BAGIAN 21: TOAN HONGYA MENCARI GURU
SERINGKALI setiap kaisar Toan
Hongya keluar menyamar dari istananya, tidak ada seorang peaghuni istar2apun
yang mengetahuinya.
Kaisar yang, memiliki
kekuasaan yang mutlak atas negrinya, yaitu Tailie, tidak betah suduk
disinggasananya, ia lebibh senang berkeliaran untuk mempelajari ilmu silat,
dibandingkan, harus mengurus negaranya dan memikiri segala macam pikiran berbau
politik. Maka dari itu, Toan Hongya sering mewakili tampuk pemerintahannya
kepada para menteri-menteri-nya. Jika memang bukan persoalan yang terlalu
penting, dan hanya pekerjaan rutin saja sehari-hari, maka para menterinya
itulah yang harus mengurusnya.
Sebagai seorang Kaisar Toan
Hongya memang dihormati dan disegani rakyatnya.
Dia lebih senang melepaskan
kedudukannya sebagai raja dan hidup sebagai manusia biasa. Namun sebagai putera
mahkota, jelas ia tidak bisa menampik kewajibannya untuk memegang tampuk
pemerintahan yang diwarisi oleh nenek moyangnya.
Tailie merupakan negeri yang
tidak begitu besar, yang terletak diselatan, dan juga memiliki penduduk yang
tidak begitu banyak jumlahnya.
Tetapi karena Tailie merupakan
negeri yang netral dan tidak pernah mencampuri urusan negara lain, maka negara
itu bisa, berkembang makmur.
Sebagai seorang Kaisar dalam
usia yang masih demikian muda, Toan Hongya merasa dirinya seperti terkekang,
kebebasan bergeraknya seperti juga dibatasi, selalu harus membawa pengawal
istana.
Itulah yang membuat Toan
Hongya jadi kurang kerasan untuk memimpin negaranya, karena yang dibutuhkannya
adalah kebebasan.
Sejak kecil Toan Hongya, yang
nama kecilnya Toan Ceng ini, sudah senang mempelajari ilmu silat. Waktu masih
kecil ia sering meminta kepada Busu negara untuk mengajari Ya ilmu silat.
Tentu saja semua itu
dipelajarinya dengan secara diam-diam, karena kalau sampai ayah andanya
mengetahui hal itu, ia akan ditegurnya.
Disamping itu, ilmu
ketatanegaraan juga dipelajarinya, tetapi tidak bersemangat seperti mempelajari
ilmu silat.
Ketika Toan Ceng berusia dua
belas tahun, justru para Busu (akhli silat) diistana sudah tidal ada yang bisa
menandingi kepandaiannya.
Hal ini membuktikan bahwa Toan
Ceng memang Memiliki bakat yang baik sekali untuk mempelajari ilmu silat. Maka
dari itu, karena ingin memiliki kepandaian yang jauh lebih tinggi, Toan Ceng
telah mengundang beberapa orang guru silat yang memiliki kepandaian tinggi.
Segala macam kepandaian silat
telah dipelajarinya, dan semua itu telah membuat tubuh dan kesehatan dari
putera mahkota Toan Ceng sangat baik sekali.
Sampai akhirnya Toan Ceng naik
takhta dan ia dinobatkan menjadi Kaisar.
Dengan duduknya ia sebagai
raja, waktu-waktunya jadi tersita habis oleh kesibukannya mengurus negara. Hal
ini membuat Toan Ceng jadi kurang gembira, karena kegemarannya untuk
mernpeiajari ilmu silat tidak bisa dilakukannya. Setiap hari ia harus memimpin
sidang-sidang menterinya, untuk mengatur negaranya. Dan semua itu baru selesai
setiap kali hari menjelang malam. Maka karena keadaan tubuhnya telah letih
sekali, tidak mungkin Toan Hongya melatih ilmu silatnya lagi.
Akhirnya Toan Hongya mengambil
langkah yang sekiranya bisa meringankan bebannya. Pekerjaan sehari-hari sebagai
seorang raja diserahkan kepada Perdana Menterinya, ia sendiri se bagai seorang
Kaisar baru akan muncul ditempat persidangan jika negara tengah menghadapi
urusan besar dan penting.
Dengan cara demikian,
waktu-waktu Toan Hongya tidak tersita habis. Malah ia masih memiliki kesempatan
untuk pergi berkeluyuran diluar istana, untuk menyaksikan dari dekat keliidupan
dan keadaan rakjatnya.
Dengan demikian, jika memang
ia memiliki suatu kesulitan, bisa saja ia segera mengambil tindakan, terutama
untuk membantu rakyatnya yang tengah menghadapi urusan penasaran.
Biasanya Toan Hongya bisa
menyelesaikan persoalan itu hanya degan menulis sepucuk surat yang diberikan
langsung kepada yang bersangkutan dan tentu saja surat atau lebih mirip firman
dari Kaisar tidak bisa dibantah oleh para pembesar dibawah kekuasaannya.
Diwaktu itu Toan Hongya
merupakan seorang Kaisar yang terkenal sekali dengan, sikapnya yang tegas dan
selalu memerintah dengan penuh kewibawaan.
Dan hari berjalan terus,
sekarang Toan Hongya telah berusia dua puluh tahun, tampak tubuhnya tegap dan
gagah.
Tetapi karena dua tahun ini
memiliki waktu dan kesempatan yang cukup luas melatih diri dan memperdalam ilmu
silatnya tubuh Toan Hongya semakin sehat disamping kepandaiannya yang semakin
tinggi.
Kalau memang baru orang-orang
rimba persilatan yang memiliki kepandaian tanggung-tanggung, tentu tidak
mungkin bisa menandingi kepandaian Kaisar ini.
Maka dari itu sering tersirat
didalam hati Toan Hongya untuk berguru lagi kepada akhli-akhli silat yang
terkenal atau kepada tokoh-tokoh sakti dirimba persilatan. Sejauh itu Toan
Hongya masih belum berhasil menjumpai orang yang dipenujuinya.
Hanya sering juga Toan Hongya
mendengar, bahwa didaratan Tionggoan, yaitu didaratan yang berada diluar
kekuasaannya, banyak sekali terdapat akhli-akhli kelas satu yang memiliki
kepandaian sangat tinggi. Maka seru Toan Hongya memberitahukan kepada para
menteri-menteri dan penasehatnya, bahwa ia ingin sekali pergi berkelana
kedaratan Tionggoan untuk beberapa saat lamanya guna mencari seorang guru silat
yang benar-benar memiliki kepandaian yang tinggi.
Namun para penasehat dan
menteri-menterinya menyatakan keberatannya sebab jika negara ditinggal pergi
aleh Kaisarnya, tentu hat itu akan menggelisahkan rakyatnya, dimana jika negara
tengah menghadapi urusan penting tentu tidak bisa segera mengambil tindakan
tegas, karena Kaisar mereka tengah berada diluar kerajaan...!
Alasan seperti itulah yang
menyebabkan Toan Hongya tidak bisa meninggalkan kerajaannya.
Tetapi Toan Hongya juga tidak
kurang akalnya. Ia telah membentuk barisan siewie (pengawal istana) yang
memiliki tugas untuk berkeliaran diluar istananya, guna melakukan penyelidikan
kalau-kalau dikerajaan mereka telah datang seorang rimba persilatan yang
memiliki kepandaian tinggi. Siewie yang memiliki tugas istimewa itu dibentuk
terdiri dari lima belas orang siewie yang memiliki kepandaian lumayan
tingginya.
Begitulah, setiap hari
kelimabelas orang siewie itu hanya bertugas untuk berkeliaran dikota raja, guna
melihat-lihat kalau-kalau ada orang asing yang berkepandaian tinggi.
Memang telah cukup sering Toan
Hongya menerima laporan perihal adanya orang asing yang memiliki kepandaian
tinggi singgah diibu kota mereka, dan selalu Toan Hongya keluar dari istananya
untuk mencari, orang asing tersebut guna dilihat sampai berapa tinggi
kepandaian yang mereka miliki, karena jika Toan Hongya yakin orang itu memiliki
kepandaian yang tinggi sekali melebihi dia, maka akan diangkatnya orang itu
menjadi gurunya.
Begitu juga pada hari itu,
Toan Hongya menerima laporan bahwa diibu kota telah kedatangan seorang tosu,
yang tampaknya memiliki kepandaian tinggi sekali. Karena dua orang siewie yang
memiliki tugas istimewa untuk mengawasi keadaan didalam ibu kota tersebut
melaporkan bahwa tosu itu telah bentrok dengan beberapa orang lintah darat
dikota ini, dengan mudah tosu itu menghajar buaya-buaya darat itu kucar-kacir.
Tosu itu berusia hampir enam puluh tahun, mengenakan pakaian kependetaannya
yang berwarna abu-abu dan membawa hudtim (kebutan) yang bergagang emas.
Itulah sebabnya Toan Hongya
telah keluar dari istananya untuk meneari tosu itu. Tetapi justru Tosu tersebut
yang semula dilaporkan oleh siewie itu tengah makan minum dikedai teh tersebut,
telah pergi tidak meninggalkan jejak.
Maka Toan Hongya menyelidiki
terus, kedai-kedai teh yang terdapat dikota tersebut telah didatangi, begitu
juga beberapa kedai teh diluar kota, termasuk kota-kota Iainnya, telah
didatanginya, untuk-mengejar jejak tosu itu, namun sejauh itu Toan Hongya tetap
tidak berhasil mencari jejak imam tersebut.
Hal ini membuat Toan Hongya
jadi penasaran, ia tidak berniat kembali keistananya dulu sebelum berhasil
mencari tosu tersebut. la telah mendatangi beberapa buah kota yang berdekatan.
Namun tosu itu tetap saja
tidak berhasil dicarinya, hal mana membuat Toan Hongya tambah penasaran.
Dia terus juga mencarinya,
sampai akhirnya ia menyaksikan peristiwa yang dialami oleh keluarga Liang itu,
dimana Liang le Khu telah ditangkap oleh orang-orangnya Tung Congtok. Berkat
suratnya juga, maka Tung Congtok membebaskan Liang le Khu.
Setelah memberikan pertolongan
kepada nyanya Liang itu, Toan Hongya melanjutkan perjalanannya untuk
menyelidiki jejak dari tosu itu.
Setelah menjelang sore ia
masih belum berhasil mencari jejak tosu yang diduga memiliki kepandaian tinggi
itu, maka Toan Hongya telah bermalam disebuah rumah penginapan.
Selama itu tiada seorangpun
rakyatnya mengetahui bahwa raja mereka tengah berkeliaran seorang diri, karena
Toan Hongya berpakaian biasa saja.
Sedangkan Toan Hongya sendiri
telah beristirahat dan menangsel perutnya agar tidak lapar, ia telah keluar
dari rumah penginapan itu untuk mulai mencari jejak sitosu lagi.
Sampai jauh malam Toan Hongya
berkeliaran dikota tersebut, tetapi justru tosu yang dicarinya itu masih juga
belum berhasil ditemuinya. Maka dari itu Toan Hongya memutuskan ia akan
mencarinya terus sampai tosu itu berhasil dijumpainya.
Dan ia berpikir untuk berdiam
tiga hari dikota ini, dan jika ia gagal dengan usahanya ini baru ia akan
kembali lagi keistananya dan nanti memerintahkan para siewie yang memiliki
tugas istimewa itu guna melakukan penyelidikan lebih lanjut.
Dua hari lamanya Toan Hongya
melakukan pencariannya itu dengan sia-sia.
Dan selama itu ia tidak
berhasil menemui jejak dari tosu yang dicarinya.
Toan Hongya mulai putus asa,
ia menduga mungkin tosu itu telah pergi meninggalkan kerajaannya dan melakukan
perjalanan kedaratan Tionggoan, maka Toan Hongya mengambil keputusan setelah
satu hari lagi ia melakukan penyelidikan, ia akan kembali keistana saja, sebab
tidak mungkin tosu itu masih berada disekitar tempat tersebut.
Tetapi justru pada malam ketiganya,
disaat Toan Hongya tengah rebah dipembaringannya untuk beristirahat,
pendengarannya yang tajam telah mendengar suara sesuatu diatas genting, ia
seperti mendengar jatuhnya daun kering.
Tetapi karena sejak kecil
telah gemar mempelajari ilmu silat, maka Toan Hongya mengetahui bahwa suara
seperti jatuhnya daun kering itu adalah suara langkah kaki orang yang berjalan
malam.
Toan Hongya dengan gerakan
tubuh yang ringan telah melompat turun dari pembaringannya. la menuju kedekat
jendela kamarnya dan berdiam disitu memperhatikan lebih teliti lagi suara
langkah kaki diatas genting jurusan kamarnya.
Sedangkan suara langkah kaki
itu ringan sekali, membuktikan bahwa orang yang tengah melakukan perjalanan
diatas genting itu adalah seorang yang memiliki ginkang tinggi.
Toan Hongya menduga-duga entah
siapa orang yang tengah melakukan perjalanan diatas genting itu. Dan juga,
entah berapa tinggi kepandaian orang tersebut. Namun yang benar-benar menarik
hati Toan Hongya, ia ingin mengetahui apa yang hendak dilakukan. orang
tersebut. Penjahat atau seorang pendekar ?
Setelah mendengar suara
langkah kaki itu berhenti, dan seperti tengah memperhatikan keadaan disekitar
tempat itu, Toan Hongya diam-diam telah membuka daun jendelanya, ia
mendorongnya dengan tiba-tiba dan melompat keluar.
Dengan cara demikian dia
menghendaki orang yang diatas genting itu tidak bisa melarikan diri. Dan memang
apa yang dipikirkan oleh Toan Hongya tepat, begitu ia keluar dari kamar itu,
maka orang yang tengah berada diatas genting tidak bisa menyembunyikan diri
atau melarikan diri. Sebab begitu Toan Hongya melompat keluar dari kamarnya, ia
telah membarengi dengan menjejakkan kakinya, tubuhnya dengan ringan telah
melompat keatas genting.
la melihat sesosok tubuh akan
berlari kearah yang berlawanan, namun Toan Hongya telah mengejarnya sambil
berteriak nyaring : „Tahan........jangan lari kau......!".
Sosok tubuh itu rupanya
menyadari bahwa dirinya tidak mungkin bisa meloloskan diri dari Toan Hongya,
maka dia menahan langkah kakinya dan memandangi Toan Hongya yang tengah
mendatangi.
---oo0oo---