Bayangan Berdarah Jilid 22

JILID 22

Dalam pada itu Shen Bok HOng telah bersuit nyaring, serunya, “Cuwi sekalian mengatakan hendak pergi, lantas pergi. Hmm! tindakan kalian ini benar2 sudah pandang aku orang she Shen!”

Baru saja ucapan tersebut diutarakan, dari pintu masuk serta empat penjuru ruangan itu secara tiba-tiba muncul ber-puluh2 orang boesu berbaju hitam dengan senjata terhunus. dalam sekejap mata para jago telah terkurung rapat2.

Sinar mata Sun Put Shia menyapu sekejap ke arah sipadri pemabok serta sipengemis kelaparan kemudian pintanya, “Harap saudara berdua suka mengikuti aku sipengemis tua sebagai pelopor pembuka jalan”

Si padri pemabok tidak pernah bicara serius walau menghadapi situasi kritis yang mengancam jiwanyapun tak pernah bicara serius namun terhadap Sun Put Shia ia bersikap amat hormat.

Mendengar perintah itu ia segera bangun berdiri dan menyahut, “Silahkan Loo cianpwee menyusul dari belakang, aku sihweesio serta sikuali besi akan bertanding lebih duluan”

Kiranya sipengemis kelaparan itu walaupun memakai baju compang camping namun ia tiada hubungan sama sekali dengan pihak Kay-pang, sepanjang tahun kemanapun ia pergi kuali besinya yang besar selalu dibawa untuk menanak nasi, se-olah2 sepanjang tahun ia merasa tak pernah kenyang bersantap. orang lain mengira berhubung napsu makannya yang besar maka kuali besi itu dibawa untuk memenuhi kebutuhannya belaka setiap wakut.

Mendengar ajakan rekannya sipengemis kelaparan segera mengiakan, ber-sama2 sipadri pemabok mereka lantas meluncur dihadapan Sun Put shia dan berjalan lebih dahulu keluar ruangan.

Siauw Ling diam-diam memperhatikan situasi sekeliling tempat itu ia tahu suatu pertarungan sengit segera akan dilangsungkan, agaknya Shen Bok Hong telah mengubah rencana semula dan siap adu kepandaian dengan kekerasan dengan terjadinya hal tersebut maka rencananya semula dengan Be Boen Hwie pun tidak bisa digunakan lagi.

Dalam keadaan yang serba kalut dengan ilmu menyampaikan suara ia lantas berbisik, “Be-heng, situasi telah berubah hebat, agaknya sudah hampir melampaui batas waktu yang telah kita duga semula”

“Tidak salah, ditinjau dari situasi ini agaknya kita tak mungkin menunggu sampai besok malam, sungguh aneh sekali dimanakah Tiong Chiu Siang Ku? dan dimana pula Peng Im Siang Hwie sekalian? mengapa mereka tidak unjukkan diri?”

“Mungkin mereka belum berhasil menyusup ke dalam perkampungan Pek Hoa San Cung”

“Tiong Chiu Siang Ku bukan manusia sembarangan, lebih2 sipencuri sakti Siang Hwie, dia adalah seorang manusia cerdik yang punya banyak akal kalau dikatakan mereka tak sanggup menyusup ke dalam perkampungan Pek Hoa San Cung hal ini benar2 membuat orang sukar percaya”

“Tapi kalau ditinjau situasi yang terbentang saat ini. agaknya tak mungkin bagi kita untuk menanti lebih lanjut apabila kita tidak gunakan kesempatan ini untuk turun tangan, mungkin tidak ada kesempatan lagi bagi kita untuk bertindak” kata Siauw Ling.

“Menurut pendapat siauwte lebh baik janganlah bertindak gegabah, bagaimanapun juga lebih baik kita berhubungan dahulu dengan siang Hwie sekalian kemudian baru berbicara lagi.”

Saat ini pikiran Siauw Ling amat kalut. ia tak dapat ambil keputusan maka iapun tak tahu apa yang harus dilakukan.

Menanti ia angkat kepala tampaklah sipadri pemabok serta sipengemis kelaparan sudah makin mendekati pintu ruang tengah, cahaya senjata berkilauan diluar ruangan. boesu berbaju hitam sudah memenuhi sekeliling tempat itu.

Berhenti!” tiba-tiba Sun Put Shia berseru dan segera berhenti.

Ketika itu si Padri pemabok sudah melangkah keluar dari pintu, sedang sipengemis kelaparan pun telah melepaskan kuali besinya siap turun tangan, mendengar seruan Sun Put Shia mereka segera berhenti.

Ketika mereka berpaling maka tampaklah para jago yang duduk dimeja perjamuan sebelah kanan sedang saling berunding dengan suara lirih, kecuali mereka bertiga boleh dikata sebagian besar para jago masih duduk ditempat semula.

Menyaksikan keadaan itu diam2 si padri pemabok menghela napas panjang. pikirnya, “Aaaai…. agaknya orang2 ini sudad dibikin keder oleh kewibawaan Shen Bok Hong sehingga daya serangan serta semangat gagahpun lenyap tak berbekas….”

Tampak diatas wajah Sun Put Shia yang kurus hitam terlihat sekilas cahaya tajam, sepasang matanya per-lahan-lahan menyapu wajah para jago yang ada dalam ruangan lalu katanya, “Apabila cuwi sekalian mengikuti aku sipengemis tua untuk berlalu dari sini maka paling sedikit kalian masih punya beberapa bagian kesempatan untuk hidup, apabila menunggu sampai aku sipengemis tua telah berlalu kemudian cuwi sekalian baru ingin keluar dari kepungan, mungkin kalian akan menemui banyak kesulitan”

Sedikitpun tidak salah, ucapan ini segera memberikan reaksi, dari meja perjamuan sebelah kanan tiba-tiba berdiri lagi tiga orang dan dengan langkah lebar berjalan ketengah kalangan.

Siauw Ling semakin ragu2. haruskah ia turun tangan saat itu juga atau jangan? tetapi menyaksikan nyali para jago yang ada dalam ruangan it sudah dibikin keder oleh Shen Bok Hong, semangat jantannya berkobar kembali segera bisiknya lirih.

“Be-heng, mari kita bergabung saja dengan sun Put Shia.”

“Dengan nama besar serta kedudukan Sun Put shia yang amat tersohor dalam dunia persilatan ternyata gagal untuk membangkitkan semangat juang para jago Bulim untuk menentang Shen Bok HOng. hal ini menunjukkan apabila kewibawaan Shen Bok Hong benar2 luar biasa sekali. jumlah dari pihak kita paling banter cuma belasan orang tetapi cuma ada enam orang yang berani menerjang keluar. kalau tidak kita bantu maka sun Put Shia benar2 akan menjadi malu” kata Be Boen Hwie ia lantas bangun berdiri

Suma Kan mengangguk dan bergumam seorang diri

“Penyakitnya pasti terjadi pada kemarin malam?!”

Ia singkap bajunya dan ambil keluar roda emasnya.

Melihat para jago sudah bangkit berdiri Hong Coe lantas berkata dengan suara lirih.

“Walaupun budak yang rendah merasa bahwa kepandaianku tidak seberapa, namun aku tidak ingin duduk sambil menanti kematian”

“Bagus, kuberi sesuatu benda” seru Be Boen Hwie sambil tertawa tangan kanannya mengambil keluar dua bilah pisau belati yang tajam dan diserahkan kepadanya.

Setelah menerima pemberian pisau belati itu Hong Coe tertawa.

“Be ya, cinta kasihmu terhadap diriku benar2 amat tebal. dalam penitipan budak kemudian hari aku rela jadi anjing jadi kuda untuk membalas budi kebaikan ini” katanya

“Nona Hong terlalu rendah!!!”

Suma Kan segera rentangkan roda emasnya ketengah udara. lalu berseru lantang, “Takut golok menghindari pedang dan ingin cari kehidupan untuk beberapa saat, aku takut tindakan ini akan mengakibatkan penyesalan sepanjang masa, dari pada jadi budak jadi pelayan seumur hidup bukankah lebih baik mati dengan gagah? sungguh menggelikan sekali. ternyata dalam dunia persilatanpun terdapat begitu banyak kmanusia yang takut mati dan jadi manusia pengecut!”

Walaupun ucapan itu diutarakan secara bergumam, namun suaranya lantang dan nyaring hingga dapat didengar oleh setiap orang.

Seketika itu juga sebagian para jago yang duduk, dimeja perjamuan sebelah kiri jadi malu dan sama2 tundukkan kepalanya.

Dalam pada itu Be Boen Hwie telah meninggalkan tempat duduknya, dengan busungkan dada ia langsung berjalan menuju keluar ruangan.

Siauw Ling dengan kencang mengikuti dibelakang Be Boen Hwie, Hong Coe ada dibelakang Siauw Ling dan Suma Kan sambil mencekal roda emas berada dibarisan paling belakang.

Menjumpai para jago sudah bangkit semula kembali Sun Put Shia tertawa ter-bahak2.

“Haaa…. haaa…. haaa…. kita cuma berjumlah sepuluh orang tapi lawan kita dari perkampungan Pek Hoa San Cung ada ratusan orang jago lihay perduli menang atau kalah dalam pertempuran ini, kegagahan kita cukup menggemparkan seluruh dunia persilatan”

Shen Bok Hong tertawa.

“Dengan kemampuan dari su-heng, mungkin perkampungan Pek Hoa San Cung dari aku orang she shen tak sanggup untuk menahan dirimu” katanya.

Pada saat itulah terdengar seseorang berseru keras, “Seorang lelaki sejati harus bertindak tegas, meskipun harus mati, kematian inipun patut diraih secara gagah perkasa. apakah dikolong langit masih ada persoalan yang lebih sulit dari kematian? cayhe ikut ambil bagian.”

Dari meja perjamuan sebelah kanan kembali muncul seorang lelaki yang seraya maju kedepan.

Dengan adanya kejadian ini segera membangkitkan semangat gagah para jago tujuh delapan orang sisanya yang masih ada dimeja perjamuan sebelah kiri sama2 bangkit berdiri. meloloskan senjata dan maju ketengah kalangan.

Sampai disitulah Sun Put Shia lantas menghitung jumlah orang dipihaknya semua berjumlah delapan belas orang. ia lantas tertawa gelak.

“Apabila ini hari kita dapat menerjang keluar dari perkampungan Pek Hoa San cung maka nama besar delapan belas orang enghiong akan menggetarkan seluruh dunia persilatan, apabila tidak beruntung harus mati binasa ditempat ini maka dalam dunia kangouw sepanjang masa akan meninggalkan delapan belas nama patriot gagah”

Walaupun ucapan itu sederhana sekali, namun mengandung semangat untuk membangkitkan kegagahan orang seketika itu juga semangat juang tiap jago berkobar.

Dengan suara berat Be Boen Hwie lantas berkata.

“Sun Loo sianpwee adalah seorang jago yang berhati luhur dan berkedudukan tinggi, silahkan cianpwee suka pegang pucuk pimpinan dalam perjuangan ini.”

“Aku sipengemis tua tidak menampik….” ia merandek sejenak lalu terusnya

“Diantara delapan belas orang kita ada yang berilmu silat lihay ada pula yang berkepandaian rendah, hanya andalkan penelitian dari luar sulit bagi aku sipengemis tua untuk memperbedakan mana yang mampu dan mana yang tidak, untung dalam pertarungan nanti mutiara mana yang asli segera akan diketahui, kelihayan cuwi sekalian segera akan diketahui dengan nyata sekali.”

“Kami semua akan menantikan petunjuk dari cianpwee dan siapapun tidak akan menampik.

“Jumlah musuh amat banyak, kita tak dapat berduel secara sendiri2 dengan mereka dan boleh juga berduel secara keras lawan keras maka dari itu aku sipengemis tua telah memikirkan satu cara untuk membendung serangan musuh secara serentak, kita berjumlah delapan belas orang, dengan dua orang sebagai poros untuk menyambut setiap serangan yang datang dari delapan penjuru empat arah Timur Barat Utara dan Selatan, masing-masing dua orang membentuk satu group sehingga jumlahnya delapan orang sedang delapan orang sisanya bergabung di dalam barisan dan setiap saat mengisi kekosongan disetiap arah”

“Suatu cara yang bagus, inilah yang dinamakan barisan roda berputar, suatu barisan yang paling cocok untuk diterapkan pada situasi macam hari ini” puji Suma Kan.

Sun Put Shia amelirik sekejap ke arah Suma Kan lantas ujarnya, “Kalau begitu merepotkan anda suka memimpin pada barisan sayap kiri!”

“Cayhe akan berjuang dengan segenap tenaga”.

Sun Put Shia mengangguk dan lantas berpaling kepada Be Boen Hwie, lanjutnya, “Sudah lama aku dengar Be Cong Piauw Pacu adalah seorang jago angkatan muda yang amat tersohor, setelah berjumpa hari ini aku merasa amat kagum, ternyata apa yang diberitakan sedikitpun tidak salah”

“Loo cianpwee terlalu memuji!”

“Bagaimana keadaan luka yang diderita Be Cong Piauw Pacu?”

“Tidak mengapa”

“Baik kalau begitu merepotkan Be Cong Piauw Pacu untuk memimpin pada barisan sayap kanan”.

“siap menjalani perintahh!”

Setelah itu sinar mata Sun Put Shia dialihkan ke arah si Padri Pemabok serta sipengemis kelaparan.

“Kalian berdua silahkan memimpin barisan terdepan dan bertindak sebagai panglima pelopor pembuka jalan” katanya.

“Siap menjalani perintah” jawab sang Padri pemabok serta sipengemis Kelaparan serentak.

“Sedang aku sipengemis tua dengan nona Hong akan menduduki posisi tengah untuk siap menolong saudara sekalian setiap saat.”

Suma Kan melirik sekejap ke arah Siauw Ling sementara dalam hati berpikir, “Aaah…. mungkinkan sang Tiangloo dari Kay Pang yang amat tersohor ini matanya sudah melamur? kenapa terhadap manusia yang begitu kosen dan lihaynya luar biasa sama sekali tidak melihat dan menemukan….?”

Haruslah diketahui pada saat ini Siauw Ling sedang menyaru sebagai pembantu Be Boen Hwie untuk mengimbangi dengan penyaruannya maka ia tidak berani perlihatkan cahaya matanya yang tajam, sepanjang waktu ia selalu tunduk dengan mata sayu tidak aneh kalau Sun Put Shia meskipun seorang jago kangouw kawakan namun tidak menemukan akan kelihayan ilmu silatnya.

Saat itu Sun Put Shia sedang alihkan sinar matanya ke arah dua orang lelaki yang punya perawakan tinggi kekar lalu ujarnya, “Merepotkan kalian berdua suka memimpin pada barisan paling belakang!”

Kedua orang itu mengiakan. menabut keluar senjatanya dan segera ambil posisi.

Dari sepuluh orang sisanya Sun Put Shia memilih dua orang yang berilmu silat agak lihay untuk diperbantukan pada sayap kanan serta sayap kiri setelah itu dengan suara lancar serunya, “Bagi para jago yang tidak terpilih untuk menduduki posisi tertentu aku sipengemis tua mohon agar kalian suka membagi diri jadi empat kelompok. dua orang membentuk satu kelompok dan menyebar keempat penjuru, apabila pada barisan luar ada yang terluka atau binasa segera bergeraklah secara otomatis untuk mengisi kekosongan tersebut”.

Selama ini shen Bok Hong hanya menyaksikan perbuatan sun Put Shia memilih jago sambil membentuk suatu barisan untuk menghadapi serangan musuh dalam jumlah yang banyak meskipun ia tidak mengucapkan sepatah katapun namun dalam hati merasa amat kagum, pujinya di dalam hati, “Sungguh luar biasa. bukan saja sipengemis tua ini memiliki ilmu silat yang luar biasa bahkan otaknya cerdas dan banyak pengetahuan, untung ia bisa mendapatkan suatu cara yaitu dengan barisan roda berputar untuk menghadapi orang2ku dengan demikian bagi orang2 dengan kepandaikan yang lemah bisa mengimbangi mereka2 yang berkepandaian tinggi…. cara ini memang merupakan suatu cara yang paling tepat.

Sementara itu seluruh barusan Loen-Coan Thay telah terbentuk, para jago yang menduduki posisi2 tertentu pun telah mempersiapkan senjata tajamnya siap menerjang keluar.

Siauw Ling memeriksa lebih dahulu keadaan diempat penjuru, setelah itu ia bergerak menuju kebarisan belakang untuk berdiri disana.

Dalam pikirannya Sun Put Shia masih sanggup untuk melayani sayap kiri serta sayap kanan maka posisi yang paling lemah dalam barisan itu adalah barisan belakang, bukan saja ia lebih gampang mencari kesempatan untuk turun tangan bahkan mungkin sekali masih bisa pertahankan kedudukan serta rahasia penyaruannya.

Siapa tahu ketika ia bergeser kebarisan belakang seorang lelaki yang semula berdiri pada posisi tersebut mendadak bergeser ke arah sebelah kiri. agaknya orang itu tidak ingin berdiri sekelompok dengan dirinya. entah hali ini disebabkan karena orang itu merasa ilmu silatnya terlalu rendah sehingga tak mau berdiri berbareng ataukan merasa karena kedudukannya terlalu rendah sehingga orang itu tak mau bekerja dengan dirinya.

Siauw Ling melirik sekejap ke arah orang itu perlahan-lahan ia tunduk kepala dan pura2 tidak melihat.

Suma Kan yang ikut menyaksikan kejadian itu diam2 memaki dalam hatinya

“Keparat cilik ini benar2 punya mata tak berbiji sudah benar ia berdiri pada posisi yang aman malahan sengaja cari kematian buat diri sendiri….” pikirnya.

Segera ia berbisik kepada salah seorang lelaki kekar yang berada disisinya, “Heng-thay, bagaimana kalau anda segera bergeser kebarisan belakang untuk menempati posisi yang masih kosong?”

Orang itu punya watak jujur dan mulia meskipun dalam hati tidak mau namun terpaksa ia bergeser pula untuk berdiri dalam satu kelompok dengan Siauw Ling.

Menanti para jago telah menempati kedudukan masing-masing, Sun Put Shia lantas berteriak keras.

“Dalam pertempuran yang bakal terjadi kali ini bukan saja menyangkut soal nama baik serta kedudukan kita bahkan terpaut pula akan mati hidup kita semua harap cuwi sekalian suka berjuang dengan sepenuh tenaga….”

Tangan kanannya diulapkan, ia kirim dahulu sebuah pukulan kedepan diikuti serunya, “Seluruh barisan per-lahan-lahan bergerak kedepan dan terjang keluar dari ruangan ini”.

Angin pukulan yang dilancarkan men-deru2 langsung meluncur kedepan. seorang boe-su berbaju hitam yang berdiri didepan pintu seketika menemui bencana, termakan oleh angin pukulan yang dilepaskan Sun Put Shia itu ia menjerit ngeri muntahkan darah segar dan roboh terjengkang ke atas tanah.

Agaknya pengemis tua itu ada maksud menguasai keadaan dengan kelihayannya, maka begitu turun tangan ia bergerak cepat serangan yang dilancarkan pun telah menggunakan tenaga sebesar delapan bagian, tidak aneh kalau orang itu kuat menahan diri.

Si Padri pemabok pun segera ayunkan bajunya melancarkan pula sebuah sapuan kedepan.

Sementara itu sipengemis kelaparan telah melepaskan kuali besinya, senjata itu didorong kemuka. diiringi secara berdentingan yang amat nyaring berpuluh2 senjata tajam yang mengancam tubuh padri pemabok segera ditangkis dan dihalau sama sekali.

Si Padri pemabok segera memutar sepasang telapaknya melancarkan delapan buah serangan berantai musuh terdesak mundur dan terbukalah sebuah jalan untuk menerjang dari ruangan itu.

Dalam pada itu para Boesu berbaju hitam yang berkumpul diluar ruangan kecuali membentuk selapis cahaya golok serta bayangan pedang untuk menghalangi serbuan sipadri pemabok serta sipengemis kelaparan sekalian, ada pula sekelompok yang menyerang dari kedua belah sisi.

Suma Kan segera putar roda emasnya bertahan disaya pkiri, ia tidak mencari kemenangan namun mengutamakan pertahanan.

Be Boen Hwie yang bertahan disayap sebelah kananpun lebih mengutamakan pertahanan daripada penyerangan, ia berusaha keras untuk memantapkan barisan itu.

Dua orang lelaki yang bertahan dibarisan paling belakang, meskipun ilmu silat yang mereka miliki rada cetek namun susah payah mereka masih sanggup untuk mempertahankan diri.

Sun Put Shia obral tenaga dalamnya kesana kemari dibawah sorotan sinar matanya yang tajam ia memperhatikan selalu posisi bagian mana yang kelihatan terdesak apabila keadaan tidak menguntungkan ia segera membantu posisi yang keteter itu.

Para jago yang ada dalam barisan sebagian besar telah mencurahkan segenap perhatiannya untuk menghadapi musuh, hanya Siauw Ling seorang saja yang bersikap tenang bagaikan tidak mengalami sesuatu kejadian sepasang matanya selalu memperhatikan perubahan yang terjadi diempat penjuru.

Dalam penelitiannya ini ia segera menemukan keadaan yang sedikit tidak beres. para boe-su berbaju hitam yang mengepung diempat penjuru itu agaknya sama sekali tidak menyerang dengan sungguh hati sambil bertarung mereka mengundurkan diri terus jelas mereka ada maksud memancing pihak musuh untuk masuk perangkap.

Setelah menyaksikan kejadian ini hatinya jadi amat gelisah dengan ilmu menyampaikan suaranya ia berseru ;

“Sun Loo cianpwee agaknya situasi sedikit kurang beresm agaknya pihak lawan ada maksud memancing kita masuk ke dalam perangkap, kita tak boleh lolos mengikuti kehendak mereka sehingga masuk ke dalam perangkap dan mengalami kehancuran total”

Sun Put Shia segera waspada, ia mendongak dan memeriksa keadaan disekelilingnya tidak salah lagi ia temukan para boe-su berbaju hitam itu agaknya ada maksud memancing para jago untuk bergeser kesebelah timur dan memasuki sebuah hutan bunga ia jadi amat terperanjat, pikirnya ;

“Apabila tak ada peringatan dari orang ini, tanpa terasa aku sipengemis tua telah terjebak dalam siasat licik Shen Bok Hong…. untung…. untung….”

Berpikir sampai disitu tanpa terasa lagi ia berpaling dan melirik sekejap ke arah Siauw Ling.

Waktu itu Siauw Ling telah curahkan segenap perhatiannya ke dalam pertarungan sengit se-olah2 ia berlagak bahwa orang yang memberi peringatan tadi bukanlah dirinya melainkan orang lain.

Saat ini Sun Put Shia telah sadar bahwa diantara rombongannya terdapat manusia ampuh, dengan sepasang mata yang memancarkan cahaya tajam ia awasi Siauw Ling tak berkedip kemudian pikirnya, “Sungguh menyesal ternyata aku sama sekali tidak merasa kalau dalam rombongan ini terdapat seorang jago yan gmemiliki kepandaian begitu lihay….”

Terdengar suitan nyaring berkumandang datang, mendadak para boe-su berbaju hitam yang ada diempat penjuru perketat serangannya, golok pedang simpang siur diangkasa laksana gulungan ombak Samudra segulung demi segulung menghantam datang.

Sepasang mata Siauw Ling berputar ia temukan boe-su berbaju hitam yang mengurung sekeliling barisan mereka ber-lapis2 dan jumlahnya tidak berada dalam dua ratue orang diam2 iapun terkesiap, pikirnya, “Ilmu silat yang dimiliki orang ini tidak lemah entah bagaimana caranya Shen Bok Hong melatih begini banyak Boe-su berbaju hitam yang memiliki ilmu silat lihay?….”

Tapak kanan Sun Put Shia melancarkan serangan berulang kali seraya membendung serangan lawan pada sayap kiri serunya dengan suara berat, “Segera putar kesebelah Barat dan terjang ke situ!”

Agaknya sipadri pemabok serta pengemis kelaparan pun telah merasakan keadaan tidak beres, mereka membentak berbareng, samping putarkan barisan tersebut mereka balas menerjang ke arah sebelah Barat.

Kuali besi ditangan sipengemis kelaparan berputar kencang, laksana selapis awan gelap terdengar suara dentingan nyaring yang memekikkan telinga berkumandang tiada hentinya, barisan golok serta pedang yang mendesak datang berhasil disapu semua olehnya.

Telapak tangan yang dilancarkan sipadri pemabok pun tak kalah hebatnya, bekerja sama dengan kuali besi dari sipengemis kelaparan ia melancarkan serangan dahsyat secara beruntun.

Walaupun serangan dari kedua orang itu amat dahsyat, namun ilmu silat yang dimiliki boe-su berbaju hitam itu pun tidak lemah, mereka nekad menerjang terus kedepan, walaupun si padri pemabok serta pengemis kelaparan telah melukai tiga orang namun mereka gagal untuk menerjang maju barang selangkahpun.

Pada saat itulah dua sayap barisan serta barisan bagian belakang secara serentak mendapat serbuan kalap dari boesu berbaju hitam itu, Suma Kan serta Be Boen Hwie segera kerahkan segenap kemampuannya dengan andalkan hantaman roda emas serta babatan kipas mempertahankan posisi barisan itu.

Namun dua harimau dari gunung Thay-san yang bertahan pada barisan belakang sudah tidak mampu menghadapi serangan musuh mereka sama2 terbabat senjata lawan dan terluka.

Namun kedua orang itu sambil menahan rasa sakit melakukan pertempuran terus mati2an, mereka nekad mempertahankan posisi tersbut sampai titik darah penghabisan.

Pada saat itulah dari dalam barisan muncul seorang lelaki siap menggantikan posisinya sambil memutar senjata ia bergerak ke belakang membantu dua harimau dari gunung Thay-san yang terdesak hebat itu.

Barisan roda berputar ini meskipun merupakan barisan yang aneh sakti dan ampuh namun memang merupakan barisan yang paling tepat untuk digunakan menghadapi musuh dalam jumlah banyak dengan kekuatan yang kecil.

Siauw Ling yang selama ini selalu mengawasi keadaan empat penjuru dapat merasakan pula tekanan yang semakin besar dari pihak luar, di antara boesu2 berbaju hitam itu tidak sedikit terdapat jago yang memiliki ilmu silat lihay seandainya Sun Put Shia tidak turun tangan setiap saat mungkin barisan roda berputar ini akan menemui kehancuran dan banyak korban akan segera berjatuhan.

Agaknya Sun Put Shia sendiripun tidak pernah menyangka kalau dalam perkampungan Pek Hoa San Cung mempunyai jago-jago Bu-lim yang begini dahsyatnya dalam jumlah banyak, diam2 hatinya terperanjat pikirnya, “Agaknya bukan suatu pekerjaan yang gampang bagi kami untuk terjang keluar dari perkakmpungan Pek Hoa San Cung ini….”

Terasalah daya tekanan yang muncul dari empat penjuru makin lama semakin besar dan semakin kuat. seluruh barisan sudah tak dapat bergerak barang setengah langkahpun bahkan barisanpun makin lama makin terdesak hingga mulai mengecil dan arenanya semakin sempit.

Tiba-tiba terdengar dengusan berat menggema di angkasa, sahabat kangouw yang berpatner dengan Be Boen Hwie menjaga posisi sayap kanan kena tersambar pedang lawan dan melukai tempat pentingnya seketika itu juga orang tadi roboh ke atas tanah.

Lelaki yang ada di dalam barisan segera keluar mengisi kekosongan tersebut.

Pertempuran yang terjadi kali ini betul2 suatu pertarungan sengit yang jarang ditemui dalam dunia persilatan membuat orang yang menyaksikan kejadian itu jadi berdebar dan kebat kebit.

Berada dalam posisi yang sangat berbahaya, mau tak mau terpaksa Siauw Ling harus turun tangan membantu Thay-san Jien Hauw, secara diam2 ia melepaskan ilmu jari Siuw-Loo-Ci dan membinasakah tujuh delapan orang boe-su berbaju hitam.

Mula2 keadaan yang paling berbahaya dari barisan itu adalah posisi barisan belakang, tetapi berada dalam perlindungan Siauw Ling yang tidak segan2 turun tangan keji, keadaan dapat pulih kembali dalam kemantapan, sebaliknya tekanan pada dua sayap jadi semakin berat dan keadaan makin kritis.

Terdengar dua kali jeritan ngeri berkumandang datang, dua orang pembantu pada sayap roboh terluka parah.

Hong Coe serta seorang lelaki berbaju hitam segera maju mengisi kekosongan tersebut.

Demikianlah pertempuran sengit yang amat mengerikan ini berlangsung hampir satu jam lamanya, meskipun dari pihak boe-su2 berbaju hitam mengurung diempat penjuru mengalami kerugian besar dengan banyaknya korban berjatuhan namun dari pihak barisan roda berputar dibawah pimpinan Sun Put Shia pun mengalami kerugian pula yang tidak kecil jumlahnya.

Walaupun Thay-san Jien Hauw mendapat bantuan Siauw Ling dengan segenap tenaga, namun setelah bertarung beberapa waktu lamanya, berhubung tenaga dalam yang menderita kerugian besar serta banyak darah yang mengalir mereka tak sanggup bertarung lagi dan terpaksa mengundurkan diri.

Mau tak mau Siauw Ling serta seorang pembantu lainnya mengisi kekosongan ini dan bertarung secara blak2an.

Untuk menjaga rahasia pribadi selama ini Siauw Ling tidak berani terlalu menyolok dalam memberikan perlawanannya dari seorang boe-su berbaju hitam ia rampas sebilah pedang dan gunakan senjata itu untuk menahan serbuan musuh ia cuma mengutamakan pertahanan belaka dan tidak bermaksud melepaskan serangan mematikan yang melukai pihak lawan.

Kembali pertarungan berlangsung sepertanak nasi lamanya, lelaki yang bersanding dengan Siauw Ling tiba-tiba tertusuk oleh sambaran pedang yang datang dari samping dan tempat kematian seketika itu juga seorang itu roboh binasa.

Sewaktu Siauw Ling menemukan akan kejadian itu buru-buru ia siap menolong namun terlambat sudah.

Barisan roda berputar pun mengalami kehancuran total berhubung para jago yang terluka serta binasa terlalu banyak. Hong Coe telah terluka. Be Boen Hwie, Suma Kan sipengemis kelaparan pun sama2 termakan babatan pedang lawan pertama karena tenaga dalam yang dimiliki ketiga orang itu amat sempurna dimana mereka segera menahan aliran darah dengan hawa murninya, kedua luka mereka tidak begitu prah dan masih sanggup melanjutkan pertarungan maka untuk sementara mereka masih sanggup memepertahankan diri. meski dalam tenaga dalam serta jurus serangan mereka tidak sehebat tadi lagi.

Dengan begitu diantara rombongan tersebut suma Sun Put Shia, sipadri pemabok serta Siauw Ling tidak ada orang yang mana sama sekali tidak terluka.

Thay-san Jie Hauw serta Hong Coe tak dapat bertempur lebih jauh berhubung luka yang mereka derita amat parah sedang delapan sisanya telah mati binasa semua.

Secara beruntut Sun Put Shia melepaskan serangan ampuhnya melukai dua puluh orang Boesu berbaju hitam meski demikian berhubung jumlah pihak lawan semakin lama makin banyak maka keadaan mereka terdesak hebat.

Sipengemjis tua ini segera bersuit nyaring panjang dan berseru, “Mari kita bertarung sampai titik darah penghabisan, meskipun harus mati nama besar kita akan selalu terkenang dalam dunia persilatan. aku sipengemis tua akan buka jalan lebih dulu. Be-heng serta Suma-heng harap suka melindungi mereka yang menderita luka parah.”

Sementara itu siap melayang kebarisan depan mendadak Hong Coe dengan suara yang lemah berkata.

“Loocianpwee, didepan sana terdapat barisan aneh, dibalik kebun bunga tadi terpasang alat jebakan, sekalipun berhasil menembusi kepungan para bow-su berbaju hitam ini, susah bagi kita untuk keluar dari perkampungan Pek Hoa San Cung….”

Dengan napas tersengkal2 ia hembuskan napas panjang, kemudian terusnya, “Satu2nya jalan yang dapat kita tempuh sekarang hanyalah mencari tempat yan gkokoh untuk mempertahankan diri lebih dahulu setelah beristirahat baru kita lanjutkan usaha lain”.

Ucapan ini membuat Sun Put Shia tertegun segera pikirnya, “Ucapan ini sedikitpun tidak salah, apabila kita bersikeras hendak menerjang keluar dari perkampungan Pek Hoa San Cung mungkin selembar jiwa sendiripun sukar dipertahankan….”

Segera ia bertanya, “Nona tahukan kau apakah sekitar tempat ini terdapat suatu tempat yang bisa digunakan untuk mempertahankan diri?”

Tiba-tiba Hong Coe melototkan sepasang matanya mengawasi empat penjuru setelah itu sahutnya, “Mari kita terjang ke arah Timur, lima tombak disebelah sana dibalik sebuah hutan bunga terdapat benteng batu yang terbuat dari batu hijau, asal kita bisa mencapai tempat itu dan merampas benteng batu itu dengan cepat bahawa bisa dilewati!”

Karena harus mengucapkan kata2 itu maka selesai berbicara napasnya ter-sengkal2 darah mengucur keluar semakin deras dari mulut lukanya.

Kiranya berhubung gadis itu harus bicara maka ia tak dapat salurkan hawa murninya untuk mencegah mengalirnya darah dari dalam badan.

Siauw Ling segera meloncat kedepan menotok dua buah jalan darah ditubuh Hong Coe setelah mencegah mengalirnya darh lebih jauh telapak kanan laksana kilat melancarkan delapan buah serangan berantai melukai dua orang boe-su berbaju hitam.

Karena keadaan yang mendesak mau tak mau Siauw Ling harus mengeluarkan kepandaiannya delapan buah serangan ini dilancarkan dengan kecepatan sukar dilukiskan dengan kata2, dan bukan lain merupakan jurus ampuh dari ilmu pukulan kilat berantai.

Untung boe-su berbaju hitam yang mengurung barisan mereka dari empat penjuru ber-lapis2 sehingga Shen Bok Hong tidak dapat menyaksikan perbuatan Siauw Ling kalau tidak, asal ketua Cungcu dari perkampungan Pek Hoa San Cung dapat menyaksikan ilmu telapak kilat berantainya maka ia segera akan kenali siapakah Siauw Ling.

Para boe-su berbaju hitam kembali menerjang kedepan dengan hebatnya. meskipun korban di pihak mereka sangat banyak namun jumlah merekapun sangat banyak bahkan setiap orang tidak jeri mati, dengan nekad mereka terjang terus tiada hentinya.

Be Boen Hwie, Suma Kan, sipadri pemabok serta sipengemis kelaparan benar2 kewalahan, sekarang mereka cuma bisa mempertahankan diri belaka. sedangkan tugas untuk melindungi Thay-san Jie Hauw serta Hong Coe pun sama sekali terjatuh ketangan Siauw Ling serta Sun Put Shia.

Masih untung ilmu silat yang dimiliki Tiang loo dari Kay Pang ini sangat lihay, tenaga dalam yang dimilikipun amat sempurna, setiap pukulan yang ia lancarkan memaksa boe-su2 berbaju hitam itu tak sanggup mendekati mereka.

Siauw Ling yang telah mengenakan sarung tangan kulit ular pun tidak takut akan bacokan golok dan tusukan pedang, sambil melancarkan pukulan untuk membendung serangan musuh tiada hentinya ia melepaskan ilmu jari Siuw Loo Ci untuk melukai lawan walaupun sepintas lalu angin pukulannya tidak lebih hebat dari Sun Put Shia namun lebih banyak korban yang berjatuhan ditangannya.

Ditengah pertarungan sengit, mendadak terdengar Sun Put Shia membentak keras sepasang telapak didorong kedpan sejajar dada segulung angin pukulan yang maha dahsyat laksana gulungan ombak ditengah samudra menyapu kedepan, boe-su2 diempat penjuru sekelilingnya termakan oleh angin pukulan ini seketika terdesak mundur ke belakang.

Namun boe-su2 berbaju hitam itu tetap nekad menerjang kedepan setelah terdesak ke belakang.

Sun Put Shia mulai merasa bahwa satu2nya jalan untuk mempertahankan hidup adalah berusaha untuk merampas suatu posisi yang kukuh untuk mempertahankan diri, maka ia berputar ke arah sebelah Timur dan segera menerjang mati2an ke arah situ.

Be Boen Hwie serta Suma Kan pun sama2 membentak keras, menggunakan sisa tenaga yang dimilikinya pedang serta roda emas mereka berputar makin dahsyat dengan melindungi Sun Put Shia dari sayap kiri serta sayap kanan mereka ikut menerjang kemuka.

Tahy-san Jie Hauw yang menderita luka parah setelah menyaksikan situasi serta keadaan tersebut tak tahan lagi segera menghela napas panjang.

“Harap cuwi sekalian tak usah mengurusi kami berdua lagi berlalulah sendiri.”

Si Padri pemabok yang mendengar ucapan itu segera tertawa panjang. sahutnya.

“Sudah separuh abad aku si hweesio gede hidup dikolong langit, bertarungpun sudah ratusan kali belum pernah aku merasa puas bertarung macam ini hari. saudara berdua tak usah kuatir ayoh terjang terus kedepan?”

Telapak kanannya segera melepaskan pukulan, tangan kiri mengambil cupu2. setelah meneguk beberapa tegukan arak tiba-tiba ia buka mulutnya dan menyembur serentetan air arak keempat penjuru.

Terdengar jeritan ngeri berkumandang saling susul menyusul empat orang boe-su berbaju hitam sambil menutupi wajah sendiri buru-buru mengundurkan diri dari kalangan, mereka telah terluka oleh semburan arak sipadri pemabok yang telah menggunakan sisa tenaga lweekang hasil latihannya selama puluhan tahun.

Dengan adanya kejadian ini maka boesu berbaju hitam yang hendak menerjang dari belakang seketika terbendung oleh gerakan rekannya yang mengundurkan diri.

Ditengah gelak tertawa yang keras si Padri pemabok menyambar tubuh loo-toa dari Thay-san Hien Hauw dan segera menerjang kedepan.

Sipengemis kelaparan tidak ambil diam, dengan tangan kanan putar kuali besinya menyampok miring lima bilah pedang yang mengancam datang. tangan kirinya segera menyambar loo-jie dari Thay-san Jie Hauw dan iktu menerjang pula kedepan.

Sun Put Shia, Suma Kan serta Be Boen Hwie dengan membentuk barisan segi tiga melanjutkan terjangannya kemuka.

Siauw Ling kerutkan dahinya dengan suara lirih ia lantas bertanya, “Nona Hong, apakah kau dapat berjalan sendiri?”

Pada saat itu Hong Coe pun dapat menyadari bahwa Siauw Ling adalah seorang jago yang memiliki ilmu silat amat lihay meskipun pakaian yang dikenakan adalah baju seorang pelayan, segera sahutnya, “Jangan merepotkan diri budak, segeralah kau teruskan terjangan kemuka….”

“Bagaimana mungkin dirimu tidak diatur?”

Tangan kirinya menyambar dan memeluk pinggang Hong Coe. tangan kanan mengeluarkan ilmu tangan kosong untuk merampas senjata lawan, setelah berhasil mendapatkan sebilah pedang ia mendengus dingin, pedangnya didorong kedepan, laksana serentetan awan putih darah segar muncrat keempat penjuru dua orang boesu berbaju hitam yang menghadang didekatnya berhasil ia babat sampai tubuhnya terpotong jadi dua bagian.

Disamping menggunakan babatan telapak serta totokan jari untuk melukai dua puluh orang lebih, dengan pedangpun Siauw Ling merobohkan beberapa korban. kehebatan sianak muda ini membuat Boesu2 berbaju hitam itu tak berani maju lagi kedepan meskipun mereka berani dan nekad, apalagi menyaksikan kehebatan pedang Siauw Ling, sebaris boesu yang ada dipaling depan segera mengundurkan diri ketika menyaksikan sianak muda itu menerjang kedepan.

Begitulah dengan Sun Put Shie sebagai membuka jalan, mereka terjang terus kedepan. Sipengemis tua itu menggerakkan sepasang telapaknya melancarkan serangan mematikan, angin pukulan bagaikan gelombang dahsyat menggulung tiada hentinya.

Para boesu yang menghadang didepan, termakan oleh gulungan angin pukulan itu kontan tersambar dan jatuh pontang panting kekedua belah sisi, ambil kesempatan itu mereka melanjutkan terjangannya terus.

Suma Kan serta Be Boen Hwie melindungi posisi sipengemis tua itu dari sayap kiri serta sayap kanan namun berhubung kehebatan angin pukulan Sun Put Shia, bukan musuh yang ada di depan saja bahkan musuh2 dikedua belah sisi kena tergetar mundur oleh serangannya.

Hong Coe segera mengempos tenaga, tiada hentinya ia memberi petunjuk jalan buat rombongan itu.

Tidak selang seperminum teh kemudian, tidak salah lagi mereka berhasil menerjang kedepan sebuah hutan bunga dan secara lapat2 benteng batu dalam hutan itupun dapat terlihat.

Dengan gerakan yang cepat Sun Put Shia melancarkan beberapa serangan berantai diiringi angin pukulan yang maha dahsyat. hanya dalam jarak yang dekat ia sudah melepaskan ratusan buah pukulan.

Meskipun tenaga dalamnya amat sempurna namun bagaimanapun juga iapun terdiri dari darah dan daging, setelah melepaskan pukulan sebanyak ratusan kali napasnya mulai ter-engah2 dan tenaganya banyak berkurang.

Boesu2 berbaju hitam itu bergerombol didepan barisan bunga itu makin lama semakin banyak dan kepunganpun semakin tebal agaknya merekapun tahu maksud tujuan para jago dan berusaha keras untuk menghalangi maksud mereka itu.

Sun Put Shia sadar apabila membiarkan para boe-su itu membentuk barisan maka kekuatan penghalang mereka semakin besar maka ia mengempos napas, sambil membentak keras sepasang telapaknya berputar dan menubruk kemuka.

Segulung angin pukulan yang maha dahsyat menerjang kedepan membuat dua orang boesu yang menghadang dibarisan paling depan menjerit ngeri dan muntah darah segar.

Seolah2 sudah kemasukan iblis. seluruh rambut dan janggut Sun Put Shia pada berdiri tegak sepasang mata melotot bulat, telapak yang dilancarkan semakin nekad, dimana tangan kanannya berkelebat seorang boesu telah kena ditangkap. ia segera cekal sepasang kaki orang itu dan digunakan sebagai senjata menyapu kawan2nya.

Mengikuti sapuan tadi deruan angin puyuh menderu2 dan melanda keseluruh penjuru.

Boesu- berbaju hitam itu memang bernyali dan tidak takut mati namun menyaksikan ilmu silat Sun Put Shia ditambah pula menyaksikan rekan2nya digunakan sebagai senjata mereka jadi jeri. senjata tajam buru-buru ditarik kembali dan masing-masing membuyarkan diri.

Begitulan dibawah sapuan yang maha dahsyat dengan menggunakan boesu itu, dengan cepatnya mereka berhasil menerjang kedepan benteng batu itu, sekali tendang ia hajar pintu benteng tadi.

Braak….! diiringi suara keras pintu yang amat kuat seketika terhajar hancur oleh tendangan Sun Put Shia.

Menanti ia berpaling tampaklah sipadri pemabok serta sipengemis kelaparan sekalian masih tertahan kurang lebih satu tombak lebih oleh selapis boe-su, agaknya mereka tak sanggup menerjang kedepan.

Dalam pada itu muncul pula puluhan orang boesu berbaju hitam dengan bersenjatakan pedang jelas2 mereka ada maksud untuk merampas benteng batu itu dari tangan musuh.

Setelah mengalami terjangan nekad barusan Sun Put Shia mulai merasa badannya sangat lelah, bahkan iapun sadar asal ia tinggalkan benteng batu itu maka benteng tadi seketika akan diduduki boesu2 berbaju hitam itu maka apabila sampai saatnya ia hendak merebut kembali benteng tadi maka banyaklah kerepotan bakal ditemui.

Sebaliknya apabila ia tidak berbalik untuk menolong rekan2nya, meskipun jaraknya masih ada beberapa tombak, dengan kekuatan Sipadri pemabok sekalianpun belum tentu bisa menerjang datang dengan mudah.

Sementara ia masih ragu2 mendadak tampaklah boesu berbaju hitam yang menghadang jalan pergi rombongan it sama2 menyingkir kekedua belah sisi.

Tampaklah seorang pemuda berwajah kuning sambil mengendong Hong Coe yang terluka parah serta mencekal sebilah pedang sedang menerjang keluar dengan hebatnya, pedang dalam tangannya bagaikan roda berputar tiada hentinya, siapa yang berani menghadang apabila tidak terluka pasti mati, begitu hebat kepandaiannya sampai membuat Sun Put Shia terkejut dan kagum.

Pemuda tersebut bukan lain adalah Siauw Ling.

Kiranya setelah ia saksikan Sun Put Shia berhasil mendekati benteng batu itu sedangkan Sipadri pemabok sekalian kena terhadang dan sulit untuk melanjutkan terjangannya kemuka bahkan kelihatan nyata para jago sudah kecapaian dan kehabisan tenaga, ia sadar apabila dibiarkan terus maka korban yang jatuh ada dipihaknya akan bertambah banyak, hatinya jadi amat gelisah. pedangnya segera diputar dan menerjang kemuka dengan segenap tenaga.

Cung San Pek pandai dan menguasai pelbagai jurus pedang dari perguruan besar dalam kolong langit setelah berlatih dan peras otak selama puluhan tahun akhirnya ia berhasil menciptakan serangkaian ilmu pedang yang terdiri dari inti sari ilmu pedang pelbagai partai.

Dalam keadaan cemas tanpa pikir panjang lagi Siauw Ling telah mengeluarkan jurus ampuh itu, dimana pedangnya berkelebat cepat, telengas dan ganas. cahaya pedang menyambar darah segar muncrat keempat penjuru, tak seorang korbanpun berhasil meloloskan diri.

Boesu2 itu jadi keder dan jeri sendiri menyaksikan kehebatan Siauw Ling. mereka sama2 mengundurkan diri dan membuka jalan baginya.

Siauw Ling tidak berbuat malang malang tanggung. setelah menunjukkan kehebatannya secara beruntun ia membinasakan tiga puluh orang dalam waktu sekejap mata.

Si padri pemabok, sipengemis kelaparan serta Be Boen Hwie sekalian jadi makin bersemangat mengikuti Siauw Ling dari belakang mereka terjang ke arah benteng batu itu.

Sun Put Shia membentak keras dengan ilmu Pay-san Ciang ia kirim sebuah pukulan dahsyat mengundurkan musuh dari sebelah kiri.

Siauw Ling pun mengeluarkan jurus “Pat Hong Hong Yu” atau Hujan Badai didelapan penjuru, ditengah berkelebatnya cahaya pedang secara beruntun ia melukai tiga orang dan berhasil mengundurkan musuh dari sebelah kanan.

Tidak selang beberapa saat rombongan itu sudah tiba didepan pintu benteng Sun Put Shia segera menyingkir untuk membuka jalan. Siauw Ling pun putar badan menghadang kejaran lawan Si padri pemabok sekalian dengan cepat melewati pintu dan masuk ke dalam benteng.

Menanti semua orang sudah selamat Sun Put Shia baru tertawa terbahak2

“Saudara cilik cepatlah masuk ke dalam benteng untuk beristirahat biar aku sipenemis tua yang berjaga didepan pintu seorang diri?”

“Kalau begitu merepotkan diri Loo cianpwee” seru Siauw Ling, ia putar badan dan segera ikut masuk ke dalam benteng.

Tampak Be Boen Hwie melemparkan kipasnya ke atas tanah dan duduk bersanding diatas dinding, wajahnya pucat pias, darah segar mengucur keluar tiada hentinya membasahi seluruh tubuh.

Suma Kan pun mendeprot diatas tanah sepasang roda emasnya ada disisi tubuhnya, ia sedang duduk bersemedi. lengan kiripun terluka dan darah segar masih mengucur keluar tiada hentinya.

Sipengemis kelaparan terluka pada dua bagian saat inipun sedang duduk bersila sambil mengatur pernapasan.

Sebaliknya sipadri pemabok yang biasanya berwajah cerah dan merah saat ini telah berubah jadi kuning kehijau2an.

Tahy-san Jie Hauw berbaring diatas tanah. merekapun sedang mengatur pernapasan.

Pokoknya dalam menghadapi pertarungan yang amat sengit ini, agaknya setiap orang telah kehabisan tenaga.

Siauw Ling mengawasi sekejap keadaan para jago yang kelelahan itu, kemudian pikirnya di dalam hati, “Seandainya pertempuran sengit ini berlangsung setengah jam lebih lama dan disini tak ada benteng batu entah berapa banyak jago yang akan menemui ajalnya dibawah ujung pedang boesu2 berbaju hitam itu….”

Ia tarik napas panjang. dirasakan semangat serta kekuatannya masih segar bugar dan sama sekali tidak terasa capai diam2 ia keheranan.

“Semua orang kecapaian dan kehabisan tenaga mengapa aku sendiri tidak merasakan hal itu?”

Terdengar suara gembrengan dipukul ber-talu2 para boesu berbaju hitam yang ada diluar benteng batu mendadak menghentikan usahanya untuk menerjang ke dalam benteng.

Walaupun serangan telah berhenti namun mereka sama sekali tidak mengundurkan diri bahkan mengurung benteng itu rapat2.

Per-lahan-lahan Siauw Ling meletakkan Hong Coe ke atas tanah, setelah itu keluar pintu benteng dan bisiknya lirih, “Loo cianpwee. bagaimana kalau kau beristirahat sebentar?”

Sun Put Shia berpaling, menyaksikan sinar mata Siauw Ling masih tajam dan ia tidak kelihatan lelah, segera pujinya dengan suara lirih, “Sepasang mata dari aku sipengemis tua benar2 sudah melamur. ilmu silat yang kau miliki amat lihay. sungguh sukar ditemui manusia lihay macam kau dalam ratusan tahun belakangan”

Siauw Ling yang menyaksikan Sun Put Shia pun hanya merasa sedikit lelah namun semangatnya msih segar, diam2 ikut merasa kagum katanya, “Tenaga lweekang yang dimiliki Loo cianpwee amat sempurna, boanpwee pun merasa amat kagum”

“Haaa…. haaa…. haaa…. tadi aku sipengemis tua memang rada merasa tidak tahan, tapi asal diberi beberapa kesempatan untuk menghembuskan napas, seluruh tenaga yang aku miliki segera akan pulih kembali seperti sedia kala”

Kiranya ilmu yang dimiliki Sun Put Shia adalah Koen Goan Tong Cu King, dengan dasar yang kuat ia mempunyai tenaga yang hebat, meskipun kecapaian asal beristirahat sebentar saja tenaganya segera akan pulih kembali seperti sedia kala.

“Luka yang diderita Si padri arak, sipengemis kelaparan serta Be Cong Piauw Pacu agaknya tidak ringan dalam beberapa jam mendatang mereka belum bisa pulihkan kembali tenaganya” kata Siauw Ling.

“Tidak mengapa, benteng batu ini kuatnya luar biasa dan cuma ada satu pintu masuk belaka merepotkan saudara cilik suka naik ke atas loteng dan periksa sebentar apakah disitu ada pintu atau jendela yang bisa digunakan untuk penyusupan? seandainya ada kita masing-masing menjaga satu tempat. pintu ini sempit lagi sulit digunakan untuk menyerang secara berkelompok, sekalipun Shen Bok Hong memiliki ribuan laksa tentarapun jangan harap bisa menembusi pertahanan benteng ini”

Siauw Ling mengiakan dan segera naik ke atas loteng.

Benteng batu yang terbuat dari batu hijau itu berdiri pada tanah seluas dua tombak persegi dengan tinggi cuma satu tombak semuanya terdiri dari dua tingkat entah apa gunanya Shen Bok Hong mendirikan benteng itu, yang jelas tempat ini amat bersih sekali.

Siauw Ling segera salurkan hawa murninya melindungi badan kemudian selangkah demi selangkah naik ke atas ketingkat dua.

Tampak dinding empat penjuru amat kuat dan cuma terdapat sebuah jendela kecil belaka bahkan jendela kecil itupun tertutup oleh papan besi yang kuat sehingga hanya meninggalkan sedikit lubang hawa belaka ia jadi keheranan, pikirnya, “Apa gunanya Shen Bok Hong mendirikan benteng batu ini? bahkan bangunannyan begitu kokoh dan kuat?”

Tingkat kedua dihubungkan dengan tingkat pertama oleh sebuah tangga diantara keuda tingkat itupun dipisahkan oleh sebuah pintu besi yang sangat kuat, setelah turun dari loteng Siauw Ling segera mengunci pintu besi itu rapat2.

Kiranya ia sudah punya perhitungan, sekali pun pada tingkat kedua terdapat pintu rahasia dimana berhasil ditembusi oleh pihak lawan namun untuk menuju ketingkat bawah mereka harus melalui dahulu pintu besi itu.

Menanti ia tiba dibawah tampaklah Sun Put Shia sedang duduk bersandar diatas dinding, waktu itu para boesu berbaju hitam telah membubarkan diri, suasana pulih kembali dalam ketenangan dan sedikitpun tidak kedengaran suara.

Bukan begitu saja bahkan kutungan lengan serta mayat2 yang bergelimpangan diatas tanah pun sudah tersapu pergi.

Suasana diempat penjuru tercekam dalam keheningan serta kesunyian yang secara lapat2 malah mendatangkan perasaan ngeri bagi setiap orang.

“Loocianpwee!” tegur Siauw Ling seraya mendehem.

“Ada urusan apa?”

“Cayhe rasa luka yang diderita Thay-san Jie Hauw amat parah, apabila tidak cepat-cepat ditolong mungkin….”

Dari sakunya Sun Put Shia segera ambil keluar sebuah kotak kumala. setelah itu ujarnya.

“Di dalam kotak kumala dari saku pengemis tua ini terdapat dua belas butir pil mujarab untuk menyembuhkan luka. ambillah dan berikan masing-masing orang sebutir, semoga saja sebelum kentongan ketiga malam nanti kekuatan mereka bisa pulih kembali guna mempersiapkan diri dalam menghadapi pertarungan berikutnya.”

Siauw Ling menerima kotak tersebut dan sesuai dengan perintahnya ia bagikan pil itu setiap orang sebutir.

Sang Surya telah tenggelam dibalik gunung, magribpun menjelang datang.

Siauw Ling yang secara diam2 menghitung tanpa terasa mereka sudah berada dalam benteng batu itu selama dua jam.

Yang aneh, selama dua jam ini dari pihak perkampungan Pek Hoa San Cung sama sekali tidak menunjukkan suatu tandapun, tak seorang manusiapun yang munculkan diri, seolah2 Shen Bok Hong telah lupa kalau dalam benteng itu masih ada musuh….

Dalam sekejap itulah air muka para jago telah berhasil pulih kembali seperti sedia kala.

Sipadri pemabok segera membuka matanya mengawasi empat penjuru, setealh itu dengan suara lirih tanyanya.

“Apakah boe-su berbaju hitam itu pernah melancarkan serangan kembali ke arah benteng kita!”

“Tidak!” jawab Siauw Ling seraya menggeleng.

Diikuti sipengemis kelaparan, Suma Kan serta Be Boen Hwie pun mendusin dari semedinya.

Be Boen Hwie segera merobek secarik kain untuk membalut luka pedang diatas badannya.

“Cong Piauw Pacu bagaimana dengan keadaan lukamu?” tegur Siauw Ling lirih.

“Tenaga dalamku telah pulih kembali, sebagian besar, sedang luka luarpun hanya luka kecil dikulit belaka, tidak mengapa!”

Maksud ucapannya ia masih sanggup dan sudah siap menghadapi pertarungan lebih jauh.

Suma Kan pun pungut kembali senjata roda emasnya dari atas tanah lalu sambil tertawa ujranya, “Waah…. waah…. hebat, ngeri, pertempuran yang kualami saat ini betul2 merupakan suatu pertarungan sengit yang benar2 luar biasa. belum pernah kualami pertempuran macam ini”.

Sementara itu sipadri pemabok telah ambil cupu2 araknya, setelah digoyangkan beberapa kali ia menghela napas, katanya, “Waduuh…. aku sihweesio pemabok sudah kehabisan arak, cialat, bisa cialat ini…. ular dalam perutku sudah mulai ber-kaok2 minta diisi!”

“Sayang akupun sudah kehabisan beras untuk ditanak” sambung sipengemis kelaparan sambil menaruh kuali besinya.

Haruslah diketahui dalam perjamuan tadi para jago tidak ada yang bersantap maupun minum karena kuatir di dalam sayur serta arak itu telah dicampuri racun, apalagi setelah mengalami pertarungan sengit setiap orang merasa perutnya amat lapar.

Pada saat itulah Thay-san Jie Hauw pun telah mendusin tapi berhubung luka yang mereka derita sangat parah dan banyak kehilangan darah maka meskipun sudah mendusin namun mereka tak bisa berkutik.

“Be-ya!” ujar Hong Coe dengan suara lirih. “Harap Sun Loo-ya segeramengundurkan diri kemari untuk beristirahat, dalam beberapa saat ini Shen Bok Hong tidak akan mengirim orang untuk menyerang benteng batu ini”.

“Biar aku yang pergi memanggilnya kembali” kata Siauw Ling sambil bangun berdiri.

“Tak usah, budak ada urusan hendak disampaikan kepada cuwi sekalian!”

Sementara Be Boen Hwie siap bangun berdiri mengundang Sun Put Shia, sipengemis tua itu dengan langkah lebar telah berjalan datang, katanya, “Nona ada urusan apa kau panggil aku sipangemis tua?”

Setelah istirahat beberapa waktu semangat Hong coe telah banyak pulih kembali, ia meronta bangun dan katanya, “Ada beberpa patah kata yang amat penting hendak budak sampaikan kepada kalian harap cuwi sekalian suka baik2 mengingatnya di dalam hati….”

Ia menghembuskan napas panjang, kemudian sambungnya, “Mungkin Shen Bok Hong hendak menyerang kita dengan api dan membakar kita hidup2 kemungkinan pula ia hendak menggunakan binatang beracun untuk meracuni kita sampai mati atau mungkin pula mengepung kita rapat2 agar kita mati kelaparan….”

Beberapa jalan kematian yang diutarakan gadis itu seketika membuat wajah para jago berubah amat serius, mereka bungkam dalam seribu bahasa.

“Perduli bagaimanapun juga malam ini kita harus menerjang keluar dari kepungan” sambung Hong Coe sambil tertawa sedih. Bukannya budak hendak besarkan kehebatan lawan dan memunahkan semangat sendiri, asal ada tiga orang diantara kita bisa meninggalkan tempat ini dalam keadaan hidup kejadian ini sudah patut dibanggakan”

“Belum tentu begitu” seru Siauw Ling dengan alis berkerut.

“Aaai! apa yang budak ucapkan adalah kata2 sejujurnya, mau percaya atau tidak budak tak berani memaksakan, tetapi menurut apa yang kuketahui dan ingin kusampaikan kepada Cuwi sekalian, setelah meninggalkan kepungan bergeraklah menuju ke Timur, sebab sebelah Timur adalah gunung. asal bisa masuk ke dalam gunung itu berarti kalian berhasil menyelamatkan separuh jiwa kalian….”

Ia tarik napas panjang2, kemudian sambungnya, “Menurut apa yang budak ketahui, setiap kentongan ketiga Shen Bok Hong tentu akan bersemedi selama setengah jam lebih, inilah kesempatan yang paling baik buat kita untuk meloloskan diri budak sadar bahwa tidak mungkin aku bisa hidup lebih jauh, mengikuti cuwi sekalian hanya akan mendatangkan kerepotan belaka….”

Ia merandek lalu tambahnya, “Entah Shen Bok HOng dengan menggunakan cara apa ia berhasil menciptakan delapan orang bayangan berdarah sebagai badan tetironnya, mereka memiliki ilmu silat yang amat lihay dan setiap saat memakai baju warna merah, apabila cuwi sekalian berjumpa dengan mereka sukalah bertindak hati2. aaai…. kedudukan sangat rendah, apa yang diketahuinyapun hanya terbatas sampai disini, harap cuwi sekalian baik2 jaga diri budak akan berangkat duluan”

Tiba-tiba ia angkat telapak tangan kanannya dan segera ditabokan ke atas ubun2 sendiri.

Sun Put Shia, adalah seorang jago kawakan yang mempunyai pengalaman amat luas. dari nada ucapan Hong Coe tadi tahu bila gadis ini ada maksud untuk bunuh diri, maka sejak tadi ia sudah memperhatikan dengan seksama oleh sebab itulah ketika Hong Coe angkat telapak kanannya Sun Put Shia telah bertindak selangkah lebih cepat.

Baru saja telapak kanan Hong Coe menempel diatas ubun2nya, serangan totokan yang dilepaskan Sun Put Shia telah tiba. Hong Coe tidak bisa angkat tangan kanannya dan segera terkulai lemas kebawah.

“Nona Hong, mengapa kau cari mati?” tegur Sun Put Shia dengan wajah serius.

“Ilmu silat yang budak miliki amat cetek, tetap hiduppun hanya akan merepotkan cuwi sekalian belaka, maka jauh lebih baik kalau aku berangkat lebih dahulu.”

“Benarkah begitu?”

“Maksud hati budak benar2 memang demikian adanya.”

“Aaaaah….” Sun Put Shia menghela napas panjang. “Aku sipengemis tuapun percaya kalau kau bukan sengaja untuk membohongi diriku. hatimu untuk ambil keputusan pendek tentu disebabkan pelbagai persoalan, kau takut setelah tertawan kembali oleh Shen Bok Hong harus merasakan siksaan keji menurut peraturan perkampungan Pek Hoa San Cung, maka dari pada hidup sia2 maka lebih baik ambil keputusan untuk mati, bukankah begitu….”

“Tentang soal ini…. tentang soal ini….”

“Mungkin hati kecilmu belum berpikir sampai kesitu tapi ingatan serta maksud tersebut telah tertanam dalam2 didasar hatimu!”

“Setelah diungkap locianpwee, budakpun mempunyai perasaan ini….” sahut Hong Coe sambil menghela napas sedih.

Tiba-tiba tampak baangan manusia berkelebat lewat, seorang boesu berbaju hitam laksana kilat telah meloncat masuk ke dalam benteng.

Sun Put Shia segera putar tangan kanannya melancarkan sebuah pukulan membendung pintu masuk benteng batu itu kemudian serunya dengan suara berat, “Jangan bunuh dirinya, tangkap saja dalam keadaan hidup2″

Sembari berkata ia sudah meloncat keluar dari pintu benteng dan berjaga dari luar.

Sementara itu sipadri pemabok serta pengemis kelaparan serta Suma Kan sekalian telah mendusin maka kekuatan dalam ruangan itupun cukup kuat untuk menghadapi boesu tadi.

Be Boen Hwie segera meloncat bangun, kipasnya langsung dibabat ke arah tubuh boe-su tadi.

Boesu berbaju hitam itu menyingkir kesamping seraya melepaskan satu pukulan untuk membendung serangan kipas Be Boen Hwie ambil kesempatan itu ia menyingkir kesamping sapanya, “Be-heng!….”

Be bOen Hwie tertegun kipasnya segera berkelebat menangkis roda emas ditangan kanan Suma Kan setelah itu bentaknya, “Siapakah anda?”

“Siauwte Siang Hwie!”

“Kau adalah Siang-heng? aah maaf siauwte telah menyalahi dirimu!….”

“Dengan menempuh bahaya siauwte menerjang masuk ke dalam benteng batu ini hal tersebut dikarenakan ada satu persoalan penting hendak disampaikan kepada Be-heng”

“Mereka semua adalah rekan2 seperjuangan apakah maksud kedatangan Siang-heng silahkan diutarakan saja secara blak2an”

“Siauw-te serta Tiong Chiu Siang Ku dibawah bantuan Kiem Lan, Giok Lan telah menjanjikan waktu untuk turun tangan maka aku sengaja datang kemari untuk memberi kabar kepada Be Cong Piauw Pacu”.

“Cuwi sekalian berhasil dimana? mengapa aku tidak temukan jejak kalian?” tanya Siauw Ling.

“Kalau kaupun berhasil menemukan jejak kami apakah kami tidak ditemukan oleh Shen Bok HOng lebih dahulu?”

“Eei…. apakah Kiem Lan serta Giok Lan cici pun telah datang kemari?” mendadak semangat Hong Coe berkobar kembali.

Siang Hwie melirik sekejap ke arah Hong Coe lantas mengangguk.

“Ia sudah datang!”

“Sekarang ada dimana?”

“Ber-sama2 aku sipencuri tua telah bersembunyi diantara para boe-su berbaju hitam!”

“Sipengemis cilik serta Tiong Chiu Siang KU? dimana mereka?” sela Siauw Ling kembali.

“Semuanya berada….”

Mendadak terdengar Sun Put Shia membentak keras, diikuti berkumandangnya dua dengusan berat agaknya dua orang boesu berbaju hitam yang berusaha mendekati benteng batu itu berhasil dilukai oleh pukulannya.

“Jangan melukai orang sendiri!” seru Be Boen Hwie cepat.

“Tidak mengapa, sebelum aku sipencuri tua menyampaikan berita ini keluar mereka tidak bakal berani bergerak secara sembarangan”

“Apakah kau hendak kesana lagi?”

“Tidak bisa kalau aku pergi kesana lagi maka apabila tidak dibunuh tentu harus pura2 terluka, agar mereka tidak menaruh curiga kepadaku atau paling sedikit mengurangi kecurigaan mereka”

“Apabila Siang-heng suka tinggal disini, keadaan ini jauh lebih baik lagi sebab berarti telah membantu banyak buat pihak kami”

“Bukannya tidak mau. apabila aku sipencuri tua ingin hidup dua tahun lagi maka aku harus tetap berdiam disini” dari dalam sakunya segera ia ambil keluar secarik peta dan dibentangkan diatas tanah kemudian ujarnya.

“Disini terdapat sebuah peta yang melukiskan keadaan perkampungan Pek Hoa San Cung ini dengan nyata, bahkan terdapat pula jalan yang harus ditempuh dan arah manakah lebih banyak terdapat jebakan mereka?”

Para jago sama2 melongok untuk memeriksa peta tersebut.

Tampak peta itu dilukis lengkap sekali dengan Loteng Wang Hoa Loo sebagai pusat banyak tempat disekeliling tempat itu pernah didatangi para jago.

Siang Hwie lantas menuding ke arah sebuah rumah hitam dibelakang loteng Wang Hoa Loo yang tertutup oleh pepohonan, katanya, “Menurut berita yang berhasil didapat Giok Lan, kedua orang tua itu terkurung ditempat ini”

Siauw Ling segera merasakan jantungnya berdebar keras namun ia berusaha untuk menahan golakan itu dan membungkam. pikirnya, “Agaknya apabila bukan Kiem Lan atau Giok Lan yang datang kemari sulit untuk mendapatkan berita dimanakah kedua orang tuaku terkurung….”

Terdengar Siang Hwie berkata kembali

“Disekeliling rumah hitam itu penjagaan diatur ketat sekali dan apa yang terlukis diatas peta inipun merupakan bagian2 penting yang ada dalam perkampungan Pek Hoa San Cung belaka, yang benar2 disetiap tempat terdapat penjagaan yang tak kalah ketatnya”

Pada waktu itu setiap orang yang ada dalam benteng batu kecuali Be Boen Hwie serta Siauw Ling sebagian besar para jago lainnya belum tahu kalau orang tua dari Siauw Ling terkurung dalam perkampungan Pek Hoa San Cung, maka mendengar perkataan tersebut mereka jadi tercengang dan melongo.

“Eeeeei…. sebenarnya apa yang sedang kalian rundingkan?” tegur sipadri pemabok kemudian.

Siang Hwie mendongak dan melirik sekejap ke arah sipadri pemabok. kemudian serunya tercengang, “Eeeei…. jadi kalian belum tahu?”

“Tidak ada orang yang beritahu kepada aku sihweesio, tentu saja aku tidak tahu!!”

Berhubung Be Boen Hwie merasa persoalan ini menyangkut suatu masalah yang amat besar sedang pada saat itupun setiap orang hanya berhaarp bisa meloloskan diri dalam keadaan selamat dari perkampungan Pek Hoa San Cung maka ia duga tentu tak ada orang yang suka menempuh bahaya dengan menerjang kejantung perkampungan, maka ia tidak ingin menerangkan agar setiap orang bisa menentukan pilihannya masing-masing.

Untuk beberapa saat lamanya suasana jadi hening.

“Orang tua cayhe telah ditangkap oleh Shen Bok Hong itu, Cungcu dari perkampungan Pek Hoa San Cung dan sekarang dikurung dalam rumah hitam dibelakang loteng Wang Hoa Loo….”

Sinar matanya menyapu Be bOen Hwie serta Siang Hwie sekejap kemudian sambungnya.

“Berkat bantuan dari Be Cong Piauw Pacu serta Siang-heng yang suka menyusup perkampungan Pek Hoa San Cung kami ada maksud untuk menolong kedua orang tuaku, persoalan ini tiada sangkut pautnya dengan cuwi sekalian gunakan saja kesempatan selagi kami sekalian menolong orang terjang dan berusahalah lolos dari perkampungan ini.”

“Sebenarnya siapakah kau!” tegur pengemis kelaparan

“Cayhe adalah Siauw Ling”

Begitu ucapan tersebut diutarakan sipengemis kelaparan serta sipadri pemabok sekalian jadi terpreanjat. sinar mata mereka sama2 dialihkan ke atas wajah Siauw Ling.

“Sebenarnya kau adalah Siauw Ling yang mana?” tanya sipadri pemabok setelah tarik napas panjang2. “Aaai….” sebetulnya dalam kolong langit terdapat berapa orang Siauw Ling? aku sihweesio gede sudah menjumpai dua orang Siauw Ling, tapi masih ada seorang yang telah lama kudengar namanya namun belum pernah bertemu muka”

“Cayhe adalah Siauw Ling yang asli”

“Tentang persoalan ini panjang sekali kalau diceritakan” sambung Be Boen Hwie. “Siauw-heng ini bukan saja adalah Siauw Ling yang asli, bahkan iapun pernah menjadi Sam Cung-cu dari perkampungan Pek Hoa SAn-cung….”

Segera ia menceritakan apa yang diketahuinya kepada semua orang.

Si pengemis kelaparan melirik sekejap ke arah Siauw Ling selesai mendengar kisah itu, kemudian katanya, “Kau benar2 sebutir mutiara yang tersembunyi di dalam tanah masih ingatkah ketika pertama kali kau jumpa dengan aku sipengemis?”

“Tentu saya masih ingat!”

“Sekarang nona Gak berada dimana?”

“Tentang persoalan ini cayhe sendiripun tidak tahu.”

Berbicara sampai disitu sipengemis kelaparan segera mendongak dan ujarnya kepada Be boen Hwie, “Cong Piauw Pacu menolong orang adalah persoalan penting, aku si-peminta2 ikut ambil bagian.”

“Haaa…. haaa…. persoalan jadi begini aku sihweesio pemabok pun terpaksa ikut ambil bagian, bagaimana boleh kan?” sambung sipadri pemabok sambil tertawa terbahak2.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar