Budi Ksatria Jilid 35

Jilid: 35

BELASAN orang jago itu sama2 mengia-kan, mereka segera bangkit dan mengundurkan diri keruang sebelah barat.

Siau Ling serta Pek-li Peng mencampurkan diri diantara kawanan jago tersebut, mereka ikut duduk bersila diatas tanah sambil atur pernafasan.

Terdengar suara lengking dari Suma Kan berkumandang dari luar ruangan;

"Seng pangcudari Kay pang datang untuk memberi penghormatan!"

Siau Ling alihkan pandaagan matanya ke tengah ruangan, dia lihat seorang pengemis kurus berusia lima puluh tahunan perlahan lahan berjalan masuk kedalam ruangan.

Dibelakang pengemis kurus itu mengikuti pula empat orang pengemis tua berumur enam puluh tahunan.

Mereka semua mengenakan jubah panjang warna abu 2 dengan sepatu warna putih, sebuah ikat kepala putih menghiasi jidatnya dan sekuntum bunga putih menghiasi dadanya.

"Pengemis kurus yang berjalan dipaling depan itu pastilah Seng pangcu dari Kay pang!” pikir Siau Ling.

Sementara itu dengan paras muka serius Seng pangcu telah melangkah maju kedepan meja abu Siau Ling, setelah memberikan penghormatannya tiba2 dia menyingkap jubah sambil jatuhkan diri berlutut.

Dari belakang layar panggung tiba2 berkumandang irama musik sedih yang menambah tebalnya suasana duka diruangan itu.

Empat orang pengemis tua yang lain berdiri berjejer dibelakang ketuanya, jarak mereka antara empat sampai lima depa.

Dikala Seng pangcu jatuhkan diri berlutut maka keempat orang pengemis tua yang berada dibelakangoya ikut pula jatuhkan diri berlutut.

Menanti mereka sudah bangkit kembali, irama duka itupun berhenti dengan sendirinya

Sun Put shia segera maju dengan langkah lebar, tegurnya dengan suara lantang:

"Pangcu. masih ingat dengan aku pengemis tua?"

Dengan penuh hormat Seng pangcu memberi hormat kepada Sun Put shia kemudian sapanya:

"Baik2lah keadaan susiok selama ini.."

Setelah berhenti sebentar dia melanjutkan:

"Sudah lama boanpwe mendengar berita tentang kemunculan kembali susiok dalam dunia persilatan sepantasnya kalau boanpwe menyambangi sedari dulu sayang karena dalam perkumplan terjadi suatu persoalan kecil maka tiada waktu bagi boanpwe untuk melakukan penyambanganl"

Sun Put shia menghela napas panjang; "Dan sekarang apakah urusan dapat dibereskan?” tanyanya.

"Berkat doa restu dari susiok, keponakan telah berhasil menumpas kawanan penghianat serta menjatuhi hukumannya setimpal sesuai dengan peraturan perkumpulan"

Sekarang Siau Ling baru tahu apa sebabnya Kay pang selama ini tak ada kabar beritanya, ia lantas berpikir.

"Wah! Rupanya dalam Kaypang telah terrjadi pemberontakan, makaya aku lagi heran, dunia persilatan terancam oleh bahaya dan situasi menjadi saagat gawat, kenapa dari pihak Kay pang tak ada orang2 penting yang nongolkan diri, ternyata begitulah duduknya persoalan.."

Dalam pada itu Sun Put shia sedang mengangguk seraya berkata :

"Bagus..'kalau memang begitu bagus. Kebetulan aku pengemis tuapun hendak mercari engkau, ayoh kita masuk kedalam!"

Seng pangcu mengangguk, dengan membawa keempat orang pelindung hukumnya mereka masuk kebelakang panggung kebaktian.

Kembali Siau Ling berpikir .

"Kalau ditinjau dari keputusan Seng Pang cu untuk datang kemari menyambangi arwahku. tampaknya pihak Kay pang benar2 telah menghimpun kekuatannya untuk siap adu kekuatan dengan pihak Shen Bok Hong,, aaail Semoga saja apa yang kuduga tak meleset! '

Lewat beberapa saat kemudian, suara Suma Kan yang berada dipintu gerbang kembeli berkumandang datang :

"Tiga orang padri tinggi dari gereja Siau limsi datang untuk menghormati arwah Siau tayhiap!"

Kembali Siau Ling merasakan hatinya tergerak, pikirnya :

"Ketika aku sedang menyebrangi rintangan demi rintangan, dikedua belah sisi Shen Bok Hong masing2 berdiri seorang hwesio, mungkinkah mereka berada diantara sesat dan lurus hingga dikala melakukan semua perbuatan hanya menuruti suara hati sendiri?"

Sementara ia masih termenung, tiga orang padri berjubah warna putih per lahan2 melangkah masuk kedalam ruangan.

Salah satu diantara ketiga orang padri itu sudah berumur enam puluh tahunan, sedang dua orang padri lain yang mengiringinya berumur diantara tiga puluh tahunan

Ketiga orang padri itu masuk dengan jalan bersama, setibanya didepan meja abu mereka rangkap telapak tangannya memuji keagungan sang Buddha, kemudian serentak jatuhkan diri berlutut di tanah.

Irama duka berkumandang kembali dari balik panggung, suara yang sayup2 sampai itu cukup hati orang merinding,.

Dengan seksama Siau Ling mendengarkan irama duka itu, dia dengar suara tersebut amat datar, namun memancarkan nada yang begitu sedih dan memilukan hati, suaranya mirip tiupan seruling, miring pula petikan alat pie pa (sebangsa kecapi), tapi yang jelas sang pemain musik itu pandai membawa perasaan hati oracg kealam kedukaan.

Mengikuti irama sedih yang memilukan hati itu, ketiga orang hwesio tadi jatuh berlutut.

Ketika mereka bangkit kembali, irama musik itupun ikut sirap.

Dengan langkah lebar Bu-wi totiang menyambut ketiga orang tamunya, setelah memberi hormat ujarnya :

"Silahkan taysu bertiga masuk keruaog belakang untuk makan santapan berpantang!"

Padri yang tua itu menghembuskan napas panjang.

"Sudah lama aku mendengar nama besar Siau sicu, aku merasa amat kagum dan menghormatinya, sungguh tak nyana akhirnya toh tiada kesempatan bagiku uituk menjumpainya"

Sambil berkata meteka teruskan langkahnya menuju kebelakang panggung kebaktian.

"Siapakah ketiga orang padri itu?" pikir Siau Ling dihati, "entah apa kedudukan mereka dalam gereja siau lim si? Kalau toh Bu wi totiang kenal dengan mereka, apa sebabnya tidak menyebut nama agama mereka? Mungkinkah mereka memang sengaja tidak mengumumkan namanya?"

Sementara itu Pek li peng sudah menggeser tubuhnya duduk disamping Siau Ling.

Terdengar Suma Kan kembali berseru dengan suara lantang:

"Seorang tamu tanpa nama sengaja datang untuk menghormati arwah Siau tayhiap!”

”Aneh benar orang ini!” pikir Siau Ling. ”kalau toh bersedia datang untuk memberi hormat kenapa tidak sebutkan namanya? Eh tapi siapa gerangan orang ini??

Tampaknya Pek li peng mempunyai perasaan yang sama dengan dirinya, gadis itu segera memberikan perhatian khusus kepada pendatang ini.

Suara langkah kaki menggema dalam ruangan menyusul seorang pemuda baju hijau yang memakai baju rangkap putih diluarnya per lahan2 masuk keruang sembahyang,

Begitu melihat jelas tampang orang itu Siau Ling langsung merasakan hatinya tergetar keras.

Ternyata pemuda baju hijau itu tak lain tak bukan adalah Giok siau long kun cucu lelaki dari Raja seruling Thio Hong pemilik perkampungan Pek in san cung.

'Walaupun Giok siau Tong kuo seringkali celakukan perjalanan dalam dunia persilatan tapi dengan ilmu silatnya yang tinggi sulitlah bagi orang2 persilatan biasa untuk mengetahui wajahnya. selain itu diapun sering kali mengenakan topeng kulit manusia, maka setelah dia tampil dengan muka aslinya sekarang boleh dibilang jarang atau bahkan tak seorangpun yang mengenal indentitasnya.

Setibanya didepan meja abu Siau Ling Giok siau long kun sama sekali tidak memberi hormat ataupun melakukan persembahan dia cuma berdiri didepan meja sambil mengawasi papan nama disana dengan termangu mangu.

Lama sekali dia baru bergumam dengan suara lirih'

”Siau Liog... Siau Ling aku tak tahu kematianmu kali ini adalah kematian yang sungguh2? Ataukah hanya pura2 mati??”

'Sialan!” maki Pek li peng dalam hati. ”engkau berani menyumpahi toakoku mati? Huuh dia akan berumur panjang, dia akan hidup seratus tahun lagi malahan seribu tahun lagi”

Karena tingkah lakunya yang sangat aneh semua pandangan mata maupun perhatian para jago yang hadir dalam ruangan itu tertuju keatas tubuh Giok siau long kun, tapi pemuda itu sama Sekali tidak menggubris, dia anggap disitu se olah2 tak ada orang lain kecuali dia sendiri.

Pada waktu itu baik Sun Put shia maupun Bu wi totiang sedang berada dibelakang panggung untuk melayani tamu, karena itu tak seorangpun yang menghalangi tingkah pola Giok siau long kun yang eksentrik itu.

Kurang lebih seperminuman teh kemudian tiba2 Giok siau long Kun membentak nyaring

"Siapa yang bertugas menjaga ruang sembahyangan ini?"

Dari belakang panggung kebaktian perlahan-lahan berjalan keluar Coh Kun san yang berjenggot putih, sahutnya.

”Sahabat, engkau ada urusan apa??

Dengan sorot mata tajam Giok siau long kun mengawasi Coh Kun san sekejap, kemudian tegurnya lagi.

”Kakek tua. aku boleh tahu siapa namamu?”

”Aku adalah Coh Kun san”

"Ehm..! Nama itu pernah kudengar.”

”Terima kasih, terima kasih, apakah sahabat ada urusan? Katakan saja kepadaku”

''Kakek tua she-Coh, jadi engkau yang bertanggung jawab dalam ruang kebaktian ini?" tanya Giok siau long kun dengan nyaring.

”Pada saat ini, akulah yang mendapat tugas bergilir didalam ruang kebaktian ini.”

Giok siau long kun segera rnengangguk.

”Kalau begitu sangat bagus, aku ada suatu permohonan yang sebenarnya tidak pantas apakah lotiang bersedia untuk mengabulkan”

”Kalau toh engkau sudah tahu permintaan itu tak pantas sebenarnya tak usah kau katakan, tapi aku yakin urusan itu pasti penting sekali, Nah ! Sahabat, katakan saja kepadaku apa permintaanmu itu, aku akan berusaha untuk memenuhinya.”

”Aku sangat ingin melihat jenasah dari Siau Ling, apakah lotiang bersedia untuk mengabulkan??”

"Tentang soal ini., tentang soal ini..." Coh Kun san berbisik dengan dahi berkerut

"Mungkinkah perkataanku itu belum kuterangkan dengan jelas" sambung Giok siau long kun kembali.

"'Harap sahabat utarakan, lebih jelas lebih baik agar akupun bisa mengetahui maksudmu yang sebenarnya"

"Aku hendak memeriksa jenasah dari Siau Ling dengan penuh seksama, andaikata dia benar2 telah mati. maka aku akan kerahkan segenap kemampuan yang kumiliki untuk bantu kalian balaskan dendam baginya, tapi kalau jenasahnya tak ada.."

"Kenapa?!” tanya Coh Kun san cepat.

"Akan kubakar ruang kebaktian ini hingga hangus jadi abu.''

Dia tertawa dingin, kemudian melanjutkan kata2nya :

”Buat seseorang rasanya sudah cukup kalau dia ber-pura2 mati sebanyak satu kali, tapi Siau tayhiap kalian itu., aku kuatir sudah mengidap suatu penyakit edan.."

Coh Kun-san tarik napas panjang2 untuk menekan emosi dalam dadanya, kemudian ia bertanya :

"Sahabat, boleh aku tahu siapa namamu?"

"Dalam keadaan seperti ini aku tak ingin menyebutkan namaku, harap lo-tiang suka memaklumi"

"Sahabat kalau kudengar dari pembicaraanmu kadang kala kurasa bahwa engkau adalah seorang sahabat, tapi kadang kala aku merasa engkau punya permusuhan dengan kami. sungguh bikin hatiku jadi bingung dan tak habis mengerti, sebetulnya engkau adalah sahabat kami? Ataukah musuh kami?”

Dalam kenyataan perasaan bati Giok siau long kun pada saat ini sama ruwetnya seperti pembicaraan yang dia utarakan, pemuda itu merasa serba salah semua pendapatnya serasa saling bertentangan satu sama lainnya membuat dia jadi bingung..

Paras muka Giok siau long kun berubah jadi dingin bagaikan es katanya dengan ketus:

"Lotiang kalau engkau tidak ingin terjadinya keributan dikala engkau sedang mendapat giliran bertugas, kuanjurkan kepadamu lebih baik jawablah semua pertanyaanku dengan sejujurnya..!"

"Baik! Akan kujawab dengan sejujurnya, jenasah Siau tayhiap sama sekali tidak di-sini"

"Lalu apa sebabnya kalian mengatakan dia sudah mati?” tanya Giok siau long kue dengan paras muka berubah hebat.

”Shen Bok Hong telah memancing Siau tayhiap masuk kedalam sebuah hutan belantara yang sangat lebat, disitu ia lepaskan api dari empat penjuru, kebakaran hebatpun terjadi. jangankan pepohonan sampai batu karangpun sudah berubah warna, coba bayangkan saja apa lagi seorang manusia yang terdiri dari darah dan daging. mungkinkah masih ada kehidupan baginya,.??"

”Tapi hal itu toh tak dapat digunakan sebagai pegangan yang mengatakan bahwa dia pasti telah mati?!”

”Tentu saja, semua umat persilatan yang ada didunia berharap agar Siau tayhiap masih hidup, tapi kalau dia tetap hidup dimanakah orangnya..??"

”Kalau dia benar2 telah mati, kenapa ti dak kelihatan pula jenasahnya?!” sambung Giok siau long Kua Cepat.

"Api telah berkobar dengan hebatnya batu karangpun meleleh jadi bubur, memangnya jenasah seorang manusia masih bisa di temui dalam keadaan utuh?"

Giok siau long Kun termenung dan berpikir beberapa saat lamanya, kemudian ia berkata .

"Jadi kalau begitu lotiang berkeyakinan kalau Siau Ling benar2 sudah mati?"

”Sudah tentu dia tak bisa hidup lagi sahut” Coh Kun san dengan suara amat sedih.

"Seandainya dia masih tetap hidup?!” tiba2 Giok-siau long kun berseru lagi dengan mata melotot besar.

"Itulah rejeki bagi seluruh umat persilatan yang ada didunia"

'"Hm! Hm! Apanya yang rejeki, aku justru kuatir dialah yang akan menjadi sumber segala kekacauan dalam duoia persilatat!"

”Aku sudah hidup sampai setua ini, telah kujelajahi baik wilayah utara maupun selatan, beraneka ragam manusia telah kujumpai, tapi..."

"Tapi belum pernah berjumpa dengan seorang manusia macam diriku bukan?!” sambung Giok siau long kun cepat.

”Bukan saja tak pernah kujumpai manusia seperti kau. bahkan akupun tak dapat memahami apa yang sedang kau katakan!"

"Kalau begitu engkau memang sudah tua, saking tuanya sampai pikiranmu jadi melantur, sampai engkau jadi goblok!"

Paras muka Coh Kun san berubah hebat, rupanya hawa amarah telah berkobar dalaua dadanya.

"Hey orang muda” dia berseru "aku tak ingin sampai terjadi suatu pertarungan di depan meja tayhiap"

"Itulah karena engkau cukup cerdik,” sambung Giok siau long kun dengan cepat.

Sesudah berhenti sebentar tiba2 nada pembicaraanya berubah jadi lembut dan jauh lebih lunak sambungnya:

"Aku ingin mencari tahu berita tentang seseorang bersediakah lotiang memberi tahu?”

Sikapnya yang sebentar dingin bagaikan es sebeotar ramah taman dan lemah lembut ini kontan membuat Coh kun san yang berpengalaman luaspun jadi pusing tujuh keliling ia sendiripun jadi kebingungan rasanya.

"Siapa yang hendak engkau cari?” ia bertanya dengan sepasang alis matanya berkernyit”

"Gak Siau cha, nona! Pernah kenal bukan dengan nona ini?"

"Tentu Saja!" jawab Coh kun san sambil mengelus jenggotnya yang panjang.

"Apakah nooa Gak Siau cha sudah berada disini?" desak Giok siau long kun cepat,

''Menurut apa yang kuketahui, asalkan nona Gak Siau cha mendengar tentang kematian dari Siau Ling, sudah pasti dia akan berangkat kemari!''

”Aku tak mau tahu tenang soal itu, aku hanya ingin tahu apakah sekarang dia sudah berada disini??”

Coh Kun san menggeleng.

"Belum, dia belum sampai disini!" sahutnya

“Belum sampai disini? Jadi berarti dia pasti akan tiba kemari??”

“Soal ini harus dilihat apakah dia mendengar berita tentang kematian Siau Ling atau tidak”

"Nah ! coba lihat, Aku toh sudah bilang”

”Egkau makin tua makin melantur otakmu makin tua makin bebal hingga jadi goblok tapi engkau tak mau mengakui ketololan sendiri" tukas GioK-siau long-kun dengan suara setengah membentak.

"Setiap perkataanku amat jelas dan nyata setiap orang dapat memahami apa yang kukatakan, kenapa aku musti tolol? Kenapa aku rrusti goblok dan melantur ?" hardik Coh Kun san dengan kemarahan yang ber-kobar2

Giok-siau-long kun mendengus dingin, dia berusaha keras untuk menelan hawa amarah dalam dadanya, kembali dia berkata dengan suara dingin :

"Apabila ditempat ini masih tersedia penanggung jawab lain, lebih baik lotiang pergi kebelakarg saja untuk beristirahat!"

"Saudara, bila kedatanganmu kesini adalah untuk menghormati arwah Siau tayhiap, silahkan kalau kau memberi penghormatanmu, tapi kalau engkau memang datang kesini untuk mencari gara2, silahkan pasang kuda2, tak usih kuatir ! Aku tentu akan melaycan kehendak hatimu itu walau sampai di manapun juga"

Mendengar tantangan itu. Dalam hati Siau Ling merasa terperanjat, pikirnya :

"Ilmu silat yang dimiliki Giok siiu-long kun sangat tinggi dan Iihaynya luar biasa, jurus serangan dari ilmu serulingnya amat ganas dan lagi tak kenal ampun, sudah pasti Coh Kun san bukan tandingannya.. bila sungguh2 terjadi pertarungan, waah! Mau tak mau aku tak bisa berpeluk tangan belaka."

Sementara itu Giok siau long kun telah menengadah dan mengamati sekejap sekujur badan Coh Kun san, lalu sambil tertawa dingin ejeknya sinis .

'Tidak gagah kalau kubunuh dirimu.."

Ia berhenti sebentar, lalu melanjutkan :

”Sebelum aku bisa menentukan mati hidup Siau Ling secara meyakinkan, aku masih belum bisa untuk menentukan apakah engkau seorang sahabat ataukah Seorang musuh !”

Coh Kun-san menepuk jidat sendiri kemudian berseru;

”Kalau memang tak ingin banyak urusan apa gunanya banyak bicara ? Aaaai.. Kelihatannya aku memang sudah tua hingga otak ku benar2 menjadi bebal, diantara kita memang tak ada penyelesaian yang baik, makin ngomong semakin melantur sehingga bikin pusing kepala saja.”

”Ada dua orang pasti berada disini, kecuali kalau merekapun mati dibakar oleh Shen Bok Hong.”

"Siapa yang kau maksudkan dengan dua orang itu?" tanya Coh Kun-san cepat.

”Sepasang pedagang dari kota Tiong-ciu”

"Benar, mereka memang ada disini” kakek tua itu mengangguk tanda membenarkan.

”Baik, panggil kedua orang itu dan suruh mereka keluar untuk bertemu dengan aku, kemudian pembicaraan ini kita lanjutkan kalau tidak begini aku kuatir habislah kesabaranku.”

Sebelum Cob kun san memberikan jawabannya Sang Pat telah munculkan diri dari belakang panggung kebaktian , setelah menjura dia berkata:

"Boh heng silahkan masuk untuk beristirahat kalau toh saudara ini ingin berjumpa dengan aku, biar siaute yang temani dia untuk bercakap cakap!”

Coh Kun sen segera menggelengkan kepalanya berulang kali.

"Apa yang terjadi pada saat ini, benar2 merupakan suatu kejadian paling membingungkan yang pernah kualami selama ini"

Sembari berkata per lahan2 dia mengundurkan diri kebelakang panggung.

Giok siau long kun sendiripun tidak memperdulikan Coh Kun san lagi, sorot matanya dialihkan keatas wajah Sang Pat lalu menegur:

"Sang Pat masih kenal dengan aku??”

”Rupa2nya kita pernah saling mengenal?”

"Kita pernah saling berjumpa, mungkin Waktu itu aku mengenakan topeig sehingga saat ini kau pangling.”

"Dan sekarang?"

"Sekarang yang kau lihat adalah raut wajah asliku"

Sang Pat termenung dan berpikir beberapa saat lamanya kemudian dia menjawab'

"Jika tebakanku tak keliru, semestinya engkau adalah Giok siau long kun bukan?”

Giok siau long kun mendengus dingin.

“Hmm! Benar memang akulah yang telah datang"

"Ada persoalan apa Tho heng datang kemari mencari aku?”

“Aku ingin mengajukan satu pertanyaan kepadamu!”

'Katakanlah saudara Thio apa yang ingin kau tanyakan!"

"Sebetulnya Siau Ling betul2 sudah mati? Ataukah dia hanya pura2 mati?"

"Kain putih menyelubungi wilayah seluas sepuluh li, umat persilatan sama2 berduka, panggung kebaktian didirikan disini dan berita tersebut menggemparkan seantero jagad, coba katakan sendiri dia benar2 sudah mati? Ataukah hanya pura2 mati? '

"Jadi kalau begitu, dia betul sudah mati?” Giok siau long kun menegaskan

"Kami semua mengharapkan dia masih tetap hidup!"

"Aku dengar kebakaran hebat yang mengurung tempat kejadian itu sudah membakar sampai beberapa hari lamanya, batu karang pun jadi leleh, mungkinkah dia masih dapat hidup?'"

"Semoga umat persilatan masih dilindungi oleh Thian sehingga Siau toako bisa lolos dari musibah yang maha dahsyat itu!"

Sementara Gio-siau long kun hendak menanggapi ucapan tersebur, tiba2 tampaklah Suma Kan lari masuk kedalam ruangan dengan langkah ter gesa2. sambil lari masuk ia berseru penuh kegelisahann:

'Shen Bok Hong telah datang! Shen Bok Hong datang untuk memberi penghormatan.."

Berita itu ibarat guntur yang membelah bumi disiang hari bolorg, semua orang yang hadir disitu terperanjat hingga berdiri ter-mangu2, untuk sesaat lamanya semua orang tak tahu apa yang musti dilakukan.

Giok siau long kun segera menengadah dan ter bahak2

"Hahh.. hahhh haah. bagus sekali, bagus sekali, sungguh kebetulan sekali kedatangannya, memang sangat kebetulan kehadirannya disini !"

”Jadi engkau telah berjanji dengan Shen Bok Hong untuk bertemu ditempat ini?!” tegur Sang Pat dingin.

'Tidak, kami bertemu hanya secara kebetulan saja"

"Lalu apanya yang bagus dan apanya pula yang kebetulan?"

”Dari mulut Shen Bok Hong aku dapat membuktikan apakah kematian Siau Ling adalah benar2 berita yang betul ataukah cuma isapan jempol belaka!"

Sementara itu bayangan manusia telah berkelebat lewat dari balik panggung kebaktian menyusul mana Sun Put-shia, Bu wi totiang serta seorang lelaki berpakaian kabung yang memelihara jenggot hitam sepanjang lambung munculkan diri di tengah ruangan

Begitu melihat kemunculan lelaki berjenggot panjang itu, Siau Ling merasa sangat girang, pikirnya :

"Aih..! Diapun telah datang kemari, kalau begitu segala persiapan yang diatur dalam panggung kebaktian ini adalah hasil pemikirannya yang seksama.."

Siapakah orang itu? Dia tak lain adalah It-bun Han-to, pemilik perpustakaan sian ki-su-liok yang ada di Siang yang peng propinsi Ci-pak

Rupanya Sun Putshia maupun Bu wi totiang telah mendengar tentang penghormatan dan rasa kagum Siau Ling terhadap It bun Han to dari mulut Sang Pat, karena itu merekapun menaruh rasa hormat dan kagum terhadap jago lihay itu.

Setibanya dalam ruang kebaktian, Bu-wi totiang segera berpaling kearah It bun Han to dan berbisik lirih:

'It bun heng silabkan melakukan persiapan!"

It bun Han-to mengangguk, dia lantas a lihkan sorot matanya kiarah Suma Kan dan bertanya:

”Saudara Suma. berapa banyak pengikut yang dibawa Shen Bok Hong??”

”Ciu Cau liong. Kim-noa hujin serta seorang pemuda baju biru, mereka datang ber empat.”

”Suruh mereka masuk, cuma harus berganti dengan pakaian berkabung, jika mereka tidak bersedia mengenakan pakaian berkabung kita hadang jalan masuk mereka dengan se kuat tenaga.”

"Baik, akan kusampaikan kata2 ini kepadanya.”

It bun Han to alihkan pula sinar matanya kearah Bu-wi totiang, kemudian ujar nya kembali:

”To heng, tolong sampaikan perintah agar segenap kekuatan dari pihak kita bersiap sedia, tapi sebelum mendapat perintah darimu larang mereka untuk turun tangan secara sembarangan.”

Bu wi tcotiang mengiakan dan segera masuk kebelakang panggung.

Sekarang It bun Han to baru alihkan sinar matanya keatas tubuh Giok siau long kun. dia menegur :

"Tio si heng, apakah maksud dan tujuanmu hanya ingin membuktikan kematian yang sebenarnya dari Siau Ling dengan bertanya kepada Shen Bok Hong..?"

”Benar, aku memang bermaksud begitu !”

”Sebelum engkau bisa membuktikan kematian Siau Ling adalah kematian yang sungguh2 atau kematian pura2 belaka. diantara kita walaupun bukan sahabat, jaga bukan musuh bukan?"

Giok siau long kun termenung dan berpikir beberapa saat lamanya, kemudian mengangguk tanda membenarkan.

'Ehmm! Memang begitulah...'

”Kalau memang begitu silahkan untuk sementara waktu Thio siheng duduk disamping ruangan upacara, setelah Shen Bok Hong melakukan penghormatan untuk arwah Siau Ling. tak ada salahnya kalau Thio siheng bertanya sendiri kepada nya, apakah Siau Ling benar2 sudah mati ataukah cuma pura2 mati saja?"

"Shen Bok Hong paling benci terhadap Siau Ling, boleh dibilang rasa benci telah merasuk ketulang sumsum, masa dia mau memberikan penghormatannya untuk arwah Siau Ling?"

"Menurut pandanganku, Shen Bok Hong adalah seorang pemimpin besar yang patut dikagumi sudah tentu jiwa dan pikirannya tidak sesempit dan secupat Thio siheng!"

Giok siau long kun tertawa dingin, rupanya dia hendak mengumbar hawa amarahnya, tapi perasaan itu akhirnya ditahan dan disimpan kedalam hati, tanpa berbicara lagi per lahan2 dia mengundurkan diri kesisi ruangan dan duduk disana.

Setelah pemuda she Thio itu mundur. It bun han to serta Sun Put shia pun mengundurkan diri kebelakang panggung, sementara Bu wi totiang malahan tampil keluar dari balik panggung.

Saat itulah Suma Kan berseru kembali dengan suara lantang:

"Shen toa cungcu Shen Bok Hong dari perkampungan Pek hoa-sau-cung datang memberi hormat untuk arwah Siau Ling!"

"Silahkan masuk !” seru Bu wi to tiang,

Baru ia berseru, Shen Bok Hong dengan langkah lebar telah berjalan masuk kedalam ruangan.

Cepat Siau Ling alihkan sorot matanya kearah gembong iblis itu, dia lihat Shen Bok Hong masuk kedalam ruangan diiringi tiga orang, disebelah kirinya berjalan Ciu Cau hong, disebelah kanannya Kim hoa hujin, sementara pemuda baju biru yang tak lain adalah Lan Giok tong berjalan dipaling belakang

Dengan sorot mata yang sangat tajam Shen Bok Hong melirik sekejap keirah meja abu ditengah ruangan, ketika dilihatnya disitu tak tampak jago2 lihay, sorot matanya baru dialihkan keatas wajah Bu wi totiang.

'Totiang, baik2kah selama ini?!” dia menegur.

Sikap Bu wi totiang dingin tapi penuh keseriusan,

"Pinto selalu berada dalam keadaan sehat wal'afiat, terima kasih atas perhatian dari Shen toa cungcu"

Shen Bok Hong tertawa ter-bahak2.

"Hahhh haahh haah sungguh cepat kedatangan totiang ketempat ini, aku lihat ruang upacara sangat megah dan sudah benar2 luar biasa”

"Ruang upacara ini dibangun dalam semalam oleh kawan2 persilatan yang datang dari Seantero jagat, kain putih kaci putih yang ada dikota Tiang sah telah kami pindahkan semua ketempat ini, aku baru merasakan sekarang bahwa bersatu kita teguh bercerai kita runtuh, asal kecuatan disatu padukan bentengpun akan ambruk dibuat-nya!"

"Ehmm. memang gagah sekali perkataan itu, cuma sayang meskipun totiang gagah dan berotak, belum tentu apa yang kau ucapkan benar2 bisa berwujut '

'Apa maksud dari ucapan Shen toa cang cu itu? Pinto merasa tak paham dan tak habis mengerti"

Shen Bok Hong tertawa,

"Aku percaya, totiang pasti sudah memahami atas perkataanku itu.."

'Pinto tidak mengertl!” ujar Bu wi totiang sambil tertawa dingin.

Kembali Soen Bok Hong menengadah sambil tertawa ter-bahak2.

”Hiaah haah haaah setelah Sampai di sini, aku tentu akan berhenti beberapa waktu, sebelum pembicaraan kita lanjutkan, lebih baik kuhormati dulu arwah dari Siau Ling !”

Selesai berkata per-lahan2 dia maju mendekati meja abu ditengah ruangan, setelah menjura dalam2 kemudian jatuhkan diri berlutut diatas tanah.

Siau Ling tercengang bercampur keheranan sama sekali tak terduga olehnya kalau Shen Bok Hong bersrdia melakukan penghormatan begitu besar bagi arwahnya.

Ketika Shen Bok Hong berlutut, Kim-hua Kujin. Ciu Cau liong maupun Lan Giok-tong yang berada dibelakangnya ikut pula berlutut keatas tanah.

Pek li Peng menaruh perhatian khusus terhadap diri Kim hoa hujin. ia lihat sewaktu perempuan itu berlutut ditanah, air matanya tak terbendung lagi hingga mengucur keluar membasahi wajahnya.

Selesai berlutut, Shen Bok Hong bangkit berdiri dan memandang kearah meja abu Siau Ling dengan pandangan serius, katanya

”Meskipun engkau lahir lima puluh tahun lebih lambat tapi dalam perasaanku dalam beberapa generasi terakhir ini hanya engkau dan akulah yang pantas disebut enghiong jika adik bersedia kerja sama dengan kakakmu, mungkin sekarang dunia persilatan telah jatuh kedalam cengkeraman Kita. setiap

perintah yang kiia turunkan tentu akan menggetarkan seluruh kolong langit, waktu itu semua jago yang ada dalam dunia bisa kita perintah sekehendak hati. jangankan cuma menjadi seorang Bulim bengcu. sekalipun mau jadi kaisar yang memerintah negara juga bukan suatu pekerjaan yarg sulit.."

Dia menghembuskan napas panjang, setelah berhenti sebentar lanjutnya lebih jauh: ”Sayang seribu kali sayang adik tak mau tahu keadaan, engkau hanya memikirkan ke pentingan umum daripada kepentingan pribadi. engkau lebih suka mengorbankan diri demi kesejahteraan orang lain daripada menyenangkan diri sendiri, aaaaiii Adik, justru karena penentangan inilah akhirnya engkau harus mati terbakar ditengah hutan, intrik orang2 yang sok ksatrialah yarg mencelakai jiwamu menghancurkan masa depanmu., ooh. saudaraku.. coba bayangkanlah. berhargakah kematianmu itu.."

Bu wi totiang yeng berada disampingnya segera menanggapi dengan suara dingin :

”Dia mati secara ksatria, nama besarnya akan dicatat dalam sejarah persilatan dengan tinta emas, semua umat persilatan bersedih hati akan kematian itu, semua orang berduka dan merasa sayang atas kepergian nya dari dulu sampai sekarang, tak seorang enghiorg hohan atau pendekar besar manapun yang pantas disejajarkan dengan dirinya, dia mati dengan cemerlang, berkorban sebagai seorang ksatria sejatil Justru karena kematiannya, berita tersebut ibarat guntur yang menggeletar diseluruh angkasa, menyadarkan kembali umat persilatan dari tidur mereka.. Hmm! Jangankan rencana busuk yang kau susun belum terwujud, sekali pun engkau sudah menguasai seluruh jagad. akhirnya toh akan tertumpas dari muka bumi. namanya akan dimaki dan disumpahi oleh setiap umat manusia"

Mendengar ucapan itu Shen Bok Hong segera tertawa dingin, ia berseru dengan nyaring :

"Perkataan totiang terlalu kasar dan tak sedap didengar, sikapmu terlalu kurangajar. kalau kejadian ini berlangsung pada lima tahun berselang, aku orang she Shen tentu sudah cabut selembar jiwamu.”

Dia berhenti sebentar, kemudian melanjutkan:

”Tapi sekarang, aku tak ingin membinasakan dirimu.”

”Mungkin saja pinto bukan tandingan dari Shen toa cungcu. tapi jikalau Shen toa cung cu ingin berkelahi, dengan senang hati pinto pasti akan melayani.”

Shen Bok Hong tertawa terbahak bahak.

”Haaab haaah baah keberanian totiang sungguh membuat hatiku merasa kagum.”

Bu wi totiang mendengus dingin.

“Shen Bos Hong! Engkau telah memberi penghormatan bagi arwah Siau taybiap. Ji”ka tiada urusan yang lain lebih baik cepatlah pergi dari sini.

Shen Bok Hong berpaling dan memandang sekejap kearah Kian bok hujin. ia lihat perempuan dari suku Biau itu masih berdiri termangu didepan meja abu Siau Ling. sementara air mata yang bercucuran makin deras membasahi pipinya.

Dari sini dapatlah diketahui betapa sedihnya perasaan hati perempuan ini hingga sukar untuk dikendalikan lagi

Sementara itu Lan Giok-tong telah memandang sekejap kearah Bu wi Totiang dengan pandangan dingin, lalu ia tegur

"Engkau adalah ciangbunjin dari Bu tong pay?"

"Benar” jawab Bu wi totiang sambil mengangguk.

“Menurut berita yang tersiar dalam dunia persilatan, katanya ilmu pedang dari Bu-tong-pay sangat lihay dan luar biasa, tapi menurut pandanganku. semua berita yang tersiar hanya kabar bohong belaka''

"Pinto meraca pernah berjumpa denganmu sayang untuk sesaat tak dapat kuingat kembali siapakah kau! '

Ucapan itu mengandung dua arti yang berbeda, nadanya sinis dan sama sekali memandang rendah lawannya.

"Aku adalah Lan Giok-tong! pemuda baju biru itu” memperkenalkan diri, “kalau totiang tidak percaya dengan perkataanku ini. bagaimana kalau kita buktikan sekarang juga? Dalam seratus gebrakan aku mampu paksa totiang untuk lepas pedang dan mengaku kalah!"

Shen Bok Hong yang berada disampingnya segera goyangkan tangannya mencegah.

''Jangan ribut dulu, aku ingin bercakap cakap lebih jauh dengan diri totiang.'"

"Apa yang hendak kau bicarakan?” tanya Bu wi totiang.

"Membicarakan soal misalah besar dalam dunia persilatan!”

"Baik! Silahkan Shen toa cungcu katakan pinto akan mendengarkan dengan sebaik baiknya"

"Mungkin totiang tidak percaya, dalam kenyataan aku sudah mencengkeram tujuh puluh persen dari kekuasaan dunia persilatan, asal kuturunkan perintah maka dalam sekejap mata sembilan partai besar dalam dunia persilatan akan terjatuh kedalam cengkeraman aku orang she Shen"

"Menurut apa yang pinto ketahui, dalam dunia persilatan terdapat pula banyak sekali umat persilatan yang bersumpah akan balaskan dendam bagi kematian Siau tayhiap, tentu saja diantara mereka terdapat pula orang orang dari sembilan partai besar"

"Bukankah tujuan kalian menyelenggarakan upacara kebaktian di tempat juga adalah untuk membalas dendam? Sayang kalian kembali bertirdak keliru"

"Pinto tak tahu dimanakab letak kekeliruan kami itu??”

"Justru karena kalian berkumpul semua disini, maka aku akan manfaatkan kesempatan yang ada ini dengan se baik2nya, aku telah siapkan segerap kekuatan yang kumiliki dari perkampungan Pek hoa san cung untuk mengepung rapat seputar tempat ini jika aku gagal untuk menaklukan hati kalian semua, maka terpaksa aku akan gunakan kekerasan untuk membasmi kalian semua dari muka bumi"

"Sebelum diselenggarakan upacara kebaktian ditempat ini. kami semua telah melakukan parsiapan yang matang, mungkinkah apa yang Shen toa cungcu harapkan bisa tercapai, aku kuatir pertanyaan tersebut masih merupakan sebuah tanda tanya besar!"

Sementara Shen Bok Hong hendak menanggapi perkataan itu. tiba2 terdengar serentetan suara yang amat dingin menimbrung dari samping:

"Andaikata Siau Ling tidak benar benar mati aku rasa Shen toa cungcu tak akan mempunyai rasa percaya pada diri sendiri yang begitu kuat dan tebal!”

Shen Bok Hong segera alihkan sorot mata nya kearah Giok siau long kun. setelah memandangnya sekejap kemudian ia menegur:

"Siapa engkau??"

Rupanya Lan Giok tong sendiripun sama sekali tak menyangka kalau Giok siau long kun bakal munculkan diri ditempat itu, tak kuasa lagi ia berseru kaget.

Shen Bok Hong segera berpaling.

"Saudara Lan, engkau kenal dengan orang ini ?" dia menegur.

”Kenal !”

”Siapa dia??”

”Cungcu muda dari perkampungan Pek in sang cung. cucu lelaki dari Raja Seruling Tio Ci shia.”

"Tutup mulut!" bentak Giok siau long lun dengan gusar "kakekku adalah apamu? Enak benar menyebut namanya secara langsung!"

”Hmm ! Hubungan kekeluargaan diantara kita telah putus.”

Shen Bok Hong ulapkan tangannya mencegah Lan Giok tong berbicara lebih jauh, dengan suara dalam ia beikata.

”Sudah lama kudengar akan nama besar perkampungan Pek in San cung, sungguh beruntung hari ini aku dapat berjumpa muka dengan sau cungcu !

”Tak usah berlagak sungkan, maksudku tak lebih hanya ingin menanyakan suatu persoalan kepada Shen toa cungcu, aku harap engkau bersedia untuk menjawab dengan sejujurnya.”

Shen Bok Hong tertawa ewa.

”Perkataan dari sau cungcu memang cukup sadis dan memaksa orang untuk menuruti nya, andaikata aku tak ingin menjawab...”

Tapi sebelum Giok siau long kun menanggapi perkataan itu, dia telah melanjutkan kembali kata2nya.

”Tapi, aku bersedia untuk mendengarkan pertanyaanmu itu!”

”Pertanyaanku sangat sederhana, aku cuma ingin bertanya apakah Siau Ling benar2 sudah mati??”

"Kalau benari sudah mati kenapa?? Ka!au cuma pura2 mati lantas bagaimana??'' Shen Bok Hong balik bertanya.

"Besar sekali sangkut pautnya, berbicara bagi diriku dan Shen toa cungcu maka hubungannya boleh dibilang antara mati dan hidup"

Shen Bok Hong tersenyum.

"Aaah! Perkataanmu itu terlalu serius, masa dengan usia sau cungcu yang masih begitu muda sudah suka membicarakan soal mati?"

"Aku cuma ingin tahu apakah Siau Ling benar2 sudah mati?! bentak Giok siau long kun dengan begitu keras.

"Tentu saja benar2 sudah mati!” jawab Shen Bok Hong dengan sepasang alis matanya berkenyit.

Tiba2 nada suara Giok-siau long kun berubah jadi lembut dan halus.

"Sungguhkah perkataanmu itu?!”

Shen Bok Hong sendiri diam2 dibuai tercengang oleh sikap lawannya yang aneh. sebentar bicara sambil mem-bentak2, sebentar kemudian berbicara dengan suara lembut dan halus, untuk sesaat ia tak dapat menduga apa yang dia kehendaki

"Aneh benar bocah ini dia berpikir dihati entah apa maksud serta tujuan yang sebenarnya?!

Berpikir kesitu, diapun menjawab :

"Tentu saja aku tak bohong, bagaimma pendapat saudara?'

"Dimanakah jerasah dari Siau Ling?!”

''Jenasahnva sudah hangus terbakar oleh kobaran api! '

”Pengakuan ini diutarakan dari mulut Shen toa cungcu sendiri, aku rasa pengakuan ini tak mungkin salah lagi!”

"Dalam kenyataan memang begitulah..."

Setelah berhenti sebentar, dia melanjutkan :

"Apakah sau cungcu bersiap sedia untuk balaskan dendam bagi kematian Siau Ling?'

”Andaikata Siau Ling benar2 sudah mati, aku punya maksud untuk berbuat begitu, tapi sebelum melihat sendiri akan jenazahnya aku merasa kurang tenteram"

Sementara itu Kim-hoa bujin telah bangkit berdiri, katanya dengan suara dingin:

"Hey. usiamu begitu muda tapi kalau ngomong kenapa begitu tak jelas?”

”Sebenarnya engkau mengharapkan kematian dari Siau Ling? Ataukah berharap agar dia masih tetap hidup?'"

Selama ini Shen Bok Hong selalu bertindak serius dan tidak banyak bicara asal dia hadir disesuatu tempat maka dialah yang berkuasa dan dia juga yang akan melakukan tanya jawab, tapi terhadap Kim hoa hujin sikapnya sangat istimewa, dia tak pernah menaruh suatu sikap yang serius terhadap dirinya. melihat perempuan itu sudah buka suara maka gembong iblis ini segera menyingkir kesamping dan tidak berbicara lagi

Giok siau long kun memandang sekejap ke arah Kim hoa hujin, ia lihat perempuan itu memiliki alis mata yang panjang, biji mata yang jeli dan muka yang menawan hati, dia segera mendehem ringan dan menjawab:

"Tentu saja aku berharap dia telah mati.”

Jawaban ini bukan saja sama sekali berada diluar dugaan Kim hoa hujin, bahkan Shen Bok Hong sendiripun tertegun dibuatnya, ia lantas berpikir didalam hati:

"Entah permainan busuk apa yang sedang direncanakan oleh Giok siau long kun? Aneh benar orang ini...."

Sementara itu Kim hoa hujin telah mengerdipkan sepasang matanya yang besar dan bulat kemudian ujarnya:

”Kalau memang begitu, apa perlunya engkau bertanya lagi? Dia sudah mati terbakar ditengah hutan.”

Tiba2 Giok siau long kun menengadah dan tertawa ter- bahak2, suaranya keras bagaikan Pekikan naga hingga seluruh ruangan upacara bergetar keras.

Betapa mendongkolnya hati Pek li Peng menyaksikan tingkah laku pemuda itu, diam diam ia menyumpah didalam hati:

"Sialan ! Keparat yang tak tahu diri... Hmm. kalau engkau tahu jika Siau toako duduk segar bugar disini tanggung engkau tak sanggup tertawa lagi!"

Shen Bok Hong adalah seorang jago kawakan yang mempunyai pengalaman amat luas-dalam dunia persilatan, ia dapat menilai keadaan dengan otak dingin, sebelum duduk nya persoalan dapat diketahui dengan jelas dia tak ingin mengumbar hawa amarahnya secara sembarangan.

Dengan wajah dingin ia berdiri disisi gelarggang, menanti Giok siau long kun menghentikan sendiri gelak tertawanya ia baru berkata dengan nada ketus :

"Siu cungcu, apa yang sedang kau tertawakan ?"

Senyum yang menghiasi wajah Giok-siau long kun lenyap tak berbekas, per lahan2 katanya :

"Aku sedang tertawa, apabila Siau Ling benar2 telah mati, maka aku rasa tak akan ada orang yang akan mencatut nama Siau Ling untuk menjadi Siau Ling gadungan lagi”

Bicara sampai disitu dia melirik sekejap kearah Lan Giok tong dengan pandangan dingin.

Sorot mata itu penuh mengandung rasa benci dongkol dan pelbagai perasaan lain yang bercampur aduk.

Kiranya, dalam kejadian yang lampau justru karena Lan Giok tong menyaru sebagai Siau Ling gadungan maka Gak Siau cha yang mendapat kabar itu segera tinggalkan dirinya seorang diri, andaikata Lan Giok tong tidak menyamar sebagai

Siau Ling gadungan, mungkin saat ini Gak Siau cha sudah menjadi istrinya.

Walaupun dikemudian hari Siau Ling yang asli benar benar munculkan diri dunia persilatan, waktu itu nasi sudah menjadi bubur. Gak Siau cha telah menjadi Thio hujin, apa yang bisa dikatakan lagi

Setelah kejadian itu, berulang kali Giok siau long kun membayangkan persoalan itu makin dipikir ia merasa semakin benci, dia merasa semua perubahau yang terjadi hingga berakhir demikian ini adalah berkat pengacauan dari Lan Giok tong.

Sementara itu Lan Giok tong telah berkata pula dengan suara dingin :

”Heeeh heeeh heeebb Thio heng jangan terlalu gembira, meskipun Siau Ling telah mati, aku toh masih hidup dikolong langit!”

"Heeeh heeeh heeeh kalau engkau sudah bosan hidup, itulah jauh lebih baik lagi, akan kuhantar engkau pulang keakhirat” balas Giok siau long kun pula sambil tertawa dingin.

Ucapan tersebut makin menggusarkan hati Lan Giok tong, teriaknya dengan lantang:

”Orang lain mungkin akan jeri terhadap ilmu seruling keluarga Thio, tapi aku tidak takut, akan kulayani keinginanmu sampai di manapun juga ..”

Dalam waktu singkat kedua orang itu sudah ribut sendiri dan saling maki memaki dengan ramainya, semua orang tak tahu apa yang sedang diributkan oleh mereka berdua , hanya Siau Ling seorang yang tahu duduk persoalan yang sebenarnya, dua orang bersaudara yang masih punya hubungan darah ini bisa saling bermusuhan hingga ibaratnya air dan api, lak lain tak bukan hanya disebabkan mereka saling memperebutkan diri Gak Siau cha .

Ada satu hal yarg tidak dimengerti Siau Ling, di hari2 biasa Lan Giok-tong sangat jeri terhadap Giok siau long-kun. apa sebab nya sekarang malah unjukkan sikap yang gagah berani dan sama sekali tidak terlintas perasaan takut ?

Sementara itu Giok siau-long kun telah menggertak mundur dua langkah kebelakang, ujarnya dengan dingin :

"Hayo kita adu kepandaian didepan meja abu Siau Ling. dalam seratus jurus akan ku cabut selembar jiwamu!"

Walaupun Lan Giok-tong sendiri sadar kalau ilmu silat yang dimilikinya masih belum dapat menandingi kehebatan dari Giok siau long kun, tetapi dia sendiripun tak dapat menahan diri. Per lahan2 pemuda itu maju kedalam gelanggang dan berkata :

"Baik! Kita adu kekuatan sebanyak seratus gebrakan"

Sebenarnya maksud Lan Giok-tong adalah memancing kemarahan Giok-siau long kun sehingga dia menantang Shen Bok Hong dan Kim hoa hujin. apabila kedua orang jago inipun menjadi gusar maka dalam pertarurgan yang kemudian berlangsung, Giok-siau long kun pasti dapat dibasmi dari muka bumi, itu berarti daa akan kehilangan seorang musuh cinta.

Siapa tahu apa yang diharapkan sama sekali tidak terwujud, bukan saja Giok siau-long kun sama sekali tidak menyerang dirinya. dia malah mundur dua langkah dan menantang dirinya untuk berduel.

Berada dihadipan umum, sudah tentu Lan Giek tong tak dapat menarik tantangan orang, walaupun dia sadar bahwa kepandaian silatnya masih belum mampu menandingi Giok siau-long kun, terpaksa dengan perasaan apa boleh buat dia maju kedepan.

Langkah kakinya sangat lambat dalam hati dia berharap agar Shen Bok Hong atau Kim hoa hojin turun tangan

menghalangi perbuatannya itu, dengan demikian diapun akan mengundurkan diri secara hormat.

Siapa tahu baik Shen Bok Hong maupun Kim hoa hujin sama sekali udak buka suara, malahan memandangpun tidak se olah2 mereka sama sekali tidak melihat akan kejadian tersebut.

Dalam keadaan seperti ini. terpaksa Lan Giok tong harus tampil kedepan untuk menerima tantangan Giok siau long kun, pedangnya segera dicabut keluar dari dalam sarung.

Bu wi lotiang mengerutkan dahinya, ia segera berseru.

"Tempat ini tidak sesuai untuk melangsungkan pertarungan, kalau ingin adu kepandaian silahkan pilih saja tempat yang lain.”

Lan Giok tong berpaling dan memandang sekejap kearah Shen Bok Hong, dari sikapnya yang tertegun agaknya ia sedang menunggu pertimbangan dari gembong iblis itu.

Setelah urusan jadi begini, tentu saja Shen Bok Hong tak dapat pura2 belagak pilon lagi, dia tertawa ewa dan berkata:

'"Lan si heng. bagaimana kalau kau berabar untuk sementara waktu? Kesempatan di-kemudian hari masih banyak, Suatu ketika toh akhirnya persengketaan diantara kalian berdua dapat dibereskan"

Menggunakan kesempatan itu Lan Giok tong batalkan niatnya untuk bertarung, dia masukkan kembali pedangnya kedalam sarung dan per lahan2 mundur kebelakang Shen Bok Hong.

Giok situ long kun sendiri segera menengadah keatas dan tertawa ter bahak2 dia melangkah keluar dari ruangan itu.

Belum jauh dia berjalan. tiba2 Suma Kan telah lari masuk kedalam sambil berkata:

"Ada seorang tamu perempuan datang menyambangi arwah Siau tayhiap!'

"Beritahu kepadanya kalau Shen toa cane cu berada disini, harap tunggu sesaat lagi!” jawab Bu wi totiang.

"Aku telah berkata demikian, tapi ketika tamu perempuan itu mendengar kalau Shen toa cungcu ada disini. ia semakin bersikeras untuk masuk kedalam"

Waktu itu Giok siau long kun sudah hampir keluar dari ruang sembahyangan ketika mendengar laporan dari Suma Kan itu ia segera menghentikan langkahnya.

Terdengar Bu wi totiang bertanya:

”Sudah kau tanyakan siapa nama nona itu”

"Sudah!'' jawab Sumi Kan "ia mengaku she Gak."

' Bagus ..bagus sekali!' Shen Bok Hong segera menanggapi "apakah nona Gak menerangkan juga, apa sebabnya dia hendak ber jumpa dengan aku?''

Suma Kan tidak mananggapi pertanyaan itu.

Sementara Bu wi totiang telah bertanya kembali;

”Apakah dia adalah nona Gak Siau-cha?”

”Tentang soal ini, aku tidak sampai menanyakan,”

”Silahkan dia masuk !”

Suma Kan mengiakan, baru saja dia hendak putar badan, tiba2 terdengar seorang dara berkata :

”Tak usah merepotkan engkau !”

Seorang dara baju putih yarg gagah dan agung per-lahan2 berjalan masuk kedalam ruangan.

Siau Ling segera berpaling, begitu mengetahui siapa yang datang hatinya langsung berdebar keras pikirnya:

"Aaah.. ,benar2 enci Gak yang datang"

Gak siau cha mengenakan pakaian berkabung, malahan suatu pakaian berkabung yang lengkap dengan kain kerudung kepala warna putih serta sepatu warna putih juga.

Meskipun sedang berkabung, akan tetapi pakaian tersebut sangat ringkas dan ketat, se akan2 dia telah bersiap sedia untuk melangsungkan pertarungan dimanapun juga.

Sepasang mata gadis itu merah membengkak karena terlalu banyak menangis meski begitu sinar mata yang memancar keluar terasa tajam bagaikan aliran listrik.

Rupanya Gak siau cha sama sekali tak menduga kalau Giok siau long kun serta Lan Giok tong semuanya hadir disana dikala mereka saling bertemu muka, dara itu kelihatan rasa tertegun

Tapi semua kejadian itu hanya berlangsung dalam sekejap mata, setelah tertegun sebentar akhirnya dia pulih kembali dalam ketenangan, per lahan2 gadis itu lanjutkan kembali langkahnya menuju kejapan meja abu.

Bersamaan itu pula dua orang gadis berpakaian warna putih berkabung dengan pedang tersoren dipinggang ikut masuk kedalam ruangan tanpa menimbulkan sedikit suarapin, mereka langsung berdiri dibelakang Gak siau cha

Siau Ling segera kenali dua orang gadis itu sebagai Soh Bun serta Siau Hong.

Di hari2 biasa Siau Hong gemar mengenakan pakaian warna merah menyolok, tapi sekarang ia telah mengenakan pakaian warna patih bersih, mukanya kelihatan jauh lebih kalem dan lebih dewasa daripada dihari hari biasa.

Setibanya didepan meja abu. Gak siau cha segera jatuhkan diri berlutut diatas tanah dengan suara lantang dia berkata:

"Adik Ling walaupun arwahmu telah dialam baka tentunya kau mengetahui bukan akan kehadiranku kesini surat wasiat dari mendiang ibuku dengan jelas mengatakan bahwa aku... "

Tiba2 suara batuk keras dan berat memotong perkataan dari Gak sian cha itu.

Cepat gadis itu berpaling ia lihat orang yang terbatuk itu adalah Giok siau long kun-sepasang alis matanya kontan berkenyit, namun ia tidak menegur atau mengatakan sesuatu.

Giok siau long kun adalah seorang pemuda yang cerdik, dari nada suara Gak Siau cha, dia telah menebak suara hati gadis itu, ia tahu dara tesebut hendak menggunakan kesempatan yang ada sekarang untuk mengutarakan suara hatinya dan menyatakan kalau dia sudah menjadi istri Siau Ling.

Jikalau sampai terjadi begini, maka sekalipun dikemudian hari dia mempunyai kesempatan untuk menebak dara itu, Gak Siau cha bisa menggunakan alasan tersebut untuk menampik permintaannya.

Oleh sebab itulah Giok s au long kun se cgaja mengacau, agar gadis itu tak mampu r.engutarakan suara batinya itu.

Setelah memandang sekejap kearah Giok tiiau long kun, Gik Siau cha melanjutkan kembali kata2nya dengan suara lantang :

"Dalam surat wasiat yang ditinggalkan mendingan ibuku dengan jelas telah tertera bahwa aku telah dijodohkan kepada,.."

"Nona Gak!" kembali Gak siau long kun mengacau dengan suara keras bagaikan geledek.

"Ada apa?" sanya Gak Siau cha dingin.

”Siau Ling telah mati, bukankah ergkau akan balaskan dendam bagi dirinya??”

”Tentu saja aku harus membalas dendam bagi kematiannya.”

”Dengan kekuatanmu seorang diri, tidakkah engkau merasa bahwa tenagamu terlalu minim??”

”Tidak mengapa, jika aku gagal untuk membalaskan dendam, paling sedikit aku bisa bertarung sampai titik darah yarg penghabisan, diakhiratpun aku bisa berjumpa lagi dengan dirinya.”

Giok siau long kun tertawa ewa.

”Jika engkau mati dalam pertarungan, itu berani engkau gagal untik balaskan dendam bsgi dirinya, apikah kematianmu itu tidak terlalu penasaran??”

”Apakah Thio heng mempunyai usul yang bagus-,??”

“Maksudku, apalagi nona memang berhasrat untuk membalaskan dendam bagi kematian Siau Ling, maka sepantasnya kalau engkau pusatkan segenap perhatian dan kekuatan untuk membalas dendam, walau harus menggunakan cara yang paling rendahpun.”

Rupanya Gak siau cha sudah dibikin tertarik hatinya oleh ucapan Giok siau long kun itu. dia mengerdipkan matanya dan bertanya:

"Lalu bagaimana?"

"Setiap orang yang sanggup membalaskan dendam bagi kematiaa Siau Ling harus nona anggap sebagai sahabat karib dan berbicara dari keadaan dunia persilatan saat ini sepantasnya kalau pertama tama nona menarik aku masuk kedalam rombonganmul”

Gak siau cha termenung dan berpikir sebentar lalu menjawab:

'Benar, apabila aku hendak balaskan dendam bagi kematian saudaraku itu dengan cara apapun juga, pertama tama aku

memang harus mengundang Thio heng karena engkaulah satulnya orang yang paling tangguh"

Giok siau long kun tertawa ter bahak2!

''Haahh haahhh haahnh terima kasih atas pujian nona.. ."

Tiba2 ia menghela napas sedih, sambung-nya:

"Nona, tidaklah engkau merasakan bahwa hubungan diantara kita berdua menjadi jauh lebih renggang, malah terasa asing sekali...."

Terbayang kembali hubungan mereka dimasa yang silam, Gak Siau cha ikut menghela napas sedih, ia gelenglan kepalanya berularg kali.

"Sudah sembuhkah yang diderita Thiong heng?!” dia bertanya.

Bukan menjawab Giok siau-long-kun malah balik bertanya.

"Nona sudah berjumpa dengan gurumu?"

Gak Siau cha menggeleng.

"Belum” jawabnya

"Untung Ilmu pertabiban, obat mujarab serta penyembuhan secara batin dari Koh may-nay sangat lihay. aku berhasil diselamatkan dari jurang kematian"

Tentu saja Gak Siau-cha dapat memaklumi apa yang di maksudkan sebagai penyembuhan secara batin, cuma dia tidak bertanya lebih jauh.

Terdengir Giok siau long kun melanjutkan kembali kata2nya:

"Bibi telah memberitahukan sepatah kata kepadaku, ucapan tersebut jauh lebih mannur rasanya daripada minum be ratus2 butir obat mujarab, dia. berjanji kepadaku apapun yang

kuhendaki dia pasti akan penuhi, asal badanku sehat kembali maka dia bersedia membatu diriku dengan sepenuh tenaga..."

Gak Siau-cha berdiri menjublak din untuk sesaat lamanya tak mampu ber-kata2 ia tak menyangka kalau gurunya bersedia membantu pemuda itu dengan sepenuh tenaga.

Giok siau-long-kun tertawa getir, kembali ia bertanya :

"Engkau takut?"

Gak Siau-cha menggeleng.

”Aku berhutang budi kepada suhu budi itu kalau dihitung maka jauh lebih berat daripada sebuah bukit karang, walaupun demikian aku tak dapat pula membangkang pesan terakhir dari ibuku, aku tak ingin menjadi seorang anak yang tidak berbakti! '

Giok-siau long kun menghembuskan napas panjang.

"Aku tahu, sekalipun dia orang tua membantu aku dengan sepenuh tenaga, belum tentu apa yang kuharapkan dapat tercapai dengan memuaskan hati, tapi apa yang dia katakan memang benar, aku harus menyayangi tubuh sendiri, sebab hanya tubuh yang sebat baru dapat melakukan segala galanya.

”Cepat amat penyakitmu itu sembuh kembali.”

”Asal pikiran dan perasaanku terbuka kembali, tentu saja sakitku akan cepat sembuh toh bibi mempunyai obat2an yang sangat mujarab! '

Gak Siau cha tidak menggubris ocehan dari Giok siau long kun lagi, per lahan2 dia berpaling dan menyembah didepan meja abu Siau Ling.

Kali ini dia tidak berdoa dengan suara keras lagi. tapi hanya berkemak kemik dengan suara lirih, orang lain hanya melihat bibir nya bergetar namun tak tahu apa yang sedang diucapkan.

Sikap Shen Bok Hong sangat tenang, selama ini dia hanya berdiri diam tanpa bergerak ataupun mengucapkan sepatah kaia

--ooo0dw0ooo—

89

BU WI TOTIANG sendiripin menunjukkan sikap yang tenang dan kalem, sebab jauh sebelum kejadian itu berlangsung, hal2 sererti ini telah diduga olehnya dan It bun Han-to serta Sun Put shia telah mengatu1" segala sesuafurya dengan rapi.

Menanti Gak Siau-cha telah bangkit berdiri. Shen Bok Hong baru berkata dengan per lahan :

”Akulah Shen Bok Hong, aku dengar nona hendak menjumpai diriku??”

”Aku kenal engkau !”

Shen Bok Hong bukan erang bodoh, dari pembicaraan yang sedang berlangsung antara Giok siau-long kun dengan Gak Siau cha ia dapat meraba sedikit duduk persoalan yang sebenarnya, bahkan dari pembicaraan Lan Giok tong diapun tahu kalau pemuda tersebut rela berbakti kepadanya, kesemua nya itu tak lain hanya dikarenakan soal Gak Siau cha.

Syarat yang diajukan Lan Giok tong sewaktu menggabungkan diri hanya ada satu, yakni minta bantuan Shen Bok Hoag untuk menanggap Gak Siau cha serta mengawinkan gadis iiu dengan dirinya.

Oleh karena itulah dalam hati kecil Shen Bok Hong telah membekas Suatu kesan yang mendalam atas diri Gak Siau cha, ia tak tahu apa sebabnya Giok-siau-long-kun mau pun Lan giok siau.cha bisa ter-gila2 kepada gadis itu sehingga rela saling gontok2an.

"Aku harus amati raut wajah gadis ini dengan seksama" pikirnya dalam hati," akan kulihat keistimewaan apakah yang di miliki dara ini sehingga begitu memikat hati dua orang pemida itu ."

Ketika paras muka gak siau cha diawasi dengan teliti, ia lihat paras gadis itu memang cantik dan agung namun tiada suatu daya tarik lain yang mampu membuat hati orang jadi kesima, ini membuat hatinya jadi tercengang dan tak habis mengerti.

"Sungguh aneh !" pikirnya, " sekalipun gadis ini termasuk seorang gadis yang cantik jelita namun tidak memiliki ke istimewaan apapun, tapi apa sebabnya Giok siau long kun serta Lan Giok tong bisa di bikin ter gila2 olehnya?"

Dalam pada itu Giok siau cha telah menegur dengan suara dingin:

"Shen Bok Hong engkau telah membunuh saudara Siau ku?"

Shen Bok Hong tersenyum.

"Aku tidak membunuhnya kami melepaskan api dan membakarnya hidup? dihutan belantara! '

"Aku rasa baik dibunuh atau dibakar sama sekali tak ada bedanya!"

"Memang sama2 mampusnya. cumi aku yakin rasanya sewaktu kematian berlangsung tentu sangat berbeda!' kata Shen Bok Hong sambil tertawa tergelak.

"Hutang uang- bayar uang. hutang nyawa bayar nyawa...."

”Betul!” balas gembong iblis itu lagi; ”hutang nyawa memang musti dibayar dengan nyawa, cuma harus dilihat dulu adakah orang yang sanggup balaskan dendam bagi kematiannya"

"Akulah yang akan balaskaa dendam bagi kematian saudara Siau!"

Sementara pembicaraan masih berlangsung, dengan sepasang mata yang tajam Shen Bok Hong awasi gerak gerik Gak Siau-cba tanpa berkedip, ia berbarap bisa temukan keistimewaan yang dimiliki gadis ini, sehingga kecantikannya mampu membuat dua orang pemuda ter-gila2 kepadanya.

Haruslah diketahui, bukan saja Giok siau long kun serta Lan Gio tong memiliki ilmu silat yang sangat tinggi bahkan memiliki paras muka yang tampan dan lagi masih muda, kegantengan mereka merupakan incaran dari kebanyakan gadis2 cantik, sebaliknya Gak Siau cha bukan saja tidak menerima cinta mereka berdua, bahkan menolaknya mentah2, kejadian ini boleh dibilang merupakan suatu kejadian yang aneh.

Setelah di amatinya dengan seksarna, akhirnya Shen Bok Horg baru berhasil menemukan kalau Gak Siau cha memang benar2 mempunyai kelainan jika dibandingkan dengan gadis2 lain.

Dia memiliki raut wajah yang cantik serta daya tarik yang gampang membuat hati orang jadi terpesona sekalipun sedang gusar namun sikap maupun mimik wajahnya menunjukkan suatu kelainan dari pada orang biasa.

Sesaat kemudian, Shen Bok Hong merasakan jantungnya berdebar keras. dia ikut terkesima sehingga lupa untuk menjawab pertanyaan dan Gak siau cha itu

"Shen Bok Hong! kembali Gak siau cha membentak dengan suara keras, mari kita langsungkan pertarungan yang menentukan mati hidup kita didepan meja abu dan saudara Siau ini juga!"

Sinar mata yang sangat aneh memancar keluar dari sepasang mata Shen Bok Hoag„ tiba2 ia tertawa tergelak.

'Haahh haahhh hahh nona, engkau percaya kalau kemampuan yang kau miliki sanggup untuk menangkan aku orang she Shen??”

Gak siau cha mendengus dingin.

"Hmmm! Untuk menang aku memang tidak punya keyakinan, tapi aku memiliki suatu tekad, tekad untuk bertempur hingga titik darah penghabisan.!''

Shen Bok Hong tertawa ewa.

"Ada satu hal sampai sekarang aku masih tidak paham, bersediakah nona untuk memberi penjelasan?"

'Soal apa? Cepat katakan!"

Sementara itu Siau Ling yang mengikuti jalannya peritiwa dari samping gelanggang, diam2 merasa amat cemas, pikirnya

Sudah pasti kepandaian silat yang dimiliki enci Gak tak akan berhasil menangkan Shen Bok Hong, andaikata mereka berdua betul2 sampai terlibat dalam suatu pertarungan yang seru. terpaksa aku harus tampilkan diri untuk membela dirinya...'

Sementara itu Shen Bok Hong telah berkata :

"Kelebihan apa yang dimiliki Siau ling sehingga nona begitu kesemsem dan terkesima olehnya? Apa pula harganya bila nona untuk mengorban diri demi dia yang sudah tiada?"

"Itu urusan pribadiku, aku rasa sama sekalii tak ada sangkut pautnya dengan engkau!"

Shen Bok Hong berpaling dan memandang sekejap kearah Lan Giok tong. kemudian bertanya lagi ;

”Nona Gak, engkau kenal bukan dengan saudara ini?"

"Kenal, ada apa?"

Shen Bok Hong tertawa ter bahak2.

“Haaah haaah haah kalau memang begitu bagus sekali, saudara Lan bersedia masuk kedalam perkampungan Pek hoa san cung ku lantaran dia cinta kepada nona Gak ia takluk kepadaku karena mengharapkan bantuanku dan aku telah menyanggupi sebuah syaratnya.”

Berbicara sampai disitu ia berhenti sebentar sambil memandang kearah Gak Siau cha

Rupanya gadis itu pun mempunyai rencana sendiri yang dianggap matang, ia cuma mendengus tanpa menanggapi.

Melihat gadis itu membungkam, terpaksa Shen Bok Hong melanjutkan kembali kata2 nya:

“Syarat yang telah kusanggupi adalah membantu dia untuk menawan nona, kemudian menjodohkan diri nona untuk menjadi istri nya.

Gak Siau cha tertawa dingin, ia masih tetap membungkam dalam seribu bahasa.

---ooo0dw0ooo---
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar