Lembah Tiga Malaikat Jilid 19

Jilid 19

Kwik Soat kun berpaling dan memandang sekejap ke arah Lian Giok seng, kemudian tanyanya dengan suara hambar.

"Apakah diharuskan untuk berlutut ?" "Benar !"

"Baiklah, berlutut yaaa berlutut."

Pelan-pelan wakil ketua dari perkumpulan Li ji-pang ini menjatuhkan diri berlutut. Ketika Siau-tin menyaksikan Kwik Soat kun telah berlutut, terpaksa diapun ikut berlutut.

"Persembahkan air suci !" seru Lian Giok seng kemudian.

Terdengar bunyi gemerincingan nyaring, dari balik meja persembahan pelan-pelan muncul sebuah kaki kayu, di atas kaki kayu itu terletak dua cawan air teh.  "Upacara untuk memasuki perguruan Sam seng bun sederhana sekali..." ucap Liau Giok seng "asal kalian berdua menghabiskan kedua cawan air suci tersebut, berarti kalian sudah merupakan anggota perguruan Sam seng bun kami."

Pelan-pelan Kwik Soat kun mengambil secawan air suci. Diperiksanya dengan seksama, tampak air suci itu berwarna hijau tua, ketika didekatkan terasa ada segulung bau harum tersiar keluar dari dalam cawan tersebut.

Terdengar Lian Giok seng berkata lagi.

"Air suci di dalam cawan itu merupakan hidangan yang paling lezat di dunia ini, asal diteguk maka seluruh tubuh akan terasa menjadi segar dan nyaman." 

"Obat yang baik getir rasanya" ucap Kwik Soat kun. "Kalau dilihat dari air suci dalam baki yang begitu harum, aku rasa cairan tersebut sudah pasti bukan suatu minuman yang segar."

Sembari berkata, dia meletakkan kembali cawan air teh itu ke atas tempat semula. Menyaksikan keadaan tersebut, Lian Giok seng segera menegur dengan kening berkerut. "Nona Kwik, apa maksudmu ?"

"Aku kuatir dalam air suci itu ada racunnya."

"Bukankah kalian berdua ingin memasuki perguruan Sam seng bun ? Minum air suci merupakan syarat yang terutama."

"Seandainya dalam air itu ada racunnya sehingga kami mati keracunan, bagaimana jadinya nanti ?"

"Anak murid Sam seng bun tak terhitung jumlahnya, setiap orang pernah minum air suci ini, tapi mereka toh tetap hidup segar bugar."

"Perasaan berjaga-jaga tak boleh lenyap dari hati kami, seandainya kau bersedia untuk meneguk air ini lebih dulu, akupun akan turut meneguknya secawan."

Lian Giok seng mengerutkan dahinya semakin rapat.

"Tampaknya kalian berdua memang berniat mempermainkan lohu... ?"

Sembari berkata, sorot matanya segera dialihkan ke arah enam buah sorot mata yang terang dan kuat dari ketiga buah patung dewa yang tinggi besar itu.

Tampak baki kayu tersebut pelan-pelan ditarik kembali, sementara sorot mata yang tajam itupun tiba-tiba lenyap tak berbekas.

Kwik Soat kun segera mengerti bahwa suatu perubahan telah terjadi. Diam-diam dia menghimpun hawa murninya untuk bersiap siaga, kemudian sambil berpaling katanya tertawa.

"Locianpwe apa gerangan yang telah terjadi ? Kenapa air suci ditarik kembali dan cahaya api padam dengan sendirinya ? Bukankah hal ini berarti kalau kami tidak diperkenankan masuk jadi anggota perguruan Sam seng bun... ?"

Sementara itu Lian Giok seng telah mengerti bahwa dipadamkannya mati saksi dan ditariknya air suci itu berarti semua tanggung jawab ruang Seng thong tersebut telah diserahkan kepadanya untuk diputuskan sendiri, atau dengan

perkataan lain, hak membunuh atas ke-empat orang itu sudah berada di tangannya sekarang.

Hawa amarah yang semula menyelimuti kini sudah mereda, katanya sambil tersenyum.

"Silahkan bangun nona, sandiwaramu sudah lebih dari cukup. Apabila dilanjutkan lagi, nanti bisa hilang keistimewaannya !"

Kwik Soat kun segera melompat bangun, katanya.

"Kalau begitu, para anggota perguruan Sam seng bun selalu di bawah perintah tiga malaikat dan tak berani melepaskan diri lagi secara sembarangan karena mereka sudah dicekoki air suci tersebut." 

"Ehmmm... bagaimana dengan kau sendiri ?" ejeknya. "Apakah lantaran kau sudah dicekoki air suci tersebut, maka kau rela menjadi pelindung dalam ruang malaikat

ini ? Nama besar Cap-ji-hui-huan bukan diperoleh secara gampang, tak nyana kalau begitu tak sayang untuk merusak kembali nama besarmu itu hanya dikarenakan ingin mencuri hidup beberapa tahun lagi."

"Bagus sekali dampratanmu itu, sudah puluhan tahun belum pernah ada orang yang memaki diriku dengan kata-kata seperti itu."

"Setiap orang boleh memaki manusia macam kau !"

"Benar, bila seseorang sudah tak takut mampus untuk memaki siapapun berani, seperti juga keadaanmu sekarang."

"Cukup !" sela Nyoo Hong leng secara tiba-tiba. "Mungkin keadaan seperti ini sudah tak bisa dibiarkan berlarut-larut lagi, harap kalian berdua suka mundur selangkah

ke belakang !"

Kwik Soat kun dan Siau tin menurut, mereka lantas mundur dua langkah dan bersembunyi di belakang Nyoo Hong leng.

Dalam pada itu, tampaknya Lian Giok seng malah tidak terburu napsu untuk turun tangan dengan segera, diamatinya wajah Nyoo Hong leng beberapa kejap, kemudian katanya.

"Nona, tampaknya kau mengenakan topeng kulit manusia ?"

"Ehmmm... ! Aku rasa persoalan ini sama sekali tak ada hubungannya dengan pertarungan kita bukan ?"

"Seandainya kau berhasil kulukai mati, lohu akan mencopot topeng kulit manusia dari wajahnya itu."

Nyoo Hong leng segera mengerahkan tenaganya untuk menekan topeng itu ke atas wajahnya, kemudian berkata.

"Apakah kau bersikeras ingin menyaksikan raut wajahku yang sebenarnya... ?" "Sekalipun kau membunuh akupun, aku tetap akan mencopot topeng kulit manusia tersebut. Kenapa kau tidak melepaskannya sendiri ?"

"Beritahu dulu kepadaku, siapa pembunuh Buyung tayhiap, maka akupun akan melepaskan topeng kulit manusia ini."

"Apa hubunganmu dengan Buyung im-seng ?"

Mendadak Nyoo Hong leng melompat ke depan sambil melepaskan sebuah bacokan kilat kemudian serunya.

"Sambut dulu sebuah pukulanku ini, coba lihat apakah aku berkemampuan untuk menanyakan persoalan tersebut kepadamu."

Lian Giok seng segera mengayunkan pula tangan kanannya menyambut datangnya ancaman tersebut.

Blaamm... ! Diiringi benturan yang sangat keras, tubuh Lian Giok seng tergetar mundur sejauh satu langkah dari posisi semula. 

Tapi seluruh tubuh Nyoo Hong leng pun turut terpental sejauh tujuh delapan depa dari permukaan tanah.

Buyung Im-seng merasa terperanjat sekali ketika dilihatnya tubuh Nyoo Hong leng mencelat setinggi tujuh delapan depa oleh pukulan Lian Giok seng, buru-buru serunya.

"Nona Hong..."

Dengan cepat dia memburu ke arah Nyoo Hong leng.

Tampak tubuh Nyoo Hong leng melayang sejauh lima enam depa dari tempat semula sebelum melayang turun kembali ke atas tanah.

Buyung I-seng segera merentangkan tangannya lebar dan memeluk tubuh Nyoo Hong leng ke dalam pelukannya, kemudian berbisik.

"Kau terluka ?"

Nyoo Hong leng merasa malu sekali ketika dilihatnya Buyung Im seng telah memeluk tubuhnya erat, apalagi ketika teringat kalau disekitar sana banyak orang, dia segera membalikkan tubuhnya dan menyembunyikan kepalanya di belakang bahu anak muda tersebut.

"Aku tidak apa-apa" sahutnya kemudian.

Setelah mendengar suara gadis itu amat tenang dan tidak menunjuk gejala terluka, Buyung Im-seng baru berbisik lagi.

"Jadi kau bukan dipentalkan oleh sapuan angin pukulan lawan ?"

"Bukan. Meskipun dia belum nampak tua, tapi aku tahu kalau usianya sudah amat besar, jika aku harus beradu kekuatan dengannya, sudah pasti bukan tandingannya. Oleh karena itu aku pergunakan taktik..."

"Apakah itupun semacam ilmu silat ?" sela Buyung Im seng. "Benar. Dan lagi merupakan suatu kepandaian silat yang amat tinggi, bagaimanapun lihainya suatu pukulan yang dilancarkan lawan, jangan harap bisa melukai diriku paling banter tubuhnya saja yang terpental jauh."

Setelah berhenti sejenak, terusnya.

"Sekarang aku tak sempat untuk banyak berbicara lagi dengan dirimu, tapi dilain saat kau akan tahu dengan sendirinya !"

Buyung Im seng menghela napas panjang, katanya kemudian. "Asal kau tidak terluka, akupun berlega hati."

"Hei, masa kau memelukku terus menerus di hadapan orang banyak. Malu aku rasanyacepat turunkan diriku."

Buyung Im seng menurut dan pelan-pelan menurunkan tubuh Nyoo Hong leng ke atas tanah sedang Nyoo Hong leng memejamkan matanya sambil bersandar di dalam pelukan Buyung Im seng, lagaknya seperti orang yang lagi terluka padahal dia menggunakan kesempatan tersebut untuk menghilangkan rasa malunya.

Lian Giok seng berdiri serius disamping sambil mengawasi semuanya itu. 

Sekarang dia sudah tahu, rupanya Nyoo Hong leng merupakan satu-satunya jago yang paling lihai diantara beberapa orang itu, asalkan ia berhasil ditaklukkan, maka yang lain secara otomatis lebih gampang untuk dibekuk....

Tampak Nyoo Hong leng menghembuskan napas panjang, lalu melompat bangun, pelan-pelan dia berjalan ke hadapan Lain Giok seng dan ujarnya sambil tertawa. "Tenaga pukulanmu sangat kuat, cuma sayang luka yang ku derita tidak parah, terpaksa kita akan bertarung sekali lagi.."

"Apakah nona masih mempunyai kemampuan untuk melanjutkan pertarungan ini?"

"Kau anggap pukulanmu itu sudah benar-benar mampu untuk melukaiku ?" Lian Giok seng segera berkerut kening, kemudian tegurnya.

"Jadi barusan kau tidak terluka ?" oooOooo

Bagian ke dua puluh tujuh

"Aaaahhhhanya terluka sedikit saja." jawab gadis itu.

Lian Giok seng segera menggerakkan tangan kanannya, dengan kecepatan luar biasa dia langsung mencengkeram pergelangan tangan kanan Nyoo Hong leng. Nyoo Hong leng miringkan badannya ke samping, tangan kanannya bukan menghindar sebaliknya malah maju menyongsong, dengan jari tengah dan jari telunjuk dia babat urat nadi pada pergelangan tangan Lian Giok seng.

Semua gerakan tersebut dilakukan mereka berdua dengan kecepatan luar biasa sehingga para penonton jalannya pertarungan tak sempat melihat jelas perubahan jari tangan dari mereka berdua.

Tampak telapak tangan dan jari kedua orang itu saling menyambar, kemudian dengan kecepatan tinggi masing-masing pihak mundur sejauh dua langkah dari posisi semula,

Ternyata sewaktu Lian Giok seng menyaksikan Nyoo Hong leng bukannya berusaha untuk menghindarkan diri, malahan jari tangan dan jari telunjuknya balik membabat urat nadi sendiri, sadarlah dia kalau telah bersua dengan musuh tangguh, terpaksa dari gerakan mencengkeram dia rubah gerakannya menjadi serangan bacokan untuk membabat pergelangan tangan Nyoo Hong leng.

Siapa tahu pada saat itulah Nyoo Hong leng melepaskan sebuah sentilan ke muka, segulung desiran angin tajam segera menyambar ke depan.

Agaknya Lian Giok seng sama sekali tidak menyangka Nyoo Hong leng bakal melepaskan sentilan jari pada waktu itu, ketika menyadari akan datangnya ancaman, keadaan sudah terlambat.

Tapi oleh karena jarak diantara kedua belah pihak sama-sama dekatnya, maka sambaran ujung jari tangan Lian Giok seng pun berhasil pula mengenai tubuh Nyoo Hong leng. 

Seketika itu juga Lian Giok seng merasakan pergelangan tangannya menjadi kaku, seluruh lengan kanannya menjadi lumpuh dan kesemutan, sebaliknya Nyoo Hong leng juga merasakan punggung tangannya seperti tersayat pisau, sakitnya bukan kepalang.

Setelah kedua belah pihak sama-sama terkena satu serangan, masing-masing pihakpun mundur selangkah ke belakang.

Kedua belah pihak saling berpandangan beberapa saat lamanya, kemudian Lian Giok seng baru tertawa dingin sembari berkata, "Nona, lihai benar ilmu sentilan jari Tan Ci Sin kang mu itu."

Nyoo Hong leng memandang sekejap mulut luka di atas punggung telapak tangan kanannya, timbul pula perasaan kagum dalam hati kecilnya atas kehebatan ilmu silat lawannya, ia lantas berkata.

"Sesudah terkena sentilan jari tanganku, kau masih memiliki sisa tenaga untuk melukaiku, hal ini menandakan bahwa tenaga dalammu memang telah mencapai tingkat kesempurnaan."

Lian Giok seng menghembuskan napas panjang, setelah termenung sebentar, ia berkata lagi.

"Selama puluhan tahun, belum pernah lohu seorang musuh yang begitu tangguhnya seperti nona, aku harap pada hari ini kita bisa melangsungkan suatu pertempuran yang hebat."

"Maksudmu, kita tak boleh mempergunakan siasat licik untuk meraih kemenangan melainkan mengandalkan kepandaian yang sebenarnya untuk saling merobohkan

?" tanya Nyoo Hong leng.

"Betul, entah bagaimana pendapat nona ?"

"Boleh saja, cuma tenaga dalammu amat sempurna, bila aku mesti bertempur dengan mengandalkan kepandaian silat yang sesungguhnya maka akulah yang rugi besar lebih dahulu."

"Kalau begitu nona tidak setuju ?"

"Aku boleh saja menyetujui usulmu itu tapi kita mesti mempertaruhkan sesuatu" "Kalau kudengar perkataan nona ini tampaknya kau sudah mempunyai keyakinan untuk meraih kemenangan"

"Bukan begitu maksudku, aku hanya merasa pertarungan mempergunakan kepandaian yang sesungguhnya merupakan suatu pengorbanan yang besar sekali maka harus dipertaruhkan sesuatu biar semangat, andaikata aku tidak beruntung dan menderita kekalahan di tanganmu maka aku tak akan melawan lagi tapi menyerahkan nasibku untuk kalian tentukan..."

Buyung Im-seng yang mendengar perkataan itu menjadi gelisah sekali, buru-buru teriaknya.

"Nona Hong, aku rasa soal ini"

Sambil tersenyum Nyoo Hong leng segera menukas. 

"Seandainya taruhanku tidak besar, mana mungkin dia bersedia untuk turut taruhan ?"

Sorot matanya segera dialihkan ke wajah Lian Giok seng, kemudian melanjutkan. "Aku rasa dalam hatimu pasti telah mempunyai perhitungan bukan ? Entah aku dapat menangkan dirimu atau tidak, tapi yang pasti, bukan suatu yang gampang bila kau ingin membunuhku atau menawanku hidup-hidup, maka kalahkan saja aku, agar aku mengaku kalah, dengan begitu kesempatan bagimu akan menjadi amat besar sekali. Lagi pula"

"Lagi pula kenapa ? "tanya Lian Giok seng.

"Lagi pula kau dan kau bakal bertarung dengan kepandaian silat yang asli, itu berarti aku harus mempergunakan kelemahanku untuk menghadapi kelebihanmu." "Dalam bidang apakah nona merasa memiliki kelebihan ?" tanya Lian Giok seng kemudian setelah mendengar perkataan itu.

"Aku memiliki kelebihan dalam ilmu meringankan tubuh dan ilmu melepaskan senjata rahasia sebab dalam bidang ini aku dapat terhitung jagoan nomor satu di dunia."

"Nona terlalu mengunggulkan diri sendiri"

"Terserah kalau kau tidak percaya. Tapi yang pasti aku bicara apa adanya, bila kau mengajak aku untuk beradu ilmu meringankan tubuh atau senjata rahasia, sudah pasti kekalahan berada di pihakmu."

"Apakah nona menganggap pasti dapat menangkan aku ? Kalau memang begitu, kita tak usah bertaruh lagi."

Ternyata secara tiba-tiba Lian Giok seng merasa bahwa Nyoo Hong leng adalah gadis yang sangat pintar sekali, dia kuatir seumpamanya sanggup untuk bertaruh dengannya maka besar kemungkinannya akan tertipu, itulah sebabnya dia tak berani menyetujuinya.

"Kau tak berani ?" ajak Nyoo Hong leng.

"Lohu cukup mengetahui tentang keadaan sendiri, bila taruhanmu itu sampai melewati batas kekuasaanku, kita toh tak mungkin bisa bertaruh lebih jauh." "Sebenarnya permintaanku sederhana sekali" ucap Nyoo Hong leng. "Seandainya kau sampai kalah, maka harap membuka pintu ruangan dan melepaskan kami untuk meninggalkan ruangan Seng thong ini."

"Ehmm.ternyata memang tak meleset dari apa yang kuduga."

"Begini saja ! Dikala kita sedang bertanding nanti, kau boleh mempergunakan segala macam kepandaian yang kau kuasai, termasuk pula senjata rahasia, ilmu meringankan tubuh dan lain-lainnya sedang kita pun tak usah bertaruh."

"Aku tahu kalau kau takkan berani sebab kau tak mempunyai keyakinan untuk menangkan diriku bukankah demikian ?"

"Lohu sudah berusia lanjut, masa aku bakal termakan oleh hasutanmu itu?" 

Nyoo Hong leng segera tertawa dingin, katanya. "Haahhhhh.... haaahhhh....

haaahhhhlagaknya saja seorang pelindung hukum dari ruang Seng thong,

padahal kalau dibicarakan yang sebetulnya", Lian Giok seng segera mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak.

"Haaahhhh... haaahhhh... haaahhhbenar-benar makian yang merasuk ke dalam

tulang. Sungguh makian yang menggetarkan sukma"

"Jika kau mengakui dirimu seorang budak, kita tak usah banyak bicara lagi."

Dalam keadaan begini sikap Lian Giok seng berubah menjadi tenang sekali, dengan penuh keseriusan dia berkata, "Bila makian nona sudah cukup, kita boleh segera melangsungkan pertarungan !"

Sementara itu Nyoo Hong leng telah merogoh ke dalam sakunya dan menggenggam segenggam biji Bhudi-cu, kemudian ujarnya dingin.

"Sekarang kau boleh meloloskan pedangmu."

Walaupun Lian Giok seng tahu kalau kepandaian silat Nyoo Hong leng sangat lihai, namun dia masih tak ingin kehilangan pamornya, maka ujarnya sambil tertawa hambar.

"Bila nona tidak menggunakan senjata tajam, aku tak akan sampai mempergunakan pedang untuk menghadapi dirimu."

"Tapi aku hendak mempergunakan senjata rahasia untuk menghadapimu !" "kau telah mengatakan hal itu ! "

Nyoo Hong leng segera menggerakkan tangan kirinya, telapak tangan yang putih bersih itu diayun ke depan menyerang ke dada lawan.

Sesudah bergebrak beberapa jurus, Lian Giok seng tak berani menaruh sikap memandang rendah kepada lawannya lagi, tangan kanannya langsung saja dibalik berusaha untuk mencengkeram pergelangan tangan kiri Nyoo Hong leng berbareng itu juga tangan kirinya secepat kilat melepaskan sebuah pukulan.

Tampak Nyoo Hong leng memutar badannya dan menghindarkan diri dari serangan Lian Giok seng tersebut dengan gesit, lalu tubuhnya melambung ke udara seperti kupu-kupu dan menyelinap ke belakang punggung Lian Giok seng.

Pertempuran ini bukan saja mempengaruhi mati hidupnya Nyoo Hong leng. Lagi pula mempengaruhi pula mati hidupnya Buyung Im-seng dan Kwik Soat kun sekalian, oleh karena itu semua perhatian dari beberapa orang itu ditujukan ke tengah arena pertarungan.

Tatkala menyaksikan gerakkan tubuh Nyoo Hong leng yang gesit, diam-diam mereka mengaguminya.

Siapa tahu Lian Giok seng sama sekali tidak memalingkan kepalanya sambil maju ke depan, dia berbalik melepaskan sebuah pukulan.

Agaknya dia seperti telah menduga dimana Nyoo Hong leng akan menghentikan tubuhnya maka serangan yang dilancarkan olehnya persis diarahkan ke tempat mana Nyoo Hong leng berada sekarang. 

Dengan cepat Nyoo Hong leng menghimpun tenaganya dan melejit ke samping, ternyata dia melompat naik ke atas meja pemujaan tangan kanannya diayunkan ke depan, dua biji bhudicu tersebut dengan cepat meluncur ke depan dan menghantam sepasang mata patung dewa yang berada di tengah ruangan.

Praaannnggg... praaaaanggDiiringi bunyi yang amat nyaring dari sepasang

mata patung dewa bagian tengah itu menyembur keluar hancuran batu kristal yang segera akan tersebar kemana-mana.

Ternyata di dalam sepasang mata patung dewa itu terdapat lapisan kaca kristal yang teba kena dihajar oleh dua butir bhudicu yang disambitkan oleh Nyoo Hong leng itu. Kontan saja kaca tersebut hancur berkeping-keping.

Tak terlukiskan rasa gusar Lian Giok seng setelah dilihatnya gadis itu merusak sepasang mata patung dewanya sambil membentak keras dia menyusul ke atas meja pemujaan dan sepasang tangannya secara beruntun melancarkan beberapa buah bacokan.

Nyoo Hong leng tertawa dingin, ejeknya,

"Hmmm.patung dewa itu tidak lebih cuma alat untuk membohongi orang. Tak

kusangka kalau kalian begitu mempercayainya."

Sambil membentak keras tangan kirinya segera diayunkan ke depan menyambut datangnya telapak tangan kanan Lian Giok seng kemudian badannya melambung ke udara dan melompat turun kembali ke atas tanah.

Lian Giok seng telah diliputi hawa amarah, dia turut melompat turun sementara tangannya melancarkan serangkaian serangan berantai...

Suatu pertarungan yang amat sengit pun segera berkobar dengan sengitnyaDi

bawah cahaya lilin tampak bayangan berlapis-lapis pertarungan yang berkobar ketika itu benar-benar sengit sekali.

Tenaga serangan yang digunakan Lian Giok seng semakin bertambah dahsyat, bahkan diiringi pula oleh deruan angin yang amat memekikkan telinga.

Dengan mengandalkan ilmu meringankan tubuhnya yang sempurna, Nyoo Hong leng segera mengegos kesana kemari dengan kecepatan tinggi, ada kalanya oleh karena terdesak oleh keadaan, maka diapun melancarkan serangan untuk menyambut kemungkinan datangnya ancaman tersebut dengan keras lawan keras. Tak selang berapa lama kemudian, kedua belah pihak telah bertarung hampir seratus kali gebrakan lebih.

Lian Giok seng memang betul-betul memiliki tenaga dalam yang amat sempurna, seratus gebrakan kemudian, bukan saja tenaga serangannya tidak nampak semakin berkurang, malahan makin lama semakin bertambah dahsyat, makin bertarung dia pun nampak makin gagah perkasa.

Sebaliknya Nyoo Hong leng seakan-akan terdesak oleh keadaan, dia selalu berusaha untuk meloloskan diri dari serangan musuh, bahkan ia tak pernah menyambut dengan kekerasan.

Kembali puluhan gebrakan sudah lewat, namun situasinya makin lama semakin tidak menguntungkan bagi Nyoo Hong leng, serangan demi serangan dari Lian Giok 

seng yang begitu dahsyat dan buas memaksa Nyoo Hong leng harus bertempur dan menari kesana kemari bagaikan kupu-kupu mencari madu saja.....

Buyung Im-seng menjadi terkesiap sekali setelah menyaksikan kesemuanya itu, tanpa terasa dia lantas menghimpun tenaga dalamnya dan selangkah demi selangkah maju ke depan.

Agaknya Kwik Soat kun sudah dapat menduga maksud hati Buyung Im-seng, dengan cepat ia menarik tangan anak muda itu sambil bisiknya.

"Jangan bertindak sembarangan sehingga akan dapat menghancurkan rencana kita sendiri. musuh lebih banyak jumlahnya daripada kita, seandainya kau sampai

turun tangan, hal ini akan memberikan kesempatan kepada lawan untuk melangsungkan pertarungan massal, seandainya sampai terjadi keadaan seperti itu, niscaya posisi kita akan menjadi berbahaya sekali, keadaan seperti itu lebih banyak ruginya daripada keuntungan buat kita."

"Apakah kita harus membiarkan dia terluka di tangan lawan ?" kata Buyung Imseng.

"Menurut penglihatanku, dia masih dapat mempertahankan diri beberapa waktu lagi. Dalam keadaan seperti ini rasanya dia masih belum membutuhkan bantuan kita."

Sementara kedua orang itu masih berbincang-bincang, mendadak terdengar suara bentakan nyaring dan dengusan tertahan bergema di sisi telinga mereka....

Ketika semua orang menengok ke tengah arena, maka Lian Giok seng dan Nyoo Hong leng menghentikan serangannya, masing-masing orang mundur dua langkah ke belakang dan berdiri saling berhadapan muka. Nyoo Hong leng mengenakan topeng kulit manusia pada wajahnya ditambah pula obat penyaruan, hal ini membuat paras mukanya tidak tampak sesuatu perubahan. Berbeda dengan Liang Giok seng tampaklah paras mukanya pucat pias seperti mayat, kalau bukan lantaran terluka parah, sudah pasti disebabkan oleh rasa lelah yang kelewat batas. Mendadak terdengar jeritan lengking yang amat memekikkan telinga berkumandang memecahkan keheningan.

Ketika Buyung Im-seng berpaling maka tampaklah orang yang barusan menjerit lengking itu adalah Siau tin.

Tanpa terasa dia lantas menegur dengan kening berkerut. "Mengapa kau menjerit-jerit ?"

Siau tin merasa seperti amat ketakutan sahutnya agak tergagap. "Patung dewa itu"

"Bukankah tetap sama saja ?" sahut Buyung Im-seng segera memperhatikan sekejap ketiga buah patung dewa ditengah ruangan itu.

"Maksudku dua baris patung dewa yang berada di samping" 

"Aaaaahhh,,," Buyung Im-seng segera berpaling ke samping, tampak olehnya patung-patung dewa yang berada di kedua belah sisi ruangan telah bangkit berdiri dari tempat masing-masing.

"Patung-patung dewa itu dapat bergerak" ucap Siau tin cepat. "mereka dapat bangkit berdiri"

"Heehhhh.... heeeehhh... heeehhhh, apa yang mesti diherankan" kata Buyung Im seng sambil tertawa dingin "dan hal itu hanya merupakan penyaruan orang saja" "Hati-hati" bisik Kwik Soat kun, "mereka sudah mempersiapkan pertempuran massal"

Sementara itu Lian Giok seng telah menegur dengan suara dingin. "Nona, bagaimana dengan lukamu ?"

"Bila kau masih sanggup melanjutkan pertarungan, dengan senang hati aku akan mengiringinya."

Lian Giok seng mengalihkan sorot matanya dan kemudian memandang sekejap sekeliling tempat itu, kemudian serunya.

"Kalian tak boleh sembarangan turun tangan."

Tampak kawanan patung dewa yang telah beranjak dari tempatnya itu, kini balik kembali ke tempat masing-masing dan duduk.

Tiba-tiba Nyoo Hong leng memalingkan kepalanya dan memandang wajah Buyung Im seng dengan sorot mata yang tajam, setelah itu katanya,

"Toako melepaskan kita pula dari tempat ini"

"Dia hanya seorang pelindung hukum ruangan ini saja, tentu saja tidak berhak untuk melepaskan kita."

"Toako bila aku mati, apakah kau masih bersedia untuk hidup terus di dunia ini ?" Buyung Im seng agak tertegun setelah menghadapi pertanyaan tersebut, jawabnya kemudian.

"Kau mati lantaran aku, mana mungkin aku masih bisa hidup lebih lanjut?"

"Baik, kalau begitu mari kita melepaskan api dan membakar ruangan Sam seng tong ini."

Lian Giok seng yang mendengar perkataan itu segera tertawa dingin, jengeknya. "Sayang sekali ruangan Seng tong ini terbuat dari batu cadas yang tidak kuatir dibakar, sekalipun nona membawa api juga percuma saja, tak nanti ruang Seng tong ini bakal terbakar."

"Delapan orang menyaru sebagai patung dewa ditambah dengan kau seorang she Lian berarti sembilan orang, sedang kami tiga orang perempuan dan seorang lelaki berjumlah empat orang. Seandainya sampai terbakar dan mati semua, berarti kami masih untung lima orang."

"Persoalan sekarang, apakah nona sanggup untuk melepaskan api dan membakar bangunan ini." kata Lian Giok seng dingin. 

"Kenapa tak dapat ?"

"Coba aku akan menghalangi niat itu. Bila nona berani melepaskan api untuk membakar gedung ini, maka terpaksa aku akan menggunakan senjata tajam untuk menghalangi niatmu itu."

"Aku pun berpendapat demikian, dalam kepalan, telapak tangan dan senjata rahasia kita sudah mencoba dua babak, namun masih belum menentukan siapa menang siapa kalah, bila kita harus melangsungkan pertarungan lagi aku memang ada niat untuk mempergunakan senjata tajam."

"Bagus sekali kalau begitu, senjata tajam apakah yang hendak nona gunakan ? Apakah sudah dibawa dalam saku ?"

Dari dalam sakunya Nyoo Hong leng mengambil keluar sebilah pedang emas yang pendek dan kecil, kemudian sambil digenggam dalam tangan, sahutnya.

"Inilah senjataku !"

Lian Giok seng memandang sekejap pedang emas itu, panjangnya satu depa belaka, tanpa terasa dengan kening berkerut katanya.

"Senjata tajam yang kau pergunakan bagus sekali, mirip sebilah belati, entah cocok tidak untuk dipergunakan ? Bilamana membutuhkan, aku bersedia untuk meminjamkan sebilah pedang buat nona."

"Kau jangan memandang rendah pedang pendekku ini, sebentar saja engkau bakal tahu sendiri betapa lihainya senjata andalanku ini !"

"Aku ingin sekali menyaksikan keanehan dan keistimewaan apakah yang dimiliki senjata tajam milik nona itu ?"

"Kalau begitu, saksikanlah sendiri !"

Lian Giok seng segera mengangkat tangan kanannya, pedangpun diloloskan dari dalam sarungnya, kemudian ujarnya dingin.

"Walaupun ilmu silat yang nona miliki merupakan kepandaian tangguh yang pernah kujumpai selama hidupku, namun sikap nona terlalu angkuh, terlalu latah."

Pedangnya segera digetarkan keras dan secepat kilat menusuk ke dada Nyoo Hong leng.

Pedang pendek Nyoo Hong leng segera berkelebat lewat dan memancarkan cahaya keemasan yang menyilaukan mata, kemudian"Trang" dia telah menangkis

serangan pedang dari Lian Giok seng tersebut. Sambil tertawa dingin, Lian Giok seng berseru. "Nona, sungguh hebat sekali ilmu pedangmu itu"

Pedangnya digetarkan sekali lagi, dia mengembangkan suatu serangan kilat yang amat gencar.

Tampak cahaya tajam berkilauan, hawa pedang menggulung-gulung, betul-betul suatu serangan yang hebat sekali. 

Nyoo Hong leng merasakan jurus serangan pedang yang digunakan Lian Giok seng itu bukan saja dilancarkan dengan kecepatan luar biasa sebaliknya setiap jurus pedangnya terbawa suatu daya tekanan yang sangat besar dan kuat, belum lagi serangan mencapai sasaran, segulung desingan angin tajam telah menyambar.

Diam-diam bergidik juga perasaannya, dia lantas berpikir.

"Bukan saja jurus pedang yang digunakan orang ini sangat aneh, tenaga dalamnya yang dimilikipun amat hebat, andaikata pertarungan ketat harus dilangsungkan terus menerus, mungkin tidak besar kesempatan bagiku untuk meraih kemenangan."

Berpikir demikian, mendadak timbul suatu keinginan untuk meraih kemenangan yang amat kuat, pedang emasnya segera berubah dan dia kembangkan suatu serangan balasan yang hebat sekali.

Dalam waktu singkat, cahaya emas berputar-putar sembilan pedang pendeknya itu sudah berputar menciptakan selapis cahaya keemasan yang amat menyilaukan mata.

Di bawah sorot cahaya lilin, tampak segulung cahaya putih dan segulung cahaya emas bercampur aduk menjadi satu serta menggulung-gulung tiada hentinya.

Buyung Im seng dan Kwik Soat kun mengikuti jalannya pertarungan itu dari samping arena, sedemikian tangannya mereka sampai peluh dingin tanpa terasa jatuh bercucuran.

Kwik Soat kun sudah pernah menjumpai banyak sekali pertempuran sengit selama ini, namun belum pernah menghadapi pertarungan yang begini bahayanya seperti sekarang, tampak cahaya berkilauan saja yang menyelimuti angkasa, sementara bayangan manusianya sama sekali tidak nampak.

Buyung Im seng mendehem pelan, lalu bisiknya kepada Kwik Soat kun.

"Nona Kwik, pertarungan yang sedang berlangsung pada saat ini berbahaya sekali bukan ?"

"Belum pernah kulihat pertempuran itu yang begini dahsyat dan sengitnya seperti saat ini, benar-benar membuat pandangan orang menjadi kabur dan pikiran turut menjadi kalut."

"Menurut pendapatmu, siapakah diantara mereka yang lebih menguntungkan posisinya ?"

"Sampai sekarang masih sukar untuk melihat siapa diantara mereka yang lebih menguntungkan."

Setelah berhenti sebentar dia melanjutkan.

"Sepintas lalu kau tampak dingin, kaku. Sungguh tak disangka kalau rasa cinta kau begitu tebal."

Buyung Im seng segera menghela napas panjang, katanya.

"Aaaii.. seandainya nona Nyoo sampai menderita kekalahan, maka siapapun diantara kita jangan harap bisa hidup lebih jauh." 

"Sejak kami mengikuti kau datang ke sini, siapakah yang masih mengharapkan bisa pulang dalam keadaan hidup ?"

"Aaaiterhadap kau, nona Kwik dan nona Siau-tin, aku tetap merasa berterima

kasih sekali."

Dia lantas menerima pedang dari tangan Siau-tin, kemudian sambungnya lebih lanjut.

"Seandainya nona Nyoo mulai menunjukkan tanda-tanda kalah, aku akan segera turun tangan untuk membantunya. Aku harap nona berdua pun suka bersikap sedia menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan."

Sementara pembicaraan itu berlangsung, mendadak terdengar Lian Giok seng membentak keras.

"Lepas tangan."

"Sret, sret, sret !" Secara beruntun dia melancarkan tiga buah serangan berantai. "Belum tentu ! "jawab Nyoo Hong leng.

Pedang emasnya segera digetarkan dan secara beruntun dia melancarkan pula tiga buah serangan berantai.

Tiga kali bentrokan nyaring bergema memecahkan keheningan, di dalam bentrokan tersebut kedua belah pihak sama-sama telah mengerahkan segenap kekuatan yang dimiliki,

Selewatnya tiga gebrakan itu tampak dua orang tersebut sudah tidak berkemampuan lagi untuk melanjutkan pertarungan. Tanpa terasa kedua belah pihak sama-sama mundur selangkah, pertarungan sengit pun tiba-tiba berubah menjadi hening sekali.

Pelan-pelan Nyoo Hong leng memejamkan matanya lalu mengatur pernapasannya. Buyung Im seng menjadi terperanjat sekali, diam-diam pikirnya.

"Dia pasti sudah kehabisan tenaga untuk melangsungkan pertarungan, maka tanpa memperdulikan mara bahaya yang sedang mengancam dia lantas mengatur pernapasannya, kalau bukan karena begitu berhadapan dengan musuh yang begitu tangguh, apalagi terhitung jago kelas satu dalam dunia persilatan, dia berani memejamkan mata untuk mengatur napas ?"

Lian Giok seng telah memandang sekejap pula ke arah Buyung Im seng. Kemudian dia pun memejamkan matanya untuk mengatur pernapasan.

"Rupanya Lian Giok seng sendiri pun sudah berada dalam keadaan tidak tahan, kelihaian ilmu silat orang ini paling tidak seimbang dengan kemampuan dari Nyoo Hong leng. Seandainya membiarkan kedua orang ini melangsungkan kembali pertarungannya setelah berhasil memulihkan kembali tenaga dimana dua harimau bertarung, akhirnya satu diantaranya pasti akan terluka, padahal kami ada ditempat bahaya, sedang jumlah musuh tak terhitung jumlahnya, aaaidiantara

kami cuma ada seorang Nyoo Hong leng yang berkepandaian tinggi, jelas dalam pertarungan hari ini, kita ada di pihak yang kalah" 

Setelah berhenti sejenak diapun berpikir lebih jauh, "Lian Giok seng yang merupakan pelindung hukum dari ruangan Sim seng thong, itu berarti dia memperoleh kepercayaan dari ketiga malaikat, pelindung-pelindung hukum dalam ruangan ini pun di bawah komandonya semua. Bila dia bisa kutangkap dan memaksanya membuka pintu ruangan, siapa tahu kami akan lolos dari sini dengan selamat ? Sekarang kami berada dalam sikap permusuhan, perduli amat dengan tata cara dan sopan santun.."

Berpikir sampai di situ dia bersiap-siap untuk turun tangan, tapi sebelum tindakan selanjutnya dilakukan mendadak terdengar suara bisikan yang amat lirih berkumandang di sisi telinganya.

"Jangan sembarangan bergerak, kecuali bisa membunuhnya atau membekuknya hidup-hidup. Kalau tidak, keadaan kita sangat berbahaya sekali!"

Buyung Im seng dapat mengenali suara bisikan itu berasal dari Nyoo Hong leng yang mempergunakan ilmu menyampaikan suara yang berguna untuk memberikan peringatan kepadanya agar jangan sembarangan bergerak, terbayang bagaimana dia sedang memejamkan mata namun semua gerak geriknya untuk menyergap sekali...

Tapi dia menuruti pesan tersebut dan berdiri tak berkutik di tempat semula. Mendadak terdengar Siau-tin menjerit lengking, tubuhnya goncang keras lalu roboh terjengkang ke atas tanah.

Perubahan ini berlangsung sangat tiba-tiba, hal ini membuat Buyung Im seng sendiri pun merasa agak gugup dan gelagapan, buru-buru dia menghampiri Siautin sambil menegur.

"Nona"

Sementara itu Kwik Soat kun telah memegang tangan Siau-tin dan ingin membimbingnya bangun, tampak tubuh Kwik Soat kun yang sedang membungkuk itu mendadak tersungkur ke depan dan ikut roboh pula ke tanah.

Dengan hati terkesiap Buyung Im seng mundur selangkah ke belakang, kemudian serunya.

"Nona Kwik. "

Setelah terjungkal ke tanah, Kwik Soat kun sama sekali tak berkutik lagi, separuh tubuh bagian atasnya masih berada di atas kaki Siau-tin.

Semua peristiwa tersebut hanya berlangsung dalam sekejap mata saja, buru-buru Buyung Im seng menenangkan hatinya dan berpaling ke arena. Ia saksikan Lian Giok seng masih berdiri tak berkutik di tempat semula, sepasang matanya terpejam rapat, tampaknya mustahil dia yang melancarkan sergapan tersebut.

Tapi ruangan itupun terang benderang bermandikan cahaya, selain Lian Giok seng seorang, tidak nampak kehadiran orang lain.

Sementara dia masih kaget bercampur tercengang, mendadak salah satu jalan darah penting di belakang tubuhnya menjadi kaku, segenap kekuatannya menjadi lenyap tak berbekas, tangan kanannya mengendor dan pandangannya terjatuh ke tanah, sepasang kakinya seakan-akan tak sanggup menahan kekuatan tubuhnya 

lagi, ia roboh terjengkang ke tanah. Walaupun tubuh tak dapat bergerak, mulut tak dapat berbicara, akan tetapi dia mengerti dengan jelas kalau dia sudah termakan serangan gelap dari seseorang.

Benar juga, dari balik patung dewa di tengah ruangan itu segera terdengar seseorang tertawa dingin, kemudian menegur.

"Lian Giok seng, tinggi sekali kah kepandaian silat yang dimiliki budak itu ?" Lian Giok seng berkerut kening tapi dengan cepat wajahnya cerah kembali, sahutnya dengan hormat.

"Benar, ilmu silat yang dimilikinya lihai sekali, sudah dua kali hamba melangsungkan pertempuran dengannya, tapi menang kalah belum berhasil ditentukan, cuma Seng cu tak usah kuatir, hamba yakin masih sanggup untuk mengalahkan dirinya."

Dari balik patung dewa di tengah ruangan itu kembali berkumandang pembicaraan yang sangat dingin.

"Aku tidak dapat menduga, masih ada manusia manakah dalam dunia persilatan yang sanggup untuk bertarung seimbang dengan dirimu ?"

"Hamba sendiripun tak dapat menduga siapakah dia, tapi hamba dapat melihat kalau dia mengenakan selembar topeng kulit manusia, seandainya bisa dibekuk hidup-hidup dan melepaskan topeng kulit manusia, aku rasa kita akan segera menyaksikan raut wajah aslinya."

Tiba-tiba orang di dalam patung dewa bagian tengah itu berseru sambil tertawa dingin.

"Kalau begitu, suruh dia lepaskan topeng kulit manusia yang dikenakannya itu !" "Soal itu tergantung pada kehendakku sendiri" sambung Nyoo Hong leng dengan suara dingin, "jika kau tidak puas, kenapa tidak segera menampilkan diri untuk bertarung melawan diriku ? menyembunyikan diri dalam patung berlagak menjadi setan, apakah kau tidak merasa telah menurunkan derajatmu sendiri ?" "Hmmm...kini aku dapat menduga siapa gerangan dirimu, aku menyuruh kau melepaskan topeng tak lebih hanya ingin membuktikan kecurigaanku belaka, bila kau tetap bersikeras terus menerus, jangan salahkan kalau aku segera akan menurunkan perintah untuk membunuh ketiga orang rekanmu itu..."

Ucapan tersebut benar-benar merupakan sebuah senjata yang mematikan, Nyoo Hong leng tertegun beberapa saat lamanya, lalu ujarnya. "Coba kau katakan, siapakah diriku ini?"

"Kau adalah Biau-hoa Lengcu Nyoo Hong leng, bukankah begitu?"

Bukan menjawab pertanyaan itu, Nyoo Hong leng hanya berkata. "Baiklah! Aku akan melepaskan topeng kulit manusia yang kukenakan agar kau bisa membuktikan kecurigaanku di dalam hatimu, cuma kau" 

Orang di dalam patung dewa itu segera tertawa terbahak-bahak. "Haaahhh... haaahhh... haaahhh.. cuma aku harus melindungi keselamatan jiwa Buyung Im seng bukan?" sambungnya.

Tergerak juga hati Nyoo Hong leng setelah mendengar perkataan itu, pikirnya. "Orang ini betul2 sangat lihay, tampaknya dia sudah lama mengetahui rahasia hatiku ini."

Berpikir demikian, dia lantas menjawab. "Masih ada satu hal lagi, akupun ingin menjumpai dirimu yang sebenarnya."

"Sekarang kalian sudah terjebak dalam posisi yang berbahaya sekali, mati hidupmu sudah dalam kekuasaan kami, berani betul mengajukan syarat kepadaku. Hmm.. kau benar2 tak tahu diri!"

"Jika kau enggan untuk mengabulkan permintaanku ini terpaksa harus menempuh jalan untuk bertarung sampai titik penghabisan.."

"Aku tidak dapat memikirkan kemampuan apakah yang kau miliki sehingga bisa memaksakan suatu kematian bersama dengan kami."

"Aku memiliki semacam api beracun, bila terbakar asap beracunnya akan menyelimuti seluruh angkasa, barang siapa mengendus asap beracun itu, dia bakal mati tanpa tertolong lagi"

Orang di dalam patung dewa bagian tengah itu segera tertawa terbahak-bahak. "Haaahhh... haaahhh... haaahhh... sekalipun apa yang kau katakan itu benar, juga tak bakal bisa melukai diriku." Setelah berhenti sejenak, lanjutnya. "Cuma, kau boleh melepaskan dulu topeng kulit manusiamu itu, setelah aku berjumpa denganmu, baru akan kuputuskan apakah akan bertemu dengan kau atau tidak" Terdengar Lian Giok seng turut berkata. "Seng-cu sudah bersikap luar biasa sekali kepadamu, bila kau masih juga tidak menyetujuinya, hal ini sama artinya dengan mencari kematian buat diri sendiri."

Nyoo Hong leng lantas berpikir. "Situasi yang kuhadapi saat ini sangat tidak menguntungkan, seandainya aku tidak mengabulkan permintaannya, bisa jadi mereka akan segera merenggut nyawa Buyung kongcu."

Berpikir sampai di situ, pelan-pelan dia melepaskan topeng kulit manusia yang dikenakan itu. Selembar wajah yang cantik jelita bak bidadari dari khayangan segera muncul di bawah sorot cahaya lentera. Lian Giok seng segera merasakan wajah itu cantik jelita dan menggiurkan sekali, tanpa terasa diam-diam ia memuji dalam hati.

Terdengar orang di dalam patung dewa itu segera menegur. "Kau adalah Siau-hoa Lengcu?"

oooOooo

Bagian ke dua puluh delapan

"Benar" sahut Nyoo Hong leng, "sekarang aku telah melepaskan topeng kulit manusia yang kukenakan, oleh karena itu aku harap kaupun dapat segera menampilkan dirimu." 

Orang di dalam patung di bagian tengah itu tertawa pelan, sahutnya. "Baiklah, untuk menyambut kedatanganmu pada malam ini, akan ku selenggarakan suatu perjamuan untuk merayakan kehadiranmu itu."

Selama ini dia selalu berbicara dengan suara yang dingin dan kaku, tapi dalam gelak tertawanya kali ini agaknya muncul dari sanubarinya sehingga kedengarannya membawa hawa manusia.

"Maksud baik anda biar kuterima dalam hati saja," ucap Nyoo Hong leng dengan cepat, "cuma, aku ada satu syarat."

"Apa syaratmu itu?"

"Aku minta semua orang yang datang bersamaku harus turut menghadirinya, seorangpun tak ada yang boleh ketinggalan."

Suara dari orang yang berada dalam patung dewa itu kembali menjadi dingin dan kaku, kemudian sahutnya. "Ini merupakan suatu permintaan ataukah suatu paksaan?"

"Bagaimana harus kukatakan, baru kau bersedia untuk mengabulkannya?" gadis itu balik bertanya dengan suara mengancam.

Teringat akan keselamatan Buyung Im seng, diam-diam Nyoo Hong leng menghela napas panjang. "Aaai... kalau begitu, anggap saja sebagai permohonanku" ucapnya kemudian.

Orang yang berada di dalam patung dewa itu segera tertawa nyaring. "Haaahhh... haaahhh... haaahhh.. baiklah! Memandang di atas wajah Lengcu, biarlah merekapun menikmati santapan malam bersama-sama diriku." Setelah berhenti sebentar, dia melanjutkan.

"Lian Giok seng, bawa nona ini menuju ke ruang tamu untuk duduk sebentar, nantikan perintahku selanjutnya."

"Terima perintah!" sahut Lian Giok seng sambil membungkukkan badannya memberi hormat. Sorot matanya segera ke wajah Nyoo Hong leng, kemudian melanjutkan.

"Nona harap mengikuti diriku!" Seraya berkata dia lantas membalikkan badan dan berjalan menuju ke sudut ruangan sana.

Nyoo Hong leng segera membangunkan Buyung Im seng, mengempitnya di bawah ketiak, lalu katanya. "Bawa serta mereka semua!"

Liang Giok seng segera berhenti seraya berpaling, katanya. "Tidak bisa ruang tamu itu hanya akan melayani nona seorang, lagi pula mereka sudah terkena jarum beracun tak nanti nona sanggup memunahkan racun yang mengeram di tubuh mereka setelah Seng-cu menyanggupi untuk membiarkan mereka menemanimu, itu berarti beliau pasti akan mengutus orang untuk menyembuhkan luka racun yang mereka derita, sekarang lebih baik kau ke ruang tamu sendirian saja, sebab jika kau memaksa untuk membawa serta mereka semua, hal ini malahan justru akan mencelakai jiwanya." 

Nyoo Hong leng termenung dan berpikir sebentar, akhirnya dia menurunkan kembali tubuh Buyung Im seng dan mengikuti di belakang Lian Giok seng menuju ke sudut ruangan. Dari satu bagian rahasia pada sudut ruangan itu, Lian Giok seng segera mengetuk dindingnya beberapa kali. Nyoo Hong leng sudah menduga dia bakal membuka pintu rahasia itu dengan menekan tombol-tombol rahasia yang berada di sana, maka dia terus memperhatikan dengan seksama, tai menanti jari tangannya sudah menyentuh pada tombol rahasia itu, keadaan sudah terlambat, dia tak sempat lagi untuk mengingat kembali berapa kali kah orang itu mengetuk

di atas dinding sebagai kode rahasianya.

"Kraaakk...!" Pintu rahasia di atas dinding itu segera terpentang lebar. "Aku akan membukakan jalan untukmu." kata Lian Giok seng kemudian.

Dia segera melangkah masuk dulu ke dalam ruangan. Nyoo Hong leng mengikuti di belakangnya, setelah melewati sebuah lorong sempit yang memanjang, akhirnya sampailah mereka di dalam sebuah ruangan kecil.

Lian Giok seng lantas mengambil korek api dan segera memasang lilin yang berada di sudut ruangan tersebut. Dengan cepat seluruh ruangan itu menjadi terang benderang bermandikan cahaya. Diam-diam Nyoo Hong leng menarik napas panjang-panjang, dia merasa ruangan tersebut sama sekali tidak terasa sumpek atau menyesakkan napas, jelas memiliki peredaran yang amat sempurna.

Terdengar Lian Giok seng berkata. "Ruang Seng-tong merupakan tempat yang paling penting dari perguruan kami, banyak sekali jebakan yang kami pasang di sekitar tempat ini, aku harap yang tidak begitu hapal dengan jalanan di sekitar sini, maka lebih baik jangan mengambil tindakan untuk mencoba-coba melarikan diri dari tempat ini."

"Kau sangat hapal bukan dengan daerah di sini? Hanya sekali mengulurkan tangan saja kau sudah dapat memasang api pada lilin ruangan ini."

"Benar! Setiap benda yang berada dalam ruangan ini benar2 telah kukuasai di luar kepala."

"Malam ini Seng-cu kalian hendak mengadakan perjamuan bagiku, entah kau sebagai komandan pengawal ruangan akan turut menghadirinya ataukah tidak

.....?"

"Soal initampaknya nona sudah tahu, kalau aku tak dapat memberikan

jawabannya, maka sengaja kau ajukan pertanyaan tersebut kepadaku?" "Ilmu

silat yang kau miliki sangat lihay, tenaga dalam yang kau milikipun jauh lebih sempurna daripada tenaga dalamku, tapi aku merasa sayang untukmu" ucap Nyoo Hong leng dingin.

Lian Giok seng tertawa hambar.

"Apa yang patut disayangkan?" tanyanya.

"Rela menjadi budak orang dan melakukan hidup yang rendah serta melakukan di tempat semacam ini."

Ternyata Lian Giok seng sama sekali tak menjadi marah oleh hinaan tersebut, maka sambil tersenyum tanyanya. "Sudah cukupkah nona memaki diriku?" 

Tatkala dilihatnya orang itu sama sekali tidak nampak gusar oleh cemoohannya, Nyoo Hong leng menjadi naik pitam sendiri, sambil tertawa dingin katanya, "Aku lihat kau betul-betul sudah bertebal muka sampai mukamu mengering dan tak mungkin akan merasa malu lagi, hmm.. betul-betul tak kusangka kalau dalam dunia terdapat orang yang begitu tak tahu malu macam dirimu itu, sekalipun ku caci maki dirimu sampai serak tenggorokanku juga percuma saja."

Lian Giok seng segera mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak. "Haaahhh... haaahhh... haaahhh.. benar-benar makian yang memuaskan hati, selama hidup sekalipun belum pernah aku dimaki orang dengan makian seperti ini."

Diam-diam Nyoo Hong leng lalu berpikir. "Orang ini benar-benar mempunyai muka yang sangat tebal dan tidak takut dihina, percuma saja aku memakinya terusmenerus."

Karena kesalnya dia tidak memaki lebih jauh sambil membalikkan badan dia lantas mengambil tempat duduk, memejamkan matanya dan sama sekali tidak menggubris diri Lian Giok seng lagi.

Ternyata ruangan itu mempunyai dekorasi yang sangat indah dan mewah, selain terdapat meja terbuat dari batu, juga terdapat beberapa buah kursi yang beralaskan kasur dan kain pembungkus yang indah dan halus sekali..." Lian Giok seng segera menutup pintu ruangan itu, kemudian sambil menghampiri gadis tersebut, bisiknya lirih.

"Nona, apakah kau sangat menguatirkan keselamatan Buyung Im seng...?"

"Kalau benar, mau apa kau?" jawab Nyoo Hong leng dengan suara yang dingin dan kaku.

"Ingin menyelamatkan dirinya?"

Nyoo Hong leng agak tertegun setelah dihadapkan pertanyaan tersebut. "Apa maksudmu berkata demikian?" serunya kemudian setelah termenung sebentar, "apakah kau ingin memancing sesuatu keterangan dari dalam mulutku ini...?" (Bersambung ke jilid 20) 
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar