Rahasia Kunci Wasiat Bagian 14

Diam-diam Pei Pek Lie kerahkan hawa murninya yang disalurkan keatas cawan mendadak arak beracun yang ada di dalam cawan tersebut dengan membentuk suatu air mancur yang dahsyat menyemprot tinggi tiga depa kemudian langsung menghajar ke arah bibir kecil dari gadis tersebut.

“Kau memberi penghormatan kepadaku lebih cayhe hormati dulu nona Sam Kauw dengan secawan arak!”balasnya dingin.

Para jago hadir di atas loteng sewaktu melihat kedahsyatan tenaga dalamnya ini diamdiam merasa amat terperanjat bercampur kagum.

Tang Sam Kauw sama sekali tidak jadi gugup menanti muncratan arak tersebut hampir mendekati bibirnya mendadak ia meniup dengan perlahan arak beracun yang semula meluncur ke arah bibirnya kini secara mendadak berbalik dan meluncur kembali ke dalam cawan di tangan Pei Pek Lie.

Cara demonstrasi tenaga dalam yang dipamerkan kedua orang untuk saling lempar melemparkan arak beracun itu benar-benar luar biasa sekali hal ini membuat para jago yang hadir disana pada membelakan matanya mulut melongo.

Melihat semakin bertanding suasana semakin seru dan bila diterskan mungkin semakin genting, akhirnya sambil tersenyum Ciu Cau Liong turun tangan melerai.

“Tenaga dalam kalian berdua benar-benar luar biasa hebatnya. Kalian tak usah bertanding lagi! Sehingga tidak sampai terjadi cekcok.

“Cawan di tangan kirinya mendadak diangkat keatas sedang telapak kanannya bergoyang keras, arak beracun yang semula sedang meluncur ke arah cawan di tangan Pei Pek Lie kini berbalik memenuhi cawannya sendiri tanpa menetes keluar barang sedikitpun.

Diam-diam Pei Pek Lie merasa terperanjat sekali pikirnya, “Ilmu silat Tang Sam Kauw benar-benar luar biasa dahsyatnya aku tidak boleh terlalu pandang rendah dirinya terutama sekali senjata rahasia keluarga Tang di daerah Su Tzuan sangat terkenal karena beracunnya!”Tang Sam Kauw sendiripun diam-diam merasa sangat terperanjat oleh kesempurnaan tenaga dalam pihak lawan pikirnya dalam hati, “Tidak aneh Kiam Bun Siang Ing memperoleh penghormatan dari Ciu Cau Liong kiranya mereka berdua bukan memiliki nama kosong belaka di dalam Bulim. Orang hanya menyiarkan kesempurnaan dari permainan ilmu pedangnya saja, tidak disangka tenaga dalamnyapun ternyata begitu sempurna!”Akhirnya dari terperanjat rasa saling menghormat muncul didasar lubuk mereka berdua, sikap bermusuhanpun lantas lenyap tak berbekas.

Setelah saling bertukar pandangan dan tertawa mereka bersama-sama ambil tempat duduk.

Sebaliknya Siauw ling yang melihat cara berdua memakan arak beracun itu meluncur ke tengah udara dengan kerahkan hawa murninya yang sempurna dalam hati takut merasa kaget.

“Apakah akupun bisa berbuat seperti mereka dengan tenang calon yang aku miliki saat ini?”pikirnya.

Terdengar Ciu Cau Liong dengan suaranya yang lantang berkata, “Cayhe akan perkenalkan seorang kawan lagi kepada nona Sam Kauw.

““Siapa? coba kau sebutkan dulu orangnya.

““Kauw, haa, haaa orang itu mempunyai nama yang sangat terkenal. Tentunya nona Sam Kauw sudah pernah mendengar nama besarnya itu.

“Sambil menuding ke arah Siauw Ling sambungnya, “Sambil ini adalah Siauw Ling Siauw Thayhiap yang namanya sangat terkenal di dalam dunia persilatan!”Biji mata Tang Sam Kauw yang jeli berputar dan menyapu sekejap seluruh tubuh Siauw Ling, walaupun pada saat ini pemuda tersebut mengenakan pakaian yang butut dan kuno, wajahnya penuh dengan debu, tetapi tak dapat menutupi akan ketampanan wajahnya yang sangat menarik itu.

tak kuasa lagi gadis itu tersenyum.

“Siauw Ling yang tersiar diseluruh dunia kangouw kayanya berwajah tampan dan bertindak tanduk misterius, ini hari sesudah bertemu muka sendiri aku baru merasa kalau apa yang dikabarkan banyak betulnya. Hiii cuma sayang pakaian yang dikenakan kurang perlente bahkan terlalu butut.

“Siauw Ling yang kena dipuji oleh seorang gadis dihadapan orang banyak dalam hati segera merasa amat malu, pipinya kontan saja berubah jadi merah padam menahan jengah dihatinya.

“Akh Siauw heng orangnya tidak suka menonjol”buru-buru Ciu Cau Liong menyahut sambil tertawa. “Dengan pakaian seperti ini memang jauh lebih leluasa untuk bergerak di dalam dunia kangouw.

“Siauw Ling yang mendengar perkataan itu cuma tertawa tawar saja, mulutnya tetap membungkam dalam seribu bahasa.

Pikirnya dalam hati, “Omongan mereka sungguh enak sekali, yang untuk bersantappun aku tidak punya dari mana datangnya yang lebih untuk membuat pakaian.

““Kiam Bun Siang Ing sudah pernah mengajak kepandaian silat dari Tang Sam Kauw dan dirasanya memang benar-benar luar biasa lihaynya. Tetapi terhadap Siauw ling itu manusia bernama besar yang tak diketahui bagaimanakah kepandaiannya, bukan saja memperoleh penghormatan dari Ciu Cau Liong, bahkan Tang Sam Kauwpun bersikap begitu mesra terhadap dirinya dalam hati mulai merasa amat tidak puas.

“Kendati begitu berhubung Siauw Ling jarang angkat bicara dan selalu saja berdiam diri maka bagi kedua orang itu untuk beberapa saat lamanya tak berhasil mendapatkan akal untuk cari gara-gara dengan dirinya.

Tampak Tang Sam Kauw perlahan-lahan bangun berdiri dan mengambil teko arak untuk mengisi penuh sebuah cawan setelah itu sambil tertawa merdu ujarnya, “Siauw siangkong bisa tinggalkan kemewahan untuk menutupi asal usul sendiri tindakan ini patut dianggap sebagai sifat seorang gagah. Siauw moy hormati dirimu dengan satu cawan arak sebagai tanda minta maafku.

“Di depan orang banyak gadis itu bertindak sangat mesra terhadap sang pemuda agaknya ia menganggap disisinya sendiri cuma sekali tak ada seorang manusiapun.

Siauw Ling jadi gelagapan dibuatnya, dalam hati sebenarnya ia ada maksud untuk mengucapkan beberapa kata merendah kemudian menolak penghormatan arak tersebut.

Tiada sangka tindak tanduknya ternyata merupakan kebalikan dari apa yang dipikir dalam hatinya perlahan-lahan ia bangun sendiri dan menerima angsuran cawan arak tersebut.

“Nona Tang terlalu memuji!”serunya.

Tanpa banyak cakap lagi ia teguk habis cawan tersebut.

Tang Sam Kauw sendiripun mengikuti jejaknya menghabiskan isi arak yang ada dicawannya sendiri.

Menanti kedua orang itu selesai saling memberi hormat, Ciu Cau Liong baru tersenyum dan angkat cawan araknya sendiri.

“Kalian berdua bersusah payah suka melakukan perjalanan sejauh ribuan li untuk datang memberi muka kepada siauwte disini. Aku hormati dulu kalian dengan secawan arak.

“Manusia ini berhati licik, setiap saat ia memperhatikan situasi di sekeliling tempat itu.

Sewaktu-waktu dilihatnya paras muka Than Tong berubah hebat karena takut terjadi banyak keributan lagi maka buru-buru ia angkat cawannya untuk memberi hormat.

Terpaksa Kiam Bun Siang Ing angkat cawannya sendiri untuk menerima penghormatan tersebut.

Sifat dari Tang Sam Kauw selama ini mengikuti perasaan hatinya sendiri, pakaian butut serta compang camping dari Siauw Ling sebetulnya sangat tidak sedap dipandang. Pada mulanya Tang Sam Kauw tidak memandangnya dihati tetapi sesudah diperhatikan lebih teliti, jantungnya terasa mulai berdebar keras.

Ia menemukan kalau pemuda itu bukan saja berwajah tampan bahkan memiliki sikap yang sangat gagah semangat kependekaran, apalagi sepasang biji matanya yang jeli laksana bintang timur benar-benar amat mempesonakan sekali.

Sejak kecil gadis itu dibesarkan dalam keluarga Tang yang punya nama besar di dalam dunia persilatan. Selama ini ia bersikap binal dan ingin menang sendiri baik dalam rumah maupun sewaktu berkelana.

Orang-orang Bulim kebanyakan mengalah tiga bagian terhadap dirinya karena takut mengikat permusuhan dengan keluarga Tang, selama puluhan tahun ini sifatnya itu makin berubah jadi suatu sikap yang congkak dan mirip dengan kuda binal yang terlepas dari kandang, setiap kemauannya tak bakal bisa dicegah oleh orang lain.

oo0oo
Kini ia sudah menaruh rasa simpati terhadap Siauw Ling. Sekalipun berada dihadapan orang banyak gadis itupun tidak malu untuk geserkan tempat duduknya kesisi pemuda tersebut.

Si jagoan tanpa bayangan Than Tong dengan dinginnya memandang sekejap ke arah Tang Sam Kauw. Lalu perlahan-lahan ia bangun berdiri.

“Siauw heng! Akupun ingin menghormati dirimu dengan secawan arak”katanya.

Sembari berkata tangan kanannya mengambil cawan araknya lalu diangsurkan ke depan.

Siauw Ling yang masih ingat akan persilatan menyentil jari, menotok jalan darahnya tadi dalam hati lantas mempunyai dugaan kalau penghormatan araknya kali inipun tentu mengandung maksud tidak baik.

Sinar matanya berkilat diam-diam ia kerahkan hawa khiekang Kan Cing Kang hanya untuk melindungi seluruh badan.

Baru saja ia ada maksud untuk menerima angsuran cawan arak tersebut mendadak tampaklah sebuah tangan yang halus putih dan lembut melintang dihadapannya disusul suara tertawa merdu dari Tang Sam Kauw.

“Hiii, hiii… arak ini kau tidak usah minum biarlah aku yang wakili dirimu!”katanya.

Kelima jari sijagoan pedang tanpa bayangan Than Tong yang mencekal cawan diamdiam sudah disalurkan hawa kweekang, ia bermaksud menunggu Siauw Ling menerima angsuran cawan araknya, maka secara diam-diam segera melancarkan satu serangan kilat menotok urat nadinya.

Siapa sangka dari tengah jalan muncul seorang penghalang Tang Sam Kauw ternyata hendak turun tangan ikut campur di dalam urusan itu. Bukan begitu saja bahkan ia sudah wakili pemuda itu untuk minum arak tersebut.

Gerakannya itu dilakukan sangat cepat bagaikan sambaran kilat dimana pergelangan tangannya yang halus menyambar lewat cawan arak tersebut tahu-tahu terjatuh ketangannya.

Siauw Ling yang melihat Tang Sam Kauw telah mewakili dirinya untuk merebut cawan arak itu dalam hati lantas merasa bila ia bermaksud baik terhadap dirinya terpaksa ia duduk kembali tak bergerak.

“Nona Sam Kauw!”teriak Than Tong dengan dingin. “Bilamana kau orang ada maksud untuk adu minum arak dengan cayhe sekalipun harus bertaruh nyawa aku orang she Than akan melayani dirimu. Terus arak ini adalah penghormatan cayhe terhadap Siauw heng, kenapa kau sudah turun tangan merebutnya? Hmm! Apakah nona Sam Kauw ada maksud hendak membuat malu diriku?”“Hmm! perduli bagaimanapun secawan arak ini bakal diminum manusia siapa yang minumkan sama saja!”Potong gadis itu ketus selesai bicara ia meneguk isi cawan itu hingga habis.

Air muka Than Tong berubah hebat tetapi akhirnya ia menahan rasa gusar dihatinya.

Tenaga dalam yang sudah dikumpulkan ke dalam kelima jarinyapun segera batal melancarkan serangan.

Ciu Cau Liong yang melihat situasi semakin lama berubah semakin menegang. Bilamana diteruskan lebih lanjut keadaan akan bertembah semakin parah, barulah bangun berdiri.

“Toa Cungcu masih menantikan kedua tangan saudara sekalian di dalam perkampungan seharusnya kita cepat-cepat pulang”teriaknya.

Tidak menanti Kiam Bun Siang Ing memberi komentar ia sudah ulapkan tangannya.

“Kembali ke dalam perkampungan,”perintahnya.

Para jago yang ada di sekeliling tempat itu segera pada bangun berdiri dan turun dari loteng.

Dengan wajah dingin dan kaku Kiam Bun Siang Ing pun terpaksa ikut bangun meninggalkan tempat duduknya.

Paras muka Tang Sam Kauw masih penuh dihiasi dengan senyuman manis sambil mengikuti dari sisi Siauw Ling ia turun dari loteng tersebut.

Setibanya di depan pintu rumah makan, sejak semula sudah ada orang yang menuntun sudah menanti kedatangan mereka.

Ciu Cau Liong sebagai majikan dengan hormatnya mempersilahkan Kiam Bun Siang Ing naik keatas kuda terlebih dulu, kemudian sambil menoleh ke arah sang gadis ujarnya, “Tandu dari nona Sam Kauw sudah dipersiapkan.

““Tidak, aku mau naik kuda!”potong gadis itu cepat.

“Haa, haa, haa… untung saja Siauwte sudah sediakan kuda lebih, nona Sam Kauw! Silahkan naik kuda.

“Tang Sam Kauw tidak langsung meloncat naik keatas kudanya, sebaliknya kepada Siauw ling ia berbisik, “Eeei, kau harus waspada agaknya Kiam Bun Siang ing ada maksud hendak mencelakai dirimu.

“Ia merandek sejenak kemudian sambungnya, “Tapi kau jangan takut aku akan selalu jalan bersama-sama dirimu.

“Ia menerima angsuran tali les kuda dari tangan Ciu Cau Liong untuk kemudian diserahkan kepada Siauw Ling, sedang ia sendiri meloncat naik keatas punggung kuda yang lain.

Menanti Siauw Ling pun telah naik keatas pelana Ciu Cau Liong baru berjalan mendekati mereka.

“Nona Sam Kauw, Siauw heng berjalan perlahan-lahan Siauwte akan berangkat terlebih dulu,”katanya.

“Jie Cungcu silahkan berangkat terlebih dulu,”jawab Tang Sam Kauw cepat. “Oh yaa sekalian nasehati pada Kiam Bun Siang Ing lebih baik jangan cari penyakit buat dirinya sendiri.

““Haaa… haaa… jangan kuatir setelah tiba diperkampungan Pek Hoa Sanceng kami. Aku berani tanggung mereka timbulkan banyak urusan.

“Tali kudanya disentak, ia melakuakn perjalanan terlebih dulu meninggalkan sepasang muda mudi itu dibelakang.

“Kitapun harus berangkat”seru Tang Sam Kauw kemudian sambil menoleh sekejap kerah sang pemuda itu lalu tertawa.

Telapak tangannya menghajar perlahan keatas pantat kuda yang ditunggangi Siauw Ling.

Di tengah suara ringkikan kuda yang amat keras, mereka bersama-sama melanjutkan perjalanan ke arah depan.

Lari kuda laksana terbang, hanya di dalam sekejap mata mereka sudah melalukan perjalanan sejauh enam tujuh li.

“Eeei, apa yang kau pikirkan?”tiba-tiba terdengar Tang Sam Kauw menegur sambil tertawa geli sewaktu dilihatnya Siauw Ling duduk terpekur di atas kuda, agaknya dia sedang memikirkan sesuatu yang membingungkan hatinya.

“Aku sedang memikirkan seseorang.

““Siapa?”tanya gadis itu dengan alis yang dikerutkan rapat-rapat. “Lelaki atau perempuan?”Yang dipikirkan Siauw Ling pada saatini bukan lain adalah Gak Siauw-cha. Diam-diam batinnya.

“Aaakh, bilamana gadis yang melakukan perjalanan bersama-sama pada saat ini bukan lain adalah enci Gak yang aku pikirkan siang dan malam, sungguh hal ini merupakan satu kejadian yang sangat menyenangkan.

“Mendengar pertanyaan tadi perlahan-lahan ia menoleh kesamping sewaktu dilihatnya wajah gadis tersebut sangat cemas dan sedang menanti jawabannya, dasar sang pemuda yang tidak biasa berbohong apa yang ia pikirkan tanpa terasa sudah diucapkan keluar dengan sejujur-jujurnya.

“Aku sedang pikirkan seorang gadis”sahutnya tanpa terasa.

Paras muka Tang Sam Kauw kontan berubah hebat, tetapi sebentar kemudian ia sudah tertawa tawar.

“Gadis itu tentunya seorang gadis yang sangat cantik sekali bukan?”ujarnya. “Aku tahu gadis yang kau pikirkan tentu tidak bakal sejelek wajahku.

““Ehmm, kau sangat cantik”kata Siauw Ling sambil memperhatikan gadis itu tajamtajam.

“Cuma tak ada keluwesan dan kehalusan budi seperti enciku.

““Ooouuw jadi kau sedang memikirkan encimu?”teriak Tang Sam Kauw kegirangan, rasa cemburu yang semula meliputi wajahnya seketika itu juga tersapu lenyap.

Belum sempat Siuaw Ling memberikan jawabannya terdengarlah suara derapan kuda yang ramai bergema datang memecahkan kesunyian, tampak Ciu Cau Liong sambil tersenyum dan merangkap tangannya menjura datang menghampiri.

“Maaf… maaf siauwte telah mengganggu pembicaraan kalian berdua!”serunya nyaring.

“Ada urusan apa?”tanya sang pemuda.

“Akh… tidak! cuma urusan kecil, ada beberapa orang kawan Bulim yang mencari garagara di dalam perkampungan kami, maka dari itu harap kalian berdua suka melakukan perjalanan perlahan-lahan. Siauwte akan pulang dulu ke dalam perkampungan. Heeei, heee maaf, maaf, sebetulnya di dalam urusan ini siauwte tidak ingin mengganggu kalian berdua, cuma takut kalian sewaktu masuk ke dalam perkampungan sudah salah anggap siauwte tidak menyambut maka itu terpaksa aku orang beri tahu dulu urusan ini kepada kalian.

“Sehabis berkata ia sentak tali les kudanya siap hendak meninggalkan tempat itu.

“Jie Cungcu, tunggu sebentar!”tiba-tiba terdengar gadis itu berteriak.

“Nona Sam Kauw ada urusan apa?”“Jie Cungcu! tahukah kau orang jagoan dari aliran manakah yang sudah mencari garagara ke dalam perkampungan Pek Hoa Sanceng?”“Ooouw… heee heee! Siauwte baru saja mendapatkan kabar jadi belum begitu jelas.

““Kalau memang ada orang yang berani mencari gara-gara ke dalam perkampungan seharusnya cayhe sekalian berangkat bersama-sama, ada kemungkinan malah bisa membantu Ciu heng?”tiba-tiba Siauw Ling menimbrung.

“Aaakh… cuma urusan kecil, siauwte mana berani mengganggu Siauw heng serta nona Sam Kauw?”“Membantu sahabat memang suah seharusnya.

““Walaupun begitu, hanya urusan kecil tempat merepotkan kalian berdua. Hal ini benarbenar membuat hati Siauwte merasa kurang tenteram.

““Sudah… sudahlah!”potong Tang Sam Kauw kurang sabaran. “Menolong orang seperti menolong api, kita harus cepat-cepat berangkat.

“Tidak menanti jawaban lagi ia menyentak tali les kudanya kemudian melanjutkan perjalanan terlebih dulu.

Tiga ekor kuda dengan kecepatan bagaikan kilat berlari tiada hentinya di atas jalan raya yang terbuat dari batuan gunung itu.

Orang yang melakukan perjalanan dijalan raya itu amat sedikit sekali, tetapi bangunannya amat lebar dan luas. Dikedua belah sisi jalan ada pohon Liuw amat rindang.

pemandangan disana benar-benar sangat menarik.

Seteloah mengitari sebuah bukit batu yang menonjolkan keluar pemandangan mendadak berubah.

Beratus-ratus macam bunga yang beraneka warna dan menyiarkan bau harum tumbuh memenuhi permukaan tanah bahkan menghalangi perjalanan selanjutnya.

Baru saja mereka bertiga samapi disana dari balik gerombolan bunga-bunga yang beraneka warna itu muncullah beberapa orang pemuda berbaju hijau dengan sikap yang sangat menghormat.

“Haaa, haa, kita sudah tiba diperkampungan,”seru Ciu Cau Liong sambil tertawa dan meloncat turun dari atas punggung kudanya.

Tang Sam Kauw serta Siauw Ling pun bersama-sama meloncat turun dari punggung kuda, beberapa orang pemuda berbaju itu segera menerima tali les ketiga ekor kuda itu lalu menuntunnya ke arah sebelah kanan dari gerombolan bunga-bunga itu dan lenyap tak berbekas.

Siauw Ling yang pernah belajar ilmu dari Cung San Pek selama beberapa tahun lamanya, bukan saja berhasil memperoleh seluruh kepandaian silatnya bahkan mempelajari pula berbagai macam barisan aneh yang ada di dalam kolong langit. Kini di dalam sekali pandang ia bisa menangkap bila tumbuhan bunga-bunga yang berada warna itu diatur sesuai dengan barisan Ngo Heng, tak kuasa lagi sambil tersenyum ujarnya, “Ciu heng barisan Ih Khie Tin yang terkendung di dalam kumpulan bunga ini benar-benar luar biasa sempurnanya.

“Di atas wajah Ciu Cau Liong terlintaslah suatu perasaan terkejut, tetapi sebentar kemudian sudah lenyap tak berbekas, ia tersenyum.

“Suatu permainan anak kecil harap Siauw heng jangan mentertawakannya.

“Siauw Ling pada saat ini tak ada arah tujuan, sedang Ciu Cau Liong pun selalu memanjakan dan bersikap baik terhadap dirinya bagaimana mungkin pemuda hijau yang baru saja terjunkan dirinya ke dalam dunia persilatan ini tidak terjatuh ke dalam perangkapnya?”Tampak ia setelah menyapu sekejap kesekeliling tempat itu lalu sambungnya lagi, “Eeehmm perubahan aneh yang ditimbulkan oleh barisan ini kita atur pula sebuah barisan kebalikan dari Ngo Heng Jin, maka kesempurnaannya akan jauh lebih dahsyat lagi.

“Mendengar perkataan tersebut Ciu Cau Liong semakin terperanjat lagi pikirnya, “Usia pemuda ini masih sangat muda tetapi kepandaian silatnya benar-benar luar biasa dahsyatnya. Bahkan pengetahuannya sangat luas untung saja menerjunkan diri ke dalam dunia persilatan dan belum mengerti akan kelicikan dan kekejaman dari persoalan dunia kangouw, jika tunggu beberapa tahun lagi ia tentu akan jadi seorang jagoan berbakat alam nomor wahid di dalam Bulim, aku harus menggunakan dirinya sekarang juga atau bilamana gagal dia harus cepat dibunuh.

“Siauw Ling yang lama sekali tidak mendengar suara pembicaraan serta tertawa dari Cungcu kedua perkampungan Pek Hoa Sanceng ini dalam hati masih mengira kritiknya barusan ini sudah menyinggung perasaan orang itu buru-buru tambahnya lagi, “Aaakh, harap Ciu heng jangan marah, jadi siauwte lagi berpikir bagaimanakah caranya untuk menahan Siauw heng beberapa hari lagi disini sehingga siauwte punya kesempatan untuk minta beberapa petunjuk dari dirimu.

“Demikianlah mereka berdua mulai membicarakan kesempurnaan serta kelihayan dari barisan-barisan bunga yang ada disana serta bagaimanakah hebatnya bilamana dijalur barisan Ngo Heng Tin, selama ini Tang Sam Kauw tidak pernah ikut ambil bicara.

Dengan sifatnya yang sombong, jika pada hari-hari biasa mungkin sejak semula ia sudah tinggalkan tempat itu. Tetapi pada saat ini ia sangat jinak dan dengan kalem dan halusnya mengikuti terus disisi Siauw Ling.

Setelah melalui barisan bunga seluas puluhan kaki sampailah mereka disebuah butan bambu yang bergoyang dan melambai tertiup angin pemandangan segera berubah.

Bayangan loteng serta bangunan megah mulai bermunculan.

Dua belah pintu besar berwarna hitam pada saat itu sudah terpentang lebar-lebar. Dua belas orang berpakaian singsat dengan menggembol senjata golok tunggal berdiri dikedua belah sisi pintu besar.

Perlahan-lahan Siauw Ling alihkan pandangannya ke arah orang-orang itu, tampaklah kedua belas orang berbaju hitam tersebut mempunyai perawakan yang sama besarnya.

Mereka rata-rata merupakan pemuda kekar yang baru berusia dua puluh dua, dua puluh tiga tahunan.

Kepalanya terbungkus dengan kain sutera hijau. Kakinya memakai kain pembalut putih pada ujung gagang golok berkibarlah sebuah jambul merah sepanjang dua depa.

Melihat hal tersebut pemuda itu jadi tertegun, pikirnya, “Orang-orang ini memakai pakaian singsat dan pada menggembol golok, lagaknya seperti lagi menantikan kedatangan musuh tangguh. Sebetulnya apa maksud mereka?”“Haaayaa…!”tiba-tiba terdengar Tang Sam Kauw berteriak sambil tertawa merdu. “Jie Cungcu! kau telah menggunakan cara penyambutan yang demikian besarnya untuk menyambuti kedatangan kita, kami bagaimana berani untuk menerimanya?”“Aaakh… sungguh memalukan sekali.

“diam-diam Siauw Ling berteriak jengah, kiranya mereka hanya sedang menyambut kedatangan tamu, untung saja aku tidak bertanya.

““Haaa haaa Siauw heng baru datang mengunjungi perkampungan kami untuk pertama kalinya. Sudah seharusnya aku menggunakan cara penyambutan yang lengkap untuk menyambut kedatangannya,”sahut Ciu Cau Liong tertawa.

Mendadak ia merasa perkataannya melupakan diri Tang Sam Kauw sigadis tersebut buruburu sambungnya pula, “Walaupun nona Sam Kauw sudah lama berkenalan dengan siauwte tetapi kedatanganmu kali inipun justru dikarenakan hendak memenuhi undangan siauwte, ada seharusnya pula aku menyambut kedatanganmu dengan penyambutan besar!”“Akh… menyambut dirinya juga sama saja!”kata gadis itu tersenyum.

Mendengar perkataan tersebut sambil tertawa Ciu Cau Liong menoleh dan memandang sekejap ke arah gadis tersebut.

Waktu itulah Tang Sam Kauw baru merasa bila perkataannya ini ada sedikit penyakit, wajahnya jadi terasa panas dan berubah merah padam saking jengahnya.

Sebaliknya Siauw Ling sama sekali tidak merasa. Dengan langkah lebar ia melanjutkan langkahnya kedalam.

Ketika mendekati pintu besar mendadak kedua belas orang lelaki itu menggerakkan golok ditangannya secara serempak.

Tampak cahaya golok berkelebat menyilaukan mata, jambul merah yang ada pada ujung gagang golok berkibar menari-nari tertiup angin, dengan cepat posisi kedua belas orang itupun berubah seratus persen.

Golok di tangan kanannya kini menunjuk keatas permukaan tanah sedang tangan kirinya disilangkan di depan dada, badan membungkuk kepala menunduk, sikapnya sangat menghormati sekali.

Untuk beberapa saat lamanya Siauw Ling jadi kebingungan. Apa yang harus diperbuat untuk balas menghormat terhadap orang-orang itu, tanpa terasa lagi langkahpun jadi berhenti.

Dengan langkah lebar Ciu Cau Liong segera menyusul kesisi tubuhnya dan menarik tangan sang pemuda itu untuk diajak masuk.

“Siauw heng silahkan masuk!”serunya.

Setelah memasuki pintu besar, suara irama yang merdu mulai berbunyi memenuhi ruangan. Dia belas orang gadis berpakaian warna warni dengan membawa berbagai macam alat-alat musik perlahan-lahan munculkan diri sambil memperdengarkan suara nyanyian yang merdu.

Ciu Cau Liong buru-buru menyingkir mempersiapkan Siauw Ling melangkah masuk ke dalam terlebih dulu, setelah melewati sebuah jalan kecil yang terbuat dari batu pualam putih sampailah mereka di dalam suatu ruangan yang amat besar.

Keadaan di dalam ruangan itu amat mewah sekali, lantainya tertutup dengan permadani berwarna merah darah, dindingnya terbuat dari pualam-pualam putih sedang di atas meja tersusun berbagai macam barang antik yang mahal harganya, di atas dinding tergantung pula lukisan orang-orang kenamaan dari skala yang telah lewat.

Empat orang dayang cantik berbaju sutera putih dengan membawa nampan dari batu pualam perlahan-lahan maju menyambut kedatangan mereka.

“Kalian berdua silahkan duduk sebentar!”ujar Ciu Cau Liong kemudian dengan hormatnya “Siauwte akan undang Toa Cungcu untuk bertemu dengan kalian.

““Aaah…. jangan….

. jangan!”cegah Siauw Ling dengan cepat. “Penyambutan yang demikian mewahnya sudah membuat hati siauwte jadi kurang tenang. Sekarang aku orang mana berani mengganggu ketenagan dari Toa Cungcu kalian.

“sebaliknya di dalam hati ia mulai menaruh rasa curiga.

“Selama dalam perjalanan datang tadi aku sama sekali tidak melihat jejak apapun. Apa mungkin orang yang datang ke dalam perkampungan adalah kawan-kawan dari perkampungan Pek Hoa Sanceng?? Sedang orang yang mengirim berita kurang tahu utusan sehingga salah melapor??”pikirnya dalam hati.

“Terus terang saja siauwte beritahu kepada Siauw heng serta nona Sam Kauw,”ujar Ciu Cau Liong lagi. “Saudara angkat dari siauwte ini selamanya paling jarang menemui tamu, tetapi Siauw heng adalah seorang thayhiap yang namanya sudah terkenal diseluruh dunia persilatan, sedang nona Sam Kauw pun merupakan putri kesayangan dari keluarga Tang yang sangat terkenal, tidak seharusnya kalau siauwte tidak undang Toa Cungcu untuk menemui kalian.

“Sehabis berkata ia putar badan dan berlalu. Tetapi baru saja berjalan beberapa langkah mendadak ia menghentikan kembali langkahnya.

Kiranya secara mendadak ia sudah teringat sesuatu jika dia telah pergi dan Siauw Ling menanyakan keadaan yang sebenarnya dari perkampungan Pek Hoa Sanceng sehingga Tang Sam Kauw tanpa bisa dicegah sudah membocorkannya, bukankah hal ini akan menjadikan urusan kurang leluasa baginya??? Perkenalannya dengan Siauw Ling pada saat ini belum terlalu lama, terhadap sifatnyapun pemuda itu belum mengerti jelas. Jikalau gadis tersebut sampai membocorkan rahasianya dan Siauw Ling lantas pamit pergi bukankah rencana yang sudah disusun selama ini akan tersia-sia belaka?? Karena itu buru-buru ia memanggil seorang pelayan berbaju putih untuk dibisiki beberapa patah kata.

Pelayan cantik itu dengan cepat berlalu dari sana sedang ia sendiri lantas kembali ke tempat semula.

“Jika siauwte pergi sebenarnya terasa olehku ada kurang leluasa di dalam penyambutan terhadap kalian,”ujarnya sambil tersenyum.

“Aaakh tak mengapa. Ciu heng silahkan berlalu!”seru Siauw Ling dengan cepat.

“Tidak perlu, tidak perlu, siauwte sudah suruh orang lain untuk mengundang Toa Cungcu datang. Hii, Jie Cung dari perkampungan Pek Hoa Sanceng bisa menyambut kedatangan tetamunya dengan memakai segala macam upacara kebesaran aku baru melihat untuk pertama kalinya,”kata Tang Sam Kauw sambil tertawa cekikikan.

“Walaupun siauwte baru kenalan untuk pertama kalinya dengan Siauw heng, tetapi persahabatan kita terasa berjalan semakin kuat, semoga saja Siauw heng bisa pula menganggap aku orang she Ciu sebagai kawan akrab.

““Sudah tentu, sudah tentu, siauwte bisa menerima penghargaan dari Ciu heng. Dalam hati sudah merasa sangat beruntung sekali,”potong Siauw Ling dengan cepat.

Ketika itulah tampak tiga orang pelayan cantik berbaju putih dengan membawa nampan pualam putih berjalan mendekat sambil menyuguhkan secawan teh wangi.

Siauw Ling lantas menerima cawan air teh itu dan diminumnya seteguk.

“Waaah teh bagus, teh wangi,”pujinya setelah merasakan wanginya air teh itu.

Ia sudah ada lima tahun lamanya tinggal di atas gunung. Selama ini yang diminum adalah teh kasar, yang dimakan adalah nasi tawar. Kini sesudah mencicipi teh kenamaan sudah tentu segera merasakan kenikmatan yang berlipat ganda.

Ciu Cau Liong sewaktu melihat sikap serta tindak tanduk dari pemuda itu sekali lagi bukan pura-pura, diam-diam hatinya merasa kegirangan.

“Aaakh haaa agaknya tanpa bersusah payah aku bakal berhasil menjebak dirinya untuk bantu pihakku,”pikirnya dalam hati.

Dalam hati ia berpikir demikian, diluar ia menjawab dengan lantang.

“Teh ini adalah teh Kiok Swie Siang yang ditanam dalam perkampungan kami. Siauw heng bisa menebak benar teh tersebut dalam sekali tebakan. Jelas menunjukkan kalau pengetahuanmu amat luas”katanya.

Siauw Ling yang sudah disanjung terus oleh Ciu Cau Liong tanpa terasa ia mulai menaruh rasa simpati terhadap dirinya.

Mendadak Tang Sam Kauw melototkan matanya bulat-bulat dan menyapu sekejap kesekeliling tempat itu.

“Perkampungan kalian tidak tampak tanda-tanda kesiap siagaan apakah orang yang mencari gara-gara di dalam perkampungan ini sudah pergi?”tanyanya.

“Walaupun bentrokan-bentrokan dengan orang Bulim sulit untuk dihindari tetapi mengikat permusuhan rasanya bagi perkampungan kami.

““Hmm, di dalam Bulim siapa yang tidak memutuskan tahu sifat kalian dua bersaudara.

“Ciu Cau Liong mendehem keras-keras memutuskan perkataan selanjutnya.

“Walaupun kali ini nona Sam Kauw diundang datang oleh siauwte sehingga harus melakukan perjalanan jauh, tetapi bisa berkenalan dengan Siauw Thayhiap rasanya boleh dikata perjalananmu tidak sia-sia belaka,”ujarnya cepat. “Bilamana dikemudian hari kalian berdua bisa bersama-sama, berkelana di dalam Bulim enghiong serta gadis cantik bisa berpadu menjadi satu berita itu dengan cepat pasti akan menggemparkan seluruh dunia persilatan.

“Mendengar perkataan tersebut hati Tang Sam Kauw terasa jadi hangat, ia menoleh ke arah Siauw Ling dan tersenyum manis.

“Aku rasa mungkin aku orang tak ada rejeki yang sedemikian besarnya,”ujarnya perlahan.

Dalam hati agak Siauw Ling juga merasakan sesuatu hanya saja ia tak begitu paham apa maksud perkataan yang sebenarnya dari Ciu Cau Liong tadi, sehingga sikapnya agak tertegun.

“Mana, mana,”katanya.

Selagi pemuda itu dibuat gelagapan mendadak tampaklah seorang pelayan cantik berbaju putih dengan langkah tergesa-gesa dan amat gesit berlari mendekati ketiga orang itu jelas ia memiliki ilmu silat yang lumayan juga.

“Toa Cungcu menantikan kedatangan tamu terhormat di atas loteng Wang Hoa Loo,”lapornya sambil membungkuk memberi hormat.

“Bagus sekali,”sahut Ciu Cau Liong sambil ulapkan tangannya ia segera bangun berdiri dan menjura ke arah Siauw Ling katanya, “Silahkan Siauw heng suka melalukan perjalanan naik keatas loteng…”“Sudah ada seharusnya siauwte menyambangi diri Toa Cungcu.

“Dengan dipimpin oleh Ciu Cau Liong mereka bertiga melewati dua buah ruangan yang lebar kemudian berjalan menembusi sebuah halaman yang sangat luas.

Akhirnya sampailah mereka bertiga di depan sebuah loteng tinggi yang terbuat dari batuan hijau dengan dikelilingi oleh pohon siong serta beraneka warna bunga yang menyiarkan bau semerbak.

Tinggi loteng itu ada sembilan kaki lebih. Arsitek pembangunannya sangat menarik megah dan kokoh sekali.

Dengan dihantar Ciu Cau Liong mereka berdua menaiki sebuah anak tangga yang amat panjang sekali untuk naik keatas puncak loteng tersebut.

Loteng batu itu seluruhnya berjumlah tiga belas tingkat. Setiap tingkat dijaga oleh seseorang yang semakin keatas usia semakin besar. Ketika tiba pada tingkat yang kedua belas, orang yang menjaga pintu loteng itu adalah seorang kakek tua yang rambut serta jenggotnya sudah pada memutih semua.

Mulai tingkat pertama sampai tingkat ketujuh orang-orang penjaga pintu itu masih menaruh rasa hormat terhadap diri Ciu Cau Liong tetapi semakin meningkat sikap penjaga pintu itu semakin dingin dan tawar.

Menanti setelah tiba ditingkat yang kesepuluh penjaga pintu itu sama sekali tidak menghalangi, ia melanjutkan perjalananpun sudah terasa sangat beruntung.

Melihat seluruh kejadian itu dalam hati Siauw Ling mulai berkecamuk berbagai pikiran.

“Sebetulnya macam apakah Toa Cungcu mereka ini? Sungguh besar sekali ambisinya!”batinnya dalam hati.

Pada waktu itulah mereka betiga sudah tiba di atas loteng tingkat ketiga belas.

Ciu Cau Liong berebut maju satu langkah ke depan lalu dengan hormatnya menjura.

“Siauwte Ciu Cau Liong memberi hormat buat Toako,”sapanya.

Ia menyincing pakaian siap-siap menjatuhkan diri berlutut.

“Ciute tak usah banyak adat!”cegah orang yang ada dalam balik ruangan dengan suaranya yang serak dan kasar.

Ketika Siauw Ling menoleh ke arah dalam ruangan loteng tampaklah di atas sebuah kursi kebesaran yang bersandar dekat dinding sebelah utara duduklah seorang siucay bungkuk berusia pertengahan dengan jenggot hitam sepanjang dada dan memakai jubah potongan sastrawan.

Wajahnya berwarna merah padam keningnya menonjol tinggi alisnya tebal dengan mulut yang lebar sikapnya amat gagah dan membuat setiap orang merasa jeri.

Bilamana dia tidak bungkuk maka sikapnya tentu akan jauh lebih mengerikan lagi.

Ciu Cau Liong perlahan-lahan bangun berdiri lalu dengan sangat hormatnya berdiri disisi orang itu.

“Saudara ini adalah Siauw Ling, Siauw thayhiap yang baru saja mengikat tali persahabatan dengan siauwte,”ujarnya sambil menuding ke arah pemuda tersebut.

“Eehmm jagoan jaman sekarang memang benar-benar luar biasa sekali,”puji si siucay bongkok itu sambil mengangguk.

Siauw Ling yang mendengar nada ucapannya amat sombong, ia segera ulapkan tangan kanannya.

“Siauwte Siauw Ling adanya, tolong tanya siapakah nama besar dari Loo heng”sapanya.

Mendengar perkataan itu air muka Ciu Cau Liong berubah hebat. Dalam hati ia merasa sangat kuatir sekali bilamana Toanya secara tiba-tiba mengumbar hawa marah, kemudian mengusir tetamunya dari loteng tersebut.

Dia yang sudah mengetahui bagaimanakah sifat dari Toakonya, sudah tentu mengerti pula peristiwa yang bakal dilakukan olehnya.

Siapa sangka urusan sudah terjadi diluar dugaan, tampak si siucay bongkok itu cuma tersenyum.

“Cayhe adalah Jen BoK Hong dengan julukan Hiat Im Ci atau sibayangan berdarah kau puas bukan?”sahutnya.

“Ooow kiranya Jen heng, selamat bertemu!”Sebaliknya Tang Sam Kauw yang ada disisinya merasakan badannya gemetar amat keras.

Walaupun mengetahui nama besar dari perkampungan Pek Hoa Sanceng yang ditakuti oleh setiap jagoan Bulim, tetapi ia sama sekali tidak mengetahui kalau Toa Cungcu dari perkampungan Pek Hoa Sanceng tersebut sebenarnya bukan lain adalah sibayangan berdarah yang ditakuti oleh semua orang.

Dengan cepat ia majukan diri untuk menjura.

“Siauwli sering mendengar nenekku membicarakan tentang Jen Loocian.

“Sebenarnya ia hendak mengucapkan kata-kata “Jen Locianpwee”, tetapi sewaktu teringat kalau tingkatan dirinya adalah setingkat dengan Ciu Cau Liong sedang sibayangan berdarah itu adalah kakak angkatnya sudah tentu tidak seharusnya dan tidak sepatutnya ia menyapa siucay bungkuk tersebut dengan sebutan Jen Locianpwee.

Maka dari itu perkataan yang sudah diucapkan sampai di tengah jalan mendadak terpotong putus.

Agaknya Jen Bok Hong mengerti kesulitan dalam hatinya, ia tertawa tawar.

“Cayhe dengan Tang Loo Thay memang pernah bertemu beberapa kali,”sambungnya.

“Tetapi dalam Bulim dalam tingkatan tua atau muda, kita masing-masing mengikat persahabatan sendiri-sendiri saja.

““Perkataan ini sedikitpun tidak salah”sambung Siauw Ling secara mendadak. “Cayhepun selamanya paling setuju bilamana mengikat persahabatan dengan orang lain dalam tingkatan yang sama.

“Selama ini ia selalu mengingat-ingat pesan wanti-wanti dari Lam Ih Kong yang memerintahkan padanya supaya memanggil mau menegur siapapun dalam tingkatan yang sama, baik itu terhadap sastrawan maupun terhadap jagoan Bulim macam apapun.

“Heee suatu persahabatan dalam tingkatan sama yang amat bagus”seru Jen Bok Hong sambil menghela napas.

Mendadak ia bertepuk tangan beberapa kali.

Diiringi suara yang amat keras dari atas dinding loteng disisinya secara tiba-tiba membuka sebuah pintu yang amat besar disusul munculnya empat orang gadis cantik berbaju merah yang ditangannya membawa sebuah bangku batu yang amat indah sekali.

Dengan langkah yang amat gesit gadis-gadis cantil itu berjalan kesisi beberapa orang itu kemudian meletakkan bangku batu tersebut keatas lantai.

“Saudara berdua, silahkan duduk!”ujar Jen Bok Hong sambil tersenyum.

Dengan sikap yang sangat gagah Siauw Ling pertama-tama geserkan badan untuk ambil tempat duduk.

Tang Sam Kauw tersenyum iapun ikut mengambil tempat duduk disisi pemuda tersebut.

“Jie te. kaupun duduklah,”ujar Jen Bok Hong kemudian sambil menoleh sekejap ke arah Ciu Cau Liong.

“Terima kasih atas kebaikan Toako!”Dengan sikap yang amat hormat ia berjalan mendekati bangku batu tersebut lalu duduk dengan sikap yang gagah.

Melihat tindak tanduk dari kedua orang itu dalam hati Siauw Ling mulai berpikir, “Walaupun kedua orang ini menyebut dan menyapa satu sama lainnya dengan sebutan kakak beradik, tetapi rasa hormat dari Ciu Cau Liong terhadap sibayangan berdarah Jen Bok Hong sangat berlebihan, bahkan melebihi sikap hormat dari seorang murid terhadap gurunya sungguh aneh dan mengherankan sekali.

“Sewaktu ia lagi berpikir mendadak dari balik pintu batu dibalik dinding loteng kembali muncul empat orang gadis berbaju hijau yang di atas tangannya menyungging sebuah nampan yang berisikan cawan antik.

Sambil berjalan ke depan keempat gadis cantik itu bersama-sama dan serempak menjatuhkan diri berlutut di atas tanah dan diangkat tinggi secara nampan pualam itu jauh melebihi kepalanya sendiri.

“Hmm, sungguh hebat sekali penyambutan dari Jen Bok Hong ini,”pikir sang pemuda dalam hati. Ia mengangkat cawan antik itu, kemudian membuka tutupnya, terasalah segulung bau harum yang semerbak menusuk ke dalam hidunganya.

Ketika ia memperhatikan lebih teliti lagi maka tampaklah isi dari cawan tersebut bukan lain adalah semacam cairan kental berwarna hijau tua yang entah apa namanya.

Bentuk mirip arak tetapi bukan arak, mirip teh tetapi tidak mirip pula dengan teh.

Selagi ia rada kebingungan tampaklah Jen Bok Hong sambil menyapu sekejap ke arah mereka berdua ujarnya, “Karena aku orang tidak tahu akan kehadiran kalian beruda di dalam perkampungan sehingga tidak sampai menyediakan makanan lezat untuk menyambut kedatangan kalian, harap kalian berdua suka mencicipi teh Siong Sang Teh yang sudah berusia ribuan tahun ini sebagai pertanda penyambutan cayhe terhadap kalian.

“Selesai berkata pertama-tama ia meneguk habis dulu isi cawannya.

Perlahan-lahan Siauw Ling baru mengambil cawan tersebut, tetapi sewaktu dilihatnya gadis cantik itu masih juga berlutut di atas tanah dengan hati penuh keheranan tegurnya, “Eeeei nona silahkan bangun.

“Gadis berbaju hijau itu dongakkan kepalanya tersenyum, tetapi ia sama sekali tidak bergerak.

“Siauw heng silahkan minum teh”seru Ciu Cau Liong dari samping sambil tertawa.

Dengan alis yang dikerutkan rapat-rapat Siauw Ling lantas menerima cawan air teh itu dan meneguknya sampai habis menanti setelah ia meletakkan kembali cawannya di atas nampan pualam tersebut sang gadis baru bangun berdiri dan berlalu dari sana.

Perlahan-lahan Jen Bok Hong mengalihkan sinar matanya keatas wajah Siauw Ling.

“Siauw Loote belum lama munculkan diri dalam dunia persilatan tetapi dengan cepatnya berhasil memperoleh nama besar, cayhe rasa tentunya kau orang memiliki kepandaian silat yang luar biasa lihaynya bukan?”katanya.

Selagi Siauw Ling hendxak mengakui kalau Siauw Ling yang sangat terkenal di dalam Bulim sebenarnya adalah orang lain dan bukan dirinya, terdengar Jen Bok Hong sudah melanjutkan kembali perkataannya, “Siauw Loote, sukakah kau orang memamerkan beberapa macam kepandaian silatmu untuk cayhe lihat??”“Kepandaian silat dari Siauw heng siauwtepun pernah melihatnya sendiri. Sudah seharusnya kau menyanggupi permintaan Toako kami untuk pamerkan satu dua macam kepandaian untuk kita lihat”sambung Ciu Cau Liong pula.

“Aku menyaru sebagai Siauw Ling, walaupun pernah membantah dihadapan Ciu Cau Liong tetapi akupun belum pernah mengakui, bilamana pada saat ini secara tiba-tiba membantah, rasanya urusan ini rada sedikit keterlaluan,”pikir pemuda itu dalam hati.

Terdengar Jen Bok Hong berkata kembali, “Cayhe tentu tak akan membuat Siauw Loote merasa rugi, akupun pasti akan mengawasi dirimu memamerkan satu dua macam kepandaianku.

“Siauw Ling mulai merasakan hatinya berdebar-debar sinar matanya menyapu sekeliling tempat itu sedang dalam hati merasa bingung apa yang harus dipamerkan dihadapan beberapa orang itu.

“Siauw Loote apakah kau membutuhkan sesuatu??”tanya Jen Bok Hong sewaktu dilihatnya pemuda itu termenung. “Kalau hendak minta sesuatu katakan saja cayhe tentu akan perintahkan orang untuk mempersiapkannya!”Sinar mata Siauw Ling berputar mendadak matanya berhenti di atas tubuh keempat orang gadis berbaju merah yang berdiri sejajar didekat dinding, secara mendadak dalam hatinya telah teringat kembali dengan sebuah ilmu kepandaian “Hwee Sian Sin Ci”atau ilmu jari berputar dari Liuw sian Ci yang pernah dilatih selama puluhan tahun lamanya itu.

Segera ia menggape ke arah salah seorang gadis berbaju hijau.

“Tolong pinjamkan cawan antik yang ada di atas nampan pualam nona itu!”katanya.

Dara berbaju hijau itu memandang sekejap ke arah Jen Bok Hong kemudian dengan langkah yang perlahan berjalan mendekati sisi tubuh Siauw Ling berlutut dan menyungging nampan itu keatas.

“Bilamana Siauwte gagal harap sandang sekalian jangan mentertawakannya,”ujar Siauw Ling sembari mengambil cawan antik tersebut.

Walaupun perkataan ini bernadakan merendah saja, padahal merupakan kenyataan sekalipun pemuda ini berhasil memperoleh pelajaran ilmu silat dari Lam Ih Kong, Cung San Pek serta Liuw Sian Ci, tetapi kesempurnaannya tidak lebih cuma beberapa bagian saja. Dalam hati ia masih ragu-ragu terhadap apa yang berhasil ia capai.

“Haaa… haaa… Siauw heng tidak usah merendah lagi,”potong Ciu Cau Liong sambil tertawa. “Siauwte sekalian akan mengamati kehebatan dari permainan Siauw heng ini.

“Tang Sam Kauw yang melihat ia mengambil cawan antik diam-diam dalam hati merasa amat cemas, tak kuasa lagi ia berbisik lirih, “Saudara Siauw, Jen Bok Hong adalah jagoan yang mempunyai nama besar di dalam dunia persilatan. Bilamana kau mempunyai kepandaian yang aneh lebih baik disembunyikan saja.

“Tetapi urusan sudah mirip dengan anak panah yang dipentangkan di atas busur, mau tak mau harus dipanahkan juga.

Sekalipun dalam hati Siauw Ling tidak punya pegangan. Pada saat ini terpaksa juga ia harus keraskan kepala untuk melakukannya.

Perlahan-lahan ia bangun berdiri mengerahkan hawa kweekangnya lalu menggetarkan pergelangan tangannya ke depan cawan antik itu dengan menimbulkan suara desiran tajam segera melesat keluar melalui jendela.

Melihat kejadian itu Tang Sam Kauw cuma bisa menghela napas panjang.

“Heeei, cara menyambit senjata rahasia yang amat kasar inipun, dia berani pamerkan dihadapan orang lain. Sungguh memalukan sekali,”pikirnya.

Dalam hati gadis ini sudah menaruh rasa cinta terhadap Siauw Ling terhadap kehormatan serta kecemerlangannyapun ia sangat menaruh perhatian. Kini melihat pemuda itu menyambitkan cawan antik tersebut dengan cara yang amat sederhana, dalam hati tak terasa lagi merasa rada sedih sekali.

Cawan antik yang meluncur keluar dari jendela, bagaikan batu yang dilemparkan ke tengah samudra lenyap tanpa bekas.

Pada paras muka Ciu Cau Liong terlintaslah suatu perasaan keheranan, ia melirik sekejap ke arah Siauw Ling.

Sedangkan sikap dari Jen Bok Hong tetap keren dan serius, dengan sifatnya yang licik.

Ornag lain sulit untuk mengetahui bagaimanakah perasaannya pada waktu itu sebetulnya, sedang gusar atau girang! Sampai adik angkatnya sendiri Ciu Cau Liong yang mengikuti selama puluhan tahunpun sukar untuk menebak perasaan hatinya.

Suasana di atas loteng Wang Hoa Loo berubah jadi sunyi senyap saking tenangnya sampai kedengaran suara denyutan jantung-jantung setiap orang.

Siauw Ling yang melihat ilmu silatnya tidak memperlihatkan hasil dalam hati mulai merasa cemas pikirnya, “Aduuuh celaka apa mungkin aku sudah salah kerahkan tenaga dalam sehingga cawan antik itu terbang lurus atau mungkin tenaga yang aku kerahkan kurang, sehingga arah yang dituju meleset dan di tengah jalan sudah terbentur dengan sesuatu sehingga hancur?? Waaah kali ini aku akan perlihatkan kejelekanku dihadapan orang lain.

“Selagi hatinya merasa sangat cemas mendadak air muka Jen Bok Hong berubah hebat, tubuhnya buru-buru menyingkir kesamping menghindari jendela disisinya.

Sreeet…! Sesosok bayangan putih menyambut lewat dari belakang tubuh Jen Bok Hong dan langsung menerjang ke arah Siauw Ling.

Melihat datangnya sambaran benda putih itu Tang Sam Kauw segera menjerit kaget sewaktu ia siap-siap ayunkan senjata rahasia tahu-tahu tangan kanan dari pemuda tersebut sudah mencekal erat-erat tangannya yang halus itu.

“Nona Sam Kauw! jangan kaget, benda itu hanyalah cawan antikku tadi.

“Gadis tersebut dengan cepat menoleh ke arah Siauw Ling, sedikitpun tidak salah benda yang ada di tangan pemuda tersebut bukan lain adalah cawan antik yang disambit keluar jendela tadi.

Suasana di dalam ruangan loteng kembali berubah jadi sunyi senyap, hanya kesunyian kali ini sunyi yang diliputi oleh perasaan terkejut.

Beberapa saat kemudian Ciu Cau Liong baru bangun berdiri dan menjura ke arah pemuda tersebut.

“Nama besarmu benar-benar sesuai dengan kenyataan,”pujinya. “Kepandaian ilmu silat dari Siauw heng benar luar biasa dahsyatnya, sehingga membuat semua orang merasa terperanjat! Baru kali ini siauwte benar-benar merasa mataku terbuka lebar-lebar.

“Tang Sam Kauw pun menghembus napas panjang, di atas pipinya yang halus tersunginglah satu senyuman manis.

“Keluarga Tang kami terkenal sebagai ahli senjata rahasia nomor wahid, tetapi belum pernah aku melihat cara menyambit cawan dengan cara sedemikian sempurnanya!”“Eeehmm… sedikitpun tidak salah,”ujar Jen Bok Hong pula sambil mengangguk. “Pada puluhan tahun yang lalu, di dalam dunia persilatan pernah ada seorang pendekar perempuan yang sangat lihay dalam ilmu meringankan tubuh, senjata rahasia maupun ilmu lari Siauw Loo Sin Ci orang itu bernama Liuw Sian Ci yang mempunyai gelar sebagai Bulim Sam Ciat. Sungguh sayang cayhe rada terlambat beberapa tahun sewaktu munculkan diri di dalam dunia persilatan, sehingga tidak pernah melihat kedahsyatan dari Liuw Sian Ci tersebut. Tetapi setelah melihat cara menyambit senjata rahasia Hwee Sian Sin Ci dari Siauw heng kali ini, cayhe rasa sekalipun Liuw Sian Ci munculkan dirinya kembali di dalam di dunia persilatannya belum tentu bisa mencapai sehebat ini.

“Dihadapan Tang Sam Kauw, simanusia bungkuk ini tidak suka memuji kehebatan dari ilmu senjata rahasia keluarga Tang secara samar-samar hal ini sudah menunjukkan akan kesombongan hatinya.

Ketika itu Tang Sam Kauw lagi ikut meras girang atas keberhasilan dari Siauw Ling sekalipun ia mendengar pula perkataan dari Jen Bok Hong tetapi tidak sampai dipikir dalam hati.

Sebaliknya Siauw Ling yang mendengar perkataan tersebut dalam hati berpikir, Jilid 18 “Hmm! Justru cara menyambit senjata rahasia ini berhasil aku pelajari dari Liuw Sian Ci kecuali dia dikolong langit pada saat ini yang bisa mengalahkan keanehan serta kelihayan dalam menyambit senjata rahasia?”Diluarnya ia tetap merendah.

“Saudara terlalu memuji!”katanya tersenyum. Perlahan-lahan ia meletakkan kembali cawan cantik keatas nampan pualam.

Cawan teh yang sangat antik itu walaupun sudah disambit keluar dari jendela depan dan berputar untuk kemudian masuk kembali dari jendela belakang, sama sekali tidak rusak sedikitpun.

Jen Bok Hong segera menggape memanggil sidara berbaju hijau yang membawa nampan pualam itu untuk mendekati dirinya, gadis itu dengan langkah cepat segera berjalan ke arahnya.

Dari tangan gadis itu Jen Bok Hong mengambil kembali cawan antik tersebut lalu dicekalnya pada tangan kanan.

“Cayhepun akan menggunakan cawan antik ini hendak memperlihatkan sedikit kecelakaan,”katanya.

Perlahan-lahan ia mengangkat tangan kirinya untuk ditekankan keatas cawan antik tersebut.

Orang ini kecuali berbadan bungkuk serta wajahnya penuh dengan jenggot boleh dikata sangat tampan sekali. Jari-jari tangannya panjang halus dan putih bagaikan salju.

Tampak kelima jari tangannya yang berwarna putih salju semakin lama berubah jadi semakin merah sejurus kemudian telah berubah jadi merah darah.

Cawan cantik yang ada di dalam gengamannyapun makin lama berubah jadi merah darah.

Kurang lebih seperminum teh kemudian warana merah pada jari tangan Jen Bok Hong mulai lenyap dan berganti menjadi putih bersih kembali.

Sebaliknya cawan antik yang semula berwarna putih kini berubah menjadi keabu-abuan dimana Jen Bok Hong meniup perlahan cawan antik yang ada ditelapak tangannya mendadak hancur bagaikan abu dan melayang memenuhi lantai.

Siauw Ling merasakan hatinya sangat terperanjat pikirnya, “Ilmu kweekang macam apakah ini sungguh amat dahsyat.

““Hahaha… maaf”teriak Jen Bok Hong sambil tertawa nyaring ia lantas ulapkan tangannya memerintah.

“Hidangkan arak!”Ciu Cau Liong semula rada tertegun tetapi sebentar kemudian ia sudah tersenyum.

Kepada Siauw Ling diam-diam bisiknya perlahan, “Siauw heng, kau sungguh beruntung sekali loteng Wang Hoa Loo ini merupakan tempat kediaman dari Toa Cungcu. Orang biasa sangat sulit untuk naik selangkahpun kemari apa lagi mengadakan perjamuan untuk menyambut tetamu semakin tidak pernah terjadi lagi jelas Toa Cungcu kami sangat menyanjung dari Siauw heng.

““Bisa mendapatkan pelayanan yang demikian besarnya, bagaimana hal ini bisa membuat hati siauwte jadi tenang?”seru sang pemuda merendah dalam hati diam-diam ia berpikir.

“Hmmm! Apanya yang patut diharapkan sehingga kau bicara begitu tegang? kakakmu tidak lebih cuma seorang Cungcu…”Tiba-tiba terdengar suara yang amat cantik dengan langkah yang amat mempesonakan berjalan keluar dari balik pintu dengan membawa sayuran serta arak yang segera dihidangkan keatas meja.

Perlahan-lahan Jen Bok Hong bangun berdiri, diam-diam Siauw Ling merasa amat terperanjat sekali sewaktu dilihatnya perawakan orang itu ternyata tinggi besar.

Tinggi tubuhnya ada sembilan depa bilamana tidak bungkuk mungkin tinggi badannya mencapai satu kaki lebih.

“Siauw heng silahkan ambil tempat duduk dimeja perjamuan,”kata Ciu Cau Liong.

“Aaah, siauwte mana berani.

““Haaaa, haaaa, Siauw heng jangan sungkan-sungkan lagi,”sambung si siucay bungkuk itu dengan cepat. “Sejak perkampungan Pek Hoa Sanceng didirikan boleh dikata Siauw merupakan orang pertama yang pernah mengadakan perjamuan di atas loteng Wang Hoa Loo ini diantara tetamu terhormat lainnya dari aku orang she Jen.

““Kalau begitu siauwte patut merasa bangga,”jen Bok Hong tersenyum.

“Kita tidak lagi membicarakan tingkatan kedudukan masing-masing pihak saudara Siauw silahkan sembarangan ambil tempat duduk”katanya ramah.

Siauw Ling tertawa tawar ia ambil tempat duduk, disusul Tang Sam Kouw duduk disisinya.

Jen Bok Hong serta Ciu Cau Liong mendampingi kedua orang itu dengan masing-masing duduk disebelah pojokan.

Sayur yang dihidangkan rata-rata merupakan masakan lezat yang sangat jarang ditemui luaran. Siauw Ling sudah tentu belum pernah mencicipinya.

Walaupun dia dilahirkan dalam keluarga pembesar dan pernah merasakan makanan yang aneh-aneh, tapi hidangan dalam perjamuan kali ini kebanyakan belum pernah dilihat maupun didengar olehnya. Oleh sebab itu semakin bersantap ia merasa semakin nikmat sehingga akhirnya tanpa sungkan-sungkan lagi sudah menyikat seluruh hidangan yang ada.

Setelah perjamuan selesai, Jen Bok Hong bangun mengantar tetamu kepada Siauw Ling sambil menjura ujarnya tertawa, “Karena badan cayhe belum betul betul sembuh, maaf, aku orang tidak bisa mengantar dirimu sampai di bawah loteng.

“Bagaimana aku orang berani mengganggu diri Jen Heng?”seru Siauw Ling buru buru sambil ulapkan tangannya, ia putar badan lalu dengan langkah lebar berlalu dari sana, Cos Cau Liong pun buru buru mendampingi terus di sisinya.

Ketika berada di tengah jalan sambil menghela napas ujarnya, “Heee…. ilmu Hwee Sian Ci dari Siauw heng tadi benar-benar sangat mengagumkan sekali! Bahkan baru kali ini Siauwte bisa melihat bilamana Siauw heng tidak menampik. Bagaimana kalau dikemudian hari kau suka banyak memberi petunjuk kepadaku, bilamana ada waktu senggang….

“Dalam hati Siauw Ling merasa serba salah, untuk sesaat ia tak sanggup untuk memberikan jawaban, kepandaian tersebut merupakan hasil karya dari Liuw Sian Ci setelah bersusah payah selama puluhan tahun lamanya, sudah tentu ia tidak suka menyerahkan dengan begitu saja kepada orang lain.

Selagi ia merasa serba salah, Tang Sum Kauw yang ada disisinya sudah menyambung dengan cepat.

“Ilmu silat yang berasal dari perguruannya bagaimana mungkin bisa diberikan kepada orang lain dengan begitu saja? Sebelum Siauw heng mendapatkan ijin dari suhunya, sudah tentu ia takkan berani mewariskan ilmu kepandaiannya kepada orang lain.

““Haaa….

. haaa….

.

siewie cuma bergurau saja, buat apa Siauw heng menganggapnya sungguh-sungguh?”kata Tijioe Cau Liong kemudian sambil tersenyum.

Siauw Ling merasa semakin tidak enak. “Bilamana Ciu heng benar-benar ingin belajar sudah tentu siawte….

“Pada waktu ini hati Tang Sam Kauw sudah benar benar kepincut atas ketampanan wajah Siauw Ling, takut pemuda itu keburu menyanggupi sehingga dikemudian hari tak dapat me narlk kembali kata katanya, dengan cepat ia mendehem berat untuk untuk memotong perkataan sang pemuda yang belum selesai.

“Sungguh aneh sekali!”teriaknya keras. “Kenapa selama ini tidak melihat Kiam Bun Siang Ing?”Kendati dalam hati Ciu Cau Liong merasa gemas terhadap tindakan sang gadis yang sudah menggagalkan maksud hatinya, tetapi dihadapan Siauw Ling ia tidak ingin banyak ribut.

“Kiam Bun Siang Ing sudah Siauwte hantar untuk beristirahat dihalaman belakang,”sahutnya sambil tersenyum paksa. “Apakah nona Tang bermaksud untuk menemui mereka?”Haruslah diketahui ilmu jari Hwee Sian Sin Ci dari Siauw Ling merupakan ilmu menyambit senjata rahasia yang jarang sekali ditemui dalam Bu lim, sebetulnya Ciu Cau Long ingin meminjam kesempatan sewaktu ia terpengaruh oleh air kata kata, hendak memaksa ia menyanggupinya sehingga dikemudian hari tak dapat mungkir lagi.

Siapa sangka Tang Sam Kauw sudah menggagalkan maksudnya, hal ini sudah tentu membuat hatinya merasa semakin mendongkol lagi terhadap gadis tersebut.

“Hm….

Siapa yang sudi menemui mereka?”seru gadis tersebut sambil mencibirkan bibirnya.

Mendadak teringat kembali kalau pada waktu yang lalu ia pernah berbicara besar hendak melindungi Siauw Ling, kini sesudah mengetahui kalau ilmu silat yang dimiliki pemuda itu luar biasa dahsyatnya, bahkan jauh melebihi kepandaian sendiri, dalam hati timbullah perasaan amat malu, pipinya yang putih halus kontan berubah jadi merah padam. Setelah melirik sekejap ke arah pemuda tersebut, perlahan lahan ia menundukkan kepalanya.

Dengan dipimpin oleh Ciu Cau Liong, Siauw Ling serta Tang Sam Kau akhirnya tiba di dalam sebuah halaman yang mempunyai pandangan sangat indah.

Perkampungan Pek Hoa Sanceng ini berdiri di sebuah tanah yang sangat luas, setiap bangunan tentu terhalang oleh suatu halaman yang amat luas dipandang sepintas lalu, maka tampaklah dimana mana merupakan bangunan berloteng serta gardu gardu yang indah serta megah.

Halaman luas ini dikelilingi oleh pohon yang sangat lebat, diseling berbagai bunga beraneka warna yang menyiarkan bau yang sangat harum.

Beratus ratus pot bunga yang beraneka warna, sebuah bangunan beratap mungil dan indah, temboknya berwarna merah dengan pintu warna hijau sehingga kelihatannya sangat mentereng.

Dua orang pelayan cilik berbaju hijau muda sejak semula sudah menanti kedatangan mereka di depan pintu, melihat munculnya Siauw Ling sekalian dengan cepat mereka jatuhkan diri berlutut.

Terburu buru Siauw Ling membalas hormat dari kedua orang pelayan itu.

“Nona berdua, harap cepat bangun berdiri!”cegahnya, “penyambutan dengan segala kehormatan ini membuat cayhe benar benar merasa kurang tenteram.

Ciu Cau Liong tersenyum.

“Siauw heng, katanya bangunan ini adalah bangunan Tan Ho Cing Si yang merupakan tempat peristirahatan dari para tetamu terhormat, entah sukakah Siauw heng dengan tempat ini?”Sembari berkata ia melangkah masuk ke dalam ruangan tersebut.

“Sebenarnya, aku Siauw Ling memiliki kelebihan apa toh sehingga mendapatkan perjalanan yang sedemikian istimewanya? Hal ini benar benar membuat siauwte merasa tidak tenang.

““Ahh….

. Siauw heng terlalu merendah, bisa mendapatkan perhatian dari saudara siauwte sudah merasa sangat beruntung,”sahut Jie Cung Ca dari perkampungan Pek Hoa Sanceng ini, dia merandek sejenak, kemudian sambungnya lagi.

“Selama di dalam perjalanan, Siauw heng tentu merasa amat lelah bukan? Seharusnya kau cepat-cepat beristirahat.

“Sinar matanya menyapu sekejap ke arah dua orang pelayan cilik tersebut kemudian katanya, “Baik baiklah kalian melayani siauw ya, bila mana berani kurang hormat atau terlambat melayani tetamu terhormat, nyawa kalian bakal terancam bahaya!”“Budak sekalian turut perintah,”jawab ke dua orang pelayan itu dengan hormat.

“Ehmm, segala yang ada di dalam perkampungan Pek Hoa Sanceng ini benar benar luar biasa, sampai peraturan para pelayanpun sangat keras,”pikir pemuda itu diam diam.

“Bilamana Siauw heng membutuhkan sesuatu, katakan saja kepada kedua orang pelayan itu,”ujar Ciu Cau Liong kemudian sambil merangkap tangannya menjura. “Siauw te mohon diri terlebih dahulu.

““Akh…. Ciu heng silahkan!”Perlahan lahan Ciu Cau Liong melirik sekejap ke arah Tang Sam Kauw.

“Tempat tinggal nona Tang ada di sebelah Barat dari bangunan Lan Hoa Cing Si, mari biar siauw te tunjukkan jalan!”katanya, Dengan pandangan penuh kemesraan Tang Sam Kauw memandang sekejap ke arah pemuda tersebut kemudian tersenyum manis, “Siauw heng, kau baik-baiklah beristirahat setelah melakukan perjalanan jauh,”jawab Siauw Ling sambil menjura.

Ciu Cau Liong segera membawa Tang Sam Kauw meninggalkan bangunan Lan Hoa Cing Si untuk kemudian dengan melalui sebuah jalan kecil berbatu menuju ke loteng Bwee Hoa Ke.

Sesuai dengan namanya Loteng ‘Bwee Hoa Ke’ ini penuh ditumbuhi dengan bunga bunga Bwee yang beraneka warna, di samping menyiarkan bau harum yang semerbak, pemandangannya pun sangat indah Di tengah tumbuhan bunga Bwee yang lebat berdirilah sebuah loteng yang sangat megah dua orang pelayan perempuan berbaju putih sejak semula sudah menanti kedatangan mereka diluar pintu.

Walaupun bangunan mungil Lan Hoa Cing Si dengan loteng Bwee Hoa Ke saling berdempetan tetapi disebabkan adanya sebuah halaman yang sangat luas membentang ditengahnya membuat jarak bangunan mungil serta loteng terpaut puluhan kaki jauhnya.

Ciu Cau Liong membawa Tang Sam Kauw memasuki loteng tersebut, setibanya di dalam ruangan mendadak terdengar ia mendehem beberapa kali, “Nona Sam Kauw!”tegurnya.

“Bagaimana dengan sifat serta tindak tanduk dari Siauw Ling?”Tam sam Kau yang sering berkelana di dalam dunia kangouw, walaupun badannya merupakan seorang gadis yang biasanya kemalu-maluan sudah lama lenyap tak berbekas, mendengar pertanyaan itu ia lantas tersenyum.

“Eeehmm, tampan gagah, meanrik mempesonakan, bila dibandingkan dengan kau Ciu Jie Cungcu jauh berbeda bagaikan langit dan bumi,”jawabnya.

“Aaaa, haaa, haaa, kau sudah salah menduga!”seru Ciu Cau Liong tertawa tawar.

“Selamanya siauwte tidak mangandung maksud seperti ini terhadap diri nona Sam Kauw.

““Kalau begitu sangat bagus sekali. Bilamana kau benar-benar ada maksud begitu maka kepingin sekali aku menyuruh kau orang merasakan bagaimanakah rasanya racun yang dahsyat dari kedelapan belas macam senjata rahasia dari keluarga Tang kami.

““Lalu nona sendiri sudah mempelajari berapa macam dari antara kedelapan belas macam senjata rahasia yang beracun itu?”“Jikalau Ciu heng tidak mentertawakan diriku, Siauw moay sih hanya berhasil mendapatkan dua belas macam saja!”“Sungguh luar biasa, dua belas macam senjata rahasia beracun sudah cukup untuk menjagoi seluruh kolong langit tetapi entah bagaimanakah jika cara menyambit senjata rahasia dari keluarga Tang jikalau dibandingkan dari sinaga sakti berlengan delapan Toan Bok Ceng?”Tang Sang Kauw tersenyum.

“Walaupun aku orang belum pernah menemui sinaga sakti berlengan delapan Toan Bok Ceng tetapi jika didengar dari perkataan ibuku ia memperoleh julukan sinaga sakti berlengan delapan justru dikarenakan kelihayannya dalam menyambit senjata rahasia.

““Jika keduanya dijadikan satu kau rasa mana yang lebih lihay?”“Bilamana membicarakan soal cara menyambit senjata rahasia, masing-masing orang mungkin mempunyai kelihayannya masing-masing. Tapi bilamana membicarakan soal melukai musuh, bagaimana mungkin Toan Bok Ceng bisa menangkap kelihayan dari keluarga Tang kami?”kata Tang Sam Kouw sambil tertawa.

“Silahkan nona memberi penjelasan lebih lanjut!”“Diantara kedelapan belas macam senjata rahasia beracun dari keluarga Tang kami ada sembilan macam merupakan benda kecil yang sewaktu disambit keluar tidak mengeluarkan sedikit suarapun. Sekali sambit bisa mencapai ratusan batang bahkan sangat beracun. Kena tubuh pasti binasa. Aku rasa Toan Bok Ceng tidak bakal bisa manandinginya.

““Huuu sungguh hebat sekali,”puji Ciu Jie Cungcu. wajahnya mendadak berubah amat serius sambungnya, “Setelah nona Sam Kauw menerima surat undangan kami dan menyanggupi untuk datang mengunjungi perkampungan Pek Hoa Sanceng, hal ini merupakan suatu penghormatan yang amat besar. Tetapi siauwte punya satu persoalan yang merasa tidak enak jika diucapkan keluar, harap nona Sam Kauw suka mendengarkannya.

“Sewaktu berbicara sikapnya berubah jadi amat serius dan keren sekali.

“Apakah soal Siauw Ling?”tanya Tang Sam Kauw sesudah termenung sebentar.

“Nona cuma berhasil menebak benar sepertiga saja.

““Apa maksud dari perkataanmu itu?”tanya sang gadis heran. Tetapi sewaktu dilihatnya sikap Ciu Cau Liong dingin serius, tak terasa iapun diam-diam salurkan hawa murninya untuk mengadakan persiapan.

“Urusan ini bukan saja mempunyai hubungan dengan Siauw Ling bahkan mempengaruhi pula terhadap diri nona sendiri, dan menyangkut tentang kedudukan cayhe di dalam perkampungan Pek Hoa Sanceng ini. Oleh karena itu seperti perkataan dari cayhe nona berhasil menebak benar sepertiganya saja.

““Kau bicaralah, aku akan mendengarkan dengan telinga terbuka lebar-lebar”kata gadis setelah berdiam sebentar.

“Siauwte ingin mengadakan suatu kerja sama dan saling bertukar syarat dengan nona Tong!”“Urusan apa?”“Persoalan pribadi antara nona Sam Kauw dengan sepenuh tenaga akan membantu hingga berhasil…”Walaupun Tang Sam Kauw adalah seorang gadis kangouw tetapi sehabis mendengar perkataan dari Ciu Cau Liong yang blak-blakan dan langsung menusuk ke bawah, pembicaraan ini tidak urung membuat wajahnya menjadi merah padam juga.

“Coba kau katakan kau ingin aku berbuat apa?”serunya buru-buru.

“Gampang sekali asalkan nona Sam Kauw tidak suka membicarakan seluruh persoalan tentang perkampungan Pek Hoa Sanceng kepada Siauw Ling, itu sudah lebih dari cukup.

“Tang Sam Kauw segera mengerutkan alisnya, lama sekali ia termenung berpikir keras.

“Jika ia bertanya kepadaku, aku harus berbuat bagaimana?”katanya kemudian. “Aku tidak ingin membohongi dirinya, dan akupun tidak bisa berkata kalau aku sama sekali tidak tahu menahu.

““Padahal apa yang nona Sam ketahui sampai saat inipun tidak lebih hanya seperseratus saja dan kebanyakan berhasil kau dengar berita-berita yang tersiar di dalam dunia kangouw. Bilamana Siauw Ling misalnya benar-benar menanyakan persoalan ini padamu kau boleh berusaha untuk jatuhkan semua tanggung jawab ini kepada siauwte, suruh saja dia orang bertanya langsung kepadaku.

““Lalu bila semisalnya memberitahukan urusan ini kepadanya, apa yang hendak kau lakukan?”Dari sepasang mata Ciu Cau Liong memancarkan cahaya berkilat, ia kerutkan alisnya rapat-rapat.

“Sudah tentu siauwte akan membicarakan banyak omongan jelek tentang dirimu dihadapan Siauw Ling.

““Tapi aku tidak punya apa-apa yang bisa dikatakan jelek?”teriak gadis she Tang dengan cemas.

“Sekalipun nona Sam Kauw tidak memiliki bahan omongan jelek, tapi seharusnya kaupun tahu berita sensasi dan omonngan kosongpun kadang-kadang bisa tepat mengenai sasarannya. Siauwte bisa mengarang sesuatu cerita bahwa buat dia dengar, sudah tentu ia akan menganggap semua perkataanku adalah sungguh-sungguh.

“Lama sekali Tang Sam Kauw termangu-mangu akhirnya ia menghela napas panjang.

“Baiklah!”sahutnya kemudian. “Kita tetapkan demikian saja.

“Mendengar gadis itu telah menyanggupi Ciu Cau Liong baru merangkap tangannya menjura.

“Nona Tang silahkan istirahat, siauwte mohon diri dulu,”katanya kemudian.

Dengan langkah lebar ia segera berjalan keluar dari bangunan loteng tersebut.

Kita balik pada Siauw Ling yang memandang bayangan kedua orang itu hingga lenyap dari pandangan. Setelah itu dengan langkah yang kalem ia putar badan berjalan masuk ke dalam bangunan mungil tersebut.

Belum sempat ia ambil duduk, seorang pelayan cilik berbaju hijau sudah menyuguhkan air teh kepadanya.

“Aaakh, merepotkan nona saja!”seru pemuda itu sambil menerima cawan air teh tersebut. Sidayang cilik itu tersenyum manis.

“siauw ya harap jangan memanggil kami dengan sebutan itu,”ujarnya sambil memberi hormat. “Bilamana samapai kedengaran Cungcu tentu kami akan dimarahibahkan dipukul. Budak bernama Giok Lan dan dia bernama Kiem Lan, selanjutnya harap Siauw ya sudah memanggil dengan sebutan nama kami saja!”“Baiklah”sahut pemuda ini setelah meneguk air tehnya dan tertawa. “Kalau memang demikian aku akan ikuti saja permintaan kalian itu.

““Aakh Siauw ya terlalu merendah, budakmu tidak berani untuk menerima!”seru Giok Lan sambil tertawa dan menutupi bibirnya dengan tangan.

“Air panas sudah disediakan, Siauw ya! Apakah kau hendak mandi dulu?”sambung Kiem Lan dari samping.

Siauw Ling yang teringat selama melakukan perjalanan sudah ada dua hari belum mandi, segera mengangguk.

“Bagus sekali, harap kalian suka bawa jalan. Cayhe memang seharusnya membersihkan badan dulu,”sahutnya tertawa.

Kiem Lan lantas putar badan dan berlalu dengan gesitnya.

Mereka berjalan melalui sebuah ruangan tamu, kemuidan masuk ke dalam kamar untuk mandi. Ternyata sedikitpun tidak salah air panas yang masih mengepulkan asap panas sudah tersedia disana.

Giok Lan ikut berjalan masuk sekalian menutup pintu ruangan tersebut itu tangannya mulai membantu Siauw Ling membukakan pakaian.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar