BAGIAN 28: MENJALIN SEBUAH PERSAHABATAN
KEESOKAN paginya, Oey Yok Su
dan Lu Liang Cwan bermaksud akan melanjutkan perjalanan mereka.
Tetapi waktu itu, dirumah
penginapan tersebut telah datang seorang pemuda berusia dua puluh tahun lebih,
sikapnya gagah, memakai baju lebar, sehingga tampaknya ia merupakan putera
bangsawan.
Kepada seorang pelayan ia
menanyakan perihal Oey Yok Su dan Lu Liang Cwan.
Kebetulah saat si pelayan
tengah menceritakan pertempuran yang terjadi tadi malam, antara Oey Yok Su
dengan para pencopet itu, Oey Yok Su dan Lu Liang Cwan tengah menuruni undakan
anak tangga, sehingga pelayan itu jadi berhenti bercerita.
Sedangkan sipemuda yang tampak
agung sikapnya itu, telah menghampiri Oey Yok Su dan merangkapkan kedua
tangannya, ia memberi hormat kepada Oey Yok Su dan Lu Liang Cwan bergantian.
„Siauwte telah mendengar
kehebatan Kiehiap (orang gagah) yang telah memberikan hajaran kepada para
pencopet itu... !" katanya dengan ramah.
„Maka Siauwte telah sengaja
datang kemari menemui Jiewie Kiehiap berdua untuk mengikat tali persahabatan. .
A"
Oey Yok Su dan Lu Liang Cwan
memandang curiga pada pemuda ini, karena mereka menduga pemuda ini tentunya
orangnya pencopet2 itu, atau juga pimpinannya. Maka Oey Yok Su berlaku waspada,
ia melihat-pemuda itu seperti memiliki ilmu yang tinggi, gerak geriknya begitu
tenang dan agung, matanya memancarkan sinar yang tajam sekali, menandakan
tenaga lwekangnya telah tinggi.
„Siauwte Toan Ceng ingin
berkenalan dan mengikat tali persahabatan dengan jiewie mau menerimanya atau
tidak?" tanya pemuda itu, yang tidak lain dari Toan Ceng.
Toan Hongya ini seperti biasa
memang telah memberikan tugas pada kelima belas orang siewie istana untuk
mengawasi orang2 asing yang datang berkunjung ke Tailie, kalau2 diantara mereka
terdapat yang berilmu tinggi. Mengenai perihal peristiwa Oey Yok Su menghajar
pencopet dan menghadapi sepuluh kawan pencopet itu, cepat sekali telah sampai
ditelinga Toan Ceng.
Maka pagi ini, dengan menyamar
berpakaian biasa, Toan Ceng telah menemui kedua orang itu, untuk dia jak
mengikat tali persahabatan.
„Dan bolehkah aku mengetahui
nama Kiehiap berdua yang mulia.......?"
Oey Yok Su ragu-ragu, tetapi
Lu Liang Cwan telah tertawa, katanya: „Aku she Lu dan bernama Liang Cwan, dan
ini kawan kecilku bernama Oey Yok Su, dia she Oey......!"
„Apakah jiewie berdua tidak
keberatan jika aku mengundang kalian untuk makan2 .....?" tanya Toan Ceng
lagi.
Oey Yok Su masih ragu-ragu,
tetapi Lu Liang Cwan telah menyahutinya: „Diundang makan siapa yang mau menolak
?" katanya.
Toan Ceng girang, ia telah
memanggil pelayan dan memesan satu meja untuk perjamuan, lengkap dengan
makanan-makanan yang lezat.
Waktu mereka tengah bersantap,
Oey Yok Su sering mengawasi sahabat baru ini.
la akhirnya tidak bisa menahan
perasaan ingin tahunya, ia telah bertanya: „Siapakah sebetulnya engkau,
sahabat......? Apakah engkau sahabatnya orang-orang yang semalam mengeroyokku
?"
Taan Hongya telah tersenyum,
sikapnya sabar sekali.
„Sama sekali aku tidak
memiliki hubungan apapun dengan mereka...... aku hanya mendengar kehebatan
Kiehiap berdua, maka bermaksud mengikat tali persahabatan..... dan untung saja
Kiehiap berdua tidak keberatan. Tentu orang2 Tailie akan berterirna kasih
sekali kepada Kiehiap yang telah menumpas kejahatan...... sebetulnya di Taille
ini aman, namun entah bagaimana akhir-akhir ini bisa juga muncul orang2 tidak
benar seperti pencopet2 itu, mereka tentunya orang asing yang hanya melancong
kemari saja."
Oey Yok Su tersenyum, tetapi
baru saja ia ingin berkata, Lu Liang Cwan telah bilang: „Dimana saja
sama......," katanya.
„Tidak di Tailie ini ataupun
didaerah Tionggoan, orang jahat selalu terdapat dimana saja......!"
„Apa yang dikatakan oleh kau
itu memang benar, sahabat," kata Toan Ceng.
„Senang sekali aku bisa
bersahabat dengan kalian orang2 yang memiliki kepandaian luas....... .!"
,,Kami hanya orang kelana yang
tidak memiliki rumah dan tempat tinggal, kamipun manusia2 kasar yang hanya
mengerti sedikit ilmu silat.... dimana kami hidup hanya mengembara dari kota
yang satu kekota yang satunya lagi........!"
Toan Ceng tertawa.
„Justru sejak kecil Siauwte
selalu senang mempelajari silat, maka dari itu Siauwte memang ingin meminta
petunjuk2 kalian, untuk bertukar pikiran dalam membicarakan ilmu
silat........!"
Oey Yok Su mengawasi Toan Ceng
sejenak lamanya, kemudian baru berkata : „Jika memang hanya ingin merundingkan
ilmu silat, kami tidak berani, karena kami memiliki kepandaian
rendah......malah mungkin kami mungkin yang harus menerima petunjuk2 dari kau
sahabat !"
Tetapi Toan Ceng telah tertawa
sabar.
„Terima kasih atas pujian yang
diberikan olehmu sahabat....... ! Saudara Oey, engkau kulihat memang memiliki
kepadaian silat yang tinggi, dan kalian berdua datang dari daratan Tionggoan.
Maka bolehkah aku mendengar sedikit cerita kalian mengenai keadaan didaratan
Tionggoan, agar pengalaman Siauwte menjadi bertambah. Senang sekali jika aku
bisa mendengar cerita kaadaan didaratan Tionggoan, khususnya mengenai orang2
persilatan .......!"
Oey Yok Su yang baru saja
meninggalkan Tho Hoa To mana memiliki pengalaman yang Iuas mengenai rimba
persilatan didaratan Tionggoan.
Memang gurunya sering
menceritakan perihal keadaan dunia persilatan didaratan Tionggoan, tetapi
cerita itu hanya sarinya belaka.
Tetapi Lu Liang Cwan yang memang
telah berpengalaman, segera mewakili Oey Yok Su, ia menceritakan keadaan dunia
persilatan didaratan Tionggoan.
Tampaknya Toan Ceng
mendengarkan dengan penuh perhatian dan serius sekali.
Diwaktu itu, Oey Yok Su
melihat bahwa Toan Ceng memang ber-sungguh2 ingin mendengarkan cerita perihal
keadaan rimba persilatan. Oey Yok Su juga telah melihatnya bahwa Toan Ceng
bukan seorang pemuda yang sembarangan, ia tentu memiliki kepandaian yang tinggi
sekali, kepandaian yang tidak boleh dipandang remeh.
Sinar matanya yang memancar
sangat tajam, menunjukkan bahwa Toan Ceng memiliki sinkang yang tidak berada
dibawahnya.
Karena penasaran dan ingin
mengetahui sampai dimana tingginya kepandaian Toan Ceng, Oey Yok Su telah
sengaja menuangkan secawan arak, yang diangsurkan kepada Toan Ceng
mempergunakan kedua tangannya.
„Silahkan Toan Sieheng meminum
arak ini untuk menghormati persahabatan kita," kata Oey Yok Su.
Toan Ceng cepat2 berdiri dan
mengulurkan kedua tangannya menerima cawan arak itu.
Tetapi ketika kedua tangan
Toan Ceng memegang cawan itu....., ia jadi terkejut, karena ia merasakan dari
kesepuluh jari tangan Oey Yok Su yang memegang cawan itu seperti mengeluarkan
serangkum angin yang menyerang diri-nya kuat cekali,
Namun sebagai raja yang
memiliki kepandaian tinggi, Toan Ceng tidak menjadi gugup.
Segera ia sadar bahwa Oey Yok
Su ingin mengujinya.
Maka Toan Ceng telah
menyalurkan kekuatan pada kesepuluh jari tangannya, sinkangnya telah
tersalurkan cepat, dan dengan mudah ia memunahkan tenaga terjangan Oey Yok Su.
Kemudian sambil membawa sikap
seperti tidak terjadi sesuat apapun juga, Toan Ceng telah menerima cawan arak
itu sambil katanya: „Terima kasih.......!"
Oey Yok Su terkejut, ia
melengak kaget karena tenaga serangannya yang mempergunakan lwekang sangat kuat
itu tidak memberikan hasil.
Bahkan dilihatnya Toan Ceng
telah meneguk arak itu dengan sikap yang tenang.
Tenaga serangan Oey Yok Su
seperti lenyap tidak meninggalkan bekas, Lu Lian Cwan yang diam2 mengawasi,
mengetahui Oey Yok Su telah gagal menguji orang she Toan itu. Maka hati Lu
Liang Cwan juga jadi tertarik.
„Ternyata ia pemuda yang luar
biasa, memiliki kepandaian yang tinggi....!" pikir Lu Liang Cwan.
„Biar aku mencobanya
juga........ !''
Dan setelah berpikir begitu,
Lu Liang Cwan berdiri dari duduknya, diapun telah menuang satu cawan arak lagi,
kemudian dibawa kedekat Toan Ceng.
---oo0oo---
„AKUPUN ingin memberi
penghormatan terhadap persahabatan kita," katanya.
Seperti tadi Toan Ceng telah
menyambuti cawan arak itu.
Tetapi tadi merupakan
pelajaran buatnya, maka ia telah bersiap sedia.
Benar saja, ia merasakan
betapa dari kedua tangan Lu Liang Cwan mangalir keluar suatu kekuatan tenaga
lwekang vang tidak tampak.
Toan Ceng kaget, karena tenaga
itu jauh lebih kuat dari tenaga yang dilancarkan tadi oleh Oey Yok Su, malah
tenaga yang menerjangnya itu bergelomhang, sehingga membuat Toan Ceng jadi
kagum.
Tenaga itu bergelombang, jika
Toan Ceng melawan dengan kekerasan, tentu dirinya akan terjerembab, sebab
tenaga itu seperti lenyap dan seperti itu ada, bergelombang tidak hentinya.
Namun Toan Ceng tidak
kehabisan akal, dengan cepat ia telah mempergunakan ilmu sinkang yang paling
tinggi, yaitu yang kosong menjadi ada dan yang ada menjadi kosong, yaitu ilmu
sinkang dari kalangan lunak.
Begitu tenaga Lu Liang Cwan
menerima pahlawan seperti ini, dia jadi membentur tempat yang kosong, tetapi
berisi kekerasan, maka tenaga serangan Lu Liang Cwan jatuh ditempat kosong dan
lenyap.
Muka Lu Liang Cwan jadi
berobah ketika merasakan tenaganya yang itu seperti lenyap.
Sebagai seorang tokoh sakti
yang memiliki kepandaian tinggi, ia penasaran.
Karena mustahil seorang pemuda
seperti Toan Ceng bisa menghadapi ilmunya itu.
Maka belum lagi Toan Ceng
menyambuti arak itu dan cawan belum berpindah tangan, Lu Liang Cwan telah
manyalurkan lagi kekuatannya.
Kali ini ia menyalurkan tenaga
serangan berbentuk Im, yang hawanya dingin sekali.
Toan Ceng kembali terkejut.
Tenaga serangan itu telah
menerjang dengan cepat, sehingga memaksa Toan Ceng harus berusaha memberikan
perlawanan untuk membendung tenaga lawannya.
Tepat bersamaan dengan itu,
justru tenaga Lu Liang Cwan seperti lenyap, dan berganti dengan datangnya
tenaga serangan yang bersifat Yang, panas, dimana udara disekitar Toan Ceng
jadi panas.
Toan Hongya kaget bukan main.
Jarang sekali orang bisa
mempergunakan tenaga Im dan Yang dengan berbareng, karena dengan cara demikian
orang harus benar-benar mahir menguasai dua macam kekuatan yang berlainan sifat
itu, sebab tanpa kemahiran tentu malah akan mencelakai diri sendiri, senjata
makan tuan.
Tenaga lm adalah tenaga yang
bersifat lunak dingin, sedangkan tenaga Yang adalah tenaga yang memiliki sifat
keras panas.
Maka dari itu Lu Liang Cwan
bisa melancarkan serangan seperti itu dengan waktu yang singkat, dan kedua
macam tenaga serangan yang berlainan sifatnya itu telah bisa dipergunakannya
berbareng, membuat Toan Ceng kagum bukan main.
Namun Toan Ceng tidak berani
berlaku ayal, dengan menggerakkan tangan kanannya menyilang, ia telah
menyambuti cawan itu, kemudian ia memiringkan sedikit tubuhnya, sehingga kedua
macam gelombang tenaga serangan Lu Liang Cwan telah berhasil dipunahkanilya.
Kembali Lu Liang Cwan jadi
terkejut, tetapi waktu itu cawan arak telah berpindah tangan.
„Hebat kau, orang she Toan
!" memuji Lu Liang Cwan.
„Kepandaianmu tidak rendah !'
Toan Ceng cepat2 mengeluarkan
kata2 merendahkan diri.
la juga bersikap wajar sekali,
tidak memperlihatkan sikap bangga dan sombong.
Malah dengan rendah hati ia
memuji kehebatan tenaga serangan Lu Liang Cwan.
Melihat sikap Toan Ceng yang
sabar dan ramah tamah, dengan sendirinya lenyap sikap curiga pada diri Oey Yok
Su dan Lu Liang Cwan.
Lu Liang Cwan yang memang
memiliki tabiat agak berandalan, tanpa memperdulikan basa basi, ia telah
bertanya : „Siapa gurunya, nak ? "
Toan Ceng bimbang mendengar
ditanyakan gurunya, akhirnya ia telah menyahuti jujur: „Guruku itu bisa
dipanggil oleh sahabat-sahabat dengan sebutan Hek Wan.
„Apa ....?" tanya Lu
Liang Cwan terkejut.
Oey Yok Su yang memang belum
begitu berpengalaman dalam rimba persilatan tidak mengetahui siapa itu adanya
Hek Wan, namun buat Lu Liang Cwan lain halnya.
„Hek Wan....... gurumu itu Hek
Wan?" tanya Lu Liang Cwan seperti tidak mempercayai pendengarannya.
Toan Ceng membenarkan.
„Hanya itu saja yang
kuketahui, karena menurut guruku ia memang telah lama tidak memiliki nama, dan
hanya mempergunakan julukan yang diberikan oleh sahabat-sahabatnya, yaitu Hek
Wan..........!"
„Sekarang ia berada dimana
?" tanya Lu Liang Cwan lagi.
Muka Toan Ceng jadi berobah
merah tetapi kemudian dengan suara perlahan ia berkata : „Sudah cukup lama juga
kami guru dan murid berpisah.....menurut keterangan yang diberikan Insu, bahwa
guruku itu ingin pergi kedaratan Tionggoan lagi....... !"
Lu Liang Cwan menghela napas dalam2,
dan duduk terpekur sambil mengerutkan sepasang alisnya. Mulutnya juga menggumam
perlahan : „Aku tidak menyangka bahwa Hek Wan masih hidup.......!"
Oey Yok Su yang sejak tadi
hanya mendengari saja, jadi tertarik.
„Lu Locianpwe, siapakah
sebenarnya Hek Wan itu.?" tanya Oey Yok Su.
„Dialah seorang tokoh sakti
yang memiliki kepandaian hebat sekali... aku sendiri belum tentu bisa
menandingi kepandaiannya itu. . .!" menjelaskan Lu Liang Cwan kemudian.
Oey Yok Su terkejut.
„Hek Wan merupakan pendekar aneh,"
kata Lu Liang Cwan lagi.
„Dan kami didaratan Tionggoan
pernah mendengar bahwa ia merupakan seorang jago yang tidak pernah mau
memperhatikan kepandaiannya, kelakuannya juga sangat aneh, tetapi sesungguhnya
ilmu silat yang dimilikinya itu bermacam ragam dan aneh sekali, sulit untuk
dijajaki sampai berapa tinggi kepandaian yang dimilikinya."
Oey Yok Su mendengarkan saja.
Toan Ceng juga mendengarkan
dengan penuh perhatian, karena memang Toan Hongya ini sama sekali tidak
mengetahui asal usul gurunya itu.
Ia hanya mengetahui bahwa Hek
Wan memiliki kepandaian yang tinggi dan gurunya itu memang agak aneh sifatnya.
Sekarang Lu Liang Cwan
mengetahui perihal gurunya itu, maka ia ingin mendengar lebih banyak lagi.
„Dan, siapakah sebenarnya nama
guruku itu, Locianpwe?" tanya Toan Ceng kemudian.
„Ohhh....., engkau sendiri
tampaknya tidak begitu jelas dengan keadaan gurumu...!" kata Lu Liang
Cwan.
„Kami sendiri tidak mengetahui
nama sebenarnya, kami hanya mengetahui bahwa ia biasa dipanggil sebagai Hek
Wan, tentu saja ,panggilan itu disesuaikan dengan keadannya, yaitu kulitnya
yang hitam dan bentuk mukanya yang mirip........ kera......!"
Toan Ceng tidak marah.
Memang Hek Wan sendiri pernah
menyatakan sendiri perihal namanya itu.
„Dimanakah biasanya guruku itu
berdiam?" tanya Toan Ceng lagi.
„Itupun tidak jelas, karena
gerak geriknya seperti bayangan setan saja, ia tidak memiliki tempat yang tetap
dan selalu mengembara, namun bisa muncul dengan tiba2 disuatu tempat, maka
tidak ada seorangpun dirimba persilatan yang mengetahui dimana Hek Wan berada,
dan sulit sekali jika hendak mencari dia... disamping tempatnya yang tidak
menentu, juga memang Hek Wan selalu menyamar, sehingga banyak orang2 rimba
persilatan ,yang tidak mengenal wajahnya yang sesungguhnya dan hanya sering
dengar kebesaran namanya saja sebagai tokh sakti......!"
Toan Ceng menghela napas.
Semula ia ingin mengetahui
dari Lu Liang Cwan dimana gurunya biasa menetap.
Karena ia bermaksud untuk
pergi menemuinya, namun mendengar perkataan Lu Liang Cwan, putuslah harapan
Toan Ceng, sebab gurunya itu sulit diketahui jejaknya.
Lu Liang Cwan melihat
perobahan wajah Toan Ceng, ia tertawa sambil tanyanya : „Sekarang tentu Hek Wan
tengah berkeliaran didaerah Tionggoan iagi.. .!"
Toan Ceng mengangguk.
„Mungkin guru memang miliki
kegemaran merantau dan berkelana, ia tidak betah untuk tinggal terlalu lama
disebuah tempat...!"
Oey Yok Su telah melihat
kepandaian Toan Ceng tidak rendah, mungkin tidak berada disebelah bawah
kepandaiannya.
Maka ia jadi menyukai juga
pemuda yang ramah ini.
---oo0oo---