Rahasia Kunci Wasiat Bagian 16

“Bilamana pekerjaan yang mereka perintahkan aku untuk berbuat bukan suatu pekerjaan yang baik aku bisa menolak dan menyuruh mereka tarik kembali perintah tersebut”katanya.

Sinar mata Tang Sam Kauw berkilat, setelah memandang sekejap keempat penjuru ujarnya mendadak, “Jikalau kau disuruh pergi membinasakan seseorang apakah kau akan menurut perintah?”“Soal itu tergantung orang yang hendak dibunuh itu orang baik ataukah orang jahat bilamana orang itu adalah seorang manusia jahanam yang banyak melakukan kejahatan dan membunuh dirinya berarti pula melenyapkan bencana buat semua orang, mengapa tidak kau lakukan?”“Lalu bila dia seorang baik”bisik Tang Sam Kauw kembali dengan lirih.

Siauw Ling jadi melengak untuk sesaat lamanya pemuda ini merasa tak sanggup untuk menjawab pertanyaan ini sebelum ini di dalam hatinya belum pernah sekalipun untuk memikirkan urusan ini, oleh sebab itu setelah mendengar pertanyaan tadi ia jadi gelagapan.

“Bilamana kau tidak tahu bahwa dia adalah seorang baik atau seorang jahat? lalu apa yang hendak kau lakukan?”sambung Tang Sam Kauw lebih lanjut.

Siauw Ling merasakan hatinya berdebar-debar semakin keras ia tetap sanggup untuk memberi jawaban.

Tang Sam Kauw tersenyum.

“Kita adalah orang sudah saling mengenal dan saling berkawan. Coba kau lihat aku adalah orang baik ataukah orang jahat”katanya lagi.

“Cayhe belum lama berkawan dengan nona karena itu tak berani berbicara sembarangan.

““Jika semisalnya saat ini kedua orang saudara angkatmu memerintahkan kepadamu bahwa di dalam satu jam mendatang kau harus berhasil mendapatkan batok kepalaku, apa yang hendak kau lakukan?”sekali lagi gadis tersebut mendesak dengan pertanyaannya.

“Soal ini belum pernah cayhe pikirkan selama ini……”mendadak Tang Sam Kauw bangun berdiri dan berjalan bolak balik di dalam ruangan sinar matanya tiada hentinya berputar menyapu kesekeliling tempat itu agaknya ia hendak meminjam kesempatan sewaktu berjalan bolak balik mengawasi keadaan di sekelilingnya apakah ada orang yang sedang mencuri dengar atau tidak.

Sejak semula di dalam hati Siauw Ling memang sudah tersembunyi perasaan curiga yang semakin menebal saat ini hatinya benar-benar terpukul. Ia tak dapat menahan sabar lagi dan secara mendadak bangun berdiri.

“Biar aku tanyakan urusan ini hingga jelas”serunya.

“Eeeei… tak bisa jadi? Apa yang hendak kau tanyakan kepada mereka?”seru Tang Sam Kauw cemas.

Mendadak menempelkan jari tangannya keatas bibir lalu bisiknya lirih, “Sttt…! Ada orang datang, cepat duduk.

“Iapun cepat-cepat mengambil tempat duduknya semula.

Ketika Siauw Ling mendongakkan kepalanya, maka tampaklah segerombolan lelaki kasar yang berpakaian singsat lima warna dengan langkah tegap berjalan ke arah bangunan Lan Hoa Cing Si tersebut.

Beberapa orang itu pada menggembol senjata tajam semua agaknya mereka hendak melakukan suatu perjalanan yang sangat jauh.

Melihat kejadian itu Siauw Ling merasakan hatinya kebingungan, tak tertebak olehnya apakah maksud tujuan orang-orang itu mendatangi bangunan Lan Hoa Cing Si nya ini.

Tampaklah lelaki-lelaki kasar berpakaian singsat yang terbagi menjadi lima warna itu menghentikan langkahnya di depan bangunan Lan Hoa Cing Si tersebut. Setelah berbaris menjadi lima bagian dengan masing-masing bagian terdiri dari lima orang, jadi lima kali lima dua puluh lima orang dengan dipimpin oelh rombongan yang pertama melanjutkan perjalanannya kembali ke arah ruangan yang ditinggalkan Siauw Ling.

Ketika itu Siauw Ling sedang merasakan hatinya sangat murung ia lantas menoleh dan memandang sekejap ke arah Tang Sam Kauw.

“Eeeei coba kau lihat apakah maksud tujuan orang-orang itu datang kemari??”“Kau tidak usah merasa begitu tegang, yang pasti mereka bukan datang kemari untuk menangkap kau, buat apa kau merasa cemas? duduklah dulu dan dengarkan apa yang hendak mereka katakan kepadamu?”“Eeehm…! perkataan ini sedikitpun tidak salah”pikir Siauw Ling kemudian. “Dengarkan dulu apa yang hendak mereka katakan kemudian baru memikirkan satu cara untuk menghadapi mereka!”Karenanya iapun lantas duduk keatas kursi untuk menanti.

Kelima rombongan lelaki kasar dengan lima warna yang berbeda itu setelah tiba di depan pintu ruangan Lan Hoa Cing Si lantas berdiri berjajar dengan sikap yang sangat menghormat.

Si lelaki berbaju merah yang berada dipaling depan perlahan-lahan melangkah masuk ke dalam ruangan dari tempat kejauhan ia sudah menjura memberi hormat.

“Hamba sekalian mendapat perintah datang kemari untuk melaporkan diri dari pada Sam ya!”katanya.

“Ada urusan apa?”seru Siauw Ling melengak.

“Kami sekalian menerima peritah untuk sejak ini mengikuti diri Sam ya terus dan menerima serta melaksanakan setiap perintah yang diucapkan Sam ya.

““Seumur hidup mengikuti aku terus? Apa sebabnya?”pikir pemuda itu jadi keheranan.

Buru-buru tanyanya kembali.

“Kalian menerima perintah siapa untuk datang kemari?”“Jie Cungcu menyampaikan perintah dari Toa Cungcu agar hamba sekalian suka datang menghadap Sam Cungcu.

“Siauw Ling benar-benar merasa rada kebingungan dibuatnya oleh kejadian ini, ia melirik sekejap ke arah Tang Sam kauw kemudian baru ulapkan tangannya.

“Kalian mundurlah dulu setelah bertemu dengan Jie Cungcu aku baru mengambil keputusan kembali,”katanya.

Si lelaki berbaju merah itu segera mengia dan mengundurkan diri setelah menutup pintu luar, mereka mengundurkan diri dari bangunan Lan Hoa Cing Si tersebut.

Menanti orang-orang yang memakai baju aneh warna itu telah pergi jauh Siauw Ling baru menoleh ke arah Tang sam Kauw sambil bisiknya, “Nona Sam apakah maksud tujuan orang itu??”“Urusan sangat jelas sekali,”jawab gadis tersebut sembari tersenyum. “Kau sudah menjadi Cungcu dari perkampungan Pek Hoa Sanceng ini sudah tentu kaupun harus memiliki pengawal pribadi yang akan bekerja untukmu. Tadi aku sudah wakili dirimu untuk memeriksakan beberapa orang itu orang-orang yang memakai pakaian aneh warna diluar ruangan semuanya tidak jelek.

““Apa yang tidak jelek?”“Ilmu silat mereka berlima adalah jago-jago lihay yang memiliki tenaga kweekang sangat dahsyat!”Sambil bungkamkan diri Siauw Ling menundukkan kepalanya rendah-rendah, dalam hari ia merasa sangat kebingungan sehingga untuk sesaat tidak tahu apa yang harus dilakukan.

Tang Sam Kauw segera bangun berdiri dan berjalan kesisi tubuh Siauw Ling.

“Apakah kau merasa rada…”Mendadak terdengar suara mendehem yang perlahan memutuskan perkataan Tang Sam Kauw yang belum selesai itu.

Ketika ia mendongakkan kepalanya, tampaklah Kiem Lan tengah membawa cawan air teh sudah berdiri di depan pintu, sepasang matanya sedang memandang diri Tang Sam Kauw tajam, dari air mukanya jelas menunjukkan sikap permusuhannya terhadap gadis tersebut.

Tang Sam Kauw pura-pura berlagak pilon ia tertawa tawar dan menyambung kembali kata-katanya, “Bilamana kau merasa rada menyesal karena terlalu cepat menyanggupi diriku, maka lebih baik kau tidak usah ikut aku lagi.

“Dengan menggunakan ilmu untuk menyampaikan suara ia manambahkan, “Eeei, budak itu sudah menaruh perasaan curiga terhadap diriku, mari kita pura-pura berikut sebentar agar dia tak berhasil untuk mendengarkan sesuatu dari mulut kita.

“Diam-diam dalam hati Siauw Ling merasa sangat keheranan, sewaktu untuk pertama kalinya ia bertemu muka dengan Tang Sam Kauw terlihatlah olehnya sikap yang amat congkak dari gadis tersebut bahkan terhadap Ciu Cau Liong pun tidak memandang sebelah matapun.

Tetapi sejak pertempurannya dengan sibayangan berdarah Jan Bok Hong sikapnya mendadak berkurang beberapa bagian, agaknya secara mendadak ia menaruh rasa jeri terhadap orang-orang perkampungan Pek Hoa Sanceng ini.

Terlihatlah dengan langkah yang lemah gemulai Kiem Lan berjalan masuk ke dalam ruangan.

“Samya mau minum teh?”tanyanya perlahan.

“Aaaakh haa bagus sekali?”seru pemuda itu di dalam hatinya “Ternyata seluruh anggota perkumpulan Pek Hoa Sanceng ini dari atas sampai ke bawah sudah mengetahui peristiwa dimana aku telah mengangkat saudara dengan Cungcu mereka.

““Eeeei mengapa kaupun memanggil aku dengan sebutan Samya?”tegurnya kemudian sambil menerima cawan air teh itu.

“Semua orang yang berada di dalam perkampungan Pek Hoa Sanceng sudah pada mengetahui peristiwa dimana Siauw ya sudah angkat saudara dengan Cungcu dari perkampungan Pek Hoa Sanceng kami,”kata Kie Lan sambil tertawa.

Siauw Ling segera mengerutkan alisnya rapat-rapat, belum sempat ia membuka mulut Kiem Lan sidayang cantik itu sudah menyambung kembali, “Jie ya sudah mengirim Kiem Hoa Leng atau perintah bunga emas untuk menyiarkan peristiwa ini kepada semua orang perkampungan Pek Hoa Sanceng, kami akan mengadakan suatu pesta besarbesaran dengan mengundang seluruh jagoan berkepandaian tinggi dari Bulim untuk memberi selamat kepada Siauw ya atas pengangkatannya menjadi Sam Cungcu kami.

““Tapi peristiwa ini buat apa harus dirayakan?”tanya Siauw Ling keheranan.

“Haa… haa… haaa peristiwa yang demikian besarnya ini mengapa tak harus dirayakan,”mendadak dari tempat luaran berkumandang datang suara tertawa gelak yang amat nyaring.

Dengan langkah lebar Ciu Cau Liong sudah berjalan masuk ke dalam ruangan.

Buru-buru Siauw Ling bangun berdiri untuk menyambut kedatangannya.

“Oouw Jie ko! Silahkan duduk, silahkan duduk!”serunya.

“Samte. Toako kami betul-betul menghargai dirimu!”seru Ciu Cau Liong sambil tertawa.

“Bukan saja perkampungan Pek Hoa Sanceng kita akan dihias untuk merayakan peristiwa yang maha besar ini bahkan akan mengundang pula beberapa tokoh Bulim yang sangat terkenal dikolong langit pada saat ini di dalam perkampungan Pek Hoa Sanceng kita akan mengadakan suatu pertempuran para enghiong secara besar-besaran dengan demikian nama Samte pun di dalam sekejap mata akan terkenal dan diketahui oleh setiap Enghiong Hoohan yang ada di dalam Bulim.

““Tapi apakah kesanggupan Siauwte sehingga Toako hendak mengadakan kesemuanya ini?”“Perintah dari Toako tak terbantahkan, kita yang menjadi adiknya terpaksa hanya mengekor saja!”seru Ciu Cau Liong sambil tersenyum.

Sinar matanya perlahan-lahan dialihkan ke arah Tang Sam Kauw kemudian ujarnya, “Nenek nona Sam pun ikut terdaftar sebagai tamu undangan kami!”“Jan Toa Cungcu bisa menghargai keluarga Tang kami. Hal ini boleh dikata merupakan kebanggaan keluarga kami.

““Sampai waktunya masih mengharapkan nona Sam suka datang bersama-sama dengan nenekmu untuk menghadiri perayaan tersebut”tambah Ji Cungcu kembali sambil tertawa hambar.

“Jadi Ciu heng sedang mengusir cayhe dari sini!”seru Tang Sam Kauw sambil tertawa sinis.

“Aaah mana, mana nona Sam terlalu banyak pikir.

““Kalian kakak beradik kemungkinan ada urusan yang hendak dirundingkan aku mohon diri dulu!”“Kalau begitu cayhe menghantar lagi,”sambung Ciu Cau Liong dengan cepat sambil menjura.

“Hmm, mana berani merepotkan dirimu.

“Dengan langkah cepat dan perasaan gemas gadis tersebut lantas berlalu dari ruangan Lan Hoa Cing Si.

Menanti bayangan dari Tang Sam Kauw sudah lenyap dari pandangan Ciu Cau Liong baru mengambil tempat duduk kembali.

“Samte,”ujarnya sambil tertawa, “Tempo dulu dikarenakan Toako harus mempelajari semacam ilmu silat yang amat dahsyat secara tidak beruntung ia sudah mengalami jalan api menuju neraka sehingga terpaksa harus mengundurkan diri dari keramaian dunia kangouw, hingga kini sudah ada tujuh tahun lamanya pada waktu ini agaknya penyakit tersebut sudah sembuh sedang kepandaian silat yang dilatihnyapun telah mencapai kesempurnaan, kini memperoleh pula bantuan dari Samte. Hal ini boleh dikata merupakan suatu peristiwa besar yang patut dirayakan oleh semua orang terutama kita sebagai anggota perkampungan Pek Hoa Sanceng.

““Kepandaian silat Toako berhasil mencapai kesempurnaan hal ini boleh dianggap sebagai suatu peristiwa yang menggembirakan tetapi ikut sertanya siauwte ke dalam keanggotaan perkampungan Pek Hoa Sanceng boleh dianggap sebagai peristiwa macam apa?”“Samte jangan terlalu memandang rendah kepandaian silatmu sendiri!”seru Jie Cungcu cepat. “Dikolong langit pada saat ini boleh dikata amat sulit untuk memperoleh beberapa orang musuh yang datang menandingi.

“Mendadak terdengar suara langkah manusia yang amat gaduh berkumandang datang disusul munculnya seorang lelaki kasar berbaju merah dengan membimbing seornag lelaki berbaju hitam berlari masuk ke dalam bangunan Lan Hoa Cing Si.

Si orang berbaju merah itu tidak berani langsung menerjang masuk ke dalam ruangan sebaliknya sambil mencekal tubuh lelaki berbaju hitam itu berdiri menanti di depan pintu.

“Jie Cungcu serta Sam Cungcu ada di dalam ruangan semua kau masuklah sendiri,”ujar orang itu kepada lelaki berbaju hitam tersebut.

Lelaki berbaju hitam itu bagaikan seornag yang dimabok oleh air kata-kata dengan sempoyongan menerjang masuk ke dalam ruangan.

Siauw Ling segera bangun berdiri sedikit pundaknya bergerak tahu-tahu tubuhnya sudah tiba di depan pintu sambil membimbing tubuh lelaki berbaju hitam itu.

Ketika matanya memandang lebih tajam ke arahnya maka tampaklah lambang orang itu sudah terbacok sangat lebar dengan darah yang sudah membeku. Agaknya luka tersebut sudah agak lama dan melalui sesuatu perjalanan yang sangat jauh sehingga kesadarannya pada saat ini rada berkurang.

Selama ini Ciu Cau Liong tetap duduk tak bergerak dari tempatnya semula.

“Samte! lepaskan dirinya agar ia bisa beristirahat sebentar”sahutnya dengan nada berat.

“Tapi luka orang ini amat parah sekali agaknya sulit untuk pulih sedia kala,”ujar Siauw Ling dengan cemas.

Telapak tangan kanannya segera ditempelkan keatas punggung orang itu, segulung tenaga panas yang amat kuat dengan cepat mengalir masuk melalui jalan darah “Ming Bun Hiat”nya.

Setelah memperoleh bantuan tenaga kweekang yang amat kuat dari Siauw Ling sehingga membantu melancarkan peredaran di dalam tubuhnya, wajah yang semula pucat perlahan-lahan berubah memerah kembali sedang kesadarannya pun sudah mulai pulih.

Dengan membelalakan matanya lebar-lebar orang itu memandang Ciu Cau Liong tajamtajam, bibirnya bergerak beberapa saat lamanya, terakhir ia baru bisa berseru, “Jie Cungcu!”“Ehmm! kau sudah terluka?”seru Ciu Cau Liong dengan nada dingin, seram, air mukanya sangat serius.

Agaknya orang berbaju hitam itu sudah merasa rada sulit untuk berbicara, bibirnya bergerak beberapa saat lamanya tetapi tak sepatah katapun yang diucapkan.

Akhirnya dengan susah payah keluar juga beberapa patah kata, “See sewaktu aaaa daaa ada ditepi… sungai hamba kena ditusuk orang sehingga terluka parah.

““Aku sudah tahu kalau lukamu sangat parah sehingga sulit untuk diselamatkan nyawanya, cepat ceritakan apa yang sudah menimpa dirimu,”potong Ciu Cau Liong dengan cepat.

“Orang itu bertanya kepadaku aaaa apakah aku adalah ornag perkampungan Pek Hoa Sanceng lalu ia bertanya pula Toa Cungcu kita apakah benar sibayangan berdarah Jan Bok Hong.

““Hmm, apakah kau sudah beritahukan hal ini kepadanya.

““Hamba masih ingat dnegan berapa peraturan perkampungan Pek Hoa Sanceng itu sekalipun menemui siksaan yang bagaimana beratnyapun tiii tidak akan men menceritakan keadaan dari perr perkampungan kiii kita.

““Ehmm bagus sekali lanjutkan kisahmu,”ujar Ciu Cau Liong mengangguk.

“Daaa dalam hati hamba mee merasa gusar karena perkataannya yang tidak tahu sopan maka hamba lantas memakai beberapa paaa patah kata kepadanya siapa tahu orang itu lantas mencabut keluar pedangnya dan menuduk lambungku.

““Hmm memangnya kau orang mati?? kenapa kau biarkan badanmu ditusuk olehnya?”“Gerakan pedangnya terrr terlalu cepat seee sehingga membuat orang sulit mengadakan persiapan. Aku cuma merasakan cahaya peee pedang berkelebat lewat tahu-tahu lambungku suu sudah tertusuk.

“Mendengar perkataan tersebut sampai disana air muka Ciu Cau Liong segera berubah hebat.

“Dia cuma melancarkan satu serangan saja kau lantas kena dilukai?”tanyanya.

“Tidak saam sampai satu jurus, hamba cuu cuma melihat tangan kanannya mencekal gagang pedang diii diikuti berkelebatnya cahaya tajam, hamba lantas terluka sebelum berhasil melihat secara bagaimana ia menyambut pedangnya itu.

““Lalu apakah kau masih ingat dengan raut mukanya?”“Raut mukanya yang benar ham hamba sudah tidak ingat lagi haa hanya usianya sangat muda gerakan pedangnya sangat cee cepat.

“Ketika berbicara sampai disitu ucapannya sudah tidak jelas lagi. Yang kedengaran saat ini cuma suara huuhuu haahaa yang tidak diketahui maksudnya.

Mendadak Ciu Cau Liong meloncat bangun dan menyambar cangkir teh yang ada disisinya, dimana tangannya mengayun air teh tersebut segera disiramkan keatas wajah si orang berbaju hitam itu.

“Siapakah nama orang itu? Apakah kau tahu?”bentaknya keras.

Setelah terguyur oleh air teh tadi, kesadaran si orang berbaju hitam itupun jadi sedikit tersadar.

“Hamba kuu kurang jelas aaa agaknya bernama Siauw Siauw Ling.

““Ia bernama Siauw Ling?”teriak Siauw Ling dengan perasaan tertegun.

Tampak tubuh si orang berbaju hitam itu gemetar sangat keras, matanya dipejamkan dan menghembuskan napas yang terakhir.

Air muka Ciu Cau Liong amat serius sedikit menunjukkan perasaan terharu.

“Samte, lepaskan dirinya ia sudah mati,”katanya.

Perlahan-lahan Siauw Ling meletakkan mayat si orang berbaju hitam itu keatas tanah setelah mengusap butiran keringat yang membasahi kening ujarnya, “Bilamana Jie ko bukannya bertanya terlalu cepat sehingga tidak memberi kesempatan baginya untuk mengatur pernapasan dengan bantuan hawa murni yang siauwte salurkan ke dalam badannya tadi ada kemungkinan orang ini masih tertolong atau paling sedikit tidak mati dengan sedemikian cepatnya, dengan begitu kitapun bisa mengetahui urusan yang lebih banyak lagi.

““Haaa… haaa… haaa…. setelah ia menderita luka parah dan melakukan perjalanan jauh, darah di dalam badannya sudah banyak berkurang kesempatan untuk hidupnya sangat tipis sekali bilamana semisalnya kita tak berhasil menolong nyawanya bukankah beberapa perkataan tadi tidak berhasil kita ketahui??”ujar Ciu Cau Liong tertawa tergelak.

Mendengar perkataan terebut Siauw Ling terpaksa membungkam, sedang dalam hati pikirnya, “Saudara angkatku ini kelihatan halus berbudi dan terpelajar, mengapa hatinya sedemikian kejam dan telengasnya?? cuma ingin mengetahui beberapa patah perkataan saja sudah tidak sayang-sayangnya mengorbankan nyawa orang itu.

““Haaa… haaa… haaa bagaimana,”mendadak terdengar suara tertawa yang amat keras dari Ciu Cau Liong berkumandang masuk ke dalam telinganya. “Apakah Samte merasa tindakanku terlalu kejam dan telengas…”Ia merandek sebentar kemudian sambungnya kembali, “Heee…! Samte orang-orang di dalam dunia kangouw yang bertujuan mencari nama serta pahala kebanyakan tentu memiliki sifat kejam dan telengas.

““Ada pepatah mengatakan bernyali kecil bukan orang budiman tidak bersifat kejam bukan lelaki sejati kata-kata nyali dan kejam masing-masing mempunyai arti yang sangat mendalam. Hal ini tergantung cara penggunaan dari setiap kepandaiannya masingmasing.

““Heee, Jieko siauwte ada beberapa patah kata yang terasa menganjal di dalam tenggorokan bila tak diucapkan keluar rasanya kurang enak”kata Siauw Ling sambil menghela napas panjang.

“Oouw, silahkan Samte untuk mengucapkannya keluar, Siauw heng tentu akan pentang telinga mendengarkan setiap perkataanmu itu.

““Tadi Siauw Ling yang disebut orang berbaju hitam itu kemungkinan sekali adalah Siauw Ling yang mempunyai nama sangat terkenal diseluruh Bulim.

““Kalau begitu nama Siauw Lingmu itu adalah nama samaran yang sengaja kau pinjam dari kepopulerannya?”“Soal ini sih bukan, nama siauwte memang Siauw Ling, orang itupun bernama Siauw Ling, entah apakah maksud hatinya?”“Dikolong langit memang banyak orang yang mempunyai she serta nama yang sama hal ini tidak terhitung suatu hal yang aneh Samte tak usah memikirkannya dihati.

““Bukan begitu, aku ingin pergi mencari dirinya untuk menanyakan mengapa ia menggunakan nama Siauw Ling ku ini!”Ciu Cau Liong cuma tersenyum saja tidak menjawab.

“Siauwte ingin menengok ketepi sungai aku mau lihat apakah orang itu masih ada disana atau tidak?”sambung Siauw Ling kembali.

“Kau tidak usah pergi kesana lagi, dia pasti ada disana.

““Apakah kita biarkan ia berlalu dengan selamat setelah melukai orang kita?”seru Siauw Ling kembali sambil melirik sekejap ke arah mayat si orang berbaju hitam itu.

““Lalu maksud Samte?”“Pergi cari orang itu dan minta pertanggungan jawabnya.

““Ehmmm baiklah akan kuturuti pendapat dari Samte ini,”sahut Ciu Cau Liong kemudian sesudah termenung beberapa saat lamanya.

Ia lantas bertepuk tangan nyaring si orang berbaju merah yang berdiri dengan angkernya di depan pintu terburu-buru lari masuk ke dalam ruangan setelah memberi hormat ia berdiri dengan sikap sangat menghormat.

“Mayat ini cepat seret keluar dari sini untuk dikuburkan setelah itu siapkan kuda buat aku serta Samya?”ujar Ciu Cau Liong sambil menuding mayat si orang berbaju hitam itu.

Si orang berbaju merah itu menyahut, sambil membopong mayat orang itu ia lantas mengundurkan diri dari sana.

“Jika, apakah kaupun hendak ikut?”tanya Siauw Ling kemudian.

“Kepandaian silat yang dimiliki Samte sudah amat dahsyat dan tiada tandingannya dikolong langit cuma saja pengalamanmu di dalam dunia kangouw sangat cetek sehingga masih sulit mengahdapi orang-orang licik, siauw heng memang ada maksud pergi bersama-sama sehingga bilamana terjadi sesuatu bisa cepat kasih pertolongan.

“Ketika mereka berbicara sampai disitu, si orang berbaju merah tadi sudah balik lagi ke dalam ruangan.

“Silahkan Cungcu berdua melakukan perjalanan,”katanya sambil menjura.

Gerak-gerik dari orang-orang perkampungan Pek Hoa Sanceng ini benar-benar amat cepat sekali, diam-diam pikir Siauw Ling di dalam hati.

“Ia mana tahu kalau setiap urusan yang ada di dalam perkampungan ini khusus ada orang yang mengurusinya, karena itu sekali beri perintah maka sebentar saja semua urusan sudah beres.

“Ciu Cau Liong pertama-tama yang berjalan meninggalkan ruangan itu.

“Samte kau hendak menggunakan senjata apa?”tanyanya sambil tertawa. “di dalam perkampungan kami sudah tersedia berbagai macam senjata, asalkan memberi perintah mereka segera akan mempersiapkannya.

““Siauwte menggunakan pedang.

“Ciu Cau Liong lantas mengulapkan tangannya kepada orang berbaju merah tadi.

“Siapkan sebilah pedang pusaka untuk Sam Cungcu!”perintahnya.

Orang berbaju merah tadi segera menyahut dan mengikuti jalan kecil di tengah kebun ia berlari cepat ke depan.

Demikianlah dengan dipimpin Ciu Cau Liong Siauw Ling lantas berjalan melewati tanaman bunga dan menuju keluar perkampungan Pek Hoa Sanceng tersebut.

Diluar pintu perkampungan ketika itu sudah berbaris puluhan orang lelaki berpakaian singset yang pada menggembol senjata, melihat munculnya orang itu mereka lantas memberi hormat dengan sangat hormatnya.

Perlahan-lahan Ciu Cau Liong mengulapkan tangannya, lima orang lelaki yang masingmasing memakai pakaian berwarna merah, kuning, biru, putih serta hitam lantas maju menyongsong memberi hormat, sikapnya sangat hormat.

“Samte,”ujar Ciu Cau Liong kemudian kepada Siauw Ling sambil tertawa. “Perduli kepandaian silat, seseorang sangat lihaypun masih harus membutuhkan tenaga bantuan orang lain. Kelima orang ini dengan memakai lima buah pakaian yang beraneka warna menandakan kedudukan Ngo Heng, setiap rombongan lima orang jadi jumlah seluruhnya lima puluh lima orang mereka semua merupakan pengawal-pengawal gagah perkasa pilihan Toako yang sudah dipilih dengan susah payah, cuma saja selama ini belum pernah munculkan dirinya di dalam dunia kangouw. Setelah Samte menggabungkan diri dengan kami. Toako merasa sangat girang sekali, terus terang saja aku katakan selama ini belum pernah siauwte melihat Toako merasa begitu gembiranya karena itu sengaja ia menyerahkan kedua puluh lima orang itu untuk Samte pimpin dan sejak kini menjadi pengawal pribadi bilamana kau bisa mengangkat nama dalam Bulim dengan mendapatkan bantuan kedua puluh lima orang itu maka untuk menjagoi seluruh kolong langit rasanya mudah sekali seperti membalik tangan sendiri.

“Belum sempat Siauw Ling mengucapkan sesuatu Ciu Cau Liong sudah menyambung kembali kata-katanya, “Masih ada satu urusan yang belum Siauw heng sampaikan kepada Samte perkampungan Pek Hoa Sanceng kami ini perduli lelaki maupun perempuan semuanya bisa bermain silat walaupun Siauw lin sie disebut orang sebagai sumber segala ilmu silat dan semua orang hweesionya yang pandai bermain silat, tetapi perkampungan Pek Hoa Sanceng kita tak mau kalah dengan mereka.

““Kiem Lan serta Giok Lan adalah manusia berpikiran cerdik dan berwajah cantik diantara dayang-dayang lainnya kepandaian silat mereka paling baik, Toako sudah menurunkan perintah untuk menyerahkan mereka berdua.

““Sebagai dayang pribadi dari Samte, mungkin sekali Samtepun bisa melihat bagaimana lumayannya kepandaian silat mereka, di samping itu merekapun banyak akal cerdik dan pintar, dikemudian hari mereka bisa mengiringi Samte untuk bantu pecahkan persoalan, menghilangkan kemurungan.

“Mendadak terdengar suara derap kaki kuda yang ramai berkumandang datang disusul munculnya seekor kuda jempolan yang tinggi besar berlari mendekat.

Di atas punggung kuda itu tertelungkuplah seorang lelaki berbaju hitam yang langsung menerjang datang ke arah orang itu.

Ciu Cau Liong segera mengulapkan tangannya.

“Coba kalian periksa, apakah orang itu sudah putus nyawa atau belum.

“Jilid 20 Lelaki berbaju merah itu lantas putar badan menyongsong datangnya kuda itu.

Dimana tangan kirinya menyambar tahu-tahu tali les kuda tersebut sudah tercekal olehnya kemudian dengan kencang-kencang ditahannya.

Kuda yang sedang berlari mendatang dengan sangat cepatnya itu segera berhenti sambil meringik panjang lelaki berbaju merah itu kembali menyambar rambut si lelaki berbaju hitam yang ada di atas panggung untuk diperiksa dengan teliti.

“Lapor Cungcu orang ini sudah putus nyawa,”ujarnya kemudian.

“Dimanakah letak lukanya?”“Di atas kening terbabat mati oleh sekali babatan pedang.

““Eemmm! Lepaskan dia pulang keperkampungn kita segera melakukan perjalanan.

“Si lelaki berbaju merah itu kembali mengia. Dia segera melepaskan tali les kudanya dan menepuk pantat kuda tersebut.

Dengan membawa mayat lelaki berbaju hitam itu kuda tersebut segera berlari kencang menuju ke dalam perkampungan.

Ketika itu sinar mata Siauw Ling sudah memutar memandang sekeliling tempat tersebut setelah dilihatnya kedua puluh lima orang itu telah naik keatas kudanya masing-masing tak tertahan lagi, ujarnya, “Jie ko kita pergi ketepi sungai bukan lain cuma ingin mencari orang dapat menemukan orang itu masih susah untuk diduga bilamana kita membawa orang yang demikian banyaknya seperti hendak menghadapi penyerbuan musuh yang tangguh saja bukankah hal ini bakal dibuat lelucon oleh pihak lawan yang mentertawakan kita bernyali kecil dan beraninya mengandalkan jumlah yang besar untuk mencari kemenangan?”“Kalau begitu kita kurangi saja jumlahnya,”kata Ciu Cau Liong kemudian.

Ia lantas menoleh ke arah lima orang lelaki berpakaian warna warni yang berada disisinya katanya kemudian, “Kalian adalah pemimpin dari kelima kelompok itu baiklah biar aku bawa kalian berlima saja.

“Kelima orang itu segera mengiakan masing-masing lantas mengangkat tangannya mengundurkan kembali anak buahnya.

“Samte, ayo kita segera berangkat”seru Jie Cungcu cepat. “Orang itu kembali melukai anggota perkampungan kita tentunya ia berada disekitar tempat ini.

“Dua orang berpakaian hijau muncul dari balik tumbuhan bunga dengan masing-masing menuntun seekor kuda jempolan.

“Jie ko silahkan,”kata Siauw Ling sambil meloncat naik keatas punggung kudanya.

“Kita berangkat bersama saja.

“Kedua ekor kuda itu lantas disentakan dan dilarikan bagaikan terbang ke arah depan hanya di dalam sekejap saja tujuh delapan li sudah dilalui.

“Samte tunggu sebentar”mendadak Ciu Cau Liong menghentikan kudanya.

Mendengar perkataan tersebut Siauw Ling buru-buru menahan tali lesnya dan menghentikan lari kudanya. “Jieko ada urusan apa?”“Disana ada mata-mata yang dikirm perkampungan kita untuk mencari berita mungkin dia adalah urusan penting yang hendak dilaporkan kepada kita.

“Ketika Siauw Ling mengangkat kepalanya maka tampaklah seorang nelayan yang memakai caping lebar dengan pakaian yang sederhana dengan langkah lebar berjalan mendekat.

Nelayan tersebut langsung berjalan kesisi tubuh mereka berdua, lalu bisiknya perlahan, “Orang itu ada diteluk Sam Liuw Wan.

“Kemudian orang itu buru-buru berlalu kembali, agaknya ia takut jejaknya berhasil diketahui oleh orang lain.

Caping yang menutupi orang itu dikenakan sangat rendah sekali, Siauw Ling cuma melihat jenggot kambingnya saja, bagaimanakah dengan raut wajahnya ia sama sekali tidak dapat melihat jelas.

“Mari kita berangkat keteluk Sam Liuw Wan,”bisik Ciu Cau Liong cepat sambil menyentakkan tali les kudanya.

Tujuh ekor kuda berlari cepat di atas jalanan dihadapan sudah terputus dan kini tinggal tanah berbatu cadas serta samar-samar terdengar suara deburan ombak disungai yang amat santer.

Ringkikkan kuda memanjang, derapan kaki kuda menimbulkan berisik yang membisingkan telinga. Dengan berlari di atas lumpur yang becek beberapa ekor kuda itu tetap melanjutkan perjalanannya ke arah depan.

“Samte! Itulah teluk Sam Liuw Wan,”kata Ciu Cau Liong kemudian sambil menuding ke arah bayangan pohon yang berada di tempat kejauhan. “Tempat tersebut adalah sebuah tepi sungai yang amat sunyi sekali. Entah mengapa orang itu bisa tiba di tempat tersebut?”Ketika Siauw Ling mengalihkan pandangannya ke arah yang ditunjuk, sedikitpun tidak salah! Tempat tersebut adalah sebuah tempat yang liar dan amat sunyi, batuan kerikil serta lumpur yang amat becek beberapa lie tak terlihat sesosok bayangan manusiapun.

Tiga batang pohon Siuw itu terletak sebuah meja kayu di depan meja tersedia sebuah tungku dan dari tungku tadi asap tebal mengebul memenuhi angkasa kemudian menyebar keempat penjuru tertiup angin kencang.

Bau harum secara samar-samar menerjang masuk ke dalam hidung membuat badan terasa nyaman.

Sayur serta arak yang dihidangkan di atas meja masih panas hal itu membuktikan bila sayur itu tidak lama baru saja dihidangkan.

“Entah sidia orang sedang sembahyang terhadap siapa”, gumam Siauw Ling.

Ketika ia memandang lebih tajam lagi maka tampaklah di atas salah satu sebatang pohon Liuw tua dari ketiga batang pohon lainnya tergantunglah sebuah papan nama yang terukir kata-kata dengan sangat indah sekali.

Di atas papan nama itu terukir beberapa huruf kira-kira berbunyi demikian, “Tempat abu adik almarhum Siauw Ling.

“Dibawanya tertulis kata-kata “Toan Hun Jien memberi hormat.

“Siauw Ling segera merasakan hatinya tergetar sangat keras, pikirnya, “Dikolong langit sebenarnya ada berapa banyak orang yang bernama Siauw Ling? Ada seorang yang sudah punya nama besar di dalam Bulim aku baik-baik berdiri disini, dan kini muncul pula seorang yang sedang bersembahyang terhadap arwah Siauw Ling yang berada di bawah pihon Liuw tua itu. Sebenarnya urusan apa yang telah terjadi?”“Samte apa yang sudah terjadi?”Ciu Cau Liong berseru memandang sekejap ke arah adik angkatnya Siauw Ling.

Kiranya walaupun Siauw Ling sudah diangkat saudara dengan Jan Bok Hong serta Ciu Cau Liong tetapi belum pernah orang menceritakan asal usulnya kepada mereka berdua.

Sekalipun Ciu Cau Liong adalah seorang yang berpikir cerdik dan banyak akal tidak kurang untuk beberapa saat terasa tidak paham juga terhadap peristiwa yang sudah terjadi dihadapannya sekarang ini.

Karena itu terasa perkataan tersebut sudah meluncur keluar dari mulutnya menanti ia tersadar kembali kata-kata tadi sudah diucapkan keluar.

“Aku sendiripun tidak paham apa yang telah terjadi coba jelaskan papan nama itu biar aku periksa,”ujar Siauw Ling dengan kebingungan.

“Samte, kau jangan berlaku gegabah kita harus waspada terhadap kelicikan serta kekejaman dari dunia kangouw?”cegah Ciu Cau Liong sambil menahan gerakan tubuh dari Siauw Ling.

“Mengapa? Apakah dibalik papan nama tersebut sudah tersembunyi senjata rahasia?”“Soal ini Siauw heng sendiripun sulit untuk memberi keputusan tetapi berhati-hati bukanlah suatu pekerjaan yang salah.

“Ia lantas meloncat turun dari kudanya dan dengan langkah yang amat lambat berjalan menuju ke bawah pohon Liuw tua itu.

“Siauwte? orang itu menggantung papan nama tadi dengan benang putih agaknya benda tersebut akan diambil kembali,”bisiknya kepada pemuda tersebut dengan suara lirih.

“Ehmm, kemungkinan juga kedatangan rombongan kita yang amat besar ini sudah mengejutkan mereka sehingga buru-buru melarikan diri.

“Ciu Cau Liong berdiam diri beberapa saat lamanya untuk termenung berpikir keras mendadak tubuhnya meloncat ke depan menyambar papan nama yang tergantung di atas pohon Liuw tua tadi.

“Jangan bergerak”baru saja Ciu Cau Liong menggerakkan badannya mendadak dari samping berkumandang datang suara bentakan yang amat nyaring disusul meluncurnya serentetan cahaya yang gemerlapan menyambar datang.

Sewaktu hendak menyambar papan nama tadi secara diam-diam Ciu Cau Liong sudah mengadakan persiapan, mendengar suara bentakan yangn amat nyaring tersebut hawa murninya lantas dikerahkan mengelilingi sekujur tubuhnya yang meluncur turun ke bawah permukaan tanah kemudian tangan kanannya disambar ke arah depan.

Serentetan cahaya hijau yang menyilaukan mata dengan kecepatan laksana sambaran kilat lantas meluncur ke arah datangnya sambaran sinar tajam tadi.

Kiranya orang itu bukan lain adalah seorang bocah berbaju hijau yang berusia lima enam belas tahunan, dengan wajah yang tampan sinar mata yang dingin, tajam menyeramkan.

Pedangnya sudah dicabut keluar dari sarungnya dan saat ini sedang memandang ke arah beberapa orang itu dengan sikap yang sombong. Sedikitpun tidak merasa jeri terhadap mereka.

Kelima orang lelaki kasar yang memakai pakaian beraneka warna itu dengan gesitnya lantas menyebarkan diri membentuk sebuah kepungan sangat rapat di sekeliling tempat itu senjata tajam sudah diloloskan dari sarung dan siap-siap melancarkan serangan ke arah musuhnya.

Asalkan Ciu Cau Liong memberikan perintah mereka segera akan menyerang secara bersama-sama. Siauw Ling yang melihat papan nama itu, mendengar pula deburan ombak yang terjadi beberapa tahun yang lalu secara mendadak terbayang kembali di dalam benaknya.

Dia ingat kembali kejadian dimana tubuhnya kena disapu oleh angin pukulan Sang Pat sehingga tercebur ke dalam sungai. “Jie ko jangan bergerak”mendadak bentaknya keras.

Di tengah suara bentakan yang amat keras itu tubuhnya sudah meloncat ke depan menyambar papan nama yang tergantung di atas pohon liuw tua tersebut.

“Jangan mengganggu papan itu!”terdengar sibocah berbaju hijau itu membentak keras.

Tangan kanannya segera diayunkan ke depan, tiga rentetan cahaya yang amat tajam dan menyilaukan mata secara berbareng menyambar datang mengancam tubuhnya yang sedang menubruk keatas pohon liuw itu. Sedang pedangnya dengan menimbulkan berkuntum-kuntum bunga pedang meluncur diantara sorotan sinar sang surya.

Dalam hati Siauw Ling sudah mengadakan persiapan, telapak kirinya segera dibalik mengirim sebuah babatan yang amat tajam ke arah depan sedang tangan kanannya setelah berhasil menyambar papan nama tadi lantas meloncat sejauh satu kaki dari tempat semula.

Padahal tak perlu ia turun tangan sendiri Ciu Cau Liong sudah mewakili dirinya untuk menahan datangnya serangan dari sang bocah berbaju hijau itu.

Senjata Coei Giok Cie di tangan kanannya diputar sedemikian rupa menangkis datangnya senjata rahasia yang disambit oleh bocah tadi dengan menimbulkan suara yang amat nyaring ketiga batang pisau terbang tadi kena tertangkis hingga mencelat kesamping.

Siapa sangka bocah berbaju hijau itu setelah melancarkan senjata rahasia iapun ikut menubruk mendatang sambil mengirim sebuah tusukan kilat.

Untuk meloncat kesamping sudah tak sempat, untung saja pada saat yang bertepatan angin pukulan yang dikirim Siauw Ling sudah menyambar datang.

Bocah cilik berbaju hijau itu setelah terkena pukulan yang dilancarkan oleh Siauw Ling tadi tubuhnya mundur sempoyongan.

Setelah Siauw Ling berhasil menurunkan papan nama tadi, maka terlihatlah di belakang papan nama di atas pohon liuw itu terukir pula beberapa patah kata, “Tahun Jan Hoa kesebelas, bulan dua tanggal dua Siauw Ling terjatuh ke dalam sungai di tempat ini.

“Tertanda Tiong Cho Siang-ku.

Beberapa patah kata tulisan tersebut terukir dengan amat nyata sekali di atas pohon itu setiap patah kata tertera dua cun dalamnya sehingga barang siapapun yang melihat tulisan tadi tentu merasakan bila orang yang menulis kata tadi memiliki tenaga dalam yang luar biasa sekali.

Diam-diam Siauw Ling mulai menghitung waktunya sesaat terjatuh ke dalam sungai tempo dulu, ia merasa waktu yang tertera di atas pohon tersebut sangat cocok dan bertepatan dengan waktu dirinya terjatuh di dalam sungai masa yang lalu.

Walaupun peristiwa terjatuhnya ia ke dalam sungai masih teringat sangat jelas, tetapi dibagian sungai yang sebelah manakah dia jatuh sudah tak teringat olehnya.

Kini setelah melihat tulisan yang ditinggalkan Tiong Cho Siang-ku dalam hatinya merasa tidak ragu-ragu lagi bila orang itu tentu sedang datang kemari bersembahyang buat arwahnya. Tetapi siapakah si orang Toan Hun Jien atau manusia putus nyawa itu? Mengapa ia datang bersembahyang terhadap arwahnya, ketika sibocah berbaju hijau tadi dengan mencekal pedangnya kembali menerjang ke depan tetapi segera kena terhadang oleh permainan senjata Ciu Giok Ce dari Ciu Cau Liong yang sangat dahsyat.

Melihat dirinya kena dicegat bocah berbaju hijau itu segera membentak gusar pedangnya dengan sangat ganas berturut melancarkan sepuluh buah serangan gencar ke arahnya mengancam tempat-tempat berbahaya diseluruh tubuh Ciu Cau Liong.

Dengan cepatnya antara mereka berdua sudah terjadi suatu pertempuran yang amat sengit hanya di dalam sekejap mata ratusan serangan berbahaya sudah dikerahkan keluar.

“Jie ko untuk sementara jangan bergebrak dulu Siauwte ada pertanyaan yang hendak ditanya kepadanya?”Bentak Siauw Ling dengan suara yang keras seperti samberan geledek dalam hati Ciu Cau Liong pada saat ini sedang merasa terperanjat dan kaget oleh keganasan serta ketelengesan dari jurus pedang yang digunakan bocah cilik berbaju hijau itu.

Mendengar suara benatakan Siauw Ling yang sangat keras tadi ia lantas berkelit dan menyingkir kesamping.

Sambil melintangkan pedangnya di depan dada bocah berbaju hijau tersebut dengan amat gusarnya sudah meloncat kehadapan Siauw Ling cepat kembalikan papan nama itu kepadaku teriaknya keras.

Siauw Ling yang melihat sikapnya mengandung hawa gusar yang sukar ditahan dalam hati lantas mengerti bila papan nama itu sangat berharga bagi dirinya.

Ia lantas tersenyum.

“Untuk mengembalikan papan nama ini kepadamu sulit asalkan kau suka menjawab beberapa pertanyaanku.

““Hmm soal itu harus dilihat pertanyaan apa yang kau ajukan kepadaku.

““Siauw Ling yang tertera di atas papan ini apakah kaupun kenal dengan dirinya?”“Tidak kenal”jawab bocah berbaju hijau.

“Kalau memangnya kau tidak kenal dengan dirinya buat apa kau bersembahyang buat arwahnya?”“Kau bukan aku yang bersembahyang.

““Bukan kau? lalu siapa?”“Siangkong kami!”“Sekarang dia berada dimana?”Sang bocah berbaju hijau itu jadi sangat gusar sekali. “Kau orang sungguh cerewet sekali, bertanya terus tiada hentinya, cepat kembalikan papan nama itu.

“Tangan kirinya laksana sambaran kilat menyambar ke depan mengancam papan nama yang ada di tangan Siauw Ling.

Sedikit pundaknya bergerak tahu-tahu pemuda tersebut telah mundur tiga langkah ke arah belakang.

Sibocah berbaju hijau itu sewaktu melihat sambarannya terhadap papan nama itu mengalami kegagalan pedang di tangan kanannya mendadak dibabat ke depan gerakannya sangat cepat laksana sambaran kilat, hanya di dalam sekejap saja sudah meluncur datang.

Siauw Ling sama sekali tidak menduga bila bocah yang masih amat muda itu bisa melancarkan serangan sedemikian cepatnya, hampir-hampir tubuhnya kena tertusuk oleh pedang.

Buru-buru hawa murninya ditarik panjang-panjang tubuhnya menyingkir tiga depa kesamping, dengan amat tepat ia berhasil menghindarkan diri dari datangnya serangan pedang itu.

“Samte hati-hati, serangan pedang orang ini sangat aneh dan ganas susah dihadapi,”kata Ciu Cau Liong.

Sewaktu Jie Cungcu dari perkampungan Pek Hoa Sanceng mengucapkan kata-katanya itu, bocah berbaju hijau itu berturut-turut sudah melancarkan empat buah tusukan dahsyat.

Setelah berhasil menghindarkan diri dari datangnya empat buah serangan itu mendadak Siauw Ling meloncat ke belakang.

“Sudah, sudahlah. Kita tak usah bergebrak lebih lanjut. Nih, aku kembalikan papan namamu!”serunya sambil tertawa.

Si bocah cilik berbaju hijau yang baru saja melancarkan empat buah serangan kilat terhadap musuhnya tetapi bisa dihindari. Dalam hati merasa amat terkejut bercampur ngeri, pikirnya, “Jumlah mereka amat banyak setiap orangpun memiliki kepandaian silat yang sangat tinggi, aku tidak mungkin berhasil menangkan mereka.

“Kini mendengar Siauw Ling hendak mengembalikan papan nama tersebut kepadanya dengan cepat iapun menghentikan serangan pedangnya.

“Hm! cepat lemparkan kemari!”teriaknya keras. “Bilamana kalian tidak suka mengembalikan benada tersebut kepadaku urusan tak akan selesai dengan demikian gampang, sekalipun aku bakal kena dimaki akan kubunuh dulu diri kalian.

““Haaa, haaa, haaa, papan nama inipun bukan sebuah benda yang berharga buat apa aku harus merebut benda tersebut?”seru Siauw Ling sambil tertawa terbahak-bahak dan menyodorkan papan nama itu ke depan.

Sebaliknya Ciu Cau Liong mendengar perkataan tersebut segera tertawa dingin tiada hentinya.

“Hmm, sungguh besar sekali omonganmu!”serunya.

Setelah berhasil menerima kembali papan nama tadi agaknya rasa gusar di dalam hati bocah berbaju hijau itu agak rada reda.

“Kalian suka mengembalikan papan nama itu kepadaku sudah tentu akupun tak ada perkataan yang bisa dibicarakan lagi,”ujarnya sambil tersenyum. “Nanti sewaktu siengkiong kami kembali tak akan kuceritakan hal ini kepadanya.

“Jika ditinjau dari nada ucapannya jelas dia menaruh rasa yang amat menghormat dan percaya terhadap kepandaian majikannya itu.

“Jie ko,”ujar Siauw Ling tiba-tiba. “Di dalam peristiwa ini masih banyak mendapat halhal yang mencurigakan. Siauwte ingin menanyakan beberapa persoalan kepadanya.

“Ciu Cau Liong pun sudah menaruh rasa ingin tahu dan curiganya terhadap bocah berbaju hijau tersebut setelah melihat serangan pedangnya yang amat ganas dan telengas itu ia ingin menyelidiki asal usul serta nama pihak lawannya. Karena itu setelah mendengar perkataan dari adik angkatnya dia lantas mengangguk.

“Samte boleh tanya sesukanya kepada bocah ini,”katanya.

Ketika Siauw Ling menoleh lagi ke arah bocah tersebut maka tampaklah bocah berbaju hijau itu sambil mencekal papan nama tadi sedang putar badan meninggalkan tempat itu.

Hatinya jadi cemas, bentaknya keras, “Eei, saudara cilik, berhenti. Aku ada pertanyaan yang hendak kutanyakan kepadamu.

“Bilamana ia tidak berteriak masih mendingan mendengar teriakannya itu mendadak sibocah berbaju hijau itu berlari semakin cepat, hanya di dalam sekejap ia sudah berada empat lima kaki jauhnya dari tempat semula.

“Kau bisa meloloskan diri?”bentak Siauw ling gusar dengan cepat iapun melakukan pengejaran. Ciu Cau Liong dengan kencang ikut mengejar dari belakang Siauw Ling.

Sedang kelima orang lelaki pengiring itupun ikut mengejar.

Ternyata ilmu meringankan tubuh dari sibocah berbaju hijau sangat sempurna sekali, laksana seekor burung walet dengan gesit dan lincahnya ia melayang ke depan.

Setelah melakukan pengejaran sejauh seratus kaki jarak Siauw Ling dengan sibocah tinggal dua tiga depa saja. Ciu Cau Liong yang berada dibelakangnya masih bisa mngikuti dengan paksakan diri. Sebaliknya kelima orang lelaki pengiring tersebut sudah ketinggalan dua kaki jauhnya.

Terlihatlah bocah berbaju hijau itu dengan mengikuti aliran sungai kembali melakukan perjalanan sejauh empat lima li.

Mendadak tubuhnya meloncat naik keatas sebuah sampan yang berhenti ditepi sungai tangannya dengan cepat mengangkat jangkar dan mulai mendayung sampannya tersebut ke tengah sungai.

Di dalam ruangan perahu kembali berkelebat sesosok bayangan manusia tahu-tahu muncul seorang bocah berbaju hijau lainnya yang secara langsung menggerakkan galanya menjalankan perahu kecil itu melarikan diri ke arah sungai.

Saat ini jarak antara Siauw Ling dengan bocah berbaju hijau itu ada dua kaki jauhnya walaupun gerakan menaikkan jangkar dilakukan sangat cepat tidak urung membuang sedikit waktu juga.

Ketika perahu kecil itu mulai bergerak ke tengah sungai Siauw Ling telah tiba ditepi pantai, tubuhnya segera dienjotkan melayang keatas sampan tersebut.

Melihat itu sibocah berbaju hijau yang memegang gala itu segera menggerakkan bambunya itu melancarkan serangan ke depan dengan menggunakan jurus Heng Sauw Cian Kien atau membabat habis ribuan tentara.

Tubuh Siauw Ling mendadak merendah ke bawah ketika bambu itu menyambar lewat dari atas kepalanya tangan kiri laksana sambaran kilat segera menyambar ke arah atas mencengkeram bambu tersebut.

Merendah ke bawah melancarkan serangan mencekal bambu musuh semuanya ini dilakukan dalam waktu yang amat singkat kecepatannya membuat orang lain sulit untuk melihat jelas.

Mendadak bocah tersebut menggerakkan pergelangan tangannya ke arah depan ternyata bambu yang ada ditangannya sudah dilemparkan ke arah tengah sungai.

“Samte! cepat kembali, mereka tak akan lolos dari sini,”saat itulah terdngar Ciu Cau Liong yang berada ditepi sungai sudah berteriak keras.

Siauw Ling yang mencekal bambu tersebut untuk berganti napas pada mulanya ada maksud meminjam tenaga pantulan dari bambu itu melayang masuk ke dalam perahu kecil.

Siapapun duga bocah cilik berbaju hijau itu ternyata melemparkan bambu tersebut ke tengah sungai sedang perahu itu menerjang ombak mendadak miring kesamping.

Dengan kejadian ini maka jarak antara diri Siauw Ling dengan perahu tersebut dengan terpaut lebih jauh lagi.

Walaupun Siauw Ling memiliki ilmu kepandaian silat hasil didikan tiga orang aneh tetapi dia orang sama sekali tidak memiliki pengalaman di dalam menghadapi musuh, perubahan yang dilakukan kurang gesit.

Menanti bambu tersebut hampir jauh ke dalam air ia baru menggerakkan tangan kanannya menghisap tenaga daya luncur dari gala bambu itu.

Kemudian meminjam kekuatan dari bambu tadi kakinya menutul keatas permukaan air dan dengan gesitnya melayang ke arah tepi sungai.

Ketika itu jaraknya dengan tepi sungai ada enam kaki jauhnya dengan ditambah pula tenaga pantulan dari bambu tersebut ada batasnya, ketika tubuhnya dekat tepi mendadak daya luncurnya habis dan tubuhnya pun lantas melayang turun kembali keatas permukaan air.

“Samte terimalah ini”, mendadak terdengar Ciu Cau Liong membentak keras.

Seutas angkin putih dengan cepat dilempar ke arahnya Siauw Ling cepat menyamber angkin putih tersebut sedang kakinya waktu itu sudah jatuh keatas permukaan air.

Dengan sekuat tenaga, menyentak angkin tersebut ke arah belakang meminjam kekuatan itulah Siauw Ling dengan cepatnya berhasil melayang turun keatas tepi sungai.

Ketika ia menoleh lagi ke arah perahu sampai tadi maka tampaklah perahu itu pada saat ini sudah jauh berada puluhan kali dari tepi sungai tak terasa lagi ia menghela napas panjang.

“Heeeei, tidak kusangka usianya yang masih muda ternyata memiliki kelicikan yang luar biasa,”katanya.

“Di dalam dunia kangouw memang banyak terdapat peristiwa-peristiwa yang berbahaya dan licik lain kali kau harus jauh lebih berhati-hati lagi.

“Kembali Siauw Ling mengalihkan pandangannya ke arah perahu sampan yang telah pergi menjauh itu agaknya di dalam hati ia merasa kurang terima.

“Jie ko apakah kau punya cara untuk melakukan pengejaran???”tanyanya kemudian sambil menghela napas.

Ciu Cau Liong termenung kemudian baru jawabnya, “Kepandaian mendayung dari bocah-bocah cilik itu sangat bagus sekali bahkan sampan mereka bisa bergerak cepat aku rasa tiada waktu lagi untuk menyandak mereka. Lebih baik kita kembali dulu ke dalam perkampungan. Asalkan mereka belum meninggalkan daerah Koei Cho sejauh seratus li maka paling banyak di dalam waktu satu hari satu maam kita dapat berhasil memperoleh berita tentang jejaknya.

“Dengan termangu-mangu Siauw Ling memperhatikan bayangan perahu yang lenyap di tengah gulungan ombak di tengah sungai dalam hatinya kembali bertambah dengan beberapa persoalan yang mencurigakan, siapakah sebenarnya orang yang melakukan sembahyang terhadap arwahnya itu masih ada lagi. Kedua orang bocah berbaju hijau itu mempunyai ilmu meringankan tubuh yang amat sempurna ditambah pula tenaga pergelangannya sewaktu melemparkan bambu itu kesamping tali amat kuat, jelas sejak kecil mereka sudah dididik oleh seorang jagoan lihay yang memiliki ilmu kweekang sangat dahsyat, tetapi orang itu mengapa datang ketepi sungai yang amat sunyi ini untuk bersembahyang terhadap arwahnya sendiri? Ketika secara diam-diam dia menghitung waktu terjatuhnya ke dalam sungai dan cocokkan pula dengan waktu yang ditinggalkan Tiong Cho Siang-ku di atas pohon Liuw itu maka ia merasa ini harilah waktu yang tepat sewaktu ia terjatuh ke dalam sungai.

Dikolong langit kemungkinan sekali terdapat beberapa orang Siauw ling, namun belum tentu ada orang yang sama-sama tercebur di dalam sungai ini.

Orang itu datang bersembahyang kemari hal ini menunjukkan bila dia ada maksud tujuan, namun yang membuat Siauw Ling tidak paham adalah dikolong langit pada saat ini sedikit sekali yang dikenal olehnya, lalu siapa yang sudah datang ketepi sungai yang amat sunyi ini untuk bersembahyang untuk arwahnya? Ketika ia menoleh, maka tampaklah Ciu Cau Liong pun sedang menundukkan kepalanya berpikir, jelas diapun dibuat terperanjat oleh kedahsyatannya serta kesempurnaan dari kepandaian silat kedua orang bocah berbaju hijau itu.

Lama sekali ia baru mendonggakkan kepalanya kembali memandang ke arah Siauw Ling.

“Siauwte! Siauw Ling tertera di atas papan nama itu apakah dirimu?”tanyanya perlahan.

“Benar tulisan yang ditinggalkan Tiong Cho Siang-ku membuktikan kalau nama itu memang nama siauwte!”Mendadak sinar mata Ciu Cau Liong berkilat.

“Siauwte, coba pikirkan dengan teliti di dalam Bulim pada saat ini kemungkinan sekali ada jagoan mana yang datang bersembahyang terhadap arwahmu?”tanyanya.

Siauw Ling termenung dan menundukkan kepalanya lama sekali ia bungkam diri.

“Siauwte sebenarnya soal ini mudah sekali untuk dipikir,”ujar Ciu Cau Liong kembali sambil tersenyum. “Kemungkinan sekali kau banyak kenal dengan jago-jago Bulim tetapi orang yang memiliki kepandaian silat sedemikian tingginya tentu sedikit sekali jumlahnya bukan? Terutama sekali dari usia kedua orang bocah berbaju hijau itu masih kecil tetapi jurus pedangnya sangat ganas sekali. Hal ini benar-benar merupakan suatu peristiwa yang jarang sekali terjadi di dalam dunia kangouw bilamana semisalnya tempo dulu kau pernah bertemu dengan mereka tentu masih teringat jelas-jelas.

“Siauw Ling lantas menggeleng dan tertawa pahit. “Aku belum pernah bertemu muka dengan mereka, dan tak teringat olehku siapakah orang-orang yang sudah datang bersembahyang buat arwahku itu.

“Mendadak di dalam benaknya teringat akan sesuatu buru-buru sambungnya, “Jieko kedua orang bocah berbaju hijau itu apakah mungkin anak murid dari perguruan Bu-tongpay??”Ilmu pedang dari Bu-tong-pay walaupun sudah terkenal diseluruh kolong langit tetapi tidak bisa menandingi keganasan serta ketelengasan dari ilmu pedang bocah berbaju hijau itu.

Mendadak ia tertawa terbahak-bahak.

“Haaaa… haaa haaa… siauwte tidak usah kita pikirkan lagi mari kita cepat-cepat kembali ke dalam perkampungan!”Sambil menggandeng tangan Siauw Ling mereka lantas lari kembali ke dalam perkampungan Pek Hoa Sanceng.

Jalan raya menghubungkan tempat liar dengan perkampungan Pek Hoa Sanceng yang biasanya amat sunyi mendadak diramaikan dengan mondar mandirnya kuda yang lewat suasananya terasa amat menegangkan sekali.

Melihat kejadian itu Siauw Ling segera merasakan hatinya keheranan.

“Jan ko apakah di dalam perkampungan Pek Hoa Sanceng kita sudah terjadi sesuatu peristiwa?”tanyanya lirih.

Ciu Can Liong segera tertawa dan menggeleng.

“Sakit yang diderita Toako selama banyak tahun kini sudah sembuh kembali ditambah pula Samte sudah ikut menerjunkan diri ke dalam perkampungan Pek Hoa Sanceng kita maka Toako yang ada maksud mempopulerkan nama Siauwte di dalam Bulim sengaja sudah mengirim seluruh anak buah yang ada untuk menyebarkan surat undangannya kepada jago-jago kenamaan di dalam Bulim agar mereka sama-sama bisa menghadiri perayaan yang diadakan di dalam perkampungan Pek Hoa Sanceng kita pertama untuk merayakan masuknya Samte sebagai anggota dan kedua merayakan kesehatan Toako yang sudah pulih serta kepandaian silatnya yang telah sempurna dan yang terakhir hendak mengumumkan seluruh Bulim bahwa sibayangan berdarah Jan Bok Hong akan munculkan dirinya kembali ke dalam dunia kangouw.

““Ouw, kiranya begitu!”seru pemuda itu.

Ia rada merandek sejenak kemudian sambungnya “Jikalau demikian adanya tentu pada tempo dulu Toako mempunyai nama besar yang sangat terkenal di dalam dunia rimba persilatan.

“Kini kita sudah menjadi saudara angkat yang sehidup semati,”kata Ciu Cau Liong sambil tertawa. “Rahasia yang menyelimuti perkampungan Pek Hoa Sancengpun agaknya tak perlu dirahasiakan lagi terhadap dirimu.

“Sepasang matanya yang amat dingin perlahan-lahan menyapu sekejap ke arah wajah Siauw Ling kemudian sambungnya, “Siauwte, nama besar Toako kami jauh terkenal sepuluh kali lipat dari nama jagoan manapun pada sepuluh tahun yang lalu, asalkan Toako munculkan dirinya, tentu akan terjadi suatu gelombang yang akan menggemparkan seluruh Bulim sekalipun jago-jago Bulim yang sangat terkenalpun pada waktu itu rata-rata mengalahkan tiga bagian terhadap dirinya.

““Lalu selama beberapa tahun ini Toako mengundurkan diri dari keramaian dunia kangouw dan tidak mencampuri urusan Bulim lagi. Ini apakah dikarenakan ia sedang menyembuhkan penyakitnya.

““Tenaga dalam Toako amat sempurna, bagaimana mungkin ia sungguh-sungguh bisa sakit,”ujar Ciu Cau Liong lirih.

“Aaah benar tentunya Toako sedang menghindari pertemuannya dengan semua orang karena hendak berlatih suatu ilmu kepandaian yang maha dahsyat.

“Agaknya terhadap diri Siauw Ling, Jie Cungcu Ciu Cau Liong merasa sangat percaya terdengar ia tertawa tawar.

“Samte kau cuma berhasil menebak btul separuh bagian saja. Toako mengasingkan diri dari keramaian dunia kangouw selain hendak berlatih suatu ilmu kepandaian yang maha dahsyat sehingga takut diganggu orang hal yang sebenarnya menggunakan kesempatan itu ia sedang menyembuhkan luka dalam yang amat parah.

““Mengobati luka dalamnya yang parah? Toako kena dilukai siapa?”“Urusan ini terjadi pada puluhan tahun yang lalu, biar Toako kena dilukai orang tapi Toako kalah dnegan bangga.

““Apakah Toako terkena serangan bokongan orang lain?”“Kepandaian silat Toako sangat sempurna, ia sudah memiliki tenaga khiekang yang melindungi seluruh tubuhnya bagaimana mungkin orang bisa melukai dirinya dengan sangat gampang.

““Lalu bagaimana ia bisa kalah?”“Di dalam pertempuran itu jago-jago lihay yang ikut serta mengeroyok sangat banyak sekali. Diantara sembilan partai besar, ada empat orang ciangbunjin yang ikut serta mengeroyok, di samping itu masih ada lagi berpuluh-puluh orang Cay cu Pangcu serta Kiuw cu sekalian dari perkumpulan di dalam Bulim berturut-turut Toako berhasil menangkan tiga belas kali pertempuran dan mengalahkan Loo Han Sam Cung atau tiga orang loohan dari Siauw Lim pay Im Yang Cung dari Bu-tong-pay.

““Tiong Lam jie Hiap serta Cangbunjien dari Go bie pay. Hal ini benar-benar merupakan suatu kejadian yang sangat menggemparkan sekali.

““Akhirnya Toako berhasil dikalahkan oleh Si Phoa Thaysu itu Hongtiang dari ruangan Tat Mo Yen dikuil Siauw Lim Sie Si Phoa Thaysu tersebut boleh dikata merupakan hweesio yang paling terkuat dari seluruh partai Siauw Lim. Coba kau pikir bukankah walaupun Toako kalah tetapi kalah dengan bangga?”“Sering aku dengar orang berkata partai Siauw Lim adalah partai lurus dari Bulim”pikir Siauw Ling diam-diam “Jan Toako ternyata bermusuhan dengan partai Siauw Lim, mungkin dia orang baik-baik.

“Terasa olehnya berbagai persoalan yang membingungkan hatinya ikut berkelebat di dalam benaknya. Ia tidak ingin berpikir lebih lanjut dengan cepat ia berlari ke depan meninggalkan kelima orang lelaki pengiringnya jauh ke belakang.

Keadaan di dalam perkampungan Pek Hoa Sanceng repot dan tegang, disetiap sudut diseluruh barisan bunga itu tersebar penjagaan-penjagaan ketat dari lelaki-lelaki yang berbaju hitam yang menggembol senjata tajam keadaannya sangat serius sekali seperti sedang menghadapi serangan musuh tangguh.

Ciu Cau Liong setelah menghantarkan Siauw Ling kembali ke dalam bangunan Lam Hoa Cing Si ia lantas mohon pamit dan mengundurkan diri.

Kiem Lan serta Giok Lan sejak semula sudah menanti kedatangannya diluar kamar melihat Siauw Ling sudah kembali sambil tersenyum mereka lantas datang menyambut membawa teh menyediakan air pokoknya mereka kelihatan sangat sibuk sekali.

Giok Lan dengan membawa sepasang sendal lantas berlutut dihadapan pemuda tersebut membantu dirinya melepaskan sepatu yang dikenakan.

“Sam ya,”ujarya merdu. “Budak serta Kiem Lan cici menerima perintah dari Toa Cungcu untuk sejak ini menjadi budak pribadi dari Sam ya.

““Ehmm, soal ini aku orang berani menerimanya. Aku serta enci Kiem Lan merasa sangat girang sekali setelah mendengar berita tersebut”sambung Giok Lan lebih lanjut sambil tersenyum.

“Mulai saat ini kami bisa selalu ikut serta disisi Sam ya untuk membereskan pembaringan, mengiringi kemana saja Sam Ya hendak pergi, kami tidak usah melayani para tamu lagi diruangan Lan Hoa Cing Si ini, bilamana Sam ya suka menerima kami.

Hal ini benar-benar merupakan rejeki dari kami kakak beradik.

“Wajahnya penuh dengan perasaan mohon yang patut dikasihani hal ini membuktikan bila perkataan tersebut benar-benar diucapkan dari dasar hatinya.

Perlahan-lahan Siauw Ling menghela napas panjang.

“Heeei! kalian berdua suka memperhatikan diriku sedemikian rupa, cayhe benar-benar merasa sangat berterima kasih sekali,”katanya.

Dengan gugup kedua orang budak itu bersama-sama menjatuhkan diri berlutut, air mata mulai jatuh berlinang membasahi pipinya.

“Sam ya sudah setuju?”tanyanya.

Perlahan-lahan Siauw Ling mengangguk sambil tertawa. Dengan cepat dia membimbing bangun kedua orang dayang tersebut.

“Kalian cepatlah bangun,”katanya.

“Terima kasih atas kebaikan Sam ya!”seru kedua budak itu sambil meloncat bangun.

Dalam hati Siauw Ling pada saat ini sedang memikirkan peristiwa papan nama yang baru saja terjadi siang tadi, ia sama sekali tak ada niat untuk banyak berbicara.

“Aku hendak kembali ke kamar untk beristirahat, bilamana tak ada urusan penting janganlah mengganggu diriku,”pesannya kemudian.

Malam itu kentongan kedua baru saja lewat, Siauw Ling dengan memakai pakaian ringkas berwarna hitam setelah mengenakan sarung tangan terbuat dari kulit naga Cian Nian Ciauw Pih So Tauw hadiah pemberian Liuw Sian Ci dengan tangan kosong lantas meloncat keluar dari kamarnya dengan gerakan sangat hati-hati.

Siapa nyana kedua dayang tersebut sangat memperhatikan gerak-gerik Siauw Ling baru saja berjalan keluar dari pintu kamar kedua orang dayang itu sudah menanti diluar dengan menggembol pedang.

“Sam ya perlukah budakmu mengiringi dirimu?”tanya Kiem Lan lirih.

Aaaah… Siauw Ling tertegun “Tidak perlu keadaan di dalam perkampungan Pek Hoa Sanceng penuh diliputi bahaya ada baiknya Sam Ya mengambil senjata tajam,”ujar Giok Lan pula memberi peringatan seraya melepaskan pedang yang menggembol pada punggungnya.

“Tidak perlu, tidak perlu! Aku cuma jalan-jalan sebentar saja!”dengan langkah lebar ia berjalan meninggalkan bangunan Lam Hoa Cing Si melewati kebun bunga dan menuju keluar perkampungan.

Walaupun di dalam kebun bunga ada para peronda malam, kebanyakan mereka sudah mengenali Siauw Ling adalah Sam Cungcu dari perkampungan Pek Hoa Sanceng, siapapun tak ada yang berani menghalang-halanginya.

Siauw Ling dongakkan kepala menentukan arah sejenak, tiba-tiba hawa murninya disalurkan mengelilingi seluruh tubuh dan berkelebat menuju keteluk Sam Liuw Wan.

Malam ini adalah suatu malam yang tidak berbulan, cahaya bintang dilangit berkelipkelip membuat suasana terasa hampa teluk Sam Liuw Wan sunyi senyap membuat hati orang terasa pilu.

Dengan setengah membongkok Siauw Ling meloncat dan mendekati ketika batang pohon liuw itu lalu enjotkan badan meminjam tenaga jumpalitan ia bersembunyi dibalik dedaunan yang lebat. Waktu ia melongok ke bawah meja itu masih berada di tempat semula. Hioloo emaspun masih terpancang di depan, hanya saja dari Hioloo tadi tak kelihatan asap dupa yang mengepul memenuhi angkasa. Hal ini membuktikan bila dalam waktu ini tak seorangpun yang pernah datang kesana.

Ombak sungai menderu-deru angin bertiup kencang. Di tengah malam yang buta sungai yang berliku-liku kelihatan mirip seutas ikat pinggang berwarna putih keperak-perakan.

Siauw Ling yang bersembunyi dibalik dedaunan pohon liuw tidak juga melihat sesuatu walaupun sudah ada satu kentongan ia menanti. Akhirnya pemuda she Siauw ini menghela napas panjang.

“Heei, agaknya malam ini tak bakal ada orang yang datang kemari.

“Belum saja ia meloncat turun tiba-tiba terdengar suara dayung menyampok air berkumandang datang semakin lama semakin mendekat tanpa terasa hatinya rada tergerak.

Buru-buru ia berpaling, di bawah sorotan cahaya bintang tampak sesosok perahu sampan dengan cepat meluncur mendekat dan di dalam waktu singkat telah mendekati tepian sungai.

Tiga sosok bayangan manusia meloncat ketepian dari dalam perahu dan gerakan mereka rata-rata gesit dah hebat.

Siauw Ling memperhatikan lebih teliti lagi, jantungnya terasa berdebar-debar keras dan diam-diam pikirnya, “Hei, jika tadi aku jadi meninggalkan tempat ini, maka sulitlah bagiku untuk berjumpa dengan mereka lagi.

“Kiranya orang pertama yang berjalan dipaling depan adalah sibocah berbaju hijau yang pernah ditemui siang tadi.

Di atas punggungnya bocah itu menyoren pedang panjang dan sepasang tangannya mencekal sebuah medali Leng pay.

Ornag yang mengikuti kencang di belakang tubuhnyapun merupakan seorang bocah cilik berbaju hijau dengan ditangannya membawa sebuah Khiem yang kelihatannya sangatlah antik.

Orang terakhir yang mengikuti di belakang kedua orang bocah cilik itu adalah si orang pemuda berjubah biru kaus putih dan ditangannya membawa sebuah kipas.

“Siapakah kedua orang itu? Asing benar wajah mereka,”diam-diam pemuda she Siauw yang bersembunyi di atas pohon Liuw berpikir keras.

Sibocah berbaju hijau itu dengan hebat meloncat keatas menggantungkan Leng Pay berisikan nama Siauw Ling keatas pohon, lali mengeluarkan tiga batang hio dan disulutnya kemudian ditancapkan keatas hioloo emas.

Mengikuti berkelebatnya cahaya api dapat dilihat orang berbaju biru itu baru berusia dua puluh tahunan, wajahnya ganteng dengan alis yang melenting tidak malu disebut seorang lelaki tampan.

Si orang berbaju biru itu meletakkan kipasnya keatas meja, lalu menjinjing jubahnya dan menjura dengan hormat di depan meja sembahyang.

“Pada tahun yang lalu sewaktu siauwte lewat disini dan melihat nama Siauw heng terukir di atas pohon timbullah rasa ingin tahu dihatiku sekarang siauwte telah minjam nama Siauw heng untuk berkelana dalam dunia Bulim harap sukma Siauw heng dialam baka suka memaafkan dosa ini,”katanya lirih.

Oouw kiranya begitu diam-diam Siauw Ling menghembuskan napas panjang, “Aku masih mengira dalam kolong langit sungguh ada dua orang yang bernama Siauw Ling.

“Terdengar si orang berbaju biru itu melanjutkan kembali kata-katanya, “Walaupun siauwte telah meminjam nama besar Siauw heng untuk berkelana dalam Bulim tapi siauwte percaya tidak bakal merusak ataupun memalukan nama besar Siauw heng.

““Oouw tidak mengapa,”kembali Siauw Ling membatin di dalam hatinya. “Asalkan kau tidak melakukan perbuatan jahat gunakan saja namaku sepuas mungkin.

“Kembali si orang berbaju biru itu menyambung kata-katanya, “Siauwte menerima pesan seseorang untuk membawa Leng Pay ini menyambangi Siauw heng dengan membawa Leng Pay ini akan berlalu dari sini untuk diserahkan kembali kepada sipenitip pesan tersebut semoga saja malam ini Siauw heng bisa tunjukkan sedikit keajaiban agar sekembalinya siauwte bisa menceritakan kepada orang itu apa yang kau ingini. Heee Siauw heng, walaupun kau sudah mati tapi dikolong langit masih ada seorang gadis cantik yang menangisi nasibmu siang dan malam selalu bersembahyang selalu melelehkan air mata dihadapan Leng Paymu jika dibandingkan siauwte keadaan Siauw heng jauh lebih kuat berpuluh kali lipat. Sukma Siauw heng dialam baka tentunya tahu segala sesuatu harap kau bisa tenang disana.

“Siauw Ling yang mendengar perkataan itu hatinya merasa amat kesal kembali pikirnya, “Waaah, payah orang ini mengoceh terus tidak karuan, mana mungkin aku punya gadis yang menangisi diriku terus menerus.

“Orang berbaju biru itu dengan lantang kembali berkata memutuskan jalan pikiran pemuda she Siauw itu.

“Gadis kecintaanmu itu telah membuat serangkaian irama lagu untuk mengenangkan dirimu. Malam ini siauwte akan mainkan lagu tersebut di samping menghibur sukma Siauw heng dialam baka.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar