Budi Ksatria Jilid 40

Jilid: 40

DENGAN ketajaman mata yang luar biasa. padri berjubah

merah itu menyapa sekejap sekitar gelanggang, ketika dilihatnya jalan maju dihadang oleh Bu wi totiang dengan pedang terhunus, sedang jalan mundur dicegat oleh Ceng kong taysu dengan golok terlintang di dada, sadarlah padri ini bahwa harapannya untuk melepaskan diri dari kepungan sudah boleh dibilang musnah.

Dalam keadaan demikian, tiada pilihan lain lagi baginya kecuali bunuh diri ia jadi nekad, sambil menggigit bibir mendadak senjata kencrengannya itu digorok ke atas lehernya sendiri.

Darah segar segera berhamburan menggenangi seluruh permukaan tanah, dengan kepala hampir kutung dari badannya, robohlah padri itu dalam keadaan tak bernyawa.

Tatkala hwesio berjubah merah itu menggerakkan senjata kencrengannya tadi, dalam sangkaan Bu-wi totiang ia bakal disergap dengan gencar, hawa murninya telah dihimpun ke dalam pedangnya siap menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan, siapa tahu bukan serangan yang dilalukan malahan ia menggorok leher sendiri, ingin mencegah sudah tak sempat lagi, apa boleh buat? Terpaksa ia membiarkan musuhnya bunuh diri tepat di hadapan matanya.

Setelah hwesio itu menggeletak dalam keadaan tak bernyawa lagi, Ceng kong taysu melepaskan goloknya dan menghampiri jenasah orang itu. Perlahan-lahan ia membuka topeng kulit manusia yang menutupi wajahnya.

Apa yang kemudian dilihat olehnya membuat padri saleh dari gereja Siau-Iim-si ini menghela napas panjang, ujarnya dengan sedih :

"Aaai..! Ternyata tebakanku memang tidak keliru, ia benar-

benar adalah saudara perguruanku sendiri"

Bu-wi totiang ikut menghela napas panjang, selanya dari sisi kalangan :

''Bukan saja dalam gereja Siau lim si telah muncul murid durhaka, dalam perguruanku sendiripun muncul penghianat-penghianat penjual perempuan. Aaai..! Manusia yang sudah mati tak mungkin bisa hidup kembali, asal taysu merawat jenasahnya secara baik-baik, anggap sajalah perbuatanmu ini suatu penghormatan yang terakhir dari sesama saudara perguruan"

Ceng kong taysu menghela napas, tanpa banyak bicara lagi ia membopong mayat hwesio itu dan berlalu dari sana.

Menanti bayangan punggung dari Ceng-kong taysu sudah lenyap dari pandangan mata, kakek berbaju kuning itu baru menghela napas panjang, tiba-tiba ia berjalan menuju ke balik meja abu.

Baik Sun Put shia maupun Bu wi totiang sudah tahu kalau kakek berbaju kuning itu kemungkinan besar adalah penyaruan dari Siau Ling, akan tetapi sebelum membuktikan dengan mata kepala sendiri, mereka tak berani menegur secara gegabah, untuk sesaat lamanya dua orang jago lihay itu jadi kelabakan dan tak tahu apa yang musti dilakukan.

Dengan langkah yang cepat It bun Hin to mendahului kakek berbaju kuning itu, katanya dengan lirih :

“Aku akan membawa jalan untuk saudara.”

"Terima kasih!" jawab kakek berbaju kuning itu dengan nada yang singkat dan lembut.

It-bun Han to membawa kakek tua itu memasuki sebuah ruang kosong yang sepi. Di situlah dia menjura dan memberi hormat seraya menyapa:

“Siau tayhiap!"

Kakek baju kuning itu tersenyum, ia melepaskan penyaruannya dan pulihkan kembali wajahnya menjadi raut wajah yang asli dan dia memang bukan lain adalah Siau Ling yang lolos dari bencana kebakaran.

Terdengarlah suara langkah kaki manusia berkumandang memecahkan kesunyian, menyusul mana Sun Put-shia, Bu wi totiang dan Pek-li Peng sekalian memasuki pula ruangan itu.

Dengan langkah lebar San Put shia menghampiri si anak muda itu, sambil menggenggam tangannya dengan hangat, ia berseru:

“Saudara Siau, kiranya engkau benar-benar masih hidup, syukur ke hadirat Thian yang maha pengasih, akhirnya pendekar besar kita dapat lolos dari bahaya maut.”

"Engkoh tua, baik-baikkah engkau selama ini?” sahut Siau Ling sambil memberi hormat.

"Haahhh haaahhh haaahhh baik, sangat baik, apalagi setelah menyaksikan engkau lolos dalam keadaan segar bugar apanya lagi yang tidak baik?’

Beberapa patah kata itu kedengarannya memang sederhana tanpa embel apa-apa, tapi pada hakekatnya mengandung perasaan persaudaraan dan perhatian yang sangat mendalam.

Betapa taruhannya Siau Ling menghadapi kenyataan tersebut.

"Terima kasih banyak engkoh tua, atas perhatianmu!” katanya.

Bu wi totiang yang berada disisinya segera melanjutkan:

“Dua jilid kitab yang Siau tayhiap titipkan kepada Teng ji hiap dan suteku untuk diserahkan kepada pinto, telah pinto terima dengan selamat, sebentar akan kuserahkan kembali kepada Siau tayhiap!”

"Sudah totiang baca isinya?” tanya Siau Ling dengan cepat.

"Pinto hanya melihat nama kitab tersebut, isi buku itu sama sekali tidak kubaca!”

Siau Ling mengangguk.

“Kenapa tidak totiang baca isinya??”

“Pinto sudah tua dan tak ada gunanya, lebih pantas kalau kitab tersebut dibaca oleh generasi muda, dan lagi situasi yang kita hadapi toh sedang kritis pinto tidak punya kesempatan untuk membaca isi kitab tersebut.”

Sekali lagi Siau Ling mengangguk.

“Totiang berjiwa besar dan berpandangan jauh ke depan, boanpwe merasa kagum sekali dengan tindakanmu ini.”

Pek-li Peng yang selama ini membungkam di samping, tiba-tiba maju ke depan dan berkata: "Toako, aku mengaku salah!"

"Dalam soal apa kau merasa bersalah?'' tanya si anak muda itu sambil tersenyum.

“Toako berpesan kepadaku agar tidak membocorkan rahasia kehidupanmu kepada orang lain tapi tanpa persetujuan dari toako aku telah membocorkan rahasiamu itu !”

“Aaah! Tidak menjadi soal, aku dapat memahami kesulitan yang sedang kau hadapi pada hakekatnya kendatipun tidak kau katakan rahasia inipun tak mungkin bisa kelabuhi It bun sianseng!”

"Siau Tayhiap terlalu memuji diriku!” cepat-cepat It bun Han to menimbrung.

"Didalam peristiwa ini saudara Siau tak boleh menyalahkan nona Pek li.” Tiba-tiba Sun Put shia berseru, “kalau engkau akan menyalahkan maka tegurlah aku si pengemis tua, sebab akulah yang memaksa nona Pek li untuk mengaku!”

"Siau-te sama sekali tidak bermaksud menyalahkan siapapun, harap engkoh tua jangan salah paham!”

Sin Put shia tertawa.

"Aku tahu, sudah pasti engkau akan memberi muka kepada aku si engkoh tua ini...”

Tiba-tiba Pek li Peng menghela napas panjang, katanya setengah berbisik:

"Toako, sudah kau dengar semua bukan pembicaraan yang berlangsung di ruang abu tadi?”

"Mendengar soal apa?”

“Enci Gak telah pergi dari sini!”

"Jadi ia benar-benar sudah pergi dari sini?” seru Siau Liug dengan wajah tertegun.

"Aku sudah membicarakan banyak masalah dengan enci Gak, bahkan aku bersikeras memaksa dia agar jangan tinggalkan tempat ini tapi toh akhirnya ia pergi tanpa pamit.”

Sekilas cahaya merah melintas diatas wajah Siau Ling, ia segera tertawa ewa, katanya:

"Kalau sudah pergi yaa sudahlah, enci Gak memang suka pergi kesana kemari menuruti suara hati sendiri, siapa yang mampu membatalkan niatnya untuk pergi?”

Ketika menyaksikan lintasan cahaya merah diatas wajah si anak muda itu, sepasang mata It bun Han to bernilai tajam, tiba-tiba ia menyapu sekeliling tempat itu kemudian serunya:

"Sun heng, totiang nona Pek li, aku ingin mengajukan satu permintaan kepada kalian semua.”

Ketika didengarnya nama mereka bertiga disebutkan semua, tiga orang jago itu agak tertegun kemudian tanyanya:

"Ada persoalan apa?”

"Aku mempunyai suatu persoalan yang sangat penting untuk dibicarakan dengan Siau tayhiap dibawah empat mata, entah bagaimanakah menurut pendapat kalian bertiga??”

"Dalam hal ilmu silat, aku si pengemis tua paling

mengagumi saudara Siau, sedangkan dalam hal kecerdikan, aku si pengemis tua mengagumi It-bun sianseng, silahkan saja kaIau mau berbicara!" kata Sun Put shia dengan cepat.

It-bun Han to segera memberi hormat ke pada semua orang, lalu ujarnya dengan lembut:

“Siau tayhiap. mari kita berbicara di ruang sebelah situ saja!”

Dengan berjalan mengikuti di belakang It-bun Hin-to, akhirnya sampailah si anak muda itu dalam sebuah ruang lain, disana pemuda itu segera bertanya:

“It bun sianseng, ada persoalan apa engkau mengundang kedatanganku ke sini??”

“Muntahkan keluar gumpalan darah yang berada dalam dadamu, tahanlah hawa murnimu dan paksakan dengan segala kemampuanmu!”

Dengan sorot mata yang amat tajam Siau Ling menatap sekejap paras muka It-bun Han to, kemudian dia pejamkan matanya dan muntahkan keluar segumpal darah kental dari mulutnya.

Setelah itu sambil menghela napas panjang katanya :

"It bun sianseng, engkau benar-benar sangat lihay. Tak kusangka engkau tahu kalau aku sudah menderita luka!"

“Luka yang kau derita tidak terlalu parah, gumpalan darah yang menyumbat dalam dadamu itu sebagian besar disebabkan karena masalah Gak Siau cha, nona Gak.."

“It-bun heng, darimana engkau bisa yakin bahwa pendapatmu Itu tidak keliru?!” sela Siau Ling dengan sepasang alis matanya berkenyit.

It-bun Han to tersenyum.

"Siau tayhiap, berkat penghormatanmu atas diri aku It bun Han to lah maka aku berhasil melepaskan diri dari jalan yang sesat, untuk itu akupun harus menggunakan segala kemampuan yang kumiliki untuk membalas budi kebaikan ini. Aku tahu masalah yang menyangkut tentang hubungan Siau tayhiap dengan nona Gak adalah urusan aku harus memberi komentar kepadamu...!"

Sesudah rahasia hatinya terbongkar, Siau Ling tidak berusaha untuk mengingkari lagi, terpaksa dia menghela napas panjang.

“Petunjuk apakah yang hendak Saudara lt-bun berikan kepadaku...?!” tanyanya.

”Baik Lan Giok-tong, Giok siau-long kun maupun Wu kongcu dari perguruan Ngo tok bun semuanya telah terpesona oleh kecantikan Gak Siau cha, padahal orang itu terhitung jago muda yang berwatak tinggi hati baik tampang wajahnya maupun kepandaian silatnya terhitung kelas satu di dunia persilatin, manusia macam mereka sebenarnya saja tak perlu kuatir kalau tak mendapatkan jodoh, tapi kenyataan membuktikan bahwa mereka semua terpikat oleh nona Gak. Nah, di sinilah letak kunci dari semua peristiwa ini, dan aku hendak mengajak engkau untuk membahas; apakah alasannya sehingga terjadi kesemuanya ini"

"Alasan apa?"

“Alasan tentang sebab musabab sehingga, mereka jadi terpikat kepada nona Gak!"

“Menurut penglihatanku, Nona Gak adalah seorang gadis yang sopan santun dan tak pernah menunjukkan gerak-gerak yang genit atau menimbulkan rangsangan bagi orang lain, dalam kasus ini Giok Siau Long kun memang beralasan untuk mencintai nona Gak, sebab bagaimanapun juga ia pernah bergaul selama banyak tahun dengan nona itu. Tapi kalau dibilang Lan Giok tong serta Wu kongcu dari Ngo tok bun juga jatuh hati kepadanya, aku jadi heran dan benar-benar tak habis mengerti, sebab menurut penilaianku mereka tak pernah berhubungan dengan enci Gak ku itu, malahan boleh dibilang berbicarapun jarang.”

It bun Han to termenung sebentar, kemudian katanya:

“Siau tayhiap, apakah engkau dapat merasakan bahwa nona Gak mempunyai sesuatu yang lain daripada orang-orang biasa?”.

Siau Ling menggeleng.

"Aku tidak pernah mempunyai perasaan seperti itu!" sahutnya.

“Coba bayangkan secara seksama, bukankah setiap kali setelah berjumpa dengan dirinya maka engkau merasa mempunyai kesan yang lebih dalam mengenai dirinya ?. Dan semakin mendalam kesan tersebut maka seakan-akan kesan itu sudah melekat dalam hatimu, baik dicuci atau dibersihkan dengan cara apapun kesan itu tak bisa hilang malahan bagaikan bayangan saja selalu mengikuti didalam hatimu?.”

Siau Ling menghembuskan napas panjang.

"Dahulu aku sama sekali tidak mempunyai perasaan seperti itu, tapi setelah bertemu kali ini…”

Berbicara sampai disitu, mendadak ia membungkam dan tidak meneruskan lagi kata-katanya.

"Bukankah engkau merasakan suatu perasaan yang aneh dan lain daripada yang lain?'' sambung It bun Han to dengan cepat.

"Begitulah!"

"Dahulu usiamu masih kecil dan engkau sama sekali belum mengenal apa artinya cinta asmara, tentu saja kecantikan dan daya pikat yang dimiliki Gak Siau cha sama sekali tidak berpengaruh apa-apa bagimu, tapi setelah kau bertemu lagi dengannya, waktu itu kau sudah dewasa, tentu saja kesan yang diperolehpun jauh berbeda.”

Siau Ling menghela napas panjang.

"Aaai..! Mungkin apa yang kau katakan memang tidak keliru, tapi bagaimanapun juga daya pikat adalah timbul dari dalam tubuh seseorang, dalam hal ini enci Gak tak bisa disalahkan!"

"Terlepas dari salah atau tidak, menurut pengamatanku menurut ilmu raut wajah, maka garis-garis muka Gak Siau cha menunjukkan bahwa dia memiliki suatu kekuatan daya pikat yang tersembunyi, dan daya pikat tersembunyi itu luar biasa besar pengaruhnya, selama seribu tahun belum tentu ada seorang gadis dilahirkan dengan ciri semacam itu"

“Itu kan bukan salahnya?!” cepat Siau Ling menimbrung dengan sepasang mata berkedip.

“Nona Gak tidak salah. Lan Giok tong dan Gak-siau- long kun sekalipun tidak salah, yang salah adalah alam yang telah menciptakan dirinya dengan daya pikat yang maha hebat, membuat penampilannya di manapun membuat dunia jadi heboh, membuat banyak jago terpikat dan tergila-gila kepadanya"

"Aai..! Dari dulu sampai sekarang, perempuan cantik adalah bibit bencana, ternyata peri bahasa ini sedikitpun tak salah !"

It bun Han to termenung dan berpikir sejenak, kemudian sahutnya :

“Ucapanmu ini boleh juga dikatakan benar, tapi pada hakekatnya dibalik kesemuanya itu masih tersimpan suatu rahasia yang maha besar dan rahasia itu belum bisa dipecahkan oleh siapapun, Apa yang diucapkan Wu kongcu tadi memang benar, bukan dia saja yang terpikat oleh daya tarik nona Gak, malahan Shen Bok Hong sendiripun sudah mulai terpesona dibuatnya.”

Perasaan hati Siau Ling kontan bergolak keras, paras mukanya sebentar berubah jadi merah sebentar lagi jadi pucat; jelas dalam batinnya sedang terjadi suatu pergolakan yang keras.

Lama…, lama sekali, pemuda itu baru menghela napas panjang, ujarnya kemudian :

"It bun sianseng, kalau memang demikian keadaannya, maka apa yang musti kita lakukan untuk selamatkan jiwa enci Gak ku itu dari ancaman bahaya?!”

“Biarkan dia mangasingkan diri di tempat terpencil dan kurangi kesempatannya untuk bertemu dengan orang lain.

Biarlah ia hidup di sebuah dunia yang lain dan jauh dari pergaulan manusia. Asalkan masa mudanya telah berlalu dan usia lanjut mulai merongrong wajahnya, saat itulah daya pikatnya yang luar biasa itu akan lenyap dan musnah dengan sendirinya.”

"Jikalau ia tak mau berdiam di suatu tempat yang terpencil dan terasing dari pergaulan masyarakat, masa kita harus menyekapnya di dalam ruangan khusus?”

"Masih ada satu cara lain untuk menanggulangi kesulitan itu. Asal dia kenakan sebuah topeng kulit manusia sehingga daya pikatnya itu tertutup maka dia akan bebas bergerak ke mana-mana tanpa kuatir membikin heboh lagi!"

"Ehmm..! Aku rasa cara ini memang sangat jitu.”

''Sudah cukup lama kita bercakap-cakap, aku rasa pergolakan darah di dada Siau tayhiap pun telah menjadi tenang kembali, sekarang silahkan duduk untuk mengatur pernapasan”.

Siau Ling sendiripun tentu saja tahu bila tidak duduk bersemedi pada saat seperti ini, niscaya hawa murninya akan mengalami kerugian besar, maka sahutnya:

"Terima kasih atas peringatan dari It bun heng!"

“Masih ada beberapa lagi kita bicarakan sehabis engkau bersemedi nanti. Nah! Aku mohon diri lebih dahulu".

Perlahan-lahan ia mengundurkan diri dari ruangan tersebut.

Menanti sesudah bayangan punggung dari It-bun Han-to lenyap dari pandangan mata, Siau Ling baru duduk bersila dan

mulai mengatur pernapasannya.

Ketika ia menyelesaikan semedinya, tampaklah Pek li Peng sedang duduk di sisinya sambil tersenyum.

Waktu itu dia sudah berganti dengan dandanan seorang perempuan, alisnya yang cantik, bibirnya yang merah bagaikan delima merekah serta hidungnya yang macung, membuat gadis itu tampak lebih cantik dan mempersonakan hati.

"Toako, apakah engkau baik-baik saja?!” tegurnya dengan suara yang amat lembut.

Siau Ling segera mengangguk.

"Ehem ! Aku sangat baik'*

''Menurut It bun sianseng, di kala toako sedang adu tenaga melawan Shen Bok Hong tadi engkau telah terluka semua orang sangat menguatirkan kesehatan badanmu.”

"Aaah! Tidak menjadi soal, cuma sedikit luka enteng saja!” sahut Siau Ling sambil tersenyum.

Dari sakunya Pek li Peng ambil keluar sepucuk surat sambil diangsurkan ke muka, katanya:

"Sebelum pergi tinggalkan tempat ini enci Gak telah meninggalkan dua pucuk surat yang satu ditujukan kepadaku sedang yang lain untukmu pribadi!”

Siau Ling segera menerima simpul surat itu dan dilihat tulisannya, tampaklah tulisan diatas sampul itu berbunyi demikian:

"Mohon bertuan adik Peng untuk diserahkan kepada Siau Ling pribadi"

Gaya tulisannya sangat indah dan kuat, tak salah lagi inilah tulisan dari Gak Siau cha.

Cepat si anak muda itu merobek sampulnya dan membaca isi surat itu.

"Buat saudaraku Siau Ling yang tersayang : Dalam surat wasiatnya mendiang bibi Im mu telah menjodohkan cici kepadamu. Tentunya apa yang telah kukatakan sewaktu ada di ruang abu telah kau dengar semua bukan?

Kendatipun rahasia tersebut tak pernah kubeberkan kepadamu, akan tetapi sejak dahulu aku telah menganggap engkau sebagai suamiku.

Bila engkau sudah mati, maka sebagai seorang istri sudah menjadi kewajikanku untuk membalaskan dendam bagi kematian suaminya, tapi dari mulut adik Peng dapat kuketahui bahwa engkau belum mati.

Maka dalam keadaan begini situasipun ikut berubah, setelah engkau hidup maka sekarang menjadi kewajiban cici untuk membalaskan dendam bagi kematian bibi Im mu.

Kini cici sudah menemukan jejak dari pembunuh bibi Im mu itu, asalkan bukti sudah kuat maka segera akan kulakukan pembalasan dendam.

Aaai.! Bagaimanakah nasibku di kemudian hari? Sukar untuk diramalkan mulai sekarang, mungkin juga

dikemudian hari kita tak terjodoh untuk bertemu muka lagi apa pula aku sudah mengakibatkan banyak kehebohan. Sebagai seorang perempuan yang telah bersuami, aku merasa malu dan menyesal atas semua peristiwa yang telah terjadi ini.

Aku lihat adik Peng adalah seorang dara yang suci bersih dan menarik hati, semoga engkau bila merawatnya dengan penuh kasih sayang, apalagi ia telah melepaskan cinta yang begitu mendalam kepadamu, sudah sewajarnya kalau engkaupun membalas cintanya.

Jika engkau masih mau menganggap diriku ini sebagai istrimu, turutilah permintaanku ini, menyayangi adik Peng seperti pula menyayangi aku, sebab dialah pasanganmu yang paling setimpal.

Banyak perkataan yang sukar kutuliskan dalam surat ini, tentunya engkaupun dapat memahami betapa gelisah dan kusutnya perasaanku sekarang, semoga adik Siau bisa memaklumi kesusahanku ini.

tertanda: Gak Siau cha"

Selesai membaca surat peninggalan dari Gak Siau cha itu, Siau Ling merasakan pikirannya jadi kusut. Perasaan hatinya, bercampur aduk! dan sukar dilukiskan dengan kata-kata. Ia tak tahu apakah musti cinta atau kah harus benci.

Tiba-tiba Pek li Peng menegur dengan suara yang lembut:

“Toako, apa yang ditulis enci Gak dalam suratnya itu??”

"Dia suruh aku baik-baik merawat dan menyayangi dirimul" jawab Siau Ling sambil menarik napas panjang.

Pek li Peng tampak tertegun, tiba-tiba air matanya jatuh berlinang membasahi pipinya.

Dengan penuh rasa sayang Siau Ling menggenggam sepasang lengan dara itu, kemudian tanyanya:

“Peng-ji, mengapa menangis??”

“Aku juga tak tahu musti bersedih hati atau gembira, aaai !. Bicara sesungguhnya enci Gak lah merupakan pasangan yang paling setimpal bagimu!.”

Siau Ling tersenyum.

*'Peng ji!" ucapnya "bukankah Lan Giok tong pernah berkata, enci Gak adalah seorang gadis yang amat cantik jelita bak bidadari dari khayangan siapakah manusia di bumi ini yang pantas mendampinginya?”

Dengan hati yang sedih Pek-li Peng tundukkan kepalanya rendah-rendah, ia berbisik :

"Toako, apakah engkau bisa memahami perasaan hati enci Gak yang sebenarnya??”

"Kenapa?!”

“Pada hakekatnya enci Gak sangat mencintai dirimu, cuma saja dia tidak seperti aku, semua persoalan yang dihadapi selalu tercermin diatas wajah..!”

Siau Ling menghela napas panjang, sesudah hening beberapa saat lamanya tiba-tiba ia bertanya :

"Apa saja yang dibicarakan enci Gak dengan dirimu?!”

"Banyak sekali yang telah kami bicarakan. Tapi bicara pulang pergi toh bahan pembicaraan itu berkisar pada urusan dua orang, yang satu adalah engkau sedang yang lain adalah aku!"

"Apa yang dikatakan enci Gak tentang diriku?!”

"Dia suruh aku menasehati dirimu agar baik-baik menjaga diri, janganlah memikirkan keselamatannya lagi"

"Tentang soal ini aku sudah tahu, sebab dalam suratnya yang diberikan kepadaku, dengan jelas Enci Gak sudah membicarakan persoalan itu.”

"Walaupun enci Gak mengatakan begitu, masa kita benar-benar harus berpeluk tangan belaka tanpa membantu usahanya untuk membalas dendam?”

Siau Ling termenung dan berpikir beberapa saat lamanya, kemudian sahutnya:

"Situasi pada saat ini amat kritis, mungkin kita memang benar-benar tak mampu membantu dirinya.”

"Masa toako tidak mau tahu dan sama sekali tidak menggubris tentang usaha enci Gak untuk membalaskan dendam bagi ibunya?” desak Pek li Peng lebih jauh.

Siau Ling tertawa ewa.

"Ambisi Shen Bok Hong untuk menguasai seluruh kolong langit sudah terbongkar sementara It bun sianseng telah memanfaatkan kesempatan dikala aku tersiar mati untuk mengundang kehadiran seluruh orang gagah di dunia ini untuk berkumpul disini, aku rasa suatu perang massal sudah tak

dapat dihindari lagi, bagaimanapun juga tak mungkin bagi diriku untuk meninggalkan tempat ini sebelum semua urusan di tempat ini menjadi beres!'

“Aaai.! Pek-li Peng menghela napas panjang, betul juga apa yang diucapkan toako. Persoalan di tempat ini pun tak kalah pentingnya, apalagi toako adalah pemimpin yang mempengaruhi jalannya pertarungan, tentu saja tak mungkin bagimu untuk meninggalkan tempat ini."

“Peng-ji, pergilah ke ruang samping sana dan undanglah kemari It-bun siangseng, Sun locianpwe serta Bu wi totiang. Aku hendak mengajak mereka untuk merundingkan beberapa persoalan. Baru saja Shen Bok Hong mengalami kekalahan total, maka kalau kita bisa mendahului mereka dan lebih baik lagi kalau berhasil menawannya hidup?!"

Pek li Peng segera mengiakan, ia putar badan dan berlalu dari raungan itu.

Sepeninggalnya gadis tersebut, Siau Ling menengadah dan menghembuskan napas panjang, perlahan-lahn ia duduk diatas sebuah kursi. Dengan menggunakan segala kesabaran yang dimilikinya, ia berusaha untuk menenangkan kembali perasaan hatinya.

Selang sesaat kemudian, Sun Put shia, Bu wi totiang serta It bun Han to telah muncul dalam ruangan itu. Pek li Peng menyusul dipaling belakang.

"Saudara-saudaraku, silahkan duduk”, seru Siau-Ling sambil bangkit berdiri.

Setelah beberapa orang itu duduk sambil tersenyum It bun Han to bertanya:

"Ada urusan apakah sehingga Siau tayhiap mengundang kedatangan kami semua kemari?”

"Secara tiba-tiba saja aku telah teringat akan suatu persoalan, maka kuundang kedatangan kalian untuk merundingkannya.”

"Ada urusan apa toh saudaraku?” timbrung Sun Put shia dengan lantang, “katakan saja secara blak-blakan, caramu main sembunyi sangat tak sedap dipandang!”

Siau Ling tersenyum.

"Masalah yang hendak kurundingkan adalah soal mengenai Shen Bok Hong. Siau te ingin membekuknya sebelum ia bersiap sedia!”.

"Kalau ingin menang dan sukses maka semua rencana harus disusun dengan sebaik-baiknya" kata It bun Han to. “Siau tayhiap apakah engkau bisa membeberkan rencanamu itu?”

“Maksudku, gerakan ini lebih baik lagi kalau dilakukan dengan secepat-cepatnya. Selesai berunding nanti, kita segera menghimpun segenap kekuatan yang ada dan kita langsung menyerbu ke dalam sarangnya Shen Bok Hong agar mereka jadi kalut dan kelabakan!"

Sinar matanya dialihkan keatas wajah It bun Han to, kemudian sambungnya lebih jauh :

"Apa yang kukatakan hanyalah berupa suatu idee belaka, tentang rencana yang lebih cermat maka terpaksa musti merepotkan It-bun heng untuk menyusunkan bagi kita!"

It bun Han to termenung| sebentar, lalu jawabnya :

“Memang, sangat banyak jago persilatan yang berkumpul di tempat ini sekarang, akan tetapi jago yang benar-benar bisa diminta batuannya tidak banyak jumlahnya, apabila suasana rencana kita kurang cermat maka pertarungan itu boleh dibilang merupakan suatu pertarungan adu kekerasan, berbicara tentang kekuatan masing-masing pihak, maka kekuatan kita masih belum sanggup untuk menandingi kekuatan dari perkampungan Pek-hoa-san cung!”.

“Aku akan menghadapi Shen Bok Hong, sedangkan yang lain menghadapi jago-jago dari perkampungan Pek-hoa-san cung. Apakah mereka tak mampu menandinginya??”

“Soal ini masih merupakan suatu tanda tanya besar, apalagi Siau tayhiap sendiri toh belum mempunyai keyakinan untuk menangkan Shen Bok Hong, maka menurut penilaianku dalam pertarungan ini menang ataupun kalah kita masing-masing sama-sama memegang kans lima puluh persen lawan lima puluh persen.”

“Jadi kalau begitu kita tak boleh melangsungkan pertarungan dengan keras lawan keras??”

“Akibat dari perang tanding tersebut sukar dilukiskan dengan kata-kata, bukan saja menang kalah belum bisa ditentukan, bahkan akhirnya kedua belah pihak sama-sama menderita kerugian beesar !”

Siau Ling segera mengerutkan dahinya rapat rapat.

“Kalau kudengar dari perkataan It-bun hang, agaknya lebih banyak kalahnya buat pihak kita daripada menangnya .?”

It-bun Han to segera mengangguk.

"Begitulah maksudku…”

Setelah berhenti sebentar, dia melanjutkan kembali kata-katanya:

“Tapi apabila kita dapat mengetahui sampai dimanakah kekuatan yang sebenarnya dimiliki Shen Bok Hong dewasa ini, kemudian menyusun suatu rencana yang jitu, kemungkinan besar kita bisa menangkan pertarungan itu…”

Siau Ling menghela napas panjang.

"Aaaai..! Kalau begitu, terpaksa aku harus turun tangan sendiri untuk mencari kabar dari mulut Kim hoa hu jin!”

"Apa perlunya bersusah payah mencari Kim hoa hujin?” sahut It bun Han to mendadak. Lan Giok tong kini sudah sadarkan diri siapa tahu kalau dari mulutnya kita berhasil mencari tahu sedikit banyak latar belakang kekuatan dari Shen Bok Hong?”

"Bagus sekali, apakah sekarang ia sudah bisa berbicara?

"Sekarang belum, mungkin dua jam lagi dia akan sadar betuI dan sanggup berbicara.”

"Siapakah yang telah mengobati luka beracunnya itu?”

“Kecuali It-bun sianseng, siapa lagi yang mampu melakukan pekerjaan tersebut?” sahut Bu wi Totiang yang ada di samping sambil tersenyum.

“Kalau dibicarakan sesungguhnya sangat memalukan, pada

hakekatnya aku sendiripun tidak memiliki kepandaian apa-apa, aku hanya bekerja secara adu untung tak tahunya pengobatan tersebut malahan mendatangkan hasil yang lumayan!"

“Saudara Siau," tiba-tiba Sun Put shia berseru dari samping, "aku si sipengemis tua ingin menanyakan beberapa hal kepadamu. Apakah engkau bersedia untuk menjawabnya?"

"Silahkan toako katakan, Siau te akan memperhatikannya dengan seksama..”.

“Secara tiba-tiba engkau ingin membinasakan Shen Bok Hong dalam waktu singkat, bahkan keputusanmu ini jauh diluar dugaan siapapun, apakah dibalik rencanamu itu masih terdapat sebab-sebab yang lain?"

“Alasannya amat sederhana, barusan saja ia menderita kekalahan total, maka siau-te ingin manfaatkan kesempatan yang sangat baik ini untuk membasmi kekuatannya sampai ke akar-akarnya asalkan dia bisa kita singkirkan maka dunia pun akan jadi aman, dan kita tak usah merasa kuatir terus menerus.”

“Hanya itu saja alasannya??”

“Apabila kita mengulur waktu, memang banyak persiapan yang bisa kita lakukan, tapi pihak lawan toh juga bisa mempersiapkan diri ? Dan lagi, kecuali beberapa orang yang ada sekarang ini, siau-te tak dapat berpikir siapa lagi yang akan membantu kita untuk menumpas kekuatan Shen Bok Hong !”

"Ehmm, masuk di akal juga alasan ini, cuma aku si pengemis tua tetap merasa bahwa selain alasan tersebut sebetulnya engkau masih mempunyai tujuan lain!"

Siau Ling tertawa jengah, karena didesak terus terpaksa ia mengakui juga secara terus terang.

“Siau-te ingin cepat-cepat membinasakan Shen Bok Hong, bila urusan disini telah selesai maka siau-te harus segera tinggalkan tempat ini untuk membantu seseorang dalam usaha pembalasan dendamnya.”

“Siapa yang akan kau bantu??”

"Gak Siau cha, nona Gakl"

Sun Pat shia segera tersenyum.

“Sudah aku duga, urusan ini pasti ada hubungannya dengan nona Gak, ternyata dugaanku tidak keliru.”

Sesudah berhenti sebentar, dia melanjutkan kembali kata-katanya:

“Siapakah musuh besar nona Gak??”

“Aku sendiripun tak tahu, sebab dalam suratnya ia tidak menyebutkan nama orang itu.”

“Dia tinggal dimana??”

Sekali lagi Siau Ling menggelengkan kepalanya.

"Tentang soal ini, siau-te sendiripun tak tahu!" sahutnya.

Sun Put shia segera tertawa;

“Dunia bukanlah selebar daun kelor, kemana engkau akan mencari dirinya ? Kalau toh siapa orang itu dan tinggal

dimanakah orang itu tidak diketahui olehmu pencarian tersebut ibaratnya mencari jarum di tengah samudra, sekalipun mencari selama dua tiga tahun belum tentu menemukan jaga.”

Siau Ling pada dasarnya memang tak pandai berbohong, maka sesudah didesak Sun Put shia. akhirnya dia utarakan juga rahasia hatinya secara terus terang.

Sun Put shia mendehem ringan, kembali katanya:

“Begini saja, biar aku si pengemis tua mengutus orang-orang dari pihak Kay pang untuk mencarikan jejak dari nana Gak, begitu beritanya ketahuan maka segera akan kuberitahukan kepadamu !”

"Alangkah baiknya kalau pihak Kay pang mengutus pula beberapa orang jago lihaynya untuk membantu nona Gak secara diam-diam!", sambung It bun Han-to dengan cepat.

Sun Put shia mengangguk:

"Aku si pengemis tua segera laksanakan tugas ini!" katanya, ia segera bangkit dan menuju keluar

Siau Ling menggerakkan bibirnya seperti mau mencegah kepergian pengemis tua itu tapi dikala kata-kata itu melucur sampai di ujung bibirnya, mendadak dia membatalkan maksudnya.

It bun Hao to segera bangkit berdiri seraya berkata.

“Akan kutengok bagaimanakah keadaan luka yang diderita Lan Giok-tong, jikalau ia sudah mampu berbicara, maka akan kuundang kedatangannya kemari agar kita bisa bercakap-

cakap lebih jauh!"

Mengikuti di belakang Sun Put shia, dia pun berlalu dari situ.

Kurang lebih seperminum teh kemudian It bun Hanto telah muncul kembali dalam ruangan itu seraya berkata dengan suara lirih:

"Lan Giok tong telah sadarkan diri, ketika ia mengetahui bahwa Siau tayhiap ingin bercakap-cakap dengannya, ia kelihatan bersemangat sekali”

"Baik ! Kita saja yang pergi kesitu..!” ujar Siau Ling kemudian sambil bangkit berdiri.

“Biarlah aku yang membawa jalan !” ucap It bun Han to, ia melangkah lebih dahulu tinggalkan ruangan tersebut.

Dengan mengintil di belakangnya, sampailah Siau Ling berdua dalam sebuah ruangan lain.

Dalam ruangan itu hanya terdapat sebuah pembaringan, Lan Giok tong yang pucat pias seperti mayat berbaring diatas pembaringan tersebut, mukanya layu dan sinar matanya sangat redup.

Ketika Siau Lirg melangkah rrasuk ke dalam ruangan Lan Giok tong segara meronta bangun sambil menyapa:

"Siau tayhiap…"

Cepat Siau Ling memburu ke depan dan membaringkan kembali Lan Giok tong ke atas kasur bisiknya dengan lirih:

"Lan heng, jangan banyak bergerak, berbaringlah disitu!”

Lan Giok tong menghembuskan napas panjang.

"Aaaaii ! Sudah berapa kali aku mencelakai diri Siau tayhiap, tapi Siau tayhiap tak pernah menaruh sikap permusuhan atau dendam terhadap diriku, ini sungguh membuat aku jadi kecewa dan malu dengan sendirinya..!”

Siau Ling tersenyum.

"Kejadian yang sudah lewat, kenapa musti kita ungkap-ungkap lagi? Sudah sepantasnya kalau kita bicarakan persoalan yang kita hadapi sekarang ini, bukankah begitu?”

“Kebesaran jiwa Siau tayhiap sangat mengecewakan diriku, aku Lan Giok tong benar-benar merasa malu dan tak punya muka lagi untuk berjumpa dengan dirimu.”

"Bukankah sudah kukatakan, persoalan yang sudah lewat biarkanlah lewat…”

Setelah berhenti sebentar, ia melanjutkan:

"Lan heng, aku ingin mengajukan satu pertanyaan kepadamu, apakah engkau bersedia untuk memberikan jawabannya?”

''Asalkan persoalan itu aku ketahui, sudah tentu akan kujawab sejujurnya, apa yang ingin Siau tayhiap tanyakan? Katakan lah secara terus terang !”

"Sebenarnya berapa banyak jago silat yang dimiliki Shen Bok Hong dewasa ini? Dan sampai dimanakah kekuatan yang mereka miliki?

"Shen Bok Hong adalah seorang manusia licik, seekor rase tua yang sangat lihay. Tidak pernah ia siarkan rahasia yang menyangkut kekuatan pihaknya, kecuali dia pribadi aku rasa tiada orang kedua yang benar-benar mengetahui kekuatan yang dimilikinya dewasa ini.."

Sesudah berbatuk ringan, sambungnya lebih jauh.

"Walaupun begitu, menurut apa yang kuketahui hampir semua perguruan dan partai-partai persilatan yang ada di dunia ini telah digunakan olehnya, oleh karena itulah kecuali kekuatan yang telah berkumpul dalam perkampungan Pek hoa san cung dewasa ini, sebetulnya dia misih memiliki pula kekuatan tersembunyi yang menyusup dalam tubuh perguruan-perguruan silat itu !”.

Siau Ling sagera menganggukkan kepalanya berulang kali.

”Soal itu aku sendiripun sudah tahu, aku rasa tak perlu Lan-heng terangkan lagi…!”

Ia berhenti sebentar, kemudian sambung nya lagi :

“Yang kumaksudkan, apakah Lan heng dapat menerangkan kecuali jago-jago silat biasa, apakah Shen Bok Hong berhasil menghimpun pula jago-jago silat lain yang kelihatannya istimewa dan luar biasa sekali, misalnya tokoh-tokoh silat lama yang telah lama mengasingkan diri..”

“Kecuali jago-jago silat yang sejak semula sudah terhimpun di dalam perkampungan Pek hoa san cung, memang ada jago-jago lain yang mendapat perlakuan istimewa dari Shen Bok Hong. Yang agak dihormati adalah Wu Kongcu yang berhasil melukai aku tadi, selain itu terdapat pula seorang jago tua yang bernama Hui huang kiam ( pedang walang terbang ) aku

sendiripun kurang tahu jago tua ini berasal dari mana, akan tetapi kalau kutinjau dari sikap Shen Bok Hong yang begitu menghormati jago tua tersebut dapatlah kutarik kesimpulan bahwa jago tua itu benar-benar memiliki ilmu silat yang sangat lihay!”.

“Hui huang kiam?" bisik It bun Han to

“Betul, dia bernama pedang walang terbang !”

Agaknya Siau Ling tidak begitu tertarik oleh jago tua yang bernama pedang walang terbang itu, segera ujarnya kembali:

“Aku dengar beberapa waktu belakangan ini Shen Bok Hong pernah mengadakan pertemuan dengan seorang hweesio. Apakah Lan heng mengetahui akan soal ini??”

Lan Giok. tong segera mengangguk.

“Tentu saja tahu, cuma saja belum pernah kami semua sempat berjumpa muka dengan hweesio itu.

“Pernah mendengar nama atau julukannya?”

-oo0dw0oo-

“KAMI semua cuma tahu kalau dia pergi menjumpai seorang tokoh persilatan yang amat sakti, dan katanya Shen Bok Hong sedang berusaha untuk membujuk orang itu agar bersedia masuk menjadi anggota perkampungan Pek hoa-san cung. Siapa namanya kami kurang jelas, tapi yang pasti jago lihay itu bukan manusia sembarangan sudah pasti dia adalah seorang tokoh sakti yang disegani oleh Shen Bok Hong

sendiri.”

Mendengar keterangan tersebut, dalam hati kecilnya Siau Ling segera berpikir:

"Waah..! Kalau begini caranya, sekalipun kuajukan pelbagai pertanyaan lagi juga percuma saja, belum tentu aku bisa peroleh jawaban yang memuaskan hati"

Berpikir sampai disitu, diapun lantas mengalihkan pokok pembicaraan ke soal lain, katanya kemudian:

"Saudara Lan, masih ada satu persoalan lagi yang kurang kupahami, apakah engkau mengetahuinya?!”

“Dalam soal apa?!”

"Masalah yang menyangkut tentang diri Kim hoa Hujin, perempuan yang berasal dari wilayah Biau itu?!”

"Kim-hoa hujin? ada apa dengan perempuan beracun itu?” tanya Lan Giok tong keheranan.

“Berulang kali Kim hoa hujin menolong dan membantu pihakku, bahkan kadangkala bantuannya diberikan secara blak-blakan, masakah Shen Bok Hong sama sekali tidak mengetahui akan perbuatannya ini?!”

"Aku rasa gembong iblis itu tahu.."

Setelah menghembuskan napas panjang, lanjutnya lebih jauh :

"Suatu hari, ketika semua jago berkumpul dalam suatu ruangan, termasuk pula akupun hadir di situ, secara terang-

terangan Shen Bok telah menyindir dan mengejek diri Kim-hoa Hujin, katanya pagar makan tanaman, tidak tahu budi dan tak tahu malu, bahkan diapun mentertawakan Kim hoa hujin yang umurnya sudah tua, katanya dengan usia setua itu dia lebih mirip menjadi …..”

Berbicara sampai di situ mendadak ia melirik sekejap ke arah Siau Ling kemudian membungkam.

Siau Ling tertawa ewa.

"Jangan kuatir, bagaimanapun juga toh perkataan itu bukan engkau yang ucapkan melainkan kata-kata dari Shen Bok Hong, utarakan saja saudara Lan seperti aslinya!”

“Kalau memang begitu aku mohon maaf lebih dahulu bila ucapan tersebut amat menyinggung perasaan hatimu, menurut Shen Bok Hong katanya usia Kim hoa hujin lebih mirip menjadi neneknya Siau Ling, masa dia masih kesemsem dan tertarik oleh ketampanan Siau tayhiap, malahan ia menasehati perempuan itu agar cepat-cepat padamkan api asmaranya yang pasti akan sia-sia belaka itu"

It bun Han to yang ikut mendengar perkataan itu segera tersenyum, cepat sambungnya:

“Sedari tadi sudah kuduga, Shen Bok Hong pasti akan memaki dengan kata-kata seperti itu ternyata dugaanku memang tidak meleset!”

Setelah berhenti sebentar ia menambahkan:

"Rupanya Shen Bok Hong memang.. .”

"Memang kenapa?” sela Siau Ling.

“Rupanya Shen Bok Hong memang menaruh rasa cinta kepada Kim hoa hujin. karena rasa cintanya inilah maka kendatipun ia sudah dihianati sampai beberapa kali namun gembong iblis itu masih tetap membungkam diri, bahkan setahuku dalam menghadapi persoalan apapun ia selalu mengalah tiga bagian kepadanya.”

"Apakah Kim hoa hujin sendiripun mengetahui akan hal ini?”

"Tentu saja tahu, oleh karena dia tahu maka ia jadi semakin berani…!”

"Perduli bagaimanapun juga, yang pasti Kim hoa hujin sudah berulang kali menyelamatkan jiwaku, kenyataan ini membuat hatiku jadi tidak tenteram..aaaai! Entah bagaimana caraku untuk membalas budi kebaikannya ini?”

"Bukan Siau tayhiap seorang yang merasa berhutang budi kepadanya, berbicara sesungguhnya semua orang di kolong langit ini yang merasa bermusuhan dengan Shen Bok Hong, sepantasnya kalau merasa berterima kasih kepadanya.”

Siau Ling bangkit berdiri dari tempat duduknya, lalu berkata:

"Saadara Lan, luka yang kau derita belum sembuh, aku merasa kurang leluasa untuk mengganggu lebih jauh selewatnya hari ini bila kesehatan saudara Lan telah sembuh kembali, aku akan datang untuk bercakap-cakap lagi dengan engkau!”

Berbicara sampai disitu ia lantas beranjak dari tempat duduknya dan menuju ke pinlu ruangan.

"Siau tayhiap..!” tiba-tiba Lan Giok tong menyapa setelah menghela napas panjang.

Waktu itu Siau Ling sudah tiba di depan pintu mendengar panggilan tersebut ia segera berhenti seraya berpaling.

"Ada urusan apa lagi saudara Lan?”

"Ada satu persoalan… rasanya kurang leluasa sebelum kuutarakan keluar!”

“Persoalan mengenai apa??”

“Mengenai diri Gak Siau cha…”

“Kecantikan wajah nona Gak ibaratnya bidadari dari khayangan, setiap orang mencintai dirinya, tentang soal ini siau-te sudah memahaminya" sela Siau Ling cepat.

Lan Giok-tong segera gelengkan kepalanya.

“Yang kumaksudkan adalah keadaannya pada saat ini, persoalan yang kupkirkan sekarang...”

“Apa yang Lan heng pikirkan??”

“Tampaknya Siau tayhiap sama sekali tak menaruh rasa cinta terhadap nona Gak!...”

Siau Ling tertegun setelah mendengar perkataan itu.

“Sudah lama kami berkenalan, hubungan kami erat bagaikan saudara kandung sendiri siapa bilang aku tidak menyayangi dirinya?”

“Yang kumaksudkan bukan sayang menyayang sebagai sesama Saudara, tapi rasa Cinta kasih sebagai kekasih dan calon istri, sebab menurut jalan pikiranku hanya manusia seperti Siau tayhiap saja yaag pantas untuk mendampingi nona Gak sedangkan aku, Giok siau-long kun serta Wu kongcu itu sama sekali tidak pantas, karenanya aku……”

“Saudara Lan !” tukas Siau Ling dengan cepat. ”Nona Gak bukan seorang gadis yang bodoh, ia cerdas dan ia mempunyai pendirian sendiri, maka segala keputusan terletak di tangannya pula, apa yang hendak dia lakukan kita semua tak mungkin bisa menghalangi atau menentangnya, bukankah begitu..? “

“Apa yang Siau tayhiap katakan memang tidak keliru, persoalan pribadi dari nona Gak lah yang berhak untuk memutuskan, kita semua tak mungkin bisa mengambilkan keputusan baginya..!”

Ia menghela napas panjang, kemudian sambungnya lebih jauh:

“Aaai..! Kalau dipikir kembali, persoalan ini sebetulnya gampang sekali untuk dipecahkan, tapi sudah bertahun-tahun Iamanya aku berpikir namun tidak berhasil juga untuk memahaminya.. "

“Siapa yang terlibat dia akan kebingungan, saudara Lan ! Bila sekarang engkau sudah sadar kembali, aku rasa belum terlalu lambat,” begitu timbrung In bun Han to.

Kembali Lan Giok menghela napas panjang.

“Siau tayhiap, tiba-tiba aku teringat akan satu persoalan, apakah Siau tayhiap bersedia untuk mengabulkan

permintaanku ini?"

"Asalkan permintaanmu itu pantas, tentu saja tiada alasan bagiku untuk menolaknya"

“Bila luka-lukaku telah sembuh nanti, aku ingin sekali berbakti kepada Siau tayhiap dan menyumbangkan tenagaku untuk menegakkan keadilan dan kebesaran bagi umat manusia!"

“Kata berbakti tidak berani kuterima, akan tetapi bila Lan heng bersedia untuk menyumbangkan tenaganya untuk bersama-sama melawan kelaliman Shen Bok Hong, dengan senang hati siau-te menerima uluran tanganmu itu!"

“Jika Lan heng bersedia membantu pihak kami, berarti pula kekuatan pihak kita akan bertambah kuat lagi!” ujar It bun Han to pula dari samping kalangan.

“Saudara sekalian dapat memaklumi keadaanku bahwa menerima pula aku ke dalam pihak kalian, kesediaan ini sangat mengharukan hatiku.."

“Beristirahatlah dengan tenang di tempat ini”, kata Siau Ling kemudian, “siau-te tidak akan mengganggu lagi…”

Perlahan-lahan dia melangkah keluar dari ruangan itu.

It-bun Han-to segera menyusul di belakangnya.

Tiba-tiba Siau Ling teringat kembali akan diri Wu kongcu, segera bisiknya dengan lirih: ”Bagaimana keadaan dari Wu kongcu??”

“Ilmu silat yang dimiliki orang ini sangat lihay, sekujur

badannya penuh dengan binatang beracun, aku tidak berani membiarkan keempat anggota badannya bergerak dengan bebas.”

“Jadi engkau telah membelenggu sekujur badannya??”

“Aku hanya menotok jalan darah dikeempat buah anggota badannya, serta mengutus orang untuk menjaga dirinya, asalkan ia tidak dapat mengerahkan hawa murninya untuk menembusi jalan darahnya yang tertotok niscaya diapun tak mungkin bisa lolos.”

"Apakah engkau sudah mengajak orang itu untuk bercakap-cakap?”, tanya Siau Ling lagi.

It bun Han to menggeleng, “Belum!” sahutnya, “orang itu terlalu sadis, dingin dan keras kepala, aku lihat susah rasanya untuk menaklukan hatinya, menurut pendapatku lebih baik orang itu didesak saja selama beberapa waktu, asal sudah tersiksa lahir batinnya mungkin saja wataknya akan mengalami banyak perubahan,."

“Mari kita tengok keadaannya !”

“Baik, Tapi Siau tayhiap harus waspada selalu dan berjaga-jaga terhadap serangan gelapnya, orang amat keji dan licik, kekejiannya sedikitpun tidak berada di bawah Shen Bok Hong".

“Soal ini aku sudah tahu, sewaktu kecil tempo dulu aku pernah dihajar olehnya sampai terjatuh ke dalam jurang, tapi untungnya karena celaka aku malahan mendapat rejeki dan sempat mencicipi rasanya jamur batu yang berusia seribu tahun, pertemuanku pada hari ini merupakan pertemuanku yang ke tiga kalinya"

“Cayhe akan membawa jalan..!” It-bun Han to berebut maju ke depan, dengan membawa Siau Ling ia menuju ke sebuan ruang lain.

Didalam ruangan itu, Wu kongcu tampak duduk bersila di atas pembaringan, di samping pembaringan tersebut masing-masing berdirilah seorang laki-laki bersenjata pedang, empat buah mata yang tajam menatap terus diatas wajah Wu kongcu tanpa berkedip.

Sepasang mata Wu kongcu terpejam rapat-rapat, sekalipun ia mendengar suara langkah kaki memasuki ruangannya namun sepasang matanya itu masih tetap terpenjam rapat.

Setibanya dalam ruangan, Siau Ling segera mendehem ringan, lalu tegurnya dengan nyaring :

"Wu heng baik-baikkah engkau?!”

Wu kongcu membuka kembali matanya, setelah melirik sekejap ke arah Siau Ling sahutnya dengan dingin :

“Bukankah kakek baju kuning yang bentrok dengan aku tadi tak lain adalah penyaruan dari engkau Siau Ling?!”

“Benar, terima kasih atas kesediaanmu mengalah kepadaku tadi..!”

Wu kongcu tertawa dingin.

"Heehh. heehh. heehh. sejak tadi aku telah menduga akan dirimu".

Siau Ling tertawa ewa, katanya kemudian:

“Kejadian yang sudah lewat tak perlu dibicarakan lagi, kedatanganku kemari sekarang ini tak lain adalah ingin mengajak saudara Wu untuk membicarakan urusan setelah hari ini.”

“Urusan apa??”

“Menjenai rencana Wu heng selanjutnya”.

“Apa yang hendak Siau tayhiap lakukan terhadap diriku ?", seru Wu kongcu dengan ketus.

“Sampai sekarang, aku masih belum memikirkan cara apa yang hendak kulakukan terhadap diri Wu heng !”.

"Kalau begitu sekarang engkau boleh pikirkan lebih dulu, sebelum memberi jawaban kepadamu, ingin kuketahui lebih dahulu tindakan apa yang hendak kau lakukan atas diriku ini"

“Apa tindakannya tergantung bagaimanakah sikap Wu-heng selanjutnya. Andaikata Wu heng bersedia untuk bekerja sama dengan kami dan bersama-sama menghadapi kelaliman Shen Bok Hong, maka dengan senang hati akan kami terima sumbangan tenagamu itu, tapi sebaliknya apabila Wu-heng tidak bersedia untuk bekerja sama dengan kami, tentu saja keadaanpun akan jauh berbeda.”

Wu kongcu segera menggelengkan kepalanya berulang kali,

"Aku rasa sulit bagiku untuk bekerja sama dengan kalian”, katanya lantang.

"Kenapa ?”

"Karena syaratnya tidak cocok!”

"Syarat apa yang hendak kau ajukan kepada pihak kami?”

"Sederhana saja, syaratku hanya Gak Siau cha untuk dikawinkan dengan aku, maka akupun akan membantu dirinya!”

Hebat sekali perubahan wajah Siau Ling.

"Masalah tentang nona Gak tak bisa diputuskan oleh siapapun”, katanya, “akan tetapi kalau engkau yakin bahwa engkau dapat membuat Gak Siau cha jatuh cinta kepadamu, itu adalah urusan pribadimu. Kecuali orang tua, siapapun tidak berhak untuk menentukan perkawinan seseorang, apakah engkau tidak merasa bahwa permintaanmu itu kelewat batas?"

Wu kongcu tertawa dingin.

"Kalau engkau tidak bersedia juga boleh, tapi engkau harus menyetujui pula sebuah permintaanku yang lain.”

"Asalkan permintaanmu itu masuk di akal tentu saja aku akan berusaha untuk memenuhinya.”

"Apakah masuk diakal atau tidak aku tidak tahu, tapi aku yakin engkau pasti dapat melakukannya !”.

"Coba katakan !”

"Aku minta engkau membatalkan ikatan perkawinanmu dengan Gak Siau chi, detik ini juga!”

"Tapi antara aku dengan nona Gak tak pernah mengikat diri dalam suatu perkawinan.”

“Walaupun begitu, dalam surat wasiat mendiang ibunya, ia

telah menjodohkan Gak Siau cha kepadamu.."

Sesudah menghembuskan napas panjang, tambahnya,

"Ketahuilah, aku bukannya sengaja mencari ribut tanpa didasari oleh alasan yang kuat…”

"Memaksa orang untuk membatalkan ikatan perkawinannya adalah suatu perbuatan yang tercela, kalau kejadian macam inipun tidak bisa dianggap sebagai perbuatan yang tercela, tolong tanya perbuatan macam apa baru bisa dihitung sebagai perbuatan yang tercela ?”, sambung It bun Han to dari samping.

“Sebelum meninggal dunia, ayah Gak Siau cha telah menjodohkan putrinya kepadaku, pembicaraan tersebut dilakukan diantara ayahnya dengan ayahku, cuma aku tak bisa membuktikan bahwa kejadian ini benar-benar telah terjadi..!"

“Kalau kejadian itu tak bisa dibuktikan, siapa tahu kalau Wu kongcu sengaja mengarang cerita begitu untuk membohongi aku?”

“Ayah Gak Siau cha sudah lama meninggal dunia, ayahku juga sudah menghembuskan napas penghabisan, andaikata ibu Gak Siau cha masih hidup mungkin saja ia bisa bertindak sebagai saksi, sayang diapun telah menemui ajalnya".

“Bila ibu nona Gak mengetahui akan perjodohan ini, mana mungkin ia menjodohkan lagi putrinya kepada Siau Ling ?!” tangkis It bun Han to dengan nyaring.

Wu kongcu mendengus dingin.

“Hmm! Aku tak mau tahu apakah kalian bersedia

mempercayai perkataanku ini atau tidak, semua yang kuucapkan adalah kata-kata yang disampaikan ayahku sendiri kepadaku sebelum ajalnya tiba, dan menurut pendapatku apa yang dikatakan sudah pasti tak bakal keliru…. Tapi urusan itu tidak ada pengaruhnya apa-apa, yang penting toh bagaimana caranya menghadapi Shen Bok Hong bukankah begitu?”

“Engkau sanggup menghadapi Shen Bok Hong?” tanya It bun Han to kurang percaya.

"Benar! Aku mempunyai kemampuan untuk menaklukan Shen Bok Hong. Walaupun ia telah meracuni atau menotok jalan darah aneh di setiap tubuh anak buahnya, tapi aku telah menggunakan taktik yang sama untuk mengecundangi dirinya, bukankah kalian saksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana kutusuk telapak tangannya dengan jarum beracun? Selain dia, akupun telah meracuni pula beberapa orang anak buahnya.”

"Engkau benar-benar amat licik dan berbahaya!” seru It bun Han to dengan perasaan gegetun.

"Demi menjaga keselamatan sendiri mau tak mau aku harus gunakan akal cerdikku untuk berjaga diri. Kalau orang lain yang kugauli mungkin masih mendingan, tapi yang jelas Shen Bok Hoig bukanlah seorang manusia yang boleh dianggap mainan!”

“Ada satu hal aku harap engkau bisa memhaminya, saat ini engkau sudah terjatuh ke dalam cengkeraman kami, setiap saat kami mampu untuk membinasakan dirimu!”

Wu kongcu tertawa ewa. "Aku tahu tentang soal itu, tapi yang pasti kalian tak akan mampu menghadapi Shen Bok Hong”.

“Sekalipun engkau tidak bersedia untuk bekerja sama dengan kami, toh akhirnya Shen Bok Hong akan mati keracunan.”

"Oleh karena itulah aku percaya bahwa dia akan mempertaruhkan segalanya untuk datang kemari menyelamatkan jiwaku!"

”Andaikata sekarang juga kami membinasakan dirimu, sekalipun ia berhasil datang ke mari, paling toh dia cuma selamatkan sesosok mayat belaka!”

Tiba-tiba Wu kongcu menengadah dan tertawa terbahak-bahak.

“Haaah haaaah haaaaahh kalian terlalu pandang rendah diriku, memangnya kalian anggap aku adalah seorang manusia tak berguna??”

“Apa maksudmu??”

“Apabila kalian membinasakan diriku maka Shen Bok Hong tidak jadi mati, sebab sebelum kesemuanya ini berlangsung aku telah menyerahkan obat pemunah itu kepada seorang anak buahku yang paling setia, jikalau dia tahu kalau aku sudah mati maka serta merta obat penawar itu akan diserahkan kepada Shen Bok Hong. bahkan beberapa orang anak buahnya yang keracunanpun akan memperoleh pula obat penawar tersebut, dan itulah harga yang harus kalian bayar jika berani membunuh aku. Sebaliknya apabila kita bisa berunding secara baik-baik, maka bukan saja pertarungan dapat dihindari, malahan beberapa hari kemudian Shen Bok Hong serta beberapa orang pembantu intinya akan mati keracunan!''

“Kalau kudengar dari nada pembicaraanmu, tampaknya engkau merasa yakin bahwa rencanamu itu pasti berhasil !” kata It-bun Han to sambil menatap tajam wajah musuhnya.

Wu kongcu tertawa hambar.

"Apabila aku tidak merasa yakin bahwa rencanaku ini pasti berhasil, mau apa tetap duduk di tempat ini sambil menunggu saat kematianku tiba..?"

"Sampai dimanakah kelihayan yang dimiliki Nio tok bun memang pernah kudengar dari pembicaraan orang, sekalipun begitu aku tetap tak habis mengerti dengan cara apakah engkau dapat membebaskan diri dari pengaruh totokan serta melarikan diri dari tempat ini.”

Berkedip sepasang mata Wu koogcu.

"Kalau kalian tidak percaya dengan kemampuanku, baiklah! Akan kubuktikan kepada kalian bahwa aku masih mampu untuk berlalu dari tempat ini.”

Baik Siau ling maupun It bun Han to segera menunjukkan wajah tidak percaya, sepasang mata mereka dengan tajam menatap wajah Wu kongcu tanpa berkedip.

Sementara itu Wu kongcu sendiri pejamkan matanya rapat-rapat, lama sekali tidak tampak suatu gerakan apapun seakan-akan ia sudah tertidur pulas saja.

Sementara It bun Han to akan menegur, tiba-tiba terdengar dua kali jeritan kaget berkumandang memecahkan kesunyian, menyusul mana dua orang laki-laki bersenjata pedang itu serentak roboh terjungkal ke atas tanah.

Ketika semua orang alihkan perhatiannya ke arah dua orang laki-laki itu, maka tampaklah di atas wajah dua orang laki-laki bersenjata pedang itu masing-masing merangkak seekor kelabang berwarna hijau, saat itu paras muka mereka telah berubah jadi hijau kebiru-biruan, jelas mereka roboh sebagai korban kelabang beracun itu.

Sambil tertawa Wu kongcu membuka matanya kembali lalu berkata:

"Kedua ekor kelabang hijau itu sangat beracun, mereka merupakan senjata rahasia yang mematikan!”

Mimpipun Siau Ling tak pernah mengira kalau dalam keadaan demikian, ia masih berani melepaskan makhluk beracunnya untuk melukai orang, kendatipun ia sudah bersiap sedia dengan mengenakan sarung tangan kulit ular, namun untuk sesaat pemuda itu tak berani menyentuh makhluk tersebut dengan tangannya.

It bun Han to segera tertawa dingin tegurnya:

"Apakah mereka berdua sudah tewas?

"Bila tidak memperoleh pertolongan dalam waktu sepertanak nasi maka mereka tak bisa diselamatkan lagi jiwanya!"

“Engkau mempunyai obat penawarnya ?”

"Obat penawar memang ada, cuma kalian tak akan mampu untuk mempergunakannya!"

“Kenapa??”

“Sebab obat penawarnya adalah hidup, untuk memusnahkan racun yang mengeram dalam tubuh mereka, kita harus menggunakan racun untuk memusnahkan racun.”

“Jadi maksudmu, untuk menyelamatkan jiwa mereka maka jalan darahmu harus dibebaskan lebih dulu??”

Wu kongcu segera tersenyum:

“Tepat sekali. It bun sianseng memang sangat cerdik dan pandai meraba suara hati orang lain.”

It bun Han to tidak berbicara, dia segera berpaling dan memandang sekejap ke arah Siau Ling untuk minta pertimbangannya.

Siau Ling termenung beberapa saat lamanya. kemudian sahutnya :

“Menolong orang lebih penting dari segala-galanya, bebaskan jalan darahnya yang tertotok!"

It bun Han to bertindak cepat, tangan kanannya segera diayun ke depan untuk membebaskan jalan darah Wu kongcu yang tertotok.

Sementara Siau Ling sendiri menggunakan kesempatan itu segera mundur dekat pintu, diam-diam sarung tangan kulit ularnya dikenakan.

Setelah jalan darahnya yang tertotok dibebaskan. Wu kongcu bangkit berdiri serta melemaskan ototnya yang kaku kemudian perIahan-lahan turun dari pembaringannya sambil bergumam lirih.

Ketika tangan kanannya diulurkan ke depan. maka sekali lompat kelabang hijaunya itu melompat ke atas tangannya dan masuk ke dalam ujung bajunya.

Setelah itu dia baru ambil sebuah kotak kumal dari dalam saku.

Ketika kotak itu dibuka maka muncullah dua ekor laba-laba raksasa yang bermuka bengis, kedua ekor laba-laba itu diletakkan di dekat mulut luka dua orang yang tergigit kelabang tadi.

Dengan sorot mata yang tajam Siau Ling mengawasi kedua ekor laba-laba tersebut, ia lihat binatang itu besarnya seperti telur itik, tubuhnya berwarna hitam pekat dengan di atas kepalanya terdapat sebuah titik warna putih.

Paras muka dua orang laki-laki yang semula berwarna hijau kebiru-biruan kian lama kian menghilang, selang sesaat kemudian warna hijau itu sudah lenyap sama sekali, dengan begitu muka merekapun berubah jadi memerah kembali.

Wu koagcu menyimpan kembali laba-laba itu ke dalam kotaknya dan masukkan ke dalam sakunya, kemudian mengambil dua biji obat dan dijejalkan ke dalam mulut kedua orang itu katanya:

“Tidak sampai sepeminum teh kemudian mereka akan sadar kembali dari pingsannya kalian tak usah menguatirkan keselamatan mereka berdua lagi. Bagaimana kalau kita lanjutkan kembali perundingan kerja sama kita.."

Setelah berhenti sebentar, sambungnya lebih jauh:

"Akan kubunuh Shen Bok Hong beserta beberapa orang

pembantu andalannya jikalau Siau tayniap menyetujui pula membatalkan ikatan perkawinanmu dengan Gak Siau cha!

Siau Ling tidak langsung menjawab, dalam hati pikirnya.

“Sampai detik ini, perjuanganku melawan Shen Bok Hong masih belum punya pegangan untuk menang, apabila secara tiba-tiba Shen Bok Hong mati keracunan maka kematiannya ini akan mendatangkan manfaat yang sangat besar bagi dunia persilatan, tapi Wu kongcu bersedia meracuni Shen Sok Hong sampai mati apabila aku membatalkan ikatan perkawinanku dengan enci Gak. Persoalan ini benar-benar merupakan suatu masalah yang amat memusingkan kepala….”

Sementara itu Wu kongcu telah melanjutkan kembali kata-katanya:

“Seseorang tidaklah mungkin untuk sekaligus mendapatkan Hi sit dan Ham-ciang, sekarang namamu sudah tersohor di seluruh kolong langit, semua jago silat memandang engkau sebagai bintang penolong, hasil karyamu sudah hampir mencapai pada puncaknya, masa engkau tak rela untuk mengorbankan hubungan perkawinan itu demi suksesnya kariermu..?!

"Gak Siau cha telah pergi meninggalkan tempat ini, percayakah engkau dengan perkataanku ini?” kata Siau Ling dengan ketus.

Wu kongcu tertegun lalu jawabnya:

“Apabila ucapan ini diutarakan oleh orang lain sudah pasti aku tidak percaya, tapi kalau Siau tayhiap yang mengatakannya terpaksa mau tak mau aku musti mempercayainya !”

“Terima kasih atas kepercayaanmu atas diriku nona Gak benar-benar sudah pergi tinggalkan tempat ini, dalam suratnya yang ditinggalkan kepadaku, ia mengatakan akan pergi membalaskan dendam bagi ibunya !”

"Apakah Siau tayhiap tahu siapakah musuh besar dari nona Gak itu ? " tanya Wu kongcu kemudian.

Siau Ling gelengkan kepalanya berulang kali.

“Dalam suratnya ia tidak menyebutkan nama orang itu, diapun tidak menyebutkan akan pergi ke mana!"

-ooo0dw0ooo-
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar