BAGIAN 12: TERDAMPAR DI PULAU TERPENCIL
PERAHU itu meluncur lebih
cepat dari semula, dan tidak lama kemudian titik hitam dikejauhan itu kian
membesar dan jelas.
Memang Oey Yok Su memiliki
mata yang sangat tajam, ia mulai dapat melihat tepian pulau tersebut.
Tetapi walaupun telah terlihat
oleh mata, jarak yang harus ditempuh guna mencapai pulau tersebut cukup jauh.
Karena itu ia telah keburu
letih, dan beristirahat beberapa kali.
Apa lagi rasa haus clan lapar
terlalu mencekam dirinya.
Setetah mendayung lagi sampai
beberapa saat, waktu fajar akan menyingsing.
Oey Yok Su tiba didaratan
pulau tersebut.
Hatinya bergoecang-goncang
karena girang.
la baru saja ter-lolos2 dari
kematian karena amukan topan dan kemudian terhindar dari kehausan dan kelaparan,
sebab Oey Yok Su melihat pulau tersebut banyak sekali ditumbuhi pohon-pohon
yang cukup lebar.
Dengan sendirinya tentu
terdapat sumber air dan makanan yang bisa menangsel perutnya.
Dengan langkah kaki yang lesu
Oey Yok Su telah menyusuri tepi pantai itu, memasuki sebuah hutan yang tidak
begitu lebat.
Untuk girangnya cepat sekali
dia berhasil menemukan sumber mata air, sehingga dengan lahap Oey Yok Su
menghirup air tersebut, melenyapkan rasa hausnya.
Dengan diperolehnya air untuk
pelenyap dahaganya, kini semangat Oey Yok Su jadi terbangun kembali. Ia pun
merasa segar.
Kini perasaan lapar saja yang
menggodanya, tetapi perasaan lapar tersebut masih bisa ditahannya, tidak akan
sehebat perasaan haus yang mencekamnya.
Maka setelah merasa cukup
meminum air dari sumber mata air tersebut, Oey Yok Su melanjutkan
perjalanannya.
Dan ia pun telah memetik tiga
buah yang berbentuk bulat seperti apel, namun Oey Yok Su tidak mengetahui entah
apa nama buah itu.
Untuk mengurangi rasa laparnya
Oey Yok Su telah memakan buah itu dengan lahap, sebentar saja ketiga butir buah
itu telah pindah keperutnya.
Lalu Oey Yok Su mengambil duar
butir lagi, dan memakannya pula.
Setelah kenyang, Oey Yok Su
merebahkan tubuhnya dibawah sebatang pohon, guna melenyapkan letihnya.
Telah hampir tiga hari ia
tidak tidur, karena dicekam perasaan lapar dan haus diombang-ambingkan oleh
gelombang laut. Kini selain hausnya yang telah lenyap, pun perasaan laparnya
sudah tidak mengganggunya lagi maka ia bisa tidur dengan nyenyak untuk melenyapkan
perasaan letihnya itu.
Namun belum lama Oey Yok Su
tertidur, ia mendengar suara berkeresek, seperti ada langkah-langkah kaki yang
tengah mendekatinya.
Sebagai seorang pemuda yang
telah digembleng oleh seorang guru yang memiliki kepandaian sangat tinggi
seperti Tang Cun Liang, tentu saja Oey Yok Su memiliki kepandaian yang tinggi
pula dan memiliki pendengaran yang tajam.
la terbangun dari tidurnya
justru karena mendengar suara berkeresek seperti itu.
Waktu Oey Yok Su mendarat
dipulau tersebut menjelang fajar dan saat itu waktu menjelang tengah hari,
sinar matahari juga bersinar terik.
Dengan penuh kewaspadaan Oey
Yok Su memandang kesekelilingnya.
la tidak melihat siapapun
juga.
Tetapi suara langkah kaki itu
masih terdengar, kian mendekati, dan juga suara langkah kaki itu berat sekali,
menunjukkan bahwa, yang tengah melangkah mendatangi itu memiliki tubuh yang
sangat berat sekali.
Dengan mata yang tajam Oey Yok
Su memandang kearah datangnya suara langkah kaki itu.
Suara langkah kaki itu lenyap.
Oey Yok Su menghela napas, ia
mengetahui tentu ia akan menemukan sesuatu yang tidak dikehendaki.
Didengar dari suara langkah
kaki itu, memang menunjukkan bahwa ada makluk yang sedang mengintainya.
Tetapi entah dimana makluk itu
berada.
Oey Yok Su jadi diliputi
perasaan bimbang pula.
Entah makluk yang mengintai
dirinya itu seorang manusia atau binatang buas ?
Tetapi Oey Yok Su lebih
cenderung menduga manusia, karena didengar dari suara langkah kakinya
memperlihatkan hanya dua kali tindakan yang saling susul, bukan berkaki empat.
Juga gerakan dari suara langkah itu berat: Jika binatang buas tentu langkah
kakinya ringan sekali.
Tetapi nyatanya
langkah-langkah kaki itu lenyap dan sekarang tidak terdengar lagi.
Oey Yok Su yang telah pulih
kesegaran tubuhnya; ia melompat berdiri dan mengawasi sekitarnya dengan cermat.
la melangkah mendekati kearah
dari mana tadi dia mendengar suara langkah kaki itu mendekati, dan kemudian
lenyap.
la melihat seonggokan rumpun
yang lebat terdapat disitu.
Tentu makluk yang mengintai
dirinya barsembunyi ditempat itu.
Dengan langkah kaki yang
ringan, Oey Yok Su telah melompat kedekat pohon-pohon yang rimbun tersebut.
Tetapi baru saja Oey Yok Su
ingin mendekati lebih jauh, tiba-tiba terdengar suara erangan yang menyeramkan.
Suara erangan yang aneh sekali, menggetarkan hati Oey Yok Su. Suara erangan itu
bukan suara erangan manusia. Entah suara erangan dari makluk apa.
Oey Yok Su jadi kian
berwaspada, karena dia menyadari bahaya tengah mengancamnya. Setidak-tidaknya
makluk yang tengah bersembunyi itu tentunya penghuni pulau ini.
Waktu Oey Yok Su tengah
berpikir apa yang harus dilakukannya, disaat itulah ia mendengar lagi suara
erangan yang aneh, mengandung kebuasan.
Dan disusul kemudian dengan
suara berkereseknya pohon-pohon yang tergeser dari samping Oey Yok Su.
Pemuda ini dengan gesit telah
memutar tubuhnya sambil menoleh.
Namun gerakannya itu disusul
dengari segera dilihatnya sesosok tubuh yang berwarna putih dan tinggi besar,
tengah melompat akan mencengkeram padanya.
Oey Yok Su jadi tidak sempat
berkelit, ia telah membuang dirinya kesamping dan bergulingan ditanah. Makluk
mengerikan itu mengeluarkan suara erangan yang lebih keras dan lebih
menyeramkan lagi.
Oey Yok Su telah keburu
bangkit berdiri dan sekarang ia bisa melihat jelas makluk itu.
Seekor biruang......! Biruang
itu memiliki bulu berwarna putih bersih, seperti salju.
Hanya saja tingginya luar
biasa, dua kali ukuran manusia dewasa.
Dan juga besarnya bukan main,
dimana kedua lengannya itu masing-masing sebesar paha Yok Su.
Oey Yok Su jadi bergidik juga
meiihat kehebatan binatang buas ini, terlebih lagi waktu itu biruang tersebut
telah menyeringai bersiap-siap akan menyerang dirinya, sehingga terlihatlah
taring-taringnya yang tajam menyeramkan, tampaknya buas dan liar sekali. Mata
binatng buas tersebut juga memancarkan sinar yang menakutkan sekali.
Oey Yok Su berusaha
menenangkan goncangan-goncangan hatinya, iapun bersiap-siap untuk menghadapi
terjangan binatang buas tersebut, karena tampaknya binatang ini liar sekali dan
berbahaya.
Apa yang diduga Oey Yok Su
memang benar, karena saat itu dengan mengeluar-kan suara erangan yang sangat
menyeramkan tampak binatang buas tersebut telah mengulurkan tangannya menerjang
dirinya.
Tetapi pemuda itu kini telah bersiap-sedia
ia bisa bergerak gesit.
Dengan cepat Yok Su melompat
kesamping kanan, dan menggerakkan tangan kanannya menghantam punggung, binatang
buas itu.
„Bukk........!" tangan
Oey Yok Su menghantam sesuatu yang keras.
Rupanya tubuh binatang buas
itu memang tebal dan kuat sekali, sebab serangan yang dilancarkan Yok Su tidak
mengukibatkan apa-apa padanya.
Dengan buas malah binatang ini
telah membalikkan tubuhnya dan menerjang lagi pada Yok Su.
Empat kali Oey Yok Su
mengelakkan diri dan selama itu pula ia bisa menyelamatkan diri dari terkaman
binatang buas tersebut.
Dalam saat demikian otak Yok
Su juga bekerja dengan cepat.
Ia menyadarinya, tidak bisa ia
menghadapi biruang yang besar dan ganas itu dengan kekerasan.
Maka ia mengambil cara untuk
menghadapinya dengan mengandalkan ilmu meringankan tubuhnya saja.
Oey Yok Su memang memiliki
ilmu meringankan tubuh yang tinggi, maka ia pisa meIompat kesana-kemari seperti
tengah mempermainkan binatang buas tersebut, setiap kali ia berhasil
mengelakkan terjangan-terjangan biruang itu.
Namun dalam keadaan demikian,
justru binatang buas itu telah jadi semakin ganas, berulang kali ia
mengeluarkan suara pekik yang keras dan melancarkan serangan yang semakin kuat
saja.
Tentu saja hal ini membuat Oey
Yok Su jadi sibuk sekali menyelamatkan diri dari cengkeraman-ceagkeraman
biruang itu, sekali saja ia gagal mengelakkan diri dan tubulinya bisa
dicengkeram biruang tersebut, celakalah dia...... biruang yang ganas itu tentu
akan merobek-robek tubuhnya.
Keadaan demikian memaksa Oey
Yok St selain mengandalkan ilmu meringankan tubuhnya, ia juga berulang kali
telah melancarkan serangan kearah kepala biruang itu.
Satu dua kali pukulan Yok Su
mengenai kepala binatang buas itu, tetapi rupanya tidak membawa pengaruh
apa-apa, binatang buas tersebut tetap melancarkan terkaman2 yang mengerikan.
Tetapi setelah berulang kali kepalanya kena terserang oleh Oey Yok Su, akhirnya
biruang itu rupanya jadi pusing juga kepalanya dan pandangan matanya jadi
nanar.
Hal itu bukan membuat biruang
tersebut, menghentikan terkamannya, malah semakin ganas saja dia menerjang
kesana kemari.
Entah telah berapa banyak
pohon-pohon yang tumbang oleh terjangan binatang buas ter-sebut, tetapi ia
tidak juga berobah menjadi lebih lunak, malah dengan disertai oleh raungannya
yang kuat, acap kali kedua tangannya menerjang akan mencengkeram tubuh Oey Yok
Su.
Sebagai seorang yang cerdas,
Yok Su menyadari tidak mungkin ia menghadapi terus binatang itu dengan
kekerasan. Jika ia sealu mengelakkan diri pun tenaganya bisa terkikis hahis dan
ia bisa menjadi cepat lelah.
Maka dalam keadaan demikian,
dengan mengeluarkan ginkangnya, Oey Yok Su melompat kebelakang biruang itu,
disaat mana binatang buas tersebut sedang menubruk kearahnya. Akibat elakkan
Yok Su membuat binatang itu hampir terjerunuk jatuh ditanah, namun cepat sekali
ia bisa menguasai dirinya sehingga tidak sampai terguling.
Oey Yok Su tidak mau
membuang-buang kesempatan yang ada, ia menjejakkan kakinya, tubuhnya telah
melompat kebelakang punggung binatang buas tersebut, ia mencengkeram bulu
dibagian bahu binatang buas tersebut kuat-kuat.
Biruang itu jadi meraung-raung
sambil mempergunakan kedua tangannya untuk mencengkeram Yok Su. Tetapi usaha
binatang tersebut selalu gagal, sebab Yok Su telah menjepit perut binatang buas
tersebut dan mencengkeram kuat-kuat bahu dari binatang buas itu, sehingga
biruang itu tidak leluasa lagi menggerakkan kedua tangannya
GAMBAR 05
Tetapi usaha binatang itu
selalu gagal, sebab Yok Su telah menjepit
perut binatang buas tersebut
dab mencengkeramnya kuat-kuat.
Karena kesakitan dan juga
penasaran tidak bisa menangkap mangsanya yang bercokol dibelakang punggungnya,
dengan mengeluarkan suara raungan yang keras, biaatang buas tersebut berlari
kian kemari dengan cepat. Semakin lama ia berlari semakin cepat dan ganas,
sehingga Yok Su yang tengah tergemblok dipunggungnya jadi merasa ngeri juga,
dia kuatir kalau-kalau nanti dirinya tertumbuk batang pohon.
Tetapi Oey Yok Su sudah tidak
ada pilihan lagi, ia tetap bertahan dengan keadaan seperti itu. Hanya sekarang
Yok Su sering mempergunakan tangannya sekali-sekali memukul kepala biruang itu.
Sehingga binatang buas
tersebut jadi semakin kalap. Apa lagi pukulan tangan Yok Su menghantami
kepalanya dengan disertai oleh kekuatan tenaga dalam, maka keras sekali
serangan itu menumbuk kepalanya.
Lama-lama biruang itu jadi
mabok dan pusing, disamping sangat kesakitan.
Setiap kali kepalan tangan Oey
Yok Su menghantam kepalanya, se biruang merasakan pandangan matanya
ber-kunang2.
Memang mulanya ia semakin
garang dan beringas, namun setelah peristiwa seperti itu berulang kali
dilakukan Yok Su, binatang itu jadi lebih per-lahan2 gerakannya, dimana
tubuhnya jadi ter-huyung2 seperti akan terjerembab.
Oey Yok Su menyadari bahwa ia
akan berhasil menguasai binatang buas itu.
Ia telah mengempos dan
memusatkan kekuatan sinkangnya ditelapak tangannya, disuatu kesempatan, dengan
diiringi suara bentakan, Yok Su mengirimkan pukulan yang keras sekali dikepala
binatang buas itu.
„Plakk.....!" kepala
biruang itu telah dihantamnya kuat sekali.
Tubuh biruang itu ter-huyung2
akan rubuh, namun dalam keadaan demikian ia masih berusaha bertahan.
Oey Yok Su memusatkan
tenaganya, pula dan bermaksud menghantam lagi, tetapi waktu pemuda ini
menggerakkan tangannya, terdengar suara orang berkata dengan nada yang dingin:
„Jangan mencelakai biruangku.........!"
Oey Yok Su terkejut, dengan
gesit ia melompat turun dari punggung biruang itu.
Kemudian berbareng memutar
tubuhnya.
Dilihatnya seorang laki-laki
dengan pakaian dari bahan kulit binatang menutupi sebagian tubuhhya yang tegap
itu, dan juga dengan rambut yang terurai panjang menutupi sebagian pundaknya,
tengah berdiri bengis mengawasi dirinya.
Dilihat dari keadaannya itu,
orang tersebut tampaknya tidak begitu merawat keadaan dirinya, jenggotnya
panjang dan tumbuh tidak teratur, disamping kumisnya yang kaku. Tetapi tubuhnya
yang tinggi besar dan tampaknya tegap, membuat Oey Yok Su tidak berani
sembarangan menghadapi manusia ini, yang menurut pengakuannya tadi sebagai
majikan binatang tersebut.
„Siapa kau, pemuda lancang
yang berani mendatangi pulauku ?" kata orang itu lagi dengan suara yang
keras mengandung hawa pembunuhan.
Oey Yok Su cepat-cepat
merangkapkan sepasang tangannya memberi hormat, sambil katanya: „Siauwte telah
menemui rintangan dilaut, diterjang topan, sehingga tersesat kemari, harap
locianpwe mau memaafkan......!
Bolehkah Siauwte (aku yang
muda) mengetahui nama locianpwe ?"
„Hemm.....", mendengus
dingin orang itu dengan suara yang tetap mengandung hawa pembunuhan, sikapnya
juga tidak berobah, tetap memperlihatkan sikap tidak bersahabat.
„Engkau telah lancang memasuki
pulauku, kinii menyiksa biruang peliharaanku, maka kesalahanmu itu merupakan
kesalahan tidak berampun ........ engkau harus mempertanggung
jawabkannya". Berbareng dengan habisnya perkataan itu, tiba-tiba tangan
orang tersebut bergerak mengibas.
Tetapi hebat kesudahannya.
Oey Yok Su merasakan angin
yang kuat menerjang dirinya, cepat-cepat ia mempertahankan diri dengan mengerahkan
kekuatan dikedua kakinya.
Namun tidak berhasil, karena
tubuhnya tetap terhuyung dan hampir saja ia kejengkang kebelakang. Untung Yok
Su gesit sekali, begitu tubuhnya hampir terjengkang kebelakarag, ia telah
membarengi menotol tanah, sehingga tubuhnya mencelat ketengah udara dan
kemudian meluncur turun kembali ketanah dengan kedua kaki yang terlebih dahulu,
ia tidak sampai terjengkang.
„Ihh........!" orang yang
tampaknya ganas dan menjadi majikan pulau tersebut mengeluarkan seruan heran.
la tidak menyangka bahwa pemuda dihadapannya ini bisa menghindar dari
serangannya.
Telah empat puluh tahun
lamanya ia menempati pulau ini untuk melatih ilmunya dan ia berhasil
menyempurnakan ilmunya.
Tetapi justru sekarang seorang
pemuda dengan gerakan yang begitu mudah telah berhasil memunahkan serangannya
dan melenyapkan tenaga gempurannya.
„Engkau rupanya memiliki
sedikit kepandaian !" kata majikan pulau tersebut dengan suara semakin
dingin.
„Dan itulah pula sebabnya
mungkin engkau jadi hertingkah...!".
Oey Yok Su kenal bahaya, jika
memang orang tua yang berpakaian tidak keruan tersebut melancarkan
serangan-serangan yang lebih hebat, tentu yang akan celaka adalah dirinya.
Walaupun Yok Su mendongkol, ia
menindih perasaannya itu, dan berusaha untuk tersenyum, guna menjelaskan
duduknya persoalan.
Tetapi orang tua yang
berpakaian dari kulit binatang itu kembali mengibaskan tangannya. Malah
sekarang. dia mempergunakan kedua ta• ztga•nnya, tenaga serangan itu jadi
hebat, membuat Oey Yok Su tidak sempat berkata lagi, karena ia harus menghadapi
tenaga gempuran tersebut.
Dengan melihat cara menyerang
orang itu, tentunya majikan pulau tersebut memiliki sin-kang yang tinggi
sekali. Oey Yok Su juga menyadari jika ia menghadapi dengan kekerasan, tentu
dirinya yang akan celaka.
Maka ia telah berusaha untuk
menghadapinya dengan kelunakan yang bisa dilakukannya. la menangkis, tetapi
waktu tenaga mereka akan saling bentur, Yok Su kembali menarik pulang
tangannya.
Seketika itu juga angin
serangan dari oiang yang menjadi majikan pulau tersebut jadi mengena tempat
kosong, dan mempergunakan kesempatan itu Yok Su lompat menyingkir. Dengan
caranya seperti itu Oey Yok Su berhasil menyelamatkan dirinya tanpa perlu
mengadu kekerasan.
Tetapi orang yang berpakaian
kulit binaitang itu jadi semakin berang.
Dia tidak melancarkan serangan
lagi, hanya bertanya dengan suara yang dingin: „Engkau dari Tho Hoa To?"
Mendengar teguran orang itu
Oey Yok Su jadi terkejut dan heran, ia telah bertanya: „Bagai mana Locianpwe
mengetahui Siauwte dari Tho Hoa To........?"
„Hemm....., ilmu yang kau
miliki itu tentunya dari situa bangka Tang Cun Liang...!
Bagaimana keadaan orang she
Tang itu sekarang?"
Muka Oey Yok Su jadi muram
ketika menengar ditanya perihal gurunya, ia telah cepat-cepat memberi hormat
sambil sahutnya dengan sopan: „Insu (guru yang berbudi) Tang Cun Liang adalah
guruku, dan......kini suhu telah menutup mata untuk
selama-lamanya.......!".
Orang berpakaian kulit
binatang itu mengeluarkan seruan, rupanya ia terkejut.
Tetapi tiba-tiba ia berseru
sambil membanting-banting kakinya: „Penasaran......! Penasaran........!"
lalu tubuhnya berlari-lari disekitar tempat itu sambil menjambaki rambutnya, ia
pun tidak jarang membenturkan kepalanya dibatang pohon.
Sikap dan tingkah lakunya
membuat Yok Su hanya berdiri bengong keheranan.
Sedangkan majikan pulau ini
telah berteriak-teriak terus.
„Penasaran.....!
Penasaran........! Sungguh penasaran.........!"
Setelah puas berlari-lari,
akhirnya majikan pulau ini telah duduk numprah diatas tanah dan ia menangis
keras....... !
Oey Yok Su benar-benar dibuat
jadi heran oleh kelakuan orang ini, yang dilihatnya memiliki kepandaian luar
biasa tingginya. Tidak seharusnya orang seliehay ini memiliki sikap seperti
anak kecil.
Agak lama juga Oey Yok Su berdiri
tertegun ditempatnya, sampai akhirnya ia melihat biruang yang tadi ganas
menyerang dirinya telah menghampiri orang tersebut, duduk disampingnya sambil
mengeluarkan suara yang halus, seperti merintih.
Orang tua yang menjadi majikan
pulau itu menghentikan tangisnya, ia menoleh kepada biruang peliharaannya itu
sambil katanya dengan sengit : „Pekjie, benar-benar penasaran.....!
Penasaran.........! Duapuluh tahun lebih aku mengurung diri dipulau ini
meyakinkan ilmuku, ternyata situa she Tang itu telah mampus ....! Sungguh
penasaran....! Sungguh penasaran.........!"
Oey Yok Su jadi heran dan
tambah tertatarik, ia melangkah beberapa tindak mendekati orang tersebut,
kemudian tanyanya: „Apa yang membuat locianpwe penasaran?. Dan ada urusan
apakah antara cianpwe dengan insu-ku ?"
„Sungguh penasaran.......!
Benar-benarkah situa she Tang itu telah mampus.......?" tanya majikan
pulau tersebut.
Mendongkol juga Yok Su
mendengar pertanyaan orang tua itu yang demikian kasar, yang ditujukan untuk
gurunya almarhum, ia telah mengangguk sambil katanya dengan suara kurang senang
: „Memang Insu, telah berpulang...... Dan...... bolehkah Siauwte mengetahui ada
urusan apakah antara Insu dengan locianpwe?"
„Hemm......., percuma aku dua
puluh tahun lebih mengurung diri begini, ternyata hanya siasia belaka........
aku memang telah berpikir satu atau dua tahun mendatang untuk datang ke Tho Hoa
To, guna menempur situa she Tang itu, untuk memperoleh kepastian, siapakah
diantara kami yang sebetulnya memiliki kepandaian lebih tinggi......! "
Oey Yok Su jadi tambah heran,
dia segera bisa menangkap urusan tersebut.
---oo0oo---