Kho Ping Hoo
-------------------------------
----------------------------
Bab 17 - Menanti Di Puncak Bukit
Siauw-hong juga menjura dan
berkata, suaranya lirih, tidak selantang suara pemuda royal itu, Hamba bernama
Siauw-hong!!
Su Kiat lalu memberi isyarat
dengan mengangkat tangannya. Karena calon-calon sudah habis, maka untuk
menentukan siapa pemenangnya, harap ji-wi enghiong suka mulai dengan
pertandingan ini. Silakan!!
Kongcu....! Siauw-hong berkata
sambil memandang kepada calon lawannya dengan sinar mata penuh keraguan.
Hemmm, kiranya engkau,
Siauw-hong?! Kang Swi berkata lirih.
Benar, Kongcu!.
Kang Swi memandang kepada
Siauw-hong dengan penuh perhatian dan diam-diam merasa tertarik sekali. Wajah
itu kini tidak kotor seperti biasa, melainkan bersih dan pakaiannya, biarpun
sederhana dan tidak mewah, namun rapi dan tidak ada tambalannya seperti
kemarin. Wajah itu tampan sekali, biarpun agak kurus. Dipandang seperti itu,
Siauw-hong merasa canggung dan malu.
Harap maafkan, Kongcu,
sebenarnya.... saya telah tamat belajar maka saya berhak menanggalkan pakaian
pengemis itu. Saya saya ingin mencari pengalaman, maka saya memasuki sayembara
ini, tidak saya sangka akan berhadapan dengan Kongcu sebagai saingan.! Dia
tersenyum, hanya sebentar saja senyumnya karena dia segera memandang dengan
wajah serius kembali.
Kang Swi tertawa. Bagus! Aku
senang sekali dapat menguji kepandaianmu, Siauw-hong. Marilah!!
Silakan Kongcu mulai,! kata
Siauw hong yang bersikap hormat dan merendah.
Nah, jagalah seranganku!! Kang
Swi menerjang maju dengan cepat dan Siauw-hong juga sudah bergerak cepat sekali
mengelak dan balas menyerang. Gerakan pemuda pengemis ini mantap dan cepat,
dari lengannya menyambar hawa pukulan yang membuktikan bahwa dia telah memiliki
kekuatan sinkang yang cukup hebat. Kang Swi si pemuda tampan yang royal itu
terkejut bukan main karena
baru terbuka matanya bahwa
tukang kudanya itu, yang dianggapn sebelumnya hanya pernah belajar silat saja,
ternyata merupakan seorang ahli silat kelas tinggi! Apalagi ketika Siaw-hong
mainkan ilmu silat yang penuh mengandung serangan-serangan totokan maut amat
aneh dan cepat, dia sampai terdesak mundur!
Akan tetapi, pemuda hartawan
she Kang ini mempunyai semacam watak yang buruk, yaitu dia selalu terlalu
mengandalkan kepandaiannya sendiri sehingga sedikit congkak dan memandang remeh
kepandaian orang lain. Kini, biar pun sudah jelas padanya bahwa kepandaian
Siauw-hong sama sekali tidak boleh dipandang ringan, namun dia bersikap sebagai
seorang yang tingkatnya lebih tinggi hendak menguji kepandaian orang yang lebih
rendah tingkatnya, maka dia sengaja main mundur dan hendak menguras! kepandaian
orang! Karena kekurang hati-hatian yang timbul dari kecongkakan inilah, ketika
dia menangkis sambil mengelak, tanpa dapat dicegahnya lagi lengan dekat sikunya
kena tertotok dan hampir saja dia berteriak karena untuk beberapa detik lamanya
lengan, yang tertotok itu menjadi lumpuh! Namun, memang orang she Kang ini
lihai bukan main. Tubuhnya sudah mencelat ke atas, tinggi sekali seperti seekor
burung terbang, berjungkir balik sampai empat kali di udara dan ketika dia turun
kembali, lengannya sudah sembuh dan kini baru dia tahu bahwa Siauw-hong
benar-benar amat berbahaya kalau diberi kesempatan. Oleh karena itu, dia lalu
menyerang dan mengeluarkan ilmu simpanannya. Dari kedua tangannya yang terbuka
itu menyambar hawa yang mengeluarkan suara bersuitan seperti gerakan sebatang
pedang tajam. Siauw-hong berseru kaget dan cepat mengelak ke sana-sini.
Di bawah panggung, menyelinap
di antara banyak orang, Siluman Kecil juga kagum sekali. Dia belum berhasil
menemukan nenek penjual sepatu rumput yang dianggapnya mencuri uangnya itu,
maka dia berkesempatan pula menonton pertandingan antara dua orang yang
dikenalnya dengan baik itu, dan terkejutlah Siluman Kecil. Tidak disangkanya
bahwa mereka, terutama sekali Siauw-hong yang tidak mau mengaku siapa gurunya
itu, ternyata adalah orang-orang yang benar-benar amat lihai, bukanlah
ahli-ahli silat sembarangan saja! Dan kini dia memandang dengan penuh perhatian
ilmu silat yang mujljat dari Kang Swi, maklum bahwa pukulan-pukulan yang mengandung
hawa tajam bersuitan itu benar-benar amat berbahaya sekali. Dia dapat menduga
bahwa kalau dilanjutkan, selain Siauw-hong tentu kalah, juga pukulan itu
mungkin saja mencelakakan pengemis muda itu. Dia pasti tidak akan mendiamkannya
saja kalau sampai Kang Swi mencelakai Siauw-hong dalam pertandingan mengadu
ilmu itu, pikirnya.
Perkiraan Siluman Kecil memang
tidak salah. Siauw-hong terkejut setengah mati ketika melihat cara lawan ini
menyerangnya. Hawa pukulan yang mengeluarkan bunyi bersuitan itu hebat bukan
main dan ketika dia memberanikan diri menangkis dengan pengerahan sinkang,
lengan bajunya robek-robek seperti terbabat pedang dan kulit lengannya terluka
berdarah seperti disayat pisau tajam! Tentu saja dia meloncat ke belakang dan
menjura. Saya mengaku kalah!!
Ho-nan Ciu-lo-mo Wan Lok It
yang tadi pun menonton pertandingan itu, merasa kagum dan juga girang karena
dua orang ini benar-benar patut untuk menjadi rekannya dan menjadi
pengawal-pengawal pribadi Gubernur Ho-nan karena kepandaian mereka boleh
diandalkan! Akan tetapi selagi dia ingin memanggil kedua orang itu untuk
menghadap gubernur, kelihatan ada orang meloncat naik ke atas panggung. Melihat
ini, Siauw-hong yang sudah merasa kalah itu segera mundur dan diajak turun oleh
Ho-nan Ciu-lo-mo yang mempersilakan dia menanti di bawah panggung.
Sementara itu, ketika Kang Swi
melihat siapa yang meloncat ke atas panggung menghadapinya, dia tersenyum
lebar. Aihhh, kiranya badut sandiwara itu yang muncul!! Dia mengejek, dan orang
pincang yang gagu itu hanya memandang tajam, kemudian dengan gerak tangan dia
menantang.
Para penonton yang berada di
sekeliling panggung memandang heran, ada pula yang tertawa. Bagaimana orang
bercambang bauk yang baru datang ini demikian berani mati? Mungkin juga pernah
belajar ilmu silat, akan tetapi melihat bahwa dia hanya seorang gagu dan
seorang yang kakinya pincang pula, mana mungkin dapat melawan pemuda tampan
yang ternyata amat lihai itu?
Akan tetapi, Kang Swi yang
juga ingin sekali tahu sampai di mana kelihaian orang gagu dan pincang yang dia
duga menyamar itu, segera menyambut tantangan dengan kata-kata nyaring, Kau
majulah!!
Si gagu sudah menerjang dengan
pukulan sembarangan. Akan tetapi, orang-orang yang memiliki kepandaian tinggi
dan yang berada di tempat itu, seperti Siauw-hong, Kang Swi sendiri, Ciu-lo-mo,
Siluman Kecil dan orang-orang lain terkejut karena mereka ini maklum betapa di
balik pukulan sembarangan itu tersembunyi hawa pukulan yang amat kuat. Kang Swi
yang menangkis pukulan itu segera mengetahuinya karena tangkisannya yang
dilakukan dengan pengerahan tenaga sinkangnya ternyata bertemu dengan tenaga
sakti yang amat dahsyat dan yang membuat dia terhuyung! Marahlah pemuda tampan
ini. Sambil berteriak keras dia menerjang, langsung saja dia mengeluarkan ilmu
pukulnn yang mengandung hawa tajam bersuitan tadi. Akan tetapi sekali ini dia
benar-benar bertemu tanding. Biarpun si gagu itu tidak mengeluarkan ilmu-ilmu
tertentu yang dapat dikenal orang, melainkan bergerak sembarangan saja, bahkan
gerakannya meniru gerakan lawan, namun tetap saja Kang Swi menjadl kewalahan!
Pukulan-pukulannya dengan mudah dapat dielakkan atau ditangkis tanpa
mengakibatkan apa-apa karena hawa pukulan mujijat yang tajam itu ternyata
lenyap ditelan hawa pukulan dari lawannya, bahkan beberapa kali dia dibuat
terhuyung ke belakang, terpelanting ke samping atau hampir jatuh terjerumus ke
depan. Seolah-olah dia tidak berdaya dan dipermainkan oleh serangkum tenaga
dahsyat yang menguasainya. Celakanya, secara aneh sekali tenaga si gagu itu
kadang-kadang mengandung hawa panas membakar dan kadang-kadang dingin
membekukan sehingga Kang Swi benar-benar menjadi bingung dan penasaran. Karena
jelas bahwa dia kalah angin, dan betapapun dia mengeluarkan seluruh kepandaian
dan mengerahkan seluruh tenaganya tetap saja dia terdesak, dia merasa
tersinggung kehormatannya, maka Kang Swi meraba gagang pedangnya dengan maksud
menggunakan senjatanya itu.
Uh-uh-uhhh!! terdengar si gagu
berseru keras dan tiba-tiba Kang Swi terpelanting roboh, dan dia hanya merasa
betapa kakinya terangkat dan dia tidak dapat mencegah lagi tubuhnya
terpelanting!
Sorak-sorai menyambut
kemenangan si gagu ini. Akan tetapi Kang Swi menjadi amat marah. Dia meloncat
bangun dan hendak mencabut pedangnya, akan tetapi ternyata Ho-nan Ciu-lo-mo
telah berada di situ dan berkata, Silakan Ji-wi ikut bersama kami menghadap
gubernur!! Dan ternyata Siauw-hong juga sudah diajak oleh Wan Lok It ini.
Sementara itu, Perwira Su Kiat mengumumkan bahwa kini telah terpilih tiga orang
yang dianggap patut menjadi pengawal-pengawal pribadi di istana gubernur, yaitu
yang pertama adalah si gagu, ke dua adalah Kang Swi, dan ke tiga adalah
Siauw-hong.
Para penonton menyambut
pengumuman ini dengan sorak-sorai memuji sedangkan tiga orang yang dipilih itu
sudah diajak menghadap gubernur dan berlutut di depan Gubernur Ho-nan, Kui Cu
Kam yang merasa girang memperoleh tiga orang yang demikian gagah perkasa
sehingga hal itu akan lebih memperkuat kedudukannya. Sang gubernur memuji-muji
mereka bertiga dan menyatakan bahwa hari itu juga dia akan mengajak mereka
bertiga kembali ke Lok-yang dan mereka itu langsung saja bertugas sebagai
pengawal-pengawal istananya.
Perwira Su Kiat masih sibuk
untuk mengadakan pemilihan calon-calon perajurit dan selagi para penonton masih
memenuhi tempat itu, diam-diam Siluman Kecil menyelinap di antara banyak orang.
Tidak ada orang yang menaruh
curiga kepadanya. Siapa yang akan mencurigai seorang kakek sederhana dan biasa
saja, seorang kakek yang menjadi seorang di antara ribuan orang penonton itu?
Siluman Kecil melihat seorang
yang pakaiannya penuh tambalan seperti pengemis menyelinap di antara banyak
penonton dan hatinya tertarik sekali. Pengemis yang usianya setengah tua ini
pakaiannya penuh tambalan, akan tetapi bersih. Serupa benar dengan pakaian
Siauw-hong sebelum pemuda itu berganti pakaian untuk mengikuti sayembara,
sewaktu Siauw-hong masih menjadi seorang pengemis muda pula. Pakaian yang
agaknya masih baru namun sudah penuh tambalan. Lebih tertarik lagi hatinya
ketika dia melihat betapa ada seorang kakek agaknya membayangi pengemis itu dan
ternyata olehnya bahwa kakek ini adalah Ho-nan Ciu-lo-mo yang sudah dikenalnya.
Siapa yang tidak mengenal jagoan Honan itu? Tentu saja dia sudah mengenal baik
Ho-nan Ciu-lo-mo, apalagi pernah dia menjadi tamu kehormatan Gubernur Ho-nan
ketika dia membersihkan Honan dari para penjahat sehingga dia memperoleh
kehormatan diterima sebagai tamu kehormatan oleh gubernur dan dia sekalian
menitipkan Phang Cui Lan kepada sang gubernur.
Melihat betapa Ciu-lo-mo
membayangi atau lebih tepat mengejar pengemis setengah tua itu, Siluman Kecil
merasa tertarik sekali dan dia pun cepat membayangi mereka berdua. Dan benar
saja dugaannya. Ketika pengemis setengah tua itu telah keluar dari pekarangan
semacam alun-alun yang penuh dengan penonton itu, dan agaknya dia maklum bahwa
dia dibayangi oleh Ciu-lo-mo, pengemis itu lalu melarikan diri dengan gerakan
cepat sekali. Ciu-lo-mo juga cepat mengejarnya dan diam-diam Siluman Kecil yang
masih menyamar sebagai seorang kakek itu pun mengejar dari jauh, ingin sekali
melihat apa yang akan dilakukan oleh Ciu-lo-mo terhadap pengemis itu.
Suasana di kota agak sunyi
karena semua orang tertarik untuk menonton sayembara di depan istana, maka
pengemis itu yang berlari cepat dikejar oleh Ciu-lo-mo, dapat bergerak leluasa
dan akhirnya yang berkejaran itu menuju ke pintu gerbang kota di sebelah utara.
Pengemis itu ternyata dapat berlari cepat sekali sehingga sekian lamanya belum
juga Ciu-lo-mo mampu menyusulnya. Ketika melihat betapa pengemis itu akan lolos
dari pintu gerbang, Ciu-lo-mo cepat mengerahkan khikangnya dan berteriak
memberi perintah kepada penjaga pintu gerbang untuk menutupkan pintu gerbang.
Tutup pintu gerbang....!
Jangan biarkan dia lolos....!! Suaranya menggema sampai jauh dan para penjaga
pintu gerbang mengenal suara Ciu-lo-mo. Apalagi ketika para penjaga yang
berjaga di menara pintu gerbang melihat dari atas betapa Ciu-lo-mo datang
berlari dari jauh mengejar seorang pengemis yang juga berlari cepat sekali,
mereka cepat-cepat memutar alat yang menggerakkan pintu gerbang itu. Pintu besi
yang amat tebal dan berat itu bergerak perlahan dari kanan kiri, berderit-derit
suaranya ketika bergerak di atas landasan besi.
Karena tergesa-gesa didorong
oleh perintah Ciu-lo-mo, maka empat orang sekaligus maju memutar alat untuk
menggerakkan daun pintu besi yang dua buah dan yang maju dari kanan kiri itu.
Dua buah daun pintu itu sudah
hampir tertutup, tinggal dua jengkal lagi ketika pengemis itu akhirnya tiba di
situ. Empat orang penjaga menghadangnya dengan tombak di tangan, akan tetapi
dengan beberapa kali gerakan kaki tangannya, empat orang penjaga itu terlempar
ke kanan kiri dan pengemis itu bagaikan burung terbang cepatnya sudah menerjang
ke arah pintu yang masih dua jengkal terbuka. Dia menggunakan kedua tangan
menahan dua buah daun pintu. Terjadilah adu tenaga antara empat orang penjaga
yang memutar alat penutup pintu dan si pengemis. Empat orang itu mengerahkan
seluruh tenaga untuk memutar alat yang tiba-tiba macet itu, namun sia-sia
belaka. Dua orang penjaga maju lagi dan menyerang si pengemis yang
mempertahankan daun pintu dengan golok, akan tetapi dua kali kaki pengemis itu
menendang dan dua orang penjaga itu terlempar dan terbanting roboh. Kini
pengemis itu mengeluarkan suara nyaring dan tiba-tiba tubuhnya menyelinap
melalui renggangan yang sebetulnya terlalu kecil untuk dilalui tubuhnya itu.
Ternyata dia telah mempergunakan ilmu Sia-kut-hoat yang amat hebat sehingga dia
dengan mudah dapat menerobos celah dua daun pintu itu dan lolos ke luar dari pintu
gerbang, tepat pada saat Ciu-lo-mo telah tiba di situ.
Tolol! Buka pintu!! teriak
Ciu-lo-mo ketika melihat daun pintu itu kini terus tertutup setelah tidak
ditahan lagi oleh tangan pengemis. Mendengar bentakan ini, empat orang penjaga
itu terkejut dan cepat memutar lagi alat untuk membuka daun pintu. Ciu-lo-mo
lalu menerobos keluar dan melanjutkan pengejarannya. Para penjaga hanya melongo
dan memandang dengan bingung ketika mereka melihat seorang kakek lain cepat
berlari keluar dari pintu gerbang, tidak lama setelah Ciu-lo-mo lewat. Tentu
saja kakek ini adalah Siluman Kecli yang terus membayangi mereka berdua.
Setelah keluar dari kota, kini
pengemis itu berlari makin cepat lagi, akan tetapi Ciu-lo-mo yang merasa
penasaran mengejar secepatnya sehingga setelah tiba di lereng bukit, dia hampir
berhasil menyusul pengemis itu. Tiba-tiba pengemis itu berhenti dan
mengeluarkan busur dan meluncurkan anak panah yang meletus ketika melayang
sampai di tempat yang tinggi. Itu adalah tanda rahasia dan tentu saja Ciu-lo-mo
menjadi makin curiga.
Kiranya sekarang pengemis itu
tidak lari lagi, bahkan menyambut kedatangan Ciu-lo-mo dengan sikap tenang.
Mereka berhadapan dan Ciu-lo-mo membentak, Mata-mata laknak! Engkau tentu
seorang mata-mata, hayo cepat berlutut dan menyerah dengan baik-baik daripada
harus kupaksa dengan kekerasan!!
Setan Arak, siapa yang takut
kepadamu?! Pengemis setengah tua itu membentak.
Mata-mata hina!! Ho-nan
Ciu-lo-mo marah sekali dan guci arak di tangannya menyambar ganas ke arah
kepala pengemis itu. Pengemis itu cepat mengelak dan balas menyerang dengan
sebuah tongkat pendek yang ujungnya bercabang. Gerakannya gesit dan juga
mengandung tenaga dahsyat maka cepat Ciu-lo-mo menangkis dengan guci araknya.
Tenaga mereka seimbang karena
benturan dua macam senjata itu membuat keduanya terjengkang akan tetapi tidak
sampai roboh. Melihat hal ini, Ciu-lo-mo tentu saja terkejut. Tak disangkanya
bahwa pengemis itu demikian lihai, maka dia cepat menubruk dan mengirim
serangan bertubi-tubi dengan guci arak dan dengan tangan kirinya. Pengemis itu
pun bergerak cepat, mengelak, menangkis dan balas menyerang. Terjadilah
pertandingan yang seru dan dari balik sebuah pohon besar, Siluman Kecil hanya
menonton tanpa mencampuri pertandingan itu karena dia pun tidak mengenal siapa
adanya pengemis setengah tua yang cukup lihai itu.
Tiba-tiba Ciu-lo-mo
mengeluarkan suara melengking nyaring dan guci araknya menyambar dari bawah
menghantam ke arah dada lawan. Serangan ini dahsyat sekali dan ketika pengemis
itu menggerakkan tongkatnya untuk menangkis, dia terkejut bukan main melihat
sinar keemasan menyambar ke arah mukanya. Itulah arak yang muncrat dari dalam
guci, yang merupakan senjata rahasia yang amat aneh dan berbahaya.
Ahhh....!! Pangemis itu
menarik kepalanya ke belakang dan gerakan ini membuat tangkisannya menjadi
kurang tepat.
Trakkkkk....!! Tongkatnya
patah dan dia terlempar ke belakang. Akan tetapi dia cepat sudah meloncat
bangun dan melempar diri ke kiri sehingga terhindar dari pukulan maut yang
disusulkan oleh Ciu-lo-mo.
Tahan....!! Tiba-tiba
terdengar bentakan halus dan pada saat itu Ciu-lo-mo kembali sudah menyerang,
akan tetapi dia merasa betapa ada serangkum hawa yang amat kuat mendorongnya
dari samping membuat dia hampir roboh dan cepat-cepat dia melompat ke belakang
dengan kaget sekali, lalu mengangkat muka memandang.
Ternyata yang muncul adalah
seorang kakek yang bertubuh tinggi tegap dan bersikap gagah, bersama seorang
setengah tua yang juga bersikap gagah walaupun pakaian mereka sederhana.
Siluman Kecil yang mengintai dari balik pohon, tadi kagum bukan main
menyaksikan betapa kakek tua itu mendorong Ciu-lo-mo dari jarak jauh
menggunakan tenaga sinkang yang amat hebat, dan dia mengenal kakek ini sebagai
kakek pembeli sepatu rumput pada nenek penjual sepatu rumput, kakek yang
memimpin rombongan beberapa orang. Dia menduga-duga siapa gerangan kakek tua
yang memiliki kepandaian tinggi ini.
Sementara itu, Ciu-lo-mo
terkejut bukan main ketika dia mengenal laki-laki setengah tua, karena dia tahu
bahwa laki-laki itu bukan lain adalah Panglima Souw Kee An, komandan Pasukan
Garuda yang dulu mengawal Pangeran Yung Hwa! Komandan yang lolos ketika
dikepung dan telah terjerumus ke dalam selokan air di bawah tanah. Dan kini
komandan Souw Kee An datang bersama kakek tua yang kelihatan lihai ini, maka
tentu saja dia menjadi gentar. Menghadapi pengemis itu saja, dia sudah merasa
agak sukar untuk memperoleh kemenangan, dan dia tahu bahwa kepandaian komandan
Souw itu juga tinggi, setidaknya berimbang dengan dia. Padahal kakek yang tadi
hampir merobohkannya dengan dorongan dari jarak jauh itu sudah jelas merupakan
lawan yang amat berat.
Ciu-lo-mo tidak akan menjadi
orang kepercayaan Gubernur Ho-nan kalau dia, di samping kepandaiannya yang
tinggi, tidak cerdik pula. Dia tahu bahwa menggunakan kekerasan merupakan
kebodohan, maka dia cepat menjura ke arah komandan Souw Kee An dan menebalkan
muka berkata ramah, Ah, kiranya Souw-ciangkun yang datang! Kalau Cu-wi ada
keperluan dengan taijin, silakan menghadap selagi taijin masih berada di
Ceng-couw. Saya tadi mengejar dia karena sikapnya mencurigakan dan saya mengira
dia seorang mata-mata musuh.!
!Hemmm, memang dia mata-mata
yang kami suruh menyelidiki ke Ceng-couw!! Tiba-tiba kakek tinggi tegap yang
gagah itu berkata, suaranya menggeledek dan penuh wibawa. Dan memang kami ingin
bicara dengan Gubernur Ho-nan, Kui Cu Kam taijin. Akan tetapi kami tidak sudi
memasuki perangkap yang kalian pasang di Ceng-couw, seperti yang telah kalian
lakukan terhadap Pangeran Yung Hwa. Ciu-lo-mo, kausampaikan kepada Gubernur
Kui, kalau dia ingin damai, dia harus menemui kami di sini, bukan di istananya.
Kalau tidak, maka terpaksa kami akan menghancurkan istananya dan menangkapnya
sebagai seorang tawanan pemberontak!!
Biarpun tidak berani
memperlihatkan sikap secara berterang karena dia merasa kedudukannya saat itu
kalah kuat, namun di dalam hatinya Ciu-lo-mo mengejek kata-kata yang dianggapnya
terlalu sombong ini. Tiga orang ini berada di wilayah Propinsi Ho-nan, akan
tetapi berani mengeluarkan kata-kata sesombong itu! Agaknya, kakek tua itu
dapat membaca isi hati Ciu-lo-mo, maka tiba-tiba dia mengeluarkan suara
menggereng seperti seekor singa marah. Suaranya terdengar demikian keras
sehingga bumi sekitar tempat itu seperti tergetar karenanya. Siluman Kecil
sendiri memiliki ilmu kepandaian yang amat tinggi menjadi terkejut dan
diam-diam dia kagum sekali, di dalam hati memuji kekuatan khikang kakek ini
yang ternyata mahir ilmu Saicu-ho-kang (Ilmu Auman Singa). Ilmu seperti ini
kalau dipergunakan untuk menyerang lawan, sekali mengaum saja cukup untuk
merobohkan lawan yang kurang kuat dan wibawanya melebihi singa tulen yang kalau
hendak menangkap mangsa didahului dengan auman yang cukup membikin pingsan atau
lumpuh binatang yang akan menjadi korbannya.
Ciu-lo-mo juga kaget setengah
mati, apalagi ketika dia mendengar suara gegap-gempita, suara banyak sekali
orang dari balik bukit. Keringat dingin membasahi leher dan dahi jagoan Ho-nan
itu karena dia mengerti apa artinya itu. Kiranya kakek luar biasa ini bukan
hanya datang sendirian, melainkan membawa bala tentara yang entah berapa
banyaknya!
Di sana terdapat selaksa
perajurit pilihan yang sudah siap untuk menghancurkan daerah ini dan menangkap
Gubernur Ho-nan kalau dia tidak mau hadir di sini. Nah, kau pergilah!! kata
kakek itu dengan sikap penuh wibawa kepada Ciu-lo-mo.
Ciu-lo-mo bersikap hormat,
jantungnya berdebar penuh ketegangan. Kakek ini dapat memimpin pasukan yang
begitu besar, tahu-tahu sudah memasuki Propinsi Ho-nan tanpa ada penjaga tapal
batas yang datang memberi kabar. Hal ini saja sudah membuktikan bahwa kakek ini
memang hebat luar biasa dan bahwa Propinsi Ho-nan terancam bahaya hebat. Dia
menjura dengan hormat dan berkata, Baiklah, saya akan menyampaikan pesan itu
kepada Kui-taijin. Akan tetapi bolehkah saya mengetahui siapa gerangan
Locianpwe, agar saya dapat memperkenalkan kepada Kui-taijin?!
Kakek itu tidak menjawab,
bahkan memandang pun tidak kepada Ciu-lo-mo. Adalah komandan Souw Kee An yang
menjawab, Ketahuilah olehmu, Ho-nan Ciu-lo-mo Wan Lok It. Beliau ini adalah
utusan yang dipercaya oleh Sri Baginda Kaisar untuk menuntut pertanggungan
jawab Gubernur Ho-nan atas peristiwa yang terjadi di Ho-nan tempo hari. Dunia
kang-ouw mengenal beliau sebagai Saicu Kai-ong (Raja Pengemis Singa) dan secara
tidak resmi seluruh perkumpulan kai-pang (persatuan kaum pengemis) memujanya
sebagai seorang pemimpin dan pengawas.!
Siapakah sebenarnya kakek yang
hebat ini? Memang kakek ini hanya terkenal di antara para tokoh dunia pengemis
saja, sungguhpun dia tidak pernah berpakaian pengemis. Kakek ini yang berjuluk
Sai-cu Kai-ong dan dianggap sebagai raja oleh seluruh pengemis yang bagaimana rendah
sampai tinggi pun, yang lemah sampai yang sakti, ini sebenarnya bernama Yu Kong
Tek dan memang nenek moyangnya dahulu merupakan tokoh-tokoh pengemis yang
hebat-hebat. Yu Kong Tek ini masih keturunan dari Yu Jin Tianglo, ketua
perkumpulan pengemis Khong-sim Kai-pang yang amat terkenal di jaman Suling
Emas! Yu Jin Tianglo mempunyai putera Yu Kang, kemudian Yu Kang mempunyai
putera Yu Siang Ki (baca cerita Mutiara Hitam) yang menikah dengan Song Goat
puteri seorang berilmu yang berjuluk Si Raja Obat (Yok-ong) dan kemudian suami
isteri ini hidup sebagai orang-orang biasa dan membuka sebuah toko obat.
Biarpun Yu Siang Ki sudah tidak mengurus perkumpulan pengemis, bahkan telah
mengundurkan dlri dari dunia pengemis, namun dia selalu masih menghargai
kedudukan nenek moyangnya. Oleh karena itu, turun-menurun keluarga Yu ini masih
menggunakan tradisi nenek moyang mereka, yaitu di waktu muda mengembara sebagai
seorang pengemis untuk menggembleng diri lahir batin!
Sampai kepada Kakek Yu Kong
Tek, tokoh ini pun tidak pernah melupakan tradisi nenek moyangnya dan biarpun
dia sekarang sebagai seorang kakek tidak lagi berpakaian pengemis, namun dia
memakai julukan pengemis, yaitu Sai-cu Kai-ong! Dan biarpun dia tidak langsung
menjadi raja pengemis, namun namanya dikenal dan dihormati oleh seluruh kaum
pengemis, dari anggauta terkecil sampai dengan para ketua perkumpulan yang
berkepandaian tinggi. Bagi para pembaca yang telah membaca, cerita Suling Emas
dan cerita Mutiara Hitam, tentu akan bertemu dengan nenek moyang Sai-cu Kai-ong
Yu Kong Tek ini. Karena nenek moyangnya di fihak ayah adalah seorang ahli silat
yang sakti sedangkan dari fihak ibu adalah seorang ahli pengobatan, maka Yu
Kong Tek ini selain mewarisi ilmu silat tinggi, juga mahir ilmu pengobatan. Dia
jarang muncul, namun akhirnya dapat menjadi kepercayaan kaisar karena komandan
Souw Kee An yang memperkenalkan namanya kepada kaisar. Semenjak istana
ditinggalkan oleh Puteri Milana, kaisar kehilangan orang kepercayaan yang
memiliki kesaktian, maka banyak ponggawa yang setia memperkenalkan banyak
orang-orang pandai, akan tetapi Sai-cu Kai-ong memperoleh kepercayan kaisar dan
dalam kesempatan ini kepandaian dan kesetiaan tokoh ini diuji oleh kaisar
dengan mengutusnya untuk membereskan kekacauan di Ho-nan.
Ho-nan Ciu-lo-mo Wan Lok It
tidak mengenal kakek ini. Tokoh Ho-nan berambut merah yang lihai ini hanya
pernah mendengar bahwa di kalangan para pengemis terdapat seorang tokoh yang
dijunjung tinggi dan dihormat oleh para pengemis, yang besar sekali pengaruhnya
secara turun-temurun dan ilmu silat keluarga tokoh ini kabarnya amat hebat,
bahkan menurut dongeng, tidak kalah hebatnya oleh ilmu silat keluarga Suling
Emas! Menurut dongeng yang didengarnya, antara keluarga tokoh pengemis itu dan
keluarga Suling Emas, dahulu, ratusan tahun yang lalu, memang terdapat hubungan
yang amat erat, seperti keluarga saja. Seperti dikabarkan orang, ilmu keluarga
Suling Emas katanya terjatuh ke tangan keluarga Pulau Es, dan ilmu keluarga
pengemis aneh itu entah terjatuh ke tangan siapa. Apakah benar kakek ini
keturunan dari keluarga pengemis aneh itu? Hatinya penuh ketegangan dan setelah
memberi hormat dan berjanji akan menyampaikan semua kepada majikannya,
Ciu-lo-mo lalu pergi meninggalkan mereka.
Setelah jagoan Ho-nan yang
berambut kemerahan dan membawa guci arak itu pergi, pengemis setengah tua yang
tadi bertanding melawan Ciu-lo-mo segera melangkah maju dan menjatuhkan diri
berlutut di depan kakek gagah itu. Suhu!!
Kakek yang berjuluk Sai-cu
Kai-ong itu memandang muridnya dan bertanya, Bagaimana hasil penyelidikanmu?!
Pengemis setengah tua itu
adalah murid pertama dari Sai-cu Kai-ong dan dia pun hanya menggunakan nama
julukan saja, sungguhpun dia masih memperkenalkan she-nya (nama keturunannya),
yaitu she Gu. Dia berjuluk Gu Sin-kai (Pengemis Sakti she Gu). Mendengar
pertanyaan gurunya, Gu Sin-kai lalu menceritakan tentang pemilihan pengawal
yang diadakan oleh Gubernur Ho-nan, sampai dia dicurigai dan dikejar oleh
Ho-nan Ciu-lo-mo tadi.
Selain itu, teecu juga melihat
suatu keanehan luar biasa, Suhu,! sambungnya. Teecu melihat sute, akan tetapi
sungguh mengherankan teecu melihat sute memasuki sayembara pula dan dia
berhasil dipilih sebagai pengawal gubernur tingkat ke tiga, yaitu sesudah
seorang pincang gagu dan seorang kongcu yang tampan.! Diceritakanlah jalannya
pertandingan pemilihan pengawal itu.
Sai-cu Kai-ong mengerutkan
alisnya yang tebal. Ahhhhh....! Memang telah kuberitahukan bahwa dia telah
tamat belajar dan dia sudah bebas untuk menjadi pengemis atau orang biasa, akan
tetapi sungguh tidak kuduga mengapa dia mengangkat diri menjadi pengawal
Gubernur Ho-nan yang tersesat itu!!
Siluman Kecil yang masih
mengintai dan mendengarkan, menjadi maklum bahwa ternyata Sai-cu Kai-ong yang
gagah perkasa itu adalah guru dari Siauw-hong! Maka dia merasa tidak enak untuk
mengintai terus, apalagi ketika guru dan murid itu membicarakan urusan mereka
sendiri. Dia tidak perlu mendengarkan terus karena bagi dia masih banyak urusan
menanti, yaitu mencari nenek pencuri dan kemudian mencari pencuri kitab-kitab
pusaka Suling Emas. Maka keluarlah Siluman Kecil dari tempat persembunyian dan
dia berjalan pergi.
Eh, apakah dia itu temanmu?!
Tiba-tiba Sai-cu Kai-ong bertanya kepada Gu Sin-kai.
Teecu tidak mengenal dia,
tidak tahu pula bahwa dia berada di sini.!
Ah....!! Sai-cu Kai-ong
mengeluarkan suara gerengan seperti singa dan tahu-tahu tubuhnya mencelat ke
depan dan karena dia menaruh curiga kepada kakek yang diam-diam menyelinap
pergi dari tempat persembunyiannya itu, langsung saja Sai-cu Kai-ong mengulur
tangan hendak mencengkeram pundak Siluman Kecil dan menangkapnya untuk
diperiksa. Dia sedang memimpin pasukan dengan tugas amat penting dari kaisar,
maka tentu saja kakek sakti itu harus bersikap waspada terhadap gerak-gerik
musuh yang mungkin sudah menyebar mata-mata dan di antaranya barangkali adalah
kakek yang hendak ditangkapnya itu.
Wuuuttttt....!! Tangan Sai-cu
Kai-ong seperti cakar singa yang menyambar, cepat dan kuat bukan main menuju ke
pundak kiri Siluman Kecil.
Plakkkkk!! Tanpa menoleh,
Siluman Kecil menggerakkan tangannya menangkis sehingga dua tangan bertemu di
udara. Keduanya tergetar dan Sai-cu Kai-ong yang tubuhnya masih melayang tadi,
cepat berjungkir-balik dan turun ke atas tanah dengan mata terbelalak lebar!
Sungguh tidak disangkanya bahwa orang itu mampu menangkis cengkeramannya dan
bukan hanya mampu, bahkan dia merasa betapa lengannya tergetar hebat! Juga
Siluman Kecil merasa lengannya tergetar, tanda bahwa Sai-cu Kai-ong memang
benar seorang sakti yang memiliki sinkang kuat sekali.
Sai-cu Kai-ong makin curiga.
Orang yang dapat menangkis dengan kekuatan seperti itu, malah agaknya jauh
lebih kuat daripada Ciu-lo-mo tadi, tentulah seorang yang benar-benar merupakan
mata-mata pilihan dari Gubernur Ho-nan dan merupakan bahaya bagi tugasnya. Maka
dengan cepat dia sudah menerjang lagi, kini menambah tenaga dalam gerakan
tangannya. Di lain fihak, ketika dia merasakan betapa lengannya sendiri
tergetar hebat dalam pertemuan tangan tadi, Siluman Kecil menjadi gembira dan
ingin sekali dia menguji kehebatan guru Siauw-hong itu, maka ketika melihat
kakek gagah itu menyerang dengan cepat dan kuat, dia pun cepat bergerak
mengelak dan balas menyerang tidak kalah hebatnya.
Plak! Plakkk!! Kembali ada
pertemuan tenaga yang dahsyat melalui dua pasang telapak tangan dan keduanya
terdorong mundur.
Uhhh....!! Sai-cu Kai-ong
makin penasaran, mendengus keras dan menyerang lagi. Akan tetapi, Siluman Kecil
sudah lenyap dari depannya seperti setan dan tahu-tahu telah menyerangnya dari
atas, mencengkeram ke arah batok kepalanya.
Hebat....!! Sai-cu Kai-ong
menggerakkan tubuhnya miring dan tangannya menyambar, dapat ditangkis oleh
Siluman Kecil yang selanjutnya mengeluarkan ilmunya yang mujijat, yaitu gerakan
yang amat cepat seperti berkelebatnya kilat, seperti seekor burung yang
beterbangan ke sana-sini dengan kecepatan yang mentakjubkan. Namun, dia harus
mengakui bahwa daya tahan kakek itu pun hebat sekali sehingga setelah dia
berkelebatan dan bertanding sampai lima puluh jurus, barulah dia berhasil melubangi
ujung lengan baju kakek itu.
Bukan main....!! Sai-cu
Kai-ong melompat ke belakang dan memeriksa lengan bajunya yang sudah bolong!
Kalau tidak menghadapinya sendiri tentu dia tidak akan percaya. Biarpun hanya
merupakan kekalahan tipis saja, namun ternyata bahwa kakek di depannya ini
telah dapat mengalahkannya! Sungguh sukar dipercaya. Tidak mungkin kiranya
kalau Gubernur Ho-nan memiliki mata-mata yang seperti itu kepandaiannya,
sedangkan orang kepercayaan gubernur itu saja, si Ciu-lo-mo, tingkat kepandaiannya
baru setingkat dengan muridnya, Gu Sin-kai. Di lain fihak, Siluman Kecil juga
kagum karena kembali dia bertemu dengan seorang yang sakti! Kalau mereka berdua
bertanding sungguh-sungguh, dia masih belum dapat memastikan apakah dia akan
dapat mengalahkan kakek ini dengan mudah. Maka dia merasa ragu-ragu untuk maju,
hanya menanti gerakan lawannya.
Sabar, tahan dulu! Siapakah
engkau dan mengapa engkau mengintai di sini?! tanya Sai-cu Kai-ong sambil
memandang kakek di depannya itu penuh perhatian.
Siluman Kecil menjura dan
menjawab, Maaf, saya tidak sengaja mencampuri urusan Locianpwe. Saya kebetulan
lewat, hanya orang lewat biasa saja.... maaf.! Siluman Kecil menjura lagi dan
memutar tubuhnya hendak pergi dari situ.
Sahabat yang baik, tunggu
dulu!! Sai-cu Kai-ong berseru. Kakek ini sungguh luar biasa, pikirnya, berwatak
demikian sederhana dan merendah, kepandaiannya begitu tinggi namun masih
menyebut dia locianpwe!. Setelah kita bertemu di sini, setelah tanpa disengaja
kita saling menguji kepandaian, apakah sahabat menganggap saya terlalu rendah
untuk dijadikan kenalan? Saya disebut orang Sai-cu Kai-ong dan saya merasa
kagum sekali kepadamu yang memiliki kepandaian hebat. Bolehkan saya mengetahui
namamu yang terhormat?!
Siluman Kecil menggeleng kepalanya
yang penuh rambut putih menutupi mukanya yang keriputan. Saya tidak
bernama....saya tidak mempunyai nama....!
Sai-cu Kai-ong tidak merasa
heran mendengar ini. Dia maklum bahwa makin tinggi kepandaian orang, makin
seganlah dia memperkenalkan namanya. Dia sendiri pun tidak pernah menyebutkan
namanya sendiri dan membiarkan orang lain menamakannya. Tidak pernah nama
aselinya, yaitu Yu Kong Tek, dikenal orang.
Sahabat yang baik, biarpun
engkau tidak sudi memperkenalkan nama, akan tetapi dengan hormat saya
mengundangmu untuk menemani kami. Harap saja engkau orang tua tidak akan
menolak undangan kami!
Siluman Kecil sebetulnya tidak
suka untuk berkenalan dengan orang banyak. Akan tetapi, mendengar tentang
urusan Pangeran Yung Hwa tadi, dia merasa tertarik sekali dan sebetulnya ingin
juga dia mengetahui bagaimana perkembangan urusan yang menyangkut diri pangeran
itu, maka tanpa banyak cakap dia lalu mengangguk. Sai-cu Kai-ong girang sekali
dan dia lalu bersama Siluman Kecil, diiringkan oleh Gu Sin-kai dan Panglima
Souw Kee An, kembali ke perkemahan para pasukan di balik bukit, di mana dia
menjamu Siluman Kecil dan bercakap-cakap tentang ilmu silat. Makin gembiralah
hati Sai-cu Kai-ong mendengar betapa tamunya itu ternyata luas sekali
pengetahuannya tentang ilmu silat. Sebaliknya, Siluman Kecil terkejut ketika
mendengar pengakuan tuan rumah bahwa kakek gagah itu ternyata adalah keturunan
dari para pendiri Khong-sim Kai-pang dan nenek moyangnya menjadi
sahabat-sahabat baik dari keturunan Pendekar Sakti Suling Emas! Siluman Kecil
mendengarkan pula penuturan tentang lenyapnya Pangeran Yung Hwa yang tadinya
menjadi utusan kaisar, lenyap ketika terjadi keributan di taman bunga istana
Gubernur Ho-nan. Yang menceritakan urusan ini adalah Perwira Souw Kee An.
Menjelang sore hari itu,
penjaga melaporkan bahwa di kejauhan muncul kurang lebih seribu orang perajurit
dari Ho-nan dan utusan pasukan itu datang menyampaikan berita bahwa Gubernur
Ho-nan telah datang untuk menemui pimpinan pasukan kota raja yang diutus oleh
kaisar dan ingin bicara! Mendengar ini, Sai-cu Kai-ong mengangguk-angguk.
Baik sekali kalau dia datang
bicara,! katanya di hadapan Siluman Kecil, Souw Kee An, dan Gu Sin-kai. Aku pun
tidak akan merasa senang kalau harus menggempur Ho-nan dan mengorbankan banyak perajurit
dan rakyat yang tidak berdosa.! Kakek gagah ini lalu memerintahkan penjaga
untuk membawa utusan pasukan gubernur itu menghadap.
Setelah perajurit yang bermuka
pucat itu menghadap, Sai-cu Kai-ong berkata,
Sampaikan kepada Gubernur Kui
Cu Kam, bahkan saya akan menantinya di puncak bukit, dan saya mempersilakan dia
datang tanpa pasukan, hanya bersama satu orang pengawal saja. Pergilah!!
Perajurit itu pergi dan Sai-cu
Kai-ong berkata, Sahabat yang baik, kini aku minta kepadamu untuk menemaniku
menemui gubernur.!
Baik, Kai-ong,! jawab Siluman
Kecil. saya pun ingin sekali mendengar bagaimana nasib pangeran itu.! Siluman
Kecil kini menyebut tuan rumah itu Kai-ong, karena Sai-cu Kai-ong menolak
ketika disebutnya locianpwe. Sedangkan Saicu Kai-ong hanya menyebut Siluman
Kecil sahabat! saja karena Siluman Kecil berkeras tidak mau memperkenalkan
namanya.
Berangkatlah dua orang itu ke
puncak bukit. Dan mereka melihat bahwa dari depan, ada dua orang pula yang
mendaki puncak bukit kecil itu dan ternyata mereka itu adalah Gubernur Kui Cu
Kam sendiri yang dikawal oleh seorang kakek yang bertubuh tinggi besar seperti
raksasa, kepalanya botak, mantelnya lebar dan berwarna merah darah, dan
mulutnya selalu menyeringai lebar dengan lagaknya yang congkak. Orang ini bukan
lain adalah Ban Hwa Sengjin, koksu dari Nepal yang telah bersekutu dengan
Gubernur Ho-nan!
Setelah empat orang ini saling
berjumpa di puncak bukit itu, mereka tidak saling memberi hormat, melainkan
saling pandang dengan sinar mata penuh selidik. Akhirnya, Gubernur Ho-nan
bertanya, Menurut pelaporan Ciu-lo-mo, engkau mengundang kami datang ke sini.
Apakah urusannya?! Dari suaranya, jelas bahwa gubernur ini marah sekali karena
sesungguhnya dia datang dengan terpaksa karena khawatir mendengar ancaman itu,
bahwa kalau dia tidak datang maka Hon-an akan diserbu. Menurut para
penyelidiknya, memang ada sepuluh ribu orang perajurit kota raja siap di balik
puncak bukit ini!
Sai-cu Kai-ong mengangguk dan
berkata, Gubernur Kui Cu Kam, kami memenuhi peritah kaisar untuk menuntut agar
engkau suka membebaskan Pangeran Yung Hwa dan memberi penjelasan akan sikapmu
yang tidak layak itu!!
Suara Sai-cu Kai-ong
menggeledek dan muka gubernur itu menjadi agak pucat. Akan tetapi, Ban Hwa
Seng-jin hanya tersenyum mengejek dan memandang rendah, bahkan dia
menggerak-gerakkan kakinya untuk menghilangkan lumpur dari bawah sepatunya pada
sebongkah batu karang. Nampak bunga api berpijar ketika bawah sepatunya bertemu
dengan batu karang dan ujung batu karang itu pun hancur lebur oleh injakan
sepatunya yang dilapis tapal baja! Tentu saja suara tapal baja mengenai batu
karang itu nyaring dan mengganggu dan memang inilah yang dimaksudkan oleh Ban
Hwa Seng-jin untuk memperlihatkan sikap bahwa dia sama sekali tidak memandang
sebelah mata kepada dua orang kakek di depannya itu.
Gubernur Kui tersenyum dan
matanya yang sipit menyambar penuh kecerdikan. Kalau memang manusia she Hok
dari Ho-pei itu sudah mengadu ke sana, penjelasan dari kami apalagi artinya?
Tentu keadaan yang sebenarnya telah diputarbalikkan oleh orang she Hok Gubernur
Hopei itu. Di antara dia dan kami memang sudah lama ada pertikaian mengenai
wilayah di perbatasan, dan pertikaian itu meletus ketika dia mengantar Pangeran
Yung Hwa sebagai utusan kaisar. Keributan antara dia dan kami serta para
pembantu kami kedua fihak tak dapat dicegah lagi. Sudah tentu saja dia
memutarbalikkan kenyataan dan mendongeng di kota raja bahwa fihak kami sengaja
hendak mencelakakan Pangeran Yung Hwa. Padahal, fihak orang she Hok itulah yang
sengaja memancing timbulnya keributan di taman istana kami agar dapat
mempergunakan sebagai bahan fitnah.!
Sai-cu Kai-ong mengerutkan
alisnya. Dia pribadi tentu saja tidak akan berfihak kepada Gubernur Ho-nan ini
atau kepada Gubernur Ho-pei, dan dia tidak pula mengatahui apa urusannya antara
mereka berdua. Akan tetapi sebagai utusan, dia hanya akan melaksanakan apa yang
menjadi tugasnya.
Gubernur Kui, penjelasanmu
tentu akan kami sampaikan kepada Sri Baginda Kaisar. Sekarang, kami harap
engkau suka membebaskan Pangeran Yung Hwa agar beliau dapat kembali ke kota
raja bersama kami.!
Gubernur itu kembali
tersenyum, lalu berkata lantang, Anggapan bahwa kami menangkap Pangeran Yung
Hwa tentu timbul karena fitnah yang dilontarkan oleh Gubernur Ho-pei itu.
Padahal, kami hanya melindungi Pangeran Yung Hwa karena kami tahu bahwa fihak
Ho-pei tentu berusaha sekuat mungkin untuk dapat membunuh pangeran itu sehingga
kemudian kami pula yang akan dituduh sebagai pembunuhnya. Pangeran Yung Hwa
kami lindungi dan dalam keadaan selamat. Tentu akan kami bebaskan dan setelah
mendengar perjelasan kami ini, maka pengiriman pasukan dari kota raja itu
sungguh tidak pada tempatnya dan harap sekarang juga ditarik mundur kembali.!
Hemmm, mudah saja menarik
mundur pasukan. Akan tetapi saya hanya akan menarik mundur pasukan kalau sudah
melihat Pangeran Yung Hwa dibebaskan dan berada di antara kami.!
Orang tua yang tinggi hati!
Kami mendengar bahwa engkau bukanlah seorang panglima, dan menurut Ciu-lo-mo,
engkau hanya seorang kang-ouw yang berjuluk Sai-cu Kai-ong.!
Memang benar demikian,! jawab
kakek itu tenang.
Mengapa orang seperti engkau
tidak mempercayai kami?! bentak gubernur itu, marah bukan main bahwa seorang
raja pengemis! saja berani tidak percaya kepadanya.!
Tidak ada soal percaya atau
tidak percaya, Kui-taijin. Kami hanya menjalankan tugas yang akan kami
pertahankan sampai detik terakhir. Kami ulangi bahwa kami baru akan menarik
mundur pasukan kalau Pangeran Yung Hwa sudah diserahkan kepada kami.!
Gubernur itu menoleh kepada
Ban Hwa Sengjin dan sampai beberapa lamanya mereka bertemu pandang, kemudian
Gubernur Kui berkata, Baiklah, kautunggu saja. Besok akan kami bebaskan
Pangeran Yung Hwa. Hari sudah mulai gelap, kami akan kembali dulu.! Setelah
berkata demikian, gubernur itu mengangguk kepada Ban Hwa Sengjin. Koksu dari
Nepal yang bertubuh seperti raksasa itu lalu memondong tubuh Gubernur Kui,
kemudian dia berlari cepat sekali menuruni bukit itu. Gerakannya gesit dan
larinya seperti terbang saja.
Hemmm, raksasa itu lihai
sekali dan gubernur itu amat cerdik,! kata Sai-cu Kai-ong dan Siluman Kecil
mengangguk.
Saya kira juga ada sesuatu
yang direncanakannya,! kata Siluman Kecil.
Sai-cu Kai-ong lalu mengajak
Siluman Kecil kembali ke perkemahan dan dia mengadakan rapat kilat di antara para
pembantunya. Semua pembantunya juga menyatakan rasa curiga mereka terhadap
Gubernur Kui, maka akhirnya diambil keputusan bahwa Sai-cu Kai-ong sendiri,
dibantu oleh Gu Sin-kai, pergi menyelidiki ke istana Gubernur Kui di Lok-yang
dan atas permintaan Sai-cu Kai-ong, Siluman Kecil mau juga menemani mereka.
Berangkatlah mereka bertiga pada malam hari itu juga menuju ke Lok-yang.
Malam itu amat sunyi di istana
gubernuran di kota Lok-yang. Karena menurut keterangan dari Ho-nan Ciu-lo-mo
bahwa Gubernur Kui sedang sibuk dengan urusan penting dan belum sempat
berbicara dengan tiga orang jagoan yang terpilih sebagai pengawal-pengawal
pribadi, maka tiga orang yang memenangkan sayembara yang diadakan di Ceng-couw
itu kini diserahi tugas menjaga keamanan di istana gubernuran, ditemani oleh
Ciu-lo-mo sendiri. Seperti diceritakan di bagian depan, yang memang dalam
pertandingan itu adalah tiga orang, yaitu pertama adalah laki-laki pincang yang
gagu, ke dua adalah, Kang Swi pemuda royal itu, dan ke tiga adalah Siauw-hong,
yaitu pengemis muda yang tadinya menjadi tukang kuda dari Kang Swi. Setelah
menang dalam sayembara, Kang Swi memberikan empat ekor kudanya kepada A-cun,
kacungnya itu dan menyuruh kacungnya itu pergi.
Kang Swi yang berwatak
ugal-ugalan dan manja, juga agak angkuh itu, masih merasa penasaran karena dia
hanya jatuh nomor dua, dinyatakan kalah oleh si pincang gagu! Padahal, siapakah
si gagu itu? Orang yang sama sekali tidak punya nama! Benar-benar tidak punya
nama karena si gagu itu tidak bisa menjawab ketika ditanyai namanya, dan ketika
disuruh tuliskan namanya, dia menggeleng-geleng kepala dan menggoyang-goyangkan
tangannya sebagai tanda bahwa dia tidak dapat menulis. Pincang, gagu, dan buta
huruf! Akan tetapi toh dianggap pengawal nomor satu dan dia berada di bawahnya!
Karena malam itu sunyi dan
mereka menanti berita dari gubernur, maka mereka merasa kesal juga. Setelah
makan malam, Ciu-lo-mo lalu mengajak mereka bermain kartu. Akan tetapi, dalam
permainan ini pun si gagu amat bodoh dan sukar diajari sehingga Kang Swi merasa
makin tidak senang.
Aku berani bertaruh bahwa
kumismu itu palsu, Gagu!! katanya. Karena tidak punya nama, maka laki-laki
pincang gagu yang menjadi yang nomor satu atau juara di antara tiga pengawal
baru yang terpilih itu, disebut Gagu. Dan si Gagu ini biarpun tidak pandai
bicara, rupanya dapat mengerti semua kata-kata orang yang ditujukan kepadanya.
Akan tetapi, ternyata orangnya pendiam, sabar dan terhadap goda-godaan dan
gangguan-gangguan Kang Swi dia sama sekali tidak mau melayaninya.
Kang-sicu, harap kau suka
hentikan godaan-godaanmu itu. Jangan sampai dia menjadi marah dan terjadi
keributan antara engkau dan dia.! Ciu-lo-mo akhirnya menegur Kang Swi yang
terus-menerus menggoda Gagu.
Hemmm, kalau dia marah aku pun
tidak takut,! kata Kang Swi.
Bukan soal takut, akan tetapi
kalau sampai terjadi keributan di sini, bukankah hal itu tidak baik sekali?!
Ciu-lo-mo menasihatinya. Akan tetapi, di dalam hatinya Kang Swi masih merasa
penasaran dan marah karena dikalahkan oleh orang gagu dan pincang ini, maka dia
tetap saja membantah.
Mana dia berani ribut-ribut?
Akan kubuka kedoknya kalau dia ribut-ribut. Dia ini orang palsu, entah darimana
dia. Kalau dia berani ribut, kuajak keluar dia dan dalam pertandingan
sungguh-sungguh, tentu pedangku mampu membuka kedoknya!!
Ciu-lo-mo mengerutkan alisnya
dan tiba-tiba si gagu menggebrak meja, lalu bangkit berdiri dan meninggalkan
mereka bertiga. Kang Swi juga bangkit, akan tetapi Ciu-lo-mo berkata,
Kang-sicu, harap kau jangan mencari keributan di sini. Biarlah dia sendiri dan
jangan mengganggu lagi!! Suaranya mulai terdengar keras sehingga Kang Swi
menengok kepadanya.
Apa yang dikatakan oleh
Ciu-lo-mo memang benar, Kang-kongcu. Sebagai pengawal-pengawal baru, sungguh
tidak baik kalau membuat ribut-ribut. Kalau nanti taijin datang dan mendengar
bahwa antara engkau dan si Gagu terjadi keributan, tentu beliau menjadi marah.!
Siauw-hong juga membujuk Kang Swi.
Pemuda tampan ini mengeluarkan
suara mendengus dari hidungnya seolah-olah dia tidak takut akan semua
akibatnya, akan tetapi akhirnya dia duduk lagi dan mereka bertiga melanjutkan
permainan mereka tanpa mempedulikan si Gagu yang kelihatan berjalan-jalan
perlahan seperti orang yang sedang meronda, memandang ke sana-sini dengan penuh
perhatian. Ketika Ciu-lo-mo menoleh kepadanya, si Gagu memberi isyarat dengan
kedua tangannya bahwa dia hendak meronda dan berkeliling memeriksa istana itu
untuk menjaga keamanan. Ciu-lo-mo dapat mengerti maksudnya, maka untuk mencegah
agar jangan sampai si Gagu itu digoda terus oleh pemuda she Kang itu, dia
mengangguk memberi ijin.
Mula-mula si Gagu meronda di
dekat sekitar tempat itu dan masih kelihatan oleh tiga orang pengawal yang
bermain kartu, akan tetapi ketika dia mendapat kenyataan bahwa dirinya tidak
lagi diperhatikan oleh tiga orang yang makin asyik bermain kartu setelah tidak
ada gangguan dari si Gagu yang kurang pandai bermain, si Gagu menyelinap dan
masuk ke bagian belakang dari istana itu. Dan begitu dia menyelinap masuk dan
tidak nampak lagi oleh tiga orang itu, tiba-tiba tubuhnya berkelebat dan dengan
kecepatan luar biasa dia telah meloncat ke dalam taman dan mencari-cari!
Agaknya dia tidak asing dengan tempat itu, buktinya dia berlari ke sana-sini
dengan cepatnya dan akhirnya tibalah dia di tempat tahanan yang tersembunyi,
yaitu di bagian ujung belakang istana. Dia melihat enam orang perajurit
pengawal berjaga di luar sebuah kamar sambil bercakap-cakap. Si Gagu lalu
keluar dari tempat sembunyinya, dan berjalan seenaknya menghampiri mereka.
Enam orang perajurit itu
ketika melihat si Gagu, cepat berdiri dan memberi hormat. Mereka tentu saja
sudah mengenal si Gagu yang telah diperkenalkan kepada semua pasukan pengawal,
bahkan tiga orang pengawal pribadi gubernur yang baru itu tadi menjadi bahan
percakapan mereka, terutama si Gagu ini yang membuat mereka merasa kagum
sekali. Pincang, gagu dan kabarnya buta huruf, namun memiliki kepandaian yang
amat tinggi sehingga mengalahkan semua peserta sayembara. Bahkan mereka
mendengar bahwa tingkat kepandaian si Gagu ini kiranya masih lebih tinggi
daripada tingkat kepandaian Ciu-lo-mo sendiri.
Selamat malam, Ciangkun!! kata
mereka serentak, bingung harus menyebut apa kepada si Gagu yang tak bernama
ini.
Si Gagu mengangguk-angguk
sambil tersenyum lebar, kemudian dengan tangannya dia menuding ke arah kamar
dan menunjuk dada sendiri, lalu menunjuk dua orang di antara mereka. Dengan
jelas dia memberi isyarat bahwa dia ingin memeriksa kamar itu dan minta agar
ditemani oleh dua orang diantara mereka. Mereka saling pandang dengan
ragu-ragu, akan tetapi karena si Gagu ini adalah orang baru yang menjadi
pengawal pribadi gubernur, mereka tentu saja tidak berani membantah, apalagi
ada mereka di situ, dan si Gagu minta diantar oleh dua orang. Dua orang
pengawal lalu mengantarnya membuka pintu kamar dengan kunci dan masuklah mereka
bertiga.
Ternyata Pangeran Yung Hwa
yang berada di dalam kamar itu, kamar yang cukup mewah dan indah, dan pangeran
itu kelihatan sehat-sehat saja, bahkan ketika mereka memasuki kamar itu,
pangeran yang muda itu sedang asyik membaca kitab. Ketika mendengar pintu
dibuka, dia menoleh dan memandang tiga orang yang masuk itu dengan alis
berkerut, kemudian Pangeran Yung Hwa membentak, Mau apa kalian? Berani sekali
masuk tanpa kupanggil!!
Dua orang pengawal itu menjura
dengan hormat sekali. Harap Paduka maafkan, Pangeran. Perwira....eh, Gagu yang
baru saja diangkat menjadi pengawal ini....! Tiba-tiba orang itu menghentikan
kata-katanya karena pada saat itu, berbareng dengan temannya dia sudah roboh
pingsan ditotok dengan jari-jari tangan si Gagu di arah tengkuk mereka. Si Gagu
cepat menyambar tubuh mereka agar tidak roboh.
Pangeran Yung Hwa tentu saja
terkejut sekali, akan tetapi tiba-tiba orang yang dinamakan Gagu itu berkata
lirih kepadanya, Harap Paduka tenang saja, Pangeran. Saya datang untuk menolong
Paduka keluar dari tempat tahanan ini.!
Ternyata si Gagu itu sama
sekali tidak gagu! Bahkan dia dapat bicara dengan halus sekali.
Akan tetapi....! Pangeran Yung
Hwa berkata dengan mata terbelalak, bingung dan juga curiga.
Sssttttt....! Si Gagu itu
memberi tanda dengan jari di depan bibir, kemudian dia berjalan ke pintu,
membuka pintu sedikit dan memberi isyarat kepada para penjaga di luar pintu
agar dua di antara mereka masuk. Dua orang pengawal bergegas masuk, akan tetapi
begitu mereka tiba di dalam, sebelum mereka sempat berteriak, mereka sudah
roboh oleh totokan si Gagu yang amat lihai. Kembali dia menjenguk keluar pintu
dan dua orang penjaga lainnya dipanggilnya masuk dengan isyarat tangan, dan
mereka ini pun dirobohkannya. Enam orang pengawal itu roboh semua dalam keadaan
pingsan tertotok!
Apa artinya ini?! Pangeran
Yung Hwa bertanya sambil berdiri tegak dan memandang tajam kepada orang yang
tidak dikenalnya itu.
Maaf, Pangeran. Kiranya tidak
banyak waktu untuk memberi penjelasan. Akan tetapi saya datang untuk
membebaskan Paduka....!
Ah, akan tetapi aku tidak
ditahan! Aku malah dilindungi di sini.!
Si Gagu menjadi terkejut dan
memandang heran. Dilindungi?!
Benar, Gubernur Ho-nan telah
menyelamatkan aku dan melindungi aku dari ancaman Gubernur Ho-pei yang hendak
memberontak! Aku tidak diperbolehkan kembali karena khawatir kalau tertimpa
bencana, bahkan katanya sampai sekarang orang-orangnya Gubernur Ho-pei masih
mencari-cariku. Dan kau.... jangan-jangan.... kau....! Pangeran itu memandang
tajam penuh kekhawatiran.
Ah, Paduka telah ditipu!
Gubernur Ho-nan itulah yang akan memberontak! Saya mengalaminya sendiri, juga
Gubernur Ho-pei hampir saja tewas! Percayalah Paduka kepada saya, dan mari kita
lari selagi masih ada waktu.!
Hemmm, engkau orang aneh, aku
tidak mengenalmu, akan tetapi.... memang aku juga selalu curiga kepada Gubernur
Ho-nan. Katanya aku selalu dilindungi dan dijaga, akan tetapi aku dilarang
keluar dari kamar, seperti orang tahanan saja.!
Memang Paduka ditawan....,
marilah....! Si Gagu lalu menggandeng tangan Pangeran Yung Hwa diajak lari
keluar dari dalam kamar itu. Dengan cepat dia mengajak pangeran itu ke ruangan
dalam dan dia mencari-cari jalan keluar yang paling aman. Sebaiknya kalau saya
menyelidiki dulu keadaan di luar harap Paduka menunggu....! bisiknya dan dia
lalu menghampiri jendela ruangan itu, menjenguk ke luar untuk melihat keadaan.
Kemudian perlahan-lahan dia
membuka pintu ruangan itu untuk meneliti keadaan di luar.
Wuuuttttt....!! Terkejutlah si
Gagu ketika dia melihat ada bayangan orang menyambar turun dari atas genteng
dan tahu-tahu orang itu telah tiba di depan pintu ruangan. Orang ini adalah
seorang pengemis setengah tua. Si Gagu terkejut sekali melihat munculnya seorang
yang berpakaian pengemis. Juga pengemis itu pun terkejut melihat seorang
laki-laki bercambang bauk berada di dalam tempat itu bersama Pangeran Yung Hwa
yang sudah dikenalnya.
Pangeran, harap, Paduka
tenang. Kami datang untuk menolong Paduka!! kata si pengemis dan secepat kilat
dia sudah menyerang si Gagu! Tentu saja si Gagu terkejut dan dia pun cepat
mengelak dan balas menyerang, karena dia sendiri tidak percaya bahwa pengemis
ini datang untuk menolong Pangeran Yung Hwa. Keadaan negara sedang kacau dan banyak
terdapat orang-orang yang berniat membantu pemberontak, maka dia tidak boleh
percaya kepada siapapun juga dalam hal menolong Pangeran Yung Hwa ini.
Pengemis setengah tua itu
bukan lain adalah Gu Sin-kai, murid dari Sai-cu Kai-ong yang datang ke istana
itu bersama gurunya dan Siluman Kecil. Mereka bertiga melakukan penyelidikan
secara berpencar untuk mencari tempat ditahannya Pangeran Yung Hwa dan
kebetulan sekali Gu Sin-kai melihat si Gagu bersama Pangeran Yung Hwa di dalam
ruangan itu. Tentu saja Gu Sin-kai menganggap si Gagu itu orangnya gubernur dan
langsung saja dia menyerangnya. Terjadilah pertempuran di dalam ruangan itu.
Pangeran Yung Hwa sendiri hanya menonton saja dengan bingung. Dua orang yang
saling hantam ini keduanya mengaku datang hendak menolongnya, akan tetapi
kedua-duanya tidak dia kenal, maka tentu saja dia tidak tahu harus percaya dan
membantu yang mana. Karena itulah maka dia diam saja dan hanya menanti
perkembangan selanjutnya.
Akan tetapi ternyata
kepandaian si Gagu terlalu tinggi bagi Gu Sin-kai dan dalam belasan jurus saja
Gu Sin-kai sudah terdesak hebat sekali sampai beberapa kali terhuyung dan
nyaris roboh. Baiknya bagi pengemis ini adalah kenyataannya bahwa si Gagu tidak
mau menurunkan tangan besi, karena kalau demikian, kiranya pengemis itu sudah
roboh sejak tadi.
Tiba-tiba terdengar suara
menggeledek, Muridku, mundurlah kau!! Dan dari luar menerjang masuk seorang
kakek yang gagah perkasa, yang datang-datang terus menerjang si Gagu dengan
pukulan yang mendatangkan angin bersuitan saking kuatnya tenaga sinkang yang
terkandung di dalamnya. Gu Sin-kai cepat melompat mundur dan hatinya girang
melihat kedatangan gurunya, yaitu Saicu Kai-ong.
Seorang kakek lain yang
sebenarnya adalah penyamaran Siluman Keciil, juga sudah tiba di situ dan
Siluman Kecil hanya menonton saja ketika melihat Sai-cu Kai-ong bertanding
melawan laki-laki penuh cambang bauk itu. Tidak perlu membantu seorang yang
sakti seperti Sai-cu Kai-ong, pikirnya dan di dunia ini jarang ada orang yang
akan mampu menandingi kakek itu.
Akan tetapi, makin lama dia
menjadi makin terheran-heran dan memandang dengan mata terbelalak kaget dan
kagum ketika dia melihat betapa lawan Sai-cu Kai-ong itu ternyata memiliki
gerakan yang cepat dan hebat bukan main! Tentu saja Sai-cu Kai-ong sendiri
merasa terkejut ketika tangkisan lengan lawannya itu membuat dia terhuyung ke
belakang. Dia menjadi penasaran dan menubruk dengan pengerahan tenaga dahsyat
karena dia ingin cepat merobohkan lawan ini agar dapat menolong Pangeran Yung
Hwa.
Desssss....!! Pcrtemuan tenaga
itu amat hebatnya dan akibatnya tubuh Sai-cu Kai-ong terlempar ke belakang dan
dia harus berjungkir-balik beberapa kali baru dapat berdiri dan memandang
kepada lawannya dengan mata terbelalak. Kemudian dia menerjang lagi dan kini
Siluman Kecil yang menjadi bengong. Orang itu ternyata dapat melancarkan
pukulan-pukulan Swat-im Sin-ciang dan Hwi-yang Sin-ciang dari Pulau Es!
Keparat!! bentaknya dan ketika
kembali Sai-cu Kai-ong terdorong mundur dengan muka pucat dan tubuh menggigil kedinginan,
Siluman Kecil sudah menerjang ke depan, disambut oleh si Gagu dengan sama
kuatnya. Keduanya terkejut karena ternyata serangan mereka dapat dielakkan oleh
lawan dengan mudah. Melihat kesaktian lawannya, Siluman Kecil langsung saja
mengeluarkan ilmunya, ilmu yang hebat, yaitu ilmu gerak kilat yang diberi nama
Sin-ho-coan-in (Bangau Sakti Menerjang Awan). Hebat bukan main pertandingan
itu. Tubuh Siluman Kecil mencelat ke sana-sini, namun tidak mudah baginya untuk
dapat mengalahkan si Gagu yang ternyata benarbenar sakti dan menyimpan banyak
ilmu-ilmu mujijat dan sakti itu.
Sai-cu Kai-ong yang berdiri
menonton berkali-kali menggeleng kepalanya. Baru sekarang ini selama hidupnya
dia menyaksikan pertandingan yang seperti ini hebatnya. Dia seorang sakti,
keturunan dari keluarga yang gagah perkasa, namun pandang matanya sampai
menjadi kabur ketika dia menyaksikan kakek berambut putih itu bertanding
melawan laki-laki bercambang bauk. Sukar mengatakan siapa yang terdesak karena
keduanya berkelebatan seperti dua ekor bucung garuda bertanding di angkasa. Di
seluruh ruangan itu menyambar-nyambar angin pukulan yang bercampur aduk,
sebentar panas sebentar dingin sehingga Pangeran Yung Hwa sendiri sudah
bersembunyi di balik meja di sudut ruangan karena tidak tahan menghadapi
sambaran-sambaran angin itu. Kulit mukanya terasa sakit semua dilanda hawa yang
amat panas dan kadang-kadang berubah amat dingin itu, bahkan Gu Sin-kai sendiri
juga sudah menjauh sampai mepet dinding ruangan.
Si Gagu agaknya merasa
penasaran bukan main. Selama ini, dia hanya mengeluarkan sebagian kecil saja
kepandaiannya untuk melayani musuh, akan tetapi sekarang ini, biarpun dia sudah
mengeluarkan semua ilmu simpanannya, dia masih tidak mampu menang, bahkan mulai
terdesak karena gerakan kilat lawannya benar-benar amat hebat. Dengan penasaran
dia lalu mengerahkan seluruh tenaga di kedua tangannya, lalu memukul dengan
dorongan kuat.
Siluman Kecil terkejut bukan
main. Dia tahu bahwa pukulan lawannya itu merupakan pukulan maut yang amat
hebat, maka dia pun lalu menerimanya dengan dua tangan didorongkan ke depan
sambil mengerahkan tenaga sakti yang selama ini dilatihnya, yaitu tenaga sakti
yang merupakan penggabungan dari inti tenaga Im dan Yang.
Bresssss....! Tubuh si Gagu
terlempar seperti sehelai daun tertiup angin dan tubuh Siluman Kecil
terhuyung-huyung sampai jauh ke belakang. Hebat bukan main pertemuan tenaga
itu, terasa oleh semua orang dan dinding ruangan itu sampai tergetar. Tubuh si
Gagu rebah terlentang dan dia mengeluh perlahan, kulitnya luka-luka seperti
terkena air mendidih. Cambang bauk dan kumisnya ternyata palsu semua dan kini
cambang bauk itu copot semua, meninggalkan pemuda yang tampan. Akan tetapi,
Siluman Kecli juga kehilangan topeng penyamarannya yang dilakukan oleh Kang Swi.
Topeng itu terkupas oleh hawa pukulan lawan sehingga kelihatanlah wajah yang
aseli, wajah seorang pemuda yang tampan akan tetapi dengan rambut panjang
berwarna putih semua, wajah Siluman Kecil yang aseli!