Kitab Pusaka Jilid 14

Jilid : 14

Mendadak dari arah belakangnya berkumandang suara tertawa cekikikan yang amat genit, disusul perempuan itu berseru:

"Hei, saudara cilik, kau lagi marah rupanya? Kemarilah, coba kau lihat hujan begitu deras, apakah kau tak ingin berteduh sebentar sebelum pergi?"

Waktu itu Suma Thian yu sudah basah kuyup ketimpa air hujan, apa lagi setelah mendengar kata-kata yang genit itu, kontan saja ia menjadi merinding dan berdiri semua bulu kuduknya.

"Hujan ini pasti turun terus tiada hentinya" demikian dia berpikir, "aah, perduli amat, lebih baik aku berteduh lebih dulu disini, toh ia tak bakal bisa melahap diriku!"

Berpikir sampai disitu, dia lantas membalikkan keledainya dan pelan pelan berjalan mendekati rumah kayu tersebut.

Sambil keledainya Suma Thian yu berteduh dibawah emper rumah, di dalam ruangan keliahatan api membara dengan hangatnya, Ho Hong sedang mengeringkan tubuhnya.

Waktu itu si Bunga tho indah Ho Hong hanya mengenakan seperangkat baju yang amat tipis, selain itu didalamnya tidak memakai apa-apa, dengan begitu terlihat amat jelas seluruh anggota tubuhnya yang terlarang, terutama payudaranya yang montok dengan putingnya yang memerah.

Terkesiap hati Suma Thian yu setelah menyaksikan kejadian tersebut, dia merasa tubuhnya seperti tersambar aliran listrik bertegangan tinggi saja, kontan membuat semua anggota badannya kaku.

Buru-buru ia duduk bersila sambil memusatkan seluruh perhatian nya kesatu titik, lalu mulai memejamkan mata dan mengatur napas.

Kontan saja perbuatannya itu disambut gelak tertawa cekikikan dari si Bunga tho indah Ho Hong, rupanya dia kegelian.

“Aduh ... kau memang perjaka yang masih suci, kenapa, kenapa sih? Memangnya seluruh tubuhku tumbuh duri beracunnya?”

Suma Thian yu tidak menghiraukan ucapan lawan, dia hanya memusatkan terus perhatiannya ke satu titik dan mengatur nafas.

Dalam waktu singkat hawa dingin yan semula mencekam tubuhnya, kontan saja lenyap hingga tak berbekas.

Tiba-tiba Bunga tho indah Ho Hong berjalan mendekati pemuda itu dengan langkah yang lemah gemulai, kemudian sambil tertawa genit katanya:

"Lepaskan pakaianmu yang basah, biar ku keringkan sebentar, setelah kering nanti baru kau kenakan lagi, kalau tidak, kau bisa masuk angin”

"Tidak usah, terima kasih" tampik Suma Thian yu dengan nada dingin dan kaku.

Jangankan beranjak, mata pun tak pernah memandang ke arah perempuan tersebut.

Menyaksikan sikap dingin anak muda itu, Si Bunga tho indah Ho Hong segera memutar otaknya, kemudian berseru tertahan:

“Aaah, benar, aku lupa kalau belum mengenakan pakaian, tak heran kalau tak berani memandang kearahku, saudara cilik, kau jangan mentertawakanku”

Selesai berkata ia lantas bersembunyi dibelakang pintu dan mengenakan kembali pakaiannya yang telah kering, dalam waktu singkat dia sudah muncul kembali dengan pakaian yang rapi. Suma thian yu benar-benar merasa muak menyaksikan tingkah lakunya yang tengik, genit dan menjemukan itu.

Bunga tho indah Ho Hong sudah amat mashur dalam dunia persilatan sebagai seorang perempuan genit berwajah cantik, boleh dibilang hampir sebagian besar umat persilatan mengenalinya. Sangat banyak jago termashur yang terpikat oleh kegenitannya itu sehingga tunduk seratus persen dibawah telapak kakinya. Hal ini disebabkan pertama, Si Bunga tho indah Ho Hong memang dilahirkan dengan selembar mulut yang pandai merayu, kedua, ilmu silatnya amat lihay dan sakti, itulah sebabnya banyak sekali pemudapemuda yang terpikat olehnya.

Padahal watak Si Bung tho indah Ho Hong sendiri tidak termasuk jahat, ia bisa mempunyai nama buruk semua hari ini, semuanya tak lain adalah hasil didikan gurunya.

Bayangan saja, murid yang di didik Si Mayat Hidup Hoat Si si, bagaimana mungkin bisa menjadi baik?

Si Mayat Hidup Ciu jit hwe merupakan pentolan iblis dalam golongan iblis, ilmu silat yang dimilikinya boleh dibilang tiada taranya didalam dunia persilatan.

Dibawah didikannya, dia mempunyai tiga murid, dua diantaranya adalah Hek hong hou (harimau angin hitam) Lim Kang dan Kim bin kui (setan muka hijau) Siang tham.

Kedua orang itu merupakan jago-jago lihay dulu dalam kalangan Liok lim. mereka sudah banyak melakukan kejahatan dan membunuh orang tak terhitung jumlahnya.

Si Bunga tho indah Ho Hong adalah seorang gadis yang  baik. hingga kini dia masih tetap suci bersih tanpa noda,  hanya sayang sekali sekuntum bunga teratai yang tumbuh diatas lumpur, bagaimana bisa menjaga nama baiknya? Orang tak ada yang percaya kalau gadis ini masih suci bersih....

Dikolong langit ini memang terdapat banyak kejadian yang tragis, Si Bunga tho indah Ho Hong hanya satu diantara sekian banyak kejadian lainnya.

Selama ini, dia selalu berusaha untuk maju selalu berusaha untuk kembali kejalan yang bersih dan lurus, akan tetapi ucapan manusia dan lingkungan hidup bagaikan benteng baja yang kuat,

selalu saja menghalangi jalan perginya.

Maka dia selalu putus asa, mulai kecewa, mulai berbuat sewenang-wenang dan kian terjerumus........

Sampai pada akhirnya dia sendiripun menjadi buta, buta untuk membedakan mana yang benar.

Ada kalanya dia berjalan kearah yang benar, tapi ada pula saatnya dia berjalan kearah yang salah.

Bagi seorang perempuan, apa pula yang bisa dia perbuat? Bertarung melawan lingkingan? Menghadapi ucapan-

ucapan cabul dengan kasar? Atau dia harus berjuang untuk mencapai kedudukan tinggi ?

Tidak, tidak mungkin seorang perempuan bisa berbuat demikian, perempuan hanya tahu bagaimana mencintai dan dicintai, ia tak kan mengerti tentang bagaimana cara melanjutkan hidup.

Ia seringkali bergumam begini:

"Burung gagak di dunia ini semuanya hitam, lelaki, mereka hanya tahu memuaskan napsu, mereka tak tahu bagaimana perasaan seorang wanita, hmmm bila aku Ho Hong manfaatkan kelebihanku, apa sulitnya untuk menaklukkan mereka dibawah telapak kakiku?"

Akhirnya ucapan tersebut menjadi prinsip hidupnya selama ini, tak heran kalau dia pun mencoba merayu dan menggaet hati Suma Thian yu, setelah dia bertemu dengannya.

Siapa tahu Suma Thian yu adalah lelaki sejati yang tahan uji, hatinya setenang air, di tambah lagi ia tidak gemar bermain perempuan.

Menyaksikan pemuda itu sama sekali tak terpikat oleh  bujuk rayunya, Bunga tho indah Ho Hong semakin penasaran, diam-diam dia menyumpai pemuda itu sebagai lelaki palsu, tapi iapun segera menyusun rencana untuk menyiapkan sebuah perangkap.

“Kau benar-benar tak takut dingin?” Bunga tho indah Ho Hong menegur sambil tertawa, “ooohh, mengerti aku sekarang, lantaran aku ada disini maka kau enggan melepaskan pakaianmu bukan?”

Sambil berkata ia melirik sekejap kewajah pemuda itu,  siapa tahu semakin dipandang makin tertarik, dia ingin sekali menjatuhkan diri kedalam pelukannya dan merasakan kehanggatan tubuhnya, walau hanya sebentar saja. Tapi dia

lantas berpikir kembali, tindakan yang terlampau tergesa-gesa bisa mengakibatkan kegagalan total, maka kembali ujarnya sambil tertawa:

“Duduklah dulu disini, aku akan mengambilkan kayu bakar diluar sana”

Ia melompat keluar dan lenyap dibalik pintu itu.

Suma Thian yu masih tetap duduk kaku ditempat tanpa berkutik, sepatah katapun tidak berbicara, kepergian Ho Hong pada hakekatnya tidak memancing perhatiannya.

Siapa pula yang menduga jikalau saat itu Suma thian yu sedang melakukan suatu percobaan,  mengeringkan pakaiannya dengan pancaran hawa murninya, disaat Ho Hong sedang mengoceh tiada hentinya tadi, ia sudah memejamkan mata sambil mengatur napas bahkan tak selang beberapa saat kemudian dia sudah berada dalam semedinya.

Tak selang beberapa saat kemudian, tubuhnya makin lama makin mengering, penemuan ini tentu saja amat menggirangkan hati Suma thian yu.

Ketika Ho hong berlalu, pakaiannya telah mengering, tapi dia hanya membuka matanya sambil memandang keluar jendela saja, ia sedang berpikir sampai kapan hujan tersebut baru akan berhenti.

Mendadak tampak bayangan manusia berkelebat lewat

diluar jendela, mula-mula Suma thian yu mengira si Bunga tho indah Ho Hong telah kembali, maka dia segera memejamkan matanya rapat-rapat.

Siapa tahu segera terdengar lagi suara panggilan yang lirih:

“Adik hong, adik Hong " Merasakan keadaan tak beres, buru-buru Sum thian yu melompat bangun dan menyembunyikan diri dibalik tempat kegelapan.

Tak lama kemudian terlihat seseorang berjalan masuk kedalam ruangan itu.

Dia bermuka hijau bertaring panjang, bajunya panjang berkembang-kembang, dalam sekilas pandangan saja dapat dikenalinya sebagai si setan muka hijau Siang Tham.

Ketika masuk kedalam ruangan, Siang Tham tidak melihat Suma Thian yu, dia hanya berseru tertahan sambil berguman:

“Heran, Sumoay telah pergi kemana?”

Pada saat itulah Ho Hong masuk dari pintu depan, ketika gadis itu menyaksikan ji-suhengnya berada disana, dengan gusar segera menegur:

“Mau apa kau datang kemari? Siapa suruh kau kemari?

Mana dia?”

Rupanya dia tidak melihat Suma Thian yu berada disitu, maka pertanyaan tersebut lantas ditujukan kepada kakak seperguruannya.

Melihat Ho Hong munculkan diri, Setan muka hijau Siang Tham segera tertawa terkekeh-kekeh, ujarnya seram:

"Adik Hong, aku sudah mencarimu dengan susah payah...

"

"Uuuh, siapa kesudian denganmu?” damprat Ho Hong

marah, "enyah kau, cepat enyah dari sini!"

Dampratan itu membuat si Setan muka hijau Siang Tham tertegun, lalu sambil menarik muka ia berkata:

"Apa maksudmu? Kau telah berubah, berubah sekali, apakah aku sebagai kakakmu tak boleh datang kemari mencarimu? Apa lagi kita toh masih "

"Plaaaak!" belum habis dia berkata, pipi kanannya sudah ditampar Ho Hong keras-keras, kemudian terdengar gadis itu berteriak:

"Tutup mulutmu, tak ussh banyak ngebacot lagi disini” Lima jari tangan yang merah membengkak segera tertera diatas wajah Setan muka hijau Siang Tham, karena kesakitan dia berkaok kaok keras:

"Perempuan rendah, kau berontak? Kau berani melawanku?" teriaknya amat gusar.

"Mau apa kau datang kemari?" teriak Ho Hong sambil menuding kearah hidungnya, "dahulu aku toh sudah memberitahukan kepadamu, jika tak ada urusan kau dilarang kemari, masih belum mengerti kau?"

"Perempuan rendah, kau tak usah takabur, seandainya aku orang she Siang tidak teringat kalau kau adalah saudara seperguruanku, sudah sejak tadi tubuhmu kuhancurkan menjadi berkeping-keping!"

Hmm, orang lain mungkin takut kepadamu, tapi Ho Hong tidak memandang sebelah mata pun kepadamu, kuberitahukan kepadamu, mulai hari ini hubungan kita putus sampai disini”

Perempuan rendah, akan kulihat kau bisa bertahan sampai kapan....” seru setan muka hijau Siang Tham dengan seram, tanpa banyak membuang waktu, dia berlalu dari situ.

Tapi belum lagi dua langkah, mendadak ia menyaksikan bayangan manusia bergerak di sudut ruangan, dengan cepat dia seperti menyadari akan sesuatu, sambil tertawa seram ia membalikan tubuhnya lagi.

"Heeh...heeh... heeh...aku heran, apa sebabnya kau

berubah menjadi begitu dingin dan tak berperasaan kepadaku, rupanya lagi menyembunyikan lelaki, hmm! Bagus, bagus sekali, hari ini ada kau tiada diriku”

Dia lantas merogoh ke dalam sakunya dan membalikkan tubuh sambil mengayunkan tangan.

Dua titik cahaya tajam dengan kecepatan luar biasa langsung meluncur ketubuh Suma thian yu yang berada di sudut ruangan.

Bunga tho indah Ho Hong menjerit kaget setelah menyaksikan kejadian tersebut, dia mau menolong sayang keadaan terlambat.

Tampaknya dua batang senjata rahasia tersebut akan menghajar tubuh Suma Thian yu, mendadak pemuda itu mengebaskan ujung bajunya, kemudian sambil tertawa tertawa terbahak-bahak munculkan diri dari tempat persembunyian.

Dua batang senjata rahasia yang dilepaskanSiang tham tadi,kini lenyap tak berbekas bagaikan batu yang tenggelam ditengah samudra.

Setelah mengetahui kalau pemuda yang menampakkan diri adalah Suma Thian yu, mau tak mau si Setan muka hijau Siang Tham merasa terkesiap, tapi ia segera tertawa licik:

“Oooh, rupanya kau si bocah keparat."

Kemudian sambil melotot ke arah Ho Hong dengan sorot mata buas, dampratnya lagi amat kasar:

“Perempuan rendah, pagar makan tanaman, kau berani menyeleweng dengan pria ini? Bagus, jika tidak kuberi pelajaran hari ini, mulai sekarang aku tidak memakai nama marga Siang lagi”

Selesai berkata, sebuah pukulan dahsyat segera dilontarkan ketubuh Ho Hong.

Walaupun bunga tho indah Ho Hong menempati urutan ketiga, ilmu silatnya justru hanya dibawah si harimau angin hitam Lim kang, kendatipun begitu, diapun tak ingin menyalahi Siang tham lagi, maka begitu melihat datangnya serangan, buru-buru tubuhnya mengegos ke samping.

Si Setan muka hijau Siang Tham cukup mengetahui akan tabiat dari sumoaya-nya ini, gagal dengan serangan pertama, dia tak berani menyerang untuk kedua kalinya, semua amarahnya kontan saja dilampiaskan ke tubuh Suma Thian yu.

Sambil maju kemuka, teriaknya penuh amarah:

“Bocah keparat, serahkan selembar nyawamu!”

Dengan jurus Kay san to liu (membuka bukit mencari air) dia bacok tubuh Suma Thian yu. Sejak dikerubuti Siang Tham tempo hari, Suma thian yu sudah menaruh dendam kepadanya, dan dendam itu belum pernah lampiaskan, maka setelah bersua kembali kini, tak heran kalau matanya berubah menjadi merah membara.

Jika Suma Thian yu tak membuat perhitungan dengannya, keadaan masih mendingan, sekarang justru dia yang datang membuat gara-gara, boleh dibilang iblis ini sedang mencari penyakit untuk dirinya sendiri.

Suma thian yu segera mengebaskan bajunya kedepan, Bu siang sinkang dengan berubah menjadi hawa sakti tanpa wujud langsung meluncur ke muka, sekilas pandangan nampaknya enteng, padahal dibalik semuanya itu justru tersembunyi suatu kekuatan yang luar biasa. 

Kasihan setan muka hijau Siang Tham, begitu sempat tenaganya menjawil ujung baju lawan, tubuhnya sudah terpental ke belakang seperti layang-layang yang putus talinya.

“Blaaammm!” setelah membentur diatas dinding ruangan, ia roboh terkapar di tanah.

Dalam suatu gerakan yang ringan, ternyata Suma Thian yu berhasil merobohkan murid ke dua dari si Mayat hidup Ciu Jit hwee, kejadian mana segera menimbulkan perasaan girang dan murung baginya.

Ia girang karena ilmu silat yang dimiliki nya sekarang sudah mencapai tingkat yang luar biasa, itu berarti harapannya untuk membalas dendam menjadi besar, tapi diapun murung karena musuhnya kian bertambah banyak, sudah pasti kejadian mana akan menimbulkan bencana dikemudian hari.

Ketika Suma Thian yu menyaksikan disitu telah terjadi keributan, sedang hujan diluar rumahpun telah berhenti, dia merasa kalau tidak pergi sekarang, mau menunggu sampai kapan lagi?

Dia segera menggerakkan tubuhnya dan bagaikan segulung asap ringan, pemuda itu sudah menyelinap keluar lewat jendela, kemudian melompat naik ke punggung keledainya dan berlalu dari situ. Menanti Bunga tho indah Ho Hong hendak menghalanginya, Suma Thian yu sudah lenyap dibalik bukit sana.

Sambil menahan geramnya, gadis itu mendepak-depakkan kakinya berulang kali keatas tanah, sumpahnya:

“Lelaki sialan, sok alim, hmm! Selama aku Ho Hong masih hidup, tak akan pernah kulepaskan dirimu!"

Kemudian sambil berpaling kearah Setan muka hijau yang tergeletak semaput ditanah, dia menyumpahinya pula dengan geram:

“Hmmm, semuanya ini gara-gara si setan mampus ”

Dengan geramnya dia menghampiri orang itu kemudian ditendang keras-keras untuk melampiaskan rasa dongkolnya.

Setan muka hijau Siang Tham menjerit kesakitan dan sambil melompat bangun, tapi ketika tak menjumpai Suma thian yu berada disitu, buru-buru tanyanya:

”Kemana perginya anjing cilik itu?"

“Hmmm, manusia macam kau juga ingin di sebut seorang hohan, orang itu sudah kabur, mau apa kau?”

Mendengar pemuda itu melarikan diri, Setan muka hijau Siang Tham segera meluncur keluar dari ruangan dengan kecepatan tinggi, kemudian bersuit keras-keras.

Tak selang berapa saat kemudian, dari dalam hutan bermunculan belasan orang perampok berkerudung.

"Sasaran kita telah kabur, mari kita kejar!" teriak Siang Tham kemudian keras-keras.

Diiringi oleh gerombolan perampok berkerudungnya serentak mereka menuruni bukit itu dan melakukan pengejaran.

Tak lama sepeninggal rombongan perampok itu, Bunga Tho indah Ho Hong juga menutup rumahnya dan berlalu dari situ.

Setelah meninggalkan rumah kayu itu, Suma Thian yu melarikan keledainya beberapa waktu sebelum memperlambat perjalanannya. Pe ristiwa yang baru saja dialaminya membuyarkan kegembiraan dalam hatinya, ia tak berniat lagi untuk menikmati pemandangan alam disepanjang jalan. Mendadak dari arah belakang berkumandang suara derap kaki kuda yang ramai.

Keledainya segera mengikik panjang dan turut berlariang kencang ke depan.

Tapi Suma thian yu cukup menyadari bahwa kuda-kuda yang muncul dari belakang merupakan kuda jempolan yang dapat berlari kencang, tak mungkin keledai miliknya sanggup menggunguli mereka, satu ingatan segere melintas dalam benaknya, cepat-cepat dia membelokkan arah lari keledainya kesisi jalan dan menyembunyikan diri dibelakang sebatang pohon besar!

Tak selang berapa saat kemudian, di tengah muncul sebelas ekor kuda jempolan yang dilarikan secepat angin.

Menati rombongan orang-orang itu sudah lewat, Sama Thian yu baru menjalankan kembali keledai menyusul dibelakang orang-orang tadi.

Kota Tong sia dibangun dikaki bukit Tay piat san, meskipun agak terpencil namun kotanya sangat ramai, tempat itu merupakan tempat pertemuan untuk jago-jago silat yang bermukim disekitar sana.

Ketika matahari baru tenggelam dilangit barat,t ditengah jalanan kota Tong sia muncul serombongan penunggang kuda, penunggangnya adalah manusia-manusia berpakaian ringkas warna hitam yang menggembol senjata berbentuk aneh.

Sebagai pemimpinnya adalah seorang lelaki bermuka hijau, bertaring panjang dan mengenakan jubah panjang berkembang-kembang, tampaknya dia merupakan pemimpin rombongan tersebut, ketika tiba didepan rumah makan Kun eng lo, ia memberi tanda agar berhenti.

Tak salah lagi, mereka adalah gerombolan perampok bertopeng yang dipimpin setan muka hijau Siang Tham.

Setelah turun dari kudanya, setan muka hijau Siang Tham memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, seorang anak buahnya segera datang berbisik:

"Bocah keparat itu tidak berada dalam kota". "Dari mana kau bisa tahu?"

“Sejak masuk kota hingga sekarang, belum pernah kami jumpai orang yang dimaksudkan”

Setan muka hijau Siang tham berpikir sejenak, kemudian katanya lagi:

“Mungkinkah dia sudah berada jauh didepan?”

“Tidak mungkin, dua pukuh li didepan sana merupakan bukit yang sunyi, disana tidak ada rumah penduduk”

“Bagus, bagus sekali. Setan muka hijau kembali tertawa, “asal kau dapat mengerjakan dengan baik, toaya pasti memberi hadiah untukmu, sekarang bawalah tiga orang saudara dan lakukan pemeriksaan didepan sana, bila ada kabar segera laporkan kepadaku”

Lelaki itu nampak ragu sejenak, tapi akhirnya dengan perasaan apa boleh buat dia mengajak tiga orang rekannya untuk berangkat melaksanakan tugas tersebut.

Sementara Setan muka hijau Siang Tham sendiri dengan mengajak keenam sisa perampok memasuki loteng kun eng lo.

Tak lama setelah Siang Tham naik loteng, diujung jalan  sana muncul seekor keledai yang berjalan pelan-pelan menuju kearah rumah makan Kun eng lo pula.

Diatas keledai duduk seorang pemuda, dia tak lain adalah Suma thian yu, jago muda kit.

Ketika Suma Thian yu tiba didepan pintu ruakan Kun eng lo dan melihat begitu banyak kuda jempolan di tambat disana, hatinya merasa agak bergetar keras, tanpa terasa berhenti sejenak dan mengintai ke dalam ruangan.

Ketika tidak di jumpai seraut wajahpun yang dikenal, pemuda itu baru turun dari keledainya dan mendekati rumah makan itu.

Mendadak dari sisi tubuhnya terasa berhembus lewat angin tajam, kemudian terlihat ada seseorang yang menumbuk bahunya dengan sempoyongan, menanti Suma Thian yu mundur dengan terkejut, sesosok bayangan manusia sudah lenyap dibalik kegelapan sana. Suma thian yu menggelengkan kepalanya sambil mengrerutu, baru akan menambat tali les keledainya ditempat parkir, tiba-tiba pemuda itu menemukan secarik kertas putih dibawah kakinya, dengan perasaan terkejut diambilnya kertas itu cepat-cepat.

Meminjam sinar lentera yang memancar dari balik rumah makan, Suma thian yu membuka gulungan kertas itu dan segera dibacanya. Ternyata diatas kertas itu hanya dicantumkan beberapa huruf yang berbuntu demikian:

“Siang Tham ada didalam, hati-hatilah dengannya!” Dibawahnya tidak nampak tanda tangan penulis surat itu,

tapi gaya tulisannya sangat kuat dan bertenaga.

Suma thian yu segera termenung beberapa saat lamanya, ia tak habis mengerti siapa gerangan yang yang memberi peringatan tersebut kepadanya ?

Terpaksa surat itu dimasukkan kedalam sakunya, kemudian dengan membusungkan dada dia berjalan masuk ke dalam rumah makan tersebut.

Seorang pelayan munculkan diri menyambut kedatanggannya, kemudian sambil terbungkuk-bungkuk katanya sambil tertawa:

“Tuan, maaf tuan, tempat kami sudah penuh, silahkan mencari ditempat lain saja...

Suma Thian-yu memandang sekejap kesekeliling ruangan, memang benar, disitu sudah tiada tempat kosong, mendadak sorot matanya bertemu dengan Setan muka hijau Siang Tham yang sedang duduk disudut sebelah kiri, seketika itu juga niatnya bersantap menjadi hilang.

“Aaah tidak mengapa, biar aku mencari tempat dilain tempat saja sahutnya cepat.

Mungkinkah Suma Thian yu merasa takut terhadap gembong iblis itu sehingga dia memutuskan untuk mengundurkan diri saja dari situ.

Keliru bila anda beranggapan demikian, Suma Thian yu bukan seorang pengecut, dia tak akan berbuat demikian. Berbicara soal silat atau soal sastra, Suma Thian yu tidak akan memandang sebelah mata pun terhadap kawanan perampok itu, tapi sejak terjun ke dalam dunia persilatan, dia memang sudah berprinsip "Tiada urusan tak akan mencari urusan, ada urusan tak akan takut menghadapi kematian", karenanya bila keadaan tidak terlalu memaksa, dia segan mencari urusan dengan orang lain.

Baru saja dia hendak membalikkan badan meninggalkan tempat itu, mendadak terdengai Siang Tham berteriak keras:

“Hei, pelayan, cepat tahan orang itu!"

Cepat pelayan itu lari keluar dan menarik tangan Suma Thian-yu, serunya:

""Maaf tuan, hamba tak tahu kalau tuan adalah tamu terhormat dari toaya tersebut, harap kau sudi memaafkan, silahkan, silahkan duduk didalam, silahkan!"

“Aku tidak kenal dengan orang itu” tampik sang pemuda sambil menggeleng, dia segera menurun keledainya dan berlalu.

Sementara itu, si setan muka hijau Siang tham sudah muncul didepan pintu, sambil menggapai kearah Suma Thian yu, katanya:

“Lote, bagaimana sih kau ini, sudah kami siapkan sebuah tempat untukmu, mengapa kau malah pergi dengan begitu saja?"

Kalau di dengar dari nada suaranya sudah jelas adalah

nada suara seorang teman yang akrab, ia tidak habis mengerti permainan setan apakah yang sedang di persiapkan iblis itu.

Setelah berpikir sejenak, ia memutuskan untuk masuk dulu melihat keadaan sebelum mengambil tindakan selanjutnya.

Maka sambil tertawa tawa katanya. "Haah....haaah....haa....rupanya saudara Siang juga berada

disini, bagus sekali, jika begitu siaute akan meneguk secawan arak dulu sebelum berangkat."

Setelah tiba ditempat duduk, Si setan muka ujau Siang Tham baru berbisik lagi: “Selesai bersantap, kita berjumpa jagi diluar kota, selama disini lebih baik bersabar dulu, pemilik rumah makan ini bukan manusia yang gampang dihadapi”

Suma thian yu tertawa hambar, pikirnya geli:

“Kalau memang begitu, hal ini akan lebih baik lagi, sauya memang kuatir jika kau mencari gara-gara disini”

Ketika selesai menyelesaikan kata-kata tadi, sekulum senyuman licik kembali menghiasi bibir si Setan muka hijau, dia mengambil dua cawan arak dan menyodorkan secawan untuk Suma Thian yu, kemudian katanya lagi sambil tertawa:

“Tak disangka kita bisa minum arak bersama pada hari ini, mari, kita keringkan cawan arak!” katanya kemudian.

Suma Thian yu tidak sungkan-sungkan lagi, ia menggangkat cawan araknya dan meneguknya.

Baru saja cawan itu akan menempel dibibirnya, terasa ada cahaya tajam berkelebat lewat, kemudian

....”praaang”...cawan arak yang berada digenggamannya sudah tersambar oleh senjata rahasia tersebut.

Sambil menjerit kaget Suma Thiin yu melompat mundur beberapa langkah, tapi sebagian bajunya sudah keburu basah oleh tumpahan arak.

Dengan perasaan kaget pemuda itu meraba bajunya yang basah, tapi begitu menyentuh ke atas pakaiannya, kembali wajahnya berubah hebat, ternyata pakaian tersebut telah berubah menjadi hijau kebiru biruan, jelas didalam arak tersebut ada racunnya.

Perlu diketahui, telapak tangan kiri Suma Thian yu pernah mengisap sari daun anti racun Jiu sian kiam lan, bukan saja dapat dipakai untuk memeriksa apakah sesuatu benda ada racun nya atau tidak, lagi pula dapat dipakai untuk menghadapi serangan racun.

Pada mulanya ia tidak menaruh curiga kalau setan muka hijau Siang Tham bakal meracuninya, sebab itu meski berhadapan sebagai musuh, dia tidak berusaha untuk melakukan pencegahan. Siapa tahu ketika Siang Tham keluar ruangan menyambut kedatangan Suma Thian yu tadi, ia telah memerintahkan anak buahnya mencampuri arak tersebut dengan racun.

Suma Thian yu sama sekali tidak menyangka kalau Si setan muka hijau Siang Tham sebagai seorang jagoan lihay dalam golongan Liok lim bisa berbuat curang dengan tindakan yang begitu pengecut dan memalukan, hawa amarahnya kontan berkobar, dengan mata melotot bentaknya keras-keras:

"Siang Tham, rupanya karena alasan inilah kau jadi  ternama dalam dunia persilatan? Hmm, benar-benar tidak kusangka, anak murid didikan mayat hidup Ciu Jit-hwee pandainya cuma mencampuri arak orang dengan racun!. Hari ini aku Thian yu baru benar-benar mengenali manusia macam kau. Bila kau memang orang gagah, ayoh kita bereskan persoalan ini diluar kota saja!"

Selesai berkata dia lantas membalikkan badan berlalu dari situ.

Mendadak dari depan tubuhnya muncul seorang kakak berbaju biru, belum lagi orangnya sampai, gelak tertawanya sudah bergema diruangan.

“Haah...haah...haahh...engkoh cilik, bila dirumah makan kami terjadi persoalan maka peristiwa itu menjadi tanggung jawab kami. Baik, bila ada urusan, mari kita bicarakan lagi dihalaman belakang sana"

Suma Thian yu agak tertegun, ia tidak habis mengerti terhadap ucapan orang yang sama sekali tak dikenalnya itu, tanpa pikir pan jang segera serunya sambil tertawa dingin:

"Heeehh...heeeh...heeeh...bagus, bagus sekali, jadi kelau begitu kaulah yang meracuni arakku tadi? Tolong tanya siapa namamu?"

Ucapan ini sebaliknya malah membuat kakek berbaju biru  itu tertegun, dia berpaling dan menatap wajah Setan bermuka hijau Siang Ttam lekat-lekat, kemudian dengan wajah serius serunya:

"Apakah kau yang meracuni saudara cilik ini?" Sejak menyaksikan kemunculan kakek berbaju biru itu, sikap setan muka hijau Siang Tham telah berubah menjadi munduk-munduk, kini dia menjura dalam-dalam, lalu katanya sambil tertawa:

“Locianpwe, heeh...heeeh...sudah banyak tahun kita tidak berjumpa, apakah kau orang tua....

“Tak usah banyak biacar, kaukah yang telah meracuni arak saudara cilik itu? kembali kakek berbaju biru itu membentak dengan wajah marah.

Agaknya wajah setan muka hijau Siang Tham tahu kalau

dia tidak bisa menghindar kagi, sambil tertawa licik sahutnya:

“Aaahh, semua ini gara-gara perbuatan beberapa orang saudaraku, ketika aku tak ada disitu, rupanya mereka telah mencampuri arak dengan obat pemabuk, mungkin mereka kelewat memandang tinggi Suma siauhiap sehingga timbul niatnya untuk mengajak saudara ini bergurau”

Suma thian yu melotot gusar, baru saja dia hendak mengucapkan sesuatu, sikakek berbaju biru itu sudah berkata lagi sambil tertawa dingin tiada hentinya.

“Siang tayhiap, harap saudara yang meracuni saudara ini, kau undang untuk menjumpai diriku”

Setan muka hijau Siang Tham segera mendehem beberapa kali.

“Buu...buat apa kau mesti bertindak serius? Chin locianpwe, dengan Tangkeng kami toh sudah saling mengenal, apalagi hubunganmu dengannya ”

“Tak usah banyak bicara, rumah makan Kun eng lo bukan suatu tempat yang bisa dikacau ketenanggannya oleh siapapun, seorang lelaki berani berbuat berani bertanggung jawab, cepat kau tunjukkan orang itu untuk diberi hukuman yang setimpal, kalau tidak, terpaksa lohu harus berbuat kurang sopan terhadap Kiang tayhiap”

Baru saja kakek berbaju biru itu menyelesaikan perkataannya, tampak suatu bayangan manusia berkelebat lewat, tahu-tahu seorang lelaki setengah umur berwajah bengis telah melompat bangun. Dengan senyuman angkuh menghiasi wajahnya, lelaki itu menuding keujung hidung sendiri, lalu menjawab:

“Toayalah yang telah meracuni racun itu, mau apa kau? memangnya kau bisa melahap toayamu bulat-bulat?”

“Kau tidak bohong? bentak kakek berbaju biru itu dengan gusar, sinar matanya bersinar tajam, “jangan menanggung dosa buat orang lain, yang lohu cari sekarang adalah kenyataan, aku tak ingin sampai salah membunuh orang tak salah!”

“Omong kosong! Dengan andalkan sekerat tulangmu itu, memangnya kau mampu untuk membunuh toaya mu?”

Baru saja lelaki buas tersebut berbicara demikian, segera tampak olehnya bayangan manusia berkelebat lewat, menyusul kemudian seluruh badan sakit sekali sehingga tak kuasa lagi dia menjerit dengan suara menggidikan hati:

“Aduuuh ”

Menanti Suma Thian yu dan Si setan muka hijau Siang Tham dapat melihat jelas apa yang terjadi, lelaki buas itu sudah tewas dengan mata melotot keluar dan mulut mengeluarkan busa.

Menyaksikan hal ini, diam-diam Suma Thian yu menghembuskan napas dingin, pikirnya:

"Entah dengan cara apa kakek itu turun tangan? Ilmu silat apa yang dia pergunakan? Mengapa lelaki buas ini bisa mampus menyerupai orang yang terserang penyakit parah? Dari atas sampai bawah tubuhnya sama sekali tidak ditemukan cedera apapun?"

Sementara itu, Si setan muka hijau Siang Tham juga merasa terperanjat sekali setelah menyaksikan anak buahnya tewas dalam sekali ayunan tangan kakek berbaju biru itu.

Tapi untuk membela anak buahnya, terpaksa dia menegur dengan suara dingin:

“Chin locianpwe, kau menghukum mati orang ini, apakah tindakanmu tak terlampau kelewat batas?? Bila peristiwa hari ini sampai terdengar Tongkeh kami, aku percaya kau tak akan mampu untuk memikulnya” Kakek berbaju biru itu swgera tertawa panjang:

“Orang she Siang, kau sudah tak punya kesempatan lagi untuk pulang kerumah dan menyampaikan laporan,  tongkehmu juga tak akan bisa berbuat apa-apa kepada lohu...

Setan muka hijau Siang Tham menjadi gusar gekaii sampai mencak mencak seperti monyet terbakar jenggotnya, dia segera menghantam meja keras-keras.

“Blaamm...!” diiringi suara nyaring, meja itu kena terhajar sampai pecah menjadi dua bagian, cawan dan mangkuk yang berada diatasnya pun ikut hancur berantakan.

Kakek berbajubiru itu Cuma tertawa dingin tiada hentinya,  dia tak menjadi gusar, meskipun suara pembicaraannya juga tidak terlalu besar, namun setiap patah kata dapat kedengaran sekali, hingga menggema diseluruh ruangan dan mendengung tiada hentinya...

selama ini, Suma Thian yu cuma menonton dari sisi arena, pada mulanya dia mengira kakek itu satu komplotan dengan setan muka hijau Siang Tham, tapi setelah menyaksikan lelaki buas tersebut terbunuh, kemudian menyaksikan pula sikap permusuhan kakek itu terhadap setan muka hijau, dengan cepat dia dapat menyimpulkan kalau antara si kakek dengan setan muka hijau sebetulnya merupakan musuh yang tak mungkin bisa hidup damai.

Walaupun demikian, Suma Thian yu belum juga berhasil menduga siapa gerangan kakek itu, tapi yang pasti bukan manusia sembarangan dapat memiliki ilmu silat dengan tenaga dalam yang demikian sempurna.

Sayang sekali, sekalipun Suma Thian yu sudah memeras otaknya habis-habisan, dia toh belum berhasil juga untuk menduga siapa gerangan kakek berbaju biru itu.

sementara dia masih berpikir dengan perasaan tak mengerti, kakek berbaju biru itu telah berkata:

“Siang Tham, tempat ini untuk berdagang, tidak cocok  untuk bertarung, mari kita bertemu dihalaman belakang saja, asal kau dapat memperlihatkan beberapa jurus kepandaian yatg bisa membangkitkan rasa kagum lohu, persoalan hari ini akan kubikin selesai sampai disini saja. Jika tidak, kau harus membayar semua kerugian yang kuderita!”

Suara pembicaraan kakek berbaju biru itu masih tetap diutarakan dengan suara rendah, namun setiap patah katanya membawa kewibawaan yang mengerikan, seolah-olah sesuatu kekuatan yang membuat setiap orang tak sanggup melawan.

Mendengar ucapan tersebut, Setan muka hijau Siang tham segera tertwa tergelak:

“Haah...haah...haah...orang she Chin, toaya pun tak akan bersikap demikian sungkan kepadamu apabila tidak memandang diatas wajah putrimu, kau tak usah berlagak  besar dengan menggandalkan pengaruh putrimu untuk menggertak aku, untuk menghadapi kau, toaya tak usah turun tangan sendiri, ayoh berangkat, kau boleh memimpin jalan buat kami !”

Sehabis mendengar perkataan setan muka hijau Siang

tham yang sama sekali tidak memberi muka kepada orang itu, kakek berbaju biru itu tertawa tergelak karena gusar, suara tertawanya keras dan meyeramkan membikin orang lain bergidik, tanpa banyak berbicara lagi dia segera membalikkan badan dan berlalu sari situ.

Setan muka hijauSiang tham tak ketinggalan, dia ikut pula dibelakangnya, sementara segenap anak buahnya turut beranjak kebelakang setelah rombongan itu lewat semua, pikirnya:

“Siapakah putri si kakek ini? mengapa dia bisa ditakuti oleh penjahat-penjahat keji macam Siang tham? kalau didengar dari nada pembicaraan setan muka hijau, tampaknya putri kakek inipun seorang pendekar perempuan, kalau tidak, mengapa Siang tham bersikap begitu menghormat terhadap kakek itu?”

Sambil berpikir Suma thian yu beranjak dan melangkah kehalaman belakang rumah makan Kun eng lo tersebut.

Ternyata dihalaman belakang sana terdapat sebuah tanah lapang untuk berlatih silat yang luasnya mencapai dua puluh kaki. Empat penjuru tanah lapang tersedia sederat rak senjata yang diatasnya terletak pelbagai macam senjata berbentuk aneh, tapi jenisnya teratur rapi sekali.

Pada jenis yang terdepan terdapat tombak panjang, tombak ular, tombak api, tombak lengkung.

Diatas rak nomor dua terletak jenis golok diantaranya terdapat jenis golok bulat sabit, golok besar, golok bergerigi.

Pada rak nomor tiga tersedia jenis toya, kemudian jenis panah, jenis pedang serta berbagai macam jenis senjata lain yang aneh-aneh bentuknya.

Diam-diam Suma thian yu menghela naps panjang setelah menyaksikan kesemuanya itu.

"Sudah pasti orang ini merupakan seorang yang gemar berteman orang persilatan, kalau tidak, mustahil dengan kemampuan seorang, dia bisa mengumpulkan senjata begini banyak. Sebentar aku harus memperhatikan gerakan  tubuhnya agar kesempatan baik ini jangan sampai kulewatkan dengan begitu saja"

Dalam pada itu, suasana dalam arena sudah menjadi tegang, si Setan muka hijau dengan diiringi lima orang lelaki kekar berdiri disisi kanan arena, sedangkan kakek berbaju biru itu berdiri seorang diri dihadapannya.

Waktu itu, si kakek sedang berkata sambil tertawa:

“Siang Tham, diatas rak senjata sudah tersedia berbagai macam senjata, terserah kau ingin memilih yang mana saja!”

“Toaya ingin mencoba kelihayanmu dalam permainan ilmu telapak tangan...” sahut sisetan muka hijau dengan wajah bengis.

kakek berbaju biru itu segera tertawa nyaring:

“Hahahahahaha.....dapat merasakan sampai dimanakah kelihayan Hu si im hong ciang yang pernah menggetarkan dunia Liok lim, hal ini merupakan keinginan lohu dalam hidup ku ini, Siang tayhiap, silahkan saja melancarkan serangan"

"Sekilas perasaan bangga sempat menghiasi wajah si setan muka hijau siang tham, dia segera berseru:

“Toaya tak akan sungkan-sungkan lagi” Selesai berkata, tidak tampak bagaimana dia turun tangan, dengan jurus kim pa liok jiau (macan kumbang emas mementang cakar), dia lepaskan sebuah cengkeraman maut ketubuh kakek berbaju biru itu.

Mendapat ancaman semacam itu, kakek berbaju biru itu tak berani berayal, buru-buru ia menangkis dengan tangan kirinya, kemudian tubuhnya berputar setengah lingkaran, sementara tangan kanannya langsung menghantam ke perut lawan dengan jurus Sin liong ji hay atau Naga sakti masuk ke laut.

Dua gerakan tersebut dipergunakan hampir bersamaan waktunya, hingga sekilas pandangan seakan-akan berasal dari satu jurus saja, sedemikian cepatnya sehingga sukar dibayangkan dengan kata-kata.

“Serangan bagus!" Setan muka hijau Siang Tham berseru keras.

Bagaikan sebatang pohon liu yang lemas, tubuhnya bergoyang sedikit saja ke samping lalu melompat mundur dua langkah, kemudian dengan jurus To thian hoan jit atau  mencuri langit berganti hari, secepat kilat dia membabat tubuh kakek berbaju biru itu.

Ketika sampai di tengah jalan, dia agak berhenti sejenak, lalu lengannya yang sudah terlanjur disodok keluar menyelinap secepat kilat dengan suatu gerakan yang luar biasa, diamenyerang kakek yang berbaju biru itu.

Serangan mana meski di lancarkan dengan dua kekuatan yang berbeda dan waktu yang berbeda pula, namun bisa sampai disasaran-nya pada waktu yang hampir bersamaan.

Ternyata kakek yang berbaju biru itu cukup tahu keadaan, buruburu dia membentak keras, segenap tenaganya disalur ke tangan, gerakan tubuhnya tiba-tiba berubah, dengan mengembangkan ilmu pukulan yang maha dahsyat dia melepaskan serangkaian pukulan secara gencar.

Suma Thian yu yang menonton jalannya pertarungan dari  sisi arena dan menyaksikan jalannya gerakan tubuh dan jurus pukulan dari kakek berbaju biru itu, dia segera menjerit kaget. “Aaah "

Tetapi sampai ditengah jalan, seruan mana segera ditarik kembali cepat-cepat, dengan hati berdebar keras, pikirnya kemudian:

“Kenapa dia mempergunakan ilmu pukulan Bu tong pau? Mungkinkah kakek mempunyai hubungan yang erat dengan pihak bu tong pay ?”

Apa yang diduga Sama Thian yu memang benar, kakek berbaju biru ini memang merupakan jagoan lihay dari Bu tong pay, sejak empat puluh tahun berselang dia sudah termashur dalam dunia persilatan sebagai Bu tong tay hiap Chin Lenghui.

Dulu, dengan mengandaikan serangkaian ilmu pedang Bu tong kiam hoat dan dua belah bilah pisau terbang, dia pernah menggetarkan sungai utara maupun selatan daratan Tionggoan, banyak manusia yang menjadi keder dan ketakutan hanya mendengar namanya saja.

Chin Leng hui hanya mempunyai seorang putri, istrinya sendiri berpulang ke dalam baka setelah melahirkan putrinya.

Tampak kematian istrinya itu merupakan pukulan batin  yang sangat berat bagi pendekat tersebut, dalam kecewanya dia lantas mengundurkan diri dari keramaian dunia persilatan dan hidup mengasingkan diri dibukit Tay-hoa san, sehari-hari kerjanya hanya mendidk dan memelihara putrinyasehingga menanjak dewasa.

Itulah sebabnya orang lantas menyebutnya Tay hoa kitsu (pertapa dari bukit Tay hoa san).

Dihari-hari biasa, dia membawa tugas rangkap, sebagai ibu yang baik dan sebagai guru yang disiplin, dia hendak mendidik putrinya Chin lan eng menjadi seorang pendekar perempuan yang perkasa dan disegani banyak orang.

Siapa tahu, pada usia empat belas tahun putri kesayangannya telah hilang lenyap tak berbekas, dalam keadaan demikian terpaksa Chin Leng hui melepaskan niatnya untuk mengasingkan diri, dia muncul kembali dalam dunia persilatan untuk mencari putri kesayangannya, setelah bersusah payah mencari kian kemari, akhirnya Chin leng hui berhasil juga menemukan putrinya, tapi waktu itu purtinya sudah bukan menjadi miliknya lagi, karena putrinya telah menjadi istri Bi kun lun (Kun lun indah) Siau Wi goan.

Dalam sedihnya, Chin Leng hui lantas membuka rumah makan Kun eng lo disitu, bila di kala senggang diapun melatih ilmu tenaga dalam dan tenaga luarnya secara tekun, di samping secara diam-diam menyelidiki tingkah laku puterinya Chin Lan eng.

Sungguh tidak beruntung, dari mulut banyak sahabat serta jago jago persilatan yang sering kali melewati tempat itu, dia mendapat tahu kalau putrinya adalah seorang perempuan siluman yang selalu cabul, jalang, juga kejam.

Kenyataan itu hampir saja membuat Chin Leng bui mati karena kegusaran, beberapa kali dia berniat membuyarkan usahanya itu dan hidup mengasingkan diri di tempat terpencil untuk menghindarkan diri dari segala kenyataan yang pahit itu.

Tapi, diapun berharap bisa bertemu lagi dengan putrinya, mencaci makinya habis-habisan, memutuskan hubungan kekeluargaan, kemudian ia baru dapat mengasingkan diri dengan tenang.

Namun sejak dia mendirikan rumah makan Kun eng lo  hingga kini, delapan tahun sudah lewat, tapi putrinya Chin Lan eng tak pernah pulang kerumah walau hanya sekalipun, padahal dia sangat berharap bisa bersua muka dengan  putrinya itu.

Kadangkala dia berpesan kepada sobat lamanya, bila bersua dengan putrinya, mereka diminta untuk menasehati putrinya itu agar pulang kerumah.

Perasaan orang tua itu pada anaknya memang mulia, bagaimanapun kesalahan yang dilakukan putrinya, dia pasti akan memaafkannya bila mulai pada saat itu ia bisa bertobat dan mau kembali kejalan yang benar..... Dalam suasana yang serba salah dan serba bertentangan batin inilah, Tay hoa kit cu Chin leng hui melanjutkan hidupnya sampai delapan tahaun lebih.

Hari ini, secara tiba-tiba setan muka hijau Siang tham muncul dirumah makannya, sebetulnya dia ingin menitip pesan kepada Siang tham untuk putrinya, siapa sangka sebelum niatnya terkabul, Siang tham sudah melakukan perbuatan terkutuk dan memalukan lebih dulu dalam rumah makannya.

Sebagai pemilik rumah makan yang bijaksana, lagi sebagai Bu tong tay hiap yang selalu menjunjung tinggi keadilan dan kebenaran, tentu saja ia tak dapat berpeluk tangan belaka menbiarkan kaum durjana berbuat sewenang-wenang dalam rumah makanannya.

Maka dia segera menampilkan diri untuk menghadapi anak murid gembong iblis nomor wahid dikolong langit itu, baginya tindakan tersebut boleh di bilang merupakan suatu kerugian yang besar sekali.

Sebab seandainya berita ini sampai terdengar oleh Hoat si si (mayat hidup) Ciu Jit hwee, guru Siang Tham, sudah pasti rumah makan Kun eng lo tak bakal akan melewati kehidupan yang lebih tenang lagi.

Tapi, orang persilatan mengutamakan kebenaran dan keadilan, sekalipun tindakan mana akan menimbulkan bencana besar, hal tersebut tak pernah akan dipikirkan olehnya.

Tay hoa Kitsu Chin Leng hui merupakan adik perguruan   dari Hiang ciang totiang Bu tong pay saat ini, terhitung pula sebagai keponakan murid Put Gho cu, dia merupakan seorang jagoan pedang yang terhitung paling menonjol dalam perguruannya.

Itulah sebabnya Setan muka hijau Siang Tham tak berani menantangnya untuk bertarung deagan ilmu pedang, sebaliknya menantangnya beradu tanpan kosong, dengan akalnya yang licik Siang Tham bermaksud hendak meraih keuntungan dari tindakannya itu. Tenaga dalam yang dimiliki kedua orang itu tak selisih banyak, tidak heran kalau pertarungan pun bisa berlangsung dengan keadaan seimbang dan seru sekali.

Sekarang Setan muka hijau Siang Tham telah

mengeluarkan ilmu silat andalannya, ilmu Hu si im hiong ciang untuk menghadapi ilmu pukulan Bu tong pay yang termashur karena keganasan-nya.

Berbicara tentang setan muka hijau Siang Tham, seharusnya setelah ilmu pukulan angin dingin bangkai

membusuknya digunakan, maka angin pukulan yang terpancar keluar semestinya dingin menggidikkan hati, namun saat ini  dia tak sampai mengerahkan tenaga dalamnya, apalagi menyalurkan bawa dinginnya ke ujung tangan.

Kalau tidak, asal tersentuh oleh angin dinginnya itu, meski tubuh yang terdiri dari baja pun akan membusuk juga, apalagi tubuh yang terdiri dan darah daging?

Tuy hoa Kitsu sendiri pun tidak menggunakan segenap kekuatan yang dimilikinya, dia tetap menggunakan tenaga sebesar berapa bagian saja untuk menghadapi musuhnya.

Suma Thian yu sebagai seorang jagoan lihay, tentu saja dapat menyaksikan kejadian tersebut dengan jelas, sejak dia mengetahui kalau ilmu silat yang digunakan kakek berbaju biru adalah ilmu pukulan Bu tong pay, rasa kagum dan hormatnya terhadap kakek ini makin bertambah.

Mendadak terdengar suara tertawa dari tengah  arena.

“Haaah.....haahh....haah.... maaf Siang tayhiap, maaf”

Ketika Suma thian yu mengalihkan sorot matanya ketengah arena, nampak kakek berbaju biru itu dengan wajah tidak berubah dan napas tidak tersengal telah keluar arena dengan senyum dikulum.

Sebaiknya paras muka setan muka hijau Siang tham berubah pucat pias, dia berdiri kaku seperti orang bodoh.

Di atas pakaian yang dikenanakan kini sudah muncul dua lobang sebesar jari tangan, tak bisa disangkal itulah pertanda dari keberhasilan kakek berbaju biru itu menyarangkan serangannya, coba kalau ia tak berbelas kasihan, mungkin jiwanya sudah direnggut sedari tadi.

Siang tham menundukkan kepalanya memandang sekejap keatas lubang diatas pakaiannya, lalu dengan sepasang mata merah membara dan gigi saling gemerutukan, dia berseru sambil tertawa seram:

“Orang she Chin, terima kasih atas pengampunanmu itu, kebaikan budimu akan selalu ku ingat dalam hati, suatu ketika aku orang she Siang pasti akan datang lagi untuk menantangmu bertarung lima puluh gebrakan”

Tay hoa kitsu Chin Leng hui tersenyum ramah.

"Siang tayhiap buat apa pertarungan kita mesti diakhiri dengan jatuhnya korban? Dilihat dari sikapmu yang tidak mengeluarkan ilmu angin dingin bangkai busuk, hal tersebut menunjukkan kalau hatimu tidak begitu jahat, lohu tahu bila pertarungan ini dilangsungkan lebih jauh, lohu sudah pasti menderita kalah”

Setan muka hijau Siang Tham kembali tertawa seram. "Heeeh...heeeh...heeeh...toaya memang mempunyai watak

yang selalu sangat aneh, bila ada yang baik pasti akan kukejar terus hingga dapat, misalkan saja aku sudah tahu kalau ilmu Tay cing to liong ciang milik Chin tayhiap telah menggetarkan seluruh kolong langit, tapi sebelum aku merasakannya, terasa berat hatiku untuk berlalu dengan begitu saja. Oleh sebab itu aku berharap Chin tayhiap sudi memandang diatas wajah guruku untuk memenuhi keinginan hati ku ini”

Dari ucapan lawan yang sama sekali tak mau menyudahi persoalan tersebut sampai di situ saja, Tay hoa Kitsu Chin Leng hui tahu kalau musuhnya berniat untuk mencari garagara lebih jauh, dia segera tertawa terbahak bahak.

"Haaah....hhaaah.... jikalau kau memang menghendaki demikian, tentu saja aku tidak bisa menampik keinginanmu itu, terpaksa lohu akan mampertatuhkan selembar jiwaku untuk memenuhi keinginan Siang tayhiap” Selapis hawa licik dan keji segera menghiasi wajah setan muka hijau Siang tham, serunya sambil tertawa dingin:

“Aku orang she Siang mengucapkan banyak terima kasih kepadamu”

Dia lantas menitahkan kepada anak buahnya agar mengundurkan diri dari situ.

“Kalian segera mundur keluar arena, sebelum mendapat perintahku, siapapun dilarang memasuki arena ini".

Sementrara itu Tay hoa Kitsu Chin Leng hui telah melangkah masuk pula kedalam arena, sewaktu dilihatnya

Suma Thian yu masih berdiri didalam arena, sambil tersenyum ujarnya:

"Sobat cilik, harap kaupun mengundurkan diri tepi arena, ilmu pukulan bawa dingin mayat membusuk merupakan pukulan yang amat beracun.

Dimana angin dingin menyambar, tiada tumbuhan yang

bisa hidup dan tiada makhluk yang dapat bernyawa, aku harap sobat cilik bisa bertindak lebih berhati-hati lagi

Mendengar pertanyaan itu, dengan penuh rasa terima kasih Suma Thian yu memandang sekejap kearah Tay hoa Kitsu, kemudian sahut nya dengan amat hormat:

"Aku akan menurut”

Tay hoa Kitsu Chin Leng hui tersenyum dan manggutmanggut, dia lantas berjalan kedalam arena dan berhenti enam kaki didepan setan muka hijau Siang Tham, setelah menghimpun tenaganya, sambil tersenyum dia berkata lembut:

"Silahkan!"

Siang Tham melirik sekejap kearah Chin Leng hui dengan senyum angkuh menghiasi bibirnya, mendadak ia menerjang kemuka sambil membentak nyaring:

"Rasakan pukulanku ini!”

Tangannya segera diayunkan kemuka, desingan angin tajam segera menderu-deru di angkasa, daerah seluas dua kaki disekitar arena dengan cepat diliputi hawa dingin yang menggidikkan, membuat orang merasa sesak napas dan tak tahan.

Tay hoa Kitsu merupakan pendekar besar yang amat menonjol dalam perguruan Bu tong pay, Bu siang sinkang miliknya juga telah mencapai kesempurnaan, begitu dirasakan datangnya serangan hawa dingin musuh, cepat dia  mendorong telapak tangan-nya kemuka seperti jurus Soat hong wu sou (salju melapis kabut menggulung),  menggunakan tenaga sebesar enam bagian dia sambar datangnya ancaman tersebut dengan keras lawan keras.

“Blaaamm....!" suatu ledakan keras yang memekakkan telinga segera berkumandang memecahkan keheningan.

Ketika dua gulungan tenaga yang berlawanan jenis itu  saling membentur diangkasa, hawa panas dan hawa dingin itu segera menimbulkan putaran angin puyuh yang memancar keempat penjuru.

Para penonton yang berada ditepi arena dan kebetulan tersambar sisa angin itu segera merasakan tubuhnya menjadi sakit dan pakaiannya berkibar kencang.

Akan tetapi, dua orang yang berada diarena itu masih tetap berdiri tegak sekokoh batu karang, cedera sedikitpun tidak.

Setan muka hijau yang menyaksikan kejadian tersebut, segera mendengus dingin, mendadak tubuhnya bergerak lagi, dengan mengembangkan ilmu pukulan hawa dingin mayat hidup, dia lepaskan serangkaian serangan berantai untuk meneter Chin leng hui habis-habisan. 

Angin tajam menderu-deru mengikuti setiap gerakan dan setiap jurus yang dipancarkan hawa dingin seperti musim salju yang mencekam menderu-deru diudara dengan membawa desingan angin yang memekikkan telinga, sungguh  mengerikan sekali keadaannya.

Tay hoa Kitsu Chin Leng hui tak berani berayal, buru-buru ia mengembangkan ilmu pukulan Tay cing to liong pat si ciptaan Put Gho cu untuk menyambut datangnya ancaman tersebut. Suma Thian yu yang menyaksikan Chin leng hui mulai memper-gunakan ilmu pukulan cing to liong ciang untuk menghadapi musuh nya, dia segera menaruh perhatian lebih besar.

Tampak Leng hui dengan gerakan menotok, menghantam, mencengkeram, membacok mengembangkan seluruh jurusjurus ampuhnya, dia bergerak secepat kelinci, bertahan sekokoh batu karang, semua inti sari dari Tay Cing to liong pat si dipergunakan secara beruntun. 

Sambil menonton jalannya pertempuran, Suma Thian yu mulai mencocokan dengan berhati-hati semua jurus yang digunakan kakek itu dengan apa yang telah dipelajarinya.

Sebagaimana diketahui, semenjak ia mempelajari ilmu sakti tersebut, sampai kini belum pernah dia saksikan orang lain menggunakan ilmu pukulan semacam itu untuk menyerang musuh yang tangguh.

Sekarang Chin Leng hui telah mengeluarkan kepandaian tersebut, hal ini justru memberi kesempatan kepada Suma Thian yu untuk mencoba kemampuan sendiri.

Sekalipun Tay cing to liong pat si cuma terdiri dari delapan gerakan, namun kedelapan gerakan tersebut justru digunakan secara beruntun tiada hentinya, sehingga sejak dimulai sampai kiniseakan-akan dia tak pernah mempergunakan jurus

yang sama.

Begitulah, mereka berdua saling menyerang dengan amat gencarnta, tiga puluh gebrakan kemudian, keadaan masih tetap berimbang dan kekuatan mereka tak ada yang lebih unggul daripada musuhnya.

Suma Thian yn yang menyaksikan pertarungan itu ikut pula merasakan pandangan matanya jadi kabur, tanpa terasa dia ikut menggerak-gerakan tangannya pula dari sisi arena.

Mendadak terdengar suara pekikan nyaring dari tengah arena pertarangan.

Dengan terkejut Suma Thian yu menghentikan gerakan tangannya dan berpaling, ternyata Setan muka hijau Siang Tham sudah dibikin berkobar amarahnya, kini pukulan hawa dingin bangkai busuknya telah dikerahkan hingga mencapai delapan bagian.

Dengan demikian, serangan demi serangan yang

dilancarkan Tay hoa kitsu Chin leng hui seolah-olah tersumbat, bahkan posisinya kian lama kian bertambah lemah.

Suma Thian yu amat terkesiap setelah menyaksikan kejadian itu, dengan perasaan kuatir dia maju beberapa langkah.

Ternyata Chin Leng hui sudah kena terkurung dibawah serangan musuh yang menderu-deru seperti angin puyuh, posisinya kini diantara mati dan hidup.

Bahkan sampai akhirnya, dia cuma bisa menangkis belaka tanpa sanggup melancarkan serangan balasan.

Begitu berhasil dengan serangan balasannya, Setan muka hijau Siang Tham segera tertawa seram, mukanya menyeringai amat seram, sikapnya amat sombong, setelah melepaskan serangkaian serangan lagi, dia mulai menyindir dengan sinis:

“Orang she Chin, sekarang kau dapat merasakan kelihayan toayamu bukan....? Hmm, terus terang kuberitahukan kepadamu, selewat nya tiga gebrakan lagi, jika kau belum mau menyerah maka toaya akan suruh kau mampus diatas genangan darah!"

Seusai berkata, dengan jurus Po hong cuan tin (angin puyuh menggulung pohon) dia lepaskan sebuah pukulan ke muka, kemudian serunya sambil tertawa seram:
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar