Kelelawar Hijau Jilid 18

Dengan wataknya yang seras kepala, hanya ada jalan maju tak ada jalan mundur, makin sulit persoalan yang dihadapi makin besar hasratnya untuk memecahkan persoalan itu.

Setelah berjalan lebih jauh kedepan, tubuhnya benar2 terasa amat panas bagaikan ada diatas tungku, tapi pemuda itu sempat merasakan adanya gulungan angin dingin berhembus lewat dari arah yang lain- karena itulah meskipun suhu udara disana lebih panaspun tidak sampai menghanguskan badan.

Tiba2 ia kaget hingga berdiri terperangah, pakaian yang dikenakan diatas tubuhnya hancur jadi abu ketika terhembus angin- hancuran pakaian itu berhamburan diatas tanah membuat sianak muda itu dalam waktu singkat sudah berada dalam keadaan telanjang bulat. 

Dalam keadaan seperti itu hampir saja pemuda itu kehilangan semangatnya urtuk melanjutkan perjalanan tapi setelah jauh masuk kedalam gua apakah dia harus membatalkan niatnya itu ditengah jalan? Lagi pula kendatipun suhu udara dalam gua itu panas sekali sehingga pakaiannya hancur ber-keping2 namun tubuhnya sama sekali tidak merasakan sesuatu apapun..

Perjalanan selanjutnya kembali pemuda itu menyururi gua itu masuk jauh lebih kedalam tak lama kemudian sepatunya hancur menjadi abu membuat pemuda itu telanjang total dari atas sampai kebawah kakinya.

Dalam keadaan begini Lam-kong Pak benar-benar dibuat kehabisan akal, mau menangis tak bisa mau tertawa pun tak dapat, pikirnya.

"Untung disini tak ada orang kalau tidak niscaya orang2 akan memaki aku sebagai seorang yang tak tahu malu,"

Diatas tubuhnya kini tinggal sebuah senjata tanduk naga yang masih tergantung diatas pinggang, ketika tanduk naga itu membentur dinding gua. batu putih berguguran diatas tanah dan berubah jadi bubuk halus, ketika berhembus angin bubuk itu tersebar ke-mana2 dan lenyap tak berbekas.

Tapi pemuda itu masih nekad untuk melanjutkan perjalanannya, keringat yang mengucur keluar telah membasahi seluruh tubuhnya. asap hijau mengepul keangkasa disertai bau sangit daging manusia yang terbakar.

Tapi telapak kaki Lam-kong pak sama sekali tidak terluka, ia percaya seandainya tiada air keringat yang mengiring suhu badan, niscaya tubuhnya sudah terluka.. Mungkin kesemuanya ini adalah kasiat dari buah ajaib tadi??

Seratus langkah lebih kedepan sampailah pemuda itu disuatu tempat yang bidang dan terbuka. jilatan api membara ditengah sebuah gua besar. luasnya hanya lima enam tombak membuat batuan diatas gua pun jadi merah

Kobaran api itu berada dibawah dinding gua, daerah sekitar tiga tombak tak mungkin bisa didekati lagi, pada dinding gua terpancanglah selembar batu tayli yang terukir tulisan2 lembut ketika didekati maka terbacalah isinya:

"Gua ini sebagai kawah gunung berapi yang lelaknya dibawah tanah. merupakan pintu kesorga kesegaran- banyak orang yang berjalan tapi tak mau maju kedepan hingga kehilangan kesempatan baik untuk mengunjungi Istana bumi Tee Sim piat-hu, orang yang teguh iman setelah tinggalkan gua ini diam2 bersyukur. orang yang beradat keras tapi tidak memiliki tenaga dalam yang cukup tangguh atau karena luka dalam belum sembuh, masuk kemari berarti menempuh mara bahaya. Aaai.. banyak orang di kolong langit yang sebenarnya lemah tapi mampu dilakukan, mekeka tak tahu adat keras tapi tak kuat badan itu berarti hanya mencari kematian bagi diri sendiri. oleh sebab itulah kuanjurkan kepada setiap pendatang,jika tidak memiliki kemampuan yang luar biasa. janganlah sekali punya ingatan untuk masuk kedalam gua ini. meskipun istana Tee sim piat-hu hanya berjarak beberapa jengkal namun kenyataan ibarat perbedaan diantara alam baka dan dunia. Dalam kolong langit dewasa ini hanya satu orang mampu masuk kedalam istana Tee-sim-piat-hu, orang itu adalah Bintang yang bertaburan diangkasa Liok Hoa Seng, tapi sayang orang itu berwatak jahat dan suka mencelakai umat manusia. "

Sampai disitu tulisannya jadi kabur, rupanya ada seseorang yang sengaja menghapur tulisan tersebut.

Timbullah rasa ingin tahu dalam hati Lam-kong Pak, ditinjau dari tulisan tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa istana Tee-sim-piat-hu agaknya berada dalam gua kawah api itu, tapi kenapa mereka katakan gua yang panas sebagai dunia kesegaran? Apakah istana Tee-sim-piat-hu yang dimaksudkan sebagai dunia kesegaran?? siapakah pemilik istana Tee-sim-piat-hu tersebut??

Diam-diam Lam-kong Pak memperhitungkan jarak gua api itu. ia merasa panjang gua itu lima enam tombak, dan sisi kiri kanannya merupakan dinding gua yang tak mungkin bisa digunakan sebagai tempat berpijak. itu berarti dia harus melayang keudara dan membentuk gerakan setengah busur...

Dengan ilmu meringankan tubuh yang dimilikinya sekarang, asal tidak terluka saja maka untuk berbuat demikin bukanlah suatu pekerjaan yang menyulitkan, tapi dalam keadaannya pada saat ini mau tak mau dia harus berpikir dua kali.

Hawa murninja disalurkan mengelilingi seluruh badan, ia rasakan semuanya beres dan berjalan lancar, kenyataan ini sangat menggembirakan hatinya, ia percaya keadaan tersebut pastilah merupakan hasil kasiat dari buah besar tersebut.

Setelah memantapkan hati. dia enjotkan badan dan meluncur kedalam gua api itu, dia hanya ingin melihat macam apakah bentuk gua berapi itu dan belum tentu akan memasuki istana Tee-simpiat-hu.

Siapa tahu api yang berkobar dalam gua itu merupakan api alam yang tak pernah padam dalam seribu tahun. suhu panasnya amat tinggi hingga sebuah lempengan besipun akan meleleh dibuatnya:

Kendatipun tenaga dalam yang dimiliki Lam-kong Pak lebih tinggipun. tubuhnya tetap terdiri dari darah daging. ia merasakan suatu sengatan hawa panas yang sangat aneh dan menusuk hati, membuat kepalanya nanar dan seluruh kekuatan tubuhnya lenyap tak berbekas.

Tercekat hatinya menghadapi kejadian itu, pemuda itu sadar apabila tubuhnya sampai tercebur kedalam gua api itu, niscaya badannya akan hancur lebur dan sama sekali tak tertinggal tubuh kasarnya, padahal mati hidup orang tuanya belum ketahuan- bencana dalam dunia persilatan pun belum diatasi, kematian dalam keadaan seperti ini boleh dibilang sama sekali tak ada harganya.

Kecerdasan dan keteguhan iman seseorang teriihat dikala orang itu sedang menghadapi mara bahaya, mesKipun amat terperanjat namun pemuda itu sama sekali tidak gugup ataupun gelisah, dengan cepat ia berkelit kesamping sambil mengawasi keadaan didalam gua dengan lebih seksama.

Tampaklah gua api itu terbagi jadi dua, sebelah kiri merupakan gua api yang sedang berkobar dengan hebatnya, sedangkan sebelah kanan merupakan sebuah gua gelap yang tak terlihat dasarnya.

Tubuhnya pada saat itu sedang meluncur kearah gua berapi tersebut pemuda itu segera berpikir:

"Kalau tubuhku terjerumus kedalam gua berapi itu niscaya kehidupanku akan musnah disana, sebaliknya kalau melayang kedalam gua gelap itu maka siapa tahu kalau aku masih punya harapan untuk melanjutkan hidup,"

Pikiran semacam itu berkelebat dalam benaknya, cepat bagaikan sambaran petir sepasang lengannya segera digertakan dan tubuhnya menyingkir kesamping senjata tanduk naganya berputar diangkasa membuat badannya bergeser lima enam depa kearah samping kanan dan meluncur masuk kedalam gua,

Setelah masuk kedalam gua itu pemuda tersebut merapikan dirinya se-akan2 telah memasuki dunia lain hawa dingin sejuk merangsang tubuhnya, pemuda itu merasa se-akan2 ia sedang berendam dalam air yang segar dan dingin tak dingin panas tak panas suatu hawa udara yang nyaman.

Daya luncur tubuhnya kian lama kian bertambah cepat deruan angin tajam memekikkan telinga, walaupun Lam- kong Pak menentang matanya ia tak mampu melihat sesuatu apa pun, pikirnya dihati:

"Entah di bawah gua ini merupakan karang atau air? tapi yang jelas apapun dasar gua ini riwayat hidupku telah berakhir"

Gua itu sangat dalam dan mencapai beberapa li jauhnya, jangan dikata teriakannya tak akan terdengar oleh siapapun sekalipun kedengaran siapa yang akan datang menolong dirinya? apa lagi lembah itu terpencil letaknya paling banyak hanya tiga empat orang saja yang mengetahui letak lembah tersebut.

" Habislah sudah riwayatku" diam2 pemuda itu mengeluh.

Mendadak pemuda itu rasakan pandangan matanya jadi terang, bahkan tubuhnya mulai meluncur diatas dinding yang dilapis oleh lumut hijau setebal beberapa cun karena keadaan itulah badannya se-akan2 sedang meluncur diatas sebuah permadani.

Kendatipun begitu daya luncur tubuhnya sama sekali tidak berkurang kalau tidak diusahakan mengerem walaupun dasar gua adalah air paling sedikit tubuhnya bakal terbanting hingga setengah mati.

Setelah mempunyai kesempatan untuk melanjutkan hidup pemuda itu segera berusaha mati2an untuk mempertahankan hidupnya, tanduk naga yang berada didalam genggamannya ditusukan berulang kali diatas permukaan lumut hijau itu, setelah ditusukan berulang kali maka daya luncur badanpun jauh makin berkurang,

"Pluuung" tubuhnya ternyata tercebur kedalam sebuah kolam yang penuh dengan mahkluk-mahkluk bulatan yang lunak dan mengembung bagaikan bola.

Ketika ia muncul kembali diatas permukaan air mulutnya penuh dengan mahluk gelembung bulat itu bahkan dengan cepatnya meluncur masuk kedalam perut dan terasa bau amis yang memualkan.

Ternyata pemuda itu berada ditengah sebuah kolam kecil, diatas kolam terapung ber-ribu2 ekor mahkluk bulat yang berwarna merah bagaikan buah kelengkeng bentuknya mirip sekali dengan telur ikan dan baunya amis memualkan.

Dengan susah payah Lam-kong Pak merangkak keluar dari kolam itu ia merasa tubuhnya sama sekali tak cedera, hanya saja telur2 ikan yang terlanjur masuk kedalam perutnya terasa asin sekali.

Setelah memeriksa keadaan disekitar tempat itu. diam2 pemuda itu makin keheranan dibuatnya, ternyata ditepi kolam kecil itu terdapat sebuah kolam yang amat besar, luasnya mencapai puluhan tombak dan dalamnya sukar diukur, hawa dingin yang menusuk tulang terhembus keluar dari kolam itu. ternyata sebab munculnya hawa dingin itulah yang membuat gua ditepi kawah itu terasa nyaman bukan main-

Tiba-tiba Lam-kong Pak menemukan sesuatu yang aneh, tampaklah dua ekor ikan leihi yang besar dan berwarni keemas-emasan sedang berhenti diantara kolam besar dan kolam kecil, berpuluh-puluh butir telur ikan berhamburan dari anus mereka dan mengalir kedalam kolam kecil,

Sekarang Lam-kong Pak baru tahu bahwa mahkluk bulat yang berada dalam kolam kecil itu ternyata adalah telur- telur ikan leihi besar, belum pernah ia lihat tiga jalur garis merah diatas punggungnya.

Keanehan bukan terbatas sampai disitu saja. ditepi kolam besar dan kolam kecil masing-masing terdapat sebidang hutan batu yang rucing2 dan menjulang keatas bagaikan sebuah tiang dengan lebar satu depa sebab luas hutan batu runcing itu mencapai lima enam tombak lebih. Di-

tengah2 hutan batu duduklah tiga orang kakek tua yang bertubuh telanjang, masing2 duduk berbentuk segi tiga ditengah kerumunan batu runcing tersebut, paras muka mereka merah padam. sepasang mata terpejam dan tubuhnya berwarna kuning.

Kalau ditinjau dari paras muka mereka yang merah segar jelas ketiga orang itu masih hidup, tapi kalau ditinjau dari badannya yang sudah layu, kering dan berwarna kuning, jelas membuktikan kalau mereka sudah lama mati, karena pakaian yang mereka kenakan sudah hancur jadi abu dan tersebar disekeliling tempat mereka duduk. Lam-kong Pak mengamati ketiga orang itu lebih seksama lagi. mendadak dia menjerit kaget karena terkejutnya, ternyata secara lapat2 ia saksikan jantung mereka bertiga masih berdenyut dengan normal, itu menunjukkan kalau ketiga orang kakek tua itu masih hidup,

Tapi dengan jelas pantat ketiga orang itu sudah ditembusi batu runcing yang mungkin telah menembusi perutnya, mana mungkin mereka masih berada dalam keadaan hidup.

Dengan penuh ke-ragu2an Lam-kong Pak meneliti sekali lagi dengan lebih cermat. sedikitpun tak salah, jantung ketiga orang itu masih bergetar.

Suatu kejadian yang sangat aneh. Sambil memandang dua ekor ikan leihi besar dan telur2 ikannya, lalu memandang pula tiga orang kakek tua yang tak diketahui mati hidupnya sianak muda itu gelengkan kepalanya berulang kali.

Tiga orang itu duduk dengan posisi segitiga, masing2 mengeluarkan telapaknya yang ditempelkan satu sama lainnya. telapak yang berada dipaling bawah menghadapkan sang telapak keatas, sedang dua lainnya yang ada diatas menghadapkan telapak kearah bawah, apa artinya itu???

Tiba2 terdengar bunyi gemerisik bergema tidak jauh dari tempat itu, dengan hati terkesiap Lam-kong Pak berpikir dalam hati:

"Mungkinkah dalam goa kuno ini masih sembunyi mahkluk aneh lainnya??"

Dengan cekatan ia bersembunyi dibelakang sebuah batu besar kemudian melongok keluar, tampaklah seekor ular raksasa berwarna hitam pekat bergerak mendekat dengan cepatnya.

Ular itu berwarna hitam pekat dan sama sekali tidak terselip warna lainnya, binatang itu boleh dihitung terhitung seekor ular yang langka sekali dikolong langit, panjangnya tiga tombak dengan besar badannya seperti tong air, lidahnya menjulur kesana kemari dengan tampang yang bengis.

Meskipun Lam-kong Pak memiliki ilmu silat yang amat tinggi namun tak urung hatinya terasa bergidik juga menjumpai binatang yang menyeramkan itu, sebab bentuk ular aneh itu sangat mengerikan sekujur badannya berkilat panjang tubuhnya mencapai beberapa tombak dan dalam waktu singkat ia sudah tiba ditepi hutan batu itu.

"Jangan2 ular aneh itu hendak melahap ketiga sosok mayat tersebut??" pikir Lam-kong Pak dihati.

Tapi sesudah dipandang dengan cermat keadaan itu sama sekali tidak mirip. pada waktu itu ular aneh tadi sedang mengangkat kepalanya mengawasi ketiga orang kakek tersebut, sikapnya sama sekali tak bengis bahkan dari matanya malahan mengucurkan dua titik air mata.

Terperangahlah Lam-kong Pak menghadapi kejadian itu. pikirnya dihati:

"MungkinKah ular ini sudah berakal cerdik hingga mampu mengucurkan air mata? dari sini dapatlah kuduga bahwa ular ini kemungkinan besar dipelihara oleh ketiga kakek tua itu"

Dalam pada itu setelah mengamati sebentar ketiga orang kakek tua itu. ular aneh tersebut segera meluncur masuk kedalam telaga kecil, mulutnya dipentang lebar2 dan menghisap tiga butir telor ikan setelah itu ia meluncur kembali kearah hutan batu.

Tatkala tiba disisi hutan batu tadi, ular tadi nampaknya ragu2 sejenak akhirnya ia ambil keputusan dan melanjutkan gerakannya merambat kedalam hutan batu itu.

"Kreees... kreeess.. " perut ular itu tersayat oleh ujung2 batu runcing yang berserakan disekitar tempat itu hingga robek dan hancur, darah berceceran di-mana2.

Tapi ular itu sama sekali tidak berhenti merambat, ia tetap  bergerak  terus  mendekati  tiga  orang   kakek   tua itu. ”Krees kreeess” perut ular itu makin tersayat dan luka

akibat goresan pun semakin dalam.

Lam-kong Pak terbelalak menyaksikan adegan yang mengerikan itu, mulutnya melongo dan badannya menjublak. mungkinkah ular aneh itu berkorban demi majikannya??

Ketika tiba ditepi badan tiga orang kakek tua itu. kulit perutnya sudah tersayat hancur, darah mengalir di-mana2 menciptakan suatu pemandangan yang sangat memilukan hati.

Tampaklah ular itu angkat kepalanya dan mendekati kakek pertama. dengan lidahnya yang berwarna merah ia membuka mulut kakek itu kemudian muntahkan sebutir telur ikan kedalam mulut kakek itu.

Memandang sampai kesitu diam2 Lam-kong Pak menaruh rasa kagum dan hormat terhadap ular itu meskipun hanya seekor binatang tapi kerelaannya berkorban untuk mahkluk lain cukup mengharukan hati ia percaya diantara ratusan orang mungkin belum tentu bisa temukan orang seperti ular ini. Ambil contoh diri Suma Ing bukan saja ia tidak membalas budi orang tua bahkan setiap kali berusaha membunuh saudara sendiri dan menganiaya orang tuanya jika dibandingkan dengan ular ini boleh dibilang bagaikan langit dan bumi.

Setelah memasukkan telor2 ikan itu kedalam mulut tiga orang kakek tadi ular itu meluncur kembali ketepi telaga keadaannya sudah amat lemah dan rupanya hampir tak tahan.

Dengan susah payah ular itu merangkak masuk kedalam telaga begitu tercebur kedalam air ia pentangkan mulutnya melahap telur2 ikan itu dalam waktu singkat separuh diantaranya sudah masuk kedalam perutnya....

Lam-kong Pak gelengkan kepala berulang kali, pikirnya: "Aaai.. meskipun perjalanan yang kutempuh pada saat ini amat berbahaya dan penuh ancaman maut, tapi dapat melihat begitu banyak kejadian aneh, boleb dibilang perjalanan yang kutempuh kali ini bukanlah suatu perjalanan yang sia2. "

Setelah melahap telur2 ikan itu, kurang lebih setengah jam kemudian ular itu merambat keluar dari kolam itu, hampir saja Lam-kong Pak menjerit saking kagetnya, ternyata perut sang ular yang semula tersayat sampai hancur, kini sudah pulih kembali seperti sedia kala.

= =ooooocoo= =

LAM KONG PAK benar2 merasa terkejut bercampur keheranan, ditinjau dari sini dapat diketahui bahwa telur ikan itu merupakan benda mustika yang amat langka dikolong langit. sedangkan dua ekor ikan leihi besar itu pastilah benda mustika yang telah berusia seribu tahun lamanya,

Sambil mendongakkan kepala ular itu merambat keatas bukit dan sekejap mata kemudian telah lenyap dari pandangan.

Sementara Lam-kong Pak masih terkejut bercampur sangsi, mendadak tampak olehnya lambung ketiga orang kalek tua itu mulai bergerak naik turun tiada hentinya, jelas mereka sudah mulai bernapas.

Bukan begitu saja, kulit badan mereka yang telah mengering dan berwarna kuning pucat itupun mulai dialiri oleh darah sehingga mulai berwarna semu merah. Tiba2 terdengar salah seorang kakek tua itu menghembuskan napas panjang dan mengeluh: "Aaai... tiga tahun kembali sudah lewat"

"Kalau dihitung dengan jari. kita sudah melewati sepuluh kali tiga tahun" sambung dua orang kakek tua lainnya.

Lam-kong Pak yang mendengar pembicaraan itu merasa amat terperanjat, "sepuluh tiga tahun? bukankah itu berarti tiga puluh tahun? ? benarkah ketiga orang kakek tua itu sudah tiga puluh tahun lamanya duduk disana? suatu berita yang sangit tak masuk diakaL.."

SALAH seorang diantara ketiga orang kakek tua itu membuka matanya lebar2 kemudian berseru dengan suara berat

"Apakah kalian mencium bau manusia asing ditempat ini??"

Dua orang kakek orang tua lainnya segera menghirup napas panjang2 kemudian menjawab: "Ehmmm ucapanmu sedikitpun tak salah bukan saja aku mencium bau manusia asing bahkan aku tahu dia adalah seorang pria yang masih muda belia"

Hampir saja Lam-kong Pak tak berani mempercayai telinga sendiri, seseorang dengan andalkan daya penciuman bukan saja dapat mengetahui kalau ditempat kegelapan bersembunyi seseorang bahkan mereka bisa membedakan seorang pria atau wanita. Kakek tua yang pertama kali buka suara itu segera bukaa suara lagi. "Bocah muda kenapa masih belum juga munculkan diri??"

Sambil keraskan kepala terpaksa Lam-kong Pak munculkan diri dari tempat persembunyiannya, sambil membari hormat kepada tiga orang kakek itu, ujarnya :

"Aku yang muda memberi hormat untuk cianpwee bertiga, harap cianpwee bertiga merasa tidak terganggu oleh kehadiranku ditempat ini "^

Tiga orang kakek tua itu memandang sekejap kearahnya. paras muka mereka semua tunjukan perasaan kaget bercampur keheranan- salah satu diantaranya segera menegur: "Bocah muda apakah engkau turun dari mulut gua berapi itu?"

"Benar" sahut pemuda itu sambil mengangguk.

"Dengan membawa maksud tujuan apakah engkau turun kemari?"

"Aku yang muda sedang menderita luka dalam yang parah. maksudku hendak menyembuhkan luka dalam lembah terpencil diluar goa ini, tapi kemudian kutemukan gua ini. karena rasa ingin tahu dan ingin kulihat macam apakah bentuk diri gua berapi ini. maka aku segera berangkat kemari, siapa tahu badanku dipanggang oleh api yang dahsyat sehingga tak kuat menahan diri. badanku terjerumus kebawah dan hampir saja tercebur kedalam kobaran api dahsyat itu, untung meskipun menghadapi bahaya aku tidak sampai gugup, segera kumiringkan tubuh hingga akhirnya tercebur kedalam gua ini." Kakek tua itu segera berpaling kearah dua orang rekan lainnya. kemudian bertanya, "Menurut perkiraan kalian berdua. apakah dia bohong atau tidak??"

"Aku rasa ia tidak bohong, tapi bocah muda ini berwatak tinggi hati dan sombong sekali, sudah jelas dia bukan termasuk manusia segolongan dengan kita"

"Lalu apa yang hendak kalian berdua lakukan untuk menyelisaikan masalah bocah muda?"

"Tancapkan saja badannya datas tiang batu ini, dan temani kita untuk duduk selama beberapa tahun disini"

Mendengar perkataan itu, diam2 Lam-kong Pak mendengus dingin, hatinya panas dan sangat mendongkol.

Rupanya salah seorang diantara tiga orang kakek tua itu dapat menebak perasaan hatnya, ia segera menegur:

"Hmm rupanya engkau masih tak rela hati yaa?"

"Tidak rela juga tak bisa, bagaimanapun juga Loo-hek toh bisa menundukkan dirinya" sambung dua orang kakek tua lainnya.

Sekali lagi Lam-kong Pak merasakan hatinya bergetar keras, ia mengerti bahwa Loo-hek yang dimaksud mereka pastilah ular yang sangat besar hitam itu, timbullah perasaan tak senang dalam hati sianak muda itu terhadap apa yang dikatakan tiga orang Kakek tua itu barusan, serunya dengan suara dalam

"Dengan andalkan apa cianpwee bertiga hendak menghukum aku yang muda??" "Engkau berani masuk istana Tee-sim-piat-hu kami tanpa ijin, berani curi makan telur ikan leihi bergaris merah yang kami pelihara. dan sekarang telah menyaksikan penderitaan kami yang tak terkirakan ini, tentu saja engkau tak boleh dilepaskan dengan begitu saja"

"Aku toh tidak sengaja terjatuh kedalam goa ini?" teriak Lam-kong Pak dengan suara keras. "sedangkan soal makan beberapa butir telur ikan itu . .Huuh terus terang saja kukatakan, sampai sekarangpun perutku masih mual dan ingin muntah aku sama sekali tiada minat untuk mencari keuntungan tersebut"

"Tahukah engkau betapa berharganya telur2 ikan leihi bergaris merah itu??"

"Aku yang muda tak tahu, apakah engkau bersedia untuk memberi penjelasan??"

"Kedua ekor ikan leihi bergaris merah ini merupakan binatang mustika yang tertinggal dari jaman Toa Gi menanggulangi banjir tempo dulu. sewaktu Toa Gi sedang menangani masalah banjir disebelah selatan kerisenan denan Lok-yang, ia temukan beribu2 ekor ikan leihi sedang berusaha meloncati dinding karang ditebing Beng-bun-san, namun kebanyakan diantaranya tak mampu melompati rintangan batu karang itu kecuali dua ekor ikan leihi bergaris merah ini saja yang berhasil mencapai puncak bukit yang tinggi itu, seorang panglima perang anak buah Toa Gi yang bernama ciang Siu merasa bahwa dua ekor ikan leihi ini sangat berlainan dengan ikan lainnya, seCara diam2 ia Curi ikan tersebut dan dipeliharanya dalam telaga ini. karena itulah bukit Beng-bun-san kini dirubah menjadi bukit liong-bun-san coba bayangkan saja. kedua ekor ikan leihi ini sudah berumur beberapa ribu tahun, telur yang dihasilkan olehnya pasti mempunyai kasiat yang luar biasa, asal makan satu butir saja maka tenaga dalamnya akan memperoleh kemajuan bagaikan beriatih selama dua puluh tahun lamanya."

Mendengar keterangan tersebut, Lam-kong Pak merasa sangat terperanjat, lalu berseru:

"Aku yang muda sama sekali tiada maksud untuk curi makan benda mustika itu. harap cianpwee bertiga suka memberi maaf atas perbuatan ini."

"Engkau anak murid siapa??" tanya salah seorang kakek tua diantaranya.

"Aku yang muda adalah murid dari siau-yau sianseng Lu It Beng."

Tiga orang kakek tua itu saling berpandangan sekejap lalu gelengkaa kepalanya berulang kali.

"Belum pernah kami dengar nama besar orang ini" katanya hampir berbareng, "mungkin hanya seorang manusia yang tak dikenal dari dunia persilatan."

Lam-kong Pak merasa amat tak senang hati mendengar perkataan itu, dengan suara dalam ia segera berseru:

"cianpwee bertiga, apakah kalian tak merasa bahwa ucapan kalian itu kelewat sombong dan tekebur?" .

Kakek tua itu mendesis lirih, ia tidak menggubris pertanyaan pemuda itu, sebaliknya malah balik bertanya:

"Hey bocah muda. siapa yang telah melukai dirimu?" "Kakek ombak menggulung"

Begitu mendengar nama itu, tiga orang kakek tua itu sama2 merasakan hatinya bergetar keras, seru mereta hampir berbareng: "sekarang orang itu ada dimana??"

Lam-kong Pak segera menceritakan semua pengalamannya dari awal hingga akhir, setelah mendengar kisah tersebut tiga orang kakek tua tersebut saling berpandangan tanpa mengucapkan sepatah katapun, tiba2 mereka mencelat keatas dan tertawa ter-bahak2 begitu keras dan panjang tertawanya hingga air matapun ikut bercucuran. Salah satu kakek tua itu berseru:

"Hey bocah muda. pernahkah engkau bertemu dengan bintang yang bertaburan diangkasa Liok Hoa Seng?"

"Aku hanya pernah mendengar nama orang itu tapi belum pernah berjumpa muka, entah ada urusan apa cianpwee mengungkap tentang orang itu?"

"Ingat" seru kakek tua itu dengan wajah ber-sungguh2, "Sebelum payung sengkala terjatuh ketangan Bintang yang bertaburan diangkasa Liok Hoa Seng, engkau harus berusaha untuk memperolehnya lebih dahulu sebab kalau tidak maka akibatnya sukar dilukiskan dengan kata2. "

"Bolehkah aku tahu siapa nama besar cianpwee bertiga?? dan apa pula hubungan antara Bintang yang bertaburan diangkasa dengan cianpwee sekalian??"

Sekali lagi ketiga orang kakek tua itu menengadah dan tertawa ter-bahak2, suaranya begitu menyeramkan sehingga tidak mirip suara tertawa lagi, melainkan lebih mendekati suara jeritan tangis yang memilukan. . . .

"Engkau tak usah tahu apa hubungan kami, ayoh cepat kemari dan ambillah benda ini"

Tiga orang kakek tua itu kendorkan tangannya dan pada tangan yang paling bawah tersembullah sebuah bola kecil yang putih bersih bagaikan kumala dan menggumpal bagaikan kabut. bentuknya indah dan menawan hati.

"Benda apakah itu??" tanya Lam-kong pak keheranan, "sebelum aku mengetahui jelas nama serta asal usul dari cianpwee bertiga. aku tak sudi menerima pemberian atau hadiah dari orang lain, aku harap kalian bersedia untuk memakluminya."

"Haahh-haahh-haahh.." tiga orang kakek tua itu saling berpandangan lalu tertawa tergelak.

Salah seorang diantaranya segera berkata dengan lantang:

"Rupanya kami bertiga memang sudah ditakdirkan untuk menerima penderitaan dan siksaan seperti ini. Andaikata engkau bocah muda datang pada puluhan tahun berselang, tak mungkin kami akan merasakan siksaan serta penderitaan yang tiada dikolong langit"

"Huuh. . . perkataan itu sama saja dengan perkataan yang tak ada gunanya." seru kakek yang lain, "Bocah muda ini baru berusia dua puluh tahunan, ketika kita menemui bencana dan mulai menderita mungkin dia masih belum dilahirkan oleh ibunya tapi untunglah persoalan yang sudah terlambat masih sempat ditolong. sekarangpun rasanya belum terlalu terlambat"

Dari pembicaraan antara ketiga orang kakek tua itu, secara lapat2 Lam-kong Pak dapat menangkap bahwa dimasa silam ketiga orang itu pernah mendapat celaka dan dikurung orang dalam perut bumi. bahkan tubuh mereka ditancapkan keatas batu runcing. meski dapat hidup selama tiga puluh tahun lamanya tanpa mati, boleh dibilang kejadian ini merupakan suatu peristiwa yang sangat aneh.

Tetapi setelah mengamati paras muka ketiga orang itu yang rata- rata berwajah bengis dan menyeramkan, secara diam-diam timbul perasaan waspada dalam hati kecilnya, ia tak sudi menerima pemberian ataupun hadiah dari mereka dengan begitu saja. Sementara itu terdengar salah seorang diantara tiga kakek tua itu berkata: "Bagaimana pendapat kalian berdua?" "Selama hidup kita bertiga tak pernah buat kebajikan barang sepotongpun, mungkin inilah hukum karma yang harus dijalankan, tetapi selama dua orang durjana itu belum disingkirkan dari muka bumi terus terang saja saya merasa tak puas, lebih baik semua diputuskan oleh Toa-suheng sendiri"

Kakek tua itu anggukkan kepalanya.

"Benar, selamanya kita memang tak boleh membiarkan dia ber-foya2 dan bersenang-senang sendiri, dengan dasar tenaga dalam yang dimiliki bocah ini rasanya tak menjadi persoalan untuk menyelesaikan masalah yang sedang kita hadapi"

Mendengar perkataan itu diam2 Lam-kong Pak mendengus dingin pikirnya dihati.

"Enak benar kalau bicara, namapun kalian segan untuk memberitahukan kepadaku, dan aku belum tahu apakah kalian berasal dari kaum lurus atau kaum sesat. dianggapnya aku bersedia kalian pergunakan dengan begitu saja?"

Sementara itu dengan suara yang berat dan dalam kakek tua itu berkata lagi. "Bocah muda apakah engkau masih ingin keluar dari sini dalam keadaan hidup?"

"Sebelum bibit bencana dalam dunia persilatan belum dilenyapkan, aku tak mau mati dengan begitu saja, selama masih ada harapan untuk melanjutkan hidup, aku pasti akan menggunakan dengan se-baik2nya.."

"Baiklah kami akan berusaha untuk mengantar engkau keluar dari tempat ini, pejamkanlah matamu dan terlaklah "Matahari, Rembulan, Bintang sebanyak tiga kali, akan kami lihat sampai dimanakah kelihayan tenaga dalam yang berhasil kau miliki?" Lam-kong Pak terperangah mendengar ucapan itu, dia segera bertanya:

"Apa sih yang diartikan Matahari. Rembulan- Bintang?? Kenapa aku harus menyebutkan Matahari. Rembulan, Bintang?? Apakah tak boleh meneriakkan yang lain saja? aku harus mencari tahu lebih dahulu tentang persoalan ini?"

"Baik terserah apa yang hendak kau teriakan- cuma saja kalau kau meneriakkan Matahari. Rembulan dan Bintang. karena nada suara yang berbeda yakni kata Matahari suaranya merendah kata Rembulan bernada datar sedang kata Bintang bernada tinggi. maka dari perbedaan irama tersebut dapatlah kuketahui tingkatan tenaga dalam yang kau miliki, berdasarkan perbedaan itupula kami bisa ambil keputusan untuk menggunakan cara yang bagaimana untuk menghantar engkau keluar dari gua ini..."

Lam-kong Pak merasa setengah percaya setengah tidak. ia tak dapat menebak apa maksud yang sebenarnya dari ketiga orang kakek itu yang menyuruh dia menerikkan kata2 Matahari, Rembulan dan Bintang.

"Apa salahnya kalau aku teriakkan kata2 Matahari, rembulan dan bintang?" pikir pemuda itu kemudian didalam hati.

Sekalipun begitu dalam hati kecilnya sianak muda itu masih tetap menaruh curiga. kenapa dia harus pejamkan matanya mungkinkah ketiga orang kakek tua ini akan melancarkan sergapan kearahnya dikala ia sedang pejamkan mata?

Sesudah selang beberapa saat lamanya pemuda itupun bertanya dengan suara dalam: "Bagaimana kalau aku tak usah pejamkan mata?" "Tentu saja boleh cuma apabila engkau pejamkan mata maka sorot mata yang tak dapat melihat sesuatu akan membuat seluruh perhatianmu terpusatkan menjadi satu, jika konsentrasimu baik maka tenaga dalampun bisa kau kendalikan dengan baik. tapi... Andaikata engkau menaruh curiga kepada kami dan takut disergap kami, tidak usah pejam matapun tak apa, karena kami tak ingin membuat hatimu menjadi gelisah dan merasa tak tenang hati"

"Baik" terlak Lam-kong Pak dengan suara keras, "Aku akan pejamkan mata."

la segera pejamkan mata dia berteriak "Matahari. Rembulan- Bintang, sebanyak tiga kali, baru saja teriakan yang ketiga diutarakan keluar tiba-tiba pemuda itu merasakan meluncur datangnya segulung desiran angin tajam yang langsung menerjang kearah tubuhnya,

Ia merasa amat terperanjat dan buru2 berkelit satu langkah kesamping matanya dibentangkan lebar2

Tapi sayang tindakan itu terlambat selangkah segumpal bulatan telur yang dingin dan licin tahu2 sudah masuk kedalam mulutnya menggelinding masuk kedalam perut. Dari terkejut pemuda itu jadi amat gusar segera terlaknya keras2:

"Menyergap orang dengan cara yang rendah dan terkutuk dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa engkau adalah seorang manusia yang benar2 tak tahu malu."

Tiga orang kakek itu tertawa ter-bahak.

"Haaahhh.-.haaahh...haahah...." sekarang engkau boleh berlalu dari sini"

"Benda apakah yang barusan kau lemparkan kedalam mulutku itu?" tanya Lam-kong Pak dengan suara dalam. "Benda itu merupakan obat racun yang paling keji dikolong langit, meskipun obat itu sangat beracun namun mendatangkan pula satu manfaat yang besar bagimu, kalau engkau ingin mati maka setiap saat setiap detik dapat mati, seandainya engkau ingin membinasakan seorang jago persilatan yang amat lihay dan pernah menggetarkan seluruh kolong langit maka setiap saat engkaupun dapat melakukannya semua perbuatan hanya tergantung pada lintasan ingatanmu yang pertama mau percaya atau tidak terserah pada dirimu sendiri lain kali engkau akan mengetahui dengan sendirinya."

Makin mendengar Lam-kong Pak makin kebingungan dan tak habis mengerti dengan suara keras ia segera berterlak:

"sebetulnya benda apakah yang telah kalian berikan kepadaku tadi??"

"Tok-si-lip"

Sekali lagi Lam-kong Pak terperangah dibuatnya belum pernah ia dengar benda yang disebut racun Tok-si-lip tersebut, dia hanya tahu diantara kalangan kaum buddha yang hidup sederhana dan tak pernah mencampuri urusan orang lain setelah melakukan pertapaannya selama beberapa waktu mereka akan mendapatkan Si-lip-cu makin tinggi imamnya semakin banyak Si-lip-cu yang dimiliki.

Perlu diketahui si-lip-cu dalam bahasa Hindunya bernama Sarira atau sisa tulang dari Buddha.

"Belum pernah aku dengar kalau Si-lip-cu mengandung racun" ujar Lam-kong pak kemudian-

"Itulah yang dikatakan olehku sebagai benda yang paling aneh dan paling beracun, pokoknya berhasil atau gagalnya tergantung pada kemauan hatimu sendiri lain kali engkau akan menjadi paham dengan sendirinya, sekarang keluarlah dahulu dari tempat ini seandainya dikemudian hari engkau akan datang kemari maka teriaklah Matahari, rembulan dan bintang sebanyak tiga kali dimuka gua berapi itu, Loo-heK. akan datang menjemput dirimu."

Tercekat hati Lam-kong Pak mendengarkan perkataan itu. pikirnya:

"Loo-hek yang dimaksudkan tentulah ular hitam yang sangat basar itu, dia yang akan menyambut kedatanganku?? masa ia tak takut dengan api. ??"

sementara itu kakek tua tersebut telah bersiul nyaring diiringi suara desisan yang nyaring entah dari mana datangnya tahu2 ular raksasa berwarna hitam itu sudah munculkan diri dihadapan mereka semua sambil memandang kearah tiga orang kakek tua itu, ular tersebut berdiri tak berkutik se-akan2 menantikan perintah.

Kakek tua kembali memperdengarkan beberapa nada siulan yang sederhana, ular raksasa berwarna hitam itu segera merambat kemulut gua dan melingkarkan tubuhnya diatas permukaan tanah, sementara badan dan kepalanya meluncur keatas hingga mencapai ketinggian lima enam depa lebih dari atas permukaan tanah.

"Pergilah" kata kakek tua itu, "Loo-hek akan mengantar engkau keluar dari gua ini asal engkau bisa loncat naik atas kepala loo-hek itu sudah lebih dari cukup,"

Sekali lagi Lam-kong Pak merasa amat terperanjat, "andaikata mahkluk besar itu sampai menunjukan sifat biasanya bukankah dia akan dicaplok kedalam mulutnya??" berpikir akan ancaman bahaya tersebut untuk beberapa saat lamanya sianak muda itu jadi ragu2. Tiba2 terdengar kakek tua itu berseru, "Karena hatimu baik, watakmu mulia dan sikappun ksatria, maka kubebankan tugas yang besar ini keatas pundakmu. sungguh tak nyana engkau adalah seorang manusia bernyali kecil, kalau begini macam watakmu mana bisa menyelesaikan urusan besar, sekarang aku malahan merasa agak menyesal"

Satu ingatan berkelebat dalam benak Lam-kong Pak. dia segera berkata^

"cianpwee bertiga. tolong tanya benda yang aku telan tadi apakah benda yang berada dalam genggaman kalian bertiga? apakah kalian ada maksud untuk menyempurnakan diriku?"

"Tak usah banyak bertanya, lain kali engkau akan mengetahui dengan sendirinya"

Lam-kong Pak memberi hormat kepada tiga orang kakek tua itu kemudian dengan cepat loncat naik keatas kepala ular raksasa warna hitam itu. meskipun dia bukan seorang pemuda yang bernyali kecil, tetapi sekali berhadapan dengan mahkluk raksasa yang berwajah bengis serta menyeramkan itu, terutama sekali badannya yang licin dan berminyak. tak urung perasaan hatinya merasa agak ketir juga .

Baru saja kakinya menginjak diatas kepala ular tersebut, mendadak ular raksasa berwarna hitam itu mendongakkan kepalanya ke atas dan membuat badannya terpental ketengah udara. begitu keras dan dahsyatnya tenaga pentalan tersebut membuat badannya bagaikan anak panah yang terlepas dari busurnya segera meluncur ke tengah udara melayang keluar dari gua tersebut.

Tubuhnya seketika merasa amat panas sekali dan tahu2 tubuhnya sudah keluar dari goa gelap itu, melayang diatas gua berapi dan meluncur ketempat luar. Buru2 pemuda itu tarik napas panjang2 dengan gerakan turun burung walet terbang diangkasa ia segera melayang turun keatas permukaan tanah.

Setelah selamat keluar dari gua tersebut, pemuda itu menghembuskan napas panjang2, sekali lagi ia menengok kearah tulisan yang terukir diatas dinding gua tersebut:

".....dikolong langit dewasa ini, hanya Bintang yang bertaburan diangkasa Liok Hoa seng seorang yang dapat memasuki istana Tee-sim-piat-hu..."

satu ingatan berkelebat dalam benak Lam-kong pak. apa maksud ketiga orang kakek tua itu meninggalkan tulisan yang bernada demikian? andaikata Liok Hoa Seng bintang bertaburan diangkasa benar2 bisa memasuki istana Tee-sim- piat-hu, kenapa tiga orang kakek tua itu menulisnya diatas dinding? apakah mereka sengaja meninggalkan tulisan tersebut untuk memancing kedatangan bintang yang bertaburan diangkasa Liok Hoa Seng sehingga memasuki istana Tee-sim-piat-hu? andaikata dugaannya ini tidak keliru, itu berarti ketiga orang kakek tua itu pasti mempunyai ikatan dendam atau sakit dengan Bintang yang bertaburan diangkasa Liok Hoa Seng.

Disamping itu kakek tua tersebut pernah mengatakan kalau dia ingin mati maka kematian akan tiba mengikuti ingatan yang berkelebat dalam benaknya, sebaliknya kalau ingin membinasakan seorang jago lihay yang tak terkirakan kedahsyatan ilmu silat maka perbuatan itupun bisa dilakukan mengikuti berkelebatnya ingatan tersebut. tentang soal ini Lam-kong Pak hingga kali ini masih juga belum paham. Sesudah keluar dari gua, pemuda itu berpikir dalam hatinya.

Sebenarnya tujuanku datang kemari adalah untuk menyembuhkan luka dalam yang sedang kuderita tapi setelah mengalami penemuan aneh ini rasanya luka dalam yang kuderita telah sembuh dengan sendirinya, kemungkinan itulah berkat kasiat dari telur ikan leihi bergaris merah yang tak sengaja kumakan.

Sekarang pemuda itu tidak memikirkan untuk berlatih ilmu bayi Kim-kong lagi, dia harus segera pergi mencari Jejak ibunya dan sekalian manusia tembaga, sebab apabila payung sengkala dibiarkan derada dalam cekalan Kakek ombak menggulung maka keadaan tersebut selamanya akan merupakan ancaman bahaya bagi keselamatan seluruh umat persilatan dikolong langit.

Sesudah keluar dari lembah terpencil, untuk beberapa saat lamanya Lam-kong Pak merasa bingung dan tak tahu kemana ia harus pergi, sebab Sun Han Siang sekalian tak mempunyai tempat tinggal yang tetap.

sementara dia masih bingung, tiba2 teringat kembali olehnya akan diri Ketua perkumpulan bulu hijau, sekarang ia sudah menaruh kesan yang sangat baik terhadap ketua perkumpulan bulu hijau itu, dalam perkiraannya kemungkinan besar Ketua perkumpulan bulu hijau bukan lain adalah suami dari cu Hong Hong atau yang lebih dikenal sebagai Sian yan Peng.

Dalam keadaan tiada arah tujuan, akhirnya pemuda itu membeli seperangkat pakaian dari rumah pemburu yang berada disekitar itu, kemudian berputar mengelilingi bukit itu selama beberapa hari setelah itu dia baru berangkat menuju kemarkas besar perkumpulan bulu hijau.

Pada hari ketiga. tibalah Lam-kong Pak disuatu lembah bukit yang amat gersang dan terpencil letaknya, dia percaya sebelum kali ini belum pernah ia kunjungi lembah tersebut, pikirnya didalam hati. "Baiklah, blar kuputar disekeliling tempat ini sambil mencari jejak mereka, kalau disini pun tak ada yang kutemukan, barulah aku berangkat kemarkas besar perkumpulan bulu hijau"

Tiba2 ia temukan sesesok bayangan manusia sedang berjalan ditempat kejauhan dengan langkah sempoyongan, dari keadaan tubuh orang itu kemungkinan sekali ia telah menderita luka dalam yang sangat parah dan belum sembuh dari lukanya itu, dengan membawa botol hioloo batu ditangan kanannya ia berjalan mendekati sebuah selokan kecil.

Lam-kong Pak merasa amat terperanjat sesudah mengetahui siapa orang yang dijumpainya itu ternyata dia bukan lain adalah Suma Ing

"Mau apa dia membawa hioloo batu besar itu bukankah ia telah dibawa lari oleh tiga orang manusia tembaga?" ingatan tersebut dengan cepat berkelebat dalam benaknya. setelah termenung sebentar Lam-kong Pak berpikir lebih jauh:

"Dua orang diantara tiga orang manusia tembaga itu sudah pasti adalah ayahku dan suhuku, orang ketiga pun bukan orang luar kalau mereka dibiarkan berada bersama- sama Suma Ing itu ibaratnya membawa harimau kesarang domba setiap saat jiwa mereka pasti akan terancam bahaya..."^

= =ooooooooooo= =

SEMENTARA itu Suma Ing telah penuhi hioloo tersebut dengan air selokan kemudian membawanya pergi dari situ berhubung dia hanya mempunyai sebuah lengan saja ditambah pula luka dalamnya belum sembuh maka perjalanan tersebut dilakukan dengan susah payah dan penuh penderitaan-

Diam2 Lam-kong Pak menguntil dibelakang tubuhnya, setelah melalui jalan kecil bagaikan usus kambing mereka langsung menembusi dasar lembah dan tak lama kemudian berhenti didepan sebuah gua batu.

Tampaklah Suma Ing sambil membawa hioloo yang penuh berisi air itu berjalan masuk kedalam gua. Beberapa saat kemudian terdengar serentetan suara pembicaraan berkumandang datang.

"Ayah minumlah sedikit air ini agar badanmu terasa lebih segar"

Lam-kong Pak merasa sangat terperanjat, dia kenali suara tersebut sebagai suara dari Suma Ing. siapakah yang disebut manusia jahanam tersebut sebagai ayahnya? mungkinkah salah seorang diantara tiga manusia tembaga itu??

Dengan langkah yang sangat hati2 danper-lahan2 hingga tidak menimbulkan sedikit suarapun, pemuda itu mendekati gua batu tersebut dan mengintip dari celah2 gua batu tadi.

Tiga orang manusia berpakaian tembaga menggeletak dalam gua tersebut, pada waktu itu Suma Ing sedang meletakkan hioloo berisikan air segar itu dihadapan mereka dan berkata: "Ayah marilah.. biar kubimbing dirimu untuk bangun."

Salah seorang diantara tiga manusia tembaga itu bangkit dan duduk diatas tanah, kemudian menjawab:

"Anak Ing, aku tidak sia2 menyayangi dirimu hingga sekarang. kini engkau telah tinggalkan yang sesat dan kembali kejalan yang benar, meskipun ayah harus mati pada saat ini juga , aku dapat mati dengan hati yang lega." Lam-kong Pak yang mencuri dengar pembicaraan itu dari luar gua itu ikut merasa terharu sehingga matanya jadi merah dan tanpa didari olehnya air matanya jatuh berlinang.

"Aaaah... tak salah lagi, orang itu sudah pasti adalah ayahku Lam-kong Liu... tapi ...tapi kenapa dia menderita luka yang begitu parahnya sehingga badannya lemas dan sama sekali tak bertenaga ??"pikir pemuda Lam-kong dalam hatinya, Dalam pada itu Suma Ing telah berkata,

"Ayah, engkau orang tua telah memberi kesempatan bagi ananda untuk hidup baru bahkan dengan tak sayangnya mengorbankan seluruh tenaga dalam yang kau miliki untuk menyembuhkan luka yang ananda derita sesekalipun ananda mempunyai hati yang keras bagaikan baja tak nanti aku berani berbuat sembarangan lagi sehingga membuat engkau jadi bersedih hati "

Diam2 Lam-kong Pak menghela nafas panjang, kembali ia berpikir dalam hati:

"oooh .. rupanya ayah telah mengobatinya sehingga ayah sendiri jadi lemah tak bertenaga sama sekali.... aaai rasa sayang pada anak memang tidak bisa terlepas dari hati setiap orang.. tapi.. kenapa dua orang manusia tembaga lainnya masih tetap berbaring diatas tanah dan sama sekali tidak berkutik barang sedikitpun juga ?"

Terdengar Lam-kong Liu berkata dengan suara lembut: "Ing-jie, engkau jangan berterima kasih kepadaku belaka,

dalam kenyataan orang yang telah bantu menyembuhkan lukamu kali ini masih ada empak Lu dan empek oei"

Lam-kong Pak dengar curi pembicaraan itu. sekali lagi dibuat terperangah. empek Lu yang dimaksudkan tentulah gurunya Siau-yau Sianseng Lu It Beng, tapi siapakah empek oei? Mungkinkah dia adalah Awan Hitam pengejar Rembulan oei ci Hu??"

Sementara itu Suma Ing telah jatuhkan diri berlutut diatas tanah, sambil terisak dengan sedih ia berbisik.

"Karena urusan siau-tit membuat empek berdua ikut menderita dan jadi lemah seperti ini. peristiwa tersebut benar- benar membuat siau-tit merasa amat sedih dan menyesal. dosa dan kesalahan siau-tit benar-benar tak bisa ditebus dengan Cara apapun.."

Berbicara sampai disitu, ia menangis terisak dengan sedihnya membuat siapapun mendengar ikut beriba hati. se- akan2 ia benar2 bertobat dan menyesali segala perbuatannya yang keji dan tak kenal perikemanusiaan itu

Salah seorang manusia tembaga yang lain segera bangkit dan duduk pula diatas tanah, kemudian berkata:

"Suma Ing, kalau engkau betul2 bisa bertobat dan melepaskan yang sesat kembali kejalan yang benar, pengorbanan kami selama ini tidaklah terhitung seberapa, engkau tahu bahwa betapa gembiranya dan riangnya hati kami saat ini"

Diikuti manusia tembaga yang ketiga pun duduk dan menyambung lebih jauh:

"Bocah muda, janganiah engkau menyesal atau menyalahkan diri sendiri karena urusan yang sudah lewat. orang kuno pernah berkata: Lepaskanlah golok pembunuh. berpaling adalah tepian- Manusia bisa jadi jahat atau baik hanya tergantung pada pikiran tiap insan manusia sendiri, sementara orang menganggap engkau sudah tak bisa ditolong lagi. coba bayangkanlah bagaimana perasaan hati sang orang tua apabila mendengar perkataan seperti itu??" Suma Ing yang berlutut diatas tanah menangis ter-sedu2 dengan sedihnya, suaranya keras bagaikan jeritan kuntilanak membuat orang yang mendengar ikut beriba hati, sampai2 Lam-kong Pak yang bersembunyi diluar goa pun tanpa sadar melelehkan air mata.

Setelah menangis tersedu sedan beberapa saat lamanya, akhirnya Suma Ing bisa ditenangkan kembali atas nasehat dan hiburan ketiga orang manusia tembaga itu Terdengar pemuda she-Suma itu berkata:

"Disini masih ada sedikit rangsum kering, silakan cianpwee bertiga mendaharnya lebih dahulu"

Sambil berkata ia melepaskan sebuah kantong berisi rangsum kering dan segera diberikan kepada ketiga orang itu.

Tiba2 Lam-kong Liu gemetar keras dengan suara dalam ia menegur.

"Anak Ing aku masih ingat isi ransum kering mu tidak terlalu banyak. selama tiga hari ini berempat tiap hari makan tiga kali semestinya rangsum itu sudah habis dimakan apakah engkau sama sekali tidak makan??"

"Ananda... ananda telah makan-.." sahut Suma ing ter- bata2.

"omong kosong bukankah engkau sudah tiga hari belum makan? kau. . kau...mengapa kau merusak kesehatan tubuhmu sendiri kenapa...?"

Dengan sedih Suma Ing menjawab:

"Ketika ananda menyaksikan kesehatan badan cianpwee bertiga sangat lemah dan hawa murninya banyak yang rusak masa sebenarnya ananda ingin cari makanan lain dihutan sana tapi pertama karena tak berani tinggalkan tempat ini terlalu jauh dan meskipun ada niat namun tak punya tenaga maka... maka..."

"Maka selama tiga hari engkau tak makan?"

"Bee.,. bee... benar.. .aa... ananda cuma minum sedikit air bersih saja...harap ayah suka memaafkan-"

"Aah " tiga orang kakek tua itu sama2 menghela napas panjang, suara isak tangis segera berkumandang keluar dari balik gua itu.

Lam-kong Pak meraSakan tenggorokannya se-akan2 tersumbat oleh sesuatu. dadanya jadi sesak dan darah didalam tubuhnya bergolak keras sehingga hampir saja tak mampu menguasai diri, dia ingin berteriak. air mata keharuan mengucur keluar bagaikan hujan, tapi tak ingin munculkan diri pada saat itu sehiggga melenyapkan kehangatan dan kebahagian yang sedang mereka nikmati.

Betapa berbaktinya Suma Ing terhadap orang tuanya betapa hangat dan mesrahnya cinta kasih seorang ayah terhadap putranya, suasana penuh dengan kebungahan dan keindahan..

Lama sekali... dari dalam gua tiba2 terdengar Lu It Beng berkata: "Aku mempunyai suatu idee, entah pendapatku ini boleh diutarakan keluar atau tidak??"

Lam-kong Liu serta orang she oei itu segera menyahut: "Dalam keadaan dan suasana seperti ini, perkataan apa

lagi yang tak boleh kau utarakan keluar?"

"Bukankah sekarang anak Ing sudah bertobat dari segala dosa dan kesalahannya. dan telah berjanji akan hidup kembali sebagai seorang manusia baru? sementara luka dalam yang kita derita tak mungkin bisa disembuhkan dalam tiga lima hari mendatang, aku lihat bagaimana kalau kita beritahukan rahasia kepada anak Ing. dan suruh dia yang mengambil benda mustika itu untuk digunakan menghadapi Bintang yang bertaburan diangkasa Liok Hoa Seng serta Kakek ombak menggulung??"

Lam-kong Liu tidak menjawab. karena ia menganggap persoalan itu harus dipertimbangkan lagi dengan lebih teliti, bukannya tidak percaya terhadap putra sendiri. melainkan persoalan ini luar biasa sekali. apabila sampai salah bertindak maka akan mengakibatkan musnahnya dunia persilatan dari muka bumi.

Terdengar orang tembaga itu she oei menanggapi:

"Aku oei ci Hu sangat setuju dengan usulmu itu, Hey Lam-kong Liu. masa engkau masih tidak percaya dengan putramu sendiri? "

"Bukannya aku tidak percaya dengan anak Ing tapi persoalan ini menyangkut nasib dari seluruh umat  persilatan dikolong langit. urusan ini luar biasa sekali, apa lagi anak Ing belum sembuh dari lukanya dan kesehatan badannya belum pulih kembali seperti sedia kala. belum tentu ia sanggup memikul tanggung jawab seberat ini."

"Kalau toh urusan itu sangat penting dan mempengaruhi keadaan dunia persilatan, selama kesehatan badanku belum sembuh benar tak berani aku berangkat secara gerabah." ujar Suma Ing. "lebih baik cianpwee berdua tarik kembali perintah tersebut "

"Tidak apa yang kuputuskan sudah bulat dan pasti." tukas oei ci Hu. "asal Ing-ji mau melakukan pekerjaan ini secara ber-hati2 dan seksama aku rasa tidak mungkin akan timbul hal2 yang tak diinginkan. asal benda mustika itu berhasil didapatkan maka kendatipun bertemu dengan dua orang gembong iblis itu lagi. mengundurkan diri dari kepungan mereka rasanya bukanlah suatu persoalan yang menyulitkan"

Lam-kong Pak yang curi dengar pembicaraan itu jadi terperangah, ia segera membatin, "Lhoo kok muncul lagi benda mustika dunia persilatan? benda apakah yang sedang dibicarakan rupa2nya kok sangat berharga sekali?"

Sementara itu Lam-kong Liu masih tetap membungkam dalam seribu bahasa. terdengar Suma Ing dengan perasaan heran dan ingin tahu segera bertanya:

"Benda mustika dunia persilatan macam apakah yang sedang dibicarakan? apakah empek oei bersedia untuk memberi keterangan yang jauh lebih jelas lagi?"

"Benda mustika itu bukan lain adalah payung sengkala."jawab oei ci Hu dengan tegas.

Begitu perkataan itu diutarakan keluar bukan saja Lam- kong pak merasa amat terperangah bahkan Suma Ing sendiripun jadi ter-mangu2 karena keheranan setengah harian kemudian ia baru berkata dengan nada ter-bata2.

"Bukankah payung sengkala itu sudah ditangan kakek ombak menggulung?"^ oei ci Hu tertawa.

"Payung mustika yang berada ditangannya adalah payung palsu, payung sengkala yang aslinya masih belum muncul dari permukaan bumi justru karena aku sedang mencoba kekuatan tenaga dalam yang dimiliki beberapa orang gembong iblis itu maka hingga sekarang persoalan tersebut tidak sampai diutarakan keluar dan kini Bintang bertaburan diangkasa Liok Hoa Seng telah munculkan diri lagi dalam dunia persilatan, tiada jago silat lainnya yang bisa menandingi kelihayannya, sementara payung sengkala yang palsu bukan benda yang betul2 hebat, jikalau payung sengkala yang asli benar2 sampai terjatuh ketangan Bintang yang bertaburan diangkasa Liok Hoa Seng, maka dunia persilatan pasti akan tertimpa bencana besar."

"Jadi kalau begitu, payung sengkala yang berhasil didapatkan Naga pengasingan cu Hong Hong tempo dulu juga benda yang palsu??" tanya Suma Ing kemudian-

"Perkataanmu sedikitpun tidak salah, kalau ia tahu benda itu adalah payung yang palsu, buat apa dia harus mempertaruhkan jiwa raganya untuk berduel mati2an melawan orang karena hendak mempertahankan benda palsu belaka??"

"Kalau begitu ketua dari perkumpulan bulu hijau sudah pasti adalah suami dari cu Hong Hong, yakni Sian-yan Peng adanya?" seru Suma Ing lebih jauh.

oei ci Hu menghela napas panjang. "Aaai.. perkataanmu memang tepat, seharusnya dari dulu kalian sudah dapat menduga sampai kesitu "

Pada saat itulah paras muka Suma Ing yang jelek dan menyeramkan terjadi perubahan yang sangat hebat, apa arti dari perubahan tersebut?? tak seorangpun yang tahu tentu saja kecuali dia sendiri.

"oei-heng" terdengar Lam-kong Lui memperingatkan- "engkau harus bertindak dengan hati2 dalam menghadapi persoalan ini."

oei ci Hu tertawa. "Kalau engkau tak berani bertanggung jawab, biarlah aku yang menanggung segala resikonya." ia berseru keras, "aku sudah ambil keputusan untuk memberitahukan persoalan ini kepada anak ing, Aaaai....

kalau Lam-kong Pak bocah muda itupun berada disini mereka berdua kakak beradik yang pergi ambil bersama aku akan merasa lebih berlega hati lagi"

Mendengar perkataan itu, Lam-kong Pak segera berpikir: "Waaah... kalau begitu keadaannya, aku lebih2 tak boleh munculkan diri"

Sementara itu terdengar Suma ing berkata, "Empek. 0ei. ada satu persoalan yang belum siau-tit ketahui, boleh kah aku bertanya kepadamu???"

"Apa yang kau ingin tanyakan? coba katakanlah" "Apakah payung sengkala yang asli ini adalah milik

pribadimu??"

"Aai..mengenai persoalan ini ceritanya panjang sekali, semula benda mustika itu aku dapatkan pula dari orang lain- tapi ke tiga orang itu dimasa lampau tersohor sebagai malaikat2 bengis dari kalangan hitam dan sekarang sudah lama mati. karena itu mendapatkannya dari tangan mereka tidak termasuk suatu kejadian yang melanggar prikemanusiaan "

"Siapakah ketiga orang gembong iblis dari kalangan hitam itu?"

"Mereka adalah Mo-jiu-sam-seng Tiga bintang telapak iblis" Suma Ing terperangah.

"Mo-jiu Sam-seng? apa arti dari julukan tersebut?" "oooh.. julukan itu terdiri dari Jit-mo atau iblis matahari,

Gwat-mo atau iblis rembulan serta Seng- mo iblis bintang,

karena digabUngkan menjadi satu maka julukannya jadi tiga bintang telapak iblis.jago2 lihay si Bintang yang bertaburan diangkasa Liok Hoa Seng serta Kakek ombak menggulung yang begitu dahsyat dan mengerikan merupakan murid2 mereka, bisa kau bayangkan sampai dimanakah taraf kepandaian silat yang dimiliki ketiga orang itu" Lam-kong pak dengan curi pembicaraan itu merasakan hatinya amat terperanjat, tanpa terasa ia jadi teringat kembali dengan tiga orang kakek tua didalam istana bumi Tee-sim-piat-hu, merekapun pernah suruh dia meneriakkan "Matahari, Rembulan, Bintang" sebanyak tiga kali, bahkan dikemudian hari apabila ia datang kesitu lagi maka ketiga orang kakek itu memerintahkan kepadanya untuk meneriakkan kata2 "Matahari Rembulan dan Bintang "sebanyak tiga kali dimuka goa berapi, maka ular hitam itu akan menyambut kedatangannya.

Sekarang ia baru mengerti, rupanya tiga orang kakek tua yang pernah dijumpai dalam goa bumi Tee-sim-piat-hu tempo hari bukan lain adalah Mo-jiu-sam-seng tiga bintang telapak iblis, kalau begitu orang yang mencelakai mereka hingga tersiksa dan hidup menderita pastilah bukan lain adalah muridnya sendiri yakni bintang yang bertaburan diangkasa Liok Hoa Seng serta Kakek ombak menggulung.

Tak aneh kalau diatas permukaan batu tertulis dengan jelas tercantum nama dari Bintang yang bertaburan diangkasa Liok Hoa Seng rupanya ketiga orang gurunya ada maksud untuk pancing kedatangan orang itu ke-dalam istana bumi Tee-sim-piat-hu.

"Empek" kata Suma ing kemudian- "kalau toh Tiga Bintang telapak iblis adalah gurunya bintang yang bertaburan diangkasa. bagaimana caranya engkau bisa. ?".

oei ci Hu tersenyum.

"Pada waktu itu ilmu silat yang dimiliki masih seimbang dengan kepandaian dari mereka bertiga, mereka jadi lihay karena belakangan ini ilmu silatnya dilatih dengan tekun dan rajin. NamUn aku sudah pernah rasakan juga sampai dimanakah kelihayannya dari gabungan tenaga mereka bertiga karena merasa tak mampu menangkan maka secara diam2 payung sengkala itu kucuri dari tempat persembunyian mereka"

Diam2 Lam-kong Pak tertawa geli sesudah mendengar perkataan itu pikirnya:

"Sungguh tak kusangka oei loanpwee dapat menjadi pencuri barang orang lain, kalau begitu dia sudah pasti adalah kakek desa tersebut, tak aneh kalau jejaknya sangat misteri ibarat naga sakti yang kelihatan kepala tak nampak ekornya sebentar jadi kakek desa sebentar jadi manusia tembaga sebentar lagi jadi manUsia yang bermarga oei"

Terdengar Suma ing bertanya dengan suara lantang: "Empek oei sebenarnya payung sengkala disimpan dimana sih?"

Tanpa sadar secara lapat2 Lam-kong Pak mulai merasakan bahwa sikap dari Suma ing se-akan2 sedang merencanakan sesuatu tanpa sadar ia jadi gelisah dan Cemas sekali.

Tapi dalam keadaan seperti ini pemuda tersebut merasa tak leluasa baginya untuk munculkan diri. sebab kalau ia sampai berbuat demikian dalam suasana seperti itu, tiga orang locianpwee itu pasti akan menaruh perasaan kalau dia ada maksud untuk mengincar benda mustika tersebut dari tangan Suma ing.

sementara itu dengan sorot mata yang tajam oei ci Hu memperhatikan Suma ing beberapa saat lamanya, kemudian dengan suara berat ia menjawab:

"Benda itu disimpan didalam sebuah patung area dalam kuil Lu-siau-si yang ada di bukit Toa-pek san"

Air muka Suma ing seketika itu juga terjadi banyak perubahan yang luar biasa. apa artinya dari perubahan tersebut? pada saat itu hanya seorang yang mengerti jelas. orang itu bukan lain adalah Awan gelap mengejar rembulan oei ci Hu sendiri.

Bila berbicara tentang tingkatan maka kedukukan Awan gelap pengejar rembulan oei ci Hu masih satu tingkat lebih tinggi danpada Lam-kong Liu maupun Lu It Beng. tapi berhubung dia adalah sahabat karib dan Sian-yan Peng dimasa yaag silam, sedangkan Sian-yan Peng berasal dari satu tingkatan dengan Lam-kong Liu serta Lu It Beng, maka diri itu diantara mereka bergaul se-akan2 berasal dari satu tingkatan yang sama.

Apabila seseorang sedang memikirkan sesuatu maka apa yang dipikirkan olehnya pasti akan tertera didepan wajah, oei ci Hu sebagai orang jago kawakan yang sangat berpengalaman dapat merasakan akan hal itu, dan dihati kecilnya pun sudah mempunyai perhitungan sendiri.

"oei-heng. kau..." seru Lam-kong Liu dengan Cemas. "Lamkong-heng,  engkau  tak  usah  merasa  rendah  diri,

dunia  persilatan  pada  masa  kini  adalah  dunianya  kaum

muda seperti mereka, apalagi anak ing toh sudah bertobat kembali kejalan yang benar, aku rasa sama saja kalau tugas ini dibebankan kepadanya, kalau sampai sekarang engkau masih merasa tak tega hati bukankah tindakanmu itu sedikit agak keterlaluan? kecuali seorang manusia bejad yang akhlaknya betul2 sudah rusak hingga menyerupai seekor binatang, aku rasa tak mungkin bisa timbul ingatan sesat semacam itu lagi"

Begitu ucapan tersebut diutarakan keluar, paras muka Suma ing kembali terjadi perubahan hebat. tapi sesaat kemudian dengan suara sedih ia berkata:

"Nasehat dari empek 0ei ibaratnya bunyi lonceng dipagi bari buta, tapi ananda dapat memahami akan kekuatiran dari ayah sebab sikapnya itu betul dan masuk diakaL meskipun siau-tit tidak punya ingatan sesat namun tenaga dalamku masih belum pulih kembali dan tak sesuai untuk melaksanakan tugas seberat ini, lebih baik oei cianpwee tarik kembali perintahmu itu"

Oei ci Hu tertawa.

"Anak ing. engkau tak usah terlalu memandang rendah diri sendiri, untuk melaksanakan tugas ini aku rasa tenagamu sudah cukup menyelesaikannya, pergilah setelah berhasil mendapatkan benda mustika itu Cepatlah kembali kegua ini untuk saling berkumpul kembali. tak  usah mencari gara2 ditengah jalan sehingga membuat kami amat menguatirkan keselamatanmu"
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar