ke arah Lian Giok seng, kemudian berkata lagi.

"Apakah kau hendak samakan aku dengan mereka, bila berjumpa dengan kau sikapnya mesti munduk-munduk macam budak belian ? Aku lebih suka mati dengan tubuh tercincang daripada menjadi budak belian orang."

Orang berbaju hitam itu segera tertawa. "Tentu saja kau tak usah seperti mereka itu." Setelah berhenti sejenak, lanjutnya.

"Mari kita beradu pedang lebih dulu ! Menanti kau sudah takluk, baru akan ku ajak kau untuk melihat-lihat."

"Melihat apa ?" tanya Nyoo Hong leng keheranan.

"Agar menambah pengetahuanmu bahwa kekuatan perguruan tiga malaikat yang berambisi untuk menguasai seluruh dunia persilatan bukanlah cuma suatu cita-cita yang muluk." 

"Aku tidak akan ambil perduli terhadap ocehanmu yang sebukit itu, pokoknya sebelum kau lepaskan kain cadar itu, kita pun tak usah beradu pedang lagi." "Apakah hal ini pun merupakan suatu gertakan terhadap diriku ?" Tanya orang berbaju hitam itu sambil tertawa.

"Aku tidak bermaksud menggertakmu, cuma sekali aku bilang tidak bertanding, aku tetap tak akan bertanding."

Sambil memasukkan kembali pedangnya ke dalam sarung, dia segera berjalan kembali melalui jalan yang semula.

"Hei, kau akan pergi kemana ?" orang berbaju hitam itu segera berseru keras. "Aku hendak pergi, pergi meninggalkan tempat ini."

Orang berbaju hitam itu segera tersenyum katanya.

"Semua pintu di dalam ruang rahasia ini terbuat dari baja asli, barang siapa tidak mengetahui cara untuk membukanya, maka jangan harap dia bisa pergi meninggalkan tempat ini."

Nyoo Hong leng menjadi tertegun. "Sungguhkah ini ?" serunya kemudian.

"Bila kau tidak percaya dengan perkataanku ini, kenapa tidak kau lanjutkan langkahmu untuk memeriksanya sendiri ?"

Nyoo Hong leng termenung dan berpikir beberapa saat lamanya, lalu katanya. "Aku percaya apa yang kau katakan itu merupakan ucapan yang sejujurnya"

"Oohtak kusangka, ternyata kau bersedia untuk mempercayai perkataanku !"

"Berada dalam keadaan dan situasi seperti ini, sekalipun aku tak ingin mempercayai juga tidak bisa."

Orang berbaju hitam itu segera tertawa terbahak-bahak.

"Haahhh.... haaahhh... haaahhhnona memang benar-benar pintar sekali, bila kau

dapat mempercayai semua perkataanku, bukan saja dapat menikmati kekayaan yang melimpah lagi pula temanmu juga takkan mengalami celaka apa-apa, cuma.." oooOooo

Bagian kedua puluh sembilan

"Cuma kenapa ? tanya Nyoo Hong leng.

"Cuma, kita harus melangsungkan suatu pedang terlebih dahulu, sebab bila kau sudah menderita kekalahan di tanganku, barulah akan kau percayai bahwa setiap perkataanku bukanlah kata-kata yang bohong belaka"

Dengan pandangan dingin Nyoo Hong leng memandang sekejap ke arah Lian Giok seng, kemudian ujarnya.

"Suruh pengawalmu itu menyingkirkan semua meja dan kursi !"

Orang berbaju hitam itu segera berpaling ke arah Lian Giok seng sambil katanya. 

"Harap kalian berdua berdiri dulu dan berdirilah di sudut dinding ruangan situ !" Anehnya ternyata Buyung Im seng serta Kwik Soat kun menuruti perintah dari orang berbaju hitam itu, serentak mereka bangkit berdiri dengan kedua belah tangan lurus ke bawah. 

Nyoo Hong leng yang menyaksikan kejadian itu hanya bisa merasa terkejut, heran bercampur sakit hati, bentaknya kemudian dengan penuh kegusaran.

"Hai, apakah kalian sama sekali tidak bersemangat jantan lagi ?"

Buyung Im seng memandang sekejap ke arah Nyoo Hong leng dengan kaku, dia seperti hendak mengucapkan suatu namun niat itu kemudian diurungkan.

Nyoo Hong leng semakin naik darah, pedangnya segera diloloskan dari sarungnya dan berkata dengan dingin.

"Suruh Lian Giok seng pindahkan semua meja itu !" "Lian hu-hoat turutlah permintaannya itu " Kata orang berbaju hitam itu dengan nada tenang.

Dengan perkataan apa boleh buat terpaksa Lian Giok seng harus memindahkan meja-meja tersebut ke sudut dinding sana.

"Hati-hati !" bentak Nyoo Hong leng kemudian.

Pedangnya digetarkan keras-keras, kemudian melancarkan sebuah tusukan ke tubuh orang berbaju hitam itu.

Dengan cekatan orang berbaju hitam itu segera menggeserkan badannya ke samping, pedangnya digetarkan ke muka dengan membawa serangan dahsyat, seketika itu juga dia memaksa serangan Nyoo Hong leng harus ditarik kembali. Sebelum sepasang pedang itu saling membentur, Nyoo Hong leng sudah didesak hingga mundur selangkah.

Orang berbaju hitam itu segera manfaatkan peluang yang ada dengan menyerbu ke muka. Pedangnya langsung diayunkan melepaskan bacokan kilat.

Desingan angin tajam yang menyayat badan segera berhembus lewat....

Diam-diam Nyoo Hong leng berpikir.

"Setiap gerakan pedang yang dilancarkan orang ini selalu disertai segulung hawa pedang yang sangat kuat, jelas tenaga dalam yang dimiliki telah mencapai puncak kesempurnaan, aaaitampaknya pertarungan ini lebih banyak berbahayanya

bagiku dari pada suatu keberuntungan."

Berpikir sampai di situ, tubuhnya segera menyelinap dua langkah ke samping untuk menghindarkan diri dari serangan lawan.

Orang berbaju hitam itu segera tertawa nyaring, ujarnya, "Nona, silahkan kau menyerang dengan sepenuh tenaga, aku akan mencoba untuk mempertahankan diri, aku ingin melihat kau gunakan segenap kepandaian yang kau miliki untuk menyerangku."

Mendengar ucapan tersebut Nyoo Hong leng lantas berpikir. "Sekalipun kepandaian silat yang kau miliki jauh lebih tangguh dari pada kepandaianku pun, tidak seharusnya bicara sesumbar semacam ini." 

Pedangnya segera digetarkan dan cahaya tajam berkilauan memenuhi seluruh angkasa, selapis demi selapis bagaikan gelombang dahsyat langsung menyerang tiba-tiba.

Orang berbaju hitam itu pun menggerakkan pula pedangnya menciptakan selapis kabut cahaya untuk melindungi badan.

Kini, Nyoo Hong leng telah mempergunakan semua jurus serangan yang paling sakti dan paling dahsyat untuk melepaskan puluhan jurus ancaman maut, namun gerakan pedang dari orang berbaju hitam itu membawa segulung tenaga serangan yang dahsyat sekali, membuat Nyoo Hong leng merasakan pedang yang berada di tangannya kian lama kian bertambah berat sekali.

Mendadak orang berbaju hitam itu melancarkan serangan balasan. Trang ! Trang....

! benturan demi benturan bergema memecahkan keheningan semua orang. Begitu pedang Nyoo Hong leng tertangkis miring, cahaya tajam segera berkelebat lewat, cahaya pedang yang dingin tahu-tahu sudah mendekati dada seorang gadis itu.

Padahal pada waktu itu pedang Nyoo Hong leng telah dipaksa berada di luar lingkaran, jelas tak mungkin bisa dipakai lagi untuk menyelamatkan diri,

andaikata tepat pada waktunya orang berbaju hitam itu tidak akan segera menarik kembali serangannya, niscaya dia dapat membuat Nyoo Hong leng tewas di ujung pedangnya.

Sejak terjun ke dunia persilatan, belum pernah gadis itu mengalami kekalahan seperti ini, dia pun belum pernah menjumpai manusia berilmu tinggi seperti ini, dalam gusar dan cemasnya tanpa terasa air matanya jatuh bercucuran.

Orang berbaju hitam itu tertawa nyaring, ia segera menarik kembali serangannya dan berkata sambil tertawa.

"Berbicara soal kesempurnaan dalam permainan pedang, nona memang tidak berada di bawah kepandaianku. Cuma tenaga dalam yang nona miliki masih selisih jauh sekali dengan kemampuanku, padahal dalam ilmu pedang hal tersebut teramat penting, apalagi di dalam penggunaan ilmu pedang tingkat tinggi."

"Tutup mulut !" bentak Nyoo Hong leng dengan gusar, "sekarang aku telah mengakui kalah di tanganmu, mau bunuh mau cincang terserah padamu." Dia lantas membuang pedang itu ke atas tanah.

Kembali orang berbaju hitam itu ketawa, katanya.

"Cukup dipandang dari sikapmu yang berangasan dan penuh emosi, dapat diketahui kalau kau sukar untuk mempelajari ilmu pedang tingkat tinggi "

Pelan-pelan dia serahkan pedangnya ke tangan si nona berbaju putih yang berada di sisinya, kemudian berkata,

"Kalian semua boleh mengundurkan diri !"

Dalam waktu singkat, berapa orang dayang itu telah meninggalkan ruangan tersebut. Kini dalam ruangan itu tinggal Buyung Im seng, Kwik Soat kun, Siau tin serta Lian Giok seng.

Agaknya Lian Giok seng kuatir kalau orang berbaju hitam itu pun menyuruh dia mengundurkan diri, diam-diam ia mengundurkan diri ke sudut ruangan dan berdiri bersama-sama Buyung Im seng sekalian.

Baru saja akan mengumbar hawa amarahnya, mendadak satu ingatan melintas dalam benak Nyoo Hong leng, dia lantas saja berpikir.

"Ilmu silat yang dimiliki sangat lihai, kecerdasan otaknya yang luar biasa sekali, baik beradu kepandaian maupun beradu kecerdasan, aku bukan tandingannya, padahal kita berhadapan sebagai musuh, kenapa dia tidak sungguh-sungguh membunuhku ? Atau paling tidak, dia toh bisa menghadapi aku bagaikan menghadapi Buyung toako dan nona Kwik sekalian ? Membuatku tak berdaya, menuruti semua perintahnya dan menguntungkan pula posisinya ? Yaa, aku mesti tenangkan dulu hatiku, sekarang aku baru lolos dari bahaya, maka aku mesti berusaha keras untuk menemukan titik-titik kelemahannya, sebab bagaimanapun sempurnanya kepandaian yang dimiliki seseorang sudah pasti dia memiliki titik kelemahan tertentu. Bagaimanapun sempurnanya kepandaian silat yang dimiliki, sudah pasti ada cara untuk mematahkannya"

Tiba-tiba terdengar orang yang berbaju hitam itu menegur dengan secara lantang. "Nona, kau sedang mempersiapkan rencana busuk apa lagi ?"

Sementara itu, Nyoo Hong leng telah berhasil menenangkan hatinya, setelah berpikir demikian, pelan-pelan sahutnya.

"Aku sedang memikirkan satu persoalan." "Memikirkan apa ? katakanlah kepadaku."

"Aku sedang berpikir apa yang hendak kau lakukan terhadap diriku ? Aku tak ingin menjadi anak buahmu, pelayanmu, akupun tak ingin menjadi seperti Kwik Soat kun sekalian, kehilangan kesadaran dan kemampuan untuk mengambil tindakan sendiri, aku rasa tampaknya hanya ada sebuah jalan saja yang tersedia bagiku." "Jalan apa ?"

"Mati ! Asal aku sudah mati, maka urusan akan selesai dan beres."

Mendengar perkataan itu, orang berbaju hitam itu segera tertawa terbahak-bahak. "Haaaahhhh.... haaahhhh..... haaahhhhhsemua orang yang berada di dunia ini

boleh mati, tapi kau boleh mati dan lagi kau pun tak akan mati"

"Mengapa ?" tanya Nyoo Hong leng keheranan.

"Sebab lelaki paling keji yang ada di dunia ini pun tak akan membunuhmu dengan pedang. Kau adalah seorang gadis yang cantik jelita, seorang gadis yang gagah perkasa, mungkin saja mereka tega untuk membunuhmu, tapi mereka tak akan bertenaga untuk membinasakan orangmu."

"Menurut perkataanmu itu, jadi banyak sekali orang di dunia ini yang dapat membunuhku ?"

"Tidak banyak, tidak banyak," jawab orang berbaju hitam itu sambil tertawa, "misalnya saja dengan perguruan tiga malaikat kami, manusia yang sanggup membunuh nona paling banter cuma ada tiga sampai lima orang saja."

Diam-diam Nyoo Hong leng merasa terkesiap juga setelah mendengar perkataan itu, pikirnya.

( Bersambung ke jilid 21)
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar