74 Hemmm, Kau Berasal Cabang Mana?
Dan karena dari itu pula
menyebabkan pihak kerajaan tidak mau bertindak ceroboh dan sembarangan. Sebab
walaupun bagaimana tidak dapat pihak kerajaan main terjang saja, di mana
korban-korban yang akan berjatuhan pasti sangat banyak.
Lengky Lumi dan Gochin Talu
sendiri telah berusaha menghubungi beberapa orang tokoh Kay-pang, di mana
tokoh-tokoh Kay-pang itu dipicuk oleh mereka dengan harta dan pangkat. Dengan
demikian tokoh-tokoh Kay-pang itu telah bekerja buat mereka, dan merupakan
musuh dalam selimut buat pihak Kay-pang.
Tokoh-tokoh Kay-pang yang
telah bekerja buat kerajaan Mongolia tersebutlah yang selalu memberikan
keterangan-keterangan penting mengenai kegiatan Kay-pang belakangan ini,
sehingga buat kerajaan mengetahui jelas keadaan dan kekuatan Kay-pang.
Yang masih diperhitungkan
baik-baik oleh pihak kerajaan justru adalah kekuatan orang-orang gagah Kang-ouw
seperti Yo Ko, Oey Yok Su, Kwee Ceng, Oey Yong, dan lain-lainnya.
Rapat besar Kay-pang tersebut
memang merupakan rapat besar perkumpulan pengemis yang terbesar sepanjang
sejarah yang ada. Karena kali ini Yeh-lu Chi telah perintahkan seluruh pengemis
dari berbagai tempat di seluruh daratan Tiong-goan agar menghadiri rapat besar
tersebut.
Dengan begitu, bisa dibayangkan
betapa banyak para pengemis yang berkumpul di tempat tersebut, di mana jumlah
mereka meliputi puluhan ribu orang, dan juga terdiri dari berbagai golongan
maupun tingkatan. Boleh dibilang sebagian besar dari anggota pengemis hadir di
lembah tersebut.
Sedangkan orang-orang gagah
seperti Yo Ko, Oey Yong, Kwee Ceng, dan yang lain-lainnya, telah berkumpul di
lembah tersebut. Begitu pula halnya dengan Yo Him dan Sasana mereka telah hadir
juga. Ciu Pek Thong dan juga tokoh-tokoh Kang-ouw yang memiliki kepandaian
tinggi, semuanya telah berkumpul buat memberikan bantuan mereka jika saja
Kay-pang menerima ancaman dari luar, umpamanya dari pihak kerajaan.
Swat Tocu sendiri juga ikut
hadir di lembah tersebut, di mana Swat Tocu tetap mengajak Ko Tie sehingga anak
itu telah bisa melihat bahkan berkenalan dengan tokoh-tokoh terkemuka dari
rimba persilatan di daratan Tiong-goan.
Memang di lembah tersebut
telah berkumpul para orang-orang gagah yang semuanya memiliki kepandaian sangat
tinggi dan juga namanya menggetarkan rimba persilatan. Dengan demikian,
Kay-pang memiliki tulang punggung yang sangat kuat.
Memang semua ini terjadi
secara kebetulan sekali, di mana Kay-pang memang harus mengadakan dan
menyelenggarakan rapat besar yang setiap limabelas tahun satu kali
diselenggarakan dengan segala upacara kebesaran.
Disamping itu, bertepatan
dengan diselenggarakannya rapat besar tersebut, justru situasi politik yang
terdapat di daratan Tiong-goan tengah berkecamuk gelombang yang hebat sekali di
mana Kay-pang terancam kemusuhan oleh Kaisar yang tengah berkuasa di saat itu.
Karena dari itu orang-orang
gagah yang waktu itu memang tengah berjuang, berusaha hendak menentang
penjajahan di negeri mereka ternyata telah berkumpul di dalam rapat besar
Kay-pang tersebut. Mereka berkumpul buat mengadakan suatu pertemuan di antara
mereka membicarakan situasi pada saat itu.
Karena dari itu pula, dalam
keadaan demikian Kay-pang secara tidak langsung telah menerima bantuan dan
dukungan yang kuat sekali dari para orang-orang gagah itu.
Seperti Yo Ko, sebenarnya
tokoh persilatan yang sangat gagah ini sudah tak ingin mencampuri lagi urusan
di dalam rimba persilatan, karena memang ia sudah ingin hidup tenang
menyendiri. Akan tetapi tokh Yo Ko akhirnya terlibat lagi dalam pergolakan yang
terjadi.
Demikian juga halnya dengan
Swat Tocu, seorang tokoh sakti, yang semula telah hidup menyendiri di pulau
Salju. Akan tetapi akhirnya setelah menerima Ko Tie sebagai muridnya maka sejak
saat itu dia terlibat lagi dalam kancah pergolakan yang terdapat di dalam rimba
persilatan.
Disamping itu, Sasana, puteri
dari pangeran Ghalik merupakan salah satu sumber kericuhan yang terdapat di
waktu itu. Karena justru Sasana mengandung maksud buat mengadakan pembalasan
dendam terhadap sakit hati ayahnya, yang akhirnya harus membuang jiwa dengan
cara yang begitu mengecewakan.
Tentu saja jika seorang diri
Sasana tidak mungkin sanggup melaksanakan pembalasan dendamnya itu. Karenanya
iapun telah meminta bantuan Yo Him, putera Yo Ko, buat membantu usahanya itu.
Disamping itu pula para orang-orang gagah di daratan Tiong-goan sendiri telah
menyatakan kesediaan mereka buat membantu Sasana, karena mereka telah
memperoleh simpatik dari pangeran Ghalik yang mengakhiri masa hidupnya dengan
keadaan yang begitu tragis.
Karena itu pula, karena
menyaksikan pangeran Ghalik memiliki jiwa yang sebenarnya sangat baik, dan juga
sekarang puterinya memang bermaksud menentang penjajahan yang ada di daratan
Tiong-goan, walaupun yang menjajah negara Tiong-goan waktu itu adalah bangsanya
sendiri, semua orang gagah jadi merasa simpati dan berkasihan kepada Sasana.
Dan disebabkan itu pula mereka bersedia membantu puteri pangeran Ghalik
tersebut.
Begitulah mereka telah
berkumpul di dalam lembah tersebut. Karena justru di dalam rapat besar yang
diselenggarakan pihak Kay-pang akan dirundingkan juga urusan yang sangat
penting di luar kepentingan Kay-pang sendiri, terutama sekali perihal bagaimana
menghadapi penjajah yang ada pada waktu itu.
Yeh-lu Chi yang telah membuka
rapat tersebut dengan upacara sebagaimana biasa berlaku, di dampingi beberapa
orang Tianglo Kay-pang.
Memang waktu rapat besar
Kay-pang dibuka, sama sekali tidak muncul persoalan apapun juga, karena memang
waktu itu pihak lawan, yaitu para pahlawan musuh belum lagi bertindak.
Rupanya yang dibicarakan
Kay-pang adalah mengenai susunan pengurus Kay-pang, anggaran dasar perkumpulan
itu sendiri dan penggantian beberapa orang Tianglo. Disamping itu pula,
persoalan yang pokok besar dibicarakan Kay-pang adalah bagaimana harus dapat
menentukan sikap terhadap penjajah yang tengah berkuasa di saat itu.
Waktu Yeh-lu Chi membicarakan
persoalan bagaimana sikap Kay-pang yang harus di tempuh dalam menghadapi
pemerintahan penjajah, keadaan sangat hening. Di dalam keheningan yang ada,
justru terlihat ketegangan meliputi wajah semua orang yang hadir pada waktu
itu.
Juga terlihat betapa ancaman
akan meledaknya suatu kerusuhan dan keonaran bisa saja terjadi di setiap detik.
Akan tetapi selama itu Yeh-lu Chi tetap dengan pendiriannya, mengemukakan
tindakan-tindakan apa saja yang harus ditempuh oleh seorang anggota Kay-pang
dalam menghadapi pemerintahan penjajah.
Pokok pembicaraan yang
terpenting Yeh-lu Chi memang mengucapkan tentang menentang dan penentangan dan
sikap tidak mau tunduk terhadap pemerintah penjajah. Disamping itu Yeh-lu Chi
pun menegaskan bahwa Kay-pang walaupun bagaimana tetap saja akan menentang
adanya penjajahan di negeri mereka.
Walaupun bagaimana bentuknya
peraturan yang dikeluarkan oleh pihak penjajah, tetap saja Kay-pang harus
berdiri di atas keadilan dan menentang pemerintahan yang ada, disebabkan
pemerintahan yang tengah berkuasa di daratan Tiong-goan merupakan bangsa asing
yang tentu akan menindas rakyat Tiong-goan.
Disamping itu, diperintahkan
juga oleh Yeh-lu Chi, bahwa anggota-anggota Kay-pang harus berusaha membela
rakyat yang ditindas oleh orang-orang pemerintahan penjajah itu. Walaupun
bagaimana bentuk persoalannya, akan tetapi jika seorang anggota Kay-pang
bentrok dengan pemerintah penjajah disebabkan membela seseorang rakyat yang
tertindas perbuatannya itu akan didukung oleh seluruh anggota Kay-pang yang
ada.
Waktu Yeh-lu Chi berkata-kata
sampai di situ ada seorang pengemis tua berjenggot putih telah mengangkat
tangannya, katanya: “Maaf Pangcu, dapatkan tecu bertanya?!”
Yeh-lu Chi mengawasi pengemis
tua tersebut, dia tidak mengenalnya, karena dia merasa baru pertama kali ini
bertemu dengan pangemis tua itu.
Diam-diam Yeh-lu Chi jadi
heran, dia bertanya-tanya di dalam hatinya, entah siapa adanya pengemis tua berjenggot
putih tersebut.
Anggota Kay-pang lainnya juga
telah mengawasi pengemis tua itu. Mereka menduga mungkin juga pengemis tua
berjenggot putih itu berasal dari Kay-pang daerah, yang merupakan cabang-cabang
Kay-pang yang terpencil dan sekarang mewakili perkumpulannya.
Setelah mengawasi sekian lama,
akhirnya Yeh-lu Chi mengangguk.
“Baiklah!” katanya. “Silahkan
apa yang ingin kau tanyakan?!”
“Soal mengenai sikap Kay-pang
terhadap pemerintahan yang ada sekarang ini!” menyahuti pengemis tua itu.
“Ya, apa maksudmu?” tanya
Yeh-lu Chi. “Apakah ada sesuatu yang kurang jelas?!”
“Sikap kita terhadap
pemerintahan yang ada sekarang ini tentunya kurang bijaksana, jika saja
disertai dengan rasa permusuhan! Kita harus melihat kenyataan yang ada,
walaupun pemerintahan yang sekarang ini dikendalikan olek orang-orang Boan,
akan tetapi mereka dapat memerintah dengan baik, mengatur negara dengan baik,
sehingga kemakmuran negeri bertambah maju pesat sekali. Kemiskinan yang semula
merajai seluruh daratan Tiong-goan perlahan-lahan mulai dapat di atasi.....!”
Berkata sampai di situ
pengemis tua berjenggot putih tersebut telah mengawasi sekitarnya dengan sorot
mata yang tajam bersinar, seperti juga ia tengah memandang dengan sikap yang
berwibawa sekali, seakan juga ingin menindih pengaruh dari Yeh-lu Chi, agar
semua pengemis yang hadir di tempat itu tunduk dan berdiam diri saja atas
kata-katanya.
Akan tetapi kenyataannya,
akibat perkataan pangemis tua berjenggot tersebut, beberapa orang pengemis
telah berdiri dan mengeluarkan seruan marah. Tampaknya pengemis-pengemis itu
gusar karena pengemis berjenggot tersebut telah membela pemerintah penjajah.
“Apakah orang-orang Boan itu
telah menyogok pangkat dan harta kepadamu?!” memaki beberapa orang pengemis
itu. “Atau memang engkau telah menjadi kaki tangannya orang-orang Boan itu?!”
Mendengar pertanyaan dan
cacian-cacian yang menyindir langsung kepadanya, pengemis berjenggot putih itu
tetap saja membawa sikap yang agung dan tidak memperlihatkan perasaan gentar.
Malah, pengemis berjenggot
putih telah mendengus memperdengarkan suara tertawa dingin, katanya: “Tenang!
Tenang! Kalian tokh belum lagi mendengar seluruh perkataan dan pernyataanku?
Bagaimana mungkin aku mengutarakan pendapat dan saranku, jika baru berkata
sampai di situ saja kalian telah menimbulkan kegaduhan seperti ini?!”
“Cepat katakan, apa saranmu!
Jika memang saranmu yang di luar dari kepantasan engkau harus dihukum!” teriak
beberapa orang pengemis dari golongan lima karung dengan nada yang tetap gusar.
“Ya, jika memang saranmu itu
menganjurkan kami agar berkhianat, maka engkau harus dihukum!”
“Katakan!”
“Ayo katakan!”
Begitulah para pengemis itu
jadi ramai sekali berteriak-teriak dengan suara mengandung kegusaran.
Akan tetapi pengemis tua
berjenggot tersebut tetap saja tenang-tenang dengan sikapnya yang angkuh dan
keagung-agungan, katanya,
“Hemm, jika memang kalian
ingin menghukum aku, itu pun tidak menjadi sebab untuk aku batal menyebutkan
saranku! Aku akan mengemukakan semua saran dan pendapatku, demi kebaikan
Kay-pang secara menyeluruh!
“Perkumpulan Kay-pang bukan
perkumpulan kecil, dalam Kay-pang terdapat ribuan, bahkan puluhan sampai
ratusan ribu anggota, yang semua keselematannya berada di tangan para
pemimpinnya! Jika memang para pemimpinnya membimbingnya ke arah yang salah dan
sesat, yang bisa menghancurkan Kay-pang, keselamatan mereka terancam!”
Berkata sampai di situ,
kembali pengemis tua berjenggot putih itu telah menyapu ke sekeliling tempat
tersebut dengan sorot mata yang sangat tajam sekali.
“Engkau tidak perlu
menggunakan alasan-alasan apapun juga. Jika memang kau menganjurkan agar kami
menghianati negara kami, dan engkaupun terbukti berkhianat, maka engkau harus
dihukum seberat-beratnya!” teriak beberapa orang pengemis golongan tua dengan
marah.
“Ya, dia telah berkhianat!”
teriak beberapa orang pengemis lainnya.
“Hukum pengkhianat!' teriak
yang lainnya dengan suara yang ramai dan berisik.
“Ya, hukum! Hukum!” teriak
yang lainnya.
Dalam waktu sekejap mata saja,
telah timbul keributan di tempat tersebut, karena memang waktu itu terlihat
betapapun juga para pengemis itu menaruh kecurigaan kepada pengemis tua
berjenggot putih itu telah berkhianat.
Didengar dari perkataannya
jelas pengemis tua berjenggot putih tersebut seperti juga memihak, kepada
pemerintahan penjajah.
Walaupun menghadapi situasi
seperti itu, tampaknya pengemis tua berjenggot putih itu tetap tenang. Dia
menoleh kepada Yeh-lu Chi, dengan sorot mata yang tajam sekali dia bertanya:
“Bagaimana Pangcu, apakah tecu boleh meneruskan saran tecu ini?!”
Yeh-lu Chi yang melihat
keadaan telah berobah menjadi ribut seperti itu, segera mengangkat tangannya.
Seketika keadaan jadi sirap dan tenang kembali.
“Baik! Kau katakanlah apa
saranmu itu!” kata Yeh-lu Chi. “Akan tetapi, seperti saudara-saudara kita telah
kemukakan, jika saja memang saran yang kau berikan itu sengaja membujuk kami
agar berkhianat kepada tanah air sendiri dan juga memihak kepada pihak penjajah
orang-orang Boan itu, hemmmm, tentu saja Kay-pang harus memutuskan menghukum
seberat-beratnya anggota yang memiliki hati bercabang seperti itu.....!”
Setelah berkata seperti itu,
Yeh-lu Chi mengangkat tangannya, katanya lagi: “Dengarlah wahai seluruh anggota
Kay-pang! Berikanlah kesempatan orang ini bicara! Mungkin juga sarannya merupakan
saran yang baik, kita harus mendengarkannya dulu, baru nanti
mempertimbangkannya sebaik mungkin!”
Karena pangcu mereka telah
meminta agar mereka tenang dan tidak menimbulkan keributan, membiarkan dan
memberikan kesempatan kepada pengemis tua tersebut bicara guna mengemukakan
sarannya, maka para pengemis itupun berdiam diri.
Di saat itu pengemis tua
tersebut telah mendehem beberapa kali, barulah kemudian dia berkata dengan
suara yang nyaring, sama sekali dia tidak memperlihatkan perasaan jeri.
“Sesungguhnya apa yang
diinginkan oleh kita dari Kay-pang, tentunya kesejahteraan rakyat di seluruh
negeri! Dan tentunya tujuan dan cita-cita seperti itu milik dari semua orang
gagah!
“Jika kita menyaksikan dapat
melihat bukti, bahwa rakyat berangsur-angsur dapat hidup lebih baik dan makmur,
walaupun negeri berada di tangan bangsa asing. Mengapa pula kita harus terlalu
meributkan? Bukankah hal itu hanya akan memancing keributan-keributan belaka
dan bentrokan dengan pihak kerajaan, sehingga jika terjadi bentrokan yang lebih
keras lagi, rakyat juga yang akan bersengsara......!”
Yeh-lu Chi mendengus perlahan,
hatinya semakin tidak menyukai pengemis tua tersebut yang tidak diketahuinya
duduk di dalam cabang perkumpulan daerah mana. Dengan demikian Yeh-lu Chi juga
memperhatikan baik-baik pengemis tua tersebut, waktu dia tengah berkata-kata
seperti itu.
Sedangkan pengemis tua
tersebut telah menyapu sekitar tempat itu dengan sorot mata yang sangat tajam,
juga telah memandang kepada semua pengemis dengan sinar mata yang memancar
bengis. Sama sekali tidak terlihat perasaan jeri sama sekali pada dirinya,
walaupun semua pengemis yang berkumpul di tempat itu memandangnya dengan sorot
mata membenci dan juga penuh amarah.
Setelah berdiam diri sejenak,
barulah pengemis tua tersebut berkata lagi dengan suara yang lebih nyaring,
“Dan kalian dengarlah, jika
memang kalian bersikeras dan tidak mau mengambil sikap yang bijaksana, sehingga
pihak kerajaan mengambil tindakan keras terhadap Kay-pang, siapa yang akan
rugi? Memang kita dari sekian banyak tokoh-tokoh Kay-pang dapat menyelamatkan
diri dengan mengandalkan kepandaian yang dimilikinya. Akan tetapi bagaimana
nasib anggota Kay-pang, yang mulai dari tingkatan satu karung, dua karung, tiga
karung dan empat karung, di mana kepandaian mereka tentunya masih lemah dan
rendah, dan tentu mereka yang akan bercelaka!”
Terdengar suara yang riuh
karena para pengemis itu telah meluap kemarahannya waktu orang tua berjenggot
yang merupakan pengemis tua yang tidak diketahui asal usulnya tersebut berkata
sampai di situ.
“Walaupun kami harus membuang
jiwa, kami rela, jika memang orang-orang Boan itu bisa diusir dari daratan
Tiong-goan!” teriak beberapa orang pengemis.
“Ya, kami bersedia buat mati
demi negara dan tanah air!” teriak yang lainnya.
“Kami akan memperjuangkan
kebebasan tanah air kami, agar tidak selamanya dijajah!” teriak
pengemis-pengemis yang lainnya dengan suara yang bareng. “Walaupun kami harus
menebusnya dengan jiwa kami, akan tetapi kami rela!”
Begitulah, masih banyak lagi
pengemis-pengemis lainnya yang berteriak-teriak dengan suara yang berisik
sekali penuh amarah.
Sedangkan Yeh-lu Chi berusaha
menenangkan mereka.
Dari rombongan pengemis
golongan enam karung, rupanya ada yang sudah tidak bisa membendung hawa
amarahnya, karena dari rombongan itu telah melompat ke arah si pengemis tua
tersebut seorang pengemis berusia empatpuluh tahun lebih.
Dengan muka yang merah padam
karena marah yang tidak bisa dibendung lagi, pengemis tersebut telah membentak:
“Siapa kau sebenarnya?! Aku yakin, kau tentunya bukan anggota Kay-pang, di mana
kau hanya menyamar belaka.....!”
Mendengar perkataan pengemis
tersebut, pengemis tua itu telah tertawa tawar, sikapnya tetap tenang dan
sabar, sama sekali dia tidak menjadi marah atau menjadi takut. Malah jawabnya:
“Lho, aku biasa dipanggil dengan sebutan Cing Pang An!”
“Hemmm, kau berasal dari
cabang daerah mana?!” tegur pengemis itu lagi.
Pengemis tua itu, Cing Pang
An, tidak segera menyahuti, bola matanya memain beberapa kali berputar-putar,
tampaknya dia jadi mendongkol sekali.
“Melihat engkau membawa enam
karung tentunya kedudukanmu masih satu tingkat di bawah kedudukanku! Apa yang
termuat di dalam larangan dan pantangan Kay-pang? Salah satu dari larangan itu
adalah bersikap kurang ajar terhadap yang tingkatannya lebih tinggi dan lebih
tua! Pantaskah sikapmu ini terhadapku? Seharusnya, jika memang kita mematuhi
peraturan yang terdapat di dalam Kay-pang, engkau harus dihukum berat sekali!”
Mendengar perkataan Cing Pang
An, pengemis berkarung enam itu telah tertawa dingin.
“Aku tidak percaya bahwa
engkau adalah anggota Kay-pang, tentu engkau orangnya Kaisar Boan itu, yang
tengah menyamar sebagai pengemis!” Setelah berkata begitu. tampak pengemis
berkarung enam itu melangkah mendekati, maksudnya ingin menyerang kepada Cing
Pang An.
Akan tetapi Cing Pang An
membawa sikap yang tenang sekali, katanya: “Sebelum kau memperlihatkan kekurang
ajaranmu lebih jauh, sekarang katakanlah siapa namamu?”
“Hemmmm, aku dipanggil Kay Som
Song!”
Dan setelah menyahuti seperti
itu, Kay Som Song mengeluarkan bentakan, ke dua tangannya juga bergerak dengan
cepat sekali, karena jarak mereka memang terpisah tidak jauh.
Sedangkan Cing Pang An tidak
bergerak dari tempat berdirinya, dia hanya mengawasi saja datangnya serangan dari
Kay Som Song. Tampaknya dia tidak memandang mata terhadap serangan lawannya.
Kay Som Song sendiri
memperoleh kenyataan seperti ini jadi tambah murka, karena dilihatnya pengemis
tua Cing Pang An bagaikan tidak memandang sebelah mata padanya. Dia telah
mengempos semangatnya, tenaga serangannya itu semakin hebat dan kuat. Angin
serangan yang menderu-deru menyambar kepada Cing Pang An, dan di waktu itu
terlihat betapa Kay Som Song mengincar hulu hati sebagai sasarannya.
Dalam keadaan seperti itu,
Cing Pang An menggerakkan tangan kirinya, dia menangkis seenaknya tanpa
menggeser kedudukan ke dua kakinya.
Sepasang tangan itu saling
bentur, bahkan benturan tersebut terjadi sangat kuat sekali. Terlihat tubuh Kay
Som Song telah terhuyung mundur, bagaikan terdorong oleh suatu kekuatan yang
tidak tampak.
Di saat mana Cing Pan An,
tidak tinggal diam, dia telah membarengi menghantam dengan telapak tangannya.
Kay Som Song pun tidak berani
lengah dari berayal, sebab dia menyadarinya, jika saja dia berlaku lambat, niscaya
akan membuat dirinya terluka parah. Karena dari itu, cepat-cepat dia menangkis
dengan ke dua tangannya namun kedudukan ke dua kakinya belum lagi bisa tetap,
karena dari itu walaupun dia menangkis sepenuh tenaga, tokh tenaga tangkisan
itu hanya sebesar enam bagian tenaga lweekangnya belaka.
Kembali terdengar benturan
yang keras di antara tangan Kay Som Song dengan tangan Cing Pang An. Tenaga
bentrokan tersebut telah menyebabkan tubuh Kay Som Song terpental lagi.
Cing Pang An segera menyerang
pula. Akan tetapi baru saja dia menggerakkan tangannya buat menghantam, di
waktu itu Yeh-lu Chi telah membentak: “Tahan......!”
Cing Pang An tidak meneruskan
serangannya, dia telah menahan meluncur tangannya, karena dia tidak berani
melanggar cegahan dari Pangcu Kay-pang tersebut. Alasannya, jika saja dia
membandel, tentu Pangcu Kay-pang itu akan perintahkan tokoh-tokoh Kay-pang buat
menghadapinya guna mencegahnya dengan kekerasan.
“Dia yang telah mencari-cari
urusan denganku, Pangcu!” kata Cing Pang An dengan suara aseran. “Hemmm, di
dalam rapat besar kita ini ternyata masih terdapat anggota Kay-pang yang ingin
main hakim sendiri, padahal yang di sini terdapat Pangcu Kay-pang, dan alangkah
memalukan sekali tindakannya itu.....!”
Mendengar ejekan dari Cing
Pang An, muka Kay Som Song berobah merah padam, dia gusar bukan main dan
sebenarnya dia ingin menerjang lagi. Jika saja tidak dilihatnya Yeh-lu Chi
telah menggerakkan tangan kanannya, mengisyaratkan agar dia tidak menerjang
lebih jauh.
“Dengarlah!” kata Yeh-lu Chi.
“Sebenarnya Kay Som Song tidak bisa dipersalahkan, karena kau sendiri tidak
diketahui dengan jelas berasal dari cabang Kay-pang daerah mana, sehingga Kay
Som Song bermaksud buat membuktikan bahwa engkau memang benar-benar anggota
Kay-pang.....!”
Mendengar perkataan Yeh-lu
Chi, muka Cing Pang An berobah, dia mendengus dua kali, katanya: “Jika memang
keputusan Pangcu seperti itu, tampaknya Pangcu pilih kasih dan berat sebelah!”
“Mengapa kau bisa berkata
begitu?!” tanya Yeh-lu Chi sambil mengerutkan alisnya.
“Karena Pangcu tidak mendengar
sampai habis dulu keterangan dan saranku, malah telah membenarkan orang
menimbulkan keonaran disini, di dalam rapat besar kita yang tengah
diselenggarakan!”