BAGIAN 43: TIPU DAYA AUWYANG HONG
AUWYANG HONG tersenyum,
„tempat yang dipergunakan oleh guruku untuk mengasingkan dirinya itu merupakan
tempat yang sulit sekali untuk dicapai.........”
„Yang perlu kau katakan,
dimana kini gurumu itu barada!" bentak Bian Kie Liang degan suara tidak
sabar.
„Cepat kau katakan, dimana Kim
Hek Lo Sin itu”
Auwyang Hong sambil menaban
diri, ia berusaba untuk dapat berdiam diri tanpa mendesak hanya matanya saja
yang memancarkan sinar sangat tajam sekali.
Auwyang Hong tersanyum lagi,
katanya dengan suara yang satu-satu dan hati-hati: „Jika memang eagkau
menghendaki aku membantumu memberitahukan dimana tempat sekarang ini guruku
berada, maka kau juga harus mengerti, bahwa kau harus mem-berikan imbalannya
untukku.............bagaimana? Kau setuju bukan?"
„Apa syaratnya ?"
„Yang kuharapkan adalah
imbalannya....!"
„Imbalan apa yang engkau
kehendaki ?"
„Tentunya barang yang tidak
murah”
Bian Kie Liang tidak sabar, ia
mendesak : „Cepat katakan, imbalan apa yang eng kau kehendaki ?".
„Jika memang engkau bisa
memberikan padaku pelajaran dari seluruh ilmu silatmu, maka aku akan
memberitahukan tempat guruku berada.
Bian Kie Liang tampak jadi
terkejut dan memandang tidak mengerti : „Jika memang engkau bersedia mengajari
aku seluruh ilmu silatmu, aku bersedia memberi tahukan dimana sekarang guruku
berada!”
„Beritahukan dimana tempat
gurumu berada .......!"
„Cepat katakan"
Bian Kie Liang tambah tidak
sabar : „Kelak jika engkau hendak mengangkat aku menjadi garumu, aku tentu
tidak keberatan ....!"
„Siapa Yang kesudian
mengangkat Lelaki tua bangka seperti engkau menjadi guruku?" tanya Auwyang
Hong dengan suara.mengejek:
„Muka Bian Kie Liang jadi
berobah merah, tanyanya dengan tidak senang: „Bukankah tadi engkau menginginkan
aku mengajari engkau ilmu silat?"
,,Benar, aku hanya menghendaki
engkau mengajari aku seluruh dari ilmu silatmu dengan baik-baik ....... tetapi
aku tidak sudi mengangkat manusia seperti kau ini untuk menjadi
guruku.......!"
„Baiklah jika memang engkau
menghendakinya begitu, akupun tidak tceberatan...!" kata Bian Kie Liang
kemudian dengan disertai tertawa mengejeknya.
„Ilmu apa yang hendak kau
ajarkan dulu kepadaku?" tanya Auwyang Hong, dan berapa banyak ilmu yang
engkau miliki?"
Bian Kie Liang tertawa dingin,
katanya : „Soal itu bisa kita urus nanti saja......!"
„Mengapa harus nanti....
bukankah aku telah. mengatakannya jika engkau telah mengajari aku seluruh ilmu
silatmu, baru aku akan memberitahukan tempat guruku berada?''
Tetapi sejak tadi
bercakap-cakap Auwyang Hong juga telah bersiap siaga, maka be gitu melihat
lawannya itu melancarkan serangan, cepat sekali ia mengelakkannya dengan
melompat kesamping sambil memperdengarkan suara tertawa yang nyaring.
Disaat itu, Ong Tiong Yang
baru menyadari bahwa Auwyang Hong hanya ingin mempermainkan Bian Kie Liang,
bukan bersungguh-sungguh hendak mengkhianati gurunya. Dan kesempatan ber-cakap2
seperti itu memang telah memberikan kesempatan buat Auw yang Hong dan Ong Tiong
Yang ber-istirahat.
Diam2 Ong Tiong Yang jadi
memuji kecerdikan yang dimiliki Auwyang Hong.
Namun sejauh itu, tetap saja
Bian Kie Liang tidak bisa merubuhkan mereka.
Lie Siu Mei telah berdiri
diluar gelanggang memperhatikan jalannya pertandingan.
Berulang kali Lie Siu Mei
mengeluarkarn suasa teriakan2 kecil seperti kaget, hal itu untuk mengalihkan
dan memecahkan perhatian Bian Kie Liang. la juga sering mengejek dengan kata
kata yang selalu membangkitkan kemarahan Bian Kie Liang. Sejauh itu nona Lie
tidak ikut turun gelanggang dalam pertempuran im, karena ia merasakan bahwa
kepandaian yang dimilikinya itu memang tidak bisa mengimbangi kepandaian yang
dimiliki Bian Kie Liang. Jika ia memaksakan diri ikut bertempur, tentu hanya
akan merepotkan Auwyang Hong dan Ong Tiong Yang guna melindungi dirinya.
Hal inilah yang tidak
dikehendaki oleh Lie Siu Mei. Dan ia hanya berdiri saja diluar gelanggang
pertempuran itu sambil tidak henti2-nya ber-teriak2 untuk memecahkan perhatian
Bian Kie Liang.
---oo0oo---
"Bertempur lagi beberapa
saat, Ong Tiong Yang yakin bahwa mereka tidak memiliki kesempatan untuk
memperoleh kemenangan, karena walaupun bagaimana memang kenyataannya Bian Kie
Liang merupakan seorang lawan yang sulit sekali dihadapi, kepandaiannya juga
sangat tinggi.
Dalam suatu kesempatan. Ong
Tiong Yang berseru kepada Auwyang Hong : „Hengtai...., mari kita tinggalkan
kambing tua ini .... tidak guna menghadapi dengan kekerasan !"
„Oh Tunggu dulu
totiang.......kambing tua seperti ini seharusnya kita beri hajaran biar tahu
rasa....!"
„Itu, kita lakukan nanti saja,
sekarang yang terpenting kita berusaha meninggalkannya....... !" kata Ong
Tiong Yang.
Dan setelah berkata begitu Ong
Tiong Yang juga berteriak menyampaikan kepada Lie Siu Mei : „Nona Lie, engkau
pergi dulu meninggalkan tempat ini, kami berdua akan segera menyusul."
Lie Siu Mie tertawa. kemudian
katanya : „Baik..., baik..., tetapi aku akan menantikan kalian dimana ?"
„Jangan kita bicarakan disini,
karena kambing tua ini yang telah menjadi demikian jinak tentu akan membuntuti
kita terus ........... kau pergi saja dulu, nanti juga kita akan becrtemu
....... !"
Dan setelah berkata begitu,
Ong Tiong Yang memperhebat serangannya.
Bahkan jurus2 ilmu pukulan
yang dipergunakannya semakin lama semakin kuat, dimana ia telah mendesak Bian
Kie Liang lebih gencar.
Sedangkan Auwyang Hong juga
tidak tinggal diam, ia melancarkan serangan2 yang tebih kuat kepada Bian Kie
Liang.
Disaat Bian Kie Liang tengah
mengelakkan diri, justru kesempatan itu telah dipergunakan mereka untuk
melompat kebelakang guna menjauhkan diri.
Bian Kie Liang mengeluarkan
suara tertawa dingin, sambil bentaknya : „Jangan harap engkau bisa meloloskan
diri dari tanganku !"
Dan sambll berkata begitu,
Bian Kie Liang mengejarnya.
Ong Tiong Yang dan Auwyang
Hong seperti telah berjanji, mereka tidak mengambil satu jurusan, karena mereka
telah membagi diri untuk melarikan ke dua jurusan.
Bian Kie Liang jadi terkejut
sekali, karena justru kepada Auwyang Hong itulah ia memiliki kepesntingannya
untuk mengengetahui tempat tinggal nya Lo Sin.
Sedangkan dengan Ong Tiong
Yang dia hanya benci karena tojin itu memang terlalu usil selalu mencampuri
urusannya, tetapi selain itu tidak terdapat urusan pula.
Karena ini, akhirnya Bian Kie
Liang mengerahkan tenaga melakukan pengejaran kepada Auwyang Hong.
Auwyang Hong mengerahkan
seluruh
kekuatan ginkangnya, namun
kenyataannya dia tidak bisa meloloskan diri dari kejaran Bian Kie Liang.
Bian Kie Liang berhasil
mengejarnya semakin cepat dan dekat.
Auwyang Hong mengempos
semangatnya dan berusaha melarikan diri lebih cepat lagi.
Tapi jarak mereka semakin
dekat, dan Bian Kie Liang menjejakkan kedua kakinya tubuhnya mencelat ketengah
udara, tahu2 meluncur menubruk kearah Auwyang Hong.
Bian Kie Liang berhasil
mengejar Auwyang Hong, langsung memperhebat serangannya, ia berusaha untuk
menundukkan Auwyang Hong dalam waktu yang singkat.
Bertepatan dengan itu, dengan
tak terduga tahu2 Ong Tiong Yang telah muncul pula ditempat tersebut.
Hal ini disebabkan Ong Tiong
Yang melihatnya ketika Bian Kie Liang mengarahkan pengejarannya kepada Auwyang
Hong, maka Ong Tiong Yang merasa kuatir sekali akan keselamatan Auwyang Hong.
Itulah sebabnya ia cepat2 berbalik arah kearah larinya Auwyang Hong.
Melihat Ong Tiang Yang kembali
muncul disitu, Bian Kie Liang jadi mendongkol dan gusar, dengan munculnya
OngTiong Yang berarti ia mengalami kesulitan untuk mencari tahu keberadaan Lo
Sin .... gurunya Auwyang Hong.
Disaat pertempuran itu tengah
berlangsung dengan seru dan angin pukulan mereka telah berkesiuran keras sekali,
justru terdengar suara langkah kaki yang ringan dan berkelebat sesosok
bayangan, lalu tampak seseorang telah berdiri diluar gelanggang pertempuran.
Baik Ong Tiong Yang, Auwyang
Hong maupun Bian Kie Liang, mereka telah melihatnya bahwa orang tersebut tidak
lain dari seorang lelaki berpakaian Thungsia panjang dan memakai selubung
penutup muka yang berwarna merah.
---oo0oo---