BAGIAN 27: MENGHAJAR PENCOPET
SEBAGAI kerajaan yang berada
didaerah selatan, yaitu In-lam, yang memiliki pemandangan yang sangat indah
sekali, disamping suasana yang selalu sejuk dan nyaman, Tailie merupakan
karajaan yang sangat terkenal. Walaupun kerjaan itu memiliki daerah yang tidak
begitu luas, namun Toan Ceng, bisa mengatur rakyatnya hidup makmur dan
sejahtera.
Terlebih lagi dibawah pempinan
Toan Ceng yang sangat bijaksana dan adil, maka rakyat semakin hidup aman dan
tenteram. Setiap peristiwa penasaran yang dihadapi oleh rakyat kecil, boleh
dilaporkan langsung kepada Toan Hongya dan akan dilayani dengan sebaik mungkin.
Dengan demikian, di Tailie
tidak ada pembesar negeri yang mempergunakan kekuasaannya dengan tindakan
sewenang-wenang.
Sedangkan rakyat negeri Tailie
juga hidup dengan tahu diri, tidak ada orang yang melakukan kejahatan, mereka
telah hidup dengan rukun dan tidak melakukan perbuatan tercela, maka boleh
dibilang kerajaan Tailie yang kecil itu hidup aman dan sentosa.
Memang orang2 didaratan
Tionggoan juga telah banyak mendengar perihal keindahan negeri Tailie, sehingga
banyak yang bermaksud untuk pesiar kesana.
Tidaklah mengherankan jika
Tailie juga kebanjiran pengunjung2 yang hendak menikmati keindahan negeri
tersebut, yang mendatangkan penghasilan tidak sedikit untuk kerajaan itu.
Dari banyaknya pengunjung
negara lain yang berdatangan ke Tailie, maka rakyat Tailie bisa hidup dengan
makmur dan tenteram, karena banyak sekali yang memiliki pekerjaan untuk membuat
kerajinan tangan yang dijual ke pada para pengunjung negeri Tailie itu.
Pagi itu, diwaktu udara pagi
yang sejuk masih menyelimuti Tailie, disebuah jalan raya yang cukup besar,
tampak berjalan dua orang pria, yang seorang adalah seorang pemuda yang
bertubuh sehat dan berparas tampan, dengan kulit yang putih bersih, selalu
memperlihatkan sikap riang dan ber-seri2.
Sedangkan yang seorang lagi
adalah seorang laki2 setengah baya yang cukup lanjut usianya. lapun mengenakan
pakaian yang agak aneh, hanya terbuat dari kulit binatang buas, sebagian
tubuhnya juga terbuka.
Maka telah memasuki Tailie
sambil menikmati keindahan alam yang terdapat dinegeri tersebut. Disaat itu,
mereka tidak hentinya memuji akan keindahan panorama dari negeri Selatan
tersebut.
Kedua orang laki2 itu tidak
lain dari Lu Liang Cwan dan Oey Yok Su. Mereka yang tidak tahu harus pergi
kemana dan tidak memiliki tujuan, akhirnya telah melakukan perjalanan kemana
saja dibawa oleh kaki mereka, dan akhirnya mereka telah tiba dinegeri Tailie.
Banyak penduduk Tailie yang
heran melihat cara berpakaian Lu Liang Cwan, tetapi mereka tidak usil dan
menyambut kedua tamu asing dinegeri mereka dengan anggukan ramah dan senyum
bersahabat.
Lu Liang Cwan yang biasanya
mempunyai tabiat aneh dan berangasan, jadi kuncup nyarlinya menerima sikap yang
sopan dan. ramah di negeri Tailie ini.
„Suatu waktu Lu Liang Cwan
bergumam pada Oey Yok Su, „hemmm........., mereka semuanya tampak sopan dan
ramah tamah ........! Aku jadi malu dengan cara berpakaianku seperti
ini........!"
Oey Yok Su tertawa mendengar
perkataan Lu Liang Cwan, dalam perjalanan Oey Yok Su melihat Lu Liang Cwan
memiliki tabiat yang baik, walaupun memang sering, membawa sikap yang ugal2an,
Siapa yang minta engkau tidak
mengganti pakaian?
Bukankah aku, telah
menganjurkan lebih baik engkau mengganti pakaian dengan baju biasa saja, tetapi
engkaua keras kepala dan menyukai pakaian yang memancarkan bau yang tidak sedap
itu. Sekarang disaat kita tiba ditempat orang2 tersebut seperti penduduk tempat
ini, engkau sendiri yang jadi canggung dan malu.
Lu Liang Cwan menyeringai,
tetapi ia menyahuti: „Tetapi mereka telah menyambut kedatangan kita dengan
senyum dan anggukan kepala, tanpa memperlihatkan bahwa mereka merasa heran oleh
pakaianku seperti ini, rupanya mereka bisa menghargai hak seseorang, yang
terserah mau mengenakan pakaian bagaimana bentuknya, asalkan tiidak mengganggu
ketentraman mereka. Betul tidak begitu ?"
Oey Yok Su tersenyum, ia
mengangguk dan berkata : „Benar, tetapi kita juga harus dapat menyesuikan diri
dengan berpakaian yang pantas, tidak asal jadi sembarangan saja!".
„Hemmm........., engkau
seperti tua bangka yang hendak menasehati seorang anak kecil saja !" kata
Lu Liang Cwan sambii tertawa.
Sedangkan Oey Yok Su pun ikut
tertawa.
„Bukan memberikan nasehat, hanya
memberikan saran," kata Oey Yoak Su.
„Baiklah, jika nanti kita
bertemu dengan penjual pakaian, aku akan membeli seperangkat pakaian, jangan
sampai engkau ngocehkan terus .......
„Bagus........!" seru Oey
Yok Su.
„Jika memang Locianpwe hendak
mengganti pakaianmu yang agak aneh itu dengan pakaian yang wajar, itu memang
baik sekali, sehingga kita tidak akan mendatangkan perhatian yang terlalu besar
dari orang2 yang berjumpa dengan kita...!"
Lu Liang Cwan tertawa lagi..
„Kau ini, simuda yang cerewet.
. . jika kita menjadi perhatian orang, itu namanya bagus sekali, karena kita
akan menjadi orang terkenal....... !"
„Tetapi Locianpwe harus
ingat," kata Oey Yok Su lagi.
„Jika kita terkenal dengan
keadaan yang kurang enak, tentu akan menyebabkan kita sendiri kurang begitu
tenang, karena kita hanya akan menjadi sasaran dari sindiran dan cemoohan orang
lain!
Jika kita marah, memang
sesungguhnya kita ini berpakaian tidak baik... jelas kita tidak boleh marah
pada orang yang menyindir kita, bukankah memang kita berpakaian dengan cara
yang kurang begitu pantas ?"
Lu Liang Cwan tidak tertawa
lagi, iapun tidak menyahutinya.
Untuk sejenak lamanya ia
berdiam diri, sampai akhirnya ia bilang juga : „Engkau benar sudahlah, kita
tidak perlu memperdebatkan soal itu.. .!"
Setelah itu mereka melanjutkan
perjalanan mereka, dan kemudian tiba dijantung kota, ditengah-tengah pasar yang
sangat ramai.
Oey Yok Su telah menunjuk
kesebuah kota, katanya: „Disana dijual ber-macam2 pakaian, kita bisa membelinya
pakaian untuk Locianpwe......!"
„Hemmm........, engkau saja
yang pergi kesana membelikan pakaian untukku. jika aku yang pergi kesana, tentu
pemilik pakaian itu akan cerewet bicara mengenai pakaianku yang kupakai
ini..........!"
Oey Yok Su tahu babwa Lu Liang
Cwan merasa malu, maka ia tidak membantahnya dan telah pergi menghampiri toko
pakaian itu untuk membeli seperangkat pakaian buat Lu Liang Cwan.
Setelah berganti pakaian, Lu
Liang Cwan tampak lebih gagah, dan Yang terutama ia tidak akan menarik perhatian
orang-orang yang bertemu dengannya.
Pakaian kulit binatang buasnya
telah di simpan dalam buntalannya.
Merekapun menikmati keramaian
yang ada dikota Tailie itu.
Tiba2 Lu Liang Cwan melihat
sesuatu, ia mencubit tangan Oey Yok Su,
„Kau lihat, orang itu ingin
mencopet korbannya !" bisik Lu Liang Cwan.
Oey Yok Su memandang seseorang
yang di tunjuk oleh Lu Liang Cwan.
Dilihatnya seorang lelaki
berusia empat puluh tahun tengah beraksi mencopet saku seorang wanita,
gerakannya begitu cepat.
Tetapi disebabkan Oey Yok Su
dan Lu Liang Cwan memang memiliki mata yang tajam dalam melatih senjata
rahasia, maka mereka bisa melihat dengan teliti apa yang terjadi di sekitar
mereka.
Oey Yok Su bekerja cepat.
Sebelum copet itu sempat
berlalu, ia menjejakkan kakinya, tubuhnya dengan cepat telah mencelat mendekati
pencopet itu, yang tangan kanannya tetah dicekalnya, dan kemudian menarik jatuh
pencopet itu.
Lelaki yang jadi pencopet itu
tanpa bisa menahan keseimbangan tubuhnya, telah terjerunuk mencium tanah, ia
ber-teriak2 memaki Oey Yok Su.
Oey Yok Su berdiri tenang
ditempatnya.
Banyak orang2 yang segera
berkerumun untuk menyaksikan peristiwa itu.
„Hemmm........, engkau rupanya
memang telah biasa jadi pencopet, ya.....?!" kata Oey Yok Su dengan suara yang
tawar.
Pencopet itu telah melompat
berdiri, ia mementang kedua matanya lebar2, malah ia membentak : „Bocah
ingusan, jangan sembarangan engkau menuduh obrang....... tahukah engkau, jika
engkau bicara sembarangan mulut bisa dirobek ?"
Galak sekali sikap orang itu,
tetapi Oey Yok Su tidak jeri, ia berdiri ditempatnya.
Malah sambil tertawa jek Oey
Yok Su telah berkata : „Cepat kau keluarkan hasil copetanmu itu dan serahkan
kembali pada nyonya itu....!"
Sambil berkata begitu, Oey Yok
Su telah menunjuk kepada wanita yang tadi menjadi mangsa pencopet ini.
Keruan saja wanita itu yang
semula tertarik menyaksikan keramaian, jadi berobah pucat wajahnya. Ia merogoh
sakunya, dan seketika ia telah berteriak : „Akhhh......, celaka ! Aku telah
kena di copet........!"
Tetapi pencopet itu rupanya
tabah sekali, ia bukannya memperlihatkan perasaan takut, malah telah berkata
dengan suara yang bengis : „Engkau jangan bicara sembarangan !
Engkau sendiri yang mungkin
mencopet nyonya itu, lalu sekarang engkau hendak menimpahkan kesalahanmu itu
kepadaku..........!"
Namun tangan kanan Oey Yok Su
telah bergerak cepat sekalil.
„Plakkkkk........!" muka
pencopet itu telah kena ditempiling.
Tempilingan yang dilakukan Oey
Yok Su bukan tempilingan biasa, karena pada telapak tangannya itu mengandung
kekuatan tenaga lwekang, maka tidak ampun lagi orang itu mengeluarkan jerit
kesakitan dan tubuhnya berputar akan rubuh terguling ditanah.
Untung saja pencopet itu telah
cepat2 berusaha mengendalikan tubuhnya, sehingga tidak sampai mencium tanah
lagi.
Waktu itu Oey Yok Su telah
berkata lagi : „Apakah engkau masih tidak mau mengakui perbuatanmu itu dan
menyerahkan kembali hasil copetanmu itu pada pemiliknya ?"
Orang tersebut rupanya telah
jadi nekad.
Dengan mengeluarkan suara erangan,
ia telah melompat menubruk Oey Yok Su.
la melihat Oey Yok Su berusia
masih muda, paling tidak baru dua puluh tahun, maka ia menduga tentunya pemuda
ini tidak berarti apa2 baginya.
Ia melakukan pukulan serentak
dengan mempergunakan kedua tangannya sekaligus.
Tetapi Oey Yok Su melihat
orang telah melancarkan serangan, dia memperdengarkan suara tertawa dingin,
kedua tangannya disilangkan seperti gunting, dan sekali dia menjepit tangan
orang itu, sipencopet itu menjerit kesakitan dan krakkk......! tulang tangan
kanan pencopet itu telah kena dipatahkannya, sampai ia menjerit keras sekali
dan me-raung2.
Oey Yok Su juga tidak
bertindak hanya sampai disitu saja.
Dengan kecepatan yang sulit
dilihat, tampak Oey Yok Su telah menggerakkan tangan kanannya, maka muka
pencopet itu telah kena ditempilingnya dengan keras, tubuh orang itu berputar
dan jatuh terjerembab ditanah, dengan hidung yang berdarah dan gigi yang copot
dua.......!
„Jika engkau tidak hendak
menyerahkan kembali hasil copetanmu itu, maka aku akan menyiksa engkau lebih
keras lagi sampai engkau mengakui perbuatanmu itu... !"
Pencopet itu rupanya jadi
ketakutan, ia telah berkata dengan suara tergagap: „Aku akan kembalikan. .. aku
akan kembalikan. .. jangan menyakiti aku lagi........!"
Kemudian tangan kanannya telah
morogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah tas kecil, diberikan kepada wanita yang
jadi korban kecopetan itu.
Wanita itu telah cepat2
menyambutnya, karena ia mengenali tas itu adalah miliknya, iapun telah
memeriksa isinya, belum berkurang suatu apapun juga.
Pencopet itu setelah
menyerahkan tas copetannya itu telah mementang kakinya untuk berlalu.
Tetapi Oey Yok Su bekerja
cepat, ia telah menyambar tangan pencopet itu dan membantingaya dengan keras,
sehingga pencopet itu teraduh2, karena ia merasakan pinggulnya sakit luar
biasa.
„Jika kelak engkau berani
melakukan pencopetan lagi dan kebetulan aku melihatnya, hemm......... waktu itu
aku bukan hanya mematahkan tulang tanganmu, tetapi kakimu juga akan kupatahkan
........." ancam Oey Yok Su.
Tanpa berani menyahuti,
pencopet itu dengan menahan perasaan sakit, telah merangkak bangun dan cepat2
meninggalkan tempat itu.
Wanita yang nyaris kecopetan
itu, telah menyatakan terima kasihnya kepada Oey Yok Su.
Tetapi Oey Yok Su tidak mau
menerima penghormatan wanita itu, ia telah pergi meninggalkan keramaian
tersebut bersama Lu Liang Cwan.
„Bengis sekali kau turun
tangan memberikan ganjaran kepada pencopet itu.. ..!'' kata Lu Liang Cwan pada
Oey Yok Su.
„Hemm, itu untung aku hanya
mematahkan lengannya saja...... seharusnya aku mesti mematahkan juga kedua
kakinya..... Masih bagus ia mau menyerahkan kembali hasil copetan nya
itu........!"
Lu Liang Cwan tertawa.
„Bagus!" katanya „Dengan
demikian pencopet itu tentu akan kapok dan tidak berani melakukan pencopetan
lagi.....!"
„Mudah2an saja
begitu.....!" sahut Oey Yok Su.
Pemuda ini memang paling benci
perbuatan rendah seperti itu, maka waktu turun tangan ia tidak bertindak
tanggung-tanggung dan telah mematahkan tulang lengan pencopet itu, agar kelak
nanti ia tidak bisa melakukan pekerjaan rendah itu, setidaknya, jika lengan
pencopet itu sembuh, tentu tangannya tidak bisa bergerak segesit semula.
Begitulah, Lu Liang Cwan dan
Oey Yok Su telah berkeliling kota Tailie.
Meceka akhirnya mengambil sebuah
rumah penginapan untuk bermalam.
---oo0oo---
TETAPI menjelang tengah malam,
didepan rumah penginapan terdengar suara ribut2.
Lu Liang Cwan dan Oey Yok Su
memang telah mendengar suara ribut2 itu, tetapi mereka tidak tahu entah apa
yang telah terjadi.
Sampai akhirnya ada seorang
pelayan yang mengetuk pintu kamar mereka, mereka dicari oleh beberapa orang
yang dan ganas galak.
Lu Liang Cwan dan Oey Yok Su
jadi saling pandang waktu mendengar keterangan pelayan itu.
Mereka tidak tahu entah siapa
yang mencari mereka.
Bukankah mereka baru saja tiba
ditempat ini dan mereka tidak memiliki sahabat? tentunya orang2 yang mencarinya
itu adalah orang yang bukan sahabat.
Malah Oey Yok Su telah
mengemukakan pikirannya pada Lu Liang Cwan: „Atau kawan2nya pencopet itu yang
tadi kuhajar ?
Lu Liang Cwan tertawa.
„Kita lihat saja nanti tentu
nanti juga kita akan mengetahuinya.......!" menyahuti Lu Liang Cwan.
Dengan tenang kedua orang ini
telah turun dari undakan tangga dan menuju kepintu luar dari rumah penginapan
itu, yang masih juga terdengar suara ribut2, bentakan2 galak dan bengis.
Oey Yok Su dan Lu Liang Cwan
segera melihat sepuluh orang lelaki bertubuh tinggi besar dan tampaknya
memiliki tenaga yang kuat tengah berdiri membentak-bentak dua orang pelayan,
yang tampaknya ketakutan sekali.
„Siapa yang mencari aku
?" tanya Oey Yok Su dengan suara yang nyaring.
Kesepuluh orang itu jadi
menutup mulut, lenyap keributan itu, dan semua pria yang bermuka bengis dan
bertubuh tegap itu memandang kearah Oey Yok Su dan Lu Liang Cwan dengan wajah
yang bengis.
„Siapa yang telah melukai
mematahkan lengan kawan kami tadi pagi ?" tegur salah seorang di antara
mereka dengan suara yang galak.
Oey Yok Sn tertawa.
„Pencopet yang tadi pagi
?" tanya Ocy Yok Su.
Orang itu mengawasi mendelik,
katanya : „Engkau jangan kurang ajar!
Jawab pertanyaanku, siapa yang
telah mematah kan lengan kawan kami tadi pagi ?
Tentunya engkau, bukan ?
Kawan kami itu mengatakan yang
mencelakainya itu adalah seorang pemuda berusia dua puluhan tahun !"
Oey Yok Su mengangguk.
„Benar, memang aku ! Lalu apa
yang ka Iian kehendaki ?" tanyanya.
„Kami juga ingin mematahkan
kedua tanganmu dan kedua kakimu !" sahut lelaki itu, „Cepat kau keluar,
untuk melakukan perhitungan.......!"
Tetapi Oey Yok Su telah tertawa
mengejek.
„Apakah kalian tidak kuatir
akan mengalami nasib seperti kawanmu itu ?" tanya Oey Yok Su.
„Hemmrn, pemuda kurang ajar
dan sombong.....!" kata orang itu tambah marah.
„Cepat keluar, jangan sampai
kami yang memaksa kau untuk keluar.....!"
Lu Liang Cwan tertawa,
„Keluarlah, mengapa engkau seperti mengulur waktu menghadapi manusia seperti
dia.......?'' kata Lu Liang Cwan.
Oey Yok Su tertawa lagi.
„Hemmm....., jika memang
demikian halnya, tentu kalian juga perlu dihajar .......!" dan setelah
berkata begitu, Oey Yok Su melangkah dengan tenang.
Orang2 yang masing2 memiliki
tubuh yang tegap dan kuat itu, telah memandangi Oey Yok Su dengan sikap
bernafsu sekali untuk menyerbu melancarkan serangan.
Namun Oey Yok Su sama sekali
seperti tidak memperdulikan mereka, ia melangkah dengan tenang dan juga saat
itu Oey Yok Su telah melirik sambil berkata: „Jangan menyesal jika kalian
mengalami nasib seperti kawanmu tadi........!"
Rupanya orang yang menjadi
pemimpin dari kesepuluh orang tersebut sudah tidak bisa menahan diri, ia telah
mengeluarkan seruan nyaring, dan tubuhnya melompat akan mencekik leher Oey Yok
Su yang tengah berjalan tidak jauh dari tempatnya berada, kedua tangannya telah
diulurkannya untuk mencekik leher Oey Yok Su.
Dengan tenang Oey Yok Su
mengebutkan lengan bajunya.
Seketika itu juga tubuh orang
itu telah terpental dan melambung seperti bola, lalu terbanting diatas tanah
dengan keras.
Orang itu mengeluarkan jeritan
kesakitan.
Lu Liang Cwan hanya berdiri
menyaksikan saja.
Kesembilun orang yang
dirubuhkan Oey Yok itu tidak membuang waktu lagi, mereka telah menjejakkan
kakinya meloncat untuk melancarkan serangan kepada Oey Yok Su dengan cara
mengeroyok.
Tetapi Oey Yok Su tidak
memperlihatkan perasaan jeri, ia telah berkata dengan suara yang tawar: „Kalian
mencaci penyakit sendiri....... !"
Dan sepasang tangan Oey Yok,
Su telah bet gerak2 dengan cepat.
Gerakan yang dilakukan oleh
Oey Yok Su bukan gerakan sembarangan, karena setiap kali menggerakkan tangannya
itu Oey Yok Su juga menyalurkan tenaga lwekangnya.
Maka setiap kali ada salah
seorang diantara pengeroyoknya itu berada dekat padanya tubuh orang itu telah
terpental keras kena sampokan tangan Oey Yok Su, orang itu tentu terpental
sambil mengeluarkan jerit kesakitan.
Namun orang2 itu sangat
bandel, meceka telah bangun dan bermaksud melakukan pengeroyokan lagi.
Oey Yok Su yang kuatir kalau
pertempuran terjadi dipenginapan itu, akan merusak barang2 yang berada i itu,
maka dengan gerakan yang ringan dia melompat keluar rumah penginapan.
„Mari...., mari...., kalian
akan kuberi hadiah satu orangnya lima kali tempilingan.....!" kata Oey Yok
Su sambil tertawa.
Sedangkan kesepuluh orang itu,
yang rupanya sekarang telah mengetahui bahwa Oey Yok Su bukan pemuda
sembarangan, tidak berani ceroboh dalam melancarkan serangannya.
Dua orang diantara mereka
dengan hati-hati melancarkan pukulan.
Menyusul dua orang lagi kawan
mereka melancarkan serangan berikutnya.
Begitulah, Oey Yok Su menerima
empat serangan sekaligus.
"Tetapi dengan mudah Oey
Yok Su membuat keempat orang itu jatuh terpelanting tunggang langgang.
Disaat itu, enam orang lawan
Oey Yok Su telah mengeluarkan suara seruan sambil meluruk melancarkan serangan.
Mereka semuanya adalah manusia-manusia kasar, yang mengandalkan kekuatan tenaga
kasar mereka.
Melihat terjangan orang-orang
itu, Oey Yok. Su tertawa lagi mengejek lawan lawannya.
Kemudian dengan gerakan yang
lincah sekali ia telah bergerak kesana kemari.
Cepat bukan main kedua
tangannya telah bergerak kesana kemari melancarkan serangan.
Tubuh keenam orang itu telah
berhasil dibuat terpental bergulingan ditanah.
Begitu kesepuluh orang
tersebut dapat bangun kembali, mereka tidak berani segera melancarkan serangan.
„Pemuda jahat, ilmu siluman
apa yang kau pergunakan ?" tegur orang yang menjadi pemimpin dari
kesepuluh orang tersebut.
„Ilmu siluman.....?
Hemmm....., aku tidak memiliki ilmu siluman ! Aku hanya memiliki ilmu untuk
menghajar pencopet........ !"
Mendengar ejekan yang
diberikan Oey Yok Su, mereka jadi gusar lagi.
Dengan serentak mereka
mengeluarkan seruan dan menyerang Oey Yok Su lagi.
Diserang sekaligus dengan
terjangan kesepuluh orang itu, Oey Yok Su berlaku agak hati-hati.
Kesepuluh orang itu adalah
manusia2 kasar dan memiliki tenaga seperti seekor kerbau. Walaupun menang Oey
Yok Su tidak memandang sebelah mata kepada mereka, tetapi jumlah mereka yang
bersepuluh itu tentu saja telah membuat Oey Yok Su harus ber-hati2 juga.
Ketika melihat ketiga orang
yang melancarkan serangan paling dekat dengannya, la teiah mengibas dengan
sampokan kedua tangan
Seketika terdengar suara
„Plok........!" beberapa kali, disusul dengan teriakan kesakitan dari
orang-orang itu.
Seketika itu juga tubuh meteka
telah terpental keras.
Sisanya tidak berani terlalu
mendesak, mereka hanya mengurung Oey Yok Su saja.
Tetapi waktu itu Oey Yok Su
telah habis sabar, ia berpikir jika memang tidak menurunkan ganjaran yang cukup
keras, tentu ia akan diganggu terus menerus oleh kesepuluh orang ini.
Dengan mengeluarkan suara
siulan panjang tubuh Oey Yok Su telah melompat dengan gesit, tahu2 tangannya
bekerja menempiling terus menerus kesepuluh lawannya itu, mukanya telah kena
dihajar berulang kali.
Kemudian Oey Yok Su
mencengkeram punggung lawannya yang menjadi pemimpin itu.
„Engkau masib berani membuat
kerusuhan atau tidak ?" tanyanya bengis.
„Jika memang engkau masih
ingin memimpin orang2mu melakukan kejahatan, hemmm....., aku akan turun tangan
tidak kepalang-tanggung ........ !"
Sambil berkata begitu, Oey Yok
Su telah memijit jalan darah Tai-cie-hiat orang itu, seketika itu juga orang
tersebut yang memiliki potongan tubuh sangat besar dan kuat, merasakan
disekujur tubuhnya sakit-sakit seperti disayat pisau, maka ia menjerit-jerit:
„Ampun..... ampun...... jangan
menyiksa aku !" kata orang tersebut.
Tetapi Oey Yok Su tidak
memperdulikannya, ia terus rnemijit jalan darah orang itu.
Keruan saja kawan-kawan orang
tersebut, yang mendengar kawan mereka merintih kesakitan dan minta2 ampun, jadi
tidak berani maju lagi, dan hanya berdiri diam mengawasi saja.
Qey Yok Su telah mengerahkan
sedikit to naganya, ia meagangkat tubuh orang i.tu yang dibantingnya keatas
tanah.
Seketika orang tersebut
menjerit kesakitan dan ketika bangun berdiri, tanpa berani menoleh kepada Oey
Yok Su, dia mengajak kawan• kawannya untuk berlalu.
Oey Yok" Su tidak menahan
mereka, dia hanya mengeluarkan suara tertawa mengejek.
Waktu terjadi keributan itu,
dirumah penginapan tersebut telah berkumpul cukup banyak orang yang ingin
menyaksikaa keramaian.
Pelayan rumah penginapan
itupun telah bisik-bisik memuji pemuda yang tangguh ini, namun Oey Yok Su dan
Lu Liang Cwan tak memperdulikan mereka, keduanya telah kembali kekamar mereka,
untuk tidur dengan nyenyak.
---oo0oo---