Cincin Maut Jilid 12

Jilid 12
"INILAH ILMU pedang Thian yang kiam hoat" sejak Jago pedang buta Bok Ci munculkan diri, sepasang mata Bok Siau hiang mengawasi terus wajahnya tanpa berkedip.

Sebuah raut wajah yang amat samar tapi sangat dikenal muncul didepan matanya, namun ia tak berani memastikan apakah orang inilah adiknya Bok Ci atau bukan. Jago pedang buta yang mendengar perkataan itu segera berpaling, kemudian tegurnya: "Siapa yang mengenali ilmu ini sebagai ilmu pedang Thian yang kiam hoat.. ."

"Aku adalah Bok Siau hiang, siapakah kau?" buru-buru perempuan tua itu berseru.

Jago pedang buta Bok Ci segera mengendorkan pedang kayunya, menyusul kemudian seluruh tubuhnya gemetar keras, dia nampak agak tertegun, seakan akan tidak percaya dengan pendengaran sendiri.

"Toaci ku sudah mati, aku adalah Bok Ci" teriaknya kemudian keras keras.

"Oooh . . . Bok Ci. Bok Ci . . " Bok Siau hiang bergumam dengan suara gemetar, setelah mengulangi nama si Jago pedang buta beberapa kali, air matanya jatuh bercucuran dengan amat terharunya dia berseru lebih lanjut : "Ooooh . . kau adalah adikku?"

Dengan cepat jago pedang buta Bok Ci menggelengkan kepalanya berulang kali.

"Sepasang mataku telah buta, aku tidak tahu apakah kau adalah enci ku atau bukan, seandainya kau benar benar adalah enciku yang sudah mati, harap serahkan pedang Meh bok kie mu kepadaku aku akan segera mengetahui siapa gerangan dirimu."

Bok Siau hiang melirik sekejap kearah Im Cu kemudian serunya :

"Serahkan kepada dia!" Terpaksa Im Cu mengangkat bantal diatas pembaringan Bok Siau-hiang dan mengeluarkan sebilah pedang kayu yang berwarna hitam, bentaknya kemudian:

"Sambutlah !"

Bayangan pedang berkelebat lewat, bagaikan serentetan cahaya hitam langsung meluncur ke arah jago pedang buta.

"Aku memerlukan benda itu !" tiba tiba Leng Hongya membentak dengan suara rendah dan dalam.

Tubuhnya turut bergerak maju ke depan, telapak tangan kirinya diayunkan ke tengah udara melepaskan sebuah pukulan, sementara serangan telapak tangan dari tangan kanannya berubah menjadi ilmu jari yang secepat kilat mencengkeram pedang kayu tersebut.

"Hmmm ... ! Tidak akan segampang ini!" seru pedang buta Bok Ci sambil tiba menyingkir ke sampingnya,

Pedang kayu berada di tangannya digetarkan ke tengah udara, dengan menciptakan screntetan cahaya tajam yang amat menyilaukan mata tiba tiba saja dia menusuk dada Leng Hongya, serangan tersebut selain tajam juga amat luar biasa.

Baru saja jari tangan Leng Hongya hendak menyambar pedang kayu belum sedang melintas ditengah udara, tahu tahu ujung pedang Jago pedang buta Bok Ci telah menusuk tiba.

Dia menjadi amat terperanjat tak pernah disangka olehnya kalau si jago pedang buta Bok Ci memiliki tenaga dalam yang begitu sempurnanya sehingga gerangan yang dilancarkan tertuju keatas jalan darah pentingnya. Berada dalam keadaan seperti ini, terpaksa dia harus berkelit ke samping untuk menghindarkan diri dari ancaman yang mematikan itu, tapi pedang kayu hitam tersebut tahu tahu sudah jatuh ke tangan jago pedang buta Bok Ci.

Kenyataan ini membuat hatinya merasa sangat terperanjat pelbagai ingatan berkecamuk di dalam benaknya.

"Sungguh tak kusangka seorang buta sudah berhasil memiliki tenaga dalam yang begitu sempurna, hingga kepandaian membunuh orang kedahsyatan yang merupakan ilmu pedang tingkat tinggi pun berhasil di kuasai olehnya, jikalau aku harus bertarung satu lawan satu dengannya menang kalah sudah pasti baru bisa ditentukan dua ratus gebrakan kemudian. tapi kejadian ini sungguh kelewat memalukan sekali!"

Dengan wajah serius ditatapnya wajah sijago pedang buta lekat lekat dia menyaksikan Bok Ci sedang meraba pedang kayu hitam itu tiada hentinya, sementara mimik wajahnya yang dingin menyeramkan itu mengalami pelbagai macam perubahan.

Leng Hongya membentak keras, dia segera mengayunkan telapak tangannya melepaskan sebuah pukulan yang maha dabsyat, teriaknya:

"Kau si buta sialan, sambutlan dulu sebuah pukulanku ini!"

Angin pukulan yang menderu deru bagaikan selapis dinding hawa secara bergelombang meluncur tiba dengan hebatnya dan menerjang tubuh jago pedang buta Bok Ci.

Jago pedang buta Bok Ci segera melompat ketengah udara, sepasang pedang kayunya digetarkan ke tengah tengah udara, begitu lolos dari sergapan angin pukulan lawan tibatiba saja dia melancarkan serangan dari kiri dan kanan dengan pedangnya.

Leng Hong ya merasa terperanjat sekali dengan perasaan terkesiap pikirnya:

"Apa? Dia telah berhasil menguasahi sepasang pedang terbang?"

Belum habis ingatan tersebut melintas dalam benaknya, senjata itu sudah membacok tiba.

Leng Hong ya segera mendengus dingin, sepasang telapak tangannya diputar membentuk satu lingkaran busur ditengah udara, kemudian melayang turun kesisi Bok Siau hiang.

"Hei sibuta, tahukah kau apa yang hendak kugunakan  untuk menghadapi dirimu?" tanyanya dengan suara berat dan dalam.

Jago pedang buta Bok Ci tidak menjawab pertanyaan itu dia menggetarkan pedangnya seraya berteriak keras:

"Cabut keluar pedangmu!"

Leng Hong ya tertawa seram, mendadak dia mengayunkan telapak tangan kanannya dan mencengkram urat nadi pada tangan Bok Siau hiang yang sedang duduk diatas pembaringan kayu.

Tindakan tersebut benar benar sama sekali diluar dugaan siapa saja. walaupun si Jago pedang buta Bok Ci memiliki keberanian yang melebihi orang lain, dia pun tak menyangka kalau musuhnya bakal mempergunakan cara yang begitu pengecut untuk menghadapinya.

Tanpa terasa dia meraung gusar, kemudian dengan kecepatan luar biasa menerjang ke depan.
Sambil tertawa dingin Leng Hongya segera berkata: "Mundur kau dari hadapanku, kalau tidak aku akan
memberikan suatu atraksi yang menarik untuk cicimu."

Betul juga, si jago pedang buta benar benar tak berani maju lagi, saking cemasnya peluh dingin telah membasahi seluruh tubuhnya. dengan gusar dia selipkan kembali pedang kayu hitamnya kering yang lalu berjaga didepan gua dengan serius.

Bok Siau hiang belum lama sembuh dari sakitnya, ketika kejadian sandera oleh Leng Hongya, saking gusarnya hampir saja dia mati lantaran muntah darah.

Beberapa kali dia mencoba untuk meronta dan berusaha untuk melepaskan diri dari cengkeraman orang, tapi selalu gagal, lama kelamaan dengan marah dia berseru:

"Kau iblis keji berhati laknat, baru hari ini aku melihat jelas raut wajah aslimu!"

"Heeeh. . .heeh. .heeh . aku menginginktn kalian kakak beradik dikubur dalam satu liang. ." jengek Leng Hongya sambil tertawa seram. "Aduuuh. . ." mendadak ia menjerit kesakitan, lalu melepaskan cengkeramannya atas Bok Siau-hiang dia mundur berapa langkah dengan sempoyongan.

Setelah itu sambil berpaling bentaknya dengan penuh kejutan:

"Manusia laknat darimana yang berani rnelukai orang secara diam diam. . ."

Liong Tian im melompat keluar dari belakang pembaringan katanya dingin.

"Bila aku ingin melukai dirimu, mungkin sejak semula nyawamu sudah melayang tinggalkan raga, tadi aku hanya menotok jalan darahmu saja lantaran kau telah melakukan suatu perbuatan yang tak tahu malu, kalau tidak, hm, kau anggap masih punya nyawa,"

"Bagaimana caramu masuk kemari ?" bentak Leng Hongya dengan paras muka hijau membesi.

Dia sama sekali tidak menyangka kalau di dalam dunia ini masih bersembunyi seorang jago muda lain yang sangat lihay, andaikata dia tidak memusatkan segenap perhatiannya untuk menghadapi jago pedang buta Bok Ci, maka bukan suatu pekerjaan yang gampang bagi Leng Tian im untuk melukai tubuhnya.

Liong Tian im segera tertawa terbahak,

"Haah, haaah, haaah, ketika aku masuk ke mari tadi, entah kau berada dimana." Sementara itu jago pedang buta Bok Ci telah mengayui kan pedang kayunya sambil menegur:

"Adik Liong kah di situ?"

Dia maju tiga langkah ke depan, kemudian iambii setengah membungkukkan badan dia melancarkan sebuah tusukan ketubuh Leng Hongya dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat.

"Leng Yok-peng" teriaknya dengan suara dalam? "kembalikan sepasang mataku."
Tiba tiba Leng Hongya melompat sambil membentak "Apa sangkut pautnya antara matamu yang buta dengan
diriku ?"

Dia memang tak malu disebut seorang tokoh persilatan yang sangat lihay, dengan lompatan mana, ujung kakinya menutul pelan diujung pedang jago pedang buta Bok Ci, kemudian badannya merendah ke bawah hingga membuat pedang kayu yang diayunkan ke depan itu melengkung ke bawah.

Waktu itu Bok Ci telah mengerahkan segenap tenaga dalamnya ke ujung pedang tersebut dan melemparkan tubuh Leng Hongya ke tengah udara, lantaran di satu pihak mengerahkan tenaga, tanpa terasa kedua belah pihak pun saling beradu kekuatan dengan amat dahsyatnya. .

Dengan sedih Jago pedang buta Bok ci berseru:

"Ketika aku masih berada dalam lembah Tee ong Vok dulu, lantaran kau takut aku berhasil menemukan jejak enciku, maka secara diam-diam kau telah membutakan mataku membuat aku tidak mempunyai kesempatan untuk kembali ke bukit Toa pousat nia, Leng Yok peng, siasat busukmu itu sudah kuketahui dengan amat jelas.."

Liong Tian im yang mendengarkan kisah itu dari sisi arena ikut naik darah, sekulum senyuman yang angkuh dan sinis segera tersungging diujung bibirnya yang tipis, pelan pelan dia meluruskan telapak tangan kanannya ke muka, lalu  membentak keras:

"Toako serahkan saja Leng Hongya ini kepadaku. ."

Leng Hongya yg berada ditengah udara dengan cepat dekat menangkap sebuah cincin bo Ikr ditangan Liong Tian im yang memancarkan cahaya berkilauan sekujur ubahnya segera bergetar keras, hawa murninya membuyar hampir saja ia terjatuh dari ujung pedang.

"Cincin maut iblis emas. . . !" gumamnya dengan wajah tercengang.

Menggunakan kesempatan disaat hawa murni membuyar, Jago pedang buta Bok Ci membentak keras, pedang yang sedang diluruskan ke dengan itu mendadak ditarik kembali, lalu dengan punggung pedangnya dia melepaskan bacokan maut.

Cepat-cepat Leng Hongya melayang turun keatas tanah, secara beruntunnya berganti empat posisi, dengan suatu gerakan yang sangat ringan dia menghindarkan diri dari tiga serangan berantai yang dilancarkan jago pedang buta Bok Ci, semua gerakan dilakukan sangat lincah dan licin. Kemudian sambil mengepalkan ujung bajunya melancarkan serangan pukulan dahsyat, ia berseru:

"Tunggu sebentar !"

"Masih ada persoalan apalagi yang hendak kau ucapkan." dengus jago pedang buta Bok Ci.

Leng Hongya melirik sekejap kearah Liong Tian im, kemudian katanya: "Tempat ini kelewat kecil, beranikah kalian berdua untuk bertarung dengan aku diatas tebing Tay gan kwan"

Liong Tian im tertawa dingin.

"Dimanapun boleh saja, aku dan Bok toako tak akan takut menghadapi dirimu !"

"Jangan ke situ !" tiba tiba Bok Siau hiang membentak keras.
"Cici... !" seru Jago pedang buta Bok Ci agak tertegun. "Adikku" ujar Bok Siau hiang agak takut, "apakah kau tidak
tahu kalau Leng Yok peng adalah seorang manusia bengis yang licik dan keji ? Tay gan-kwan merupakan sebuah lembah kematian yang sudah amat termashur, Iebih baik batalkan saja perjanjian ditempat itu?.."

"Perempuan rendah, siapa suruh kau banyak berbicara ?" bentak Leng Hongya dengan penuh kegusaran.

Kemudian ia menengadah dan tertawa, Sorot matanya pelan pelan dialihkan ke wajah Liong Tian im dan Jago pedang buta Bok ci, lalu setelah tertawa seram serunya:

"Besok pagi aku akan menantikan kedatangan kalian selamat tinggal."

Dengan pecuh kegusaran dia menarik tangan Leng Ning-ciu dan diajaknya keluar.

"Memandang bayangan punggung Leng Ning ciu yang menjauh, tiba-tiba Liong Tian im merasakan suatu kemurungan yang amat tebal, dengan termangu mangu dia mengawasi kemalul jua itu tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Akhirnya dia menghela napas sedih, suatu ingatan dengan cepat melintas dalam benaknya.

Sebetulnya dia bukan seorang gadis yang benar benar  jahat dan jelek, dia tak lebih hanya dipengaruhi oleh keadaan lingkungan sehingga menjadi terbiasa oleh kebiasaan jelek tersebut.

Segulung angin dingin berhembus lewat dan menyadarkan kembali Liong Tian im dari lamunannya, jago pedang buta Bok Ci datang mendekat serta menepuk nepuk bahunya, kemudian CDen&r.knya keluar dari situ.

ooo^ ^ooo

Kabut tebal menyelimuti seluruh angkasa membuat seluruh lembah Tay gan kwan menjadi gelap gulita. Ditengah kabut tebal yang menyelimuti seluruh angkasa, nampak setitik cahaya merah bergerak lewat dan pelan pelan bergerak menuju ke arah lembah Tay gun kwan.

"Tay gun kwan" tiga huruf besar yang tersorot cahaya merah nampak mengerikan sekali karena diatas batuan didepannya tergeletak tiga sosok kerangka manusia, hingga kerangka tersebut nampak lebih menggidikkan hati setelah tertimpa sinar berwarna merah.

Leng Ning ciu sambil membawa sebuah lentera berwarna merah berdiri dibawah tulisan, Tay gan kwan yang besar dan memandang jalan bukit yang berilku liku itu dengan penuh kecemasan.

Tampak kabut hampir menyelimuti seluruh jagad, tak sesosok bayangan manusiapun yang kelihatan.

Perasaan kaum wanita memang merupakan suatu yang aneh dan sukar diraba, apalagi perasaan seorang gadis remaja, setiap saat setiap detik perasaannya akan berkembang mengikuti perubahan yang terjadi.

Meskipun Liong Tian im pernah membuat hatinya tercabikcabik hingga remuk rendam diantara cinta dan benci, dia merasa sukar untuk membedakan diposisi yang manakah dia berada?

Ia cukup mengerti tujuan dan Leng Hong ya mengajak  Liong Tian im dan si jago pedang buta Bok Ci untuk berduel didalam lembah Tay gan kwan tak lain karena dia hendak membinasakan kedua orang pemuda tersebut, dia lebih suka menjahati ayahnya, daripada membiarkan dua orang pemuda yang merupakan jago jago lihay dari golongan muda ini tewas dengan begitu saja. apalagi jago pedang buta pernah memancing kenangannya dimasa kanak-kanak dulu, tentu saja diapun mempunyai pelbagai perasaan pula dimasa kecilnya dulu.

Leng Ning cu membereskan rambutnya yang kusut karena terhembus angin gunung, kemudian gumamnya:

"Semoga mereka berdua jangan datang, Tay gan kwan adalah selayak kematian, entah apapun jangan harap bisa meloloskan diri dari pelbagai macam jebakan maut yang berada disitu.

Belum habis dia berkata, sorot matanya peIan-pelan berputar, mendadak ia menangkap ke dua sosok bayangan manusia yang sedang bergerak mendekat dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat.

Orang yang berada didepan itu mendadak melambatkan gerakannya dan memperdengarkan keluhan kesakitan, gerakan tubuhnya serta merta ikut menjadi lamban pula.

"Kenapa kau ?" tanya jago pedang buta dengan gelisah.

Liong Tian-im memegang dadanya kencang-kencang dengan keringat sebesar kacang meleleh jatuh bercucuran membasahi jidatnya, ia mengeluh dengan penuh kesakitan, lalu Itnbil memandang ke arah jago pedang buta ia berkata:

"Belum pernah aku melakukab perbuatan yang memeras pikiran dan perasaan. tidak semestinya aku akan merasakan penderitaan aku digigit ular dalam hatiku, jika ular hati ini harus kambuh dua kali sehari aku lebih suka mati saja"

Jago pedang buta memegang jidatnya sebentar, kemudian bertanya: "Apakah diatas jidatmu ada bekas leeki ular "

"Ada" sahut Liong Tian-im sambil berusaha keras untuk mengendalikan penderitaan dalam tubuhnya, diatas jidatku terdapat bayangan seekor ular berwarna emas "

"Aaaah . . !" Jago pedang buta Bok ci cepat terkesiap, buru buru dia meraba nadi dan memeriksa denyutan jantung anak muda tersebut.

"Agaknya kurang beres", ujarnya kemudian. "kalau hati digigit ular maka semestinya petanda tersebut berwarna merah, tapi bukti ini diatas jidatmu muncul sebuah tanda ular emas, jangan jangan kau sudah terkena ilmu Tui bi gi hun tay hoat yang merupakan ilmu rahasia dari wilayah Biau .. ?"

Setelah termenung beberapa saat lamanya dia lantas berkata lebih lanjut:

"Jangan-jangan, dia yang melancarkan serangan keji tersebut ?"

"Siapakah yang kan maksudkan dia ?" tanya Liong Tian im dengan suara gemetar keras.

Tapi jago pedang buta Bok Ci menggelengkan kepalanya kembali dengan wajah serius, gumamnya lebih jauh:

"Mustahil, walaupun dia adalah muridnya Lie san popo dari wilayah Biau, tapi tak mungkin dia akan mempergunakan ilmu rahasia semacam itu untuk melukai orang, apalagi diantara mereka berdua sama sekali tak terikat dendam sakit hati apapun " Betapa terkesiapnya dia setelah menyaksikan jidat Liong Tian-im terasa panas bagaikan baranya api, kembali dia berseru.

"Tunggulah aku disini, selesai membuat perhitungan dengan Leng Hongya nanti, aku akan mengusahakan untuk mencabut keluar ular hati dari dalam tubuhmu, jikalau benar benar perbuatan keji ini dilakukan budak tersebut, aku akan membacok mati dirinya "

"Toako, sebenarnya siapa yang kau maksudkan ?" tanya Liong Tian im lagi sambil berusaha keras untuk mengendalikan rasa sakit di dalam hatinya.

Jago pedang buta Bok Ci tidak mengucapkan sepatah kata pun, mendadak dia melejit ke tengah udara, pedang kayunya menutul ke atas permukaan tanah dan secepat kilat dia meluncur kedepan, dimana secara kebetulan menyongsong kedatangan Leng Ning ciu.

"Bok Ci, kau tak boleh kesitu!" seru Leng Ning ciu dengan perasaan gelisah.

Bok Ci tertegun, kemudian mendengus dingin.

"Hmm, diantara kita sudah merupakan permusuhan yang ibaratnya air dan api, kau tak usah mencampuri urusanku."

Ketika mengucapkan perkataan tersebut, tak terlukiskan perasaan sedih yang mencekam perasaannya ketika itu, ingatan semasa masih kecil dulu satu persatu melintas kembali didalam benaknya hal ini membuat dia harus melanjutkan kembali gerakan tubuhnya dengan penuh penderitaan. Dengan suara yang besar seperti geledek, Liong Tian-im segera membentak keras:

"Toako, tunggu aku."

Dia berusaha keras untuk mengendalikan penderitaan yang tak terlukiskan dalam hatinya, sambil melompat bangun dengan sepenuh tenaga melakukan pengejaran, tapi belum seberapa jauh tubuhnya sudah roboh terjengkang ke atas tanah, kemudian memperdengarkan suara rintihan lirih.

Sementara itu bayangan tubuh jago pedang buta Bok Ci sudah lenyap dibalik kabut yang gelap, yang tertinggal hanyalah suara pekikan panjang yang amat nyaring.

Dengan gemas Liong Tian im menghantam hantam permukaan tanah, kemudian berseru dengan lantang:

"Aku tak boleh mengingkari janjiku dengan Leng Hong ya, lebih-lebih tak boleh membiarkan Bok toako pergi menyerempet bahaya seorang diri, jika aku tak berhasil menyusul pertarungan antara Leng Hong ya dan toako, aku lebih suka mati saja daripada menjadi seorang yang mengingkari janji?"

Dengan memaksakan diri dia merangkak maju beberapa langkah kedepan, mendadak sepasang sepatu bersulam warna hijau muncul di hadapannya.

Pelan pelan dia menengadah, tampaklah tangannya sambil berseru lantang:

"Pergi kau dari sini, bukankah kau ingin leticelSi'kal diriku?" Leng Ning ciu menghela napas sedih, ujarnya pelan: "Kau sudah terkena ilmu Tui sim gi hun tay hoat dari wilayah Biau, bila tidak dibebaskan dari pengaruh tersebut maka pikiranmu akan menjadi kalut dan ruwet, akhirnya hatimu akan pecah dan tewas, keadaan seperti ini paling berpantangan mengerahkan tenaga, mengapa kau bisa bentrok dengan seorang tokoh ilmu sesat seperti itu? untung saja kau telah berjumpa dengan aku, kalau tidak ilmu tenung seperti itu sukar sekali untuk di punahkan . ."

"Aku tak sudi menerima kebaikanmu, harap kau segera enyah dari hadapanku. .. " seru Liong Tian-im dengan suara gemetar.
Ling Ning-ciu menggelengkan kepalanya berulang kali.  "Apa sih gunanya kau berkeras kepala. Tak ada orang yang
bisa menahan penderitaan dan siksaan tak berwujud seperti ini, orang yang menunggumu sedang menunggu kau balik kepadanya dan mohon bantuan darinya. .."

Selapis hawa pembunuhan yang amat tebal segera menyelimuti wajahnya, dengan wajah dingin dia melanjutkan:

"Aku akan menyuruh orang yang melepaskan ilmu tenung tersebut datang menghadapku dengan membawa darah, kemudian aksn kusuruh dia merasakan ilmu Nio jiu hun si tay hoat (ilmu panca lengan pemisah nyawa) untuk membalaskan sakit hatimu itu .."

Dari dalam sakunya dia mengeluarkan sebuah bola besar berwarna merah, selapis kabut merah tampak menyelimuti di seputar bola tadi sehingga bentuknya menyerupai sebuah mutiara besar yang tembus mata. Gadis itu meniup mutiara besar itu dua kali kemudian  sambil meletakannya ke atas telapak tangan, dia mengangkat benda itu tinggi sambil mengucapkan beberapa patah kata mantera.....

Pelan pelan diatas mutiara besar itu muncullah seekor ular kecil berwarna keemas emasan.

Dengan wajah serius Leng Ning ciu segera serunya kepada Liong Tian im.

"Ular emas tersebut merupakan ular Kim lian coa yang   amat tersohor diwilayah Biau, kau sudah pernah melihatnya."

Liong Tian im menggelengkan kepalanya berulang kali, tapi dia merasa keheranan mengapa ular emas yang muncul diatas bola besar itu secara lamat lamat bisa sama dengan badan  ular yang muncul diatas jidatnya, seolal olah kedua ekor ular tersebut sebenarnya adalah seekor ular yang sama.

Leng Ning ciu memandang sekejap ke arah bayangan ular diatas mutiara besar tersebut kemudian menutulkan pelan ke depan sambil berseru:

"Kau masih berani bermain gila !"

Ular emas yang muncul diatas bola merah besar itu kelihatan bergetar keras kemudian memperdengarkan jeritan ngeri yang memilukan hati . ...

Leng Ning ciu segera merunjuk ke arah belah kiri sambil berseru: "Aku kira orang yang melepas ilmu tenung tersebut sudah memiliki kepandaiannya amat lihay, tampaknya kepandaian tersebut belum mencapai pada puncaknya, dia hanya bisa melukai orang dengan kepmdaian tersebut dari arah tiga li saja."

Ketika Liong Tian im berpaling, dia menyaksikan si Manusia ular Ang Thong dengan sekujur badan bermandikan darah, rambut awut-awutan seperti orang gila berlarian mendekat dengan keheranan anak muda itu berseru:

"Hei mengapa bisa dia?"

Sementara itu Manusia ular Ang Thong sedang berpekik penuh kegusaran:

"Lonte busuk darimanakah yang tidak tahu aturan dan berani merusak ilmu tenungan aku manusia ular Ang Thong? Apakah kau sudah melupakan pantangan yang pernah di berikan Cousu ilmu tenung tersebut kepadamu ..."

Rupanya orang yang menguasai ilmu tenung tersebut dilarang untuk saling bunuh membunuh, oleh karena itu barang siapa yang pergi ke wilayah Biau dan mempelajari kepandaian mana, semuanya terkena pantangan tersebut dan tak akan sembarangan bertarung dengan itaui dari sealiran, kecuali tsntu saja bisa di antara mereka terikat dendam sakit hati yang lebih dalam dari samudra.

Leng Ning ciu tertawa seram.

"Ehmm, dibandingkan dengan aku, kau masih ketinggalan kelewat jauh Ang Thong, dalam dunia persilatan kau terhitung pula seorang manusia yang punya nama, mengapa kau lakukan tindakan sekeji ini terhadap dirinya..." Dengan penuh kebencian Ang Thong melotot sekejap ke arah Liong Tian im kemudian katanya:

"Dia telah menbunuh saudara saudara angkatku, dendam sakit hati ini harus aku tuntut balas."

"Hmm!" Leng Ning ciu mendengus dingin "kau berani mendatangi lembah Tee ong kok, apakah dosa ini tidak besar "

Mendadak dia rentangkan telapak tangannya lebar lebar, kemudian menyambar ke tubuh Ang Thong.

Seekor ular kecil berwarna keemas emasan mendadak meluncur ketengah udara dan menyambar ketubuh gadis tersebut.

Dengan cekatan Leng Ning ciu menjepit tubuh ular tersebut dengan kedua jari tangannya, "Kooak . ." ular emas itu segera terpaut menjadi dua bagian dan rontok ketanah.

"Oooohh . !" Liong Tian im menarik napas panjang panjang sambil menggetar, dia merasa semua rasa sakit dan penderitaan yang dialaminya didalam dada kini sudah lenyap tak berbekas, dengan cepat segulung hawa murni beredar mengelilingi sekujur tubuhnya.

Begitu kesehatan badannya telah pulih kembali, dengan gusar dia mendengus dingin, kemudian serunya :

"Ang Thong, aku ingini kau mati.. !" Dengan perasaan terkejut bercampur ketakutan Ang Thong mundur dua langkah kebelakang, sekujur tubuhnya gemetar keras, selapis rasa takut bercampur ngeri dengan cepat menyelimuti wajahnya yang pucat pias. Tapi akhirnya dia mengangkat telapak tangannya keudara sambil bersiap sedia serunya.

"Mari kita saling beradu tenaga!"

Begitu ular hati yang mencekam dalam tubuhnya lenyap, Liuog Tian-im merasakan semangat berkobar kembali, jari tangannya yang direntangkan memancarkan selapis cahaya berkilat yang makin lama makin menebal.

Dengan suara dingin dia berseru : "Asal kau dapat meloloskan diri dari serangan jari tangan ini, permusuhan di antara kita akan kuanggap impas sampai disini saja."

"Haah, ilmu jari darah cacad sukma," bisik Manusia ular Ang Thong dengan suara gemetar.

"Criiiit."

Segulung desingan aneh yang membetot sukma diiringi kilauan cahaya merah yang menusuk pandangan mata, dengan suatu kecepatan yang luar biasa langsung menyergap ke dada manusia ular Ang Thong.

"Aduuuh."

Manusia ular Ang Thong hanya merasakan sepasang matanya menjadi silau, dadanya bagaikan terbakar oleh api yang amat menyengat badan.

Tak ampun lagi dia menjerit lengking, lalu jatuh terjerembab keatas tanah dalam keadaan mengenaskan.

"Kau . .. kau sungguh amat kejam." serunya dengan tubuh amat gemetar. Liong Tian-im tertawa dingin, dalam hatinya yang masgul tiba tiba terasa ada segulung hawa panas yang mengalir lewat, dia menarik dalam dalam lalu berkata dengan sinis:

"Hampir saja nyawaku musnah oleh ilmu tenungmu, seandainya kuampuni jiwamu, entah masih ada berapa banyak orang lagi yang bakal celaka ditanganmu itu, maka. . ."

Dengan putus asa si Manusia ular Ang Thong tertawa  sedih, tubuhnya bergerak maju beberapa langkah, mendadak darah segar menyembur keluar dari mulutnya kemudian setelah sekujur badannya mengejang, dia roboh dan menghembuskan napasnya yang terakhir.

Liong Tian im tidak sudi memandang lagi ke arah manusia ular Ang Thong, pelan pelan dia mengalihkan sorot matanya dan memandang sekejap ke arah Leng Ning ciu yang berdiri dikejauhan mendadak timbul suatu gejoIak perasaan yang sangat aneh didalam hatinya.

Dia menyaksikan gadis itu mempunyai potongan badan yang langsing dengan rambut panjang yang hitam terurai ke bawah, sungguh indah dan menawan hati keadaannya.

Tanpa terasa dia memuji didalam hati: "Sungguh cantik wajahnya!" Kemudian dengan suara agak tergagap serunya:

"Terima kasih atas bantuanmu untuk mematahkan ilmu tenungan dari manusia ular Ang Thong..."

Pelan pelan Leng Ning ciu membalikkan badannya, sepasang matanya yang bening dan jeli memancarkan sinar kelembutan yang sayu, ditatapnya wajah Liong Tian im dengan termangu kemudian serunya: "Barusan apa yang kau katakan?"

"Aku..." Lian Tian im tidak habis mengerti apa sebabnya dia tak sanggup mengucapkan sepatah katapun selama berada dihadapan Leng Ning ciu, sehingga setelah mengucapkan kata pertama, kata selanjutnya tak sanggup dia utarakan keluar.

Leng Ning ciu segera mengulapkan tangannya seraya berkata:

"Kau tak usah berkata lagi, akupun cukup memahami maksud hatimu."

"Apa yang kau ketahui?" tanya Liong Tian im agak tertegun.

Leng Ning ciu segera tertawa merdu, suaranya indah bagaikan bunyi keleningan.

"Aku tahu kau ingin mengucapkan beberapa patah kata untuk menyatakan rasa terima kasihmu kepadaku, tapi kau tak berani buka suara untuk mengucapkannya keluar, karena kau kelewat tinggi hati, kelewat angkuh, kelewat keras kepala..."

Merah padam selembar wajah Liong Tian im setelah mendengar perkataan itu, serunya agak tersipu sipu.

"Mungkin kau salah berbicara, aku tidak tinggi hati, tidak keras kepala..."

Tiba-tiba dia teringat dengan keadaan jago pedang buta Bok Ci yang telah memasuki lembah Tay gan kwan seorang diri, entah bagaimanakah nasibnya waktu itu. Dengan cepat dia mengambil keputusan, satu ingatan tibatiba saja melintas dalam benaknya.

"Mengapa aku harus mengulur waktu dengan perempuan ini?" demtkiar dia berpikir, "seandainya Bok toako bernasib buruk hingga mati terbunuh oleh Leng Hong ya, bukankah aku akan menjadi seorang manusia yang tak dapat dipercaya?
Padahal hubungan kami erat seperti saudara sendiri, aku tak boleh membiarkan dia menyerempet bahaya seorang diri."

Begitu ingatan mana melintas didalam benaknya, dengan cepat dia mengambil keputusan, serunya sambil mengulapkan tangan kepada Leng Ning ciu:

"Terima kasih banyak nona, aku hendak mohon diri lebih dahulu.."

Dia melejit ketengah udara, kemudian secepat sambaran petir dia menerjang kearah lembah Tay gan kwan.

"Hei, kembali kau!" seru Leng Ning ciu sambil mendepak depakan kakinya keatas tanah.

Waktu itu dia sudah membuang jauh jauh semua keangkuhan serta ketinggian hatinya berbareng menjerit keras, tubuhnya turut mengejar pula dari belakang.

"Liong Tian-im, jangan kesana !" teriaknya keras keras, suaranya yang merdu merayu itu segera menyebar ke empat penjuru dan menembusi kabut yang tebal menyusup kedalam telinga Liong Tian im menghentikan seketika tubuhnya. Tapi dengan cepat dia menggelengkan kepalanya berulang kali, katanya sambil menghela napas:

"Tidak, aku harus segera menyusul Bok toako." Dengan menelusuri batuan aneh yang berserakan tak beraturan, dia menembusi kabut pagi yang dingin dan menyerbu masuk ke dalam lembah . .

"Heehmmm "

Tiba-tiba berkumandang suara tertawa dingin yang amat menyeramkan bergema memecahkan keheningan.

"Buru-buru Liong Tian im mempersiapkan senjata patung Kim mo sin jin nya sambil dia latar ditengah udara, lalu bentaknya dengan suara dalam:

"Siapa di situ ?" N&ea pinto "
Dari balik kabut pagi yang tebal menyelusup keluar seorang tosu setengah umur yang membawa pedang, dengan sorot mata yang tajam bagaikan kilat dia awasi wajah Liong Tian im lekat lekat.

"LaIu setelah tertawa dingin serunya:

"Berhenti didepan sana adalah telaga pasir bila tiada  urusan disini, lebih baik cepat cepat enyah keluar dan lembah Tay gan kwan ini "

"Huh, kau ini manusia macam apa ?" jengek Liong Tian Im sambil menggetarkan senjata patung Kim mo sin jinnya "berani benar mengucapkan kata kata semacam itu di hadapanku !"

Tosu itu hanya merasa berkilauannya cahaya emas dari balik senjata yang digetarkan Liong Tian im, berhubung kabut putih terlampau tebal, ia tak berdaya untuk melihat jelas senjata apakah yang berada ditangan anak muda itu.

Menanti jarak diantara mereka berdua bertambah dekat, dua tombak itu mengetahui kalau senjata yang dipergunakan Liong Tian im adalah senjata patung Kim mo sin jin dengan segera dia baru mundur dua langkah kebelakang.

"Kau adalah iblis emas berjari darah?" cegahnya dengan perasaan terkejut bercampur ngeri.

Kemudian setelah berhenti sejenak, katanya lagi dengan suara gemetar:

"Apakah kau juga yang telah membunuh puluhan orang anggota perguruan Hud bun sewaktu berada dibukit Thay san tempo hari?"

"Benar" sahut Liong Tian im sambil mempersiapkan senjatanya "jika kau tahu diri lebih baik jangan menghadang jalan pergiku, aku harap kau jangan mencoba-coba lagi."

"Aku It Oh cu sudah lama mendengar nama sicu." kata tosu itu dengan suara dalam dan sepasang mata yang berkilat tajam, "beruntung pagi ini aku bisa bersua dengan iblis maut berjari darah yang berhati hitam dan bertangan keji, dengan begitupun aku dapat pembalaskan dendam bagi kematian anggota hud bun di tanganmu .."

Dengan perasaan berat dia mundur selangkah, lalu seluruh jubah pendetanya menggelembung besar, pedangnya dengan memancarkan cahaya tajam sepanjang tiga inci langsung mengancam tubuh Liong Tian im. Agak tertesiap juga Liong Tian-im setelah menyaksikan It Oh cu dari To~keh su sian, segera mempersiapkan posisi suatu serangan ilmu pedang tingkat tinggi terhadapnya, satu ingatan dengan cepat melintas di dalam benaknya.

"Tojin ini bisa berada dalam deretan To bum su-sian, hal ini berarti dia memiliki suatu kepandaian yang maha dahsyat, kini mati hidup Bok toako belum diketahui, aku tak boleh mengulur waktu kelewat lama . . ." demikian dia berpikir.

Sambil membentak tubuhnya segera melejit ke tengah udara, senjata patung Kim mo sin jin digetarkan ditengah udara lalu menghantam tubuh It Oh cu keras keras.

Buru buru It Oh cu memutar pedangnya, dengan jurus San ya ctan pat huan (San Ya berkerudung mtUwia delapan sampan), tampak cahaya pedang berputar, lapisan cahaya pedang yang menyilaukan mata secara berIapis lapis menyambuti lapisan patung Kim mo sin jin dan menyusup kedalam tubuh Liong Tian im.

Liong Tian-lm segera membalikkan senjata patung Kim mo sin jinnya seraya membentak nyaring: "sambut pula sebuah seranganku ini !"

Jurus serangan tersebut dilancarkan dengan sepenuh tenaga, selain cepat juga ganasnya bukan kepalang.

Im Oh-cu amat terperanjat setelah menyaksikan datangnya ancaman tersebut. "Traaang . . . !" ditengah udara berkumandang suara bentrokan senjata yang amat nyaring mengakibatkan bunga api memercik ke empat penjuru.

Secara beruntun It Oh cu mundur berapa Iangkah kebelakang, sementara pedangnya sudah dihajar sampai bengkok oleh senjata patung Kim mo sin jin tersebut.

Selain lengan menjadi kaku dan kesemutan

relepsfc tangannya juga pecah serasa fnhetS, buru buru dia mengayunkan pedangnya dengan gugup, kuatir Liong Tian-im mempergunakan kesempatan tersebut untuk melancarkan serangan lagi.
Liong Tian-im tertawa hambar, segera jengeknya:  "Huhu., . rupanya yang dinamakan To-keh su sian tak lebih
cuma begitu saja "

It-oh cu menjadi amat gusar, dia segera menengadah sambil tertawa seram.

"Haahh . .haahh. . .haha . . bocah keparat, kau betul-betul menghina orang!"

Begitu menarik kembali senyumannya, hawa pembunuhan yang amat tebal tiba tiba saja menyelimuti seluruh wajahnya, dia maju kedepan dengan langkah lebar sementara dari seluruh tulang belulang tubuhnya bergema suara gemerutukan nyaring.

Kemudian sesudah meraung penuh kegusaran pedangnya digetarkan keras menciptakan enam buah gelombang pedang yang tiada tara cepatnya langsung membabat ke tubuh Liong Tian im.

Traaang . traang. . ." secara beruntun bergema enam kali benturan nyaring, ke enam buah serangan pedang itu dilepaskan dalam waktu singkat dan sekaligus.

Liong Tian im harus mengucurkan keringat dingin sehabis menahan ke enam buah serangan berantai lawan, diam diam dia dibuat terkejut juga oleh kelihayan ilmu pedang lawan.

"Hmm!" Liong Tian im mendengus dingin, tampaknya kau cukup perkasa juga. ."

Dia tak sudi menunjukkan kelemahannya, senjata patung Kim mo sin jin tersebut segera diputar menciptakan selapis bayangan keemas-emasan.

Tampak senjata patung mestika itu dengan kecepatan yang mengerikan langsung meIabrak ke muka secara lurus. "Aduuuh!"

Di mana patung mestika itu menyambar cepat, terpancar keluar kekuatan yang tiada taranya.

It oh cu segera merasakan dadanya menjadi kencang, tak kuasa lagi dia menjerit kesakitan tubuhnya tiba tiba saja berjumpalitan kedepan.

"Kau, kau benar-benar seorang iblis haus darah yang membunuh orang tak berkedip." serunya dengan suara gemetar.

Liong Tian im sama sekali tidak memandang It Oh cu yang tergeletak terluka dalam barang sekejappun, setelah mendengus dingin sekulum senyuman hambar menghiasi bibirnya.

"Perduli siapakah dia." serunya dengan lantang "asal dia berani bermusuhan dengan si iblis emas berjari darah, tiada seorang pun yang bisa berakhir dengan selamat."

Berbicara sampai disitu, tubuhnya secepat sambaran kilat menembusi kabut yang tebal dan berlalu dari situ sembari tertawa terbahak bahak.

Mendadak dihadapan Liong Tian im terbentang sebuah pasir putih yang luas, disisi sebelah kiri pantai berpasir itu merupakan sebuah sungai, air mengalir dengan tenangnya di sana.

Dengan termangu mangu dia berhenti disini, tampak diatas pantai pasir berwarna putih ini si jago pedang buta Bok Ci sedang berdiri disana sambil memutar pedangnya seperti titiran air hujan, sementara Leng Hongya terdesak mundur tiada hentinya.

Tapi Leng Hongya tak mau mengelak dia memutar pedangnya dan menghadapi pula si jago pedang buta Bok Ci dengan serius, tampaknya kedua belah pihak sama-sama bertahan dan menyerang dengan rapatnya.

Dihadapan kedua orang itu tampak seorang tojin sedang memandang kedua orang itu dengan wajah kaget bercampur tercengang, seakan akan tidak percaya kalau jago pedang buta Bok Ci bisa bertarung seimbang dengan Leng Hongya.

Liong Tian im segera melayang maju ke depan dengan berteriak keras keras, "Bok toako, siaute Liong Tian im telah datang. "Jangan kemari, pasir itu merupakan jebakan!" seru si jago pedang buta Bok Ci kaget.

Sayang peringatan itu diberikan sangat terlambat, baru saja sepasang kaki Liong Tian im menginjak permukaan tanah, mendadak pasir yang diinjaknya itu menghisap tubuhnya ke dalam. Dengan perasaan terkejut dia lantas berseru:
"Toako, apa yang sebenarnya telah terjadi?" "Tempat itu merupakan pasir berawa yang akan
menenggelamkan setiap benda, kau keliwat tidak berhati-hati
!" seru Jago pedang buta Bok Ci sambil menarik kembali pedangnya.

Baru saja ia melayang turun Leng Hongya yang berada di belakangnya telah menyusul tiba. Buru buru Jago pedang buta Bok Ci mengayunkan pedangnya melancarkan sebuah  bacokan, setelah itu sambil menarik tangan Liong Tian-im, serunya keras-keras:

"Jangan takut !"

Pedangnya diayun ke muka memaksa Leo Hongya harus mundur untuk menghindar diri, diatas wajahnya terlintas sekulum senyuman dan akhirnya tak tahan lagi dia tertawa tergelagak:

"Haah, haaah, haaah, Bok ci, aku menginginkan benar kalian berdua bersama-sama mampus terkubur di tempat ini."

Sementara itu, Liong Tian im merasakan dari dalam pasir berwarna itu memancar ke Iuar suatu tenaga hisapan yang amat besar. buru-buru dia meronta beberapa saat mencoba untuk meloloskan diri, tapi usahanya selalu gagal, akhirnya dengan putus asa dia berseru:

"Toako, kau jangan mengurusi aku, cepat bunuh Leng Hong ya.,."

Dalam pada itu, jago pedang buta Bok ci selain harus mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya  untuk mengambang diatas pasir, dia pun harus mengerahkan tenaga umuk melawan serangan serangan dari Leng Hong ya, mana
harus menahan pergelangan Liong Tian im pula agar tubuhnya jangan sampai tenggelam.

Bayangkan saja satu kekuatan harus terbagi tiga bagian, seketika itu juga dia menjadi kepayahan.

"Hehehe.." Leng Hong ya tertawa seram, "aku menginginkan kalian mampus."

Serentetan cahaya pedang memenuhi angkasa serangan angin pedang segera menderu deru.

Kabut yang tebal lambat laun semakin menipis, cahaya matahari yang berwarna keemas emasan telah memancar masuk membuat pasir tersebut nampak berkilauan menyiarkan cahaya emas.

Makin lama tubuh Liong Tian im tenggelam semakin dalam, kini sebatas pinggangnya sudah terbenam ke dalam pasir berlumpur.

Peluh telah membasahi jidat jago pedang buta Bok di wajahnya mengejang keras hawa murni yang terhimpun dalam pusarnya hampir saja sudah membuyar .. Dengan penuh penderitaan dia berseru: "Adik Liong, kau harus menyabarkan diri. ."

"Heeh .. heeh . . heeh ..." Leng Hongya memperdengarkan suara tertawa dingin yang menyeramkan, pedangnya diayunkan ke tengah udara keras teras, desingan hawa pedang menderu deru, seluruh angkasa segera diliputi bayangan pedang yang berkilauan.

Hujan pedang yang rapat dan deras segera menimpa dan menyelimuti sekujur tubuh jago pedang buta. .

Waktu itu jago pedang buta harus membagi tenaganya menjadi tiga bagian, sepasang bibirnya segera dikatupkan rapat-rapat lalu menarik napas panjang, tubuhnya bergeser di atas pasir berlumpur dan pedangnya meluncur ke muka secepat kilat.

"Traang . .. ! benturan nyaring menggeletar ditengah angkasa sehingga menimbulkan percikan bunga api.

Akibat dari bentrokan itu Leng Hongya terhentak berhenti mundur lima langkah dengan sempoyongan.

Dengan wajah tercengang dia berseru:

"Hei, gerakan keberapakah dari ilmu pedang Thian yang kiam hoat yang kau pergunakan?"

Jago pedang buta Bok Ci berkedip, dia menarik napas dalam dalam, satu ingatan dengan cepat melintas dalam benaknya, lalu pikirnya: "Leng Hongya adalah seorang tokoh persilatan yang lihay, bila jurus pedang dari perguruan lain berhasil diIihat sekejap saja olehnya. niscaya jurus pedang itu pun akan

^mm " "dttW k " o" I a iImu pedang Teeciok jit-kiam bisa berbeda dengan Thian yang kian hoat lantaran didalam setiap jurus serangan ilmu Thian yang kiam hoat terdiri dari tiga perubahan yang berbeda, setiap perubahan merupakan kamuflase dan memiliki perubahan yang tak terduga . . . .
jangan jangan dia berniat menyadap ilmu silatku sewaktu kugunakan jurus serangan yang ampuh tadi "

Berpikir sampai disitu, Bok Ci segera mendengus dingin, tegurnya:

"Buat apa kau menanyakan persoalan itu ?"

Saat itu Leng Hongya tidaa terlampau terburu napsu untuk melancarkan serangan, sambil tertawa dingin katanya:

"Kau anggap aku tidak kenal dengan jurus Bong bong bu vang (kosong melompong tiada tepian) tersebut? Hmm? . ..
akan kutunjukkan sebuah jurus serangan pula kepadamu !"

Sembari berkata pedangnya menciptakan gelombang pedang ditengah udara Ialu menciptakan tujuh buah bunga pedang yang perubahannya bagaikan sekuntum bunga besar berwarna perak saji berbarerg dengan hembusan hawa pedang semuanya tahu tahu sudah berlalu. Tak terlukiskan rasa kaget jago pedang buta mendengar desingan tersebut, katanya dengan gemetar:

"Mengapa kau bisa mainkan jurus Jit sat siau jiao (tujuh iblis menubruk sukma) tersebut ?" Sambil menggigit bibir dia menundukkan kepala dan termenung sebentar, kemudian sambungnya:

"Sudah pasti enci yang mewariskan jurus ini kepadamu. . ."

Walaupun dia tak dapat menyaksikan betapa seram dan hebatnya Leng Hongya melancarkan serangan dengan jurus Jit sat sian hun di, namun didengar dari ke tujuh desingan angin pedang yang terpancar keluar, dengan cepat ia dapat kenali jurus serangan itu sebagai salah satu jurus yang pa'iug tangguh dari leIuhurnya.

Terkesiap hatinya setelah mengetahui hal tersebut, karena dia tahu tidak ada harapan lagi baginya untuk dapat meraih kemenangan

usil Leng Hongya, scuii'g^n lairpn tcimo rm
dsh dan murung segera menyelimuti setan wajahnya. "Hmm, ilmu pedang Thian yang kiam hoat tak ada sesuatu
yang aneh" dengus Leng Hongya dingin, "jika kau tidak
percaya, silahkan saja melancarkan sebuah serangan kepadaku."

Padahal ucapan mana hanya suatu gertak sambal belaka, maksudnya dia hendak menekan perasaan seram dan ngeri lebih dulu dalam hati Manusia buta itu agar dia sangsi dan kehilangan rasa percayanya pada diri serdiri.

Jago pedang buta merasakan hatinya bergetar keras, serunya kemudian dengan suara dingi dan hambar. "Betul betul kau mencuri belajar jurus serangan dari perguruan lain, hmm, akan kuberitahukan perbuatan munafikmu itu keseluruh perguruan besar didunia ini, . ."

Leng Hongya meludah dengan sinis.

"Huuuh, perguruan manakah didunia persilatan dewasa ini yang bisa menangkan serangkaian dari ilmu pedang Iangit serta pedang bumiku, Leng Hongya adalah ketua dari selaksa pedang akan berbuat demikian?"

"Hmm, ketua dari selaksa pedang? Sungguh tak tahu malu..." jengek jago pedang buta sambil mendamprat sepedas itu"

Berkobar juga hawa marah dalam hati Leng Hong ya, dia segera melompat keudara, pedangnya diayunkan kedepan dan langsung membabat bahu jago pedang buta.

Liong Tian im menjadi amat terkesiap, buru-buru serunya: "Toako, hati hati!" Setelah meraba datangnya serangan pedang lawan, jago pedang buta segera membetot tubuh Liong Tian im dengan tangan kirinya, sementara pedang ditangan kanannya dilintangkan didepan dada.

Menanti serangan lawan sudah dihaeirkan tepat ditengah jalan, mendadak dia memutar pedangnya sambil membacok lengan Leng Hong ya.

Siapa tahu, baru saja tubuhnya menginjak tanah, kuda kudanya tergempur ia menjadi amat terkesiap, buru buru hawa murninya dihimpun untuk menahan gerak tubuhnya yang tenggelam ke bawah. Siapa tahu pada saat itulah, sebagian besar tubuh Liong Tian-lm sudah terbenam kedalam pasir berlumpur sehingga tinggal kepalanya saja yang masih berada diluar.

Secara beruntun Leng Hongya melancarkan tujuh buah serangan yang semuanya itu memaksa jsgo pedang buta bermandikan keringat dingin, berhubung Liong Tian im masih terbawa didalam pasir berlumpur, hal mana membuat dia tak sanggup uatuk menyerang Leng Hongya.

Sekuat tenaga Liong Tian im meronta, kemudian teriaknya keras keras:

"Toako, cepat lepaskan aku, dengan begitu kau baru dapat menghadapinya dengan sepenuh tenaga . .. "

"Adik Liong" ujar jago pedang buta dengan sedih, "bila harus mati, kita akan mati bersama!"

Mencorong sinar buas dari balik mata Leng Hoogya, dia tertawa seram.

"Heeehh . . . heeehh . . . heeehh , . . bagus sekali, kalian bisa mati bersama sama, hal ini sudah terhitung sesuatu yang tidak gampang!"

Belum habis dia berkata, selapis hawa pembunuhan yang sangat tebal dengan cepat menyelimuti seluruh wajahnya, tampak dia berpekik nyaring, selapis hawa pedang dengan menciptakan cahaya berkilauan menerjang tiba dengan hebatnya.

Jago padang buta Bok Ci segera menghimpun segenap tenaga dalam yang dimilikinya sambil membetot tubuh Liong Tian im keatas bentaknya keras keras: "Adik Liong, bangun !"

Tampak tubuh Liong Tian im melejit ke tengah udara, tatkala jago pedang buta Bok Ci menggetarkan pergelangan tangannya, seluruh tubuh Liong Tian im segera melayang turun toh diluar pantai pasir tersebut . . .

Membetot orang, mengayunkan badan dan mengegos kesamping, tiga macam perkerjaan itu dilakukan jago pedang Bok Ci pada saat yang bersamaan, ketika serangan sebuah pedang dari Leng Hongya meluncur tiba, Jago pedang buta telah menggerakkan pedangnya untuk membendung.

Tapi, oleh karena tenaga yang dipergunakan untuk membetot Liong Tian im tadi kelewat besar, mendadak ujung kaki kirinya menjadi terjerumus ke depan hingga badannya turut condong kemuka.

Buru buru dia menggunakan tiga macam ancaman yang mengarah tiga arah yang berbeda untuk memaksa Leng Hongya sehingga tak berani kelewat mendekati tubuhnya.

Jago pedang buta Bok Ci berpekik nyaring, mendadak pasir berlumpur itu membelah ke samping, tubuhnya melesat keluar.

Leng Hongya tertawa dingin, sambil mengayunkan pedangnya dia mengejar dari belakang.

Sementara itu rasa kaget yang menyelimuti hati Liong Tian im telah berhasil diatasi, melihat Leng hongya memburu datang, hawa amarah segera menerjang naik keatas dadanya, dia mendengus dingin. "Hm. toako !" serunya dengan ssnBFTVJi ftktf, "biar aku yang membereskan dia . ." serentetan cahaya emas yang amat menyilaukan mata tiba-tiba melesat keluar dari genggamannya, senjata patung Kim mo-sio jin telah diangkat ke udara siap melancarkan serangan mematikan sementara anak muda itu mengawasi lawannya dengan pandangan penuh kegusaran.
Leng Hongya amat terkesiap, gumamnya tanpa sadar: "Senjata patung Kim mo sin-jin! senjata patung Kim mosin-
jin!"

Dengan perasaan tercengang dia menghentikan gerakan tubuhnya, lalu menarik napas dalam dalam, dengan sorot mata yang tajam dia awasi Liong Tian im lekat lekat.

Tatkala sepasang mata mereka saling bertetmu, kedua belah pihak sama sama tidak mengucapkan sepatah katapun.

Selang berapa saat kemudian, Leng Hongya baru tertawa seram sembari menegur:

"Siapakah kau sebenarnya ? Darimana kau dapatkan senjata patung Kim mo sin jin tersebut ?"

"Hmm, asal kau bisa menangkan senjata Kim mo sio jin ditanganku ini, aku akan memberitahukan kepadamu," ujar Liong Tian im dengan suara dingin.

"Hmm," Leng Hongya mendengus penuh penghinaan, "manusia yang benar benar tak berpendidikan, lohu tak akan pandang sebelah mata pun terhadap manusia semacam kau .
." Liong Tian im merasa gusar sekali setelah mendengar ucapan itu, sambil memutar senjata patung Kim mo sin jin, dia maju selangkah ke depan dan langsung menerjang kearah Leng Hongya.

Terjangan mana paling tidak disertai tenaga sebesar seribu kati, deruan angin terjangannya amat menusuk pendengaran.

Terkesiap juga Leng Hongya setelah menyaksikan betapa dahsyatnya tenaga terjangan itu, dia tak berani menyambut serangan patung Kim mo sin jin tersebut dengan pedangnya, buru buru dia menarik senjatanya sambil mengundurkan diri.

Mencorong sinar tajam dari balik mataj Liong Tian im, serunya dengan suara dalam:

"Leng Yok peng, beranikah kau menyambut serangan patung Kim mo sin-jin ini?" sebagai seorang tokoh persilatan dalam dunia persilatan entah berapa banyak pertempuran besar atau kecil yang pernah dialami Leng Hongya, namun belum pernah dia jumpai orang yang berani menantang dirinya untuk berduel."

Tak heran kalau dia naik pitam sesudah mendengar tantangan tersebut, akan tetapi tatkala sepasang matanya memandang sekejap wajah Liong Tian-im, tiba tiba hatinya terkesiap dan menjadi termangu mangu.

Sesudah tertegun sekian waktu, satu ingatan terlintas didalam benaknya, dia lantas berpikir: "Heran, kenapa raut wajah anak muda itu seperti kukenal dengan sangat ? Tapi anehnya aku tak bisa mengingat-ingat dimanakah kami pernah berjumpa muka dengannya. . ." Sesudah termenung lagi beberapa waktu, mendadak dia bertanya:

"Apakah kau adalah putranya Liong Siau thian?"

Liong Tian im menghentikan gerakan tubuhnya dan menjawab dengan dingin:

"Benar, aku datang ke lembah Tee ong kok ini untuk menyelidiki kematian ayahku!"

Paras muka Leng Hongya berubah dengan cepat dia menegur:

"Siapa yang memberitahukan kepadamu kalau aku mengetahui persoalan ini?"

"Kau tidak tahu?" Liong Tian im tertegun "Hui Ko jelas memberi tahukan kepadaku " Dari mana dia bisa menduga, lantaran persoalan itu menyangkut suatu masalah yang kompleks, banyak orang enggan melibatkan di dalam peristiwa itu dan banyak orang berusaha menghindarkan diri atau menjawab tidak tahu."

Leng Hongya sendiripun cukup mengetahui kalau persoalan ini menyangkut banyak jiwa manusia, menyangkut keselamatan dunia persilatan, itulah sebabnya meski dia mengetahui peristiwa itu amat jelas, namun diapun enggan untuk mengutarakan keluar dari pada dia ketimpa banyak kesulitan yang tak diinginkan .."

Leng Hong ya segera mendengus lalu ujarnya: "Ternyata Hui ko yang ngaco belo tak karuan, aku sudah menduga kalau dialah yang memberitahukan persoalan ini kepadamu..."

Sementara dalam hati kecilnya dia berpikir ingan eeTiai, dia msia mencari akal bagaimana caranya untuk menghadapi kejadian tersebut, pikir punya pikir namun tiada juga suatu siasat bagus yang bisa dilaksanakan.

Akhirnya dengan perasaan agak tertegun pikirnya:

"Bocah muda itu berusaha menyelidiki persoalan ini sampai jelas, dikemudian hari dia pasti akan merupakan suatu bibit bencana yang paling besar, peristiwa tentang pembunuhan berdarah yang tercipta dalam dunia persilatan akibat genta emas itu melibatkan pula diriku dikemudian hari paling tidak aku pasti akan bermusuhan dengan bocah keparat ini. mengapa tidak kumanfaatkan kesempatan yang sangat baik  ini untuk melenyapkan dirinya.

Begitu ingatan tersebut melintas dalam benaknya, sekulum senyuman aneh segera menghiasi bibirnya, dia memandang Liong Tian im yang kurang percaya itu dengan pandangan dingin, sementara benaknya menyusun rencana-rencana selanjutnya.

Tatkala Liong Tian im mendengar Le Hongya menyangkal kalau dia mengetahui duduk peristiwa tersebut, hatinya langsung dingin separoh, setelah termenung sebentar dengan perasaan ragu, tegasnya:

"Kau benar benar tidak tahu?"

"Aku bukannya sama sekali tak jelas tentang kematian ayahmu dimasa lampau, banyak hal yang tidak jelas bagiku, sehingga rasanya terlampau sulit untuk memberitahukanmu jawaban dengan pasti untukmu . ."

Waktu itu niat jahatnya sudah timbul, dia ingin membunuh Liong Tian im guna menghilangkan bibit bencana dikemudian hari, dia ingin menggunakan tangan pemuda itu untuk melenyapkan beberapa orang rekannya, oIeh sebab itu dia memberikan suatu jawaban yang mengambang untuk Liong Tian im.

Disinilah letak kecerdasannnya, siasat yang halus manis tapi telak lebih mudah membuat lawan terjebak dan menggiringnya untuk mencapai apa yang dicita-citakan.

Betul juga, tindakannya itu segera mendatangkan hasil yang sama sekali tak terduga, karena bagaimanapun Liong Tian im masih belum berpengalaman hingga dia telah memberikan suatu posisi yang menguntungkan lawannya.

Dengan perasaan gelisah dia bertanya:

"Kalau begitu katakan saja hal hal yang kau ketahui saja kepadaku?"

Paras muka Leng Hongya berubah menjadi dingin seperti es, sesudah tertawa dingin serunya.

"Kalau bicara jangan seenaknya, Hm, bila aku dapat mengisahkan kejadian itu dengan begitu saja, mana mungkin kisah itu akan disebut rahasia dunia persilatan? Aku rasa sebelum datang ke Lembah Tee ong kok kau juga sudah mendapat tahu kalau persoalan ini kelewat kompleks tiada orang yang berani menyerempet bahaya dengan menyalahi rekan rekan persilatan, merekapun belum tentu bersedia mengungkapkan rahasia tersebut kepadamu." --------------------

EH^^lafn ia menghela napas, pikirnya:

"Mengapa aku tak pernah berhasil  menghilangkan bayangan wajahnya dari dalam benakku.. walau pun dia  begitu dingin tak berperasaan, tepi bagiku hal mana merupakan sesuatu yang amat merindukan diriku, apakah aku betul betul sudah terperosok ke dalam lembah cinta tanpa kusadari. . ."

"Toako, kita jangan bicarakan soal dia lagi!"

Pikirannya saat ini sangat kalut, dia tidak ingin membicarakan masalah yang membuat orang jadi kesal maka sambil mengempit perut kudanya, ia melarikan binatang tersebut cepat cepat menuju kedepan.

Tiba tiba tampak sesosok bayangan putih berkelebat lewat, tahu-tahu seekor kuda putih sudah muncul di depan matanya.

Orang yang berada diatas pelana kuda itu menggembol senjata dan berpakaian ringkas ketika berpapasan dengan mereka berdua mendadak orang itu mendengus dingin.

Memandang bayangan tubuh orang itu, Liong Tian im tertegun, kemudian tatapnya:

"Kuda itu betul betul merupakan seekor kuda jempolan, entah enghiong siapakah yang berada diatasnya ?"

Belum habis dia berkata, kuda putih ke perak perakan itu sudah berjalan balik, lalu terdengar orang yang berada diatas kuda itu berteriak keras: "Harap saudara berdua suka menunggu sebentar".
Tanpa berpaling jago pedang buta menegur dingin. "Siapakah saudara ? Ada urusan apa memanggil kami
berdua. ."

Lelaki bermata besar beralis tebal dan menunggang kuda jempolan itu segera melayang turun ke atas tanah, kemudian sambil mencorongkan sorot mata yang tajam menggidikkan, ia bertanya dengan nada dingin:

"Siapakah diantara kalian adalah Hlat-ci kim-mo?"

Liong Tian im tertegun, dia tak menyangka kalau dalam wilayah Cing shia san masih terdapat orang yang mengenalinya, dia tak tahu orang itu musuh atau teman, maka sambil menjura katanya:

"Akulah orangnya, siapakah nama saudara?"

Dengan pandangan dingin lelaki itu memandang sekejap ke arah Liong Tian im, hawa pembunuhan yang dingin menyelimuti seluruh wajahnya sesudah tertawa tergelak dengan angkuhnya, ia berkata:

"Aku bernama Lee Hong, murid angkatan ke tiga dari Khong leng bun, Sin-yong-bu tek (Panglima sakti tanpa tandingan) tak lain adalah julukanku ..."
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar