Lambang Naga Panji Naga Sakti Jilid 20

DITENGAH berkelebatnya bayangan manusia, tahu tahu ditempat itu sudah muncul dua jago.

 Yang pertama bukan lain adalah “Hoa Hoa Kongcu”, Ke Giok Lang sedang orang yang mengikuti di belakangnya adalah si dara berbaju hijau Hoo Lian Hoa adanya.

“Kwan heng,” seru Ke Giok Lang sambil ulapkan tangannya dan tertawa. “Hweesio itu masih mampu untuk melanjutkan pertarungan, tetapi ia rela mengaku kalah.”

“Walaupun begitu thaysu itu masih belum kehilangan sifatnya yang terbuka dan gentlemen, dengan terang terangan ia menanti kedatanganku ditengah jalan.”

Mendengar sindiran itu Ke Giok Lang tersenyum. “Kwan-heng, agaknya kau sedang memaki aku orang

she Ke kurang bersifat lapang dada.” serunya.

“Kalau Ke Kongcu pun seorang yang jujur dan bersifat terbuka, tidak seharusnya kau bersembunyi diatas pohon.”

Ke Giok Lang segera tertawa terbahak bahak.

“Kwan heng sedikitpun tidak salah, selama melakukan pekerjaan aku orang she Ke tidak terlalu memperhatikan tindakan apa yang aku gunakan, yang kupikirkan adalah secara bagaimana bisa mencapai tujuan….”

Ketika itu Kwan Tiong Gak telah naik keatas kudanya tapi ia segera meloncat turun kembali, ujarnya, “Ke Kongcu, kau bermaksud turun tangan berbareng? ataukah satu lawan satu dengan sistim bergilir?”

“Berjumpa muka lantas bergebrak, apakah kau tidak merasa tindakan ini terlalu tidak sedap dipandang?”

Kwan Tiong Gak angkat muka memandang sekejap wajah Ke Giok Lang serta Hoo Lian Hoa yang berdiri di

 bawah pohon, serunya, “Pagi benar kedatangan kalian berdua.”

“Haaa…. haaaa….siauwte percaya ini hasil Kwan heng akan berangkat ke utara, maka kami datang sedikit lebih pagi.”

“Hweesio tetiron yang mengenakan topeng diatas wajah, apakah anak buah dari Ke Kongcu?”

“Kalau aku orang she Ke mengatakan bukan, entah Kwan Cong Piauw tauw suka mempercayai atau tidak?” sahut Ke Ciok Lang tersenyum….

Jawaban ini sangat diplomatis, seketika membuat Kwan Tiong Gak seorang jago berpengalaman luas serta pengetahuan tinggipun dibikin tertegun, ia tidak berhasil mengetahui apa maksud sebenarnya dari ucapan tersebut.

Namun sigolok emas yang menggetarkan Delapan penjuru adalah seorang jago kang ouw kawakan, ia segera tertawa hambar, katanya.

“Perduli dia benar anak buah Ke Kongcu atau bukan, aku orang she Kwan tiada bermaksud menyelidiknya sampai jelas….”

Ia merandek sejenak, kemudian terusnya, “Ke  Kongcu, kalau kau ada maksud bergebrak sllahkan loloskan senjata. seandainya untuk sementara tidak ingin bergebrak melawan aku orang she Kwan, harap segera minggir sembari jalan.”

“Kwan-heng” seru Ke Giok Lang sambil tersenyum. “Siauwte punya satu perasaan kita orang orang Bu lim karena sepatah dua patah kata tidak cocok lantas harus gunakan kekuatan untuk mengadu jiwa sebenarnya merupakan suatu tindak yang sangat rendah!”

 “Jadi maksud Ke Kongcu, hendak andalkan lidahmu yang tajam berusaha menundukan aku orang she Kwan?”

“Kwan heng telah malang melintang di daerah Utara maupun Selatan, pengetahuan serta pengalamanmu sangat luas, rasanya tak gampang menundukkan dirimu dengan andalkan ketajaman lidah.”

“Lalu Ke Kongcu hendak berbuat apa untuk memaksa cayhe tunduk?” ujar Kwan Tiong Gak dengan nada berat.

“Dengan andalkan pengetahuan serta pengalaman Kwan Cong Piauw tauw, rasanya dalam sekali pandangan tidak sulit untuk mengetahui untung ruginya keadaan terhadap dirimu bukan?”

Mendengar ucapan itu Kwan Tiong Gak segera mendongak tertawa, katanya, “Aku she Kwan dengan kuda mustika golok emas, selama puluhan tahun ini telah berulang kali menerobos pelbagai jebakan,seandainya sejak semula Ke Kongcu telah mempersiapkan jebakan disini, tiada halangan suruh mereka keluar dan mulai menyerang diriku.”

Ke Giok Lang tersenyum.

“Sekalipun kau Kwan Cong Piauw tauw bisa menerobos hadangan ini, namun sayang seribu kali sayang kepandaian silat Hoei Hu Cong Piauw tauw jauh lebih rendah setingkat dari kepandaianmu, aku rasa ia sulit untuk menerobos hadangan disini….”

Seketika Kwan Tiong Gak dibikin tertegun. “Saudara Poei dia….”

“Ia kena kami tawan!” “Sekarang berada dimana?”

 “Telah aku orang she Ke penjarakan, tempat itu tidsk jauh letaknya dari sini apa bila Kwan heng ada kegembiraan tiada halangan ikut diriku pergi menengok,”

Kwan Tiong Gak termenung tidak bicara. Ke Giok Lang kembali tertawa terbahak-ahak, ujarnya, “Kalau Kwan heng tidak percaya perkataanku, silahkan melanjutkan perjalanan menuju ke Utara, aku orang she Ke tak akan turun tangan menghadang perjalananmu.”

Sepasang mata Kwan Tiong Gak berkilat, dengan tajam ia memperhatikan tubuh Ke Giok Lang tak berkedip,

“Ke Kongcu!” serunya kemudian. “Kalau kau menipu diriku….”

“Haaa …. haa….mari kita percepat perjalanan kita, tidak sampai sepertanak nasi kau dapat berjumpa kembali dengan Pui Jie tamu itu.”

“Kalau begitu merepotkan Ke Kongcu harus membawa jalan.”

Mendadak Ke Giok Lang mendongak memperdengarkan suara suitan panjang. ….Terdengar derapan kaki kuda berkumandang datang, dua orang dara berbaju hijau yang menggembol senjata menuju dari balik pepohonan.

Mengikuti munculnya kedua orang itu Kwan Tiong Gak alihkan sinar matanya ke-arah mereka.

Ia mendapatkan bedua orang dara berbaju hijau itu rata rata berusia enam tujuh belas tahunan, walaupun wajah mereka tak termasuk sangat cantik namun cukup mempersonakan hati lelaki.

 Tanpa terasa lagi ia kerutkan dahi sembari berkata, “Apakah perempuan perempuan muda inipun berhasil Ke Kongcu pikat dari rumah mereka masing-masing?”

“Kata “Memikat” terlalu tidak enak didengar, siauwte sama sekali tidak menggunakan kekerasan untuk mendapatkan mereka. Tentu saja setelah mereka berhasil belajar ilmu silat dan mendapat perintah untuk melakukan suatu pekerjaan harus diikat dengun suatu peraturan yang ketat dan tegas”

Sementara mereka berbicara. kedua orang dara berbaju hijau itu tiba dihadapan Ke Giok Lang.

Mereka berdua sama-sama meloncat turun dari atas pelana, dengan sikap penuh hormat menyerahkan kuda tersebut ketangan Ke Giok Lang serta Hoo Lian Hoa.

Dengan sebat Ke Giok Lang meloncat naik ke atas kuda, menarik tali les dan berkata, “Kwan heng , mari kita berangkat!”

Bagaikan terbang ia larikan kudanya terlebih dahulu menuju kearah depan.

Kwan Tiong Gak pun segera naik ke-atas punggung kudanya binatang tunggangannya adalah seeior kuda mustika yang bisa melakukan perjalanan seribu li dalam sehari. dengan sekali loncatan kuda tersebut berhssil menyentak kesisi Ke Giok Lang.

“Ke Kongcu.” ujar Kwan Tiong Gak. “Seorang lelaki sejati, seorang enghiong hoo han tidak patut setiap hari hanya bergaul dan berkawan dengan kaum gadis kaum perempuan, apakah kau tidak merasa telah kehilangan kegagahan seorang manusia jantan?”

“Kwan heng, kau tidak mengerti akan kebagusan permainan ini.” kata Ke Giok Lang sembari tersenyum.

 “Kaum perempuan memiliki otak yang lebih teliti dan halus, bahkan sangat romantis dan setia, mereka jauh lebih dapat percaya daripada lelaki lelaki busuk macam diri kita.”

“Huam! cayhe berharap kau jangan terlalu banyak melakukan pekerjaan ysng merugikan masyarakat usia gadis gadis ini baru enam, tujuh belasan tahunan tapi sudah kau pikat sehingga mereka meninggalkan rumah, membuat orang tua mereka setiap hari bersedih hati, apa kau anggap perbuatanmu ini ini suatu perbuatan lelaki sejati.”

“Mengumpulkan anak murid, menurunkan ilmu silat, apa bedanya antara lelaki dan perempuan? Kwan heng anggap orang tua mereka saudara saudara mereka bersedih hati karena kehilangan anak gadisnya, apakah kehilangan anak lelaki tidak membuat hati mereka jadi sedih?….”

Ia mendongak tertawa terbahak bahak sambungnya, “Kita bicarakan tentang Kwan heng sendiri saja, satu bulan membuang beratus ratus tahil perak agar para piauwsu suka jual nyawa buat kalian tidak perduli mereka beristri dan berputra mereka masih kecil kecil, apakah perbuatan ini bukan termasuk suatu perbuatan yang merugikan masyarakat….??”

“Tentu saja berbeda, kami andalkan ilmu silat untuk mencari uang, menggantungkan tenaga mencari sesuap nasi, yang kami kerjakan adalah suatu perdagangan yang lurus suatu pekerjaan cari uang yang jujur.”

“Haaa…. haa…. kalau membuka Piauw kiok adalah suatu perdagangan yang lurus, maka merampok, membegal, merampas harta orang lain merupakan orang tua  dari  makan  serta  pakaian  kalian,  kalau  tidak  ada

 kawan kawan Liok lim yang melakukan perampokan, serta membegal serta merampas, kalian yang membuka perusahaan Piauw kiokpun tidak akan mendapatkan uang dari perdagangan tersebut.”

“Ucapanmu sedikitpun tidak salah, kalau tak ada kawan kawan Liok lim yang melakukan perampokan, pembegalan serta perampasan maka kami tak akan berhasil mencari sesuap nasi dengan membuka perusahaan Piauw kiok namun seandainya mereka yang melakukan perampokan pembegalan serta perampasan adalah jago-jago lihay macam Ke Kongcu semua, maka kami yang bukan perusahaan Piauw kiok akan gulung tikar dan gigit jari.”

Ke Giok Lang tersenyum, segera tukasnya, “Kalau aku adalah Ke Giok Lang adalah manusia yang suka merampok, membegal dan merampas, rasanya hanya perusahaan Hiaw Wie Piauw Kiok kalian saja yang sanggup menahan, bukankah begitu?”

Sementara bercakap cakap, tanpa terasa mereka berdua telah tiba didepan sebuah hutan lebat.

Dibalik hutan itu secara dapat terlihat atap rumah muncul dari balik dedaunan, agaknya disana berdirilah sebuah bangunan rumah megah dan besar.

Ke Giok Lang segera meloncat turun dari atas kuda ujarnya sambil tertawa, “Poei Jit te berada didalam bangunan rumah tersebut!”

“Secara bagaimana kongcu hadapi dirinya?” tanya Kwan Tiong Gak sambil meloncat turun pula dari atas kuda.

 “Tindakan aku orang she Ke tidak terlalu buas. aku hanya menggunakan otot kerbau yang basah untuk mengikat sepasang tangannya.”

“Haee…. heee.heee, aku berharap kau tidak sampai mencelakai dirinya.” jengek Kwan Tiong Gak sambil tertawa dingin.

Setelah melewati hutan lebat itu, bangunan rumah dapat kelihatan semakin jelas lagi-

Itulah sebuah bangunan berlorong yang terbuat dari bata warna hijau, megah kokoh dan menarik.

Sambil bersenyum Ke Giok Lang berebut membawa jalan terlebih dahulu, ujarnya.

“Aku memandang Poei Hu Ceng Piauw tauw bagaikan tamu terhormat, namun watak Pui heng terlalu keras, arak serta nasi yang kami hidangkan ternyata telah ditumpahkan keatas tanah semua.”

“Aku orang she Kwan ingin tahu, secara bagaimana kalian menangkap dirinya?”

“Dalam pandangan Kwan heng, mungkin tindakan kami ini dianggap terlalu rendah, terlalu memalukan, namun siauwte marasa cara inilah yang paling bagus dan paling tepat, kami telah menggunakan obat pemabok untuk merobohkan dirinya.”

“Hmm! Tidak disangka Ke Kongcu pun menggunakan cara yang paling rendah dari dunia persilatan.”

“Aku orang she ke, tadi kau sudah berkata, selama aku paling suka menggunakan cara yang paling mudah mendatangkan hasil.” Mendadak ia berseru tertahan dan menghentikan langkah kakinya.

 Kwan Tiong Gak tertegun dan ikut berhenti, ketika ia angkat muka terlihat olehnya sebuah lambang Bergambar naga dengan dasar putih bersulamkan benang emas tertempel di-depan pintu besar bangunan tersebut.

Walaupun rasa kaget yang dialami Ke Giok Lang pada saat ini susah dilukiskan, namun ia masih bisa menahan golakan dalam hatinya dengan paksa, ia berpaling kearah Kwan Tiong Gak dan diam diam memperhatikan reaksinya.

Inilah Lambang Naga Sakti” yang pernah menggemparkan dunia persilatan tiga puluh tahun berselang. Semua anak murid partay besar maupun perguruan kecil yang ada dalam Bu lim sebelum turun kedalam kalangan persilatan selalu mendapat pesan wanti-wanti dari garu guru mereka, bahwasannya Lambang Naga Sakti adalah suatu Lambang yang mempunyai kekuasaan sangat besar.

Di mana Lambang Naga Sakti tersebut muncul, semua orang dilarang mendekati.Siapa yang berani melanggar bukan saja keselamatannya susah  dipertahankan bahkan dapat menyeret pula bagi kemarahan seluruh perguruan. Didalam rimba persilatan pernah ada tiga pergurnan besar telah melanggar pantangan dari “Lambang Naga Sakti” ini, seluruh anggota perguruan mereka dibasmi hancur dan menyeret sebanyak empat ratus jiwa lenyap dalam sekejap.

Sejak itu tiga perguruan besar tersebut lenyap untuk selama – selamanya dari dunia persilatan.

Peristiwa mengerikan yang menggetarkan hati semua orang ini seketika membuat orang orang Bu lim menaruh rasa  jeri  terhadap  Lambang  Naga  Sakti  yang  amat

 misterius ini. Pernah partay siauw lim yang dianggap sebagai tulang punggung dunia persilatan melanggar pantangan dari Lambang Naga Sakti akibatnya delapan belas orang padri lihay di bunuh habis, untung sekali pelanggaran itu baru dilakukan pertama kali, sang pemilik “Panji Naga Sakti” masih menaruh belas kasihan terhadap partay besar ini, setelah membunuh delapan belas orang padri lihay. Ia tidak mempersoalkan lagi peristiwa tersebut.

Sejak itulah partay Siauw lim serta partay Bu tong menaruh rasa jeri dan hormat terhadap Lambang Naga Sakti, mereka tidak berani mencabut kumis harimau lagi dan memerintahkan anak muridnya segera menghindar bilamana berjumpa dengan lambang maut tersebut.

Diluaran partay partay besar memang menghindar, namun secara diam diam mereka mengirim jago jago terlihay dari perguruan mereka untuk menyelidiki asul usul majikan lambang naga sakti tersebut, mereka semua menyaru dan menggembol racun keji, asal rahasia mereka terbongkar segera menelan racun dan bunuh diri sehingga tidak sampai menyeret perguruan mereka.

Tetapi dari dunia persilatan tiada putus nya tersiar berita akan kematian orang orang itu sedang asal usul Majikan Naga Sakti belum juga diketahui, mungkin ada diantara mereka pernah menjumpai majikan Naga Sakti tersebut, namun setiap orang yang berhasil mengetahui wajah aslinya segera menemui ajalnya.

Demikianlah, Naga sakti lama kelamaan jadi suatu lambang yang menakutkan bagi seluruh anggota dunia persilatan, tak seorang pun yang berani memandang remeh atau melanggar peraturan Naga Sakti tersebut.

 Semua partai besar baik dari golongan pekto maupun dari kalangan Hekto sama-sama turunkan peraturan ketat terhadap anak muridnya untuk segera menghindar bila mana menjumpai naga sakti tersebut, barang siapa yang berani melanggar segera dikenakan hukuman berat.

Sekalipun begitu Naga Sakti tidak terlalu sering muncul dalam rimba persilatan walaupun mendatangkan halangan bagi dunia kangouw tetapi tidak terlalu besar.

Selama hampir tiga puluh tahun lamanya seluruh dunia persilatan telah terjerumus kedalam kekuasaan Naga Sakti.

Entah sejak tahun keberapa, tiba tiba naga sakti lenyap dari dunia persilatan, walaupun partai-partai besar masih mempertahankan peraturan mereka yang ketat, dan anak murid yang hendak berkelana selalu mendapat pesan wanti wanti dari guru mereka namun naga sakti tidak pernah muncul kembali didalam dunia persilatan.

Kurang lebih dua puluh tahun lamanya naga sakti lenyap bagaikan awan diangkasa, sedikitpun tidak meninggalkan jejak. Siapa-pun tidak dapat menceritakan kisah mengenai lambang naga sakti, yang tersisa hanyalah kisah kisah yang mengerikan pernah terjadi tempo dulu.

Waktu, dapat membuat kenangan makin luntur warnanya, walaupun didalam benak para jago Bu lim saat itu masih tertera kisah kisah berdarah yang terjadi tempo dulu namun tidak setegas dua puluh tahun berselang ….

Dengan termangu mangu Kwan Tiong Gak memperhatikan Lambang naga sakti tersebut lama sekali ia terpesona…. entah sampai kapan baru terdengar ia

 bergumam seoriug diri, “Lambang Naga Sakti…. Lambang Naga Sakti yang telah lenyap puluhan berselang.”

“Kwan heng!” Ke Giok Lang mendehem memecahkan kesunyian. “Pernahkah kau menjumpai lambang naga sakti?”

“Baru pertama kali ini aku menjumpai dengan mata kepala sendiri, tetapi kalau peristiwa tempo dulu sudah banyak kudengar.”

“Kalau begitu, Kwan-heng masih kalah dengan siauwte,” seru Ke Giok Lang sambil tertawa dingin.

“Apa maksudmu?” tanya Kwan Tiong Gak tertegun. “Dengan apa yang kulihat ini hari, siauwte sudah dua

kali menjumpai Lambang Naga Sakti,”

“Aaaaa.,…. pertama kali Ke Kongcu menjumpai lambang naga sakti ini dimana?”

“Dalam kereta penghantar barang dari perusahaan Piauw kiok kalian.”

“Diatas kereta penghantar barang perusahaan kami?”

Kwan Tiong Gak melengak. “Aaaaakb….! tidak mungkin.”

“Perbuatan apapun aku Ke Giok Lang lakukan, hanya satu hal aku tidak pernah berbohong “

“Kalau begitu sungguh aneh sekali!’”

“Sedikitpun tidak aneh, lambang naga sakti tersebut berada didalam kereta yang di tumpangi nona Liuw….”

Ia mendongak tertawa terbahak bahak, sambungnya, “Lambang Naga Sakti ini sudah ada puluhan tahun lamanya   lenyap   dari   dunia   persilatan,  kemungkinan

 besar pemilik lambang paga sakti tersebut sudah mati dan jenazahnya telah hancur, kalau ada orang yang sengaja membuat beberapa lembar lambang naga sakti palsu, aku rasa perbuatan ini tidak dapat terhitung suatu peristiwa yang meng-herankan lagi.”

“Ke Kongcu, mungkin kau sudah terlambat lahir beberapa tahun sehingga tidak tahu akan peristiwa lambang naga sakti pada masa silam, aku rasa tak ada orang yang begitu bernyali berani memalsukan tanda Bulim pang menakutkan ini.”

“Menurut perkataan Kwan Cong Piauw tauw, jadi lambang naga sakti yang muncul dalam kereta yang ditumpangi nona Liuw adalah lambang asli!”

“Bagaimanakah kejadian sebenarnya cayhe tidak berani ambil kesimpulan, namun aku berani yakin dalam Bu-lim tak ada yang berani memalsukan lambang naga sakti tersebut.”

“Jadi kalau menurut ucapan Kwan Cong Piauw tauw barusan, lambang naga sakti yang muncul didalam kereta nona Liuw serta lambang naga sakti asli semua?!” tukas Ke Giok Lang dingin,

“Cayhe tidak dapat berpikir siapakah begitu bernyali berani memalsukan Lambang Naga Sakti tersebut.”

“Bangunan loteng ini adalah daerah kekuasaan aku Ke Giok Lang.” ujar Ke Giok Lang kembali dengan nada dingin. “Sedangkan lambang naga sakti tersebut tertancap didepan pintu, entah apa maksud dari peristiwa ini?”

“Menurut keadaan biasanya seperti masa masa yang silam, dimana muncul lambang naga sakti bila ada keterangan yang ikut tertancap disisinya maka kau harus

 melaksanakan tugas yang diperintahkan dalam surat tersebut.”

“Seandainya dibawah lambang Naga Sakti tidak terdapat surat tanda perintah?”

“Kalau demikian adanya, lebih baik Ke Kongcu jangan mendekati lambang Naga Sakti tersebut.”

Ke Giok Lang termenung berpikir sebentar dan ujarnya, “Kwan heng, apakah kau punya nyali untuk memeriksa kesana “

Dengan cepat Kwan Tiong Gak menggeleng.

“Cayhe tidak ingin menempuh bahaya yang sama sekali tak berguna ini.”

“Seandainya aku orang she Ke menemani Kwan heng meninjau kesana?”

“Ke Kongcu” Kwan Tiong Gak segera tersenyum. “Kalau bernyali dan tidak percaya peristiwa yang menyangkut lambang Naga Sakti Ini tiada halangan kau pergi memeriksa sendiri, tak usah kau seret pula aku orang she Kwan untuk menemani dirimu!”

Sewaktu Ke Giok Lang dilahirkan di kolong langit, lambang naga sakti telah lama lenyap dari dunia persilatan, didalam ingatan nya sama sekali tidak terdapat pengalaman mengerikan tentang lambang naga sakti tersebut apa yang ia ketahui kebanyakan dari pembicaraan orang lain belaka.

Sekalipun begitu ia bagaimanakah watak Kwan Tiong Gak bukan saja ia merupakan seorang pemimpin bijaksana dalam perusahaan Hauw Wie Piauw kiok, didalam dunia persilatanmu terhitung seorang enghiong hoohan.

 Menjumpai Kwan Tiong Gak menaruh rasa jeri terhadap lambang naga sakti tersebut dalam hati kecilnya seketika timbul rasa was was.

Setelah mendehem ringan ujarnya, “Menurut pendapat Kwan heng kita tak boleh mendekati lambang naga sakti tersebut bukankah sama artinya tak dapat masuk ke dalam bangunan rumah itu?”

“Cayhe pernah dengar orang berkata bahwa lambang Naga Sakti tersebut bukannya tak boleh didekati hanya saja kita bakal menjumpai banyak kerepotan”.

“Kerepotan macam apa yang kau maksudkan?” “Melepaskan senjata tajam yang digembol keluarkan

semua senjata rahasia yang disembunyikan, dengan telapak dirapatkan jadi satu berjalan mendekati lambang Naga Sakti tersebut kemudian menjura tiga kali ke arah lambang itu kemudian baru boleh berlalu.”

Ke Giok Lang termenung beberapa saat lamanya kemudian ujarnya, “Kalau percaya pasti ada, kalau tidak dipercaya tak akan ada, biarlah cayhe mencobanya terlebih dahulu”.

“Cayhe pun hanya mendengar pembicaraan orang lain, manjur atau tidak caybe tidak berani tanggung.”

Ke Giok Lang tertawa hambar, dia serahkan kipasnya ketangan Hoo Lian Hoa kemudian dari dalam sakunya mengeluarkan pula empat batang pedang pendek yang panjangnya ada delapan cun.

“Ke Kongcu, apa gunanya keempat bilah pedang pendek yang kau sembunyikan dalam tubuh mu itu?”

“Senjata tajam, sewaktu Kwan heng sedang bergebrak dengan aku orang she Ke di-kemudian hari kemungkinan

 besar dapat melihat bagaimanakah aku orang she Ke menggunakan senjata tersebut.”

Setelah ia melakukan selurah perkataan yang diucapkan Kwan Tiong Gak dengan sepasang telapak dirapatkan jadi satu ia berjalan mendekati Lambang tersebut dan menjalankan penghormatan sebanyak tiga kali ke-arah Lambang naga sakti.

Si Hoa Hoa Kongcu Ke Giok Lang yang memiliki nama tersohor dalam dunia persilatan ternyata menjalankan penghormatan terhadap sebuah panji kecil, sebenarnya hal ini merupakan suatu peristiwa yang menggelikan. Sekalipun begitu Kwan Tiong Gak memperhatikannya dengan wajah serius. Seluruh perhatiannya ditumpahkan keatas Lambang naga sakti itu.

Setelah menjalankan penghormatan Ke Giok Lang melanjutkan perjalanannya memasuki bangunan itu.

Melihat tindakan sang pemuda. Kwan Tiong Gak terperanjat, dia takut si kongcu romantis ini menangkan keuntungan bagi Pui Ceng Yan buru buru serunya.

“Ke kongcu jangan lupa dengan perjanjian kita.”

“Soal ini harap kau berlega hati.” jawab Ke Giok Lang sambil berpaling dan tertawa. “Selama cayhe masih menginginkan peta pengangon kambing, tak akan kucelakai saudara Poei.”

Dengan langkah labar ia melanjutkan perjalanannya masuk kedalam ruangan itu.

Kurang lebih seperminum teh kemudian dongan wajah pucat pasi bagaikan mayat Ke Giok Lang muncul kembali dari balik ruangan dan berjalan mendekat dengan langkah terburu buru.

 Menjumpai perubahan wajahnya Kwan Tiong Gak segera menduga ia telah menemui suatu perubahan besar, diam diam ia salurkan hawa murninya mengadakan persiapan.

Dangan langkah lebar Ke Giok Lang berjalan mendekat, segera tegurnya dengan rada dingin.

“Kwan Tiong Gak, ada hubungan apa antara perusahaan kiokmu dengan Lambang Naga Sakti tersebut?”

Mendapat pertanyaan begitu Kwan Tiong Gak tertegun,

“Dikolong langit siapa yang tidak tahu kalau sang pemilik Lambang Naga Sakti adalah seorang jago lihay bagaikan naga sakti, seorang jago lihay bagaikan naga sakti yang nampak kepala tak nampak ekor. Mana mungkin dia punya hubungan dengan perusahaan Piauw kiok kami?”

“Kalau tidak ada hubungan, maka dengan memberanikan diri aku orang she Ke akan menuduh bahwa Lambang Naga Sakti tersebut adalah ciptaan perusahaan Piauw kiok kalian seodiri….”

Ia mendongak tertawa terbahak bahak, kemudian terusnya,

“Perusahaan Hauw Wie Piauw kiok bisa malang melintang di Utara maupun Selatan selama banyak tahun tanpa mempunyai peristiwa kiranya di balik hal tersebut tersembunyi rahasia ini!”

“Ke Kongcu!” ujar Kwan Tiong Gak dengan wajah serius. “Kalau perusahaan Piauw kiok kami punya hubungan dengan Lambang Naga Sakti tersebut, hal ini merupakan  Suatu  kebanggaan  dari  perusahaan Hauw

 Wie Piauw kiok kami, kenapa cayhe tidak barani mengaku? sedangkan mengenai pemalsuan Lambang Naga Sakti, bukannya aku orang she Kwan tempeli emas diatas wajah sendiri aku tidak punya keberanian sebesar itu.”

“Tapi kau harus tahu. Sewaktu cayhe untuk pertama kali menjumpai Lambang Naga Sakti hal ini terjadi di dalam kereta yang ditumpangi nona Liuw, jelas Lambang itu ada sangkut pautnya dengan perusahaan kalian lalu ketika untuk kedua kalinya menjumpai lambang naga sakti lagi. kembali urusan ini ada sangkut pautnya dengan perusahaanmu”

“Tentang Lambang naga sakti yang muncul dalam kereta nona Liuw sampai detik ini cayhe tidak pernah mendengar laporan, seandainya benar terjadi peristiwa ini Piauwsu dari perusahaan kami sejak semula telah melaporkan hal tersebut kepadaku mengenai -munculnya lambang tersebut pada saat ini entah secara bagaimana kau menuduh ada sangkut pautnya dengan perusahaan kami?”

“Orang itu telah menolong Pui Ceng Yan disamping itu membinasakan pula empat orang pengawalnya”

“Aaaakh, ada kejadian semacam ini?” seru Kwan Tiong Gak kembali dibikin tertegun.

“Kalau kau tidak percaya boleh masuk ke dalam ruangan dan memeriksa sendiri.”

Sembari berkata ia menerima kembali-pedang pendek serta kipasnya dari tangan Hoo Lian Hoa.

Jelas, tiada maksud untuk turun tangan.

 Sambil memandang Lambang naga sakti yang berkibar tertiup angin, dengan kebingungan Kwan Tiong Gak berseru.

“Peristiwa ini memang sedikit mengherankan!”

“Kwan Ciong Piauw tauw benarkah kau sangat takut dengan lambang naga sakti itu?”

“Cayhe dilahirkan lebih tua puluhan tahun Ke Kongcu, pengetahuan maupun pengalaman yang kualamipun  jauh lebih banyak dari dirimu, aku mengerti apa yang dikabarkan selama ini dalam Bu lim suatu berita bohong belaka, peristiwa tersebut benar benar suatu peristiwa berdarah yang nyata.”

“Kalau begitu Kwan heng tidak bermaksud masuk kedalam sana?” kata Ke Giok Lang dingin.

“Kalau benar Poei Hu Cong Piauw tauw dari perusahaan kami telah ditolong orang masuk atau tidaknya aku orang she Kwan ke dalam ruangan rasanya tiada sangkut paut yang penting lagi.”

“Cayhe minta kau suka mengikuti aku masuk kedalam ruangan dan melihat bagaimana keempat orang anak buahku terbunuh.”

Kwan Tiong Gak termenung berpikir beberapa saat lamanya, lalu ujarnya, “Mungkin batok kepala mereka telah di tabas putus kemudian dijejerkan menjadi satu diatas meja?”

“Sedikitpun tidak salah, agaknya orang itu amat suka akan kebersihan, setelah membinasakan mereka masih ada kesenangan untuk mengatur batok kepala mereka teratur rapi.”

“Ke Kongcu!” Dengan cepat Kwan Tiong Gak menggeleng.   “Itulah   kebiasaan   dari   pemilik lambang

 naga sakti, aku orang she Kwan selamanya tidak pernah berbohong. Majikan naga sakti, aku orang she Kwan selama nya tidak pernah berbohong, majikan lambang naga sakti sama sekali tidak ada hubungan dengan kami dari perusahaan Hauw Wie Piauw-kiok, paling sedikit aku tidak tersangkut paut dengan peristiwa tersebut….”

Ia meloncat naik keatas pelana dan menyambung kembali kata-kata.

“Aku orang she Kwan percaya atas perkataan Ke Kongcu, kini Poei Ha Cong Piauw tauw dari perusahaan kami telah ditolong orang, agaknya kitapun tiada suatu tujuan untuk saling bergebrak, cayhe mohon diri terlebih dahulu.”

“Tunggu sebentar.”

“Ke Kongcu, kau masih ada urusan apa lagi?” tanya Kwan Tiong Gak bertanya.

“Sekalipun Poei Ceng Yan sudah ditolong orang, namun peta pengangon kambing masih berada dalam saku Cong Piauw tauw.”

“Sedikitpun tidak salah, tetapi cayhe-pun ingin menasehati diri Ke Kongcu Pemilik lambang naga sakti telah meninggalkan tanda pembunuhnya disini, hal ini sama artinya memberi peringatan buat diri Ke Kongcu sendiri, Apa yang Ke Kongcu sedang lakukan pada saat ini lebih baik segera dihentikan,”

Mendengar ucapan itu kontan Ke Giok Lang tertawa terbahak bahak.

“Menghentikan semua usahaku untuk mendapatan peta pengangon kambing tersebut?”

“Ke Kongcu lebih baik jangan terlalu menyudutkan orang  lain  aku  orang  she  Kwan  bukan  lagi  menakut

 nakuti dirimu, kalau kau ada maksud mencari gara gara dengan pemilik lambang naga sakti. silahkan Ke Kongcu gerakan seluruh anak buahmu yang telah kau tempatkan disekeliling tempat ini!”

“Jadi kau sudah tahu kalau kau berada dalam kepungan?” seru Ke Giok Lang.

Kwan Tiong Gak segera mendongak tertawa terbahak bahak.

“Aku orang she Kwan dengan menunggang kuda serta andalkan golok emas pernah menerjang berpuluh puluh bahkan beratus-ratus kepungan, pemainan dari Ke Kongcu ini telah aku orang she Kwan ketahui sejak masuk kedalam hutan tadi.”

Sreeeet! Ke Giok Lang segera membentangkan senjata kipas ditangannya.

“Kwan Tiong Gak, ada dua jalan untuk mu. Silahkan kau memilih sendiri!”

“Tolong tanya dua jalan yang mana?”

“Tinggalkan peta pengangon kambing atau terjang keluar dari kepungan aku orang she Ke.”

Mendengar ancaman itu Kwan Tiong Gak tanpa terasa telah meraba gagang golok emasnya.

“Ke Kongcu, kalau kau sudah ambil keputusan untuK mencari menang kalah di antara kita, ini pun merupakan persoalan yang tak bisa dihindarkan lagi.”

Selagi Ke Giok Lang siap menggerakan kipasnya untuk memberi tanda, mendadak terdengar suara jeritan ngeri berkumandang datang dari tempat kejauhan.

Kedua jeritan tajam tadi membuat gerakan kipas Ke Giok Lang berhenti di tengah jalan.

 “Siapa!” bentaknya berat.

“Aku!” seseorang menjawab, Seorang lelaki berpakaian ketat dengan sepasang tangannya membawa dua butir batok kepala berjalan mendekat dengan langkah lebar.

Menemui orang hawa gusar segera memuncak dalam benak Ke Giok Lang serunya dengan suara keras, “Keparat, nyalimu sungguh tidak kecil”

“Hamba tidak bisa tidak harus datang, ia sudah menotok beberapa jalan-jalan darah ku,” seru orang itu buru buru.

Sembari berkata ia melanjutkan langkah nya mendekati Ke Giok Lang.

“Bangsat, kau cari mati.”

Tangan kanannya diayunkan kedepan melancarkan sebuah hantaman mengancam dada orang itu.

Orang tadi dapat melihat jelas datangnya serangan yang mengancam dadanya namun ia tak berkekuatan untuk menghindar.

“Braaaak….!” dengan telak serangan tadi bersarang ditubuhnya.

Serangan tadi Ke Giok Lang ini datangnya amat berat, terhajar oleh serangan terse-but lelaki tadi muntahkan darah segar dan roboh keatas tanah dengan badan kaku.

“Ke Kongcu, jalan darahnya telah tertotok membuat badannya tak dapat menekuk.” seru Kwan Tiong Gak dari samping. “Kau membinasakan dirinya apakah tidak terlalu sayang?”

Setelah Ke Giok Lang membinasakan orang itu, dalam hatinya timbul kewaspadaan, melihat pula pinggangnya

 kaku, kakinya kaku jelas beberapa buah jalan darahnya sudah tertotok ia makin terperanjat.

Apakah setelah diketahui pula kedua butir batok kepala yang dibawa orang itu bukan lain adalah batok kepala dari anak buahnya yang ia sembunyikan diseliling tempat itu.

Bagaimanapun ia adalah seorang manusia berpikiran cerdik, setelah dipikir sebentar, otakpun jadi terang kembali.

“Ehhm….! agaknya beberapa buah jalan darahnya memang tertotok!” sahutnya sambil tertawa hambar.

“Kemungkinan sekali dia masih ada urusan hendak dilaporkan kepada Ke Kongcu dengan hajarannya barusan sehingga jiwanya melayang, kau telah kehilangan sebuah peluang baik untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.”

“Hmmn! asal kita melakukan pemeriksaan lebih seksama lagi, rasanya tidak sukar untuk mengetahui keadaan sebenarnya, tidak perlu ia beri keterangan….”

Dari penjelasan itu Kwan Tiong Gak dapat menarik kesimpulan bahwa Ke Giok Lang sudah tahu salah kendati diluar masih ngotot, ia pun tidak bisa memecahkan rahasia itu. sambil tertawa hambar katanya, “Cayhepun seharusnya segara berangkat.”

Air maka Ke Giok Lang berubah sangat hebat sehingga susah dilukiskan dengan kata-kata, jelas ia sedang merasa sedih dan mendongkol karena usahanya telah menemui kegagalan.

Dengan susah payah ia pancing Kwan Tiong Gak masuk  kedalom  jebakan,  kini  suruh  dia  melepaskan

 begitu ssja tentu saja dalam hati mereka sedikit tidak rela.

Tetapi perubahan yang terjadi sama sekali berada diluar kekuasaan Ke Giok Lang. masih hidupkan jagojago yang ia atur disekitar tempat itu? ia tidak berani memastikan.

Untuk beberapa waktu lamanya hati terasa sangat sedih sehingga dalam sesaat tak sanggup mengucapkan sepatah katapun.

Teraengar Kwan Tiong Gak tersenyum, ujarnya perlahan-lahan, “Saudara Poei telah ditolong  orang orang yang kau atur disekeliling tempat inipun tak bisa diandalkan lagi, kalau mau bergebrak terpaksa kita harus berduel, ke kongcu pertimbangkan dulu situasi disini, apakah kau yakin dapat dapat mengalahkan aku orang she Kwan.?”

Air muka Ke Giok Lang berubah hebat, tapi sebentar kemudian ia sudah tertawa.

“Cayhe ada satu persoalan yaug tak berhasil kupahami walau sudah dipikir berulang kali. kini ingin kupinta petunjuk dari Kwan heng.” katanya.

“Asal aku orang she Kwan tabu, tentu akan ku utarakan….”

“Ilmu kepandaian apakah yang telah di gunakan orang itu sehingga membuat pinggangnya laras kakinya kaku dan berjalan tanpa menekuk. Walaupun kesadarannya masih tetap ada namun seluruh badannya tidak mendengar perintah lagi.

“Aku orang she Kwan pun belum pernah mendengar ilmu kepandaian macam ini seperti pula Ke Kongcu baru pertama kali ini aku menjumpainya.”

 “Oodw…. aku masih mengira kau tahu.” seru Ke Giok Lang ia lantas ulapkan tangannya. “Kalau kau tidak tahu, cayhe pun tak ingin mengganggu perjalananmu lagi, silahkan anda melanjutkan perjalanan.”

Kwan Tiong Gak segera menyentak tali les kuda, di iringi suara ringkikan panjang ia kabur kedepan.

Dasarnya kuda tersebut adalah seekor kuda mustika yang bisa melakukan perjalanan seribu dalam sehari, dalam sekejap saja bayangan orang she Kwan telah lenyap dari pandangan.

Ke Giok Lang tidak menghalangi perjalanannya, dengan mata mendelong ia awasi Kwan Tiong Gak hingga lenyap dari pandangan.

Melihat sang Hoa Hoa Kongcu berdiri melongo, dengan langkah pelan Hoa Lian Hoa jalan menghampiri, hiburnya, “Giok Lang, biarkanlah berlalu! waktu dikemudian hari masih panjang kita cari lagi siasat lain untnk hadapi dirinya.”

Ke Giok Lang mengangguk, ia rangkul gadis she Hoo itu dan menyahut, “Aku tjdak jeri terhadap Kwan Tiong Gak yang kupikirkan adalah yang punya lambang Naga Sakti….”

“Lambang Naga Sakti merupakan benda pantangan bagi orang orang Bu lim, lebih baik kau mengalah saja terhadapnya.” sambung sang gadis cepat.

“Aku sedang berpikir, secara bagaimana dapat berjumpa muka dengan yang punya lambang Naga Sakti itu!”

“Orang orang kangouw pada menyingkir dan berusaha menghindarkan  diri  dari  pertemuan  dengan  lambang

 Naga Sakti, apa perlu nya kau ingin berjumpa muka dengan dirinya “

“Sedikitpun tidak salah, pemilik Lambang Naga Sakti dapat menggetarkan seluruh Rimba persilatan karena ia terlalu misterius orang orang kangouw tak ada yang berhasil menjumpai dirinya, perduli bagaimana lihaynya kepandaian silat orang itu, ia tetap seorang manusia!”

“Apa yang kau bicarakan terlalu mendalam,” seru Hoo Lian Ho dengan sepasang mata terbelalak lebar. “Ada yang tidak dapat kupahami.”

Ke Giok Lang angkat muka keatas dan menghela napas panjang.

“Walaupun Lambang Naga Sakti tersebut dari siluman emas, namun umur tak akan menanti manusia, kalau dugaanku tidak meleset maka benda tersebut sudah seharusnya berganti pemilik.”

“Maksud Giok Lang, apakah pemilik Lambang Naga Sakti itu kemungkinan besar adalah putra dari pemilik tua.”

“Bslum tentu putranya, mungkin juga, murid muridnya. Lambang Naga Sakti pernah menggetarkan dunia persilatan selama sepuluh tahun, ini hari muncul kembali dalam unia persilatan, kalau pemiliknya masih tetap pemilik lama, ia tentu sudah sangat tua.”

“Sangat cengli ucapanmu,” Hoo Lian Hoa mengangguk dan tertawa. “Namun sekali pun pemiliknya sudah berganti tangan, orang orang Bu lim masih jeri terhadap dirinya, kenapa kita tidak mengalah pula buat dirinya?”

“Bukan saja kita harus mengalah kepadanya, bahkan harus berusaha untuk berkenalan dengan dirinya.”

 “Berkenalan dengan dirinya?”

“Benar, tetapi untuk itu kau harus bayak memberi bantuan.”

“Kepandaian silatku tidak dapat menyamai kepandaianmu, dalam soal kecerdasan otak pun tak bisa menangkan dirimu, bagai mana aku bisa membantu usahamu ini??”

“Sssst….! menurut pendapatmu pemilik lambang naga sakti itu seorang lelaki atau seorang perempuan?” bisik Ke Giok Lang lirih.

“Lelaki!”

“Berdasarkan hal apa kau bisa berkata dengan begitu yakin?”

“Entahlah, aku sendiripun tidak tahu, aku hanya berpikir demikian.”

“Apa yang kau pikirkan sedikitpun tidak salah,” Ke Giok Lang tersenyum. “Aku pun merasa dia adalah seorang lelaki, oleh sebab itu aku ingin membantumu.”

“Kau ingin aku berbuat apa?”

“Pemilik Lambang Naga Sakti adalah seorang enghiong hoo ban, ia tidak akan melukai kaum gadis, terutama sekali gadis yang cantik jelita macam kau, begitu bukan?”

“Aaaakh!….” Agaknya Hoo Lian Hoa sudah paham apa yang sedang dimaksudkan kekasihnya. “Kau ingin aku pergi cari dirinya….”

“Urusan ini harus kita susun dulu suatu rencana yang bagus dan rapat, kita tak boleh bekerja sembarangan,” sambung Ke Giok Lang cepat.

 “Giok Lang!” Sepasang alis Hoo Lian Hoa berkerut. “Perkataan apapun aku suka mendengarkan, namun kalau suruh aku mencari lelaki lain, aku….”

Ke Giok Lang segera merangkul pinggang Hoo Lian Hoa erat erat dengan nada sayang serunya lirih.

“Kecuali kau, orang lain bagaimana mungkin dapat berjumpa dengan manusia sakti yang kelihatan kepalanya tak kelihaian , ekornya ini?”

“Secara bagaimana aku dapat berjumpa dengan dirinya?”

“Kalau ada seorang gadis cantik, dia adalah lelaki….”

Bicara sampai disitu ia merandek dan memperdengarkan suara suitan aneh berulang kali.

Dari empat penjuru tampak bayangan manusia berkelebat, empat lima orang lelaki berbaju hitam dengan langkah terburu buru munculkan diri dan berhenti kurang lebih lima depa dihadapan Ke Giok Lang….

“Hanya kalian beberapa orang?!” tanya Sang Kongcu romantis dengan alis berkerut.

Kelima orang lelaki keluar itu saling bertukar pandangan, mereka tidak tahu apa yang diucapkan.

“Cepat lakukan pemeriksaan disekeliling tempat ini, kau menemukan jenasah segera dikubur!”

Agaknya kelima orang itu menaruh rasa hormat dan jeri terhadap Ke Giok Lang, walaupun dalam hati merasa kurang begitu paham namun mereka tak berani banyak bertanya, setelah menjura segera berlalu dari sana.

“Kau telah sembunyikan berapa orang diaekitar sini?” bisik Hoo Lian Hoa setelah kelima orang lelaki itu berlalu.

 “Lima belas orang, tetapi sekarang tinggal mereka berlima.”

“Sisanya sepuluh orang telah kemana?”

Ke Giok Lang menggeleng dan tertawa getir,

“Kalau bukan mati jalan darahnya telah tertotok. Aaa…. sejak aku Ke Giok Lang munculkan diri dalam dunia persilatan, belum pernah kualami kekalahan total macam ini hari.”

Tiba tiba ia teringat akan lambang Naga Sakti yang tertancap di depan pintu, buru-buru kepalanya berpaling.

“Aaakh….!” saking kagetnya Ke Giok-Lang tak dapat menahan golakan hatinya.

Pintu bangunan kosong bersih, lambang Naga Sakti tersebut entah sejak kapan telah diambil kembali oleh pemiliknya.

Agaknya Hoo Lian Hoa pun dapat menemukan apabila lambang Naga Sakti telah lenyap, ia tertegun.

“Giok Lang. lambang Naga Sakti telah lenyap tak berbekas.” serunya.

Air muka Ke Giok Lang sebentar berubah pucat pasi, sebentar berubah hijau membesi, tangannya rada gemetar. Jelas dalam hatinya telah terjadi suatu pergolakan yang amat besar.

“Giok Lang, kenapa kau?” tanya Hoo Lian Hoa sambil mencekal tangan kanan, pemuda itu dan menggenggamnya dengan erat erat.

Ke Giok Lang tertawa dingin, dengan sepasang mata memancarkan cahaya buas serunya, “Aku bersumpah tak akan berpeluk tangan terhadap orang ini!”

 Sementara itu kita balik pada Kwsn Tiong Gak yang melarikan kudanya melanjut kan perjalanan.

Setelah berlari beberapa saat lamanya ia tarik les memperlambat lari kudanya dan berpikir.

“Antara pemilik lambang Naga Sakti dengan perusahaan Hauw Wie Piauw kiok sama sekali tiada ikatan ataupun hubungan, tetapi jelas ia sedang membantu orang jadi kebingungan setengah mati.”

Mendadak suatu ingatan berkelebat dalam benaknya, ia berpikir lebih jauh, “Apakah ia pun berbuat demikian disebabkan peta pengangon kambing itu? Memberi budi dahulu kepadaku kemudian baru meminta barang yang  ia butuhkan….,”

“Toako….” Suara yang amat dikenal berkumandang dari sisi jalan menyadarkan Kwan Tiong Gak dari lamunannya.

Setelah mendengar suara tersebut, tanpa angkat muka lagi Kwan Tiong Gak dapat menebak siapakah dia.

Tetapi ia mendongak juga memandang sekejap kearah orang itu.

Tampaklah ditepi jalan diatas sebuah lapangan berumput duduk seorang kakek tua yang bukan lain ialah Pui Ceng Yan

Perlahan lahan Pui Ceng Yan bangun berdiri kemudian berjalan menghampiri Cong Piauw-tauwnya dan menjura, “Menjumpai Toako.”

Kwan Tiong Gak usap tangan menyeka pundak Pui Ceng Yan, mengambil kesempatan itu ia meloncat turun dari atas pelana Kuda, katanya, “Saudara, kau terlalu menderita….”

 “Masih baikan!” jawab Put Ceng Yan sambil menggeleng dan tertawa getir. “Beberapa orang anak buah Ke Giok Lang ada maksud menyiksa diriku, saat itulah muncul seorang menolong diriku. Aaaaai….! pada hal sekalipun siauwte harus menderita lagi pun tidak mengapa asal tidak sampai memalukan

nama toako….”

“Aku rasa Ke Giok Lang tak akan menipu diriku apa yang telah terjadi, karena itu kau tak usah bercerita lagi.”

“Siauwte merasa amat kecewa.”

“Haaaa haaaa haaaa….perhitungan manusia tak dapat menandingi perhitungan Thian dengan tidak mengindahkan peraturan Bu lim Ke Giok Lang telah membokong diri mu, apa yang bisa kita lakukan lagi?”

“Yang paling penting adalah siauwte terlalu gegabah, setelah mengetahui Giok Lang munculkan diri ternyata tidak ambil kewaspadaan apapun.”

“Serangan terang terangan mudah dihindari, serangan bokongan susah dikelit, kau pun tak usah bersedih h»ti karena peristiwa ini, hanya saja ada satu persoalan membuat siauw heng merasa kurang paham.”

“Urusan apa?”

“Siapakah yang menolong dirimu?” Pui Ceng Yan kelihatan tertegun, lalu jawabnya, “Siauwte merasa amat malu, hingga sekarang aku belum berhasil menjumpai dirinya, namun aku pikir dia tentu sahabat dari toako.”

“Jadi kau tidak berhasil menjumpai diri nya?” tanya Kwan Tiong Gak agak melengak.

“Aaaai….kalau dikatakan memalukan.”

“Orang itu adalah pemilik Lambang Naga Sakti.”

 “Pemilik Lambang Naga Sakti? bagai mana toako bisa tahu?”

“Untuk menolong dirimu, ia telah membinasakan orang yang berada didalam bangunan itu dan meninggalkan lambang Naga Saktinya, setelah itu membereskan pula orang-orang yang di atur Ke Giok Lang dalam hutan, boleh dihitung bukan saja ia telah menolong dirimu, bahkan telah menolong diriku pula.”

“Tapi bagaimanakah macam wajahnya, aku tak dapat melihatnya.”

“Tiada angin tak akan menimbulkan ombak, persoalan ini tentu ada suatu hubungan yang sang sangat kait mengait, coba pikirlah perlahan lahan selama beberapa tahun ini kau pernah melakukan pekerjaan -apa yang telah menolong orang lain!”

“Sekalipun ada urusan kecil siauwte, pun tak bisa mengingatnya semua, tapi aku rasa pemilik Naga Sakti tak bakal membutuhkan bantuan siauwte.”

“Mari kita melanjutkan perjalanan, sembari berjalan kita bercakap cakap!”

Ia lompat naik ke atas panggang kuda nya sekalian menarik tubuh Pai Ceng Yan naik keatas kudanya pula.

Koda jempolan dari Kwan Tiong Gak ini berperawakan tinggi dan berkekuatan besar. baru saja kedua orang Itu duduk seolah olah hanya mengangkut seorang saja, kuda tadi laksana anak panah terlepas dari busur segera berlari kedepan.

Ditengah berlarinya kuda itu dengan kencang, mendadak Pui Ceng Yan teringat akan seekor kuda mustika lain yang pernah di jumpainya, tanpa terasa ia berseru tertahan.

 Mendengar seruan itu Kwan Tiong Gak segera menarik tali les dan menghentikan lari kudanya.

“Ada urusan apa ” tanyanya cepat.

“Setelah menunggang kuda mustika dari Toako, seketika akupun teringat akan suatu persoalan….,”

“Apakah ada sangkut pautnya dengan Lambang Naga Sakti?”

“Soal ini susah untuk dibicarakan,kalau tidak diperhatikan seolah olah urasan ini hanya matu persoalan kecil, namun setelah diperhatikan dengan seksama aku rasa dibalik peristiwa itu tersambunyi suatu hal yang sulit.”

“Persoalan macam apakah itu?”

“Apakah toako masih ingin dengan peta pangangon kambing?? sampai sekarang siauwte masih belum tahu siapakah yang telah menghantarkan benda mustika itu kepadaku.”

Dengan wajah serius Kwan Tiong Gak berpaling memandang sekejap wajah Poei Ceng Yan.

“Apakah peristiwa itu bukan rencana yang kau susun “ Dengan cepat Poei Ceng Yan menggeleng. “Persoalan yang tidak mendapat perintah dari toako,

mana berani siauwte ambil keputusan sendiri.”

“Ehhh….jadi maksudmu, ada orang yang membantu Kita secara diam-diam….”

“Sejak semula siauwte sudah punya pemikiran begini, tapi tak berhasil kuketahui siapakah dia.”

“Si pemilik Lambang Naga Sakti.”

 “Siauwte tidak berani mengambil kesimpulan pasti dirinya, tapi ditinjau dari situasi saat ini dimana Lambang Naga Sakti munculkan diri berulang kali, aku rasa agaknya kemunculannya ada hubungan yang sangat erat dengan perusahaan Hauw Wie Piauw kiok.”

“Bukan, tiada sangkut paut dengan perusahaan Hauw Wie Piauw kiok, tapi apa sangkut paut dengan dirimu pribadi,” dengan cepat Kwan Tiong Gak menambahkan.

Mendengar perkataan itu Poei Ceng Yan tertawa getir.

“Siauwte sama sekali tak terpikirkan secara bagaimana bisa mengikat hubungan dengan pemilik Lambang Naga Sakti.”

“Mungkin secara tidak sadar kau telah membantu dirinya.”

“Siauwte pun pernah berpikir demikian. Sewaktu berada disebuah kuil ditengah pegunungan aku pernah menolong seorang kawan Bu lim yang masih muda, ia terhajar oleh senjata rahasia beracun, kuda yang ditunggangi adalah seekor kudi putih bersih bagaikan salju, setelah siauwte bantu menyembuhkan lukanya tanpa mengucapkan sepatah Kata pun ia lantas berlalu dari sana. kalau ditinjau dari kudanya bukan saja tidak berada di bawah kuda jempolan milik Toaso bahkan amat cerdik….”

“Kau tidak bertanya siapakah namanya?”

“Aganya ia tidak ingin bicara, siauwte pun tidak bertanya lebih jauh, namun usianya terlalu muda. aku rasa ia tidak mungkin ada sangkut pautnya dengan pemilik Lambang Naga Sakti.”

“Kau masih bisa mengenali dirinya?”

 “Teringat situasi sewaktu aku menyembuhkan lukanya, seolah olah ia ada maksud menghindarkan diri dari bentrokan mata dengan siwwte. agaknya ia tidak membiarkan orang lain melihat jelas bagaimanakah wajahnya. tapi keadaan garis besarnya siauwte masih ingat.”

“Setelah menyembuhkan lukanya, apakah kau pernah berjumpa lagi dengan dirinya.”

“Pernah.”

“Dimana?”
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar