Cincin Maut Jilid 21

Jilid 21

POH LO NGO CEPAT MELAYANG ke samping, baru saja
akan maju untuk melepaskan pukulan kedepan, tiba tiba Liong Tian im yang berada dibelakang telah tertawa dingin, senjata patung Kim mo no jinnya cepat didorong kedepan, sekilas cahaya emas diiringi gumpalan angin pukulan yang dahsyat langsung menerjang ke punggung Poh Lo ngo.

Tak terlukiskan rasa terkejut Pob Lo ngo menghadapi ancaman ini dia sama sekali tak meoyangka kalau pemuda itu memiliki tenaga dalam yang amat sempurna.

Saking gugupnya, dia sampai tak berkesempatan sama sekali untuk melancarkan serangan balasan, segera pikirnya. "Bila aku tidak berusaha umuk memancing kedua orang ini keluar kemudian menggerakan barisan ular untuk membinasakan mereka Semua...wah bisa berabe aku nanti..."

Secara beruntun dia lepaskan dua buah pukulan gencar, kemudian tubuhnya berputar satu lingkaran dan kabur melalui lubang besar di langit langit rumah.

"Aduh celaka" teriak Li Ji koay keras ke ras, "anak kura kura itu hendak melarikan diri."

Keledai kecilnya segera meringkik panjang dan ikut menerjang keluar dengan kecepatan luar biasa! kemudian binatang tersebut berlarian menembusi jalanan. .

Jago pedang buta Bo'c Ci tidak ambil diam dia menarik tangan Liong Tian im sambil berseru:
"Bajingan itu tak boleh dilepaskan, ayo kita kejar..." Dltengah kegelapan malam yang mencekam seluruh jagad,
tampak bayangan manusia berkelebat lewat, Jago pedang buta beserta Liong Tian im secepat kilat sudah mengejar sejauh lima li dan sampai dimuka sebuah hutan yang besar.

Suasana didalam hutan itu sunyi senyap tak kedengaran sedikit suara pun, langit gelap gulita sehingga sukar untuk melihat kelima jari tangan sendiri.

Baru saja Liong Tian im hendak melompat kedepan, Jago pedang buta Bok Ci segera menahannya sambil berbisik:

"Adik Liong, jangan bertindak gegabah, hati hati kalau bajingan itu menggunakan racun." Belum habis dia berkata, tiba tiba dari arah hutan terdengar bunyi seruling yang dimainkan dengan nada aneh, tak selang berapa saat kemudian, dari empat penjuru segera terdengar pula suara seruling yang sahut bersahutan, dalam kegelapan malam yang mencekam, terlihat ada lima enam orang lelaki berbaju putih dengan membawa tongkat panjang dan membunyikan sumpritan kecil dimulut, sedang mengetukkan tongkat bambunya ke tanah.

Jago pedang buta Bok Ci dan Liong Tian-im segera menundukkan kepalanya, tapi dengan cepat mereka berseru kaget:

"Aah, ular! Ular!"

Rupanya seluruh permukaan tanah sudah dipenuhi oleh ular ular beracun yang sama-sama mengangkat kepalanya, mata mereka yang kecil seperti batang dan berwarna biru itu nam pak berkilauan dan menyeramkan sekali.

"Cepat pasang api!" buru buru jago pedang buta Bok Ci berseru.

Buru buru dia mengeluarkan api dan membakar rumput rumput kering disitu.

Asap tebal berwarna hitam dengan sorot api yang berwarna biru dengan cepat menyelimuti seluruh arena disekitar sana, membuat suasana menjadi terang benderang.

Meminjam sorotan cahaya api itu, Liong Tian im memperhatikan sekejap seputar situ, ternyata jumlah ularnya mencapai ribuan bahkan laksaan ekor banyaknya, diujung timur, barat, utara dan selatan masing masing berdiri seorang lelaki berbaju putih yang menggerakkan tongkat bambunya sambil memperdengarkan suara sumpritan yang aneh, rupanya merekalah yang mengatur ular ular tersebut untuk melakukan pengepungan.

Liong Tian im benar benar amat terkesiap sementara waktu ia dibikin terkesiap oleh situasi yang di hadapinya sementara hawa murninya segera dihimpun kedalam Kim mo sin jin nya sehingga senjata tersebut memancarkan sekilas cahaya tajam.

Rombongan ular yang berada dibarisan terdepan segera berhenti, ternyata mereka tidak beraai bergerak lebih kedepan, Liong Tian im segera berbisik: "Toako, untuk menghancurkan barisan ular tersebut terpaksa kita harus membunuh pawang pawang ular itu . .."

Jago padang buta Bok Ci memutar pedang kayunya dan secara beruntun membacok mati tujuh delapan ekor ular kecil berkembang kembang yang berada disekitarnya, sementara teIapak tangan kirinya diayunkan kedepan melepaskan pukulan dahsyat yang membuat kawanan ular itu terseoar kemana mana.

Ketika mendengar perkataan itu, segera sahutnya dengan wajah bersungguh sungguh:

"Benar, Ban coa tin (barisan selaksa ular) dari perguruan  Ban tok bun memang merupakan suatu kepandaian yang unggul di dalam dunia persilatan, kini berhubung api masih berkobar, maka untuk sementara mereka tak berani  menerjang kita, sebentar jika barisan ular itu sudah mulai bergerak, bisa jadi kita akan tercekam dalam kematian, aaai entah Pek tok sinkun Poh Lo ngo sudah bersembunyi dimana? Rupanya dia hanya menitahkan pawang pawang ularnya untuk mengurung kita berdua . ." Setelah menghela napas panjang lanjutnya:

"Sungguh tak disangka, kita berdua bakal mati dikerubuti kawanan ular ini."

Belum habis dia berkata, dari kegelapan malam sudah kedengaran suara tertawa aneh dari Poh Lo ngo berkumandang memecahkan keheningan.

Tampak Pek tok sinkun Poh Lo ngo dengan langkah lebar telah berjalan melewati barisan ular tersebut.

Liong Tian im segera membentak keras: "Orang she Poh, kalau punya kepandaian ayo kita berduel sampai salah seorang mati, hanya perbuatan pengecut saja yang akan mempergunakan makhluk makhluk busuk itu untuk mengurung kami."

Kemudian setelah tertawa keras, terusnya: "Hai, beranikah kau untuk berduel denganku?"

Pek tok sinkun Poh Lo ngo tertawa seram.

"Heeeehh . . heeeh . . . bocah kecil, tajam amat selembar bibirmu, tapi malam ini, bila aku Poh Lo ngo tidak menghidangkan tubuh kalian untuk santapan ular ularku, percuma saja aku menjadi ketua dari Pek tok bun."

Kemudian dengan sinar mata berkilat, bentaknya: "Gerakkan barisan ular !" Lelaki berbaju putih yang berjaga disekitar arena segera mengiakan, mereka mengetukkan tongkat bambunya ketanah dan memainkan irama seruling lebih kencang.

Diiringi suara mendesis yang amat nyaring kawanan ular yang berbeda jenis itu segera bergerak kedepan melancarkan terjangan.

Kawanan  ular tersebut bergerak secara berkelompok seperti sepasukan tentara yeng menyerbu benteng dipandang dari balik kegelapan pemandangan waktu itu sungguh menggidikkan hati.

Liong Tian Im membentak keras, dia segera melancarkan sebuah pukulan kearah kawanan ular itu sambil membentak:

"Toako kita tak boleh sampai berpisah."

Jago pedang buta Bok Ci segera menyambar sebuah
ranting kayu yang masih terbakar dan langsung disodokkan ke tubuh kawanan ular itu.

Sambil mendesis aneh, ada tujuh delapan ekor ular yang segera terbakar ditanah dan tewas.

Tapi kawanan ular itu bagaikan sudah pernah memperoleh latihan yang khusus, ternyata tak seekorpun yang takut menghadapi api, seperti kalap saja mereka menerjang terus kedepan.

Dari tempat kejauhan Pek tok sinkun Poh Lo ngo dapat menyaksikan ke dua orang muda mudi itu dibikin kerepotan untuk melancarkan serangan  berulang kali, kendatipun beratus ratus ekor ular telah terbunuh akan tetapi keadaannya masih amat mengenaskan. Sambil tertawa tergelak gelak, dia lantas mengejek:

"Bila kalian berdua bersedia untuk menyerah, aku akan segera melepaskan kalian berdua."

"Kentut busuk" bentak Liong Tian im keras keras, "siapa yang akan minta ampun kepadaku..."

Pek tok sinkun kembali tertawa tergelak.

"Haaaahh , . . haah . , kau benar benar seorang setan cilik yang tak tahu diri, kecuali lo yaya mu, dikolong langit tiada orang ke dua yang bisa menyelamatkan dirimu lagi, aku berani bilang, siapa pun tak akan mampu memainkan barisan ular ini
. ."

"Hmm..." mendadak dari kejauhan sana terdengar orang menjengek sinis, itulah suara dari kakek berkeledai hitam Li Jikoay

Setelah mendengus tadi, dengan suara parau segera teriaknya keras-keras:

"Tampak kau si anak kura-kura sedang mengibul disini."

Mendadak keledai hitam itu berjumpalitan diudara dan menginjak diatas tubuh kawanan ular tersebut seperti segulung asap tak selang beberapa saat kemudian dia sudah berada di hadapan Liong Tian-im maupan jago pedang buta Bok Ci.

"Haaah. haaah, haaah, bagus, bagus sekali, hari ini aku memang ingin sekali bertarung melawan kawanan ularmu itu
!" seru Li Ji koay. Dari atas pelana keledainya, dia mengeluarkan sebuah kantung besar didalam kantung itu tampak ada sesuatu makhluk yang bergerak gerak.

Sambil memandang ke arah Pek tok sinkun Poh Longo, Li Ji koay kembali tertawa terbahak bahak:

"Haaah. haaah haaah, makhluk beracun tua, tandinganmu telah datang !"

Kantung itu segera dibuka tali pengikatnya dan serentetan cahaya menukik ke angkasa, ternyata makhluk itu adalah seekor burung aneh yang seluruh tubuhnya berbulu merah darah, kini burung itu bertengger diatas kepala Li Ji koay.

"Aaa hiat oio ! Burung darah !" jerit Pek tok sinkun dengan perasaan amat terperanjat.
Dengan amat bangga Li Ji Koay tertawa ter bahak bahak. "Haaah, haaah, haaah, kau mempunyai kala jengking darah
dan aku punya burung darah pemakan ular, kita lihat saja kemampuan siapa yang lebih hebat."

Selanjutnya sambil menepuk burung darah tersebut katanya:

"Toa hong, beri pelajaran kepadanya."

Bayangan merah berkelebat lewat, kawanan ular itu segera menjadi gaduh, ular ular yang semua kelihatan buas bagaikan bertemu dengan tandingannya saja, kini pada mendekam ditanah tak berkutik, wajah mereka kelihatan menelan sambil menundukkan kepalanya, ular ular itu mundur terus ke belakang. Burung darah itu berkaok keras, paruhnya yang panjang segera menutul diatas kepala ular tersebut dan si ular pun membalikkan badannya sehingga nampak kulit perutnya yang putih.

Burung darah itu segera mematuk perut ular itu mencongkel keluar empedu ular tadi, kemudian terbang lagi mencari mangsa yang lain.

Dalam waktu singkat, tujuh delapan ekor ular sudah musnah diujung paruh burung tersebut.

Pek tok sinkun menjadi gusar bercampur kaget setelah menyaksikan peristiwa ini.

Lelaki berbaju putih itu mengetukkan bambunya berulang kali, irama seruling pun turut berubah, tapi sejak kemunculan burung darah itu, kawanan ular tersebut seakan akan sudah tidak menuruti perintahnya lagi, mereka hanya mendekam ditanah tanpa berkutik.

Hanya ular ular yang berada dikejauhan saja yang segera memencarkan diri dan kabur ke dalam semak belukar untuk menyelamatkan diri, dalam waktu singkat barisan ular itu sudah kacau balau, yang kabur pun mencapai separuh bagian lebih.

Dengan nada gusar Pek tok sinkun segera membentak. "Pincang Li, aku akan beradu jiwa denganmu!"
"Bagus sekali!" jawab Li Ji koay dingin, "aku memang sudah menantikan kedatanganmu." Dengan sepasang mata yang merah membara dan wajah yang menyeringai seram, Pek tok sinkun Poh Lo ngo kembali membentak keras "Tunggu saja sebentar lagi!"

Dia lantas berpaling dan serunya kepada kawanan lelaki berbaju putih itu.

"Bubarkan barisan ular, cepat kembali ke Pek tok bun dan tunggu aku disana. . ."

Lelaki berbaju putih itu sudah tahu kalau barisan ular mereka tidak berfungsi lagi, karena tiada harapan lagi untuk melukai musuh, dengan segera membunyikan seruling dan menarik mundur kawanan ular tersebut, dalam waktu singkat semua ular berikut kawanan lelaki berbaju putih itu sudah lenyap dibalik kegelapan malam sana.

Burung darah itu berpekik keras, sambil mementangkan sayapnya ia melakukan pengejaran lebih jauh.

Setelah membuyarnya barisan ular itu Liong Tian im dan jago pedang buta Bok Ci pun menarik napas panjang panjang, kedua orang itu segera melompat kedepan dan mengurung Pek tok sinkun Poh Lo ngo ditengah arena.

"Minggir kalian !" beatak Poh Lo-ngo ke-ras-kerag. "aku hendak berduel melawan Li Ji koay."

"Tak akan semudah itu." jengek Liong Tian im sambil tertawa dingin, "Li locianpwe adalah seorang tokoh persilatan, dia tak akan sudi berkelahi dengan manusia seperti kau."

Kemudian sambil menggetarkan senjata patung Kim mo sin jin nya segera memancarkan sinar emas, serunya lebih jauh. "Asal kau dapat menangkan senjata ditangan ku ini, otomatis Li locianpwe akan melayani serangan mu itu"

Poh Lo ngo mencak mencak karena kegusaran, teriaknya keras:

"Bagus sekali, jika aku Poh Lo-ngo tak mampu menandingi seorang bocah ingusan seperti kalian, percuma saja aku berkelana dalam dunia persiiatan."

Kemudian dengan gusar bentaknya: "Serahkan nyawamu !"

Tangan kiri dan tangan kanannya diayunkan bersama, dua gulung angin pukulan dahsyat dengan membawakan gerakan tangan yang aneh langsung menerjang ke muka.

Baik Liong Tian im maupun jago pedang buta Bok Ci, sama sama menjadi tertegun sesudah menyaksikan datangnya ancaman itu masing masing segera mundar ke belakang sejauh dua langkah.

SemSatt memutar pedangnya, jago pedang buta Bok Ci kembali berseru keras:

"Adik Liong, jangan menyambut serangannya dengan kekerasan. . ."

Rupanya berbareng dengan ayunan tangan Poh Lo ngo tadi, dari ujung kukunya memancar keluar tiga rentetan cahaya tajam yang terdiri dan tujuh warna.

Sebagai seorang manusia yang sepanjang tahun kerjanya bergelimpangan dalam benda benda beracun, tak heran kalau dalam setiap gerakannya selalu memancarkan keluar racun keji yang mampu untuk membunuh lawan. Kini, dia sudah marah bercampur gelisah, tak heran kalau racun yang digunakan adalah racun ngo nian mi wu yang maha dahsyat, rupanya dia ingin membinasakan kedua orang muda dengan segera.

Liong Tian im melayang cepat kesamping. kemudian bentaknya keras keras :

"Poh Longo, coba kau lihat benda apakah ini ?" "Sreeeet !"
Sementara Poh Lo ngo masih tertegun, serentetan cahaya emas telah meluncur ke muka. Belum sempat dia melihat jelas apa gerangan yang terjadi, tahu tahu lengan kanannya sudah terasa amat sakit.

Dengan suara gemetar dia segera berseru : "Haaah, cincin maut! Cincin maut!"

Sebuah cincin yang amat besar tahu tahu sudah menancap diatas lengan kanannya, darah memercik ke empat penjuru dan bercucuran dengan amat derasnya.

Sambil menahan rasa sakit yang luar biasa, dia segera mengerang penuh kebencian.

"Bocah keparat, aku tahu sekarang siapakah kau!"

Sinar matanya memancarkan yang menyeramkan hawa pembunuhan yang tebal menyelimuti hampir seluruh wajahnya, sambil mengayunkan telapak tangan kirinya, selangkah demi selangkah dia berjalan mendekati Liong Tian im. Li Ji koay yang menyaksikan kejadian tersebut segera menjerit kaget:

"Bu Im ci to racun tanpa bayangan kalian cepat mundur !"

Jago pedang buta Bok Ci amat terkesiap mendadak pedang kayunya menggulung kemuka dengan kecepatan luar biasa langsung mengarah diatas tangan kiri Pek tok sinkun Poh Lo ngo.

"Aduuuhhh,..."

Poh Lo ngo sebetulnya sedang meghimpun tenaga dalamnya bersiap siaga melancarkan racun tanpa bayangan tiba pergelangan tangannya diketuk orang sehingga sakitnya sampai merasuk tulang sumum dia menjerit lengking dan tangan kirinya segera terkulai lemas ke bawah.

"Orang she Bok!" teriaknya sambil menahan rasa sakit yang luar biasa, "kau berani mematahkan tulang pergelangan tangan kiriku?"

"Haaa haaa.. haa, sebuah pukulan yang amat bagus, Bok Ci
! Kau memang tak malu menjadi putra ayahmu, serangan pedangmu itu nnnae-Jteie, Cd?atay? bikan persoalan?, coba kalau bukan seranganmu ini, kemungkinan besar kau dan Liong Tian im sudah terluka oleh racun jahatnya . , , "

"Pincang Li, kau hendak melakukan pembunuhan ?" Seru Poh Lo ngo dengan penuh kebencian.

"Mengingat kau pun terhitung seorang jagoan yang memimpin suatu perguruan, cepatlah enyah dari hadapanku, kini telapak tangan kirimu sudah musnah, kau tak akan berkemampuan lagi untuk melukai orang dengan racun, bila bersedia hidup tenang selama setengah tahun, bisa jadi tanganmu itu akan pulih kembali kesehatannya, cuma aku pun berharap kau suka berbuat kebajikan dengan banyak berbuat amal.

Pek tok sinkun tertawa dingin

"Patahnya pergelangan tanganku mengakibatkan sakit hati yang lebih dalam dari samudra, dan rasa sakit hati ini pasti akan kutuntut balas. Paling cepat setengah tahun paling lama satu tahun aku pasti akan mengajak anak buahku untuk minta pentunjuk dari kalian bertiga lagi."

"Aku takut kau sudah tidak mempunyai keberanian lagi untuk berbuat demikian." jengek Long Tian im dingin.

Pek tok sinkun Poh Lo ngo mendengus dingin, serunya lagi dengan penuh kebencian.

"Tunggu saja sampai tanggal mainnya, kenyataan akan membuktikan segala sesuatunya.

Diiringi suara tertawa keras yang amat memedihkan hati dia melejit ketengah udara, kemudian bagaikan anak panah yang terlepas dari busur dalam sekejap mata saja bayangan tubuhnya sudah lenyap tak berbekas.

Sambil tertawa dingin Bok Ci berseru:

"Dia seperti ular beracun, kalau bisa aku ingim membunuhnya dengan sekali tusukan pedang."

Li Ji koay menggelengkan kepalanya berulang kali. Bok Ci tertegun, lalu menggeleng.

"Tidak tahu, harap locianpwe suka memberi petunjuk !" Li Ji koay menghela napas panjang.
"Aaai, sejak berpisah dengan ayahmu di pulau Tho hoa to, hingga kini tiga tahun sudah lewat, kami telah berjanji akan berjumpa lagi, di Thian ti tiga tahun kemudian, tapi sampai sekarang dia belum juga dataag untuk memenuhi janji.

"Tidak mungkin" seru Jago pedang buta Bok Ci dengan terkejut: "ayahku bukan seorang yang suka mengingkar janji
!"

"Ya, perkataanmu memang benar" Li Ji koay mengangguk sebetulnya "Aku sendirian tidak percaya kalau dia akan mengingkari janji. kalau dipikirkan sekarang, besar kemungkinannya kalau ia sudah menjumpai suatu peristiwa besar, oleh sebab itu, aku menginginkan agar kau segera berangkat ke Jit Gwat san, mungkin saja dia telah ditahan oleh telur busuk tua itu disana . ."

"Jit gwat san?" Jago pedang buta Bok Ci terkejut, "bukankah ayah anak she Kwan. . ."

Dalam kejutnya buru buru dia menarik tangan Liong Tian lm dan diajak berlalu dari situ.
Li Ji koay segera tertawa terbahak bahak. "Haaahh. . haaah. . haaah. . silahkan menempuh
perjalanan, beritahu kepada si Pedang langit, aku telah menerima budak Keluarga Bu dari bukit Cing sia sebagai muridku, maka dari itu tak bisa bersua dengannya, biar setelah kuwariskan sedikit kepandaian kepada budak itu baru pergi menjumpainya. . ."

Gelak tertawanya bergema ditengah kegelapan, lambat
laun suara itu menjauh dan akhirnya lenyap dari pendengaran.

Langit masih gelap dan tinggal rembulan yang bersinar terang diatas awang-awang, bintang yang berkedip seolaholah beribu lentera yang meramaikan malam ..

Memandang kegelapan malam yang mencekam seluruh angkasa, jago pedang buta menghela napas panjang, perasaan gelisah telah mencekam seluruh perasaannya.

Setelah menghela napas, gumamnya:

"Mungkin ayah dan anak dari keluarga Kwan berdua menahan ayahku.."

Dalam keadaan demikian, tentu saja Liong Tian im tidak leluasa untuk memberi komentar, dia belum pernah berjumpa dengan si pedang langit, tentu saja tidak mengetahui pula apa hubungan antara si pedang langit dengan bukit Jit gwat san.

Ayah dan anak dari keluarga Kwan sudah pernah ditemuinya, yakni dibukit Cing sia bahkan dia pernah bertarung melawan Kwan Lok khi, maka dia cukup mengetahui kalau orang ini memiliki tenaga dalam yang sangat sempurna dan merupakan seorang momok yang perlu disegani atas kelihayan ilmunya.

Diam diam Liong Tian im menghela napas panjang, ujarnya kemudian: "Kwan Lok khi ayah dan anak bukan cuma berani mendatangi bukit Cing sia, merekapun berani menahan ayahmu dibawah bukit, tampaknya ia mereka berminat untuk mencaplok dunia persilatan.,."

"BetuI,,." kata Bok Ci cepat, "dalam kelompok dewa dan kelompok iblis, kedua kelompok tersebut selalu saling berhadapan sebagai musuh, ayahku dan Cing sia sancu semuanya tergabung dalam kelompok dewa, sebaliknya Kwan Lok khi adalah pentolan dari kelompok iblis, bila ditinjau dari situasi yang terbentang didepan mata sekarang, memang kemungkinan besar Kwan Lok khi ada maksud untuk mencaplok dunia persilatan, dia akan menghancurkan kelompok dewa lebih dulu kemudian baru jadi raja didunia..,?

"Hmmm. ." Liong Tian im mendengus dingin. "besar amat ambisi dari Kwan Lok khi."

Jago pedang buta Bok Ci menggelengkan kepalanya berulang kali, katanya kemudian:

"Kwan Lok khi ayah dan anak sudah termashur sebagai Haujim yang menjual teman, untuk mencapai suatu maksud dan tujaan, mereka tak segan segan mempergunakan cara apa pun."

"Ayo berangkat. Kita segera menyerbu ke bukit Jit-gwat san." teriak Liong Tian-im dengan marah.

Belum habis dia berseru, mendadak terdengar suara dingin berkumandang memecahkan keheningan malam. Suara tertawa dingin itu seolah-olah berasal dari mulut sukma gentayangan, seperti juga suara nyamuk yang mendengung disamping telinga, membuat orang merasa amat tak sedap.

Liong Tian im segera melayang kedepan, lalu sorot matanya yang tajam menyapu sekejap sekeliling arena, tapi dengan cepat pandangan nya terhenti disuatu arah.

Ditengah kegelapan malam, tampak setitik bayangan putih bagaikan sukma gentayangan bergerak mendekat, bayangan manusia itu menyelinap mendekat dengan tubuh yang ringan dan gerakan yang cepat.

"Siapa ? Siapa kau ?" Liong Tian im segera membentak keras,

Bayangan putih seperti sukma gentayangan itu seakan akan tidak mendengar teguran itu, suasana tetap hening dan sama sekali tak kedengaran sedikit suara pun, yang kedengaran hanya dengusan suara tertawanya yang hingga kini masih mencekam perasaan mereka berdua.

Sambil tertawa dingin Jago pedang buta Bok Ci berkata: "Engkau segan menjawab atau memang bisu."
Mendadak bayangan putih itu melayang mendekat dibawah sinar rembulan tampak orang itu adalah seorang perempuan aneh yang berwajah jelek, berambut panjang dan berbaju putih.

Setelah tertawa ringan lagi, dia berkata dengan suara dalam: "Aku adalah setan perempuan sukma gentayangan."

"Setan perempuan sukma gentayangan.." bisik Bok Ci dengan suara gemetar jadi kau adalah setan perempuan sukma gentayangan, yang nampak bayangannya tak nampak tubuhnya itu.

Setan perempuan sukma gentayangan itu segera tertawa serak dengan suara yang aneh:

"Benar, kehidupanku hanya selama malam mendatang, ditengah kegelapan malam lebih baik jika manusia dalam dunia ini jangan sampai bertemu dengan ku, sebab kalau tidak, maka kalian bisa jadi akan mampus."

"Hmmm masa begitu . ." dengus Liong Tian im dengan suara yang dingin.

Setan perempuan sukma gentayangan melirik sekejap ke arahnya, lalu menyahut dengan suara dingin:

"Antara alam dunia dan alam baka merupakan dua alam yang berbeda  manusia dan sejauh menempuh perjalanan yang berbeda, kini kematianmu sudah berada diambang pintu, hm, begitupun masih berani mergucapkan kata kata yang  tidak benar kepada kami. . ."

"Hmm, lebih baik kan tak usah menakuti-nakuti kami dengan menyaru sebagai setan, kami berdua tak akan ketakutan oleh perbuatanmu itu, bila ada persoalan tak ada salahnya untuk membicarakan secara langsung dengan ku, mungkin..."

"Tak heran kalau engkau berani tidak memandang sebelah matapun terhadap bukit Jit-gawat san, rupanya kau memang bernyali haa haaaahaaa... Jit gwat san adalah pemimpin dunia, siapa berani tidak memandang sebelah mata kehadapannya, maka pertama-tama dia harus melewati diriku lebih dulu. .."
Jago pedang buta Bok Ci segera tertawa terbahak bahak. "Haahahaahaa. . . aku masih mengira kau adalah jagoan
lihay yang berasal dari mana, rupanya tak lain adalah muridnya Kwan Lok khi dari jit gwat san, bukankah kau datang dari bukii Jit gwat san..."

"Kwan Lok khi adalah ayah angkatku." kata setan perempuan sukma gentayangan dingin.

Liong Tian im yang berdiam diri ikut tertawa terbahak bahak.

"Haaaah, haaaah, haaah, tak heran kalau kau mengibul tentang Jit gwat san, rupanya kalian memang satu komplotan yang sama sama busuknya. ."

Mendengar ucapan tersebut, setan perempuan sukma gentayangan merasa gusar sekali, sambil tertawa dingin ia membalikkan badan sambil melepaskan sebuah pukulan, gulungan hawa dingin yang mencekam bagaikan salju segera meluncur ke udara dan membelah angkasa. 

Seketika itu juga udara disekeliling tempat itu berubah menjadi dingin dan membeku.

Dengan cepat Liong Tian im mengigos ke samping, lalu tanyanya dengan nada tercengang. "Oooh, rupanya kau berhasil memiliki ilmu Han si ciang (pukulan mayat dingin). ."

Dia cukup mengetahui kalau ilmu pukulan tersebut berhawa membekukan dan sangat beracun, barang siapa terkena serangan mana, dalam tujuh hari saja akan mati karena kedinginan.

Maka setelah meloloskan diri dari serangan ini, cepat dia melancarkan pula sebuah pukulan dahsyat.

Serangan mana meluncur ke depan dengan ketajaman seperti golok, kekuatannya pun berat sekali.

Setan perempuan sukma gentayangan sama sekali tidak menduga kalau reaksi dari musuhnya begitu cepat, belum habis serangannya dilancarkan serangan musuh telah menyambar datang.

Dia berseru tertahan dengan wajah tercengang, kemudian setelah berjumpalitan sekali ditengah udara, badannya baru melayang turun kembali ketanah.

"Huuh ... . hanya mengandalkan sedikit kepandaian itu saja, kau hendak menyerbu Jit-gwat san?" jengeknya kemudian sambil tertawa dingin.

Liong Tianim tertawa angkuh.

"Hmm, Jit gwat san toh bukan bukit karang berlapis baja. memangnya ada sesuatu yang bisa dibanggakan ."

"Kendatipun Jit gwat san bukan bukit karang berlapis baja, tempat itupun tak kalah dengan sarang naga harimau" kata setan perempuan sukma gentayangan dingin, "ditempat itu tersedia jago jago paling lihay, perangkap paling dahsyat tanggung kau bisa masuk tak akan dapat keluar lagi."

Kemudian setelah memandang sekejap ke-arah Liong Tian im dengan pandangan dingin lanjutnya:

"Kuanjurkan kepada kalian berdua, lebih baik sedikitlah  tahu diri. urungkan niat kalian untuk mendatangi Jit gwat san, dengan cara tersebut mungkin saja kau masih dapat hidup selama beberapa hari lagf kalau tidak. ,.haaah ,,,.haaahh. . haaanh ... bagaimana akibatnya, aku pikir kalian tentu lebih jeias daripada diriku bukan..."

"Nona, kau anggap dengan mengucapkan beberapa patah katamu itu maka kami berdua akan menjadi ketakutan? Ku anjurkan kepadamu, lebih baik urungkan saja niatmu itu, dengan mengandalkan nama kami berdua, kami rasa belum ada tempat didunia ini yang benar benar bisa membuat hati kami merasa keder.. ."

"Hmm, jago pedang buta kau jangan kelewat sombong." dengus setan perempuan sukma gentayangan sinis. "sejak muncul ke dalam dunia persilatan hingga kini, aku si setan perempuan sukma gentayangan belum pernah menjumpai manusia latah seperti kau, dikolong langit orang berkata putra si Pedang langit adalah seorang yang gagah, tapi setelah kujumpai hari ini, huh. benar-benar membuat orang merasa kecewa sekali. . ."

"Aku tidak memahami maksud perkataanmu itu?" seru Bok Ci tertegun. "Sebetulnya sederhana sekali" kata Setan perempuan sukma gentayangan dengan suara dingin, "setiap orang didalam dunia persilatan mengatakan betapa gagahnya siapa tahu dari bertemu lebih baik kudengar dongeng orang saja dalam pandanganku, kau tak lebih cuma manusia kasaran yang latah dan sombongnya luar biasa.

"Hmmm, nona pun kelewat menghina orang." desis Jago pedang buta Bok Ci dengan suara rendah.

Menggunakan kesempatan ketika masih berbicara, mendadak dia meloloskan pedang kayu yang tersoren di pinggangnya, kemudian dengan menggunakan suatu kecepatan yang luar biasa, dia melepaskan tiga buah tusukan kilat ke tengah udara.

Dimana bayangan pedangnya berkelebat muncul titik titik cahaya tajam ditengah angkasa, mendadak beberapa ekor kunang kunang yang kebetulan sedang terbang disekitar situ sudah terpapas menjadi dua bagian oleh sambaran hawa pedang itu.

Yu tangkai li setan perempuan sukma gentayangan merasa amat terkesiap rupanya dia tidak menyangka kalau pihak lawan memiliki gerakan ilmu pedang yang begitu lihay, tangannya hanya digerakkan pelan tahu tahu kunang kunang yang sedang terbang diangkasa sudah terpapas menjadi beberapa bagian.

Padahal untuk melakukan hal tersebat, bukan saja serangannya harus ditujukan dengan tepat, tenaga yang disertakan juga harus tepat, sedikit bertindak salah saja, kunang kunang itu mustahil bisa dibabat rontok. Dipandangnya wajah lawan dengan sorot mata hambar, kemudian dia mengejek:
"Tampaknya kau ingin pamer kekuatan di hadapanku ..." "Tidak berani" sahut jago padang buta Bok Ci sambil
tertawa dingin, "aku tak lebih cuma seorang tukang silat kasaran yang latah. mana aku berani memperlihatkan kejelekan dihadapan nona? Cuma ucapan nona kelewat "sedap" didengar, itulah sebabnya akupun mengambil bunga menyembah Budha."

"Maka kau lantas pamer kekuatan dihadapan ku!" sambung Yu leng kui li tertawa seram.

Paras muka Bok Ci berubah menjadi sedingin seperti es, katanya dengan cepat:

"Aku hanya ingin memperingatkan kepadamu, jangan kelewat memandang hina kepada orang lain."

"Paras muka Yu leng kui li berubah hebat, serunya pula cepat:

"Akupun ingin memperingatkan pula kepadamu, jangan memamerkan kekuatanmu dihadapanku, sedikit kepandaian macam begitu, bagi pandanganku cuma permainan anak anak, mungkin kau belum pernah menyaksikan ilmu Yu leng tay   hoat ku bukan."

"Sudah lama Yu leng toa hoat kudengar dari mulut orang, bila nona berhasrat memberi petunjuk, aku mah ingin juga mencoba coba kelihayanmu itu."

Sesudah berhenti sebentar, dia melanjutkan: "Sampai waktunya janganlah membuat kami merasa kecewa."

Yu leng kui li tertegun.

"Apa maksudmu berkata demikian ?"
Jago pedang buta Bok Ci segera tertawa terbahak bahak. "Haaah haah, haaah berhubung dalam dunia persilatan
terlampau banyak manusia yang bernama kosong, baru memiliki sedikit kepandaian dan beruntung bisa mendapatkan sedikit nama, dia lantas menganggap dirinya hebat . . ."

"Bangsat, kau berani menghina aku ... " Saking gusarnya, Yu leng kui li sampai menjerit ketus dengan suara yang melengking, tubuhnya segera melompat mundur ke belakang
kemudian dengan tangannya yang pulih bersih pelan pelan dia membereskan rambutnya yang lusuh.

Kini diatas wajahnya yang jelek lelah diselimuti oleh selapis bayangan gelap yang menyeramkan yang siap menerkam mereka berdua . .

Jago pedang buta Bok ci segera menyikut sebentar Liong Tian im yang berada disampingnya, lalu berbisik:

"Kau harus berhati-hati, bila Yu leng Tay hoat musuh dipergunakan dia akan memancarkannya tanpa bayangan tanpa wujud, sekalipun aku belum pernah melihat sendiri, tapi aku tahu kalau kepandaian ini merupakan semacam ilmu sesat yang berbahaya sekali .. ."

"Aku bisa berhati hati . .." jawab Lian Tian im sambil menarik napas panjang panjang. Bagaikan segumpal kapas yang ringan, Yu-leog kui li berputar tiga kali diatas tanah, kemudian tangannya yang putih halus bertepuk tiga kali ketengah udara.

Suara tepukan tersebut dengan cepat menyebar ditengah ke gelapan mengikuti hembusan angin malam . ..

Sambil tertawa dingin dia berseru:

"Sebentar lagi kalian, akan menyaksikan kedua belas sukma gentayangan anak buahku..."

Ucapan itu pelan pelan di utarakan dan pelan pelan melenyap di udara, menyusul suara pekikan nyaring yang sangat aneh, tiba tiba dari sekeliling tempat itu bermunculan dua belas buah lentera merah yang bergerak mendekat seperti sukma gentayangan.

Dibawah pancaran sinar dari cahaya merah itu dua belas orang gadis berbaju putih bagaikan sukma gentayangan saja munculkan diri didepan mata sambil bergerak mendekat mereka memperlihatkan tari-tarian aneh yang sangat menggetarkan sukma .

Yu leng Kui li tertawa tergelak gelak dengan bangganya, kemudian berseru.

"Dalam ilmu Yu leng tay hoat, Sian mo wu (tarian dewi  iblis) merupakan babak yang terindah, tarian ini bisa membuat pandangan orang melamur, tapi hati hati jangan sampai tumpah darah dan mampus. Lalu kepada dua belas orang gadis itu, dia berseru sambil bertepuk tangan keras:

"Gadis dari keraton dewi baru turun dari langit."

Jin yau siancu menuruni sungai perak, sobat dua belas orang gadis itu bersama sama

Kemudian sambil tertawa tergelak gelak, kawanan gadis berbaju putih itu mulai menggerakkan lentera merahnya ke kiri dan kanan, selapis cahaya merah menerangi seluruh angkasa ditambah pula gaun putih mereka yang berkibar, terciptalah suatu perpaduan warna yang sangat mengerikan hati.

Jago pedang buta Bok Ci segera merasakan hatinya tercekat, sebab dari tubuh kawanan gadis itu serasa memancarkan semacam perasaan aneh yang bisa membikin hati bimbang dan pikiran kalut segulung hawa darah muncul dari pusar dan membakar seluruh tubuhnya.

Dalam terkejutnya buru buru dia menghimpun tangga dalamnya ke pusat, lalu setelah mengelilingi seluruh badan sekali, pelan pelan rasa aneh yang semula menyelimuti perasaannya batu lambat laun mereda.

Buru buru dia menjatuhkan diri duduk bersila di tanah, kemudian serunya dengan cemas:

"Adik Liong, jangan kau anggap tarian dewi iblis itu cuma tarian biasa, sesungguhnya mengandung kekuatan yang gampang mengacaukan pikiran, Yu leng tay hoat bisa termashur dalam dunia persilatan sudah pasti kepandaian itu merupakan suatu kepandaian yang sangat lihay .." Sementara itu Liong Tian im sendiripun merasakan pikirannya mulai goncang dan hampir tak mampu mempertahankan diri dengan cepat dia mengiakan lalu mengerahkan tenaga dalamnya untuk mempertahankan diri.

Tampaknya pihak lawan pun mulai mengeluarkan kelihayannya menyusul berlangsungnya tarian itu, dua belas orang gadis muda meliuk liukkan tubuh mereka yang ramping dan indah membawakan sebuah tarian yang erotik, sementara bau harum gadis tersiar dari tubuh mereka dan menyebar ke mana membuat setiap orang merasakan dirinya seolah olah berada dalam alam nirwana.

Dari dalam sakunya Yu leng kui li mengeluarkan pula sebuah seruling kecil kemudian katanya.

"Silahkan kalian mendengarkan pula sebuah lagu senandung dewi iblis yang merdu merayu."

Bunyi seruling segera bergema memecahkan keheningan, irama yang berlompatan keluar ibarat hembusan angin lembut yang berhembus sepoi dan membuyar di tengah udara.

Mula mula irama lagu meninggi hingga menembusi awan dan menyebar ke mana mana, kemudian suara yang bergetar berubah seolah-olah rintihan sukma ftnuy?witn dalam neraka, membuat hati orang pilu, seperti juga seorang gadis yang sedang menangis terisak ditengah malam buta.

Dunia yang cerah dalam sekejap itulah se akan akan dilapisi oleh kabut kedukaan yang mengenaskan.

Irama seruling yang mengalun masih saja, berubah tak menentu, sebentar bagaikan seseorang yang melolong kesakitan menghadapi sakratul maut yang makin mendekati, menjerit merintih dan mendesis, lalu sebentar lagi berubah menjadi keluh kesah seorang nyonya muda yang tak pernah merasakan kepuasan dan kehangatan dalam hidup keluarganya.

Dua belas gadis cantik itu meliuk liukkan badannya makin bergairah, menyusul permainan seruling itu mereka mulai melepaskan kancing pakaiannya satu persatu dan memamerkan anggota badan mereka yang putih montok dan menggiurkan itu.

Ketika sepasanng payudaranya mulai melompat keluar  maka terlihatnya seperti dua buah bola daging yang menonjol besar dengan sebutir batu permata berwarna merah di ujungnya bergoyang goyang kian kemari, benar benar merupakan suatu pemandangan yang menawan hati.

"Tak tahu malu ...." Liong Tian im membentak dengan  suara menggeledek, walaupun bertakan nama uutuk sementara berhasil menekan suara seruling yang mengalun di udara, tapi suara irama seruling yang mengalutkan pikiran itu kembali menggema di udara.

Buru buru Liang Tian im memejamkan matanya rapat rapat terhadap pemandangan aneh yang terbentang dihadapannya, dia berlagak seolah olah tidak melihat ataupun mendengar.

"Adik Liong" tiba tiba jago pedang buta Bok Ci berseru, "sebentar lagi aku akan mengeluarkan ilmu Thiannl.ii boo Auman guntur langit bila perempuan perempuan itu dibiarkan bermain gila terus lama kelamaan kita bisa ikut terseret untuk mengikuti mereka membawakan tarian gila. Selesai berkata, dia lantas membentak dengan suara yang keras memekikkan telinga, suara tersebut menggelegar bagaikan guntur yang meledak disiang hari bolong.

Kontan ke dua belas orang gadis itu merasakan badannya bergetar keras, langkah tarian mereka pun seketika menjadi kacau balau.

Suara irama seruling itu segera menjadi sirap, tiba liba saja seruling ditangan Yu leng Kui li tersebut patah menjadi dua bagian dan terjatuh ke atas tanah.

Sambil melompat mundur Yu leng kui li berseru dengan kaget.

"Aaah. sungguh tak kusangka kaitan berdua memiliki keteguhan imam yang sangat mengagumkan !"

Ketika ia melirik sekejap kearah kedua belas orang gadis  itu. mendadak hatinya merasa terperanjat, ternyata mereka sudah tergeletak dengan tubuh gemerar keras, masing masing muntah darah kental, bagaikan orang yang ter makan hantaman orang.

Dengan perasaan terperanjat Yu leng kui li segera berseru: "Dengan cara apa kau melukai mereka.."
"Hmmm, keadaan mereka sekarang sangat keterlaluan." ucap jago pedang buta Bok Ci dengan suara dingin, "seandainya aku tidak mengeluarkan ilmu auman guntur langit, kemungkinan besar mereka telah bertelanjang bulat, kalau sampai bugil.,.Hmm, sudah pasti tampangnya lebih menjijikkan, itulah sebabnya bki khusus memakai ilmu Auman guntur langit agar menggugah sukma mereka yang telah mati itu agar sadar kembali."

"Kau bisa menggunakan ilmu Auman guntur langit?" tanya Yu lerg kui li dengan tercengang.

"Huuhh apanya yang luar biasa? Kau jangan lupa bahwa ayahku adalah si Pedang..."

"Hmmm. Apa hebatnya dengan sipedang langit?" jengek Yu leng kui li sambil mendengus dingin, "sewaktu berada dibukit Jit gwat san dia toh tak sanggup menahan kelihayan ayah angkatku."

Mendadak ia merasakan kalau dirinya telah salah berbicara buru buru kata selanjutnya ditelan kembali ke dalam perut.

Tapi Jago pedang buta Bok Ci sudah keburu terperanjat, sorot matanya yang dingin bagaikan es segera dialihkan ke atas wajahnya dan memandang lekat lekat.
"Bagaimana dengan ayahku?" teriaknya kemudian cemas. "Hmm kemungkinan besar ayahmu sudah mampus, ,."
jawab Yu leng kui li dingin. "Plaak. . ."
Dalam sedihnya, Jigo pedang buta Bok Ci seolah olah
merasakan dadanya dihantam dengan sebuah martil besar, dengan agak sempoyongan dia menerjang kemuka, langsung sebuah tempelengan diterangkan ke wajah perempuan setan tersebut itu. Dengan kesakitan, Yu leng kui li cupat cepat melompat mundur sambil memegangi wajah sendiri.

"Kau berani memukul aku?" serunya benci.

"Aku bukan hanya ingin memukul saja, aku menginginkan kematianmu..." bentak jago pedang buta Bok Ci dengan amat gusarnya.

Selama berkelana dalam dunia persilatan Yu leng kui li belum pernah kena ditempeleng orang, bisa dibayangkan betapa sedihnya perempuan itu setelah kena ditampar orang, tanpa terasa dua baris air matanya jatuh bercucuran, rasa gusar dan dendam yang membara dalam dadanya membuat sekujur badan perempuan itu gemetar makin keras.

"Bok Ci, aku menginginkan nyawamu..." Pekiknya dengan suara melengking.

Telapak tangannya segera diangkat, segulung cahaya tajam yang berhawa dingin segera di muntahkan keluar dari balik telapak tangannya bagaikan makhluk buas yang siap menelan mangsanya, dia bacok musuhnya sepenuh tenaga.

Sejak mendengar kalau ayahnya kemungkinan besar sudah tewas ditangan Kwan Lok khi ayah dan anak dibukit Jit gwat san, jago pedang buta Bok Ci seolah olah sudah kebingungan.

Terjangannya seperti masa lalu melihat datangnya ancaman lawan dia malah maju ke muka sambil membentak dengan merah: "Rupanya kau kepingin mampus."

Dia kelewat membenci Yu leng kui li, maka serangannya kali ini telah mempergunaka dua belas bagian tenaga dalamnya, segulung angin pukulan yang maha dahsyat segera menyongsong datangnya ancaman dari lawan.

"Blamm..."

Ditengah udara berkumandang suara ledakan keras yang memekikkan telinga.

Mendadak Yu leng kui li menjerit lengking lalu secara beruntun mundur sejauh tujuh delapan langkah dengan sempoyongan, sekujur badannya gemetar keras, tak tahan lagi dia muntahkan darah segar.

"Bok Ci!" serunya kemudian dengan suara gemetar, "dendam sakit hati diantara kita berdua tak pernah akan berakhir untuk selamanya." Tangannya segera diulapkan dua belas orang gadis berbaju putih itu segera melarikan diri kebalik kegelapan sana.
Jago pedang buta Bok Ci tertawa dingin, sahutnya: "Setiap saat aku si jago pedang buta akan menantikan
kedatanganmu."

"Benarkah itu ?" jangan Yu leng kui li s -nig, "sekarang juga aku akan membunuh mu, tunggu saja tanggal mainnya . . . "

Dari dalam sakunya dia mengeluarkan sebuah tabung berwana hitam dan segera dilemparkan ke tengah udara.

"Blammm. . . !" diiringi suatu ledakan keras, segulung cahaya api berwarna biru segera membubung tinggi ke angkasa lalu memancar ke empat penjuru. "Oooh. . . mau mencari pembantu?" jengek jago pedang buta Bok Ci dengan dingin "Hmmm . . . aku ingin tahu, perempuan busuk macam setan seperti kau masih bisa mengundang bala bantuan macam apa bagi dirinya."

"Hmmm, asal Ji siok ku sudah datang, kesempatan bagimu untuk melarikan diripun tak akan ada !" ejek Yu leng kui li dingin.

Jago pedang buta Bok Ci maupun Liong-Tian im merasa amat terkejut, mertka tidak menyangka kalau paman kedua atau Ji siok perempuan setan itu berada diseputar sana.

Sementara mereka menduga duga sampai dimanakah kemampuan yang dimiliki ji siok perempuan itu, mendadak terdengar suara tertawa dingin berkumandang ditengah keleningan malam.

Sambil berpaling Yu leng kui li segera berteriak: "Ji siok, aku berada disini!"
"Hmmm..."

Dari balik kegelapan berjalan seorang hwesio besar yang berkepala gunduI, hwesio itu membawa sebuan tongkat berkepala naga, beralis mata tebal dan sekulum senyuman sinis menghiasi ujung bibirnya.

Dia berjalan mendekat dengan langkah lebar sorot matanya yang dingin dan tajam memandang sekejap kearah Yu leng  kui li, kemudian mendengus, sikapnya sangat dingin dan hambar. Yu leng kui li segera maju menyongsong kedatangannya sambil berseru keras:

"Ji siok . ."

"Siapa yang telah melukai dirimu ?" tanya si hwesio cepat. "Putranya si pedang langit!"
"Apa?" hwesio itu melotot besar, "Jago pedang buta juga berada disini?"

"Hmmm. . . kebetulan sekali aku Ci seo Hud teag memang lagi mencari bocah keparat itu, sungguh tak disangkah dia datang menghantarkan diri sendiri."

Kemudian setelah memandang sekejap wajah Jago pedang buta dan diri Liong Tian im, serunya keras keras:

"Siapakah diantara kalian yang bernama Jago pedang buta
?"

"Aku orangnya. ." sahut Bok Ci sambil tertawa dingin.

Dengan pandangan yang dingin Ci seng toi hweesio mengamati wajah Bok Ci lekat lekat, kemudian katanya:

"Betulkah kau adalah jago pedang buta? Aneh orang persilatan bilang kau adalah seorang buta? Mengapa sekarang kau bisa melihat dengan jeli ? Aku pikir kau sudah pasti gadungan."

"Omong kosong..." bentak Liong Tian im dengan gosar, "toako ku adalah seorang lelaki sejati, buat apa dia membohongi dirimu?" Ci seng toa bwesio mengalihkan sorot matanya ke wajah Liong Tian im, setelah dia nan pula sekejap, ujarnya dingin:

"Aku belum bertanya kepada mu, siapa pula kau?"

Liong Tian im mengeluarkan senjata patung Kim mo sin jinnya dari punggung, kemudian menjawab:

"Asal kau kenal benda ini, sudah pasti akan kenal pula denganku..."

Dari wajah Ci seng toa hwesio yang penuh hawa sesat, anak muda tersebut sudah menduga kalau orang ini cuma seorang hwesio gadungan, kendatipun ia mengenakan jubah pendeta, namun tak pernah melakukan perbuatan baik, itulah sebabnya dia sengaja mengeluarkan senjatanya agar bisa memancing perkelahiannya dengan pendeta tersebut.

Dengan perasaan gemetar, Ci seng toa hweesio segera berseru:
"Kau adalah Hiat ci kim mo (iblis emas berjari darah). . ?" "Terlampau lambat bila kau baru tahu sekarang, aku
hendak memberi pelajaran yang sebaik baiknya untukmu."

Meudengar ucapan mana Ci sengtoa hwesio sangat gusar, sambil meraung keras senjata tongkat kepala naganya diangkat, kemudian dengan menciptakan selapis bayangan toya langsung membacok keatas tubuh Liong Tian im.

Dengan cekatan Liong Tian im mengigos ke samping, kemudian senjata patung Kim mo-sin jinnya diangkat keatas, ketika dua macam senjata berat itu saling beradu, segera terdengarlah suara benturan yang amat nyaring. Akibat dari benturan itu, Ci seng hwesio merasakan pergelangan tangannya bergetar keras, diam diam ia merasa terkesiap, tongkat kepala naganya segera diayunkan kembali menciptakan selapis bayangan tongkat yang tajam dan langsung menusuk keatas lengan kiri Liong Tian im.

Serangannya ini selain cepatpun ganas segera memaksa Liong Tian im mundur sejauh tiga langkah lebih, baru saja dia akan melepaskan serangan balasan, mendadak Ci seng toa hwesio sudah mendesis lalu menerjang kemuka sambil mengangkat senjatanya.

Dengan gusar Liong Tian ini membentak keras: "Sambutlah sebuah pukulanku lagi."
Terhadap datangnya serangan tongkat kepala naga yang menyambar tiba, anak muda itu tidak berkelit atau menghindar, patung Kim mo sin jin yang berada ditangannya pun segera di ayunkan kedepan menyongsong datangnya serangan toya lawan, "Triiing."

Percikan bunga api berhamburan kemana mana, sekali lagi Ci seng hwesio merasakan bahunya bergetar keras dan mundur sejauh dua langkah dengan sempoyongan.

Ketika tongkat kepala naganya diangkat untuk diperiksa, ternyata sebagian sudah gumpil akibat benturan tadi.

Dengan kemarahan yang membara, dia segera membentak keras:

"Bocah keparat kau benar benar keji..." Sementara itu Liong Tian im juga tak kuat menahan serangan dahsyat dari musuhnya, dengan sempoyongan dia mundur lalu roboh terjenkang ke tanah, hawa darah didalam dada nya bergolak keras, setelah itu memuntahkan darah segar, wajahnya seketika itu juga berubah menjadi pucat pias seperti mayat.

Jago pedang buta Bok Ci yang menyaksikan kejadian itu segera melayang ke depan, lalu tegurnya:

"Adik Liong, kau terluka?"

Secepat kilat pedang kayunya diloloskan dan berdiri
didepan Liong Tian ini sambil bersiap siaga menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan, dia kuatir Ci seng hwesio manfaatkan kesempatan itu untuk melancarkan sergapan.

Dengan perasaan berterima kasih Liong Tian im memandang ke wajah jago pedang buta Bok Ci, kemudian sahutnya:

"Toako aku tidak apa apa, kau tak usah menguatirkan keadaanku . ."

Dalam pada itu, Yu leng kui li juga merasakan semangatnya mengendor, cepat serunya:

"Ji siok, mengapa kau tidak membunuhnya." Ci seng hwesio tertawa seram.

"Tak usah kuatir, bocah keparat ini jangan harap bisa lolos dengan selamat dari tempat ini..." Jago pedang buta Bok Ci makin naik darah setelah menyaksikan kekejaman hati Yu leng kui li yang meminta kepada Ci seng hwesio untuk membunuh saudara angkatnya, dia mendongakkan kepalanya lalu tertawa gusar, serunya:

"Siluman perempuan, jika kau memang merasa punya kepandaian, ayolah berduel melawan aku orang she Bok. ."

"Huuuuh, buat apa mesti bertarung dengan mu?" jengek
Yu leng kui li sinis. "disini toh hadir Ji siok ku. masa kau masih berani latah kepadaku . ."

Kemudian setelah memandang sekejap ke arah Ci seng hwesto, lanjutnya lebih jauh:

"Ji siok, bantulah aku untuk memberi pelajaran yang setimpal kepadanya..."

Ci seng hwesio tidak menduga kalau gadis itu pandai berbicara dan secara gampang sekali berhasil melimpahkan semua tanggung jawab kepadanya, sambil tertawa seram dia lantas berseru:

"Tentu saja, bagaimanapun aku harus memberi pelajaran yang setimpal untuk manusia latah ini.."

Tongkat kepala naganya diangkat ke udara, kemudian diiringi bentakan keras bagaikan geledek cepatnya melepaskan bacokan ke muka.

Jago pedang buta Bok Ci mengigos kesamping, secara beruntun pedang kayunya melancarkan tiga buah serangan berantai. Ketiga buah serangan itu semuanya dilepaskan dengan cepat dan enteng, bukan saja berhasil menangkis bacokan berat dari Ci seng hwesio, bahkan memanfaatkan keteledoran hwesio tersebut, pedangnya langsung membabat kearah sikutnya.

Dengan perasaan terperanjat, Ci seng hwesio segera miringkan badan kesamping, kemudian berteriak.

"Benar benar sebuah jurus pedang yang sangat lihay. ." tubuhnya segera berjumpalitan beberapa kali ditengah udara, tongkat kepala naga yang besar diayunkan dari atas ke bawah menghajar ubun-ubun jago pedang buta Bok Ci.

Didalam serangan ini, rupanya dia telah menyertakan segenap tenaga yang dimilikinya, selain daya kekuatannya mengerikan, juga serangannya berbahaya ibarat bukit Thaysan yang menindih kepala saja . . .

Dengan perasaan terkesiap jago pedang buta Bok Ci berseru:

"Kau pingin beradu jiwa !"

Berhubung ancaman yang datang membawa kekuatan yang luar bisia dahsyatnya, maka dia tak berani menyambut
ancaman mana dengan keras lawan keras, padang kayunya di putar membantuk satu gerakan busur, kemudian tubuhnya miring ke samping melompat ke luar dari lingkaran pengaruh senjata toya lawan.

MeIeset dengan serangannya, tubuh Ci seng hwesio ikut melayang turun ke bawah, "blam!" tongkat kepala naganya yang mencium tanah segera menimbulkan sebuah liang yang cukup besar diatas permukaan tanah. "Bocah keparat !"

Jago pedang buta Bok Ci menggetarkan pedangnya keras keras, lalu katanya :

"Mari kita ulangi sekali lagi."

"Hm sekarang toya hudya mu belum punya waktu, tegasnya saja aku si hwesio akan menantikan kedatangan kalian di pantai naga hijau, disitulah kita bisa meneruskan kembali pemruogan ini sampai sepuas puasnya."

Kemudian kepada Yu leng kui li, katanya pula sambil tertawa:

"Ayo ikut aku pulang, kita mencari ayah mu di pantai naga hijau."

Kedua orang itu melejit ke udara dan me luncur kebalik kegelapan sana, sementara di ufuk sebelah timur sudah muncul setitik cahaya terang malam nampaknya hampir berakhir

oooOooo oooOooo

Suara air yang mengalir memercik dari hulu sungai naga hijau dan mengalir turun kebawah, Baberapa lembar daun kering mengikuti aliran air dan meluncur entah pergi ke mana.

Diatas permukaan pasir ditepi pantai yang lembut tersisa jejak kaki seorang dara, menelusuri jejak kaki itu tampak seorang gadis berambut panjang dan berbaju hijau, dengan bertelanjang kaki sedang berjalan menuju kearah sungai yang bersih airnya. Gadis dusun itu naik keatas sebuah batu dan terjongkok disitu, dari dalam keranjang barangnya dia mengeluarkan pakaian kotor dan mencucinya dengan lembut.

Entah berapa saat sudah lewat, mendadak gadis dusun itu mengangkat kepalanya memandang cuaca, kemudian gumamnya.

"Waktunya sudah tiba !"

"Sreeet !" dari tengah udara berkumandang suara aneh, sebatang anak panah meluncur ke arah tubuh gadis dusun itu dengan kecepatan luar biasa.

Gadis dusun itu bersikap amat tenang, mendadak dia menggerakkan jari tangannya yang lambat dan tahu tahu anak panah tersebut sudah terjepit diantara sela sela jarinya.

Diujung anak panah itu tampak secarik kertas, setelah dilihat sebentar, dia mengambil sebatang pit dan menulis beberapa patah kata dibalik kertas tadi, tulisan itu bunyinya:

"Nantikan kode rahasiaku"

Dengan satu gerakan cepat ia mengikatkan kertas itu diujung anak panah, mengeluarkan sebuah gendewa kecil dari balik keranjang bambunya dan membidikkan anak panah tadi kearah selatan.

Diiringi angin tajam, anak panah itu segera melesat ketengah udara . . .

Menanti bayangan anak panah itu sudah lenyap dari pandangan mata, nona gadis dusun itu menengok kembali sekeliling tempat itu setelah yakin kalau disekitar sana tak ada se sosok bayangan manusiapun, dia menundukkan kepalanya dan meneruskan pekerjaannya mencuci pakaian.

Mendadak dari kejauhan sana berkumandang suara derap kaki kuda yang sangat ramai, kemudian dari balik pepohonan yang liu mendadak muncul dua ekor kuda yang dilarikan kencang kencang.

Gadis dusun itu berlagak seolah olah tidak mendengar, tangannya yang halus lembut masih saja meneruskan pekerjaannya mencuci pakaian, tapi dari atas permukaan air ia telah menyaksikan kalau penunggangnya adalah dua orang  laki laki muda.

Sambil tertawa dingin, diam2 ia berpikir: "Akhirnya kalian datang juga, sudah lama aku menunggu kedatangan kalian disini." Suara derap kuda terhenti ditepi sungai, kemudian tampak Liong Tian im dan Jago padang kita Bok Ci memandang sekejap sekeliling tempat itu. Ketika tidak menjumpai seorang manusiapun berada disitu, dengan perasaan tertegun bereka lantas berpikir.

Jangan jangan tempat ini bukan pantai naga hijau...

Jago pedang buta Bok Ci segera melayang turun dari atas kudanya dan pelan pelan mendekati gadis dusun itu, setelah menjura sapanya.

Toa ci, numpang toya tempat ini adalah pantai naga hijau
?"

"Siapa sih yang menjadi toa cimu?" seru gadis dusun itu sambil membalikkan tubuhnya, kau benar benar seorang manusia tak punya sopan santun, masa menyebut orang dengan semaunya sendiri." Jago pedang buta Bok Ci tertegun, dia tak menyangka kalau perempuan yang sedang mencuci pakaian adalah seorang gadis muda, buru buru dia memberi hormat sambil berseru
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar