Rahasia Kunci Wasiat Bagian 20

Tetapi Siauw Ling tidak menuju ke arah mana ia berbelok dan mendekati ketiga botol porselen tersebut.

“Hujien tolong tanya diantara ketiga buah botol porselen putih adalah obat yang asli tapi mereka tidak mau percaya perkataanku hal ini membuat akupun tak dapat berbuat apaapa lagi.

“Sekali sambar Siauw Ling ambil botol porselen warna putih dan dicekalnya ditangan.

“Hujien apakah obat ini tidak salah?”sekali lagi pemuda ini bertanya.

Air muka Kiem Hoa Hujien kontan berubah hebat.

“Saudara cilik apa yang hendak kau lakukan?”“Tujuan kedatangan kita kemari adalah ingin saling tukar menukar antara obat pemusnah dengan kitab pusaka Sam Khie Cin Boh serta lukisan Giok San Cu tersebut jikalau masing-masing pihak selalu saja bertempur saling tipu menipu siasat dilawan siasat sampai kapankah urusan ini baru bisa diselesaikan? Oleh sebab itu aku minta masingmasing pihak suka berlaku terus terang dan kini cayhe ingin agar Hujien suka menghadiahkan dahulu obat pemusnah dari racun ular emas tersebut kepada pihak lawan.

““Bagus, bagus sekali,”Kiem Hoa Hujien tertawa senang. “Saudara cilik aku sebagai encimu akan bantu untuk mendapatkan nama yang harum dan gagah bagimu dan ambillah obat pemusnah yang berada dalam botol hijau disebelah kiri.

““Aakh perempuan ini benar-benar kejinya luar biasa kurang sedikit saja pihak Bu-tong pay kena tertipu,”pikir Siauw Ling di dalam hati.

Ia segera menukar obat pemusnah tadi dengan botol porselen disebelah kiri kemudian diangsurkan ketangan Im Yang Cu.

“Tooheng tolong kau keluarkan sebutir pil dari botol ini kemudian berikan kepada Ciangbunjien kalian.

“Karena dalam hatinya ia tidak percaya seratus persen terhadap ucapan dari Kiem Hoa Hujien maka dalam perkataanpun ia tidak ingin menunjukkan keyakinannya.

Im Yang Cu sendiripun tahu bila urusan berlarut-larut terus bukankah suatu tindakan yang menguntungkan seraya menerima angsuran botol porselen itu ia berkata, “Nama besar Siauw Thayjien sudah tersohor dikolong langit. Pinto percaya atas ucapanmu.

“Dibalik ucapan tersebut ia mengartikan tanggung jawab yang berat mulai detik ini telah dialihkan kepundak Siauw Ling.

Siauw Ling yang mendengar ucapan itupun hatinya terasa bergeser keras pikirnya, “Karena mempercayai diriku Im Yang Cu suka memberikan obat pemusnah tersebut buat Bu Wie Tootiang jikalau obat pemusnah inipun merupakan racun? bukankah Bu Wie Tootiang bakal mati dalam sepatah kataku ini?”Makin dipikir hatinya semakin tegang, tanpa terasa ia menoleh dan memandang sekejap wajah Kiem Hoa Hujien.

Di atas selembar wajah Kiem Hoa Hujien yang cantik tersungging satu senyuman manis.

“Saudara cilik. Apa yang kau lihat?”tegurnya. “Apakah kaupun tidak mempercayai encimu?”“Hmmm! kau sudah terbiasa melakukan kejahatan dan akal licikmu banyak bagaikan gunung, siapa yang berani mempercayai ucapanmu?”Damprat pemuda she Siauw dalam hatinya.

Kendati dalam hati berpikir begitu diluaran buru-buru serunya berulang kali, “Mana… mana… mana…”Ketika itulah Im Yang Tootiang membuka penutup botol, mengeluarkan sebutir pil warna hijau dan dimasukkan ke dalam mulut Ciangbun suhengnya Bu Wie Tootiang.

Ciu Cau Liong yang diam-diam mendongkol karena Siauw Ling kembali turut campur di dalam persoalan tersebut pada saat ini tak bisa berkutik karena berada dihadapan umum ia merasa tidak enak untuk menegur pemuda tersebut secara terang-terangan. Oleh karenanya terpaksa ia simpan saja rasa mangkel tadi di dalam hatinya.

Can Jap Cing, Tiong Lam Jiehiap serta Im Yang Cu empat orang delapan mata bersamasama dialihkan keatas tubuh Bu Wie Tootiang dengan hati berdebar mereka menantikan reaksi selanjutnya sehabis menelan pil pemusnah tadi.

Suasana di dalam gubuk reyot tadi seketika itu juga diliputi kesunyian yang mengandung ketegangan.

Tiong Lam Jiehiap, Im Yang Cu, Can Jap Cing, Ih Bun Han To serta Ciu Cau Liong diam-diam salurkan hawa sinkangnya melakukan persiapan asalkan reaksi yang ditunjukkan Bu Wie Tootiang setelah menelan obat pemusnah tersebut tidak beres maka suatu pertarungan yang maha sengit dan maha seru segera akan berlangsung.

Kiem Hoa Hujien dengan otak yang tajam watak yang licik serta wajah yang cantik jelita mendatangkan rasa ragu-ragu dihati masing-masing orang siapapun tidak mengerti apa yang sedang ia pikir dalam hatinya saat ini semakin susah lagi bagi mereka untuk menebak apa yang hendak ia lakukan.

Kurang lebih seperminum teh kemudian mendadak Bu Wie Tootiang menggerakkan sepasang lengannya dan menghembuskan napas panjang.

Melihat gerakan yang ditujukan toosu tua itu diam-diam Siauw Ling merasa berlega hati pikirnya, “Aaaakh! kiranya Kiem Hoa Hujien bukan sedang menipu aku. Obat pemusnah tersebut adalah yang murni.

““Saudara cilik!”ketika itulah mendadak terdengar suara yang halus tapi lembut bagaikan suara bisikan semut berkumandang masuk ke dalam telinganya. “Berikan kedua butir pil lainnya yang masih ada di dalam botol porselen itu untuk toosu tua hidung kerbau dalam setengah jam kemudian ia akan sadar dengan sendirinya.

“Mendengar bisikan itu dengan sepasang mata yang tajam Siauw Ling berpaling dan memeriksa keadaan diseluruh ruangan gubuk tersebut tapi apapun tidak ditemukan ia lantas menyadari ucapan tadi tentulah disampaikan Kiem Hoa Hujien kepadanya melalui ilmu menyampaikan suara.

“Cepat berikan sekalian kedua butir pil yang masih tersisa di dalam botol porselen itu?”Tapi setelah ucapan itu meluncur keluar hatinya baru tersadar kembali, pikirnya, “Benarkah ucapan dari Kiem Hoa Hujien itu?? kenapa aku begitu ceroboh? Sebelum mengetahui benar tidaknya perkataan itu sudah kuutarakan.

“Tetapi ucapan sudah terlanjur diutarakan untuk ditarik kembalipun rasanya tak gampang.

Im Yang Cu yang mendengar ucapan itu segera menengok sekejap Siauw Ling, akhirnya ia mengeluarkan kedua butir pil sisanya dan dimasukkan semua ke dalam mulut Bu Wie Tootiang.

Can Jap Cing yang berdiri di samping suhengnya kontan mengerutkan keningnya ketika melihat tindakan Im Yang Cu yang begitu percaya atas ucapan Siauw Ling hatinya merasa tidak puas cuma ketidak puasan ini tak sampai diutarakan keluar.

Suasana kembali jadi sunyi hening, tak kedengaran sedikit suarapun masing-masing orang kembali burahkan seluruh perhatiannya keatas tubuh Bu Wie Tootiang si Ciangbunjien dari Bu-tong pay ini.

Ketika itulah di tengah kesunyian mendadak terdengar suara derapan kaki kuda berkumandang datang dari tempat kejauhan dan makin lama suara itu semakin mendekati rumah gubuk tersebut.

Tiong Lam Siang hiap yang berdiri bersandar disisi pintu buru-buru menutup pintu gubuk yang reyot setelah mendengar suara derapan kuda tadi.

Tetapi suara derapan kuda itu makin lama semakin mendekat agaknya kuda tersebut sudah tiba diluar rumah gubuk dimana para jago sedang berkumpul.

Tempat itu adalah sebuah tanah pegunungan yang sunyi, jauh dari rumah penduduk dan gubuk ini banyak tahun tak pernah digunakan. Pertama tidak dekat jalan raya dan kedua dipegunungan terpencil, secara mendadak bisa muncul kuda yang dilarikan kencang sudah tentu bukan suatu peristiwa yang biasa.

Tetapi para jago yang ada di dalam gubuk itu pada berdiri tegak tidak berkutik. Kecuali Tiong Lam Jie Hiap yang berdiri bersandar di samping pintu.

“Kiam Tong!”terdengar orang yang ada diluar gubuk berseru dengan nada yang dingin.

“Coba kau masuk ke dalam rumah gubuk ini dan periksa apa isinya.

“Mendengar disebutnya nama orang itu Siauw Ling merasakan hatinya bergerak pikirnya, “Apakah orang yang datang adalah Lan Giok Tong sipemuda baju biru yang menyaru namaku? Akh! Agaknya kali ini Siauw Ling palsu serta Siauw Ling asli harus saling berhadapan.

“Tampak bibir Can Jap Cing bergerak tiada hentinya, sedangkan Tiong Lam Toahiap yang berjubah biru dan berjenggot putih mengangguk, hanya sapa tak terdengar sedikit suarapun jelas mereka berdua sedang bercakap-cakap dengan menggunakan ilmu menyampaikan suara.

Terdengar suara bentrokan keras bergema memenuhi angkasa, pintu reyot tertendang buka dan muncullah seorang bocah cilik berbaju hijau yang berusia empat lima belas tahunan melangkah masuk dengan mencekal sebilah pedang bocah itu sama sekali tak menduga bila di dalam gubuk berkumpul begitu banyak orang agaknya terperanjat menemui pandangan tersebut.

Para jago yang ada di dalam ruangan tersebut berdiri tak bergerak tak seorangpun yang menggubris atas munculnya bocah itu.

Agaknya sibocah itu Kiem Tong inipun seorang yang berpengalaman luas dalam sekali pandangan ia dapat menangkap bila jago lihay yang memiliki tenaga kweekang amat sempurna dan hal yang paling membuat dia jadi tak paham adalah sikap semua jago yang berdiri keadaan bersiap-siap.

Suatu ruang gubuk reyot yang hanya sebesar beberapa jengkal berisikan beberapa orang jagi yang berdiri saling bersiap sedia. pemandangan yang sangat luar biasa.

Ketika itu kembali dari luar berkumandang datang suara teguran yang nyaring tapi dingin ketus.

“Kiem Tong, apakah di dalam ruang ada orang?”Kiem Tong mundur selangkah ke belakang dengan pedang melindungi badan ia menyahut penuh kecemasan.

“Lapor siangkong di dalam gubuk ini penuh berisikan manusia, ruangan sesak dengan manusia!”Saking gugupnya, susunan katapun jadi kacau balau tidak karuan.

“Hmm! Siapa saja mereka itu?”dengus orang yang ada diluar ruangan dingin.

“Aku tak kenal… aakh! benar, orang yang kita temui itu ditepi sungai kemarin hari Siauw…”Mendadak bocah tersebut teringat kembali apabila majikannya pun sedang menyaru sebagai Siauw Ling maka buru-buru nada suaranya berganti.

“Orang yang merebut Leng pay kita kemarin haripun ikut hadir disini.

““Eeei kenapa kau ini hari? kenapa hanya berbicara pun jadi gugup tidak karuan!”tegur orang diluar ruangan semakin dingin.

Baru saja ucapan itu meluncur keluar muncullah seorang pemuda tampan berjubah biru menggembol pedang dipunggung berjalan mendekat dengan langkah lebar.

Tiong Lam siang hiap serta Ih Bun Han To sekalian yang berada dalam ruang gubuk agaknya tak ada yang ingin bentrok terlebih dahulu dengan orang ini tak seorangpun diantara mereka yang turun tangan menghadang.

Siauw Lingpun alihkan sinar matanya ke arah orang itu. Ia tak mengenali kembali sipemuda berbaju biru tersebut sedikitpun tak bersalah Lan Giok Tong yang menyaru sebagai dirinya.

Agaknya Lan Giok Tong sendiripun tidak menyangka di dalam sebuah ruangan gubuk yang sunyi di tengah pegunungan terpencil bisa muncul sebegitu banyak orang ia agak tertegun dibuatnya.

Sinar mata yang tajam kembali menyapu seluruh ruangan. Setelah menemukan jago-jago yang hadir disana rata-rata merupakan jago Bulim kelas wahid, hatinya semakin tergetar lagi dibuatnya.

Kiem Hoa Hujien perlahan-lahan membereskan rambutnya yang kacau kemudian berpaling sekejap ke arah Lan Giok Tong sedang hatinya sedikit bergerak juga setelah melihat ketampanan pemuda itu.

“Sungguh tak nyana dalam daratan Tionggoan banyak terdapat pemuda-pemuda setampan ini,”pikirnya.

Dengan nada merdu segera teguran, “Kelihatannya kalian tanpa sengaja sudah memasuki tempat ini? Ada yang kau inginkan?”Golakan dihati Lan Giok Tong perlahan-lahan saat mereka kembali jawabnya dingin, “Jika kedatanganku adalah sengaja kau mau apa?”“Kurang ajar, sungguh sombong benar keparat ini,”batin Ih Bun Han To dalam hati.

“Jika bukan ada musuh tangguh di depan mata sukup mengandalkan ucapan ketus ini sudah seharusnya aku turun tangan untuk kasih sedikit peringatan kepadanya.

“Terdengar Kiem Hoa Hujien tertawa terkekeh-kekeh.

“Heee… heee… heee… sungguh besar lagakmu, aku rasa kau tentu seorang yang punya asal usul tersohor, siapakah namamu?”“Siauw Ling”jawab Lan Giok Tong seraya menyapu para jago dengan cahaya mata tajam.

Ucapan tersebut mendatangkan rasa tertegun bagi smeua jago yang hadir di dalam ruangan gubuk itu, beberapa pasang mata bersama-sama dialihkan keatas tubuh si orang berbaju biru.

“Heee… heee namamu Siauw Ling! lucu sekali!”seru Kiem Hoa Hujien sambil tertawa terkekeh-kekeh makin keras, “Sesungguhnya didaratan Tionggoan ada berapa orang yang bernama Siauw Ling.

““Keparat apa yang kau tertawakan?”teriak Lan Giok Tong naik pitam.

Tubuhnya bergerak langsung menerjang tubuh Kiem Hoa Hujien.

Melihat yang begitu sembrono Ih Bun Han To segera menggerakkan tangan kanannya dengan jurus Thian Way Lay Im atau luar langit muncul mega menyambut kedatangan tubuh lawan.

“Hmm bocah masih ingusan juga berani main terjang mengikuti emosi!”bentaknya dingin.

“Braaak…”suara bentrokan keras bergema memenuhi angkasa Lan Giok Tong telah menyambut datangnya serangan Ih Bun Han To dengan keras lawan keras.

Bentrokan ini mendatangkan getaran keras bagi seluruh jago yang ada dalam ruangan.

Kiranya Ih Bun Han To yang melancarkan serangan walaupun berhasil menahan terjangan dari Lan Giok Tong. Tapi kuda-kuda manusia she Ih Bun inipun tergempur sehingga badannya mundur dua langkah ke belakang.

Kecepatan Lan Giok Tong turun tangan serta kedahsyatan tenaga dalamnya bukan saja membuat Ih Bun Han To merasakan hatinya tergetar keras sekalipun beberapa orang jago yang berdiri di samping kalanganpun ikut merasa terperanjat.

Lan Giok Tong setelah menerima datangnya serangan lawan tubuhnya agak merandek sejenak kemudian disusul kaki kiri menyambar kemuka dengan kecepatan luar biasa.

Pada dasarnya ruangan di dalam gubuk itu memang sempit sebuah meja serta sebuah pembaringan bambu sudah makan tempat yang tidak sedikit ditambah pula ada beberapa orang berdiri disana ini berarti ruangan kosong boleh dikata sangat minim sekali.

Ketika Lan Giok Tong melancarkan serangan ini maka tak kuasa lagi tubuhpun menerjang ke arah mana Siauw Ling berdiri.

Semisalnya Siauw Ling tidak ingin menghindar atau berkelit maka tubuh kedua orang itu akan saling bertumbukan tetapi semisalnya ia berkelit dan membuka sebuah jalan keluar dagi Lan Giok Tong untuk taruh kaki posisinya akan berada sangat dekat sekali dengan meja kayu tersebut ini berarti dalam sekali sambar saja ia akan berhasil meraup kedua jilid kitab pusaka Sam Khie Cin Boh serta lukisan Giok Sian Cu.

Dalam waktu sangat singkat berbagai ingatan berkecamuk dalam benak Siauw Ling, akhirnya ia ambil keputusan untuk menghadang dulu jalan pergi Lan Giok Tong sehingga tidak memberi kesempatan baginya untuk merebut kitab pusaka Sam Khie Cin Boh serta lukisan Giok Sian Cu tersebut, di samping jangan sampai mengejutkan Bu Wie Tootiang yang masih berbaring.

Tenaga singkangnya disalurkan memenuhi seluruh tubuh badannya nyingkir kesamping kemudian menerjang tubuh Lan Giok Tong.

Melihat dirinya ditubruk Lan Giok Tong tertawa dingin tiada hentinya kaki yang msih berada di tengah udara tetap tak berubah dari posisi sedang tangan kanannya laksana kilat menotok pundak kiri Siauw Ling.

Sejak semula pemuda she Siauw ini sudah bikin persiapan tubuhnya menyingkir kesamping untuk meloloskan diri dari serangan lawan selagi ia melancarkan serangan balasan mendadak tampak Kiem Hoa Hujien yang berdiri di samping menggerakkan badan tangannya yang halus menyambar lewat kelima jari tangannya yang runcing membabat urat nadi Lan Giok Tong.

Bagai seorang jago lihay cukup dalam sekali gerakan saja. Walaupun beberapa orang yang melancarkan hanya jurus serangan yang sangat enteng sama sekali tidak mendatangkan deruan angin serta tidak nampak keanehan dari jurus-jurus serangannya, tapi melihat kecepatan gerakan masing-masing pihak sudah dapat diukur sampai seberapa jauh dari kepandaian lawan.

Kaki kanan Lan Giok Tong yang diangkat keatas medadak menendang ke belakang mengancam Ciu Cau Liong.

Tindakan ini datangnya sangat mendadak. Kaki kanan yang semula dipersiapkan untuk menerjang kemuka tiba-tiba berubah posisi dengan menerjang ke belakang. Hal ini mendatangkan kegugupan bagi Ciu Cau Liong, seketika itu juga ia kena terdesak untuk menyingkir selangkah kesamping.

Kiranya dalam waktu yang amat singkat itulah Lan Giok Tong sudah menemukan pertahanan yang sangat kuat diposisi Siauw Ling. Ia yakin untuk menjebolkan pertahanan tersebut bukan suatu pekerjaan gampang.

Bahkan dari balik pertahanan pemuda she Siauw ia pun menemukan adanya sekumpulan tenaga serangan yang luar biasa dahsyatnya.

Oleh karena itu ia menerima datangnya kebutan Kiem Hoa Hujien yang disusul dengan serangan berantai di belakang pemuda she Lan ini segera menyadari posisinya yang sangat berbahaya.

Untuk menghindarkan diri dari segala kemungkinan, terpaksa pemuda ini ambil keputusan posisi yang menguntungkan setelah itu baru melancarkan serangan kembali ke arah pihak lawan yang merupakan musuh paling tangguh selama hidupnya ini.

Berdasarkan prinsip inilah secara mendadak ia berubah posisi dan melancarkan serangan ke arah Ciu Cau Liong.

Setelah Ciu Cau Liong menyingkir selangkah kesamping, kaki kanan Lan Giok Tong buru-buru turun keatas tanah, tangan kanan dengan menggunakan jurus Ciauw Kouw Lian Huan atau cekalan indah berantai mengunci datangnya serangan dari Kiem Hoa Hujien kepala tanpa berputar tangan kirinya pada saat yang bersamaan menyerang pula ke belakang mengunci tubuh bagian belakang dengan jurus Im Hong Wu Suo atau naga menutup awan mengunci.

Sedikitpun tidak salah, Ciu Cau Liong merasa tidak terima karena dirinya didesak pada saat tubuhnya bergeser tangan kanannya laksana sambaran kilat mengirim sebuah serangan dengan jurus Lang Cong Ciauw Yen atau obat menumbuk batu karang.

Braaak terdengar suara bentrokan yang nyaring dari sepasang telapak tersebut tubuh Ciu Cau Liong sekali lagi tergetar mundur dua langkah ke belakang.

Sedang tubuh Lan Giok Tong sendiri tergetar keras tapi ia masih berhasil mempertahankan diri.

Jelas di dalam bentrokan kali ini masing-masing pihak telah menggunakan tenaga singkangnya sehingga mencapai enam tujuh bagian.

“Heee… heee… heeee sungguh dahsyat sekali kepandaian silatnya!”seru Kiem Hoa Hujien sambil tertawa terkekeh-kekeh.

Pinggangnya yang ramping membengkok tangan kirinya kembali menyambdar kemuka.

Lan Giok Tong menggirimkan kening melihat datanganya serangan tersebut mendadak sepasang tangannya dirangkap di depan dada.

Melihat posisi lawan serangan yang Kiem Hoa Hujien lancarkan serangan dahsyat bagaikan kilat ditarik kembali ke belakang secepat yang menghiasi wajahnya kontan lenyap tak berbekas dan berubah jadi tegang penuh keseriusan.

Ciu Cau Liong yang dua kali menderita kerugian besar dihadapan mata umum, rasa malu yang muncul dalam hatinya susah dipertahankan lagi, tangan kanannya berbalik segera mengeluarkan senjata Pek Giok Cinya.

Agaknya Ih Bun Han To pun dapat menduga sipemuda she Ciu ini tentu dari malu menjadi gusar badannya buru-buru berputar menghadang di depan Ciu Cau Liong kemudian dengan ilmu menyampaikan suara bisikannya, “Ciu heng jangan dikarenakan urusan kecil mengacaukan urusan besar kepandaian silat yang dimiliki orang ini sangat luar biasa bahkan diluar ruangan masih ada beberapa orang pembantunya jikalau kita adu kekuatan dengan mereka bukankah hari ini akan mendatangkan keberuntungan bagi pihak Bu-tong pay yang tindakannya menarik hati sebagai nelayan mujur?”“Perkataan dari Ih Bun heng sedikitpun tidak salah biarlah kita lewatkan ini hari dan mencari balas kembali dikemudian hari.

“Sebaliknya bagi Lan Giok Tong itu sendiri setelah mencoba beberapa jurus serangan dari beberapa orang itu hatinya semakin terperanjat lagi dibuatnya ia tahu semua jago yang hadir di dalam ruangan itu tak seorangpun merupakan lawan lemah.

Setelah menimbang-nimbang sejenak suasana di sekeliling tempat itu ia mulai merasa agaknya masing-masing pihak lawan sedang berdiri dalam keadaan bermusuhan daripada bergebrak pada saat ini ia memilih jauh lebih baik menanti berubah selanjutnya dengan berdiri tenang.

Oleh sebab itu setelah Kiem Hoa Hujien menarik kembali serangannya iapun berdiri tak berkutik.

Untuk sementara waktu suasana di dalam ruangan penuh diliputi kesunyian tetapi dengan munculnya Lan Giok Tong disana maka suasana yang semula penuh dengan ketegangan kini jadi kacau balau tak karuan.

Pada saat itulah dengan ilmu menyampaikan suara diam-diam Kiem Hoa Hujien berbicara dengan diri Siauw Ling.

“Saudara cilik kepandaian silat yang dimiliki orang ini sangat luar biasa asalkan ia tidak mengacau lagi untuk sementara waktu kita jangan mencari satroni.

“Kembali waktu berlalu dengan cepatnya kurang lebih seperempat jam kemudian mendadak terdengar suara helaan napas panjang dari Bu Wie Tootiang yang berbaring di atas pembaringan bambu sepasang matanya perlahan-lahan membuka kembali.

Can Jap Cing yang paling tidak tahan menahan golakan dalam hatinya tidak sabaran lagi segera serunya tertahan, “Toa suheng…”Tapi Im Yang Cu buru-buru kedipan tangannya mencegah Can Jap Cing berbicara lebih lanjut.

Sepasang mata Bu Wie Tootiang yang masih sayu perlahan-lahan menyapu sekejap diseluruh ruangan, akhirnya dipejamkan kembali.

“Eeeei… toosu hidung kerbau!”seru Kiem Hoa Hujien kemudian setelah melihat Bu Wie Tootiang telah sadar. “Kini suheng kalian sudah sadar kembali kitapun tidak usah menanti lebih lama.

“Tangan kanannya segera menyambar siap mengambil kitab pusaka Sam Khie Cin Boh serta lukisan Giok Sian Cu yang diletakkan di atas meja.

Dengan jurus So Hwee Ngo Sian atau sapuan tangan lima busur, Can Jap Cing tiba-tiba melancarkan serangan ke depan.

“Eeeei kenapa kau begitu gelisah? Apakah tak bisa menunggu sebentar lagi?”tegurnya.

Tangan kanan Kiem Hoa Hujien yang menyambar kemuka tetapi tak berubah posisi, hanya secara mendadak kelima jarinya menekuk ke bawah kemudian laksana kilat menyentil keluar.

Sentilan yang dipancarkan dari gerakan bertahan menjadi gerakan menyerang ini dengan menimbulkan desiran angin tajam menyambar jalan darah Can Jap Cing.

Buru-buru Can Jap Cing tekan pergelangan tangan kanannya ke bawah, sentilan jari serta desiran angin pukulan menyambut lewat dari sisinya sedangkan tangan kanan yang menyapu keluar tidak ditarik kembali dengan jurus Ing Im Pang Jiem atau menyambut mega menyanjung matahari diteruskan mencengkeram pergelangan tangan Kiem Hoa Hujien.

Kedua orang itu sama-sama tidak mengubah posisinya tetapi sentilan jari sambaran angin pukulan telah berubah berulang kali untuk berusaha merebut posisi yang lebih menguntungkan.

Tiba-tiba Kiem Hoa Hujien membalikkan telapak tangannya ke bawah jari tangan separuh ditekuk menyentil menghajar pihak lawan.

Untuk kali ini masing-masing pihak tak berhasil berubah jurus serangan lagi mau tak mau serangan ini harus bentrok satu sama lain dengan kekerasan.

Mendadak cahaya tajam menyambar lewat diiringi desiran angin pedang yang menggidikkan hati pedang panjang Im Yang Cu tahu-tahu sudah menyapu lewat sesaat tangan kedua belah pihak akan saling berbentrokan satu sama lainnya.

Setelah berhasil memaksa kedua orang itu membatalkan niatnya untuk mengadu kekerasan ujarnya, “Hujien untuk sementara waktu bersabarlah sejenak ucapan yang telah pinto utarakan selamanya tak pernah ditarik kembali lukisan Giok Sian Cu serta kitab Sam Khie Cin Boh telah menjadi milik Hujien buat apa kau merasa begitu tidak kuatir?”Perlahan-lahan nafsu membunuh mulai menyelimuti seluruh wajah Kiem Hoa Hujien sambil tertawa dingin tiada hentinya ia membungkam.

Jelas ia sudah naik pitam tetapi tidak ingin mencari banyak urusan pada saat ini karenanya dengan paksaan diri menahan golakan dalam hatinya.

“Aaaakh lukisan Giok Sian Cu terdengar”Lam Giok Tong bergumam seorang diri.

Sepasang matanya mendadak memancarkan cahaya dingin yang tajam kemudian dialihkan keatas kitab serta lukisan yang terletak di atas meja.

Kiem Hoa Hujien serta Im Yang Cu sekalian sama-sama melirik sekejap ke arah Lam Giok Tong tapi siapapun tak ada yang ambil perduli terhadap dirinya.

Mendadak Bu Wie Tootiang yang menggeletak di atas pembaringan bambu memperdengarkan suara rintihan yang lirih seluruh tubuhnya mulai gemetar sangat keras.

Air muka Can Jap Cing berubah hebat tangan kanannya membalik mencabut keluar pedang yang tersoren di atas punggung.

Siauw Ling yang melihat kejadian ini pun mengerutkan keningnya.

“Aduuh celaka!”teriaknya di dalam hati. “Jikalau yang diberikan Kiem Hoa Hujien adalah obat racun, bukankah dengan adanya peristiwa ini maka seluruh anggota partai Bu-tong pay akan membenci diriku hingga merusak ke dalam tulang sumsum? Sebetulnya aku hanya ingin membantu Bu Wie Tootiang secara diam-diam siapa sangka malah mencelakai jiwanya iblis perempuan ini betul-betul beracun.

“Sewaktu dia berpikir keras, mendadak tampak Bu Wie Tootiang bangun berdiri dan perlahan-lahan turun dari atas pembaringan.

Im Yang Cu sebagai seorang toosu yang beriman kuatpun pada detik ini susah menehan golakan di dalam hatinya, dengan suara berat segera tanyanya, “Suheng lukamu…”“Jauh lebih baik”potong Bu Wie Tootiang dengan cepat. Sepasang matanya dengan tajam dialihkan keatas wajah Ih Bun Han To lalu sambungnya, “Ih Bun heng, sejak perpisahan apakah kau sehat walapiat?”“Asalkan siauwte belum mati saja, setiap saat akan kunantikan petunjuk dari tootiang”sahut Ih Bun Han To seraya tertawa hambar. Setelah melihat suhengnya sehat kembali Im Yang Cu sebagai seorang toosu Bu-tong pay yang mempunyai nama besar dalam Bulim tidak ingin mungkiri janjinya lagi dari dalam saku ia mengambil keluar sejilid kitab serta segulung lukisan kemudian diangsurkan ketangan Kiem Hoa Hujien.

“Kedua jilid kitab serta lukisan yang terletak di atas meja kesemuanya adalah barang palsu sekalipun tadi Hujien merampasnya juga percuma barang yang asli masih berada ditanganku. Nah silahkan Hujien suka menerimanya.

““Tootiang sungguh cerdik otakmu membuat aku merasa sangat kagum”tak kuasa lagi Kiem Hoa Hujien berseru memuji seraya menerima angsuran kitab serta lukisan mustika itu.

“Urusan terjadi karena terpaksa mau tak mau pintopun harus bersiap sedia dan sedikit menggunakan akal licik.

““Secara bagaimana pula kau hendak membuktikan bila lukisan serta kitab inipun bukan barang palsu?”kini balik Kiem Hoa Hujien yang bertanya.

“Jikalau hujien masih belum percaya, silahkan kau periksa sekarang juga.

“Kiem Hoa Hujien berpaling dan memandang sejenak wajah Ih Bun Han To akhirnya ia membentangkan lukisan tersebut untuk diperiksa setelah digulung kembali ia periksa pula kitab pusaka Sam Khie Cin Boh tersebut setelah ditemukan memang barang-barang itu adalah barang-barang asli ia baru masukan benda-benda itu ke dalam saku.

Selama ini Lam Giok Tong yang menyaru sebagai Siauw Ling sedang memandang kitab pusaka serta lukisan yang berada di tangan Kiem Hoa Hujien dengan terpesona menanti perempuan itu tengah menyimpan kembali barang-barang itu ke dalam saku ia baru tertawa dingin tiada hentinya.

“Eeeeeiii! Apakah lukisan Giok Sian Cu itu hendak kau jual???”tegurnya dingin.

Kiem Hoa Hujien yang telah menyimpan kitab Sam Khie Cin Boh serta lukisan Giok Sian Cu hatinya jadi lebih lega mendengar teguran tersebut ia hanya tertawa hambar.

“Kau anggap dengan tampangmu macam itupun punya kekuatan untuk membelinya.

““Kau boleh buka harga.

“Mendengar pemuda she Lan itu berani menantang untuk buka harga Kiem Hoa Hujien agak tertegun, akhirnya ia tertawa sinis.

“Aku menginginkan sepasang mata anjingmu agar kau tidak dapat melihat isi kitab Sam Khie Cin Boh sekalipun buka serta lukisan ini berhasil kau dapatkan.

““Hmm, sungguh besar bacotmu, jikalau kau tidak suka menjual, maka jangan salahkan cayhe hendak turun tangan merampas.

““Kalau begitu silahkan kau coba untuk merampasnya.

““Hmm kau kira sungguh takut, ayo kita buktikan diluaran,”tanpa banyak cingcong lagi pemuda ini putar badan dan berjalan keluar dari dalam ruangan.

Kiem Hoa Hujien sendiripun kuatir apabila dia sampai bentrok dnega orang ini maka memberikan kesempatan yang sangat baik bagi pihak Bu-tong pay untuk turun tangan terhadap dirinya karena itu dalam keadaan seperti ini dia tidak ingin cari urusan.

Kepada Ih Bun Han To serta Siauw Ling segera serunya.

Tidak menunggu lebih lama lagi ia melangkah keluar dari ruangan gubuk reyot tadi.

Sinar mata Siauw Ling menyapu sekejap keatas wajah Im Yang Cu serta Bu Wie Tootiang bibirnya tampak bergerak seperti mau mengucapkan sesuatu tapi akhirnya ia batalkan niatnya tersebut dan buru-buru mengikuti dari belakang Ciu Cau Liong.

“Ih Bun Han To, kau berhenti!”mendadak Can Jap Cing membentak keras.

Mendengar bentakan tersebut Ih Bun Han To berhenti dan putar badan.

“Can heng kau masih ada petunjuk apa lagi?”“Kau masih ingin pergi?”“Jikalau Can heng masih ingin memberi petunjuk beberapa jurus ilmu silat Bu-tong pay sudah tentu siauwte akan mengiringinya.

“Pundak Can Jap Cing sedikit bergerak tahu-tahu ia sudah menerjang tiga depa ke depan seraya melintangkan pedangnya di depan dada teriaknya sambil tertawa dingin, “Ruangan ini terlalu sempit mari kita coba kepandaian diluar gubuk.

““Bagus sekali!”seru Ih Bun Han To terima tantangan tersebut seraya mengacungkan pati emas yang dijinjing di tangan kirinya biarlah siauwte gunakan peti ini untuk menjajal kedahsyatan dari ilmu silat Bu-tong pay.

“Dengan langkah lebar ia melangkah keluar.

“Sute kau kembali!”belum sempat Can Jap Cing bertindak Im Yang Cu sudah menghardik.

Terpaksa Can Jap Cing berhenti.

“Suheng ada perintah apa??”“Biarlah orang lain yang tidak pegang janji kita sebagai anggota Bu-tong pay tak boleh mengingkari janji sendiri maksud kita adalah saling barter tukar barang dan bukan untuk bergebrak.

“Jilid 25 sinar matanya dialihkan keatas tubuh Ih Bun Han To lalu tambahnya, “Ih Bun heng silahkan berlalu selewatnya ini hari tiap kali kita berjumpa akan kutuntut kembali hutang piutang ini.

““Haaa… haaa… bagus, bagus sekali siauwte setiap saat menanti petunjuk dari kalian!”seru Ih Bun Han To sambil tertawa tergelak.

Dengan mengikuti dari belakang Kiem Hoa Hujien ia berjalan keluar dari gubuk itu dengan langkah lebar.

Setibanya di tempat luaran Ciu Cau Liong baru maju beberapa langkah lebih cepat sembari berbisik lirih, “Saat ini kita sedang menggembol barang mustika yang tak ternilai harganya. Tidak menguntungkan untuk mencari satroni dengan orang lain. Bagaimana menurut pandangan Hujien serta Ih Bun heng apabila kita cepat-cepat kembali keperkampungan Pek Hoa Sanceng?”“Bagaimana?”seru Kiem Hoa Hujien sambil tertawa terkekeh sangat kerasnya, “Kau takut aku membawa pulang kitab pusaka Sam Khie Cin Boh serta lukisan Giok Sian Cu ini kembali kedaerah Biauw Ciang??”Mendengar ucapan itu Ciu Cau Liong merasakan hatinya tergetar keras, pikirnya, “Perempuan ini betul-betul sangat licik, dan berbahaya. Urusan apapun bisa ia lakukan aku harus lebih berhati-hati.

“Dihati berpikir demikian diluar ia tersenyum ramah.

“Aaaakh Hujien suka bergurau.

““Kedatanganku kali ini kedaerah Tionggoan yang pertama ingin berpesiar mengunjungi tempat-tempat kenamaan serta daerah berpemandangan indah dan kedua ingin mencoba sampai dimanakah dahsyatan dari ilmu silat jago-jago dunia kangouw saudara Ciu Cau Liong kau tidak usah kuatir. Sekalipun kau paksa aku kembali kedaerah Biauw Ciang pada saat ini pun belum tentu aku mau, harap kau boleh berlega hati!”seru Kiem Hoa Hujien itu kembali.

Walaupun ucapan tersebut diutarakan sangat halus dan penuh nada merdu padahal artinya sangat menusuk perasaan Ciu Cau Liong sehingga hal ini mendatangkan rasa mendongkol dihati Jie Cungcu dari perkampungan Pek Hoa Sanceng ini.

“Sungguh keparat perempuan ini awas kau pada suatu saat kaupun bakal merasakan kelihayanku,”makinya dihati.

Tetapi diluaran ia masih tersenyum paksa.

“Hujien adalah seorang pahlawan perempuan yang semangat gagah sudah tentu Hujien tak akan kembali sebelum mencoba kepandaian para jago-jago di dunia kangouw aku tanggung dengan kepandaian yang dimiliki Hujien saat ini untuk angkat nama bukanlah suatu pekerjaan yang terlalu sulit.

“Semua manusia dikolong langit tak ada yang tidak suka mendapat pujian tindakan Ciu Cau Liong dengan memakai topi di atas kepalanya ini seketika membuat wajah Kiem Hoa Hujien penuh dihiasi dengan senyuman manis.

“Ciu Je Cungcu kau terlalu memuji!”serunya merdu. “Aku dengar kecuali Jen Hoa Cungcu telah menarik aku serta Ih Bun sianseng untuk menggabungkan diri dengan pihak kalian diluar perbatasanmu kalian mengundang datang seorang jago lihay entah siapakah orang itu?”“Soal ini siauwte agak kurang jelas lagi sekembalinya ke dalam perkampungan kau boleh langsung tanyakan persoalan ini dengan Toa Cungcu sendiri.

“Kiem Hoa Hujien tersenyum.

“Ciu Cien Cungcu, aku lihat kau dengan Jen Bok Hong diluaran saling menyebut sebagai saudara padahal dalam kenyataan kau menghormati dirinya melebihi hormat seorang murid terhadap gurunya, bukankah begitu?”mendengar ucapan ini Ciu Cau Liong merasa sangat terperanjat, makinya dihati, “Sungguh cerewet benar perempuan ini. Keparat.

“Diluaran ia tersenyum ramah.

“Kami sebagai jago yang lahir didaratan Tionggoan, selamanya menganggap yang tua lebih terhormat dari yang muda aku rasa sikap seorang adik terhadap kakaknya memang sepatutnya sangat menghormat dan inipun tak bisa dibicarakan dengan kata-kata jeri atau takut.

““Saudara cilik…”mendadak Kiem Hoa Hujien berpaling ke arah Siauw Ling yang berada disisinya. “Apakah kaupun takut sekali dengan Jen Bok Hong?”“Sopan dan budi yang luhur diutamakan yang tua patut dihormati,”jawab pemuda she Siauw dengan alis meletik.

“Bagus, bagus… situa memang patut dihormati…”seru Kiem Hoa Hujien sambil tertawa.

Mendadak ia berhenti berjalan, mulutpun membungkam dalam seribu bahasa. Ketika semua orang mendongak, maka tampaklah sipemuda berbaju biru yang tadi menerobos masuk ke dalam gubuk kini berdiri menghadang di tengah jalan sepasang matanya memang keangkasa sikapnya amat jumawa.

Dikedua belah sisinya masing-masing berdiri seorang lelaki berbaju hijau yang berusia empat belas tahunan yang dikiri mencekal pedang dan yang ada dikanan membawa Khiem.

“Hujien kau jangan bertindak gegabah”seru Ih Bun Han To dengan cepat. “Orang ini bukan lain adalah Siauw Ling yang selama beberapa tahun ini menggemparkan seluruh Bulim.

“Mendengar orang itupun bernama Siauw Ling, Kiem Hoa Hujien segera berpaling ke arah Siauw Ling. “Mengapa begitu banyak orang yang bernama Siauw Ling.

““Dikolong langit banyak orang yang mempunyai she serta nama yang sama apa yang perlu diherankan tentang soal ini??”Bagaikan kena ditusuk jarum mendadak tubuh pemuda berbaju biru itu tergetar keras, sinar mata yang semula memandang angkasa kini dialihkan keatas wajah Siauw Ling.

“Apa? kaupun bernama Siauw Ling??”“Tak salah siauwte adalah Siauw Ling yang asli barang tulen.

“Diluar ia bicara begitu sedang di dalam hati pemuda ini merasa kegelian pikirnya, “Kemarin malam kau masih berlutut di depan meja sembahyang agar sukmaku suka bantu pekerjaan baikmu, dan sekarang kau sudah bertemu dengan orangnya yang asli tetapi sikapmu masih begitu sok…?”Karena terbayang hal-hal yang menggelikan tak terasa senyuman menghiasi seluruh wajahnya.

“Apa yang kau tertawakan?”teriak pemuda berbaju biru itu sangat gusar.

“Aduh apa tertawapun tidak boleh?”“Tidak boleh, jika kau sungguh-sungguh bernama Siauw Ling, maka ini hari salah satu diantara kita harus mati.

““Wooouw mau ajak adu jiwa? kita kan tak terikat dendam sakit hati kenapa harus adu jiwa?”“Siapa yang suruh kau meniru nama besar kongcu kami?”sela sibocah yang ada disebelah kiri tiba-tiba. “Hmm kematian sudah sepatutnya kau terima.

““Bocah ini sungguh kurang ajar dan tidak kenal aturan,”batin Siauw Ling dalam hati.

“Yang ada kongcu mereka yang menyaru namaku sekarang malah mereka yang menuduh aku menyaru nama kongcunya sungguh kurang ajar.

“Hawa amarahpun tak tertahan bergelora dalam dadanya seraya tertawa dingin segera serunya, “Saat ini siapa yang bakal menderita kalah masih diduga buat apa kalian pentang bacot sebesar-besarnya.

“Dengan langkah lebar ia berjalan maju ke depan.

Tapi belum sampai pemuda itu tiba dihadapan pemuda berbaju biru itu mendadak Ciu Cau Liong sudah melayang ke depan menghadang di depan Siauw Ling bisiknya lirih, “Samte harap bersabar.

“Ia berpaling ke arah sipemuda berbaju biru itu lalu menjura.

“Aku sudah tahu kau adalah Jie Cungcu dari perkampungan Pek Hoa Sanceng”potong pemuda itu dengan nada yang dingin. “Beberapa orang saudara dari perkampungan kalian telah terluka di bawah sambaran pedang siauwte, jika kau ingin membalaskan dendam bagi mereka sekarang tiada halangannya kau boleh turun tangan bersama-sama Siauw Ling.

“Melihat keputusan pihak lawan kening Ciu Cau Liong segera berkerut, pikirnya, “Orangorang kangouw mengatakan ia adalah seorang manusia berwajah dingin berhati telengas, kelihatannya cerita tersebut tidak salah…”Sebagai seorang yang berhati licik ia tak ingin Siauw Ling palsu dan asli ini saling bergebrak satu sama lainnya sambil menahan rasa gusar yang bergelora dalam dada ia tertawa.

“Siauw Thayhiap terlalu sungkan…”Mendadak suara derapan kuda yang santar berkumandang datang memotong perkataannya yang belum selesai, seekor kuda laksana sambaran kilat menerjang datang.

Orang yang berada di atas kuda itu mencekal sebuah panji berukir bunga emas yang diacungkan tinggi-tinggi.

“Toa Cungcu menurunkan perintah Kiem Hoa Leng untuk mengundang Cuwi cepat-cepat kembali ke dalam perkampungan!”seru orang itu keras-keras.

Di tengah suara teriakan keras kuda tersebut dengan cepatnya sudah menerjang sampai di belakang punggung sang pemuda berbaju biru itu.

Anak buah perkampungan Pek Hoa Sanceng sudah terbiasa berbuat semau gue walaupun mereka lihat di tengah jalan ada orang sedang berdiri tali lesnya tidak juga mau ditahan bahkan membiarkan tunggangannya menerjang diri pemuda berbaju biru itu keras-keras.

Selagi Ciu Cau Liong siap membentak waktu sudah terlambat.

Tampak pemuda berbaju biru itu putar tubuhnya ke belakang, tangan kanan diangkat keatas disusul berkelebatnya cahaya tajam memenuhi angkasa.

Suara jeritan ngeri bercampur ringkikan panjang berkumandang memekikan telinga si lelaki yang berada di atas kuda sama-sama binatang tunggangannya tahu-tahu sudah terbabat putus jadi dua bagian dan roboh binasa ditepi jalan darah segar muncrat membasahi seluruh permukaan.

Ketika menoleh ke arah sang pemuda berbaju biru itu lagi ia sudah bergendong tangan seraya memandang keangkasa padanya telah tersoren kembali di dalam sarungnya sedang air muka dingin kaku sama sekali tak kelihatan perubahan apapun.

Kecepatan orang itu mencabut pedang sungguh luar biasa dahsyatnya bukan saja Ciu Cau Liong dibikin sangat terperanjat sekalipun Kiem Hoa Hujien, Ih Bun Han To serta Siauw Lingpun dibikin terpesona oleh permainan serta kecepatan pihak lawannya.

Setelah waktu lewat beberapa saat Kiem Hoa Hujien baru berpaling ke arah Ih Bun Han To.

“Berasal dari manakah ilmu pedang ini?”“Sungguh aneh sekali cayhe belum pernah menjumpai ilmu pedang sedahsyat ini entah ilmu tunggal dari perguruan mana?”Siauw Ling tiba-tiba terdengar sipemuda berbaju biru itu berseru kembali. “Ayo keluar apa kau takut? hmm sungguh mirip cucu kura-kura.

“Mendapat penghinaan yang demikian beratnya Siauw Ling tak dapat menahan diri.

“Jieko cepat menyingkir”serunya.

Sang tubuh bagaikan kilat berkelebat keluar setelah berputar setengah lingkaran di tengah lingkaran di tengah udara ia meloncat keluar dari sisi tubuh Ciu Cau Liong.

Melihat pemuda itu hendak terjunkan diri ke dalam kalangan Ciu Cau Liong segera menggerakkan tangannya menyambar tapi ia tidak berhasil menemui sasarannya.

“Ilmu gerakkan apakah ini?”teriaknya terperanjat kecepatannya laksana kilat perubahan gerakannya susah diduga sungguh luar biasa.

Melihat hal tersebut Kiem Hoa Hujienpun kerutkan alisnya kepada Ih Bun Han To diamdiam bisiknya lirih, “Kepandaian ilmu silat yang dimiliki Siauw Ling sangat dahsyat sekali aku rasa Ciu Cau Liong bukan apa-apanya cukup ditinjau dari gerakan perputaran yang cepat laksana kilat sudah membuktikan apabila tenaga sinkangnya telah mencapai taraf kesempurnaan.

“Ih Bun Han To tersenyum.

“Agaknya Siauw Ling ini merupakan orang kesayangan dari Jen Bok Hong apabila ia sampai terluka di bawah serangan pedang si Siauw Ling itu, aku terka Jen Bok Hong pasti tak akan berpeluk tangan.

““Sedikitpun tidak salah”sambung Kiem Hoa Hujien dengan cepat.

Mendadak pinggangnya bergoyang dengan jurus Hay Yen Lieh Poh atau burung walet menerobos ombak yang melewati dari atas kepala Ciu Cau Liong dan melayang turun lima empat depa di belakang Siauw Ling.

“Saudara cilik!”serunya cepat. “Kau boleh turun tangan dengan hati tega, encimu akan menjaga bokongan dari manusia kurcaci.

“Siauw Lingpun telah dapat melihat kelihayan dari sipemuda berbaju biru itupun kini dia pusatkan seluruh perhatiannya untuk menghadapi musuh.

Perlahan-lahan pedangnya dicabut keluar dari sarung kemudian disilangkan di depan dada siap menerima serangan lawan, sekalipun ia dengar ucapan itu Kiem Hoa Hujien tapi pemuda ini tak berani pecahkan perhatian untuk menjawab.

Sang pemuda berbaju biru itupun mulai menggerak kakinya, sedang sepasang matanya dengan memancarkan cahaya tajam dan menggidikkan melototi diri Siauw Ling tak berkedip selapispun hawa nafsu membunuh mulai meliputi seluruh wajahnya.

Lama sekali masing-masing pihak berdiri saling menanti, tetapi pemuda berbaju biru itu masih belum juga mencabut keluar pedangnya.

Lama kelamaan Siauw Ling tak dapat menahan sabar lagi tiba-tiba serunya, “Mengapa saudara belum juga mencabut pedang untuk melancarkan serangan??”Sang pemuda berbaju biru itu tidak memperdulikan ucapan dari Siauw Ling, sepasang matanya tetap melototi pihak lawan tajam-tajam.

Agaknya ia ingin mencari titik kelemahan dari pertahanan pedang Siauw Ling kemudian sekali serang mencabut nyawa pemuda ini.

Siauw Ling yang tidak memperoleh jawaban hawa singkangnya kembali disalurkan mengelilingi seluruh badan hingga akhirnya mencapai pada titik puncaknya tetapi sipemuda berbaju biru itu masih belum juga mencabut keluar pedangnya untuk melancarkan serangan.

Hanya saja air mukanya makin lama berubah makin menghebat, nafsu membunuhpun makin hebat.

Agaknya Kiem Hoa Hujien sudah dapat melihat bila masing-masing pihak telah menyalurkan hawa murninya hingga mencapai sepuluh bagian masing-masing pihak sedang berusaha untuk mendapatkan titik kelemahan pihak lawan untuk kemudian sekali serang mencapai hasil yang mutlak.

Tak terasa lagi perempuan ini merasa sangat terperanjat pikirnya, “Kiranya kedua orang Siauw Ling ini sama-sama memiliki kepandaian silat yang luar biasa dahsyatnya sungguh tidak kusangka.

Bagaimanapun juga pengalaman Siauw Ling di dalam menghadapi musuh masih sangat berkurang apalagi menghadapi musuh tangguh ia masih belum mengerti bagaimana mempertahankan diri sendiri setelah hawa murninya beberapa kali mengelilingi seluruh badan masih juga melihat pihak lawannya turun tangan, lama kelamaan ia mulai ambil keputusan untuk melancarkan serangan terlebih dahulu dengan menempuh bahaya.

Ia tahu semisalnya hawa murni yang dikumpulkan telah mencapai pada puncaknya dan tidak segera disalurkan keluar maka ia sendirilah yang bakal menderita luka dalam.

Waktu berlalu dengan cepatnya di tengah kesunyian serta keheningan yang mencekam rasa tegang menyelimuti hati semua orang sedang nafsu membunuhpun memenuhi seluruh angkasa.

Masing-masing kembali bertahan selama seperminum teh lamanya mendadak seluruh tubuh Siauw Ling gemetar sangat keras, wajahnya berubah jadi merah bagaikan kepiting rebus.

Sedangkan air muka sipemuda berbaju biru itu sendiri makin lama berubah makin berat dan semakin serius.

Agaknya kedua orang bocah pembawa Khiem serta pedang sudah dapat meninjau keadaan yang tidak beres perlahan-lahan mereka mengundurkan dirinya ke belakang.

Hingga saat ini sekalipun Siauw Ling masih belum berhasil menemukan juga titik kelemahan di dalam pertahanan sipemuda berbaju biru itu, tetapi dia tak dapat menahan sabarnya lagi. Mendadak pedangnya digetarkan dengan menimbulkan bunga-bunga api yang menyilaukan mata bersama-sama tubuhnya menerjang maju ke depan.

Tampak pemuda berbaju biru itu angkat lengannya keatas. Sekejap kilat dia cabut keluar pedangnya dari dalam sarung.

Cahaya tajam saling menyambar hawa pedang berdesir memenuhi angkasa di tengah berkelebatnya bayangan manusia suara bentrokan keras bergema memenuhi angkasa diiringi percikan bunga-bunga api.

Bentrokan yang terjadi barusan dilakuakn dengan kecepatan laksana sambaran kilat saking cepatnya sampai Ciu Cau Liong serta Ih Bun Han To sekalian susah mengikuti dengan jelas.

Ketika mereka mengalihkan kembali sinar matanya ke tengah kalangan, tampaklah kedua orang pemuda itu berdiri saling berhadap-hadapan dengan terpaut jarak sejauh tujuh delapan depa.

Wajah Siauw Ling yang merah padam sekarang telah luntur dan berganti air muka yang agak pucat, ditangannya mencekal sebuah kutungan pedang.

Sedangkan dipihak sipemuda berbaju biru itu pedang yang dicekal ditanganpun tinggal sepotong hawa nafsu yang menyelimuti wajahnya lenyap tak berbekas sebagai gantinya secara lapat-lapat kelihatan air mukanya diliputi keletihan.

Kiranya dalam bentrokan yang terjadi secara kilat itu masing-masing pihak telah mengeluarkan jurus ilmu pedang yang terindah dan terlihay untuk coba merobohkan pihak lawan.

Tetapi hasil yang diperoleh adalah setali tiga uang sebagai akibatnya pedang di tangan masing-masing pihak putus jadi dua.

Perlahan-lahan sipemuda berbaju biru itu memandang sekejap ke arah Siauw Ling, mendadak ia membuang kutungan pedangnya keatas tanah seraya ujarnya dingin, “Ilmu pedang saudara sungguh luar biasa dalam setahun kemudian cayhe pasti akan mengunjungi kembali perkampungan Pek Hoa Sanceng untuk minta petunjuk darimu.

“Ia berpaling ke arah sepasang bocah cilik itu.

“Ayo kita pergi.

“Dengan berjalan terlebih dahulu, buru-buru orang itu berlalu dari sana.

Sepasang bocah yang membawa pedang serta Khiem itupun dengan kencang mengiringi dari belakang.

Melihat kepergian pemuda tersebut Ciu Cau Liong segera kerutkan alisnya, kepada Ih Bun Han To diam-diam bisiknya, “Kepandaian silat orang ini tak lemah bilamana ini hari kita lepaskan dia orang bukankah ini sama artinya melepaskan harimau pulang gunung.

“Agaknya Ih Bun Han To sudah terbiasa dengan ucapan dari Ciu Cau Liong ini maka sekali mendengar ia sudah mengerti maksud hatinya.

Kontan ia tertawa dingin tiada hentinya.

“Ciu heng, kenapa kau tidak kejar saja orang itu untuk sekalian dibunuh, sehingga orang itu tak mendatangkan bencana dikemudian hari.

““Hmm bangsat keparat orang ini makin tua makin licik”diam-diam damprat Ciu Cau Liong di dalam hatinya.

Ia tidak menggubris Ih Bun Han To lagi dengan langkah lebar ia melangkah ke depan sambil pungut tanda perintah panji Kiem Hoa Leng.

“Cungcu telah turunkan tanda perintah Kiem Hoa Leng. Aku rasa tentu ada urusan penting hendak dirundingkan mari kita cepat-cepat pulang”serunya cepat.

Tidak menanti jawaban dari yang lain ia segera putar badan dan buru-buru melakukan perjalanan balik keperkampungan Pek Hoa Sanceng.

Kiem Hoa Hujien, Ih Bun Han To serta Siauw Lingpun tidak banyak bicara lagi mereka salurkan tenaga murninya untuk tahan lama balik ke dalam perkampungan Pek Hoa Sanceng dan langsung masuk keruangan tengah.

Di tengah ruangan besar pada saat itu sudah duduk banyak orang sibayangan berdarah Jen Bok Hong duduk dikursi pertama.

Sewaktu melihat kembali keempat orang itu buru-buru ia bangun berdiri dan menyambut kedatangan beberapa orang itu seraya menjura ke arah Kiem Hoa Hujien.

“Hujien serta Ih Bun Heng-sangat letih bukan?”“Tidak usah sungkan-sungkan lagi,”sahut Kiem Hoa Hujien cepat.

“Hujien, apakah barang-barang tersebut berhasil ditukar?”“Beruntung sekali jiwa kami tidak ikut lenyap.

““Barusan saja Cuwi melakukan pekerjaan berat seharusnya pada saat ini beristirahat terlebih dahulu, tapi berhubung adanya satu persoalan terpaksa aku harus undang Cuwi untuk mengikutinya…”Tiba-tiba ia temukan air muka Siauw Ling agak pucat, segera tegurnya, “Samte, kenapa kau? keletihan?”“Di tengah jalan telah berjumpa dengan seorang musuh tangguh”jawab Siauw Ling setelah menghembuskan napas panjang. “Terpaksa kami bergebrak mati-matian, tetapi karena melihat munculnya tanda perintah Kiem Hoa Leng dari Toako sebelum sempat mengatur pernapasan aku berangkat kembali mungkin tenagaku belum pulih secara keseluruhannya.

““Siapa yang kau temui?”“Siauw Ling?”sahut Ciu Cau Liong cepat.

“Dan bagaimana akhir pertandingan itu?”“Pedang Samte serta pedang orang itu sama tergetar putus jadi dua bagian.

““Aaakh kalau begitu kau harus beristirahat sebentar”seru Jen Bok Hong sambil menoleh kembali ke arah Siauw Ling.

“Terima kasih toako.

“Tanpa banyak cakap lagi pemuda ini mencari satu tempat duduk disisinya dan beristirahat.

Dengan wajah serius Jen Bok Hong segera mempersilahkan Kiem Hoa Hujien serta Ih Bun Han To menduduki kursi atas setelah itu diapun kembali kekursinya sendiri.

Sambil tertawa sinar matanya perlahan-lahan menyapu sekejap seluruh ruangan ujarnya, “Mereka datang dari tempat kejauhan dan tidak bisa berdiam diri terlalu lama disini sedang cayhe setelah bekerja sama dengan Hujien sudah tentu tidak ingin tinggalkan dirimu dalam menghadapi persoalan ini oleh sebab itu terpaksa tanda perintahnya Kiem Hoa Leng aku gunakan untuk mengundang kalian cepat-cepat kembali.

“Kiem Hoa Hujien serta Ih Bun Han To sama-sama mengangguk sinar mata mereka menyapu sekejap ke arah para jago yang duduk berderet-deret itu.

“siapakah mereka?”tanya kemudian.

Jen Bok Hong mendongak dan tertawa terbahak-bahak.

“Haaa… haaa… haaa… jikalau hanya orang-orang biasa saja sudah tentu cayhe tidak akan mengundang Hujien untuk kembali.

“Ia merandek sejenak, lalu tambahnya, “Lebih baik kalian sebutkan sendiri asal usulmu.

““Beberapa orang itu memakai pakaian ringkas semua kepalanya terbungkus kain hijau dan wajahnya penuh debu sekali pandang saja siapapun dapat mengetahui bila mereka benar-benar baru saja datang dari tempat kejauhan.

“Tampak orang yang duduk diujung paling kiri bangun berdiri, setelah menjura ia memperkenalkan diri, “Pinceng Hoat Hwie, kini menduduki kursi ketiga di dalam ruangan Lo Han Tong dari kuil Siauw lim sie.

““Haaa haaa haaa haaa… untuk mengaku asal usul sendiri, siapapun bisa sembarangan menyebutkan satu nama tertentu tetapi siapa yang suka mempercayai dengan begitu saja?”tiba-tiba Kiem Hoa Hujien tertawa terkekeh.

“Baiklah,”ujar Jen Bok Hong kemudian setelah termenung sejenak. “Kalian masingmasing boleh keluarkan semacam barang sebagai tanda bukti apabila ucapan kalian berbohong.

“Lelaki kasar berbaju hitam yang menyebut dirinya sebagai Hoat Hwie hweesio segera melepaskan kerudung hijau yang dikenakan pada kepalanya sehingga kelihatanlah kepalanya yang gundul kelimis.

Setelah merangkap tangannya di depan dada ia duduk dan betulkan kembali kerudung hijaunya.

Orang yang kedua bangun berdiri seraya memperkenalkan diri.

“Pinto datang dari Bu-tong pay.

“Sreeeet pedangnya dicabut keluar dari sarung, lalu dengan mencekal ujung pedang ia angsurkan gagang pedang tadi kehadapan Kiem Hoa Hujien.

Ketika Kiem Hoa Hujien memeriksa pedang itu dengan teliti maka dilihatnya di atas gagang tersebut terukirkan kata Bu-tong pay dengan jelasnya.

Ia lantas mengangguk sambil tersenyum.

“Ehhmmm sudah kelihatan.

“Orang itu simpan kembali pedangnya dan kembali ke tempat asalnya sedang pedang tersebut disembunyikan.

Kini orang ketiga bangun berdiri untuk memperkenalkan diri.

“Pinceng Ci Ceng anak murid Gobie pay.

“Dari dalam sakunya ia mengambil keluar sebuah kantong dari kain kuning dan mengeluarkan semacam barang yang kemudian dipegang dalam tangannya.

Ih Bun Han To yang melihat benda itu segera mengangguk.

“Tidak salah benda itu memang Sam Leng Coe Piauw merupakan senjata tunggal aliran Gobie pay .

“Ci Ceng Hweesio tersenyum dan duduk kembali kekursinya setelah menyimpan piauw tersebut terlebih dahulu, orang keempat bangun berdiri.

“Pinto adalah anak murid Cing Shia Pay ia memperkenalkan diri pinto tersebut Bok Jen.

“Tangan kanannya diayun ia mengacungkan sebilah pedang kecil yang lemas dan tipis bagaikan daun pohon liuw.

“Inilah pedang Liuw Yap Kiem dari Cing Shia Pay”seru Ih Bun Han To lagi.

“Kedudukan Tooheng dalam partai Cing Shia sungguh tidak rendah.

““Terima kasih atas pujian tuan,”perlahan-lahan ia duduk kembali.

Sekarang orang kelima bangun berdiri telapak kanannya melakukan gerakan perputaran lalu didorong kemuka sedang telapak kiri mengikuti didorong pula ke depan.

“Cayhe, Kiem Koen Ngo mereka dari Kunlun pay.

““Ehmm, kau menggunakan ilmu telapak Thian Kang Ciang Hoat dari Kunlun pay aku rasa tak salah lagi.

“Dan kini giliran orang keenam yang berdiri.

“Cayhe bergumulan di dalam partai pengemis”serunya.

Ia mengacungkan sebuah uang emas tinggi-tinggi.

Pada mulanya Ih Bun Han To agak tertegun akhirnya ia berseru lantang.

“Maaf, maaf kiranya Heng thay adalah salah seorang diantara keempat orang Tionggoan dari perkampungan Kay Pang.

““Terima kasih”lelaki itu tersenyum hambar dan menyimpan kembali uang emas itu serta duduk kembali.

Orang yang ketujuh adalah seorang manusia cebol yang tinggi badannya tidak mencapai empat depa suaranya dingin dan hambar.

“Siauwte Pi Ceng San kini mendapat sebagai penguasa hukuman dalam partai Sin Hong Pang.

“Sehabis berkata tanpa mengeluarkan tanda kepercayaan lagi ia duduk kembali kekursinya.

““Partai Sin Hong Pang belum lama munculkan diri di dalam dunia persilatan tindak tanduk kalian penuh dilimuti kemisteriusan! Pi heng mengeluarkan tanda buktipun siauwte belum tentu akan memahami!”seru Ih Bun Han To dingin.

Mendadak Jen Bok Hong mengulapkan tangan membiarkan orang yang lain menyambung lebih lanjut, seraya bangun berdiri ujarnya, “Hujien rasanya sudah cukup bukan?”Kiem Hoa Hujien mengangguk.

“Kemampuan Jen Toa Cungcu sungguh luar biasa aku merasa kagum sekali. Sisanya orang-orang ini aku pikir tentu anggota kita yang berhasil diselundupkan ke dalam perguruan serta partai-partai diseluruh kolong langit bukan?”“Tidak salah seluruh perguruan serta partai yang ada dikolong langit telah berhasil kami selundupkan perduli bagaimanakah perubahan yang terjadi di dunia persilatan dan bagaimana keadaan dimasing-masing perguruan aku sudah mengetahuinya bagaikan melihat jari tangan sendiri,”ujar Jen Bok Hong penuh senyum kebanggaan.

Ia merandek sejenak, kemudian sambil ulapkan tangannya ia menambahkan, “Saat ini badai serta angin kencang sudah mulai melanda diseluruh dunia persilatan. Kalian tidak perlu berdiam terlalu lama lagi disini masing-masing kembalilah ke tempat asalmu.

“Mendengar ucapan itu para jago yang ada di dalam ruangan dengan beriring-iringan mengundurkan diri dari ruangan dan di dalam sekejap mata tak seorangpun yang ketinggalan dalam ruangan tersebut.

Kini di dalam sebuah ruangan yang sangat besar tinggal Jen Bok Hong, Ciu Cau Liong, Kiem Hoa Hujien, Ih Bun Han Ti serta Siauw Ling lima orang.

Berkatalah Jen Bok Hong kepada diri Kiem Hoa Hujien, “Sekarang siauwte berhasil menyelundupkan anggota kita diseluruh partai serta perguruan yang terbesar dikolong langit, siapakah mereka-mereka itu kecuali aku seorang dikolong langit tak akan ada manusia kedua yang mengetahuinya ini hari meminjam kesempatan sewaktu mereka mengadaka pertemuan yang diadakan satu kali setiap tahun ingin kuperlihatkan semua orang ini dihadapan Hujien serta Ih Bun heng agar kalian betul-betul berhati mantap di dalam kerja sama dengan pihak kami.

““Sejak puluhan tahun berselang Jen Toa Cungcu berpikiran untuk menyelundupkan manusia-manusia itu keseluruhan perguruan serta partai rencana setelit dan secermat ini sangat membuat aku jadi kagum”kata Kiem Hoa Hujien. “Dan kini mereka berhasil merebut kedudukan yang penting di dalam partai serta perguruan masing-masing, aku rasa hal ini tentu mendatangkan kegunaan yang sangat berharga bagi Jen Toa Cungcu.

““Dan bagaimana pula terhadap Hujien? bukan sama saja menguntungkan?”sela Jen Bok Hong sambil tersenyum.

Ia mendehem perlahan-lahan lalu sambungnya, “Barang-barang yang berhasil Hujien tukar apakah sudah diperiksa dengan teliti?? Im Yang Cu adalah seorang manusia yang berhati licik, kau jangan terlalu pandang enteng dirinya.

“Mendengar pertanyaan itu Kiem Hoa Hujien tertawa.

Sembari berkata dia mabil keluar kitab pusaka Sam Khie Cin Boh serta lukisan Giok Sian Cu dari dalam saku lalu diangsurkan ke depan.

“Kitab ini adalah Sam Khie Cin Boh harap Jen Toa Cungcu suka menerimanya sedangkan mengenai lukisan Giok Sian Cu.

““Lukisan Giok Sian Cu telah aku berikan kepada Hujien, buat apa diungkap kembali…”seru Jen Bok Hong dengan hati cemas.

Tangan kanannya diayun ia melemparkan kitab tersebut ke arah Siauw Ling.

“Samte baik-baiklah simpan kitab tersebut.

“Selama ini Siauw Ling pejamkan matanya terus menerus pura-pura atur pernapasan padahal sewaktu Jen Bok Hong memerintahkan mata-mata yang disebar dalam tubuh partai serta perguruan dikolong langit memperkenalkan diri tadi ia dapat menangkap seluruh keterangan tersebut dengan sangat jelas.

Diam-diam hatinya tergetar keras ia sama sekali tidak menyangka kalau Jen Bok Hong sebetulnya adalah seorang manusia yang demikian berbahayanya ambisi untuk menguasai Bulim sangat luar biasa.

Menanti barusan Jen Bok Hong memanggil namanya ia baru membuka mata dan menerima lembaran kitab Sam Khie Cin Boh tersebut.

Selagi ia siap menampik Jen Bok Hong sudah keburu berkata, “Kitab pusaka Sam Khie Cin Boh adalah barang milik bersama antara kita dari pihak perkampungan Pek Hoa Sanceng serta Hujien dan Ih Bun heng kau harus baik-baik menyimpan benda tersebut jikalau sampai hilang aku minta pertanggungan jawabmu.

“Terpaksa Siauw Ling mengiakan dan menyimpan kitab pusaka tadi.

Sedangkan Kiem Hoa Hujien sendiripun perlahan-lahan menyimpan pula lukisan Giok Sian Cu tadi ke dalam saku, kemudian sambil memandang tajam wajah Siauw Ling ujarnya, “Saudara cilik tak kunyana sebenarnya kau adalah seorang jago lihay yang pandai menyembunyikan ilmu silatmu ilmu pedang yang kau perlihatkan tadi sungguh luar biasa.

““Aaaah benar”sela Jen Bok Hong pula. “Cayhe belum memperoleh laporan yang lengkap atas terjadinya peristiwa tersbeut coba kalian ceritakan kisah itu padaku. Siapa saja ikut hadir di dalam pertemuan tadi kecuali Im Yang Cu sendiri.

““Ooouw Tiong Lam Jie Hiap pun ikut hadir di dalam pertemuan tersebut??”“Tidak salah siauwte telah menasehati mereka berdua agar janga mengikuti campurkan diri di dalam kancah pergolakan tersebut tapi mereka tak mau tahu kamipun tak bisa apaapa bila mereka berisi keras secara begitu.

““Bagaimana? Apakah Tiong Lam Jie hiap sangat lihay?”“Tiong Lam Jie hiap pernah menggetarkan dunia persilatan hampir tiga puluh tahun lamanya, nama mereka sangat tersohor sudah tentu ilmu silatpun luar biasa sekali cukup ditinjau dari senjata khas Thiat Kut Hong Hwee San dari Ke Thian In yang tampangnya seorang siucay, bukan saja jurus serangannya lihay, bahkan dibalik senjatanya tersembunyi pula senjata rahasia baik api maupun air, selama tiga puluh tahun ia malang melintang dikolong langit belum pernah kedua orang nemui musuh yang ampuh, jikalau kedua orang itu sungguh sekuat tenaga, maka pihak kita jelas akan kelebihan dua orang musuh tangguh pula.

“Kiem Hoa Hujien yang mendengar ucapan itu segera tertawa tiada hentinya.

“Heee, heee, hee, jika demikian adanya rasanya aku harus pergi mencari satroni dengan diri mereka.

“Ia merandek sejenak, sinar matanya perlahan-lahan dialihkan keatas wajah Ih Bun Han To.

“Ih Bun heng, bagaimana kalau aku minta bantuanmu dalam menghadapi satu persoalan?”Diam-diam Ih Bun Han To kerutkan keningnya ia tahu perempuan ini licik dan berbahaya untuk menghadapi manusia seperti ini ia harus bertindak hati-hati.

“Asalkan cayhe bisa lakukan tentu akan kubantu,”jawabnya.

“Mengambil kesempatan sebelum mereka berlalu terlalu jauh tolong kau suka mewakili aku untuk menyampaikan tantanganku kepada diri Tiong Lam Jie hiap katakan saja besok pagi akan kunanti kau kedatangannya diluar perkampungan Pek Hoa Sanceng.

““Hujien kenapa kau ingin tantangan diri Tiong Lam Jie hiap?”“Karena ingin kurasakan bagaimanakah kehebatan kipas Thiat Kut Hong Hwee Sanya.

““Hujien,”ujar Jen Bok Hong pula coba mencegah niat siperempuan yang berasal dari daerah Biauw Ciang ini. “Persiapan kita belum orang yang kita undangpun belum hadir semua bagaimana kalau Hujien suka bersabar sejenak.

““Pandanganku kali ini berlainan dengan pandangan Jen Toa Cungcu saat ini kesehatan Bu Wie Tootiang belum pulih dalam arti keseluruh perguruan Bu-tong pay pun tak ada yang memimpin.

““Asalkan di dalam pertempuran besok pagi aku berhasil merobohkan Tiong Lam Jie hiap sekalian kita tangkap juga Bu Wie Tootiang sitoosu tua itu bukankah dengan sangat mudah kita bakal berhasil paksa anak murid Bu-tong pay takluk di bawah pimpinan perkumpulan Pek Hoa Sanceng.

““Menurut apa yang cayhe ketahui….

.

“potong Jen Bok Hong sambil tertawa. “Bu Wie Tootiang serta Im Yang Cu sekalian merupakan manusia-manusia berwatak tinggi hati, sekalipun harus gusar mereka tak bakal suka takluk.

““Kalau begitu menggunakan kesempatan yang sangat baik ini kita basmi dulu pentolanpentolan dari Bu-tong pay asalkan ular tanpa kepala tak bakal bisa jalan burung tak bersayap tak bakal terbang walaupun anak muridnya sangat banyak asalkan tidak mendapatkan pimpinan yang koen mereka, merekapun bukan suatu halangan yang terlalu berat buat kita untuk melenyapkannya asalkan partai Bu-tong rontok dan hancur maka nama besar perkampungan Pek Hoa Sanceng pasti akan tersohor dan dikenal oleh setiap orang dikolong langit.

“Siauw Ling yang selama ini hanya mendengarkan pembicaraan mereka saja ketika itu tak dapat menahan getaran dalam hati lagi diam-diam pikirnya, “Perempuan ini sungguh kejam dan telengas rasanya pepatah kuno yang mengatakan perempuan itu racun dunia bukan kata-kata bohong belaka.

“Tampak Jen Bok Hong termenung sejenak lalu ujarnya, “Jikalau Hujien memang punya keyakinan bisa menangkan Tiong Lam Jie hiap kedua orang jago lihay tersebut baiklah biar aku ikuti saja pendapat Hujien dan melaksanakan usulmu itu tentang memberi kabar kepada mereka aku rasa tak usah Ih Bun heng repot-repot harus berangkat sendiri biarlah aku tulis sepucuk surat dan disampaikan oleh anak buahku.

“Melihat usulnya diterima Kiem Hoa Hujien jadi kegirangan setengah mati.

“Orang-orang Bu-tong agaknya sangat membenci Ih Bun heng hingga merasuk ketulang sumsum semisalnya suruh ia yang menentang aku tanggung Im Yang Cu serta Tiong Lam Jie hiap tak akan menampik terhadap tantangan tersebut”katanya sambil tertawa.

“Aku rasa,”kata Jen Bok Hong menyambung. “Dengan nama besar yang dimiliki Tiong Lam Jie hiap selama sepuluh tahun di dalam dunia persilatan asalkan ia terima tantangan dari Hujien tak mungkin mereka berani menampik…”Ia ulapkan tangannya seorang dayang cantik berbaju hijau jalan menghampiri lalu menjura, “Toa Cungcu ada perintah?”“Sampaikan perintahku kepada seluruh pos-pos penjagaan uang terbesar disekitar perkampungan untuk mengawasi kemana perginya rombongan Bu Wie Tootiang sekalian.

“Dayang cantik itu mengiakan dan buru-buru berlalu.

Sejurus kemudian ia sudah kembali keruangan tengah untuk melaporkan hasil pekerjaannya.

“Toa Cungcu delapan belas ekor kuda telah dikirim keluar guna menyampaikan perintah dari Cungcu.

“Jen Bok Hong tersenyum dan mengangguk sahutnya, “Bagus sekali, dan kini harus mewakili Hujien untuk menuliskan sepucuk surat tantangan bertempur terhadap diri Tiong Lam Jie hiap.

“Kembali sidayang menyahut dan berlalu kemudian tidak sampai makan beberapa waktu surat telah dipersiapkan.

Jen Bok Hong membaca sejenak surat itu lalu diserahkan ketangan Kiem Hoa Hujien seraya berkata, “Hujien! harap kau membacanya terlebih dulu, jikalau tidak perlu berubah lagi segera bisa dicantumkan tanda tanganmu kemudian aku akan kirim orang untuk menyampaikan surat ini kepada mereka.

“Kiem Hoa Hujien menerima surat itu untuk kemudian dibacanya satu kali, setelah dirasakan cocok maka ditanda tangannya surat tersebut.

Jen Bok Hong segera menyerahkan surat tadi ketangan sidayang cantik berbaju hijau perintahnya, “Serahkan surat ini kepada sipenguasa perkampungan perintahkan kepadanya agar sebelum tengah malam nanti surat ini harus sudah tiba di tangan Tiong Lam Jie hiap. Kalau tidak jangan datang menghadap lagi.

“Sidayang cantik berbaju hijau mengiakan dengan menerima surat itu ia tergesa-gesa mengundurkan diri seraya memandang bayangan punggung sang pelayan yang mengundurkan diri dari ruangan perlahan-lahan Jen Bok Hong bangun berdiri.

“Hujien serta Ih Bun heng seharusnya pergi beristirahat sejenak cayhe tak ingin mengganggu lebih lanjut.

“Tidak menunggu jawaban dari lawannya lagi ia melangkah tinggalkan ruangan tersebut.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar