Budi Ksatria Jilid 08

Jilid: 8

Belum pernah Siauw Ling mengalami keadaan seperti ini, ia kuatir kalau tebakannya meleset dan rencananya gagal total…. tapi semakin hatinya tidak tenang perasaannya makin tegang dan keringat dinginpun tanpa terasa mengucur keluar tiada hentinya.

Setelah menatap wajah It-bun Han Too beberapa saat lamanya, ia menjawab dengan suara lirih

“Dua biji!”

Wajah It-bun Han Too masih tetap tenang seperti sedia kala, dia alihkan sorot matanya ke atas wajah Shen Bok Hong dan menegur, “Bagaimana dengan Shen Toa Cungcu?”

“Tiga biji”

Perlahan-lahan orang she It-bun itu membuka genggaman tangan kanannya dan berseru, “Silahkan kalian berdua memeriksa dengan teliti!”

Ketika semua orang alihkan sorot matanya ke arah genggaman It-bun Han Too maka terlihatlah di atas telapak hanya terdapat sebiji mata uang belaka, air muka Siauw Ling kontan berubah hebat dan hatinya terasa berdebar sangat keras.

“Harap kalian berdua periksa uang ini dengan seksama” kembali It-bun Han Too berseru sambil menyerahkan mata uang tadi ketangan Siauw Ling.

Si anak muda itu menerima mata uang tadi dan diperiksa dengan seksama, tidak salah mata uang tersebut memang hanya sebiji. Ia menghela napas dan berseru, “It-bun sianseng, rupanya engkau yang bemasib mujur dan berhasil menangkan kitab pusaka itu!”

“Itu musti salahkan nasib kamu berdua yang kurang beruntung!” sahut orang she It-bun sambil tersenyum, dia ambil kitab pusaka itu dari atas pembaringan dan segera masukkan ke dalam sakunya.

“Siau tayhiap, kalau dilihat dan rasa kecewa yang menyelimuti wajahmu rupanya engkau sangat tidak puas dengan pertaruhan ini?” seru Shen Bok Hong, “eeei….. It-bun sianseng, aku lihat sekalipun aku tak ada hasrat Siau tayhiap pasti tak akan melepaskan dirimu dengan begitu saja”

It-bun Han Too mendengus, dia alihkan sorot matanya ke atas wajah pemuda itu sambil katanya, “Siau tayhiap aku lihat kitab pusaka peninggalan dari Thio Hong ini agaknya penting sekali bagimu bukankah demikian?”

“Sekalipun setiap orang suka harta, tapi jalannya harus jujur dan pakai aturan, aku memang mengakui bahwa kitab pusaka peninggalan dari Thio Hong amat penting bagi aku orang she Siau, tapi kau tak usah kuatir aku orang she Siau tak akan merampasnya dengan cara yang tidak wajar atau tidak jujur!”

“Haaahh….haaaah….haaaah……” It-bun Han Too tertawa terbahak bahak, “sekarang apa yang musti kita lakukan?”

“ Kedatangan kita sudah didahului orang lain sehingga membuat nilai dari istana terlarang hilang sama sekali aku rasa tidak perlu kita berdiam terlalu lama lagi di tempat ini “seru Shen Bok Hong.

“Kalau memang begitu mari kita keluar dulu dari ruang bawah tanah ini…” kata It-bun Han Too, dengan langkah lebar ia segera berjalan keluar lebih dahulu dari sana.

Kim Hoa Hujin tiba-tiba mempercepat langkahnya mendahului It-bun Han Too, serunya, “It-bun sianseng harap engkau berjalan ditengah saja!”

Dua langkah ia mempercepat tindakannya dan segera berebut di depan orang itu.

Siauw Ling dengan ketat membuntuti dibelakang It-bun Han Too dan Shen Bok Hong berjalan dipaling belakang.

Dalam waktu singkat para jago telah keluar dari ruang bawah tanah dan tiba kembali diruang tengah.

Di tempat itu keadaan dan suasana masih tetap seperti sedia kala. Kecuali jenazah dari Tam In Cing, enam sosok jenazah lainnya masih tetap berada di tempat semula.

It-bun Han Too memandang sekejap wajah para jago, kemudian berkata, “Silahkan saudara saudara sekalian keluar lebih dahulu dari ruangan ini aku akan tetap tinggal disini untuk membereskan lebih dahulu beberapa sosok jenazah itu”

Shen Bok Hong segera tertawa dingin.

“It-bun heng, apakah engkau akan tetap tinggal di dalam istana terlarang untuk mempelajari lebih dahulu isi kitab dari buku peninggalan Thio Hong tersebut?” setelah berhasil mempelajari kepandaian lihay baru keluar dari Istana Terlarang?”

“Shen Toa Cungcu terlalu banyak curiga sekalipun kepandaian silat yang kumiliki amat cetek tak nanti aku suka tetap tinggal di dalam Istana Terlarang, kau anggap aku sudah bosan hidup dan ingin mencari kematian buat diri sendiri?”

“Aku tidak percaya tanpa petunjuk dari sianseng, maka kita semua tak bisa keluar dari Istana Terlarang ini…..” seru Siauw Ling, dia keluarkan tangan kanannya dan berseru kembali, “bawa kemari!”

“Siau tayhiap, apa yang kau kehendaki?”

“Tak usah gelisah atau tegang, aku bukan meminta kitab pusaka tersebut… ayoh kembalikan anak kunci Istana Terlarang tersebut!”

“Ketika masuk ke dalam istana terlarang tadi bukankah suatu pertarungan sengit telah terjadi? aku rasa Siau tayhiap menyaksikan mata kepala sendiri bukan?”

“Kunci tersebut telah hilang ketika sedang berlangsungnya pertarungan sengit itu!”

“Toako, jangan percaya dengan perkataannya…. dia bohong!” seru Pek-li Peng dengan gusar, “kalau ia tak dapat mengembalikan anak kunci tersebut kita rampas kitab pusaka peninggalan dari Thio Hong itu sebagai barang jaminan!”

Air muka Siauw Ling berubah jadi dingin dan amat serius, katanya, “Ketika pertarungan sedang berlangsung kami berdualah yang bertempur melawan Shen Bok Hong, sedang It-bun sianseng dengan leluasa membuka pintu istana tersebut kendati pertarungan yang berlangsung amat seru aku rasa kejadian itu sama sekali tak ada hubungannya dengan diri sianseng apakah kau anggap aku orang she-Siau tak sanggup membunuh orang maka kau hendak bermain setan dengan diriku?”

It-bun Han Too tertawa panjang.

“Haaahh…haaah…haaah…semua perkataan yang kuucapkan adalah jujur dan sebetulnya, bila Siau tayhiap tak mau percaya…apa yang bisa kulakukan lagi?”

“It-bun sianseng kau banyak akal dan jadi orang terlalu licik, perkataanmu sukar untuk membikin hatiku jadi percaya….kalau kau tidak mengembalikan anak kunci istana terlarang kepadaku, terpaksa aku harus membinasakan dirimu untuk melampiaskan rasa mangkel dan mendongkol dalam hatiku sambil berseru perlahan-lahan pemuda itu angkat telapak kanannya keudara.

Kita toh sudah masuk ke dalam Istana Terlarang? apa gunanya kunci tersebut? benda itu toh sudah tak berhanga sama sekali? kenapa kau bersikeras untuk minta kembali? lagi pula yang lebih penting sebelum kedatangan kita kan sudah ada orang lain yang mendahului kita semua, dan orang itu bisa masuk kemari tanpa meuggunakan anak kunci Istana Terlarang. Andaikata kunci itu masih ada aku pasti akan mengembalikannya kepadamu…”

Dalam hati Siauw Ling segera berpikir, “Perkataan ini sedikitpun tidak salah, rahasia istana terlarang telah terbongkar, yang masih tertinggal disitu cuma beberapa sosok jenazah dari jago-jago lihay itu… aku rasa sejak kini sudah tak ada orang lagi yang berhasrat untuk memasuki istana terlarang, kalau memang begitu apa gunanya kunci wasiat itu?”

Pek-li Peng yang selama ini berada disisinya mendadak berseru, “Perduli kunci wasiat itu berapa besar nilainya, yang penting benda itu milik kami, jika kau telah menghilangkannya maka kau berkewajiban untuk mengganti, bukan begitu It-bun sianseng?”

“Di kolong langit mungkin hanya terdapat sebuah anak kunci wasiat sebelum benda itu berhasil kutemukan kembali, darimana aku bisa mengembalikanyya kepadamu?”

“Kalau memang begitu ayoh serahkan kitab pusaka peninggalan dari Thio Hong itu kepada kami sebagai barang jaminan, setelah engkau mengembalikan anak kunci istana terlarang kepada kami, kitab tersebut baru akan kukembalikan kepadamu”

Meskipun Siauw Ling sendiri tahu kalau It-bun Han Too orangnya licik banyak akal dan cendik, dan tahu pula kalau delapan puluh persen anak kunci rahasia tersebut sama sekali tidak hilang, namun ia tak dapat menebak apakah kegunaan dari anak kunci tersebut sehingga ia bersikeras untuk menyembunyikannya.

ooooOoooo

SEMENTARA itu It-bun Han Too telah berkata kembali, Apakah kalian tidak merasa tindakan kamu berdua terlalu jahat dan kelewat batas? masa aku hilangkan anak kunci itu tanpa sengaja dan kalian segera minta kitab pusaka itu sebagai barang jaminan?”

Kau tak usah banyak bicara, asal anak kunci istana terlarang dikembalikan kepadaku kitab ini segera kukembalikan kepadamu!”

Rupanya It-bun Han Too benar-benar terdesak hingga tak bisa berbuat apa-apa lagi, perlahan-lahan dia merogoh sakunya dan ambil keluar kitab pusaka itu, ujarnya, “Bagi kita orang Bu-lim janji dan kepercayaan adalah nomor satu di atas segala-galanya. Setelah aku hilangkan anak kunci istana terlarang memang sepantasnya kalau benda itu harus kuganti. Baiklah… sebelum anak kunci tersebut berhasil kutemukan, kitab ini kutitipkan kepada kalian sebagai barang jaminan, harap Siau tayhiap suka menerimanya!”

Meskipun dalam hati Siauw Ling ingin sekali menerima kitab itu, tetapi dia merasa sungkan dan malu untuk menyambutnya. Untuk beberapa saat pemuda itu jadi bingung dan tak tahu apa yang musti dilakukan.

Pek-li Peng tidak mau berpikir terlalu jauh, dengan cepat dia ulurkan tangannya hendak menerima kitab tersebut.

Akan tetapi dengan cepat It-bun Han Too menarik kembali tangannya sambil berseru, “Akan kuserahkan sendiri ketangan Siau tayhiap!”

“Kenapa? serahkan kepadaku toh sama saja?”

It-bun Han Too menggeleng berulang kali. “Siau tayhiap adalah seorang lelaki sejati yang bisa dipercaya setiap perkataannya, aku harus serahkan sendiri kepadanya karena hanya dia seorang yang bisa dipercaya!”

Siauw Ling dibuat apa boleh buat terpaksa ia ulurkan tangannya untuk menyambut kitab tersebut.

Ketika memegang sampai setengah jalan, It-bun Han Too tak melepaskan kitab tersebut dengan begitu saja, kembali katanya, “Siau tayhiap, andaikata anak kunci istana terlarang berhasil kutemukan kembali, apakah kitab pusaka ini dapat kutukarkan dengan benda itu?”

“Tentu saja boleh!”

“Baik aku percaya dengan perkataan Siau tayhiap, silahkan engkau terima kitab pusaka itu sebagai barang jaminan!”

Sambil berkata ia segera melepaskan cekalannya dari mundur dua langkah ke belakang.

Siauw Ling menerima kitab pusaka peninggalan dari Thio Hong itu dan segera dimasukkan ke dalam saku.

Selama ini Shen Bok Hong hanya menyaksikan semua kejadian itu dengan pandangan dingin dari mulut membungkam, menanti Siauw Ling sudah memasukan kitab pusaka tersebut ke dalam sakunya Ia baru menengadah dan tertawa terbahak bahak.

“Shen Toa Cungcu, persoalan apa yang menggelikan hatimu?” tegur Siauw Ling dengan suara dingin

Shen Bok Hong tidak menjawab, ia berpaling memandang sekejap ke arah Kim Hoa hujin dan Tong Lo Thay-thay, kemudian serunya, “Ayoh kita keluar lebih dahulu dari ruangan ini!” sambil berkata dia melangkah pergi lebih dahulu.

Kim Hoa Hujin serta Tong Lo Thay-thay segera menyusul dibelakang Cungcu dari perkumpulan Pek Hoa Sanceng itu dan ikut keluar dari ruangan tersebut.

Pek-li Peng segera menowel ujung baju Siauw Ling sambil bisiknya.

“Ayoh, kita juga ikut keluar…..”

Tanpa menunggu jawaban dia melangkah keluar lebih dahulu dari tempat tersebut.

Dalam waktu singkat dalam ruangan tersebut hanya tinggal It-bun Han Too seorang diri.

Terhadap alat-alat rahasia yang dipasang di sekitar ruangan itu rupanya dia telah menguasainya, ketika alat rahasia digerakkan maka keenam sosok jenazah itupun segera tenggelam kembali dibalik ruang rahasia yang ada dibelakang dinding.

Dalam pada itu Shen Bok Hong dengan membawa Kim Hoa Hujin dan Tong Lo Thay-thay serta Siauw Ling dengan membawa Pek-li Peng telah menanti ditengah halaman kurang lebih empat lima depa diluar ruangan tersebut.

Sejak keluar dari ruangan Tong Lo thaythay telah memungut kembali toya Siau ciang milik Shen Bok Hong yang dipergunakan untuk menghantam dinding batu tadi.

Kurang lebih sepertanak nasi kemudian It-bun Han Too baru muncul kembali sambil berkata.

“Alat rahasia yang dibangun oleh si Ahli bangunan bertangan sakti benar-benar hebat dari luar biasa sekali, walaupun sudah terpaut selama puluhan tahun lamanya ternyata alat-alat rahasia itu masih bisa bejjalan seperti sedia kala, agar jenazah dari beberapa orang tokoh sakti itu tidak mengalami kerusakan aku telah mengembalikanyya ke tempat semula….kalian tentu tidak terlalu lama menunggu bukan?”

Shen Bok Hong tertawa rawan, bibirnya bergerak seperti mau mengucapkan sesuatu tapi akhirnya ia membatalkan kembali maksudnya.

“Sekarang apakah It-bun Sianseng masih ada pekerjaan lain?” tanya Siauw Ling.

“Sudah tak ada lagi, mari kita segera berangkat” seru It-bun Han Too, ia merogoh keluar pedang pendeknya dan segera melagkah ke arah luar.

“It-bun heng” kata Shen Bok Hong kemudian, dalam perjalanan kita mengunjungi Istana Terlarang kali ini. Satu satunya orang yang berhasil mendapatkan hasil yang lumayan hanya It-bun heng seorang, bukan saja kau berhasil menangkan sebilah pedang musitaka yang tajam sekali, bahkan menangkan pula kitab pusaka peninggalan dari raja Seruling Thio Hong, dengan keerdikan serta dasar ilmu silat yang kau miliki sekarang, aku rasa sepuluh tahun lagi engkau pasti akan sudah dapat menguasai seluruh isi kitab pusaka tersebut

“Sayang aku telah menghilangkan anak kunci istana terlarang milik Siau tayhiap, kejadian itu memaksa aku terpaksa harus serahkan kitab pusaka itu sebagai

barang jaminan, andaikata anak kunci itu tak dapat kutemukan, berarti pula kitab pusaka itu tak dapat kuminta kembali”

Shen Bok Hong tertawa dingin.

“It-bun heng” jengeknya, “rencanamu itu mungkin bisa mengelabuhi orang lain. tapi jangan harap bisa mengelabuhi diriku”

It-bun Han Too tidak banyak bicara lagi, dia percepat langkahnya menuju kedepan.

Para jago pun segera menyusul dari belakangnya dan melewati jalan yang semula untuk menuju ke pintu istana.

Rupanya It-bun Han Too telah menguasai jalan keluar dari istana tersebut, perjalanan dilakukan amat cepat sekali hingga membuat Shen Bok Hong dan Siauw Ling sekalian tak mampu menyaksikan pemandangan disekeliling tempat itu.

Tidak selang beberapa saat kemudian, sampailah para jago di depan pintu gerbang Istana Terlarang.

Sambil menghentikan langkah kakinya It-bun Han Too berkata, “Di depan pintu gerbang Ahli bangunan bertangan sakti Pau It Thian telah memasang suatu alat rahasia yang amat keji dan jahat sekali, saat ini kita semua sedang berdiri di dalam lingkungan pengaruh alat rahasianya itu, asal alat tersebut tersentuh dan menunjukkan kehebatannya maka tidak ampun lagi kita berenam bakal mati konyol di tempat itu. ..”

Sementara itu para jago berdiri ditengah kegelapan yang amat mencekam seluruh ruangan, sekalipun telah menggunakan segala ketajaman matanya paling banter mereka cuma dapat melihat daerah seluas dua depa belaka.

Shen Bok Hong segera mendehem dan bertanya, “Alat rahasia apakah yang kau katakan sebagai amat lihay itu?”

“Di atas batok kepala kita dan sekitar kiri kanan dinding ruangan ini telah terpasang suatu alat penyembur senjata rahasia yang amat kuat, bila alat rahasia itu tersentuh maka daerah seluas dua tombak akan terkurung di bawah hujan jarum beracun yang amat rapat dan lebat….”

Ia berhenti sebentar kemudian lanjutnya.

“Kecuali jarum beracun, di tempat ini terdapat pula alat rahasia yang mengendalikan dua buah pintu yang membendung aliran air diperut bumi, andaikata tombol rahasia itu sampai tersentuh sehingga pintu rahasia terbuka. maka air bah dengan dahsyatnya akan mengalir masuk ke dalam ruangan ini serta menenggelamkan kita semua, dalam keadaan begitu sekalipun kita tidak mati terhajar oleh jarum beracun, kitapun akan mati teuggelam oleh air bah yang maha dahsyat itu”

“Sungguhkah akan terjadi peristiwa semacam itu?” tanya Shen Bok Hong dengan sangsi.

“Baik kalau Shen Toa Cungcu tidak percaya, bagaimana kalau kita buktikan bersama?”

“Bukti sih tak perlu” sahut Shen Bok Hong dengan cepat. “It-bun heng, lebih baik cepatlah berusaha untuk membuka pintu gerbang istana ini, agar kita semua bisa cepat-cepat lolos dari tempat ini”

“Bagi diriku menyentuh tombolt rahasia tersebut atau keluar dan Istana Terlarang, nasib yang akan kuterima adalah sama saja”

“Apa maksud perkataanmu itu?”

It-bun Han Too menengadah dan tertawa tergelak.

“Haaah…haaah…haah… kalau pikiran Siau tayhiap hanya ditujukan pada kitab pusaka peninggalan dari Thio Hong, maka Shen Toa Cungcu berpikiran untuk mencabut selembar jiwaku, kalian berdua sama-sama memiliki ilmu silat yang amat lihay. Perduli siapapun yang turun tangan aku tetap bukan tandingan, bukankah hanya jalan kematian saja yang bakal kuhadapi?”

“It-bun beng terlau banyak curiga, bagaimanakah jalan pikiran Siau tayhiap aku tak tahu, yang jelas adalah diriku sendiri, aku sama sekali tak ada minat untuk mencabut selembar jiwa It-bun heng!

“Sungguh perkataan dari Toa Cungcu itu?” seru It-bun Han Too menegaskan.

“Tentu saja sungguh!”

“Tapi kedengarannya tak masuk diakal dan sukar untuk membuat hati orang percaya!”

“It-bun heng, apa yang kau kehendaki sehingga bisa mempercayai perkataanku?”

“Kecuali kalau Shen Toa Cungcu angkat sumpah dan menyatakan kalau dalam tiga hari mendatang engkau tiada bermaksud mencelakai jiwaku disamping itu kau serta anggota perkampungan Pek Hoa Sancengmu tidak akan merintangi gerak-gerikku…”

“Bagaimana setelah tiga hari?”

“Setelah tiga hari? terserah kemauan Shen Toa Cungcu, kau bebas hendak melakukan segala apapun!”

“Jadi kalau begitu setelah tiga hari aku boleh mencabut jiwamu setiap saat?”

“Aku mempunyai waktu selama tiga hari untuk berusaha meloloskan diri, aku percaya dalam jangka waktu itu aku masih mampu untuk menghindarkan diri dari pengejaran Shen Toa Cungcu, bila kita saling bertemu lagi dikemudian hari siapa menang siapa kalah saat ini masih susah untuk ditetapkan”

Shen Bo Hoog tertawa dingin.

“It-bun heng, kau terlalu percaya pada diri sendiri…baik! kukabulkan permintaanmu itu”

“Haaah…. haaah…. haaaah,” It-bun Han Too tertawa terbahak bahak, “dengan kedudukan dan nama besar Shen Toa Cungcu didunia persilatan, aku percaya engkau tidak akan mengingkari janji dari menjilat ludah sendiri lagi.”

Sementara pembicaraan masih berlangsung, cahaya sang surya telah menerobos masuk ke dalam ruangan itu, ternyata pintu gerbang istana terlarang telah terbuka.

Shen Bok Hong mengepos tenaga dan segera meloncat keluar lebih dahulu. Serunya, “Aku akan membuka jalan!”

Kim Hoa Hujin dengan iImu menyampaikan suara segera berbisik kepada Siauw Ling, “Saudara Siau baik baiklah berjaga diri bilamana perlu aku bisa pertaruhkan jiwaku untuk menolong engkau”

Siauw Ling merasa amat terharu, dia ingin mengucapkn sepatah dua patah kata yang mengandung nada terima kasih, tetapi Hoa Hujin telah menyusul dibelakang Shen Bok Hong keluar dari istana terLarang.

Orang ketiga yang menyusul keluar dari Istana terlarang adalah Tong Lo Thay-thay, dalam genggamannya dia masih tetap membawa toya siang ciang yang besar dan berat itu.

Sementara itu tengah hari baru menjelang tiba, sang surya memancarkan sinarnya menerangi seluruh jagad. Tampaklah tiga sosok bayangan manusia meluncur keluar dari pintu istana dan melayang turun dari tebing curam itu.

Sementara Siauw Ling hendak menyusul keluar. Tiba-tiba It-bun Han Too menghalangi jalan perginya sambil berkata, “Sia tayhiap, aku ada beberapa patah kata hendak dibicarakan dengan dirimu… apakah kau bersedia untuk mendengarkan”

“Persoalan apa?”

“Tahukah kau mengapa Shen Bok Hong berebut untuk meloncat keluar lebih dahulu dari istana terlarang?”

Meskipun dalam hati pemuda itu agak paham, namun ia tetap berlagak pilon, ujarnya, “Aku tidak begitu paham….”

“Dia hendak mengumpulkan segenap kekuatan yang dimilikinya untuk mengepung sekitar tebing ini, Siau tayhiap dengan disaku menggembol barang pusaka rasanya bukan suatu pekerjaan gampang untuk keluar dari tempat ini dalam keadaan selamat, aku rasa suatu pertempuran sengit tak dapat dihindarkan lagi”

“Itukah alasannya kenapa sianseng serahkan kitab pusaka peninggalan dari Thio Hong itu kepadaku?”

“Selama masih berada di dalam istana terlarang, terpaksa aku harus berdiri diantara Shen Bok Hong dengan dirimu, sebab hanya dengan cara inilah aku bisa mempertahankan keselamatan jiwaku” ujar It-bun Han Too dengan wajah serius.

“Aku rasa tujuan yang sebenarnya dari sianseng adalah mengharapkan diriku melangsungkan suatu pertarungan yang amat Seru melawan Shen Bok Hong sedang engkau sendiri akan menjadi nelayan yang beruntung bukankah begitu?”

“Meskipun tempo dulu aku mempunyai tujuan untuk berbuat begitu, lapi sekarang rencana tersebut sudah lewat, dewasa ini yang kita butuhkan adalah suatu kerja sama yang keras untuk bersama-sama menanggulangi krisis yang sedang kita hadapi bersama saat ini”

Pek-li Peng mendengus dingin.

“Hmmm..! kau licik dan perkataanmu tak bisa dipercaya. Bekerja sama dengan dirimu bukankah berarti pula berkawan dengan srigala?” jengeknya sinis.

“Situasi yang sedang kita hadapi saat ini amat kritis dan satu-satunya jalan untuk mengatasi bahaya tersebut adalah bekerja sama, ketahuilah meskipun ilmu silat yang kalian miliki sangat lihay, akan tetapi kalian cuma dua orang”

“Darimana engkau bisa rahu kalau kami hanya dua orang saja?” kembali Pek-li Peng menukas.

It-bun Han Too tertegun, kemudian ujarnya, “Meskipun kalian sudah siapkan jago lihay di sekitar tempat ini dan mereka akan segera menyongsong kemari setelah melihat tanda rahasia, tetapi jumlah orang orangmu masih belum bisa melampaui banyaknya jago dari pihak Shen Bok Hong. Aku sendiri walaupun dalam ilmu silat mungkin tak bisa membantu kalian berdua, tetapi dalam soal akal dan siasat rasanya ku masih dapat menyumbangkan tenaga”

“Bukankah antara engkau dengan Shen Bok Hong telah melakukan perjanjian yang mana dia tak akan mencabut jiwamu di dalam tiga hari mendatang? aku rasa tiga hari adalah jangka waktu yang cukup lama bagimu untuk melarikan diri…” ujar Siauw Ling.

It-bun Han Too segera tertawa hambar.

“Kau anggap Shen Bok Hong bisa menepati janjinya? kau anggap iblis itu adalah seorang jago yang bisa dipercaya ucapannya? Siau-tayhiap, jika engkau mengijinkan aku untuk bekerja sama dengan kalian dalam menanggulangi situasi yang krisis ini, akupun bersedia utituk membagi rata kitab pusaka dari raja seruling itu secara merata!”

“Kau toh sudah menghilangkan kunci wasiat milik toakoku, kitab pusaka ini telah diberikan kepada kami sebagai barang jaminan, kau kira dirimu masih punya hak untuk mendapatkan kembali kitab tadi?” omel Pek

li Peng dengan cepat.

It-bun Han Too tersenyum, perlahan-lahan dari sakunya dia ambil keluar anak kunci wasiat itu dan berkata kembali, “Tadi toh sudah kukatakan kalau anak kunci wasiat ini telah terjatuh di pintu istana terlarang. Nah, sekarang sudah kutemukan kembali harap Siau tayhiap suka memeriksa dengan seksama, benarkah kunci itu adalah kunci yang asli atau bukan”

“Kunci itu toh selamanya berada dalam sakumu, kenapa kau bilang telah hilang?”

“Siau tayhiap kita ada perjanjian dimuka aku rasa engkau tak akan mengingkari janji bukan?”

Dengan teliti Siauw Ling periksa kunci wasiat tersebut. Setelah mengetahui bahwa kunci itu asli, ia segera menghela napas panjang, katanya

“It-bun sianseng, bagaimana caranya kita miliki bersama kitab pusaka peninggalan dari Rasa Seruling Thio Hong ini?”

“Kita membagi kitab pusaka ini jadi dua bagian, lalu dengan cara berunding kita tentukan siapa pemenangnya siapa menang dia pilih lebih dulu, bagaimana setuju bukan?”

“Mulai kapan kita bagi kitab pusaka ini?” dari pertanyaan tersebut jelaslah sudah kaIau Siauw Ling telah bersedia untuk bekerja sama dengan It-bun Han Too.

“Aku percaya dengan diri tayhiap. Soal membagi rata kitah pusaka itu aku rasa lebih baik dilakukan setelah kia berhasil pukul mundur Shen Bok Hong dan keluar dari tempat ini”

Sambil menyingkir kesamping sambungnya,

“Siau tayhiap boleh turun lebih dahulu tapi hati-hatilah.. jangan sampai kena diserang oleh mereka”

“Terima kasih atas petunjukmu!”

Sesudah mengepos tenaga ia loncat keluar dari pintu istana dan merambat turun dari dinding batu, sedikitpun tidak salah Shen Bok Hong dengan membawa para jago lihaynya telah menghadang di tempat itu.

Siauw Ling memandang sekejap ke arah depan. Ia lihat di tempat itu kecuali terdapat Kim Hoa Hujin serta To Lo Thay-thay sekarang terdapat pula Cin Can Liong, Kiam bun-siang-ing. yang terdiri dari pedang pengejar angin Pay Pek-li serta pedang tanpa bayangan Tam Tong, Kanglam su kongcu yang terdiri dari segulung angin Thio Peng, bunga lima racun Ong Kiam, salju bulan keenam Lie Poo serta rembulan di atas sungai Tio Kong.

Kemunculan Kanglam Su kongcu yang berdiri dipihak Shen Bok Hong sangat mencengangkan hati Siauw Ling, ia sapu sekejap wajah keempat orang itu kemudian tegurnya dengan suara dingin, “Sungguh tak nyana duina ini amat sempit sehingga dimanapun kita harus bertemu muka, sampai-sampai disinipun kita kembali saling berjumpa”

Empat kongcu dari wilayah Kanglam itu saling bertukar pandangan, sekejap kemudian menjawab, “Siau tayhiap, sejak perpisahan apakah engkau berada dalam keadaan baik baik?”

Siauw Ling tidak menggubris keempat orang itu lagi, sambit menatap wajah Shen Bok Hong ujarnya dengan ketus, “Shen Toa Cungcu, kau dengan membawa begini banyak jago datang menghalangi jalan pergiku, tolong tanya apa maksudmu?”

Shen Bok Hong tertawa ewa.

“Sekarang kita semua toh sudah keluar dari Istana Terlarang, aku rasa perjanjian yang kita buat sewaktu masih berada di dalam Istana Terlarang sudah tidak berlaku lagi

“Lalu apa maksud Shen Toa Cungcu?”

Dalam pada itu Pek-li Peng serta It-bun Han Too telah merambat turun pula dari atas tebing curam.

Dengan air muka serius dan kereng Shen Bok Hong menjawab.

“Siauw Ling, aku dengan senang hati berharap akan kedatanganmu untuk mengunjungi perkampungan Pek Hoa Sanceng lagi. Persoalan dimasa silam tak nanti akan kuungkap kembali”

“Maksudmu aku disuruh membantu engkau berbuat kejahatan dan merajai dunia persilatan?”

“Apa salahnya kalau dunia persilatan berada di bawah kekuasaanku? …” Shen Bok Hong balik bertanya.

Siauw Ling mendengus dingin.

“Sejak jaman dahulu kala hingga kini entah berapa banyak orang yang mempunyai ambisi untu merajai jagad, tapi belum pernah kudengar ada seorang manusiapun yang berhasil mencapai harapannya, Toa Cungcu tanganmu sudah penuh berlelepotan darah dosa dan kejahatan yang kau lakukan sudah bertumpuk tumpuk …..,”

“Tutup mulut!” bentak Shn Bok Hong.

Siauw Ling tertawa dingin. ia tidak menggubris bentakan dari gembong iblis iu, dengan suara lantang sambungnya lebih jauh

“Memandang di atas wajah kita pernah angkat saudara, asal engkau rela membubarkan kekuatanmu diperkampungan Pek Hoa Sanceng dan berjanji tak akan berbuat kejahatan lagi serta tobat dari dosa doamu aku orang she-Siau bersedia untuk tampi kedepan umum dari mewakili dirimu untuk memberi penjelasan kepada umat bu-lim, akupun bersedia untuk mendesakkan pengampunan bagi dosa dosamu yang lampau, sehingga tak ada orang yang mencari balas dengan dirimu lagi…”

Shen Bok Hong menengadah dan tertawa seram, begitu keras suara tertawanya hingga menukas ucapan Siauw Ling yang belum selesai.

“Aku sudah bosan mendengar ocehanmu itu!” bentaknya.

“Bagus sekali, aku harap engkau suka berpikir dengan matang!”

Shen Bok Hong tak malu disebut sebagai pemimpin dari suatu golongan kekuatan yang besar, hanya sebentar saja ia berhasil menguasai diri kembali, katanya

“Siauw Ling saat ini engkau sudah terdesak di tempat yang terpencil dan bahaya, aku tak ingin ribut dengan engkau lagi dan lagi pula dengan kekuatanmu seorang tak nanti situasi dalam Bulim bisa kau rubah, Hmmm! orang she-Siau, ini hari kau sudah tak bisa keluar dari lembah ini lagi dalam keadaan selamat”

Siauw Ling berpaling dan memandang sekejap ke arah Pek-li Peng serta It-bun Han Too, melihat kedua orang itu sudah berada disamping kiri dan kanannya dalam keadaan bersiap siaga, Ia segera berkata.

“Kalau berbicara tentang kekuatan yang dimiliki Shen Toa Cungcu saat ini, aku rasa belum tentu kekuatan ini jauh lebih ampuh daripada kekuatan Cungcu sewaktu terjadi pertempuran sengit diperkampungan Pek Hoa Sanceng tempo dulu”

“Tempo hari sengaja kulepaskan dirimu dari ancaman maut karena aku merasa sayang sekali terhadap dirimu itu, aku berharap suatu saat engkau dapat melihat jelas keadaan dari Bu-lim dan balik kembali ke dalam perkampungan Pek Hoa Sanceng. Orang lain mungkin tak tahu duduk perkaranya tapi aku percaya engkau tahu jelas akan hal ini. Kaupun tahu bahwa sebagian besar partai persilatan dalam dunia telah jatuh di bawah cengkeramanku, bila saatnya telah tiba dan aku beri komando maka dalam sekejap mata semua kekuatan dijagad akan musnah dan terjatuh ketanganku”

“Sayang situasi pada saat ini telah berubah” jengek Siauw Ling dengan suara dingin, partai-partai persilatan telah mulai sadar akan bahaya yang mengancam dan bersiap sedia, siapa tahu kalau penghianat-penghianat dalam partai yang berpihak kepadamu sudah berada di bawah pengawasan para jago lihay dari partai pensilatan itu sendiri?”

“Benarkah begitu tentu saja Siauw Ling tak tahu, tetapi Ia tahu menghadapi situasi yang amat kritis seperti ini, makin banyak akal yang dipergunakan makin menguntungkan posisinya, maka pemuda itu berusaha untuk menggempur semangat tempur lawan dengan kata-kata.

Terlihatlah Shen Bok Hong tertegun dan berdiri, termangu-mangu sesudah mendengar perkataan itu, rupanya ucapan tersebut dirasakan sebagai suatu pukulan yang berat bagi gembong iblis itu. Beberapa saat kemudian serunya.

“AsaL usul petugas yang kuutus untuk menyusup ketubuh partai persilatan amat rahasia dan tidak diketahui oleh siapapun, ia pula kedudukan mereka dalam partai amat tinggi, darimana mereka bisa tahu akan rahasiaku itu?”

“Bagus sekali…. pikir Siauw Ling di dalam hati. rupanya dia menganggap perkataanku sungguhan dan persoalan ini telah mempengruhi l jiwanya…”

Berpikir demikian ia lantas berkata lagi.

“Aku toh mengetahui rahasiamu itu, masa orang-orang dari partai persilatan tak bisa tahu!”

“Oooh…jadi rupanya kau sudah mengambil keputusan untuk memusuhi diriku, bahkan tak akan benubah pendirian lagi?” bentak Shen Bok Hong ketus.

“Kecuali kalau engkau suka mendengarkan nasehatku….”

“Siauw Ling”, ujar Shen Bok Hong dengan alis berkerut, “selama ini dantara kita selalu tidak terdapat kesempatan untuk melangsungkan pertarungan sengit, aku lihat ini hari terpaksa aku harus mengukur sampai dimanakah kelihayaanmu itu”

Dari situasi yang menyelimuti itu Siauw Ling sendiripun tahu kalau pertempuran tak dapat dihindari lagi, tentu saja Ia tak mau tunjukkan kelemahan sendiri, sambil mengepos tenaga katanya.

“Mari, setiap saat aku akan melayani tantanganmu itu!”

Ketika itulah tiba-tiba It-bun Han Too maju dua langkah kedepan, sambil memberi hormat katanya.

Shen Toa Cungcu, ketika masih berada di dalam Istana Terlarang tadi bukankah kau sudah berjanji kepadaku untuk melepaskan aku dalam keadaan hidup, apakah janjimu itu masih berlaku atau tidak?”

“Kurang ajar….rupanya orang ini bendak melarikan diri, maki Kim Hoa Hujin dalam hati, aku tidak boleh membiarkan keinginannya itu terkabul…..”

Dengan suara keras segera serunya, “It-bun sianseng, apakah kau ingin berlalu dari sini”

“Apakah hujin dapat memberi keputusan?” It-bun Han Too balik bentanya setelah mendehem sebentar.

“Aku tak dapat mengambil keputusan untuk melepaskan dirimu, tapi aku dapat mengambil keputusan untuk menahan dirimu disini

Ia bereskan rambutnya yang kusut dari melanjutkan, “Silahkan engkau pilih arah mana yang kau tuju, dan cobalah untuk melarikan diri dari sini!”

Rupanya pda saat itu para jago yang dibawa Shen Bok Kong telah mengatur barisan dengan bentuk setengah lingkaran.. kecuali tebing curam diarah belakang empat penjuru telah dijaga oleh jago lihay, kecuali menerjang keluar dengan menggunakan kekerasan tak mungkin bagi ketiga orang itu lolos dengan aman.

Diam diam It-bun Han Too mempertimbangkan kekuatan dari kedua belah pihak, Ia sadar andaikata betul betul terjadi pertempuran maka pihak Siauw Ling tentu akan mengalami kekalahan total, dengan kesempurnaan tenaga dalam yang dimiliki Shen Bok Kong belum tentu Siauw Ling mampu menghadapinya, sedang nona yang berada di samping pemuda itu kendati punya ilmu silat yang Lihay, akan tetapi ia masih belum mampu menghadapi kerubutan dari Kim Hoa Hujin serta Tong Lo Thay-thay apalagi di situ masih ada Cin Cau Liong sekalian jago jago lihay.

Satu satunya kesempatan bagi Siauw Ling untuk melarikan diri adalah bilamana Kim Hoa Hujin serta Tong Loo-thay thay mendadak berubah tujuan dan membantu pemuda itu, dengan tenaga bantuan yang lebih besarlah situasi tersebut barulah dapat ditolong.

Ia pernah menjadi tamu terhormat di dalam perkampngan Pek Hoa Sanceng dan paham pula dengan keadaan perkampngan tersebut, meskipun para jago lihay yang dibawa Shen Bok Hong kali ini termasuk tokoh tokoh yang luar biasa akan tetapi mereka masih belum termasuk kekuatan inti dari perkampungan Pek Hoa Sanceng, diantara beberapa orang itu hanya Kim Hoa Hujin serta Tong Lo Thay-thay lah yang memiliki kepandaian silat paling tinggi.

Setelah mempertimbangkan kekuatan dari kedua belah pihak, maka dalam hatipun It-bun Han Too segera mengambil kesimpulan. Ia merasa sekalipun pihak Siauw Ling agak terdesak dan lebih banyak kalah dari menangnya, tetapi bergabung dengan pemuda itu berarti masih ada kesempatan hidup baginya. andaikata Ia harus menerjang keluar seorang diri, bukan saja sama sekali tiada harapan untuk hidup bahkan sudah jelas pertama-tama dialah yang bakal mati konyol lebih dahulu.

Berpikir sampai disitu dia lantas berkata, “Shen Toa Cungcu harap engkau suka memberikan penjelasanmu”

Shen Bok Hong menengadah dan tertawa terbahak bahak.

“Haaah…haaah… baaah….It-bun heng, kalau engkau ingin pergi silahkan berangkat, aku tak akan menghalangi kepergianmu itu!”

It-bun Han Too segera tertawa dingin.

“Shen Toa Cungcu pribadi mungkin tak akan menghalangi diriku, bagaimana kalau orang lain yang menghadang jalan pergiku? apakah Shen Toa Cungcu mengijinkan?”

“Kim Hoa Hujin datang dari wilayah Biau ia bukan anggota perkampungan Pek Hoa Sanceng kami, lagipula diantara kalian toh pernah terikat dendam pribadi, tentu saja aku tak dapat ikut campur di dalam urusannya”

“Haaah…haaah…haaah… kalau Shen toa.. Cungcu ingin mengingkari janjimu yang dulu, katakan saja secara terus terang dari tak usah berliku liku dengan menggunakan pelbagai macam cara, apakah engkau tidak merasa caramu itu kurang jujur?”

“It-bun heng” kata Shen Bok Kong pula sambil tertawa bambar,” selamanya engkau banyak akal dan licik sekali, ketika aku sudah keluar dari istana terlarang bukankah kau dengan Siauw Ling masih berada disitu beberapa saat, siapa tahu kalau engkau sudah merencanakan siasat apa untuk menghadapi diriku? jika kulepaskan engkau pergi dan kau carikan bala bantuan bagi Siauw Ling, bukankah tindakanku ini ibaratnya melepaskan harimau keluar dari sangkar? untuk tetap menepati janji aku toh sudak bersedia tak akan turun tangan sendiri, itu berarti aku tetah memberikan kebebasan yang besar kepadamu”

“Shen Toa Cungcu tak usah berputar lingkaran untuk mengutarakan maksud hatimu kalau aku tetap berada disini paling sedikit bagi Siauw Ling diriku ini merupakan suatu tenaga pembantu yang berarti….”

“Bagus sekali… bukankah kau serta kawan kawan Bu-lim pada menghormati Siauw Ling sebagai seorang pendekar besar? kalian bisa mati jadi satu, buat kau It-bun Han Too rasanya peristiwa ini merupakan suatu kejadian yang patut dibanggakan!”

It-bun Han Too mendengus dingin, tangan kanannya merogoh ke dalam saku dan ambil keluar pedang pendek yang diperoleh sewaktu berada di dalam Istana terlarang itu, katanya

“Dengan ilmu silat yang kumiliki, tidak pantas kalau pedang mustika semacam ini dipengunakan oleh ku!”

Ia mundur dua langkah ke belakang dari angsurkan pedang pendek itu ketangan Siauw Ling katanya

“Siau tayhiap, ilmu pedangmu sangat lihay dari melebihi orang lain, silahkan engkau terima pedang ini!”

“Orang ini didesak keadaan untuk berbuat demikian pikir Siauw Ling di dalam hati, sedang akupun sedang bersiap siap untuk menghadapi pertarungan sengit, rasanya aku tak pantas untuk menerima pemberiannya itu seolah-olah atas balas jasa sebagai perlindungan yang kuberikan kepadanya… toh dengan kehadirannya disini berarti bantuan bagiku…”

Karena berpikir demikian. untuk beberapa saat lamanya pemuda itu jadi sangsi dan tidak menerima angsuran pedangnya itu.

It-bun Han Too adalah seorang jago kawakan yang banyak pengalaman. Dari sikap Siauw Ling yang ragu-ragu dengan cepat ia dapat meraba apa yang sedang dipikirkan pemuda itu. Sambil tertawa hambar segera katanya.

“Sejak pertama kali tadi aku sudah tahu kalau Shen Toa Cungcu tak akan menepati janjinya, karena itu barusan dia kupaksa untuk buka suara dan menghapus janjinya sendiri, perduli apakah kita bisa lolos dari lembah ini atau tidak, masalah tersebut tentu akan tersiar di dalam dunia persilatan!”

“Perlahan-lahan Siauw Ling menerima angsuran pedang pendek itu, katanya, “Terima kasih It-bun Sian seng, asal aku tidak mati pedang ini tentu akan kukembalikan kepadamu”

“Tak usah kau kembalikan, seru It-bun Han Too sambil menggeleng, aku tak terbiasa menggunakan pedang, anggap saja pedang pendek tersebut sebagai hadiah dariku untuk Siau tayhiap?”

Tanpa melakukan sesuatu aku tak bisa menerima pahala, darimana aku bisa menerima hadiahmu itu?”

“Pedang mustika untuk pendekar, pupur merah untuk wanita cantik, pedang yang tajam justru cocok bagi Siau tayhiap”

Siauw Ling masih ingin menampik, akan tetapi Pek-Li Pong yang berada disampingnya telah berseru.

“Kalau memang begitu, biarlah aku mewakili toako untuk mengucapkan benyak terima kasih kepadamu”

Habis berkata ia segera menjura dalam-dalam.

“Entah siapakah budak cilik ini? batin It-bun Han Too dalam hati, rupanya dia merupakan seorang manusia yang sulit untuk dihadapi”

Meskipun dalam hati Ia merasa amat jengkel karena pemberian pedang mustikanya sama sekali tidak disambut sebagaimana mestinya, tapi diluaran ia bersikap seolah olah tak pernah terjadi sesuatu apapun.

“Nona bicara terlalu serius….” serunya berulang kali.

Sementara itu Shen Bok Hong merasa agak keder setelah menyaksikan Siauw Ling mencekal sebilah pedang pendek yang tajam sekali.

Sejak terjadi bentrokan-bentrokan kecil dengan pemuda itu selama beberapa bulan terakhir, ia merasa ilmu silat yang dimiliki Siauw Ling kian lama kian hebat dan kian merupakan satu teka teki baginya. apalagi setelah melihat pemuda itu mendapat senjata tajam membuat keadaannya ibarat harimau tumbuh sayap. Ia semakin keder lagi. Walaupun begitu diluar ia tetap berlagak tenang dan seolah olah sama sekali tidak gentar.

Menanti Siauw Ling sudah menerima pedang pendek itu, ia baru berkata dengan suara dingin, “Siau tayhiap sudah siap?”

“Sudah siap, sekarang Shen Toa Cungcu boleh turun tangan!”

Shen Bok Hong turun tangan serdiri dia berpaling ke arah Kiam-bun Siang ing lalu berkata.

Setiap hari kalian berdua selalu melatih ilmu pedang, aku rasa sudah sepantasnya kalau kalian minta petunjuk tentang ilmu pedang dari Siau tayhiap.. Nah babak yang pertama ini kalian yang harus turun tangan!”

Walaupun Kiam bun Siang ing gentar dan takut menghadapi Siauw Ling, tepapi mereka tak berani membangkang perintah Shen Bok Hong, setelah bertukar pandangan sekejap dengan pedang tersoren segera maju kedepan.

Dalam hati mereka tahu, kalau harus turun tangan satu demi satu niscaya mereka bakal mati konyol sebaliknya kalau maju berbareng mungkin masih bisa bertahan beberapa jurus, apalagi jumlah kekuatan yang dibawa Shen Bok Hong tidak seberapa banyak. Siapa tahu disaat yang kritis mereka bakal dibantu oleh gembong iblis tersebut.

Ditengah kegentaran muncul pula beberapa bagian pengharapan, dengan jatung berdebar mereka segera terjun ke dalam gelanggang.

Sementara itu It-bun Han Too telah membuat rancangan dari situasi yang dihadapinya saat ini, ia beranggapan pertarungan antara Shen Bok Hong dengan Siauw Ling merupakan kunci terutama dari posisi mereka, andaikata pemuda itu tidak beruntung dan mati di tangan gembong iblis tersebut, maka pertempuran pun tak perlu dilanjutkan lagi, ia serta nona itu hanya berusaha untuk melakukan bunuh diri.

Sebaliknya kalau Siauw Ling yang beruntung dan berhasil merebut kemenangan maka yang sisanya tak usah ditakuti lagi. meskipun jumlah pihak lawan tidak sedikit akan tetapi kunci yang penting justru terletak pada pertarungan babak pertama.

Siapa tahu Shen Bok Hong tidak turun tangan sendiri sebaliknya malah mengutus Kiam bun Siang-ing untuk turun gelanggang lebih dahuhu hal ini jelas menunjukkan kalau pihak lawan hendak melangsungkan pertarungan secara bergilir untuk menghabiskan tenaga Siauw Ling lebih dahulu, kemudian Shen Bok Hong baru menggunakan segenap kekuatan yang dimilikinya untuk membinasakan pemuda itu.

Dengan suara keras ia berteriak, “Shen Toa Cungcu apakah engkau hendak bertempur dengan cara bergilir?..”

Shen Bok Hong tertawa hambar.

“Pertarungan ini mempengaruhi mati hidup kita semua, perduli amat cara apa yang hendak kupergunakan”

Pek-li Peng segera meletakkan kotak kayu dalam pangkuannya ke atas tanah, kemudian berkelebat kemuka dan menghadang di depan Siauw Ling. Sambil memandang sekejap ke arah Kiam bunn Siang Ing serunya.

“Jika kalian berdua ingin turun tangan melawan toakoku, lebih baik menangkan dahulu diriku!”

Terhadap Siauw Ling boleh dibilang Kiam bun Siang ing merasa jeri dari takut sekali, ketika melihat ada orang yang menggantikn pemuda itu mereka jadi girang, pedang pengejar angin Pay Pek-li sambil ayun pedang ditangannya segera berseru.

“Nona, sebutkan dahulu siapa namamu”

“Kita sedang berkelahi bukan mengikat tali persahabatan, kenapa musti sebutkan namaku?”

“Nona kalau engkau mau turun tangani harap segera loloskan senjata tajammu!” seru pedang tanpa bayangan Tam Tong pula.

“Bukankah kalian berdua telah mengirimkan senjata bagiku?”

Sambil menjengek gadis itu menyapu sekejap pedang panjang di tangan kedua orang itu.

Pay Pek lie segera tertawa dingin.

“Heeeh….heeeh.. . kalau memang nona tak ingin hidup, kamipun tak akan banyak bicara lagi…”

Tangan kanannya tiba menekan ke bawah pedang panjang dengan disertai cahaya putih yang berkilauan langsung membabat tubuh gadis she Pek li itu.

It-bun Han Too kuatir sekali bagi keselamatan Pek-li Peng ketika dilihatnya gadis itu sangat gegabah dan melayani musuhnya dengan tangan kosong, pikirnya, “Budak ingusan itu benar-benar tak tahu tingginya langit dan tebalnya bumi, ilmu pedang dari Kiam bun siang ing terkenal akan keganasan serta kecepatannya, masa budak itu mampu menghadapi serangan-serangannya dengan tangan kosong? Huuuh…rupanya dia ingin cari kematian buat diri sendiri.”

Sementara dia masih menguatirkan bagi keselamatan Pek-li Peng, mendadak gadis itu menggerakan tubuhnya dan tahu -tahu lenyap dari pandangan.

Setelah bacokan pedangnya mengenai sasaran kosong, Pay Pek li baru badar bahwa ia telah bertemu dengan musuh tangguh, sebelum tubuhnya sempat meloncat mundur ke belakang mendadak pergelangan kanannya terasa jadi kaku, lima jarinya mengendor dan pedangnya segera terlepas dari genggaman.

Ketika ia periksa lengan sendiri, terlihatlah tepat di atas pengelangan kanan menancaplah sebuah jarum kecil yang memancarkan cahaya berkilauan.

Rupanya Pek-li Peng telah meloloskan diri dari bacokan lawan dengan suatu gerakan yang cepat dan aneh, disaat Pay Pek-li masih berdiri dengan hati tertegun dan gelagapan, pada saat itulah, jarum kecilnya ditimpuk keluar dan lepas menghajar dipergelangan kanannya.

Semua kejadian berlangsung dalam waktu singkat ketika pedang Pay Pek-li terlepas dari genggaman, laksana kilat Pek-li Peng telah menggerakkan tangan kanannya menyambut pedang mustika yang terlepas dari genggaman itu.

Pada saat itulah pedang tanpa bayangan Tam Tong telah menggerakkan tangan kanannya, cahaya pedang berkilauan dan langsung menusuk tubuh gadis she Pek li Itu.

Disaat Pek-li Peng menyambut pedang Pay Pek li pada saat itulah babatan pedang Tam Tong telah meluncur tiba.

It-bun Han Too sama sekali tidak menyangka kalian kepandaian silat yang dimiliki Pek-li Peng amat lihay, hanya dalam sekali gebrakan Pay Pek li telah dipaksa melepaskan pedangnya, meskipun keberhasilannya didasarkan pada permainan setan akan tetapi kecerdasan, kecepatan gerak serta kesempurnaan ilmu silatnya benar-benar mengagumkan sekali.

“Sungguh lihay budak ini…” pujinya di dalam hati.

Kemenangan yang berhasil diraih Pek-li Peng tanpa sadar telah mempengaruhi pula semangat dari It-bun Han Too, rasa was was dan kuatir yang semula masih menyelimuti hatinya kini sudah tersapu bersih dari dalam benaknya

dalam pada itu Pek-li Peng tidak sempat menggerakkan pedangnya untuk menangkis datangnya bacokan pedang dari pedang tanpa bayangan Tam Tong, disaat yang krisis dan berbahaya, ia segera berjumpalitan diudara…dengan suatu gerakan yang manis gadis itu berhasil meloloskan diri dari ancaman lawan.

Ketika itulah Pay Pek li telah meloncat mundur tujuh depa dari gelanggang pertarungan.

Dia sebagai seorang jago yang punya nama besar dalam dunia persilatan harus menelan kekalahan hanya di dalam segebrakan saja di tangan seorang gadis, peristiwa ini amat menyedihkan hatinya, dengan wajah yang lesu dia cabut keluar jarum racun yang mengeram di atas pengelangannya lalu berdiri dengan kepala menunduk.

Dalam pada itu pedang tanpa bayangan Tam Tong telah melangsungkan pertarungan yang seru melawan Pek-li Peng, mereka saling tusuk menusuk bacok membacok dengan serunya membuat suasana jadi tegang dan penuh diliputi hawa membunuh.

Shen B0k Hong melirik sekejap situasi ditengah gelanggang, kemudian sambil menghampiri Pay Pek- li tegurnya, “Apakah di atas jarum mengandung racun?”

Pay Pek-li tidak menjawab ia hanya angkat pergelangan kanannya, dimana warna hitam gelap telah menyelimuti disekeliling mulut luka tersebut, seluruh lengan kanannya telah membengkak besar sekali.

Terdengar Pek-li Peng yang sedang bertempur melawan Tam Tong berteriak keras, “Jarum itu! mengandung racun yang amat jahat, dalam satu jam mendatang kalau tidak dapat pengobatan maka kadar racun akan menyerang ke dalam jantung hingga menyebabkan kematian, kecuali obat penawar khusus bikinanku sendiri di kolong langit tak ada orang lain yang bisa dipengunakan untuk memusnahkan racun itu”

Menggunakan kesempatan dikala gadis itu sedang berteriak, Pedang tanpa bayangan Tam Tong memperhebat serangannya dengan mengirim tiga buah tusukan berantai, memaksa Pek-li Peng terdesak mundur dua langkah ke belakang. Tetapi Pek-li Peng dengan cepat menunjukan kelihayannya pula, empat buah serangan berantai yang maha dahsyat memaksa Tam Tong terdesak balik ke tempat semula.

“Hmmm” Shen Bok Hong mendengus dingin, “Nona, apakah kau tidak merasa perkataanmu itu terlalu takabur?”

Ia merogoh sakunya dari ambil keluar Sebuah botol perselen, dari botol itu dan ambil keluar dua biji obat lalu diangsurkan ke tangan Pay Pek li sambil katanya, Coba kau telan lebih dahulu dua biji obat ini, kita lihat bagaimana reaksinya!”

Pay Pek-li tertawa getir, dia terima pil tersebut kemudian tanpa mengucapkan sepatah katapun segera dimasukkan ke dalam mulut.

“Hmm…kau tak usah membuang tenaga dengan percuma seru Pek-li Peng kembali, kecuali obat pemunah dari keluarga kami, di kolong langit tak ada obat lain yang mampu memunahkan racun jarum tersebut”

“Jika perkataan nona tidak salah, aku bisa menangkap nona hidup-hidup dan memaksa engkau untuk serahkan obat pemunahnya”

“Kalau kita benar-benar bertempur, belum tentu kau yang menang, siapa menang siapa yang kalah masih merupakan suatu tanda tanya besar”

“Takabur sekali ucapanmu itu….” seru Shen Bok Hong, ia segera melangkah main kedepan.

Dengan cepat Siauw Ling maju pula dua langkah kedepan, tantangnya, “Shen Toa Cungcu, kau ingin berkelahi?” mari…. akan kulayani dirimu!….”

Shen Bo Hong tidak menggubris perkataan pemuda itu, tiba-tiba ia berpaling ke arah Kim Hoa Hujin serta Tong Lo Thay-thay katanya, “Kepandaian silat yang dimiliki Siauw Ling sangat lihay, diapun memiliki pedang pusaka, kalian berdua hadapi orang itu sedang aku hendak menangkap budak itu untuk memaksa dia serahkan obat penawar!”

It-bun Han Too yang mendengar perkataan itu diam-diam tertawa dingin, Ia tahu Shen Bok Hong adalah manusia licik, sengaja menghindari pertarungan langsung dengan Siauw Ling sebaliknya suruh Kim Hoa Hujin dan Tong Lo Thay-thay untuk maju lebih dahulu tujuannya bukan lain adalah untuk menguras tenaga pemuda itu lebih dahulu sementara itu ia akan menaklukan Pek-li Peng dengan gerakan cepat kemudian baru menghadapi pemuda itu.

Karena merasa situasinya kian lama kian bertambah kritis, diam-diam ia segera menghimpunn tenaga untuk bersiap sedia, asal keadaan tidak menguntungkan maka dia akan ikut terjun ke dalam gelanggang.

Suasana hening beberapa saat lamanya… akan tetapi Kim Hoa hujin serta Tong to thay thay masih tetap berdiri di tempat semula tak seorangpun diantara mereka berdua yang menunjukkan tanda kalau mereka siap untuk melangsungkan pertempuran melawan pemuda itu.

Sebenarnya Shen Bok Hong telah berjalan menuju ke arah Pek-li Peng, tetapi ketika menyaksikan Tong Lo Thay-thay serta Kim Hoa Hujin masih tetap berdiri di tempat semula, ia segera berhenti tertawa hambar.

Kepada Kim Hoa Hujin segera tegurnya, Hujin, sudah kau dengar perkataanku”

“Sudah!” jawab Kim Hoa Hujin sambil ambiL keluar ular Pek Siau jinya dari dalam Saku.

Shen Bok Hong segera berpaling ke arah Tong Lo Thay-thay dan tegurnya pula.

“Tong Lo Thay-thay, kau juga sudah mendengar?”

“Aku sudah mendengar”

“Kalau kamu berdua sudah mendengar, mengapa masih tetap berdiri di tempat semula?”

Diam-diam It-bun Han Too merasa girang menyaksikan situasi itu, pikirnya di dalam hati, “Andaikata ketiga orang ini bentrok lebih dahulu sehingga saling menyerang, maka situasi pasti akan mengalami perubaban besar waktu itu siapa yang bakal merebut kemenangan masih sukar untuk diduga.”

Haruslah diketahui, dengan kepandaian yang dimiliki Kim Hoa Hujin serta mahluk berbisa yang dimilikinya andaikata terjadi pertarungan, maka binatang binatang beracunnya tentu akan melukai musuh dengan hebat, sebaliknya Tong Lo Thay-thay adalah ketua dari penguruan keluarga Tong dipropinsi Su cuan, dengan ilmu senjata rahasianya yang lihay serangan serangannya merupakan ancaman besar.

Apalagi jika dua orang tokoh sakti ini bekerja sama…keadaan tentu semakin hebat lagi.

Terdengar Kim Hoa Hujin berkata kembali, “Keadaan yang terLihat pada saat ini sudah tertera amat jelas. Shen Toa Cungcu telah menaruh curiga terhadap diriku dan Tong Lo Thay-thay, meskipun kami berhasil membinasakan Siauw Ling belum tentu rasa curiga Toa Cungcu terhadap kami terhapus dengan begitu saja, atau dengan perkataan lain setelah kematian dari Siauw Ling maka akan tibalab giliran kami untuk mati..”

Shen Bok Hong mendongak dan tertawa keras, tukasnya

“Hujin kau terlalu banyak curiga dan pandai memikirkan hal yang bukan-bukan, bukan saja ilmu silat yang kalian miliki sangat lihay bahkan mempunyai pula ilmu simpanan yang luar biasa, dikemudian hari aku masih membutuhan kalian berdua, sudah tentu tak mungkin kucelakai jiwa kalian berdua”

Sementara pembicaraan masih berlangsung Pek-li Peng yang berada ditengah gelanggang telah membentak keras, “Lepas tangan!”

Bersamaan dengan menggeletarnya suara bentakan itu, pedang tanpa bayangan Tam Tong mengeluh dan pedangnya teelepas dari cekalannya.

“Peng ji, jangan melukai orang.” bentak Siauw Ling dengan cepat.

Setelah memukul rontok pedang Tam Tong dari cekalan, sebenarnya Pek-li Peng akan meneruskan babatan pedangnya untuk mengutungi lengan kanan orang she Tam tersebut. Tetapi setelah mendengar bentakan dari Siauw Ling dengan cepat ia tarik kembali pedangnya sambil meloncat balik kesisi tubuh pemuda itu.

Siauw Ling tersenyum, kepada gadis itu ujarnya

“Peng-ji, berilah sebutir pil pemunah untuk saudara Pay yang terluka itu.

Mula-mula Pek-li Peng tertegun, kemudian sambil tertawa jawabnya

“Perkataan toako tentu tak bakal salah lagi….”

Dia ambil keluar sebutir pil pemunah dan segera diberikan kepada pedang pengejar angin Pay Pek-li.

Meskipun orang she Pay itu sudah menelan pil pemunah pemberian dari Shen Bok Hong, akan tetapi berhubung obat itu tidak dipergunakan pada tempat yang benar maka sama sekali tidak mendatangkan kemanjuran apapun, waktu itu dia sudah merasakan kadar racun yang mengeram dalam tubuhnya perlahan-lahan menjaLar naik ke atas badan.

Ketika pil pemunah itu diangsurkan kehadapannya, tanpa terasa ia sambut obat itu dan segera dimasukan ke dalam mulut.

Ar muka Shen Bok Hong berubah hebat ketika menyaksikan Pay Pek-li manyambut obat pemunah itu, tetapi sebagai seorang manusia yang berakal panjang, ia tahu situasi yang dihadapinya saat ini amat keritis bila ia salah bertindak, maka keadaan akan mengalami perubahan besar bahkan kemungkinan besar ia akan terdesak hebat, maka sambil meuggigit bibir ia pura-pura tidak melihat.

Terdengar Kim Hoa Hujin tertawa terkekeh-kekeh, lalu berseru

“Shen Toa Cungcu benarkah engkau masih mempercayai diriku?” kalau masih percaya harap kau suka mengabulkan satu permintaanku”

Shen Bok Hong sudah menilai situasi pada saat itu, ia tahu andaikata Kim Hoa Hujin serta Tong Lo Thay-thay memberontak, maka ia dari posisi yang kuat akan berubah jadi lemah, sambil menahan rasa mendongkol dihati gembong iblis itu tertawa.

“Apa yang hujin inginkan?” tanyanya.

“Setiap orang yang berada di dalam perkampungan Pek Hoa Sanceng, kecuali ji Cungcu Ciu Cau Liong boleh dibilang semuanya telah kau cekoki racun yang amat keji. aku telah jual nyawa bagimu bahkan siap bercindak sebagai pelopor dalam menghadapi setiap pertempuran sengit, andaikata aku tidak beruntung dan mati hal ini harus salahkan kepandaianku yang terlalu cetek, tetapi kalau aku harus mati karena racun yang Cungcu berikan kepadaku….kematian tersebut boleh dibilang kematian yang paling mengenaskan, apalagi setiap sepuluh hari kami harus minta obat penawar dari Cungcu untuk memperpanjang jiwa kami, pekerjaan ini terlalu merepotkan sekali. Karenanya bila Toa Cungcu mau percaya dengan kami, berdua, harap engkau suka membebaskan lebih dahulu racun keji yang mengeram dalam tubuhku serta tu buh Tong Loo-hujin”

Siauw Ling sendiri sudah menyadari kalau posisinya amat lemah dan andaikata benar-benar terjadi pertempuran kekalahan Lebih banyak diraih daripada kemenangan apalagi is sendiripun belum tahu apa maksud dan tujuan dari Kim Hoa hujin serta Tong Lo Thay-thay, sementara ia sedang gelisah mendadak situasi mengalami perubahan kembali, karena menguntungkan pihaknya maka pemuda itupun dengan sabar diri tetap berdiri dengan mulut membungkam.

Terdengar Shen Bok Hong tertawa terbahak bahak, laLu berkata, “Hujin, kalau memang kau punya keinginan seperti itu, mengapa tidak kau katakan sedari tadi?”

“Kalau aku ajukan permintaan ini sedari dulu, mungkin mayatku saat ini sudah dingin dan tinggal tulang kerangka saja

“Hujin, kau memilih saat dan keadaan seperti ini baru utarakan maksud hatimu, apakah tujuanmu hendak paksa aku orang she Shen untuk menuruti kehendakmu itu?”

“Aku rasa Saat yang semacam ini merupakan saat yang terbaik untuk mengajukan permintaan itu” jawab Kim Hoa Hujin sambil tertawa, “ bila kesempatan sebaik ini kubuang dengan begitu saja, belum tentu dikemudian hari aku bisa mendapatkan peluang lagi.

Shen Bok Hong tidak bicara, setelah termenung sebentar dia berpaling ke arah Tong Loo-thay thay dan menegur

“Bagaimana dengan Tong Loo hujin!”

“Aku mempunyai perasaan yang sama!”

“Haaah…haaah…haaah… sekalipun aku ingin sekali mengabulkan permintaan tapi Sayang situasi tidak mengijinkan diriku untuk berbuat demikian”

“Kenapa tanya Tong Lo Thay-thay, “bukankah obat penawar itu selalu berada di dalam saku Shen Toa Cungcu?”

“Memang benar aku selalu menggembol obat pemunah, akan tetapi setiap butir obat pemunah itu hanya bertahan selama sepuluh hari, tak mungkin racun yang mengeram di tubuh kalian mampu kulenyapkan sama sekali” kata Shen Bok Hong.

“Jadi kalau begitu selama hidup kita harus mengikuti Shen Toa Cungcu terus menerus, sepuluh hari berpisah berarti jiwa kami akan lenyap?” sela Kim Hoa Hujin.

Shen Bok Hong tersenyum.

“Tetntu saja ada cara lain yang dapat melenyapkan rscun dalam tubuh kalian cuma…”

“Kalau memang begitu mengapa tidak kau lenyapkan racun yang mengeram dalam tubuh kami itu?”

“Untuk melenyapkan macun yang mengeram di tubuh kalian, aku harus melakukan suatu pekerjaan besar, pertama tama jalan darah kalian musti ditusuk dahulu dengan jarum emas kemudian diberi obat dan memaksa sisa racun yang mengeram dalam isi perut kalian terdesak keluar. Untuk menyeleseaikan kesemuanya itu aku membutuhkan waktu selama dua jam. Coba bayangkanlah disaat dan keadaan seperti ini mana aku punya waktu”

Hoa Hujin segera tertawa terkekeh kekeh.

Haaah…haaah…..haaah…jadi kalau begitu kami sudah pasti akan mati” serunya.

“Kalian tak usah kuatir, aku berjanji setelah kejadian hari ini, racun yang mengeram di tubuh kalian berdua tentu akan kuobati hingga bersih”, seru Shen Bok Hong dengan wajah serius.

“Aku tidak percaya!” teriak Kim Hoa Hujin sambil gelengkan kepalanya.

Tong Lo-thay they yang selama ini membungkam terus, tiba-tiba alihkan tongkat kepala burung hongnya ketangan kiri, tangan kanan dengan cepat merogoh ke dalam saku untuk memakai sarung tangan, kemudian sambil menggenggam segenggam pasir racun serunya, “Shen toaungcu tahukah engkau ilmu kepandaian apakah yang paling diandalkan keluanga Tong kami?,”

“Semua orang di kolong langit tahu kalau kepandaian keluanga Tong yang terutama adalah ilmu melepaskan senjata rahasia”

Tong Lo Thay-thay gelengkan kepalanya.

“Kalau dibilang benar maka tebakan dariShen Toa Cungcu hanya bisa dikatakan benar separuh, yang paling penting kepandaian paling dahsyat dari keluarga Tong adalah dalam

sekali turun tangan tujuh macam senjata rahasia beracun bisa dipergunakan sekaligus, keluanga Tong suka menggunakan racun tak nyana aku sebagai ketua dari penguruan keluarga Tong harus sengsara karena racun keji dari Shen Toa Cungcu…. yaah boleh dibilang mungkin inilah ganjaran bagi kami sekeluarga.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar