Budi Ksatria Jilid 24

Jilid: 24

SETELAH berhenti sebentar, lanjutnya : "Harapan Be heng suka tetap tinggal di markas besar, siau-te hanya akan membawa enam orang saja!"

Be Bun Hui tersenyum.

"Engkau akan memilih sendiri? ataukah aku yang pilihkan untukmu?? Nona Pek-li, saudara Tu akan kubawa serta, dan tolong Be-beng suka pilihkan dua orang lagi"

"Aku bersedia membuat pahala untuk me nebus dosa, apakah Siau taybiap bersedia mempercayai diriku" sela Tong Lo-thay thay secara mendadak.

Siau Ling tertawa.

"Tak usah, meskipun gerak gerik kita kali ini tidak terlalu rahasia namun kamipun tak akan bekeria secara blak2an, iika dapat merahasiakan indentitas kita jauh lebih baik. Untuk sementara waktu harap Tong lo thay thay tetap tinggal disini, aku percaya delapan bagian Kim Hoa huiin akan berhasil mendapatkan obat pemunah dari Shen Bok Hong. menanti racun keii yang bersarang ditubuh Lo huiin benar2 sudah punah, saatnya belum terlambat bagimu untuk munculkan diri dan memusuhi pi hak perkampungan Pek boa san cung secara terang2an"

"Saudara siau, termasuk engkau cuma lima orang, masa cukup, untuk menghadapi mereka?'

"Serangan kita kali ini adalah dengan racun menyerang racun, yang diutamakan adalah suatu penyerangan secara mendadak."

"Panah sakti yang menggetarkan jagid Tong Goan Ki serta peluru sakti Liok Kui Ciang masing2 memiliki keahlian khusus, aku rasa jika mereka yang mengikuti dirimu pastilah akan memberi bantuan yang sangat besar"

Siau Ling tersenyum.

"Entah saudara Liok dan saudara Tong bersedia atau tidak melakukan perjalanan bersama aku orang she Siau??" tanyanya.

Tong Goan Ki dao Liok Kui Ciaag serentak bangun berdiri, jawabnya.

"Siau tayhiap bersedia membawa serta kami berdua hal ini merupakan suatu kehormatan bagi kami."

"Kalian memang kalian berdua bersedia membantu aku orang she Siau didalam per gerakan ini, bagaimana kalau sekarang juga kita berangkat."

"Aku akan suruh mereka siapkan perahu," kata Tong Goan Ki dengan cepat . ia segera keluar lebih dahulu dari ruangan.

"Kalau begitu, akupun mohon diri terlebih dahulu kepada saudara sekalian," kata Siau Ling.

Dengan membawa Pek li Peng. Tu Kiu dan Liok Kui Ciang berangkatlah mereka tinggal kan markas tersebut.

Buru2 Be Bun Hai mengejar keluar ruangan, katanya.

"Saudara Siau.baik2lah jaga diri! "

"Eigkau tak usah kuatir, Be Bun Hui tak perlu mengantar lebih jauh! " jawab Siau Ling sambil berpaling.

Sesudah tiba ditepi sungai terlihatlah Tong Goan Ki telah siap di depan perahunya Para jago segera naik perahu dan bergerak menuju ketepi seberang

Sementara sarapan bergerak ketengah sungai Siau Ling menengadah memandang cuaca lalu berkata.

''Sekarang waktu sudah menunjukan kentungan keempat lebih jika dihitung dengan perjalanan yang harus ditempuh sewaktu kita tiba di kuil Pek in koan mungkin fajar telah menyingsing—"

"Jika kurang leluasa bertempur disiang hari bagai mana kalau kita mencari tempat untuk beristirahat lebih dahulu dan sergapan itu kita lakukan besok malam saja'" Liok Kui Ciang mengusulkan.

"Tak usah!" jawab Siau Liog sambil menggeleng kita harus melakukan suatu sergapan yang sama sekali diluar dugaan mereka fajar merupakan saat yang paling baik untuK operasi tersebut"

"Diudara terang tenderang bukankah asal usul kita bakal diketahui lawan? "kata Tong Goan Ki.

"Asal kita tutup wajah kita dengan kain kerudung siapa yang bisa menebak asal usul kita?"

Sementara pembicaraan masih berlangsung perahu kecil itu sudah merapat ketepian.

Siau Ling segera membawa para jago langsung menuju ke kuil Pek in koang.

Sepanjang perjalanan para jago mengerahkan ilmu meringankan tubuh secepat mungkin sebelum fajar menyingsing mereka telah didepan kuil Pek in koang.

Dengan sorot mata tajam Siau Ling mengawasi keadaan disekeliling tempat itu lalu dengan suara rendah bisiknya.

"Ruangan sudut timur laut kuil tersebut merupakan tempat

tinggal para jago dari perkumpulan Pek hoa-san-cung tapi

masih ada orangkah pada saat ini aku tak berani

memastikan "

Ia memandang sekejap kearah Tong Goan Ki serta Liok Kui Ciang lalu perintahnya:

"Aku harap kalian menjaga diatas atap rumah dan membantuku kami dengan senjata2 rahasia kalian"

Tong Coan Ki serta Liok Kui Ciang mengi akan mereka segera melayang naik keatas wu wungan rumah dan memilih tempat yang srategis untuk bersiap sedia.

"Saudara To Peng ji bungkus wajah kalian dengan kain dan serbu kedalam sebisanya jangan banyak bicara dengan mereka " bisik siau Ling kembali dengan suara lirih,

Pek-li Perg tersenyum, dia ambil keluar secarik sapu tangan dan membungkus sebagian wajabnya, kemudian berkata:

"Toako, kami harus mengikuti dibelakang tubuhmu.. ? ataukah masing2 mencari lawan tandingannya sendiri?"

"Kita ber-sama2 membasmi musuh tangguh!"

"Kalau begitu, toako jadi pemimpin dan kami akan membantu dari samping..!" Siau Ling tersenyum.

"Peng-ji, kali ini engkaulah yang memimpin serangan, aku akan membantu kalian secara diam2 " katanya.

Pek-li Peng segera cabut keluar pedangnya dan berbisik kepada Tu Kiu dengan suara lirih:

"Mari kita serbu kedalam'"

Tu Kiu cabut keluar pedang pit baja dan gelang perak pelindung tangannya sambil tertawa ia berkata :

"Dua macam senjata dari aku Tu lo sam telah menjadi perak yang terkenal sekali kendatipun aku menyaru sebagai apapun asal orang dapat melihat kedua macam senjata ini mereka akan segera mengetahui siapakah diriku ini!"

"Engkau cakut kalau mereka mengenali dirimu? "

"Siapa yang takut?' seru Tu Kiu gusar ia segera loncat kedepan dan melaijcarkan serbuan lebih dahulu.

Kedua orang itu dengan cepat menerjang masuk kedalam ruang kuil,

Siau Ling membuntuti dengan kencang di-belakang Tu Kiu serta Pek Li Peng mereka langsung menyerbu keruang samping.

Dalam pada itu fajar baru mulai menyingsing dari ufuk sebelah timur pemandangan disekeliling tempat itu dapat terlihat jelas sekati.

Baru saja Siau Ling sekalian tiga sosok bayangan manusia melayang turun dalam halaman samping seketika itu juga muncullah dua sosok bayangan manusia menghadang jalan pergi ketiga orang itu.

Desingan angin tajam menyambar lewat sebatang anak panah dengan tajamnya meluncur memenuhi angkasa.

'"Aduuh.!" jeritan kesakitan bergama memecahkan kesunyian, seorang pria baju hitam menyerang dan roboh terkapar keatas tanah.

Tapi pada detik yang bersamaan itu pintu gerbang ruang tengah terbentang lebar, seorang kakek yang gemuk pendek murcul-kan diri dengan langkah lebar.

"Peng ji" bisik Siau Ling dengan suara lirih, orang itulah yang bernama Seng Sam Kong. ilmu silatnya sangat lihay dia tak boleh dipandang enteng.

Cahaya berkilauan menyambar lewat, kembali sebatang anak parah meluncur menembusi angkasa langsung mengancam tenggorokan Seng Sam Koay.

Kskek gemuk pendek itu dengan tangkas menggape tangan kanannya, dengan suatu gerakan yang manis tahu2 ia berhasil menangkap anak panah tersebut.

Tu Kiu mengetahui bahwa anak pinah itu dilepaskan oleh panah sakti yang menggetarkan jagad Tong Goan Li, dengan daya kekuatan yang luar biasa dari orang itu ternyata anak parah yang dilepaskan berhasil ditangkap Seng Sam Koay dengan begitu gampang hal ini menunjukkan betapa sempurnanya tenaga dalam yang dimiliki orang itu.

Seng Sam Kay sangat tenang setelah anak panah itu berhasil ditangkap ia tetap berdiri tak berkutik ditempat semula sorot rnatanya per-lahan2 menyapu sekejap wajah Pek li Peng serta Siau Ling kemudian tegurnya

'"Saudara sekalian. kalau toh kalian berani datang kemari mengapa tidak berani menghadapi kami dengan paras muka aslimu?"

Sementara ucapan tersebut diutarakan keluar bayangan manusia berkelebat lewat dari samping kiri kanan ruangan itu dalam sekejap mata ditengah kalangan telah bertambah dengan delapan orang pria kekar yang bersenjata lengkap.

Dengan sorot mata yang tajam Siau Ling mengawasi beberapa orang itu dia lihat Khong Siang terdapat diantara orang2 itu dalam hatinya pemuda itu segera berpikir:

"Baik Seng Sam Koay maupun Khong Siang masih berada disini mungkin mereka belum tahu kalau Ciu Cau Liong sekalian sudah tertimpa musibah."

Sementara itu Tu Kiu sedang berseru sambil tertawa dingin:

"Baik saudara sekalian hanya ada sebuah jalan kehidupan saja yakni membuang senjata dan tidak bersedia diperbudak oleh pihak perkumpulan Pek-hoa san cung lagi, kalau kalian tak mau mendengarkan nasehatku ini, sekejap mata kamu semua akan tekapar diatas tanah dengan darah bercucuran.. '

Seng Sam Koay tertawa dingin, tiba2 ia memotong ucapan Tu Kiu yang belum selesai :

"Hahh...heehh.. heehh... kalau dugaanku tidak keliru, bukankah engkau adalah Tu loo ji dari sepasang pardangan dari kota Tiong ciu...??.'

"Tebakanmu keliru " sahut Pek li Peng. "sekarang ia sudah menjadi Tu loo-sanl"

Suaranya lengking dan merdu, siapapun dapat mengetahui kalau suara tersebut adalah suara kaum wanita.

Seng Sam Koay segera mengerutkan dahi nya rapat2.

"Sebenarnya siapakah engkau?" ia menegur.

"Aku adalah pencabut nyawa?"

Mendadak diaayun tangannya, dua batang jarum Hanpeng ciam laksana kilat menyambar kedepan.

Seng Sam Koay membebaskan ujung yang lebar, segulung hembusan angin pukulan merontokkan ancaman jarum beracun tersebut.

Kembali Siau Ling menyapu sekejap kesekeliling tempat itu. tatkala dilihatnya pihak lawan sudah membentuk barisan pengepungan yang rapat, dalam hati segera pikirnya:

"Aku harus melukai dua orang diantaranya lebih dahulu, sehingga barisan tersebut kacau balau tidak karuan."

Berpikir sampai disiiu, diam2 ia mengerahkan tenaga dalamnya dan secara beruntun tangan kanannya melancarkan sentilan maut.

Dua gulung desiran angin tajam segera meluncur kedepan dengan dahsyatnya.

Kekuatan daya serang ilmu jari Sian ci-sinkang dari gereja Siau lim si ini benar2 luar biasa dahsyatnya, apalagi serangan tersebut dilancarkan Siau Ling secara diam2, bisa dibayangkan bagaimanakah akibatnya.

Dua kali jeritan lengking berkumandang memecahkan kesunyian, masing2 seorang pria yang berdiri disisi kiri dan kanan roboh terjengkang keatas tanah dan tak berkutik lagi.

Rupanya Siau Ling ada maksud mengacau kan lebih dahulu barisan musuh, oleh sebab itu Serangan tersebut dilancarkan dengan sekuat tenapa dan arah yang ditujupun merupakan jalan darah kematian.

Seng Sam Koay sendiri walaupun dapat melihat Siau Ling menyentilkan tangan kanannya, namun ia sama sekali tak menyangka kalau sentilan jarinya itu dapat melukai orang hatinya tercekat dan bulu kuduknya pada bangun berdiri.

Dalam hati segera berpikir :

"Nampaknya diantara tiga orang yang munculkan diri ini, orang itulah merupakan musuh yang paling tangguh, aku harus ber hati2 dengan manusia tersebut... "

Berpikir sampai disitu, dengan suara dalam ia segera berkata.

"Khong heng. mari kita ber-sama2 menghadapi orang yang ada di belakang itu!"

Sambil berkata tangan kanannya dilapkan berulang kali.

Bayangan manusia saling berkelebat, cahaya senjata menyilaukan mata, enam tujuh orang pria yang berdiri dikedua belah samping ber-sama2 menyerbu kedepan dan menyerang Tu Kiu serta Pek-li Peog habis2an.

Pek li Peng dan Tu Kiu dengan cepat menggetarkan senjata masing masing menghadapi datangnya serangan maut itu dengan gagah.

Khong Siang menggetarkan senjata tombak berantainya, dengan suatu sentakan tajam ia totok dada lawan.

Tombak berantai adalah sejenis senjata yang luar biasa dibelakang tombak dipasang rartai yang panjang, serangan bisa dilakukan dari jarak jauh maupun dekat sesuai dengan kehendak hatinya.

Siau Ling tetap melayani musuh2nya dengan tangan kosong, ia berdiri tegak ditempat semula, terhadap datangnya sergapan dari tombak berantai itu pemuda tersebut sama sekaii tidak memikirkannya didalamhati.

Khong Siang mendengus dingin, teriaknya:

''Keparat, bagus sekali perbuatanmu.

Hawa murninya diam2 ditingkatkan, dengan kekuatannya y ng berlipat ganda tombak berantai itu meluncur semakin cepat kedepan.

Siau Ling masih tetap bersikap tenang, menunggu ujung tombak sudah hampir mengenai tubuhnya, ia baru miring kesamping, tangan kirinya laksana kilat menyambar ujung tombak yang tajam itu.

Dengan mengenakan sarung tangan kulit menjangan, bukan saja pemuda itu tidak takut tajamnya senjata, diapun tak usah takut keracunan hebat.

Khong Siang termasuk salah seorang jago kawakan yang sudah puluhan tahun lamanya berkelana dalam dunia persilatan, banyak pertempuran sengit telah dia alami namun belum pernah ia jumpai musuh yang begini berani menyambar ujung senjatanya dengan tangan kosong, untuk beberapa saat lamanya ia dibikin tertegun.

Gerakan tangan Siau Ling amat cepat dan cekatan, ketika tangan kirinya menyambar kedepan, tahu2 ujung tombak tersebut berhasil dicekerarn olehnya.

Khong Siang merasa terkejut bercampur gusar, sekuat tenaga dia membetot kebelakang, sementara dalam hati kecilnya berpikir :

"Sekalipun engkau memiliki telapak baja, atau ilmu weduk yang kebal senjata, jangan harap bisa menahan ketajaman ujung tombakku yagg berduri naga itu... akan kusuruh engkau merasakan pahit getir ditanganku... "

Siapa tabu kendatipun betotannya sudah dilakukan dengan segenap tenaga, akan tetapi sikap Siau Ling masih tetap tenang dan se akan2 tak pernah terjadi suatu apapun diam2 pemuda itu mengerahkan tangan nya dan balas membetot kebelakang

Setelah adu betot yang amat seru Kbong Siang tak kuasa menahan diri tanpa terasa badannya terjengkang maju kedepan

Semua peristiwa itu berlangsung sekejap mata pada saat yang bersamaan ketika Siau Ling mencengkeram ujung tombak berantai tersebut Seng Sam Koay bagaikan elang menangkap anak ayam telah menerjang datang dari tengah udara dengan jurus Thay-san-ya-teng atau dihimpit oleh bukit Thay-san ia hajar batok kepala Siau Ting.

Sianak muda itu menyambut serangan yang datang dari tombak berantai itu dengan tangan kirinya tiada lain adalah bermaksud hendak menghadapi Seng Sam Koay dengan tangan kanannya .

Melihat datangnya ancaman dari lawan yang menerjang datang ia segera putar telapak kanan dan menyambut datangnya serangan tesebut deagan keras lawan keras.

"Blaaarrr!!. sepasang telapak saling membentur satu sama lainnya menimbulkan ledakan yang keras.

Seng Sam Koay berjumpalitan ditengah udara sesudah bersalto satu lingkaran ia melayarg turun kurang lebih lima depa jauhnya dari tempat semula,...

Siau Ling sendiri mundur satu langkah ke-belakang oleh getaran angin pukulan dari Seng Sam Koay.

Menggunakan kesempatan yang sangat baik itu Khong Siang sekuat tenaga membetot kembali senjata tombak berantainya.

Tiba2 Siau Ling lepas tangan Khong Siang yang sama sekali tidak menduga akan hal itu secara beruntun mundur tiga empat langkah kebelakang sebelum akhirnya berhasil berdiri tegak.

Dengan sinar mata berkilat Seng Sam Koay mengawasi pihak lawannya lalu dengan suara dingin berkata:

"Jago persilatan yang ada ditolong langit dewasa ini hanya ada beberapa orang saja yang mampu menyambut serangan aku orang she Seng dengan keras Lawan keras engkau sungguh hebat!'

"Engkau terlalu memuji"

Mendadak sianak muda itu menerjang maju lagi kedepan. sepasang telapaknya melancarkan serangan berantai.

Seng Sam Koay tak sudi memperlihatkan kelemahannya, diapun melancarkan serangan-serangan balasan untuk mengimbangi gerakan musuhnya.

Gerak serangan Siau Ling kian lama kian bertambah cepat, setelah Seng Sam Koay menyambut serangan yang pertama, mau tak mau dia harus menyambut pula serangan ke dua dan berikutnya, terpaksa ia menggigit bibir dan menyambut semua ancaman itu dengan sekuat tenaga.

"Blaaam... Blaaam..!! bentrokan kekerasan berlangsung tiada hentinya, suara ledakan bergema saling susul menyusul membuat suasana jadi ramai dan memekikkan telinga.

Dalam sekejap mata Siau Ling telah melancarkan delapan buah pukulan berantai, terpaksa Seng Sam Koay pun harus keraskan kepala untuk menyambut kedelapan buah ancaman tersebut dengan keras lawan keras.

Selesai beradu tenaga sebanyak delapan jurus dengan musuhnya Seng Sam Koay merasa bahwa darah dalam dadanya bergelora keras peluh dingin membasahi seluruh tubuh nya.

Siau Ling tertawa dingin ejeknya.

"Engkau hebat juga ternyata sanggup menerima delapan buah serangan berantaiku dengan tenang!"

Bersamaan dengan selesainya ucapan tersebut kembali ia lancarkan sebuah pukulan ke arah dada lawan.

Seng Sam Koay rupanya mulai menyadari jika ia sambut serangan yang pertama ini maka serangan berikutnya terpaksa harus ia terima terus pada saat itu bila ia tak kuat menahan diri niscaya jiwanya akan melayang

Karena itu buru2 badannya berkelit kesamping untuk menghindarkan diri.

Menyaksikan Seng Sam Koay tidak berani menyambut datang serangan dengan keras lawan keras lagi Siau Ling segera tertawa dingin dan mengejek hina:

"Seng Sam Koay, kamu sudah jeri? ayoh sambut lagi seranganku berikut ini.,."

"Hmm!" Seng Sam Koay tidak gubris ejekan lawan, serunya dengan dingin:

"Sebenarnya siapakah engkau? berani engkau utarakan namamu??"

''Engkau tak usah bertanya siapakah aku, tetapi aku dapat memberi kesempatan bagimu untuk bertobat dan kembali kejalan yang besar, sekarang tempat tinggal kalian sudah dikepung oleh para jago dari seluruh kolong langit yang telah berkumpul dikota Tiang sah, mengingat ilmu silat yang kau miliki didapatkan dengan tidak mudah, aku bersedia membuka jaring dan memberi jalan kehidupan kepadamu, tentu saja asal engkau bersedia melepaskan diri dari pengaruh perkampungan Pek ho sian cung dia tidak mencampuri urusan dunia persilatan lagi"

Seng Sam Koay tertawa dingin.

"Sebenarnya Shen toa cungcu memandang kemurahan Thian menciptakan umatnya di-kolong langit merasa tak tega untuk melakukan pembunuhan secara besar2an, oleh sebab itu ia telah memberi waktu yang cukup lama bagi kalian untuk merenungkan diri dengan harapan, kamu semua bisa tahu diri dan per-lahan2 menggabungkan diri dengan perkampungan Pek hoa san cung, sungguh tak dinyana ternyata kalian adalah manusia2 yang tak tahu diri. berani melakukan perlawanan yang nekad,,."

"Hmm... ! jika tindakan kalian ini membangkitkan hawa gusar dari Shen toa cungcu, mungkin ia dapat merubah keputusannya dan didalam waktu singkat dunia persilatan akan terjadi perubahan besar, partai persilatan akan hancur dan lenyap dan muka bumi, pada saat itu kalian akan memperoleh kematian yang mengerikan tanpa tempat untuk kubur"

"Besar amat nyalimu " tegur Siau Ling dengan suara ketus, Shen Bok Hong sendiri pun tidak berani mengatakan kalau ia berambisi untuk menguasai seluruh kolong langit"

Maksud Seng Sam Koay yang sebenarnya adalah untuk menakutkan Siau Ling, siapa tahu sianak muda itu tak sudi menerima gertak sambalnya, hal ini membuat sepasang alis matanya kontan berkenyit.

"Sebenarnya siapakah engkau??" kernbali ia menegur.

Sementara pembicaraan masih berlangsung, jeritan ngeri yang menyayatkan hati berkumandang memecahkan kesunyian, seorang pria baju hitam menemui ajalnya secara mengerikan diujung pedang Pek li Peng.

Khong Siang yang menyaksikan ilmu silat pihak lawan sangat lihay. terutama sekali jurus pedang Pek li Peng yang begitu aneh. ampuh dan sukar diraba hingga membuat orang tak bisa menduganya sama sekali, tak berani berayal lebih jauh. ia miringkan badan dan segera menerjang kedepan.

Ilmu silat yang ia miliki sangat dahsyat, terutama permainan jurus tombak berantainya yang luar biasa, setelah ia turun tangan dengan cepat serangan ganas dari Pek li Peng dan Tu Kiu berhasil ditahan dan dibendung olehnya.

Diam2 Siau Ling memperhatikan sekejap keadaan medan pertarungan yang sedang berlangsung, kemudian pikirnya didalam hati:

"Jikalau dilihat dari keadaan pertarungan antara Pengji dengan kawanan bandit yang dipimpin Khong Siang, mungkin pertarungan tersebut masih harus berlangsung beberapa waktu lamanya, terpaksa aku harus binasakan Seng Sam Koay lebih dahulu untuk menggetarkan hati lawan... "

Berpikir sampai disitu dengan suara dingin ia lantas berkata:

"Seng Sam Koay. aku telah menasehati dirimu dengan kata2 yang baik. seandainya engkau tidak mau juga mendengarkan nasehatku maka itu berani hanya mencari jalan kematian bagi diri sendiri, ayoh loloskan senjatamu! aku hendak mencabut jiwamu dalam seratus jurus!"

Ucapannya tegas dan mantap, sama sekali tidak mengandung nada gertak sambal.

"Katakan dahulu siapa namamu, kemudian aku pasti akan mengiringi kehendakmu itu!' ujar Seng Sam Koay.

"Baik! agar engkau bisa mati dengan hati terang, aku adalan Siau Ling... "

"Apa? engkau Siau Ling?? teriak Seng Sam Koay terpongah.

"Sedikitpun tidak salah, Nah! cabutlah senjatamu...,."

"Dalam permainan telapak kita belum sempat menentukan siapa menang siapa kalah, bagaimana kalau kita beradu pukulan lagi??"

"Baiklah!"

Tanpa banyak bicara sianak muda itu menerjang maju kedepan. dan segera melancarkan sebuah pukulan dahsyat.

Seng Sam Koay ayun telapaknya menangkis ancaman tersebut, dalam waktu singkat berkobarlah suatu pertempuran yang seru antara dua orang jago lihay itu.

Serangan yang dilanncarkan Siau Ling di lakukan dengan gerakan yang sangat cepat bagaikan sambaran kilat, dalam sekejap mata ia telah melepaskan dua puluh buah serangan berantai.

Setelah mengetahui musuh yang sedang dihadapinya adalah Siau Ling, Seng Sam Koay sadar bahwa pertarungan sengit yang sedang berlangsung ini menyangkut soal mati hidup bagi dirinya, oleh karena itu dia pusatkan segenap perhatiannya untuk melayani serangan2 lawan secara ber-hati2, ia tak berani ambil resiko dan mengutamakan keselamatan jiwa sendiri, apabila bukan terpaksa oleh keadaan jago gemuk itu tak berani menyambut serangan lawan dengan keras lawan keras.

Dalam sekejap mata kedua belah pihak telah saling bertempur hingga mencapai lima puluh jurus lebih.

Makin bertempur Siau Ling merasa bersemangat dengan sorot mata memitcarkan cahaya kilat bentaknya:

"Seng Sam Koay hati2lah dengan seranganku ini!"

Ditengah bentakan keras telapak kirinya membabat kebawah dengan jurus pukulan Thian gwa lay in atau awan tebal dilangit terbuka sementara tangan kanannya mele paskan satu sentilan tajam.

Segulung desiran angin tajam meluncur kedepan dengan sangat cepat dan dengan telak bersarang disikut kanan manusia she Seng itu.

Dalam pada itu Seng Sam Koay baru saja akan menggerakkan tangan kanannya untuk menangkis pukulan dari Siau Ling mendadak ia merasa sikut kanannya jadi kaku dan se luruh lengan kanannya terkulai lemas kebawah...

Ilmu sentilan sian ki sinkang ini merupakan salah satu dari ketujuh puluh dua macam ilmu sakti gereja Siau lim si bila tenaga dalam berhasil dilatih hingga mencapai kesempurnaan maka serangan tersebut mampu mencabut jiwa manusia dengan suatu totokan ke udara kosong.

Kendatipun tenaga dalam yang dimiliki Seng Sam Koay amat sempurna namun ia tak rnampu menahan serangan yang maha besar itu. sikut kanannya terasa amat sakit bagaikan patah tulang

Setelah lengan kanannya terluka tak sempat lagi Seng Sam Koay untuk menghindarkan diri dari datangnya serangan Siau Ling yang dilakukan dengan kecepatan bagaikan kilat itu.

"Blaam...!" ditengah benturan yang sangat keras, pukulan kilat yang dilancarkan Siau Ling itu dengan telak bersarang dibahu kiri Seng Sam Koay.

Tenaga pukulan itu cukup dahsyat dan mampu menghancurkan batu cadas, tulang bahu kiri Seng Sam Koay yang termakan oleh angin pukulan tersebut segera patah jadi dua bagian, ia mendengus berat dan mundur tiga langkah kebelakang dengan sempoyongan.

Sebenarnya Siau Ling dapat menggunakan kesempatan yang sangat baik itu untuk membebaskan jiwa Seng Sam Koay. akan tetapi ia tidak turun tangan lebih jauh sebaliknya malah berhenti, ujarnya dengan suara dingin.

"Seng Sam Koay, aku hendak membinasakan dirimu hingga kau bisa mati dengan mata meram, gunakanlah kesempatan ini untuk atur pernapasan dan pulihkan kembali kekuatanmu untuk bertempur lebih jauh"

Bahu kiri Seng Sam Koay telah patah sedang sikut kanannya terluka parah, kedua tempat itu merupakan persediaan yang sangat penting, sekalipun berhasil disambung dan diobati, paling sedikit dalam tiga lima hari tak mungkin bisa digunakan untuk bertem pur lagi.

Tapi bagaimanapun juga dia adalah seorang jago yang memiliki tenaga dalam amat sempurna, ia segera mengepos tenaga dan mendadak meloncat keudara, dengan cepatnya ia berhasil mencapai wuwungan rumah.

Desingan angin tajam bergema memecahkan kesunyian, sebatang anak panah dengan hebatnya meluncur datang.

Buru2 Seng Sam Koay menutul permukaan wuwungan rumah dengan ujung kakinya, ia melayang keudara untuk kedua kalinya lalu secepat kilat melayangkan diri dari situ.

Siau Ling yang menyaksikan Seng Sam Koay melarikan diri, sama sekali tidak melakukan pengejaran, ia tetap berdiri ditempat semula.

"Ploooooik,, " anak panah itu menyambar dalam rumah dan menembusi lantai hingga tembus segagangnya.

Bayangan manusia berkelebat lewat Tong Goan Ki dan Liok Kui Chiang ber-sama2 melayang turun ketengah halaman.

Khong Siang yang mimpin kawanan bandit bertarung melawan Pek Li Peng dan Tu Kiu berhasil mempertahankan posisi seimbang tapi setelah menyaksikan Seng Sam Koay melarikan diri dengan badan terluka sementara Pihak lawan mendapat bantuan dari jago2nya sang hati jadi gugup dan gelisah sekali pikirnya dalam hati:

"Rupanya kalau pertarungan ini dilanjutan lebih jauh pihakku yang bakal menderita kerugian besar... "

Tong Goan Ki dan Liok Kui Chiang segera meloloskan senjata dan bersiap sedia maju kedepan untuk membantu Pek Li Peng dan Tu Kiu

Siau Ling yang menyaksikan hal itu segera tersenyum dan berkata:

"Kalian berdua tak usah repot2 untuk turun tangan sendiri,."

Jari tangannya menyentil kedsoan segulung desiran angin tajam dengan cepat luncur kedepan.

''Plaaank...! serangan itu dengan telak menghajar lengan kanan seorang pria kekar.

Pria itu merasakan lengannya jadi kaku dan tak kuasa lagi senjata tajamnya terlepas dari cekalan.

Tu Kiu yang kebetulan berada disisinya segera putar senjata pit nya dan langsung menusuk dada lawan diiringi menyembur nya darah segar, senjata itu menembusi dada lawan dan mampuslah orang itu seketika itu juga...

Siau Ling menyentilkan jarinya berulang kali, desiran2 tajam menyambar memenuhi angasa, dengan putaran senjata pedang dan pit dari Pek li Peng dan Tu Kiu, kembali beberapa orang pria roboh binasa

Dalam waktu singkat dalam gelangang tinggal Khong Siang seorang yang masih melakukan pertarungan sengit, tombak berantainya menyerang secara ber-tubi2 dengan harapan bisa melindungi keselamatan jiwa nya.

Siau Ling segera menerjang maju kedepan ia sambar tombak berantai dari Khong Siang itu dan melancarkan satu tendangan kilat yang membuat jago itu jatuh terjungkal diatas tanah. Tegurnya dengan suara dingin:

"Hmm' bagaimana sih kalau ilmu silatmu dibandingkan dengan kepandaian dari Seng Sam Koay?? apakah engkau masih akan meneruskan pertarungan nekadmu???"

Per lahan2 Khong Siang bangkit berdiri. ia memandang sekejap kesekeliling tempat itu, ketika dilihatnya diantara para jago yang berpihak pada dirinya. kecuali Seng Sam Koay yang berhasil melarikan diri semuanya sudah mati binasa disitu segera menghela napas panjang.

Ia cabuti keluar sebilah pisau belati dari sakunya, kemudian berkata dengan sedih:

"Sekalipun Siau tayhiap telah berbuat murah hati dan mengampuni jiwaku, tapi aku tak punya muka untuk berkelana lagi didalam dunia persilatan... percuma aku hidup dikolong langit lebih jauh"

Ii putar pisau belatinya dan segera ditusukkan keatas dada sendiri.

Dengan enteng Siau Ling menyentilkan ujung jarinya, segulung desiran angin tajam menghantam diatas pisau belati itu membuat senjata tersebut mencelat dari cekalan dan jatuh kebawah katanya dengus wajah serius:

''Kalau Khong heng sudah tahu kalah mengapa engkau harus bunuh diri? dikolong langit terdapat banyak tempat yang lain panoramanya bukankah Khong heng bisa mengundurkan dari dunia persilatan dan hidup secara damai disuatu tempat yang lebih indah"

Ia berhenti sebentar kemudian sambungnya lebih jauh:

"'Lagi pula kalau Khong heng bersedia kembali kejalan yang benar aku tanggung para jago diseluruh kolong langit akan menyambut kedatanganmu dengan senang hati,"

Khong Siang tertawa getir.

"Sekalipun aku punya maksud untuk menerima tawaran dari Siau tayhiap terpaksa yang jiwaku tak bisa hidup lebih dari tujuh hari lagi, tujuh hari kemudian racun keji yang mengeram dalam tubuhku akan bekerja seluruh urat nadiku akan mengerut dan akhirnya mati ...ooh penderitaan itu bukan bisa ditahan oleh sementara orang."

"Jadi maksud Khong heng engkau hendak kembali keperkampungan Pek hoa san cung?"

Khong Siang rrenggeleng.

"Aku sudah muak dan sebal menyaksikan keganasan dan kekejaman Shen Bok Hong, aku tak sudi jual nyawa untuk diperbudak olehnya lebih lanjut... "

Ia berhenti sebentar dan menghela napas panjarg. sambungnya lebih jauh:

"Aaai... ! kedudukanku terlalu rendah, tidak banyak yang kuketahui tentang rahasia mereka, kebaikan hati dari Siau tayhiap biarlah kubalas pada penitisan yang akan datang"

Tiba2 ia ayun telapaknya dan menghajar ubun2 sendiri.

Kalau berbicara menurut kepandaian silat yang dimiliki Siau Ling, dalam jarak yang begitu dekat sebenarnya besar sekali kesempatan baginya untuk memberi pertolongan, tapi berhubung ia tak menyangka sama sekali kalau Khong Siang mempunyai hasrat untuk bunuh diri yang begitu besar, ditambah pula ia tak tega melihat orang itu menderita siksaan batin karena bekerja nya racun dalam tubuhnya, dalam hati telah timbul ingatan untuk membiarkan dia mati...

Pada saat hatinya masih sangsi itulah Khong Siang telah menghantam ubun-ubun sendiri dan menemui ajalnya seketika itu juga.

Memandang jenasah dari Khong Siang terdengar Tu Kiu berkata:

"Toako. orang yang mati ditangan kita ini sebagian besar terpaksa harus menjadi budak perkampungan Pek hoa san cung mari kita kubur mayat2 mereka!"

"Serahkan saja satu tahil emas murni kepada para imam dalam kuil tersebut," ujar Siau Ling suruh mereka saja yang mengubur jenasah2 itu suruh mereka tak usah lapor kepengadilan aku menanti dirimu diluar kuil!"

Tu Kiu mengiakan dan segera berlalu.

Siau Ling dengan membawa Pek li peng sekalian berlalu dan kuil itu ketika mereka tiba dipintu kuil Tu Kie sudah menunggu disitu.

''Siau tayhiap! Tong Goan segera bertanya sekarang kita akan pergi kemana?"

"Warung teh Jit ci teh wan terletak ditepi jaian besar kita tak bisa turun tangan disiang hari bolong sekarang kita cari rumah penginapan untuk beristirahat dahulu malam nanti kita baru satroni warung teh Jit-ci teh wan!"

Beberapa orang itu segera mencari rumah penginapan dan beristirahat sehari 34 penuh, ketika malam menjelang tiba mereka baru berangkat menuju kewarung teh Jit ci-teh-wan.

Pintu besar ditutup rapat, didepan pintu tergantung sebuah papan pengumuman

Ketika beberapa orang itu mengamati papan pengumuman tersebut, ternyata isinya adalah pemberitahuan bahwa untuk sementara waktu warung teh itu ditutup.

Siau Ling segera loncat masuk kedalam warung teh itu, Walaupun semua ruangan sudah diperiksa namun tak sesosok bayangan manusiapun yang berhasil mereka temukan.

"Rupanya meteka sudah mendapat kabar" bisik Pek-li Peng.

Siau Ling mengangguk tanda membenarkan "Jangan sentuh benda yang berada diruangan ini!" peringatnya dengan cepat.

Para jago mengetahui betapa keji dan telengasnya hati Shen Bot Hong, mereka benar2 tak berani menyentuh benda2 yang ada disana.

Siau Ling segera memimpin para jago mengundurkan diri dari warung teh Jit-ci-teh-wao tersebut, kemudian berkata :

"Menurut apa yaog kuketahui, pusat mata2 Shen Bok Hong dikota Tiang sah adalah beberapa tempat ini, apakah kalian mengetahui tempat lainnya... "

Walaupun pertanyaan itu sudah diulangi beberapakali, namun beberapa para jago tetap membungkam dalam seribu bahasa.

Jelas semua orang tidak ada yang tahu lagi sarang mata? yang ditempatkan Shen Bok Hong dikota Tiang sah.

Dengan suara lirih Tong Goan Ki segera berbisik :

"Siau tayhiap, kalau tiada tujuan yang harus kira kunjungi lagi, bagaimana kalau sekarang juga kita kembali ketempat Be cong piau pacu, dari pada ia musti menguatirkan keselamatan kita terus menerus?''

"Baik! kita segera berangkat... "

Mendadak pemuda itu teringat kembali akan sie poa emas Sang Pat, kepada Tu Kiu segera bisiknya :

"Saudara Tu mungkinkah saudara Sang dapat pergi beretluk pasir ditengah sungai itu??"

Tu Kiu menggeleng.

"Tidak, ia tak mungkin kesana!',

"Kenapa?"

"Karena ia sedang menjaga sebuah benda milik toako " "Sebuah kotak kayu:

"Benar dia bilang kemungkinan besar benda itu sangat penting dan berharga sekali:

"Apakah ia masih berdiam ditempat semula??

Kembali Tu Kiu menggeleng.

"Tidak, ia sudah mencari suatu tempat lain yang jauh lebih terpencil dan rahasia, tempat itu hanya diketahui oleh siaute seorang.

Situ Ling segera berpaling kearah Tong Goan Ki dan Liok Kui Ciang, kemudian ber kata.

"Tong heng. Liok heng, silahkan kalian kembali dulu keteluk pasir, kami akan menjenguk seorang saudara lebih dulu, paling ce pat malam ini paling lambat besok pagi, kami pasti sudah kembali"

Tong Goan Kie dan Liok Kui Ciang segera memberi hormat dan berkata:

"Kalau memang begitu, kami mohon diri lebih dahulu."

Habis berkata mereka berpamitan dan ber lalu dari situ.

Dengan wataknya yang jujur dan terbuka, kedua orang ini tidak ingin banyak bertanya mengenai urusan pribadi orang, karenanya tanpa mengucapkan sebuah pertanyaan mereka segera berlalu.

Memandang hingga bayang panggung dua orang itu lenyap dari pandangan Siau Ling berpaling kearah Tu Kiu sambil bertanya:

"Saudara Tu sekarang saudara tinggal di-mana?"

"Siaute aku membawa jalan silabkan mengikuti diriku!" berangkatlah Tu Kiu menuju kedepan

Siau Ling serta Pek li peng membuntuti dari belakangnya.

Setelah melalui kedua jalan raya sampailah Tu Kiu disebuah bangunan besar yang dipagar tembok pekarangan yang sangat tinggi.

"Tempat apakah ini?'' bisik Siau Ling dengan suara lirih. "Gedung terapat tinggal keluarga dari pembesar kota Tiang

sah!'

"Saudara San kenal dengan pembesar itu?"

"Tidak kenal!"

"Kalau memang tidak kenal dari mana ia bisa berdiam

disitu?"

"Sang loo ji berkata kepadaku, meskipun orang2 dari perkumpulan Pekhoacung berhasil menyusup kesegala bidang dan tempat, tindak tanduk mereka kejam dan tidak kenal peri kemanusiaan, tetapi selamanya mereka segan untuk mengganggu orang2 dari pemerintah, kecuali kalau pembesar segera mendesak mereka sehingga tiada jalan lain, mereka tak mau mengganggu kaum pembesar, karena itulah menurut pendapatnya hanya tempat tinggal kaum pembesarlah merupakan tempat yang paling aman untuk menyimpan barang itu"

Satu ingatan berkelebat dalam benak Siau Ling, pikirnya :

"Secara tiba2 Sang Pat bisa menaruh perhatian yang khusus terhadap kotak peti itu, dibalik kejadian ini pasti ada hal lain yang luar biasa... "

Maka diapun berkata :

"Bagaimana caranya kita dapat menjumpai dirinya?"

"Ditengah kebun yang letaknya dibelakang gedung terdapat sebuah ruang baca yang sudah tidak terpakai, kecuali tiap hari dibersihkan satu kali jarang ada orang yang berkunjung kesana, Sang loo ji berdiam disitu, biarlah siaute panggil dia keluar!"

Siau Ling termenung sebentar kemudian jawabnya:

"Baiklah kitapun tak leluasa untuk mengganggu ketenangan keluarga pembesar suruh saja dia keluar siau heng akan menanti di tempat ini saja... "

Tu Kiu segera mengepas tenaga dan melayang masuk kedalam pekarangan orang tidak selang sepertanak nasi kemudian muncul kembali bersama Sang Pat yang membopong kotak kayu itu.

Siau Ling segera alihkan sorot matanya ke arah Sang Pat ia melihat tangan kirinya di balut dengan kain putih rupanya baru saja ia menderita luka dengan dahi berkerut segera tegurnya:

"Saudara Sang engkau terluka?"'

"Tidak mengapa cuma luka yang kecil saja"

"Ketika kita bertemu beberapa hari berselang aku rasa saudara Sang masih belum menderita luka" Sang Pat tersenyum.

"Pertarungan itu baru berlangsung menjelang senja beberapa waktu berselang meskipun lengan kiri siaute menderita luka namun orang itupun tak akan memperoleh keuntungan apa2."

"Apakah dia juga merupakan anggota perkampungan Pek hoa san cung?"

Sang Pat menggeleng.

"Apakah dia adalah anak buah perkampungan Pek hoa sao cung atau tidak, siaute tak berani memastikan, tapi kalau dilihat dari gerak geriknya aku rasa tidak mirip:

"Macam apakah orang itu??"

'Justru yang membuat siaute tidak habis mengerti adalah dandanan orang itu" seru Tu Kiu dari samping, "potongan pakaiannya membuat kita jadi bingung sekali."

"Sebenarnya macam apa sih dandanan orang itu??" anya Siau Ling keheranan.

"Dia adalah seorang hweesiol'"

"Seorang hweesio?"

"Tidak salah, disieilah letak masalah yang membuat siaute tidak habis mengerti, orang orang yang tergabung dalam perkampungan Pek hoa sang cung memang terdiri dari beraneka ragam, seandainya terdapat pula beberapa orang hweesie, rasanya juga tidak terlalu aneh, tapi mereka tak mungkin akan munculkan diri didalam dunia persilatan dengan dandanan mereka sebagai seorang hweesio"

"Mengapa ia sampai bertempur dengan dirimu??"

Sang Pat melirik sekejap kearah kotak kayu yang berada dalam bopongannya, kemudian menjawab :

"Dia hendak merampas kotak kayu ini!''

Diam2 Siau Ling merasa keheranan, pikir nya didalam hati :

"Kotak kayu itu kuno dan antik sekali, kecuali orang yang kenal dengan asal usul kotak kayu itu, tak mungkin ia bersedia merampasnya dengan kekerasan!"

Berpikir sampai disitu ia lantas bertanya

"Berapa besar usia hweesio itu??"

"Kurang lebih lima puluh tahunan!"

Sepuluh orang manusia aneh yang terjerumus dalam istana terlarang, rata2 merupakan manusia yang telah lanjut usia, dengan usia sang hweesio yang masih begitu sedikit sudah tentu bukan orang dari seangkatan dengan mereka tapi dari mana ia bisa mengenali asal usul kotak tersebut,,.? sungguh

aneh!"

Beberapa orang itu sambil ber-cakap2 sambil melanjutkan perjalanan, akhirnya sampailah didepan sebuah rumah penginapan

Sementara itu malam telah menjelang datang pelayan dari rumah penginapan itu sedang memasang lampu lentera untuk menerangi ruangan.

Tu Kiu segera maju kedepan menghalangi jalan pergi pelayan itu sambil menegur:

"Masih ada kamar kosong?'

Pelayan itu mengamti sekejap empat orang tamunya kemudian menjawab:

"Masih ada sebuah halaman yang kosong entah kalian merasa cocok atau tidak... "

"Cepat membawa jalan!" tukas Tu Kiu.

Pelayan itu segera membawa beberapa orang tamunya masuk kedalam ruangan dan menuju sebuah halaman yang luas.

Bangunan dibelakang halaman itu berdiri sendiri disamping barat terdapat ruang tamu tempat itu merupakan suatu tempat yang terpisah dengan kamar2 tamu lainnya.

Pelayan segera menghidangkan air teh memasang lampu lentera dan mengundurkan diri.

Dengan cepat Tu Kiu melakukan pemeriksaan disekeliling ruangan itu. kemudian baru mengundurkan diri kembali kedalam kamar.

Sementara itu Siau Ling telah mengamati sekejap kotak kayu itu. ia temukan dibalik kotak kayu bagian dasarnya terukir sebuah lukisan Buddha.

Karena kotak itu telah dibersihkan oleh Sang Pat. maka ukiran2 tersebut dapat keliatan amat jelas.

Tatkala Sang Pat menyaksikan Siau Ling telah menaruh perhatian terhadap kotak kayu itu. sambil tersenyum ia berkata:

"Setelah siaute bersihkan kotak kayu ini dari lapisan debu. kutemukan ukiran2 indah ysng berbentuk Buddha itu didasar kotak, hal ini pernah kubicarakan dengan saudara Tu.

menurut dugaan kami kemungkinan besar isi kotak ini adalah benda yang sangat berharga sekali:

"Saudara Tu sudah memberitahukan hal ini kepadaku" sahut Siau Ling.

"Karena kotak kayu ini, mau tak mau terpaksa siaute harus menghindarkan diri dari kelompok Bu Wi Tootiang dan Be Bun Hui sekalian para jago untuk sementara waktu, sebab diantara kelompok jago2 silat itu banyak terdapat jago kawakan yang berpengetahuan luas. seandainya ada orang yang bisa kenali asal usul kotak ini kemudian suruh siaute membukanya, bukankah siaute bakal serba salah? sedia payung sebelum hujan tak ada salahnya, karena itulab unti k sementara waktu aku menghindarkan diri dari pertemuannya dengan mereka semia, tapi secara diam2 berjanji dengan saudara Tu untuk bertemu disini, menanti toako sudah dijumpai dan toako telah mengemati benda yang berada dalam kotak kayu ini, barulah aku pergi menjumpai mereka"

"Seingatku siauheng sudah pernah membuka kotak kayu ini dan isinya hanya sejilid kitab yang halaman depannya terbuat dari kulit kambing, diatas kitab itu rupanya berisikan kitab injil. bukankah begitu?"

Sang Pat tertawa.

"Tentang soal ini tentu saja siaute masih ingat, tapi pada saat itu kita toh belum melakukan pemeriksaan dengan seksama? dan lagi kitapun belum sempat membuka lembaran kitab sembahyangan itu"

"Saudara Sang toh bisa membuka kocak itu dan melihat sendiri. ."

"Tentang soal ini siaute tidak berani mengambil tindakan secara gegabah." tukas Sang Pat sambil gelengkan kepalanya.

''Kita toh saudara angkat yang sehidup semati, engkau terlalu kukuh dalam adat" seru Siau Ling.

Setelah berhenti sebentar, sambungnya:

"Nah sekarang, bukalah kotak itu dan periksalah isinya!"

Sang Pat menurut dan segera membuka kotak kayu itu, isinya hanya berupa sejilid kitab berhalaman kulit kambing kecuali itu tiada benda lain yang kelihatan,

Sang Pat segera mengambil lentera dan memeriksa sekitar kotak itu dengan seksama ketika ia gagal menemukan sesuatu yeng mencurigakan hati sambil geleng kepala katanya.

"Aneh sekali masa kitab sembahyangan ini sangat berharga sekali hingga menjadi perhatian orang banyak?"

Dengan penuh seksama ia mulai mengetuk permukaan kayu itu dan arah depan hingga arah belakang dengan harapan berhasil menemukan suatu tanda yang mencurigakan.

Tiba2 satu ingatan berkelebat dalam benak Siau Ling, dengan suara rendah ia sege ra berbisik :

"Saudara Sang, kalau toh permukaan kotak didasar sebelah luar dapat diukir dengan sebuah lukisan Buddha, apa salahnya kalau dibalik dasar kotak ini diukir pula dengan tulisan

tulisan?"

"Sedikitpun tidak salah !" seru Sang Pat dengan girang, dengan cepat ia bersihkan dasar kotak tersebut dengan sebuah kain lap.

Sedikitpun tidak salah, dari dasar kotak tersebut ia benar2 menemukan lekukan2 tidak merata yang mirip dengan ukiran tulisan. segera teriaknya :

"Oooh! dugaan toako tepat sekali, memang diisinilah tulisin itu diukir...!"

Tu Kiu maju kedepan dan membersihkan kembali dasar kotak itu dengau lebih keras hingga permukaan kotak nampak licin dan berkilat, setelah itu barulah di teliti dengan seksama.

Sekarang kelihatan ukiran ukiran didasar kotak serta dasar penutup kotak itu dengan jauh lebih jelas.

Siau Ling sesera meletakkan kotak kayu itu diatas meja. kemudian mengambil lampu lentera dan didekatkan dengan kotak tadi, ia lihat ukiran2 tersebut berbentuk seperti tulisan bukan tulisan, bunga bukan bunga, luak liuk dan bungkak bengkok susah ditangkap apa arti daripada ukiran tersebut.

Dengan dahi berkerut Sang Pat segera berkata:

"Tulisan yang terukir diatas kotak kayu itu rupanya tulisan dari negeri Thian-tok (India), kita semua tak ada yang mengerti!"

'Kalau memang tidak di mengerti, dari mana saudara Sang dapat mengatakan kalau tulisan itu berasal dari negeri Thian

tok?"

"Tempo hari siaute pernah berjumpa dengan seorang hweesio dari gereja Siau-limsi yang membawa setumpukan kitab sembahyangan bertulisan huruf Thian tok. aku masih ingat dengan bentuk tu!isan2 itu, maka setelah menyaksikan tulisan diatas kotak ini mirip benar dengan tulisan yang kuingat maka bisa kuyakini bahwa tulisan tersebut pastilah bahasa negeri Thian tok!"

"Sayang sekali orang yang mengerti tulisan itu sukar dicari", keluh Siau Ling. "manusia berbakat demikian jarang ada didaratan Tionggoan.. bagaimana baiknya?'

'Kecuali para hweesio yang berdiam didalam gereja siau lim si. Kemungkinan sekali orang yang mengerti tulisan tersebut memang susah ditemukan." sambung Sang Pat.

Tiba2 satu ingatan berkelebat dalam benaknya, segera sambungnya lebih jauh:

"Bagaimana dengan hweesio itu."

"Hweesio yang mana?" tanya Tu Kui dengan cepat-

"Hweesio yang saling bertempur melawan aku dan sama2 terluka itu.. !" Setelah ia melihat kotak kayu tersebut, tanpa bertanya hijau atau merah ia segera turun tangan dan segera untuk merampasnya, jika ia tidak kenal huruf Thian tok. dari mana bisa kenali pula asal usul dari kotak kayu itu?"

"Tidak salah, kini hweesio tersebut berada dimana??"

Sang Pat termenung dan berpikir sebentar, lalu jawabnya:

"Aku rasa ia tak mungkin meninggalkan tempat ini terlalu jauh, sebab sebelum tinggalkan diriku tadi ia masih sempat memandang sekejap kearah kotak kayu milikku ini dengan pandangan kesemsem, itu berarti bahwa dia sangat tertarik dengan kotak kayu ini dan merasa keberatan untuk meninggalkan dengan begitu saja"

"Parahkah luka yang diderita olehnya?"

Sang Pat menggeleng.

"Tidak terlalu parah tapi juga tak dapat dihitung terlalu enteng!' sahutnya.

Kembali Siau Ling termenung beberapa saat lamanya lalu ujarnya kembali dengan suara lirih:

"Jadi hweesio itu adalah seorang yang berasal dari negeri

Thian tok...??"

"Menurut pendapat siaute dia adalah rakyat dari daratan Tionggoan, bahkan kemungkinan besar berasal dari gereja Siau lim si"

"Apakah ia mempergunakan ilmu silat dari perguruan Siau-

limsi?"

Ketika terjadi pertarungan untuk pertama kalinya ia berusaha keras menggunakan pelbagai macam ilmu silat untuk menghadapi diriku, rupanya dia tidak ingin memperlihatkan ilmu silatnya yang berasal dari perguruan Siau lim pay, tapi kemudian setelah berhasil siaute lukai, dalam keadaan terdadak akhirnya toh ia gunakan ilmu silat dari perguruan Siau lim pay untuk melukai siau-te"

"Dalam perkampungan Pek hoa san cung terdapat juga anak murid dari gereja Siau lim Si, jika ditinjau dari cerita saudara Sang, aku rasa dugaan ini tidak bakal salah lagi" seru Siau Ling.

"Andaikata ia masih berada dikota Tiang sah maka

kemungkinan besar padri itu masih berdiam disekitar dua

belah jalan raya dari tempat ini, menurut penglihatan siaute

agaknya tujuan dari hweesio itu hanyalah berusaha untuk

merampas kotak kayu ini dan ia sama sekali tiada

hubungannya dengan perkampungan Pek hoi san cung, siaute

akan usahakan untuk mencari kabar berita tentang

tinggalnya "

"Sekarang hari sudah jauh malam, engkau akan pergi kemana untuk mencari kabar?"

"Tentu saja sukar untuk mencari kabar berita tentang jejaknya....!" kata Sang Pat.

Ia memperendah suaranya dan melanjutkan "Kusir kereta, tukang perahu, kuli kasar pegawai negeri adalah manusia2 yang paling sukar dihadapi, dan jarang sekali ditemui orang2 jujur tapi justru manusia2 seperti inilah yang paling mudah digunakan tenaga mereka lagi pula pengetahuan mereka luas serta tamak akan harta asal diberi pahala yang besar muka pekerjaan macam apapun dapat dilakukan olehnya... "

Bicara sampai disini ia membungkam dan putar badan lalu berlalu dari ruangan tersebut.

Tidak selang beberapa saat kemudian Sang Pat telah muncul kembali didalam Kamar sambil tertawa haha hihi katanya:

"Toako mari kita beristirahat sebentar! seandainya hweesio itu benar2 masih ada di sekitar sini maka tidak sampai satu jam kemudian pasti ada berita yang kami dapat kan"

Siau Ling tabu bahwa saudaranya ini berakal cerdik dan berpengalaman amat luas diapun hanya tersenyum belaka tanpa banyak bertanya lagi.

Sedikitpun tidak salah, tidak selang setengah jam kemudian muncullah seorang pelayan dengan wajah penuh keringat, sambil mengatur napasnya yang terengah engah bisiknya lirih.

"Toako, tugas yang kau berikan kepada hamba telah berhasil hamba laksanakan dengan baik"

"Bagaimana kabarnya??"

"Toa suhu itu berdiam dirumah penginapan Toa Seng!!"

Sang Pat merogoh kedalam sakunya dan serahkan dua lembar daun emas kepada pelayan itu, katanya :

"Baik! bawalah kami ketempat itu... "

"Kita mau kemana??" bisik Siau Ling.

"Mengundang toa-suhu itu untuk menterjemahkan tulisan Thian tok yang ada diatas kotak kayu itu!"

"Dari mana engkau bisa tabu kalau ia mengerti tulisan Tian

tok??"

"Paling sedikit ia mengetahui akan asal usul dari kotak kayu itu. toako! duduklah sebentar disini, siau-te akan segera kembali!"

"'Aku ikut! ' seru Tu Kiu sambil bangkit berdiri.

"'Bagus! kita berangkat ber-sama2 dengan begitu kegagalanpun dapat diatasi!"

Dengan membawa pelayan itu buru2 mereka berlalu dari ruangan tersebut.

Sepeninggal beberapa orang tu Pek li Peng bertanya dengan suara lirih:

"Apakah mereka akan pergi membekuk hweesio itu?"

"Mungkin begitu!"

Meskipun mulutnya menjawab namun sepasang matanya menatap ukiran diatas kotak kayu itu dengan saksama rupanya pemuda itu tertarik sekali oleh kotak mustika tersebut.

Tatkala dilihatnya sianak muda itu sedang pusatkan seluruh perhatiannya pada ukiran diatas kotak kayu itu Pek li Peng pun tidak berani mengganggu lebih jauh dia hanya berdiri disamping Siau Ling sambil secara diam2 melakukan siap siagaan untuk menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan.

Kurang lebih sepenanak nasi kemudian, Tu Kiu muncul kembali dalam ruangan itu samoil membopong seorang hweesio berjubah abu2.

Sang Pat mengikuti dibelakang Tu Kiu.

Setelah berada dalam ruangan, Tu Kiu turunkan padri itu keatas tanah dan membebaskan dua buah jalan darahnya tertotok.

Siau Ling mengawasi padri itu dengan seksama, ia lihat hweesio tersebut berusia antara lima puluh tabunan, diatas kepalanya mempunyai lima buah cap pantangan yang membekas dalam hal ini menunjukkan bahwa padri sersebut adalah seorang padri tinggi yang menjalankan pantangan secara keras...

Setelah jalan darahnya dibebaskan, hweesio itu segera bangkit berdiri, tapi kemudian duduk kembali dengan sempoyongan.

Ternyata sewaktu ia bangkit berdiri tadi, dirasakan jalan darah para sepasang kakinya masih tertotok, maka begitu bangkit berdiri dengan lemas ia terduduk kembali.

Sang Pat mendehem ringan dan menegur.

"Taysu coba lihat benda apakah yang berada diatas meja

itu??"

Hweesio itu angkat kepala dan memandang sekejap, kemudian jawabnya.

''Sebuah kotak kayu! kenapa sih??''

"Engkau pernah berusaha untuk merampas kotak kayu itu dus berarti engkau mengetahui asal usul dari kotak tersebut

bukan?"

Hweesio alihkan sorot matanya menyapu sekejap kearah Siau Ling. Pek li Peng Sang serta Tu Kiu bukannya menjawab sebaliknya dia malah bertanya:

"Siapakah kalian berempat?"

Rupanya Siau Ling masih dalam keadaan menyaru maka asal usul mereka sulit diketahui orang.

Sang Pat segera tertawa dingin:

"Heehhh...heehhh..,heebhh...nampaknya taysu sangat memamdang enteng soal mati hidup ...Hmm! betulkah engkau

tidak takut mati?"

"Apa maksud ucapanmu" padri balik bertanya,

"Kami sekalian belum sempat bertanya kepada taysu ternyata taysu malahan ajukan pertanyaan untuk mengetahui asal usul kami" Setelah berhenti sebentar, terusnya: "Engkau toh kenal akan asal usul dan kotak kayu itu? berarti engkau mengerti juga bukan akan tulisan Thian tok yang terukir diatas kotak ini."

"Dekatkan kotak itu kepadaku, pinceng akan memperhatikannya dengan lebih seksama"

Sang Pat tak dapat berbuat lain terpaksa ia dekatkan kotak kayu itu kehadapan taysu tersebut.

Dengan penuh seksama dan teleti Hweesio itu memperhatikan seluruh kotak kayu itu. mendadak paras mukanya berubah hebat, gumamnya seorang diri.

"Ooo..,rupanya benar2 kotak kayu ini, rupanya benar kotak kayu ini... "

Sepasang matanya terbentang seksama lebar, dia awasi ukiran didasar kotak kayu itu dengan lebar seksama.

Sang Pat letakkan lampu lentera di meja dan membuka kotak kayu itu ujarnya kembali

"Apakah taysu sudah mengerti apa maksud tujuan kami mengundang taysu kemari"

"Bukankah kalian berharap agar pinceng bersedia menerangkan isi dari tulisan Thian tok itu."

"Kalau taysu sudah mengerti, hal itu jauh lebih bagus lagi!"

Padri berjubah abu2 itu segera menggelengkan kepalanya berulangkali.

"Apa yang hendak kalian lakukan atau diri pinceng silahkan segera dilaksanakan, aku tak nanti akan buka suara, Omintohud"

Mendadak padri tersebut pejamkan matanya dan mulut membaca doa.

Tindakan tersebut jauh diluar dugaan Sang Pat sekalian, untuk beberapa saat lamanya mereka berdiri terperangah.

Tu Kiu segera mendengus dingin.

"Hmm! taysu, engkau benar2 tidak takut mati"

Hweesio baju abu2 itu membuka matanya kembali dan menjawab dengan ketus:

"Kenapa aku musti takut mati."

"Apakah engkau merasa bahwa mati dalam keadaan begini adalah satu kematian yang berharga??"

"Pinceng mengorbankan jiwa demi kepentingan umum dan keamanan manusia dikolong langit, tentu saja kematian sangat berharga"

Pek li Peng melirik sekejap kearah Siau Ling, kemudian bisiknya:

"Kalau ditinjau dari tindak tanduknya itu. Se-olah2 menerangkan isi dari tulisan Thian rok tersebut, bagi dirinya merupakan suatu perbuatan yang sangat berdosa sekali! apakah engkau tahu sebabnya??

"Aku rasa dibalik persoalan ini pasti ada sebab-sebab tertentu."

Dalam pada itu Sang Pat telah bertanya dengan suara keheranan.

"Eei... hweesio. apakah isi dari tulisan Thian tok itu jauh lebih penting daripada kematian sendiri??"

"Kendatipun pinceng memiliki delapan sampai sepuluh lembar nyawapun tak akan lebih penting dan berharganya daripada isi tulisan tersebut."

—oooOdwOooo---

Bab 82

"Ahhhh, masa iya ?" teriak Sang Pat dengan dahi berkerut. Hweesio baju abu2 itu tertawa dingin.

"Omintohud..!" sepasang matanya kembali dipejamkan rapat2.

Sang Pat segera berpaling kearah Siau Ling dan berbisik dengan suara lirih:

"Toako, aku mulai agak mengerti! kemungkinan besar isi dari tulisan itu adalah sejenis ilmu silat yang maha dahsyat!"

"Ia tidak takut mati, masa tidak takut juga menghadapi rasa sakit yang menyiksa badan?" seru Tu Kiu dari samping, "biar kita totok dulu jalan darah Ngo in Ciat hiat nya! '

Keringat sebesar kacang kedelai mulai mengucur keluar membasahi batok kepala sang hweesio yang gundul kelimis rupanya ia merasa jeri dan ngeri sekali terhadap ilmu totokan Ngo in ciat hiat seperti apa yang diucapkan Tu Kiu barusan.

Dengan cepat ia membuka matanya kembali teriaknya penuh kegusaran.

"Hmm! kendatipun kalian bendak menggunakan cara yang kejipun untuk menyiksa diriku, jangan harap pinceng bersedia buka mulut untuk menerangkan persoalan ini"

Rupanya Tu Kiu sendiripun dibikin naik pitam oleh sikap sang padri yang keras kepala katanya:

"Baiklah! akan kubuktikan bahwa kambing memang tak bisa memanjat pohon."

Dia ayun tangan kirinya dan segera menotok jalan darah penting diatas padri itu.

Siau Ling yang kebetulan berada di sisi nya segera bertindak cepat ia tangkis totokan dari Tu Kiu itu dengan tangan kanan dan serunya dengan keras:

"Saudara Tu tahan! kita tak boleh melukai orang secara ngawur dan sembarangan."

Kemudian sambil menjura kepada hweesio itu sambungnya lebih jauh:

"Taysu, kalau engkau tidak memiliki iman yang teguh dan semangat jantan sebagai seorang pendekar besar yang tak takut mati tidak nanti engkau bisa menampilkan kegagahan yang luar biasa seperti ini aku merasa kagum sekali kepadamu!"

"Tak usah menjilat pantat dan membaiki diriku maaf pinceng tidak doyan dengan cara permainan semacam itu " tukas sang hweesio sambil gelengkan kepala.

Siau Ling tersenyum.

"Baiklah! kita tak usah membicarakan soal tulisan diatas kotak kayu itu lagi, bagai mana kalau kiia bicarakan persoalan yang lain saja?"

''Boleh toleh saja !'

"Apakah taysu berasal dari gereja Siau lim si??"

"Sedikitpun tidak salah!"

"Taysu bisa membaca tulisan Thian tok itu berarti kedudukanmu didalam kuil tentu tinggi sekali bukankah

begitu?"

"Pinceng bertugas dalam ruang penyimpan kitab dan bertanggung jawab atas segala urusan mengenai soal kitab sembahyang."

"Aaaah!" Siau Ling berseru tertahan "apa maksud dan tujuan taysu berkunjung kekota Tiang sah kali ini?"

"Pinceng datang bersama suhengku tapi ketiga orang itu sudah menemui ajalnya semua ditangan kalian!"

"Mati ditangan kami??" seru Siau Ling terpongah.

"Tak bakal salah lagi! kecuali kalian orang2 dari perkampungan Pek-boa-sancung siapa lagi yang dapat melakukan perbuatan serendah dan sihina ini, memberi racun lebih dahulu kemudian melakukan penyergapan!!"

"Sayang dugaan taysu keliru besar, kami semua bukanlah anggota perkampungan Pek hoa san-cung!"

"Kalau bukan anggota perkampungan Pek hoa san cung, mengapa kalian menyaru sebagai pelayan untuk menyusup kedalam kamar pinceng dan melakukan serangan menggelap untuk menotok jalan darahku??"

Siau Ling segera berpaling dan memandang sekejap kearah Sang Pat serta Tu Kiu kemudian tegurnya :

"Benarkah kalian telah menyaru sebagai pelayan untuk menyusup kedalam kamarnya dan melancarkan serangan untuk menawan taysu ini?"

Tu Kiu tertawa jengah jawabnya : "Kami takut toako sekalian menunggu terlalu lama, karena itu kami telah mengguna kan sedikit siasat untik menawan taysu ini hidup-

hidup"

Siau Ling segera menghela napas panjang..

"Aaaai. .! tidak aneh kalau dia mengengira kita sebagai anggota dari perkumpulan Pek hoa- san-cung... "

Setelah terhenti sebentar, terusnya :

"Bebaskan jalan darahnya yang tertotok"

Tu Kiu mengiakan, ia segera menepuk bebas jalan darah sang hweesio yang tertotok.

Setelah melihat saudaranya menyelesaikan tugas itu, Siau Ling mendehem ringan dan berkata kembali :

"Taysu, sekarang engkau boleh pergi dari ini!!"

---oooOdwOoo---
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar