Lambang Naga Panji Naga Sakti Jilid 22

PULUHAN orang jago yang ada dalam ruangan tak seorangpun yang buka suara, dengan suasana diliputi kebeningan seorang demi seorang putar badan berjalan keluar dari ruangan tadi dengan teratur.

Kwan Tiong Gak serta Poei Ceng Yan pun mengikuti dari belakang orang orang itu berjalan menuju keluar.

“Barang siapa yang membawa senjata harap tetap tinggal diam!” tiba-tiba si orang berbaju hitam itu membentak keras.

Kwan Tiong Gak tertegun dan segera berhenti. Ternyata golok emas yang digembol dibadan tidak dilepaskan dan semua orang dapat melihatnya sangat jelas, ingin pura-pura berlagak pilonpnn tak mungkin.

Melihat Kwan Tiong Gak berhenti. Poei Ceng Yan pun segera ikut berhenti.

 Walaupun suasana dalam ruangan itu sunyi tak kedengaran suara, tapi tak ada yang berani berebut jalan. Sekalipun begitu para jago tadi berlalu dengan cepatnya. Dalam sekejap mata tak ketinggalan seorang manusia-pun.

Beberapa saat kemudian dalam ruangan tadi tinggal Kwan Tiong Gak, Poei Ceng Yan serta si orang berbaju hitam itu.

“Cayhe orang she Kwan!” terdengar Kwan Tiong Gak mendehem perlahan memecahkan kesunyian.

“Hhhmmmn….! Cong Piauw tauw dari perusahaan ekspedisi Hauw Wie Piauw kiok, si golok emas yang menggetarkan delapan penjuru.”

“Tidak berani, tidak berani. Sudah lama orang she Kwan mendengar nama besar dari lambang nsga sakti. Beruntung ini hari kita bisa saling berjumpa muka”.

“Barang siapa yang berjumpa dengan Lambang Naga Sakti, selamanya lebih banyak bencana dari pada rejeki, kenapa Kwan Cong Piauw tauw mempunyai pandangan yang berbeda dengan orang lain?”

“Menurut pandangan cayhe. mnjikan lambang Naga Sakti tidak lebih hanya meminjam lambang tersebut untuk melakukan kebajikan dalam Bu lim. Aku orang she Kwan merasa diriku selama hidup belum pernah melakukan pekerjaan yang merugikan orang, walaupun berhadapan dengan lambang naga sakti sama sekali tak perlu merasa jeri!”

“Hmm! saudara terlalu percaya pada diri sendiri….” Mendengar   ucapan  itu  Kwan   Tiong   Gak tertegun,

sebelum ia sempat berbicara siorang berbaju hitam itu

telah mendahului berkata lebih lanjut.

 “Langganan perusahaan Hauw wie Piauw kok kalian tidak sedikit merupakan pembesar rakus, penjilatan serta manusia manusia sia rendah yang suka memeras rakyat, sekalipun kalian tahu mereka adalah manusia rendah namun kalian -antar juga mereka tiba di tujuan dengan selamat, bukankah hal ini merupakan suatu perbuatan jahat? Apalagi kau Pun sudah lama mendengar tentang persoalan lambang naga saki, rasanya sudah tentu tahu bukan akan peraturan yang telah ditetapkan oleh sang majikan lambang naga sakti.”

Poei Ceng Yan yang sudah disamping dalam pada wkatu itu mengerti, dalam jawaban ini asalkan Kwan Tiong Gak salah berbicara sekejap saja maka suatu pertarungan lengit tak akan terhindar. Buruburu serunya, “Tolong tanya peraturan apakah itu?”

“Siapa kau?”

“Cayhe Poei Ceng Yan.”

“Ooooouw….! Hu Cong Piauw tauw dari perusahaan ekspedisi Hauw wie Piauw kiok!”

“Sedikitpun tidak salah.”

“Setiap orang Bu-lim rasanya tentu tahu bahwa majikan lambang naga sakti telah menetapkan barang siapa yang hendak menghadap diriku dilarang menggembol senjata tajam atau sejumpil besipun, sekarang bukan saja kalian menggembol senjata rahasia bahkan secara terang terangan membawa senjata tajam. Bukankah hal ini sama artinya kalian sudah melanggar perturan tersebut?”

“Oooooo….! kiranya peraturan Itu. tentang hal ini sih kami sudah tahu sejak dahulu.”

 “Jadi kalian sudah tahu tetapi sengaja hendak melanggarnya?”

Poei Ceng Yan segera tertawa hambar, “Sebelum berjumpa dengan saudara, kami tidak tahu kalau orang orang banyak tadi datang kemari hendak bertemu dengan diri mu, apalagi saat ini saudara mengaku sebagai majikan lambang naga sakti, namun kami tak tahu benarkah kau majikan lambang naga sakti atau bukan, kami hanya bisa meraba dan menduga dari potongan bajumu….”

“Jadi kalau begitu kalian menganggap aku adalah orang yang sengaja memalsukan nama Majikan lambang naga sakti?” tukas siorang berbau hitam itu sambil tertawa dingin.

“Tentang soal itu sih cayhe tidak berani memastikan, melihat kehebatanmu dalam membinasakan Im Yang Siang Sah, jikalau bukan majikan Lambang naga sakti sendiri memang sudah memiliki kepandaian silat sedahsyat ini.”

Siorang berbaju hitam itu termenung Sejenak. akhirnya ia mengangguk.

“Baik! siapa tidak tahu dia tak salah, kalian boleh pergi.”

“Terima kasih ates kebesaran hati saudara.” Kwan Tiong Gak segera menjura memberi hormat, lalu menyeka keringat yang membasahi seluruh wajahnya.

Siorang berbaju hitam itu tidak balas memberi hormat juga tidak bicara lagi, ia hanya berdiri tenang disana tanpa bicara lagi.

Dengan langkah cepat Kwan Tiong Gak serta Poei Ceng  Yan  segera  meninggalkan  ruangan  tadi  masuk

 kedalam hutan, dimana kedua ekor kudanya masih tertambat ditempat semula.

Kecuali kedua ekor kuda mereka, masih ada lagi belasan ekor kuda yang tertambat ditempat semula lengkap dengan pelananya.

Jelas kuda kuda itu adalah binatang peninggalan dari mereka mereka yang terbunuh mati.

Kwan Tiong Gak segera melepaskan tali les dan berkata, “Aaaaahh! Nasib kita sungguh baik sekali! ternyata bisa meninggalkan tempat ini dengan selamat, menurut apa yang kuketahui ini ia termasuk manusia paling beruntung daripada yang pernah terjadi selama ini.”

“Tapi kita sudah terlalu cepat berlalu….”

“Apa? Kita pergi terlalu cepat?” Seru Kwan Tiong Gak tertegun, ia tidak mengerti maksud kawannya ini.

“Benar! Ada banyak persoalan yang ingin kutanyakan kepadanya, tetapi semuanya tidak sempat kuutarakan.”

“Apa yang Ingin kau tanyakan kepadaku. Mengapa dia suka membantu kita meninggalkan lambang naga sakti tersebut sehingga berulang kali kita terhindar dari bahaya.”

“Perkataanmu sangat cengli” Kwan Tiong Gak mengangguk. “Agaknya si majikan lambang naga sakti menaruh pengeluaran terhadap kita!”

Poei Ceng Yan yang telah melepaskan tali les kudanya mendadak mengikat kembali tali les tadi ke tempat semula, ujarnya, “Toako, kau tunggulah sebentar di sini. aku mau pergi menjumpai dirinya lagi”.

 Tidak menanti jawaban ia segera putar berjalan kedepan.

Kwan Tiong Gak coba sambar tangan kanannya untuk mencegah niat tersebut, namun usahanya gagal. Poei Ceng Yan dengan cepat telah berlari menuju ruangan tersebut.

“Saudara Poei, aku menanti dirimu di-sini, kau harus cepat pergi cepat kembali!” terpaksa Ia berteriak.

“Toako”, Poei Ceng Yan pun berteriak keras. “Seandainya sepertanak nasi kemudian aku masih belum kembali, kaupun tak usah menanti diriku lagi”

Kwan Tiong Gak masih ingin mengucapkan sesuatu, tetapi pada saat itu Poei Ceng Yan telah masuk kedalam ruangan.

Memandang bayangan punggung Poei Ceng Yan yang lenyap dibalik ruangan. Kwan Tiong Gak merasa sangat kuatir, pikir-nya dalam hati.

“Seandainya saudara Poei bentrok dengan majiKan lambang naga sakti, ditinjau dari kepandaian si majikan naga sakti dalam membinasakan Im Yang Siang Sah, rasanya Poei jie-te pun tak akan bisa tahan terhadap sebuah serangannya….”

Ia berusaha untuk menghilangkan ingat-jelek atas nasib saudaranya, namun peristiwa berdarah yang baru saja berlangsung masih membekas sangat jelas didepan mata, untuk sesaat ia susah untuk melupakannya Kembali.

Dengan hati penuh perasaan cemas ia menanti entah berapa saat lamanya, yang jelas dalam perasaan Kwan Tiong Gak waktu berlalu dengan lambatnya laksana rangkakan siput.

 Akhirnya Kwan Tiong Gak merentangkan tangannya, menenangkan hati yang kuatir meloncat turun dari kuda dan berjalan menuju keruangan tersebut.

Sembari berjalan, tangannya tanpa terasa telah meraba gagang golok emas serta piauw genta emas yang ada dalam pinggang, ia tahu kepandaian silatnya tak mungkin bisa memenangkan ilmu silat yang dimiliki majikan lambang naga sakti, namun demi persaudaraan mau tak mau ia harus berjalan untuk menempuh bahaya.

Ketika ia tiba didepan pintu, sinar mata nya pertama tama terbentur dengan mayat-mayat yang menggeletak diatas lantai, seketika bulu roma pada bangun diri, rasa bergidik susah ditahan lagi sehingga ia segera berhenti bergerak

Entah berapa lamanya Ia berdiri kebingungan mendadadak terdengar suara tertawa dingin berkumandang datang dari arah belakang.

Suara tersebut munculnya sangat mendadak membuat Kwan Tiong Gak yang sedang terjerumus dalam lamunan seketika tcrsadar kembali.

Ia segera berpaling, tampaklah Ke Giok Lang sambil menggoyangkan kipasnya telah berdiri beberapa tombak dibelakang.

Kwan Tiong Gak segera mendehem kemudian tegurnya!

“Ke Kongcu, kedatanganmu kembali terlambat satu tindak. Kalau satn jam lebih pagi kau tiba disini maka kau bisa memjumpai majikan lambang naga sakti….,”

Tiba tiba teringat olehnya kemungkinan besar majikan Lambang   Naga   Sakti   masih   berada   dalam ruangan

 tersebut, karena itu ia masih berada dalam ruangan tersebut, karena itu ia segera membungkam.

Tampak Ke Giok Lang lambat lambat berjalan mendekat, sahutnya, “Mungkin cayhe memang tak ada jodoh dengan majikan lambang naga sakti!”

“Mungkin saat ini majikan Lambang Naga Sakti masih ada didalam ruangan ini, jikalau Ke heng ada kegembiraan tiada halangan kau boleh masuk kedalam untuk meninjau sendiri atau paling sedikit kau bisa menjumpai mayat serta batok kepala yang menggeletak disana.”

Air muka Ke Giok Lang sedikit berubah tak dapat diduga ia sedang tertawa atau bukan. Sepasang mata dengan tajam memperhatikan diri Kwan Tiong Gak dari atas hingga kebawah.

“Kwan Cong Piauw-tauw. kenapa kau hanya berjaga dldepan pintu saja tak berani masuk??” tanyanya.

“Cayhe berhasil mengikuti pertemuan tersebut. Dan telah kujumpai majikan lambang naga sakti.”

“Oooouw…. Kwan-heng bisa mengundurkan diri  dalam keadaan selamat, hal ini menunjukkan bahwa kaupun seorang manusia lihay.”

“Aku orang she Kwan paling tidak suka mengutarakan omongan membuat terus terang saja kukatakan cayhe sama sekali tidak bergebrak melawan majikan lambang naga sakti. seandainya turun tangan akupun mengakui diri cayhe bukan tandingannya.”

“Ooouw…. Kwan heng pandai sekali merendahkan diri….” jengek Ke Giok Lang sambil tertawa hambar.

Ia merandek sejenak, lalu terusnya lebih jauh, “Jikalau aku Ke Giok Lang tidak salah ingat, seharusnya Kwan

 heng melakukan perjalanan bersama sama Poei Hu Cong Piauw tauw. Entah dimanakah Poei Hu Cong Piauw Tauw saat ini berada?”

Mendapat pertanyaan ini. seketika Kwan Tiong Gak yang terkenal banyak pengalaman dibikin gelagapan setengah mati, ia tak tahu jawaban apa yang harus diutarakan kepadanya.

Sementara ia merasa serba salah, mendadak terdengar suara Poei Ceng Yan berkumandang datang dengan dinginnya.

“Siauw-te ada disini, entah Ke Kongcu ada utusan apa mencari diriku ….?”

Ke Giok Lang segera angkat muka, tampaklah Poei Ceng Yan dengan langkah lambat sedang berjalan  keluar dari ruangan tersebut. Tanpa terasa lagi ia segera mengerutkan dahi.

“Apakah majikan lambang naga sakti masih berada didalam ruangan itu?”

“Kenapa Ke-heng tidak masuk kedalam dan memeriksa sendiri?”

“Oooauw….! Suruh aku masuk kedalam memeriksa sendiri? Hmm! Belum tentu setelah aku berbuat demikian lantas selembar jiwa aku orang she Ke melayang. Kau Poei Ceng Yan bisa masuk dan keluar lagi dalam keadaan hidup, aku orang she Ke pun percaya aku bisa berbuat demikian pula!”

Sekalipun diluaran ia bicara besar, tetapi tubuhnya masih tetap berdiri tak berkutik dari tempat semula, tampak ia ulapkan tangannya.

“Lian Hoa, coba kau masuk kedalam terlebih dulu” serunya.

 Hoo Lian Hoa yang berwajah cantik jelita serta masih membawa sifat kekanak kanakan itu tanpa menunjukkan sedikit perasaan jeripun segera mengiakan dan berjalan masuk kedalam ruangan.

Melihat kejadian itu air muka Kwan Tiong Gak seketika berubah hebat.

“Ke Giok Lang!” serunya mendongkol ” Dia tentunya adalah seorang nona cilik yang baru berusia tujuh belas tahunan, Kau sudah merayu dirinya sehingga gadis ini meninggalkan kedua orang tuanya mengembara, sekarang kaupun suruh dia pergi menempuh bahaya? Hm! kalau kau sikeparat cilik benar benar punya nyali kenapa tidak masuk sendiri?”

“Haa…. haaa…. haa….sungguh tidak enak ucapanmu itu! aku orang she Ke sama sekali tidak pernah memaksa dia harus pergi, Kwan heng, apakah kau tak dapat melihat bahwa wajahnya masih diliputi oleh senyuman manis?”

Poei Ceng Yan berdiri didepan pintu segera merentangkan badannya menghadang jalan pergi gadis itu, sembari melototi wajah Hoo Lian Hoa tajam-tajam serunya.

“Nona, usiamu masih muda….”

Hoo Lian Hoa tidak menggubris, tiba-tiba ia loloskan pedangnya yang tersoreng di-punggung dan menukas.

“Usiaku masih muda atau sudah tua apa sangkut pautnya dengan dirimu? cepat menyingkir kesamping beri jalan untukku.”

“Nona.” seru Poei Ceng Yan kemudian dengan alis berkerut.   “Tengok   dulu   suasana   dalam   ruangan itu

 kemudian barulah ambil keputusan hendak masuk terus atau tidak.”

Sembari berkata ia lantas menyingkir kesamping.

Hoo Lian Hoa putar badan menengok ke dalam ia segera menemukan seluruh ruangan penuh dengan mayat bergelimpangan, diatas meja panjang batok kepala manusia berjejer jejer sedang bau amis darah sangat memuakkan.

Walaupun ia sudah mengikuti Ke Giok Lang dalam menghadapi berbagai pertarungan namun belum pernah menjumpai pemandangan yaag demikian mengerikan,” tak terasa ia jadi tertegun dibuatnya

“Lian Hoa, apa yang telah kau temui?” tanya Ke Giok Lang sambil mendehem.

“Di atas sebuah meja panjang banyak terdapat batok kepala manusia, di ruang tengah mayat bergelimpangan. Pemandangan disana amat mengerikan! Sangat menakutkan!”

“Aneh! Apakah kau temui manusia yang masih hidup?” “Tidak, tidak ada orang yang masih hidup”

Diam Kwan Tiong Gak mengamati wajah perempuan itu, ia temukan air muka Hoo Lian Hoa saat ini telah berubah jadi pucat pasi bsgaikan mayat, jelas ia telah di bikin bergidik oleh suasana dalam ruangan dan tidak berani melanjutkan langkahnya ke dalam.

Diam-diam Ke Giok Lang mengempos napas, selangkah demi selangkah ia maju ke depan.

Melihat pemuda itu berjalan mendekati Hoo Lian Hoa segera berpaling dan tertawa sedih,

 “Engkoh Giok, aku sunggu tidak becus, aku tak berani masuk ke dalam.”

Ke Giok Lang menbungkam, ia melangkah ke sisi gadis itu, kemudian melongok sekejap ke dalam ruangan, namun seketiak ia pun dibikin tertegun.

Sekalipun pengalaman Ke Giok Lang amat luas, belum pernah ia jumpai pemandangan seperti ini, begitu banyak batok kepala yang berjejer dengan rapinya diatas meja panjang.

Perlahan lahan Hoo Lian Hoa berjalan kesisi sang pemuda dan jatuhkan diri kedalam pelukan orang she Ke itu. Gugamnya seorang diri, “Sering kali aku berharap bisa membantu dirimu, namun aku sunggu tak berguna. Setiap kali setelah tiba pada saat yang kritis tentu gagal membantu dirimu!”

Menemui perbuatan Hoo Lian Hoa yang begitu tak tahu malu dan menjatuhkan diri kedalam pelukan sang kekasih walaupun ada didepan umum, tak kuasa lagi Kwan Tiong Gak menghela napas panjang pikirnya, “Ke Giok Lang si keparat cilik ini benar benar merupakan seorang iblis cinta, sungguh kasihan nona cilik yang cantik jelita ini tak disangka harus begitu kesemsem dengan dirinya….”

“Soal itu tidak mengapa” terdengar Ke Giok Lang berseru sambil menepuk pundak Hoo Lian Hoa perlahan lahan, “Kau berjaga jagalah didepan pintu, aku hendak masuk ke dalam memeriksa sebentar”.

“Engkoh Giok, kau tak boleh masuk” tiba tiba Hoo Lian Hoa meloncat bangun

“Kenapa? Bagaimanapun kita harus masuk kedalam untuk memeriksanya.”

 “Kalau mau masuk biarlah aku masuk dahulu” “Kau tidak takut?”

“Aku takut! Tetapi aku tidak ingin kau menempuh bahaya, karena itu lebih baik aku saja yang masuk” seru gadis itu seraya menggeleng.

Lambat-lambat ia putar badan dan berjalan masuk ke dalam.

Beberapa patah kata ini sungguh menunjukknn betapa cintanya gadis ini kepada sang hoa hoa kongcu, membuat orang yang mendengar ikut merasa kasihan.

“Aaakh….! Sibocah perempuan ini sungguh mengenaskan. Seharusnya Ke Giok Lang mencegah maksudnya ini” pikir Kwan Tiong Gak didalam hati.

Siapa sangka Ke Giok Lang tetap berdiri tak berkutik, bahkan sepatah kata yang bernada menghiburpun tidak kedengaran diutarakan keluar.

Ketika menengok kembali kearah Hoo Lian Hoa, tampak air mukanya berubah pucat pasi bagaikan mayat, keringat dingin mengucur keluar sangat deras. Jelas hatinya pada saat ini penuh diliputi oleh perasaan takut dan ngeri.

Lama kelamaan Kwan Tiong Gak tak bisa menahan sabar lagi tiba tiba tegurnya dengan suara berat, “Nona Hoo, kau tak boleh masuk!”

Namun Hoo Lian Hoa tidak menggubris seolah olah tidak mendengar teguran dari Kwan Tiong Gak. kakinya melanjutkan perjalanan masuk kedalam ruangan.

“Kwan-heng!” tiba tiba terdengar Ke Giok Lang tertawa dingin. “Agaknya kau sangat menguatirkan keselamatan nona Hoo?”

 “Sebetulnya aku orang she Kwan ada sedikit menaruh rasa hormat dan kagun kepada kau Ke Kongcu, tetapi sekarang?? Aku orang she Kwan boleh dihitung sudah kenal dengan kau Ke Giok Lang.”

“Eeei…., Kwan-heng merasa perbuatan siawte y&ng mana telah melakukan kesalahan?”

“Kau seorang lelaki sejati tidak berani masuk kedalam ruangan, sebaliknya malah menyuruh seorang nona mewakili dirimu menempuh bahaya, apakah kau tidak merasa malu?”

“Siauwte tidak memakra dirinya, adalah dia yang rela masuk kedalam ruangan dengan sendirinya. Seandainya dalam ruangan tersebut benar benar ada mara bahaya, siauwte terpaksa harus memenuhi harapannya.”

“Hm! Ke Giok Lang, tidak perduli bagaimanakah kehebatanmu dalam dunia persilatan, tetapi watak serta tingkah lakumu terlalu hina, kau adalah seorang manusia rendah!”

Kontan air muka Ke Giok Lang berubah hebat.

“Kwan Tiong Gak, kau berani menghina aku orang she Ke?? Hati-hati aku bisa memaksa kau taK dapat tancapkan kaki lagi dalam Bu-lim.”

“Haaa…. haaa…. haaa…. Ke Giok Lang.” Kwan Tiong Gak mendongak tertawa terbahak-bahak. “Sekalipun aku orang she Kwan pernah berbuat salah, tetapi kalau di bandingkan dengan kau Ke Giok Lang percaya watakku jauh masih lebih baik, aku tidak dapat membayangkan perbuatan apa yang bisa memaksa aku tak dapat tancapkan kaki lagi didalam dunia persilatan.”

“Aku bisa menculik istri dan putrimu kemudian membawa mereka berkelana dalam dunia persilatan,

 ingin kulihat masih punya mukakah kau berkelana dalam Bu-lim.”

Jurus serangan ini betul-betul luar biasa dan sama sekali tak pernah disangka oleh Kwan Tiong Gak, ia jadi tertegun.

Melihat air muka Kwan Tiong Gak menujukan perasaan gusar. Ke Giok Lang jadi sangat bangga, ia tersenyum,

“Kau pernah menjumpai bagaimana tingkah laku Hoa Lian Hoa kepadaku, mungkin percaya bukan Kalau aku orang she Ke benar benar bisa berbuat demikian?”

“Ke Giok Lang” seru Kwan Tiong Gak dingin. “Sekalipun majikan lambang naga sakti suka melepaskan kau pergi, aku orang she Kwan akan tetap menahan dirimu disini”.

“Apakah kau takut ikat kepala menindih kepala dan menghilangkan kewibawaan dari kau Ceng Piauw tauw?”

Sekalipun imam Kwan Tiong Gak lebih baikpun tak akan tahan terhadap penghinaan ini, ia bermaksud mengumbar hawa marah tersebut.

Tetapi setelah dilihatnya Hoa Lian Hoa sedang muncul kembali dengan langkah cepat ia paksa menahan sabar dan membungkam.

“Apa yang telah kau lihat?” tanya Ke Giok Lang sambil tersenyum.

“Kecuali mayat mayat yang bergelimpangan, tak ada benda lain lagi”.

“Sang majikan Lambang Naga Sakti?” seru Ke Giok Lang tertegun.

 “Aku sudah memeriksa seluruh ruangan, tak tampak seorang manusia hiduppun.”

Dengan alis berkerut Ke Giok Lang segera menyapu sekejap wajah Kwan Tiong Gak serta Poei Ceng Yan.

“Eeaeei,…. sebenarnya kalian berdua sedang mempersiapkan permainan setan apa?”.

“Kau sangat memalukan sebagai seorang lelaki sejati, diri sendiri tak berani masuk, sebaliknya suruh nona Hoo yang mengadakan pemeriksaan dalam ruangan itu” Jengek Poei Ceng Yan dingin. ” Usianya masih kecil, tentu saja ia tak bisa menemukan sesuatu apapun.”

“Kau jangan ngaco belo”Bentak Hoo Lian Hoo cepat. “Apakah untuk membedakan mana yang masih hidup dan mana yang sudah matipun aku tidak sanggup?”

“Nona Hoo, sekali lagi aku hendak menerangkan kepadamu. Aku kenal dengan ayah mu dan tidak ingin menyinggung perasaanmu. Namun cepat atau lambat antara kami perusahaan Hauw Wie Piauw kiok dengan Ke Giok Lang bakal melangsungkan pertarungan sengit, aku berharap kau jangan melibatkan diri dalam kancah pergolakan tersebut.”

“Mungkin kau memang sungguh-sungguh bermaksud baik menasehati aku jangan banyak mencari kerepotan, namun hati ini tidak mungkin, barang siapa yang berani mencari gara gara dengan Ke Kongcu, aku tidak akan berpeluk tangan menonton saja disamping.”

“Hmmn, sungguh besar bualan nona.” Dengus Kwan Tiong Gak dingin. “Kau anggap kami tak bisa mewakili ayahmu untuk memberi sedikit pelajaran kepadamu.”

Tiba tiba terdengar langkah lebar Ke Giok Lang maju kedepan sembari berjalan ujarnya.

 “Kwan Cong Piauw tauw, Poei Hu Cong Piauw tauw! apakah kalian bermaksud hendak bergebrak melawan cayhe pada saat ini?”

“Setiap saat kami menanti petunjuk!” Ke Giok Lang tertawa hambar.

” Kwan Cong Piauw-tauw, kalau majikan lambang naga sakti masih berada disini seandainya kita sampai bergebrak bukankah akan mengejutkan ketegangannya?”

Kwan Tiong Gak yang mendengar perkataan itu hatinya segera bergerak, pikirnya.

“Entah apa maksud Ke Giok Lang yang sebenarnya? Sstiap kali ia sengaja membentangkan busur hingga mencapai ketegangan kemudian meminjam berbagai alasan menyudahi urusan tersebut sampai disitu. Agaknya ia tidak bermaksud melakukan pertarungan melawan kami.”

Karena menduga si majikan lambang naga lakti pun kemungkinan masih berada didalam ruangan ia lantas mengangguk.

“Baiklah! Aku orang she Kwan pun ada maksud kembali dulu ke ibu kota!”

“Dan sekarang sudah berubah niat hendak balik ke kota Kay Hong” sambung si Hoa hoa Kongcu cepat

“Sedikitpun tidak salah, peta pengangon kambing berada disaku aku orang she Kwan. seandainya Kau Ke Giok Lang ada maksud merebutnya silahkan setiap saat mendatangi kantor cabang perusahaan Hauw Wie Piauw dikota Kay Hong.”

Ke Giok Lang segera tertawa.

 “Ucapan yang diutarakan Kwan Tiong Gak selamanya berat laksana bukit karang setiap patah kata yang telah kau utarakan semua orang Bu lim kebanyakan pada percaya.”

“Terlalu memuji, cayhe berdua mohon diri terlebih dahulu!”

Setelah menyura ia berlalu.

Ke Giok Lang pun dengan cepat ulap-kan tangannya si Dewa api Ban Cau serta Lam Thian San Sah segera menyingkir ke kedua belah samping memberi jalan.

“Mari kita berangkat!” seru Kwan-Tiong Gak seraya berpaling kearah Poei Ceng Yan.

Dengan langkah lebar ia berlalu melalui si Jago jago Liok lam itu.

Poei Ceng Yan membuntuti dari belakang setelah tiba ditempat kuda mereka ditambat kedua orang itu melepaskan tali les dari atas pohon, meloncat naik keatas punggung kuda dan berlalu dari sana.

Dalam sekejap mata mereka telah melakukan perjalanan sejauh enam, tujuh li. Perlahan lahan Kwan Tiong Gak baru perlambat lari kudanya.

“Saudara Poei, apakah kau sudah menjumpai majikan Lambang Naga Sakti….” tanyanya.

“Sudah. Namun aku hanya menjumpai bayangan punggungnya belaka

“Dunia persilatan digemparkan oleh lambang naga sakti tersebut sejak dahulu kala, namun belum pernah ada orang yang mengetahui bagaimana raut muka orang tersebut Pakaian warna hitam, ikat kepala warna hitam serta mantel hitam merupakan tanda dari dari majikan

 lambang Naga Sakti. Tentu saja yang paling penting adalah serangkaian ilmu silatnya yang sangat luar biasa, selain itu rasanya tak ada yang tersangkut lebih penting lagi.”

“Maksud Toako orang ini bukan dia. Si orang berbaju hitam bukan majikan lambang Naga sakti yang dahulu ” seru Poei Ceng Yan tertegun.

“Benar atau bukan rasanya bukan suatu soal yang penting. Yang paling penting adalah apa yang sedang ia perbuat?” Ia ingin berbuat apa?….”

Ia merandek sejenak, kemudian tanya nya, “Kau sudah berbicara dengan dirinya?”

“Benar aku bertanya tentang beberapa urusan kepadanya, namun ia selalu tidak memberi jawaban”.

“Apa yang kau tanyakan kepadanya?” semangat Kwan Tiong Gak segera berkobar.

“Aku bertanya kepadanya, kepada ia membantu kita? Antara kita tiada hubungan ia tidak saling kenal mengenal. Apa sebabnya ia berbuat begitu? Aku lantas bertanya pula apakah peta mustika pengangon Kanbing dia yang hadiahkan kepada kita?”

“Apakah ia menunjukkan suatu gerak gerik”.

“Tidak, ia hanya berdiri dengan tenangnya, tak pernah menjawab pertanyaanku dan sama sekali tidak menunjukkan suatu gerakan pun….”

“Apakah kalian berdiri saling mematung terus menerus”

“Sedikitpon tidak salah, aku menanti beberapa saat lamanya. Melihat ia tidak juga menjawab maka terpaksa aku mohon diri dan mengundurkan diri dari ruangan itu.

 “Ehm….!” Kwan Tiong Gak mengangguk, “Kali ini ia sudah banyak membunuh orang, tujuannya hanya satu yaitu ingin menegakkan kembali kewibawaan dari lambang Naga sakti dalam dunia persilatan seperti tempo dulu, puluhan jiwa yang berhasil meloloskan diri akan bantu dia untuk menyebarkan berita ini kedunia kangouw. Hanya yang jelas tindak tanduknya agak berbeda dengan majikan lambang Naga Sakti tempo dulu….,”

“Dimana letak perbedaan itu?” seru Poei Ceng Yan agak tertegun.

Kwan Tiong Gak alihkan sinar matanya memandang sekejap pemandangan disekeliling tempat itu, kemudian baru ujarnya lirih, “Majikan lambang Naga Sakti tempo dulu baru turun tangan membunuh orang bila mana ada orang lain melanggar kewibawaan lambang Naga Saktinya, tetapi Majikan Lambang Naga Sakti yang sekarang agaknya ada maksud menanam bibit perkara….”

Toako”" tukas Poei Hu Cong Tiauw tiauw dengan cepat. “Menurut apa yang siauw te ketahui, majikan naga sakti tempo dulu-pun populer dalam dunia persilatan karena ia sering menanam bibit perkara.”

“Sekalipun begitu bibit perkara yang mereka tanam tidak sama.” kembali Kwan Tiong Gak tersenyum.

“Siauwte tak berhasil menemukan perbedaan itu.” “Sangat gampang sekali, majikan lambang naga sakti

yang munculkan diri tempo dulu agaknya menanam bibit perkara hingga seluruh perguruan sang pelanggar lambang naga sakti itu. Majikan lambang naga sakti menggunakan tindakan yang paling keji membunuh sang pelanggar beserta seluruh anggota perguruannya demi 

 menjaga wibawa lambang naga saktinya. Tetapi majikan lambang naga sakti yang kita jumpai ini hari hanya terbatas memberi hukuman pada sang pelanggar belaka tanpa mengikut sertakan anggota perguruannya. Lagi pula cara turun tangan bukan di lakukan dalam tempat yang berbeda tetapi dikumpulkan dalam satu ruangan bersama-sama jago jago Bu lim lainnya sebagai saksi!”

“Perkataan toako sedikitpun tidak salah, diantara para jago Bu lim yang berkumpul di situ memang tidak mungkin semuanya telah melanggar lambang naga sakti tersebut.”

“Oleh sebab itu orang itu kemungkinan besar adalah ahli waris dari majikan Lambang naga sakti. kemungkinan juga seseorang yang sama sekali tiada hubungan dengan dirinya.”

“Aaaaach! Aku rasa tidak mungkin kalau orang itu sama sekali tiada hubungan dengan majikan lambang naga sakti tempo dulu,”

Kembali Kwan Tiong Gak tertawa.

“Aku hanya menduga saja, benar atau salah tentu saja aku sendiripun tak berani memastikan, namun yang paling membuat siauw heng tidak paham adalah apa sebabnya ia menaruh perhatian yang Khusus terhadap perusahaan expedisi Hauw Wie Piauw kiok kita?”.

“Tentang soal ini? Siauwte sendiri pun pernah memikirkannya dengan teliti, namun belum berhasil juga menemukan sebab-sebab nya.”

Sementara itu mereka berdua telah tiba disebuah persimpangan jalan, Kwan Tiong Gak segera membelokan kudanya menuju ke jalan besar yang menuju kekota Kay Hong.

 Melihat hal itu Poei Ceng Yan tertegun. “Toako!” tegurnya. “Kau benar benar hendak kembali kekota Kay Hong….?”

“Sedikit pun tidak salah, perubahan peristiwa benar benar berada diluar dugaanku, sekarsng kita tak ada waktu lagi untuk mergurusi persoalan pribadi tentang pembubaran expedisi Hauw Wie Piauw kiok kita….”

Ia merendek sejenak, kemudian tambahnya, “Perjalan kita menuju ke Utara kali ini sekalipun bakal menjumpai perbagai bahaya serta hadangan, tetapi Nyioo Su Jan yang menunggu dikota Kay Hong keadaannya semakin kritis dan berbahaya lagi”.

“Perkataan toako sedikitpun tidak salah, tetapi persoalan dari kantor cabang perusahaan kita di pelbagai daerah….”

“Sewaktu aku hendak berangkat kemari” tukas Kwan Tiong Gak, “Semua urusan telah kuserahkan kepada siauwte yang ada dirumah. asalkan sampai batas waktunya aku belum juga kembali mereka bisa bekerja sesuai dengan pesan yang telah kupersiapkan sebelumnya.”

Poei Ceng Yan termenung sejenak, lalu Katanya kembali.

“Toako, kau tetap tinggal dikota Kay Hong, apakah ada maksud dengan seluruh perhatian dan tenaga menghadapi diri Ke Giok lang?”

Kwan Tiong Gak menghembuskan napas panjang. “Menurut    dugaan    siauw    heng,    agaknya    dunia

persilatan  sedang  terjadi  suatu  perubahan  besar, oleh

karena itu aku sudah mengambil keputusan hendak mencari suatu waktu….”

 “Mencari suatu waktu?”

“Tidak salah, aku hendak mencari suatu waktu dengan tenang mempelajari isi dari peta mustika pengangon kambing itu.”

“Aaakh….betul!” seru Poei Ceng Yan sambil menepuk paha sendiri. “Toako tak boleh terlalu bersikeras dangan peradatan.”

“Maka dari itu, kita harus mencari suatu tempat yang sangat rahasia tinggal disitu beberapa lama….” kata Kwan Tiong Gak sambil tertawa.

“Sedikitpun tidak salah.” Bagaikan telah memahami akan suatu Poei Ceng Yan menyetujui usul tersebut. “Tempat itu harus sangat rahasia dan tidak diketahui siapa pun juga.”

Beberapa waktu ini disekitar kota Kay Hong telah dipenuhi oleh jago jago lihay dunia persilatan, untuk mencari suatu tempat yang sunyi dan tersembunyi rasanya bukan suatu pekerjaan yang gampang, tetapi setelah adanya pembunuhan massal yang dilakukan majikan lambang naga sakti, situasi akan jauh berubah, kecuali Ke Giok Lang sekalian beberapa orang. Mungkin sebagian besar jago jago Bu lim tak berani tinggal lebih larut lagi disekitar kota Kay Hong.”

“Ada suatu urusan siaute tidak mengerti yaitu mengapa Ke Giok Lang sama sekali tidak memperoleh pemberitahuan dari majikan lambang naga sakti….?”

“Aku sendiri pun sedang mengherankan persoalan ini” Kwan Tiong Gik mandehem perlahan. “Walaupun aku tidak berhasil menemukan apa alasannya, namun paling sedikit   aku   bisa   meyakinkan   sesuatu,   yaitu majikan

 lambang naga sakti ada maksud menghindari dari Ke Giok Lang.”

Kali ini Poei Ceng Yan benar benar di bikin terperanjat seolah-olah dadanya dihantam keras oleh martil berat, hampir-hampir saja ia meloncat, turun dari punggung kudanya.

“Maksud toako, apakah majikan lambang naga sakti ada maksud menghindari terus setiap pertemuan dengan orang she Ke itu.”

“Ehm….! Paling sedikit ia bersikap lain terhadap dirinya Ke Giok Lang. Agaknya ia menaruh suatu sikap bersabar dan mengalah.”

Lama sekali Poei Ceng Yan termenung berpikir keras ujarnya kemudian, “Berulang kali lambang naga sakti muncul didalam kereta kawalan kita, agaknya, antara dia dengan perusahaan Hauw Wie Piauw kiok kitapun terdapat bsrbagai alasan yang sangat ruwet dan kacau?”

” Benar, tentu ada suatu sebab sebab tertentu.” “Tapi, apa sebabnya?”

“Aku sedang berpikir keras. Aku percaya setelah mengalami suatu analisa yang seksama dan diambil kesimpulannya tidak sulit buat kita untuk menemukan alasan tersebut….”

Ia merendek sejenak kemudian tambahnya, “Ada satu persoalan lagi membuat orang merasa keheranan, agaknya majikan lambang Naga sakti menaruh suatu simpatik yang istimewa kepadamu, bahkan menaruh kesabaran yang luar biasa.”

“Siauw te sendiripun punya perasaan demikian” kata Poei Ceng Yan satabil tertawa getir. “Tetapi aku tidak mengerti apa sebabnya ia bersikap demikian kepadaku.”

 “Sewaktu tahun baru, kau mendapat hadiah peta mustika pengangon kambing. Aku rasa benda itu ada hubungannya dengan majikan lambang naga sakti.”

“Eeeeehm…. bagaimana bisa begitu….?” “Kelihatannya ada kemungkinan besar sejak semula

majikan Lambang Naga Sakti sudah ada dikota Kay Hong, secara diam diam ia melakukan pemeriksaan, tentu saja tidak sulit untuk mengetahui keadaan seterusnya. Namun hingga kini ia tidak melakukan suatu tindakan . .”

Poei Geng Yan mengangguk.

“Tetapi apa sebabnya pula ia amukan pembunuhan masal yang ia lakukan ini hari.”

“Peristiwa itu ada dua persoalan, kalau kita ngotot katakan kedua urusan itu saling ada hubungan maka ini bisa di terangkan majikan lambang naga sakti melihat ini waktu, dikarenakan saat ini banyak jago Bu lim yang berkumpul dikota Kay Hong….”

Ia termenung beberapa saat lamanya kemudian menyambung lebih lanjut.

“Maka dari itu, dalam waktu yang amat singkat ia bisa membuat banyak orang telah melanggar pantangan lambang naga sakti kemudian memerintahkan mereka berkumpul dalam ruangan itu pada suatu saat tertentu.”

“Sedikitpun tidak salah, penilaian toako sangat tepat, siauw te merasa amat kagum.”

Kwan Tiong tertawa, kembali ujarnya, “Kalau ditinjau keadaan ini hari. agaknya majikan Lambang naga sakti sama sekali belum terlibat dalam soal peta mustika pengangon kambing, atau mungkin ia pernah memeriksa

 peta itu dan merasa mustika tersebut sama sekali tidak berguna baginya?”

“Bukankah toako mengatakan bahwa peta mustika pengangon kambing ini amat berharga sekali?”

“Dalam pandangan kita memang benar henda itu sangat berharga, tapi berada dalam pandangan majikan naga sakti belum tentu peta pengangon kambing itu merupakan benda yang berharga.”

“Toako!” tiba tiba Poei Ceng Yan berseru, setelah menyapu sekejap keadaan empat penjuru. “Siauw te mempunyai suatu pandangan entah benar atau tidak?”

“Pandangan apa?”

“Kita jangan buru-buru kembali ke kota Kay Hong, tetapi berdiam dulu selama beberapa hari ditengah perjalanan menuju ke kota Kay Hoag ini guna menghindari diri dari segala pengintaian orang lain, dengan demikian kita bisa bikin musuh mereka ada diluar dugaan. Disamping itu Toakopun bisa dengan hati tenang mengamati peta pengangon kambing itu lebih seksama, seandainya peta pengangon kambing itu benar benar ada bagian yang punya sangkut paut erat dengan situasi Bu lim kita berusaha kembali mengikuti tanda tanda yang ada dalam peta tersebut menemukan tempat yang dimaksud, semisalnya peta ini sama sekali tiada hal yang penting seperti yang kita pikirkan semula, agaknya kitapun tak usah buang banyak pikiran dan tenaga untuk melindungi peta tersebut.”

“Ehmm….! Perkataanmu tidak salah.”

Setelah mereka berdua saling berunding beberapa saat, akhirnya mereka ambil keputusan hendak menyewa

 sebuah ruangan dirumah petani untuk berdiam beberapa waktu disana.

Poei Ceng Yan karena takut jejak kuda nya ditemukan orang, malam itu juga ia bekerja keras menghapus semua jejak kuda yang tertinggal. Bahkan menyembunyikan pula kedua ekor kuda itu didalam kamar dan turun tangan sendiri memberi makan pada mereka.

Diwaktu pagi hari mereka tidak keluar rumah, menanti malam hari tidak dengan membawa senjata dan menggembol senjata rahasia Poei Ceng Yan melakukan perodaan disekeliling tempat itu.

Ia berusaha keras untuk tidak mengganggu konsentrasi Kwan Tiong Gak yang telah pusatkan seluruh perhatian menyelidiki rahasia dari peta pengangon kambing itu.

Kecuali menghantar makanan dan minuman. Poei Ceng Yan selalu berusaha untuk menghindarkan diri dari dalam ruangan yang ditempati Kwan Tiong Gak.

Tujuh hari dengan cepatnya telah berlalu, selama tujuh hari ini bagaikan mabok saja Kwan Tiong Gak tumpahkan semua perhatiannya diatas peta mustika pengangon kambing itu.

Poei Ceng Yan sendiri makin repot sekali, Ia harus menjaga kedua ekor kuda itu harus memberi makan pada Kwan Tiong Gak disamping berjaga jaga atas pengintaian musuh.

Dalam tujuh hari ini boleh dihitung termasuk waktu yang paling mendebarkan hati dan paling meletihkan selama ia terjun ke dalam dunia persilatan.

 Menanti hari kedelapan siang hari telah tiba, mendadak Kwan Tiong Gak membuka pintu dan munculkan diri.

Ketika itu Poei Ceng Yan sedang bersiap sedia menghantar makanan siang ke dalam kamar, melihat secara tiba-tiba Kwan Tiong Gak munculkan diri. ia jadi keheranan.

“Toako, apakah kau telah selesai memeriksa peta mustika, pengangon kambing?”

sepassng mata Kwan Tiong Gak merah padam, wajahnya kelihatan lesu keletihan. Ternyata selama tujuh hari ini ia tak pernah beristirahat dengan baik apalagi meneliti dan mempelajari peta mustika pengangon kambing bukan suatu pekerjaan yang gampang bahkan membutuhkan energi.

Sekalipun begitu wajah Kwan Tiong Gak menunjukkan perasaan girang, tampak ia tersenyum.

“Sudah selesai kulihat. Entah siapakah yang memiliki kepandaian demikian lihay, ternyata bisa menyimpan rahasia demikian besar ditengah kawanan kambing itu.”

“apakah toako berhasil memahami rahasia itu?”

“Tidak dapat dikatakan semua rahasia sudah berhasil kupahami namun aku telah berhasil menemukan suatu pertanda.”

“Peta mustika pengangon kambing ini terdapat ilmu silat dan harta karun. Sebenarnya apa yang telah terjadi?”

“Benar. Di balik rahasia itu memang menunjukkan ada serangkaian ilmu silat yang lihay ada pula suatu harta karun  yang  tak  ternilai  harganya.  Namun  diantara hal

 tersebut dengan demikian mempengaruhi pula seluruh persoalan.”

“Kunci penting apakah itn?”

“Lukisan ini mengutamakan kawanan kambing, tentu saja ada hubungannya dengan sekelompok kambing.”

“Aahk! Yang kau maksudkan mempengaruhi letak di mana harta karun tersebut disimpan?”

“Yang paling indah dari soal ini adalah kedua duanya kena dipengaruhi, baik ilmu silat maupun harta karun itu saling sangkut menyangkut. Aaaai….! Pencipta dari lukisan ini benar benar seorang manusia yang luar biasa.”

“Siauw te…. masih belum dapat memahami maksudmu, apakah toako dapat menerangkan lebih jelas lagi?”

Kwan Tiong Gak segera mengangguk, katanya sambil tertawa, “Aku telah membuang waktu beberapa malam untuk memahami hal yang sebenarnya,tentu saja setelah sekarang ku utarakan kau tak bisa memahami dengan cepat….”

Ia merendek sejenak, lalu sambungnya, “Diatas lukisan mustika ini tertera beratus-ratus ekor kambing, diluaran kelihatan sangat biasa dan tiada hal yang mengherankan, namun jikalau kau perhatikan kambing kambing itu lebih teliti lagi maka keadaannya akan jauh berbeda. Guratan untuk melukis barisan kambing itu sebenarnya merupakan suatu rangkaian ilmu silat, kalau berlatih mengikuti lukisan tadi maka kau temukan setelah jurus keenam dan tiba didepan tubuh sang bocah pengangon, mendadak jurus ilmu selanjutnya terputus ditengah jalan.”

 “Kemudian?” tanya Poei Ceng Yan dangan penuh perhatian.

“Agaknya gerakan ilmu silat itu setelah mengalami suatu perputaran masih ada lanjutannya, mungkin masih ada enam jurus lagi.”

“Jadi maksudmu, diatas lembaran peta pengangon kambing ini sebenarnya tersimpan dua belas jurus belaka.”

“Bersamaan itu apakah toakopun berhasil menemukan letak harta karun tersebut??” Kwan Tiong Gak segera menghela napas panjang, ujarnya.

“Menurut tanda yang ada dalam lukisan itu, agaknya ia menerangkan suatu jalan yang menunjukan letak harta karun tersebut, tetapi tanpa itu sewaktu tiba diatas tubuh sang bocah pengangon mendadak putus….”

“Kemudian tidak ada lagi??”.

“Agak persoalan dibikin kacau dan membingungkan setelah tiba dalam peputaran tubuh bocah pengangon itu, rasanya dibalik ke semuanya ini masih ada suatu perubahan yang susah di duga.”

“Jadi kalau begitu, toako masih belum berhasil menemukan rahasia tersebut….?”

“Aku merasa diriku berhasil memahami sebagian besar dari rahasia tersebut, hanya pada kunci tadi masih kurang begitu paham.”

“Jadi maksud toako kecuali sejurus ilmu silat yang ada dalam kunci tadi kedua belas jurus ilmu silat lainnya berhasil kau pahami?”

 “Diatas peta tapi hanya terdapat sebuah kisikan belaka, dapatkah dilatih untuk menghadapi serangan musuh, hal ini tergantung bagaimana hasilnya nanti.”

“Lalu ilmu silat macam apakah itu?? …. Ataukah ilmu golok?”

“Agaknya ada telapak ada pedang” lalu sahut Kwan Tiong Gak setelah termenung sebentar. “Namun seandainya di gunakan dengan golokpun masih bisa pula….”

Ia menghembuskan napas panjang, lalu sambungnya lebih jauh, “Inilah rahasia yang berhasil kupahami selama beberapa hari ini menurut pendapat siauw heng, di  dalam peta tadi agaknya masih tersimpan suatu rahasia yang amat besar, hanya saja tak bisa ditemui dengan kepandaian yang siauw heng miliki saat ini.”

“Sebuah peta pengangon kambing yang demikian kecilnya ternyata terkandung rahasia serta liku liku demikian banyak, sungguh membuat orang merasa tidak menyangka!”

Sambil bergendong tangan Kwan Tiong Gak memandang ke angkasa, lama sekali ia termenung berpikir keras. Lalu lambat-lambat ujar nya, “Agaknya kita sudah tak dapat meloloskan diri lagi dari kancah pergolakan masalah peta pengangon kambing ini!”

“Aaaai….!Kalau tahu barang kawalan kita ini bakal mendatangkan kerepotan yang begini banyaknya, sejak semula sudah kubiarkan orang lain membawa pergi peta pengangon kambing itu.”

Mendengar ucapan dari wakilnya ini, Kwan Tiong Gak segera tertawa.

 “Sekalipun membiarkan orang lain membawa pergi peta pengangon kambing, belum tentu bisa membuat kita melepaskan diri dari masalah tersebut….”

Ia mendehem perlahan, setelah mengatur pernapasan segera serunya, “Ayoh berangkat! sembari melakukan perjalanan, kita bicara lagi!”

Poei Ceng Yan menurut, dari dalam gubuk ia menuntun keluar kuda tunggangan mereka, memasang pelana kemudian sama sama

naik ke atas punggung kuda dan melarikan arah kota Kay Hong.

Selama perjalanan Kwan Tiong Gak mengendalikan tali les kudanya agar kuda jempolan tersebut tidak berlari terlalu cepat, dengan berjalan disisi Poei Ceng Yan ujarnya, “Pada mulanya jago jago lihay dari kalangan Hek To serta Pek to yang pada berkumpul dikota Kay Hong hanya disebabkan peta pengangon kambing belaka, kini ditambah munculnya si pemilik lambang naga sakti membuat urusan berubah semakin ruwet lagi. Semoga saja. pembunuhan yang dilancarkan majikan pemilik lambang naga sakti dapat menundukkan kaum iblis agar jago jago kalangan Hek to serta Pek to yang sedang mengincar peta pengangon kambing dapat membubarkan diri dengan sendirinya….”

“Toako, seandainya sang majikan pemilik lambang naga sakti pun telah menaruh niat untuk mendapatkan peta pengangon kambing apa yang harus kita lakukan?”.

“Kalau sampai terjadi hal begini, terpaksa kita harus hadiahkan peta tersebut dengan tangan terbuka”.

“Benar!” sambil tertawa getir Poei Ceng Yan mengangguk. “Semua partai serta perguruan yang ada

 dikolong langit tak seorang manusiapun berani mencari gara gara dengan majikan lambang naga sakti asalkan peta mustika pengangon kambing benar benar terjatuh ketangannya. boleh dibaca peta itu akan aman tentram tak takut direbut orang lain lagi.”

“Namun hingga detik ini, ada minat untuk mendapat peta pengangon kambing itu.”

“Mungkin sang majikan lambang naga sakti masih belum tahu kalau ada selembar peta mustika macam itu?”.

“Sudahlah urusan ini tak usah kita urus dahulu, seandainya majikan lambang naga sakti benar benar inginkan peta pengangon kambing ini tentu saja kita harus segera turut perintah dan serahkan benda itu kepadanya. menurut perkiraanku dikolong langit masa ini masih belum ada manusia yang berani cari gara gara dan bentrok dengan sang majikan lambang naga sakti, oleh karena itu kita pun tak perlu membicarakan persoalan ini lagi”

“Toako, sekembalinya kekota Kay Hong Apa yang hendak kau lakukan?….” tanya Poei Ceng Yan kemudian.

“Semisalnya aku berhasil memahami kunci penting yang terkandung dalam peta itu, ingin kucari sebuah tempat yang sunyi dan terlepas dari segala gangguan untuk melatih ilmu silat yang tercantum disana, semisalnya kunci rahasia itu tak berhasil kupahami. Kita akan cari-cara lain yang lebih sempurna lagi.

“Baik. silahkan Toako pikirkan hal ini baik-baik lebih dahulu”.

 Tidak banyak tanya lagi, ia segera jalankan kudanya kearah depan.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar