Lembah Tiga Malaikat Jilid 01

Jilid 1

Langit makin lama semakin menggelap, senja sudah lama lewat, dari ujung jalan tiba-tiba muncul empat ekor kuda yang sedang dilarikan dengan kencang.

Makin lama kuda itu semakin mendekat dan penunggangnya makin lama semakin jelas pula wajahnya.

Mereka terdiri dari empat orang, dua orang gadis dan dua lelaki.

Gadis yang berjalan paling depan berwajah cantik jelita bagai bidadari dari kahyangan, dengan potongan tubuh yang ramping, ia adalah ketua dari suatu organisasi besar dalam dunia persilatan, Bau-hoa-lengcu Nyo Hong-ling julukannya. Di belakangnya mengikuti seorang lelaki kekar berwajah gagah dan seorang gadis yang tak kalah pula kecantikan wajahnya, sedang dipaling belakang mengikuti pula seorang pemuda sastrawan yang bertubuh lemah lembut serta berwajah tampan.

Empat ekor kuda dengan empat orang penunggangnya yang aneh, melarikan binatang tunggangannya itu menuju ke arah utara dengan kecepatan yang sangat tinggi, tampaknya ada suatu urusan penting yang sedang mereka lakukan. Kurang lebih belasan li kemudian, sampailah mereka di mulut sebuah lembah, si gadis cantik atau Nyo Hong-ling itu segera menggebrak kudanya menerjang masuk ke dalam lembah tersebut.

Tiga orang rekannya dengan cepat mengikuti pula di belakangnya menerjang masuk ke dalam lembah tersebut. 

Beberapa li kembali dilewatinya dengan cepat, akhirnya sampailah mereka di depan sebuah kuil San sin-bio yang sudah bobrok, Nyo Hong-ling melarikan kudanya ke arah sana, melompat turun dari kudanya dan melepaskan pelananya. Tiga orang rekannya, meski merasa heran sekali dengan tindakan yang dilakukan gadis itu, namun tak seorangpun yang buka suara, dengan cepat mereka menuruti perbuatannya itu dengan menurunkan pelana dari atas kuda.

Memandang kuda jempolan itu, Nyo Hong-ling menghela napas pelan, gumamnya. "Kalau kubunuh, rasanya terlalu kejam, dibiarkan hidup hanya akan meninggalkan titik terang bagi pengejar-pengejar kita, aihhentah bagaimana baiknya?"

"Apakah kita akan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki?" tanya lelaki bertubuh kekar itu.

"Ya, terpaksa kita harus berbuat demikian sebab tindak tanduk kita telah menimbulkan perhatian dari lawan."

"Kau maksudkan orang-orang dari lembah tiga malaikat?"

"Sampai saat ini kita belum bisa menemukan bukti yang nyata, tapi yang pasti mereka telah lama mengejar kita berempat.."

"Apakah diantara pengejar kita terdapat seorang gadis berbaju putih yang menunggang kuda putih?" sela gadis berbaju hijau.

"Kalian berjumpa dengan mereka?" tanya Nyo Hong ling.

"Aku berjumpa dengannya ketika mereka sedang menanti kedatangan nona ditempat pertemuan yang telah nona tentukan itu." jawab lelaki bertubuh kekar. Lelaki ini she Tong bernama Thian hong, dia cukup tersohor dalam dunia persilatan. Gadis baju hijau yang mendampinginya tadi she Khi bernama Li ji, sedangkan pemuda sastrawan yang berwajah tampan itu bernama Buyung Im seng. Mereka bertiga telah mengadakan suatu kontak rahasia untuk bertemu di suatu tempat untuk menyelidiki letak dari lembah tiga malaikat yang belakangan ini meraja lela dalam dunia persilatan.

Terdengar Nyo Hong ling bertanya lagi. "Tindakan apa yang dilakukan oleh perempuan berbaju putih itu?"

"Ia bertanya kepada kami sekalian, mengapa ditengah malam buta begini duduk ditengah pegunungan yang sepi."

"Lantas apa jawabanmu?"

"Aku lantas membohonginya, aku bilang kami akan pergi ke kota Kay-hong untuk berkunjung ke rumah Be toa sianseng, oleh karena kuda kami terluka pada kakinya, maka terpaksa beristirahat di sana." Setelah berhenti dan termenung sejenak, dia melanjutkan. "Agaknya perempuan itu cukup memahami persoalan dunia persilatan, setelah ku singgung nama Be toa sianseng dari Kay hong, dia lantas membalikkan kudanya dan pergi."

"Kalau begitu, urusan sudah amat jelas sekarang, sudah pasti mereka berniat untuk menguntit jejak kita berempat." 

"Apakah kalian berdua juga telah berjumpa dengan gadis yang berbaju putih itu?" Tong Thian hong balik bertanya kemudian. "Ya, kami telah berulang kali berjumpa muka dengannya, malah sudah mengalami beberapa kali penghadangan ditengah jalan yang memaksa terjadinya pertarungan, itulah sebabnya Tong Siau pocu terpaksa harus menunggu agak lama."

"Aku sih tak menjadi soal," jawab Tong Thian hong sambil tertawa. "Yang pantas dikasihani adalah nona Ki, ia merasa amat gelisah sekali."

"Hm, kau mengatakan siapa yang gelisah?" seru Ki Li-ji dengan cepat. Menyaksikan wajah si nona yang galak bercampur gelisah itu, Thian hong tersenyum dan tidak bicara lagi.

Nyo Hong ling lantas memandang sekejap ke arah Ki Li ji, lalu katanya. "Li-ji, mengapa sikapmu terhadap Tong Sou pocu begitu tak tahu sopan?" Belum sempat Ki Li ji menjawab Tong Thian hong telah berkata lagi. "Aah, tidak menjadi soal, nona Ki dan aku sudah terbiasa saling bergurau."

Nyo Hong ling termenung kembali sesaat lamanya, sesudah itu dia menyahut kembali.

"Dua orang manusia yang berbaju hitam menghadang kami itu memiliki ilmu silat yang tangguh, tapi kami yang terpaksa harus merahasiakan identitas enggan untuk turun tangan dengan sepenuh tenaga, kami sengaja bertarung seimbang dengan mereka, benar juga, orang yang bertarung dengan Buyung kongcu itu sendirinya menghentikan pertarungan setelah pertempuran berlangsung ratusan gebrakan kemudian."

Sorot matanya dialihkan sekejap ke arah Buyung Im seng, kemudian melanjutkan. "Kasihan saudara Buyung, kalau kita mengerahkan segenap tenaga untuk melawan seseorang yang berilmu tinggi, keadaan masih muda dikuasai, tapi bila harus bertarung seimbang melawan seseorang yang berilmu cetek tanpa memberi kesempatan kepada musuh untuk mengetahui rahasia kita, apa lagi berlagak kepayahan agar lawan percaya, mungkin perbuatan ini harus dilakukan sepuluh kali lipat lebih payah bila dibandingkan untuk melawan seseorang yang berilmu tinggi."

"Yaa, waktu itu aku memang kepayahan sekali sampai mandi keringat, susah juga untuk berlagak seperti seorang yang berilmu cetek," sahut Buyung Im seng. "Apakah nona tidak turun tangan?" tanya Ki Li ji

"Waktu itu aku sedang menyaru sebagai kacung bukunya, maka seorang kacung buku juga berilmu?"

Mendengar itu, Ki Li ji diam-diam berpikir.

"Siapa suruh kau menyaru sebagai kacung buku? Coba kalau seperti aku, menyambar sebagai saudaranya, tentu akan lebih bebas untuk bergerak"

Sementara itu Tong Thiang hong telah memeriksa cuaca dan bertanya. "Sekarang apa yang harus kita lakukan?" 

"Kita akan beristirahat sebentar di sini," kata Nyo Hong ling, bereskan pelananya, jangan lupa untuk bekerja yang cermat hingga tidak meninggalkan bekas, kemudian kita harus menyaru kembali dengan dandanan yang lain, agar tidak menimbulkan kecurigaan mereka terhadap identitas kita.

"Apakah Lembah tiga malaikat terletak di sekitar tempat ini?" tanya Tong Thian hong.

"Aku tak terlalu yakin, menurut apa yang diketahui, agaknya lembah tiga malaikat sudah tidak jauh letaknya, sebab penjagaan disekitar tempat ini sangat tangguh dan berlapis-lapis."

"Jadi nona sendiripun kurang tahu?"

"Aku tak berani memastikan, cuma kita harus mencari akal agar mereka yang membawa kita kesana."

"Agar mereka yang membawa kita kesana? pikir Tong Thian hong, "gampang memang untuk dibicarakan, tapi untuk melakukan mungkin akan mengalami kesulitan."

Terdengar Nyo Hong ling berkata lagi.

"Persoalan paling penting yang sedang kita hadapi sekarang adalah bagaimana menyelesaikan ke empat ekor kuda ini."

"Bila tak ingin meninggalkan bekas, hanya ada satu cara untuk kita, bunuh ke empat ekor kuda ini lalu di kubur di sini."

"Cara itu baik sih baik, cuma rasanya kelewat kejam."

"Kecuali berbuat begini, apakah nona mempunyai cara lain yang lebih baik?" "Lepaskan mereka ke atas hutan dan biarkan mereka beradu nasib sendiri." "Daripada dilepaskan di gunung, mengapa tidak dilepaskan saja dalam dusun, paling tidak mereka bakal ditemukan orang dan dipeliharanya."

"Betul, inilah cara yang paling baik!"

"Kalau begitu, akan kulepaskan ke empat ekor kuda ini lebih dulu"

"Tak usah terburu napsu" tukas Nyo Hong ling, "menanti kami sudah berangkat, ke empat ekor kuda itu baru dilepaskan."

Tong Thian hong termenung sejenak, kemudian menjawab. "Perkataan nona memang benar!"

Pelan-pelan dia lantas duduk ke lantai.

"Menurut berita yang berhasil ku kumpulkan" kata Nyo Hong ling lagi, "lembah tiga malaikat yang misterius itu letaknya ada dibukit Tay hu san di tengah sungai Hu sian kang, letaknya tak jauh dari kota Kang ciu!

"Apakah orang-orang Lembah Tiga Malaikat yang berkata demikian?" "Yaa, cuma aku masih agak sangsi."

"Nona menganggap kata-kata dari anggota Lembah Tiga Malaikat itu bohong semua?" tanya Buyung Im seng. 

"Itu sih tidak, aku cuma berpikir mengapa ia harus bicara terus terang? Aku telah menyelidiki keadaan dibukit Tay hu san tersebut, bukit tersebut merupakan bukit karang yang berdiri ditengah sungai Hu sian kang, di atas bukit selain jarang sekali terdapat pepohonan, yang ada hanya batu cadas yang berbentuk aneh, tempat itu merupakan sesuatu tempat yang gersang dan berbahaya, aku heran kenapa Lembah Tiga Malaikat bisa memilih tempat semacam itu sebagai markas besarnya? "Ucapan nona memang benar" kata Tong Thian hong," menurut pendapatku bukit Tay hu san memang tidak cocok untuk dipakai sebagai markas besar yang memerintah seluruh dunia persilatan."

"Padahal nona beranggapan bahwa ucapan dari anggota Lembah tiga malaikat itu tidak bohong" sambung Buyung Im seng. "Inilah yang membuat orang tak habis mengerti."

"Aku sudah menanyakan persoalan ini pada belasan orang anggota tiga lembah malaikat mereka semua menjawab kalau perguruan mereka ada di lembah Tay hu san, hal ini membuktikan kalau di atas bukit Tay hu san tersebut benar-benar memang terdapat sebuah markas."

"Seandainya dibukit Tay hu san benar-benar terdapat sebuah Seng tong (markas), bukankah kita bisa menemukan secara gampang?"

Nyo Hong Jing tertawa hambar, sahutnya. "Cuma markas tersebut sudah barang tentu bukan markas besar Lembah Tiga Malaikat yang sesungguhnya."

"Aaaiii" Ki Li ji menghela napas panjang, aku benar-benar dibuat kebingungan,

kalau memang di atas Tay hu san terdapat markas, mengapa pula markas itu bukan markas yang sesungguhnya?"

"Sam seng Tongcu adalah seorang manusia yang begitu licik, bukan hanya musuh saja yang telah mereka tipu, bahkan orang sendiripun juga turut mereka tipu." "Lantas apa yang harus kita lakukan sekarang?"

"Dewasa ini kita hanya bisa memeriksa keadaan di bukit Tay hu san, seandainya terbukti bahwa dugaan kita benar, maka kita harus berusaha dengan menggunakan cara lain untuk menemukan markas mereka yang sesungguhnya." Ada suatu hal yang membuat aku tak habis mengerti," ujar Buyung Im seng pula, "mereka mempunyai organisasi yang sangat besar serta jumlah anggota yang banyak, diantaranya sudah pasti banyak terdapat jago lihay, kalau markas besar mereka benar-benar tak ada dibukit Tay hu san, padahal atas pertanyaan nona kepada orang banyak mereka mengatakan markasnya ada dibukit Tay hu san, ini membuktikan kalau paling tidak di sana pasti tinggal banyak sekali jago-jago lihay."

Nyo Hong ling berpikir sebentar, kemudian menjawab.

"Justru disinilah letak kelihaian mereka, ternyata bukan saja mereka bisa membuat musuh salah menganggap markas besar mereka berada di bukit Tay hu san, sekalipun sebagian besar anak buahnya juga percaya kalau markas mereka berada di bukit Tay hu san, mereka sengaja hendak menciptakan suatu anggapan 

yang keliru, agar musuh serta anak buahnya penuh dengan siasat yang diaturnya ini."

"Kalau dilihat dari keadaan bukit Tay hu san, aku juga tidak percaya kalau pihak Sam seng bun (Lembah Tiga Malaikat) membangun markas besarnya disana, sebab tempat itu adalah sebuah tempat yang gersang dan tandus, lagi pula selain harus menggunakan perahu sebagai sarana pengangkutannya, boleh dibilang tiada jalan lain untuk melewatinya, cuma selain itu aku tidak berhasil menjumpai alasan lain yang membuat mereka tidak membangun markasnya di bukit tersebut."

Nyo Hong ling termenung sejenak, lalu berkata.

"Selain Sau pocu katakan sebagai tempat yang tandus, masih ada sebuah alasan lagi yang lebih penting, pemimpin dari Sam seng bun ini jelas adalah seorang bajingan licik yang tiada taranya dikolong langit, bukan saja setiap langkah yang mereka lakukan diatur secara rapi, bahkan mempersiapkan pula jalan mundur bagi dirinya sendiri, aku telah mencoba dengan berbagai cara tapi tidak berhasil untuk membuktikan manusia macam apakah yang disebut Tiga Malaikat tersebut? Dalam keadaan demikian, andaikata Sam seng bun mengalami kegagalan, kemusnahan atau kehancuran, yang benar-benar terbasmi hanya anak buahnya belaka, sedang pemimpin mereka tetap bersembunyi dibalik kegelapan, mereka tetap tidak kehilangan kedudukan serta nama baiknya dalam dunia persilatan."

Tong Thian hong agak tertegun sesudah mendengar perkataan itu, serunya kemudian.

"Setelah mendengar kata-kata dari nona ini, aku jadi teringat pula akan satu persoalan"

Tiba-tiba ia merasa salah berbicara, sehingga buru-buru membungkam kembali. Melihat kegugupan orang, baik Nyo Hong ling maupun Buyung Im seng segera mengetahui persoalan itu pasti merupakan suatu rahasia hatinya, maka merekapun tidak mendesak lebih jauh.

Berbeda dengan Ki Li-ji, sambil berkerut kening ia segera mendesak, tanyanya. "Kau teringat soal apa? Mengapa tidak kau lanjutkan?"

Tong Thian hong menjadi tersipu-sipu, serunya gugup. "Soal ini, soal ini, cayhe. "

"Hey, kenapa sih kau ini?" Ki Li ji semakin keheranan.

Dengan perasaan apa boleh buat, terpaksa Tong Thian hong berkata. "Berhubung soal ini menyangkut persoalan ayahku, bila kukatakan nanti harap kalian mengingatnya saja didalam hati dan jangan diberitahukan lagi kepada orang lain." Satu ingatan segera melintas dalam benak Buyung Im seng, diam-diam pikirnya. "Jangan-jangan benteng keluarga Tong mempunyai hubungan dengan pihak Sam seng bun? Kalau memang demikian, persoalan ini pasti akan merupakan persoalan yang merepotkan"

Sementara itu terdengar Tong Thian hong telah berkata kembali, "Ayahku pernah memberitahukan kepadaku"

"Lagi-lagi berhenti," sela Ki Li ji, "Hmmkalau bicara mencla-mencle, sedikitpun

tidak memiliki sifat jantan seorang lelaki." 

Nyo Hong ling segera berkata. "Kami bersedia merahasiakan persoalan ini, tapi bila sau pocu merasa ada kesulitan untuk disampaikan lebih baik tak usah dibicarakan lagi."

Melihat Nyo Hong ling bersedia untuk memegang rahasia, Tong Thian hong baru berkata. "Bila saudara sekalian bersedia menutup rahasia, tak ada salahnya bagiku untuk mengutarakan keluar."

Sesudah termenung sejenak, dia kembali pada kata-katanya. "Ayahku bilang, pihak Sam eng bun telah cukup memberi muka kepada benteng keluarga Tong kami, selain mengizinkan kami orang-orang keluarga Tong untuk berkelana dalam dunia persilatan, juga tidak mendesak kami lagi untuk bergabung dengan perguruan Sam seng bun, maka aku diminta agak berhati-hati bila berkelana didalam dunia persilatan, berusaha keras untuk menghindari bentrokan dengan pihak Sam seng bun, sebab pengaruh Sam seng bun terlampau besar dan tersebar di seluruh dunia persilatan"

Berbicara sampai di sini, tiba-tiba ia membungkam kembali.

KI Li ji sedang mendengar kan pembicaraan itu dengan seksama, ketika tiba-tiba Tong Thian hong berhenti berbicara lagi ditengah jalan, ia menjadi gusar sekali, sambil tertawa dingin serunya.

"Hai, apakah kau punya penyakit sinting?"

Nyo Hong ling dan Buyung Im seng memang ingin mengetahui kata-kata selanjutnya, merekapun tidak mencegah gadis itu mengomel.

Tong Thian hong tertawa jengah, katanya kemudian.

"Ayahku telah memberitahukan sepatah kata kepadaku, ia berpesan bilamana aku sedang bertarung dengan musuh tangguh, aku disuruh mencari peluang yang baik dan tanpa menimbulkan kecurigaan untuk mengucapkan sesuatu kata sandi, seandainya pihak lawan bukan anggota Sam seng bun, ia pasti tak akan memahami arti dari perkataan itu, sebaliknya jika dia adalah orang Sam seng bun, sudah pasti dia akan segera pergi, sehingga suatu kesalah pahaman sudah pasti tak akan terjadi."

"Ohhhbegitukah? Apakah perkataan itu?"

"Perkataan itu aneh kedengarannya, aku sendiri juga tidak memahami artinya, seperti sepotong kata sandi, seperti juga sepotong bait syair, pokoknya kata-kata tersebut bisa membuat orang tidak habis mengerti."

"Apakah sau pocu merasa keberatan untuk mengutarakannya keluar?" tanya Nyo Hong ling.

"Boleh saja aku ucapkan kata-kata tersebut, cuma aku minta kalian jangan sembarangan menggunakannya."

Nyo Hong ling segera tersenyum.

"Sau pocu tak usah kuatir, Sam seng bun mempunyai organisasi yang amat rapat dan sempurna, andaikata kata sandi itu bukan diucapkan oleh sau pocu, berita ini 

dengan cepat akan tersiar sampai di markas besar mereka, aku pikir kejadian ini bisa menimbulkan ketidak beruntungan bagi keluarga Tong kalian."

"Ucapan Hoacu memang benar, usia ayahku sudah lanjut, aku memang tidak ingin mendatangkan bencana kemusnahan buat keluarga Tong kami..."

"Kesulitan sau pocu dapat kami pahami sekalipun tidak kau katakan, kami juga takkan menyalahkan dirimu."

Tong Thian hong termenung sejenak, kemudian berkata. "Mungkin kata sandi itu akan bermanfaat bagi kalian untuk memahami perguruan Sam seng bun, asal kalian tidak menggunakannya sewaktu menghadapi mush, tiada salahnya bagiku untuk mengutarakannya keluar."

Setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan. "Kata sandi itu adalah Seng tong sembilan pintu, delapan penjuru adalah tanah terlarang!"

"Seng tong sembilan pintu, delapan penjuru tanah terlarang?" gumam Ki Li ji, "Kata-kata ini pada hakekatnya tidak bisa dihubungkan satu dengan lainnya." "Akupun berpendapat demikian, rasanya tiada hubungannya satu dengan lainnya." kata Tong Thian hong, "mungkin justru lantaran tidak adanya hubungan ini, maka baru menimbulkan perhatian orang lain."

Tiba-tiba Nyo Hong ling memejamkan matanya dan tidak menggubris beberapa orang itu lagi.

Ki Li ji segera mengulapkan tangannya memberi tanda dan berbisik. "Kalian jangan bicara lagi, Hoa cu sedang menggunakan kecerdasan otaknya untuk memecahkan arti dari ucapan tersebut."

Untuk sesaat lamanya, suasana di arena itu menjadi sepi, sedemikian heningnya sampai tak kedengaran suara ringkikan kuda berkumandang datang dari balik kuil, menyusul kemudian terdengar suara derap kaki kuda yang ramai berkumandang memecahkan keheningan, tampaknya ke empat ekor kuda itu seperti mengalami kekagetan sehingga melarikan diri dari situ.

Serentak Buyung Im seng dan Tong Thian hong melompat ke udara dan secepat kilat menerjang keluar dari kuil tersebut.

Di bawah cahaya bintang, tampaklah beberapa ekor kuda sedang melarikan diri menjauhi tempat itu.

Buyung Im seng hanya memandang sekejap ke arah kuda-kuda yang lari menjauh itu, mereka tidak melakukan dan pelan-pelan membalikkan badannya.

Hampir pada saat yang bersamaan, Tong Thian hong juga menghentikan gerakan tubuhnya dan saling bertukar pandang sekejap.

Dari balik kegelapan pelan-pelan muncul sesosok bayangan manusia yang tinggi besar, di tangannya masing-masing menghela seekor macan kumbang.

"Sudah lama aku mendengar nama besar sungguh beruntung hari ini kita bisa saling bersua!"

Pa-jin, Li Tat mendengus dingin, dengan suara serius balik tanyanya. "Siapa pula engkau?" 

Baru saja Tong Thian hong hendak menyebutkan namanya, tiba-tiba satu ingatan melintas dalam benaknya, ia lantas berpikir.

"Sekarang aku harus merahasiakan identitasku jangan sampai namaku ketahuan orang"

Berpikir demikian, sambil mengulapkan tangan kanannya ia menjawab. "Aku tidak lebih hanya seorang prajurit tak bernama, sekalipun kusebutkan namaku, belum tentu kau akan mengenalnya."

Sementara itu Buyung Im seng juga sedang berpikir.

"Diantara sekawan binatang buas, macan kumbang adalah jenis binatang yang terganas, orang ini berjuluk Pa jin, si manusia macan kumbang, apalagi menuntun dua ekor macan kumbang besar, sudah pasti dia bukan manusia baik-baik.

Sementara ia masih berpikir sampai di situ, Li Tat dengan dingin telah berkata: "Kalau toh kau bisa mengetahui namaku, berarti kau bukan seorang manusia sembarangan, mengapa kau tak berani mengucapkan namamu yang sesungguhnya?"

"Seandainya aku menyebutkan sebuah nama secara sembarangan, memangnya kau tahu?"

Si Manusia macan kumbang Li Tat segera mendongakkan kepala dan tertawa terbahak-bahak.

"Haaahhhhaaa.....hahhhh....hahhhtampaknya kau sudah bosan hidup!"

"Sudah lama kudengar kau memiliki kepandaian melatih macan kumbang yang cukup lihai, bisa membuat binatang buas menuruti perintahmu, hari ini bila aku bisa menyaksikan kehebatanmu itu, sungguh merupakan suatu keberuntungan bagi kami berdua."

Manusia macan kumbang Li Tat mendengus dingin.

"Hmmm! Sepasang macan kumbangku ini terlatih sekali dan pandai bekerja sama untuk melawan musuh, sekalipun kau memiliki kekuatan untuk menaklukkan harimau menjinakkan singa, belum tentu dianya itu sanggup untuk menghindari serangan sepasang macan kumbangku ini.

Kembali Buyung Im seng berpikir.

"Tampaknya ia marah oleh perkataan Tong Thian hong, tapi belum juga melepaskan macan kumbangnya, mungkin ia bermaksud untuk menggertak kami lebih dulu"

Sementara ia masih termenung, Tong Thian hong telah mengulapkan tangannya seraya berkata.

"Aku juga tahu kalau kepandaianmu sebagai pawang macan kumbang tiada taranya di dunia ini, memberi perintah macan kumbang seperti memerintah tentara, cuma "

"Cuma kenapa?" 

Tong Thian hong menepuk pelan telapak tangannya, sambil tertawa ujarnya. "Cuma didunia ini masih terdapat juga manusia yang tidak takut dengan macan kumbang andai kata aku mampus di bawah cakar macan kumbangmu itu, anggap saja nasibku yang jelek tapi bagaimana seandainya macan kumbang kalian yang terluka di tanganku?"

"Kau tak akan mampu melukai mereka!" jawab Li Tat.

Tiba-tiba dia mengangkat tangan kirinya, macan kumbang yang berada di sebelah kiri itu segera melompat ke udara dan menubruk ke depan dengan membawa desingan angin tajam.

Waktu itu Tong Thian hong sudah mengadakan persiapan, telapak tangan kirinya segera diayunkan ke depan melancarkan sebuah pukulan dahsyat, sementara tubuhnya melompat ke samping untuk menghindarkan diri.

Perlu diketahui, ilmu pukulan dari keluarga Tong tersohor karena kemampuan untuk membunuh kerbau dari seratus langkah, bila ilmu tersebut digunakan untuk menghadapi macan kumbang maka hal itu malah sangat tepat sekali.

Tapi ia tak berani menggunakannya, sebab ia kuatir identitasnya akan ketahuan lawan.

Tampak Li Tat mengayunkan tangan kanannya, macan kumbang yang berada di sebelah kanan itu segera menubruk pula ke depan.

Pada saat itu, macan kumbang di sebelah kiri yang sedang menyerang ke muka itu memiringkan kepalanya ke samping, wesss! Serangan dari Tong Thian hong tadi segera menyambar dari sisi tubuhnya dan mengenai ditempat kosong.

Baru gagal dalam serangannya tersebut, Tong Thian hong merasakan cakar tajam dari macan kumbang yang berada di sebelah kanan itu telah mengancam di depan dadanya, dengan taring yang tajam makhluk ganas itu siap menggigit tubuhnya. Tampak Pa Jin Li Tat menarik tangan kirinya, macan kumbang yang menyambar lewat dari sisi tubuh Tong Thian hong itu segera membalikkan badan dan tanpa menimbulkan sedikit suarapun menubruk dari punggung orang.

Buyung Im seng hanya memandang jalannya pertarungan itu dari samping, menyaksikan kesemuanya itu, tiba-tiba satu ingatan melintas dalam benaknya, dia berpikir.

"Kedua ekor macan kumbang ini selain lincah gerak-geriknya, lagi pula bisa maju mundur secara teratur persis seperti orang yang berlatih ilmu silat, bukan suatu pekerjaan yang gampang untuk melatih dua ekor macan kumbang seperti itu"

Tong Thian hong juga turut terperanjat setelah bertarung sekian lama melawan kedua ekor macan kumbang itu, ia merasa kemampuan dari sepasang macan kumbang itu bagaikan jago lihai dalam dunia persilatan, rasa memandang rendah pada lawannya segera dipunahkan dengan menghimpun semua pikiran dan tenaga dihadapinya serangan-serangan dari macan kumbang tersebut secara serius.

Dalam waktu singkat dua puluh gebrakan sudah lewat, kedua ekor macan kumbang itu tidak berhasil melukai Tong Thian hong, sebaliknya Tong Thian hong sendiripun tak berhasil menghantam sepasang makhluk buas itu. 

Mendadak Pa Jin Li Tat menarik tangannya, dua ekor macan kumbang itu segera melompat mundur ke belakang waktu itu Tong Thian hong sudah habis kesabarannya setelah serangan tidak berhasil merobohkan makhluk buas itu, baru saja ia hendak melancarkan serangan mematikan, tiba-tiba kedua ekor macan kumbang itu mundur ke belakang, ini membuat hatinya menjadi tercengang, segera teriaknya.

"Mengapa kau menarik kembali kedua ekor kumbangmu itu? Menang kalah toh belum ketahuan?"

Tidak banyak manusia di dunia ini yang sanggup menghadapi serangan dari kedua ekor macan kumbangku ini" kata Li tat dingin, kau sanggup bertarung sebanyak dua puluh gebrakan melawan mereka tanpa memperlihatkan tanda-tanda kekalahan, sudah bisa dipastikan kau adalah manusia yang tangguh dalam dunia persilatan."

Tong Thian hong tertawa dingin dihati, pikirnya. "Hmmm... coba kalau kugunakan ilmu pukulan Tong Keh sin kun, sedari tadi kedua ekor macan kumbangmu itu sudah mampus di ujung pukulanku" Dalam hati dia berpikir demikian ujarnya. "Saudara terlalu memuji."

"Apakah kau bersedia menyebutkan nama aslimu?"

"Aku toh sudah bilang, aku tak lebih hanya seorang prajurit tak bernama, sekalipun kusebutkan namaku belum tentu kau akan kenal."

"Kalau kau memang enggan menyebutkan namamu, aku tak akan memaksa!" kata Li Tat dingin.

Tiba-tiba dia membalikkan badan dan melompat pergi, kedua ekor macan kumbangnya segera pergi pula, dalam waktu singkat bayangan tubuhnya telah lenyap dari pandangan mata.

Memandang bayangan punggung Li Tat yang berlalu, Tong Thian hong segera berpikir dalam hati.

"Orang ini sangat mencurigakan, harus kubiarkan ia pergi atau menghalanginya?" Tiba-tiba terdengar Nyo Hong ling berseru keras.

"Harap saudara sekalian kembali. Kita harus merundingkan siasat untuk mengatasi keadaan ini."

Buyung Im seng dan Tong Thian hong segera melangkah balik ke dalam kuil itu. "Maksud nona apakah Pa jin Li tat ada hubungannya dengan perguruan Sam seng bun?" bisik Tong Thian hong.

"Aku rasa pasti sudah ada hubungannya"

"Tahu begitu aku harus melancarkan serangan mematikan untuk membunuhnya, kini ibaratnya melepas harimau pulang gunung, hanya akan meninggalkan bibit bencana saja untuk kita."

Nyo Hong ling tertawa. 

"Ada banyak perubahan situasi yang jauh berbeda dengan ap yang kuduga semula, aku sendiripun merasa agak bingung, ktia sedang membutuhkan seorang petunjuk jalan tahu-tahu Pa jin Li Tat muncul tepat pada waktunya coba kalian pikir apakah keadaan ini tidak mengherankan?"

Tong Thian hong tersenyum.

"Barusan aku kuatir identitasku ketahuan orang, maka aku tak berani mempergunakan ilmu silat keluarga Tong, siapa tahu justru tindakanku ini rupanya sangat tepat."

"Setelah aku berpikir berulang kali, maka tiba-tiba saja kurasakan bahwa Tay hu san seng merupakan suatu jebakan yang besar sekali, bagaimanapun cermatnya kita menyaru, setibanya ditengah pulau Kang sim hu to tersebut jejak kita pasti ketahuan."

"Jadi maksud Hoa cu, apakah kita harus membatalkan rencana kita untuk berkunjung kebukit Tay hu san?"

"Dengan bersusah payah kita berusaha mencari mereka, mengapa kita tidak membiarkan mereka yang membawa kita ke tempat tujuan?"

Maksud Hoacu, kita akan menguntil di belakang Pa jin Li Tat?"

Tidak, caraku ini rada kelewat menyerempet bahaya tapi rasanya cukup jitu, entah bagaimana pendapat kalian?"

"Silahkan Hoacu menerangkan lebih jauh."

Nyo Hong ling termenung sebentar, lalu katanya, "Andaikata kita tertawan oleh mereka, apakah menurut peraturan Sam seng bun kita akan segera dibunuh?" Mendengar pertanyaan tersebut Tong Thian hong segera berpikir.

"Aaah, benar juga dugaanku, cara yang dia kemukakan sangat menyerempet bahaya, tak nyana ia bisa menemukan cara semacam itu"

Berpikir sampai di situ, dia lantas berkata.

"Menurut pendapatku, ini tergantung manusia macam apakah yang mereka tawan, kalau mereka cuma manusia yang tak bernama aku pikir mereka tak akan menggusur kita ke markas besar, siapa tahu ditengah jalan sudah dibereskan dulu jiwanya"

Seandainya orang yang mereka tawan adalah Buyung kongcu serta seorang Hoa li dari Biau hoa lengcu, apakah kedudukan kedua orang ini cukup tinggi? Tentu saja cukup tinggi!"

"Baik, kalau begitu kita boleh menyaru sekali lagi, aku dan Ki Li ji akan menyamar sebagai dua orang hoa li dari perguruan Biau hoa bun, sedangkan sau pocu terpaksa harus turunkan sedikit derajatmu untuk menyaru sebagai pelayannya Buyung kongcu, kita menyerempet bahaya lagi, siapa tahu kalau lembah tiga malaikat berhasil kita ketemukan?"

"Ada satu hal yang aku merasa kurang mengerti harap Hoa lengcu bersedia memberi penjelasan."

"Katakan sau pocu!" 

"Sewaktu di tawan oleh mereka, jalan darah kita akan tertotok, apakah dalam hal ini Hoa cu pernah memikirkannya?"

"Sudah!"

"Andaikata mereka tidak turun tangan lebih lanjut, aku percaya kita berempat memilih lanjut, aku percaya kita berempat memiliki kemampuan untuk membebaskan diri dari totokan, asal kita diberi waktu selama setengah jam, jalan darah yang tertotok pasti akan bebas dengan sendirinya, cuma dibalik kesemuanya itu masih ada satu hal yang amat penting, yakni andaikata kita dihadapkan dengan suatu ancaman keselamatan jiwa kita, apakah kita akan turun tangan untuk melancarkan serangan balasan?"

"Tentu saja, kalau kita dihadapkan dengan ancaman jiwa, berpura-pura lebih jauhpun tak ada gunanya, tapi harus diperhatikan bahwa kita harus meninggalkan paling tidak dua orang musuh agar bisa dikorek keterangan"

"ini yang dinamakan sekali timpuk mendapat dua ekor burung kata Tong Thian hong," bila keadaan terjadi perubahan, kita bisa berusaha untuk membunuh orang yang menawan kita serta menyamar sebagai anggota Sam seng bun, bukankah begitu?"

"Benar, aku memang bermaksud demikian!" Tong Thian hong segera tertawa lebar.

"Baik, kalau begitu aku bersedia menuruti usul dari Hong cu ini!"

Nyo Hong ling mengalihkan sinar matanya ke wajah Buyung Im seng, kemudian tanyanya.

"Saudara Buyung, bagaimana pendapatmu?" "Aku setuju!" jawab pemuda itu sambil tertawa.

"Baik! Jikalau kalian berdua telah setuju, mari kita laksanakan menurut rencana, untuk sementara waktu harap kalian mengundurkan diri lebih dulu, aku dan Li ji akan menyuruh sebentar."

Buyung Im seng saling berpandangan sekejap dengan Tong Thian hong, kemudian mengundurkan diri keluar ruangan.

Tak lama kemudian, dari dalam kuil kedengaran Nyo Hong ling berseru. "Sekarang kalian boleh turun tangan!"

"Saudara Tong, terpaksa menurunkan derajatmu" bisik Buyung Im seng kemudian. "Pegang janji adalah suatu hal yang amat penting bagi kehidupan seorang manusia, setelah aku menyanggupi permintaan Hoa lengcu, sudah barang tentu harus kulakukan janjiku itu."

Penyamaran yang dilakukan Buyung Im-seng paling sederhana, dia hanya membersihkan obat penyamar di atas mukanya dan memulihkan kembali wajah aslinya. 

Sedangkan Tong Thian hong bertukar pakaian dan menyamar sebagai seorang pelayan.

Baru selesai kedua orang itu menyamar, tiba-tiba terdengar suara auman macan kumbang yang berpuluh-puluh ekor banyaknya berkumandang datang dari kejauhan.

Menyusul kemudian muncul beberapa sosok bayangan manusia mengikuti di belakang rombongan macan kumbang tadi.

Buyung Im seng menengok ke depan, dilihatnya Pa jin Li Tat berjalan di paling muka dengan di belakangnya mengikuti dua orang kakek berusia antara 50 tahun. Tong Thian hong melirik sekejap ke arah ke dua orang kakek itu, dengan cepat dia kenali kedua orang itu sebagai gembong iblis yang amat kesohor namanya dalam dunia persilatan.

Orang yang berada di sebelah kiri adalah seorang yang bernama Si hu ciang (pukulan pembetot sukma) Kim Cok, sedangkan orang yang berada di sebelah kanan itu bernama Liu seng to (golok bintang kilat) Ong Thi san.

Diam-diam terkejut juga hatinya setelah menjumpai kedua orang itu, pikirnya. "Sungguh lihai pentolan dari Sam seng bun itu, entah dengan cara apakah ia berhasil membuat jago-jago lihai yang termasyhur akan kekejiannya dalam dunia persilatan ini takluk kepadanya?"

Sekalipun ia kenal mereka berdua namun tidak menegur secara langsung, rahasia itu hanya disimpan dalam hatinya belaka.

Terdengar Si hun ciang Kim Cok berada di sebelah kiri berseru. "Dua orang inikah yang kau maksudkan?"

Walaupun si manusia macan kumbang Li Tat merasa bahwa dua orang yang berada dihadapannya itu bukan mereka yang dijumpainya tadi, tapi keadaan memaksanya mau tak mau musti mengakui, terpaksa dia manggut-manggut.

"Benar, kedua orang itu."

Tiba-tiba Kim Cok menerjang maju ke muka, setelah melewati Li Tat, ditatapnya Buyung Im seng dan Tong Thian hong sekejap dengan sinar mata setajam sembilu, kemudian tegurnya.

"Siapakah kalian berdua, mengapa ditengah malam buta begini datang kemari? Mau apa kalian datang ke sini?"

"Aneh benar pertanyaan yang kalian ajukan itu, apakah tempat ini tak boleh dikunjungi?" sahut Tong Thian hong.

"Dikunjungi sih boleh, cuma harus dilihat dulu kedudukannya serta saat kedatangannya."

"Huh, sungguh besar amat lagakmu, siapa kau?"

"Si hun ciang Kim cok, ucapanku tidak kelewat bukan?" "Hmmm, belum pernah ku dengar nama itu" 

Kontan Kim Cok tertawa dingin, serunya,

"Sekalipun kau belum pernah dengar, sekarang mumpung belum mati, mendengar agak terlambatpun tak menjadi soal."

Menyaksikan sikap orang, Tong Thian hong lantas berpikir dalam hati kecilnya. "Bila ku ejek sekali lagi, sudah pasti suatu pertarungan akan terjadi"

Untuk sesaat dia tak dapat mengambil keputusan, maka ia terus berpaling dan memandang ke arah Buyung Im seng.

Pelan-pelan Buyung Im seng bertanya.

"Harus berasal dari kedudukan apakah baru boleh datang ke sini ditengah malam buta begini?"

"Tentu saja harus mempunyai sedikit nama dan kedudukan dalam dunia persilatan."

"Silahkan kau pertimbangkan sendiri bila kau merasa nama dan kedudukanmu cukup mengejutkan orang, tak ada salahnya untuk disebutkan. Tapi kalau merasa nama dan kedudukanmu belum cukup untuk disebutkan, lebih baik tak usah mencari malu untuk diri sendiri." 

Buyung Im seng segera tertawa hambar, katanya "Kalau Buyung Im seng dari Kang ciu, apakah cukup besar nama serta kedudukannya dalam dunia persilatan?" "Buyung kongcu?" Kim Cok tampak tertegun.

"Benar, bila nama serta kedudukanku kurang cukup, bagaimana kalau ditambah dengan nama mendiang ayahku Buyung Tiang kim?"

"Cukup, cukup, hanya nama besar dari Buyung kongcu pun sudah lebih dari cukup."

"Kalian berdua terlalu memuji, aku masih belum menanyakan nama besar kalian berdua."

Pengalamannya selama bertahun-tahun membuat pemuda ini pandai sekali membawa diri. Entah lantaran tergetar oleh sisa pengaruh Buyung Tiang kim semasa masih hidupnya dulu, entah ia menaruh kesan istimewa terhadap Buyung Im seng, tiba-tiba Kim Cok menjura seraya berkata "Aku bernama Kim Cok, mempunyai sebuah julukan yang kurang sedap didengar bernama Si hun ciang!" Sekalipun Buyung Im seng belum pernah mendengar nama orang itu, ia menjura pula seraya berseru. "Selamat berjumpa, selamat berjumpa." Tidak menanti Kiim Cok menyahut, Liu seng to Ong Thi san segera memperkenalkan pula dirinya. "Siaute bernama Liu seng to Ong Thian san!"

"Sudah lama kudengar nama besar kalian berdua dalam dunia persilatan, sungguh beruntung bisa saling bersua muka pada malam ini."

"Kemunculan Buyung kongcu didalam dunia persilatan juga sudah lama kami dengar, tak disangka kita dapat berjumpa hari ini."

Melihat sikap orang yang sopan, Buyung Im seng segera berpikir. 

"Aku harus berusaha untuk mengobarkan kemarahan mereka hingga terjadi pertarungan, dengan demikian aku baru dapat kesempatan untuk membekuk mereka."

Berpikir demikian, dengan dingin ia lantas berkata.

"Ditengah malam buta begini kalian membawa binatang buas datang mengganggu kami, bahkan membuat kuda kami lari ketakutan, sesungguhnya apa tujuan kalian?"

"Kalau cuma beberapa ekor kuda sih apa artinya?" jawab Kim Cok sambil tertawa, "bila kongcu bersedia, besok pagi aku pasti akan mengambilkan kuda-kuda kongcu." Buyung Im seng kembali berpikir.

"Sikapnya kepadaku begitu ramah dan mengalah, agaknya sulit untuk melangsungkan suatu pertarungan dengan mereka."

Sambil mendengus dingin segera katanya.

"Aku inginkan kudaku yang telah kalian bikin lari ketakutan itu!"

"Baik! Besok pagi pasti kami kembalikan, kami tak akan membuat kongcu menjadi kecewa."

"Bagus sekali!" kembali Buyung Im seng membatin," kalau kau bersikap begitu sungkan terus kepadaku, mana mungkin pertarungan bisa dilangsungkan?" Terdengar Kim Cok telah berkata lagi:

"Tolong tanya berapa ekor kuda kongcu yang telah hilang?" "Empat ekor!"

Kim Cok segera tersenyum, serunya.

"Kongcu kan cuma dua orang? Kenapa kuda tunggangannya bisa berjumlah empat?"

"Siapa bilang kami hanya berdua?"

"Bocah keparat" pikir Kim Cok dalam hati," ternyata kau betul-betul pandai sekali, tampaknya kalau tidak kugunakan kata-kata untuk menjebakmu, sulit untuk mengorek keterangan dari mulutmu."

Berpikir demikian dengan girang ia lantas melanjutkan. "Apakah kongcu masih membawa pembantu?"

"Dua orang yang lain adalah temanku!"

"Kalau memang mereka adalah teman Buyung kongcu, sudah pasti kedua orang ini bukan manusia tak bernama, dapatkah diundang keluar agar berkenalan dengan kami?"

"mereka jarang sekali melakukan perjalanan didalam dunia persilatan, sekalipun kalian bertiga menjumpai mereka juga belum tentu kenal." 

Kim Cok berpaling dan memandang sekejap ke arah Ong Thi san, kemudian katanya, "Kalau Buyung kongcu telah berkata demikian, sudah pasti tak bakal salah lagi, dua orang itu pastilah jago-jago muda dari dunia persilatan..." "Wah... kalau mereka sudah begitu merendah terus menerus, tentu sukar untuk menciptakan suatu bentrokan kekerasan," pikir Buyung Im seng.

Terdengar Ong Thi san berkata. "Apakah rekan-rekan seperjalanan Buyung kongcu"

"Kenapa?" tiba-tiba serentetan suara merdu menukas.

Ketika menengok ke samping, tampak Nyo Hong ling dan Ki Li ji sedang melangkah keluar dari balik ruangan kuil. Nyo Hong ling tak mau munculkan diri dengan wajah aslinya, maka ia menutupi mukanya dengan obat-obatan, sedangkan Ki Li ji telah memulihkan kembali wajah aslinya.

Kim Cok segera tertawa terbahak-bahak. "Haahhh... hahhh.... hahhrupanya

mereka adalah dua orang nona."

Ong Thi san segera mengalihkan pandang matanya ke wajah Buyung Im seng, katanya "Kedua orang ini adalah"

"Hoa li (anggota perkumpulan) dari perguruan Biau hoa bun!"

Mendengar nama itu, diam-diam Kim Cok terperanjat, segera pikirnya. "Ternyata pihak Biau hoa bun telah mengikat hubungan dengan Buyung kongcu."

Buru-buru dia menjura seraya berkata.

"Nona berdua, sungguh gagah sekali kalian berdua!"

"Sekarang, aku musti mencari alasan untuk turun tangan terhadap merekapikir

Buyung Im seng.

Sambil tertawa dingin ia lantas berkata.

"Kalian bertiga sudah mengajukan pertanyaan yang amat banyak kepadaku, sekarang tiba giliranku untuk bertanya kepada kalian bertiga.

"Baik!" kata Kim Cok sambil tertawa, apa yang Buyung kongcu ajukan, sedapat mungkin akan kami jawab, cuma tempat yang cocok untuk berbicara, bagaimana kalau duduk sebentar di rumah kami?"

"Kita tak pernah saling mengenal, mengapa aku musti saja mengganggu ketenangan kalian?"

"Aaaah, empat samudra adalah sama-sama saudara," kata Ong Thi san, "apalagi sudah lama sekali kami mengagumi nama besar Buyung kongcu!"

"Betul!" sambung Kim Cok pula," rumah kami ini adalah terletak tak jauh di belakang bukit sana, bila kongcu tidak keberatan silahkan berkunjung ke rumah kami sambil minum teh, Buyung Im seng berpaling dan memandang sekejap ke arah Nyo Hong ling, kemudian tanyanya.

"Bagaimana menurut pendapat nona berdua? "Terserah kongcu!" jawab si nona. 

Buyung Im seng pura-pura berpikir sebentar, kemudian sahutnya.

"Baiklah mengingat kebaikan kalian bertiga kami akan datang mengganggu sekali ini."

"Baik, mari ikut aku!" kata Kim Cok.

Dia lantas membalikkan badan dan berjalan lebih dulu.

Nyo Hong ling dan Ki Li ji dengan langkah lebar mengikuti di belakang Kim Cok. Pa jin Li Tat juga membalikkan badannya sambil berlalu dari situ berbareng itu pula ia memperdengarkan suara pekikan yang amat nyaring. Puluhan sosok bayangan hitam segera bermunculan dari balik semak belukar dari bebatuan sekeliling tempat itu, kemudian berlari mengikuti di belakang Li Tat.

Bayangan-bayangan hitam itu bergerak sangat cepat, ketika Buyung Im seng mengenalinya sebagai macan-macan kumbang yang garang, diam-diam ia merasa terperanjat, pikirnya.

"Hebat betul orang ini! Tak nyana ia sudah mengatur begitu banyak macan tutul di sekeliling tempat ini tanpa kami sadari, seandainya ia memberi tanda tadi dan tibatiba kawanan macan kumbang itu menyerang bersama, sekalipun ilmu silat kami amat lihaipun belum tentu bisa menghadapi serangan ituuntung aku tidak

bertindak gegabah tadi."

Berpikir demikian, dia lantas beranjak dan mengikuti di belakang Nyo Hong ling berdua.

Sedangkan Tong Thian hong sengaja berada di belakang dengan berjalan disamping Liu seng to Ong Thi san.

Ong Thi san melirik sekejap ke arah Tong Thian hong yang menyaru sebagai seorang kacung buku itu, lalu pikirnya.

"Orang ini tidak lebih cuma seorang kacungnya Buyung kongcu, tapi begitu berani ia berjalan di sampingku, Hmmm! Aku harus memberi sedikit pelajaran kepadanya agar tahu diri."

Berpikir sampai di situ, dengan dingin ia lantas menegur. "Sudah berapa lama kau mengikuti Buyung kongcu?"

Tong Thian hong memandang sekejap ke arah Ong Thi san, kemudian jawabnya. "Belum lama!"

"Ohberapa waktu?"

"Belum sampai setengah tahun!"

Kalau begitu ku bukan termasuk pembantu lama dari gedung Buyung hu?"

"Jelas bukan!" jawab Tong Thian hong. Ketika gedung keluarga Buyung diserbu orang dulu, laki perempuan tua muda semua anggota keluarga telah dibantai orang. Buyung kongcu adalah satu-satunya orang yang berhasil meloloskan diri dari musibah ini." 

"Kalau begitu kau bersedia secara suka rela untuk menjadi kacungnya Buyung kongcu?"

Tong Thian hong segera tersenyum.

"Benar!" sahutnya, "tampaknya saudara Ong amat menaruh perhatian kepadaku?" Ong Thi san semakin naik pitam ketika mendengar dirinya dipanggil saudara, pikirnya dalam hati.

"Sialan betul orang ini, seorang kacung pun berani menyebut saudara denganku. Entah aku musti memberi sedikit pelajaran kepadanya." Karena mendongkolnya dia tidak menggubris Tong Thian hong lagi, dengan langkah lebar dia melanjutkan perjalanan ke depan.

ooooOOOOoooo Bagian Kedua

Pada mulanya Tong Thian hong mengira Ong Thi san telah menaruh curiga kepadanya, dia menyangka pihak musuh sedang berusaha menyelidiki asal usulnya, maka ketika dilihatnya orang itu berlalu tanpa menggubris dirinya lagi, ia menjadi senang dan lega.

Begitulah, setelah melewati dua buah bukit sampailah mereka di depan sebuah perkampungan yang amat luas.

Perkampungan itu dibangun dalam sebuah lembah, empat penjuru sekelilingnya penuh tumbuh pepohonan yang lebat lagi rimbun, tempat itu merupakan suatu perkampungan yang rahasia sekali letaknya.

Pintu gerbang perkampungan telah terbuka lebar, sedang Pa jin Li Tat sudah menunggu di depan pintu.

Kim Cok segera berhenti setibanya di depan pintu, sambil memberi hormat ujarnya. "Buyung kongcu, silahkan masuk!"

Diam-diam Buyung Im seng mengerahkan tenaga dalamnya mengelilingi seluruh badan, dengan kesiap siagaan penuh dia melangkah masuk ke dalam ruangan.

Tampaknya sikap Kim Cok terhadap Buyung Im seng amat menghormat, sambil mengikuti di belakangnya ia berkata.

"Aku sudah lama hidup mengasingkan diri ditempat ini, jarang sekali kami melakukan perjalanan lagi dalam dunia persilatan"

Tapi aku lihat saudara Kim masih banyak mengetahui tentang kejadian dalam dunia persilatan sambung Buyung Im seng.

"Yaa, teman-teman lamaku banyak yang mengetahui kami siaute hidup mengasingkan diri di sini, mereka sering berkunjung kemari dan menginap selama beberapa hari, dalam kesempatan itu mereka banyak bercerita tentang kejadian 

dalam dunia persilatan, itulah sebabnya sekalipun sute telah mengasingkan diri tapi masih banyak mengetahui tentang urusan dalam dunia persilatan."

"Ohhkiranya begitu!"

Kedua belah pihak sudah mulai saling membohong, tapi siapapun enggan untuk membongkar kebohongan lawannya, karena itu dalam pembicaraan tersebut semuanya berlangsung amat santai.

Masuk ke ruangan tengah, suasana terang benderang bermandikan cahaya lampu, meja perjamuan telah dipersiapkan di sana.

"Sambil membungkukkan badan Kim Cok berkata:

"Silahkan saudara sekalian mengambil tempat duduk!"

Buyung Im seng berjalan masuk lebih dulu, sambil melangkah ke tengah ruangan dia mengawasi keadaan di sekeliling tempat itu, tampak di atas dinding sebelah depan situ tergantung sebuah lukisan gadis yang amat besar, kecuali itu tidak nampak perabot yang menghiasi di sekitarnya. Dua orang dayang muda berbaju hijau telah menunggu kedatangan tamunya di dalam ruangan.

"Buyung kongcu, silahkan duduk!" kata Kim Cok sambil mempersilahkan tamunya. Tanpa sungkan-sungkan Buyung Im seng mengambil tempat duduk dikursi utama. Nyo Hoa ling segera menarik Ki Li ji dan tanpa sungkan-sungkan mengambil tempat duduk di hadapan Buyung Im seng.

Kalau Buyung Im seng duduk membelakangi lukisan gadis itu, maka Nyo Hong ling dan Ki Li ji duduk dengan menghadap ke arah lukisan tersebut.....

Dengan langkah cepat Tong Thian hong segera maju ke depan dan duduk disamping Buyung Im seng.

Dengan demikian Kim Cok serta Ong Thi san tak dapat memilih tempat duduk lagi, kedua orang itu saling berpandangan sekejap kemudian masing-masing duduk di sebelah kiri dan kanan.

Baru saja beberapa orang itu duduk, kedua orang dayang itu telah maju ke depan memenuhi cawan mereka dengan arak.

Sambil mengangkat cawan araknya, Kim Cok berkata.

"Tempo dulu, sewaktu Buyung tayhiap masih menjagoi dunia persilatan, akupun berkesempatan mendapat perjamuan dari Buyung tayhiap didalam gedungnya, maka dengan secawan arak ini akan ku hormat kongcu sebagai tanda terima kasih kepada ayahmu."

Buyung Im seng mengangkat cawan araknya melakukan suatu gerakan menghormat, kemudian ujarnya sambil tertawa.

"Aku tidak terbiasa minum arak, maksud baik saudara Kim biar kuterima di hati saja." 

Kim Cok sekali teguk menghabiskan isi cawannya, kemudian ia berkata. "Kongcu tak usah memaksakan diri, aku hanya bermaksud memberi hormat saja kepadamu!"

Buyung Im seng segera meletakkan cawannya ke meja dan menjura, katanya, "Kalau begitu kuucapkan banyak-banyak terima kasih kepadamu!"

Ong Thi san menggerakkan sumpitnya dan berkata pula.

"Kalau Kongcu memang tak pandai minum arak, silahkan mencicipi hidangan kami, hanya masakan gunung yang kurang lezat, harap kongcu jangan menertawakan." Sehabis berkata dia lantas menggerakkan sumpit dan bersantap dulu.

Diam-diam Buyung Im seng berpikir.

"Seandainya meracuni hidangan tersebut tak nanti mereka akan bersantap dengan begitu leluasa, jika aku tidak turut bersantap lagi pastilah mereka akan memandang rendah diriku."

Berpikir demikian dia lantas menggerakkan sumpitnya dengan cekatan sekali ikut bersantap tapi yang dimakan adalah hidangan yang telah disantap oleh Ong Thi san tadi.

Kim Cok ternyata tidak menawari arak lagi sambil memandang ke arah Buyung Im seng katanya lagi sambil tertawa. "Ketika ayahmu ketimpa musibah, semua umat persilatan ikut merasa berduka cita, apakah kemunculan kongcu kali ini adalah untuk menyelidiki, aku kuatir sekalipun berminat juga tak akan mampu untuk mewujudkannya."

"Bukankah teman-teman ayahmu di masa lalu amat banyak sekali? Bahkan diantaranya terdapat pula tokoh-tokoh sakti didalam dunia persilatan, asal kongcu berseru minta bantuan, masakah mereka tak mau munculkan diri untuk membantu usahamu itu?" Buyung Im seng termenung sejenak, kemudian katanya. "Apakah Kim locianpwe juga berminat untuk berbuat demikian?"

Agaknya Kim Cok sama sekali tidak menyangka kalau dia akan mengajukan pertanyaan secara berterus terang, untuk sesaat lamanya dia menjadi tertegun. "Soal ini? Aku kuatir dengan kepandaian silatku yang biasa-biasa saja, mungkin tak bisa banyak membantu diri kongcu."

Tiba-tiba Tong Thian hong menyela.

"Seandainya kongcu kami yang memohon bantuanmu?" KIm Cok segera tertawa terbahak-bahak.

"Hahhhh.... hahhhh... hahhhandaikata Buyung kongcu bersedia memberi muka

kepadaku, sudah tentu akupun bersedia untuk membantu dengan sepenuh tenaga." Mendengar itu, Buyung Im seng mendesak lebih jauh.

"Terima kasih banyak atas kebaikan Kim locianpwe, dewasa ini aku mempunyai suatu kesulitan, apakah locianpwe bersedia untuk memberi bantuan?"

Desakan yang dilontarkan secara langsung ini dengan kontan saja membuat Kim Cok tertegun di tempat, sampai lama sekali ia baru bisa berkata. 

"Persoalan apa itu?"

"Kim locianpwe, bukankah kau sudah lama berkenalan dalam dunia persilatan? Tentunya kau mengetahui bukan tentang perguruan Sam seng bun?

"Buyung kongcu tak usah sungkan-sungkan sebutan locianpwe tak berani ku terima, meski aku lebih tua beberapa tahun, silahkan Kongcu menyebut Khim heng saja kepadaku, ini sudah lebih dari cukup."

Setelah mendehem pelan, terusnya.

"Mengenai perguruan Sam seng bun, aku memang pernah mendengar orang membicarakannya, cuma setelah banyak tahun mengasingkan diri persoalan dunia persilatan yang kuketahui pun bertambah sedikit, aku cuma mendengar orang berkata bahwa Sam seng bun merupakan kekuatan yang terbesar didalam dunia persilatan dewasa ini, mengenai masalah selanjutnya, aku kurang begitu paham." "Konon didalam perguruan Tiga malaikat tersebut bukan saja banyak jago lihai yang telah menjadi anggotanya, bahkan memiliki organisasi yang amat rahasia, bila tidak mengetahui cara mengadakan kontak, sekalipun ada orang dari Sam seng bun yang berada disamping kitapun tidak kita sadari, benarkah itu?"

Didesak oleh ucapan Buyung Im seng yang tajam bagaikan pisau itu, hampir saja Kim Cok tak sanggup mengendalikan diri, sambil tertawa paksa katanya,

"Soal itu sih saya kurang tahu!"

Buyung Im seng segera tertawa hambar.

"Tampaknya saudara Kim tidak berniat sungguh-sungguh untuk membantu diriku! "Bukannya begitu, bila Buyung kongcu akan membalaskan dendam untuk kematian ayahmu, tentu saja aku bersedia untuk membantu, tapi perguruan Sam seng bun toh bukan musuh besar pembunuh ayahmu!"

Buyung Im seng segera berpikir didalam hati .

"Bila ku desak dirinya lebih jauh, sudah pasti keadaan akan berobah menjadi kaku dan tidak menggembirakan "Berpikir demikian, sambil tertawa dia lantas berkata. "Saudara Kim tak usah kuatir, aku tak lebih cuma bertanya saja, aku tahu bahwa saudara Kim sudah lama mengasingkan diri dari keramaian dunia persilatan, sekalipun kau benar-benar bersedia membantuku, aku juga tak akan berani mengusik ketenanganmu."

Merah padam selembar wajah Kim Cok karena jengah ujarnya agak tersipu-sipu, "Asalkan Kongcu telah berhasil menemukan pembunuh ayahnya sampai waktunya aku pasti akan datang ditempat kejadian dan membantu dirimu.

Tiba-tiba Ong Thi san bangkit berdiri, lalu katanya. "Harap kalian duduk sebentar, aku ingin mengundurkan diri sebentar!"

"Silahkan saudara Ong!" cepat Kim Cok berseru. Ong Thi san segera menjura dan melangkah keluar dari ruangan dengan tindakan lebar.

Memandang hingga bayangan Ong Thi san lenyap diluar ruangan, Buyung Im seng segera beranjak, katanya. 

"Kami sudah menunggu kalian cukup lama, maksud baik kalian tak akan kulupakan, nah kami sekalianpun ingin mohon diri pula." Kim Cok menjadi amat

gelisah, serunya cepat-cepat.

"Kongcu, mengapa kau harus terburu napsu? Duduklah sebentar, lohu masih ada

persoalan ingin dibicarakan."

"Persoalan apa?" tanya Buyung Im seng sambil tersenyum. Kim Cok mendehem pelan, kemudian sahutnya

(Bersambung ke jilid 2)
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar