Po Kiam Kim Tjee Jilid 18

JILID 18

"Bunuhlah aku lebih dahulu?" fa segera menjerit Dari takut, ia jadi nekat. Ia tubruk Biauw Cin San, akan pagangi lengannya.

Biauw Cin San berontak dengan tenaganya yang besar. "Perempuan pengemis" ia berteriak.

Cia Mama terguling dengan lantas. Apa celaka, kepalanya mengenai tembok hingga ia rubuh pingsan........

Biauw Cin San masih sengit, ia pungut pisau belati yang tadi dipakai lukai ia. Dengan itu ia hendak tikam bekas gundiknya.

Moh Po Kun mencegah dengan segera, ia dibantu oleh beberapa kawannya.

"Toasiok, jangan!" ia mencegah dengan suara memohon, lengan orang ia terus pegangi. "Pakkhia bukan seperti kota lain, di sini kau tidak boleh sembarangan bunuh orang. "

Nampaknya Biauw Cin San jerih juga. Ia lempar pisau belatinya, dengan tangan baju yang kiri ia susut mukanya.

"Kau cegah aku !" ia kata. "Tapi karena dongkol aku tidak bisa dibikin lenyap!"

"Sebenarnya urusan gampang dibikin beres," Po Kun menyahut. "Ia gundik toasiok, ia minggat dan disini ia jadi bunga raya, kalau toasiok adukan ia pada pembesar negeri, ia pasti tak bisa lari lagi. Apalagi kalau toasiok sskalian tuduh ia hendak bunuh toasiok, sebagaimana buktinya terang, ia tentu bisa di hukum. "

Ketika itu Cia Mama, yang sadar sendirinya, merayap bangun.

"Biauw Thayya, kalau kau hendak bunuh, bunuhlah aku!" ia kata "Anakku telah ikuti kau satu tahun lebih, coba bukannya kami takuti cambuk kau, tidak nanti kami minggat. Selama dua tahun ini anakku masih ingat toaya, kalau ia ingat, ia suka menangis, ia juga tahu thayya lepas banyak budi pada kami, coba thayya bisa barlaku lebih murah hati sedikit dan tidak lagi suka pukuli ia. kami sudah tentu pulang dengan tidak usah tunggu sampai tbayya cari kami. Satu tahun kami

tinggal disini sebab tidak berdaya. kami hidup dirumah pelesiran buat layani orang banyak Itu semua kami lakukan

untuk semangkok nasi Kalau thayya berlaku baik pada kami, mana kami sudi lakoni penghidupan semaccam ini?. "

Biar ia berhati keras. Biauw Cin San toh tergerak juga mendengar ucapannya Cia Mama, yang pandai bicara dan beraksi. Ia pandang Siam Nio Si nona lagi nangis diatas pembaringan, rambutnya kusut mukanya babak belur, tapi dilihat semuanya nona ini tetap masih menggiurkan hati....

Baiknya aku tidak sampai bunuh ia, kalau tidak aku bisa menyesal sesudah kasip .. pikir ia.

"Baru sekarang kau omong manis padaku" kata ia. "Kau tahu sendiri, seumur hidup aku dikalangan Sungai telaga belum ada orang berani lukai aku "

"Siam Nio pun berbuat itu sebab terpaksa " Moh Po Kun

menyelak, setelah lihat wangwee itu menjadi sabar. Ia adalah orang toaisiok, mati atau hidup, ia tatap orangmu. Kamu toasiok bunuh ia, itu aniaya perkara dan perkara banyak pusingnya Orang banyak pasti akan ketahui urusan ini, itu kurang bagus bagi nama toasiok. Sekarang baik toasiok kasi ia ampun dan suruh ia berias, nanti selang dua hari toasiok boleh bawa ia pulang ke Holam Kalau toasiok unjuk kebaikan, ia tentu tidak akan berani lupakan budi kau ini. "

Biauw Cin San tetap beroman bengis. "Dengan memandang kau, baiklah aku kasi ampun pada mereka!" akhirnya ia kata. Kemudian ia awasi Iyia Mama dan tambahkan. "Aku suka kasi ampun pada kau! Sekarang kau boleh siap, lagi dua hari kau mesti ikut aku pulang ke Holam!

Apa kau mengerti

"Aku mengerti" sahut Cia Mama, yang lekas2 unjuk hormatnya pada wangwee Itu, "Aku menghaturkan terima kasih buat kebaikan thayya. Tapi sekarang anakku lagi sakit, bagaimana? Ia tidak bisa bangun......

"Kalau ia tidak bisa bangun aku nanti gotong dia jawab Biauw Cin San. Mukanya jadi bengis pula, tangannya ia kepal

"Sudah, toasiok, sudah." Moh Po Kun kembali datang sama tengah. Kemudian ia berhasil tarik wangwee ini keluar dari kamar.

Justeru itu Ie Jie telah kembali bersama seorang hamba negeri.

"Ada apa, ada apa?" kata hamba ini sembari bertindak masuk. Ia pakai kopia dengan runce, ia diundang oleh Ie Jie dari kantor negeri.

Biauw Cin San dan kawannya tidak takut, ia sebenarnya niat tegor hamba negeri itu. tetapi Moh Po Kun segera mencegah dan bujuki ia agar ia kembali kehotel. Po Kun sendiri hadapi si hamba negeri, pada siapa ia unjuk hormat dan roman manis.

"Tidak apa2, lauwko" kata ia pada hamba negeri itu. "Orang yang barusan berlalu itu adalah Biauw Toa-wangwee dari Holam, ia datang kemari atas undangannya Oey Suya. Tadi ia datang kemari akan tengok! Cia Mama dan gadisnya yang tinggal dikamar ini. Mereka ini orangnya Biauw Wangwee, pada setahun yang berselang mereka minggat dengan bawa uang wangwee. Mereka ini dapat disusul, barusan terjadi sedikit kerewelan, tetapi mereka menyatakan menyesal, maka lagi beberapa hari mereka akan diajak pulang. Harap hal ini lauwko tidak tarik panjang"

"Oh, begitu," kata si hamba negeri, yang robah sikapnya dengan segara. lapun ketahui halnya Biauw Cin San, yang Oey Kie Pok undang buat satrukan Lie Bouw Pek. dengan pangkatnya yang kecil. ia mana mau campur tahu urusannya wangwee itu Maka sambil putar tubuhnya ia tampar Ie Jie "urusan begini kecil. kenapa kau pergi kekantor cari aku? ia mendamprat Kalau benar perkara hebat bukankah perkara jiwa sudah itu jadi ?

Cia Mama muncul selagi hamba negeri itu baru tutup mulut?

"Toalooya aku minta urusan tidak ditarik panjang" kata ia sambil berlutut. Biauw Thayya sudah kasi ampun pada kami, lagi beberapa hari kami akan ikut ia pulang ke Holam tadi memang terjadi perkara darah tapi itu adalah kesalahan tangan dari anakku. "

Moh Po kun masih belum angkat kaki, ia depak nyonya itu. "Cukup" ia membentak. Kau bangun, tidak usah kau

berlutut Kalau barusan tidak ada aku apa kau kira toa wangwee mu mengerti?" Ia menoleh pada orang banyak, yang sekarang pada berani muncul "Nyonya Cia den gadisnya ini adalah orang orangnya Biauw Wangwee, mereka akan berdiam disini beberapa hari untuk rawat diri maka kau mesti lihat, kalau sampai mereka nekat atau terbit kejadian lain, kau mesti tanggung jawab!" ia mengawasi orang dengan tajam, apa pula nona nona lainnya. Setelah itu ia awasi Ie Jie dengan bengis "kau mengerti sekarang?" ia ancam.

Satelah itu ia tarik tangannya si hamba negeri

"Lauwko mari kita minum arak!" ia bilang sambil tertawa.

Seperginya dua orang itu Cia Mama berbangkit seraya kebuti celananya dan rapikan pakaiannya.

"Nasib kita? sungguh buruk. "ia kata sombari mewek.

Kim Mama tidak merasa kasihan, kcndati roman orang yang kucel itu.

"Kiranya kau pemburon dari Holam!" kata sanak ini. Selama satu tahun tinggal disini kau sudah cukup bikin aku pusing sekarang orang telah dapat cari kau. hayo siap buat ikut orang itu Banyak nona merata kasihan pada Cia Mama, tetapi mereka tak berani kata apa. hanya Ie Jie yang penasaran.

Enso Cia aku lihat urusan tidak gampang bisa beres!" kata ia "Kalau kau ikut ke Holam aku percaya, disana kau tidak akan bisa hidup dengan senang Mustahil ia bisa perlakukan kau orang secara baik? Lebih baik kau cari Lie Toaya, ia tersohor gagah, la banyak kenalannya, ia tentu bisa tolong kau dan anakmu!"

"Barusan aku justeru cari Lie Toaya,tetapi ia tidak ada di rumah. " sahut Cia Mama. "Apa aku bisa bikin sekarang?"

"Aku lihat percuma kau harap si orang she Lie itu" Kim Mama ikut bicara. "Ia seperti tidak punya uang! Kalau Poan Louw Sam dan cie Sielong masih hidup, urusan kau gampang dibikin beres! Siapa suruh nasibmu buruk? Balum satu bulan kau ikuti Iyie sielong, lantas ia ada yang bunuh

Setelah kata begitu. Kim Mama deliki nona nonanya dan terus masuk kedalam.

Ie Jie masih penasaran karena ia mesti rasai tamparan. tapi waktu ia mau bicara lebih jaun pada Cia Mama, Siam Nio teriaki ibunya. Maka dengan susut air matanya ia lari masuk.

Siam Nio tetap kucel dan rambutnya awutan. tetapi pisau belati, yang Biauw Cin San lemparkan, ia sudah pungut pula dan simpan

"Ibu, kalau kita ikut sijahat she Biauw itu, kita tentu tidak bisa hidup lebih lama pula. " kata nona ini dengan

lemah "Lebih baik lebih baik kita adu jiwa sama

dia. "

"Adu jiwa sama dia!. ..- dan Cia Mama menangis. "Mana

kita bisa lawan dia? le Jie bertindak masuk selagi ibu dan Bnak itu bicara.

Melihat orang, Siam Nio lantas berkata:

"Ie Jie siok, tolong kau cari Lie Bouw Pek. ia sobat baik dengan Tek Ngoya, kalau kau cari Tek Ngoya tentu bisa dapat keterangan dimana adanya Lie Toaya itu "

"Ya. akupun ketahui. Lie Toaya bersobat baik dengan Tek Ngoya" sahut le Jie, Yang segera dapat pikiran, "Enso Cia, lebih baik kau yang pergi ke Tang shia, disana andai kata kau tidak dapat cari Lie Toaya, Tek Ngo ya pasti akan bisa tolong kau."

"Itu betul" Siam Nio kata. "Ibu, pergi kau cari Tek Ngoya. "

"Ya enso, kau pergilah kesana" le Diie menganjuri" Tek Ngoya berhati mulia, kalau ia ketahui hal kau, ia tentu suka menolongi. "

Cia Mama memang sedang bingung, ia tidak bisa banyak pikir

"Baiklah" kata ia, yang terus minta Ie Jie antar ia.

Ie Jie berserdia akan jadi pengantar, maka itu ia terus ajak Cia Mama pergi. Ia cari keterangan dulu dimana alamatnya Tek Siauw Hong. sesudah itu ia menuju langsung ke Tang Soe sam tiauw.

Mereka jalan diantara angin besar yang dingin sekali, Ie Jie didepan, sinyonya dibelakang. Nyonya ini masih saban tepas air matanya. Ketika mereka sampai didepan pintu, mereka lihat pintu pekarangan ditutup separoh.

"Pergi masuk sendiri," Ie Jie kata. "Kalau ketemu pengawal pintu, kau minta pertolongannya, akan mengabarkan pada Tek Ngoya. Kau seorang miskin, ia tentu suka tolong, kalau aku ikat masuk sama aku kuatir ia menolak. "

Cia Mama menurut, ia terus bertindak masuk. ia kelihatannya jerih. Ia ketemu dua pengawal dimuka pintu, minta dltolongi agar ia bisa menghadap Tek Ngoya.

"Tek Ngoya tidak ada dirumah" sahut salah satu pengawal. "Kau punia urusan apa? Kasi tahu saja pada kami, nanti kami sampaikan lebih jauh

Kau siapa ? Apa kau pernah ketemu Tek Ngoya 7" yang lain tegasi.

"Aku orang she Cia" sahut Cia Mama. kemudian sambil menangis ia tuturkan urusannya. "Kami kenal Tek Ngoya dan Lie Toaya, yang sering berkunjung kerumah kami Aku sekarang perlu minta pertolongannya Tek Ngoya " Suasana dirumahnya Tek Sfauw Hong adalah genting. Jangan kata Siauw Hong tidak ada dirumah, kendati ada. orang dilarang omong sembarangan pada sesuatu tamu yang datang berkunjung, bujang2 selamanya mesti melaporkan dulu kedalam.

Pengawal itu segera kedalam, tapi ia tidak berani masuk terus kekamarnya Tek Toa Naynay. Atas teriakannya, seorang bujang telah lantas muncul.

Pada bujang itu si Pengawal beritahukan hal kedatangannya Cia Mama dan maksud kedatangannya.

"Ia sekarang lagi menunggu diluar. Katanya ia kenal Lie Toaya dan juga looya kita. Coba tanya toa naynay. ia akan diterima atau disuruh pergi saja"

"Nanti aku kasi tahu toa naynay," sahut si bujang.

Ia baru saja putar tubuhnya, atau seorang nona keluar memapakinya.

"Ada urutan apa ? Coba kasi tahu padaku!" kata nona itu.

Nona ini punya kuncir yang besar dan panjang bajunya cipao hijau, mukanya tidak pakai pupur atau yancie tetapi elok, benar tubuhnya sedikit kurus tetapi matanya celi, ia elok dan sikapnya keren.

"Oh oh, nona Jie. " jawab ia.

"Diluar ada nyonia she Cia. Ia kata anak perempuannya.

oh, oh. bukan. Ia kata Lie 8ouw Pek, ia kata Biauw Cin San

lagi desak ia.....

Nona itu telah dengar disebutnya nama Lie Bouw Pek dan Biauw Cin San.

"Nanti aku lihat!" kata ia, yang jadi tidak sabar, la pun curigai kesangsian orang itu Ia lantas keluar, hingga bikin sibujang tua dan pengawal jadi melongo.

Nona Jie sementara itu sudah sampai diluar, ia lantas saja merasa kasihan apa lihat romannya Cia Mama.

Pengawal pintu kaget, apabila ia lihat yang keluar adalah nona tamu itu, ia lekas berbangkit, sambil berdiri lempang ia tundukki kepala. Cia Mama awasi nona Jie, heran libat pakaiannya indah tetapi kakinya tidak kecil, gedang dikuncir diikat pita putih. Ia menduga pada budak perempuan, tetapi sangsi.

"Ini nona Jie" berkata si pengawal. Cia Mama lantas unjuk hormat.

"Nona. aku minta tolong" ia beikata "Aku minta kau sampaikan pada Tek Ngoya, supaya Lie Toaya diminta keluar, atau Ngoya sendiri yang dayakan Si orang she Biauw

yang seperti harimau sudah paksa anakku, anakku itu bisa mati. "

Sebelumnya Sioe Lian menyahut, pengawal yang tadi ada didalam sudah keluar.

"Nona" ia kata, toa naynay minta kau sudi masuk, katanya ada omongan.....

Pengawal ini bicara dengan sikap menghormat, tetapi Sioe Lian tidak perdulikan ia, hanya si nona lalu minta penjelasan dari Cia Mama, atas mana nyonya itu terangkan pula kesukarannya.

Siu Lian terperanjat. baru sekarang ia ketahui rombongannya Biauw Cin San sudah datang dikota raja dan Lie Bouw Pek tidak ada dikota raja Ia heran, kenapa pemuda itu pergi dan kenapa perginya? Iapun berbareng terharu, karena Cia Mama bicara sambil menangis sedih. Ia jadi ingin tengok Siam Nio

"Jangan bersusah hati" akhirnya ia kata. "Aku nanti pergi kerumah kau akan tengok anakmu. Kalau Biauw Cin San datang pula, aku nanti usir mereka"

Suaranya nona kita lantas saja jadi berobah keren.

"Pergi carikan aku sebuah kereta" ia kata pada si pengawai pintu.

Pcngawal itu berlalu, tapi dengan alis mengkerut.

Cia Mama berdua bingung, ia heran karena sikap keren itu, hingga ia mengawasi saja.

Siu Lian duduk menunggu, ia kelihatannya gusar berbareng duka...... "Kau tentu tidak kenal aku" kata ia kemudian pada nyonya itu. "Aku Jie Siu Lian. Akupun pernah orang hinakan, tetapi karena aku mengerti bugee, siapa juga aku tidak takut! Aku nanti tempur Biauw Cin San, Thio Giok Kin dan kawan kawannya, sebagian untuk bantu kau, sebagian lagi buat urusanku sendiri!"

Cia Mama tidak mengerti sepsnuhnya maksud nona itu. "Ya, nona, aku mengharap bantuan," kata ia. "Kasihanilah

aku....

Ia tidak bisa bilang lebih dari pada itu. Ia tidak perduli si nona mengerti bugee atau tidak, ia sangka nona itu punya uang dan ia mengharap dapat tunjangan uang, supaya ia bisa ajak Siam Nio pergi sembunyi ketempat lain.

Ketika itu, pengawal yang tadi telah balik dengan sebuah kereta.

Siu Lian segera barbangkit dan tarik tangannya Cia Mama buat diajak naik kereta bersama sama pergi.

Ie Jie masih menunggu Cia Mami. hingga melintas dua orang itu ia menjadi heran.

"Eh, enso Cia, kau mau pergi kemana?" ia segera menegor. "Kau ketemu Ngoya?"

"Aku iidak ketenu Ngoya," Cia Mama jawab. "Nona ini sanaknya Ngoya, ia bisa buat kita. bantu kita pulang!"

Oh karena kereta sudah lantas jalan. Ie Jie mesti mengikuti naik ia tidak mengerti.

Selagi kereta menuju keluar Lamshia.

Kota selatan. cia Mama lantas tanya nona Jie ia asal mana dan dengan Tek siauw Hong pernah apa.

Sui Lian sedang berpikir, ia seperti tidak dengar pertanyaan itu. sesudah si nyonya tanya. ia berulang, baru ia menyahut:

"Dengan Tek Ngoya aku tidak bcrsanak. Lie Bouw Pek adalah engko angkatku. Kau jangan kuatir, aku mau lihat dulu anakmu, nanti aku pikir kau perlu bantuan uang atau tenaga Dalam segala hal aku bisa bantu kau jangan tidak lihat mata padaku, kendati aku seorang perempuan yang muda aku percaya aku sanggup usir Biauw Cin San dan kawannya" Dalam hatinya Cia Mama puji keelokannya Siu Lian. yang ia percaya, kalau bersungguh sungguh , bisa melebihi eloknya Siam Nio, iapun tidak bisa duga orang punya kepandaian apa.

Segera juga mereka sampai di Hu pong Liu lie kay. Cia Mama suruh kereta berhenti didepan rumah.

Didepan rumah ada mondar mandir dua orang, yang tubuhnya besar dan romannya keren, yang dalam bajunya mesti menyimpan senjata. Melihat dua orang itu, mukanya Cia Mama menjadi pucat bahna takut.

"Jangan takut" kata Nona Jie, yang bisa lihat orang. Ia segera mendahului loncat turun Cia Mama berdiri turun dengan dibantu oleh tukang kereta, tapi ia masih jerih, kedua kakinya lemas, ia hampir jatuh mendepelok, hingga nona Jie mesti pegang ia.

Dua orang itu datang lebih dekat akan mengawasi, tetapi Siu Lian tidak perdulikan, ia terus pimpin sinyonya masuk kedalam. Didalam ia lantas lihat dipembaringan butut rebah seorang nona kurus dan muka penuh airmata.

Cia Mama air matanya mengucur apabila ia lihat anaknya itu.

Aku telah pergi cari Tek Ngoya, tetapi tidak ketemu" ia lantas kasi tahu. "Nona Jie ini dari rumah Tek Ngoya ia kasihani kami, ia datang buat menolong"

Cui Siam paksakan diri akan berbangkit, ia sikap rambutnya.

"Kau jangau takut," Siu Lian segera menghibur. "Aku bisa usir Biauw Cin San semua. Lie Bouw Pek adalah engko angkatku, karena aku kenal ia, aku lebih mesti tolong kau Akupun mau balas sakit hatiku "

Siam Nio tidak mengerti betul ucapan orang tetapi ia mengucap terima kasih.

"Sebenainya Lie Toaya pergi kemana?" tanya Cia Mama akhirnya.

Ditanya begitu, hatinya Siu Lian tertusuk, tapi ia lekas goyang kepala. "Aku tidak tahu" ia jawab. "Sesampai ia diPakkhia ini, aku cuma lihat ia satu kali. " Didalam hatinya ia lalu kata

terus Bouw Pek bukan seorang dengan hati dingin, aku tidak tahu kenapa ia pergi. Aku juga tidak mengerti, kenapa ia tidak liat aku buat omong banyak, tentang perjalanannya sendiri perihal penderitaanku. Sesampainya di Pakkhia, ia tentu kenal nona yang elok ini. Ia ini pasti bunga raja yang tersohor. Aku heran, ia begitu beradat tinggi dan gagah kenapa Bouw Pek tidak sanggup lindungi nona dan ibunya ini?"

Difihak lain, Siam Nio mendadak ingat, nona ini mesti si nona Jie, tentang siapa Bouw Pek pernah cerita padanya. Ia anggap sembabat betul Bouw Pek dengan nona ini. Ia jadi jengah sendirinya. Ingat Bouw Pek, ia jadi bersedih.

"Nona Jie, terima kasih untuk kebaikan kau" ia kata pula. "Kau hendak bantu aku, tetapi kau tidak ketahui siapa adanya Biauw Cin San, yang lagi ancam kami. Ia seorang galak laksana harimau, ia punya banyak kaki tangan, semuanya jahat seperti ia, mereka berani sembarangan bunuh orang.

Ayahku binasa karena dikeroyok oleh mereka. Jangan karena urusanku, neaa, kau nanti mendapat susah, kalau terjadi begitu, kami menyesai sekali, kami malu terhadap Lie Toaya

Siam Nio menangis sesunggukan.

Cia Mama turut menangis disamping anaknya itu.

Ketika itu pintu kamarnya Coei Siam ada yang dorong, dua kepala orang perempuan nongol dipintu, Sioe Lian lihat tegas dua nona umur belasan, yang pakaiannya perlente, mukanya medok, rambutnya dikonde licin dan bagus. Mereka ini nampaknya genit.

"Mereka tentu bunga bunga raja disini" pikir Sioe Lian sambil kerutkan alis Ia merasa tidak leluasa. Maka ia terus kata pada Coei Siam: "Kau jangan takut, aku tidak takuti Biauw cin San. Orang jahat seperti mereka aku tidak akan kasi ampun"

Justeru itu diluar terdengar suara ramai, kedua bunga berjiwa itu sudah lantas lari keluar. "Nanti aku lihat" kata Sioe Lian

Diluar, rupanya didepan pintu, lantas terdengar suara orang lelaki menangis sambil menjerit "Aduh", antaranya tercampur tantangan: "Lebih baik kau bunuh aku"

Cia Mama kenali suaranya Ie Jie, ia lari keluar akan susul nona Jie.

Ie Jie sebenarnya baru sampai didepan pintu, ketika dua orang, yang mundar maudir sedari tadi, sampiri ia. Mereka orangnya Biauw Cin San, yang diperintah pasang mata.

Melihat Ie Jie, mereka lantas menendang dan memukul, yang satunya desak ia, tanya tadi ia ajak Cia Mama pergi kemana dan siapa sinona. Mereka menanya sambil memukuli tapi ia tidak mau mengasi keterangan, sebaliknya ia memaki kalang kabutan, hingga dua orang itu jadi tambah gusar. Begitulah ia dirubuhkan ketanah dan terus dipukuli sampai ia menjerit sekuat kuatnya.

Sioe Lian keluar dengan bawa sebatang palang pintu yang ia sambar dari belakang pintu, sesampanya diluar, dengan tidak kata apa lagi, ia kemplang seorang hingga itu ini menjerit dengan kepala mandi darah.

Orang yang satunya kaget dan lantas lompar jungkir buat hunus golok pendek.

"Eh, nona, kau herani layani kami kata ia sambil menyengir Hati2, dengan kepalanku, looya nanti bikin kepala kau sakit

Sioe Lian tidak menyahut ia hanya lekas buka cipaonya yang panjang, setelah itu ia hadapi orang itu hingga ia ini rubuh dan golok pendeknya tidak bisa digunai, sementara katwannya, yang lerluka duluan, kena dikemplang lagi. Mereka ternyata tidak punya guna dan lantas saja mati kutunya ..

Lantas nona Jie rampas golonya orang itu, palang pintu ia lemparkan. Ia cekek orang itu, yang tidak keburu lari, lengannya ia tikam, Orang Itu menjerit, lengannya lantas mandi darah. Ia berontak, tapi ia tidak bisa lantas lepaskab diri dari tangannya sinona. kawannya jadi takut, ia lekas kabur. Ketika baru keluar dari Pakkauw, mulut utara dari jalan disitu, ia berpapasan dengan tiga orang yang lagi iringi orang kurus, tapi pakaiannya yang biru indah.

Dia ini adalah Moh Po Koen, si piauw tauw yang doyan makan tarohan. Ia telah antar Biauw Cin San pulang kehotel Teng in Tiam. Biauw Cin San kuatir Cia Mama ajak gadisnya kabur maka Po Koen diminta ajak orang pergi tengok lagi ibu dan anak itu, buat desak mereka lekas siap, supaya mereka segera pindah dulu ke Kang In Tiam. Tapi belum Po Koen masuk ke Lioe lie kay. ia telah ketemu korban pentungan itu.

Moh Lokoay. lekas " kata orang ini. "Setahu darimana. Cia Mama telah dapat undang nona umur delapan atau sembilan belas tahun, yang galak sekali, datang2 ia kemplang kami, lihat, kepalaku pecah! Sekarang ia lagi hajar kawanku!..."

Po Koen kaget berbareng gusar.

"Kurang ajar " ia barteriak. "Sayang kau berdua tak punya guna, kasi dirimu dihajar oleh budak perempuan!"

Lantas sambil pale kepalanya, yang kecil, ia lari masuk Hoan pong Lioe lie kay. Ia lihat banyak orang berkerumun didepan rumah pelesiran Kim Mama. Ketika ia mendekati dari kumpulan orang banyak jsteru muncul Bang Cit. muridnya Biauw Cin San, dengan muka bengkak dan matang biru dan dingan berlumuran darah.

"Apa artinya !" Moh Po Koen tanya. "Apa budak perempuan itu yang hajar kau?"

"Aku tidak tahu," sahut Bang Cit dengan meringis. "Cia Mama pergi sebentar, ia balik bersama perempuan muda itu Ia liehay sekali, kami berdua tidak sanggup lawan dia!"

Moh Po Koen jadi tambah gusar.

"Mari" ia berseru, Dan ia mendahului menuju kepintu.

Dimuka kelihatan Ie Jie dengan roman bangga, ia sedang bicara dengan orang banyak yang lagi berkumpul yang tadi sudah saksikan nona Jie hajar dua buaya darat gundalnya Biauw Cin San. Ketika lihat Moh Po Koen, ia lari masuk kedalam gabruki pintu dibelakang, lari terus kedalam .....

"Nona Jie, siorang she Moh datang bersama bsberapa kawannya!" ia kasi tahu. "Jangan takut!" sahut nona kita. Ia sambar golok pendek yang tadi dan bawa itu keluar"

Moh Po Koen berdiri didepan pintu, dibelakangnya ada lima kawannya, semua pada pegang ruyung dan golok pendek, ia sendiri mengawasi pintu sambil tolak pinggang. Ia tidak menerjang masuk, karena ia duga sinona akan lekas keluar.

Kapan nona kita sudah muncul, dengan pakaian hijau yang ringkas, dengan roman yang keren, Moh Po Koen terperanjat, karena ia seperti kenali nona itu.

Jie Sioe Lian juga sudah lantas kenali Po Kun yalah Moh Liok dari Kielok. Ia ini kenal ayahnya dan beberapa kali pernah datang kerumahnya ia sendiri pernah lihat dua kali. Sejak dulu ia tidak sukai orang she Moh ini. yang tingkah lakunya menjemukan. Ia tidak sangka, bahwa disini ia akan ketemui oraug she Moh itu.

"EH, Moh Liok, kau bikin apa datang kemari? Apakah kau juga ingin dihajar?"

Moh Liok mundur dua tindak ia sekarang kenali betul puterinya Cia cie tiauw. ia tadinya mau mendekati buat panggil sinona dengan panggilan adik, tetapi melihat sikapnya dan dari suaranya, hatinya jadi ciut. Kendati begitu ia lekas2 unjuk hormat sambil menjura, seraya bersenyum.

"kiranya Jie Toa kouwnio!" ia berkata. "Toa kouwnia, apa kau banyak baik. Kabar nya Jie Toasiok telah meninggal dunia

...."

Hatinya Siu Lian mencelos mendengar ayahnya disebut, tetapi ia kertak gigi.

"Jangan ngaco belo!" ia segera menegor. Aku hendak tanyakan, kenapa kau ajak Biauw Cin San hinakan nyonya Cia dan anaknya?"

Moh Liok tetap kasi lihat airmuka yang berseri2.

"Aku harap kau tidak salah mengerti, toa kouwnio" berkata ia. "Kau ketahui sendiri, dengan saudara Sun Ceng Lee aku pernah angkat saudara, sedang selama tinggal diKielok, Jie Toasiok sendiri perhatikan aku. Sekarang ini aku menjadi piauwtauw di Su Hay Piauw Tiam Bagiku tidak biasanya buat hinakan orang perempuan. tentang nyonya Cia dan anaknya aku bisa terangkan, anaknya perempuan itu memang gundiknya Biauw Wangwee. mereka itu kabur dari Holam dengan bawa uang dan barang2 berharga, mereka lari ke Pakkhia ini dimana mereka hidup dirumah pelesiran, belakangan dengan Lie Bouw Pak ...

Ah sudahlah, sama toakouwnio aku tidak bisa omong banyak, tapi ringkasnya, boleh di bilang, melihat ibu dan anak itu orang merasa kasihan, sebenarnya mereka jahat dia menjemukan. Tadi Biauw Wangwee dapat cari ibu dan anak itu, nona Cia begitu jahat ia sudah serang Biauw Wangwee dengan pisau belati sampai wangwee terluka mukanya, kalau tidak ada aku yang mencegah, ia tentu sudah dikemplang sampai mati. Sekarang ini aku datang buat sambut mereka ibu dan anak akan diantar kerumah penginapan dimana Biauw Wangwee menumpang, ia karena inii beberapa hari mereka mau dibawa pulang ke Holam. Toa kouwnio, baik lari kau tidak campur tahu halnya ibu dan anak itu. "

Diam2 Moh Look lirik nona itu, sinar mata siapa bikin ia jerih Ia lihat golok pendeknya, lagi ia mundur dua tindak.

"Lekas mundur " Siu Lian membentak. "Kau telah ajak Biauw Cin San buat hinakan ibu dan anak yang miskin dan tidak berdaya, ini aku tahu baik sekali. apa kau kira aku mau iyinkan kau putar balik duduknya perkara? Dikalau aku tidak ingat kau ini orang Satu kampung, aku tentu ambil jiwamu! Sekarang lekas kasi tahu padaku, dimana berdiamnya Biauw Cin San dan Thio Giok Kin, aku hendak cari mereka itu untuk mencari balas!

Melihat orang gusar, Po Kun tolak mundur lima orang dibelakangnya. Didalam hatinya ia berkaca: "Kami tidak mau rewel sama kau! Kau hendak cari Biauw Cin San dan Thio Giok Kin, itulah baik sekali" Lantas ia angkat pula tangannya

"Jangan marah padaku, toakouwnio" kata ia sambil tertawa. "Aku melulu bersobat dengan Biauw Cin San dan Thio Giok Kin,

Dalam perkara ini aku melulu bantu ia karena iseng. " "Sudah " Siu Lian potong ,Bilang dimansa mereka itu tinggal!"

Moh Liok tidak ingin disentak sorong lebih jauh, maka ia lekas menyahut:

"Biauw Cin San dan Thio Giok Kin menumpang dihotel Keng In Tiam diIyu kee kauw" ia kasi tahu "Mereka itu datang kemari atas undangannya Siu Bie too Oey Kie Pok, istimewa untuk piebu dengan Lie Bouw Pek, tetapi Lie Bouw Pek adalah bocah lemah, tidak tunggu sampai mereka datang ia sudah kabur lebih dulu. Pada dua hari yang berselang berdua mereka telah adu kepandaian dengan Gin khio Ciangkun Khu Kong Ciauw dan Sin thio Yo Kian Tong, Dia orang she Khu dan Yo itu telah kena dipecundangi

Siu Lian tidak percaya obrolan itu, ia menduga Moh Liok hendak macati maacani ia. Maka ia kasi lihat senyuman menghina.

"Orang lain boleh takut terhadap Biauw Cin San dan Thio Giok Kin, aku tidak" ia kata dengan nyaring. Sekarang kau boleh pulang dan kasi tahu mereka itu, jikalau mereka punya kepandaian, mereka boleh datang cari aku, jangan mereka cuma bisa menghina nyonya Cia dan anaknya"

Moh Po Kun bersenyum karena ia merasa girang yang sinoua kasi ia ketika ia, sedang ia sebenarnya bingung, tindakan apa ia mesti ambil terhadap nona itu: melawan ia tidak berani mundur dengan begitu saja ia malu.

"Baiklah, toakoawnio" berkata ia. Dengan keterangan toakouwnio ini sudah cukup bagiku. Nah, ijinkanlah Kami pergi"

Setelah kata bsgitu piauwsu ini menoleh pada lima kawannya.

"Mari kita pulang " ia kata seraya mendahului angkat kakinya...

Lima orang itu jadi heran berbareng mendongkol. "Moh Liok ya" kata satu dia diantaranya, "mustahil kita

berenam tidak mampu hayar budak perempuan itu? Kenapa kau takuti ia?" Moh Liok tidak menjadi jengah. sebaliknya ia bersenyum la berkelit muka sangat tebal dan pandai sekali membawa tingkah.

"Pantas kau suka ketemu batunya" ia kata pada mereka itu. "Kau sama sekali tidak punya pengalaman barang sedikit juga! tidakkah pepatah biang, satu laki tidak boleh mendapat malu didepan muka? Kau tidak ketahui siapa adanya nona itu. Ia adalah nona Jie Siu Lian puterinya Tiat ciauw Jie Hiong Wan dari Kielok! Ia pandai sekali menggunakan sepasang golok, boogenya liehay. Sekalipun Thaythay Thio Toaya, Lie Mo Ong, telah jadi pecundangnya, kalah dengan terluka Kita bisa berbuat terhadap dia itu? Baiknya aku kenal baik ayahnya, jika tidak, apa kau kira bisa pulang dengan utuh seperti ini ?"

Setelah dengar keterangan itu, yang mereka percaya barulah lima orang itu bungkam. Mereka ngeloyor pulang dengan sangat masgul. Kapan sampai dihotel, didalam kamar mereka dengar suara bicara dan tertawa yang sangat ramai. Sebab ternyata Oey Kie Pok telah datang dengan dua meja barang santapan dan empat nona manis aebagai kawan, sedang dua saudara Phang juga turut diundang berpesta pora.

Biauw Cin San duduk menghadapi secawan yang besar dengan dua nona manis terpeluk dikiri dan dikanannya. Ia tidak malu sedikit juga. sebaliknya. ia telah lupakan lakon bekas sambitan pisau belati dan Siam Nio!

Thio Giok Kin selalu unjuk sikap jumawa, sambil pegangi cawan araknya ia telah cerita pengalamannya yang sangat memuaskan, ya sudah bertemu seorang pemuda yang berbadan kurus dan muka kuning, yang tunggang kuda hitam dan bersenjata pedang. yang telah serang mereka dan kena mereka kepung. Ia kata, pemuda itu punya boegee baik, tetapi dia toh rubuh oleh piauwnya Biauw Wangwee, bahwa meski tidak mampus lantas, pemuda itu tidak akan hidup lama. Ia nyatakan dugaannya, pemuda itu mesti datang dari Pakkhia atau mungkin sobalnya Lie Bouw Pek. Oey Kie pok tidak bisa menduga siapa adanya pemuda itu. sedang sobatnya Lie Bouw Pek melainkan Tiat Pweelek dan Tek Siauw Hong.

Moh Po Koen tidak lantas masuk, ia hanya melongok dulu, melihat keadaan orang2 "yang sedang berpesta itu, ia lekas ngelepot pula.

"Sekarang pergi dulu kau kelain kamar" ia kata pada dua kawannya yaag terluka, "pergi kau bungkus lukamu dan tukar pakaian biar rapi. Biauw Wan gwee lagi pesta, kalau kita ketemu ia sekarang, ia tentu tidak akan mau perdulikan kita. Atau kalau ia gusar, ia tentu akan segera cari si nona she Jie dan ibu dan anak itu, dan bunuh mereka, apa bila terjadi demikian, urusan jadi makin hebat. Aku nanti tunggu ketika akan omong dengan pelahan2 pada Biauw Wangwee"

Dua orang itu merata sakit pada tubuh mereka, tetapi mereka turut perkataannya Moh Po koen, mereka balik kekamar mereka buat obati lukanya, cuci tubuh dan ganti pakaian.

Moh Po Koen sendiri masuk keiuangan pesta akan turut makan minum Matan}a saban2 melirik pada sinona manis, melihat siapa ia jadi ingat Sioe Lian, roman siapa mengiurkan hati, tapi sinar matanya bikin ia kuncup. iapub asah otaknya akan cari alasan caia bagaimana ia bisa sampaikan kejadian barusan di Hoen pong Lioe liekay

Sementara itu nona Jie dirumahnya Kim Mama, telah dapat penghargaan besar dari semua orang karena mereka itu kagum karena keberanian dan kegagahannya.

"Aku rasa mereka itu tidak berani datang pula, Jie Toa kouwnio" berkata ie Jie yang girang sekali. "Kalau suka, mari aku antar Toa Kouwnio ke Keng In Tang akau cari mereka, buat unjuk pada mereka yang kita tidak boleh dibuat permainan!"

"Kita baik tunggu mereka sebentar lagi" sahut Sioe Lian, Kemudian ia rogo sakunya akan keluarkan uang, buat suruh Ie Jie pergi beli barang makanan, buat ia dahar sama Cia Mama. "Jikalau mereka tidak datang, baiklah urusan dibikin habis saja" kemudian Cia Mama minta pada nona kita. "Urusan ini baik tidak dibikin mcnjadi suatu dendaman yang hebat. Aku seorang tua yang bensengsara, aku malah mesti rawat anak yang sedang sakit dan tinggal matinya, uang untuk makan kami tidak punya, bagaimana kami berani bikin ribut lagi dengan orang?"

Sioe Lian tidak puas mendengar ucapan itu. selang tadi perempuan tua ini datang buat minta pertolongan, akan tetapi, melihat roman dan keadaannya ia bisa mengerti juga

"Kau jangan takut" ia kata dengan tawar. "Andai kata mesti terjadi bermusuhan besar, aku sendiri yang akan tanggung jawab, kau ibu dan anak akan bebas sama sekali"

Siam Nio dengar itu, ia menghela napas.

"Keadaan begini rupa, kita memang tidak perlu takut lagi" ia kata dengan lemah "Ayahku telah mati dianiaya oleh mereka, dan kami sendiri, selagi berada di Holam, entah berapa kali pernah digebukin pulang pergi" Sekarang paling juga kami akan binasa satu kali. Cuma karena urusan kami,

kam1

bikin nona kerembet "

Ia lantai menangis. Ia ingat pula. Sekarang baru ia sadar, bahwa lie Bouw Pek bukannya seperti orang dari kalangan Sungai Telaga yang kebanyakan, bahwa pemuda itu beradat tinggi. Coba dulu ia nikah Lie Bouw Pek, niscaya ia tidak akan mengalami kejadian seperti ini-Mengawasi Sioe Lian. ia tidak sangsi lag1 nona ini adalah sinona yang Bouw Pek pernah cintai, tapi kemndian Bouw Pek lepaskan pengharapannya karena nona Jie sudah punya tunangan.

"Cuma anehnya, kenapa nona ini dandan seperti nona yang masih merdeka?" demikian fa pikir lebih jauh. Ia lihat orang itu cantik, potongannya lemah lembut, hingga orang sangsi sinona sebenarnya gagah perkasa. "Aku telah dapat pertolongan, aku mesti hidup,  aku  mesti  cari  Lie  Bouw Pek. " Siam Nio merabah pisau belatinya yang ia niat unjukan pada nona Jie, sekalian ia hendak tuturkan pengalaman dan cita2nya agar nona ini tidak pandang sebagai bunga raya yang kebanyakan, bahwa menikah Cia Sielong ia lakukan sebab terpaksa. Tapi disaat ia hendak bicara, ia lihat Sioe Lian berbangkit dan terus pakai bajunya.

"Sekarang aku mau pulang, sebentar malam aku nanti datang pula" kata nona ini.

Mendadak Cia Mama menjadi ketakutan.

"Kalau nona pulang dan mereka datang, bagaimana?" ia tanya.

"Aku akan lekas balik, mereka tentu tidak datang pula" Sioe Lian menghibur. "Tadipun aku telah kasi tahu Moh Liok. andaikata mereka tidak puas, mereka boleh cari aku."

Setelah kata begitu, dengan bawa golok rampasannya Sioe Lian bertindak keluar, ia naik pula kereta yang tadi, yang ia suruh bawa ia pulang.

Tukang kereta, yang kagumi sinona, lantas kasih kudanya lari menuju ke Tang shia. Ia menduga nona ini Tek Siauw Hong punya apa begitu gagah........

Sioe Lian sendiri duduk diatas kereta sambil berpikir, ia anggap Siam Nio harus dikasihani.

"Ia kenal baik Bouw Pek, kalau nanti Bouw Pek pulang ke Pakkhia, baik aku anjurkan ia nikah nona ini" demikian pikirannya melayang, "Ketika pertama kali Bouw Pek datang ke Kielok, aku anggap ia pemuda hidung belang, adalah kemudian aku dapat kenyataan ia gagah dan muda, sedang iapun telah lepas banyak budi pada kami. »

Ingat Bouw Pek, nona in? diadi Beng Soe Ciauw, "Menurut Tiat Pweelek, ia pun gagah dan hatinya mulia"

pikir ia lebih jauh.

"Cuma aneh, mendengar aku akan datang, kenapa ia angkat kaki? Apa banar ia malu. kerena ia anggap dirinya belum bangun? Kalau benar begitu ia sedikitnya meski pikirkan juga hal diriku sendiri, yang sebatang kara. Kenapa ia tidak cari aku. agar kita bisa berdamai?......... Sioe Lian jadi sedih sendiri.

"Aku mesti cari ia, aku mesti tuturkan tentang diriku, aku perlu ketahui sikapnya. "

Tapi ia tidak bisa ngelamun lebih jauh, kereta sudah sampai didepan rumahnya Tek siauw Hong dan dua bujang lantas memburu padanya.

Toa kauwnio sudsh pulang, bagus mereka berseru "Toakouwnio, lekas masuk. Looya baru pulang, kapan ia dengar kepergian toa kouwnio, ia ibuk bukan main. kami lantas diperintah pergi menyusul dan mencari"

Apa yang dikuatirkan?" Sioe lian bersenyum. "Looya kau terlalu berhati kecil"

Meski ia kata demikian, Sioe Lian toh puji Siauw Hong dan isterinya yang adalah orang baik hati yang sangat perhatikan ia, kendati mereka sebenarnya kenalan baru.

"Tek Ngoya kuatirkan si nona siapa tahu sinona gagah berani luar biasa" pikir situkang kereta.

Sioe Liau loncat turun dari kereta dan terus saja bertindak kedalam deugan cepat.

Sebelum sampai dipedalaman ia sudah lihat Siauw Hong sedang jalan mandar mandir pakaiannya belum ditukar

"Ah, Jie Kouwnio" kata ia apabila ia lihat sinona.

Tek Naynay juga sudah lantas keluar apabila ia dengar suara suaminya, ia malah terus sambar lengannya nona tamu itu.

"Adikku ah. kau bikin kami ibuk bukan main!" kata ia, separoh menyesal, tetapi sambil tertawa. "Ngoko telah sesalkan aku. "

Tetapi Sioe Lian pandang Suami isteri itu sambi1 tertawa "Tidak apa2 !" kata ia dengan tenang "Cara bagaimana aku

berangkat dari Soan hoa sampai disini"

Tek Naynay tarik tangan orang, buat diajak masuk. Siauw Hong pun turut masuk.

"Tetapi kouwnio ,Pakkhia tidak boleh disamakan dengan kota lain. disini ada segala macam orang, yang baik, yang jahat. Disini bisa terjadi segala hal, yang kita tidak pernah sangka"

Sioe Lian hanya bersenyum, ia duduk dibangku, tangannya keluarkan golok pendek, yang tadi ia umpatkan dalam bajunya.

"Ngoko, lihat ini" la kata pada Siauw Hong. "Tadi depan rumahnya Cia Mama aku rampas golok ini dan orangnya Biauw Cin San aku telah hantam mereka dan lukai sebelah? tangannya salah satu dari mereka itu"

Dan ia tuturkan lebih jauh apa yang telah terjadi saja. sebab Cia Mama dan gadisnya hendak dibikin susah oleh Biauw Cin San

Tek Siauw Hong terperanjat.

"Siapa sangka Siam Nio adalah gundik yang minggat dari Biauw Cin San" pikir ia. Ia menyesal, yang duluan ia telah ajak Bouw Pek pergi karumah pelesiran hingga sekarang telah timbul ekor seperti ini, sedang perkenalan Bouw Pek dengan Siam Nio pun mengasih kesudahan hebat bagi si anak muda, bagi Cie Sielong sendiri dan Poan Louw Sam si terokmok. "Kelihatannya lelakon masih panjang. Bouw Pek sudah pergi, sekarang sebagai gantinya datang nona ini. yang hatinya lebih keras daripada pemuda itu. Rupanya beberapa jiwa mesti melayang. "

Melihat orang diam saja Sioe Lian jadi berduka.

"Tek Ngo ko." berkata ia. "kau meajadi hamba negeri. sebenarnya tidak pantas buat aku, yang menumpang padamu, terbitkan urusan semacam ini. Sedikit banyak kau mesti kena

kerembet rembet. Aku menycsal. Tapi orang2 yang

menyebabkan kebinasaannya ayahku berada disini Thio Giok Kin, Ho Siam Houw. Ho Iyit Houw, Lie mo Ong Ho Kiam Go aku tidak tahan sabar lagi, aku hendak cari mereka dulu.

Jikalau aku menang, urusan lain. tetapi aku akan tanggung sendiri. "

Tek Siauw Hong goyang kepala. "Menurut peribahasa, permusuhan harus dilenyapkan dan bukannya diperbesar" kata ia. "Nona, kenapa kau hendak ambil tindakan itu?"

"Aku mesti membalas saku hati, Ngoko" ia bilang. .Aku juga mau singkirkan Biauw Cin San, okpa sangat jahat itu"

Setelah kata begitu Sioe Lian simpan golok pendek itu dalam badannya.

"Aku minta kouwnio sabar" Siauw Hong berkata pula "Biauw Cin San, Thio Giok Kin dan kawan2nya semua gagah, mereka tidak boleh dipandang enteng. Biauw Cin San punya piauw yang liehay sekali Dalam pertempuran. Khoe Kong Iyiauw pernah jadi korban piauwnya itu, barusan aku tengoki ia, lukanya bekas piauw telah bengkak dan sakitnya luar biasa, sampai ia susah tidur "

"Adikku, aku minta kau jangan ladeni mereka itu" ia turut membujuk. "Mereka orang jahat yang tidak kenal takut Piauw, panah, semua mereka bisa gunakan! kalau kau sampai terluka, bagaimana dengan aku?

Sioe Lian bersenyum melihat kekuatirannya nyonya rumah itu.

"Barusan akupun telah sambangi Tiat Pweelek" Siauw Hong kata pula. "Pweelek nasihatkan aku buat diam saja. akan lihat apa yang Biauw Cin San sekalian hendak lakukan. Ia bilang, kalau mereka langgar undang2, mereka baik ditangkap dengan bantuannya pembesar negeri. Pweelek ingin kita tunggu sampai Bouw Pek pulang, baru kita pikir lebih jauh bagaimana harus lawan mereka itu. "

Tapi sioe Lian bersenyum tawar.

Kerapa mesti tunggui Lie Bouw Pek?" kata ia.

Siauw Hong bingung bukan main. Nona ini benar2 beradat keras, sampai Bouw Pek pun tidak dilihat mata. Tapi ketika bicara, ia unjuk sikap lain. Ia kata

"Aku bukan maksudkan, bahwa dengan tidak ada Lie Bouw Pek kita lantas tidak berdaya. Aku hendak tunggu ia, oleh karena urusan ini urusannya. Biauw Cin San dan Thio Giok Kin diundang oleh Oey Kia Pok untuk Setrukan ia, dan Iyoei Siam pun kenalannya

Selagi mengucap yang paling belakang ini Siauw Hong perhatikan si nona.

Tapi Sioe Lian bersenyum dengan tidak kata apa, agaknya sinona sudah ambil putusan.

Sebentar kemudian nona ini nampaknya ia sabar pula seperti biasa.

"Tentang sakit hatiku, kita jangan bicarakan lagi" ia kata. "Tadi aku telah lukai dua orangnya Biauw Cin San, jikalau mereka datang pula, nyonya Cia dan anaknya tentu bisa celaka. Aku kuatirkan keselamatan mereka. "

"Tentang itu kouwnio jangan kuatir" S auw Hong menghibur "Dengan gunai pengaruh pangkatku, akan nanti kirim orang kekantor di Lam shia, minta dikirim orang kerumahnya Cia Mama untuk kasi lindungi ibu dan anak itu. Umpama kata Biauw Cin San datang sendiri dan tahu ada hamba negeri, ia tentu tidak berani gunai paksaan"

Setelah kata begitu Siauw Hong lantas keluar."

Tek Naynay segera gantikan suaminya membujuk nona itu.

Sioe Lian tidak banyak omong lagi tetap unjuk roman sabar.

"Sejak sku datang, aku selalu bikin Tek Ngo ko pusing" ia kata.

"Jangan bilang begitu, adikku " Tek Naynay kata sambil tertawa. "Ngo ko memang paling suka bersobat dan campur tahu urusan orang lain. aku sendiri sekarang ketularan adatnya itu. Marilah kitapun menjadi sahabat kekal" ia tertawa pula. "Apa yang aku harap sekarang yalah supaya Beng Jie Siauwya lekas kembali, agar kau berdua bisa bertemu, dengan begitu hatiku tenteram. Kau seorang perempuan, kendati gagah dan orang tidak bisa hinakan kau, buat kau hidup terus sendirian, itulah tidak selayaknya. "

Nyonye ini jadi terharu.

Sioe Lian kemudian balik kekamarnya. Siauw Hong sementara itu telah kirim orang kekantor pembesar polisi di Lam shia, buat minta perlindungan untuk Siam Nio dan ibunya, sedang orangnya sendiri, yang jaga pintu, ia perintah waspada akan kewajibannya.

Sore ini Yo Kian Tong datang berkunjung, maka Siauw Hong ojak tamunya bitiarakan urusan Sioe Lian, yang bikin ia berkuatir

"Kalau nona Jie mau tempur Thio Giok Kin, kita tidak bisa mencegah, kendatipun kita inginkan itu" berkata Sin Khio, Malaikat tumbak "Bisa jadi ia benar jauh lebih gagah dari pada musuhuya itu. tentang Bouw Pek aku rasa ia tidak akan balik lagi. la bukannya menyingkir karena takut Biauw Cin San dan Thio Giok Kin. ia hanya mau menyingkir dari si nona.

Siauw Hong menghela napas.

"Aku tidak sangka urusan jadi benar sulit." ia kata. "Kasihan Khoe Kong Ciauw, ia sampai terluka. Bila lagi beberapa hari Biauw Cin San sekalian masih tidak mau berlalu, aku tidak tahu, onar apa akan terjadi pula... "

Lantai Yo Kian Tong balik kehotelnya setelah bicara pula sekian lama.

Seorang diri Siauw Hong duduk bingung, ia baca buku tapi tidak tertarik, sampai isternya datang padanya. Disitu tidak ada orang lain, mereka berdua lantas pasang omong.

"Baru saja aku temani nona Jie," kata sang isteri dengan perlahan. "Ia kelihatannya sabar, telapi ia menangis, karena ingat ibu dan ayahnya. Akn rasa, tidak bisa tidak ia mesti lakukan pembalasan sakit hati ayahnya

"Jikalau ia tetap pergi, aku tidak sanggup merintangi," Siauw Hong bilang seraya geleng kepala. "Apa kita bisa bikin, kalau ia tidak mau perdulikan nasihat kita? Kita baru kenal ia, karena kita kenal Lie Bouw Pek "

"Baiklah kita tidak terlalu sembrono buat bujuki ia menikah Lie Bouw Pek" akhirnya Tek Naynay kata pula "Ia ternyata suci murni. Tadi ia perintahkan aku sebuah tusuk konde, ia telah menangis"

Siauw Hong jadi terharu. "Ia adalah nona yang baik, sayang penderitaannya begini hebat" kata ia "Terang Beng Soe Ciauw tidak punya hokkie. Kenapa nona begini elok dan gagah ia sia siakan? Kenapa dengan Bouw Pek ia main ngalah mengalah?.....

"Pelahan sedikit!" memperingatkan sang isteri, seraya tolak tubuh suaminya. Sembari kata begitu, ia menoleh kejendela.

Siauw Hong juga turut menoleh.

Dijendela ada cahaya rembulan, angin barat laut meniup niup, kecuati suara angin itu, semua sunyi senyap.

Kemudian Tek Naynay panggil bujangnya buat gelar perabot tidur.

"Apa nona Jie sudah tidur?" ia tanya bujang itu" "Penerangan dalam kamarnya sudah padam, boleh jadi ia

sudah tidur" sahut bujang itu.

Siauw Hong melihat diam, ia pergi keluar akan periksa pintu depan dan belakang, kemudian ia masuk pula akan terus tidur.

Esok paginya, Siauw Hong mendusin dengan kekuatirannya belum lenyap. Ia kuatir Sioe Lian pergi dengan tak dapat dicegah, sedang ia mesti pergi bekerja. Maka ia cuma bisa pesan istrinya akan berdaya sebisa2. la pergi dengan ajak Siu Jie.

Tek Naynay perhbatikan pesanan suaminya akan tetapi ia mengurus rumah, meski anaknya yang kecil ada babu yang jagai Maka selagi ia didalam, Sioe Lian diam-diam telah dandan dengan rapi" dengan bawa siangtoo ia pergi kebelakang, akan sediakan kudanya.

"Jie Kouwnio mau pergi kemana?' tanya bujang.

"Aku mau jalan2 dengan menunggang kuda!" sahut Sioe Lian seraya bersenyum tawar. "Apa kau hendak cegah aku?"

Bujang itu tidak berani mencegah, selain memberitahukan pada Tek Naynay, bahwa si nona telah pergi jauh......

Sekeluarnya dari Sam tiauw Hotong. Sioe Lian menuju ke Lami shia.

Dikota raja, orang perempuan lebih merdeka daripada dikota lain, tetapi kalau keluar mereka tentu naik kereta dan tenda dikasih turun dan kalau toh ada yang tunggang keledai, itu adalah orang2 perempuan desa. Maka sekarang Sioe Lian tarik perhatian orang banyak. Ia naik kuda sendiri dengan pakaian singsat. Begitulah ada juga yang membuntutinya.

Semua orang menduga-duga ia orang apa, dari mana datangnya dan hendak pergi kemana Tapi ia sendiri tidak

perhatikan orang2 yang terheran-heran itu, ia kasih kudanya lari terus, suara empat kaki kuda berketoprakan dijalan batu. Matahari dari timur menyoroti rambutnya yang hitam mengkilat....

Serangka goloknya yang kebentur-bentur kasih dengar suara.

Pagi itu angin dingin sekali.

Tak antara lama, Sioe Lian sudah sampai di Hoen pong Lioe-lie kay. ia menampak pintu rumah yang bobrok dari Cia Mama tertutup rapat. Ia turun dari kudanya dengan cambuk Ia ketuk pintu.

Tidak lama dari dalam terdengar suaranya Ie Jie "Siapa?"

"Aku, si orang she Jie," sahut Sioe Lian

Ie Jie kenal suara si nona, ia lantas membuka pintu, rambutnya masih kusut, tubuhnya dikerobongi baju butut. mukanya masih bertanda bekas aniaya kemarin.

"Pagi2 kau sudah datang, kouwnio" la menegor dengan kegirangan, "Silahkan duduk didalam! Cia Mama dan anaknya masih tidur, nanti aku bangunkan mereka "

"Tidak, tidak usah" nona Jie mencegah. "Aku mau tanya kau, kemarin sepergiku ada terjadi apa disini?"

"Ada, tetapi tidak apa" sahut le Jie. "Nona pergi belum lama, Biauw Cin San kirim orang pula buat mengganggu, baiknya datang dua hamba negeri, dengan begitu mereka tidak berani berbuat jahat. Mereka tanya nona pergi kemana, aku jawab tidak tahu"

Sioe Lian borsenyum ewah.

"Tidak usah mereka cari aku, aku sendiri akan cari mereka?" ia kata. Lantas ia tanya letaknya Keng in Tiam di Coe kee Tiauw. Kapan Ie Jie telah berikan penjelasan, ia lantas naik atas kudanya. "Sekarang juga aku hendak cari mereka itu!" ia kata. Kudanya ia kasih jalan kejurusan timur. Ketika sampai dimulut Coe kee kauw, ia kasih kudanya jalan dengan pelahan. Rambutnya ia sinkap naik.

Tidak lama nona kita sudah sampai didepan hotel Keng In Tiam. Didepan itu, berhadapan ada sebuah warung teh. Disitu kebetulan ada Ho Cit Houw yang sedang minum teh.

Lengannya yang dilukai oleh Beng Soe Ciauw, masih dibalut. Ia bangun dan keluar waktu lihat beberapa orang yang duduk didekat pintu pada berbangkit dan menubruk keluar, katanya untuk lihat satu nona yang tunggang kuda" Tentu saja ia menjadi kaget kereta ia segera kenalkan puterinnya Tiat Cie tiauw, lekas2 ia lari pulang kehotel untuk memberi kabar pada kawanya.

Dimuka Keng In Tiam beberapa orangnya Biauw Cin San pun lagi tonton si nona, yang lewat didepan hotel.

"Apa yang kau tonton?" Ho Cit Houw menegor "Dia itu sibudak perempuan she Jie, yang tidak boleh dibuat permainan!" Ia lari terus kedalam, tapi lekas juga ia berpapasan dengan Biauw Cin San, yang sedang bertindak cepat, tangannya menyekal golok, pinggangnya menggendol kantong piauw, dan mukanya yang terluka ditempeli kauwyoh. Ia unjuk roman gusar.

"Biauw Toasiok. coba lihat" Cit Houw kasih tahu. "Akan perempuannya Tiat Cia tiauw Jie Hiong Wan ada didepan hotel"

"Aku memang mau lihat dia, dia orang macam bagaimana, maka kau begitu jerih terhadap ia" berkata Teng Couw hie secara menyindir. Ia cepatkan tindakannya, ia ajak dua pengikutnya yang beroman bengis.

Sioe Lian lewat ketimur tidak jauh, lantai ia balik kembali.

Kapan Biauw Cin San lihat roman elok dan tubuh ceking langsing itu, hawa amarahnya buyar dengan lantas! Sambil urut kumisnya, ia malah tertawa, romannya girang bukan main. Ia kata pada kedua pengikutnya: "Kau kata ia galak seperti siluman, siapa tahu ia begini elok! Aku nanti bikin ia takluk, buat dibawa pulang ke Holam sebagai gundikku!. "

Ia perintah orang ambil kudanya, setelah ancap goloknya dipinggir kuda, ia loncat naik keatas binatang tunggangan itu dan kasih kudanya lari akan sambut si nona.

"Hai adik kecil, kau jangan main2 dihadapanku, siorang she Biauw" ia lantas kasih dengar suara, "Sedari siang2 aku sudah ketahui siapa kau! Hayo, adiku, lekas turun dari kudamu, mari ikut aku masuk kedalam rumah penginapan, temani aku minum arak"

D kiri kanan orang tertawa mendengar kata2 itu.

Jie Sioe Lian dapat dengar itu, menampak orang begitu kurang ajar ia jadi sangat mendongkol, hingga ia ayun cambuknya dan hajar kepala Wangwee itu.

Biauw Cin San tertawa berkakakan, meski ia rasai cambukan.

"Sungguh liehay" ia berseru sambil main "Kau berani cambuk aku eh?"

Ia hendak rampas cambuk itu. Tapi Sioe Lian sebat, ia tidak kasih cambuknya dirampas, sebaliknya, lagi beberapa kali ia menyabat. Maka akhirnya Teng couw hie, si Ikan Lodan, naenjadi murka, hingga urat dijidadnya pada timbul, kumisnya seperti bangun berjingkrak

"Perempuan celaka, kau benar tidak tahu diri!" ia segera mendamprat.

Tapi balum sampai tutup rapat mulutnya Sioe Lian yang telah berada dekatnya, sudah joroki ia dengan tiba2, hingga ia jatuh dari kudanya, sedang binatang tunggangan itu lantas loncat kepinggir, hampir saja ia kena ferinjak.

Sioe Lian niat cabut goloknya buat bunuh okpa itu, tetapi niatan ini ia batalkan, karena orangnya Biauw Cin San, yang nonton. sudah memburu kejurusannya sambil berteriak teriak, mereka semua membawa senjata. Ia tidak mau layani mereka itu, ia keprak kudanya dikasi lari ketimur. Biauw Cin San gusar bukan main, ia loncat bangun, dengan pakaian penuh debu ia loncat naik atas kudanya mengejar si nona

"Budak she Jie, jangan kau lari" ia berteriak Kemudian ia memaki kalang kebutan, karena sinona tidak gubris ia dan lari terus.

Sebenarnya Sioe Lian pun gusar sekali dan niat berikan hajaran pada okpa yang bermulut kotor itu, tetapi ia ingat bahwa didalam kota raja ia tidak boleh bertindak sembarangan, ia tahan sabar dan terus larikan kudanya. Ia hanya menoleh, dengan mengejek sembari bersenyum ia kata;

"Kau jangan memaki tidak keruan. Kalau kau bernyali besar, mari susul aku"

Dasar pemogor, Biauw Cin San toh puas melihat senyuman itu, sambil urut jenggotnya, ia tertawa dan menyahut:

"Tidak usah kau sebut nyali besar? Hari ini, kemana juga kau pergi, Biauw Thayya akan susul kau! Ketahuilah senyuman kau telah bikin semangatku terbang! "

"Cis!" Sioe Lian berludah seraya cambuk kudanya. Ia terus menuju ketimur.

Biauw Cin San buktikan perkataannya, ia mengejar terus.

Ia tidak ambil perduli, yang disepanjang jalan orang telah mengawasinya dengan terheran heran. Didalam hatinya ia kata: "Aku mau lihat nona manis, ke mana kau hendak pergi. "

Segera juga Sioe Lian sudah lewatkan See koo moei, masih saja ia menuju ketimur.

Sebagai juga bayangan Biauw Cin San lewatkan pintu kota itu, cuma ia menjadi ibuk, karena ia dapat kenyataan, diluar kota ini kudanya nampaknya tidak sanggup candak si nona, kuda siapa bisa lari dongan pesat dan tetap. Tiba tiba ia depat pikiran, dengan sebelah tangan menahan les kudanya, nampaknya tidak sanggup candak sinona kuda siapa bisa lari dengan pesat dan tetap. Tiba ia dapat pikiran, dengan sebelah tangan menahan les kudanya, sebelah tangan lagi merabah piauw, dengan apa ia timpuk binatang tunggangan Siu Lian

Serangan itu tidak mengenai sasarannya, bukan karena Teng-couw Hie tidak gapah hanya jarak diantara mereka terlalu jauh. Maka sembari siapkan sebatang piauw lain Biauw Cin San keprak kudanya akan mengejar pula!
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar