BAGIAN 32: DI TOLONG SIAN HO LAUW CIE LAN SI DEWI API
KETUKAN itu keras sekali, muka
Kim Lian jadi berobah.
Didorongnya Toan Hongya dan
dia cepat2 mengenakan pakaiannya, kemudian dengan hati yang kesal, ia telah
melangkah keluar.
Dibukanya pintu luar untuk
menjelaskan kepada tamu bahwa kuil tidak menerima tamu.
Toan Hongya yang tinggal
didalam kamar benar2 tersiksa sekati ia jadi begitu resah dan keringat telah
membanjiri sekujur tubuhnya.
Di-saat2 seperti itu memang
Toan Hongya masih berusaha untuk mengandalkan kokuatan sinkangnya bertahan dari
nafsunya.
Namun karena hebatnya cara
bekerja obat itu, akhirnya Toan Hongya telah berjingkrak-jingkrak sambil
mengeluarkan suara teriakan2.
Dengan berbuat seperti itu
memang Toan Hongya bisa mengurangi desakan nafsunya.
Sedangkan Kim Lian Yang keluar
membukakan pintu kuil itu jadi tertegun sejenak.
Diluar kuil, dihadapannya
berdiri seorang wanita agak lanjut usianya yang memandang kearah Kim Lian
dengan heran.
„Eh, apakah dikuil ini ada
seorang wanita secantik engkau? Tidak kusangka........!" gumam wanita.
Kim Lian sudah tidak sabar.
„Ada urusan apa kau datang
kekuil ini?" tegurnya dengan suara tidak senang.
„Aku hendak bersembahyang
........!"
„Kuil ini tidak menerima tamu,
karena ada beberapa orang pengurus kuil kami yang tengah sakit.
„Jadi engkau juga pengurus
kuil ini ? tanya wanita itu sambil mengawasi tajam.
Muka Kim Lian jadi berobah
merah.
„Benar," akhirnya ia
mengangguk juga.
„Aneh.....!" kata wanita
setengah baya itu.
„Apanya yang aneh.....?"
tanya Kim Lian tidak sabar lagi melihat tamu ini tidak juga mau pergi.
"Dikuil seperti ini bisa
terdapat seorang pengurus terdiri wanita yang sangat cantik, apakah ini tidak
akan menggoyahkan iman-iman hendeta itu?"
Muka Kim Lian jadi berobah
merah pula, ietapi cepat sekali ia bisa mencari alasan : „Sesungguhnya aku
bukan pengurus tetap dikuil ini, hanya disebabkan beberapa orang Taisu di kuil
ini tengah menderita sakit, maka aku telah datang untuk
mengurusinya.........!"
„Bolehkah jika aku melaksanakan
niatku untuk sembahyang ?!" tanya wanita sete ngah baya itu.
„Sayang sekali hari ini kami
tidak menerima tamu," kata Kim Lian.
Diwaktu itulah, wanita
setengah baya tersebut mendengar suara jeritan Toan Hongya, suara jeritan yang
aneh sekali, dan ribut2 didalam kuil.
Wanita setengah baya itu jadi
mengerutkan alisnya, iapun sempat melihat wajah "Kim Lian yang berobah
luar biasa, seperti ada sesuatu yang disembunyikan.
„Suara api itu ?" tanya
wanita setengah baya tersebut.
„Itu hanya suara seorang Taisu
yang menderita sakit pada perutnya.........!" kembali Kim Lian berdusta.
Sedangkan didalam hatinya ia berpikir. jika memang wanita setengah baya ini
memaksa hendak masuk, maka ia terpaksa akan mempersilahkanhya, tetapi nanti di
dalam, ia akan menotoknya agar wanita itu tidur dua hari dua malam.
„Aneh sekali, suara jeritan
itu begitu menakutkan dan mengerikan, seperti orang yang hendak
dipotong........!" kata wanita setengah baya tersebut.
Semula tamu ini, hendak
berlalu, namun setelah mendengar suara jeritan seperti itu, ia berkata : „Aku
mengerti sedikit sedikit ilmu pengobatan, maka jika kau tidak menolak, aku
bersedia mengobati hwesio-hwesio yang sedang sakit itu...........!"
Muka Kim Lian jadi berobah.
„Tidak usah....... mereka akan
segera sembuh kembali, penyakit mereka tidak terlalu parah.......!" kata
Kim Lian menolak.
Namun wanita setengah baya itu
justru jadi tambah curiga saja.
„Biarlah aku menengok
kesehatan mereka.......!" katanya memaksa.
Kim Lian sudah tidak memiliki
jalan lain untuk menolak keinginan wanita ini.
Akhirnya ia membiarkan wanita
setengah baya tersebut melangkah masuk kedalam kuil, dan di saat itu Kim Lian
cepat2 menutup dan mengunci pintu kuil itu.
Wanita setengah baya itu
melangkah cepat sekali sampai diruang tengah kuil tersebut tanpa menaruh
kecurigaan pada Kim Lian.
Hal ini membuat Kim Lian lebih
mudah untuk menurunkan tangan jahatnya menotok wanita tersebut.
la menghampiri cepat sekali,
setelah jarak mereka berdekatan.
Kim Lian mengulurkan tangan
kanannya.
Maksud Kim Iian hendak menotok
jalan darah Tu-liang-hiat yang berada ditengkuk wanita tersebut.
Namun luar biasa gesitnya
wanita itu menundukan bahunya, totokan yang dilancarkan Kim Lian jatuh ditempat
yang kosong!
„Kau?" seru Kim Lian yang
jadi heran.
Wanita setengah baya itu
membalikkan tubuhnya, mukanya memandang tidak sedap pada Kim Lian.
„Hemmm......, engkau hendak
melancarkan serangan membokong padaku? Apa maksudmu?"
Sebelum Kim Lian menyahut,
justru disaat itu terdangar lagi suara jeritan yang keras dari Toan Hongya
berasal dari ruangan dalam.
Wanita setengah baya itu telah
menatap tajam pada Kim Lian.
„Tentu terjadi sesuatu yang
tidak beres di dalam kuil ini, wanita cantik berada didalam kuil dan dengan
sikap yang mencurigakan, disamping itu juga terjadi sesuatu yang mengherankan
hweshio sakit perut dengan men-teriak2 begitu keras, tentu ada sesuatu yang
terjadi kuil ini.......! "
Kim Lian yang melihat dirinya
sudah tak bisa mendustai wanita itu, jadi berbalik marah.
„Siapa kau? bentaknya. Jika
engkau hendak sembahyang cepat engkau sembahyang, setelah itu pergi ........!
jangan kau usil dengan urusan kami........!"
Tetapi wanita setengah baya
itu tersenyum.
„Aku hanya seorang pengembala
yang berkelana dari kota yang satu, kekota yang lain, dan akupun bukannya
seorang manusia usil. Aku she Lauw bernarna Cie Lan.
„Hemmm...... jika demikian
pergi kau memasang hio, aku akan memberikan pertolongan dulu kepada hwesio yang
tengah sakit perut itu .....! "
„Biar aku ikut serta
......!" kata Lauw Cie Lan sambil mengikuti dibelakang Kim Lian.
Kim Lian jadi mendongkol dan
marah sekali, ia telah ber-siap2Z, hendak melancarkan serangan jika tokh Lauw
Cie Lan hendak memaksa masuk.
Waktu itu Lauw Cie Lan juga
telah berlaku waspada-sekali, karena tadi ia telah melihat Kim Lian berusaha
membokongnya, maka dia bersiap2, kuatir kalau sampai nanti Kim Lian melancarkan
serangan menggelap lagi.
Kim Lian sendiri jadi serba
salah.
la melihat wanita ini
merupakan wanita yang memiliki kepandaian tinggi.
Tadi ia telah melancarkan
totokan dengan gerakan yang sangat cepat sekali, namun wanita setengah baya
berhasil mengelakkan dirinya.
Kim Lian yang memang memitiki
kepandaian tinggi tidak merasa takut, ia yakin akan bisa merubuhkan wanita ini.
Sedangkan wanita setengah baya
itu, yang tidak lain dari Sian Ho Lauw Cie Lan, sahabatnya Lu Liang Cwan, si
Dewi Api telah meninggalkan pulau dan kembali kedaratan melakukan pengembaraan.
Tanpa dikehendakinya ia telah tiba di Tailie ini.
Memang telah menjadi
kebiasaannya, setiap kali bertemu dengan kuil, ia akan singgah untuk
bersembahyang memasang hio.
Selama berada didalam pulau ia
sangat kesepian sekali maka nekad dengan mempergunakan sebatang pohon yang
ditebangnya, melakukan pelayaran.
Dan telah berhasil mencapai
daratan.
Kim Lian sendiri tidak
menyangka bahwa wanita setengah baya ini merupakan pendekar wanita yang menjadi
tokoh sakti dalam rimba persilatan.
la hanya menduga Lauw Cie Lan
memiliki ilmu yang cukup tinggi dan harus hati2 untuk merubuhkannya.
Suara teriakan2 Toan Hongya
semakin terdengar jelas karena Toan Hongya masih terus berjinghrak2 dan
ber-teriak2 keras.
Kim Lian tidak mau kalau
sampai Lauw Cie Lan melihat Toan Hongya, maka ia telah meutar tubuhnya
menghadapi Lauw Cie Lan katanya dengan suara yang berang : „Sekarang juga aku
perintahkan engkau pergi jika engkau sudah tidak memiliki urusan penting, jika
memang hendak bersembahyang pergi bersembahyang, tetapi jangan mau
mencampuri.urusan kami........!"
Lauw Cie Lan jadi tertegun.
Tetapi kemudian dia tertawa.
„Ha..., ha.... jika dilihat
plagatnya, seperti ini, tampakaya dikuil ini terjadi urusan yang tidak
baik......apakahdikuil ini telah terjadi urusan mesum anatara seorang wanita
cantik dengan para pendeta mesum ........ ?"
Disindir begitu, Kim Lian jadi
mendongkol.
„Engkau jangana bicara
sembarangan, nanti kurobek mulutmu........!" ancamnya.
Lauw Cie Lan tertawa.
„Aku tidak bicara sembarangan,
jika memang tidak terjadi sesuatti dikuil ini, mengapa engkau tampaknya gugup
dan mati2an berusaha mencegah aku masuk.......!" balik tanya Lauw Cie Lan.
Muka Kim Lian jadi berobah
merah.
„Engkau tidak perlu ambii tahu
apa yang kami lakukan sekarang katakan saja, engkau ingin bersembahyang atau
tidak ?" bentaknya.
Lauw Cie Lan tertawa, sikapnya
sabar sekali, iapun telah menyahut dengan ucapan kata-kata yang tenang sekali :
„Jika memang aku ingin mengetahui apa yang terjadi sebenarnya didalam kuil ini,
apakah engkau melarangnya ?"
„Ya " sahut Kim Lian,
„Hemmm...., dengan cara
bagaimana.....!"
„Melemparkan engkau keluar
.......!"
Dan berbareng dengan
sahutannya itu, Kim lian telah menerjang kedepan, kedua tangannya diulurkan
untuk mencengkeram Lauw Cie Lan. Gerakan itu dilakukan sangat cepat, karena Kim
Lian memiliki kepandaian tinggi, maka ceggkeraman tangannya juga mengandung
kekuatan yang tidak lemah.
Jika orang biasa yang kena
dicengkeram olehnya, tentu akan remut tulang2nya.
Tetapi justru sekarang ini Kim
Lian berhadapan dengan Sian Ho Lauw Cie Lan, pendekar wanita yang memang
memiliki kepandaian tinggi sekali, cengkeraman tangannya itu telah jatuh
ditempat kosong, dengan mudah Lauw Cie Lan berhasil mengelakkan diri.
Kim Lian jadi penasaran.
Puluhan tahun ia mempelajari
ilmu silat dari berbagai macamin golongan, bahkan iapun mempelajari. ilmu yang
aneh2.
Seperti sekarang ia tengah
menyempurnakan latihan Im Yang Hun-nya.
Jika memang Im Yang Hun itu
berhasil dilatih dengan sempurna, tentu jarang sekali orang bisa menandinginya.
Dengan berhasil menguasai Im
Yang Hun, seseorang akan memiliki kekuatan tenaga yang bukan main besarnya,
bisa dipergunakan untuk menyerang secara kekerasan dan juga bisa menyerang
dengan cara yang lunak.
Disamping itu tenaga sinkang
yang dimilikinya telah mencapai puncaknya, sehingga lwekangnya itu bisa
dipergunakan dengan cara yang diinginkan dan seenaknya.
Tetapi justru sekarang ini
Bong Kim Lian baru melatih beberapa tingkat saja, masih kurang sempurna sebab
ia belum berhasil benar benar memperoleh bibit perjaka yang hebat dari
pemuda-pemuda yang menjadi korbannya.
Di samping itu, iapun lebih
memusatkan Im Yang Hun untuk kecantikan wajahnya.
Maka ilmu yang hebat itu hanya
separoh saja yang bisa di kuasainya.
Mati2an Bong Kim Lian berusaha
menguasai Oey Yok Su dan Toan Hongya, untuk memperoleh sari keperjakaan kedua
pemuda yang hebat itu.
Dengan harapan kelak ia bisa
menguasai, ilmu Im Yang Hun itu lebih tinggi, karena dengan diperolehnya sari
keperjakaan kedua pemuda itu, berati ia seperti juga telah memperoleh seratus
orang pemuda yang biasa saja.
Tetapi justru, kedua kalinya
dari usahanya tersebut selalu menemui rintangan dan halangan.
Waktu Oey Yok Su, ia telah
digagalkan rencananya oleh tingkah laku Lui Liang Cwan, dan sekarang diwaktu ia
akan berhasil menguasai Toan Hongya, saat mana Toan Hongya terpengaruh obat
perangsangnya, muncul Lauw Cie Lan, yang merintanginya.
Yang membuat Kim Lian jadi
mendongkol dan gusar sekali, justru tampaknya Lauw Cie Lan memiliki kepandaian
yang tinggi sekali.
Dengan cepat Lauw Cie Lan
berkata dingin:
„Hemmm....., engkau rupanya
bukan wanita baik-baik, kukira perlu dihajar ....... !"
Tetapi Bong Kim Lian sudah
tidak memberikan kesempatan kepada Lauw Cie Lan memaki ia terus, sebab Bong Kim
Lian yang sudah habis sabarnya, kembali melancarkan serangan.
Tadi sesungguhsya ia hampir
berhasil dengan usahanya untuk menguasai Toan Hongya, tetapi siapa tahu datang
rintangan dari Lauw Cie Lan ini.
Tentu saja telah membuat Bong
Kim Lian jadi tidak sabar:
Kim Lian bermaksud untuk
merubuhkan lawannya ini cepat2, karena jika ia ber-lama2 dan mereka terjalin
dalam suatu pertempuran yang panjang, jelas hanya, akan mem-buang2 waktu.
Kim Lian Kuatir kalau2 nanti
daya. kerja oat perangsangnya akan berkurang, disamping it juga akan membuat
Toan Hongya kembali sadar pada keadaan dirinya yang sebenarnya. Berarti jika
terjadc begitu, Bong Kim Lian akan menemui kesulitan lagi.
Dengan sengit Bong. Kim Lian
berulang ka li melancarkan serangan kepada Lauw Cie Lian, tetapi sejauh itu
Bong Kim Lian tidak berhasil mencapai sasarannya, Lauw Cie Lian selalu
mengelakkan diri dengan gesit.
Tentu saja hal ini membuat
Bong Kim Lian kian penasaran.
Beberapa kali ia telah
mendesak dengan serangan2 berikutnya.
Namun Cie Lian benar2 memiliki
kepandai an yang tinggi sekali, dimana ia seperti tidak pandang sebelab mata
terhadap serangan2 Bong Kim Lian.
Ketika suatu kali Bong Kim
Lian tengah melancarkan serangan dengan gerakan tubuh seperti seekor capung dan
kedua tangannya telah dipergunakan untuk menyerang dengan kuat sekali, Lauw Cie
Lian telah mengeluarkan suara tertawa dingin, tahu2 tangan Lauw Cie Lian
berhasil mencengkeram tangan kanan Kim Lian, dibarengi dengan suara bentakan
yang keras, ia telah menghentaknya.
Seketika itu juga tubuh Bong
Kim Li an terapung, tetapi ia memiliki ginkang yang tinggi tubuhnya tidak
sampai terbanting, ditengah udara ia telah berpoksay, berjumpalitan seperti
itu, Kim Lian juga tidak tinggal diam, tangan kanannya telah bergerak, ia telah
melepaskan sepuluh batang jarum yang mengandung racun.
Lauw Cie Lan melibat
menyambarnya titik titik hitam kearah dirinya, sehingga menimbul kan angin
serangan yang menderu, walaupun jarum2 itu kecil ukurannya.
Lauw Cie Lan tidak terkejut
mengbadapi serangan ini, ia tertawa dingin.
Tubuhnya cepat berkelit.
Sambil memiringkan tubuhnya sedikit,
pergelangan tangan bajunya telah dikebutnya maka kesepuluh batang jarum yang
dilepaskan Bong Kim Lian jadi mental dan berbalik menyambar kepada majikannya
sendiri .........!"
„Celaka . . . !" seru Kim
Lian, karena saat itu tubuhnya tengah berada diudara dan berjumpalitan, maka
dengan berbaliknya jarum jarum itu menyambar dirinya, memaksa ia harus melompat
turun dengan memberatkan tubuhnya dengan cara demikian ia bisa menghin did dari
samberan jarumnya sendiri.
Lauw Cie Lan tertawa mengejek,
sambil katanya : „Hemmm...., ilmu kodok seperti itu hendak dipertontonkan
padaku.........! Nab, sekarang giliranmu yang menerima
seranganku.........!"
Sambil berkata begitu, Lauw
Cie Lan telah merogoh sakunya, ia mengeluarkan semacam bubuk, dan kemudian
sebagian dibantingkan di atas tanah.
Seketika mengepul asap dan api
yang cukup tinggi.
Setiap kali Lauw Cie Lan
membanting lagi bubuk putih itu, api semakin besar.
Semula Kim Lian jadi heran dan
menduga duga entah apa yang hendak dilakukan oleh Lauw Cie Lan.
Namun Kim Lian jadi tertegun
kaget waktu melihat api itu telah berkobar cukup tinggi, justru Lauw Cie Lan
melompat terjun masuk kedalam kobaran api itu!
Itulah pemandangan yang tidak
pernah di saksikan oleh Kim Lian, walaupun didalam mimpinya, ia sampai mengeluarkan
suara seruan tertahan karena kagetnya.
Yang membuat ia jadi takjub
justru pakaian Lauw Cie Lan sedikitpun tidak terbakar oleh kobaran itu.
Lauw Cie Lan telah tertawa
dingin, katanya: „Mari..., kemari.......! mari aku akan perlihatkan kepadamu,
bagaimana ber-main2 dengan api .......!"
Muka Lauw Cie Lan waktu itu
tampak memerah oleh cahaya api, dan sikapnya gagah sekali.
Hanya mengherankan Kim Lian
sekujur tubuh Lauw Cie Lan tidak termakan oleh kobaran api.
Waktu itu Lauw Cie Lan telah mengejek
lagi : „Mengapa engkau bengong disitu ? Mari kemari !"
Kim Lian juga jadi penasaran
sekali, ia mengeluarkan suara seruan dibarengi dengan tubuhnya melompat kedekat
kobaran api.
Namun Kim Lian jadi kaget.
Udara disekitar tempat itu panas sekali, terlebih lagi didekat kobaran api itu.
Jadi api yang berkorbar itu bukan api main2an dan sungguh api yang bisa
membakar musnah sesuatu.
Namun mengapa justru Lauw Cie
Lan tidak terbakar oleh api itu ?
Pikiran seperti itu telah
membuat Kim Lian jadi ragu2 dan cepat2 melompat mundur lagi, sebab ia tidak
tahan melawan hawa panas tersebut.
Anehnya lagi justru setiap
kali Lauw Cie Lan melangkah, kobaran api itu berpindah tempat mengikuti kearah
mana Cie Lan berpindah tempat.
Waktu itu Lauw Cie Lan
memonyongkan mulutnya ia telah menghirup lidah2 api itu.
Seketika itu pula api tersebut
menyambar kearah Kim Lian.
Serangan hawa panas tersebut
membuat Kim Lian harus cepat2 mengelakkan diri.
Tetapi Lauw Cie Lan tidak
berhenti hanya sampai disitu dengan ringan sekali ia melompat kian kemari dan
gumpalan api itu terus ikut seperti menempel pada kedua kakinya.
Kim Lian jadi sibuk sekali
mengelakkan diri dari sambaran api yang me-nyambar2 itu karena ia tidak berdaya
mengadakan serangan balasan kepada Lauw Cie Lan yang berada dalam kobaran api
itu sedangkan berada didekat kobaran api itu seperti tubuhnya terpanggang oleh
kobaran api tersebut.
Maka Kim Lian benar2 seperti
terdesak hebat sekali oleh menyambarnya lidah2 api tersebut membuat ia jadi
sibuk melompat kesana kemari.
Tiba2 Lauw Cie Lan telah
menggerakkan telapak tangannya berbareng juga mempergunakan mulutnya yang kerap
kali meniup lidah api itu menyambar kepada Kim Lian.
Akhirnya Kim Lian jadi
berpikir: „Nenek tua ini tampaknya memiliki kepandaian yang luar biasa, tidak
bisa aku menghadapi terus, karena jika aku memaksakan diri untuk melawan
sambaran angin serangannya yang mengandung api, bisa2 aku yang celaka.......
lebih baik aku menghindarkan diri dari dia......... !"
Tetapi berpikir sampi disitu,
justru Kim Lian teringat Toan Hongya.
Kebetulan sekali memang waktu
itu Toan Hongya telah menjerit lagi dengan keras, suara jeritan itu bisa
didengarnya.
Maka Kim Lian jadi ragu2 lagi.
Apakah calon korbannya yang semula hampir bisa dikuasainya itu harus ditinggalkan
begitu saja ?
Karena keraguan seperti itu
telah membuat Kim Lian jadi mengeluarkan suara yang nyaring, dan dia telah
melancarkan serangan yang cepat dan kuat sekali kepada Lauw Cie Lian.
Gerakan yang dilakukan oleh
Kim Lian merupakan serangan yang beruntun dan juga agak nekad, sehingga untuk
sejenak lamanya Sian Ho Lauw Cie Lan tidak bisa mendesaknya.
Begitulah, mereka telah
bertempur dengan mempergunakan cara yang agak aneh itu.
Disaat itu tampak Lauw Cie Lan
telah berusaha untuk mendesak Kim Lian lagi.
Namun usaha Lauw Cie Lan tidak
segera tercapai, Kim Lian memberikan perlawanan yang gigih.
Kim Lian memang bertekad untuk
mempertahankan diri agar ia tetap bisa menguasai caIon korbannya jika lawannya
ini telah berhasil diusirnya.
Namun serangan2 selanjutnya
dari Lauw Cie Lan membuat Kim Lian jadi kelabakan juga karena lidah api telah
me-nyambar2 dengan cepat sekali kearah dirinya begitu panas memanggang.
Kim Lian jadi mengeluh.
„Tidak bisa aku melayani terus
...........!" pikir nya kemudian.
Dan akhirnya Kim Lian tidak
bisa mempertahankan diri terus menerus dari samberan kobar an api yang begitu
panas. Jika memang dia ber keras kepala dan memberikan perlawanan terus niscaya
akan membuat dirinya bercelaka saya.
Disaat itu Lauw Cie Lan telah melancarkan
serangan yang gencar dan ber-tubi2 kepada lawannya dan akhirnya benar2 membuat
Kim Lian tidak berdaya.
„Engkau wanita tua yang tidak
tahu diuntung, kelak aku akan mencarimu untuk mengadakan
perhitungan..........!" teriak Kim Lian dengan suara yang bengis, karena
dia gusar bukan main dan sambil membentak begitu, ia telah menjejakkan kakinya,
tubuhnya cepat sekali melompat menjauhi Lauw Cie Lian.
Lauw Cie Lian tidak
mengejarnya ketika Bong Kim Lian menjejakkan kakinya, tubuhnya telah melompat
menjauhi diri dari musuhnya.
Dalam sekejap mata saja Bong
Kim Lian telah molompati dinding dan lenyap diluar.
Lauw Cie Lian telah membuang
bubuk hitam, maka api segera padam kembali.
---oo0oo---
„HMMM......, PEREMPUAN CANTIK
itu tampaknya bukan wanita baik2..... kepandaianya juga tidak rendah, Mmemang
ia bisa menandingi ke pandaiannya, kalau saja kami bertempur dengan cara biasa
untung saja aku mempergunakan api mustikaku ini, sehingga ia
kewalahan..........!''
Cepat-cepat Lauw Cie Lan masuk
keruangan dalam kuil itu.
la melihat dilantal tiga orang
pendeta yang tengah rebah tertidur nyenyak.
Setelah di periksanya ternyata
ketiga orang pendeta itu merupakan korban totokan.
Setelah diteliti sejenak
Iamanya, Lauw Cie Lan membuka totokan pendeta itu, ia menguruti tubuh pendeta
tersebut.
Selang beberapa lama, ketiga
orang hwesio itu telah berhasil disadarkannya.
Saat itu ketiga orang hweshio
tersebut memandang heran pada Lauw Cie Lan.
„Apa yang telah, terjadi
?" tanyanya dengan bingung.
„Kalian telah ditotok !"
menjelaskan Lauw Cie Lan.
„Kalian bertiga tidak sadarkan
diri dan tertidur lelap sekali.......!"
Salah seorang diantara ketiga
hweshio itu talah berkata : „Kalau tidak salah kami telah menerima kedatangan
seorang tamu......dia seorang wanita cantik yang membawa seorang pemuda yang
tengah pingsan.........!"
„Perempuan cantik itu seorang
wanita yang tidak baik, dialah yang telah menotok diri kaIian.......sekarang
coba kalian tunjuki kepadaku, dimana pemuda yang dibawanya dalam keadaan
pingsan itu ?"
Hweshio yang seorang itu
cepat-cepat membawa Lauw Cie Lan kesebuah kamar.
Ketika mereka membuka pintu
dan melihat apa yang terdapat didalam kamar itu, mereka jadi tertegun.
Begitu juga Lauw Cie Lan telah
cepat-cepat memalingkan mukanya kearah lain sambil mundur menjauhi diri dari
kamar itu.
Apa yang mereka lihat ?
Ternyata didalam kamar itu
Toan Hongya tengah ber-jingkrak2 sambil mengeluarkan sua ra teriakan-teriakan.
Yang membuat Lauw Cie Lan
cepat2 mundur tidak mau melihatnya, karena seluruh pakaian Toan Hongya telah
dilepas dan dia dalam keadaan polos......... !
Lauw Cie Lan telah menghela
napas.
„Ternyata wanita itu memang
bukan wanita baik2, ia tentu telah memberikan semacam obat beracun kepada
pemuda ini," kata Lauw Cie Lan pada salah seorang hweshio yang
menghampirinya.
Sedangkan muka hweshio itu
berubah hebat. la telah mengenali siapa pemuda itu.
Itulah raja mereka, karena
dengan tubuh bersisik seperti Toan Hongya siapakah rakyatnya yang tidak
mengenalinya bahwa ia adalah raja dari kerajaan Tailie ini.
Dengan muka muram, hweshio itu
telah mengangguk sambil memberitahukan pada Lauw Cie Lan siapa adanya pemuda
itu.
„Hemmm......., sungguh jahat
wanita itu, tentu ia hendak melakukan suatu perbuatan mesum di kuil ini dengan
menguasai raja kalian itu, untung saja aku mengerti sedikit ilmu ketabiban, dan
ini adalah obat penawar racun itu........ nah, kalian berikan pada rajamu itu,
agar racun yang mempengaruhi dirinya itu lenyap.......!"
Pendeta itu menuruti perintah
Lauw Cie Lian, ia membawa obat itu masuk kedalam kamar.
Tetapi ketika ia mendekati
Toan Hangya, di......... saat itu Toan Hongya tengah melompat sambil
mengibaskan tangannya, tidak ampun lagi bahu pendeta itu kena terhajar,
sehingga ia berguling-guling diatas tanah.
Rupanya obat pelemas yang
semula menguasai Toan Hongya telah lanyap, dan yang masih menguasainya kini
adalah obat perangsang.
Itulah sebabnya kibasan tangan
Toan Hongya sangat kuat.
Pendeta itu tidak berarni
mendekati lagi, ia hanya melemparkan obat bungkusan itu kedekat kaki Toan
Hongya sambil katanya dalam keadaan berlutut: „Hongya itu adalah 'obat' penawat
dari racun yang kini tengah mempengaruhi Hongya, silahkah Hongya
memakannya.......!"
Walaupun Toan Hongya tengah
dikuasai oleh racun sesat, namun pikiran jernihnya masih ada.
Jika ia me-lompat2 dan
ber-jingkrak2 seperti itu adalah disebabkan usahanya untuk dapat mengurangi
tekanan nafsu birahinya yang dipengaruhi oleh racun tersebut.
Sebetulnya ia tidak ingin
mengebutkan lengan bajunya kearah sipendeta, namun tangan itu telah bergerak
sendirinya diluar kekuasaannya.
Dia menyesal sekali melihat
pendeta itu ter guling-guling.
Tetapi mendengar bahwa
bungkusan obat yang dilemparkan pendeta itu adalah obat penawar dari racun yang
tengah mempengarubi dirinya.
Toan Hongya mengulurkan
tangannya, mengambil dan membawa kemulutnya yang segera memakannya. Dengan
bantuan ludahnya ia telah menelan obat tersebut.
Memang khasiat obat itu
berhasil juga terlihat dengan segera karena seketika nafsu berahi Toan Hongya
menurun dengan cepat.
Setelah lewat lagi beberapa
saat, lenyaplah pengaruh obat perangsang itu.
Napas Toan Hongya memburu
keras, tetapi walaupun sangat letih dia cepat-cepat menyambar pakaiannya dan
mengenakannya kembali.
Ketiga orang pendeta itu telah
berlutut memberi hormat kepada raja mereka.
Mereka juga minta diampuni
karena tak bisa melindungi raja mereka.
Hweshio2 itu telah
menceritakan apa yang telah terjadi, dimana mereka bertiga telah ditotok tidak
berdaya oleh Kim Lian.
Toan Hongya tidak memarahi ketiga
pendeta itu, ia malah berterima kasih sekali, sebab dirinya telah
tertolong......
„Yang menolong Hongya mengusir
wanita siluman cabul itu adalah Lauw Liehiap yang berada
diluar...........!" kata hweshio itu.
Toan Hongya cepat2 keluar dan
melihat seorang perempuan tua tengah mengawasi dirinya dengan tajam, Toan
Hongya segera merangkapkan sepasang tangannya menjura mengucapkan terima
kasihnya.
Lauw Cie Lan telah tertawa.
„Jangan berterima kasih
kepadaku, karena hanya secara kebetulan saja aku bisa mengusir wanita cabul itu
..........?"
Toan Hongya segera
menceritakan apa yang telah dialaminya.
Lauwi Cie Lan jadi terkejut.
„Ia melatih ilmu Im Yang
Hun?" tauyanya.
Pantas dia memiliki kepandaian
yang begitu tinggi dan wajahnya juga awet muda.
Aku semula heran juga, dalam
usia semuda itu ia telah memiliki kepandaian yang tinggi, tidak tahunya ia
talah berusia hampir delapan puluh tahun....!"
Toan Hongya bergidik ketika
teringat hampir saja ia menjadi korban wanita itu.
Sedangkan Lauw Cie Lan setelah
bercakap cakap sejenak lamanya, meminta diri.
Toan Hongya mengundangnya
untuk pergi ke Istananya, untuk dijamu disana, tetapi Lauw Cie Lan menolaknya,
ia mengatakan iagin melanjutkan perjalanannya.
Toan Hongya tidak bisa
menahannya, maka setelah Lauw Cie Lan melanjutkan perjalanannya, Toan Hongya
mengucapkan terima kasihnya pada ketiga pendeta itu.
Ke tiga orang pendeta ini
ingin mengantarkan Toan Hongya sampai keistananya, tetapi Toan Hongya
mengatakan ia bisa kembali sendiri.
Begitulah Toan Hongya telah
meninggalkan kuil tersebut.
Tetapi berjalan belum begitu
jauh, hatinya jadi berdebar keras.
la melihat sesuatu.
Rupanya seseo'rang membuntuti
dirinya!
Yang lebih mengejutkan lagi
hati Toan Hongya, dia segera mengetahuinya yang mengikuti dirinya itu tidak
lain dari Bong Kim Lian wanita cabul yang hampir dapat menguasainya,
Toan Hongya jadi mendongkol
sekali tetapi juga jeri.
Karena dia tahu bahwa Bong Kim
Lian memiliki banyak tipu muslihat.
Toan Hongya mempercepat
langkah kakinya namun baru empat langkah, telah didengarnya suara teriakan dari
Bong Kim Lian: „Toan Hongya, tunggu dulu!"
Hati Toan Hongya jadi
terkesiap, tetapi ia menghentikan jalannya walaupun hatinya ingin sekali
berlari secepatnya meninggalkan perempuan cabul itu.
Malah mengingat bahwa dirinya
hampir saja menjadi korban kecabulan wanita itu, ia jadi merinding.
„Apa lagi yang kau
hendaki?" tegar Toan Hongya mendongkol waktu wanita cabul itu teah berdiri
dihadapannya.
Kim Lian telah tertawa manis
sekali ia membawa sikap biasa saja.
„Apakah Hongya benar2 akan
meninggalkan aku begitu saja ? Bukankah Hongya telah berkata bahwa aku sangat
cantik dan Hongya ingin mengambil aku menjadi permaisurimu ?" tanya Kim
Lian dengan sikap yang manja sekali.
Muka Toan Hongya merah padam karena
gusar.
„Wanita cabul, engkau
benar-benar tidak tahu mati, apakah engkau tidak takut kalau aku perintahkan
pengawalku untuk menangkapmu dan menghukum mati ?" gertak Toan Hongya.
Tetapi justru Kim Lian telah
tersenyum manja.
„Sudah berapa kali aku katakan,
aku senang menerima kematian ditangan Hongya......!'' katanya.
Muka Toan Ceng jadi tambah
merah.
„Cepat engkau pergi sebelum
aku marah.....!" katanya.
„Hemmm......... justru aku
ingin melihat bagaimana jika Hongya tengah marah.......!"
Melihat kebandelan wanita itu,
Toan Hongya jadi tambah gusar.
„Perempuan cabul, engkau sudah
tidak ku hukum sesungguhnya telah lebih dari bagus tetapi engkau, mencari
penyakit sendiri........! Baiklah, sekarang apa yang kau inginkan dariku
?"
„Aku menginginkan Hongya
menemaniku pergi pesiar......!" sahut Kim Lian berani.
Muka Toan Hongya jadi berobah
marah, ia telah berkata keras: „Cepat engkau menyingkir dari
hadapanku.........!" bentakan itu d'isusul dengan sikap seperti jaga ingin
melancarkan serangan.
Tetapi Kim Lian berani sekali,
ia tetap berdiri ditempatnya.
„Aku tidak akan pergi ......
kemana Hongya pulang keistana........!"
Habislah sudah kesabaran Toan
Hongya, dengan bentakan marah tangan kanannya meluncur melancarkan serangan.
Kim Lian memang liehay,
kepandaiannyapun tinggi sekali..... dengan mudah Kim Lian selalu berkelit dari
serangan Toan Hongya.
Namun serangan yang
dilancarkan Kim Lian semakin lama jadi semakin cepat.
Ketiga oarng pendeta dikuil
yang pernah Toan Hongya dikurung, kebetulan telah menyaksikan pertempuran itu.
Malah mereka melihat yang
menganggu Toanu Hongya mereka itu adalah wanita cabul yang pernah membawa Toan
Hongya kekuil mereka.
Tanpa pikir panjang lagi,
ketiga pendeta itu telah berlari, untuk menuju keistana guna memberikan laporan
mengenai keadaan diri Toan Ceng........."
Cepat sekali ketiga pendeta
itu telah sampai diistana, memberikan laporannya.
Toan Liang dan Toan Bun maupun
kerabat istana jadi terkejut.
Mereka segera menyiapkan
pasukan dan ikut ketiga hweshio itu ketempat peristiwa dimana Toan Hongya
tengah diganggu wanita cabul Bong Kim Lian itu.
Namun ketika mereka tiba
ditempat tersebut, mereka tidak menjumpai siapapun juga, tidak terlihat Bong
Kim Lian dan juga tidak terlihat Toan Hongya.
Mereka semua jai bingung.
Ketiga orang pendeta itu
berkeras bahwa memang tadi belum lama yang lalu Toan Hongya bertempur dengan
Bong Kim Lian ditempat itu.
Segera Toan Liang dan Toan Bun
mengambil tindakan mengatur pasukannya mencari raja mereka disekitar tempat
tersebut.
Tetapi hampir satu harian
mereka telah me rgubek-ubek mencari raja mereka disekitar tempat itu, tetapi
saja mereka tidak berhasil menemui jejak Toan Hongya.
Begita juga jejak dari Kim
Lian tidak berhasil mereka temui.
Sedangkan Toan Liang telah
perintahkan pintu kota ditutup dan akan diadakan pemeriksaan diseluruh kota
tersebut.
Waktu orang2 istana mendengar
perihal peristiwa yang telah menimpah diri raja mereka itu dan dimana Toan
Hongya telah dikuasai oleh seorang wanita cabul, mereka jadi terkejut sekali.
Yang membuat mereka berkuatir
adalah keselamatan dari raja mereka itu.
Namnn kereta tidak berhasil
untub mencari jejak Kaisar mereka.
Toan Liang dan Toan Bun terus
juga mengadakan pencarian dengan ketat Toan Hongya dan Bong Kim Lian seperti
lenyap tertelan bumi.
Berita lenyap Toan Hongya
memang telah didengar oleh Oey Yok Su dan Lu Liang Cwan.
Hal itu membuat Oey Yok Su dan
Lu Liang Cwan jadi ikut bingung juga.
Disamping itu mereka tidak
melihat lagi Bong Kim Lian, maka mereka mau menduga bahwa yang menculik Toan
Hongya pasti Bong Kim Lian.
Segera Lu Liang Cwan dan Oey
Yok Su ikut mehyelidiki dan mencari raja Tailie yang telah lenyap itu.
Namun sehari penuh mereka
berkeliling kota tanpa memperoleh hasil.
Ketika malam harinya mereka
ingin kembali kerumah penginapan, justru mereka telah berpapasan bertemu dengan
Lauw Cie Lan.
Lu Liang Cwan dan Oey Yok Su
jadi girang.
Yang membuat mereka lebih
girang lagi justru Lauw Cie Lan telah menceritakan diri nya yang menolongi Toan
Hongya, dan berhasil mengusir Bong Kim Lian, sehingga raja itu batal menjadi
korban wanita cabul tersebut.
Lu Liang Cwan memuji Lauw Cie
Lan sebagai seorang pendekar yang baik hati, tetapi justru Lauw Cie Lan
merasakan bahwa itu sindiran buat dia.
Mereka bertengkar sejenak,
namun akhirnya Oey Yok Su bisa menengahinya.
Waktu Lu Liang Cwan mengundang
Lauw Cie Lan untuk singgah dirumah penginapan mereka untuk dijamu, Lauw Cie Lan
telah menolaknya.
Wanita gagah itu telah
melanjutkan perja lanannya lagi, berpisah dari Lu Liang Cwan dan Oey Yok Su.
Sedangkan Oey Yok Su dan Lu
Liang Cwan telah kembali kerumah penginapan mereka. Malam itu mereka dapat
tidur nyenyak, karena mereka telah tenang mendengar Toan Hongya berhasil
dibebaskan Lauw Cie Lan dari tangan nya Bong Kim Lian dan tentunya Kaisar itu
telah berada diistananya lagi dan besok mungkin akan mengunjungi mereka pula.
Namun yang mengejutkan Lu
Liang Cwan dan Oey Yok Su ketika keesokan paginya mereka terbangun dari tidur,
mereka mendengar cerita pelayan rumah penginapan mengenai Toan Hongya yang
telah lenyap kembali.
Oey Yok Su dan Lu Liang Cwan
jadi berkuatir, karena menurut cerita ketiga pendeta yang diceritakan oleh
pelayan itu Toan Hongya telah bertempur dengan Bong Kim Lian dan waktu pasukan
istana sampai, mereka telah lenyap.
Keadaan seperti ini membuat Lu
Liang Cwan menduga bahwa Toan Hongya telah berhasil ditawan oleh Bong Kim Lian
lagi.
Oey Yok Su dan Lu Liang Cwan
cepat2 santapan pagi setelah itu mereka berdua keluar dari rumah penginapan
untuk pergi melakukan penyelidikan dan mencari jejak Bong Kim Lian dan Toan
Hongya.
Namun sejauh itu, sampai
menjelang sore hari mereka tidak berhasil menemui jejak Toan Hongya.
Lu Liang Cwan dan Oey Yok Su
bertekad jika mereka berhasil mencari jejak Kim Lian, akan sekalian dibinasakannya,
agar tidak menimbulkan bibit kerusuhan dikelak kemudian.
---oo0oo---