Budi Ksatria Jilid 04

Jilid: 4

Shen Bok Hong segera putar telapak kanannya melakukan pembabatan, ujung tangannya langsung memenggal urat nadi di atas pergelangan lawan.

Siauw Ling tarik kembali telapak tangan kanannya ke belakang, telapak kiri bekerja keras menghajar dada orang.

“Tahan!” bentak It-bun Han Too mendadak sambil menerjang masuk ke dalam ruangan itu.

Selama ia lari masuk ke dalam ruangan, antara Siauw Ling serta Shen Bok Hong telah melangsungkan empat jurus serangan, kedua belah pihak sama-sama menggunakan gerakan yang paling ampuh dan paling cepat untuk berusaha merobohkan lawannya.

Setelah It-bun Han Too campur tangan sambil mengayunkan pedang pendeknya yang tajam, terpaksa Siauw Ling serta Shen Bok Hong meloncat mundur ke belakang.

Rupanya dalam beberapa gebrakan barusan Shen Bok Hong telah dikejutkan oleh kesaktian, keganasan serta kecepatan gerak serangan musuhnya dengan pandangan tajam ia tatap wajah Siauw Ling tanpa berkedip kemudian tegurnya, “Siapakah sebenarnya dirimu?”

Siauw Ling tertawa dingin, ia tetap tidak mau bicara.

“Hmm! Hebat betul daya tahanmu, tetapi aku orang she Shen suatu ketika pasti akan berhasil memaksa kau untuk buka suara,“ jengek Shen Bok Hong mendongkol.

Sementara itu It-bun Han Too telah memungut kotak kayu serta tongkat sian-ciang tersebut, ujarnya, “Aku minta sebelum kita berhasil keluar dari Istana Terlarang, lebih baik janganlah terjadi perpecahan diantara kita sendiri, kita harus bekerja sama untuk menanggulangi semua bencana yang bakal kita hadapi..”

Ia undurkan diri terlebih dahulu dari ruangan itu, kemudian sambil letakkan kotak kayu, tongkat sian-ciang serta pedang pendek itu ke atas tanah ujarnya, “Sekarang kita telah berhasil mendapatkan tiga macam benda mustika, sudah tiba waktunya pula bagi kita untuk membagi hasil dari penemuan ini!….”

“Apa?! masa tongkat hwesio itupun kau masukkan sebagai salah satu barang taruhan?” protes Shen Bok Hong dengan alis berkerut.

“Kenapa tidak? pertaruhan ini toh tergantung nasib dan rejekinya masing-masing, siapa yang mendapatkan tongkat hwesio tersebut, maka dia harus salahkan pada nasib sendiri yang kurang mujur!”

“It-bun heng, kalau dilihat tampangmu seolah olah kau punya kepercayaan untuk menangkan taruhan ini…….”

“Ooooh…. jadi Shen Toa Cungcu tidak percaya dengan kejujuranku?”

“Hmm!” Shen Bok Hong mendengus dingin, “Kalau kau berani main gila dalam pertarungan ini, sekalipun aku ada maksud membereskan jiwamu, aku rasa saudara itu pun tak akan menghalangi niatku untuk cabut keluar jiwa anjingmu itu”

Sambil berkata ia tatap wajah Siauw Ling seolah olah dia sedang menantikan jawaban dari lawannya.

Siauw Ling tetap membungkam, ia pandang sekejap ke arah It-bun Han Too kemudian mengangguk.

Disinilah letak kelihayan dari hubungan segi tiga tersebut, masing-masing pihak sebentar berkawan sebentar bermusuhan, siapapun berusaha untuk menjatuhkan musuhnya dengan akal.

It-bun Han Too tertawa terbahak-bahak, dari sakunya dia ambil keluar tiga biji mata uang sambil digenggam dengan tangan kanannya, “Kalau memang kalian berdua tidak mempercayai diriku, baiklah! Terserah siapa yang mau pegang mata uang ini”

Shen Bok Hong melirik sekejap ke arah Siauw Ling, lalu menerima ketiga mata uang tersebut, ujarnya, “Aku mempunyai satu usul, entah bagaimana menurut pendapat kalian berdua..?”

It-bun Han Too sengaja membungkam, rupanya ia hendak paksa Siauw Ling buka suara.

Siapa tahu si anak muda itu tetap membungkam seribu bahasa.

Kedua belah pihak sama-sama membungkam hingga lama sekali, akhirnya It-bun Han Too tak kuat menahan diri dan bertanya

“Apa usulmu itu?”

“Menurut pendapatku, kenapa barang-barang ini tidak kita bagi setelah semua barang yang ada di dalam Istana Terlarang berhasil kita temukan semua?”

It-bun Han Too segera menggeleng!

“Ketika sepuluh orang tokoh sakti itu memasuki Istana Terlarang tempo dulu, dalam hati mereka tahu semua bawa pertarungan ini sangat mempengaruhi mati hidup mereka, karena itu senjata tajam yang dibawa masuk merupakan senjata mustika yang paling dahsyat. Menurut apa yang kuketahui di dalam istana ini paling sedikit ada dua bilah pedang kenamaan, sedang apakah benda yang lain siapapun tak ada yang tahu.”

Ia tuding kotak kayu cendana yang ada di atas lantai itu, kemudian meneruskan, “Ambil contoh saja dengan ketiga macam benda mustika yang berada di depan mata kita saat ini, kalau dilihat memang pedang mustika yang amat tajam itu merupakan benda yang paling berharga tatapi pedang itu kalah misteriusnya dengan kotak kayu cendana. Karena itu sulitlah bagi kita untuk memilih benda manakah yang paling bagus diantara ketiga benda itu, kita harus berpikir secara mendalam dan matang, sebab setiap benda yang dibawa masuk ke dalam Istana Terlarang tentu patut disebut sebagai berharga contohnya tongkat hwesio itu, sepintas lalu benda itu memang merupakan suatu benda biasa, dimanapun dalam dunia persilatan gampang untuk mencari tongkat semacam itu, tetapi setelah benda itu berada dalam Istana Terlarang maka keadaannya jadi berbeda. Siapa tahu kalau tongkat hwesio itu justru merupakan benda yang paling berharga diantara benda-benda mustika yang lain?”

“Pandai sekali orang ini berbicara, begitu menarik dan tepat alasannya membuat orang jadi sulit untuk membedakan mana yang sungguhan dan mana yang palsu. ….” batin Siauw Ling .

Tampak It-bun Han Too angkat kepalanya dan tertawa tergelak, kemudian ujarnya kembali, “Mungkin kalian semua tak sudi mempercayai perkataanku bukan ….?”

“Ucapan dari It-bun heng mengandung arti yang sangat mendalam, sulit bagi orang untuk menangkap arti yang sebenarnya, bila kau bisa menjelaskan lebih jauh tentu saja itu jauh lebih baik!” sahut Shen Bok Hong.

It-bun Han Too termenung sejenak kemudian berkata.

“Benarkan tujuan kita masuk ke dalam Istana Terlarang hanya ingin mendapatkan pedang-pedang berharga itu?”

“Kecuali itu, masa kedatangan kita adalah untuk menyambangi layon para jago lihai tersebut?

It-bun Han Too tersenyum.

“Aku akan mengambil satu contoh yang amat jelas bagi kalian, misalnya isi kotak cendana tersebut, benda itu adalah suatu kitab suci yang paling berharga dari negeri Thian tok bagi pandangan mata para pendeta Buddha, tetapi bagi Shen Toa Cungcu belum tentu kau suka menerima kitab semacam itu”

It-bun heng sangat gemar membaca buku tapi aku rasa kau belum tentu tidak menyukai kitab suci semacam itu!”

It-bun Han Too tersenyum.

“Seandainya tongkat hwesio itu adalah milik seorang paderi sakti dari kuil Siauw-lim-si, setelah ia tahu bahwa jiwanya sukar untuk lolos dari Istana Terlarang, maka ia segera mencatat seluruh ilmu silatnya di atas tongkat itu, aku ingin tanya mana yang lebih berharga antara ketiga macam benda itu? Kitab suci dalam kotak? pedang mustika ataukah tongkat hwesio itu?

“Andaikata demikian keadaannya, tentu saja aku pilih tongkat hwesio itu!” jawab Shen Bok Hong dengan cepat.

Tapi sayang kitab suci itu belum tentu adalah kitab suci sungguhan, di atas tongkat hwesio pun belum tentu ada catatan ilmu silatnya, tolong tanya bagaimana caranya kita membagi ketiga macam benda mustika itu?…”

Tong Lo Thay-thay yang selama ini membungkam, tiba-tiba menghela napas panjang, pujinya, It-bun sianseng, kau benar-benar seorang terpelajar yang lihai, aku merasa sangat kagum dengan kecerdikanmu!”

“Ooh, Tong Lo Thay-thay terlalu memuji….!”

Sorot matanya beralih kembali ke atas wajah Shen Bok Hong, lanjutnya.

“Itulah yang dikatakan orang siapa yang merasa menang belum tentu menang, siapa yang merasa kalah belum tentu kalah, kesemuanya hanya takdir dan nasiblah yang menentukan!”

“Kalau kudengar dari pembicaraan It-bun heng barusan, apakah kau beranggapan bahwa ketiga macam benda mustika itu lebih baik jangan dibagi dulu?”

“Aku rasa dibagi lebih baik, daripada, setelah barang yang kita temukan kian lama kian bertambah banyak membuat mata kita berkunang-kunang dan pikiran jadi bingung untuk membaginya, kan urusan jadi merepotkan sekali….”

“Baiklah kalau begitu!” ujar Shen Bok Hong, ia segera menyembunyikan kedua belah tangannya ke belakang punggung. Kemudian sambil mengacungkan kepalan kanannya ia berseru.

“Nah, tebaklah berapa jumlah mata uang di dalam genggamanku?!”

It-bun Han Too menoleh ke arah Siauw Ling dan katanya, “Lebih baik kau tebak dulu!”

Kali ini Siauw Ling tidak dapat membungkam lagi, terpaksa ia menjawab dengan suara lantang, “Dua biji”

Hanya itu yang dikatakan, selanjutnya pemuda itu membungkam kembali seribu bahasa.

“Hmmm! Aku kira kau tak bisa bicara? Tebakan mu tepat sekali!…” seru Shen Bok Hong . Sambil berkata ia acungkan tangannya kedepan dan membuka genggamannya, disitu terlihat dua biji mata uang yang tergenggam.

“Saudara ini telah menangkan pertandingan, maka sesuai dengan peraturan ia boleh memilih lebih dahulu” kata It-bun Han Too.

“Setelah ia pilih benda yang disukainya kita baru saling menebak lagi?”

“Tak usah, aku persilahkan Shen Toa Cungcu memilih terlebih dahulu, biar aku yang paling belakang!”

“It-bun heng, apakah kau tidak dirugikan dengan cara itu?” ejek Shen Bok Hong.

“Jago menang belakangan, siapa tahu justru akulah yang paling beruntung?”

Ketika ia berpaling lagi ke tengah kalangan, terlihatlah Siauw Ling sedang bungkukkan badan hendak mengambil pedang pendek itu. Jelas pemuda ini sudah tertarik oleh pedang yang sangat tajam ini.

Dikala ujung jarinya hampir menyentuh pedang itu tiba-tiba terdengar Pek-li Peng berteriak, “Ambil kotak kayu itu.”

Siauw Ling tertegun dan segera berpaling ke arah gadis itu, sorot matanya diliputi penuh tanda tanya.

“Maukah kau turuti permintaanku hanya kali ini saja?” pinta Pek-li Peng dengan nada setengah merengek. “Ambillah kotak kayu itu!”

Siauw Ling tidak tega menolak permintaan gadis itu, apalagi membuat dirinya kecewa. Maka ia pungut kotak kayu tersebut dan meloncat mundur ke belakang.

Sekarang giliran Shen Bok Hong yang maju ke muka, sambil melangkah ke depan ujarnya lagi, “It-bun heng benarkah kau mengalah kepadaku?”

“Perkataan seorang lelaki sejati berat bagaikan bukit, tentu saja aku benar-benar mengalah kepadamu!”

“Kalau memang It-bun heng berlaku demikian sungkan terhadap diriku, yaah…. apa boleh buat, biarlah aku tinggalkan sebuah benda yang terbaik untukmu!”

Sambil berkata kepala kampung dari perkampungan Pek Hoa Sanceng ini segera mengambil tongkat hwesio yang tersandar di tepi lantai.

Tongkat itu merupakan senjata biasa yang sering kali digunakan oleh para pendeta, bukan saja bentuknya kasar bahkan besar dan berat. Tindakan Shen Bok Hong memilih benda tersebut sungguh diluar dugaan Siauw Ling sekalian.

It-bun Han Too tersenyum sambil mengambil pedang pendek yang tersisa ia berseru, “Andaikata isi kotak kayu itu adalah kitab doa, dan andaikata di atas tongkat hwesio itu tidak ada catatan ilmu silatnya maka pedang pendek milikku ini merupakan benda yang paling berharga!”

“Perkataan It-bun Heng memang tidak salah, tapi itu terserah pada nasib dan rejekinya masing-masing…….” ujar Shen Bok Hong.

Setelah berhenti sebentar ia berkata lagi, “Sekarang benda-benda berharga telah kita bagi secara adil, apakah tindakan kita selanjutnya?”

“Menurut pengamatanku, bila kita lanjutkan perjalanan menyusuri lorong rahasia ini, maka kemungkinan besar kita akan temukan alat jebakan yang telah disiapkan oleh ahli bangunan bertangan sakti Pau It Thian!”

“It-bun Heng, kau bukan sedang menakut-nakuti kami bukan?”

“Haa…. haa.. haaa…. lalu apa yang harus kita lakukan? Masa kita harus beristirahat di tempat ini?”

“Sedikitpun tidak salah, aku membutuhkan banyak waktu untuk memeriksa keadaan di sekitar tempat ini, dengan begitu mungkin kita dapat menemukan suatu cara yang membuat kita semua tak usah membuang tenaga terlalu banyak….”

Meskipun dalam hati kecilnya Shen Bok Hong merasa diliputi pelbagai hal yang mencurigakan hatinya, tapi ia tidak banyak bertanya, sambil mundur lima langkah ke belakang bisiknya kepada Kim Hoa Hujin serta Tong Lo Thay-thay, “Mari kita gunakan sedikit waktu ini untuk duduk beristirahat!”

Dalam pada itu setelah mengambil kotak kayu tadi, Siauw Ling segera mengundurkan diri kesisi Pek-li Peng, bisiknya, “Peng ji, pedang pendek itu tajam dan luar biasa, buat apa kotak kayu ini?

Pek-li Peng tersenyum.

“Tidak salah, pedang pendek itu memang tajam dan luar biasa, tetapi benda yang terdapat di dalam kotak kayu ini mungkin jauh lebih berharga beberapa kali lipat daripada pedang pendek itu, coba kau lihat bentuknya yang kecil mungil dan indah. Bisa kuduga isinya pasti luar biasa sekali. ….”

Dengan seksama Siauw Ling memperhatikan bentuk kotak kayu itu, sedikitpun tidak salah bentuknya memang indah dan menarik ia lantas bertanya, “Bagaimana kalau kita buka kotak ini untuk melihat isinya?”

Pek-li Peng sambut kotak kayu itu dan siap membuka penutupnya, tapi Siauw Ling segera merampasnya kembali sambil berbisik, Biar aku saja yang membuka kotak ini!”

Rupanya ia takut kalau di atas penutup kotak itu ada racunnya, dengan sarung tangan yang dikenakan ia tak takut terhadap serangan racun, maka pemuda itu memutuskan untuk membuka sendiri kotak itu.

Pada ujung samping kotak kayu itu terdapat sebuah gembokan tenaga yang kecil, Siauw Ling segera mematahkan dengan tenaga dalamnya.

Ketika kotak tersebut dibuka maka tampaklah sejilid kitab dengan lapisan kulit kambing tertera di dalam kotak itu.

Sampul kitab kulit kambing itu tiada tulisan apapun ini membuat mereka tidak tahu apa sebenarnya isi kitab tersebut.

Sementara itu baik Shen Bok Hong maupun It-bun Han Too sama-sama memperhatikan tingkah laku Siauw Ling, mereka berharap bisa mengetahui apa isi kotak itu.

Perlahan-lahan Siauw Ling ambil kitab kulit kambing tadi dari dalam kotak, ketika dibuka lembaran buku tersebut maka yang terbaca hanyalah tulisan2 ular yang terdiri dari huruf sanksekerta, melihat akan hal itu pemuda kita segera kerutkan alisnya sambil berbisik, “Peng ji, coba kau lihat tulisan apa yang tertera di atas kitab ini?…”

Pek-li Peng melirik sekejap isi kitab tersebut kemudian menggeleng

“Aku juga tidak mengerti!”

Siauw Ling segera tutup kembali kitab itu dan dimasukkan ke dalam kotak, katanya kemudian, “Rupanya delapan puluh persen isi kitab tersebut hanya sebangsa kitab doa belaka….”

Haruslah diketahui suasana di dalam gua itu sangat gelap, semua penerangan hanya tergantung pada sebatang lilin yang berada disisi tubuh It-bun Han Too untung tenaga dalam yang dimiliki beberapa orang itu sangat sempurna sekalipun redup cahaya lilinnya tapi mereka dapat melihat tingkah laku lawannya dengan jelas.

Terdengar Shen Bok Hong tertawa dingin, ejeknya, “Dugaan It-bun Heng memang tepat sekali, rupanya isi kotak kayu itu adalah sebangsa kitab suci yang tak berguna”

“Mungkin juga isinya ilmu silat, siapa tahu?” sambung It-bun Han Too sambil tersenyum.

“Peng ji, jangan perdulikan mereka, biar mereka tak bisa menduga keadaan yang sebenarnya” bisik Siauw Ling cepat.

Pek-li Peng menghela napas panjang .

“Aaaai……! akulah yang telah mencelakai diri toako. Tahu begini mestinya aku suruh kau pilih pedang pendek itu saja!”

“Jangan sedih, itu toh urusan kecil” hibur Siauw Ling sambil tertawa.

Selama ini meskipun Shen Bok Hong serta It-bun Han Too pasang telinga dan berusaha curi dengar pembicaraan mereka berdua, tetapi berhubung Siauw Ling berbicara dengan suara lirih maka sulit bagi kedua orang jago itu mengetahui pembicaraan tersebut.

Kim Hoa Hujin yang jarang berbicara, tiba-tiba buka suara memecahkan kesunyian ujarnya.

“Toa Cungcu, masih ada dua buah kamar yang belum kita kunjungi, semestinya kita jebol dulu sisa kamar yang lain siapa tahu kalau di dalam ruangan itu terdapat barang peninggalan dari sepuluh jago bulim?”

“Perkataan Hujin memang benar….” sahut Shen Bok Hong sambil mengangguk, dia segera pertinggi suaranya sambil melanjutkan It-bun Heng bukankah masih ada dua buah ruangan yang belum kita kunjungi? Bagaimana kalau kita periksa dulu keadaan disitu?”

It-bun Han Too segera bangkit berdiri.

“Aku telah mendapat bagian pedang mustika yang amat tajam, baiklah! akan kubongkar pintu2 besi itu,” katanya.

“Bagaimana kalau kubantu usaha It-bun Heng itu” kata Shen Bok Hong sambil ikut bangkit berdiri.

It-bun Han Too tertawa hambar.

“Aku telah menemukan satu cara baik untuk maju ke dalam, cuma aku tak tahu apakah cara itu bisa digunakan atau tidak. Baiklah setelah kita periksa kedua buah kamar ini barulah cara itu kita coba!”

Dengan langkah lebar ia dekati pintu besi ruangan kedua, pedang pendeknya bekerja cepat dan gembokan yang mengunci pintu baja itu segera terpotong jadi beberapa bagian.

Ketika semua orang melongok ke dalam ruangan, tampaklah disitupun terdapat sebuah pembaringan terbuat dari batu, keadaannya persis seperti dalam ruangan-ruangan lain.

Di atas pembaringan batu itu terdapatlah sebuah botol porselen yang tinggi dan besar.

Kecuali botol porselen tadi tiada benda lain yang terdapat di dalam ruangan itu.

Shen Bok Hong menoleh dan memandang sekejap ke arah Siauw Ling, lalu dengan langkah lebar berjalan masuk ke dalam ruangan dan ambil botol porselen tad.

Ketika ia melongok ke dalam botol, tampaklah di dalam botol porselen itu tersimpan seekor ikan kumala yang bentuknya mirip ikan Lei-hi tapi tubuhnya serba putih bagaikan salju dengan sepasang mata berwarna merah darah, bentuknya istimewa sekali.

Kali ini Shen Bok Hong tidak bermaksud mengangkangi benda itu lagi, sambil membawa keluar botol kumala dengan ikan kumalanya tersebut katanya, “It-bun Heng, di dalam botol porselen itu tersimpan seekor ikan kumala, bila benda ini terhitung sebagai benda peninggalan dalam Istana Terlarang, maka dalam pembagian nanti botol porselen dengan ikan kumala ini akan dihitung sebagai satu benda atau dua macam benda?”

It-bun Han Too menerima botol porselen dengan ikan kumala itu, setelah diawasi sejenak tiba-tiba wajahnya nampak berubah hebat, tetapi sesaat kemudian ia telah menjadi tenang kembali, sahutnya, “Botol porselen itu adalah tempat untuk menyimpan ikan kumala tersebut, tentu saj harus dianggap satu macam!”

“Kenapa? berhargakah ikan kumala ini?”

“Aku sendiripun tidak begitu kenal dengan asal usul ikan kumala ini” kata It-bun Han Too sambil menggeleng, “Shen Toa Cungcu, bukankah pengetahuanmu sangat luas, mungkin kau bisa kenali asal usul ikan kumala itu?”

“Walaupun aku tidak tahu asal usul dari ikan kumala tersebut, tapi aku rasa benda itu pasti sangat berharga, aku pikir kesepuluh jago itu tak mungkin membawa benda yang tak berharga masuk ke dalam Istana Terlarang! ….”

“Perkataan Shen Toa Cungcu memang benar, ikan kumala ini pasti bukan benda sembarangan ….” ia berhenti sejenak, “Tapi aku rasa itupun tidak lebih hanya benda perhiasan yang indah”

Selama ini Siauw Ling hanya mengawasi gerak-gerik It-bun Han Too dari samping, ia dapat melihat sikap tercengang dan kaget orang itu ketika pertama kali melihat ikan kumala tersebut, setelah melihat pula sikapnya yang berlagak pilon saat ini, pemuda kita segera mengetahui bahwa orang itu pasti sudah mengenali asal usul ikan kumala itu, Cuma ia sengaja tidak mau mengucapkannya keluar.

Meskipun demikian Siauw Ling pun tetap pura-pura berlagak tak tahu.

Sementara itu terdengar Shen Bok Hong telah berlata, “It-bun Heng, untuk sementara waktu simpanlah lebih dulu botol porselen dengan ikan kumala ini”

Sambil berkata ia angsurkan botol besar itu ke tangan It-bun Han Too.

Tetapi jago tua yang licik dan cerdik ini tidak mau menerima, malah ia segera berkata “

“Masih ada sebuah pintu baja yang belum kubuka, biar kujebolkan dulu pintu ini”

Dengan langkah lebar ia segera berjalan menuju ke pintu besi yang terakhir.

Melihat tindakan tersebut Kim Hoa Hujin segera berkata, “Toa Cungcu, kalau kau memang tak mau membawa botol itu, bagaimana kalah serahkan saja kepadaku?”

Shen Bok Hong berpikir sebentar, lalu mengangguk.

“Baik!” dia angsurkan botol tadi ke tangan perempuan itu.

Sementara Kim Hoa Hujin menerima botol porselen tadi. It-bun Han Too telah berhasil membuka pintu baja yang terakhir.

Di atas pembaringan batu dalam ruangan tersebut, terdapatlah, sebuah hioloo kuno yang kecil dan berwarna hitam pekat, tingginya satu depa dengan lebar tidak sampai lima cun.

Kali ini Shen Bok Hong tidak berbuat masuk ke dalam ruangan lagi untuk mengambil hioloo kuno itu.

It-bun Han Too memandang sekejap hioloo kuno dengan tutupnya dari emas diantaranya itu karena tak tau apa isi hioloo tadi maka sambil berpaling ke arah Siauw Ling katanya, “Bagaimana kalau hioloo kuno itu kau yang bawa?”

Siauw Ling termenung sebentar lalu kemudian melangkah masuk ke dalam ruangan membopong hioloo kuno itu, terasa hiooloo tersebut berat sekali dan entah apa isinya?

Tiba-tiba Shen Bok Hong menggerakkan tangan kanannya berusaha menyambar penutup hioloo tersebut, tapi dengan tangkas pemuda kita berhasil menghindarinya.

Rupanya gembong iblis dari perkampungan Pek Hoa Sanceng ini, walaupun tidak ingin mengambil hioloo kuno itu, tapi rasa ingin tahunya belum lenyap dari benak jago ini, dia ingin melihat apakah gerangan isi hioloo kuno itu.

Terdengar It-bun Han Too mendehem ringan dan berkata, “Seandainya di dalam hioloo itu masih tersimpan suatu benda yang bisa dianggap benda yang tersendiri, ada baiknya benda-benda itu kita bagi rata saja, daripada merepotkan sekali”

Siauw Ling tahu apa yang dimaksudkan, maka pemuda itu segera menghentikan langkah kakinya.

It-bun Han Too segera mengulurkan tangan kanannya dan membuka tutup hioloo tersebut, tampak isi dari hioloo tadi ternyata adalah serbuk halus berwarna putih yang menebarkan bau harum semerbak.

It-bun Han Too yang banyak pengetahuan lama sekali mengamat-amati bubuk putih di dalam hioloo itu, ia tak mengerti juga apa sebenarnya isi dari hioloo tersebut, akhirnya sambil menutup kembali penutup hioloo itu ujarnya.

“ Rupanya hioloo kuno ini hanya bisa dianggap sebagai semacam benda berharga saja!”

Bila Shen Bok Hong, Siauw Ling dan It-bun Han Too ditandingkan. Maka ilmu silat dari orang she It-bun lah yang paling lemah, tetapi diantara jago yang lain kecerdasan serta pengetahuannya melebihi yang lain. Oleh sebab itu ia tetap merupakan pucuk pimpinan diantara para jago tersebut.

Sementara itu Shen Bok Hong telah melotot sekejap ke arah Siauw Ling dengan pandangan gusar.

Kiranya ia merasa mendongkol karena Siauw Ling tidak memperbolehkan dia melihat isi hioloo kuno itu, sebaliknya membiarkan It-bun Han Too memeriksanya. Kejadian ini sangat menyinggung perasaan jago dari perkampungan Pek Hoa Sanceng ini, dia ingin sekali menghajar lawannya sampai mati.

Tetapi karena ilmu silat yang dimiliki Siauw Ling sangat lihai, ditambah topeng kulit manusia yang dikenakan membuat dia sangsi, maka untuk beberapa lamanya Shen Bok Hong tidak berani melakukan tindakan secara gegabah.

Sementara It-bun Han Too telah melirik sekejap ke arah Shen Bok Hong sambil berkata, “Sayang seribu kali sayang, benda mustika yang berhasil kita temukan baru dua macam, kalau bertambah sebuah lagi tentu kita dapat membaginya sekarang juga.”

Sambil menahan rasa gusar yang berkecamuk di dalam hatinya Shen Bok Hong tertawa hambar.

“Sekarang keenam ruangan batu itu sudah kita buka semua, It-bun Heng tak usah jual lagak lagi, seharusnya kita selidiki bagian dalam dari Istana ini”

“Bila kita masuk ke ruang yang lebih dalam itu berarti kita segera akan membuka rahasia Istana Terlarang yang telah terselubung selama puluhan tahun lamanya, tanpa terasa keadaan kitapun kian lama kian bertambah bahaya….”

“It-bun Heng, kalau kau merasa sayang untuk mengorbankan jiwamu, lebih baik sekarang juga kau tinggalkan Istana Terlarang.

“Bagaimana maksud serta pendapatmu?” tanya It-bun Han Too sambil menoleh ke arah Siauw Ling. ”Kita lanjutkan penyelidikan ini atau segera mengundurkan diri?”

“Tentu saja lanjutkan penyelidikan ke dalam!” jawab si anak muda singkat.

Ia sengaja memperserak suaranya agar Shen Bok Hong tidak mengenali suaranya.

“Saudara, kalau kau memang ada maksud untuk lanjutkan penyelidikan ini ke dalam, maka seharusnya penuhi dahulu janjimu!”

Mula-mula Siauw Ling tertegun, kemudian ia mengiakan dan meletakkan hioloo hitam itu ke atas tanah, kemudian di atas tubuh It-bun Han Too dia tepuk dua kali.

Menyaksikan hal itu Shen Bok Hong segera tertawa terbahak-bahak.

“Haaah….haah…. rupanya It-bun Heng telah tertotok jalan darahnya. Tidak aneh kalau kau selalu memusuhi diriku seorang!”

“Hmmm! Saudara ini sih masih boleh kupuji sebagai seorang lelaki sejati yang selalu pegang janji,“ kata It-bun Han Too sambil mendengus dingin, “andaikata Shen Toa Cungcu yang menotok jalan darahku, mungkin aku tak akan dibebaskan dengan begini gampang!”

Shen Bok Hong tertawa dingin, ia tidak berbicara lagi.

Setelah jalan darah anehnya dibebaskan It-bun Han Too merasa hatinya tambah lega, dia segera bertindak mendekati dinding tebing yang menghadang jalan pergi mereka. Lalu tangannya mulai mengetuk di sekitar dinding tersebut.

Kiranya ketika perjalanan diteruskan ke dalam, mereka telah menemui jalan buntu, sebuah dinding tebing yang lebar telah menghalangi jalan pergi mereka semua.

Terdengar It-bun Han Too tertawa terbahak-bahak dan berkata, “Haaah…. haaaah…. haaah…. ternyata begini, sedikitpun tidak meleset dari dugaanku semula:….”

Sambil putar pedang pendeknya ia tusuk dinding tebing tersebut secepat kilat, kemudian sambil loncat mundur ke belakang ia jatuhkan diri bertiarap.

Baik Shen Bok Hong maupun Siauw Ling mereka semua menaruh perasaan was2 yang tebal atas diri It-bun Han Too, menyaksikan orang itu jatuhkan diri bertiarap, tanpa banyak bicara merekapun segera ikut menjatuhkan diri bertiarap di atas tanah.

Terdengar suara gemuruh yang amat nyaring bergeletar memecahkan kesunyian, mendadak sebagian dari dinding batu itu roboh ke atas tanah, diikuti desingan senjata rahasia dan anak panah berhamburan keempat penjuru dengan kecepatan laksana sambaran kilat.

Untung beberapa orang itu telah bersiap sedia dengan menjatuhkan diri bertiarap di atas tanah, seluruh desingan senjata rahasia dan anak panah itu menyambar lewat di atas kepala mereka dan berhamburan jauh di belakang tubuh mereka.

Setelah serangan senjata rahasia, suasana pulih kembali dalam kesunyian yang mencekam seluruh ruangan.

Sambil bangkit berdiri ujar It-bun Han Too dengan suara perlahan, “Sebenarnya di atas dinding batu ini terdapat sebuah pintu rahasia dan diluar dinding terdapat sebuah tombol rahasia yang menghubungkan alat penggerak dengan pintu tersebut, cuma sayang tombol tadi letaknya amat sulit dicari, daripada buang tempo dengan percuma, aku telah meminjam ketajaman pedang ini untuk memotong rantai yang menghubungkan pintu dengan alat penggeraknya, sekarang rahasia tersebut akan hilang manfaatnya”

Shen Bok Hong serta Siauw Ling membungkam dan tidak bicara, tapi dalam hati kecil mereka merasa amat kagum dengan kecerdikan orang, pikirnya, “Pengetahuan serta kecerdasan orang ini sangat mengagumkan, sulit untuk menemukan manusia kedua macam dia di kolong langit”

Tidak menunggu kedua orang itu buka suara, sambil tertawa hambar It-bun Han Too berkata kembali, “Sejarang ruang batu telah terbuka, entah apakah diantara kita semua yang bersedia untuk bertindak sebagai pembuka jalan?”

“Kami semua toh tidak paham terhadap letak alat-alat rahasia tersebut, lebih baik It-bun Heng saja yang menjadi pembuka jalan bagi kami” sahut Shen Bok Hong dengan cepat.

“Tidak, itu kurang cocok! Lebih baik satu diantara kalian saja yang bertindak sebagai pelopor pembuka jalan”

“Bagaimana kalau aku yang membawa jalan?” sela Tong Lo Thay-thay mendadak sambil majukan diri ke depan.

Tidak menantikan jawaban lagi sambil membawa tongkat Sian Ciang dengan langkah lebar ia masuk lebih dahulu ke dalam ruangan itu.

Shen Bok Hong, Kim Hoa Hujin, Siauw Ling, Pek-li Peng serta It-bun Han Too segera menyusul dibelakangnya.

Dibalik pintu batu tadi merupakan sebuah lorong yang sempit dan panjang. Lebarnya hanya mencapai dua depa dan paling banter hanya cukup memuat dua orang belaka.

Sambil melangkah masuk ke dalam lorong itu, terdengar It-bun Han Too berkata lagi, “Andaikata Ahli Bangunan bertangan sakti Pau It Thian telah mengatur alat jebakan yang mengerikan dibalik lorong sempit ini, bisa kalian bayangkan apakah kita semua dapat meloloskan diri dari jebakan mautnya itu…?”

Sengaja ucapan itu diutarakan dengan suara tinggi dan keras, membuat para jago yang mendengar perkataan itu jadi merinding dan berdiri semua bulu kuduknya.

Suasana di dalam lorong itu amat gelap lagi lembab, dengan daya pandang Tong Lo Thay-thay ia hanya mampu melihat pemandangan sekitar tiga depa di depan matanya.

Kurang lebih setelah mereka melalui lorong sempit itu sejauh dua puluh tombak lebih, akhirnya tibalah beberapa orang itu di ujung lorong. Dihadapan mereka terbentanglah suatu daerah yang lebih luas dan lebar.

Terasa hawa dingin berhembus lewat udara terasa segar nan nyaman, jauh berbeda dengan udara lembab dan sesak selama masih berada dalam lorong sempit tadi.

“Oooh..! rupanya tempat ini berhubungan dengan dunia luar….!” seru Shen Bok Hong cepat, “Sejak dulu tahu begini, aku tak usah payah mencari letak pintu masuk istana tersebut!”

“Hmm! Lubang hawa itu tersedia setelah melalui beberapa puluh tikungan dan lekukan” sambung It-bun Han Too cepat, “Kalau Pau It Thian sengaja membuat lobang hawa yang berhubungan langsung dengan dunia luar, ia tak pantas dinamakan Ahli Bangunan bertangan sakti.”

Shen Bok Hong segera putar matanya memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, sedikitpun tidak salah disana ia tak jumpai cahaya dari luar, bahkan pemandangan di sekitar tempat itupun tak dipahami olehnya.

It-bun Han Too mendehem berat ujarnya lagi. “Aku semuanya membawa dua batang lilin, tadi kita telah habiskan sebatang dan kini tinggal sisa sebatang lagi, bila lilin inipun terbakar habis, maka kita harus meraba di tengah kegelapan “

Sembari berkata dia ambil korek dan memasang lilin tersebut.

Di bawah sorot cahaya lilin yang terang benderang, pemandangan di sekeliling tempat itu segera dapat terlihat dengan jelas.

Pada ujung sebelah Timur terdapatlah sebuah ruang besar dengan pintu rangkap, sedang tiga belah penjuru yang lain merupakan dinding batu yang tinggi dan datar.

“Tiga penjuru merupakan dinding batu, rupanya kita hanya bisa meninjau ruang tengah itu saja?” gumam Shen Bok Hong.

“Tidak salah, hanya ruang tengah itu saja yang bisa kita tuju, harap kalian semua suka berhati hati”

Dengan tangan kiri membawa lilin, tangan kanan mencekal pedang dia segera melangkah masuk ke dalam ruangan itu.

Shen Bok Hong bertindak cepat, dengan langkah lebar dia mengikuti di belakang jago lihai tadi.

Sebenarnya pintu depan ruang besar itu terpentang lebar, tetapi ketika It-bun Han Too sekalian berjalan mendekati ruangan tersebut, tiba-tiba pintu yang terbentang lebar tadi menutup dengan sendirinya.

Shen Bok Hong segera menghentikan langkanya sambil berseru, “Aaaah! Diluar pintu ruangan inipun telah dipasang alat rahasia….! Sungguh luar biasa….”

It-bun Han Too berpaling dan tertawa.

“Sedikitpun tidak salah, seharusnya sejak tadi Shen heng dapat menduga sampai disitu. ….”

Ia berhenti sebentar lalu sambungnya kembali.

“Andaikata Ahli Bangunan bertangan sakti Pau It Thian memasang sebuah alat rahasia jebakan di atas dinding langit-langit tepat di atas batok kepala kita, maka aku pikir sulitlah bagi kita semua untuk meloloskan diri dalam keadaan hidup dari wilayah seluas dua tombak persegi ini….”

Mendengar perkataan itu tanpa sadar Shen Bok Hong serta Siauw Ling sama-sama angkat kepala dan memandang sekejap dinding di atas kepala mereka.

“Pintu ruangan telah tertutup, satu satunya jalan kehidupan hanyalah lorong sempit tadi” pikir Siauw Ling dalam hati, “Tapi lorong tersebut bukan saja sempit, dan kecil bahkan gelap susah untuk memperhatikan keadaan di sekitarnya, tempat itu justru merupakan daerah yang paling berbahaya”

Shen Bok Hong pun telah berkata sambil mendengus dingin, “Hmm! Sekarang kita tergantung alat rahasia yang telah dipasang Pau It Thian di atas kepala kita?”

“Anggap saja benda itu adalah sejenis racun beracun, apakah Shen Toa Cungcu merasa yakin punya keselamatan untuk meloloskan diri?”

“Kalau aku tak mampu meloloskan diri aku percaya kamu semua pun tak ada yang berhasil lolos dalam keadaan hidup”

It-bun Han Too tertawa hambar.

“Kalau kami semua yang mati itu sih lumrah. Tapi bagaimana kalau Shen Toa Cungcu yang menemui ajalnya? Masa kau rela?

Shen Bok Hong tahu bahwa perkataan itu penuh mengandung nada sindiran yang pedas tapi Shen Bok Hong tetap menahan sabar dan tidak banyak bicara lagi. Meskipun demikian ia telah menghentikan langkahnya dan diam-diam menghimpun tenaga bersiap siaga, dengan seksama diawasi terus tingkah laku dari orang she It-bun itu.

Siauw Ling pun mengawasi pula gerak-gerik Shen Bok Hong dengan seksama, sebab dalam keadaan begini ia harus melindungi keselamatan dari It-bun Han Too, walaupun orang itu bukan musuh pun bukan sahabat tapi dalam posisi yang sangat berbahaya ini justru dialah yang mempertahankan keseimbangan keadaan, dengan pengalaman serta pengetahuannya yang luas ditambah kecerdikan yang luar biasa, seringkali kelicikan serta rencana busuk yang disusun Shen Bok Hong berhasil ia bongkar.

Demikianlah, dengan langkah lambat It-bun Han Too berjalan ke depan ruangan itu, sambil angkat tinggi2 lilin itu ia berpaling ke belakang, katanya, “Harap kalian berdua suka bersama diriku masuk ke dalam ruangan ini seandainya terjadi sesuatu yang aneh kita bisa menanggulanginya secara bersama”

“Bagaimana pendapatmu?” tanya Shen Bok Hong sambil berpaling ke arah Siauw Ling.

Si anak muda itu mengangguk, ia serahkan hioloo hitam tadi ke tangan Pek-li Peng kemudian melangkah maju ke depan, dengan gerak-gerik ia menyatakan pendapatnya biarpun mulut tetap membungkam.

Shen Bok Hong mengerutkan dahinya, kepada Kim Hoa Hujin serta Tong Lo Thay-thay segera pesannya, “Kalian berdua baik baik berjaga disini!”

Dengan langkah lebar diapun mendekati pintu ruangan.

“Ahli Bangunan bertangan sakti Pau It Thian memang lihai, dan semua perhitungannya memang sangat tepat, tapi ia telah melupakan akan sesuatu!!..”

“Melupakan pedang pendek yang tajamnya luar biasa ini “sahut It-bun Han Too sambil acungkan pedang pendeknya, “ Ia tidak menyangka kalau dirinya bakal mati di ujung pedang pendek ini, seandainya sesaat sebelum ajal menghabiskan riwayatnya ia sembunyikan dulu pedang pendek ini, maka tanpa bantuan senjata tersebut kita akan pusing kepala dan menemui jalan buntu untuk menghancurkan alat-alat rahasianya yang ampuh dan kuat itu….”

“Dan yang lebih hebat lagi ternyata pedang pendek itu justru terjatuh ke tangan It-bun Heng, seandainya pedang itu jatuh ke tanganku maka tanpa bantuan senjata tajam belum tentu It-bun Heng berhasil menerjang masuk Istana Terlarang ini secara begitu mudah….”

Bicara sampai disitu, seakan akan ia teringat akan sesuatu urusan, yang amat penting segera serunya kembali, “Oooh…. barusan aku sudah teringat akan satu urusan, harap It-bun Heng suka menjelaskan!”

“Apa yang hendak Shen Toa Cungcu tanyakan?”

“Bukankah kesepuluh tokoh sakti yang terkurung di dalam Istana Terlarang memiliki senjata mustika yang begitu tajam, mengapa mereka tidak berusaha untuk menjebol dinding untuk keluar dari tempat ini, tapi malahan mandah saja terkurung mati di dalam Istana Terlarang?”

“Benar, masalah ini sulit untuk dipecahkan,….” pikir Siauw Ling dalam hati.

“Bagus sekali pertanyaanmu itu!” seru It-bun Han Too sambil tersenyum,”meskipun pedang tajam ini tak dapat menggali dinding bukit setebal ratusan tombak, semestinya bisa digunakan untuk membuka pintu untuk keluar, mengapa mereka mati terkurung disini?”

“Kesepuluh tokoh sakti yang terkurung di tempat ini rata-rata merupakan jago-jago amat cerdik, sekalipun mereka tidak paham dengan ilmu bangunan atau alat rahasia, semestinya mereka gunakan ketajaman pedang itu untuk menerjang keluar dari tempat ini, mengapa mereka tidak lakukan hal itu?”

“Pertanyaan dari Toa Cungcu ini telah menyulitkan diriku, sekarang aku memang tidak sanggup menjawab, tapi aku memang tak sanggup menjawab, tapi aku rasa dibalik kejadian itu pastilah ada sebab sebabnya, mungkin juga dari dulu Ahli Bangunan bertangan sakti Pau It Thian telah menduga akan hal itu!”

“Hmmm..! aku mengira segala sesuatunya It-bun Heng telah mengetahui, rupanya kau sendiripun tidak paham “ ejek Shen Bok Hong sambil tertawa dingin.

“Setelah masuk ke dalam ruangan ini, mungkin aku bisa mendapatkan jawabannya!”

Dengan lilin di tangan ia periksa pintu besar yang tertutup rapat itu dengan seksama, kemudian ia letakkan itu di atas tanah dan ia sendiri meloncat mundur ke belakang.

It-bun Han Too mengundurkan diri terus sehingga mencapai tempatnya semula. Disitu ia baru menghentikan langkahnya. Dengan cepat Shen Bok Hong serta Siauw Ling pun mundur ke tempat semula

Kraaak…..! Kraaak…..! Kraaak…..! Diiringi denyitan nyaring, pintu ruangan yang semula tertutup rapat itu, perlahan lahan terbentang lebar ke arah samping.

Sekarang Shen Bok Hong serta Siauw Ling baru memahami maksud It-bun Han Too meletakkan lilin ke atas tanah tadi.

Rupanya setelah pintu ruangan itu terpentang lebar, dengan meminjam sorot cahaya lilin yang berada ditepi pintu tadi, pemandangan diseluruh isi ruangan tersebut dapat terlihat dengan amat jelas.

Ruangan dalam lambung bukit itu sangat luas, lebar dan dalam. Cahaya pancaran lilin hanya sempat menyoroti sebuah meja yang terbuat dari batu, di atas meja batu tadi terletaklah pelbagai macam senjata tajma, senjata itu diatur sangat rapi dan rajin hal ini membuktikan bahwa senjata2 tersebut diletakkan dengan hati yang tenang dan sama sekali tidak diliputi rasa gugup atau takut.

Dalam pandangan sekilas pandangan Siauw Ling dapat melihat sebuah seruling kumala putih serta sebilah pedang panjang diletakkan secara berdampingan, dalam hati segera pikirnya, “Benarkah seruling kumala itu merupakan barang peninggalan dari Raja seruling Thio Hong?”

Sementara itu terdengar Shen Bok Hong telah berkata, “Ooooh…..! Sekarang aku sudah mengerti, rupanya di atas tanah antara kita dengan pintu batu itu terpasang sebuah alat rahasia yang mengatur buka tutupnya pintu ruangan itu, sedemikian tajamnya alat pengontrol tadi sehingga membuat tiap injakan kaki manusia di atas alat rahasia tersebut segera menggerakkan pula pintu tadi secara otomatis:…. buka begitu It-bun Heng?”

“Benar! Alat rahasia ini sudah dibangun sejak puluhan tahun berselang, tapi hingga kini alat otomatis tersebut masih dapat berjalan sebagaimana mestinya, ini menunjukkan betapa dahsyat dan hebatnya arsitek pembangunan tempat ini!”

“Antara tempat ini dengan pintu ruangan itu hanya terpaut satu tombak belaka, bagaimana kalau kita loncat masuk ke dalam ruangan itu tanpa menginjak permukaan tanah di sekitar tempat ini? Dengan demikian bukankah alat rahasia itu tidak sampai kita pijak?”

“Caramu memang bagus, tapi aku ingin bertanya, andaikata setelah kita masuk ke dalam ruangan dan pintu itu secara tiba-tiba menutup sendiri tanpa bisa kita buka kembali, apa yang hendak kau lakukn pada waktu itu?”

Shen Bok Hong jadi tertegun, untuk beberapa saat lamanya ia tak sanggup mengucapkan sepatah kata pun, sesaat kemudian baru ia berkata, “Tentang soal ini…. bila aku tahu rahasianya, mungkin sejak dulu kala It-bun Han Too heng sudah terluka atau menemui ajalnya di ujung telapakku”

“Shen Toa Cungcu, lebih baik batalkan saja niatmu untuk membinasakan diriku…..” seru It-bun Han Too sambil tertawa hambar.

Shen Bok Hong tahu bahwa ia sudah terlanjur berbicara, buru-buru sambungnya, “Tentu saja, sebelum keluar dari Istana Terlarang, aku orang she Shen tak mungkin membinasakan dirimu”

It-bun Han T oo tersenyum, ia tidak memperdulikan gembong iblis itu lagi, hanya katanya, Sambil berkata ia maju ke arah depan.

Baru saja berjalan empat lima langkah, mendadak pintu ruangan itu secara otomatis menutup kembali.

It-bun Han Too segera berjongkok ke atas tanah, pedang pendeknya bergerak kian kemari, rupanya ia hendak menggunakan ketajaman senjata itu untuk menggali lapisan tanah berbatu itu serta menemukan letak alat pengontrol yang mengendalikan gerakan tutup buka pintu ruangan itu….

Siapa tahu baru saja dua tusukan, ia telah menghentikan gerakannya itu dan loncat mundur ke tempat semula.

“It-bun Heng, apakah permukaan tanah berbatu itu terlalu keras dan kau takut pedang mustikamu rusak?” seru Shen Bok Hong cepat.

Air muka It-bun Han Too berubah amat serius, ia tidak memperdulikan sindiran dari gembong iblis itu cuma menggeleng serunya, “Sungguh lihai….. Sungguh lihai…..”

Dengan cepat Shen Bok Hong dapat pula merasakan seriusnya persoalan itu, dengan suara berat ia bertanya, “It-bun Heng apa yang tidak beres?”

“Kelihaian dari Ahli Bangunan bertangan sakti Pau It Thian sungguh luar biasa sekali, aku merasa takluk dan tak mampu menandingi dirinya”

“Sebenarnya apa yang telah terjadi?” sela Kim Hoa Hujin dengan nada gusar, “Hey orang she It-bun lebih baik kau jangan main gila dihadapan kami semua”

“It-bun Heng, aku hendak memberitahukan satu hal kepadamu” sambung Shen Bok Hong pula, “Seandainya kau sampai bentrok dengan Kim Hoa Hujin atau Tong Lo Thay-thay sehingga menjadi pertarungan, itu bukan urusanku lho…. aku tak mau ambil perduli!”

“Baiklah beritahu kepada kalianpun tak menjadi soal, agar kalianpun ikut merasakan bahwa keadaan kalian semua pada saat ini teramat berbahaya….”

Ia berhenti sejenak, kemudian sambungnya, “Tepat di bawah permukaan ruangan ini merupakan aliran sungai bawah tanah yang sangat deras, sekali salah bertindak maka air bah akan menyapu habis seluruh isi ruangan ini, dan kita semua bakal mati tenggelam dalam Istana Terlarang”

“Sungguhkah itu!“ seru Shen Bok Hong dengan air muka berubah hebat.

“Kalau kau tidak percaya, silahkan dengarkan suara di bawah tanah ini”

Shen Bok Hong segera pasang telinga baik-baik, sedikitpun tidak salah dari bawah permukaan ia dengar suara aliran air yang amat deras berkumandang bagaikan suara guntur, hatinya seketika jadi tercekat dan bulu romanya pada bangun berdiri.

It-bun Han Too perhatikan kembali sekeliling tempat itu, lalu berkata, “Ahli Bangunan bertangan sakti Pau It Thian sanggup mendirikan Istana Terlarang di atas aliran air bawah tanah yang begitu deras, perhitungannya yang begitu sempurna dan tepat benar-benar mengagumkan sekali…..”

Ia berhenti sejenak, lalu sambungnya, “Bila dugaanku tidak keliru, di dalam Istana Terlarang kemungkinan besar terdapat pintu rahasia yang berhubungan langsung dengan sungai di bawah tanah, bila tindakan kita terlalu gegabah sehingga menyentuh pintu rahasia tersebut, maka air bah akan memenuhi seluruh ruangan di tempat ini, sedang kita semua akan mati konyol!”

“Jadi maksud It-bun Heng, kau memiliki sebilah pedang mustika yang amat tajam, namun senjata itu tak dapat digunakan untuk membobol bangunan Istana Terlarang?”

“Benar! Andai kata watak Pau It Thian lebih kejam dan licik daripada apa yang kubayangkan semula, mungkin di suatu tempat yang penting ia telah memasang pula sebuah alat rahasia yang langsung berhubungan dengan pintu air, asal kita sentuh alat rahasia tadi, pintu air itu secara otomatis akan terbuka dan air bah akan memenuhi tempat ini”

“Manusia she It-bun, semakin berbicara kau semakin menakut-nakuti kami semua, seakan-akan tiap jengkal tanah dalam Istana Terlarang adalah jebakan maut, setiap langkah merupakan ancaman kematian, bila demikian adanya mengapa kau tidak mengundurkan diri saja dari tempat ini? Omel Kim Hoa Hujin

“Bila dalam keadaan begini ada yang mohon pamit untuk keluar dari Istana Terlarang, aku pasti tak akan menghalangi keinginannya itu…..”

“Bagaimana dengan It-bun Heng? Apakah kau juga akan mengundurkan diri dari tempat ini?” sela Shen Bok Hong.

“Bagi diriku kalau tidak masuk ke gua macan darimana bisa mendapatkan anak harimau? Setelah berada di dalam Istana Terlarang tentu saja aku akan mengadu nasib, soal kematian atau maut sudah tak terpikirkan sama sekali dari benakku”

Berada dalam keadaan begini, kepala kampung perkampungan Pek Hoa Sanceng yang selalu pandang tinggi diri sendiri tak urung tunduk kepala juga, ujarnya kemudian, “Baik! Kami semua akan mengikuti It-bun Heng untuk mengadu untung….”

“Haaah…. haaah…. haaah.. Toa Cungcu mengapa secara tiba-tiba kau bersikap sungkan kepadaku?” sindir It-bun Han Too sambil tertawa tergelak.

“Seorang lelaki sejati dapat bertindak menurut keadaan, begitu barulah tepat dikatakan sebagai orang yang mengerti gelagat!”

“Sekarang, kita harus memikirkan bagaimana caranya memasuki ruangan itu, semula aku bermaksud merusak alat rahasia yang mengendalikan pintu itu, tapi sekarang terpaksa aku harus batalkan niatku itu!”

“Biar kucoba!” ujar Shen Bok Hong sambil tarik napas panjang dan melangkah maju ke depan, Dengan tenaga dalamnya yang sempurna, sekali tarik napas tubuhnya bagaikan burung walet terbang ke angkasa segera melayang ke arah pintu ruangan tersebut. Kali ini pintu itu benar-benar menutup kembali.

Setibanya di depan pintu Shen Bok Hong tidak berani masuk ke dalam, ia hanya melongok saja sekejap ke arah ruangan itu, kemudian berseru, “Saudara2 sekalian mari kesini semua!”

Mendengar perkataan itu para jago segera mengepos tenaga dan sama-sama mendekati tempat itu.

Pada dasarnya beberapa orang itu adalah jago kelas satu, dengan gerakan tubuh yang enteng mereka segera melayang ke depan dan hinggap di depan pintu.

Setibanya dimuka pintu ruangan, It-bun Han Too ambil kembali lilinnya yang ada di tanah kemudian berseru, “Mari ikuti diriku!”

Sambil berkata ia berjalan lebih dulu menuju ke dalam.

Di bawah sorot cahaya lilin, tampaklah luas ruangan itu mencapai empat tombak, lebarnya dua tombak empat lima depa, bentuknya sempit tapi memanjang, kecuali meja batu berbentuk panjang dimulut masuk itu tiada perabot lain yang kelihatan.

Shen Bok Hong mendehem ringan, ujarnya, “Apa yang telah terjadi? Masa di dalam ruangan inipun hanya terdapat meja panjang dengan isi senjata tajam belaka?”

It-bun Han Too membungkam dalam seribu bahasa. Dengan tangan kiri membawa lilin ia berjalan mengikuti sepanjang dinding ruangan. Ia berharap dari situ dapat temukan pintu lain.

Siauw Ling pada saat ini hanya memikirkan janji Gak Siau Cha dan Giok Siau long-kun adalah keturunan dari Raja Seruling Thio Hong, maka tujuannya memasuki Istana Terlarang saat itu adalah mencari tahu soal Raja Seruling tersebut.

Berpikir demikian tangannya tanpa terasa telah menyambar seruling kumala putih itu.

Di saat pemuda itu hampir menyentuh seruling tadi, Shen Bok Hong segera bekerja cepat membacok pergelangan kanan Siauw Ling dengan telapak kanannya.

“Saudara lebih baik jangan kau sentuh setiap benda yang berada di dalam ruangan ini!” serunya.

Siauw Ling menekan pergelangan kanannya ke bawah dan secepatnya meloncat mundur ke belakang untuk menghindarkan diri dari serangan tersebut.

Serangan yang dilancarkan Shen Bok Hong cepat laksana kilat, Siauw Ling yang pusatkan perhatiannya untuk menghadapi serangan itu jadi lupa bahwa dibelakang tubuhnya adalah pintu batu …. Blaam! Punggungnya segera menumbuk di atas dinding tersebut.

Setelah berhasil melepaskan diri dari ancaman Siauw Ling putar telapaknya siap melancarkan serangan balasan, tetapi sebelum tindakan tersebut dilakukan tiba-tiba terdengarlah suara gemerincing yang amat nyaring berkumandang memecahkan kesunyian.

Perubahan yang sama sekali berada diluar dugaan ini mengejutkan setiap orang yang berada di dalam ruangan itu, membuat Siauw Ling serta Shen Bok Hong lupa pula terhadap bentrokan yang baru saja berlangsung, mereka bersiap sedia untuk menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan….”

Dari balik dinding sebelah kiri mendadak terbuka sebuah pintu rahasia, dari balik pintu tadi segera muncullah sebuah kereta beroda dimana kereta itu perlahan lahan bergerak menuju ke tengah ruangan.

Di atas kereta beroda duduk seorang padri tua berjubah abu-abu dan memejamkan matanya, pada dada paderi itu tergantung sebuah tasbeh terbuat dari kayu cendana.

“Siapa?” bentak Shen Bok Hong sambil ayunkan telapak kanannya siap melancarkan serangan.

“Toa Cungcu, jangan bertindak gegabah!” buru-buru It-bun Han Too berseru menghalangi niat orang.

“Kenapa?”

“Istana Terlarang sudah puluhan tahun lamanya tertutup, tidak mungkin ada manusia hidup dalam istana ini”

“Tapi hwesio itu tidak mirip orang mati, seandainya ia telah menemui ajalnya maka setelah tubuhnya diperam selama puluhan tahun dalam Istana Terlarang , sekalipun tenaga dalam yang mereka miliki bagaimana sempurnapun seharusnya kulit dan daging mereka telah lapuk, yang tersisa hanya tulang-belulangnnya belaka”

“Inilah suatu rahasia yang sukar dipecahkan, sebelum kutemukan duduk perkara yang sebenarnya sulit bagiku menjawab pertanyaan Shen Toa Cungcu”

Diluaran meskipun Shen Bok Hong ngotot melakukan pembantahan, tapi dalam hatinya diapun sudah merasa bahwa keadaan dari padri itu sedikit tidak beres, ditinjau dari kulit serta dagingnya yang kaku bagaikan patung, jelaslah sudah bahwa hwesio itu sudah lama berubah jadi mayat.

Tampaklah kereta beroda itu berhenti tepat ditengah ruangan, sementara hwesio tua di atas kereta tersebut tetap duduk disitu sama sekali tak berkutik.

Dengan pedang pendek melindungi badan perlahan-lahan It-bun Han Too berjalan menghampiri hwesio tua itu, lilinnya didekatkan pada wajah padri tadi dan diawasinya beberapa waktu raut wajah orang itu.

Hwesio tua itu beralis putih bersih, kulitnya penuh dengan kerutan dan wajahnya tidak jauh berbeda dengan orang hidup, tapi jelas dari napasnya yang telah berhenti serta tubuhnya yang kaku, paderi tua itu sudah lama menemui ajalnya

It-bun Han Too mendehem, kepada Shen Bok Hong serunya, “Toa Cungcu tahukah kau diantara jago yang masuk ke dalam Istana Terlarang terdapat berapa orang hwesio diantaranya?”

“Menurut apa yang kuketahui, semuanya berjumlah dua orang hwesio tua!..”

“Yang satu adalah Bu siang taysu dari kuil Siau-lim, sedang yang lain siapakah dia?”

Shen Bok Hong termenung sebentar, kemudian menjawab, “Menurut apa yang kuketahui orang itu bukan berasal dari kuil Siau-lim, gelarnya adalah Cian Jin!”

“Aahh! Kalau begitu tak bakal salah lagi menurut ingatan yang agak samar, hwesio lain yang ikut masuk ke dalam Istana Terlarang pada waktu itu memang bernama Cian Jin. Kalau begitu kemungkinan besar hwesio itu yang berada di atas kereta beroda ini adalah Bu siang taysu dari kuil Siau-lim?”

Ia berhenti sejenak kemudian lanjutnya.

“Bagaimana caranya kalau membuka alat rahasia di atas dinding itu sehingga menyebabkan munculnya layon dari taysu ini?”

“Tentang soal ini, kau harus bertanya kepada saudara ini” sahut Shen Bok Hong sambil melirik sekejap ke arah Siauw Ling.

It-bun Han Too berpaling ke arah pemuda itu, segera tanyanya.

“Bagaimana caranya kau menggerakkan alat rahasia itu?”

Siauw Ling termenung dan berpikir sejenak kemudian sahutnya.

“Ketika itu diserang oleh Shen Toa Cungcu, untuk menghindari serangannya itu akau mundur ke belakang dan punggungku menumbuk di atas dinding ruangan ini…..”

Ucapan itu tetap dipancarkan dengan nada yang dibuat, meskipun Shen Bok Hong serta It-bun Han Too tahu bahwa suara itu bukan berasal dari suara aslinya, tapi merekapun tak mampu untuk menebak asal usul sebenarnya.

“Saudara dalam keadaan dan situasi seperti ini aku rasa kau tidak perlu menyembunyikan asal usulmu lagi” seru Shen Bok Hong dengan suara mengejek.

It-bun Han Too sambil maju menghampiri berkata pula, “Benar, saudara ini pastilah seorang rekan yang kita kenali, oleh sebab itu sengaja ia kenakan topeng manusia untuk mengelabui orang serta berbicara dengan nada sengaja dibuat buat….”

Disindir dan dipanasi hatinya oleh kedua orang ini, Siauw Ling jadi naik pitam, tangannya segera meraba ke atas wajah sendiri siap melepaskan topeng manusia itu.

Sepasang mata Shen Bok Hong serta It-bun Han Too sama-sama dialihkan ke atas wajahnya dengan pandangan tajam, rupanya mereka sedang menanti dipecahkannya teka teki yang selama ini menyelimuti diri orang itu.

Siauw Ling tertawa dingin, tangan kanannya yang sudah menempel di atas wajah tiba-tiba diturunkan kembali lalu menyingkir ke samping

Pada waktu itu It-bun Han Too hendak berjalan menuju ke pintu batu, ketika menyaksikan Siauw Ling hendak melepaskan topeng kulit manusia di atas wajahnya ia segera hentikan langkahnya untuk melihat.

Siapa tahu ditengah jalan pemuda itu telah batalkan niatnya, terpaksa sambil tertawa hambar ujarnya, “Saudara tempat mana yang kau tumbuk barusan?”

“Itu disini!” sahut Siauw Ling sambil menuding sebuah dinding batu didekatnya.

It-bun Han Too berjalan mendekati dinding tersebut, ia lihat dinding itu licin dan halus sekali, sama sekali tiada berbeda dengan tempat lain, hal ini membuat ia menghela napas dan berkata, “Kecerdasan Ahli Bangunan bertangan sakti memang luar biasa sekali, dinding tembok di tempat ini tak ada beda sama sekali dengan tempat lain, andai kata kau tidak menumbuk di tempat itu secara tak sengaja sulit bagi kita untuk menemukan letak alat rahasia yang mengendalikan pintu batu itu”

Sembari berkata ia lantas mengetuk dinding batu itu beberapa kali.

Tapi beberapa pukulannya sama sekali tidak menunjukkan reaksi apapun jua, hal ini mencengangkan hati It-bun Han Too, ia segera menoleh sekejap ke arah Siauw Ling sambil bertanya, “Betulkah di tempat ini?

“Benar!”

Sekali lagi It-bun Han Too menghantam dinding tebing itu, kali ini setiap pukulan disertai dengan tenaga dalam yang dahsyat, suara pantulan yang nyaring bergema diseluruh ruangan.

Ketika ia menghantam dinding tembok itu untuk ketiga kalinya, dari dinding sebelah timur segera terjadilah suatu perubahan

Kraaak…. Kraaak…. Kraaak…. dari dinding tembok tersebut terbuka kembali sebuah pintu rahasia, sebuah kursi roda perlahan lahan muncul pula dari balik pintu itu.

Di atas kursi roda itu duduk seorang kakek tua berbaju hijau dan berjenggot panjang terurai sedada.

Agaknya kursi kereta itu dikendalikan oleh suatu kekuatan dari bawah tanah, ketika mendekati ruang tengah tiba-tiba kursi itu berhenti dengan sendirinnya, Kakek tua itu duduk dengan sepasang tangan diletakkan di atas lutut, kepalanya tertunduk ke bawah sehingga sulit bagi para jaga untuk melihat jelas raut wajahnya.

Lama sekali It-bun Han Too mengawasi kakek tua itu dengan wajah tertegun, kemudian ia mengangguk dan bergumam seorang diri, “Aku mengerti sekara ng…..aku mengerti….”

“It-bun Heng, kau mengerti apa?” tegur Shen Bok Hong.

“Shen Toa Cungcu, bukankah pengetahuanmu selamannya amat luas? Apakah kau dapat meraba kejadian yang berlangsung pada masa silam dari letak tempat dudukan mayat-mayat ini?”

Dengan seksama Shen Bok Hong mengawasi mayat kakek tua berbaju hijau serta Bu Siang taysu beberapa saat lamanya, ketika ditemuinya bahwa tak ada sesuatu aneh yang perlu diperhatikan dia segera menggeleng.

“Aku tidak berhasil menemukan sesuatu apapun, harap It-bun Heng suka menjelaskan!”

“Haaah…. Haaah…. Haaah…. dengan kecerdasan yang dimiliki Shen Toa Cungcu semestinya kau dapat meraba kejadian sebenarnya. Cuma kau segan mempergunakan otakmu untuk memikirkan masalah ini….”

“Aku benar-benar tak dapat memecahkan persoalan ini, It-bun Heng suka menerangkan!”

Diluar ia berkata demikian, dalam hati pikirnya dengan penuh kebencian, “Kurang ajar, perkataannya saja ia memuji diriku padahal yang benar ia sedang mengejek ketololanku…. manusia ini betul-betul menjengkelkan sekali, sekeluarnya dari Istana Terlarang aku harus siksa dirinya habis2an biar tahu rasa….”

Terdengar It-bun Han Too berkata kembali, “Bukankah aku telah menyuruh Shen Toa Cungcu perhatikan tempat duduk kedua orang ini? Asal kau perhatikan lebih cermat maka dengan cepat kau akan memahami bahwa selain dua orang itu disekelilingnya tentu masih ada kursi yang lain..”

“Jumlah para jago sakti yang masuk ke dalam Istana Terlarang semuanya ada sepuluh orang, kecuali Ahli Bangunan bertangan sakti Pau It Thian semestinya masih ada sembilan orang, setiap orang di kolong langit mengetahui hal ini, andaikata yang dimaksudkan It-bun Heng adalah persoalan ini, rasanya hal itu tak perlu diherankan lagi!”

“Tapi apakah Shen heng bisa memberikan penjelasan secara terperinci….?”

Tentang soal ini …. tentang soal ini ….” untuk beberapa saat lamanya Shen Bok Hong berdiri tertegun.

“Kalau berbicara tentang ilmu silat aku sadar bahwa diriku masih bukan tandingan dari Shen Toa Cungcu, tetapi dalam urusan ini, aku percaya kemampuanku jauh lebih hebat daripada dirimu, andaikata Shen Toa Cungcu merasa tak mampu untuk menerangkan persoalan ini, lebih baik sementara waktu tutup mulut saja”

Beberapa patah kata sindiran yang pedas ini seketika membuat air muka Shen Bok Hong terasa amat panas, tetapi ia tak dapat mengumbar hawa amarahnya, terpaksa perasaan itu harus ditelan mentah2 ke dalam perutnya……

“Menurut dugaanku diantara beberapa buah kursi roda ini tentu terdapat sebuah meja bundar, aku tak berani memastikan mereka sedang minum arak atau membicarakan sesuatu, tapi yang jelas mereka pasti sedang duduk mengelilingi sebuah meja bundar…..”

Dengan seksama Siauw Ling perhatikan jarak antara kursi roda kedua sosok mayat itu, dia merasa perkataan itu sedikitpun tidak salah, dalam hati segera pikirnya, “Sebelum ia terangkan duduknya perkara, persoalan ini memang kedengaran janggal dan sukar ditebak makna sebenarnya, tapi setelah diterangkan ternyata hanya suatu urusan yang amat sederhana sekali…. rupanya orang ini memang paling lihai pengetahuannya diantara kami sekalian, kecerdasan otaknya jauh di atas kami semua ….
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar