Bayangan Berdarah Jilid 19

JILID 19

Tetapi saat ini adalah waktunya buat Kiem Hoa Hujien melepaskan racun, ia takut anak buahnya yang dikirim untuk membunuh orang itu akan keracunan pula. satu2nya jalan ia harus bekerja sendiri.

Karena berpikir demikian ia segera menghardik.

“Suma Kan berhenti!”

Waktu itu Suma Kan sudah tiba ditepi kebun, mendapat teguran ia berhenti dan barpaling.

“Shen Toa Cungcu ada urusan apa lagi?” tanyanya.

“Antara perkampungan Seratus bunga dengan dirimu tak terikat permusuhan apapun, mengapa kau selalu menghasut….”

“Ha…. ha…. ha…. bagaimana? apakah disebabkan cayhe telah merusak rencana busuk yang telah disusun Toa Cungcu secara susah payah maka sekarang kau marah2 kepadaku? Nah sekarang ketahuan sudah kalau Toa cungcu benar2 hendak mencelakai para jago dengan melepaskan racun keji”

Mendengar ejekan itu Shen Bok Hong semaki gusar dan membenci ia terawa hambar.

“Ucapanmu teralu menghasut orang banyak dan bernadakan memusuhi kami, sekalipun aku berjiwa besarpun lama kelamaan tak bisa berdiam diri”

Sembari berkata selangkah demi selangkah ia mendekati orang she Suma dari Lautan Timur itu.

“Ilmu silat yang dimiliki Shen Bok Hong amat dahsyat, serangannya tentu luar biasa, harap Suma heng ber-hati2″ bisik Be Boen Hwie lirih.

“Terima kasih atas petunjukmu”

Hawa murninya segera disalurkan mengelilingi badan bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan kemudai selangkah demi selangkah mundur ke belakang.

Sekilas pandang Siauw Ling yang ada disampingpun dapat menangkap hawa membunuh yang terlintas diatas wajah Shen Bok Hong, dengan ilmu menyampaikan suara ia segera memberi peringatan.

“Hawa membunuh yang melintasi wajah Shen Bok Hong. mungkin Suma Kan tak akan sanggup menerima sebuah hantamannya, harap Be heng berjaga disisi badan, berusahalah untuk menghadang jarak pandangan Shen Bok Hong sedang aku secara diam2 akan memberi bantuan.”

Be Boen Hwie menurut dan menggeserkan badannya mengundurkan diri bersama2 Suma Kan.

Meminjam perawakan tubuh yang metutupi badannya, diam2 Siauw Ling salurkan hawa murninya keseluruh badan, ia bersiap sedia setiap saat turun tangan memberi pertolongan.

Pada waktu itu Shen Bok Hong telah berada tujuh, delapan depa dihadapan Suma Kan, sepasang matanya memancarkan cahaya berkilat tiba-tiba ia ayun telapaknya melancarkan sebuah babatan kedepan,

Sejak semula Suma Kan pun telah bersiap sedia dengan kerahkan segenap tenaga yang dimilikinya, melihat serangan Shen Bok Hong membabat datang, ia pun segera mengayunkan telapak untuk menyambut kedatangan serangan tersebut.

Dua gulung angin pukulan saling berbentrokan di tengah udara, Suma Kan seketika tak tertahan ia merasa ada segulung hawa tekanan yang maha dahsyat menubruk datang membuat isi perut serta darah segarnya bergolak keras.

Shen Bok Hong benci Suma Kan telah merusak rencana besarnya. Serangan ini dilancarkan dengan disertai tenaga dahsyat maksudnya dalam sekali hantam mencabut nyawa orang she Suma ini.

Sewaktu Suma Kan kepayahan menahan tenaga tekanan yang maha dahsyat, tiba-tiba terasa sebuah telapak menepuk jalan darah Ming-bun hiat dipunggungnya lambat2.

Segulung hawa murni yang panas dan kuat segera menyusup ke dalam tubunya, seketika tenaagnya berlipat ganda dengan keras lawan keras ia menerima datangnya pukulan shen Bok Hong yang dahsyat bagaikan gulungan ombak samudra ini.

Agaknya Shen Bok Hong mempunyai keyakinan Suma Kan pasti tak berhasil menahan pukulannya itu, sehabis melancarkan sebuah babatan ia putar badan dan berlalu.

Siapa sangka sudah tujuh, delapan langkah ia berlalu namun belum kedengaran juga suara robohnya Suma Kan ke atas tanah ia jadi tercengang dan keheranan.

Ketika berpaling ke belakang, tampak Suma Kan masih beriri ditempat semula dengan air muka tenang sedikitpun tidak ada perubahan ia semakin terkesiap.

Namun dengan tabiatnya yang licik, kaget atau gembira tak terpancar diatas wajah, rasa kaget hanya sekilas berkelebat kemudian lenyap kembali, ia tertawa hambar.

“Ehmm…. ternyata Suma-heng betul2 memiliki ilmu silat yang maha dahsyat, siauw-te merasa sangat kagum!”

Sepasang matanya dengan amat tajam menyapu tiada hentinya sekitar tubuh Suma Kan agaknya ia sudah menduga pasti ada orang yang membantu dirinya secara diam2 hanya belum diketahui siapakah orang itu.

Siauw Ling setelah menggunakan hawa murninya bantu Suma Kan menahan datangnya serangan tanpa menunjukkan sesuatu yang mencurigakan ia tarik kembali tangannya, lalu dengan meminjam hadangan tubuh kedua orang itu ia mundur empat langkah ke belakang dan berdiri dengan tangan lurus kebawah.

Sepasang sinar mata shen Bok Hong yang tajam tiba-tiba beralih ke atas tubuh Siauw Ling kemudian tegurnya dingin.

“Siapakah anda?”

“Dia adalah pembantu cayhe” jawab Be Boen Hwie cepat.

Shen Bok Hong tertawa hambar.

“Siapa namanya?”

“Hamba Be Seng!” cepat-cepat Siauw Ling menjura.

“Ehmm….” sementara ia ada maksud bertanya lebih jauh, mendadak suasana diempat penjuru jadi gelap.

Ternyata api yang ada dilampu lentera yang menerangi empat penjuru dalam sekilas waktu itulah tiba-tiba padam.

Segulung awan hitam menutupi cahaya bintang dilangit. sebelum lampu padam keadaan masih tidak terasa seberapa sekarang setelah tiba-tiba padam seketika dirasakan suasana disana amat suram, gelap dan mengerikan.

Ditengah kegelapan itulah terdengar ujung baju tersampok angin, bayangan manusia berkelebat lewat ke arah empat penjuru.

Sinar mata Siauw Ling amat tajam, dalam sekilas pandang ia temukan salah seorang diantara bayangan manusia itu adalah Ih Boen Han To, pikirannya seketika bergerak.

“Sejak semula orang ini sudah menggabungkan diri dengan perkampungan Seratus bunga yang dipimpin Shen Bok Hong” pikirnya “Mengapa sikapnya kelihatan begitu gagah dan ter-gopoh2? agaknya apa yang diucapkan Suma Kan bukan mengigau belaka, Shen Bok Hong benar2 akan melepaskan rencana keji….

Kengerian serta keseraman yang timbul akibat perubahan suasana dari terang benderang jadi gelap gulita, ditambah berkelebatnya Ih Boen Han To sekalian dengan langkah ter-gopoh2 seketika menimbulkan kekacauan dalam kalangan para jago bersama2 lari ke arah bebungaan diempat penjuru.

Ditengah kekalutan itulah terdengar Suma Kan berteriak.

“Tjuwi sekalian hati2. cepat menyingkir!”

Menanti Siauw Ling berpaling kembali Shen Bok Hong sudah tidak berada ditempat semula.

Cepat ia mencari. tampak olehnya ketika itu Shen Bok Hong sedang merambat naik ke atas lotengnya dengan menggantungkan diri diatas angkin yang terurai kebawah, gerakannya gesit melebihi kegesitan kera.

Dalam sekejap mata orang itu sudah berada lima, enam tombak tingginya dari atas permukaan.

Siauw Ling menghembuskan napas panjang, pikirnya,

“Seandainya pada saat ini aku melepaskan senjata rahasia dengan segenap tenaga, ada kemungkinan bisa melukai dirinya kendati perbuatan ini kurang cemerlang, namun seandainya Shen Bok Hong terluka, terhadap masalah untuk menolong orang tuaku memperoleh bantuan yang amat besar.”

Ketika ingatan ini berkelebat dalam benaknya, Shen Bok Hong sudah berada tujuh, delapan tombak jauhnya dari permukaan. ingin turun tanganpun sudah tak sempat lagi.

Terasa sebuah tangannya dicekal kemudian ditarik ke belakang, disusul suara dari Suma Kan berkumandang datang.

“cepat, cepat mengundurkan diri ke dalam hutan!”

Tempo dulu sewaktu Siauw Ling masih berada di dalam lembah Sam Sin Kok, dari mulut Cung San Pek ia pernah mendengar tentang kelihayan racun keji asal dari daerah Biauw ini, bahkan iapun mengerti diantara racun-racun keji tadi, racun keji ulat emaslah paling dahsyat.

Seketika ia merasakan bahaya buru-buru badannya mengundurkan diri ke belakang.

Dalam dugaan Siauw Ling, disekitar bebungaan diempat penjuru kalanan Shen Bok Hong pasti telah mempersiapkan anak buahnya untuk menahan para jago yang melarikan diri kesana, siapa sangka kejadian berada diluar dugaan, dalam hutan tersebut suasana sunyi senyap tak kelihatan sesosok manusiapun.

Suara kekalutan yang gegap gempita telah sirap, suasana pulih kembali dalam ketenangan seperti semula, hanya terdengar hembusan angin malam yang menyampok pepohonan menimbulkan suara gesekan yang lirih.

Waktu itu para jago yang ada dikalangan telah melarikan diri kebalik pepohonan semua dan bersembunyi dibalik semak2.

Persoalan melepaskan racun keji dari daerah Biauw sudah tersohor dalam dunia persilatan, barang siapapun yang pernah berkelana dalam Bu-lim tentu pernah mendengar kisah tersebut namun melihat sendiri seseorang melepaskan racun keji jenis daerah Biauw ini boleh dikata kurang daripada kurang.

Kebanyakan para jago mempunyai satu ingatan yang aneh mereka berharap dapat melihat sendiri suatu kejadian yang aneh, serta melihat bagaimanakah caranya melepaskan racun tersebut.

Siauw Ling, Be Boen Hwie serta Suma Kan setelah bersembunyi dibalik pepohonan segera pusatkan seluruh perhatiannya ketengah kalangan.

“Suma-heng?” ketika itulah Be Boen Hwie dengan ilmu menyampaikan suara berbisik lirih. “bagaimana bisa tahu kalau Shen Bok Hong hendak melepaskan racun keji?”

Suma Kan tersenyum, dengan ilmu menyampaikan suara pula ia menjawab.

“Ramalan siauwte menunjukkan apabila dalam perjamuan yang diselenggarakan malam ini penuh dengan mara bahaya hanya saja dalam ramalan tersebut menunjukkan tanda aneh ternyata ditengah bahaya terjadi perubahan.”

Siauw Ling berada diantara mereka berdua, walaupun kedua orang itu berbicara dengan ilmu menyampaikan suara namun agaknya ada maksud agar iapun ikut mendengar. Kendati ia tak dapat ilmu meramal, tetapi Cung San Pek adalah seorang jago yang maha tahu selama berguru selama banyak tahun sekalipun Siauw Ling pusatkan seluruh perhatiannya untuk berlatih ilmu silat namun setiap kali ada luang Cung San Pek tentu menambah pengetahuannya dengan pelbagai cerita2 aneh yang sering terjadi dalam dunia persilatan.

Bukan saja dalam hal akal licik serta tipu muslihat yang sering dilakukan orang Bu-lim, Cung San Pek pun menerangkan pelbagai ilmu silat beracun yang ada dalam Bu-lim, jurus ilmu silat teristimewa dari pelbagai perguruan, penggunaan obat pertolongan pertama, ilmu meramal serta macam2 kepandaian aneh yang ada dalam dunia persilatan bahkan di dalam memberi keterangan setiap macam persoalan ditambahi dengan suatu cerita yang menarik, hal ini membuat Siauw Ling jadi kesemsem untuk mendengarkan, tanpa ia sadari keterangan keterangan tadi membekas dalam benaknya denganmendalam sekali.

Karena kejadian inilah tanpa Siauw Ling sadari pengetahuannya bertambah pesat, pada hari hari biasa ia masih tidak merasakan tetapi setiap kali mendengar orang lain membicarakan tentang satu persoalan maka daya ingat yang sudah melekat dalam benakpun mulai menunjukkan reaksinya.

Karena itu sewaktu ia mendengar suara Suma Kan membicarakan tentang ilmu meramal dan berhasil menghitung mara bahaya tersebut dari kepandaian tersebut tak tertahan ia menyambung.

“Cayhe pernah mendengar keterangan tentang ilmu meramal, yan gkuketahui perduli ilmu meramal macam apapun rasanya sulit untuk menerangkan kejadian yang bakal berlangsung dengan seksama, Suma-heng bisa andalkan ilmu meramalnya untu kmengetahui rencana Shen Bok Hong dalam pelepasan racun keji, hal ini membuat siauw-te merasa sangat kagum sekali”

Suma Kan kelihatan tertegun. kemudian serunya berulang kali.

“Pendapat yang tinggi, pendapat yang tinggi, agaknya lain kali kaupun bisa jadi seorang tokoh ilmu meramal yang lihay”

“Tentang soal ini sih siauw-te tak bisa” Siauw Ling menggeleng.

suma Kan tersenyum.

“Heng-thay pasti bukan orang bawahan entah dapatkah kau memberitahukan namamu yang sebenarnya?”

“Suma-heng jantan dan mengutamakan keadilan, berhati pendekar dan berpikiran bijaksana tidak seharusnya siauw-te mengelabuhi dirimu namun soal nama harap kau suka memaafkan, untuk sementara waktu tak bisa kuutarakan”

Kembali Suma Kan tertawa.

“Bukan saja ilmu silat Heng-thay amat lihay, pengetahuan yang kau milikipun mungkin tidak berada dibawah siauw-te. Tidak salah! perduli ilmu meramal bagaimanapun juga hanya bisa menghitung bencana atau rejekinya suatu peristiwa sedangkan mengenai perubahan dari bencana serta rejeki tersebut harus dihitung dengan andalkan kecerdasan sang peramal serta pengalaman dan pengetahuan yang luas”

Ia berpaling sekejap ketengah kalangan menjumpai tak ada perubahan degnan ilmu menyampaikan suara kembali ia menyambung,

“Siauwte berhasil melihat terjadinya perubahan ditengah mara bahaya, dalam hatiku segera sadar dalam perjamuan yang diadakan shen Bok Hong malam ini, ia pasti akan memperlihatkan suatu siasat licik yang berada diluar dugaan demi menjaga keselamatan siauwte sendiri dan demi membuktikan kebenaran ramalanku, maka aku berusaha dengan sekuta tenaga untuk menyelidiki rencana Shen Bok Hong ini. terus terang saja kukatakan demi menyelidiki peristiwa ini aku telah menggunakan suatu tindakan yang aneh dan belum pernah dilakukan orang sampai saat ini….”

———————

34

Bicara sampai disitu dalam tengah kalangan telah terjadi perubahan, seketika ia membungkam dalam seribu bahasa.

Ketika semua orang menengok ketengah kalangan tampaklah ditengah kegelapan yang mencekam lapangan perjamuan tiba-tiba muncul beberapa titik cahaya tajam yang bergerak kesana kemari bagaikan kunang2.

“Hati2!” bisik Suma Kan lirih. “Inilah cara pelepasan racun keji dengan disertai tenaga lweekang dahsyat, orang yang melepaskan racun tersebut tentu seorang manusia lihay”

Beberapa titik cahaya tajam itu berkedip beberapa waktu, tiba-tiba benda tersebut lenyap tak berbekas.

Pada saat ini, Be Boen Hwie …. anggap Suma Kan sebagai seorang …. memiliki ilmu silat amat hebat. melihat …. tadi ia lantas bertanya.

“Mengapa cahaya racun yang dilepaskan …. tiba-tiba lenyap tak berbekas?”

“Mungkin orang …. menemui …. jago yang ada …. dari radius yang …. tadi karena itu ia menarik …. dengan persiapan untuk …. lain….”

Belum selesai ia berbicara tiba-tiba cahaya tajam yang lenyap tadi kini muncul kembali. bahkan berjumlah lebih besar. tidak berada dibawah ratusan buah titik.

Air muka Suma Kan berubah hebat, ia cekal tangan kiri Siauw Ling erat2 dan berseru dengan wajah penuh rasa terkejut.

“Sungguh lihay orang yang melepaskan racun itu. mungkin para jago yang hadir dalam pertemuan malam ini sedikit sekali yang dapat lolos dari bencana.

Dari pegangan tangannya Siauw Ling merasa kelima jari tangannya gemetar telapak jadi …. tarik kesimpulan orang …. merasa ketakutan …. sangat menakutkan?”

ia ….

…. diundang dalam …. sebagian besar telah …. barisan bunga, kalau Suma …. menemukan begitu lihaynya racun-racun keji itu mengapa kau tidak memberitahukan kepada rekan2 Bu-lim yang bersemunyi dalam barisan bunga untuk melarikan diri” kata Be Boen Hwie.

“Sekarang?”

“Tentu saja sekarang!”

“Cara melepaskan racun keji yang …. saat ini merupakan jenis yang terlihay diantara tiga belas cara pelepasan racun dari daerah Biauw, bilamana saat ini mereka bergerak maka racun keji tadi akan menguntit mereka kemana saja pergi, malah jauh lebih baik kalau biarkan mereka bersembunyi disana”

Melihat bagaimana ngerinya Suma Kan …. Be Boen Hwie merasa ….

…. Suma Kan tidak takut langit, tidak …. tetapi tehadap racun-racun keji ulat emas …. takut sungguh membuat orang …. percaya….”

Tampak puluhan titik-titik cahaya tajam …. tiada hentinya sekeliling meja …. kurang lebih seperminum …. kedua kalinya titik-titik cahaya …. berbekas.

Barulah Suma Kan bisa menghembuskan napas panjang, setelah cahaya tadi lenyap, serunya cepat-cepat,

“Sekarang kalian boleh memberitahukan kepada mereka untuk melarikan diri?”

Selama ini pembicaraan antara ketiga orang itu dilakukan dengan ilmu menyampaikan suara walaupun disekeliling mereka bersembunyi jago-jago Bulim namun mereka tak dapat turut mendengar apa yang sedang dibicarakan.

Sewaktu Be Boen Hwie bermaksud memberi tahukan kepada para jago untuk melarikan diri, tiba-tiba cahaya api berkelebat dari atas loteng Wang Hoa Loo lambat2 muncul seorang wanita berbaju merah yang berambut panjang dan membawa sebuah lentera terbuat dari emas.

Lentera emas itu tingginya beberapa depa memancarkan cahaya ke-biru2an setinggi dua coen, ditengah hembusan angin malam yang bergoyang tiada hentinya.

Langkah kakinya sangat lambat, air muka perempuan itu menunjukkan keseriusan yang menegang.

“Ay…. benar, orang inilah yang melepaskan racun keji tersebut” bisik Siauw Ling lirih.

“Siapakah perempuan ini?” tanya Suma Kan

“Kiem Hoa Hujien dari daerah Biauw!”

“Sudah lama kudengar nama besar orang ini sebagai tokoh nomor wahid daerah Biauw!” kata Be Boen Hwie dengan alis berkerut.

Sepasang mata Suma Kan terbelalak bulat2. dengan wajah tegang ia mengawasi Kiem Hoa Hujien tak berkedip.

Tampak Kiem Hoa Hujien dengan membawa lampu emas itu selangkah demi selangkah berjalan mendaki barisan bunga itu.

Seluruh tubuh Suma Kan mulai gemetar keras, tiba-tiba bisiknya lirih kepada Be Boen Hwie serta Siauw Ling.

“Aduuh celaka, ia sudah temukan kalau disini ada orang, ia berjalan menghampiri kita”

“Kalau begitu cepat kita melarikan diri!” sahut Be Boen Hwie.

“Aaai…. sudah terlambat”

“Apakah kita akan menanti kekonyolan dengan berpeluk tangan?” seru Be Tjong Piauw Pacu ini dengan tertegun.

“Aai menurut perhitungan ramalanku, seharusnya kita tidak menjumpai mara bahaya ini tak disangka perhitungan ramalanku kali ini kehilangan daya manjurnya”

Sementara mereka masih ber-cakap2, Kiem Hoa Hujien sudah berada dua, tiga tombak di hadapan mereka dan berhenti.

Tampak Kiem Hoa Hujien melototkan sepasang matanya bulat2, sambil memandang cahaya biru yang berkedip dalam lampu emas itu wajahnya memancarkan hawa napsu membunuh.

Per-lahan-lahan ia mengalihkan lampu emas itu ketangan kanan, kemudian jari tangan kirinya dimasukkan ke dalam mulut.

“Aduh celaka,” kembali Suma Kan berseru. “Ia akan menggunakan cara melepaskan racun Hiat Kuang Yu Ku untuk menghadapi kita, malam ini tak bakal seorangpun yang bisa lolos dari bencana ini.”

Tampak jari tangan yang telah dimasukkan ke dalam mulut Kiem Hoa Hujien itu mendadak dikeluarkan kembali kemudian lambat putar badan.

Ia datang bagaikan sukma gentayangan pergi laksana hembusan angin dalam beberapa kelebatan saja ia sudah lenyap tak berbekas.

“Ah sungguh aneh, sungguh aneh?” kembali Suma Kan berseru sambil menyeka keringat,

“Apanya yang aneh?”

“Ia hendak menggunakan ilmu Hiat Kuang Yu Ku tapi entah apa sebabnya tiba-tiba berubah niat?

“Mungkin ia tahu ilmu tersebut tak bisa melukai kita, maka ia lantas mengundurkan diri.

“Bukan begitu, bukan begitu, dibalik kesemuanya ini pasti terjadi sesuatu,” orang se Suma ini lantas berpaling. tampak Siauw Ling berdiri dibelakang mereka tersenyum.

Setelah memandang pemuda itu beberapa saat, Suma Kan baru bergumam.

“Kembali Heng-thay menunjukkan kesaktianmu!”

Selamanya ia selalu tahu, namun sekarang pikirannya betul2 kebingungan seperti berada di-awang2, dengan wajah kosong ia memandang Siauw Ling dangan pandangan melompong.

“Walaupun ia sudah mengundurkan diri, namun entah racun kejinya tetap ditinggalkan disini atau tidak?” Siauw Ling bertanya.

“Tidak mungkin, menurut apa yang cayhe ketahui, racun-racun keji ulat emas yang dipelihara Kiem Hoa Hujien sudah mencapai taraf terkendali, selamanya bergerak menurut kemauan hatinya, setelah ia mengundurkan diri, racun-racun ulat emas itupun tak akan tertinggal disini”

Terhadap pengetahuannya yang luas, timbul rasa kagum dalam hati Siauw Ling.

“Kalau begitu rencana keji yang disusun Shen Bok Hong kembali menjumpai kegagalan toal?” tanyanya.

Suma Kan tidak menjawab mendadak dari sakunya ia ambil keluar mata uang untuk meramal kemudian ujarnya.

“Mari kita hitung kembali apa yang bakal terjadi!”

Be Boen Hwie maupun Siauw Ling sudah pernah kenal dengan ramalannya dan terbukti manjur sekali, karena itu tak seorangpun yang mencegah perbuatannya.

Tampak Suma Kan memasukkan tiga biji mata uang ke dalam sebuah kotak kemudian dikocok beberapa kali, sementara mau disebarkan ketas tanah tiba-tiba terasa cahaya api berkelebat. seluruh lampu lentera serta obor yang semula padam kini terang benderang kembali.

Dari atas loteng Wang Hoa Loo segera berkumandang datang suara seseorang yang berat dan serak.

“Cu-wi sekalian sudah terkena racun keji ulat emas dan tak mungkin bisa memusuhi aku orang she Shen lagi dewasa ini waktu sudah tidak pagi lagi, silahkan kalian semua beristirahat dikamar masih2, baik2lah berpikir semalaman, masih mau memusuhi aku orang she Shen ataukah bersahabat?”

Suma Kan segera menyimpan kotak serta mata uangnya, lalu diam2 menyalurkan hawa murninya setelah itu berseru lirih.

“Sungguh aneh sekali.”

“Apanya yang aneh?”

“Kita semua sehat walafiat, mengapa Shen Bok Hong mengatakan kita sudah keracunan semua!”

“Menurut apa yang cayhe ketahui” sela Be Boen Hwie

“Seseorang setelah terkena racun keji maka reaksinya tidak segera terasai”

Dalam pada itu puluhan orang dayang cantik dengan membawa lampu lentera berjalan masuk ke dalam kalangan sambil mengangkat lampu lenteranya tinggi mereka berseru.

“Budak sekalian mendapat perintah untuk menghantar kalian semua pulang kekamar untuk beristirahat perjamuan malam ini sudah bubar dan Tjuwi masih menjadi tamu perkampungan Seratus bunga kami,

Ditengah bentakan, sebagian besar para jago yang bersembunyi dalam barisan bunga telah berjalan keluar,

“Apakah kitapun akan keluar?” tanya Siauw Ling lirih.

“Kita tak mungkin bermalam semalam dalam kebun bunga semacam ini, tentu saja harus keluar” jawab Suma Kan tegas,

“Be-ya….!” pada saat itulah Hong Tju dengan mengangkat lampu lenteranya tinggi2 berlari mendatang.

“Nona Hong sungguh tajam sepasang matamu”

“Aku akan membawa Be-ya kembali kekamar”

“Nah merepotkan nona!”

Dayang2 cantik dari perkampungan Seratus Bunga ini betul2 lihay, tampak mereka mencari majikannya masing-masing dan tak seorangpun yang salah, semuanya berhasil temukan sasarannya.

Demikianlah Be Boen Hwie mengikuti dibelakang Hong-tju kembali kepesanggrahan bambu hijau.

Setelah membawa kedua orang itu kembali ke dalam kamar. Hong Tjoe menurunkan lampu lenteranya dan bertanya sambil tertawa.

“Apakah Be-ya mau bersantap sedikit?”

“Entah dalam makananpun dibubuhi dengan racun keji atau tidak?” goda Be Boen Hwie sambil tertawa.

“Harap Be-ya berlega hati, budak akan bersantap lebih dahulu sebelum Be-ya mulai mendahar!”

“Baik, kalau begitu harus merepotkan nona untuk mempersiapkan santapan buat kami!”

Agaknya setiap dayang yang ada dalam perkampungan seratus bunga sudah mendapat didikan yang ketat, mereka menonjolkan keayuan serta kegenitannya disertai peraturan yang ketat hanya saja terhadap menang kalah yang dialami perkampungan mereka sama sekali tidak menggubris, senyuman ramah selalu menghiasi bibirnya.

Memandang bayangan Hong Tjoe telah berlalu Be Boen Hwie baru berbisik lirih kepada diri Siauw Ling.

“Apakah Siauw-heng menemukan sedikit tanda-tanda yang mencurigakan?”

“Persoalan apa?”

“Agaknya setiap dayang yang ada dalam perkampungan Seratus Bunga ini menaruh rasa permusuhan terhadap diri Shen Bok Hong”

“Tidak salah” Siauw Ling mengangguk. “Cay he pun punya perasaan yang sama, namun mereka mendapat didikan serta pengawasan yang ketat, lagi pula dibawah tekanan Shen Bok Hong, hal ini menimbulkan rasa takut yang tak terhingga dalam hati setiap orang….”

Mendadak ia membungkam dan pasang telinga dengan seksama.

Pikiran Be Boen Hwie sedikit bergerak.

“Ada orang datang?” tanyanya lirih.

Baru saja ia selesai bicara dari luar ruangan berkumandang datang suara langkah manusia disusul munculnya Suma Kan disana.

Be Boen Hwie segera bangun berdiri seraya menjura.

“Suma-heng!” sapanya.

Suma Kan balas memberi hormat kemudian sepasang matanya berputar tajam disekeliling ruangan.

“Apakah Suma-heng berhasil menemukan sesuatu?” tanya Be Boen Hwie cepat.

“Dimanakah dayang yang melayani kalian berdua?”

“Ia pergi mempersiapkan barang santapan”

Suma Kan kelihatan tertegun kemudian berkata.

“Makanan mereka jangan disantap, jangan disantap, dayang2 ini hanya diluarnya saja melayani kita, padahal sedang mengawasi setiap gerak gerik kalian berdua, kita tak boleh mendahar santapannya”

“Sore tadi bukan Suma-heng bersantap kenyang dalam perjamuan tersebut?”

“Lain tadi lain sekarang, waktu itu Shen Bok Hong masih belum tahu keadaan asal usul aku orang she Suma. karena belum saling kenal tentu saja tidak terikat oleh segala dendam atau sakit hati. dengan sendirinya ia tidak ada maksud untuk mencelakai diriku namun sekarang ia sudah mendendam kepadaku setiap saat kemudian besar akan mencabut jiwaku.”

Walaupun perkataan Suma-heng tidak salah namun kita masih harus tinggal dalam perkampungan Seratus bunga ini selama beberapa hari lagi? apakah selama ini kita tak akan bersantap?”

“Jadi Be-heng tidak mempersiapkan bekal?”

“Bekal ransum sih ada. namun barang2 itu tak dibawa setiap waktu disaku. kalau mereka bisa melepaskan racun dalam makanan kita, apakah tidak mungkin mereka melepaskan racun pula dalam rangsum yang kita bawa?”

“Ehmm perkataanmu memang sangat cengli.”

“Sepasang gading ini. sumpit perak adalah hadiah seorang sahabat dari Thian Lam, ia minta aku selal menggembolnya dalam saku, perduli dalam arak atau sayur dimasuki racun asal dicoba segera akan tahu ada racunnya atau tidak, silahkan Suma-heng membawa sebatang.”

Suma Kan tidak sungkan2 ia segera menerima pemberian itu dan dimasukkan ke dalam saku.

“Kedatangan siauwte kemari adalah dikarenakan untuk menanyakan satu persoalan.”

Walaupun ia berbicara kepada Be Boen Hwie namun sepasang matanya selalu mengawasi Siauw Ling tak berkedip.

“Urusan apa?” tanya Siauw Ling.

“Siauwte tidak mengerti secara bagaimana Heng-thay bisa mencegah Kiem Hoa Hujien membatalkan niatnya untuk melepaskan racun keji?”

Terus terang kuberitahukan kepada Suma-heng” ujar Siauw Ling sambil tersenyum. “Siauw-te sudah kenal sejak semula, dengan Kiem Hoa Hujien, karena melihat dia hendak mencelakai para jago dengan melepaskan racun keji ulat emas, maka dengan ilmu menyampaikan suara aku nasehati dirinya jangan bertindak kejam….”

“Hanya berdasarkan sepatah kata saja Kiem Hoa Hujien benar2 membatalkan niatnya untuk melepaskan racun?”

“Hal ini disebabkan ia memberi muka kepada siauw-te.”

“Kalau begitu hubungan Heng-thay dengan Kiem Hoa Hujien bukan sembarangan.”

Berkenalan belum lama, hanya berkat ia suka memandang diatas mukaku belaka.”

“Oouw kiranya begitu” Suma Kan mengangguk “Tidak aneh kalau siauwte tak berhasil memahami seorang diri.

“Ditinjau dari keadaan ini. maka malam nanti tak usah kita risaukan lagi!”

“Apa yang sebetulnya kau risaukan?” Siauw Ling agak bingung.

“Siauwte masih kuatir karena kegagalan Kiem Hoa Hujien dalam melepaskan racun, mala nanti ia akan ulangi kembali maksudnya. tetapi setelah aku tahu bahwa Heng-thay kenal dengan dirinya maka situasi jadi jauh berbeda”

“Tentang soal ini. sulit untuk dibicarakan, cayhepun tidak brani tanggung musti begitu”

“Suma-heng, bagaimana kau bisa tahu kalau mereka hendak melepaskan racun?” tiba-tiba Be Boen Hwie menyela.

“Siauw-te pandai dalam hal ilmu menyaru setelah kutemukan adanya mara bahaya dalam ramalanku maka dengan hati tidak tenteram….”

“Oouw, jadi Suma heng dengan menyaru menempuh bahaya keloteng Wang Hoa Loh dan mencari tahu rahasia in i?”

Suma Kan tersenyum, ujarnya.

“Shen Bok Hong adalah seorang manusia cerdik, penjagaan diatas loteng Wang Hoa Loo pun amat ketat, sekalipun siauw-te pandai ilmu menyaru belum tentu bisa menyelonong masuk ke dalam markas besar perkampungan Seratus Bunga ini dengan mudah”

“Waah…. aku jadi bingung bagaimana caranya kau bisa mencari tahu rahasia besar ini?”

“Aku menyaru sebagai Tjioe Jie Cungcu, dengan kata2 kosong aku berhasil memperoleh rahasia besar ini, kalau dibicarakan memang kedengaran amat gampang namun dalam pelaksanaan sulitnya luar biasa hanya persoalan amat kecil tak perlu sampai diherankan”

“Ooouw…. kiranya begitu….” seru Be Boen Hwie setelah termenung sejenak.

Ia merandek lalu terusnya.

“Besok siang adalah saat dibukanya pertemuan enghiong dalam Perkampungan Seratus Bunga, rencana keji Shen bok Hong dalam melepaskan racun menemui kegagalan total, aku rasa ia tak akan berpeluk tangan sampai disitu saja, menurut dugaanku malam nanti ia pasti akan melakukan suatu rencana keji lagi”

“Tentang soal ini siauw-tepun mempunyai perasaan yang sama. namun yang paling siauwte risaukan adalah pelepasan racun oleh Kiem hoa Hujien. Kecuali cara ini, sekalipun Shen Bok Hong memiliki cara lain dlam melepaskan racunpun rasanya lebih mudah dihadapi”

“Setelah terjadinya perubahan hebat dalam perjamuan malam tadi, para jago sudah menaruh kewaspadaan yang tinggi, hanya sayang masing-masing pihak tak dapat saling berhubungan kekuatan kita jadi tersebar. Seandainya Shen Bok Hong mengirim jago-jagonya untuk menyerbu dalam waktu berbareng maka kita akan menemui kesulitan dalam menghadapi situasi”

“Lalu, apakah Be-heng berhasil mendapatkan satu akal bagus?”

“Kedatangan Suma heng tepat sakali, seandainya kau tidak datang siauw-te pun akan pergi menjumpai dirimu. Kecerdikan Suma-heng luar biasa, aku rasa kau pasti telah mendapatkan cara bagus untuk menanggulangi persoalan ini”

Sambil pejamkan mata suma Kan termenung sejenak, kemudian jawabnya.

“Cayhe sih memang benar telah memperoleh satu cara. hanya saja kita sulit untuk bergerak, sekali kita bergerak seluruh perkampungan Seratus Bunga pasti gempar”

“Tentang soal ini Suma-heng pun tak perlu risaukan lagi, mungkin saja gerak gerik kita semua sudah berada dibawah pengawasan Shen Bok Hong….”

Mendadak terdengar suara langkah manusia bergema datang, Hong Tju dengan membawa baki kayu berjalan masuk kedalam.

Diatas baki terletak empat piring sayur, dua buah kue besar serta sepoci arak hangat.

Sambil meletakkan baki itu ke atas meja ujar Hong Tju.

“Be-ya, apakah perlu budak mencicipi sayuran ini satu persatu?”

“Tentu saja harus merepotkan nona untuk berbuat demikian”

Hong Tju tersenyum. ia mencicipi dahulu keempat macam sayur tersebut. kemudian meneguk secawan arak, setelah itu sambil tertawa tanyanya.

“Beya. sekarang kau berlega hati bukan?”

“Ehmm….! bagus sekali” Be Boen Hwie mengangguk, “Tempat ini tak usah dilayani nona lagi. kaupun seharusnya pergi beristirahat.”

Hong Tju berpaling sekejap ke arah Suma Kan kemudian lambat2 berjalan keluar dari ruangan.

Menanti dayang itu sudah berlalu Be Boen Hwie baru angkat cawan araknya dan berkata dengan suara lirih.

“Suma-heng, coba kau periksa apakah dalam arak ada racunnya atau tidak?”

“Tentang soal ini siauwte tidak berhasil melihatnya.

Perlahan-lahan Be boen Hwie letakkan kembali cawan itu ke atas meja. kemudian dari dalam saku ambil keluar sumpit gading tadi dimasukkan ke dalam arak.

Ketika gading tadi tercelup ke dalam arak, warnyanya dengan cepat berubah. dalam sekejap mata gading yang berwarna kekuning2an itu telah berubah jadi hijau tua.

Be Boen Hwie segera tertawa dingin.

“Lidah budak ini sungguh manis keji lihay sekali, sungguh lihay sekali” serunya

Melihat arak itu beracun, dengan cepat Suma Kan mengambil poci tadi dan diperiksanya dengan seksama dari atas sampai bawah.

Mungkin di dalam posi kecil ini tersembunyi alat rahasia” katanya.

Tangannya berputar dan meraba seluruh poci tadi namun gagal menjumpai hal yang aneh terpaksa ia letakkan kembali poci tersebut ke atas meja.

“Sungguh aneh sekali, sungguh aneh sekali” Kembali Be Boen Hwie berseru “Terang2an dalam arak itu berisi racun namun mengapa budak itu sudah berpengaruh sekali? apakah sebelumnya ia sudah menelan dahulu obat pemunahnya?”

“Kemungkinan besar bisa terjadi.”

“Mari kita cari dayang itu dan kita korek keterangan dari mulutnya.

Suma Kan pejamkan matanya berpikir sebentar kemudian ujarnya.

“Be-heng kalau kita bisa memaksa dayang itu untuk menolong kita biarlah malam ini ia melakukan suatu pembalasan.”

“Bagaimanakah cara pembalasan tersebut?”

“Siauw-tepun akan melakukan suatu permainan untuk mengacau pendengaran Shen Bok Hong”

Be Boen Hwie sudah tahu kalau ia memiliki ilmu silat lihay, namun berhubung orang itu tak mau terangkan lebih jelas maka iapun tidak banyak bertanya.

Pada saat ini walaupun kedudukan Siauw Ling masih merupakan pelayan dari Be Boen Hwie namun rasa hormat Suma Kan terhadap dirinya boleh dikata melebihi rasa hormatnya terhadap Be Boen Hwie, di dalam persoalannya bukan saja Siauw Ling memiliki ilmu silat yang maha dahsyat bahkan kecerdikannya tiada tandingan. Mungkin dialah satu2nya pemimpin yang paling sesuai dalam menentang kekuasaan Perkampungan Seratus Bunga.

Pada saat itulah Siauw Ling lansung bangun berdiri sambil berseru.

“Biarlah cayhe pergi mencari dayang tersebut!”

“Tentang soal ini tak berani merepotkan Heng-thay” buru-buru Suma Kan ikut bangun berdiri.

Siauw Ling tersenyum, dengan langkah lebar ia berjalan keluar dari ruangan.

Tidak selang beberapa saat kemudian ia sudah masuk kembali ber-sama2 Hong Tju pelayan cantik itu.

“Nona apakah kau baik2 saja?” tanya Be Boen Hwie sambil memandang cawan arak di atas meja.

“Budak baik sekali!”

“Hmm, budak ini tetap berlagak pilon” pikir Be Boen Hwie “Kalau tidak kubongkar kedoknya mungkin ia tak mau mengaku….”

Segera ujarnya,

“Dalam arak itu terdapat racun, setelah nona meneguk arak beracun apakah tidak merasa adanya tanda-tanda keracunan,”

“Budak persiapkan sendiri arak dan sayur didapur. mana mungkin bisa ada racunnya.”

“Kemungkinan sekali dalam sayur dan arak itu sudah terdapat racun keji dan nona tak tahu keadaan sebenarnya.”

Hong Tju termenung sebentar, setelah itu ujarnya,

“Beya bisa berkata demikian tentu berdasarkan butki yang nyata, namun budak benar benar tidak merasa adanya tanda-tanda keracunan.”

“Seumpama nona menelan obat pemunah terlebih dahulu, tentu saja kendati dalam arak terdapat racun nonapun takkan terpengaruh” jengek Suma Kan.

Hong Tju tertawa hambar.

“Kalau begitu kendati budak banyak bicara pun tak berguna, sebab tak akan bisa membersihkan diri dari segala tuduhan”

“Baik!” tiba-tiba Suma Kan bangun berdiri. “Akan cayhe cobakan buat diri nona!”

Tangan kanannya bergerak mencengkeram pergelangan kanan Hong Tju.

Agaknya Hong Tju ingin berkelit tetapi segera ia berubah pikiran, ia berdiri tak berkutik dan biarkan Suma Kan mencengkeram urat nadi diatas pergelanannya.

Setelah mencengkeram pergelangan gadis itu Suma Kan salurkan hawa murninya kelima jari tangannya merapat kemudian sambil tertawa serunya.

“Selamanya orang2 perkampungan Seratus Bunga hanya tahu menggunakan akal licik, siasat keji untuk menjebak orang, seumpama cayhe ajak nona bicarakan tentang kebajikan serta kewelas asihanpun hanya sia2 belaka”

Tangan kirinya bergerak menotok jalan darah “Thian-tu-hiat” ditubuh Hong Tju.

Urat nadi Hong Tju tercekal, separuh badannya kaku. walaupun melihat serangan jari Suma Kan mengancam datang namun ia tak mampu berkelit.

Setelah Suma Kan menotok jalan darah Thian-tu-hiat pada tubuh Hong Tju, tangan kirinya berputar menotok pula Hong Hu hiat dibatok kepala gadis tersebut, setelah itu ia baru melepaskan cekalannya pada urat nadi pergelangan dayang itu.

“Nona tahukah kau jalan darah apa yang kutotok?” ia bertanya!

“Thian tu serta Hong Hu semuanya merupakan jalan darah mematikan ditubuh seseorang” jawab Hong Tju dingin,

“Tentang soal ini nona boleh berlega hati, cayhe turun tangan sangat ringan. tidak akan kucelakai jiwa nona,”

Siauw Ling yang ada disana walaupun merasakan tindakan Suma Kan tidak jantan dan memalukan, namun teringat akan kekejian Shen Bok Hong serta meninjau situasi yang membahayakan dewasa ini ia tak bisa menyalahkan Suma Kan terpaksa harus menggunakan racun untuk melawan racun.

“Kau sudah menotok dua badan jalan darahku, bahkan caramu menotok tidak ringan pun tidak berat aku pikir tindakanmu ini pasti bermaksud hendak memaksa aku berbuat sesuatu untuk kalian bukan!”

“Nona benar2 pintar. tahukah nona jalan darah Thian tu serta Hong-hu termasuk urat yang mana?”

“Tidak tahu.”

“Kalau tidak tahu tanyalah padaku….” Suma Kan tersenyum. kemudian terusnya.

“Jalan darah Thian-tu-hiat termasuk urat Jien meh sedang jalan darah Hong Hu hiat termasuk urat Tok meh di dalam satu jam kemudian kedua jalan darah itu akan kumat dan nona bakal merasakan seluruh badannya lemas susah berkutik.

Air muka Hong Tju berubah bibirnya bergerak seperti mau mengutarakan sesuatu namun akhirnya maksud tadi dibatalkan.

Jelas hatinya merasa sangat terperanjat, namun ia tetap bersabar menahan diri tidak mau banyak bertanya.

Suma Kan tertawa hambar katanya.

“Seandainya nona mau menyanggupi untuk membantu cayhe akan segera bebaskan totokan jalan darah dikedua belah tempat itu”

“Membantu apa?”

“Gampang sekali asalkan nona kirim beberapa macam barang kecil kebawah loteng Wang Hoa Loo.”

“Tidak bisa!” Hong Tju gelengkan kepala, “Sekeliling lima tombak dari loteng Wang Hoa Loo merupakan daerah terlarang, kecuali mendapat perintah atau panggilan khusus dari Toa Cungcu walaupun anggota perkampungan sendiripun tak dapat mendekati tempat itu.

“Cayhe pikir tentu nona punya cara bukan?”

“Aku lebih rela badanku lemas daripada menempuh bahaya maut seperti ini.”

Suma Kan berpaling memandang sekejap ke arah Be Boen Hwie, kemudian katanya, “Peraturan dalam perkampungan Seratus Bunga memang amat ketat.”

Ia merandek sejenak.

“Seandainya nona suka bekerja sama dengan cayhe, maka cayhe akan gunakan segenap tenaga serta kemampuan yang kumiliki untuk menolong nona tinggalkan perkampungan Seratus Bunga ini.”

“Cungcu kami bersikap amat baik dan banyak melepaskan budi kepadaku….” Tiba-tiba ia memperendah suaranya menyambung.

“Bahkan kalian pun akan sukar melepaskan diri dari perkampungan Seratus Bunga mana bisa menolong diriku?”

“Sejak kecil nona dibesarkan di dalam perkampungan seratus bunga” kata Suma Kan sambil tertawa. “Dibawah kekuasaan mutlak Shen Bok Hong kalian sudah merupakan kambing2 sembelihan yang setiap saat dapat dikorbankan. Haruslah kau ketahui dunia tidak selebar daun kelor diatas langit masih ada langit. asalkan cayhe ambil contoh satu persoalan maka nona tidak sulit untuk memahaminya”

“Persoalan apakah itu?” tanya Hong Tju dengan sepasang mata berkedip.

“Coba kau bayangkan betapa rahasia dan cermatnya rencana yang diatur Shen Bok Hong dalam perjamuan malam tadi tapi akhirnya ada beberapa orang diantara jago yang berhasil ia lukai? racun keji ulat emas adalah racun paling dahsyat tapi siapakah diantara kita semua yang keracunan? harap nona suka berpikir tiga kali lebih dahulu terhadap ucapan cayhe sebelum jatuhkan keputusan!”

Hong Tju termenung beberapa saat, kemudian baru berkata.

“Apakah kau memiliki obat racun yang punya daya kerja amat cepat?” sekali ditelan seseorang lantas bisa mati?”

“Apa perlunya nona menginginkan racun berdaya kerja cepat itu?”

“Seandainya aku sanggupi permintaan kalian untuk menyelinap keloteng Wang Hoa Loo maka delapan, sembilan puluh persen jejakku bakal konangan, waktu itu aku bisa menelan obat racun tadi dan mati, daripada kalau kena ditawan nantinya bakal menjalani siksaan hebat ditangan Toa Cungcu kami”

“Baik!” Suma Kan tersenyum dari sakunya ia ambil keluar sebuah botol porselen kemudian mengeluarkan sebutir pil warna hijau, katanya.

“Pil ini asalkan ditelan maka dalam sekejap mata seseorang akan menemui ajalnya, kalau tidak terpaksa jangan ditelan”

Setelah menerima pil tadi Hong Tju bertanya.

“Kau minta aku menghantar barang apa?”

“Beberapa macam permainan kecil, kau boleh sembunyikan dimanapun, tapi nona harus ber-hati2, jangan sampai ketahuan orang lain”

Sembari berbicara dari sakunya ia ambil keluar sebuah tabung berbentuk panjang serta sebuah kotak warna hitam dan diserahkan kepada nona itu, tambahnya

“Asalkan nona mencabut penutup tabung ini kemudian lepaskan kesekitar loteng Wang Hoa Loo sudahlah cukup”

“Bagaimana dengan kotak hitam ini? apakah perlu dibuka penutupnya?”

“Tidak salah!”

Hong Tju memeriksa dahulu keadaan cuaca, kemudian mengangguk.

“Baik! aku akan pergi mencobanya “

“Nona kau jangan lupa, jalan darah Thian-tu-hiat serta Hong-Hu-hiat mu masih tertotok, dalam satu jam kemudian akan mulai kambuh, setelah melepaskan tbung besi serta kotak tadi cepatlah balik kemari, cayhepun akan segera membebaskan jalan darah nona yang tertotok itu “

“Aku bukan seorang manusia yang takut mati kau jangan kira aku mau berbuat demikian karena terpaksa menuruti kemauanmu ” jawab Hong Tju dingin.

“Baik, kalu begitu cayhe akan menanti kabar berita dari nona “

Hong Tju tertawa getir.

“Seandainya di dalam satu jam kemudian aku masih belum kembali itu berarti aku sudah mati dibawah loteng Wang Hoa Loo” katanya.

“Nona bukan seorang manusia berumur pendek silahkan berangkat dengan hati lega”

Hong Tju telah berjalan beberapa langkah kedepan mendadak ia balik kembali seraya bertanya, “Apakah isi dari tabung panjang serta kotak hitam ini? dapatkah kau memberitahukan kepadaku?”

“Suatu permainan kecil yang tidak menarik hati, bahkan benda itu jarang dijumpai dalam daerah Tionggoan, sekalipun cayhe beritahukan kepada nonapun, nona tak bakal tahu….”

Setelah merandek sejenak terusnya, “Saat ini merupakan waktu yang paling bagus. Nah cepat-cepatlah pergi nona! cayhe sekalian tidak akan menanti keberhasilanmu dengan berdiam diri, kami akan berbuat sedikit jasa untuk nona”

“Berbuat jasa untukku?”

“Kami sekalian akan menyambut kedatangan nona asalkan nona bisa lolos dari barisan bunga itu, sekalipun ada tentara yang mengejarpun tak usah jeri”

Hong Tju tertawa hambar, lambat2 ia keluar dari ruangan.

Menanti Hong Tju sidayang itu sudah lenyap dari pandangan, tak tertahan Siauw ing berbisik lirih.

“Suma-heng menurut penglihatanmu apakah ia bisa bekerja menurut rencana?”

Aku lihat ia pasti akan melaksanakan rencana kita ini.”

“Bagaimana kau bisa tahu” tanya Be Boen Hwie.

“Menurut penglihatan cayhe Hong Tju bukanlah seorang manusia berusia pendek, oleh sebab itu aku duga malam ini dia tak akan menjumpai persoalan.

Kiranya begitu” Siauw Ling merandek sejenak, lalu tambahnya.

Setelah kita menyanggupi untuk menyambut kedatangannya maka kita jangan sampai mengingkari janji.

“Hal ini tentu saja, diantara kita bertiga dua orang pergi menyambut kedatangannya dan seorang tetap berjaga dirumah. Maaf kalau siauwte banyak bicara ujar Be Boen Hwie sambil tersenyum “Dapatkah Suma-heng menerangkan sebenarnya apa isi dari tabung besi serta kotak hitam itu?

“Benda itu merupakan dua makhluk aneh yang berhasil siauwte dapatkan dipulau San-to belajar silat tempo dulu Shen Bok Hong berhati keji dan tidak mengenal peri kemanusiaan, terhadap kamipun ia melepaskan racun keji maka dengan taruhan kehilangan dua macam makhluk aneh akan kubiarkan dia terkurung dan merasakan hatinya tidak tenang.

“Suma-heng sudah berbicara setengah harian lamanya belum juga terangkan apa isi dari kotak tersebut.”

“Dalam kotak itu berisi beberapa ekor kelabang bersayap yang jarang dijumpai dalam dunia persilatan sedangkan tabung besi ersebut berisi seekor ulat kecil yang amat berbisa. seandainya aku terangkan jelas2 mungkin dayang itu tak berani pergi menghantarnya.

“Cuma seekor ulat kecil serta beberapa ekor kelaang mana bisa mengacau loteng Wang Hoa Loo?” tanya Siauw Ling tertegun.

“Kedua ekor mahluk itu tidak akan akur seandaiinya dilepaskan berbareng kalau tidak terjadi pertarungan sengit maka ke-dua2nya akan melarikan diri. Walaupun ular kecil itu panjangnya cuma beberapa coen tetapi gerak geriknya gesit dan cepat. racunnya luar biasa, seandainya tergigit kalau bukan menelan obat pemunah yang khusus kubuat, sulit untuk selamat. sedangkan beberapa ekor kelabang bersayap tadi, walaupun terbangnya tidak begitu jauh tetapi gerakan merekapun cepat dan sebat, sewaktu terbang membawa suara dengungan yang nyaring sekalipun tak dapat menimbulkan kesalah pahaman antara Shen Bok Hong dengan Kiem Hoa Hujien, paling sedikit Shen Bok Hong akan salah menduga Kiem Hoa Hujien sedang melepaskan racun dari atas loteng Wang Hoa Loo”

“Tidak salah, siauwte pernah dengar orang berkata bahwa bentuk racun keji dari daerah Biauw ini berbentuk seperti ulat kecil”

“Apa yang kubentangkan hanya merupakan dugaan siauw-te belaka, manjur atau tidak saat ini masih sulit untuk diduga….” ujar Suma Kan sambil tertawa.

Setelah merandek sejenak tambahnya, “Mari, sudah seharusnya kita pergi menyambut kedatangan dayang tersebut”

“Shen Bok Hong adalah seorang manusia cerdik, aku pikir dibalik barisan bunga tentu sudah diatur jebakan2″

“Bukan jebakan belaka bahkan seluruh perkampungan Seratus Bunga ini merupakan sebuah barisan Ngo Heng Ting yang hidup. halaman serta pepohongan tersebut tanpa kau sadari merupakan sebuah barisan kecil, dari barisan yang bersambungan itulah tercipta sbuah barisan besar Shen Bok Hong memang seorang manusia aneh. Cuma saja kendati bagaimanakah perubahan barisan ini tidak akan berhasil mengurung diri siauw-te”

“Menurut apa yang cayhe ketahui” Siauw Ling pun angkat bicara. “Disakitar barisan bunga itu dijaga ketat oleh jago-jago perkampungn seratus bunga, lagi pula para jago sudah berkumpul disini aku pikir penjagaannya pasti lebih ketat”

“Asal kita tangkap dua orang peronda kemudian memakai bajunya bukankah gerak gerik kita bakal lebih leluasa?” jawab Suma Kan sambil tertawa.

Mendengar jawaban itu Siauw Ling lantas berpikir, “Perduli tindakan ini akan menempuh bahaya atau tidak setelah menyanggupi dayang tersebut kita tak boleh ingkar janji….”

Karena berpikir demikian ia berpaling sekejap ke arah Be Boen Hwie dan berkata, “Tjong Piauw Pacu pergilah ber-sama2 Suma heng! cayhe akan tetap tinggal dirumah saja”

Waktu itu Be Boen Hwie sudah mengagumi Siauw Ling, ia lantas tersenyum.

“Aku lihat lebih baik kau saja pergi!” serunya,

Suma Kan pun tahu Siauw Ling memiliki ilmu silat yang sangat lihay, perduli pemuda itu mau atau tidak, ia segera menyambung.

“Kalau begitu harus merepotkan Tjong Piauw Pacu harus jaga rumah”

“Kalian berdua harus hati2 kalau bisa hindarilah bentrokan secara langsung jangan sampai bikin kehebohan.”

“Terima kasih atas perhatianmu” Suma Kan tersenyum, ia lantas bertindak keluar dari ruangan.

“Harap Heng-thay suka mengikuti dibelakang siauwte” bisik Suma Kan lirih sekeluarnya dari pesanggrahan dengan langkah lebar ia langsung menerobos ke dalam barisan bunga itu.

Siauw Ling mengikuti kencang dibelakangnya tampak Suma Kan yang membawa jalan sebentar berputar kekiri sebentar lagi kekanan gerkannya sangat cepat seakan2 sudah sangat hapal dengan daerah sekitar tempat itu.

Beberapa saat kemudian, sampailah mereka di tepi loteng Wang Hoa Loo.

Kedua orang itu menerobosi beberapa kali hutan buatan, namun selama ini tidak menjumpai adanya orang yang menghadang jalan pergi mereka.

Tampak dari atas loteng Wang Hoa Loo yang menjulang tinggi keangkasa masih terpecik cahaya lampu, jelas orang yang ada disana masih belum beristirahat.

Suma Kan memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, kemudian bisiknya lirih.

“Seandainya dugaan cayhe tidak salah, seharusnya dayang itu akan balik kembali dengan mengambil arah kemari.”

Sebelum ia selesai berbicara, mendadak tampak sesosok bayangan muncul dari balik loteng Wang Hoa Loo dan meluncur ke dalam hutan dimana kedua orang itu sedang menyembunyikan diri.

“Entah orang itu adalah dayang tersebut tau bukan?”

“Aku rasa ia tidak akan mejumpai bencana.”

Tampak orang itu bergerak sangat lambat, langkahnya tenang dan air matanya tidak menunjukkan rasa kaget atau gugup.

Cahaya lampu diatas loteng Wang Hoa Loo tiba-tiba padam kecuali tinggal cahaya lampu yang memancar keluar dari tingkat paling atas.

Siauw Ling tahu tempat itu adalah tempat tinggal Shen Bok Hong, ditengah malam seperti ini belum beristirahat ia tentu sedang merundingkan siasat berikutnya untuk membalas kegagalan serta kekalahannya malam tadi.

Memandang loteng yang tinggi menulang ke angkasa ditengah malam buta, pemuda she Siauw ini teringat kembali akan orang tuanya yang terkurung, rasa sedih segera menyerang benaknya.

Sementara itu Suma Kan telah mengerahkan tenaga lweekangnya bersiap sedia, ia memperhatikan terus bayangan manusia yang makin mendekati tempat persembunyian mereka itu.

Setelah terjadinya pertarungan dalam perjamuan tadi baik Siauw Ling maupun Suma Kan sudah merasa orang2 dalam perkampungan seratus bunga kendati seorang dayangpun memiliki ilmu silat yang hebat, mereka tak berani bertindak gegabah.

Tampak bayangan manusia itu makin lama semakin dekat dan akhirnya sudah hampir mendekati tempat persembunyian mereka berdua.

Suma Kan memandang tajam kedepan sedikitpun tidak salah orang itu adalah Hong Tju, ia segera menjawil ujung baju Siauw Ling dan berkata dengan menggunakan ilmu menyampaikan suara.

“Sedikitpun tidak salah dayang itu pulang dengan aman tenteram”

Siauw Ling tersadar kembali dari kesedihan yang mencekam hatinya. iapun memandang sekejap ke arah orang itu. tiba-tiba rasa curiga menyelimuti hatinya ia berpikir, “Dibawah loteng Wang Hoa Lo tersembunyi suatu penjagaan yang maha ketat sedangkan dayang itu tidak lebih cuma seorang dayang secara bagaimana bisa masuk keluar tanpa diketahui oleh mereka….”

Tampak Hong Tju lambat2 berjalan masuk ke dalam barisan bunga kemudian langsung menuju kepesanggrahan bambu hijau.

“Air muka dayang ini rada aneh” bisik Suma Kan lirih, “Mari kita ikuti dirinya”

Sementara itu lampu lentera yang masih terang benderang diloteng paling atas tiba-tiba padam seluruh perkampungan seratus bunga terlelap ditengah kegelapan.

Kedua orang itu membuntuti Hong Tju langsung kembali kepesanggrahan bambu hijau.

Tampak Hong Tju mendorong pintu dan langsung masuk kedalam.

Tiba-tiba Suma Kan mengempos napas bagaikan kilat ia ikuti Hong Tju masuk ke dalam ruangan.

Waktu itu Be Boen Hwie sedang menanti di tengah ruangan. melihat Hong Tju mendorong pintu berjalan masuk ke dalam ruangan ia segera bangun berdiri, tetapi belum sempat ia buka suara, Suma Kan laksana kilat telah menerobos masuk ke dalam ruangan sembari berseru cemas.

“Be-heng hati2 air muka itu sedikit kurang beres”

Be Boen Hwie bukan manusia sembarangan, sekalipun suma Kan tidak berserupun ia cukup waspada. hawa murninya sudah disalurkan mengelilingi seluruh badan.

Tampak air muka Hong Tju berubah hijau membesi, setelah tiba disebuah kursi mendadak ia duduk sepasang matanya memancarkan rasa sakit yang bukan alang kepalang. setelah tertawa ia berseru.

“Budak….”

Agaknya ia berusaha keras untuk bicara namun baru mengutarakan dua patah kata ia sudah tak tahan dan menghembuskan napas penghabisan dengan bersandar diatas kursi.

Tangan kanan Be Boen Hwie bergerak cepat mencengkeram bahu Hong tju, serunya cemas.

“Nona hong….”

Suma Kan pun segera mengayunkan tangan kanannya kedepan segulung angin pukulan menghadang tindakan be Boen Hwie tersebut.

“Jangan gegabah” serunya memberi peringatan.

Se-akan2 sadar dari lamunan, dengan cepat Be Boen hwie mundur dua langkah ke belakang dan memandang myat Hong Tju yang bersandar dia atas kursi dengan mata emndelong.

Badan Hong Tju mulai mendingin dan kaku jelas ia sudah menemui ajalnya.

“Aaaa…. akulah yang sudah mencelakai dirinya gumam Suma Kan sambil goyangkan kepalanya berulang kali.

Siauw Ling pun menghembuskan napas panjang.

“Aaaaai…. seharusnya sejak semula cayhe harus menasehati kalian jangan bertindak gegabah seperti ini.”

Mendadak ia membungkam dan pasang telinga tajam2.

Suma Kan kerutkan alisnya rapat2 bisiknya lirih.

“Kalau pihak lawan sudah bertindak begini keji kitapun tak usah berwelas asih lagi habiskan mereka secara kejam pula.”

Baru saja ia selesai bicara, mendadak didepan pintu ruangan telah berdiri seorang perempuan yang sangat cantik memakai baju putih dengan sebuah sulaman bunga emas didepan dadanya Suma Kan sudah ayun tangan kanannya siap membabat, namun segera dihadang oleh Siauw Ling.

Air muka perempuan cantik itu amat keren dan serius, sepasang matanya melotot bulat2 sedang memancarkan cahaya tajam yang menggidikkan, ia menyapu sekejap wajah ketiga orang itu kemudian serunya.

“Laporkan nama2 kalian?”

Sementara itu suma Kan serta Be Boen Hwie dapat melihat orang ini bukan lain adalah Kiem Hoa Hujien yang melepaskan racun keji ulat emas tersebut. tanpa terasa timbul kewaspadaan dalam hatinya.

Suma Kan berpaling melirik sekejap ke arah jenasah Hong Tju. kemudian mendehem dan menegur.

Apakah anda yang disebut Kiem Hoa Hujien.

“Tidak salah!” jawan Kiem Hoa Hujien dingin, “Siapakah anda?

“Peramal sakti dari lautan Timur Suma Kan”

“Belum pernah mendengar nama ini….” sinar matanya segera beralih ke atas wajah Be Boen Hwie serunya,

“Siapa namau?”

“Be Boen Hwie?” jawab orang tua sehe Be dengan alis berkerut.

“Oooouw Cong Piauw Pacu dari propinsi Hoo lam, Auw pak Auw-lam serta Kiang si!”

Hanya nama kosong belaka harap Hujien jangan mentertawakan.”

Perlahan-lahan Kiem Hoa Hujien alihkan sinar matanya ke atas wajah Siauw Ling. setelah dipandangnya beberapa saat ia bertanya.

“Siapa namamu!”

“Be Seng….”

Air muka Kiem Hoa Hujien yang serius dan keren tiba-tiba terlintas usatu senyuman manis serunya

“Eeeeei saudaraku yang baik, seharusnya kau bicara dengan pencet hidungmu walaupun suaramu kurang bagus namun masih dapat mengelabui mata orang lain. kalau tidak perhatikan lebih seksama sulit untuk temukan kejanggalan yang ada. namun suaramu sedikitpun tidak berubah.”

Sembari bicara, ia tertawa dan menyincing gaun bertindak masuk ke dalam ruangan.

“Bagaimana kau bisa tahu kalau aku berada disini?” tanya Siauw Ling.

Sinar mata iem Hoa Hujien berputar ia melirik sekejap jenasah Hong Tju kemudian jawabnya.

“Budak inilah yang membawa jalan buatku!”

“Berdasarkan apa kau bisa mengatakan hal ini ada sangkut pautnya dengan diriku?”

Orang lain tidak akan bernyali begitu besar berani mengirim seorang dayang yang dididik dan dipelihara sejak kecil dala mperkampungan Seratus Bunga untuk mengacau diloteng Wang Hoa Loo

Walaupun Suma Kan mengerti kedudukan Siauw Ling tidak rendah, namun ia masih belum tahu siapakah namanya, segera ia menyambung.

“Dayang ini akulah yang mengirim dia pergi. persoalan tersebut tiada sangkut pautnya dengan Heng-thay ini.”

Kiem Hoa Hujien berdiam diri, mendadak tangan kanannya merogoh keluar seekor ular kecil berwarna merah dan dilemparkan kedepan.

“Hanya ular kecil ini saja?” serunya.

Tangan kirinya pun mengambil keluar sebuah kotak hitam in imasih terdapat beberapa ekor kelabang. aku lihat lebih baik kau tarik kembali semuanya ini!”

Pergelangan diayun, ia sudah melemparkan ular beracun serta kotak itu ke arah Suma Kan.

Sang peramal sakti dari lautan Timur ini hanya berani menyambut kotak tersebut, sedang ular beracun tidak berani diterima dengan tangan.

Be Boen Hwie takut ular beracun itu melukai orang, kipasnya segera berkelebat kedepan menghantam binatang kecil tersebut.

“Tidak usah takut. ular berbisa itu sudah mati” seru Kiem Hoa Hujien dengan suara dingin.

Gerakan Be Boen Hwie dalam menayunkan kipasnya sangat cepat bagaikan sambaran kilat, barusan saja ucapan Kiem Hoa Hujien meluncur keluar kipas Be Boen Hwie sudah bersarang di atas tubuh ular tadi dengan telak, darahnya segera muncrat keempat penuru sehingga ular tadi terbabat putus jadi dua.

Mungkin Suma Kan malu atas kemampuan binatang2 berbisanya yang kalah jauh dari Kiem Hoa Hujien. setelah menerima kotak tadi ia membungkam dalam seribu bahasa.

Siauw Ling melirik sekejap ke arah Kiem Hoa Hujien, kemudian ujarnya.

“Kau bisa datang kemari, aku pikir orang lain pun kemungkinan sekali bisa datang kemari pula?”

“Jangan kuatir” jawab Kiem Hoa Hujien sambil tertawa.

“Diluar ruangan aku sudah menyebar sarang laba2 beracun, seandainya ada orang yang menguntil aku kemari, ini berarti mencari kematian buat diri sendiri”

Siauw ing melirik sekejap ke arah jenasah Hong Tju lalu tanyanya lagi, “Kau berhasil mendapatkan ular beracun serta kelabangnya aku rasa ia pasti menemui ajalnya pula ditanganmu?”

“Bukan, ia tidak mati ditanganku” Kiem Hoa Hujien gelengkan kepalanya berulang kali. “Aku cuma merampas binatang beracunnya sedang yang melukai dia bukan aku!”

“Lalu siapakah yang membinasakan dirinya?” tanya Be Boen Hwie.

Kiem Hoa Hujien menuding ke arah Suma Kan kemudian jawabnya, “Seharusnya dia terhitung pembunuh pertama”

“Aku….” seru Suma Kan tertegun.

“Tidak salah kaulah pembunuh pertama. Kau serahkan ular beracun itu kepadanya namun tidak memberitahukan bagaimana caranya melepaskan ular tersebut, sehingga ia terpagut oleh ular itu sendiri dan keracunan bukankah ia mati ditanganmu?

“Kalau begitu cayhe terhitung pembunuh nona ini?”

“Kalau bukan penjaga loteng memerseni sebuah hantaman kepadanya iapun sudah berhasil melepaskan ular berbisa itu dan tidak sampai terpagut oleh ular sendiri maka dari itu penjaga loteng Wang Hoa Loo adalah pembunuh kedua”

“Ada pembunuh pertama, ada pembunuh kedua seharusnya ada pembunuh yang ketiga bukan? sambung Suma Kan.

“Tidak salah!” Kiem Hoa Hujien membenarkan “Kalau pembunuhnya cuma dua orang ia tidak akan mati dengan begini tenteram”

“Hujien perkataanmu mengandung maksud yang dalam, dapatkah kau memberi penjelasan lebih jauh?” Be Boen Hwie memohon.

“Persoalan ini sederhana sekali, ilmu silat yang dimiliki dayang ini tidak lemah sayang kurang cerdas seandainya ia tidak melancarkan serangan balasan mungkin masih bisa selamatkan jiwanya, siapa sangka dalam keadaan cemas ia telah balik mengirim sebuah pukulan, hal ini membuktikan kalau ia ada maksud berkhianat sementara itu ular berbisa ditangannya sudah terlepas separuh, tiba-tiba binatang itu membalik dan memagut pergelangannya satu kali”

“Jadi ia mati keracunan?” sela Siauw Ling.

Kiem Hoa Hujien tersenyum.

“Setelah tangannya terpagut ular sikap budak ini tiba-tiba berubah tenang dan mantap ia sadar jiwanya tak tertolong lagi maka setelah kuambil ular beracun serta kelabang beracun dari tangannya ia lantas putar badan meninggalkan loteng Wang Hoa Loo. Pada saat itulah penjaga loteng hendak melancarkan serangan bokongan ke arahnya tetapi berhasil kucegah semua”

Sewaktu berbicara dengan Be Boen Hwie serta suma Kan sikap perempuan ini dingin dan hambar sebaliknya terhadap Siauw Ling ia tunjukkan wajah yang cerah, ramah dan penuh senyum manis.

“Suma-heng!” dalam pada itu Be Boen Hwie telah berkata. “Nona Hong mati karena keracunan apakah Suma-heng memiliki obat pemunah racun tersebut?”

“Aku lihat ia bukan lantaran terpagut ular belaka” sahut Suma Kan seraya geleng kepala.

“Tidak salah!” Kiem Hoa Hujien membenarkan. “Setelah keluar dari loteng penengok bunga kembali ia terhantam oleh jago silat yang diluar loteng. Luka dalam ditambah dengan racun ular yang bekerja berbareng membuat ajalnya makin cepat, meski ada obat mujarab belum tentu bisa menyelamatkan jiwanya”

“Setelah kau menghalangi niat jahat penjaga loteng kenapa kau tak mau membantu untu kedua kalinya dan selamatkan jiwa gadis itu?” Siauw Ling bertanya.

“Orang itu bersembunyi dibalik kegelapan diluar loteng, tiba-tiba ia loncat keluar sambil menyerang dalam keadaan tidak siap sulit bagiku untuk menolong”

“Setelah ia terluka ditambah pula hawa murninya tak bisa disalurkan berhubung daya kerja racun ular itu maka ia tak berani jalan terlalu cepat selangkah demi selangkah budak tersebut berjalan kembali keruang bambu hijau….”
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar