Cincin Maut Jilid 20

Jilid 20

KEDUA BELAH PIHAK SAMA-SAMA merupakan musuh paling tangguh yang pernah dijumpai, oleh sebab itu kedua belah pihak sama sama turun tangan dengan sangat berhati hati.

Beberapa saat lamanya cahaya pedang berkilauan dan bayangan cambuk yang menggulung-gulung, mereka telah bertarung sebanyak tiga puluh gebrakan dengan amat serunya.

Lim Siok hoa mengikuti jalannya pertarungan ditengah  arena dengan wajah tegang, beberapa kali dia ingin maju untuk membantu Bu Cing peng, tapi setiap kali gerak geriknya diawasi terus oleh Hongpo lt hiong. Kim jiu suseng memang benar benar seorang jago tangguh yang beriImu tinggi, sekali pun ilmu pedang yang dimiliki Bu Cing peng berasal dari bukit Cing sia, sayang sekali pero.a inan cambuk dari Kim jiu suseng terlampau aneh sehingga untuk beberapa saat lamanya mereka tetap bertarung berimbang.

Mendadak terdengar Kim jiu suseng membentak keras. "Kena!"
Bu Cing peng merasa amat terperanjat dia mengira pihak lawan benar benar dapat menembusi kabut pedangnya dan menyerang tubuhnya, sementara dia masih sangsi, mendadak dari ujung cambuk lawan berkumandang suara ledakan keras, segulung kabut hitam segera menyelimuti angkasa, disusul berpuluh puluh titik cahaya tajam berkilauan diangkasa.

Menyaksikan gerangan itu, cepat cepat Bue-Cing peng menggerakkan pedangnya menoen tak selapis kabut cahaya untuk melindungi diri, bentaknya keras keras:

"Kau berani melepaskan Gou wi wong (cahaya ekor sapi)." "Ting . ting . ting !"
Suara dentingan nyaring berkumandang tiada hentinya ditengah udara, berpu!uhan batang1 jarum emas yang lembut seperti bulu kerbau itu segera berhamburan keatas tanah.

Sedangkan ujung pedang Bu Cing peng masih menempel juga puluhan batang jarum perak.

"Aduuuh. . ." Mendadak terdengar Bu Cing peng mengeluh kesakitan, kemudian tubuhnya mundur dengan sempoyongan sambil memegang pedangnya dia mundur ke belakang, kemudian melotot ke arah Kim jiu suseng dengan penuh kegusaran.

Lim Siok hoa merasa terkejut sekali menyaksikan kejadian tersebut sambil maju ke depan tanyanya:

"Cing peng, mengapa kau ?"

"Aku sudah terkena sebatang jarum cahaya bulu korbau, Siok hoa, aku sudah tak mampu apa apa lagi, mumpung aku masih bisa mempertahankan diri sekarang cepatlah melarikan diri .." bisik Bu Cing peng dengan suara gemetar.

Siapa tahu dengan suatu gerakan cepat Kim jiu suseng telah melompat ke muka dan menghadang didepan pintu, jengeknya sinis.

"Mau kabur ? Heeh . heeh .. heeh .. tak akan segampang itu l"

"Kim jiu suseng !" bentak Bu Cing peng dengan gusar, "masa istriku pun tak akan kau lepaskan ?"

Kim jiu suseng menjengek semakin dingin.

"Aku toh sudah bilang, jangan harap kalian suami istri berdua bisa lolos dari sini dalam keadaan hidup, setiap kali tangan emas pencabut nyawa sudah muncul, tak pernah meleset merenggut nyawa orang."

"Kau sudah terkena jarum cahaya bulu kerbauku, dalam  tiga jam kemudian tubuhmu akan berubah menjadi darah dan mampus. Kau harus tahu ilmu cambukku tidak ada taranya di dunia ini dan belum pernah ada seseorang yang bisa menandinginya, jarum jarum yang kugunakan pun sudah kurendam dalam racun keji, orang yang bisa mengobati racun dari jarumku ini mungkin hanya aku seorang."

Saking cemasnya air mata mulai bercucuran membasahi wajah Lim Siok-hoa, bentaknya dengan gusar:

"Kami tak pernah tersangkut dendam kesumat denganmu, mengapa kau bersikap begitu keji terhadap kami berdua . , ."

"lnilah sebagai akibat suka mencampuri urusan orang lain, tiga tahun berselang dia telah melepaskan Li Kui sehingga musuh besar pembunuh keponakanku lolos, bagaimana pun juga dendam sakit hati ini tetap akan kutuntut balas. . ."

Mendadak, pada saat itulah dari luar pintu berkumandang suara gelak tertawa seseorang.

"Haaah,. .haaaah. . .haaah. . tiga tahun berselang kau si anak kura kura juga pernah menendang keledaiku satu kali, hingga sekarang dendam sakit hati inipun belum kutuntut balas, sekarang kau hendak menuntut balas kepada orang, lohan pun hendak mencari balas kepadamu . . ."

Dengan cepat Hongpo li hiong melompat maju ke depan, kemudian bentaknya keras.

"Siapa ? Siapa yang berada diluar ?"

Dari luar ruangan seakan akan terdengar suara derap kaki kuda yang ramai tapi tak kedengaran suara sahutan.

Dalam sekejap mata itulah paras muka Kim jiu suseng berubah sangat hebat, tiba tiba dia bertanya. Saudara Hongpo, apakah disini ada jalan belakang . . ?"

Hongpo li hong tertegun, rupanya dia tak menyangka kalau Kim jiu suheng akan melarikan diri setelah mendengar ucapan itu, setelah tertegun beberapa saat tegurnya.

"Saudara Ko, mao apa kau ?"

Dengan wajah bersungguh sungguh Kim-jiu suseng segera berkata.

"Aku tak berani mengusik orang ini, bukan aku Kim jiu suseng sengaja merendahkan kemampuan sendiri dan mengungguli kemampuan orang, tapi si penunggang keledai hitam ini merupakan jago paling lihay yang paling bikin pusing kepalaku selama ini, daripada bentrok secara langsung dengannya, lebih baik aku menyingkir saja..."

Hongpo It hiong menjidi terkesiap juga sehabis mendengar ucapan itu, katanya kemudian.

"Penunggang keledai hitam? Dia juga sudah muncul di Pek see wu ini."

Belum selesai dia berkata kembali terdengar suara yang parau seperti gembrengan bobrok sedang membawakan lagu senandung:

"Dirumah ada keledai kecil Tak pernah kutunggangi. Suatu hari kunaiki ke pekan. Hatiku riang gembira.  . Siapa tahu . .aduh kedobrak! Aku jatuh mencium tanah .."
Menyusul suara nyanyian yang amat parau itu, tampak seorang kakek berbaju hitam dengan menunggang keledai hitam bertubuh besar telah melenggang masuk kedalam ruangan dan menerjang Kim jiu suseng, sehingga jagoan itu terjerembab keatas tanah.

Kakek aneh yang misterius itu segera tertawa terbahak bahak.

"Haah . . haaah . . haaah . . gentong nasi, masa dengan keledai ku pun kalah . ."

Kim jiu suseng yang terjerembab di tanah baru bergulingan beberapa kali lebih dulu sebelum dapat merangkak bangun.

Dengan pandangan ketakutan serasa sukma melayang meninggalkan raganya, dia mengawasi kakek dipunggung kedelai itu sekejap, lalu serunya dengan suara gemetar:

"Locianpwee . . ." oooOooo
DENGAN mata melotot besar kembali kakek berkeledai hitam itu membentak nyaring:

"Siapa yang akan mengadakan hubungan dengan anak kura kura seperti kau?" "Aku toh tidak kenal siapakah dirimu . . . hei. kau si anak kura kura berasal dari marga mana ? Dan siapa namamu ? Laporkan dulu kepada Hek lu yaya (kakek keledai hitam), coba kulihat apakah nenek moyangmu termasuk salah seorang kenalanku atau bukan "

Kim jiu suseng adalah seorang jago lihay dari golongan hitam, nama besarnya cukup mengeramkan sukma orang dalam dunia persilatan, dia pun terhitung seorang manusia yang tidak takut langit tidak takut bumi.

Asal tangan emas pencabut nyawanya sudah muncul, selamanya tidak pernah ada nyawa yang berhasil diselamatkan.

Tapi sekarang setelah berada didepan kakek berkeledai hitam ini ibaratnya tikus bertemu kucing, saking takutnya dia sampai terduduk diam tak berani bergerak, sementara sorot matanya mengawasi kakek misterius itu dengan ketakutan.

Kakek berkeledai hitam itu duduk tenang diatas keledai hitamnya, lalu sambil melototkan matanya yang lebih banyak putihnya daripada hitamnya, dia berseru:

"Hei, kau sianak kura kura ngapain, melotot terus  kearahku? jangan menunggu sampai Hek lu yaya mu naik pitam, sekali tendang bisa melotot keluar kuning telurmu, nah kalau sampai sudah mampus waktunya mungkin tak ada  orang yang bersedia membereskan jenasahmu"
Kim jiu suseng tertawa getir, katanya dengan cepat: "Boanpwe she Ko bernama Cian, orang persilatan
menyebutku sebagai Kim jiu suseng." "Kim jiu suseng?" kakek berbaju hitam itu menepuk kepala keledainya, lalu menyambung "hei keledai kecil, orang yang menendangmu satu kali ketika berada di dermaga penyeberangan sungai Hoang hoo tempo hari bukankah juga bernama suseng ? Coba pikirkan baik baik, kalau orang yang kau cari sudah benar, tak ada salahnya untuk membalas menendangnya satu kali."

Keledai berbulu hitam seperti mengerti ucapan manusia, mendadak ia meringkik panjang lalu sambil menggerakkan sepasang telinganya dia manggut manggut kemudian mendepak depakan kakinya keatas tanah.

Sambil tertawa terkekeh kekeh kakek berbaju hitam itu berseru:

"Aku mah tidak mau mengurus, itu kan urusanmu sendiri. .
."

Keledai kecil itu menjejakkan ke empat kakinya ke tanah, kemudian melejit ke tengah udara.

Kakek berbaju bitam itu segera terlempar jatuh dari atas punggung binatangnya.

Sambil mengaduh dia lantas mengomel:

"Sudah memberontak nampaknya sudah memberontak, kau si binatang sudah bertemu dengan si anak kura kura, masa lohan pun sudah tidak kau maui lagi ? Coba kalau aku tak pernah belajar seni bela diri, bantinganmu bisa membuatku mampus!"

Dia seperti tak tahan merasakan bantingan tersebut sambil mengerang kesakitan di atas tanah, dia memijit mijit kakinya dengan tangan yang kurus kering, kemudian sambil membersihkan ingusnya yang meleleh keluar dari lubang hidung, dilemparnya ingus tersebut ketanah.

"Sungguh kasihan" gumamnya lirih, "kalau orang sudah tua, biasanya memang makin tak becus . ."

Kalau dibilang kebetulan memang kebetulan sekali, sewaktu Kim jtu suseng sedang membuka mulutnya hendak berbicara, kedua gumpalan ingus yang sedang dibuang ketanah itu tahu tahu sudah meluncur masak ke dalam mulutnya.

Dengan gelagapan Kim jiu suseng hendak memuntahkannya keluar, tapi suara bentakan kembali berkumandang:

"Ayo di telan !"

Sementara Kim jiu suseng  masih merasa  terkejut bercampur terkesiap, mendadak punggungnya terasa bergetar keras, sebuah tendangan keras dari si keledai kecil itu telah menghajar punggungnya keras keras.

Sedemikian sakitnya akibat tendangan itu, ia menjerit melengking, dan tak ampun lagi ingus kental yarg sudah mampir dimulutnya-pun segera tertelan kedalam perut.

Hampir saja dia muntah muntah karena mualnya, namun Kim jiu suseng tak berani mengeluarkan suara barang sedikitpun, kuatir si kakek yang misterius itu kembali akan mempermainkan dirinya. Sambil tertawa terbahak bahak kakek berbaju hitam itu berseru:

"Haaaah, haaah haaaah, bagaimana pendapatmu tentang bakmi masak kwah ku ini?"

"Locianpwe, ampunilah aku." rengek Kim jiu suseng dengan suara memeIas, "kenapa sih kau mesti mempermainkan aku secara berulang ulang. . "
Kakek berbaju hitam itu kontan saja melotot besar. "Hei, jangan mengigau terus, ayo jawab bagaimana
rasanya bakmi masak kuahku itu?"

Dengan suara gemetar Kim jiu suseng segera berseru: "Lembek lembek seperti. ."
"Kentut busukmu!" damprat si kakek berbaju hitam itu dengan gusar, "kau tahu? Kuah bakmi ayamku tadi merupakan bakmi pilihan yang tersohor di wilayah utara."

"Yaa, tahu, aku tahu!" buru buru Kim jiu suseng mengiakan berulang kali.

Dalam keadaan demikian, dia benar benar mati kutunya, mau menangis tak bisa mau tertawa pun semakin tak dapat, kesemuanya itu membuat Bu Cing peng maupun Lim Siok hoa merasa kegelian.

Mendadak Hongpo It hiong maju kedepan sambil menegur: "Siapakah locianpwe ini ? Lohu . . ." "Kau adalah telur busuk, telur busuk tua, manusia semacam kau masih belum pantas untuk mengetahui namaku
!" seru si kakek berbaju hitam itu dengan melotot..

"Kau sendiri manusia macam apa ?" balas Hongpo lt hiong dengan gusar sekali, "berani betul mengumpat lohu..."

"Haah haaah haaa, kalau dilihat dari jenggotmu yang panjang, semestinya umurmu sudah tidak terhitung kecil, tapi anehnya mengapa makin tua makin bertambah pikun ? Kau ingin bertanya namaku ? Aku berasal dari marga H Ucau) bernama Oou tiong (nenek moyang). masa dengan nenek moyang mu juga tak kenali ?"

Tahun ini Hongpo It hiong sudah berumur diatas satu abad belum pernah ia dipermainkan orang seperti ini yang dialaminya hari ini, untuk sesaat dia malah menjadi tertegun, agaknya dia tak menyangka kalau kakek aneh itu indah mengumpatnya.

Sarrbl meraung keras segera bentaknya: "Kau benar benar ingin mampus?"
Mendadak jubah yang dikenakan itu bergetar keras kemudian menggelembung menjadi besar sekali, setelah membentak nyaring, pelan pelan telapak tangannya diangkat ke atas, hawa panas yang membara dengan cepat menggulung ke tubuh kakek tersebut.

Menyaksikan datangnya ancaman itu, dengan ketakutan kakek berbaju hitam itu melarikan diri terbirit birit, sambil lari teriaknya.

"Tolong, tolong . . ,aku hendak dibunuh." DaIam dua tiga kali lompat saja bagaikan segulung asap ringan dia sudah bersembunyi dibelakang keledai kecilnya, lalu sambil mendorong keledai, dia mengomel:

"Kita adalah senasib sepenanggungan, kalau ada mara bahaya lebih baik cari keselamatan sendiri sendiri, Kini aku sedang terancam bahaya apa boleh buat, terpaksa aku harus mempersilahkan lo heng untuk menerima pukulan untukku, untung saja kau adalah kepala manusia badan keledai, sekalipun kena digebuk juga tak menjadi soal. ."

"Blaaaammmm .. !"

Pukulan dahsyat dari Hongpo It hiong itu segera bersarang secara telak ditubuh keledai tersebut dan menimbulkan benturan nyaring yang memekikkan telinga.

Keledai berbulu hitam itu masih tetap berdiri ditempat semula tanpa bergerak barang sedikit pun jua.

Sebaliknya Hongpo It hiong kena didesak sampai mundur sejauh lima enam langkah sebelum berhasil berdiri tegak, namun dadanya naik turun tak menentu, napasnya tersengkalsengkal dan mukanya pucat.

Sebagaimana dlketahui, hampir semua orang yang hadir disana sekarang adalah ahli ilmu silat yang berpengalaman luas, setelah menyaksikan peristiwa tersebut, semua orang baru terperanjat, siapa pun tidak menyangka kalau kakek berbaju hitam itu telah menguasai ilmu" Lo san ta gou (Terpisah bukit memukul kerbau) dorongannya yang pelan di tubuh si keledai tersebut mendatangkan kekuatan yang besar sehingga hampir saja mengakibatkan Hongpo lt-hong terengah engah, serunya kemudian: "Kau memang benar benar hebat, bahkan ilmu Li san ta gou dapat kau kuasai. . ."

"Apa itu terpisah bukit memukul kerbau?" teriak si kakek berbaju hitam itu dengan mata melotot. "inilah yang di namakan Huan san-si lu (membongkar bukit mencuri keledai) suatu waktu keledaiku ini lari masuk ke dalam bukit Bu tong san, sudah kucari kesana kemari tak ketemu, dalam gusarnya aku lantas naik kepuncak bukit Bu tong san berteriak tiga kali, akibatnya para tosu cilik pada menjelajahi bukit membantuku mencari keledai itu, akhirnya binatang itu kutemukan didalam sebuah gua ternyata keledai itu sedang bersembunyi dalam gua dan tertinggal pantatnya yang hitam saja tertinggal di mulut gua, dalam marahnya aku lantas membakar pantatnya, dia pun menjadi marah dan kabur sejauh delapan ratus li. . ."

Bu Cing peng yang menyaksikan kakek misterius itu bercerita dengan amat santainya, bahkan kadang kala tertawa kadangkala marah, tahulah dia bahwa manusia tersebut kemungkinan besar adalah jago persilatan yang tak mau terikat oleh adat istiadat sementara itu racun dalam tubuhnya sudah mulai bekerja, serangan hawa panas dan dingin yang datangnya bertubi tubi membuat tubuhnya benar benar tersiksa, buru buru dia duduk bersila dan mencobanya untuk menyembuhkan luka yang dideritanya dengan mempergunakan tenaga dalam.

Lim Siok hoa dengan wajah tegang dan pedang terhunus berdiri berjaga jaga disamping Bu Cing peng, melihat peluh dingin bercucuran membasahi tubuh suaminya, bibir memucat, saking gugup dan cemasnya air mata sampai jatuh bercucuran dengan derasnya. Rasa bencinya terhadap Kim jiu suseng makin menjadi jadi, saking mendendamnya dia sampai melototi wajah orang tersebut tanpa berkedip.

Dia menguatirkan keselamatan Siau huan, kuatir juga terhadap luka yang diderita suaminya, untuk sesaat hatinya cuma gugup dan gelagapan, tanpa terasa lagi ia berdiri termangu-mangu.

Hongpo It hiong merasa terkesiap sekali setelah menyaksikan kemampuan kakek berbaju hitam itu berhasil memukulnya mundur dalam satu gebrakan saja, sekarang dia tak berani melakukan suatu tindakan secara gegabah lagi.

"Sebenarnya siapakah kau ?" tegurnya kemudian dengan suara dingin bagaikan es.

Kakek berbaju hitam itu membalikkan biji matanya yang putih lalu mendengus.

"Hmm, mengapa aku harus memberitahukan kepadamu ? Kalau ingin tahu, tanyakan sendiri kepada Kimjiu suseng . .
."

Sekujur badan Kim-jiu suseng menjadi gemetar keras setelah mendengar ucapan itu, katanya cepat cepat:

"Sebelum mendapat persetujuan dari locianpwe, boanpwe tidak berani berbicara secara sembarangan"

"Hmm, sekalipun kau utarakan juga tidak mengapa!" kakek berbaju hitam itu mendengus:

Dengan perasaan takut akhirnya Kim jiu su seng menghela napas panjang panjang. "Hongpo lo enghiong !" katanya kemudian" "dia adalah Koay sian (dewa aneh)Li Ji hoay!"

Hongpo It hong merasakan tubuhnya ikut bergetar keras, benaknya secara tiba tiba saja teringat kembali akan suatu peristiwa yang menggetarkan sukma pada tiga puluh tahun berselang.

Mendadak saja sikapnya berubah seratus delapan puluh derajat, buru buru dia membentak keras.

"Leng hong, cepat keluar dan memberi hormat kepada Li locianpwee..."

"Saat ini putra kesayanganmu sedang mabuk kepayang." ucap si dewa aneh Li Ji koay cepat, "oleh karena aku melihat dia kelenger terus maka untuk membersihkan badannya maupun badannya, kuceburkan dia ke dalam jamban agar bisa mandi dengan mandi dengan sepuasnya.

Perlu diketahui sampai di taraf manakah tenaga dalam  yang dimiliki Li Ji hong, boleh dibilang dia sendiripun tak tahu walaupun dia memiliki kepandaian yang hebat dengan kedudukan yang tinggi, namun sepanjang hidupnya jarang sekali kakek ini membunuh orang dengan membunuh orang dengan mempergunakan kepandaiannya.

Setiap orang yang terjatuh ke tangannya tak pernah dia mendengar memukul atau menghajar tapi dicarikan suatu akal untuk mempermainkan habis habisan hingga korbannya  lemas, kehabisan tenaga dan minta ampun.

Itulah sebabnya setiap umat persilatan akan menjadi ketakutan setengah mati apabila mendengar nama Hek lu lojin. Sementara itu, Hongpo It-hiong menjadi tertegun setelah mendengar perkataan itu, segera tegurnya:

"Apa maksud perkataanmu itu ?"

Tiba tiba ia mendengar berkumandangnya suara langkah kaki yang berat berasal dari ruang belakang, tatkala dia mendongakkan kepalanya, maka terkesiaplah kakek ini sehingga tanpa terasa mundur dua langkah ke belakang.

Hongpo Leng hong dengan seluruh tubuh di kotori oleh kotoran manusia yang berbau busuk sekali sedang melangkah masuk ke dalam ruangan, bau busuk yang amat menusuk penciuman benar benar memualkan perut siapapun.

Buru buru Lim Siok-hoa menutupi hidung sendiri sambil mundur, sebaliknya Kim jiu suseng hendak manfaatkan kesempatan itu untuk melarikan diri, tapi kepergiannya kena dihadang kembali oleh Li Ji-koay.

"Leng hong, apa apaan kau ini ?" teriak Hong po It hong lagi sambil mengulapkan tangannya, "ayo cepat kembali ganti pakaian."

"Ayah!" teriak Hongpo Leng hong amat gusar. "aku tcidil fc(iicu j/wa cetfta tua bangka sialan itu."

Diam diam Hongpo It-hong mengeluh, cepat cepat dia memberi kerdipan mata kepada putranya agar segera pergi.

Dengan uring uringan terpaksa Hongpo Leng hong mendengus, lalu membalikkan badan dan berlalu dari situ.

Sementara itu, Li Ji-koay telah memandang sekejap ke arah Bu Cing-peng kemudian menegur: "Luka apa yang kau derita?"

Mendapat pertanyaan itu, terpaksa Bu Cing peng harus mementangkan matanya sambil menyahut cepat:

"Boanpwe kena dihajar sebatang jarum beracun bulu kerbau, kini racunnya sudah mulai menyerang jalan darah Ki kan-hiat .. ."

Sorot mata Li Ji-koay yang dingin menyeramkan segera dialihkan ke wajah Kim jiu suseng, kemudian tegurnya:

"Mengapa kau tidak cepat cepat mencabut keluar senjata rahasiamu yang bersarang ditubuhnya . ."

"Baik, baik !" sahut Kim jiu suseng dengan ketakutan.

Buru buru dia mengeluarkan sepotong besi semberani dari sakunya dan ditempelkan diatas kaki Bu Cing peng, tak selang berapa saat kemudian sebatang jarum lembut seperti bulu kerbau telah mengalir keluar mengikuti cairan darah dan menempel diatas besi semberani itu.

Setelah itu dia mengeluarkan sebungkus bubuk berwarna hitam dan dipoleskan diseputar mulut luka tersebut, katanya kemudian:

"Sekarane kau boleh telan obat ini, dengan kerjanya obat dari luar dan dalam, niscaya lukamu akan sembuh dengan cepat. ."

Bu Cing peng memandang sekejap kearahnya dengan pandangan dingin, lela menelan bubuk obat tersebut ke mulut, setelah meneguk secawan air teh, buru buru dia memejamkan matanya untuk bersemedi kembali.

"Sekarang berikan senjata perenggut nyawamu itu kepadaku!" perintah Li Ji koay kemudian sambil membentangkan telapak tangannya yang besar bagaikan kipas itu.

Berada didepan Li Ji koay, Kim jiu suseng benar benar tak berani menunjukkan rasa angkuh atau jumawanya, dengan ketakutan dia melepaskan ruyung panjangnya yang berwarna perak dan diserahkan ke tangan kakek itu.

Li Ji koay memperhatikan ruyung itu sekejap, kemudian
dari ujung ruyung diambilnya keluar sebatang jarum emas dan disentil kemuka pelan, dengan membawa kilatan cahaya tajam jarum emas yang amat lembut seperti bulu kerbau itu segera menancap diatas lengan Kim jiu suseng . .

"Aaah, kau . .." dengan perasaan terkesiap Kim jiu suseng menjerit kaget.

"Sepanjang jalanan arah barat laut kau telah membunuh orang dalam jumlah yang banyak, maka sekarang akupun mempersilahkan kau untuk ikut mencicipi bagaimana rasanya tubuh keracunan hebat.." kata Li ji koay dingin.

Dengan suatu gerakan cepat dia merampas besi semberani tersebut dari tangan Kim jiu suseng, kemudian memaksanya menyerahkan pula obat penawar yang dimilikinya, setelah itu baru ujarnya:

"Sekarang, kuperintahkan kepadamu untuk berangkat ke kota Cing hong tin di depan sana untuk mencari dua orang lelaki, kedua orang bocah tersebut, yang satu she Liong yang lain she Bok, dalam tiga jam mendatang kau harus sudah balik kembali kemari, bila kau berani mengulur waktu, resiko nyawa tanggung sendiri, kau jangan salahkan aku tak pernah memperingatkan dirimu lagi."

Kim jiu suseng segera menghela napas panjang, diam-diam dia berpikir didalam hati:

"Selama puluhan tahun malang melintang dalam dunia persilatan belum pernah aku Kim-jiu suseng mengaami nasib yang begini mengenaskan seperti apa yang kualami sekarang ini, hari ini aku bisa bertemu dengan momok ini, boleh  dibilang nasibku memang lagi sial. lain hari aku mesti mencari suhu agar dia yang mencari telur busuk tua itu untuk menuntut balas."

Tentu saja lain dalam pikiran, lain pula daIam mulut, buruburu ia mengiakan berulang kali:

"Baik, baik, boanpwe segera akan kembali"

8aru saja dia hendak melangkah keluar dari ruangan, mendadak dari balik pintu berjalan masuk seorang galis yang dengan cepat saling bertatapan muka.

Begitu Kim jiu suseng menyaksikan wajah gadis itu, diamdiam ia mengeluh, sambil menarik napas dingin pikirnya:

"Bukankah dia sudah disekap oleh Hongpo Leng hong ? Mengapa bisa munculkan diri di sini ?"

Tiba tiba terdengar Li Jl-koay yang berada di punggung keledainya melirik sekejap ke arah gadis tersebut kemudian menegur: "Hei bocah, bagaimana dengan persoalan yang kuserahkan kepadamu itu ?"

Sambil menghadang jalan pergi Kim jiu su seng, Bu Siau huan menyahut dengan cepat:

"Segala sesuatunya telah kulakukan dengan mengikuti maksud hati kau orang tua, papan nama Thian hee tit lt keh tersebut sudah kuhancurkan menjadi berkeping keping, Loya cu Kim jiu suseng inilah keparat yang telah membekukku, bagaimana juga kau harus membalaskan dendam bagiku."

Li Ji koay segera tertawa terbahak bahak.

"Haah .. haah .. haah . orang ini berhati kejam dan buas, tempeleng saja mukanya sebanyak dua kali."

Bv Siau huan segera tertawa cekikikan sambil mendekati Kim jiu suseng dia segera mengayunkan telapak tangannya dan "Plook ! Plook !" dua tamparan keras telah bersarang secara telak diatas wajah lawan.

Seketika itu juga, Kim jiu suseng merasakan pandangan matanya berkunang kunang, matanya menjadi merah dan pipinya sakit sekali seperti diiris iris dengan pisau, selapis hawa pembunuhan yang menggidikkan hati segera menyelimuti wajahnya.

Li Ji koay yang menyaksikan kejadian itu segera mengancam dengan suara dingin.

"Kim jiu suseng, kau tak usah menyimpan maksud jelek  lagi, mulai saat ini bocah perempuan tersebut adalah muridku, bila kau berani berbuat sesuatu kepadanya hmm, hati hati kalau sampai kukutungi kaki anjingmu itu." Kemudian sambil mengulapkan tangannya, dia melanjutkan:

"Nah, sekarang kau boleh pergi !"

Kim-jiu suseng tidak mengucapkan sepatah katapun juga, tubuhnya dengan cepat melayang keluar dari ruangan dan lenyap dari pandangan mata.

Bu Siau huan memang seorang nona yang cerdik sekali, memanfaatkan kesempatan itu dia segera menjatuhkan diri berlutut didepan Li Ji koay dan menyembahnya empat kali.

Dengan wajah tertegun Li ji koay menggoyangkan tangannya berulang kali, serunya:

"Budak cilik, lagi apa apaan kau ini ?"

"Apa apaan ? Alku kan lagi menjalankan upacara pengangkatan suhu ?" sahut Bu Siau huan sambil tertawa enteng. "cukup berdasarkan kemampuan mu yang dapat menolongku dari tangan Hongpo Leng hong dalam satu tanjakan saja, aku sudah tahu kalau kau memang seorang calon guru yang paling tepat .. "

Kemudian sambil mengerdipkan matanya berulang kali, dengan sikap yang lebih sok terusnya:

"Bila aku sudah menjadi muridmu, sudah pasti tak ada orang yang berani menganiaya diriku lagi !"

Li Ji-koay segera tertawa terbahak bahak. "Haah . haah . . haah . . kau si budak busuk memang hebat, tapi mengapa pula demikian ?"

"Asal kusebutkan nama Hek lu lojin, siapa yang berani mengusik diriku lagi." seru Bu Siau huan sambil membuat muka setan.

Tubuhnya berputar kencang lalu menubruk ke dalam pelukan Lim Siok hoa sembari berseru dengan suara yang amat keras:

"lbu !"

Dengan penuh kasih sayang Lim Siok hoa membelai rambutnya yang hitam berkilat, lalu katanya sambil tertawa ramah: "Nak, kau benar benar membuat ibu merasa amat gelisah dan cemas . . ."

Mendadak senyuman yang semula menghiasi bibir Bu Siau huan kembali lenyap tak berbekas, air mata lamat lamat mengembang kembali dalam kelopak matanya, seakan akan merasa amat pedih, maka katanya sambil menghela napas.

"Kalian tak usah mencari aku lagi, hatiku sudah menjadi miliknya, biar sampai di ujung langit pun aku tetap akan mencarinya, ibu! dapatkah kau memaafkan ketidak berbaktian anakmu ini?"

Dua titik air mata segera jatuh berlinang membasahi wajah Lim Siok hoa, ujarnya.

"Setiap orang yang berada dibukit Cing sia sedang menantikan kedatanganmu terutama sekali yaya mu, saking cemasnya dia sampai makan tak enak, tidur pun tak nyenyak, apakah kau tega membiarkan batinnya tersiksa hanya dikarenakan memikirkan dirimu?"

Bu Siau huan merasakan hatinya menjadi lemas kembali, hampir saja air matanya jatuh bercucuran dengan mata yang dibelalakkan lebar lebar dia menatap ibunya yamg lemah lembut dan penuh kasih sayang itu tanpa berkedip sementara mulutnya membungkam dalam seribu bahasa.

Sambit membelai rambut putrinya, kembali Lim Siok-hoa berkata:

"Nak, ayah dan ibu membutuhkan kau, sejak kau pergi kami segera menyusul dirimu, kami kuatir kau yang muda kelewat menurut napsu hingga membuat gara gara dalam dunia persilatan kau masih kanak kanak, belum cocok untuk ikut berkelana, tunggulah sampai kau berhasil dengan kepandaianmu, saat itulah ke mana pun kau hendak pergi, kami tak bakal banyak berbicara. . ."

Waktu itu Li ji koay sedang tidur diatas punggung keledainya, sedangkan Hongpo It-hiong tak berani mengumbar amarahnya sehingga terpaksa harus membungkam terus di tempat.

Kini, dalam ruangan hanya kedengaran suara napas dari berapa orang itu saja, sedang suasana amat hening dan tak kedengaran sedikit suara pun . . .

Kurang lebih seperminum teh kemudian, mendadak dari kejauhan sana berkumandang suara keleningan yang berbunyi amat nyaring, suara keleningan tersebut berasal dari kejauhan sana dan makin lama semakin mendekat. Begitu bunyi keleningan berkumandang, semua orang sama sama tertegun, tak seorang pun yang tahu suara keleningan tersebut berasal dari mana . . ?

Ki ji-koay masih saja tertidur nyenyak, dii seolah olah tidak ambil perduli atas semua kejadian yang berlangsung disekelilingnya tapi yang paling tidak tenteram hatinya adalah Bu Siauhuan

Tampak gadis itu memasang telinganya baik baik sambil mendengarkan suara tersebut penuh perhatian sementara jantungnya berdebar keras sekali. . .

Saara keleningan yang semula bsrkumandang dikejauhan, kini sudah makin mendekat, bahkan berhenti didepan gedung bangunan tersebut.

Baru saja Bu Siau huan hendak melompat ke luar untuk menjenguk, Lim Siok hoa telah menggenggam tangannya erat erat sembari berbisik:

"Nak, tenangkan dulu hatimu, siapa tahu orang orang itu bukan dia. . ."

Merah jengah selembar wajab Bu Siau huan sehabis mendengar perkataan itu.

Belum lagi dia menduga siapa yang datang, suara langkah yang berat telah menggema dalam ruangan, kemudian terdengar seseorang menegur dengan suara keras.

"Hei! Emangnya orang disini sudah pada mampus?"

Suaranya kasar, dingin. kaku dan sama sekali tiada nada suara yang teratur itu segera menggetarkan seluruh badan Bu Cing peng, mendadak ia menggenggam gagang pedang sendiri, kemudian matanya dialihkan ke arah pintu gerbang dengan wajah tegang.

"Siapa yang datang ? "seru Hongpo It hiong kemudian ketus, "ada urusan apa datang ke Pek see wu ."

"Ehmm. . suatu pertanyaan yang bagus!" jengek orang diluar pintu seram.

Seorang kakek berjubah merah yang berwajah penuh cambang telah masuk dengan langkah lebar, sorot matanya memandang sekejap ke segenap seluruh ruangan.

Kemudian pelan pelan dialihkan ke wajah Hongpo It hiong. sahutnya kasar: "Kau sedang bertanya kepadaku?"

Dalam pada itu, Hongpo It hiong memang sedang mendongkol sekali dan tiada tempat pelampiasan, menyaksikan kekasaran dan kesombongan manusia aneh bercambang itu, kontan amarahnya meluap-luap.

"Benar, lohu sedang menanyakan siapa namamu?" serunya sambil tertawa dingin.

Kakek berjubah merah itu segera tertawa seram:

"Heeeh, heeeh, heeeh. jika kau sudah mengetahui namaku, mungkin bakal mampus karena ketakutan, lebih baik tak usah bertanya saja.

Hongpo It hiong tertawa dingin. "Mm. aku tidak percaya dengan segala macam takhayul, Iblis akhirat pencabut nyawa yang paling termashur dalam dunia persilatan pun cuma Poh lo ngo seorang, kecuali dia. lohu tidak bisa menduga manusia dari mana lagi yang bisa membuat kaget lohu."

"Heeehhh, heeehhh tidak berani" kakek berjubah merah itu tertawa seram, "lohu memang tak lain adalah Pek tok sinkun Poh Lui."

"Haaahh. .." Hongpo It hong menjerit tertahan saking kaget dan tercengangnya, tanpa terasa tubuhnya mundar lima enam langkah dengan sempoyongan, pada hakekatnya die tidak menyangka kalau orang yang berada dihadapannya sekarang bukan lain adalah Pak sia kun malaikat sakti selaksa racun kontan saja hatinya tercekat.

"Heran, mengapa orang kenamaan bisa bermunculan di Pak see wu ku pada hari ini ?" demikian ia mulai berpikir, mula mula datang si kakek berkeledai hitam, sekarang muncul lagi seorang malaikat sakti selaksa racun walaupun si Kakek berkeledai hitam tidak akan mencelakai jiwa manusia secara sembarangan tapi Pek tok sinkun membunuh oiang hanya dalam sentilan jarinya saja, Konon orang ini berhasil memiliki ilmu Pek tok sinkang yang maha dahsyat seluruhnya tubuhnya seolah olah terdiri dari racun semua, sehingga tempat yang pernah di sentuh olehnya. entah binatang entah manusia bila berani menyentuhnya akan berakibat kematian yang mengerikan. Aku tak boleh gegabah, dia adalah nnnusia beracun yang bisa membunuh orang tanpa wujud."

Karena berpendapat demikian, Hongpo It-hiong tak berani bertindak gegabah lagi, dengan suara gemetar katanya:

"Lohu tidak tahu kalau saudara Poh yang datang, harap sudi memaafkan, harap sudi memaafkan." "Mana, mana." Pek tok sin-kun Poh Lo-ngo tertawa seram, "kau toh menganggap dirimu nomor wahid di dunia ini, sudah barang tentu tak sebelah matapun kau akan memandang seorang murid golongan beracun macam aku ... anggota Pek to bun tersebar luas sampai dimana mana, tapi mereka tak berani mengatakan dirinya nomor satu, Sungguh tak disangka di Pek see wu yang begitu kecil pun terdapat manusia yang tak punya biji mata seperti kau."

"Tapi . . tapi . . semuanya itu adalah berkat cinta kasih sahabat kangouw untukku, lohu sendiri tahu kalau aku tidak berkemampuan apa apa . ." seru Hongpo It-hiong gemetar.

Pek tok sinkun Poh Lo ngo tertawa dingin.

"Kau terlalu sungkan, kau terlalu sungkan, aku Poh Lo ngo ingin sekali mencoba sampai dimanakah kemampuan yang kau miliki itu!"

Tubuhnya bergerak kemuka dan melompat setinggi lima depa lebih, dari tengah udara itulah dia melepaskan tiga buah serangan dahsyat ketubuh Hongpo It hiong.

Ke tiga buah serangan mana nampaknya sangat enteng dan lamban, sedikit pun tidak berkekuatan apa apa, akan tetapi Hongpo It hiong tak berani menyambut dengan kekerasan, dengan ketakutan buru buru dia berkelebat beberapa kali untuk mengigos ke samping.

Menyaksikan perbuatan orang, Pek tok sin kun segera tertawa terbahak bahak.

"Haaah . . haaah . . haah . . kau sudah terkena racun Ngo tok kang ku!" Paras muka Hongpo segera berubah hebat, teriaknya tertahan: "Kau ..."

Tiba tiba saja tubuhnya yang tinggi besar itu roboh terjengkang keatas tanah.

Untung saja Hongpo Leng hong kebetulan muncul dari ruang belakang, melihat keadaan itu. dia segera berteriak keras lalu memeluk tubuh Hongpo It-hong erat erat.

"Ayah, mengapa kau ?" teriaknya.

"Aku . . aku sudah tak tahan lagi !" bisik Hongpo It hong dengan suara gemetar.

Seluruh tubuhnya telah gemetar keras sekali, gumpalan darah hitam meleleh keluar dari lubang hidungnya, matanya terkatup dan napasnya tahu tahu lenyap.

Kesemuanya itu kontan saja membuat Hong po Leng hong menjadi ketakutan setengah mati, saking kagetnya dia sampai terbelalak dengan mulut melongo, untuk beberapa saat lama nya dia hanya berdiri kaki ditempat tanpa mengetahui apa yang harus diperbuatnya.

Bu Cing peng pun murka sesudah mengikuti jalannya peristiwa tersebut, serunya kemudian:

"Betul betul suatu ilmu beracun yang sangat lihay, membunuh orang betul betul tanpa bayangan."

Mendengar itu Pak tok sinkun Poh Lo ngo tertawa terbahak bahak dengan kerasnya. "Haaahh . , . haaah , . haaah . ,, kalian dapat menyaksikan kepandaian sakti dari Pek tok bun kami, mesti harus mati. rasanya kamu semua juga tak usah kecewa."

Sinar kebuasan tiba tiba muncul diatas wajahnya, setelah berhenti sejenak, ia menegur lagi dingin:

"Siapakah yang she Li di tempat ini?"

Didalam ruangan yang luas sekarang, kecuali si kakek berbaju hitam Li Ji koay yang berasal dari warga Li, boleh dibilang tiada orang ke dua yang she Li.

Tapi waktu itu Li Ji koay masih saja tertidur dengan amat nyenyak, seolah olah apa yang terjadi disitu sama sekali tidak diketahui olehnya.

"Aku she Li!" mendadak Bu Siau huan membelalakkan matanya lebar lebar.

Tidak terlukiskan rasa kaget Bu Cing peng dan Lim Siok hoa sesudah mendengar seruan itu, mereka tak menyangka kalau Bu Siau huan bakal bertindak demikian.

Mereka cukup tahu bahwa Pek tok sinkun Poh lo ngo adalah seorang pentolan golongan hitam yang suka membunuh manusia seperti menginjak mati seekor semut saja, tak nanti dia akan mengerutkan dahi oleh pembunuhaa keji yang dilakukannya.

Dasar Bu Siau huan masih kecil, dia tidak tahu lihay justru berani mengusik gembong iblis tersebut tanpa perasaan takut barang sedikit pun jua. Dengan perasaan gelisah Lim Siok hoa segera berseru: "Siau huan "
Bu Siau huan berlagak seakan akan tak mendengar, dia hanya memandang ke wajah Pek-tok sinkun Poh Lo ngo dengan pandangan dingin.

Dengan wajah tidak percaya Pek-tok sinkun Poh longo segera menggelengkan kepalanya berulang kali.

"Tidak mirip, tidak mirip." dia bergumam seorang diri, "kau tak punya keberanian sebesar itu, juga tak punya kemampuan itu, siapa pun didunfa ini tahu kalau aku Poh lo ngo membunuh orang tanpa berkedip, belum pernah ada orang yang berani mengusikku. . aaah, betul mungkin memang kau, begitu banyak pembantu telah kau undang kemari, yaa.ya. . seharusnya aku sudah memikirkan hal ini sejak sebelum memasuki Pek see wu tadi, ."

Sesudah tertawa seram, lanjutnya:

"Nyalimu sungguh amat besar, boleh saja ku ampuni selembar jiwamu, tapi semua orang yang berada didalam ruangan ini tak seorangpun bisa lolos dari sini dalam keadaan selamat. . haah, haah, haah, haaah,"

"Tapi aku toh yang mengundangmu kemari, apa sangkut pautnya dengan mereka," seru Bu Siau huan dingin.
Kembali Pek tok sinkun tertawa  tergelak. "Haahaahahaa . . . kau sibocah benar benar tak tahu diri,
kuampuni dirimu berarti hal ini melupakan rejekimu, masa kau masih mintakan ampun bagi yang lain, ehmm, masa kau tidak tahu tentang peraturan dari Pek tok bun kami? Pek Tok bun adalah pemimpin dikolong langit, dimana anggota perguruan kami lewat, setiap orang yang berada di sekitarnya harus sama sama memberi hormat, dengan begitulah jiwanya baru akan lolos dari ancaman. kalau tidak hemmm, semuanya akan mampus keracunan."

"Bangsat tua serahkan nyawa anjingmu .." mendadak terdengar Hong po Leng hong membentak keras.

Rupanya sekarang dia baru tahu kalau Pek tok sinkun Poh Lo ngo adalah musuh besar pembunuh ayahnya, sambil membentak keras tubuhnya segera menerjang kemuka secara kalap.

Tenaga dalam yang dimiliki jagoan yang pernah membunuh tujuh puluh dua orang jagoan dibukit Hu go-i san ini benar benar amat sempurna apalagi serangan mana dilancarkan dengan sepenuh tenaga, bisa dibayangkan betapa mengerikan ancamannya tersebut.

Sambil tertawa dingin Pek tok sinkun segera menjengek: "Tampaknya kau memang pingin mampus!"
Tubuhnya merendah ke bawah, kemudian telapak tangan kanannya diangkat keudara, segulung hawa beracun yang berwarna hitam segera memancar keluar dari telapak tangannya.

Sambil tertawa keras dia segera menyongsong datangnya ancaman lawan dengan keras lawan keras.

"Blaaammm..." Ditengah udara segera berkumandang suara ledakan dahsyat yang amat memekikkan telinga, pusaran angin pukulan yang sangat menggetarkan seluruh ruangan dan mengguncangkan dinding serta atap bangunan, sebuah lubang besar segera muncul dilangit langit rumah.

Waktu itu malam sudah menjelang, bintang bintang bertaburan diangkasa.

Hongpo Leng hong merasa hatinya amat tercekat, mendadak telapak tangannya terasa kaku segulung hawa hitam merambat naik keatas tubuhnya melewati telapak tangan kemudian menyambar keseluruh lengannya, dalam waktu singkat lengannya telah berubah menjadi hitam pekat.

"Racun api yang telah kau pergunakan?" Pek tok sinkun Poh Lo ngo tertawa dingin.
"Racun itu bernama Ban pok yan (selaksa-langkah sempoyongan) setengah jam kemudian tubuhmu akan menjadi darah dan mampus."

"Setengah jam" gumam Hongpo Leng hong, "masih cukup waktu buat kita untuk..."

Secepat sambaran petir dia menyambar tubuh Hongpo It hiong kemudian meluncur keluar dalam waktu singkat bayangan tubuhnya sudah lenyap dari pandangan mata.

Bu Siau huan turut membentak nyaring: "Didalam sekejap mata saja, kau telah menghancurkan dua orang jago tangguh, Poh Lo-ngo, hatimu sebenarnya terbuat dari apa ? Mengapa kau mempergunakan pembunuhan sebagai permainan saja . ." Pek tok sinkun Poh Lo ngo tertegun, lalu serunya:

"Kau ini mengerti apa ? Aku senang membunuh siapa aku akan membunuh siapa, lebih baik jangan memancing kemarahanku kalau tidak, hmmm, kau pun akan turut kubunuh. Budak setan cilik, siapa gurumu ?"

"Aku !"

Kakek berkeledai hitam Li Ji koay membuka matanya waktu itu dan menyahut dengan cepat.

Pek tok sinkun Poh Lo ngo merasakan hatinya amat terkesiap sambil berpaling segera bentaknya:

"Siapa pula kau ?"

Kakek berkeledal hitam itu tertawa terbahak bahak.

"Haahhh . . haaahhh . . haaahhh . . kau si cucu kura kura buat apa mesti berkaok kaok " Semua harta cek yaao kakek moyangmu kan sudah terkumpuI disini. masa kau tak kenali siapakah aku ? Betul betul punya mata tak berbiji."

Pek-tok sinkun Poh Lo ngo memandang sekejap ke arah keledai hitam itu, mendadak ia seperti teringat akan seseorang, dengan perasaan terkejut wajahnya segera berubah hebat.

"Heeeehh . . heeehh ., heebhh . . aku masih mengira siapa yang berani mengundang aku Poh Lo ngo datang kemari, rupanya perbuatan dari kau si pincang gadungan." serunya sambil tertawa seram, "heeehhh .. heehh . . heeehhh . . . setiap orang mengatakan kau sebagai bintang penolong, tapi aku adalah tonggak dari golongan hitam, Aku rasa ada baiknya kalau kita memanfaatkan hari ini untuk saling beradu kemampuan, coba kita buktikan bersama, siapa yang lebih berhak menjadi majikan dalam dunia persilatan, golongan putih atau golongan hitam."

Kakek berkeledai hitam turut tertawa aneh, "Haaahaaha. barisan, barisan Pek tok toa tin yang disusun oleh anak cucu muridmu sewaktu berada di perguruan Pek tok bun tempo hari pun tak mampu berbuat apa apa kepadaku, kau sendiri bisa berbuat apa? Hmm padahal aku hanya mengandalkan sepasang tangan kosong belaka, tapi anak cucumu itu sudah berkaok-kaok dan menjerit jerit minta gendong ayah Ibunya."

"Omong kosong!" bentak Pek tok sinkun Poh Lo ngo  dengan teramat gusarnya, "tempo hari kebetulan aku tak ada dirumah hitung hitung saja sebagai rejekimu tetapi hari ini ... hmm, jangan harap kau akan semujur tempo hari."

Seraya berkata, dia lantas berdiri dengan telapak tangan di silangkan di depan dada, sorot matanya memancarkan sinar kebuasan, diawasinya kakek berkeledai hitan itu lekat-lekat, seakan-akan rasa bencinya terhadap Li Jikoay sudah merasuk sampai ketulang sumsum.

Tampaknya kakek berkeledai hitam Li Ji koay sendiripun tak berani bertindak gegabah setelah menyaksikan sorot mata buas dari Pek tok sinkun Poh Lo ngo yang telah diselimuti hawa napsu membunuh itu, kendatipun sikapnya masih acuh tak acuh, padahal seluruh tenaga dalam yang dimilikinya telah tersebar diseluruh badannya.

Kemudian sambil memandang ke arah Pek tok sinkun, katanya sambil tertawa mengejek: "Tunggu dulu, tunggu dulu, Sekarang masih belum waktunya bagi kita untuk turun tangan."

"Mau menunggu sampai kapan lagi?" teriak Pek tok sinkun Poh Lo ngo dengan gusar.

Li Ji koay memasang telinganya sambil mendengarkan beberapa waktu, kemudian baru serunya:

"Tunggulah sampai orang yang kuundang telah berdatangan semua !"

Pek tok Sin kun Poh Lo ngo membentak nyaring: "Jadi kau telah mengundang bantuan."

Dia cukup mengetahui akan kelihayan tenaga dalam yang dimiliki si kakek berkeledai hitam itu. dapatkah melukai lawannya hingga kini masih merupakan suatu tanda tanya benar, tak heran kalau dia merasa terperanjat sekali setelah mendengar ia mengatakan sedang mengundang datangnya bala bantuan.

Didalam anggapannya, bala bantuan yang diundang kakek berkeledai hitam itu sudah pasti merupakan jago jago pilihan dari dunia persilatan.

"Seandainya hal ini benar benar sampai terjadi, dibawah kerubutan beberapa orang maka posisinya tentu akan tergencet, malah bisa jadi kalau bukan mati atau terluka parah."

Ancaman yang dirasakan amat serius ini segera memaksa Pek tok sinkun untuk bertindak cepat, mendadak dia menerjang maju kedepan kemudian telapak tangannya diayunkan ke muka melepaskan sebuah pukulan yang amat dahsyat.

LI JI-KOAY segera bertindak pula dengan cepat seluruh jubah hitamnya menggelembung besar, lalu tangan kanannya diangkat untuk menyongsong datangnya serangan tersebut dengan kekerasan

"Blaang..."

Dengan suara benturan nyaring yang memekikan telinga, kedua belah pihak sama sama merasakan tubuhnya bergetar keras, masing-masing segera dibuat terkesiap oleh kemampuan lawannya
Sambil tertawa terbahak bahak Li Ji koay segera berseru: "Poh lo ngo, tampaknya racun racunmu itu sama sekali tak
ada gunanya bagiku."

"Benarkah begitu ?" jengek Pek tok sinkun Poh Lo ngo tertawa dingin, "aku tidak percaya..."

Pergelangan tangan kirinya digetarkan pelan, dari dalam sakunya dia mengeluarkan sebuah tabung bambu yang besar, dan dalam tabung iiu kedengaran suara berkaok-kaok yang aneh sekali.
Sambil tertawa seram, Pek tok sinkun Poh Lo ngo berseru: "lnilah laba-laba emas Kim bo dan cu yang kudapatkan dari
wilayah Biau, asal kau berani bertarung melawan laba-laba emasku ini, maka anggap saja aku takluk kepadamu .." Dengan cepat dia membuka tabang bambu tersebut, diiringi suara berkaok kaok aneh seekor laba laba besar berwarna emas telah melompat keluar, laba laba itu aneh dan besar tubuhnya seakan bisa memperdengarkan suara berkaok yang aneh sekali.

Setibanya dilantai, laba laba tersebut mendongakkan kepalanya dan memandang sekejap ke arah Li Ji koay, kemudian selangkah demi selangkah dia bergerak maju kedepan mendekati musuhnya.

Mendadak bayangan emas berkelebat lewat tahu tahu laba berwarna emas itu sudah menyambar datang, sambil tertawa dingin Li Ji-koay mengebas ujung bajunya, laba laba raksasa itu terhantam angin pukulan yang keras dan segera terjatuh kembali ke tanah.

Tapi begitu sampai ditanah laba laba raksasa itu kembali melompat kedepan, bahkan mementangkan mulutnya siap menggigit kaki Li Ji koay .. .

Keledai hitam tersebut segera mengangkat kaki depannya dan langsung menginjak keatas badan si laba laba tersebut.

Tampaknya laba laba raksasa itu sudah mendapatkan pendidikan yang cukup lama, tubuhnya melompat dan berkelit kembali ke samping menghindarkan diri dari injakan kaki depan keledai hitam itu, kemudian tubuhnya melompat ke udara.

Sambil tertawa ringan Li ji koay berseru: "Aaanh, makhluk seperti inipun kau besar besarkan kemampuannya, benar benar hanya mentertawakan lohan saja !"

Jari tangannya segera disentilkan ke muka, segulung desingan angin tajam dengan cepat meluncur ke muka.

Laba laba raksasa itu gemetar keras, kemudian bergulingan beberapa kali di tanah, setelah itu matanya saja yang tetap melotot besar, namun tubuhnya sama sekali tak berani berkutik lagi.

"Pek tok sinkun yang menjumpai kejadian tersebut, betul betul naik pitam dibuatnya, dia segera membentak gusar.

"Makhluk yang tak berguna!"

Ujung bajunya segera dikebutkan kembali ke depan, mendadak dari balik ujung bajunya itu menggelinding keluar beberapa puluh ekor kala jengking yang berwarna merah darah, begitu mencapai tanah, kata lengking berwarna merah itu segera membantu formasi penyerangan dan bersama sama mendekati Li Ji kay.

Sambil menggelengkan kepalanya berulang kali dan kening berkerut Li Ji koay berseru:

"Hai makhluk tua beracun, tampaknya semua makhluk beracun yang ada didunia sudah kau kumpulkan semua, kalajengking besar berwarna merah seperti ini biasanya hanya akan dijumpai diwilayah Biau saja, tempat lain tak mungkin bisa menemukannya, sungguh tak di sangka kau bisa menemukan sebanyak ini dalam waktu singkat."

Pek-tok sinkun Poh Lo ngo tertawa seram. "Heh, heeh. heeh, itu mah tidak terhitung seberapa, meski kalajengking merah merupakan barang yang langka, namun bagiku sama sekali tak ada harganya."

Berbicara sampai disitu, ia segera memperdengarkan suara pekikan aneh yang melengking.

Berpuluh puluh kalajengking merah itu segera melompat kemuka dan menerjang ke tubuh Li Ji koay.

Menghadapi ancaman mana, Li Ji koay menggerakkan telapak tangannya berulang kali melancarkan pukulan maut yang membinasakan kalajengking kalajengking itu.

Baru saja dia akan melancarkan serangan lagi, mendadak laba-laba raksasa berwarna emas itu bergerak tanpa menimbulkan suara sedikitpun kemudian secepat "kilat menggigit lengannya.

Bu Siau huan menjadi kaget sekali, teriaknya keras keras: "Suhu, hati hati !"

Mendadak dari luar pintu berjalan masuk seseorang, tampak orang itu menggerakkan pedang kayunya dan secepat kilat menembusi tubuh laba-laba emas tadi.

Darah busuk menyembur keluar dari perutnya yang putus, dan mampuslah laba-laba itu.

Jago pedang buta Bok Ci yang baru muncul sama sekali tidak berhenti sampai disitu saja, secara beruntun dia melancarkan tujuh buah serangan lagi, dalam sekejap mata tujuh ekor kalajengking darah yang telah terbunuh. Tak terlukiskan rasa terperanjat Pek tok sinkun Poh Lo ngo menyaksikan kejadian ini.

Buru buru dia menarik kembali sisa kalajengking yang belum terbunuh itu.

"Bocah keparat, siapa kau ?" bentaknya ke muiian dengan amat gusar.

Li Ji koay tertawa terbabak-bahak.

Haah, haah, haha, dia adalah Bok Ci putra dari si Pedang langit."

Dengan perasaan terkesiap tiba tiba Pek-tok sinkun Poh Lo ngo mundur beberapa langkah kebelakang, dia sama sekali tak menyangka kalau anak muda yang berada dihadapannya sekarang adalah putra si pedang langit yang amat lihay itu.

Dengan amat gusarnya dia membentak lagi.
"Bocah keparat, kau berani merusak rencana baikku." "Kemarin, sejak kuterima surat pemberitahuan dari Li
locianpwe, aku sudah berkeinginan untuk bermain main
dengan ahli racun seperti kau, dan sekarang aku bersama adik Liong akan bersama-sama menguji kemampuanmu itu." kata Jago pedang buta Bok Ci.

Liong Tian im yang mengikuti dibelakang rekannya, sementara itu sudah berjaga jaga disudut dinding ruangan dengan senjata patung iblis emas berada ditangannya, sorot mata yang dingin pun sedang mengawasi Poh Lo ngo tanpa berkedip. Sebaliknya Kim jiu suseng bersembunyi di tempat kejauhan, rasa girangnya setelah menyaksikan kejadian tersebut tak berani ditampilkan keluar dia sudah berencana asal Li Ji koay sudah menyerahkan obat penawar racunnya, maka dia akan melarikan diri untuk menyelematkan diri.

Bu Siau huan yang menyaksikan kemunculan si anak muda itupun segera bersorak gembira: "Liong, kau telah datang!"

Liong Tian im tertawa: "Oooh, rupanya kaupun berada disini . ."

Tiba tiba saja timbul suatu pergolakan aneh dalam hatinya, tapi pergolakan tersebut tak berani diutarakan secara terangterangan, maka dengan cepat dia memusatkan pikirannya lagi dan mengawasi Poh Lo ngo dengan senjata patung Kim mo  sin jin digenggam erat erat.

Sementara itu Poh Lo ngo sudah mengumpat dengan amat gusarnya:

"Poocang she Li, kau sengaja mengatur ke dua orang siaupwe ini untuk menghadapiku ?"

Dta percaya ilmu beracunnya sudah tiada tandingan lagi dikolong langit, maka walaupun hatinya terkejut bukan berarti dia menjadi jeri.

Diam diam hawa murninya dihimpun ke dalam sepasang telapak tangannya, asalkan Li-Ji koay turun tangan maka dia akan melepaskan pukulan dengan Pek tok sinkangnya yang tiada tara hebatnya itu serta menyergap secara tiba tiba. Menurut perkiraannya, serangan yang dilancarkan secara mendadak itu sudah pasti akan berhasil melukai Liong dan Jago pedang buta Bok Ci diujang telapak tangannya.

Li Ji koay tertawa seram, tiba tiba katanya:

"Lebih baik urungkan saja niatmu Itu, sewaktu berada di jalan raya Kwan lote aku pernah melihat kau membunuh  orang dengan mempergunakan ilmu pukulan beracun itu,  demi ditegakkannya keadilan serta kebenaran daIam dunia persilatan, terpaksa aku harus melenyap an engkau dari muka bumi . ."

Setelah mendelik ke atas. kepada Liong Tian-im dan jago pedang buta serunya:

"Kalian berdua khusus menyerang tangan kirinya, agar dia tak berkemampuan untuk melepaskan ilmu beracunnya untuk melukai orang, paling baik lagi jika dapat menemukan sebuah cara untuk mengutungi lengan kirinya ini "

Jago pedang buta Bok Ci membentak keras, pedang  kayunya segera diputar dan membacok lengan kiri Poh Lo ngo dengan jurus Sang see bun bui (atas bawah penuh cahaya)
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar