Budi Ksatria Jilid 26

Jilid: 26

BICARA sampai di sini nafasnya mulai tersenggal2. Siau Ling segera tank napas panjang dan berkata.

"Saudara Tu bicaralah per-lahan2 jangan terburu nafsu!"

Setelah mengatur nafasnya Tu Kiu melanjutkan kembali kata2nya.

"Menurut dia setelah aku tiba kembali disni dengan susah payah maka semua tenagaku sudah habis dan letih sekali untuk memulihkan kembali keadaanku paling sedikit harus beristirahat selama satu jam mungkin toako akan membantu aku untuk memulihkan keadaanku itu dan tak mungkin bisa mem percepat waktunya untuk melakukan pengejaran dalam lagi selama masa satu jam aku tak dapat bicara kecuali kalau toako tidak memperdulikan keadaanku lagi tapi ia sudah memperhitungkan semuanya dengan tepat dengan kebesaran jiwa toako tak mungkin engkau....'"

"Aaaai... ! apa dia katakan memang tepat tekali segala sesuatunya telah berada dalam dugaannya" sahut Siau Ling

"Aku rasa ada satu hal yang sama sekali diluar dugaan Shen bok hong...." sela Sang Pat.

"Hal apa??"

"Kemajuan pesat dalam tenaga dalam yang dimiliki toako menurut dugaannya toako harus membuang waktu selama hampir satu jam untuk menyadarkan kembali diri sam-te, tapi dalam kenyataan hanya setengah jam belaka yang dibutuhkan toako untuk menolang saudara Tu "

Siau Ling menghela nafas panjang.

„Aaai.. ia tak membereskan jiwamu tapi sengaja melepaskan engkau kembali aku rasa pasti ada banyak persoalan yang disuruh sampaikan kepadaku, bukankah

begitu??"

Sedikitpun tidak salah, meskipun siau-te tabu bahwa apa yang dia katakan kepadaku hanya berupa suatu iebakan belaka tapi bagaimanapun iuga aku harus mengutarakan kepadamu.

"Tak menjadi soal, katakanlah ! "

Shen bok hong beritahu kepadaku katanya ia akan mengirim Pek-li keatas gunung soat-hong san!"

"Luas gunung soat-bong-san mencapai be ribu2 li paniangnya, apakah Shen bok hong tidak menerangkan kita harus mencari kemana?" tanya Sang Pat.

"Ia sama sekali tidak menerangkan persoalan itu. tapi ia pernah berkata asal toako berani pergi kesini maka pasti akan kirim orang untuk menyambut kedatangannya"

"Mereka pasti telah mencari suatu tempat yang paling strategis dan paling bahaya keadaannya diatas gunung Soat hong san untuk meniebak kita, tindakannya yang sama sekali tidak menerangkan letak tempat itu yang sebenarnya membutikan bahwa ia tidak berharap kalau toako membawa bila bantuan"

Siau Ling tertawa ewa.

"Justru disinilah letak kelihayan dari Shen bok hong, iebakan yang dia persiap kan kelihatan sederhana dan ielas sekali membuat siapapun yang melihat segera akan mengetahuinya, tapi iustru karena kesederha naantya itu membuat orang mau tak mau terpaksa harus memenuhinya

iuga!"

Sang pat termenung berpikikir beberapa saat lamanya, kemudian berkata lagi:

"Setelah nona Pek-li tertimpa musibah, bagaimanapun iuga kita harus menolong dirinya, tapi iika toako pergi seorang diri, bukankah hal itu sama artinya dengan memenuhi harapan dari Shen bok hong?"

"Kalau tidak pergi seorang diri, Shen bok hong tidak akan mengirim orang untuk menyambut diriku, dan diapun tak akan munculkan diri, apakah kita harus periksa setiap pelosok tempat diatas gunung Soat-bong san yang bu2 li panjangnya

itu?"

"Sepanjang jalan asal toako tinggalkan tanda rahasia, kami toh bisa menyusul dengan andalkan tanda tersebut ?" seru Sang Pat

Siau Ling menghela napas panjang. "aaaii... ! shen bok hong bukan seorang manusia bodoh, ia bisa mempersiapkan siasat semacam itu berarti pula bahwa ia telah menduga sampat kesitu. mungkin ia sudah menaruh mata2nya sepanjang jalan"

"Kendatipun begitu, kamipun tak akan menguntit jejak toako secara terang2an. Kami akan menyaru sedemikian rupa sehingga tak dikenal lagi oleh siapapun."

Siau Ling termenung sebentar akhirnya ia mengangguk.

"Baiklah! dia menjawab dalam keadaan seperti ini akupun tak bisa temukan siasat lain yang jauh lebih baik tapi aku harap jangan. terlalu banyak orang yang mengetahui akan peristiwa ini. beritahu saja kepada Bu wi tootiang dan Be bun hui dua orang" setelah berhenti sebentar ia melanjutkan :

"Orang yang menyusul diriku juga jangan terlalu banyak pilih saja lima orang jago yang paling lihay mengerti??."

"Menurut pendapat toako siapa saja yang pantas dipilih untuk menyusul dirimu??."

"kalau Sun put shia sun loocianpwee sudah kembali hal itu lebih bagus lagi kemudian kalau Bu wi tootiang bisa ikut ajaklah dia tapi kalau tak bisa jangan terlalu memaksa selain itu ajaklah panah sakti yang menggetarkan seluruh jagad Tong gom kie, peluru sakti Liok kui ciang dan kau sendiri. Luka yang diderita Tu heng sangat parah, lebih baik dia iangan ikut, aiaklah dia kesuatu tempat yang terpencil untuk merawat lukanya itu dan jangan lupa beritahu kepada Be bun hui agar semua iago persilatan yang telah berkumpul disekitar sungai Tiang kang untuk menyembunyikan diri untuk sementara waktu jangan adu kekuatan dahulu dengan pihak perkampungan Pek Hoa san cung"

"Andaikata Sun put shia belum kembali?" tanya Sang pat.

''Kurang seorangpun tidak jadi soal..!" sahut Siau Ling.

Setelah berhenti sebentar ujarnya lagi:

"Engkau harus bersusah payah untuk melakukan perjalanan lebih dahulu kekuil Len-ie-si dikota Hciu katakan kepada It-bun too akan maksud hatiku dan undanglah dia untuk membantu para jago persilatan dalam perjuangannya melawan kelaliman She bok hong"

"Apakah dia juga diminta untuk menyusul toako kebukit soat-hong-san.. "

"Beri tahukan saja peristiwa ini kepadanya mau pergi atau tidak terserah pada keputusan sendiri"

'Siaute akan mengingat selalu semua pesan dari toako!"

"ooh yaa... masih ada satu urusan hampir saja aku luka untuk disampaikan kepadamu. Seandainya engkau berjumpa muka dengan Kim hoa hujin, maka beritahukan juga peristiwa ini kepadanya" Sang pat mengangguk " Siaute mengerti..-!'-

Siau Ling lantas alihkan sorot matanya kearah Tu kiu, sesudah mengawasi wajahnya ia menegur :

"Saudara Tu kiu, bagaimana keadaanmu pada saat ini?"

'Kalau dipaksakan sih masih dapat melanjutkan perjalanan...!"

''Baik, kalau begitu mari kita lakukan perjalanan ber-sama2... " kata Siau Ling.

"toako!" bisik Sang pat tiba2. "kita harus menjanjikan sebuah tanda rahasia khusus buat pergerakan kali ini. Dan tanda itu harus tanda yang aneh sehingga tidak gampang diketahui ataupun dikenali oleh orang lain"

"Menurut pendapatku, lebih baik kita gunakan benda dari alam bebas saja sebagai tanda, asal diberi suatu perubahan khusus rasa nya sukar untuk dikenali orang"

Setelah berunding beberapa saat lamanya dua orang itu segera menetapkan suatu tanda rahasia khusus untuk mengadakan kontak kemudian, sambil memayang Tu kiu berangkatlah mereka tinggalkan rumah penginapan itu.

Setelah mengantar Sang pat keluar dari kota Tiang , Siau segera mengajak kedua orang saudaranya itu berangkat menuju kepantai pasir ditengah sungai. Setelah bertemu dengan para peronda dari jago persilatan dibawah pimpinan Be bun hut ia baru berbisik lirih:

"Setelah berjumpa dengan para peronda aku rasa tak mungkin kalian sampai berjumpa dengan Shen bok hong, Siau heng akan berangkat selangkah lebih dulu. Jika aku bisa mendahului mereka dan menghadang mereka ditengah jalan bukankah hal ini jauh lebih bagus??"

Sang pat menyadari betapa gelisah dan terburu burunya sianak muda itu, dia sama sekali tidak berusaha mencegah hanya pesannya dengan suara lirih:

"toako, baik2 lah jaga diri !!"

„Aku bisa berhati2 " jawab Siau Ling, ketika kata2 yang

terakhir diutarakan keluar, tubuhnya sudah berada beberapa tombak jauhnya dari tempat semula.

Memandang bayangan punggung Siau Ling yang makin menjauh, Sang Pat menghela napas panjang, sekali membopong tubuh Tu kiu ia berangkat menuju ketepi sungai.

Sementara itu Siau Ling yang sudah memahami betapa kejam dan telengasnya Shen bok hong, sepanjang perjalanan ia berlari cepat, dia kuatir Pek li peng yang sudah terjatuh ketangannya akan mengalami banyak penderitaan dan siksaan, pemuda itu berharap sebelum mereka berhasil memasuki bukit Soat san. ia berhasil menghalangi jalan pergi orang2 itu.

Melakukan perjalanan setengah malaman. entah berapa jauh sudah ia tempuh, dengan dasar tenaga dalam yang begitu sempurna pun keringat sebesar kacang kedelai telah membasahi seluruh tubuhnya.

Tatkala fajar baru saja menyingsing, ia sudah tiba di sebuah persimpangan jalan.

Sebuah rumah kecil bertegger disisi jalan.

Dari bendera kain yang berkibar terhembus angin, ia kenali tempat itu sebagai suatu warung arak.

Seorang kakek tua berusia lima puluh tahunan dengan pakaian yang amat sederhana sedang membersihkan meja.

Siau Ling segera maju menghampiri dan menegur:

"Kakek apakah ada makanan yang bisa di hidangkan?"

Setelah melakukan perjalanan cepat setengah malaman bukan saja sianak muda itu merasa amat lelah bahkan perutnya sangat lapar sekali.

Kakek tua itu menengadah keatas dan mengawasi Siau Ling, sekejap kemudian sahutnya

"Kek-koan sepagi ini engkau sudah tiba disini?

"aku telah kemalaman ditengah jalan apa boleh buat terpaksa semalaman suntuk aku harus meneruskan perjalanan" sahut pemuda itu sambil per-lahan2 duduk dibangku.

Kakek desa itu tersenyum. "Silahkan duduk sebentar kek-koan aku akan siapkan sepoci arak lebih dahulu" kata nya

"Ooh yaa kakek bolehkah aku menanyakan sesuatu? apakah jalan ini adalah jalan raya yang harus dilalui jika aku hendak pergi kebukit Soat hoang san

Pada waktu itu kakek desa tersebut sudah putar badan hendak pergi, mendengar pertanyaan tersebut ia segera berhenti dan menjawab:

"Jika kek koan melanjutkan perjalanan cepat sebelum hari menjadi gelap nanti mungkin sudah dapat mencapai kaki bukit Soat san, Cuma saja...

"cuma kenapa?"

"Bukit soat hoang san panjangnya sampai beberapa ribu li entah kek koan akan pergi kemana?"

"aaah benar aku hendak pergi kemana?" pikir Siau Ling dalam hati.

Walaupun dalam hati berpikir demikian ia menjawab.

"Yang kakek katakan barusan adalah tempat apa?"

"haabbh hashhh haaahb pertanyaan dari kek koan benar? membingungkan hatiku.." seru kakek itu sambil tertawa ter-bahak2. "Yang kukatakan tadi adalah kaki bukit Soat hong san, kalau engkau hendak menuju kepuncak bukit tsrsebut maka paling sedikit harus menempuh lima ratus li lagi!"

Untuk beberapa saat lamanya Siau Ling membungkam sementara dalam hati kecilnya dia berpikir:

"perjalanan yang kutempuh sepanjang malam paling sedikit dua ratus li, sekalipun Shen bok hong sambil menggusur peng-ji berangkat satu jam lebih cepat, sepantasnya kalau aku telah berhasil menyusul dirinya ... kenapa bayangan tubuh mereka tak nampak? jangan2 aku telah salah memilih jalan?"

Berpikir sampai disitu ia lantas berkata :

"Dari kota Tiang sih menuju kebukit soat hong san apakah cuma ada satu jalan ini saja?"

Rupanya kakek itu merasa keheranan atas cara Siau mengajukan pertanyaannya ia gelengkan kepalanya berulang

kali.

"Kek-koan aku lihat seakan2 kau sendiripun tak tahu pada saat ini hendak pergi ke mana? bukankah begitu?"

Siau Ling tertawa getir:

"Sedikitpun tidak salah," jawabnya, "seorang sahabatku mengajak aku untuk berjumpa muka dibukit soat hong san tapi karena ter-buru2 ia lupa menerangkan letak dari tempat pertemuan itu"

"Betul2 tolol... betul2 ceroboh " seru kakek desa itu

sambil gelengkan kepalanya berulang kali. "Aku tak mengira kalau dikolong langit bisa terjadi peristiwa yang tolol."

Berbicara sampai disitu. tiba2 ia merasa bahwa ucapannya tidak pantas untuk diutarakan didepan tamunya, dengan cepat ia berseru:

"kek koan. jika engkau hendak berangkat menuju kepuncak utama bukit Soar hong san. maka engkau telah salah ambil jalan, tapi kalau engkau hendak menuju ketelaga Jit seng tam maka jalan ini tepat sekali."

Mendengar perkataan tersebut, satu ingatan segera berkelebat dalam benak Siau Ling dengan cepat ia bertanya.

"Macam apa sih telaga Jit seng tam tersebut??"

"Telaga Jit seng tam adalah suatu tempat kenamaan diatas bukit Soat bong san. Telaga tersebut merupakan muara dari tujuh buah sumber mata air yang berkumpul menjadi satu. ditengah telaga tersebut sebuah jaluran air berwarna hijau bersih, bila digabungkan maka bentuknya mirip sekali dengan tujuh bintang, karena itulah telaga tersebut dinamakan telaga tujuh bintang"

"Kakek. pengetahuanmu benar2 sangat luas"

Kakek desa itu tertawa.

"Tempo hari sewaktu aku masih jejaka, banyak tempat kenamaan yang telah kukunjungi. Paling sedikit lima enam buah propinsi telah kujelajahi hingga rata sedang telaga jit seng tam tersebut jangan dibilang baru satu kali mungkin puluhan kali aku pernah pergi kesana, sayang aku sudah tua, kalau tidak mungkin setiap tahun aku masih suka pergi kesana"

"Dari kota Tiang-sah untuk menuju ketelaga tujuh bintang apa musti lewati tempat ini?' .

"Sedikitpun tidak salah?".

Dalam hati sianak muda itu segera berpikir:

"Kalau jalan yang kutempuh pada saat ini adalah jalan yang keliru sekalipun balik lagi kekota tiang-sah rasanya sudah tak sempat untuk menyusul gembong iblis itu lagi, sebaliknya kalau jalan yang kutempuh benar maka paling sedikit aku sudah jauh melampaui mereka, lebih baik aku menanti disini saja. Selain bisa istirahat untuk memulihkan kembali tenagaku, disamping itu akupun bisa menyusun rencana dengan lebih matang lagi.,.. "

Kakek tua itu masuk keruang dalam beberapa saat kemudian ia muncul kembali sambil membawa sepoci air teh.

Siau Ling memenuhi cawannya sebelum ia teguk isi cawan itu mendadak satu ingatan berkelebat dalam benaknya pemuda itu segera berpikir:

"Kelicikan orang persilatan luar biasa sekali dan lagi Shen bok hong punya mata2 yang tersebar luas di mana2 alangkah baiknya kalau aku bertindak lebih hati2 terhadap kakek tua

ini... "

Ketika ia berpaling, tampaklah kakek tua itu sudah masuk kembali kedalam ruang belakang.

Meskipun lapar dan dahaga, Siau Ling tidak berani minum air teh dihadapannya dengan gegabah.

Lewat beberapa saat kemudian kakek tua itu dengan membawa sepiring bakpao telah muncul kembali dihadapan sianak muda itu sambil menghidangkan makanan tersebut diatas meja, ia berkata:

"'Kek-koan, engkau toh sudah melakukan perjalanan semalam suntuk? aku rasa perutmu tentu lapar sekali, silahkan mendahar bakpao yang masih panas ini,"

Siau Ling tertawa.

"Kakek silahkan duduk! bagaimana kalau kita ber cakap2."

Kakek tua itu melirik sekejap kearah Siau Ling kemudian per-lahan2 duduk dihadapannya.

"Kek koan, apa yang hendak kau bicarakan."

"Sejak pagi2 sudah bekerja. ? Kupikir loo-tiang pasti sudah lapar sekali, mari... mari santaplah beberapa biji bakpao lebih

dahulu."

"Aaah. hal ini mana boleh jadi, aku toh sang pemilik rumah makan ini."

"Aku yang akan menjamu lo tiang, tak usah kuatir silahkan saja makan dengan hati lega!"

Dengan muka kebingungan dan tak habis mengerti kakek desa tua mengawasi Siau-ling beberapa saat lamanya, sekaligus ia habiskan dua biji bak-pao kemudian sambil tertawa tergelak ia berkata:

"haaahh haahh-haahh . . . loo te. apakah engkau curiga bahwa aku sedang membuka kedai gelap yang khusus menjual daging manusia."

Siau Ling tersenyum.

"Mana. mana., loo tiang pandai bergurau, bagaimana kalau kau teguk pula isi cawan teh ini?!"

Kakek desa itu gelengkan kepalanya berulang kali.

"Waah.. cilaka nih! rupanya loo-te benar2 sudah menaruh curiga kepadaku.. "

Dia ambil cawan air teh itu dan sekali teguk menghabiskan isinya.

Melihat pemilik kedai itu sudah meneguk habis isi cawan tersebut. Siau Ling baru tertawa ewa dan berkata :

"Aku pernah mendengar suatu cerita," katanya "bila seseorang menginap dalam sebuah kedai gelap maka orang itu akan dibunuh dan dagingnya dibikin isi bak pao untuk kemudian dijual kembali, meskipun dikemudian hari banyak kedai gelap yang tertangkap basah, tapi entah sudah berapa banyak jiwa manusia yang keburu melayang, oleh sebab itulah selama melakukan perjalanan aku selalu bertindak hati2... "

Kakek desa itu tiba2 bangkit berdiri dan berkata :

"Jika aku masih muda, ini hari aku pasti akan memberi pelajaran yang setimpal kepadamu, bukankah perbuatanmu itu sama artinya menuding hweesio memaki sebagai keledai

gurdul?"

Selesai berkata, ia segera bangkit dan masuk kedalam kedainya.

Siau Ling masih tetap membungkam dalam seribu bahasa, pikirnya didalam hati :

"'ucapanku mungkin sudah menyinggung perasaan halusnya, sebelum berlalu dari sini nanti biarlah kuhadiahkan beberapa tahil perak sebagai ganti rugi... "

Berpikir sampai disitu. diapun segera mengambil bak pao itu untuk muiai bersantap.

Setelah masuk kedalam kedainya, kakek desa itu tak pernah munculkan diri kembali, entah apa yang menyebabkan ia tak mau muncul lagi?

Setelah habis bersantap. Siau Ling memenuhi cawannya dengan air teh. tapi sebelum ia sempat meneguk air tersebut. tiba2 dari tempat kejauhan muncul dua ekor kuda yang berlari dengan cepatnya.

Kuda itu berlari dengan cepatnya, dalam waktu singkat kedua ekor kuda tadi sudah berhenti didepan kedai.

Orang pertama yang duduk diatas pelana kuda itu berperawakan tinggi kekar dan berjenggot putih sepanjang dada, sepasang senjata roda baja cing kang jit-gwat siang-lun tergantung pada punggungnya kantong senjata rahasia tergantung di pinggang. Orang itu bukan lain adalah Sengji Tiat tan atau tangan sakti peluru besi Cu kun san.

Tempo dulu, jago tua tersebut pernah menghadang Gak siau cha dan berusaha hendak merampas anak kunci istana terlarang, setelah banyak tahun tak berjumpa ternyata jago tua itu masih tetap kekar dan sehat, (untuk mengetahui kisah tersebut, silahkan membaca : rahasia kunci wasiat.)

Diatas pelana kuda yang kedua duduklah seorang pemuda baju hijau yang berdandan seperti imam, orang itu bukan lain adalah peramal sakti dari lautan timur Suma kan adanya.

0000odwo0000

Menyaksikan kemunculan dua orang jago itu Sling jadi keheranan tak habis mengerti pikirnya didalam hati:

"Kenapa dua orang jago itu bisa melakukan perjalanan bersama?"

Sementara itu terdengarlah Suma kan sedang berkata.

'Cu heng bagaimana kalau kita beristirahat dahulu ditempat ini... tidak keberatan bukan?"

Tangan sakti baja Cu kun Sa menyapu sekejap sekeliling tempat itu lalu menjawab:

''Sudah hampir setengah bulan lamanya aku mengikuti dirimu luntang lantung kesana kemari tapi hingga sekarang bayangan tubuh dari Siau Lingpun masih belum nampak." sambil ngomel ia loncat turun dari atas kudanya.

Suma kan tertawa.

"Sewaktu aku beri tahu kepada Cu heng apa yang telah kukatakan? coba ingatlah lagi"

"Engkau bilang dalam waktu satu bulan Siau Ling pasti berhasil ditemukan!"

"Benar! dan sekarang baru mencapai hari keberapa??"

"Hari ketujuh belas! dalam satu bulan toh ada tiga puluh hari itu berarti aku masih punya kesempatan selama tiga belas hari, Cu heng mengapa engkau musti terburu napsu??"

"Kita sudah mencari selama tujuh belas hari lamanya selama ini jangan dibilang ketemu dengan orangnya bahkan kabar berita tetang dirinyapun tak kedengaran sama sekali, masa dalam tiga belas hari mendatang engkau benar2 akan berhasil temukan jejak dari Siau Ling?"

Siau Ling yang selama itu duduk disamping dapat menangkap semua pembicaraan mereka dengan jelas tetapi berhubung ia sudah menyaru dengan wajah lain sulit untuk mengenali dirinya

Kemunculan yang sangat mendadak dari dua orang itu amat mengejutkan hati Siau Ling tapi ia tetap membungkam sambil pura pura pejamkan matanya ia perbatikan pembicaraan dari dua orang itu lebih jauh

Terdengar Cu kun berteriak dengan suara lantang

"Hey pemilik kedai apakah kalian tak punya pelayan untuk melayani tamunya??"

Walaupun seruan tersebut diulang sampai beberapi kali namun dari bilik kedai masih sunyi senyap tiada jawaban yang kedengaran.

Suatu ingatan berkelebat dalam benak Siau Ling pikirnya

"Aneh benar, dengan jelas aku lihat pemilik kedai ini masuk keruang dalam kenapa tiada jawaban apapun yarg diberikan? masa ia ngambek dan marah sehingga tak sudi berdagang

lagi??"

Blaammmm.. ! Cu kun San mendeprak meja keras2 kemudian teriaknya dengan suara lantang:

"Selama hidup aku malang melintang ke-utara ataupun

keselatan belum pernah kutemui kedai makan semacam ini

hmmm' kalau bikin aku jadi naik darah kuhancurkan papan merekmu itu."

"Kejadian ini memang aneh sekali" bisik Suma Kan kemudian "Cu heng silahkan duduk sebentar disini biar aku periksa kedalam"

"Apa yang perlu diperiksa lagi? aku tidak percaya kalau teriakanku yang begitu keras sama sekali tak kedengaran olehnya."

"Siapa tahu kalau pemilik kedai ini sudah ketimpa nasib malang."

"Ehmm! betul juga ucapan iiu. coba periksalah keadaan didalam kedai."

Suma kan bangkit berdiri dan masuk ke dalam ruangan dengan langkah lebar.

Ketika tiba didepan pintu. tiba2 ia berhenti dan berpaling kearah Siau Ling

Sementara itu pemuda tersebut sedang memandang kearah ruang dalam, ketika empat mata saling bertemu, buru2 Siau Ling melengos kearah lain.

Dengan langkah lebar suma kan segera masuk kedalam ruang dalam, beberapa saat kemudian ia muncul kembali sambil membopng tubuh kakek tua itu.

Cu Kun San segera bangkit berdiri dan menegur:

"loo te. sebenarnya apa yang telah terjadi?"

"Ia kena obat pemabuk" jawab Suma Kan. Sorot matanya dialihkan keatas wajah Siau Ling, sambil baringkan kakek desa itu keatas lantai ia melanjutkan:

'Sudah lama engkau tiba disini??"

Per-lahan2 Siau Ling turunkan topi rumputnya kebawah hingga hampir menutupi bagian besar wajahnya sambil bangkit berdiri ia memandang sekejap kearah kakek desa itu kemudian balik bertanya. "dia sudah mati?"

"Mati sih belum, apakah perbuatan ini adalah hasil karyamu" tegur Suma kan dengan dahi berkerut. Siau Ling menggeleng.

"Bukan, kenapa aku musti mencelakai dirinya??"

"Tentu saja mengincar harta kekayaannya" sahut Suma kan "tempat ini jauh dari rumah tetangga, jauh dari kota empat penjuru sunyi sepi tiada seorang manusiapun aku rasa tempat ini memang paling cocok untuk turun tangan."

Siau Ling tertawa ewa.

"Mungkin dia sendiri yang mencari penyakit buat diri sendiri" katanya.

"Hmmm! sudah lamakah 'engkau datang ke mari??"

"Ehmm kurang-lebih setengah jam berselang!"

Memandang sekejap kearah baki berisi bakpao dan teko air teh diatas meja kemudian ujarnya:

"Sewaktu engkau tiba disini pemilik kedai ini masih berada dalam keadaan sehat wal'afiat!"

Siau Ling mengangguk.

"Benar ia siapkan air teh bagiku lalu menyuguhkan pula sebaki bak pao panas."

"Kemudian?"

"Kemudian ia meneguk air teh dalam cawanku dan kembali kedalam kamarnya tak nyana ia sudah terkena obat pemabok yang begitu lihay oooh! benar2 menakutkan sungguh mengerikan."

"Jadi maksudmu racunnya berada didalam teko air teh itu?"

Bicara sampai disitu sang peramal sakti dari timur segera mengambil teko air teh itu dan penuhi secawan lalu dibauinya dengan seksama sesudah itu barulah dia berkata.

"Oooouw.. ! obat pemabok yang sangat lihay tidak berbau tidak berasa dan sama sekali tiada tanda yang mencurigakan ternyata engkau bisa menduga akan bahaya yang sedang mengancam. Ketajaman matamu betul2 mengagumkan

sekali."

"Terima kasih atas pujianmu!,"

"Kalau begitu pemilik kedai yang tak tahu diri ini pastilah telah mengincar barang bawaanmu" kata Suma Kan, Kemudian timbul niat jahat dengan mencampurkan obat pemabuk kedalam teko air teh tak nyana bukan engkau yang dirobohkan justru dialah yang kena kau robohkan itu namanya senjata makan tuan!

"Ada satu hal yang tidak benar" ujar Siau Ling sambil tertawa.

"Bagaimana yang tidak benar?"

"Aku sama sekali tidak memaksa dirinya untuk minum air teh itu. sebaliknya dialah yang pura2 hendak membuktikan bahwa di air teko itu tak ada campuran racunnya dan sengaja minum seteguk."

"Orang ini betul2 tolol sekali, sudah terang terangan tahu kalau dalam air teh sudah di campuri obat pemabuk, ternyata ia masih berlagak pilon pura2 tak tahu betul2 manusia goblok!... " dalam hati kecilnya Siau Ling tertawa geli sedangkan diluaran ia menjawab:

"Mungkin dia ingin pulang kekamarnya untuk mengambil obat penawaraya. Siapa tahu obat pemabok itu bekerja sebelum waktunya hingga membuat dia jadi pingsan dan tak sadarkan diri"

Suma kan mengangguk tanda membenarkan.

"Ehmmm penilaianmu memang tepat dan betul semua."

Tiba2 ia tertawa dingin dan meneruskan: 'jadi kalau begitu sedari permulaan engkau sudah tahu kalau dilam air teh itu telah di campuri obat pemabuk?"

"Aku cuma curiga saja karena itu air teh dalam cawan sama sekali tidak kuminum menanti aku sudah bertemu lagi dengan dirinya, pada waktu itulah aku bisa membuktikan bahwa kecurigaanku ternyata sama sekali tidak keliru cuma andai kata kalian berdua datang terlambat satu langkah saja mungkin aku sudah minum air teh sang beracun ini dan jatuh tak sadarkan diri"

"Kenapa dia bendak meracuni dirimu?" tanya Suma kan dengan perasaan ingin tahu

"Pemilik kedai itu toh belum mampus apa salahnya kalau kita sadarkan drinya lalu menanyakan sebab musababnya?" sahut Siau Ling.

"Ehmm! benar juga perkataan itu" sambung Cu kun san dengan cepat, "Suma loo te, mari kita sadarkan dulu pemilik kedai tersebut!"

Suma kan segera mengambil sebaskom air dingin dan diguyurkan keatas wajah kakek itu, sementara telapaknya ditabokkan keatas batok kepalanya.

Terguyur oleh air dingin, kakek desa itu sadar kembali dari pingsanya dan perlahan duduk.

Setelah memandang sekejap kearah Siau Ling, kemudian memandang pula kearah Suma kan dan Cu kun san, serunya berulang kali :

"Peristiwa ini tak ada sangkut pautnya dengan diriku.,

urusan ini tak ada sangkut pautnya dengan aku "

Siau Ling tertawa ewa, selanya dengan cepat :

"Asal engkau bersedia menerangkan duduk perkara yang sebenarnya, tentu saja urusan ini tak ada sangkut pautnya dengan dirimu"

Sesudah termenung sebentar, kakek pemilik kedai itu berkata :

"Sebelum engkau tiba disini, ada seorang tamu yang tiba

disini lebih duluan " serahkan sebuah bungkusan obat

kepadaku dan memerintahkan aku untuk membius engkau.

"Sekarang orang itu berada dimana??"

"Bersembunyi didalam kamarku, sebenarnya aku tak mau tapi ia menyandera istriku dan mengancam akan bunuh bini tuaku jika aku tak mau turuti perintahnya, dalam keadaan demikian mau tak mau terpaksa aku harus menuruti perintahnya."

Mendengar keterangan tersebut, Siau Ling segera menengadah dan memandang sekejap kearah Suma kan. kemudian katanya:

'Suma heng. sewaktu engkau menyelamatkan kakek tua ini. apakah kau sempat melihat sesuatu yang tak beres? "

Suma kan terperangah.

"Siapa kau? darimana engkau bisa tahu namaku?" serunya keheranan.

Siau Ling tersenyum.

''Aku bukan lain adalah Siau Ling yang sedang dicari oleh Suma heng serta Cu locianpwee."

Cu kun san kontan membelalakkan mata nya lebar2. sambil menatap wajah Siau Ling beberapa saat lamanya ia berseru:

"Engkau adalah Siau Ling?!"

"Sedikitpun tak salah!?"

Suma kan segera tertawa terbahak2.

"haahh.haahh..haahh. tak aneh kalau nada suaramu sangat kukenal."

Sorot matanya segera dialihkan keatas wajah Cu kun san. kemudian menambahkan:

"Cu-beng. coba lihat bagaimana dengan ramalanku?!"

Cu kun san tetap gelengkan kepalanya.

"Kejadian ini sama sekali tak masuk diakal. Aku setengah percaya setengah tidak!"

Mendengar perkataan orang itu. tanpa banyak bicara Siau Ling segera melepaskan topeng kulit manusia yang menutupi wajahnya, setelah itu dia baru bertanya :

"Sekarang, apakah locianpwee sudah percaya?!"

Suma kan tertawa keras, sambungnya dengan cepat :

"Kalau ini hari kami gagal berjumpa lagi dengan Siau heng, mungkin aku masih harus menahan dongkol selama beberapa hari lagi"

Dalam pada itu dengan langkah terburu2 Cu kun san sudah maju menghampiri pemuda tersebut, sambil menggenggam tangan Siau Ling katanya :

"Loo te, ternyata benar2 adalah engkau! sejak dahulu aku sudah menduga bahwa engkau bukan manusia sembarangan, ternyata dugaanku itu memang sama sekali tidak meleset"

Habis berkata ia menengadah dan tertawa ter-bahak2.

"Locianpwee memuji, aku hanya bernasib lebih baik saja dari kebanyakan orang, kalau dibilang hebat sih tidak.. "

Kembali Cu kun san tertawa tergelak.

"haah..haahh..haahh.. siau lote tak usah merendahkan diri, seandainya engkau tidak memiliki kecerdasan, tak mungkin bisa menghasilkan suatu karya yang demikian besar!".

Sementara kedua orang itu masih ber-cakap2, tiba2 terlihatlah Suma kan menggerakkan tubuhnya dan langsung menerjang masuk kedalam ruang belakang kedai itu.

Siau Ling tahu bahwa sahabat karibnya itu sedang mencari jejak musuh ditempat persembunyiannya, karena itu dia tak binyak bicara.

Lain halnya dengan Cu kun san, ia segera berteriak dengan suara lantang :

'Hey! saudara Suma kan, sepanjang hari engkau selalu menggerutu karena tak bisa berjumpa dengan Siau , sekarang setelah siau ditemukan mengapa engkau malah kabur tak ujung pangkalnya."

Suma kan berlalu dengan cepatnya, dia sama sekali tidak menggubris teriakan dari Cu kun san tersebut.

Siau Ling yang melihat tindakan sahabat nya itu segera tersenyum.

"Dia sedang pergi mencari orang "katanya.

Dalam pada itu dari tempat kejauhan terlibatlah debu mengepul keangkasa kembali ada beberapa ekor kuda dikaburkan menuju kearah kedai tersebut.

Buru2 Siau Ling mengenakan topeng kulit manusianya, kepada Cu kun san ia berkata:

"Locianpwee, pada saat ini aku merasa kurang leluasa untuk berjumpa orang dengan muka asliku, aku harap locianpwee suka maklumi keadaanku ini!"

Sambil tertawa Cu kun san mengangguk.

"Aku tahu. sekarang engkau adalah musuh besar nomor satu dalam pandangan Shen bok hong, demi kebenaran dan keadilan dalam dunia persilatan engkau memang tidak sepantasnya kalau berjumpa muka dengan mereka dalam muka yang sebenarnya"

Sementara pembicaraan masih berlangsung, keempat ekor kuda itu sudah tiba didepan kedai tersebut.

Siau Ling segera menengadah dan memandang kearah penunggang2 kuda itu. ia lihat orang yang berada dipaling depan adalah se orang kakek tua baju hijau yang berusia enam puluh empat lima tahunan, dia bukan lain adalah Cu ban ciang dari kota lokyang, salah satu diantara empat pujangga dunia persilatan.

Dibelakang kakek itu mengikuti pula Chin su teng dari Klam, Yu cu cing dari kota Kim leng serta Kho Su thong dari kota Kang ciu.

Sewaktu Cu kun san masih aktif melakukan perjalanan dalam dunia persilatan tempo hari. ia kenal baik dengan keempat orang pujangga besar dari dunia persilatan ini, melihat kehadiran orang2 itu dia segera maju dan memberi hormat.

"waah.. sungguh kebetulan, sungguh kebetulan sekali, ini hari entah angin apa yang telah menghembus empat erang pujangga besar hingga muncul disini?'

Cu bun ciang balas memberi hormat dari atas kudanya, kemudian menjawab.

"oooh! rupanya saudara Cu kun san juga berada disini-sudah banyak tahun kita tak pernah saling berjumpa muka.

"haaahh haahh haahh.. ! selamanya empat pujangga besar tak pernah mencampuri urusan mengenai dunia persilatan, apakah pada saat ini kalian sedang berpesiar kebukit kenamaan.

Cu bun ciang menghela napas panjang.

"Aaai. sebenarnya kami empat orang punya tujuan yang sama yakni tidak akan mencampuri urusan dunia persilatan dan sepanjang hidup hanya berpesiar ketempat kenamaan:

"Benar, kita Cu kun san. dalam dunia memang banyak terdapat jago2 persilatan yang sudah lama mengasingkan diri ditempat sunyi. tapi terdesak oleh keadaan kadang2 harus munculkan diri kembali kedalam dunia persilatan, tapi kalian berempat toh memiliki ilmu silat yang sangat tinggi dan lagi sudah puluhan tahun lamanya tak pernah mencampuri urusan apapun, orang persilatan memang tak salah kalau memberi julukan empat pujangga besar kepada kalian semua'

Cu bu ciang gelengkan kepala berulang kali dengan sedih ia berkata:

"Tidak terlibat dalam dunia persilatan merupakan cita2 kami berempat selama puluhan tabun meskipun seringkali dimainkan oleh keadaan namun kami semua bisa menempatkan diri sebaik baiknya dan tak mau ambil tahu. Tapi sejak Shen bok hong muncul dalam dunia persilatan dan membuat keonaran di mana2 kemudian muncul Siau Ling yang lemah tapi bersemangat besar untuk mendobrak kelaliman dan kekejaman iblis tersebut semangat dan kebranian nya yang luar biasa itu sangat mengetuk perasaan kami berempat karena itu setelah runding dan berdebat selama tujuh hari tujuh malam... "

"Bagus sekali! "seru Cu kun san sambil tertawa '' ternyata

kalian berempatpun pandai berkelahi sendiri?"

Cu bun ciang gelengkan kepalanya berulang kali.

'Oooh! bukan, begitu' serunya."kami tidak berkelahi, tapi berunding dan cari kemufakatan dalam masalah yarg sedang

kami hadapi."

"Apakah kalian berempat sudah berhasil mendapat mufakat??

"Benar!" sahut Chin Su Teng dari kota Ki lam "hasil dari

musyawarah itu memutus kan bahwa kami tak boleh berpeluk tangan belaka, kami sudah sepantasnya kalau membantu Siau Ling untuk menanggulangi bencana yang sedang menimpa dunia persilatan.

"Jadi kalau begitu, kalian berempat sudah mengambil

keputusan untuk melibatkan diri dalam perselisihan ini.

"Tidak salah," sahut Yu cu cing dari kota Kimleng "Kami

empat bersaudara telah memutuskan untuk mengerahkan segenap kemampuan yang kami miliki demi tegaknya keadilan dan kebenaran didalam dunia persilatan."

Mendengar sampai disitu. Cu kun san segera mendongak dan tertawa ter-babak2

"haahh-haahh haahh.. aneh, aneh., sungguh aneh."

"Cu heng. apa yang kau herankan??" tanya Kho su thong dari kota kang ciu.

"Empat pujangga besar dari dunia persilatan ternyata melibatkan diri dalam urusan orang lain jika berita ini diberitahukan orang lain belum tentu orang lain sudi untuk mempercayai!"

"Meskipun kami sudah mengambil keputusan untuk mencampuri urusan dunia persilatan tapi masih ada satu hal yang masih belum selesai," kata Cu bu ciang lagi.

'Persoalan apakah itu??"

"Persoalan ini harus dibicarakan dulu setelah bertemu dengan Siau Ling kemudian baru mengambil keputusan."

Cu kun san tanpa sadar melirik sekejap kearah Siau Ling kemudian ia bertanya lagi:

"Apa yang hendak kalian berempat bicara kan dengan Siau Ling?? Bagaimana kalau beritahukan saja kepadaku bila aku bertemu dengan Siau Ling nanti, persoalan itu akan kusampaikan kepadanya"

Chia so teng gelengkan kepalanya.

"Tak mungkin!" ia menjawab, "Persoalan ini harus kami tanyakan sendiri setelah bertemu muka dengan Siau Ling".

Tiba2 Yu cu ciang dari kota leng. menyela dari samping:

"Kalau didengar dari nada pembicaraan Cu heng, seakan2 engkau mengetahui akan jejak dari Siau Ling.

"Jejak Siau Ling memang sedikit banyak kuketahui, tapi apakah kalian berjumpa dengan dirinya, aku tak berani memastikan."

"Kami sudah beberapa bulan lamanya mencari diri Siau" Kho su menerangkan

'Tapi selalu tidak berhasil, dan kebetulan sekali kemarin malam sewaktu ada dikota Tiang san kami sempat mendengar babwa selama dua hari berselang Siau Ling pernah munculkan diri disekitar kota tersebut, karena itulah kami empat bersaudara terpaksa harus mencari jejaknya disekitar kota thiang sah."

"Benar," sambung Cu bun ciang pula. "Telaga tujuh bintang adalah suatu telaga yang sangat kenamaan, mungkin Siau Ling akan ngunjungi tempat itu. Karenanya kami hendak berangkat ketelaga tujuh bintang untuk beradu nasib."

Cu kun san dibikin serba salah oleh keadaan yang terbentang didepan matanya pada saat itu. Diam2 ia berpikir.

''Sekarang Siau Ling justru berada dihadapan mereka tapi sampai detik ini dia tak pernah mengatakan sepatah katapun hal itu menunjukan bahwa ia bersedia untuk unjukan diri kepada tempat pujangga besar dan dengan sendirinya akupun kurang leluasa untuk menerangkan duduk persoalan...aaai! entah begaimana baiknya?"

Berpikir sampai disitu ia lantas berkata: " saudara berempat sekalipun terburu2 aku rasa perjalanan juga tak usah dilakukan tanpa beristirahat bagaimana kalau beristirahat diwarung sambil mengisi perut?"

Cu bun ciang termenung sebentar kemudikepada ketiga orang saudaranya ia berkata:

'Hian-te bertiga bagaimana pendapat kalian??"

"Ada baiknya juga kita biarkan kuda2 itu beristirahat sebentar kemudian baru meneruskan perjalanan " sahut Chin su teng dari kota ki lam dengan cepat

Maka turunlah keempat orang pujangga besar dari dunia persilatan itu dari atas kudanya setelah mengikat kuda tunggangan diistal mereka be-ramai2 mencari tempat duduk.

Sementara itu pemilik kedai masih berdiri ter-mangu2 disisi Siau Ling tanpa mengucapkan sepatah katapun pikirannya kalut dan ia tak tahu apa yang musti dilakukan pada saat itu.

baru saja keempat orang itu ambil tempat duduk kebetulan Suma kan sedang keluar dari dalam kedai dengan langkah lebar ditangan kiri ia membawa teko air teh sedang ditangan kanan membawa bak pao panas sambil menghidangkan kemeja katanya:

'Kedai kecil ditempat terpencil tak ada makanan lezat untuk melayani tamu silahkan kalian mendahar sedikit bak pao saja'.

Kho su thong dari lota Lang cu dengan sorot mata yang tajam mengawasi Suma kan sekejap lalu tegurnya:

"Engkau tidak mirip seperti pemilik kedai ini!'

Cu kun san yang berada didepannya segera tertawa dan menjawab.

'Dia memang bukan pemilik kedai ini, saudara itu bernama Suma kan dia adalah sahabat karibku.. "

setelah berhenti sebentar sambungnya lebih jauh:

"Suma lote cepat kemari! Mari kuperkenalkan dirimu dengan saudara2 ini mereka berempat adalah empat pujangga besar yang amat tersohor namanya dalam dunia persilatan!"

Suma kan segera memberi hormat.

'Selamat berjumpa muka. selamat berjumpa muka, aku bernama Suma kan" serunya.

Peramal sakti dari lautan timur Suma kan belum terlalu lama muncul didaratan tionggoan, jarang sekali orang persilatan yang mengetahui namanya apalagi empat pujangga besar amat jarang berkelana dalam dunia kangou dengan sendirinya mereka sama sekali tidak pernah mendengar namanya walaupun begitu mereka segera menganguk sambiil berseru:

"oooh kiranya adalah suma heng!'

Suma kan tersenyum kepada Cu kun san ia segera berseru

"Bu heng orang itu sudah kabur sambil membawa lari bini tua pemilik kedai ini.'

Mendengar seruan tersebut tiba2 kakek pemilik kedai itu lari pontang panting sambi! berteriak sepanjang jalan.

"Hek niu! oooh! Hek niu.. dimana engkau" suaranya keras dan tajam hingga berkumandang diseluruh pelosok tempat, dari sikapnya yang gelisah dan cemas bisa dibayangkan bahwa hubungan suami istri diantara kedua orang itu amat erat dan akrab sekali.

Siau Ling yang selama ini membungkam terus, tiba2 menyela:

"Suma heng, pemilik kedai itu kasihan sekali. mari kita bantu untuk menemukan kembali bininya"

Cu kun san sebaliknya menghela napas panjang dan menggerutu:

"Semasa muda jadi suami istri, semasa tua adalah kawan senasib, orang ini hidup terpencil ditengab hutan sambil membuka warung, bininya merupakan satu2nya orang yang mendampingi dia selama ini, tak aneh kalau ia jadi kalap setelah mengetahui bahwa bininya dibawa kabur orang."

Sementara itu Siau Ling sudah angkat kaki menyusul dibelakang pemilik kedai .

Satu ingatan dengan cepat berkelebat dalam benaknya Suma kan. dia segera berseru:

"Silahkan kalian bersantap dahulu, aku akan membantu saudara itu untuk menemukan kembali bininya sang pemilik

kedai."

Habis berkata ia segera enjotkan badan nya menyusul Siau Ling.

Tampaklah pemilik kedai itu kabur dengan cepatnya, dalam beberapa waktu kemudian ia sudah lari masuk kedalam sebuah hutan lebar dibelakang kedainya.

Setelah melepaskan diri dari pengawasan empat pujangga besar dunia persilatan. Siau Ling mempercepat larinya menyusul kakek pemikedai itu.

Suma kan dengan cepat telah menyusul kesamping Siau Ling, sambil berlarian ia bertanya :

"bagaimanakah tabiat dari empat pujangga besar itu?"'

"keempat oragg itu suka menyindiri dan tak pernah mencampuri urusan orang lain. tapi mereka harus menelan kerugian yang besar ditangan Shen bok hong akibat dari perbuatan mereka itu"

"Mereka sedang mencari engkau?!"

"Aku tahu, keempat orang itu sudah keracunan buku dan filsafat, jika aku muncul kan diri pada saat ini maka suatu perdebatan sengit tak bisa dihindari lagi. padahal pada saat ini aku sama sekali tak punya waktu untuk ribut apalagi berdebat dengan mereka... "

"Rupanya engkau sedang menghadapi suatu masalah berat?., benarkah itu?"

"benar aku hendak mencari orang?"

"apakah siau-heng bersedia memberi tahu kepadaku siapakah yang sedang kau cari?"

Tiba2 Siau Ling teringat akan kelihayan dari sahabatnya dalam ilmu meramal dalam keadaan kepepet dan kehabisan akal timbullah ingatan untuk minta penolong dan sahabatnya ini guna meramalkan nasibnya maka ia segera berkata:

"Suma-beng aku herdak mencari seorang nona apakah suma heng bersedia untuk meramalkan bagiku"

"Siapa percaya ramalan pasti cocok, jika saudara siau dengan sungguh hati mempercayai diriku aku yakin ramalauku tak akan membuat siau heng jadi kecewa"

"tentu saja aku percaya dengan sungguh hati dan setulusnya."

"baik mari kira menuju kedalam hutan disebelah hutan sana"

Dua orang itu masuk dalam hutan dan meneruskan perjalanannya kearah depan, sementara itu pemilik kedai sedang lari kedalam sebuah gubuk ditengah hutan tersebut

Siau Ling segera mengempos tenaga, dengan gerakan burung walet menuntut pemukaair tiga kali. laksana kilat ia menerobos masuk kedalam gubuk itu mendahului kakek pemilik kedai tersebut.

Rupanya Siau Ling kuatir kalau didalam gubuk itu tersembunyi musuh tangguh yang akan mengakibatkan kerugian besar bagi pemilik kedai itu. maka itu mendahuluinya dengan harapan bisa selamatkan jiwa orang itu dari segala kemungkinan yang tidak diinginkan.

Terlihatlah seorang nenek tua berbaju sederhana roboh terkapar diatas tanah, perempuan tua itu sudah berada dalam keadaan tak bernyawa lagi.

Setelah menubruk masuk kedalam gubuk, pemilik kedai itu segera memeluk tubuh bininya yang menggeletak diatas tanah dan menangis terisak dengan sedihnya.

Siau Ling yang menyaksikan kejadian itu hanya bisa menghela napas panjang, katanya;

"Lo tiang tak usah menangis lagi, manusia yang telah mati tak bisa hidup kembali. disini ada dua tahil emas murni, harap lo-tiang terima sebagai ongkos untuk kabur dari sini!"

Kakek pemilik kedai itu membopong jenasah istrinya dan menerima uang emas tersebut dari tangan Siau Ling. kemudian katanya :

"Aku menyesal sekali dengan semua perbuatan yang kulakukan selama ini..!"

"Salam peristiwa ini. loo tiang tak dapat disalahkan!!"

"Orang itu memakai baju yang kumal dan combang camping seperti pengemis" pemilik kedai itu menerangkan, "usianya antara empat puluh tahunan, mukanya hitam dengan alis tebal. ditengah kening sebelah kiri terdapat sebuah tahi lalat merah sebesar kacang hijau"

Siau Ling mengangguk.

"Akan kuingat didalam hati" hiburnya, "dikemudian hari bila aku berjumpa dengan orang itu, pasti akan kubalaskan dendam sakit hali dari istrimu"

"terima kasih aku permisi dahulu" sambil membopong jenazah istrinya berangkatlah pemilik kedai itu tinggalkan gubuk tersebut.

Suma kan yang berdiri didepan pintu ruangan segera memperingatkan dengan suara lirih :

"Kakek engkau harus berhati2"

"Lohan sudah tua dan tiada sanak tiada keluarga!" ujar pemilik kedai dengan sedih, "selama ini aku hanya hidup berdampingan dengan bini tuaku itu, sekarang biniku sudah mati, kehidupanku pun jadi sama sekali tak berarti lagi"

Bicara sampai disitu dengin kepala didongakan dada dibusungkan, ia maju ke depan dengan langkah lebar.

Per-lahan2 Siau Ling berjalan keluar dari ruangan itu. katanya dengan cepat.

"suma heng, tolong ramalkan buat aku!"

Suma kan tersenyum, ia berjongkok dan ambil keluar kotak ramalannya, sambil mengocok kotak tadi katanya dengan suara lirih:

"Jikalau kita dapat menemukan pembunuh yang telah membinasakan bini pemilik kedai itu, maka hasil tersebut akan jauh lebih manjur daripada hasil ramalanku"

"Tapi saat ini sang pembunuh tersebut berada dimana?" selanya.

"Menurut dugaanku sang pembunuh itu masih berada disekeliling tempat ini, ia takut pemilik kedai bocorkan bentuk badan serta paras mukanya karena itu pembunuh tersebut sudah pasti akan berusaha keras untuk membinasakan dirinya dan hilangkan jejak, asal kita bisa tidak tinggal bekas, rasanya jauh lebih baik kalau kita mengikut dibelakang orang tua itu saja."

"Benar perkataanmu memang tepat sekali," sambung Siau Ling menyanjung usul tersebut.

"Kalau memang begitu harap Siau heng tunggu sebentar!" seru Suma kan.

Tiba2 ia loncat kedepan dan menyusul ke arah pemilik kedai tersebut.

Sesaat kemudian, tampaklah Suma kan telah muncul kembali didalam rumah gubuk itu.

Setelah orang itu berada sangat dekat dengan mereka. Siau Ling baru kenal orang yang dianggap sebagai Suma kan tadi ternyata adalah pemilik kedai itu, dengan cepat ia telah memahami apa yang sudah terjadi, pikirnya:

"Ahh! benar Suma kan pasti telah bertukar pakaian dengan dirinya, dan ia pinjam jenasah dari perempuan tua itu guna memancing kemunculan dari pembunuh tersebut."

Sementara itu pemilik kedai tadi telah berkata.

"Pendekar tadi memerintahkan aku untuk mengenakan pakaiannya dan membelikan pakaianku kepadanya, dia akan berusaha untuk balaskan dendam bagiku."

"Apa yang dia katakan memang tak salah, mari kita tunggu kemunculannya didalam kedai" ajak Siau Ling.

Bersama kakek tua itu berangkatlah mereka tinggalkan gubuk tadi dan kembali kekedai.

Siau Ling takut kakek tua itu menunjukkan kelemahan sehingga penyaruanya ketahuan orang, sambil menggandeng tangannya untuk melakukan perjalanan bersama, tanyanya:

"Too tiang dari mana engkau bisa tahu kalau jenasah istrimu berada disini? begitu cepat engkau bisa datang kemari untuk mencarinya?''

"Empat penjuru disekeliling tempat ini hanya merupakan tanah pegunungan yang jauh dari keramaian orang, hanya dalam hutan belantara inilah terdapat sebuah rumah gubuk. karena aku teringat akan rumah gubuk ini maka buru2 aku datang kesini."

"oooh! kiranya begitu'

Tatkala dua orang itu tiba kembali diluar kedai' tampaklah Cu kun san serta empat pujangga besar dunia persilatan telah menghabiskan separuh bagian dari bak-pao yang dihidangkan diatas meja!

Dari tempat kejauhan cu kun san segera berteriak keras:

"Suma loo te. kemarilah cepat dan ayoh makan dulu beberapa biji bak pao."

Pemilik kedai itu memandang sekejap kearah Siau Ling dengan pandangan kebingungan. untuk beberapa saat lamanya dia jadi gelagapan dua tak tahu apa yang musti dilakukan.

Ketika tak mendengar jawaban dari Suma kan. Dengan Cepat Cu kun san bangkit berdiri dan menghampiri kedua orang itu.

Setelah dekat ia baru tahu kalau orang itu bukan suma kan, dengan dahi berkerut ia segera menegur.

"apa yang sebenarnya telah terjadi??"

"loocianpwee lebih baik temanilah empat pujangga besar dunia persilatan lebih dahulu untuk bercakap2, Suma heng sebentar lagi akan muncul kembali disini."

Cu kun san terperangah namun ia tak banyak bicara dengan mulut membungkam ia balik kembali ketempat duduknya

Baru saja dia duduk kembali Cu bun ciang dari kota Lok-yang telah berpaling dan sekejap kearah Siau Ling dan pemilik kedai itu kemudian katanya:

''Cu heng kenapa sih suma-heng telah menyamar sebagai pemilik kedai ? apa yang sudah terjadi?"

Cu kun san tidak segera menjawab diam2 pikirnya dihati:

"Tenaga dalam yang dimiliki empat pujangga besar dunia persilatan betul2 sudah mencapai puncak kesempurnaan untuk melihat jelas paras mukanya aku harus berjalan itu sedangkan mereka bisa melibat jelas dari tempat kejauhan benar2 luar biasa!"

Berpikir sampai disitu ia segera menengadah dan tertawa ter-bahak2.

'haahhh haahhh haahhh persoalan ini sama sekali tak ada sangkut pautnya dengan kalian berempat mari kita minum teh saja."

Tidak menanti jawaban ia sambar cawan air teh didepannya dan sekali teguk menghabiskan seluruh isinya hingga sama sekali tanpa tersisa barang setetespun

Jawaban semacam itu amat sulit untuk membuat orang jadi paham artinya, andai kata berganti dengan orang lain maka pertanyaan itu pasti akau diulangi terus hingga akhirnya mendapatkan jawaban yang memuaskan.

Tetapi lain halnya dengan empat pujangga besar dunia persilatan, mereka selamanya tak pernah ribut dengan orang lain. belum pernah mencampuri urusan dunia persilatan, lebih2 tak suka mencari tahu rahasia orang, mendengar jawaban tersebut mereka hanya tertawa ewa belaka dan tidak banyak bertanya lagi.

Diluaran walaupun Siau Ling tidak menunjukkan perbuatan sikap apapun, tapi dalam hati kecilnya dia merasa sangat kuatir dan sangat mengharapkan jawaban dari Suma kan.

Ia berharap pembunuh itu bisa ditangkap sehingga latar belakang persoalan itu dapat diketahui andaikata pembunuhnya tak berhasil ditangkap maka dia akan segera melanjutkan perjalanannya sebab menurut pendapat pemuda ini menanti disitu bukanlah suatu tindakan yang benar.

Kurang lebih sepertanak nasi kemudian muncullah sesosok bayangan manusia dan orang itu bukan lain adalah Suma Han dengan langkah cepat ia menghampiri pemuda itu.

Siau Ling segera bangkit berdiri sambil bertanya:

"Suma-heng apikah orang itu berhasil ditangkap?"

Suma Han mengangguk ia kibaskan bahu kanannya dan "bluum' orang yang berada dalam punggungnya dibanting keras2 diatas tanah sahutnya:

"lebih baik tanyailah sendiri''

Kepada pemilik kedai itu ia menambahkan

"jenasah istrimu pada saat ini berada di bawah sebuah pohon tepat sebelah barat tem ini engkau boleh ambil jenasah itu untuk dikebumikan."

Tapi milik kedai itu tidak langsung pergi ia mendekati orang itu dan mencengkeramnya setelah mengawasi sekejap ia berseru:

"Dialah orangnya!"

Tiba2 hidung orang itu digigit keras2 hingga putus, darah segar mengacur keluar membasahi seluruh tubuhnya.

Suma Han tarik badan pemilik kedai itu dan berseru:

"Setelah hidungnya kau gigit hingga putus aku rasa perasaan benci dan dendam yang menyelimuti hatimu juga sudah agak terlampiaskan, kami pun akan balaskan dendam bagi kematian istrimu itu."

Persoalan ini menyangkut masalah perselisihan dunia persilatan, lebih baik engkau jangan menceburkan diri dalam masalah ini nah! cepatlah pergi!.

Dengan pandangan penuh kebencian pemilik kedai itu melotot kembali kearah orang itu kemudian ia baru putar badan dan berlalu dari sana.

Sepeninggalnya pemilik kedai itu, suma kan menepuk bebas jalan darah sang pria kekar yang tertotok kepada Siau bisiknya.

"ia bersembunyi diatas sebuah pohon besar dan tiba2 lancarkan sergapan kearahku karena orang ini terlalu bahaya maka kutotok beberapa jalan darahnya'

Siau Ling alihkan sorot matanya dan memperhatikan paras muka orang itu ia lihat pria tersebut memakai baju compang ping dengan dandanan seperti anggota kaypang ramputnya pendek dan awut2tan diatas alis kirinya terdapat sebuah tahi lalat berwarna merah

Segera ujarnya dengan lantang:

"kami sudah tahu kalau engkau adalah anggota perkampungan pek-hoa-san-cung."

Pria kekar itu membungkam dalam seribu bahasa tiba2 dia ayun telapaknya dan melancarkan satu babatan dahsyat keatas tubuh pemuda Siau Ling.

Dengan cekatan sianak muda itu menghindar kesamping dan meloloskan diri dari serangan tersebut tangan kananya segera berkelebat mencengkeram pergelangan tangan pria tadi, ketika hawa murninya disalurkan keujung jari,. kraak! tulang pergelangan pria itu tahu2 sudah dilepaskan dari sendinya.

Ilmu melepaskan sendi tulang merenggangkan otot badan mendatangkan siksaan dan penderitaan yang luar biasa bagi penderitaannya. Rasa sakit itu melebihi sakitnya hidung yang digigit sampai putus.

Pria kekar itu segera menjerit kesakitan keringat sebesar kacang kedelai mengalir ke luar membasahi tubuhnya.

Siau Ling tertawa dingin, ujarnya lebih jauh:

"Aku tak punya banyak waktu untuk menanyai engkau asal engkau yakin bahwa siksaan melepaskan otot dan sendi yang kulancarkan masih dapat kau tahan, pertanyaanku tak usah kau jawab lagi. Setelah pergelanganmu menyusul kulepaskan sendi tulang pergelangan kirimu, kemudian bahumu, sepasang kakimu ... "

Sekarang pria kekar itu baru menyadari bila ia telah berjumpa dengan jago lihay yang ampuh, tak kuasa lagi orang itu menghela nafas panjang.

''aaaai ! apabila aku bersedia untuk memberi jawaban

atas pertanyaan yang kau ajukan, hukuman apa yang hendak kalian timpakan kepadaku??"

"'akan kuberi kematian yang sama sekali tak ada rasa sakit bagimu." jawab Siau Ling.

Pria itu segera menggelengkan kepalanya

"Semut yang merupakan binatang kecil-pun masih menginginkan hidup apa lagi aku adalah seorang manusia??"

Siau Ling termenung beberapa saat lama nya kemudian ujarnya kembali:

"semua ilmu silatmu akan kupunahkan sama sekali jiwanya akan kuampuni dan selesai memberi jawaban kepada kami maka engkau akan kami lepaskan hingga dengan demikian engkau tak akan mampu membantu kaum durjana melakukan kejahatan lagi"

"baik kini tentukan dengan sepatah kata itu. nah sekarang kalian boleh mengajukan pertanyaan"

"siapa yang mengutus engkau datang keman? dan apa maksud tujuan dari kedatanganmu itu?

"shen bok hong mengutus aku dengan membawa banyak macam obat pemabuk untuk secara diam2 menghadapi Siau

Ling"

Begitu mendengar nama Siau Ling, Cu ciang dari kota lok yang segera berseru:

"sekarang Siau Ling ada dimana?"

Pria itu dengan cepat gelengkan kepalanya.

"Entahlah, she toa cungcu telah mengutus delapan orang jago dengan menyebarnya dalam delapan penjuru yang berbeda untuk nantikan kedatangan Siau Ling"

"engkau kenal dengan manusia yang bernama Siau Ling ?"

"tidak!"

"kalau tidak kenal bagaimana caramu untuk menemukan orang itu???"

"kami mendapat perintah untuk meroboh kan setiap orang yang mencurigakan!'

"hmmm! '' Siau Ling mendengus dingin "cara ini betul2 amat keji, lebih baik salah nangkap seribu orang dari pada melepaskan satu orang manusiapun."

setelah berhenti sebentar ia melanjutkan

"kapan mereka baru tiba disini?'

"siapa yang kau maksudkan?"

"masa kalian tidak tahu apa sebabnya shen bok hong mengutus kalian berdelapan untuk ber-jaga2 pada delapan tempat yang berbeda..??"

Tiba2 ia cengkerami pergilangan kiri lelaki itu.

Merasakan pergelangannya dicengkeram orang, pria tersebut jadi sangat gelisah. Dengan muka pucat karena ketakutan ia segera menjawab.

"kami dengar sebelum sang surya tenggelam dibalik bukit nanti, ada sebuah kereta kuda yang bakal lewati tempat ini, apa isi kereta kuda itu kami benar2 tak tahu!"

"ehmm.. ! apakah kereta kuda itu pasti akan melalui jalan ini..?" tanya Siau Ling, sambil mengangguk.

"benar. shen toa cungcu yang memberitahukan sendiri rahasia tersebut kepada kami!"

'Hey! kalau seandainya tiada kejadian semacam itu, sekarang masih ada waktu bagimu untuk meralat!" sela suma kan dari samping, sebab dengan begitu jiwamu dapat kami ampuni, sebaliknya kalau sampai senja nanti tak ada kereta kuda yang lewati tempat ini. berarti engkau akan merasakan siksaan badan yang amat memberatkan dirimu"

"Aku tidak bohong..aku tidak bobong., setiap perkataan yang kuucapkan adalah kata2 yang jujur!" sahut pria itu dengan amat gelisah.

Siau Ling tidak banyak bicara, ia cengkeram pergelangan kanannya yang lepas sendi, sekali sentak persendian yang lepas tadi telah menyambung kembali, namun dengan suatu gerakan cepat dia lancarkan pula dua totokan diatas tubuhnya.

"Sekarang aku hendak memberitahu kepada mu!" serunya dengan ketus,

"jika engkau berbohong maka itu berarti engkau mencari penyakit buat diri sendiri."

"Beberapa ratus tombak disebelah timur terdapat sebuah pohon besar, bila diatas pohon besar itu kita gantung selembar kain berwarna kuning, itu berarti mereka pasti akan melewati tempat ini"'

"Sekarang kain itu berada dimana??!'

"Dalam saku ku!!'

Siau Ling merogoh kedalam sakunya, dan ia temukan selembar kain kuning seperti apa yang dikatakan tadi.

Suma kan menyambut kain tadi seraya berkata :

"Biar aku yang menggantungkan kain kuning ini diatas pohon besar tersebut"

Setelah menyambut kain kuning dari tangan Siau Ling, dengan langkah cepat ia berlalu dari sana.

Siau Ling menotok jalan darah bisu diatas tubuh pria kekar itu dan disembunyikan dalam ruang kedai, kemudian sambil menjura kearah eupat pujangga besar dunia persilatan katanya :

"Apakah locianpwee berempat sedang mencari Siau Ling?!"

"Apa engkau tahu sekarang dia berada di mana?!" Cu bun ciang dan kota Lok-yang balas bertanya.

Siau Ling lepaskan topeng kulit manusia yang menutupi paras muka aslinya, lalu jawab :

"Akulah Siau Ling, ada urusan apa locianpwee berempat datang mencari diriku?"

Delapan buah mata dari empat pujangga besar dunia persilatan menatap wajah Siau Ling tanpa berkedip, beberapa saat kemudian ia mereka mengangguk.

"Ehmm ...engkau benar2 adalah tayhap"

Chin su teng dari kota Lam segera tampil dan berkata:

„Siau tayhap selama ini berada disini kami tak nyana ternyata kami semua tak ada yang tahu!"

Habis berkata ia segera memberi hormat.

Cu bon ciang. yu cu cing serta Kho su tong sama2 bangkit dan memberi hormat pula.

Siau Ling bangkit berdiri dan balas mberi hormat, katanya dengan nada merendah

"Aku yang muda tak berani menerima penghormatan sebesar ini dari locianpwee berempat !"

"aaaai ! sungguh tak nyana kami bersusab payah mencari

disegala penjuru, akhirnya toh berjumpa dalam suatu pertemuan yang sama sekali tak terduga" kata Cu bun ciang.

—oooOdwOooo---
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar