Jilid 28
"AKU AKAN SEGERA memberitahukan kepada pemimpin!"
Suara langkah kaki yang ramai bergema memecahkan keheningan kemudian tampak Leng Huan berlari masuk ke dalam kuil sambil berteriak nyaring:
"Pemimpin, komandan Li telah kembali... komandan Li telah kembaii...!"
Gadis itu tertawa hambar.
"Aku tahu, silahkan komandan Li untuk masuk kedalam!"
Para jago yang semula duduk didalam ruangan kuil serentak bangkit berdiri dan berdiri berjajaran ditepi ruangan, baru saja Leng Huan akan menyusul kedepan, Li Bun yang telah berjalan masuk dengan langkah lebar.
Sambil menjura serunya:
"Pemimpin hamba telah datang terlambat."
Gadis itu menggelengkan kepalanya berulang kali..." "Komandan Li, kalau cuma terlambat pulang sih tak
menjadi soal, yang kukuatirkan adalah bila mana urusannya menjadi berantakan Bagaimana? Bagaimana keadaannya?
Apakah menguntungkan bagi kita?"
"Pemimpin." ujar Li Bun yang dengan suara dalam, "kali ini hamba tak tega mempergunakan suatu penyiksa diri sebelum berhasil menangkap Kwan Hong, andaikata Leng Hongya benar benar mengajak hamba bertarung entah bagaimanakah akibat selanjutnya ?"
"Ooooh, konon kau telah mengorbankan nyawa dari ke dua belas orang toyu .."
Li Bun yang menghela napas sedih.
"Seandainya tidak mempergunakan cara ini bagai mana mungkin aku bisa memperoleh Kwan Hong? pemimpin, harap kau sudi menjatuhi hukuman atas kelalaian dari hamba ini, hamba bersedia menerima hukuman macam apa pun jua .."
Dengan gemas gadis itu mengepalkan sepasang tinjunya dan diulapkan di tengah udara, kemudian sambil mencorong sinar kebuasan, dia berseru dengan perasaan dendam:
"lnilah pelajaran berdarah... inilah pelajaran berdarah !" Suatu perubahan wajah yang menyeramkan, segera terlintas diatas wajah si nona yang dingin, sekujur tubuhnya gemetar keras, setelah merasakan gejolaknya perasaan berapa saat, pelan pelan dia baru menjadi tenang kembali.
Katanya dengan sedih:
"Dendam kesumat ini tak pernah akan Tin Cu hoa lupakan untuk selamanya, Komandan Li, kau jangan bersedih hati, sebelum terbitnya terang tentu akan mengalami kegelapan, setelah hujan badai akan terbitlah hari yang cerah, asal kita bersatu padu, semangatnya berkobar, sudah pasti kekuatan Jit gwat san akan berhasil kita runtuhkan, untung saja kita berhasil menyekap Kwan Hong, inilah suatu nilai yang diperoleh dari pengorbanan toyu semua"
"Benar" kata Li Bun yang dengan suara dalam, "komandan, segala pengharapan kita sekarang ku letakkan diatas bahumu
!"
Gadis itu manggut manggut.
"Kau pun mempunyai separuh tanggung jawab, aku Tin Cu hoa telah mempersembahkan jiwaku untuk Liu sah bun, asal aku masih hidup, sudah pasti akan kupikul tanggung jawab ini!"
"Oooh, pemimpin, kau terlalu agung . . ." seru Li Bun yang dengan perasaan terharu.
Tin Cu hoa tertawa sedih. "lni merupakan tugas dan kewajibanku, seseorang yang dilahirkan dia sudah menetapkan garis kehidupan sendiri, asal kau membawa tongkat keberanian yang akan menuntun mu untuk maju, segala persoalan pasti akan di selesaikan .. ." "Pemimpin!"
It Peng yang berambut uban bangkit berdiri, jenggotnya yang putih bergetar keras karena emosi, setitik rasa terharu melintas di atas wajahnya dan mengapal tinjunya keras-keras.
Kemudian sambil menghantam tanah keras-keras, dia berseru dengan suara dalam: "Atur altar dan gusur kemari Kwan Hong!"
"Baik" Tin Cu hoa mengiakan, "komandan Li, silahkan kau melakukan hal tersebut!"
Li Bun yang segera tersadar kembali dari penderitaannya, menyaksikan anggota Liu sah bun yang semuanya gagah perkasa dan setia sampai mati, saking terharunya hampir saja air mata bercucuran.
"Atur meja altar dan undang kehadiran para leluhur!" serunya dengan mata yang basah.
Buru buru Leng Huan dan tiga orang lelaki itu menggotong keluar sebuah meja serta tempat abu leluhur, lalu setelah memasang hio, mengikuti memasang dua batang lilin...
Dengan penuh rasa hormat Tin Cu hoa memasang sebatang hio. sementara para jago berdiri tenang ditempat semula dengan wajah serius, agaknya mereka merasakan hatinya sama sama berat.
"Bawa kemari Kwan Hong !" bentak Li Bun yang dengan suara lantang.
Dari luar ruangan berkumandang suara langkah manusia, Kwan Hong digusur oleh dua orang lelaki kekar telah berjalan masuk ke dalam ruangan, saat ini wajahnya pucat, kegagahannya dimasa lalu seolah olah sudah pudar.
"Bunuh dia, bunuh dia !"
Teriakan-teriakan gusar penuh emosi berkumandang dari mulut setiap orang, suaranya nyaring seperti suara guntur yang menggelegar diangkasa, sementara wajah mereka pun diliputi oleh perasaan gusar dan dendam yang tebal, sorot mata mereka pun memancarkan sinar berapi api, seakan akan hendak membakar Kwan Hong sampai lumer.
Raut wajah Kwan Hong amat kusut dan letih, menyaksikan kemarahan orang orang itu, rasa ngeri menghadapi kematian mendekati perasaannya, dia seolah olah menyaksikan dirinya mati secara mengenaskan.
Terbayang akan kematian, dia menjadi bergidik, dia menjadi kehilangan kegagahannya dihari hari biasa.
Dengan perasaan putus asa, lalu pikirnya:
"BiIa burung Hong sudah jatuh ke tanah, seekor ayampun tak bisa menandinginya, tampaknya aku memang lebih tak berharga dari pada seekor ayam !"
Sementara dia masih melamun, mendadak... "Kwan Hong
!"
Seruan nyaring bergema memecahkan keheningan. Kemudian tampak Tin Cu hoa dengan sorot mata dingin dan wajah penuh kesedihan bercampur marah berkata lantang.
"Kwan Hong, tahukah kau hari ini adalah hari apa ?"
Dengan perasaan takut Kwan Hong mendongakkan kepalanya, rasa takut menyelimuti wajahnya, tapi dia tak ingin memperlihatkan kelemahan tersebut, dengan angkuh dan nada sengit serunya:
"Hari apa ?"
"Masih ingatkah kau? pada hari ini, ayahmu telah menumpas segenap anak murid dari Liu sah bun. yaa, pada hari inilah sepanjang hidup aku tak pernah akan melupakan hal ini"
Suaranya seperti seorang sedang mengigau, suara yang lirih dan gemetar bagaikan suara sukma gentayangan dari neraka..
Kwan Hong merasakan sekujur tubuhnya gemetar keras, hampir saja dia dibikin mati ketakutan oleh ucapan tersebut, sebab di dalam pendengarannya suara tersebut tak mirip suara manusia, melainkan suara rintihan setan iblis dari neraka.
Kwan Hong gemetar keras dia pun seakan-akan terbayang kembali peristiwa berdarah yang di lakukan ayahnya dalam markas besar Liu sah bun.
Membayangkan darah yang berceceran, tiba-tiba saja timbul perasaan angkuh dan tinggi hati dalam hati kecilnya, sebab begitu banyak manusia tewas semua ditangan ayahnya. Akhirnya dia tertawa terbahak bahak dengan perasaan bangga, serunya lantang:
"Haa . . haa . . haaa . . ayahku adalah seorang gembong iblis, apa artinya cuma membunuh beberapa orang."
Paras muka Tin Cu hoa berubah hebat.
"Tidak terhitung. Tapi dendam ini haruslah di tuntut balas, Kwan Hong, tahukah kau apa yang hendak dilakukan oleh orang orang Liu lah bun kami terhadapmu ? Ketahuilah hal ini bukan sesuatu yang enak dirasakan."
Kwan Hong segera meludah.
"Hmm . . Tin Cu hoa, kau bukan seorang manusia yang punya nyali, kalau punya keberanian carilah ayahku, apa artinya hanya marah marah kepadaku saja ? Hmm, aku percaya kau tak punya keberanian tersebut, sebab tiada orang di dunia ini yang bisa menandingi ayahku."
"Aku dapat menunggu sampai ayahmu datang." kata Tin Cu hoa.
"Apa? Kau hendak menunggu ayahku?" seru Kwan Hong dengan wajah tertegun.
"Benar" kata Tin Cu hoa dingin "ayahmu sudah berhutang terlalu banyak kepada Liu sah bun kami, hutang berdarah pada dua puluh tahun berselang pasti akan kutuntut kembali malam ini, aku memang sedang menantinya untuk sekalian ditagih!"
Sekujur badan Kwan Hong gemetar keras. "Kalau begitu kau sengaja menangkapku untuk memancing ayahku datang kemari."
"Aku adalah Oang Tay kons memancing ikan. . yang mau yang terpancing." kata Tin Cu hoa hambar.
"Pemimpin" tiba tiba Li Bun yang berseru sambil maju kedepan, "laksanakan hukuman."
Tin Cu hoa berkerut kening, lalu serunya: "Persembahkan alat upacara. ."
Dari antara kelompok manusia, pelan pelan berjalan datang seorang lelaki kekar yang tinggi besar ditangan kirinya memegang buah cawan tembaga sementara ditangan kanan membawa sebuah pisau belati yang tajam, hawa pembunuhan menyelimuti seluruh wajahnya, sementara tindakannya selangkah demi selangkah mendekati Kwan Hong.
"Kalian mau apa ?" seru Kwan Hong dengan suara gemetar.
"Akan kukorek hatimu untuk dipersembahkan dihadapi abu leluhur perguruan kami." kata lelaki itu dingin.
Kwan Hong tidak menyangka kalau dia bakal mati cepat, dengan putus asa dia menghela napas panjang, tiba tiba saja seluruh kesombongannya punah, stakan akan berubah menjadi seseorang yang lain.
Ia menunduk sedih, lalu berkata penuh dengan penderitaan:
"Kalian tidak adil jika bersikap seperti ini kepada diriku." "Oya?" jengek Tin Cu hoa sinis "lantas tindakan macam apakah yang kau anggap sebagai baik ?"
Kwan Hong menunduk sedih, katanya lemas.
"Bukan aku yang memusnahkan perguraan Liu sah bun, karenanya itu merupakan perbuatan yang amat tidak adil!" keluh Kwan Hong dengan kepala tertunduk lemas.
Kembali Tin Cu hoa tertawa dingin.
"Heeheehee, perguruan Liu sah bun yang bermarkas dibukit Jit gwat san, sama sekali tidak mempunyai permusuhan atau pun perselisihan apa pun dengan berbagai perguruan lain, tapi ayahmu hmm! Demi mewujudkan ambisinya untuk menguasai seluruh kolong langit, hanya didalam semalam saja telah menciptakan suatu pembunuhan yang begitu brutal dan tidak berperi-kemanusiaan, apakah perbuatannya ini pun adil?"
Setelah berhenti sejenak dengan kemarahan yang masih berkobar kobar, dia berkata lebih lanjut:
"Tin Cu hoa bukan seorang manusia yang tidak bisa membedakan mana yang budi dan mana yang dendam wahai Kwan Hong agar kau merasa puas dan lega, lebih baik kita tak usah membicarakan soal adil atau tidaknya lagi, bukan itu yang paling penting!"
Dia ulapkan tangannya kepada lelaki berbe itib itu sambil "erunya lantang:
"Berikan pisau belati itu kepadaku !" "Kau . ." Kwan Hong agak gemetar.
Melihat Tin Cu hoa hendak membunuhnya dengan tangan sendiri, konta saja hatinya menjadi dingin separuh, diam diam dia menghela-napas panjang, kemudian sambil menggelengkan kepalanya dan tertawa getir dia bergumam.
"Aaaai, nampaknya nasibku harus berakhir dalam keadaan seperti ini."
Rupanya dia sadar bahwa kematian tak bisa hindari lagi malam ini, sepasang matanya segera dipejamkan rapat rapat, namun toh sekujur badannya gemetar keras sekali, bayangan kematian seolah olah mulai menghantui benak Kwan Hong sehingga membuatnya merasa ketakutan setengah mati, keadaannya sekarang sedikitpun tak mirip sebagai seorang jagoan dunia persilatan.
Dengan perasaan tidak habis mengerti, laki-laki tersebut menyerahkan pisau belatinya ke tangan Tin Cu hoa.
Dengan pandangan setajam sembilu, gadis itu memandang sekejap pada belati yang berada ditangannya, kemudian sambil mengulumkan sekulum senyuman, dia berkata:
"Kwan Hong, sekarang aku akan mulai turun tangan !" Segulung angin dingin berhembus lewat di tengah udara,
tahu tahu Tin Cu hoa telah menggerakkan tangannya secepat kilat menyambar rambut Kwan Hong dan memapasnya sebagian hingga tersebar keatas tanah.
Kwan Hong menjadi tertegun:
"Kau tidak membunuhku ?" dia berseru keheranan. Sambil menggenggam rambut, pelan pelan Tin Cu hoa masukkan potongan rambut tersebut ke dalam sebuah bokor yang terbuat dari tembaga, lalu dengan wajah serius dia perintahkan lelaki tersebut mempersembahkan bokor tembaga tadi kedepan meja altar leIuhur.
"Tindakanku ini sangat adil bukan?" seru perempuan itu kemudian dengan suara dingin "aku telah menggerakan rambutmu sebagai pengganti kepala, kalaupun tak akan mengatakan apa-apa lagi sekarang, nah Kwan Hong, budi dan dendam diantara kita sudah selesai, apalagi yang ingin kau sampaikan?"
"Terima kasih banyak atas kebesaran jiwa nona yang telah mengampuni jiwaku" kata Kwan-Hong dengan perasaan emosi "bila ayahku datang nanti, aku pasti akan membeberkan keadaan yang sebenarnya kepada beliau, akan ku berikan budi kebaikan serta kebenaran jiwa pemimpin Tin terhadap keluarga Kwan kami!"
Tin Cu hoa mendengus dingin.
"Hmm! walaupun kau sudah kulepaskan, bukan berarti aku bersedia melepaskan ayahmu!"
Dia lantas mengulapkan tangannya dan menitahkan dua orang lelaki kekar untuk menggusur pergi Kwan Hong.
Disaat bayangan punggung Kwan Hong baru lenyap dari pandangan mata, mendadak berkumandang suara ringkikan kuda dari balik kegelapan sana, menyusul kemudian nanpak seekor kuda berlarian mendekat dengan kecepatan diluar dugaan"
Buru buru Leng Huan memburu kemuka sambil menegur. "Siapa yang datang?"
Kuda yang sedang meluncur datang dengan kecepatan luar biasa, menyusul kemudian nampak seseorang melayang turun dari atas punggung kuda, dia adalah seorang pemuda tampan.
"Permisi!" serunya sembari menjura, "aku datang untuk bertemu dengan pemimpin kalian."
"Hmm. siapakah kau?" dengus Leng Huan gusar.
Perlakuan kasar ini segera membuat paras muka anak muda itu berubah sedingin es:
"Bila pemimpin kalian telah bertemu denganku, dia akan segera mengetahui siapakah diriku ini, kau cukup melaporkan saja kedatanganku . . ."
Leng Huan mengira pihak lawan adalah musuh yang dikirim pihak Jit gwat san, apalagi ketika dilihatrya pihak lawan enggan menyebutkan nama serta asal usulnya, amarahnya semakin memuncak.
"Hmmm nampaknya kau serombongan dengan orang she Kwan tersebut." bentaknya gusar, "bagus, bagus sekali, kedatanganmu memang sangat kebetulan, aku Leng Huan memang kuatir bila kalian si anak kura kura tak berani datang, sungguh tak kusangka kau si bocah berani kemari untuk menghantar kematian."
Tampaknya dia berniat untuk melawan pemuda tersebut, sambil melompat ke depan, sebuah pukulan dahsyat segera dilontarkan dengan kekuatan dahsyat, gerakan tubuhnya juga cepat bagaikan sambaran kilat, jauh diluar dugaan pemuda itu. Menghadapi ancaman yang datang, pemuda tersebut segera tertawa terbahak bahak.
"Haah, haaah, haaah, rupanya beginilah cara pihak Liu sah bun menyambut kedatangan sahabatnya."
Suatu pertarungan sengit segera berkobar disitu, kepalan, telapak tangan dan tendangan saling menyambar tiada hentinya, kedua belah pihak sama sama dibikin terkejut oleh kelihayan lawannya, tentu saja yang paling terkesiap adalah pihak lawan.
Sementara itu, semua orang yang berada dalam ruang kuil sudah mersakan pula keadaan yang tak beres, apalagi setelah mereka pasang telinga dan menangkap suara berlangsungnya pertarungan sengit.
Tin Cu hoa segera berseru kepada Li Bun yang. "Komandan Li, coba kau lihat siapa yang datang?" "Baik!"
Setelah menyahut, Li Bun yang segera membalikkan badan dan lari menuju ke luar.
Tapi begitu tahu siapa yang datang, dia menjadi terperanjat lalu bentaknya keras: "Tahan !"
Waktu itu, Leng Huan sudah kehabisan tenaga sehingga peluh dingin jatuh bercucuran, buru buru dia melepaskan sebuah pukulan sambil melejit ke samping. Dengan wajah penuh kemarahan, Li Bun yang melotot sekejap ke arahnya, kemudian mendamprat.
"Kau sudah lupa rupanya, masa dengan tuan penolong dari Liu sah bun kita pun berani berbuat kurang ajar!"
Kemudian sambil buru buru menjura katanya lagi:
"Liong sauhiap, harap kau sudi memaafkan kesalahan anak buah kami ini .. !"
Liong Tian im tertawa hambar, "Aaah tidak menjadi soal saudara ini setia dengan tugas. kepandaian silatnya juga lumayan, sampai aku sendiri pun menjadi tertarik dan ingin mencoba kemampuannya, justru akulah yang seharusnya minta maaf kepada komandan Li . .."
Li Bun yang tertawa terbahak bahak.
"Haaah haaah, haah, Liong siuhiap, silahkan tuan masuk ke dalam, pemimpin kami berada di dalam."
"SiIahkan.." buru buru Liong Tian im mengulapkan tangannyaa pula.
Mereka berdua berjalan masuk keruang tengah bersamasama, sementara semua orang yang berada dalam ruangan tersebut menunjukkan sikap tercengang dan keheranan, beratus pasang mata bersama sama dialihkan ke arah Liong Tian im.
Buru buru Tin Cu hoa bangkit berdiri pula sambil berseru: "Saudara Liong maaf atas kelancangan kami!" Liong Tian im tertawa hambar.
"Pemimpin Tin, mengapa kau belum mengadakan
persiapan apa apa? pasukan besar kemungkinan sudah hampir tiba disini. ."
Bayangan manusia yarg terbias oleh cahaya, meninggalkan bayangan yang memanjang di atas tanah, semua anggota Liu sah bun yang berkumpul dalam ruangan bersama-sama memandang wajah pemuda yang bernama besar ini dengan wajah serius.
Sorot mata semua orang rata rata menunjukkan semacam sikap hormat dan kagum terhadap jago muda tersebut, kendatipun tidak menunjukkan sesuatu perkataan, namun dari sikap serta gerak gerik mereka, dapat diselami sampai dimanakah rasa hormat mereka terhadap jagoan muda ini ...
Sambil mengulapkan tangannya Tin Cu hoa berseru: "It Peng, ambilkan air teh untuk Liong sauhiap. ." "Baik, pemimpin !" It Peng menjawab dengan hornat.
Pelan pelan Liong Tian im menggerakkan tubuhnya, sementara sorot matanya pelan pelan dialihkan ke wajah setiap orang yang berada disini, tiba tiba dia menghalangi It Peng sambil berkata dengan serius:
"Saudara It, jangan sungkan sungkan, kita berdua adalah orang sendiri. . ."
"Tidak". tukas lt Peng serius "Liong sianseng telah melepaskan buli setinggi bukit untuk Liu sah bun kami, selain perangan hormat kami disinipun hanya ada air teh sebagai pengganti arak untuk menyampaikan perasaan kagum dan hormat kami terhadap Liong sian seng."
"Aku tahu tentang soal ini" ucap Liong Tian im terharu, "saudara It, waktu tidak mengijinkan kita untuk membicarakan soal tidak berguna lagi, sebentar lagi Kwan Lok khi dari Leng Hongya akan tiba disini bersama sejumlah jago lihay dari bukit Jit gwat san, kali ini mereka muncul dengan kekuatan yang besar. ini berarti mereka bermaksud untuk mendapakan suatu hasil, sekarang lebih baik kita mengirim jago-jago lihay untuk memukul mereka lebih dulu, bila urusan disini telah usai, nah saat itulah kita baru kita minum-minum sampai puas."
Sekilas parasaan benci dan dendam melintas diatas wajah Tin Cu hoa katanya kemudian:
"Jika orang-orang dari Jit gwat san benar-benar berani mengejar sampai disini, kendati pun malam ini Liu sah bun harus tumpas habis kami akan menyuruh dia mengerti bahwa orang orang Liu sah bun bukan manusia yang gampang diusik."
Liong Tian im kembali tertawa hambar.
"Pemimpin, harap kau siapkan orang orang itu segera, tak sampai satu jam kemudian Kwan Lok khi akan sampai disini "
"Pemimpin !" seru Li Bun yang sambil maju selangkah ke muka, "harap kau segera menurunkan perintah, sudah hampir dua puluh tahunan Liu sah bun mengasingkan diri dari keramaian dunia, selama dua puluhan tahun ini, penderitaan dan hinaan yang kami terima cukup besar, akhirnya kesempatan yang kita nantikan telah tiba, suatu perjuangan dalam kesulitan akan menguji kita semua, kami bersedia mempertaruhkan jiwa raga dan darah kami untuk mempertahankan keutuhan Liu sah bun, pemimpin, pelajaran di masa lampau sudah lewat, sekarang kita harus memanfaatkan setiap kesempatan yang ada."
Dengan gagah dia mengutarakan perkataan itu, yang mana segera membangkitkan semangat juang dihati setiap orang, serentak segenap anggota Liu sah bun menunjukkan ketekadan masing masing.
Serentak mereka meloloskan senjata masing-masing dan diayunkan ke udara, kemudian serunya hampir bersama:
"Pemimpin, kami bersedia sehidup semati denganmu"
Sekilas senyuman terlintas diatas wajah Tin Cu hoa yang dingin dan menyeramkan itulah senyuman haru, dua titik air mata jatuh berlinang membasahi seluruh wajahnya, dengan suara gemetar dia berseru.
"Baik, baik ! Tin Cu hoa merasa berterima kasih atas kebulatan tekad kalian untuk mendukungku, asal kalian tidak menganggapku sebagai seorang wanita aku bersedia mengeluarkan darah segar ku untuk mencuci bersih aib yang menimpa perguruan Liu sah bun kita, menuntutkan balas bagi kematian anak murid perguruan kita."
Titik air mata jatuh bercucuran membasahi pipinya, sekilas lintas ia terbayang kembali akan keadaan mengerikan yang menimpa perguruan Liu sah bun, dia seolah-olah menyaksikan kembali genangan darah yang mengalir diatas tanah, melihat tumpukan mayat yabg berserakan disana sini.. Akhirnya setelah menghela napas sedih dia berkata kembali.
"Dua puluh tahun bukan suatu waktu yang pendek, tapi toh bisa kita lalui dengan begitu saja, kini musuh tangguh sudah hampir datang kemari, segera akan berdiri dihadapan kita, kesempatan untuk membalas dendam, akan segera lenyap dengan cepat saudara sekalian, kerahkan kekuatan kalian, perlihatkan keberanian kalian dan balaskan dendam saudara saudara kita yang telah gugur, aku Tin Cu hoa akan sehidup semati dengan kalian, tentu saja pertarungan ini merupakan suatu pertarungan yang paling sulit, karena musuh berjumlah sangat banyak, apalagi merupakan jago jago kelas satu dari dunia persilatan, tapi kalian tak usah takut, asal mempunyai keberanian, kita bisa satu lawan satu, satu lawan seratus dan kemenangan akhir berada ditangan kita."
Dengan suara yang dalam dan sedih dia mengucapkan perkataan tersebut penuh gagah berani, melelehkan air mata dengan penuh penderitaan oleh karena itu banyak diamati anggota Liu sah bun yang melelehkan pula air matanya, mereka bersumpah hendak membalas dendam, untuk sesaat suasana di dalam ruangan menjadi sunyi senyap tak kedengaran sedikit suara pun.
"Pemimpin, kami akan setia kepadamu sampai ke titik darah penghabisan."
Entah sejak kapan anak murid Liu sah bun berseru bersama sama menyatakan kebulatan tekadnya, memperlihatkan semangat jantan mereka yang berani menentang maut.
Dengan amat teliti Tin Cu hoa berkata. "Baik! Aku Tin Cu hoa mengucapkan selamat atas semangat jantan kalian semua. ."
Dia melirik sekejap ke arah It Peng, lalu berkata lagi. "It Peng, kau bertanggung jawab pada sayap kiri, yang
paling penting jangan membiarkan orang orang Jit gwat san menyerbu masuk ke dalam kuil ini, tanggung jawab ini sangat berat dan kau harus menghadapinya dengan hati hati!"
"Hamba akan mempertaruhkan dengan jiwa ragaku, pasti tak akan membuat pemimpin jadi kecewa!" kata It Peng sambil membungkukkan badannya memberi hormat.
"Bagus sekali!" dengan gembira Tin Cu hoa berseru, "pergilah sekarang, bawa serta orang orang mu untuk melakukan persiapan. ."
It Peng merupakan seorang panglima kawakan dari Liu sah bun terhitung pula sebagai seorang bobun yang bernyali besar, dia menerima perintah dan segera mengundurkan diri, lalu memimpin anak buahnya bernama sama mundur dari ruangan.
ooo cQoooo ooocOoooo
Kembali Tin Cu hoa memandang sekejap kearah Leng-Huan kemudian katanya:
Leng Huan ilmu silat dari Liu-sah-hun, sekarang aku akan menitahkan kepadamu untuk berjaga disayap kanan, tugas dan tanggung jawabmu sama dengan lt Peng, hanya boleh bfcf h tak boleh gagal. "Hamba tahu, harap pemimpin berlega hati" sahut Leng Huan serius.
Dia mengulapkan tangannya, segenap anggota yang masih tersisa dalam ruangan segera mengundurkan diri dengan mulai membungkam.
Leng Huan memandang sekejap ke wajah semua orang dalam dalam, kemudan baru mengundurkan diri dari situ.
"Pemimpin !" ketika Li Bun yang menyaksikan semua orang sudah mendapat pekerjaan, hanya dia seorang yang tidak diutus, hatinya menjadi amat gelisah, cepat dia melompat maju ke depan dan berseru dengan gelisah, "bagaimana dengan diriku ? Tugas apa yang aku pemimpin bebankan kepadaku ?"
Tin Cu hoa tertawa ringan.
"Kau sudah lelah menempuh perjalanan jauh, sekarang tak usah bertarung bagi Liu sah bun.
"kini aku tidak memperkenankan kau untuk turun serta dalam pertempuran ini, malah tugas dan tanggung jawab yang hendak kubebankan kepadamu jauh lebih besar daripada siapapun juga . ."
"Tugas apa?" Li Bun yang segera berkerut kening. "Kau bersama aku tetap berada disini sambil menunggu
kedatangan Kwan Lok khi." kata Tin Cu hoa dengan wajah serius, "aku hendak menjumpai Leng Hongya dan Kwan Lok khi disini, coba bayangkan, seandainya aku seorang diri bagai mana mungkin bisa menghadapinya? Oleh karena itu tugas dan tanggung jawabmu sesungguhnya berat sekali .." Kini, didalam ruangan hanya tinggal Li Bun yang, Liong Tian im dan Tin Cu hoa, mereka bertiga saling berpandangan sekejap kemudan Tin Cu hoa berkata kepada Leng Tian Im sambil menjura:
"Beruntungnya Liong sauhiap datang memberi kabar bahkan bersedia membantu kami untuk membebaskan diri dari kesulitan, budi kebaikan ini akan kami ingat selalu dihati, selama kami berkelana, disuatu ketika seluruh anggota perkumpulan kami akan membalas budi kebaikan tersebut."
Liong Tian im menggelengkan kepalanya berulang kali. "Ucapan pemimpin Tin kelewat serius. sebagai sesama
anggota persilatan tidak seharusnya kalau kita bersungkansungkan, kini musuh besar berada di depan mata, Leng Hongya dan Kwan lok khi juga merupakan jagoan Iihay yang berilmu tinggi, bila kita tak berhasiI mendapatkan suatu siasat baik untuk mengatasi hal ini, rasanya sulit untuk memukul mundur musuh.
Li Bun yang segera tertawa terbahak bahak. "Haaah, haaah. . haah . . betuI, sudah seharusnya
pemimpin membeberkan rencanamu dalam menghadapi serbuan musuh.
Tin Cu hoa memutar sebentar sepasang biji matanya, serentetan cahaya mata yang dingin menggidikan mencorong keluar dari balik matanya, dengan wajah berubah menjadi amat serius katanya: "Aku ingin memancing Kwan Lok-khi dan Leng Hongya masuk dalam ruangan ini."
"Tempat ini sangat tidak menguntungkan bagi kita." seru Li Bun yang tak habis mengerti.
Tin Cu-hoa menghembuskan napas panjang. "Walaupun kerja sama kita bertiga belum tentu bisa
mengungguli Leng Hongya dan Kwan lok-khi, tapi untuk merobohkan kami pun bukan sesuatu yang gampang, aku rasa waktu itulah kita baru mengajak mereka membicarakan soal syarat."
"Membicarakan soal syarat?" Li Bun yang terkejut, "jagoan lihay dari Jit gwat san amat banyak, Kwan Lok khi juga merupakan seorang manusia yang amat berbahaya, bila kau hendak membicarakan soal pertukaran syarat dengannya, hal ini sama artinya dengan ingin berkomplot dengan serigala. . ."
"ltu mah tergantung soal posisi, lihat saja siapa yang menempati posisi diatas angin. ." kata Tin Cu hoa dengan rencana matang di dalam benak.
Pada saat iiulah, It Peng berlari masuk dari luar ruangan sambil menghampiri Tin Cu hoa kemudian serunya:
"Pemimpin, musuh sudah mulai nampak dari depan sana !" Tin Cu hoa manggut manggut.
"Ehmmm aku sudah tahu, baik baiklah mempertahankan sayap kiri, sebelum ada perintahku jangan turun tangan secara sembarangan jangan pula mengijinkan siapa pun mendekati sekitar kuil, nah pergilah. . It Peng mengiakan dan segera mengundurkan diri dari situ.
Tin Cu hoa menang tak malu disebut jagoan wanita, kendatipun berada didepan ancaman bahaya maut, namun sikapnya masih tetap amat tenang, sama sekali tidak terpengaruh oleh situasi yang makin memburuk didepan mata, ketenangannya ini membuat Liong Tian im diam diam merasa amat kagum. Li Bun yang tiba tiba dia berseru sambil tertawa getir, pertarungan ini merupakan suatu pertarungan antara hidup dan mati, aku ingin melimpahkan seluruh tanggung jawab ini keatas tubuh kita berdua."
"Hmm . . ." Li Bun yang menjadi tertegun ..
"Aku cukup mengetahui akan perasaan cintamu kepadaku," ucap Tin Cu hoa sedih, "Bun yang disaat yang begini krisis ini, kita sudah tiba masanya mengungkapkan semua perasaan hati kita secara berterus terang, kendatipun kau belum pernah menunjukkan pernyataan apa pun kepadaku tapi setiap kali melihatmu, aku dapat menangkap perasaan hatimu itu dari pancaran sinar matamu.."
Li Bun yang merasakan hatinya bergetar keras.
"Hamba tidak pantas, aku benar benar tidak pantas untuk dijodohkan denganmu?"
Mungkin hati perempuan lebih peka daripada orang lelaki, karena itu meski L Bun yang tak pernah menyatakan perasaan cintaya, namun Tin Cu hoa dapat merasakan akan hal ini, hanya ke dua belah pihak sama-sama menyimpan perasaannya didalam hati sehingga tak sampai diutarakan keluar...
Dengan perasaan sedih Tin Cu hoa berkata. "Aaai, kalau berbicara soal tak pantas, sesungguhnya akulah yang tak pantas untukmu, tahukah kau aku adalah seorang perempuan kotor yang telah ternoda ?"
"Kau adalah seorang yang maha agung, mengorbankan diri demi kepentingan perguruan Liu sah bun..." seru Li Bun-yang dengan hormat, "pemimpin, walaupun dirimu telah ternoda namun dalam pandanganku kau masih tetap suci dan bersih, suci bagaikan bunga yang sedang mekar..."
"Semuanya sudah lewat dan tak usah kita bicarakan lagi, Bun yang sekarang aku harus memanggilmu dengan sebutan apa ?"
Lirikan matanya ke wajah Li Bun yang penuh memancarkan rasa cinta yang mendalam..
Kembali Li Bun yang menjadi tertegun sesudah termangu mangu hampir setengah harian lamanya, akhirnya dia mengerti juga maksud hati dari perempuan itu, maka serunya agak emosi:
Tin Cu hoa merasakan hatinya amat tEatjts, sepasang matanya dipejamkan rapat rapat untuk merasakan dan menikmati panggilan yang penuh dengan perasaan cinta itu, tangannya yang putih pelan pelan menyeka air matanya yang membasahi kelopak mata, dengan mulut membungkam dia mencoba untuk meresapkan panggilan yang penuh kemesraan tersebut ke dasar hatinya.
"Bun yang !" dengan berusaha menahan ke tenangan hatinya dia berkata lagi, "pergilah ke depan sana, dan undanglah masuk Kwan lok khi serta Leng Hongya, ingat, hanya mengajak mereka berdua masuk kemari, aku dan Liong sauhiap akan menunggumu di sini." "Baik !"
Li Bun yang hanya merasakan hatinya kesenangan, pelan pelan dia membalikkan tubuhnya sambil menggetarkan bibirnya, mulut yang kering serasa tersumbat, dia tak mimpi mengucapkan sepatah katapun jua, akhirnya dia menggelengkan kepalanya dengan sedih.
Kobaran api cinta yang tumbuh dihati mereka mungkin sangat berharga dan bernilai tinggi, tapi seandainya jago jago lihay dari Jit gwat san tidak menyerbu datang, seandainya perguruan Liu sah bun tidak berada di ambang pintu kehancuran, mungkin perasaan cinta mereka berdua akan terpendam untuk selamanya dalam hati masing masing.
Walaupun mereka tidak pernah membicarakan soal cinta barang sepatah katapun, namun perasaan batin kedua orang itu telah saling terpadu, telah saling bergetar keras, akhirnya api cinta berkobar juga dalam hatinya, mereka berdua akhirnya terungkap juga dari perasaan mereka berdua.
Li Bun yang merasakan hatinya bergejolak keras, dengan segera berjalan keluar dari ruang tengah, ketika bayangan tubuh Tin Cu hoa masih mencekam dalam benaknya, segulung ingin dingin segera menyadarkan kembali larinya dari lamunan.
Langkah kaki yang mantap dan tegap menunjukkan kebulatan tekad dalam hatinya, dengan sorot mata yang tajam dia mengawasi sekejap sekeliling kuil tersebut, tampak anak murid perguruannya telah mempersiapkan diri dise belah kiri kanan kuil. "Komaodan Li, pihak lawan berjumlah amat banyak..." Leng Huan berbisik lirih.
Li Bun yang manggut manggut. "Keluarkan keyakinanmu untuk menjajah tin mereka !" pesannya.
Dia menuju pula ke sayap kiri dimana It Peng berada, kemudian sambil menepuk bahu lelaki berdarah perwira, serunya dengan suara perlahan:
"Saudara It, hadapi dengan berhati hati, usaha kita semua menggantungkan diri kepadamu. . ."
Merah padam sepasang mata It Peng setelah mendengar perkataan itu, serunya cepat:
"Komandan Li, tak usah kuatir, kami semua memang menunggu hari seperti ini, asal Kwan Lok khi berani menyerbu kemari, aku It Peng akan menjagalnya paling dulu. ."
"Saudara It, aku harus berterima kasih kepadamu, kau kelewat besar membangkitkan semangatku..." bisik Li Bun yang dengan perasaan terdiam.
It Peng segera menuding ke arah depan, kemudian bisiknya:
"Komandan Li, mereka telah datang. ."
Ditengah kegelapan malam yang mencekam tiada sesuatu apapun yang terlihat, satu satunya yang bisa dipakai untuk membedakan adalah suara derap kaki kuda yang amat ramai dan menggetarkan sukma. Suara derap kaki kuda yang ramai itu kian lama kian bertambah mendekat, ibarat genderang perang yang dibunyikan bertalu talu . . Bayangan manusia pun bermunculan bagaikan sukma gentayangan. tampak beberapa ekor kuda dilarikan mendekat dengan kecepatan amat tinggi, ketika semakin mendekat maka tampaklah Leng hong ya dan Kwan Lok khi memimpin empat orang jago lihay dari Jit-gwat san bergerak mendekat, dibelakang mereka masih mengikuti puluhan orang lelaki berbaju hitam yang semuanya menyoren pedang panjang di pinggangnya.
"Ehmm!" Kwan Lok khi mengulapkan tangannya sambil berteriak keras, "saudara Leng coba kau saksikan manusia manusia yang pantas dibunuh itu, berani betul mereka membentuk barisan untuk menghalangi kita semua, hmm, saudara Leng, bagaimana menurut pendapatmu atas situasi ini."
Di tengah kegelapan malam terdengar suara Kwan Lok khi yang dingin menyeramkan itu berkumandang di angkasa.
Dengan sorot mata yang amat tajam Leng Hongya memandang sekejap ke sekeliling kuil, dia saksikan serentetan cahaya lentera muncul dari balik ruang kuil yang bobrok, bayangan lentera yang redup mendatangkan perasaan seram dihati siapapun. Seakan akan ada sesuatu yang mengerikan mendesak dibaliknya, sehingga sulit bagi orang lain menduga maksud hati lawan . . .
Leng Hongya tertawa seram, lalu ujarnya.
"Musuh berada dibalik kegelapan sedangkan kita dipihak yang terang, barisan semacam ini sangat tidak menguntungkan bagi pihak kita semua." "Heee heee heee heee . . lantas bagaimanakah menurut pendapat saudara Leng ?"
Dari balik suara tertawa dingin yang tak sedap tersebut Leng Hongya dapat mengetahui kalau gembong iblis ini sama sekali tidak menaruh perasaan memandang tinggi akan dirinya, barusan bisa jadi ia malah memandang hina dirinya.
Lantaran dicekam perasaan mendongkol yang berkobar kobar, dia lantas mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak:
"Haaah, haaah, haaah, saudara Kwan, lebih baik kau mengambil keputusan sendiri saja !"
Kwan Lok-khi bisa dianggap sebagai pemimpinnya kaum sesat, sudah barang tentu memiliki kecerdasan melebihi siapa pun, ia membenci Leng Hongya yang telah melepaskan orangorang Liu-sah bun sehingga mengakibatkan putra kesayangannya terjatuh ke tangan orang orang Liu sah bun, dia menganggap perbuatan Leng Hongya ini sangat hendak mengajaknya bergurau, oleh sebab itu dalam setiap tindak tanduk serta cara berbicaranya dia selalu merasakan perasaan amat tak puas.
Akan tetapi, dia sendiri pun merupakan seorang manusia yang pintar, dia cukup memahami situasi yang sedang dihadapinya sekarang, walaupun Leng Hongya menaruh sikap yang amat tidak memuaskan namun diapun tak berani mengusiknya secara sembarangan.
Maka sesudah tertawa serta dia berkata.
"Saudara Leng, mari kita menyerbu masuk dan menolong putraku dan sekapan mereka !" "Hmm, aku rasa tak akan segampang itu." jengek Leng Hong ya dingin, "saudara Kwan, orang orang Liu sah bun bukan manusia sembarangan, bila kita berani melakukan tindakan seperti ini, bisa jadi putramu akan dibunuh lebih dulu."
Kwan Lok khi merasakan hatinya bergetar keras sesudah mendengar ucapan tersebut dengan cepat dia berseru:
"Jika anak Hong sampai menemui sesuatu musibah, aku bersumpah akan memusnahkan seluruh anggota Liu sah bun dari muka bumi Hmmm saudara Leng, separuh bagian dari anak buahku telah ikut kemari hari ini. bila kita harus menguIur waktu terus, situasi sangat tidak menguntungkan bagi kita."
Ia berpaling dan ucapnya kepada ke empat orang lelaki yang berada dibelakang tubuhnya:
"Cepat turunkan perintah kepada mereka bila pun sancu sudah melakukan sesuatu gerakan, kalian harus segera menyerbu kedalam kuil dan menyelamatkan Kwan Hong lebih dulu, tindakan kalian harus dilakukan dengan cepat."
Keempat orang lelaki itu semuanya merupakan jago-jago lihay pilihan dari Kwaa Lok khi, mendengar ucapan tersebut mereka segera membalikkan badan dan menghampiri beberapa puluh jago yang menanti dikejauhan.
Dalam pada itu, Li Bun yang telah memeriksa keadaan jago jago lihay dari Jit gwat san tersebut dengan seksama, buru buru dia memberi pesan kepada It Peng dan Leng Huan atas adakan apa yang harus dilakukan, kemudian dengan menunggang seekor kuda, dia berjalan menghampiri Kwan Lok khi dan Leng Hongya.
Tatkala Leng Hongya menyaksikan Li Bunyang telah menunjukkan diri dengan alis mata berkenyit segera tegurnya:
"Komandan Li, hari ini sudah sepantasnya bila kita sudahi persoalan sampai disini saja !"
"Leng sianseng!" kata Li Bun yang ringan. "jangan kelewat mengucapkan kata kata seperti itu, hati hati kalau sampai membentur batunya."
"Heeehh heeehh" dengan bangga Leng Hongya tertawa besar, "komandan Li, hari ini pun Hongya telah cukup memberi muka kepadamu, jikalau kau tidak memberi muka pula kepada aku orang she Leng, heeeh, heeeh... jangan salahkan kalau aku Leng Hongya akan bertindak keji dengan memberi pelajaran lebih dulu kepadamu."
Li Bun yang sama sekali tak mau menonjolkan kelemahannya, dia berseru pula:
"Leng sianseng adalah seorang ahli ilmu silat kenamaan, masa kalau ada urusan pun hendak diributkan dengan kami sebagai seoranc prajurit didepan kuda yang sama sekali tak punya kedudukan apa apa? Silahkan, Leng sianseng bila kau ada urusan, silahkan dibicarakan sendiri saja!"
"Aku menghendaki komandan Li untuk segera membebaskan Kwan Hong" kata Leng-Hong ya dingin, "kalau tidak . . hehehe akibatnya bisa kau saksikan sendiri nanti, komandan Li. coba kau saksikan di belakang tubuh punHongya, berapa banyak jago lihay yang telah siap menantikan perintah?" Li Bun yang adalah seorang lelaki berdarah panas, sudah barang tentu dia tak akan terpengaruh oleh beberapa kata Leng hong ya sehingga menjadi ketakutan.
Kendatipun dia tahu kalau keadaan situasinya sangat tak menguntungkan bagi pihaknya, namun dia selalu teringat akan pengalaman berdarah yang pernah dialaminya, darah panas yang mengalir didalam tubuhnya serasa mendidih dengan hebatnya, sekujur tubuhnya seolah olah mengembang besar, dia ingin membalaskan dendam bagi kematian anggota Liu sah bun nya . . .
Setelah tertawa dingin. serunya kemudian:
"Leng sianseng, mengapa kau tidak mencoba untuk memperhatikan orang orangku ? Mereka pun sedang menunggu kalian menyerbu ke dalam, asal ke dua belah pihak sudah bertempur, hemmm . . , siapa menang siapa kalah akan segera kelihatan. . ."
Ketajaman mulutnya melebihi tajamnya sembilu, sedikitpun dia tak bermaksud mengalah.
Leng Hongya menjadi gusar setengah mati, paras mukanya pun segera berubah menjadi seram dan diliputi hawa pembunuhan...
Dengan suara yang keras menggeledek Leng Hongya berseru lagi.
"Kau anggap dengan sedikit kekuatanmu yang tak seberapa sudah cukup untuk menakut nakuti kami ?"
Sementara itu, Kwan Lok khi yang selama ini hanya memandang Li Bun yang dengan pandangan dingin menjadi naik darah apalagi setelah menyaksikan lawannya bersikap angkuh sama sekali tak mau memberi muka kepadanya.
Sambil menuding ke arah Li Bun yang serunya dengan suara lantang:
"Kau kah yang menangkap putraku Kwan Hong."
"Benar," jawab Li Bun yang sambil mendengus dingin. "aku mendapat perintah untuk meIaksanakan tugas dan menjemput putramu."
Kwan Lok khi semakin maik darah lagi seteIah mengetahui bahwa Li Bun yang atau si komandan Li yang telah menangkap putra kesayangannya.
Seluruh rambutnya serasa berdiri tegak seperti landak, dari balik matanya juga mencorong keluar sinar pembunuhan yang sangat menggidikkan hati...
"Bocah keparat," teriaknya dengan marah, "tak kusangka kau berani mengusik keluarga Kwan kamu hmm! berani berbuat demikian tentunya kepandaian yang kau miliki sudah terhitung hebat bukan? Hmm . . .asalkan pun sancu berhasil membekuk dirimu, akan kulihat siapakah yang berani datang menolong dirimu!"
Li Bun yang mendengus dingin.
"Hmm, bukit Jit gwat san toh bukan sarang naga gua harimau, apalagi aku Li bun yang juga sudah melihat dalam dunia persilatan Kwan toa sancu, lebih baik kita membicarakan masalah yang penting saja, dengan mengulur waktu terus menerus sesungguhnya keadaan tak menguntungkan baik untukmu maupun aku." "Apanya yang menguntungkan?" jengeknya Kwan Lok khi sambil tertawa seram. "aku mah tak percaya dengan segala macam permainan sesat. saudara Leng, saudara she Li ini tampaknya seperti bersikap kurang sopan terhadapmu. biar lohu tangkap manusia ini baru kuserahkan kepadamu!"
Dia bertepuk tangan dengan pelan, kemudian berseru: "Siapa diantara kalian yang hendak menghadapi Li toaya
ini.,."
Dari belakang tubuhnya segera berkumandang suara teriakan keras, sesosok bayangan manusia meluncur dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat sebuah cengkraman segera di ayunkan ke tubuh Li Bun yang.
Li Ban yang sama sekali tidak bergerak, dia seolah olah siap menunggu datangnya cengkeraman kilat dari lelaki tersebut.
Mula mula lelaki itu nampak agak tertegun, tapi kemudian dia tertawa terbahak bahak dengan bangganya, sebuah ayunan tangan segera berhasil menotok jalan darah Li Bun yang.
Tiba tiba Kwan Lok khi menjadi tertegun, tegurnya dengan cepat.
"Eeeeh . . . tunggu dulu! Komandan Li mengapa kau tidak melancarkan serangan balasan."
Dsngan suara berat Li Bun yang mengangkat bahunya, kemudian menyambut sambil tertawa. "Buat apa kau mesti melancarkan serangan balasan?
Berada dibawah wuwungan rumah siapa yang berani tak menundukkan kepalanya? toa sancu, kau boleh turun tangan dengan sekehendak hatimu, asal aku orang she Li mengerutkan dahi, anggap saja aku bukan seorang hohan, cuma kaupun harus mengerti, putramu berada ditangan kami, asal aku orang she Li sampai menemukan sesuatu yang tak beres, kemungkinan besar putramu yang akan ketimpa sial lebih dulu."
Kwan Lok khi segera mendengus dingin.
"Homm, rupanya kau hendak menggunakan cara tersebut untuk menakuti nakuti aku."
"Hmmm, buat apa aku mesti menakut nakuti dirimu ?
Kenyataan akan segera terlihat, toa sancu, pemimpin kami sengaja mengutusku datang kemari, dia ada pesan beberapa patah kata kepadaku sebelum aku datang ke sini"
"Apa yang dia katakan ?" seru Kwan Lok khi sambil memandang ke arah Li Bun yang dengan penuh kebencian.
Li Bun yang mengebaskan tangannya untuk melepaskan diri dari cengkeraman lelaki tersebut, kemudian katanya:
"Pergilah kau kedepan dan undanglah tua bangka she Kwan dengan berlega hati, bagaimana dia menghadapimu bagaimana pula kita menghadapi Kwan Hong, paling paling satu lubang dibayar dengan satu lubang, siapapun tidak berhutang kepada siapa."
Paras muka Kwan Lok khi berubah hebat, saking gusarnya dia sampai mengulapkan tangannya dan menyuruh lelaki tersebut mundur. Sekarang dia baru benar benar merasakan seriusnya persoalan tersebut, diapun cukup mengetahui bahwa Tin Cu hoa merupakan seorang manusia yang cukup berbahaya, tampaknya perempuan itu seperti telah menduga sebelumnya bahwa dia bakal menawan Li Bun yang.
Tapi setelah berpikir sebentar katanya kemudian sambil tertawa seram:
"Komandan Li, aku harap kau suka menyampaikan kepada pemimpinmu. bilamana dia masih ingin mempertahankan keselamatan dari leluhur anggota Liu sau bun nya, harap dia segera membebaskan Kwan Hong dari sekapan!"
"Lebih baik ucapanmu itu kau sampaikan sendiri"kata Li Bun yang tegas "perkataanku tidak masuk hitungan."
Sambil merinparkan kepalanya Li Bun yang didepan matanya:
"Komandan Li, pemimpin kalian berada di mana?"
Li Bun yang segera menuding kuil bobrok di belakang tubuhnya sana, kemudian berkata:
"Pemimpin kami menantikan kedatangan kalian berdua didalam sana, apabila kalian berdua tidak ada urusan lain, silahkan masuk ke dalam kuil itu dan memperbincangkan sendiri masalahnya dengan pemimpin kami, siapa tahu hal ini jauh lebih baik daripada menggunakan kekerasan dengan begitu saja. ."
"Baik!" seru Leng Hongya kemudian, "aku dan saudara Kwan akan memperbincangkan sendiri masakah ini dengan pemimpin kalian." Tapi Kwan Lok khi kembali menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Tidak! Dibalik kesemuanya ini sudah pasti terdapat hal hal yang tidak beres, lebih baik kita bertindak dengan lebih berhati-hati..." bisiknya.
Siapa tahu belum habis dia berkata, Kiau Ngo nio sudah mencemplak kudanya dan memburu ke depan dengan cepat, dia amat menguatirkan keselamatan putranya maka sambil memburu kedepan, umpatnya dengan amat gusar.
"Tua bangka celaka, apa lagi yang kau pertimbangkan? Semuanya ini gara garamu sendiri, jika anak Hong sampai menemui sesuatu musibah, pertama tama kaulah yang akan ku jagal lebih dulu. ."
Kwan Lok khi tertawa getir.
"Hujin, kau jangan berteriak macam begitu."
Paras muka Kiau Ngo nio berubah menjadi membesi. serunya dengan amarah yang makin berkobar.
"Bagaimana? Anak itu milikku, dia adalah satu-satunya jiwa ragaku, jika anak Hong bisa keluar hari ini dengan selamat, urusan agak mendingan, tapi kalau dia sampai mampus ditangan orang. . hmmm,kau si tua bangka celaka juga tak usah bermimpi bisa hidup lebih lama."
Kemudian sambil melotot ke arah Li Bun yang dengan penuh amarah, serunya lagi:
"Ayo berangkat Io nio akan menjumpai lonte busuk iiu !" Mendengar si nenek jelek itu berani mencaci maki kekasih hatinya dengan sekehendak hatinya, kontan saja amarah Li Bun yang berkobar, teriaknya dengan suara dingin:
"Hei, kalau berbicara tahulah sedikit sopan santun Sancu hujin, kau sendiri pun seorang perempuan, kau seharusnya mengerti akan martabat seorang wanita, Bila aku mengumpatmu dengan kata kata kotor semacam itu, bagaimanakah perasaanmu sendiri ?"
"Ciiss !" jerit Kiau Ngo nio sambil mengayunkan tangannya melancarkan sebuah pukulan, "kau berani memberi pelajaran kepada Lo nio .. ? Bangsat !"
Li Bun yang segera merendabkai kepalanya menghindarkan diri dari serangan tersebut, hawa amarah menyelimuti seluruh wajahnya dengan suara menggeledek dia membentak.
"Aku tak sudi cekcok mulut dengan nenek reyot macam kau, sedang kau pun tak usah mengganggu lagi . . ."
Kemudian sambil berpaling ke arah Leng Hongya dan Kwan Lok-khi katanya lagi dengan suara lebih lembut:
"Silahkan kalian berdua ! Apabila kalian enggan memberi muka, aku pun tak punya waktu untuk menemani kalian merasakan angin malam disini, aku harus segera kembali untuk menyampaikan laporan !"
Menyaksikan Li Bun yang ada maksud untuk meninggalkan tempat itu, Leng Hong ya segera melirik sekejap ke arah Kwan Lok khi dia cukup mengetahui keraguan orang, maka serunya dengan suara enteng: "Saudara Kwan, harap kau segera mengambil keputusan . .
."
Kwan Lok khi pun tahu kalau keadaan tersebut tak bisa dibiarkan berlangsung terus, sudah puluhan tahun lamanya memimpin kaum sesat dari dunia persilatan, tapi belum pernah dipecundangi orang seperti apa yang dialaminya hari ini, seandainya dia tidak menguatirkan keselamatan dari putranya, kemungkinan besar Li Bun yang telah dibunuhnya semenjak tadi.
Maka dengan wajah penuh penderitaan, dia berkata kemudian:
"Apa lagi yang perlu dikatakan sekarang. Saudara Leng, harap kau suka menemani siaute untuk pergi ke sana . . . "
"Aku ikut !" buru buru Kiau Njo-nio melompat maju ke depan.
Li Bun yang menaruh kesan yang amat jelek terhadap nenek bawel itu, menyaksikan sikap gelisah dari perempuan tua tersebut, dia segera menarik muka dan berkata dingin:
"Maaf pemimpin kami hanya mengundang ke dua orang itu, sedang kau lebih baik tunggu saja disini sambil menikmati angin barat laut, bila persoalan telah selesai, kau boleh unjukkan sifat kebencianmu itu. ."
"Kau tidak memperkenankan aku ikut ?" teriak Kiau Ngo nio dengan penuh kegusaran.
"Ini perintah!" teriak Li Bun yang mendongkol pula, "pemimpin kami hanya mengijinkan dua orang masuk masuk kedalam, apabila bertambah dengan satu orang lagi, hmmm.. .heeh Kwan toa sauya kalian mungkin akan mengaIami penderitaan yang jauh lebih parah lagi."
Kiau Ngo nio menjadi amat terkesiap, buru buru dia berseru:
"Tua bangka celaka, biar lo nio yang masuk!"
"Hujin!" dengan gemas dan jengkel Kwan Lok khi berteriak keras, "kau harus tahu, saat ini adalah saat apa? Yang penting sekarang adalah menyelamatkan selembar jiwa anak kita dulu, lebih baik kau menunggu saja disini, asal kuberi tanda, kau boleh memimpin mereka semua untuk menyerbu kedalam."
Kemudian sambil mengulapkan tangannya, dia berkata lagi. "Komandan Li, sekarang mari kita berangkat."
Mereka bertiga bersama sama naik ke atas kuda tunggangan masing-masing dan melanjutkan perjalanan ke dpan, hingga bayangan punggung mereka lenyap dari pandangan, Kiau Ngo nio baru mengumpat umpat dengan mangkelnya, lalu memandang ke arah kuil bobrok tersebut dengan pandangan tegang, cemas dan panik.
Sudut ruang tengah gelap gulita, suasana hening dan tak kedengaran sedikit suara pun.
Separuh lilin yang berada di meja altar di ruang tengah, entah sejak tahun kapan telah padam, kini yang tersisa hanya abu yang tebal serta sarang laba laba yang mengotori setiap sudut ruangan.
Ditengah ruangan nampak dua buah lentera memancarkan sinar yang redup, waktu itu seorang anggota Liu sah-bun sedang menambah minyak ke dalam lentera sehingga sinarnya kembali menjadi terang.
Tin Cu hoa yang gelisah dan murung, sedang berjalan bolak balik dengan perasaan tak tenang, dia cukup mengetahui semakin lama kepergian Li Bun yang, semakin tidak menguntungkan keadaan tersebut baginya.
Dia berjalan bolak balik sambil bergendong tangan, sering ia berhenti sejenak didepan meja altar dan mencoba untuk membangkitkan kembali harapannya.
Bahkan sambil mengangkat kepalanya memandang patung arca yang setengah roboh, mulutnya berkemak kemik membaca doa:
"Lo han, wahai Lo han, tolonglah keselamatan dari segenap anggota Liu sah bun kami. ."
Patung arca setengah roboh yang berada di belakang meja altar adalah sebuah patung Lo han bertangan seribu, dibalik keangkerannya terpancar kesucian.
Meski kuil itu sudah lama terbengkalai, namun patung tersebut masih memancarkan keangkeran serta kesucian, semacam perasaan hormat masih tertanam dihati siapa pun.
HaI mana membuat Tia Cu hoa yang diwaktu-waktu biasa tak percaya dengan segala macam bentuk dewa dan malaikat, kini timbul pula kepercayaannya.
Liong Tian im dapat menyaksikan ketidak tenangan Tin Cu hoa, dalam hati kecilnya timbul suatu perasaan sedih yang tak terlukiskan dengan kata kata, dia memandang sekejap ke arah perempuan itu, lalu pikirnya sambil menggelengkan kepalanya berulang kali:
"Andaikata di dunia ini benarbenar terdapat Sin Ieng, kuil ini tak akan terbengkalai dan di tinggalkan para jemaahnya, kalau dewa sendiripun tak dapat melindungi patungnya, apalagi melindungi orang lain."
Berpikir demikian, katanya kemudian dengan suara pelan. "Pemimpin, tampaknya kau seperti merasa amat tidak
tenang?"
Tin Cu hoa menghela napas panjang.
"Aaai Liong sauhiap, aku cukup mengetahui tentang kekuatan yang kumiliki sekarang, dengan jumlah kami yang begitu minim, sungguh mana mungkin bisa menghadapi serangan dari Jit gwat san yang begitu tangguh, coba bayangkan sendiri, bagaimana mungkin hatiku tidak gelisah."
"Tatkala kesulitan sedang berada dihadapan kita, sudah seharusnya kita tunjukkan keberanian untuk menghadapi tantangan dan kesulitan tersebut." kata Liong Tian im dengan tegas, "asal kau memiliki keberanian sudah pasti akan unggul dari setiap kesulitan, pemimpin Tin, sekarang bukan masalah jumlah orang yang lebih banyak, melainkan masalah kita sendiri apakah mempunyai persatuan yang seia sekata ?"
Tin Cu hoa menghela napas panjang, "Aaai, aku percaya penuh terhadap orang-orangku akupun percaya anggota Liu sah bun bertekad untuk mempertaruhkan jiwa raganya demi melindungi keselamatan nama perguruan. Cuma komandan Li sudah pergi begini lama, hingga kini dia belum juga kembali, aku benar benar merasa kuatir sekali atas keselamatan jiwanya, apalagi jika pihak lawan mengeluarkan suatu tindakan yang keji dan sama sekali di luar dugaan untuk menyiksa dirinya"
"Kau tak usah kuatir." kata Liong Tian im sambil menggelengkan kepalanya berulangkali "komandan Li merupakan seorang jago lihay dan pandai, aku yakin dia tak bakal melakukan sesuatu kesalahan yang bisa berakibat fatal!"
"Sulit untuk dikatakan." kata Tin Cu hoa sambil menggeleng, "dalam hidup manusia bisa beberapa kali melakukan perbuatan tolol justru didalam melakukan ketololannya itulah dia bisa merusak suatu pekerjaan besar aku kuatir kalau dia..."
Pada saat itulah, dari luar ruang kuil sana berkumandang suara teriakan keras.