Budi Ksatria Jilid 02

Jilid: 2

MAKSUD dari ucapan itu sudah jelas sekali, atau dengan perkataan lain gembong iblis ini hendak menggunakan keselamatan beberapa orang pekerja untuk membuktikan kebenaran dari dugaan It-bun Han Too.

Tentu saja jago dari kawakan macam It-bun Han Too dapat menangkap maksud orang maka iapun berkata, “Bila Cungcu ingin membuktikan kebenaran dari dugaanku tak ada salahnya kalau dicoba, cuma….. lebih baik perintah itu diturunkan sendiri oleh Toa Cungcu.“

Shen Bok Hong tersenyum, ia berpaling memandang sekejap ke arah Ciu Cau Liong sambil serunya, “Suruh mereka lanjutkan penggalian!

Ciu Coa Liong mengiakan, ia segera sampaikan perintah itu kepada para pekerja. Puluhan orang pria kekar itupun melanjut kan kembali penggaliannya mencangkul dinding tebing.

Selama ini Siauw Ling takut jejaknya ketahuan Shen Bok Hong, ia tak berani mendekat terlalu rapat dengan orang-orang itu, karenanya apa yang dibicarakan antara Shen Bok Hong dengan It-bun Han Too tak sempat terdengar olehnya.

Dalam pada itu Shen Bok Hong telah pusatkan perhatiannya mengawasi para pekerja itu. ia tahu setiap saat kemungkinan terjadi perubahan yang tak disangka-sangka, maka ia awasi dengan seksama.

Suatu ketika mendadak suara benturan cangkul di atas dinding berhenti bergema, puluhan orang pekerja itu tanpa mengeluarkan Sedikit suarapun roboh terjengkang ke atas tanah.

Perubahan yang sama sekali diluar dugaan ini bukan saja sangat mengejutkan Shen Bok Hong, bahkan It-bun Han Too sendiripun agak kelabakan dibuatnya.

Orang yang berada pada jarak agak jauh atau tidak menaruh perhatian, sama sekali tidak tahu kalau di tempat itu sudah terjadi peristiwa yang tragis, puluhan orang pekerja itu tanpa menjerit kesakitan ataupun merintih segera menggeletak di atas tanah.

Shen Bok Hong sendiri walaupun merasa terkesiap, tapi air mukanya masih tetap tenang seperti sediakala, ia tertawa hambar.

“It-bun heng, sebenarnya apa yang telah terjadi?”

“Apa yang telah terjadi? aku sendiripun tak tahu,” pikir It-bun Han Too dalam hati, “Tapi kalau aku terus terang kepadanya, dia pasti akan pandang rendah diriku….”

Berpikir demikian, ia lantas berkata, “Bukankah sudah kukatakan sedari tadi, kenapa Toa Cungcu tak mau mendengarkan nasehatku….”

Shen Bok Hong tertawa hambar.

“Aku sama sekali tak ada maksud menegur It-bun heng, cuma aku ingin tahu apa sebabnya mereka menggeletak mati tanpa menimbulkan sedikit suarapun?”

It-bun Han Too terdesak oleh keadaan, terpaksa perlahan-lahan ia maju ke muka, ujarnya, “Di sekeliling istana terlarang, tentu sudah diatur suatu jebakan yang sangat mengerikan”

“Mungkinkah sebangsa asap beracun…”

It-bun Han Too tidak menjawab, ia semakin dekati jenazah yang bergelimpangan di atas tanah itu, cuma langkahnya makin lama semakin lambat.

Ia ingin sekali mendengar Shen Bok Hong mencegah perbuatannya itu sehingga menggunakan kesempatan itu dia bisa turun dari keadaan yang serba runyam ini, siapa tahu Shen Bok Hong tetap berlagak pilon. seakan akan ia tak melihat kalau ada orang sedang memasuki daerah yang berbahaya.

Terdesak oleh keadaan, akhirnya It-bun Han Too mendekati sisi jenazah seorang pekerja.

Dengan tangan gemetar ia balik jenazah itu kemudian diperiksanya dengan seksama.

Tampaklah empat lima jarum kecil yang amat lembut menancap di atas wajah pria itu. sekeliling mulut luka membengkak dan berwarna merah kehitam-hitaman, jelas jarum kecil itu telah direndam di dalam cairan beracun.

It-bun Han Too segera bangkit berdiri, sambil menggapai serunya, “Toa Cungcu, coba kemarilah!”

Shen Bok Hong memandang sekejap sekeliling tempat itu, kemudian maju kedepan.

“Apakah It-bun heng berhasil menemukan sesuatu yang aneh?” tanyanya lirih.

Tapi setelah sorot matanya terbentur dengan jarum beracun di atas wajah jenazah itu, dia jadi tertegun, ujarnya kemudian, “Ooooooh….rupanya mereka terkena bidikan jarum lembut yang mengandung racun keji!”

“Diantara tebing dinding yang terjal serta batu gunung yang keras, dari mana munculnya jarum beracun?”

“Hal ini membuktikan bahwa istana terlarang memang benar-benar terletak disini” jawab Shen Bok Hong sambil tertawa hambar.

“Dan membuktikan pula kalau di sekeliling istana terlarang telah diatur jebakan-jebakan maut yang mengerikan!” sambung It-bun Han Too.

Sekilas senyum menyeringai terlintas di atas wajah Shen Bok Hong, tapi hanya sebentar saja sudah lenyap tak berbekas, ujarnya, “It-bun heng, apakah kau sudah temukan jarum beracun itu berasal dari arah mana?”

“Dan Toa Cungcu sendiri? apakah sudah menemukan?”

“Kalau aku berhasil melihatnya, kenapa musti ditanyakan lagi kepada It-bun heng?

“Tak usah dilihat akupun sudah tahu cara mereka memasang alat rahasia ini, bukan saja cara tersebut amat keji bahkan gampang sekali menyesatkan pikiran orang. membuat orang salah mengira mereka telah temukan tempat yang penting, sekalipun orang itu adalah Shen Toa Cungcu sendiri juga tak akan terhindar dari bencana ini “

Mula-mula Shen Bok Hong tertegun, kemudian sambil tertawa tawa katanya, “Tentang soal ini, aku ingin mohon petunjuk dari It-bun heng!”

“Di atas dinding batu ini telah dilobangi beberapa puluh lubang tabung kecil, dalam tabung dipasang alat penembak yang kuat, kemudian jarum beracun tadi dipasang dalam alat tembak tadi….”

“Oooh, kemudian mulut tabung ditutup oleh selapis batu pualam begitu?”

“Benar, asal batu pualam yang berada di mulut tabung itu pecah, maka jarum beracun itu segera akan memancar keluar, siapa terkena tentu akan mati binasa seketika”

Shen Bok Hong memandang sekejap dinding batu itu, kemudian katanya, “Si ahli bangunan bertangan sakti Pau It Thian memasang alat penembak senjata rahasia di sekitar dinding tebing, tujuannya pastilah untuk melindungi istana terlarang”

“Kalau kau sampai mempunyai jalan pikiran demikian, maka kau akan terjebak oleh siasatnya”

“Kenapa?”tanya Shen Bok Hong tercengang.

“Seandainya Pau It Thian membangun pintu istana di lembah ini, tidak nanti ia hanya mengatur alat jebakan semacam itu saja”

“Jadi menurut penilaian It-bun heng. pintu mana tidak berada di tempat ini?”

“Sedikitpun tidak salah!”

“It-bun heng. bukankah tempat ini berhasil kau temukan setelah memperhitungkan lama sekali?”

“Sedikitpun tidak salah”

“Tapi akhirnya It-bun heng berhasil juga menghitung tepat letak pintu istana tersebut!”

“Itulah sebabnya kepandaian Pau It Thian dalam hal ilmu bangunan jauh lebih lihay daripada diriku, maka aku gagal menemukannya.”

Wajah Shen Bok Hong berubah hebat, rupanya ia hendak mengumbar nafsu amarah tapi akhirnya perasaan tersebut dapat ditekan kembali. Ia tertawa tawa dan berkata, “Tidak menjadi soal, silahkan Kau berpikir beberapa saat lagi dengan lebih seksama, aku percaya dengan kecerdasan serta pengetahuan yang dimiliki It-bun heng tidak sulit untuk menemukan pintu masuk Istana Terlarang.”

“Ooooooo… aku sudah teringat akan Satu urusan, bagaimanapun juga terpaksa harus kujelaskan dulu kepada Sheng Toa cungcu,” ujar It-bun- Ban Too tiba-tiba.

“Apa yang hendak kau katakan?”

“Sekalipun kita berhasil masuk pintu Istana Terlarang, tanpa adanya anak kunci untuk membuka istana tersebut, tak mungkin bagi kita semua untuk memasukinya.“

“Kenapa? dahulu It-bun heng belum pernah membicarakan tentang persoalan ini!”

“Sebelum mengalami penyerangan oleh senjata rahasia jarum beracun, aku memang belum pernah berpikir sampai kesitu, tapi sekarang mau tak mau terpaksa aku harus berpikir sampai kesitu.“

“Apa sebabnya? harap kau suka menjelaskannya!”

“Andainya si ahli bangunan bertangan sakti Pau it Thian telah memasang sejenis alat rahasia di depan pintu masuk Istana Terlarang, tanpa tersedianya anak kunci untuk membuka pintu istana tersebut, dari mana kita sanggup untuk membuka alat rahasia tersebut..:..”

“Kita toh bisa menggunakan tenaga pekerja untuk menggali gunung dan masuk ke dalam dengan menjebol pintu itu?”seru Shen Bok Hong dengan cepat.

“Menurut dugaanku alat rahasia itu pastilah suatu alat yang sangat lihay, bila kita merusaknya secara gegabah terutama kalau kita jebol dengan tenaga manusia, kemungkinan besar alat rahasia tadi akan hancur dan berantakan, bila demikian keadaannya mungkin sekali seluruh pintu batu itu akan tersumbat”

Shen Bok Hong tertawa tawa.

“Kau ini lucu amat It-bun heng, andaikata anak kunci istana terlarang sedari dulu sudah tersedia dalam sakuku, buat apa aku musti undang kehadiran It-bun heng guna membantu usahaku ini? Kenapa istana tersebut tidak kubuka dan kumasuki sendiri?”

“Bukannya begitu Cungcu! sesudah melihat semburan senjata rahasia dari atas dinding tadi, barulah kusadari bahwa Pau It Thian bukan saja amat lihay dalam soal bangunan, pikirannya pun picik dan hatinya kejam, merusak pintu secara gegabah mungkin akan mengakibatkan musnahnya seluruh istana terlarang”

Menghadapi kenyataan seperti ini, Shen Bok Hong terpaksa harus termenung dan berpikir keras…sesaat kemudian ia berkata kembali, “It-bun heng, sekarang pintu masuk ke dalam istana terlarang belum berhasil kau temukan, bagaimana kalau kita rundingkan lagi masalah ini setelah pintu itu berhasil kita temukan?”

It-bun Han Too pun tidak banyak bicara lagi, ia duduk di atas batu membuka peti emasnya dan mulai menghitung kembali di atas secarik kertas.

Diam-diam Shen Bok Hong mengintip isi kertas tadi, tapi yang terlihat hanyalah tulisan2 kecil yang lembut dan rapat, sulit baginya untuk memahami isi kertas tersebut.

Dalam pada itu Ciu Cau Liong telah mendekati sisi kepala kampungnya, lalu berbisik lirih, “Toa Cungcu, untuk sementara waktu silahkan beristirahat dulu. Setelah kehadiranmu disini aku pikir ia Tak akan berani pikirkan yang bukan-bukan…..”

Shen Bok Hong mengangguk, setelah berpikir sebentar diapun berbisik lirih, “Orang ini paling gemar main perempuan bila bertemu dengan anak perempuan hatinya akan terasa lega. Cepat undang Kim Hoa Hujin datang kemari dan suruh dia amati orang itu secara diam!”

Habis berkata ia putar badan dan segera berlalu.

Ciu Cau Liong melirik sekejap ke arah It-bun Han Too. kemudian memburu kesisi tubuh Shen Bok Hong sambil berbisik kembali, “Kim Hoa Hujin lihay dalam soal ilmu beracun, kepandaian silatnya luar biasa, kepandaian bicaranyapun tiada tandingan. Memang paling tepat kalau dia yang ditugaskan mengawasi gerak-gerik It-bun Han Too!”

“Beritahu pada Kim Hoa Hujin, kalau bisa pilihkan sejenis binatang yang paling beracun untuk digigitkan ke tubuh It-bun Han Too, kemudian berikan obat penawarnya kepada dia, dengan begitu dia akan jadi tidak tenang dan hatinya tertindih perasaan ngeri tapi ingat jangan sampai mempengaruhi pekerjaannya!”

“Tapi….Cungcu, seandainya kita berbuat demikian, pekerjaannya tentu akan kacau dan pikirannya akan bercabang!”

“Tidak mungkin begitu! It-bun Han Too adalah seorang jago yang amat cerdik, tetapi diapun takut sekali menghadapi kematian asal kita beri satu kesempatan hidup baginya niscaya dia tak akan memilih jalan kematian tersebut….”

Ia merendak sejenak, lalu ujarnya kembali, “Tapi… kau harus ingat! pekerjaan ini harus dikerjakan dengan sungguh-sungguh, waspada dan berhati-hati, jangan sampai membuat dia sadar bahwa perbuatan itu adalah suatu kesengajaan dari pihak kita”

“Aku tentu akan sampaikan pesan ini ke pada Kim Hoa Hujin!”

Shen Bok Hong mengangguk, dengan langkah lebar ia segera berlalu dari situ.

Dalam pada itu Siauw Ling yang duduk di tepi kalangan, otaknya bekerja keras memikirkan persoalan yang amat pelik pikirnya dalam hati, “Saat yang dijanjikan enci Gak terhadap Giok Siau-long-kun dalam sekejap mata akan tiba, aku tak boleh menanti terus di tempat ini, dalam waktu singkat aku harus berusaha keras Untuk memasuki Istana Terlarang dengan anak kunci yang telah tersedia dalam sakuku, persoalannya sekarang adalah dimanakah letak pintu masuk Istana tersebut.

Setelah ingatan tadi berkecamuk dalam hatinya, ia tak dapat mengendalikan emosinya lagi, sambil bangkit berdiri ia langsung berjalan menghampiri It-bun Han Too.

Pek-li Peng jadi amat gelisah, segera tegurnya, “Toako kau hendak kemana?”

“Kita harus secepatnya memasuki istana terlarang, sekarang aku hendak memberitahukan hal ini kepada It-bun Han Too. Tunggu sajalah disitu jangan sampai menimbulkan kecurigaan orang terhadap kita!”

Pek-li Peng yang selalu penurut tidak banyak bicara lagi. ia tersenyum dan duduk kembali di atas tanah.

Dengan langkah lebar Siauw Ling berjalan menghampiri jago tua itu. segera bisiknya, “It-bun sianseng! Ada urusan apa?

“Sudah kau temukan pintu masuk Istana Terlarang itu?”

“Rupanya kau terburu nafsu?”

“Keadaan di tempat ini amat berbahaya, aku harus secepatnya memasuki istana terlarang dan secepatnya pula tinggalkan tempat ini”

“Huuuh! setelah masuk ke dalam istana terlarang kau anggap bisa tinggalkan tempat ini dalam keadaan hidup?”

“Bagus sekali,“ pikir Siauw Ling dalam hati, ”rupanya kau memang sengaja hendak mengulur waktu!”

Berpikir demikian ia lantas berkata, “Kenapa aku tak dapat tinggalkan tempat ini dalam keadaan hidup?”

“Bila kita telah memasuki istana terlarang, berarti kita pula telah kehilangan posisi yang amat berharga” sahut It-bun Han Too sambil tertawa dingin, ”Aku sudah, mengenal jelas bagaimanakah tabiat dari Shen Bok Hong, dia tak nanti akan melepaskan kita dengan begitu saja”

“Bukankah ia telah menujui untuk tidak membinasakan dirimu?”

“Seandainya dia kurung diriku dalam sebuah ruang rahasia bawah tanah yang gelap dan sepanjang hari tidak melihat matahari, bukankah siksaan itu jauh lebih hebat daripada kematian?”

“Oooh…”jadi kalau begitu, sianseng memang sengaja sedang mengulur waktu?”

“Bukannya begitu, maksudku sekalipun pintu masuk istana terlarang berhasil kutemukan, belum tentu aku mampu untuk masuki pintu masuk tadi!”

It-bun Han Too,bicara terus terang kalau aku dapat untuk membuka pintu istana itu….?”

Air muka It-bun Han Too berubah amat serius. katanya sungguh-sungguh, “Andaikata di kolong langit betul-betul terdapat seseorang yang sanggup membuka pintu istana terlarang, maka orang itu tentu jauh lebih lihay daripada diriku, atau kecuali orang itu…..”

“Orang Itu kenapa?”

“Kecuali orang itu memiliki anak kunci Istana Terlarang?”

“Darimana sianseng mengetahui kalau aku tidak memiliki anak kunci Istana Terlarang?”

Mula-mula It-bun Han Too agak tertegun kemudian serunya dengan hati kurang senang, “Selama hidup aku paling benci kalau ada Orang pandai berbohong atau omong kosong.”

“Sianseng tak usah kuatir,“ sela Siauw Ling, cepat, “Asal sianseng berhasil menemukan letak pintu masuk Istana Terlarang, anak kunci itu segera kutunjukkan…..”

It-bun Han Too tertawa dingin

“Sahabat tahukah kau berapa banyak anak kunci Istana Terlarang yang terdapat di kolong langit?” tiba-tiba ia bertanya.

Siauw Ling melengak, untuk beberapa saat ia tak sanggup menjawab pertanyaan itu.

Sebab ia sendiripun tak tahu berapa banyak anak kunci Istana terlarang yang beredar di kolong langit.

It-bun Han Too tertawa dingin, kembali ujarnya, “Menurut hasil penyelidikan yang kulakukan, tempo dulu si ahli bangunan bertangan sakti Pau It Than semuanya telah membuat sepasang anak kunci, yang satu ditinggal dalam dunia persilatan sedang yang lain tetap digembol olehnya ikut terjebak di dalam Istana Terlarang, kecuali seseorang berhasil temukan jenazah darimana anak kunci itu dapat ditemukan….”

“Tapi di dalam dunia persilatan toh masih tersisa sebuah?” kata Siauw Ling cepat.

ooooOoooo

It-bun-HAN TOO tidak berbicara, sepasang matanya dengan tajam mengerling sekejap sekeliling tempat itu.

Disana ia lihat kecuali delapan orang pria kekar yang berada beberapa tombak jauhnya dari tempat dimana ia berada, Shen Bok Hong, Ciu Cau Liong serta Tong Lo-tay sekalian telah lenyap tak berbekas, sampai kesepuluh mayat yang menggeletak di bawah dinding tebingpun sudah diangkut pergi semua.

“Sianseng tak usah kuatir, sedari tadi mereka telah berlalu dari Sini….” ujar Siauw Ling cepat.

“Heeem! rupanya kau awasi terus gerak-gerik mereka!”

Siauw Ling tidak menanggapi, ia mendesak lebih jauh, “Sianseng, waktu bagi kita sudah tidak terlalu banyak, lebih baik kita bicarakan urusan yang sebenarnya”

“Sahabat! aku berani menjamin bahwa kau bukanlah anak buah dari Lan Giok Thong, bila dugaanku tidak salah kemungkinan besar kau adalah Lan Giok Thong pribadi, bukankah begitu?”

“Jangan kau perdulikan Siapakah aku, cepat jawab dulu pertanyaan yang kuajukan!“

It-bun Han Too sangsi sebentar, lalu sahutnya sambil geleng kepala, “Aku tidak percaya kalau kau benar-benar memiliki anak kunci Istana Terlarang.”

Keadaan kita adalah senasib sependeritaan, buat apa aku mengajak gurau dirimu?”

Sementara It-bun Han Too hendak menjawab, dari tempat kejauhan terlihatlah Kim Hoa Hujin dengan gerakan tubuh yang cepat laksana sambaran kilat sedang meluncur datang.

Dari kejauhan perempuan itu telah berseru sambil tertawa merdu, “It-bun sianseng. apakah kau telah berhasil menemukan pintu masuk Istana Terlarang?”

Melihat kehadiran perempuan itu, Siauw Ling melirik sekejap ke arah Kim Hoa Hujin lalu memberi hormat dan pura-pura berkata, “Bila sianseng tak ada perintah lain, hamba mohon diri lebih dahulu!:…”

“Pergilah!“ sahut It-bun Han Too sambil ulapkan tangannya, ia berpaling dan menatap wajah Kim Hoa Hujin tajam-tajam, kemudian ujarnya pula, “Aku belum berhasil menemukan pintu itu, ada apa sih?”

Sementara itu Siauw Ling yang takut suaranya dikenali Kim Hoa Hujien, dalam mengutarakan kata-katanya tadi sengaja ia serakkan suaranya agar tidak dikenal.

Siapa tahu Kim Hoa Hujien betul-betul amat teliti, ia tetap menaruh curiga dan segera mengawasi pemuda itu sambil membentak keras, “Hey. kamu…. berhenti!”

“Hujin ada perintah apa?” tanya Siauw Ling terpaksa berhenti.

“Rupanya kau kenal dengan diriku?”

“Hamba baru pertama kali ini bertemu dengan nyonya!”

“Apakah kau adalah anak buah It-bun sianseng?” tanya Kim Hoa Hujin sambil menoleh ke arahnya.

It-bun Han Too menggeleng.

“Aku sih tidak mempunyai kegagahan macam hujin yang pergi datang selalu diiringi pelayan dan dayang. Bagiku sudah terbiasa pergi datang seorang diri. Kau tanyakan tentang orang ini? dia sih diutus oleh Ciu Cungcu untuk melayani kebutuhanku….”

Berbicara sampai disini. ia mendongak dan tertawa terbahak-bahak lalu tambahnya, “Mungkin diapun mengandung maksud lain seperti halnya dengan kedatangan hujin untuk mengawasi gerak-gerikku”

Jawaban ini amat tepat sekali dan melenyapkan kecurigaan Kim Hoa Hunjin, sambil ulapkan tangannya perempuan itu berseru, “Baik kalau begitu pergilah…..”

Siauw Ling putar badan dan berlalu, sambi berjalan kembali Otaknya bekerja keras.

“Kim Hoa Hujin menaruh sikap yang sangat baik terhadap diriku, bila kukatakan asal usulku yang sebenarnya, bisakah dia membantu usahaku ini….?” Ia berpikir di dalam hati.

Saat itu ia merasakan kekuatan terlalu minim, pikirnya andaikata perempuan itu dapat membantu dirinya maka keadaan tersebut tentu akan jauh lebih baik.

Setibanya disisi Pek-li Peng, ia lantas duduk mendeprok di atas tanah.

“Siapa sih perempuan itu?” bisik Pek-li Peng dengan suara lirih.

“Oooh….! dia adalah Kim Hoa Hujin, seluruh badannya penuh dengan binatang beracun, dahulu dia adalah seorang jago lihay dalam wilayah Biau, setelah masuk ke daratan Tionggoan sebenarnya dia bercita2 untuk menjagoi dunia persilatan, sayang akhirnya kena ditarik oleh Shen Bok Hong untuk membantu pihak perkampungan Pek Hoa Sanceng….”

Ia menghela napas panjang, setelah berhenti sejenak sambungnya kembali, “Shen Bok Hong benar-benar memiliki kemampuan yang amat luar biasa, cuma sayang akalnya terlalu kejam dan tidak berperikemanusiaan, terutama ambisinya yang besar dan hendak merajai seluruh kolong langit. Aaai andai ia dapat berjalan di atas rel yang benar atau ia membuka perguruan dan mendirikan partai dalam Bu-lim, niscaya keampuhannya akan disegani dan dihormati banyak orang”

“Hmm! aku merasa mendongkol dan muak melihat tingkah laku dari Kim Hoa Hujin itu “seru Pek-li Peng.

“Bagus sekali!” pikir si pemuda dalam hati, “Aku sudah setengah harian diajak dia berbicara, ternyata ia tidak dengarkan sepatah katapun….”

Segera tanyanya, “Kenapa kau tidak senang?”

“Coba libat tingkah pola yang genit dan tengik, dari situ aku bisa menduga kalau dia adalah seorang perempuan yang tak genah. Huuuh, aku harus memberi sedikit .pelajaran yang pahit kepadanya…”

Siauw Ling terkejut, segera pikirnya, “Ilmu silat yang dimiliki Kim Hoa hujin sangat lihay, bila Peng ji turun tangan membokong dirinya, niscaya jejak kita akan ketahuan olehnya, bila sampai terjadi kejadian itu … waah! urusan bisa semakin berabe… aku harus cegah niatnya itu!”

Berpikir demikian ia lantas berseru dengan hati gelisah.

“Peng-ji, dalam keadaan serta situasi ini janganlah kau mencari gara-gara yang tak berguna. Kita harus bisa tahan uji dan tahan hinaan, pikir dan ingatlah terus bahwa tujuan kita adalah memasuki istana terlarang janganlah disebabkan urusan kecil! mengakibatkan tujuan kita jadi terbengkalai.”

Pek-li Peng mengerling sekejap ke arah Siauw Ling, lalu tersenyum.

“Yaah sudahlah….kalau memang toako sudah mintakan ampun baginya, untuk sementara waktu kuampuni selembar jiwanya?”

“Aduuh…… sombongnya,” batin Siauw Ling, “seandainya benar-benar sampai bentrok, belum tentu kau bisa menandingi kelihayannya….”

Tentu saja perkataan semacam ini tidak sampai diutarakan keluar hingga mengakibatkan kegusaran dara ayu itu.

Menanti dia angkat kepala kembali tampaklah It-bun Han Too telah sibuk lagi dengan kertas corat-coretnya, Kim Hoa Hujin sama sekala tidak ia gubris.

Mungkin Kim Hoa Hujin merasa tidak kerasan hanya duduk seorang diri, ia bangkit dan segera mendekati ke arah Siauw Ling.

Pek-li Peng kerutkan dahinya melihat hal tersebut, ia melengos dan memandang ke arah air telaga yang bening.

Setibanya di hadapan si anak muda itu, Kim Hoa Hujin segera menegur, “Sudah lama kau bekerja di perkampungan Pek Hoa Sanceng?”

“Selamanya hamba bekerja dalam lembah ini!”

Dengan sorot mata yang tajam bagaikan sepasang pisau belati, ia tatap wajah Siau-Ling beberapa saat lamanya, kemudian berkata lagi, “Kau mengenakan topeng kulit manusia! bukankah begitu?”

“Sungguh tajam penglihatannya, perempuan ini tak boleh dipandang enteng……” pikir Siauw Ling dalam hati.

Diluaran ia segera menjawab, “Sejak dilahirkan hamba sudah memiliki seraut wajah yang berpenyakitan, harap hujin memakluminya “

“Tadi, apa yang dibicarakan It-bun Han Too dengan dirimu?”tiba-tiba perempuan itu bertanya lirih.

“Oooh kita membicarakan Soal tentang pencarian pintu masuk istana terlarang…..”

“Apa yang dia katakan?”

“Ia bilang pekerjaan ini hanya dapat dilakukan dengan menggunakan segenap kemampuan yang dimilikinya, keyakinan sih tidak ada?”

“Ciu ji-Cungcu mengutus kalian berdua melayani kebutuhannya, apakah ia pernah pesan kalian untuk mengawasi pula gerak-geriknya?7”

Siauw Ling merasa serba salah untuk menjawab pertanyaan itu, terpaksa ia tertawa hambar dan membungkam dalam seribu bahasa

Melihat sikap orang itu, Kim Hoa Hujin segera tersenyum.

“Bagus sekali kau pandai sekali menyimpan rahasia…” serunya.

Tiba-tiba tangan kanannya laksana kilat berkelebat ke depan mencengkeram raut wajah si anak muda itu.

Siauw Ling sangat terkejut. Cepat ia mengingos ke samping melepaskan diri dari ancaman tersebut, serunya, “Hujin apa maksudmu?”

“Kau berhasil menghindarkan diri dari serangan yang kulancarkan secara mendadak» hal ini membuktikan bahwa kau termasuk jago lihay kelas satu di dalam dunia persilatan,” sahut perempuan itu sambil tersenyum, telapak kirinya segera berkelebat kembali mencengkeram raut wajah si anak muda itu

Siauw Ling tarik napas panjangi dan loncat mundur dua langkah ke belakang, serunya, “Hujin, kau toh sudah tahu kalau aku adalah anggota perkumpulan Pek Hoa Sanceng, kenapa kau mempermainkan diriku dengan cara begini rupa?”

Setelah seringkali melakukan perjalanan bersama Tiong-ciu-siang, sepasang pedagang dari Tiong ciu, sedikit banyak pengetahuan yang dimiliki pemuda ini telah peroleh banyak kemajuan.

Sedikttpun tidak salah, ucapan tersebut segera memberikan reaksi yang amat besar.

Kim Hoa Hujin tidak melancarkan serangan kembali, sambil tertawa hambar ia cuma bertanya

“Ayoh mengaku dulu, benarkah kau mengenakan topeng kulit di atas wajahmu….?”

“Setelah hujin mengetahui rahasia itu, apa gunanya kau mendesak diriku terus menerus?”

“Huuuh….! kau terlalu pandang rendah orang she It-bun itu, aku saja bisa mengetahui rahasiamu itu apalagi dia….”

Mendadak terdengar It-bun Han Too berteriak kesakitan, lalu berseru keras, “Kim Hoa Hujin, apakah Shen Bok Hong yang suruh kau melakukan perbuatan ini?”

Tatkala semua orang angkat kepala, tampaklah di tangan It-bun Han Too telah bertambah dengan seekor kelabang yang panjangnya mencapai setengah depa lebih.

Kim Hoa hujin tertawa hambar, ia maju menghampiri orang itu sambil ujarnya, “Jangan kuatir, asal minum sebutir pil pemunah milikku niscaya racun itu akan musnah dengan sendirinya- walaupun kadar racun kelabangku ini amat hebat, dengan tenaga lwekang It-bun sianseng yang sempurna rasanya kau masih mampu untuk bertahan setengah jam lagi. Kenapa musti kuatir sampai begitu rupa?”

Menanti It-bun Han Too menekan Cekelan tangan kanannya, tampak kelabang itu dalam keadaan hancur berkeping-keping rontok ke atas tanah.

Kiranya ia baru menyadari akan bahaya setelah tubuhnya tergigit oleh kelabang tersebut, tangannya segera sambar binatang tadi dan hancur lumatkan jadi beberapa bagian.

”Sungguh keji hati perempuan ini!” seru Pek-li Peng dengan nada gusar.

Siauw Ling kuatir gadis itu menerbitkan ke onaran, cepat-cepat ia maju kedepan dan menghadang dihadapan Pek-li Peng, bisiknya, “Peng ji mari kita duduk sambil menyaksikan perubahan, tunggu saja sampai munculnya kesempatan baik”

Dalam pada itu sikap It-bun Han Too masih tetap tenang seperti sedia kala, katanya, “Hujin kau adalah seorang kenamaan, aku rasa kaupun tak usah membohongi diri ku….”

Dengan suara yang diperkeras ia lanjutkan, “Betulkah Shen Bok Hong yang memerintahkan Hujin untuk melepaskan binatang beracun dan melukai diriku?”

Kim Hoa Hujin tertawa.

“Kau tak perlu menyinggung tentang Shen Toa Cungcu!” serunya cepat. “Kau toh terluka oleh kelabangku? nah! terimalah obat penawar ini…..”

Sambil berkata ia merogoh sakunya dan ambil keluar sebutir pil warna hijau, kemudian diangsurkan kedepan.

It-bun Han Tco menerima obat penawar tadi, tanpa berpikir panjang ia telan ke dalam perut. Kemudian dengan suara dingin ujarnya kembali, “Hujin, kau tidak membiarkan diriku mati tergigit oleh kelabang racunmu itu, apakah kau tidak takut meninggalkan bibit bencana bagimu di kemudian hari?”

“Haaah…-haaah….haaah….!” Kim Hoa Hn jin tertawa cekikikan dan menggeleng, “Kalau cuma bermusuhan dengan It-bun Han Too sih masih bukan bencana besar bagiku!”

It-bun Han Too tertawa dingin, ia tidak berbicara lagi. Sambil duduk bersila orang itupun mengatur pernapasan.

Kim Hoa Hujin kembali tertawa terkekeh kekeh.

“It-bun heng,” ejeknya, “Memang paling bagus kalau kau segera atur pernapasan dan coba memeriksa keadaan seluruh tubuhmu, siapa tahu kalau masih ada sisa racun kelabang yang tertinggal di dalam tubuhmu?”

It-bun Han Too sama sekali tidak menggubris sindiran serta ejekan lawan, dengan mu lut membungkam dan mata terpejam ia tetap duduk bersila bagaikan seorang paderi.

Setengah jam sudah lewat dalam suasana hening, selama ini It-bun Han Too sama sekali tidak buka suara ataupun menggubris perempuan itu, lama kelamaan Kim Hoa Hu jin jadi jemu sendiri, tiba-tiba ia putar badan dan berlalu dari situ.

Menanti bayangan tubuh Kim Hoa Hujin telah lenyap tak berbekas, It-bun Han Too baru buka matanya dan menggapai si anak muda itu.

“It-bun sianseng, ada urusan apa?” tanya Siauw Ling sambil maju menghampiri dirinya.

“Aku tak mau ambil pusing siapakah kau sebenarnya, dalam hati aku telah ambil ke-putusan untuk mempercayai dirimu serta bekerja sama dengan dirimu!”

“Bagus sekali! kalau kekuatan kita tercerai berai memang sulit untuk meramalkan nasib sendiri, berbeda kalau kita mau bekerja sama. sedikit banyak harapan kita untuk melanjutkan hidup jauh lebih besar “

“Sekarang aku telah berhasil menemukan letak istana terlarang, tolong tanya benarkah kau sungguh-sungguh memiliki kunci Istana terlarang.“

“Dalam keadaan serta Situasi semacam ini apa gunanya aku membohongi diri sianseng?

“Baik! kalau memang begitu kita tetapkan saja bila malam telah menjelang tiba nanti kita buka pintu istana terlarang,“ ujar It-bun Han Too dengan wajah serius.

“Sianseng, apakah kau yakin pintu tersebut berhasil kita temukan?”

“Aku rasa delapan puluh persen tak baka! salah lagi…” ia berhenti sebentar Untuk tukar napas, kemudian ujarnya lagi, “Satu-satunya harapan kita untuk hidup adalah meminjam kehebatan alat rahasia di dalam istana tersebut untuk menghadapi serbuan Shen Bok Hong sekalian.”

“Bagaimana dengan luka racun yang sianseng derita?”

“Tidak menjadi soal, sebelum Istana Terlarang dibuka Shen Bok Hong tak mungkin akan cabut jiwaku!”

“Menurut dugaanku, setiap gerak-gerik dari sianseng pada saat ini mungkin telah berada dalam pengawasan mereka, aku rasa tidak leluasa bagiku untuk berbicara lebih jauh dengan diri sianseng”

Perlahan-lahan ia balik kembali ke tempat duduknya semula.

Senja menjelang tiba, sang surya mulai tenggelam di langit sebelah barat……

Pada saat itulah Shen Bok Hong munculkan diri dengan langkah tergopoh-gopoh, setibanya dihadapan It-bun Han Too segera berseru, “It-bun heng. baru saja siaute selesai bersemadi. aku dengar kau telah dilukai oleh binatang racun milik Kim Hoa Hujin, bagaimana dengan keadaan lukamu sekarang,”

“Aaiii…! keadaanku sudah rada baikan apa lagi setelah menelan obat penawar serta duduk bersemedi, raganya luka itu Sudah sembuh kembali sedia kala. Apalagi Kim Hoa Hujm toh tidak Sengaja melepaskan binatang beracun itu untuk menggigit diriku. tidak menjadi soal, tidak menjadi soal….”

“Hari sudah hampir malam, silahkan It-bun heng kembali ke ruang batu untuk beristirahat, soal pintu masuk Istana Terlarang kita bicarakan besok pagi saja”

“Tak usah!” tolak It-bun Han Too sambil menggeleng, ”siaute merasa masih ada sisa racun kelabang yang masih mengeram dalam tubuhku, mungkin saja duduk di udara terbuka akan menambah kesegaran otakku, untuk menentukan letak pintu istana terlarang”

“Selama ini aku selalu merepotkan Saudara It-bun heng. hal ini sungguh membuat orang she-Shen merasa tidak tenteram.”

“Aaah… kau tak perlu sungkan2, setelah mendehem ringan, ia melanjutkan, “Toa Cungcu, lebih baik perintahkan anak buahmu untuk menyingkir dari tempat ini, kalau aku tak ada urusan penting janganlah orang-orang ganggu ketenanganku.”

“Baik akan aku laksanakan keinginanmu It-bun heng! perhatikan baik-baik kesehatanmu, jangan sampai terlampau lelah”

“Haaah… haah…. kau capkan banyak terima kasih atas perhatian Toa Cungcu yang begitu mendalam atas kesehatanku!”

Shen Bok Hong tidak banyak bicara lagi, ia putar badan dan berlalu dengan langkah lebar.

Dengan pandangan tajam It-bun Han Too perhatikan hingga bayangan punggung Shen Bok Hong lenyap dari pandangan» kemudian ia pejamkan mata dan bersemedi, kian lama kian gelap, pemandangan di sekeliling tempat itupun mulai tertelan oleh kegelapan yang mencekam seluruh jagad.

Siauw Ling tahu detik2 seperti inilah merupakan Waktu yang paling penting, dia harus mempergunakan kesabaran yang paling besar Untuk menantikan datangnya kesempatan ba ik. kendati hatinya amat gelisah hingga sukar terkendalikan namun ia tetap duduk tak berkutik.

Pek-li Peng yang duduk disisi Siauw Ling, kendati harus berada di udara terbuka yang amat dingin namun wajahnya tetap masih tetap tenang-tenang saja, bahkan senyuman manis seringkali tersungging di ujung bibirnya.

Kentongan pertama dengan cepat berlalu, kentongan keduapun telah tiba, pada saat itulah perlahan-lahan It-bun Han Too bangkit berdiri, sebagai orang yang berpengalaman dan berotak tajam, setelah bangkit sambil bergendong tangan ia pura-pura berjalan bolak-balik di sekitar situ seakan akan seseorang yang sedang memikirkan sesuatu.

Menanti ia sudah yakin bahwa di sekitar situ tak ada orang, didekatinya sisi tubuh Siauw Ling sambil berbisik.

“Kita boleh turun tangan sekarang juga”

Padahal Siauw Ling sudah mengawasi terus gerak-gerik orang itu, tetapi ia pura-pura seperti baru bangun dari tidurnya, sambil mengucek mata segera bertanya, “Jam berapa sekarang?”

“Kentongan kedua!”

“Apakah sianseng telah berhasil menemukan letak pintu masuk Istana terlarang?”

It-bun HanToo tidak menjawab, ia malah balik bertanya, “Sekarang anak kunci istana terlarang itu berada dimana? “

“Berada dalam sakuku?

“BaWa kemari! ujar orang she It-bun itu sambil angsurkan tangan kanannya ke muka.

Siauw Ling tidak menanggapi perkataan itu ia angkat kepala dan memeriksa cuaca sebentar, lalu berkata, “Oo Oh aku sudah akan teringat sesuatu sekarang semestinya aku harus mengganti sebuah totokan yang lain di tubuh sianseng, sebab aku takut bila sampai terjadi sesuatu perobahan dan aku lupa untuk membebaskan jalan darah aneh itu. ada kemungkinan kejadian itu malah akan merusak kesehatan badan sianseng!”

Sambil berbicara tangan kanannya berkelebat menotok kembali sebuah jalan darah aneh di tubuh It-bun Han Too, kemudian membebaskan pula Jalan darah aneh yang tertotok sebelumnya»

It-bun Han Too tetap berdiri tak berkutik di tempat semula, menanti Siauw Ling telah menyelesaikan pekerjaannya ia baru berkata, “Sahabat, kau jangan lupa saat ini kita sedang bekerja sama.”

Tak usah kuatir, setelah masuk ke dalam istana terlarang aku pasti akan bebaskan jalan darah di tubuh sianseng itu!”

“Sahabat, aku hendak memberitahukan pula sesuatu kepadamu, Shen Bok Hong pura-pura bersikap besar jiwa dan menarik semua orang yang mengawasi kita di sekitar tempat ini, tindakannya itu bukan berarti kita telah terlepas dari pengawasannya, asal kita lakukan suatu gerakan niscaya laporan itu dengan cepat akan disampaikan ke dalam telinganya!”

“Aku mengerti” Siauw Ling mengangguk, “justru karena itulah kerja sama diantara kita harus dipererat, kita hadapi setiap mara bahaya secara bersama dengan begitu semua kesulitan baru bisa kita atasi.“

“Waktu yang tersedia bagi kita tidak terlalu banyak, kalau kau tidak memiliki anak kunci istana terlarang maka gerakan kita ini sama artinya memberitahukan kepada Shen Bok Hong letak pintu masuk istana tersebut.”

“Sianseng tak usah kualir, usai tempat yang kau temukan tidak salah maka anak kunci itu pasti akan kuambil keluar.”

It-bun Han Too tidak mendesak lebih lanjut, ia berpaling ke arah Pek-li Peng dan ujarnya lagi, “Bagaimana dengan nona ini? apakah dia juga ikut?…”

“Sungguh lihay orang ini” pikir Siauw Ling,”Rupanya dia sudah tahu kalau Peng-ji adalah perempuan yang menyaru sebagai lelaki…”

Sekalipun terkejut, diluar ia tetap bersikap wajar, jawabnya.

“Sudah tentu dia ikut serta bersamaku.”

Pek-li Peng tersenyum, ia tetap membungkam.

It-bun Han Too segera putar badan dan berlalu, sambil berjalan ia berkata, “Jika terjadi perubahan yang ada diluar dugaan sehingga kita semua tertawan oleh Shen Bok Hong, sudah pasti kalian berdua bakal menemui kematian secara mengerikan”

“Dan kau sendiri? masa Shen Bok Hong suka melepaskan dirimu dengan begitu saja?”

“Tentu saja aku tidak akan dilepaskan, tapi paling sedikit aku tak akan dibunuh pada detik itu juga, itu berarti aku masih punya peluang besar untuk tetap hidup di kolong langit”

“Kalau sianseng memang berpendapat demikian. seharusnya kau bisa berlega hati bukan?”

Sementara pembicaraan masih berlangsung mereka telah tiba di bawah tebing dekat telaga jernih.

“Bila dugaanku tidak salah kata It-bun Han Too, “Pintu masuk istana terlarang pastilah berada di bawah pancuran air ini.“

Mendengar perkataan itu, Siauw Ling segera teringat kembali akan pemandangan burung elang serta ular melingkar yang terpantul di bawah sorot sang surya, ia merasa kemungkinan besar apa yang diduganya adalah benar.

Maka ia lantas menjawab; Semoga saja apa yang diduga sianseng sedikitpun tidak salah!”

“Aku pikir semestinya tak bakal salah lagi.”

“Kalau memang begitu aku akan mendaki ke atas untuk periksa keadaan di sekeliling situ, harap kalian berdua suka menanti sejenak di bawah “

“Tunggu sebentar!” tiba-tiba It-bun Han Too berseru.

“It-bun sianseng, apa yang hendak kau katakan lagi?”

“Bila kita hanya berdiri di tempat ini saja, sekalipun diketahui Shen Bok Hong masih ada alasan yang dapat kita jawab, sebaliknya kalau kau sampai mendaki ke atas dan ditemukan olehnya, apa yang harus kita jawab?”

“Aku rasa sianseng tetap punya akal untuk memberi jawaban, tentu saja kecuali kalau sianseng tak sudi memberi jawaban”

“Aku rasa sekalipun kau mendaki ke atas juga tak ada gunanya” sambung It-bun Han Too cepat,”Belum tentu pintu masuk istana dapat kau temukan, apa gunanya kau musti buang tenaga dengan percuma?”

“Lalu bagaimana menurut pendapat sianseng?”

“Serahkan anak kunci istana terlarang itu kepadaku, biarlah aku yang periksa keadaan situ!”

“Bagaimana kalau kita naik bersama-sama?”

“Baiklah,” jawab It-bun Han Too, dengan kerahkan ilmu cecak jago tua itu mulai merayap naik ke atas.

“Toako, bagaimana dengan aku?” bisik Pek-li Peng.

“Ayo ikut, mari kita naik bersama-sama”

Pek-li Peng segera kerahkan tenaga dan ikut mendaki ke atas tebing.

Haruslah diketahui dinding tebing itu bukan saja tegak lurus bagaikan pinggir pisau, lagipula banyak ditumbuhi lumut hijau sehingga membuat sekitar tempat itu sangat licin, kecuali mempergunakan ilmu Cakar merayap jangan harap seseorang dapat mendaki ke atas.

Kurang lebih lima tombak kemudian, It-bun Han Too mulai kepayahan. Napasnya tersengal2 dan tenaganya makin surup.

Siauw Ling segera mengerahkan segenap tenaganya mempercepat gerakan mendakinya ke atas, dalam waktu singkat ia berhasil mendekati It-bun Han Too.

Rupanya pemuda ini ada maksud mencari tempat berpijak yang kuat lebih dahulu kemudian baru membantu It-bun Han Too mendaki ke atas, tangannya bekerja cepat meraba kesana kemari.

Mendadak tangan kanannya menemukan suatu celah kosong, rupanya sebuah lekukan tebing yang menjorok masuk ke dalam.

Kelima jari tangannya segera mencengkeram lekukan tebing tadi dan menekan sekuat tenaga, tubuhnya dengan cepat terangkat ke atas dan berhasil mencapai lekukan tebing tadi.

Dalam pada itu napas It-bun Han Too kian bertambah berat, ia makin tersengkal2 serta kehabisan tenaga. Siauw Ling tak sempat memeriksa celah lekukan tebing tadi lebih jauh lagi, dengan sepasang kaki tergantung pada ujung lekukan tebing tadi, ia jatuhkan badannya ke bawah dan menyambar baju It-bun Hno Too, sekali sentak ia sudah angkat tubuh orang itu ke atas tebing.

Sementara itu Pek-li Peng pun telah tiba di atas lekukan dinding tebing tersebut.

Menyaksikan kelihayan dua orang lawannya, It-bun Han Too menarik napas panjang2. Sambil menatap Siauw Ling berdua dalam batin pikirnya, “Entah siapakah kedua orang Ini? rupanya ilmu silat yang mereka miliki jauh dia tas kepandaianku, napasnya tetap berjalan normal dan sama sekali tak kedengaran tersengal2.”

Menggunakan kesempatan itu Siauw Ling pun mengawasi pemandangan di sekelilingnya di tengah kegelapan sulit baginya untuk melihat jelas keadaan di dasar lembah, menurut perkiraannya dimana mereka berada saat itu kurang lebih enam tombak dari permukaan.

“Aaah…! rupanya begitu” terdengar It-bun Han Too bergumam seorang diri.

“Ada apa?” cepat si anak muda itu bertanya.

“Aku pernah berpikir, andaikata pintu masuk istana terlarang benar-benar terletak disini maka seharusnya di dekat pintu masuk harus ada sebuah tempat untuk berpijak kaki!”

“Jadi maksud sianseng, pintu masuk istana terlarang pastilah berada di sekitar tempat ini?”

“Aku rasa dugaanku tak bakal salah!”

Ia raba dinding tebing di sekitar tempat itu. lalu sambungnya, Lekuk dinding itu dalamnya tak sampai setu depa dan tingginya paling banter tujuh depa, luas permukaanpun hanya enam depa paling lebih sedikit, itupun berarti tempat berpijak tersebut hanya mampu menampung tiga lima orang belaka, lagi pula orang itu harus memiliki ilmu silat yang sangat lihay. Menurut dugaanku tempat ini pasti bukan tempat alam, melainkan hasil karya dari seseorang”

“Tapi apa maksud orang Itu membuat sebuah lekukan tebing diantara dinding bukit yang terjal?”tanya Siauw Ling.

“Tentu saja tempat berpijak kaki Untuk membuka pintu masuk Istana Terlarang”

“Jadi maksud sianseng, pintu itu pasti berada di sebelah kiri atau kanan kita?”

“Sedikitpun tidak salah…” dia ulurkan tangan kanannya ke muka dan menambahkan.

“Bawa kemari!”

“Apanya yang bawa kemari?”

“Anak kunci istana terlarang!”

Dari dalam saku Siauw Ling ambil keluar anak kunci itu, lalu ujarnya, “Sianseng dapatkah kau beritahu kepada ku dimana letak pintu masuk Istana Terlarang tersebut?”

“Malam sangat gelap, dari mana aku bisa melihatnya….”

Ia berhenti sejenak dan menambahkan, “Seandainya aku bisa melihat dari bentuk kunci itu, mungkin saja aku dapat mempergunakan gambaran itu untuk mencari lubang kuncinya di sekitar tempat ini.“

Kalau ia bersungguh hati akan mengajak kami berdua masuk ke dalam istana terlarang, tentu saja tak ada salahnya kalau kunci itu kuserahkan kepadanya,“ pikir Siauw Ling, “Sebaliknya kalau dia bermaksud menipu diriku, waah…. terlalu bahaya kalau kunci tadi kuserahkan kepadanya….”

Berpikir sampai disitu ia lantas berseru dengan suara hambar, “Kunci berada di tanganku harap sianseng perhatikan dengan seksama….”

Dengan pandangan tajam It-bun Han Too perhatikan bentuk kunci tadi, lalu ujarnya, “Dalam keadaan seperti ini, masa kau masih belum percaya terhadap diriku:…?”

“Aku tak ingin terlalu mempercayai orang lain. apalagi percaya terhadap sianseng…”

Belum habis perkataan itu diucapkan, tiba-tiba dari arah tebing berkumandang datang suara teriakan Shen Bok Hong yang serak-serak basah, “It-bun heng, sudah kau temukan belum pintu masuk Istana Terlarang?…..”

Suaranya nyaring dan tajam, persis bergema dari bawah tebing dimana beberapa orang itu berada.

It-bun Han Too melirik sekejap ke arah Siauw Ling dengan pandangan dingin, lalu tanyanya setengah berbisik, “Siapakah sebetulnya dirimu?”

“Kita hadapi dulu Shen Bok Hong! setelah pintu istana terbuka aku pasti akan memberitahukan namaku yang sebenarnya!”

It-bun Han Too tidak terlalu mendesak, ia segera menyahut dengan suara keras, “Pintu masuk belum berhasil kutemukan, harap Shen Toa Cungcu tak usah kuatir!”

“Hati hatilah It-bun heng, jangan sampai tergelincir dan jatuh ke bawah!….”

“Tempat ini aman sekali, Toa Cungcu tak perlu menguatirkan keselamatanku.”

“Perlulah aku turunkan perintah untuk memasang lampu?”

“Tidak usah. aku cuma ingin menyelidiki letak yang sebenarnya dari pintu masuk Istana Terlarang, lebih baik Toa Cungcu jangan mengganggu perhatianku lagi “

Berbicara sampai disitu, ia segera pusatkan perhatiannya ke arah dinding tebing dan mencari dengan sungguh hati.

Cahaya lampu berkilauan mengusir kegelapan yang mencekam seluruh jagad, rupanya di bawah tebing telah dipasang sebuah obor raksasa yang terbuat dari bahan khusus, setelah obor tadi dipasang maka terlibatlah lidah api berkobar mencapai dua depa lebih daerah sekitar puluhan tombak seketika terang benderang bagaikan di siang hari saja

Di bawah tebing berdirilah tujuh delapan orang jago lihay.

Orang pertama bukan lain adalah Shen Bok Hong sedang disisi tubuhnya berdirilah Tong Lo Thay-thay dari propinsi Suchuan, Kim Hoa Hujin, Ciu Cau Liong. Liong-bun Siang Eng serta Phoa Liong salah seorang dari empat mandor selat itu.

Enam tujuh depa disisi beberapa orang itu berdiri seorang pria kekar yang berperawakan tinggi besar, orang itulah yang mencekal obor raksasa tersebut.

Dengan ketajaman mata Shen Bok Hong serta bantuan sorot cahaya obor raksasa tadi, ia berhasil melihat jelas pemandangan di atas tebing tersebut, segera serunya lantang, “Tempat kalian bertiga berpijak saat ini adalah sebuah celah tebing yang sama sekali tak terlindung, bila aku orang she-Shen turunkan perintah untuk menyerang kalian dengan senjata rahasia, mungkin sukar bagi It-bun Heng untuk mempertahankan diri “

Terperanjat hati It-bun Han Too setelah mendengar ancaman itu, pikirnya di dalam hati, “Perkataannya sedikitpun tidak salah seandainya ia menyerang kami dengan anak panah atau senjata rahasia maka sulit bagi ku untuk mempertahankan diri…… apa yang harus kulakukan sekarang?”

Sekalipun batinnya Sangat ketakutan, di luaran ia tetap mempertahankan ketenangannya, setelah termenung sejenak segera jawabnya, “Sebelum aku berhasil temukan letak pintu masuk istana terlarang, aku harap Toa Cungcu jangan terburu nafsu dan pikirkan yang bukan-bukan……”

Beberapa patah kata itu amat sederhana, tapi justru karena kesederhanaan jawaban i tu segera memancing rasa curiga Shen Bok Hong yang licik, untuk beberapa saat lamanya ia tak dapat menduga kebenaran dari jawaban lawannya.

Lebih-lebih Siauw Ling, pada saat ini ia benar-benar merasa sangat kuatir, ia takut Tong Lo Thay-thay menyerang mereka dengan senjata rahasia beracun, sebab andaikata terjadi begini maka sulitlah baginya untuk menghindarkan diri.

Maka dari itu seluruh perhatiannya segera dipusatkan ke bawah tebing dan mengawasi setiap gerak-gerik dari Shen Bok Hong.

“Bawa kemari!” seru It-bun Han Too tiba-tiba. Suaranya lirih dan rupanya ia takut ke tahuan gembong iblis itu.

Dalam keadaan Siauw Ling tak dapat berpikir panjang lagi, ia ambil kunci tersebut dan Segera diserahkan ke tangan It-bun Han Too.

Dalam pada itu dari bawah tebing, mendadak terdengar jeritan ngeri yang menyayatkan hati berkumandang memecahkan kesunyian.

Tampaklah tubuh Phoa Liong salah seorang diantara empat orang mandor itu meluncur ke tengah udara dan menumbuk di atas dinding tebing, diiringi suara nyaring kepalanya hancur berantakan dan melayanglah jiwa orang itu seketika itu juga.

Jelas Shen Bok Hong telah mencurigai asal usul dari Siauw Ling serta Pek-li Peng, ketika di tanyakan kepada Phoa Liong ternyata jawabannya tidak betul, dalam gusarnya Shen Bok Hong segera melemparkan tubuhnya ke arah dinding tebing.

Setelah membinasakan mandornya yang berkhianat, Shen Bok Hong rentangkan lengannya dan melayang naik ke atas dinding tebing, dalam waktu singkat tubuhnya yang tinggi besar itu telah berada dua tombak da ri atas permukaan.

Pada saat yang bersamaan, Kim Hoa Hujin serta Tong Lo Thay-thay pun mengerahkan ilmu cecak merayap mendekati ke atas dinding tebing itu.

Perlu diketahui tempat berpijak dimana Siauw Ling sekalian berada saat itu berada pada jarak enam tombak dari atas permukaan, sekalipun seseorang memiliki ilmu meringankan tubuh yang amat sempurna juga tak sanggup mencapai tempat itu dalam sekali lompatan.

Situasi dalam sekejap mata berubah hebat suasana berubah jadi tegang dan diliputi nafsu membunuh, setiap saat pertarungan sengit mungkin saja akan terjadi…..

Siauw Ling yang menghadapi situasi semacam ini segera menyadari bahwa pertarungan sengit tak dapat dihindari, segera berkata, “Sianseng! pusatkan saja seluruh perhatianmu untuk menemukan letak pintu masuk Istana Terlarang, serahkan saja orang-orang itu kepadaku….”

Ia berhenti sebentar, lalu tambahnya, “Pek-ji, hati-hati dengan senjata rahasia beracun dari Tong Lo Thay-thay, perhatikan pula binatang beracun milik Kim Hoa hujin!”

Sementara pembicaraan masih berlangsung Kim Hoa Hujin serta Tong Lo Thay-thay telah berada pada ketinggian tiga tombak da ri permukaan, jaraknya dengan tempat pijakan tersebut tinggal dua tombak lagi.

Di bawah sorot cahaya obor yang terang benderang, kedua belah pihak dapat memperhatikan raut wajah masing-masing dengan jelas.

Laksana kilat Pek-li Peng merogoh ke dalam sakunya mempersiapkan jarum perak Han Peng Gin-Ciam, hawa mumi dihimpun ke dalam telapak kiri dan siap melancarkan serangan dahsyat.

Nona cilik yang sedari kecil hidup manja di bawah kasih sayang kedua orang tuanya ini mungkin sudah merasakan pula buruknya situasi yang sedang mereka hadapi, berhadapan muka dengan musuh tangguh kelas satu dari dunia persilatan ia tak berani bertindak gegabah, seluruh perhatiannya dipusatkan ke arah lawan.

It-bun Han Too sendiri, setelah mencekal kunci wasiat di tangan kirinya ia segera periksa seluruh dinding tebing itu dengan seksama, perhatiannya tidak terpecahkan oleh kehadiran musuh tangguh di tempat itu, sebab ia tahu hanya inilah kesempatan yang paling baik baginya untuk menemukan pintu masuk istana terlarang dan memasuki istana tersebut.

Kim Hoa Hujin serta Tong Lo Thay-thay segera semakin mendekati beberapa orang itu dari sayap kiri dan kanan, meskipun mereka belum tahu siapakah sebenarnya Siauw Ling serta Pek-li Peng, tapi ditinjau dari kemampuan mereka untuk mendaki ke atas tebing curam tersebut, bisa di duga kalau kedua orang itu bukan manusia sembarangan.

Karena itu mereka tak berani mendekati.

Pada jarak satu tombak lebih empat lima depa diri ketiga orang itu, Tong Lo Thay-thay segera menghentikan gerakan tubuhnya, tangan kiri merogoh ke dalam saku ambil keluar sebelah pisau belati dan ditancapkan di atas dinding tebing, sambil berpegang pada gagang tersebut, serunya dingin, “It-bun sianseng, siapakah kedua orang pekerja gadungan itu? ayoh jawab!”

“Kemungkinan besar dalam beberapa saat lagi aku akan berhasil menemukan letak pintu masuk istana terlarang, harap Lo-hujin jangan memecahkan perhatianku!” seru It-bun Han Too sambit meneruskan pemeriksaannya di sekitar dinding tebing itu.

Siauw Ling sendiripun mengetahui bahwa makin lama mereka berhasil mengulur waktu semakin besar kesempatan mereka untuk menemukan letak pintu masuk istana terlarang, bila keadaan tidak teria lu mendesak.

ia bermaksud berdiam diri saja, dengan suara berbisik segera dibisikinya Pek-li Peng, “Peng-ji bila mereka turun tangan, lebih baik kita jangan turun tangan terlebih dahulu”

Gadis itu berpaling dan tersenyum sehingga tampaklah sebaris giginya yang putih dan rapih, rupanya ia sama sekali tidak kuatir dan takut menghadapi ancaman bahaya yang berada di depan mata.

“Sungguh hebat gadis ini” puji Siauw Ling di dalam hati, “Meskipun usianya masih muda ternyata keberaniannya luar biasa sekali…”

Ketika ia menoleh ke arah lain, tampaklah Kim Hoa Hujin dengan tangan kiri menempel di atas dinding, tangan kanannya mengambil keluar sebuah kotak kumala dan membuka kotak tadi.

Siauw Ling kenali isi kotak tersebut sebagai binatang kesayangan Kim Hoa Hujin yang dikenal sebagai ular Pek-sian-ji, rupanya perempuan itu menyadari akan situasi bahaya yang sedang terjadi. Diancam jiwanya, maka ia bersiap sedia menggunakan ular beracun itu untuk menghadapi lawan.

Dan menanti ia melongok pula ke bawah, terlihatlah Shen Bok Hong yang sedang mendaki ke atas sudah berada beberapa tombak di bawah kakinya.

Rupanya ketiga orang itu tak berani terlalu mendekat ke atas karena belum tahu siapakah sebenarnya Siauw Ling serta Pek-li Peng, sikap mereka masih sangat hati-hati dan diliputi rasa sangsi.

Cahaya api yang memancar dari bawah tebing kian lama kian bertambah terang benderang, beberapa obor raksasa baru telah disiapkan disitu. sementara enam tujuh orang pria dengan membawa tali temali sedang berlari mendatang, agaknya mereka sedang mempersiapkan tangga kayu untuk mempermudah pendakian tersebut-

Siauw Ling segera berpikir kembali setelah meninjau situasi itu, “Sebelum tangga mereka persiapkan bisa digunakan, jelas tidak leluasa bagi mereka untuk bertempur sambil tangan sebelah mengerahkan ilmu cecak merayap untuk bergelantungan di atas dinding tebing, atau dengan perkataan lain situasi pada saat ini masih menguntungkan bagi pihakku: Meskipun luas lekukkan tebing ini cuma beberapa depa, bagaimanapun merupakan tempat berpijak yang kuat, tapi senjata rahasia dari Tong Lo Thay-thay serta binatang beracun dari Kim Hoa Hujin sangat berbahaya serangan yang mereka lancarkan berpuluh2 kali lipat lebih berbahaya dari serangan sesungguhnya. Yaaah…. satu-satunya jalan yang harus kulakukan sekarang hanyalah berusaha mencegah Kim Hoa Hujin melepaskan binatang beracunnya, dengan begitu sedikit banyak aku telah mengurangi tekanan yang terlampau berat….”

Berpikir sampai disitu dia segera kerahkan ilmu menyampaikan suaranya dan berseru kepada Kim Hoa Hujin, “Cici baik-baikkah selama perpisahan, siaute adalah Siauw Ling! …”

Di bawah cahaya lampu obor yang terang benderang, terlihatlah sekilas rasa kaget berkelebat di atas wajah perempuan itu, kemudian ia tersenyum dan memandang sekejap ke arah pemuda kita.

Dari senyuman yang begitu halus dan hangat, Siauw Ling tahu bahwa Kim Hoa Hujin masih menaruh rasa persahabatan dengan dirinya, itu berarti pula ia tak akan melancarkan serangan mematikan ke arahnya sedikit banyak ia bisa berlega hati. Seluruh perhatiannya sekarang tinggal dicurahkan untuk menghadapi serangan dari Shen Bok Hong serta Tong Lo Thay-thay

Kepada It-bun Han Too bisiknya, “It-bun sianseng, sebelum tangga yang mereka buat selesai maka situasi masih menguntungkan bagi kita, aku dapat menghadapi setiap serangan mereka jauh lebih enteng. Sebaliknya kalau tangga yang mereka telah siap. hingga mereka punya tempat untuk berpijak maka sulitlah bagi kita untuk menghadapi gempuran mereka. Karena itu alangkah baiknya bila sianseng berhasil menemu Kan pintu masuk istana terlarang sebelum mereka selesaikan tangga-tangga itu “

Sebelum It-bun Han Too sempat menjawab suara dari Shen Bok Hong telah berteriak lantang kembali, “It-bun heng, Sudah kau temukan pintu masuk istana terlarang?”

It-bun Han Too berpaling, ia lihat dimana Shen Bok Hong berada saat ini hanya tinggal satu tombak jauhnya dari tempat ia berada saat ini, dengan kesempurnaan tenaga dalamnya serangan telapak atau serangan totokan yang ia lancarkan masih mampu mengenai tubuhnya, itu berarti suatu ancaman bahaya maut baginya.

Karena terperanjat, tanpa terasa jawabnya, “Belum berhasil kutemukan?”

Tiba-tiba Shen Bok Hong mengepos tenaga tubuhnya meluncur naik lagi sejauh beberapa depa, hingga jaraknya dengan tempat berpijak itu tinggal satu tombak kurang.

Satu Ingatan dengan cepat berkelebat dalam benak Siauw Ling, secara tiba-tiba ia berhasil menangkap maksud tujuan Shen Bok Hong yang sebenarnya, agaknya ia hendak meminjam kesempatan selagi bercakap-cakap tubuhnya berusaha semakin mendekat tempat berpijak itu. dengan kesempurnaan ilmu silatnya, andaikata ujung jari jago tersebut berhasil mencapai tepi tempat lekukan tadi, maka sulitlah baginya untuk memaksa gembong iblis itu turun ke bawah.

Merasakan betapa berbahayanya situasi itu, tanpa banyak berbicara lagi dia himpun tenaga dalamnya dan segera melancarkan sebuah pukulan dahsyat ke bawah.

Segulung desiran angin tajam dengan cepat meluncur ke bawah tebing dan mengancam tubuh gembong iblis itu.

Shen Bok Hong kepala kampung dari perkampungan seratus bunga ini memang luar biasa hebatnya, begitu menyaksikan gerakan tangan Siauw Ling batinnya segera menyadari akan mara bahaya yang sedang mengancam ke selamatan jiwanya, cepat-cepat ia bergeser ke arah samping.

Sekalipun cukup cepat reaksi yang diperlihatkan, tak urung ujung bajunya termakan pula oleh hembusan angin pukulan lawan Sekujur tubuhnya segera bergoncang keras.

Andaikata ia tidak cepat-cepat menggeserkan tubuhnya ke samping, pukulan dari

Siauw Ling itu niscaya telah berhasil memaksa tubuhnya terpukul jatuh ke bawah tebing.

“Siapa kau?” hardik Shen Bok Hong kemudian setelah berhasil meloloskan diri dari ancaman.

Siauw Ling tertawa dingin, ia tetap membungkam.

Melihat hal itu Shen Bok Hong naik pitam, ia segera berpaling ke arah Tong Lo Thay-thay serta Kim Hoa Hujin sambil teriaknya, “Serang mereka dengan cara keji apapun!”

Tong Lo Thay-thay mengiakan, telapak kanannya segera diayun ke muka, tiga titik cahaya tajam laksana kilat meluncur ke arah lekukan tebing tersebut….

Siauw Ling ayun telapak kanannya melancarkan sebuah pukulan udara kosong menghantam tubuh Tong Lo Thay-thay, pada saat yang bersamaan pula dia meraup ke depan, telapak kirinya diayun ke muka menyambar datangnya ketiga buah titik bintang tersebut.

Diantara jago-jago lihay dunia persilatan memang tidak sedikit terdapat jago

yang pandai menangkap senjata rahasia. Walaupun begitu kepandaian mereka hanya terbatas di dalam menangkap senjata rahasia yang agak besar sebangsa anak panah dan lainnya jarang di antara mereka mampu menangkap senjata rahasia kecil seperti paku» atau jarum, apalagi yang dihadapi adalah Tong Lo Thay-thay cakal bakal keluarga Tong yang tersohor akan ilmu senjata rahasianya.

Sreeeet…! Sreeeet …… Sreeeeet…..!

Di tengah suara dentingan nyaring, ketiga batang cahaya bintang itu tahu-tahu sudah berhasil dipukul rontok oleh Siauw Ling.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar