Budi Ksatria Jilid 09

Jilid 9

Shen Bok Hong memutar biji matanya memandang sekeliling tempat itu, dia tahu Kim Hoa Hujin serta Tong Lo Thay-thay sudah menunjukkan sikapnya untuk memberontak, bahkan kedua orang itu telah siap sedia melancarkan serangan. Hal ini membuat gembong iblis tersebut agak gelagapan juga dibuatnya. Ia tak menyangka kalau musuh belum berhasil dibekuk diantara kekuatan mereka sendiri terjadi perpecahan. Tentu saja ia tak sudi untuk tunduk kepala dan takluk kepada mereka berdua.

Shen Bok Hong yang cerdik tak urung dibikin tak berdaya juga menghadapi keadaan seperti itu, untuk sesaat ia tak dapat menemukan cara yang paling baik untuk menghadapi keadaan tersebut, dengan termangu-mangu gembong iblis itu cuma bisa berdiri menjublak belaka.

Sementara itu It-bun Han Too jadi girang sekali ketika menyaksikan perubahan situasi menguntungkan diri mereka, ia takut Siauw Ling banyak bicara hingga merusak suasana tersebut, buru-buru dengan suara berbisik serunya, “Siau tayhiap, banyak kejadian aneh seringkali terjadi dalam dunia persilatan. Kadang kala waktu menghadapi keadaan yang aneh orang harus pandai kecerdikannya, aku harap engkau suka berdiam diri!”

Siauw Ling berpaling memandang sekejap ke arah orang she It-bun tersebut, mulutnya tetap membungkam.

Sementara itu dengan suara yang serak dan tua Shen Bok Hong berseru, “Benarkah kalian berdua akan menghianati perkampungan Pek Hoa Sanceng?”

“Daripada kita nanti kehilangan kesempatan yang sangat baik ini sehingga dikemudian hari bisa dibunuh atau dicincang oleh Toa Cungcu dengan sekehendak hatinya, lebih baik kita pergunakan kesempatan yang sangat baik ini secara seksama”

Shen Bok Hong yang selamanya tenang dan dingin saat ini tak bisa menahan emosinya lagi, dengan penuh kegusaran ia tertawa dingin.

“Kalian berharap dengan berbuat begitu maka tuntutan kalian bakal berhasil”

“Memang sulit untuk dibicarakan jawab Tong Lo Thay-thay, tetapi dalam keadaan seperti ini kemungkinan juga bakal terjadi keadaan yang semakin runyam, yakni kedua belah pihak sama-sama menderita kerngian yang besar”

“Shen Toa Cungcu engkau harus meneliti dulu situasi yang kau hadapi saat ini, seru Kim Hoa hujin pula kecuali engkau seorang siapakah yang mampu meloloskan diri dari ancaman senjata rahasia yang ditimpukkan oleh Tong Lo Thay-thay?”

Meskipun dia hanya menyebut Tong Lo Thay-thay seorang, tapi dibalik ucapan tersebut mengartikan pula Siauw Ling serta dia sendiri. Atau dengan perkataan lain andaikata ia dan Tong Loo-thay thay menyerbu kepihak musuh, siapa yang mampu menolong gembong iblis itu lagi?

Shen Bok Hong segera mendengus dingin.

“Hmmm! andaikata aku berhasil melepaskan diri dari kepungan, kalian berdua tak akan mendapatkan obat pemunah lagi, dan itu berarti jiwa kalian berdua pun akhirnya akan melayang juga”

“Peristiwa ini merupakan pertaruhan besar yang meliputi adu ilmu, adu kecerdikan serta adu nasib, sebelum menang kalah bisa ditetapkan siapapun tak bisa mendnga bagaimana hasilnya nanti, meskipun Toa Cungcu cerdik dan hebat tetapi dalam keadaan seperti ini kau tak mungkin bisa meyakinkan diri bahwa kemenangan tentu ada dipihakmu, sedang kamipun belum tentu kalah”

“Jadi kau ingin bertaruh?” tantang Shen Bok Hong dengan suara ketus.

“Tentu saja!” jawab Kim Hoa Hujin tegas.

Shen Bok Hong mendengus, ia berpaling ke arah Tong Lo Thay-thay dan tegurnya pula.

“Bagaimana dengan engkau? apakah ingin turut pula dalam pertarungan ini…”

“Keadaan memaksa aku harus berbuat begitu, sekalipun tidak bertaruh rasanya juga tak mungkin!” jawab nenek tua tadi, “Baik! kalau memang engkau berdua ingin bertaruh, terpaksa aku harus melayani keinginanmu itu, sambil berpaling ke arah Siauw Ling dan It-bun Han Too tambahnya, “Sekalipun ditambah engkau Siauw Ling dan It-bun Han Too belum tentu kalian mampu untuk menghalangi jalan pergiku.”

Kim Hoa Hujin memandang sekejap ke arah Tong Lo Thay-thay, nenek tua itu tiba-tiba mundur lima langkah ke belakang dan segera menggeser tempat kedudukannya.

She Bok Hong menengadah dan tertawa terbahak-bahak.

“Haaah… haaah… haaah, Ji-te, bawa mereka semua mengundurkan diri lebih dahulu dari sini”

Ciu Cau Liong mengiakan, dengan membawa Kang-lam Su kongcu buru-buru mereka putar badan dan melarikan diri.

Kim Hoa hujin serta It-bun Han Too tidak menyangka kalau pihak lawan akan bertindak begitu, sebelum ingatan kedua berkelebat lewat beberapa orang itu sudah berada lima tombak jauhnya dari tempat semulanya.

Shen Bok Hotg tertawa dingin. ejeknya, “Sekarang tinggal aku orang she-Shen seorang diri. Nah kalian boleh maju”

Baik Kim Hoa hujin maupun Tong Lo Thay-thay serta It-bun Han Too semuanya tahu bahwa tenaga dalam yang dimiliki Shen Bok Hong amat lihay, jika mereka yang turun tangan maka dalam beberapa gebrakan saja jiwa mereka tentu melayang diujung telapaknya.

Kim Hoa Hujin serta Tong Lo Thay-thay sendiri walaupun sudah bertekad hendak adu jiwa tak urung mereka sendiripun jado ragu untuk turun tangan lebih dahulu.

Siauw Ling menyapu sekejap sekeliling tempat itu, kemudian bisiknya dengan suara lirih, “Peng-ji mundurlah agak jauh!” perlahan dia maju kedepan, Air muka Shon Bok Hong berubah amat serius. Ia tetap berdiri di tempat semula, sepasang telapak dirapatkan jadi satu dan sepintas lalu nampaknya seakan-akan sama sekali tak siap.

Siauw Ling tak berani maju terlalu dekat pada jarak lima kaki dihadapan gembong iblis itu dia berhenti.

“Toa Cungcu silahkan cahut keluar senjatamu!” serunya.

“Hmm… aku akan minta pelajaran ilmu pedangmu dengan tangan kosong saja …” sahut Shen Bok Hong sambil tertawa dingin

“Kalau memang begitu akan kulayani dirimu dengan tangan kosong pula” perlahan-lahan pemuda itu menyimpan kembali pedang pendeknya.

Sekali lagi Shen Bok Hong tertawa dingin. “Pertarungan ini mempengaruhi soal mati hidup diantara kita berdua, kau toh punya senjata kenapa tidak dipakai?”

“Kalau berbicara dan perbuatan serta tingkah lakumu, setiap orang berhak untuk melenyapkan engkau dari muka bumi, tetapi antara aku dengan Toa Cungcu sedikit banyak pernah punya hubungan, meskipun persaudaraan sudah putus tetapi perasaan toh masih ada…”

“Tutup mulutmu!” bentak Shen Bok Hong.

Siauw Ling tertawa hambar.

“Kau boleh tidak setia kawan tetapi aku tak boleh hilangkan perasaan ini, jika kau tak ingin berkelahi harap tinggalkan obat pemunah buat Kim Hoa hujin berdua, kemudian berlalulah dari sini”

“Heeeh… heeeeh…heeeeh…” Shen Bok Hong tertawa dingin, “aku orang she-Shen, kau anggap dengan andalkan Kekuatan Beberapa orang saja maka aku lantas bisa kalian tahan disini? Huuuh..! jika aku orang she Shen hendak pergi siapapun tak akan bisa menghalangi niatku ini, mengerti…?”

“Pertarungan antara dirimu dengan diriku sama sekali tiada sangkut pautnya dengan orang lain, jika engkau ingin berkelahi ayohlah, silahkan turun tangan!”

“Heeeh heeeh-heeeh… Siauw Ling, apakah kau berharap aku bisa mengalah satu jurus untukmu?”

“Aku tidak bermaksud begitu. Aku cuma merasa sudah sepantasnya kalau Shen Toa Cungcu turun tangan lebih dulu!”

Shen Bok Hong tertawa hambar.

“Kau tak usah takahur. Lebih baik kau dulu yang turun tangan…!”serunya.

“Kalau memang Shen Toa Cungcu tetap menjaga gengsi baiklah. Aku orang she Siau akan menuruti perintahmu!”

Telapak kanan perlahan-lahan diangkat ke atas kemudian membacok dada gembong iblis itu.

Kim Hoa hujin, Tong Lo Thay-thay serta It-bun Han Too telah menduga semua bila kedua orang itu sampai terjadi pertarungan maka pertempuran itu tentu berlangsung dengan serunya. Maka seluruh perhatian mereka dicurahkan ke dalam kalangan untuk menyaksikan jalannya pertarungan tersebut.

Serangan yang dilancarkan Siauw Ling kian lama kian bertambah lambat dan makin dekat dengan dada Shen Bok Hong, akan tetapi iblis itu masih tetap berdiri tegak di tempat semula.

Menanti serangan musuh benar-benar sudah mengancam dadanya, ia baru membalik telapak kanannya dan menyongsong kedatangan serangan tersebut dengan keras lawan keras

Serangan ituu dilakukan dengan kecepatan bagaikan kilat. Siauw Ling ingin menghindar namun tak sempat lagi.. Blaaam! sepasang telapak mereka membentur satu sama lainnya hingga menimbulkan ledakan yang menggeletar diudara.

Siauw Ling mendengus berat kuda kudanya gempur dan tubuhnya harus mundur lima langkah ke belakang sebelum berhasil berdiri tegak kembali.

Sebaliknya Shen Bok Hong hanya merasakan bahunya bergetar keras, kuda kudanya masih bertahan di tempat semula dan tubuhnya sama sekali tidak bergerak.

Ketika para jago alihkan sorot matanya ke arah Siauw Ling, tampaklah raut wajah sang pemuda yang tampan berubah jadi merah padam seolah-olah orang yang mahok tuak. Beberapa saat kemudian ia baru muntah darah segar, serunya, “Shen Toa Cungcu, sungguh lihay dan sempurna tenaga pukulanmu!”

“Haaah…haaah…haah…Siauw Ling kau masih mampu untuk melanjutkan pertarungan ini?”

“Walaupun luka yang kuderita cukup parah, akan tetapi aku yakin masih punya kemampuan untuk meneruskan pertempuran ini!”

Sebagai penutup dari kata katanya laksana kilat ia menerjang kemuka, sepasang telapaknya melancarkan pukulan pukulan yang gencar dan berantai. Dalam waktu singkat empat jurus telah lewat.

Shen Bok Hong tak berani berayal, dia menggerakan pula sepasang telapaknya, secara kilat dan tajam menyambut semua ancaman yang dilontarkan pemuda itu.

Blaaam….! empat kali bentrokan nyaring bergema memecahkan kesunyian, keempat buah pukulan berantai yang dilancarkan Siauw Ling telah disambut semua oleh gembong iblis itu dengan keras lawan keras.

Setelah menyerang keempat jurus itu dengan cepat Siauw Ling meloncat mundur kembali delapan depa ke belakang.

Pek-li Peng segera maju kedepan dan berdiri disisi pemuda itu, bisiknya dengan nada kuatir, “Toako parahkah lukamu?”

Siauw Ling mundur dengan sempoyongan… uuak! kembali muntah darah segar.

Dengan wataknya yang keras kepala, walaupun sudah terluka parah namun semangat tempurnya bukan saja tidak merosot malah tertambah menyala, ia tertawa hambar, “Lukaku tak jadi soal….”

Melihat pemuda itu muntah darah lagi. Pek-li Peng tahu kalau isi perutnya terluka parah. Air mukanya berubah jadi pucat pias sambil memayang pemuda itu serunya

“Toako kalau lukamu terlalu parah lebih baik pertarungan ini jangan dilanjutkan kembali”

Sejak menelan jarum batu berusia seribu tahun, kemudian mendapat dasar pelajaran ilmu semedi Kian cing-ceng-ki daya tahan yang dimiliki pemuda ini jauh berbeda dengan orang lain diam-diam ia mengepos tenaga lalu tertawa.

“Berkorban demi keadilan dan kebenaran sekalipun jiwa melayang juga tak usah disusahkan!”

“Kau tak boleh mati…”seru Pek-li Peng “kalau kau mati maka akupun tak mau hidup lagi..”

Dengan alis berkerut Siauw Ling tertawa terbahak bahak.

“Haaah…haaah.. haaah.. sekalipun manusia dapat hidup seratus tahun akhirnya juga ia bakal mati. Mati sekarang mati nanti tak ada bedanya apalagi mati demi Bu lim dan umat manusia.. kematian semacam ini sangat berharga sekali… Peng-ji, lepaskanlah aku”

“Perkataan toako memang benar “jawab Pek-li Peng sambil melototkan matanya bulat-bulat, “kau adalah seorang pahlawan besar, seorang manusia gagah, lelaki sejati…. tidak seharusnya kuhalangi niatmu itu”

Perlahan, lahan dia lepaskan Siauw Ling dan mundur dua langkah ke belakang. Selama ini sikap Shen Bok Hong tetap tenang bagaikan bukit karang. Ia tak berkutik pun tidak menunjukkan reaksi apapun membuat orang tak bisa menduga apa maksud tujuanya.

Tong Lo Thay-thay serta Kim Hoa Hujim tahu pula bagaimanakah tabiat dari Siauw Ling, dalam suatu pertarungan yang jujur dan terbuka andaikata mereka turun tangan membantu maka pemuda itu pasti akan merasa tak senang hati.

Disamping itu diam-diam Kim Hoa Hujin pun merasa suatu perasaan cemburu yang aneh sekali, ia merasa tak senang hati menyaksikan sikap Pek-li Peng yang begitu hangat dan mesra terhadap si anak muda itu, ia ingin sekali menyaksikan gadis itu merasa sedih dan hancur hatinya menghadapi peristiwa tersebut. Karena alasan-alasan itulah kedua orang itu sama-sama berpeluk tangan belaka.

Lain halnya dengan It-bun Han Too, dengan teliti dan seksama ia perhatikan situasi dalam gelanggang, sebagai seorang manuia cerdik in merasa heran ketika menyaksikan Shen Bok Hong melancarkan serangan balasan sebaliknya Cuma menyambut terus dengan ekerasan. Ia tercengang dan tak habis mengerti, pikirnya, “Orang yang paling ditakuti oleh Shen Bok Hong adalah Siauw Ling pada saat dan keadaan seperti ini sebenarnya merupakan kesempatan paling baik baginya untuk membunuh musuh tangguhnya ini, mengapa ia tak mau turun tangan sebaliknya memberi kesempatan kepada Siauw Ling untuk mengatur pernapasan? Dengan watak dan perangai Shen Bok Hong kejadian ini janggal sekali nampaknya tak mungkin ia sungguh-sungguh berhati baik kepada lawannya… atau mungkin dibalik kesemuanya itu terdapat hal-hal yang kurang beres?”

Setelah peras otak beberapa saat akhirnya ia berhasil menemukan tiga buah kesimpulan.

Kesimpulan pertama, Shen Bok Hong tidak ingin kehilangan seorang jago lihay seperti Siauw Ling, ia siap memaksa pemuda itu untuk takluk dan membantu pihaknya atau bila perlu menggunakan obat pelupa diri untuk mencuci otaknya hingga kehilangan kesadarannya.

Kesimpulan kedua, di dalam bentrokan secara keras lawan keras itu Shen Bok Hong menderita luka dalam yang cukup parah. Hanya karena pengalamannya lebih luas dan tenaga dalamnya lebih sempurna. diluar saja ia nampak tenang seolah-olah tak terjadi sesuatu apapun padahal dalam tubuhnya telah terluka.

Kesimpulan yang ketiga, Shen Bok Hong kuatir bila ia lancarkan serangan maka Tong Lo Thay-thay, Kim Hoa hujin, dia sendiri serta Pek-li Peng tentu akan maju mengerubut, dalam keadaan begini dia pasti akan kerepotan dan keteter hebat.

Diantara kedua buah kesimpulan tersebut, setiap kesimpulan mempunyai kemungkinan yang amat besar, karenanya meskipun It-bun Han Too licik dan banyak akal tak urung gagal juga untuk menentukan kemungkinan manakah yang lebih besar.

Terdengar Pek-li Peng bergumam seorang diri, “Mati yaah mati… pokoknya kalau kau mati akupun tak mau hidup lebih jauh di kolong langit, mati atau hidup apa bedanya?…”

Karena amat sedih dan berduka karena menyaksikan Siauw Ling menderita luka dalam yang begitu parah. Tanpa sadar apa yang dipikirkan telah diutarakan keluar membuat orang orang yang mendengar jadi terharu dan beriba hati.

Siauw Ling segera berpaling dan memandang sekejap ke arah Pek-li Peng, ujarnya, “Peng ji, kau tak usah berbuat demikian lantaran aku, istana salju dilaut utara masih menantikan kedatanganmu, ibu dan ayah mu masih merindukan engkau, lebih baik tinggalkan tempat ini dan cepat-cepatlah kembali kerumah”

Setelah dua kali melangsungkan pertarungan keras lawan keras melawan Shen Bok Hong, pemuda ini merasa dadanya sesak dan isi perutnya goncang semua. Ia tahu jika pertarungan dilanjutkan dan seandainya nasibnya jelek dan mati diujung telapak gembong iblis itu, maka seluruh umat bulim di daratan Tionggoan pasti akan mengalami nasib yang sama pula. Dalam keadaan begini sudah tentu pemuda itu tak sempat melayani cinta mesra dan Pek-li Peng.

Tampak gadis she Pek-li itu menggerakkan bibirnya dan tersenyum, dua titik air mata jatuh berlinang membasahi pipinya.

“Toako, apakah sampai sekarang engkau masih helum paham dengan perasaan hatiku?”

Dalam pada itU Shen Bok Hong telah mengetahui siapakah gadis yang selama ini mendampingi Siauw Ling, pikirnya dalam hati, “Siauw Ling benar-benar sangat lihay, tak nyana puterinya Pak-thian Cungcu pun berhasil digaet olehnya”

Sebaliknya It-bun Han Too jadi teramat gelisah, batinnya, “Pada saat ini situasi amat kritis dan berbahaya. pertarungan seru berada di depan mata dan banyak nyawa tergantung padanya, kenapa kedua orang ini malahan saling menyatakan rasa cinta? bila pikirannya bercabang bukankah berarti memberi peluang baik bagi Shen Bok Hong untuk menunggangi keadaan tersebut….?”

Segera teriaknya, “Urusan muda mudi apakah cocok untuk dibicarakan dalam keadaan seperti ini?”

Siauw Ling terkesiap, buru-buru dia pusatkan pikirannya kembali untuk siap sedia menghadapi segala kemungkinan.

Dengan hati mendongkol Shen Bok Hong segera berpaling ke arah It-bun Han Too teraknya, “It-bun sianseng, perduli bagaimanakah perubahan situasi pada saat ini, bersiap siaplah engkau untuk menerima sebuah pukulan dariku”

It-bun Han Too tahu bahwa Shen Bok Hong amat membenci dirinya hingga merasuk ketulang sumsum, nafsu membunuhnya, kini telah berjangkit kembali, sambil diam-diam mengerahkan tenaga untuk bersiap siaga, serunya kembali, “Shen Toa Cungcu, jika engkau masih mampu melancarkan serangan balasan maka pada saat ini Siauw Ling tentu sudah mati konyol diujung telapakmu…!”

Shen Bok Hong tertawa dingin, tiba-tiba ujung baju kirinya dikebaskan kemuka menerjang tubuh Siauw Ling, sedang telapak kanannya segera menyusul dari belakang mengirim pula satu bacokan.

Siauw Ling tarik napas panjang panjang, tangan kiri menyapu keluar balas mengirim satu pukulan, sedang tangan kanan diayun menyentilkan ilmu totokan dengan ilmu Saiu-Loo Sin ci.

Ketika menggunakan tenaga penuhpun Ia bukan tandingan dari Shen Bok Hong apalagi sekarang tenaga dalamnya musti dibagi dalam dua kegunaan, satu mengirim pukulan untuk membendung datangnya serangan dan yang lain melancarkan totokan dengan ilmu Saiu loo sinci.

Pada saat sepasang telapak saling membentur satu sama lainnya, tubuh Siauw Ling bagaikan layang-layang putus segara terpental dan melayang diudara.

Pada saat yang bersamaan pula Shen Bok Hong mendengus berat. Tiba-tiba ia putar badan dan lari dari tempat itu.

Jelas ketika angin pukulan yang dilancarkan Shen Bok Hong berhasil mementalkan tubuh Siauw Ling tadi ia sendiripun terluka oleh hantaman ilmu totok Siau-loo sin ci tersebut.

Shen Bok Hong gembong iblis yang maha dahsyat dan memiliki daya tahan yang luar biasa ini benar-benar sangat hebat, sekalipun sudah terluka parah akan tetapi dia masih mampu mengerahkan tenaga dalamnya lagi.

Ketika pergelangan kanannya diputar dan kemudian didorong kedepan, segulung angin pukulan berhawa dingin yang lunak dan halus dengan cepat meluncur kedepan menghantam tubuh It-bun Han Too.

Sewaktu menyaksikan datangnya terjangan gembong iblis itu, It han Han Too merasa amat terperanjat, badannya buru-buru berputar dan siap meloloskan diri dari ancaman tersebut, tetapi pada saat itulah segulung angin pukulan yang luar biasa dahsyatnya telah mendesak datang. Pukulan itu meluncur datang tanpa berwujud dan mengeluarkan sedikit suarapun, menanti ancaman itu sudah berada di depan mata ia baru merasa.

Dalam kejut dan gugupnya It-bun Han Too mengerahkan segenap kekuatan yang dimilikinya untuk menyambut datangnya serangan tersebut.

Ketika angin pukulan yang dilancarkan membentur dengan ancaman yang datang, It-bun Han Too segera merasakan keadaan tidak beres, dia merasakan pukulannya telah bertemu dengan rintangan yang amat kuat, bukan saja sepasang telapaknya terpental balik bahkan ia mendengus kesakitan dan tak bisa ditahan lagi tubuhnya mundur sepuluh langkah ke belakang dengan sempoyongan kemudian rubuh terjengkang di atas tanah.

Semua peristiwa itu berlangsung dalam sekejap mata, pada saat telapak kanan Shen Bok Hong melancarkan angin pukulan menghajar tubuh It-bun Han Too gembong iblis itu mengebaskan pula ujung baju kanannya, empat kilatan cahaya tajam segera meluncur keluar dan menyerang Tong Lo Thay-thay serta Kim Hoa hujin.

Meskipun Tong Loo thny thay sendiri adalah seorang ahli di dalam melancarkan serangan senjata rahasia, namun menghadapi ancaman senjata rahaia yang dilancarkan Shen Bok Hong itu dia tak berani menerimanya dengan tangan. Buru-buru tubuhnya mengegos ke samping meloloskan diri dari ancaman kedua titik cahaya tajam itu.

Kim Hoa Hujin serta Tong Lo Thay-thay mempunyai tujuan yang sama, mereka serentak menghindar kesamping.

Nenek tua dari keluarga Tong itu penasaran sekali, diayun telapaknya balas melancarkan serangan, empat buah titik cahaya tajam segera meluncur keudara dan menyambar ke arah tubuh gembong iblis tersebut. Shen Bok Hong cukup licik, setelah melancarkan pukulan dan senjata rahasia. tubuhnya laksana kilat meluncur dan kabur ke arah sebelah barat.

Menanti Tong Loo-thay thay melancarkan serangan dengan senjata rahasianya tubuh Shen Bok Hong telah berada kurang lebih empat tombak jauhnya dari tempat semula dan di dalam waktu singkat bayangan tubuhnya telah tenyap dari pandangan.

Traang…traaang…bunyi nyaring berkumandang dan kejauhan, rupanya senjata rahasia yang diancarkan Shen Bok Hong serta Tong Loo-thay thay sama-sama telah menumbuk di atas batu gunung.

Angin puyuh telah lewat dan suasana pulih kembali dalam keheningan, sang surya memancarkan cahayanya yang lembut menyinari lembah sempit itu…mendatangkan rasa sepi hening dan tenang.

Suara isak tangis berkumandang memecahkan kesunyian.

Kim Hoa hujin tarik napas panjang-panjang sambil berpaling, tampaklah Pek-Li Peng sambil membopong tubuh Siauw Ling yang basah kuyup sedang bersandar disebuah batu sambil menangis tersedu-sedu.

Tong Lo Thay-thay segera menghela napas panjang, katanya

Luka dalam yang diderita Siau tayhiap tentu parah sekali, coba lihatlah bocah pemempuan itu menangis dengan begitu sedihnya!”

“Tempat mana sih letaknya Istana es dilautan utara itu?”

“Tempat itu tersohor dan diketahui setiap orang, engkau tahu tentang Pak-thian Cungcu?” tanya Tong Lo Thay-thay.

“Aku tahu, apakah bocah perempuan itu adalah putrinya Pak thian Cungcu? aku dengar ilmu silat yang dimiliki bapaknya sangat lihay dan sangat mempengaruhi keadaan dunia persilatan menaruh rasa jeri dan segan terhadap dirinya?”

Ia berhenti sebentar,tidak menunggu nenek tua dari keluarga Tong itu menjawab, kembali ia berseru, “Coba engkau periksalah keadaan diri It-bun Han Too, coba lihat sudah modar atau masih hidup. Jika nyawanya belum putus harap Loo-hujin suka menyelamatkan jiwanya…”

Tong Lo Thay-thay segera tertawa dingin, tukasnya, “Orang itu licik dan banyak akal, apagunanya menolong manusia semacam itu? aku rasa biarkan saja dia menderita sebab kalau dia masih hidup maka banyak perbuatan jahat yang bakaI dilakukan lagi olehnya”

“Tidak salah, ia memang licik dan banyak akal, akan tetapi justru karena kelicikan dan kecerdikannya itulah Shen Bok Hong baru bisa dihadapi, menolong dia berarti

memberikan seorang musuh tangguh yang licik dan cerdik bagi Shen Bok Hong!”

“Baiklah!” kata Tong Lo Thay-thay kemudian sambil mengangguk, “Coba pergilah kesana untuk memeriksa keadaan dan Siau tayhiap, pemuda itu mempengaruhi mati hidupnya seluruh umat Bu lim selama tiga puluh tahun mendatang. Aaaai…! sedari tadi aku sudah menduga kalau tenaga dalamnya masih bukan tandingan dari Shen Bok Hong, tidak cocok baginya untuk adu kekuatan dengan keras lawan keras, tidak dinyana dugaanki ternyata tepat sekali….”

Ia berhenti sebentar, lalu terusnya lagi, “Aku punya satu persoalan yang hingga kini masih beLum kupahami, apakah engkau dapat memberi penjelasan?”

“PeroaIan apa?”

“Bagaimanapun toh kita sudah termakan racun keji yang dilepaskan Shen Bok Hong ke dalam tubuh kita, sekali pun tidak mati diujung telapak gemboag iblis itu paling banter jiwa kita masih bisa hidup beberapa hari lagi. Andaikata tadi kita mau turun tangan bersama untuk membantu Siauw Ling, aku rasa keadaan saat ini tentu akan jauh berbeda!”

Kim Hoa hujin tertawa hambar.

“Perasaan pribadi yang membuat semua urusan jadi berantakan, sekarang mau menyesal rasanya juga terlambat” katanya.

Tong Lo Thay-thay tertegun, kemudian sambil tertawa getir gelengkan kepalanya berulangkali, ia segera mendekati It-bun Han Too.

Kim Hoa hujin sendiri segera menghampiri Pek-li Peng. bisiknya dengan suara lirih, “Sudah jangan menangis”

Rupanya pukulan maut yang dilancarkan Shen Bok Hong sehingga mementalkan tubuh Siauw Ling tadi telah membuat tubuh pemuda itu tercebur ke dalam air telaga, waktu itu Pek-li Peng gugup bercampur kaget sehingga gelagapan, menanti Siauw Ling sudah tercebur ke dalam air, gadis itu baru mendusin ia buru-buru menarik tubuh pemuda itu naik kedarat.

Menyaksikan luka dalam yang diderita Siauw Ling parah sekali dan napasnya kembang kempis dengan amat lirih Pek-li Peng merasa pikirannya semakin kalut tak bisa ditahan lagi menangislah gadis itu karena amat sedih.

Ketika Kim Hoa Hujin berjalan menghampiri kesisi tubuhnya. Pek-li Peng masih tetap tidak merasa. Menanti perempuan dari wilayah Biau itu berteriak gadis itu baru tersentak kaget dan mendusin dari lamunannya, dengan cepat dia angkat kepala memandang sekejap ke arah lawannya.

Kim Hoa Hujin membungkam dalam seribu bahasa, Ia berjongkok dan memeriksa dada pemuda itu, lama sekali dia baru berkata “jantungnya belum berhenti berdenyut, harapan untuk hidup masih tetap ada .. apakah kau tak berusaha untuk menolong jiwanya kenapa musti menangis terus?”

“Apakah dia masih tertolong?” tanya Pek-li Peng sambil menyeka air matanya dengan tangan kanan.

“Tentu saja masih tertolong! sekalipun harapannya tidak begitu besar toh engkau musti berusaha dulu dengan sekuat tenaga”

Kiranya setelah melakukan pemeriksaan terhadap denyut jantung Siauw Ling, Kim Hoa hujin merasa bahwa luka dalam yang diderita oleh pemuda itu terlalu parah mampukah untuk ditolong, masih merupakan suatu tanda tanya besar, karena itu dalam pembicaraanpun ia menunjukan sikap ragu-ragunya

Terhadap Kim Hoa hujin sebenarnya Pek-li Peng mempunyai pandangan yang jelek, akan tetapi setelah mendengar kalau Siauw Ling masih ada harapan untuk ditolong sikapnya seketika berobah, buru-buru serunya, “Saat ini pikiran siau-moay sedang kalut dan hatiku tidak tenteram, aku tak tahu apa yang musti dilakukan. Cici! dapatkah engkau menolong jiwanya?”

“Kau percaya dengan diriku?”

“Kalau engkau dapat menolong selembar jiwa toako, maka dikemudian hari aku tentu akan mempercayai dirimu!”

“Perduli mampukah kutolong jiwanya, aku harus berusaha dengan segenap tenaga…” pikir Kim Hoa hujin di dalam hati, segera serunya, “Harap kau baringkan tubuhnya di atas tanah”

Pek-li Peng mengiakan, dia baringkan tubuh Siauw Ling ke atas tanah.

Diam-diam Kim Hoa Hujin mengerahkan tenaga dalamnya lalu menempelkan telapak tangannya di atas dada Siauw Ling, ujarnya kembali, “Dasar tenaga dalam yang dimilikiya amat bagus, sekalipun isi perutnya telah terluka ketika melangsungkan pertarungan melawan Shen Bok Hong, tetapi tenaga murninya masih mampu melindungi tempat tempat bahayanya, karena itulah meskipun luka dalamnya sangat parah namun jantungnya sama sekali tidak berhenti berdenyut!”

Menggunakan kesempatan dikala masih berbicara, hawa murninya segera dikerahkan dan dengan cepat disalurkan ke dalam tubuh Siauw Ling.

Mampukah luka dalam yang sedemikian parahnya itu disembuhkan, dalam hati kecilnya Kim Hoa Hujin sama sekali tak punya keyakinan, tetapi iapun merasa tak leluasa untuk mengutarakannya keluar karena itu dia mengambil keputusan untuk beradu nasib.

Siapa sangka kejadian yang kemudian terjadi pun berada diluar dugaan Kim Hoa Hujin baru saja menyelesaikan kata-katanya mendadak Siauw Ling menghembuskan napas panjang dan membuka matanya kembali, setelah memandang sekejap ke arah Kim Hoa Hujin dan Pek-li Peng ia tersnyum lalu pejamkan matanya kembali.

Pek-li Peng jadi amat kegirangan setengah mati menyaksikan si anak muda in mendusin serunya sambil tertawa, “Cici, lihatlah dia telah mendusin…”

“Tidak salah dia telah mendusirn “jawab Kim Hoa Hujin sambil tertawa bingung.

Di bawah sorot cahaya sang surya, tampaklah air muka Pek-li Peng berubah jadi merah padam, alisnya melentik dan matanya kelihatan jeli, terutama sekali sewaktu tertawa tampaklah sebaris giginya yang putik bersih. Terutama sepasang lesungnya yang manis dipipi membuat dara itu nampak lincah dan menyenangkan sekali.

Kim Hoa Hujin segera berpikir di dalam hatinya, “Aaaai.. memang gadis cantik seperti inilah yang pantas untuk kawin dengan dia

Terdengar Pek-li Peng berkata kembali “Cici lihatlah… dia pejamkan matanya, apa yang musti kita lakukan?”

Kim Hoa hujin tertawa sedih.

“Tepatlah telapak kananmu di atas dadanya dan kerahkan tenaga dalam untuk menyerang denyut jantunngnya…”

Sambil berkata ia segera geserkan telapak kanan sendiri.

Pek-li Peng memandang sekejap ke arah Kim Hoa hujin lalu menempelkan telapak kanannya di atas dada Siauw Ling dan salurkan hawa murninya ke dalam tubuh pemuda itu.

Beberapa saat kemudian gadis itu sudah kepayahan, keringat sebesar kacang kedelai mengucur keluar membasahi seluruh tubuhnya.

Tiba-tiba Siauw Ling mengerahKan tangannya dan perlahan-lahan buka mata kembali, pada gadis itu serunya.

“Peng ji, pergilah beristirahat!”

“Aku baik sekali!”jawab Pek-li Peng sambil menyeka keringat dan tertawa, “toako, bagaimana kaadaan lukamu”

Sementara Siauw Ling hendak menjawab, Kim Hoa hujin sudah keburu berseru lebih dahulu

“Jangan banyak bicara”

Siauw Ling mengangguk dan tidak banyak bicara lagi.

“Nona!” ujar Kim Hoa Hujin lebih jauh. Pada saat dan keadaan seperti ini ia membutuhkan banyak waktu untuk beristirahat, jangan ganggu dirinya lebih dahulu dan jangan mengajak dia berbicara”

Pek-li Peng yang selamanya keras kepala dan angkuh saat ini berubah jadi halus dan penurut sekali.

“Terima kasih atas nasehat cici….” bisiknya.

Kim Hoa hujin menghela napas panjang.

“Nona, baik-baik-baikah merawat dia…dengan kesempurnaan tenaga dalam yang dia miliki sekalipun sadar kembali tak akan ada perubahan apapun yang bakal tenjadi, aku hendak pergi dulu!”

Habis berkata dia putar badan dan siap berlalu.

Tiba-tiba Pek-li Peng bangkit berdiri, serunya, “Cici engkau hendak kemana?”

“Aku datang dan wilayah Biau tentu saja harus pulang kewilayah Biau, mau mati harus mati didesa kelahiran sendiri!”

“Cici kenapa engkau harus mati?”

Sambil membereskan rambutnya yang kusut Kim Hoa hujin tertawa, jawabnya, “Sewaktu datang aku muncul dengan semangat yang menyala-nyala dan ingin angkat nama dalam dunia persilatan, siapa tahu setelah tiba di daratan Tionggoan aku baru tahu kalau di daratan terdapat begitu banyak jago yang lihay, kepandaian seperti yang dimiliki sebenarnya susah untuk berebut nama besar di Tionggoan, yaah dengan begitu akupun jadi putus asa dan terpaksa harus pulang dengan membawa hati yang sedih dan murung…”

“Walaupun begitu, toh kau tak usah mati”

“Aku sendiripun tak ingin mati, tetapi sekalipun tak ingin aku bakal mati juga “kata Kim Hoa hujin sambil tertawa sedih.

“Kenapa?”

“Adik cilik, apakah engkau ingin mengetahui duduknya perkara hingga jeIas?”

oooooOoo ooo

“Tidak salah” sahut Pek-li Peng, “ cici telah membantu aku untuk menolong jiwa toako, sudah sepantasnya kalau siau moay pun berusaha keras untuk membantu!”

“Tak ada gunanya, di kolong langit dewasa ini hanya ada dua orang yang mampu menolong jiwaku!”

“Siapakah mereka?”

“Yang satu adalah Shen Bok Hong, tapi sekarang aku telah bermusuhan dengan dirinya, tentu saja ia tak akan menolong diriku”

“Siapakah orang kedua?”

“Tok-jiu-yok-ong Raja obat bertangan keji orang ini tak menentu jejaknya dan jarang sekali ada yang tahu sekarang ia berada dimana.”

Setelah berhenti sebentar, lanjutnya, “Lagipula kendati orang itu berhasil ditemukan belum tentu ia bersedia untuk mengobati penyakitku itu”

“Apakah engkau keracunan cici?”

“Tidak salah. Shen Bok Hong telah menanamkan bibit racun di dalam tubuhku. Racun itu bukan sembarangan racun melainkan sejenis racun yang sanga lihay, di kolong langit”

“Di kolong langit tak kekurangan tabib sakti, apa salahnya kalau cici periksakan diri kepada seorang tabib yang lihay? satu gagal cari yang lain dan demikian seterusnya, siapa tahu kalau salah satu diantara mereka sanggup untuk memunahkan racun dalam tubuhmu itu?”

Sambil tertawa Kim Hoa hujin gelengkan kepalanya.

“Siau-moay, tahukah engkau bahwa encimu juga seorang ahli di dalam menggunakan racun?”

“Aku tidak tahu, tetapi kalan memang engkau pandai dan ahli dalam menggunakan racun, kenapa tidak berusaha sendiri untuk meMunahkan racun yang mengeram di dalam tubuhmu?”

Setiap orang di kolong langit yang mampu mengunakan racun hidup, rasanya tak seorangpun yang mampu melampaui aku Kim Hoa Hujin dari wilayah Biau…”

“Apa sih yang dimaksudkan racun hidup?”

“Eehmm… adikku cilik, apakah kau belum puas kalau belum bertanya sejelas-jelasnya?”

“Usiaku masih muda dan tak tahu urusan, selama berada di Istana salju di atas ada orang tua di bawah ada kawanan pelayan semua urusan tak perlu aku risaukan sendiri lain keadaan dengan sekarang…. aku harus ikut toako berkelana di dalam dunia persilatan.. tentu saja semakin luas pengetahuanku semakin baik, cici, apakah engkau merasa siau moay terlalu cerewet dan banyak bicara?”

“Baiklah…! akan kuterangkan kesemuanya itu kepadamu”, seru Kim Hoa Hujin kemudian dengan perasaan apa boleh buat.

“yang dimaksudkan sebagai racun hidup adalah makhluk makhluk hidup yang bernyawa, seperti ular berbisa, kelabang laba-laba berbisa, kala dan lain sebagainya”

“Oooooh. .. … aka mengerti sekarang “seru Pek-li Peng sambil mengangguk, “jadi sebagian besar para jago yang suka menggunakan barang barang berbisa, biasanya menggunakan racun racun mati?”

“Ehmm….hanya saja inilah cara cici pribadi”

“Sebagian besar racun mati dibikin dari tubuh makhluk racun yang sudah mati. Kalau cici memang mengerti akan racun hidup masa terhadap racun mati sama sekali tidak mengerti?”

“Tentu saja mengerti hanya ku tidak begitu menguasai!”

Siauw Ling yang selama ini masih beristirahat dengan mata terpejam mendadak membu ka matanya dan meloncat bangun.

“Cici, kau” serunya.

“Eeeei….! bukankah sudah kukatakan tadi jangan banyak bicara, kenapa kau tak suka mendengarkan nasehatku? ayoh cepat berbaring. ..” omel Kim Hoa Hujin dengan alis berkerut.

“Aku sudak tidak apa apa lagi” jawab Siauw Ling sambil menggeleng, “setelah kucoba untuk mengatur pernapasan, terasalah semua peredaran telah berjalan dengan lancar, cici tak usah menguatirkan tentang diriku “

Kim Hoa Hujin melirik sekejap ke arah Pek-li Peng, lalu berkata, “Saudaraku engkau harus baik-baik berjaga diri… tahukah engkau betapa kuatir dan perhatiannya terhadap keselamatanmu. Aaaa…! andaikata engkau benar-benar terjadi sesuatu hal yang tidak beres aku lihat dia tentu akan enggan hidup seorang diri di kolong langit”

Siauw Ling berpaling, tampaklah Pek-li Peng dengan wajah tersipu sipu rundukan kepalanya rendah rendah, hal itu menunjukkan bahwa apa yang dikatakan Kim Hoa Hujin sedikitpun tidak salah.

Siauw Ling segera menghela napas panjang.

“Cici maukah engkau dengarkan beberapa patah kataku?” tanyanya.

“Baik, katakanlah!”

“Siaute telah mmahami maksud hati cici di dalam pembcaraan barusan, jika engkau hendak kembali ke wilayah Biau dan tak mau mencampuri urusan dunia persilatan lagi. tentu saja Siaute tak akan mencegah atau menghalang halangi niatmu itu, akan tetapi sekarang… kau tidak boleh pergi dahuu!…”

“Sebab di dalam tubuhmu masih bersarang racun aneh yang amat keji, diwilayah Biau tak ada orang yang mampu mnyembuhkan penyakitmu itu”

“Apakah aku masih bisa ditolong orang, seandainya tetap berada di daratan Tionggoan?”

“Paling sedikit kau akan menjumpai kesempatan untuk mendapat pengobatan. Seandainya cici sampai mati maka diluaran hal tersebut akan dianggap orang sebagai penghia natanmu terhadap Shen Bok Hong. Tetapi dalam kenyataan semunya itu bisa terjadi lantaran diri Siaute…”

Mendengar perkataan itu Kim Hoa Hujian segera tertawa terkekeh-kekeh, sikapp genit dan terbukanya pulih seperti sedia kala ia berseru, “Nanti atau besok toh akhirnya akan mati juga kenapa aku musti mencelakai diri sendiri karena engkau?”

“Cici tak usah menutup-nutupi persoalan ini, tadi Siaute telah menangkap senyumanmu yan sedih dan murung, jika bukan lantaran aku, engkau tak nanti mengkhianati Shen Bok Hong. Dan jika cici tidak berkhianat maka jenazahku pada saat ini mungkin sudah mendingin. Justru karena pengkhianatan dari cici inilah yang membuat hati Shen Bok Hong keder dan segera melarikan diri”

“Anggap saja perkataanmu benar, kaupun tak akan mampu menolong atau membantu diriku”

Ia menghela napas panjang, setelah berhenti sebentar lanjutnya, “Aku lihat rasa cinta nona Pek li terhadap dirimu amat suci dan telah mendalam sekali, cici merasa menyesal sekali tak dapat Menemani dirimu lebih lama, aku hanya berharap agar dikemudian hari kau bisa baik baik melayani dirinya. Ia masih muda dan polos tidak seperti aku yang tak tahu aturan dan terlalu binal, tak usahlah engkau mengurusi diri cici lagi”

Tidak menanti jawaban dari Siauw Ling lagi, ia putar badan dan cepat berlalu dari sana.

Siauw Ling jadi amat gelisah, segera teriaknya keras keras, “Cici tunggu sebentar!”

Dengan cepat ia berusaha meloncat bangu dari atas tanah.

Melihat pemuda itu meloncat bangun, Kim Hoa Hujin segera menghentikan langkahnya dan berjalan balik tegurnya, “ Eeeei kau mau apa? ayoh cepat duduk!”

Siauw Ling terharu sekali terutama setelah menyaksikan sikapnya yang begitu menaruh perhatian terhadap dirinya, dalam hati segera pikirnya.

“Perempuan ini meskipun wataknya terlalu jelek, setiap hari bermain dengan makhluk beracun dan membunuh orang tak berkedip, akan tetapi terhadap diriku boleh dibilang baik sekali, beberapa kali dia telah menyelamatkan jiwaku. Rasa setia kawannya murni dan bukan berpura-pura belaka… aku tak boleh me-nyia2kan perasaannya itu..,”

Satu ingatan segera berkelebat dalam benaknya dengan cepat dia berkata, “Andaikata cici setuju untuk tetap tinggal disini, Siaute segera akan duduk bersemedi dan mengatur pernapasan”

“Cici, kabulkanlah permintaannya!” sambung Pek-li Peng dengan cepat.

Kim Hoa hujin menghela napas panjang.

“Aaal… cepatlah duduk untuk mengatur pernapasan. jangan membuat darah jadi menggumpal di sekitar lukamu, aku akan tetap tinggal disini untuk menanti dirimu,” katanya.

“Aku percaya dengan perkataan dan cici,“ sahut Siauw Ling, sehabis berkata

Ia segera duduk bersila dan mulai mengatur pernapasan.

Sementara itu Tong loo-thay thay dengan wajah serius telah berjalan mendekat, dengan nada kuatir ia bertanya.

“Apakah Siau tayhiap berada dalam keadaan baik-baik?”

Kim Hoa Hujin mengangguk.

“Ia sudah dapat mengatur pernapasan sendiri tentu saja keadaannya sudah tidak mengapa lagi, bagaimana dengan keadaan It-bun Han Too? apalah masih parah lukanya?”

“Dia telah sadar kembali dari pingsannya, tetapi luka dalam yang dideritanya terlalu parah” jawab Tong Lo Thay-thay. “Aku telah memberi dua butir pil yang mujarab untuk menyembuhkan luka dalamnya dan kini ia sedang berbaring untuk beristirahat. Pil yang kuberikan kepadanya bukan obat yang khusus untuk menyembuhkan luka dalam, apakah berkasiat atau tidak sukar untuk diduga. Tetapi aku telah berusaha dengan segala kmampuan yang kumiliki..”

“Apakah kau telah mencoba untuk memperlancar peredaran darahnya dengan pengerahan tenaga dalammu”

“Sudah kugunakan, tetapi terhadap luka dalamnya yang terlalu parah itu penyaluran tenaga dalam sama sekali tidak memberikan bantuan yang berarti”

Kim Hoa hujin termenung dan berpikir sebentar, kemudian jawabnya, “Tidak menjadi soal, asal ia bisa sadar kembali dari pingsannya ini berarti jiwanya bisa tertolong dan tak bakal mati lagi!”

“kenapa” tanya Tong loo- thay thay tercegang.

It-bun Han Too cendik dan banyak akal, pengetahuannya luas sekali dan lagi pula pandai di dalam ilmu pertabiban, asal ia bisa mendusin dari pingsannya maka dia pasti akan bisa memeriksa diri sendiri serta berusaha untuk mengobati lukanya”

Tong loo-thay thay termenung berpikir sebentar, lalu ujarnya pula, “Setelah kali ini aku berhianat terhadap diri Shen Bok Hong dan memusuhi dirinya dengan mempertaruhkan mati hidupku, barulah kusadari bahwa Shen Bok Hong sebenarnya seorang manusia yang licik, kejam dan sama sekali tak berperi kemanusiaan, bila kita tetap menjual nyawa bagi dirinya maka paling akhir kita semuapun tak akan lolos dari kematian… aaai! aku rasa berhianat memang merupakan satu-satunya jalan yang paling benar, kini yang paling penting adalah soal keselamatan dari Siau Tayhiap. Setelah Shen Bok Hong berkuasa dan menyebarkan kekuasaan serta pengaruhnya ke dalam dunia persilatan. Banyak partai serta perguruan besar yang jeri dan takut terhadap dirinya, kalau bukan takut karena kekejaman gembong iblia itu mereka terdesak oleh kekuatan yang minim, di kolong langit hanya Siau tayhiap seoranglah yang berani secara terang2an memusuhi Shen Bok Hong, dialah satu-satunya harapan bagi kita semua untuk memimpin seluruh umat Bu-lim untuk bangkit berjuang serta menumbangkan kekuasaan dari gembong iblis itu, karenanya bukan saja ia tak boleh mati bahkan luka yang dideritanya harus diusahakan untuk sembuh dengan secepatnya….”

“Tenaga dalamnya amat sempurna lagipula tubuhnya dilindungi oleh hawa khie-kang yang kuat, meskipun ketika itu dia dihantam sampal muntah darah oleh pukulan Shen Bok Hong yang maha dahsyat itu, akan tetapi luka dalam isi perutnya sama sekali tidak parah “sambung Kim Hoa hujin.

Setiap perkataan yang diutarakan Tong loo-thay thay dapat didengar oleh Siauw Ling dengan jelas, tetapi karena ia sedang mengatur pernaasan maka walaupun mendengar namun pemuda itu tak mampu mengucapkan sepatah katapun.

Tiba-tiba Pek-li Peng menghela napas panjang, sambil memandang ke arah Kim Hoa Hujin ujarnya, “Menurut anggapanmu apakah Shen Bok Hong sendiripun menderita luka yang amat parah?”

“Dipandang sepintas lalu diapun menderita luka yang sangat parah, tetapi benarkah parah sekali aku kurang yakin, paling sedikit lukanya tak akan separah apa yang diderita oleh Siauw Ling saat ini”

“Aku rasa luka yang diderita Shen Bok Hong parah sekali!” sela Tong Lo Thay-thay mendadak.

“Darimana kau bisa tahu?”tanya Kim Hoa Hujin.

“Pada mulanya aku memang mempunyai pandangan seperti apa yang barusan kau kemukakan, tetapi sekarang aku telah mempunyai pandangan lain terhadap persoalan tersebut”

“Harap engkau suka memberi penjelasan lebih jauh!”

“Manusia yang paling ditakuti Shen Bok Hong adalah Siauw Ling, orang yang paling dibenci olehnya juga Siauw Ling, andaikata ia masih memiliki sasa tenaga bukankah ketika itu dengan gampang sekali ia bisa merubuhkan Siauw Ling, kenapa ia tidak membunuh pemuda itu?”

Kim Hoa Hujin tertegun lalu serunya, “Sedikitpun tidak salah, andaikata aku yang menghadapi persoalan itu musuhku tentu akan kulenyapkan dengan dengan cepat, apalagi dia adalah Shen Bok Hong yang kejam”

“Oleh sebab itu aku lantas menarik kesimpulan pastilah Shen Bok Hong telah menderita luka yang jauh lebih parah danpada apa yang kita duga semula”

“Tetapi mengapa gerak-geriknya masih gesit dan cepat sekali?”

“Hal ini disebabkan dia paksakan diri untuk mengerahkan hawa murninya yang terakhir, perjalanan meski dilakukan cepat dan gesit namun hal itu merupakan suatu paksaan”

Kim Hoa hujin termenung sebenar, lalu ujarnya

“Bagi seorang yang memiliki tenaga dalam yang sempurna, daya tahannya luar biasa sekali, dan antara keduanya itu mempunyai bubungan yang erat sekali. Setelah memukul Siauw Ling menjadi luka parah ternyata Shen Bok Hong tak mau membinasakan lawannya, jelas dibalik kesemuanya itu terselip hal-hal yang tidak beres”

“Andaikata lukanya terlalu parah, sekali pun semua tenaga sudah digunakan rasanya gerakan tubuhnya tak akan secepat itu”

Tiba-tiba Kim Hoa Hujin bangkit berdiri katanya

“Bila dugaan Tong ciangbunjin tidak salah, maka kendati Shen Bok Hong bisa kabur dengan gerakan cepat, tak mungkin dia bisa pergi terlalu jauh, kenapa kita tidak menggunakan kesempatan yang sangat baik ini untuk sekalian membinasakan dirinya?”

Aku rasa pada saat in dia tentu sudah menggabungkan diri dengan Ciu Cau liong sekalian”

“Untuk menghadapi Shen Bok Hong aku Kim Hoa Hujin memang merasa agak keder dan takut sebab aku tahu bahwa kepandaian silat yang kumiliki masih bukan tandingannya tetapi kecuali dia terhadap tiap jago lihay yang berada di dalam perkampungan Pek Hoa Sanceng, aku percaya diriku masih mampu menghadapinya, ditambah pula dengan senjata rahasia beracun milik Tong loo hujin, aku rasa tidak sulit bagi kita untuk membasmi kurcaci kurcaci tersebut!

Beberapa patah kata ini segera membangkitkan kembali semangat gagah Tong Lo Thay-thay, serunya

“Perkataan hujin memang tepat sekali”

Dia menyapu sekejap ke arah Siauw Ling dan melanjutkan, “Setelah kita pergi, andaikata jago lihay dari pihak perkampungan Pek Hoa Sanceng datang lagi, aku rasa nona Pek li tak mungkin bisa menghadapinya seorang diri”

“Tidak menjadi soal” sahut Kim Hoa Hujin sambil tertawa hambar, menurut penilaianku ilmu silat yang dimiliki nona Pek li tidak berada di bawah kita berdua. Dengan adanya dia yang melindungi Siauw Ling serta

It-bun Han Too aku rasa musuh tak akan mammpu mengapa apakan mereka”

Sambtl berpaling ke arah Pek-li Peng tambahnya, “Nona, baik-baiklah melindungi keselamatan Siauw Ling, aku serta Tong Lo Thay-thay akan pergi melakukan pengejaran terhadap rombongan Shen Bok Hong dan kalau bisa akan membinasakan semua, andaikata sebelum kentongan kedua kami belum juga kembali, maka nona tak usah mengurusi nasib kami berdua lagi

Pek-li Peng segera mengerutkan dahinya.

“Siau nioay setuju sekali dengan pandangan dari Tong lo-hujin, meskipun Shen Bok Hong berhasil melukai toako-ku, tetapi dia sendiripun menderita luka parah di tangan toakoku..”

Sesudah berhenti sebentar, ia maju menghampiri kehadapan Kim Hoa Hujin, katanya dengan halus, “Cici, aku tak berani menghalangi niat kalian berdua untuk mengejar dan membinasakan Shen Bok Hong karena tujuan kalian bukan lain adalah untuk merebut obat pemunah yang kalian butuhkan. Tetapi sebelum itu ada satu hal aku harap agar cici suka mengabulkannya lebih dahulu!”

“Persoalan apa?”tanya Kim Hoa hujin dengan suara lembut.

“asal bisa kulakukan tentu akan kukabulkan permintaanmu itu!”

Pek-li Peng tersenyum ujarnya, “Toako amat merindukan dirimu, aku harap setelah pergi dari sini cepat-cepatlah kembali kemari!”

“Baik!” sahut Kim Hoa hujin sambil mengangguk, berhasil atau tidak kami menyusul Shen Bok Hong, sebelum kentongan kedua pasti akan kembali kesini!”

Sambil berpaling ke arah Tong loo-thay thay segera tambahnya.

“Mari kita pergi!”

kedua orang itu segera enjotkan badan dan berlalu dari sana, dalam selejap mata bayangan tubuh mereka sudah lenyap tak berbekas. Siauw Ling yang sedang mengatur pernapasan dapat menangkap semua pembicaraan dari Tong loo-thay thay serta Kim Hoa Hujin meskipun ia tahu kalau mereka berdua akan pergi akan tetapi pertama, saat itu semedinya sedang mencapai pada puncak yang paling berbahaya, ia tak mungkin bisa buka suara. Kedua, dia tahu kepergian mereka berdua kendati tak berhasil membinasakan Shen Bok Hong sedikit haryak dapat merampas balik sedikit obat pemunah yang dapat menolong jiwa mereka berdua, maka pemuda itupun tidak menghalangi kepergian mereka.

Menanti bayangan tubuh Kim Hoa hujin berdua sudah lenyap dari pandangan Pek-li Peng baru bangkit dan menghampiri It-bun Han Too.

Ia lihat she It-bun itu berbaring di atas tanah dengan mata terpejam rapat napasnya lirih dan nampaknya setiap saat kemungkinan bisa putus dan berhenti.

Sementara itu sang surya telah condong kebarat, seberkas cahaya kuning emas memantul dari balik lembah dan menyinari wajah It-bun Han Too yang pucat pias bagaikan mayat. Darah kental masih mengalir keluar dari bibir dan lubang hidung orang itu. Rupanya luka dalam yang ia derita jauh lebih parah daripada apa yang diderita Siauw Ling.

Pek-li Peng menghela napas panjang. ia menekan ulu hati It-bun Han Too dengan tangannya yang halus kemudian bisiknya dengan suara lembut, “It-bun sianseng apakah engkau dapat mendengar suaraku?”

It-bun Han Too membuka sepasang matanya yang sayu dan memandang sekejap ke arah Pek-li Peng, kemudian dengan lemas pejamkan matanya kembali. Bibirnya bergetar seperti mau bicara namun tak sedikit suara pun yang mampu meluncur keluar.

“Aku tahu. ..kau tak usah banyak bicara .”bisik Pek-li Peng sambil mengangguk dia mengerahkan tenaga dalamnya dan melanjutkan, “It-bun sianseng aku hendak mengerahkan tenaga dalamku untuk membantu memperlancar peredaran darahmu….”

Segulung hawa panas segera mengalir ke dalam tubuh It-bun Han Too dan menyebar keseluruh sudut tubuh. Meskipun usianya masih muda namun tenaga dalamnya sempurna sekali. Hawa murni bagaikan gulungan ombak disamudera memancar masul ke dalam tubuh orang itu serta bantu memperlancar peredaran darahnya….

Sementara itu It-bun Han Too sudah mulai rasakan keempat anggota badannya jadi beku dan kaku, di bawah desakan hawa murni Pek-li Peng perlahan-lahan ia peroleh kembali kebangatan badan.

Kurang lebih sepentanak nasi kemudian, air muka It-bun Han Too yang pucat pias bagaikan mayat itu bersemu merah kembali ia tarik napas panjang panjang.

Menyembuhkan luka dengan cara mengerahkan tenaga dalam merupakan pekerjaan yang paling membuang tenaga, walaupun baru sepertanak nasi lamanya namun Pek-li Peng sudah basah kuyup oleh air keringat setetes demi setetes peluh tersebut jatuh menetes di atas pakaian It-bun Han Too.

Meskipun dara itu sudah mulai kepaayahan akan tetapi sesudah mengetahui bahwa It-bun Han Too mulai menunjukkan tanda tanda hidup ia tahu, jika pertolongan dihentikan maka uahanya selama ini akan mengalami kegagalan total, karena itu sambil menggertak gigi dia paksakan diri untuk tetap bertahan.

Seperminum teh lamanya kembali sudah lewat, tiba-tiba It-bun Han Too membuka mulutnya dan muntah darah kental, setelah itu sambil membuka mata ujarnya, “Terima kasih atas pertolongan dari nona”

Saking lelahnya Pek-li Peng sudah merasakan matanya berkunang kunang dan kepalanya pusing tujuh keliling menanti It-bun Han Too buka suara ia baru sadar.

“Oooh…, kau telah mendusin!” bisiknya.

“Budi pertolongan yang nona berikan kepadaku tak akan kulupakan untuk selamanya, asal aku tidak mati maka budi ini tentu akan kubalas”

Pek-li Peng menghembuskan napas panjang, dia singkirkan tangan kanannya dari atas dada It-bun Han Too dan berkata.

“It-bun sianseng. jangan hentikan mengerahkan tenagamu, usahakanlah agar darah jangan menggumpal di dalam tubuh, kau sungguh beruntung karena bisa mendusin, aku sudah tak kuat menahan diri..”

Matanya dipejamkan dan gadis itu segera bersemedi untuk mengatur pernapasan sendiri.

Entah berapa lama sudah lewat. ketika Pek-li Peng menyelesaikan semedinya cuaca telah gelap dan malam haripun telah menjelang datang.

Siauw Ling sambil tersenyum berdiri disisinya, sedang It-bun Han Too masih tetap duduk bersemedi.

“Toako, jam berapa sekarang?”tanya Pek-li Peng sambil membereskan rambutnya yang kusut, “kentongan pertama baru saja lewat!”

Pek-li Peng tersenyum.

“Tempo dulu aku selalu beranggapan kepandaian silat yang kumiliki sangat hebat, tetapi sekarang aku baru merasa bahwa diriku sebetulnya ibarat kunang2 ditengah malam buta, kepandaian dan tenaga dalam yang kumiliki masih terbatas sekali, cuma menolong seorang manusiapun aku sudah kehabisan tenaga macam begini…. aaai! aku betul-betul tak berguna!”

“Peng.ji menolong orang dengan menggunakan hawa murni merupakan suatu pekerjaan yang sangat memakan tenaga”

It-bun Han Too yang sedang duduk bersemedi mendadak membuka matanya dan berkata “Tadi napasku sudah kembang kempis dan keempat anggota badanku sudah kaku, andaikata tenaga dalam yang dimiliki nona tidak sempurna dan menolong diriku tepat pada waktunya mungkin mayatku saat ini sudah mendingin….!”

“Apakah engkau merasa berterima kasih sekali terhadap diriku?” tanya Pek-li Peng sambil membelalakan matanya lebar-lebar.

“Nona telah menyalamatkan jiwaku dari lembah kebancuran sudah tentu aku merasa berterima kasih sekali terhadap dirimu” jawab It-bun Han Too dengan sikap yang hormat sekali.

“Kau tak usah berterima kasih kepadaku, asal dikemudian hari jangan memusuhi toakoku lagi hal itu sudah lebih dari cukup!”

“Siau tayhiap berbudi luhur dan bijaksana, Shen Bok Hong kejam dan licik mereka adalah perumpamaan yang kelihatan jelas perbedaannya, tentu saja aku akan berusaha sedapat mungkin untuk membantu Siau tayhiap, apalagi nonapun berharap demikian”

Tiba-tiba Pek-li Peng teringat kembali akan kitab pusaka peninggalan dari Raja Seruling segera ujarnya, “It-bun sianseng, bolehkah aku memohonkan satu persoalan kepadamu?”

“Silahkan nona utarakan, aku pasti akan menyanggupinya tanpa membantah, kau suruh aku terjun ke api aku akan terjun ke api”

“Sungguhkah itu?” tanya Pek-li Peng sambil tersenyum.

“Tentu saja sungguh”

“Bagaimana kalau aku mohon kepadamu agar kitab peninggalan dari Raja Seruling menjadi milik Siau toako dan kau jangan memintanya balik?..”

“Baik! aku akan mengabulkan permintaanmu itu “jawab It-bun Han Too sambil tertawa.

Jawaban yang begitu terus terang dan cepatnya itu seketika membuat Siauw Ling jadi tertegun, ia tak menyangka kalau pihak lawan bersikap demikian relanya.

“It-bun heng, perkataanmu itu muncul dari dasar hati ataukah karena terpaksa oleh keadaan?” seorang lelaki sejati takkan mengangkangi barang milik orang. Aku benar-benar tidak bermaksud untuk mendapatkan kitab pusaka tersebut bagiku sendiri.”

“Perkataanku diucapan dari dasar hati “jawab It-bun Han Too dengan wajah serius. “Bukan saja kitab pusaka peninggalan, dari Raja seruling mulai detik ini akan menjadi milik Siau tayhiap, bahkan pedang pendek yang amat tajam Itupun kuhadiahkan pula untukmu…”

“kenapa?” tanya Siauw Ling dengan hati tercengang.

It-bun Han Too menghela napas panjang, katanya, “Aku sudah tua! sekalipun kitab pusaka peninggalan sepuluh jago yang ada diistana terlarang berhasil kuperoleh tak nanti semua kepandaian itu mampu kupelajari, sejak dulu hingga kini memang sering dijumpai tokoh sakti yang memiliki ilmu silat amat tinggi, namun belum pemah kujumpai ada orang yang bisa panjang umur diri selamanya tak akan mati….”

Dia angkat kepala memandang bintang yang bertaburan diangkasa, kemudian melanjutkan, “Ini tahun umurku sudah mendekati enam puluh tahun, kesehatan badanku mungkin tidak mengijinkan aku untuk memperdalam ilmu silatku lebih jauh, setelah mengalami peristiwa besar ini banyak persoalan yang berhasil kupecahkan banyak masalah yang berhasil kupahami. Bicara terus terang pedang pendek dan kitab pusaka itu sebenarnya tidak kan mendatangkan manfaat apa-apa bagiku”

“It-bun sianseng, kau masih belum terhitung tua!” seru Pek-li Peng setelah mendengar n pembicaraan yang bernada putus asa itu.

“Benar nona, bagi orang yang belajar silat aku memang belum terhitung tua tetapi dasar kepandaian siatku terlalu jelek…”

“Tetapi bukankah engkau sudah membaca banyak buku?” sela Pek-li Peng denga cepat.

It-bun Han Too tersenyum.

“Aku memang sudah membaca banyak buku, membicarakan soal kecerdikan belum tentu aku berada di bawah Shen Bok Hong”

Dia alihkan Sorot matanya ke atas wajah Siauw Ling, lalu melanjutkan, “Sebuah pukulan udara kosong yang dilancarkan Shen Bok Hong telah mengirim diriku ketepi lembah kematian, untung nona Pek li telah selamatkan diriku dari sisi lembah kematian tersebut bicara yang sesungguhnya budi pertolongan ini harus kubalas”

“kau tak usah membalas budi kepadaku. bantu saja Siau toako!” kata Pek-li Peng sambil tertawa.

“Aku memang punya pikiran itu, selama jiwaku belum melayang aku pasti akan membantu Siau tayhiap dan beradu kekuatan dengan Shen Bok Hong, pekerjaan ini merupakan suatu pekerjaan yang mulia dan besar, aku pasti akan berusaha dengan segala kekuatanku untuk menghalangi rencana Shen Bok Hong mengangkangi dunia persilatan, sebab bila ia berhasil dengan rencananya maka dunia persilatan akan selalu diliputi kegelapan… badai pembunuhan tentu akan meraja lela dimana mana

“Jika It-bun sianseng mau membantu, aku merasa berterima kasih sekali…” seru Siauw Ling.

“Saat ini Siau tayhiap merupakan simbol atau lambang bagi kekuatan Bu-tim yang menentang pengaruh Shen Bok Hong. engkau telah mendapat simpatik dan dukungan banyak orang, tetapi kau mesti ingat Shen Bok Hong adalah seorang manusia sadis yang dingin tenang serta memiliki organisasi yang sempurna, ilmu silatnya lihay dan jalan pikirannya sukar diraba orang lain, maka dari itu andaikala Siau tayhiap tak mampu mengorganisasi para jago Bu lim yang bersimpatik dan mendukung dirumu secara baik, kekuatan nereka sukar untuk dipergunakan setiap waktu dalam menentang kekuasaan Shen Bok Hong. Walau aku tak mampu tetapi aku bersedia untuk susunkan siasat bagus bagi Siau tayhiap”

Ia berhenti sebentar lalu sambungnya kembali.

“Cuma sayang setiap peraturan partai besar saling berbeda dan pendapat merekapun tak sama, bila kita tak memiliki rencana yang matang dan sempurna dalam waktu singkat tak akan mendapatkan manfaat apapun. Sebelum menyusun rencana besar itu aku harus coba memikirkannya secara masak dan mendetil… persoalan paling penting yang harus kita lakukan sekarang adalah berusaha untuk merawat luka yang kita derita, Siau tayhiap jika kau percaya dengan diriku mari kita cari dahulu suatu tempat yang tersembunyi untuk merawat luka. Setelah kesehatan kita pulih kembali baru kita bicarakan yang lain”

Jalan pikiran Siauw Ling jauh berbeda dengan jalan pikiran It-bun Han Too, yang di pikirkan saat ini adalah bagaimana caranya mencari suatu tempat yang tersembunyi untuk mempelajari isi kitab pusaka itu agar sampai waktunya kpandaian sakti itu dapat dipergunakan untuk menghadapi Giok-siau long-kun, terutama sekali janji pertemuannya denganGak Siau Cha didasar tebing Toan-hun-gay sudah berada di depan mata

Tentu saja rahasia hatinya ini tidak leluasa baginya untuk diutarakan keluar, setelah termenung sebentar katanya

“Maksud baik It-bun sianseng biarlah kuterima di dalam hati saja. Andaikata aku orang she Siau mampu hidup selama tiga bulan lagi aku pasti akan berkunjung sendiri kerumah sianseng dan mohon petunjuk darimu…!”

It-bun Han Too tertegun, bibirnya bergerak hendak menanyakan persoalan itu namun akhirnya ia batalkan niatnya itu.

“Sejak dahulu aku orang she Siau sudah kagum dengan kecerdikan diri sianseng “ ujar Siauw Ling lebih jauh, “dalam perjuanganku melawan Shen Bok Hong aku pasti akan minta bantuanmu, apakah kita dapat menetapkan janji untuk bertemu dikemudian hari…”

“Maksudmu bertemu setelah tiga bulan mendatang?” tanya It-bun Han Too cepat.

“Tidak salah paling sedikit harus lewat tiga bulan!”

“Baiklalh tiga bulan mendatang aku akan menantikan kehadiranmu di depan kuil Leng in-si ditepi telaga See ou selama sebulan. Jika dalam waktu satu bulan Siau tayhiap tidak datang maka aku akan mencukur rambut jadi hweesio dan selama hidup akan menetap dikuil Leng-in-si.

“Asal aku tidak mati, janji itu pasti kan kupenuhi”

“Baiklah, kita tetapkan demikian saja”

“Nah…sampai jumpa!”

Ia bangkit untuk menjura lalu putar badan dan berlalu dari tempat itu.

Dari langkahnya yang sempoyongan Siauw Ling tahu kalau luka dalam yang dideritanya parah sekali, segera serunya

“Sianseng, langkahmu gontai dan tidak tetap. bagaimana kalau kuantar dirimu beberapa jiuh?”

“Tak usah” tampik It-bun Han Too sambil tertawa. “aku percaya masih mampu untuk turun dari bukit ini, Siau tayhiap tempat ini tak baik untuk ditinggali terlalu lama. Lebih baik cepatlah berlalu dari sini”

“Jika aku bersikeras mengantar dia, mungkin tindakanku akan mengundang rasa tak senang hati di dalam hatinya, lebih baik biarlah ia pergi sendiri…” pikir Siauw Ling.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar