Beruang Salju Bab 30 Pertarungan Ulang Koksu – Swat Tocu

Beruang Salju Bab 30 Pertarungan Ulang Koksu – Swat Tocu

30 Pertarungan Ulang Koksu – Swat Tocu

Luar biasa sekali! Batu itu meluruk menjadi abu tanpa menimbulkan suara. Beberapa kali Swat Tocu melakukan hal seperti itu, yaitu menempelkan telapak tangannya pada batu gunung tersebut, maka batu gunung itu telah hancur sampai cukup besar.

Rupanya Swat Tocu tengah membuat lobang yang cukup besar pada batu gunung itu, yang akan dipergunakan untuk mengintai ke dalam yaitu ruangan rahasia di dalam batu gunung itu. Diapun telah mendekati mukanya ke dekat lobang itu, mengawasi ke dalam.

Lama sekali Swat Tocu dengan sikapnya itu, dia seperti tengah memperhatikan sesuatu yang menarik hatinya. Sampai akhirnya setelah puas mengawasi seperti itu, Swat Tocu berdiri tegak sekali, matanya mengawasi tajam, kemudian tangan kanannya telah digerakan menghantam batu gunung yang telah dilobanginya tadi, dihantamnya dengan kuat, sehingga berbunyi nyaring sekali: “Plakkk!” batu gunung itu telah sempal besar sekali menimbulkan suara yang bergemuruh keras.

“Pendeta gundul Mongolia! Keluar kau, mari kita mengadu kekuatan lagi!” teriak Swat Tocu dengan suara yang perlahan, namun tajam. Dia berkata-kata seperti itu dengan mempergunakan hawa lweekangnya yaitu mempergunakan ilmu mengirim suara.

Terdengar seruan kaget dari beberapa orang di dalam ruangan rahasia di balik batu gunung itu, malah kemudian disusul dengan melompatnya sesosok tubuh tinggi besar, diikuti oleh beberapa sosok tubuh lainnya. Orang yang pertama melompat itu tidak lain dari Tiat To Hoat-ong, yang dengan muka merah padam karena murka telah mengawasi kepada Swat Tocu. Sedangkan di belakangnya tampak beberapa orang pendeta Mongolia lainnya, yang berdiri dalam keadaan siap sedia untuk menyerang.

“Swat Tocu!” kata Tiat To Hoat-ong dengan suara yang dingin. “Kau rupanya masih belum puas dan telah datang kembali ke mari untuk mencari urusan denganku! Baiklah, dengan cara apa kau ingin mengadu kekuatan?”

Swat Tocu tertawa dingin.

“Pendeta gundul, hari itu karena kau ditolong oleh puteri pangeran Ghalik, sehingga aku mengampuni jiwamu dan melepaskan kau dari kematian, karena aku tidak sampai hati untuk membinasakan gadis secantik itu! Namun sekarang, kita bisa mengukur ilmu sepuas hati!”

Ternyata Swat Tocu setelah dipisahkan oleh Sasana dalam pertempurannya dengan Tiat To Hoat-ong beberapa hari yang lalu itu, merasa penasaran sekali. Semakin dipikir, dia jadi semakin penasaran. Karena dia yakin, bahwa dia akan dapat merubuhkan Tiat To Hoat-ong.

Apa lagi setelah dia menyelidiki dan mengetahui bahwa Tiat To Hoat-ong adalah Koksu dari Mongolia, di mana Kaisar mereka kini berkuasa di daratan Tiong-goan. Dengan demikian, penasaran Swat tocu semakin besar juga. Akhirnya dia memutuskan, untuk mengadu ilmu lagi dengan Tiat To Hoat-ong, dan dia telah mendatangi istana pangeran Ghalik.

Karena ginkangnya yang sempurna dan juga kepandaiannya tinggi, dengan mudah Swat Tocu berkeliaran di istana pangeran Ghalik, walaupun waktu itu di istana yang menyerupai perbentengan itu dijaga kuat sekali. Malah Swat Tocu telah mencekuk seorang pengawal istana, memaksanya keterangan dari pengawal itu perihal Tiat To Hoat-ong. Dia pun mengetahui dari pengawal itu di mana pada waktu itu beradanya Koksu negara tersebut. Karena itu dengan mudah Swat Tocu menemukan tempat itu.

Tiat To Hoat-ong mengetahui bahwa Swat Tocu merupakan seorang tokoh persilatan yang luar biasa kepandaiannya. Jika beberapa hari yang lalu dia berhasil menghadapi ilmu dari Swat Tocu, itulah disebabkan Tiat To Hoat-ong memang telah berhasil meyakinkan ilmu Soboc nya. Dan juga waktu itu Swat Tocu memang bukan menyerang, melainkan hanya mempergunakan tenaga Inti Es nya yang hendak menguasai Tiat To Hoat-ong, yang hendak dibekukan dalam lapisan es.

Jika memang Swat Tocu bertempur bersungguh-sungguh, tentu Tiat To Hoat-ong akan dapat dirubuhkannya. Juga waktu Tiat To Hoat-ong akan berhasil dirubuhkannya itu, di saat itulah memang tampak betapa Swat Tocu masih setengah hati, sehingga ketika Sasana “memisah” kan mereka. Swat Tocu tidak meneruskan penyerangannya.

Tetapi sebagai seorang yang memiliki kedudukan sebagai Koksu negara, tentu saja Tiat To Hoat-ong tidak mau memperlihatkan kelemahannya.

“Pendeta gundul, kita pernah main-main beberapa jurus dan kepandaianmu memang lumayan! Sekarang justeru aku ingin melihat, sampai berapa tinggi kepandaian yang engkau miliki..... mari kita mulai!”

Tiat To Hoat-ong tertawa dingin.

“Untuk bertempur mengadu kekuatan memang mudah, tetapi apakah engkau telah memikirkan kemungkinan-kemungkinan bahwa engkau mudah memasuki istana ini namun sulit untuk angkat kaki?”

Swat Tocu tertawa dingin.

“Siapa yang bisa menahanku? Kau?” tanyanya dengan suara yang dingin. “Ayo maju! Jika memang kau tidak memiliki nyali, kau boleh perintahkan seluruh anak buahmu maju mengeroyokku, nanti kubinasakan mereka semua terlebih dulu, baru nanti aku menghantam pecah batok kepalamu yang gundul itu!”

Tiat To Hoat-ong selama itu telah berpikir keras sekali. Dia mengetahui bahwa dirinya tengah menghadapi dua macam persoalan yang sulit. Pertama, dia tengah bersiap-siap untuk menindih pengaruhnya pangeran Ghalik. Sekarang di saat rencananya untuk mencelakai pangeran Ghalik, muncul Swat Tocu ini. Tetapi Swat Tocu demikian mendesak, akhirnya Tiat To Hoat-ong tidak memiliki pilihan lain, dia mengangguk: “Baiklah...! Tetapi sebelumnya kau jelaskan dulu, apakah engkau memang melakukan semua ini untuk membela Pangeran Ghalik?”

“Pangeran Ghalik? Hemm! Aku tidak memiliki hubungan apa-apa dengan dia! Aku tidak bekerja untuk siapapun! Aku tidak dapat diperintah oleh Kaisarmu sekalipun! Aku hanya ingin melihat sampai berapa tinggi kepandaian yang kau miliki!”

Waktu Swat Tocu berkata begitu, dari kejauhan terdengar suara erangan yang panjang sekali, terdengar samar-samar.

Swat Tocu mengetahui bahwa suara erangan itu adalah suara erangan dari biruang salju yang ditinggal di luar istana. Sepasang alis Swat Tocu jadi mengkerut. Dia heran, entah apa yang terjadi pada diri biruang saljunya itu.

Tetapi Tiat To Hoat-ong telah bersiap-siap untuk mulai mengukur kepandaian.

“Mulailah!” kata Swat Tocu kemudian.

Tiat To Hoat-ong tidak membuang waktu lagi, telah menggerakkan tangannya, menyerang dengan hebat, karena begitu menyerang dia telah mempergunakan delapan bagian dari tenaga dalamnya.

Swat Tocu memperdengarkan suara tertawa dingin, tubuh Tocu dari pulau salju tersebut berkelebat gesit sekali, gerakannya begitu ringan.

Beruntun Tiat To Hoat-ong telah menyerang lagi, dan beberapa kali pula Swat Tocu hanya berkelit. Lewat lima jurus, barulah Swat Tocu menggerak-gerakkan sepasang tangannya, maka berkesiuran angin serangannya, menyambar-nyambar dingin melebihi dinginnya es.

Begitulah, ke dua orang itu telah bertempur dengan hebat. Ke duanya memang memiliki kepandaian yang tinggi, maka begitu bertempur mereka telah mengeluarkan kepandaian andalannya masing-masing.

Yo Him dan Sasana yang bersembunyi di balik batu gunung hanya mengawasi saja sampai akhirnya. Dikala ke dua orang itu tengah bertempur dengan seru, Sasana telah menarik Yo Him, bisiknya perlahan: “Inilah kesempatan baik untuk kita menyelidiki keadaan di dalam ruangan rahasia itu......!”

Yo Him mengangguk.

“Ya, orang-orang Tiat To Hoat-ong yang masih berdiam di dalam ruangan rahasia itu tentunya terdiri dari para pahlawan ayahmu. Mereka mendengar ribut-ribut, namun mereka tidak berani memperlihatkan diri dulu, sebab mereka menduga bahwa yang datang adalah orang-orang ayahmu.....!”

Setelah berkata begitu, Yo Him mengeluarkan pedangnya, dia mencekal batu gunung-gunungan itu. Tajam sekali pedang itu, maka dengan mudah dan cepat dia berhasil membuat lobang yang cukup besar pada batu gunung-gunungan tersebut. Setelah selesai melobangi batu gunung-gunungan tersebut, mereka mengintai ke dalam.

Rupanya batu gunung-gunungan tersebut, selain dipergunakan sebagai pintu rahasia, juga merupakan dinding yang berhubungan langsung dengan ruangan rahasia di dalamnya.

Yo Him dan Sasana melihat bahwa di dalam ruangan itu terdapat puluhan orang, semuanya ternyata memang merupakan orang-orang kepercayaan dari ayahnya si gadis. Dan juga Sasana melihat diantara mereka itu terdapat Liong Tie Siang, Lengky Lumi, Gochin Talu dan beberapa pahlawan-pahlawan kepercayaan ayahnya.

“Hmmm,” bisik Sasana lagi di pinggir telinga Yo Him. “Pantas selalu saja apa yang hendak dikerjakan oleh ayah diketahui jelas oleh Tiat To Hoat-ong. Rupanya mereka memang telah bekerja untuk Koksu!”

“Persoalan ini harus segera diberitahukan kepada ayahmu, agar segera diadakan penyergapan pada mereka. Jika ayahmu terlambat mengambil tindakan, memang bisa mencelakai diri ayahmu sendiri! Seperti yang telah mereka rundingkan tadi, walaupun tidak bisa kutangkap keseluruhannya dari percakapan mereka, namun dirangkaikan perkataannya itu, tampaknya memang dalam dua hari ini mereka hendak mencelakai ayahmu dengan menurunkan tangan jahat......!”

Sasana mengangguk.

“Kita tunggu sampai pertempuran antara Swat tocu dan Koksu selesai...... baru nanti kita menghadap pada ayahku!” kata si gadis.

Yo Him hanya menurut saja.

Swat Tocu dan Tiat To Hoat-ong bertempur seru sekali, tetapi lewat beberapa belas jurus lagi, mulai tampak Tiat To Hoat-ong terdesak hebat. Karena setiap kali dia menyerang, selalu pula dia yang berbalik terkena gempuran hawa dinginnya serangan Swat tocu.

Dengan demikian, telah membuat Tiat To Hoat-ong bertempur semakin hati-hati, dan tenaga serangan yang dipergunakannya pun semakin hebat juga, namun selalu dapat diruntuhkan lawannya yang akhirnya membuat Tiat To Hoat-ong seperti kehabisan tenaga sendiri. Sedangkan Swat tocu menyerang semakin lama semakin bersemangat dan gencar, hawa pukulannya pun semakin dingin membekukan, sampai beberapa orang pendeta Mongolia yang keluar bersama Koksu tersebut, telah menggeser kedudukan kaki mereka, berdiri lebih jauh, menghindari hawa dingin yang menusuk tulang itu......

Tiat To Hoat-ong sendiri mengeluh, dia tak menyangka bahwa Swat Tocu demikian hebat, beberapa kali punggungnya hampir membeku dilapisi oleh lapisan es serangannya tocu itu. Jika sampai punggungnya itu dilapisi oleh lapisan es dan membeku, berarti akan membekukan juga peredaran darahnya, yang akan membuat tubuhnya tidak leluasa bergerak dan mengurangi tenaganya.

“Baru beberapa hari berpisah, ternyata kepandaiannya jadi demikian hebat!” diam-diam Tiat To Hoat-ong berpikir dalam hatinya. Karena biarpun dia telah mengeluarkan ilmu Soboc nya tokh tidak urung terdesak hebat sekali.

Sesungguhnya, dalam beberapa hari itu bukan kepandaian Swat Tocu yang semakin hebat atau memang kepandaian dari Tiat To Hoat-ong yang semakin lemah. Kejadian yang sesungguhnya adalah Swat Tocu setelah bertempur dengan Tiat To Hoat-ong beberapa hari yang lalu, telah bisa melihat kelemahan ilmn Tiat To Hoat-ong. Sebagai tokoh sakti yang jarang tandingannya, kepandaian Swat Tocu hebat sekali.

Jika beberapa hari yang lalu tampaknya dia agak sulit untuk dapat merubuhkan Tiat To Hoat-ong, itulah untuk pertama kali dia bertemu menghadapi ilmu seaneh Soboc. Tetapi selama beberapa hari, Swat Tocu memutar otak memikirkan kehebatan Soboc nya Tiat To Hoat-ong, dan mempelajarinya kelemahan dari ilmu lawannya itu dengan mengingat-ingat lagi cara bertempurnya Tiat To Hoat-ong. Karena itu, sekarang dia bisa bertempur dengan menyerang bagian-bagian terlemah dari Tiat To Hoat-ong, membuat Tiat To Hoat-ong terdesak hebat sekali.

Swat Tocu melihat lawannya telah kewalahan seperti itu, dia memperhebat serangannya. Dari sepasang tangannya telah menyambar angin serangan yang dingin luar biasa, menerjang beruntun kepada Tiat To Hoat-ong.

Bahkan Yo Him dan Sasana yang bersembunyi di tempat yang cukup jauh itu, merasakan sambaran-sambaran hawa dingin yang menggigilkan tubuh itu.

“Tidak seberapa ilmu dan kepandaianmu pendeta gundul!” teriak Swat Tocu mengejek. “Hmm sungguh terkebur sekali kau pendeta gundul, dengan memiliki kepandaian sebegini saja engkau berani menjabat kedudukan Koksu!” dan sambil mengejek, Swat Tocu telah memperhebat serangan-serangannya, membuat Tiat To Hoat-ong tadi terdesak mundur berulang kali.

Dan juga tampak Tiat To Hoat-ong telah bermandikan keringat, yang telah membeku oleh hawa dingin serangan Swat Tocu. Butiran keringat yang telah membeku itu jatuh ke tanah menimbulkan suara, “ting, ting, ting...!”

Waktu keadaan Tiat To Hoat-ong terdesak seperti itu, di mana belakangan ini Tiat To Hoat-ong hanya lebih banyak berkelit dan mengelakkan diri belaka. Tampak beberapa orang pendeta lainnya yang sejak tadi hanya menyaksikan saja, telah bersiap-siap hendak menerjang maju guna membantui Koksu tersebut.

Namun waktu mereka ingin melompat, mereka selalu terkena sambaran angin pukulan yang dingin menggigilkan tubuh mereka. Pendeta-pendeta tersebut memiliki lweekang yang jauh di bawahnya Tiat To Hoat-ong dengan sendirinya daya pertahanan mereka pun jauh lebih lemah dari Tiat To Hoat-ong.

Jangankan terkena serangan langsung dari pukulan Swat Tocu, sedangkan terkena desiran angin pukulan itu saja setiap kali ingin menerjang maju, mereka terpaksa selalu harus melompat mundur lagi karena tidak kuat untuk mempertahankan diri dari hawa yang dingin itu. Beberapa kali pendeta-pendeta itu gagal melompat maju untuk membantui Tiat To Hoat-ong.

Sedangkan Swat Tocu semakin lama semakin hebat melancarkan serangannya, angin pukulannya semakin dingin. Berbeda dengan pertempuran beberapa hari yang lalu, di mana Swat Tocu menyerang dari jarak jauh, yang hanya berusaha membekukan Tiat To Hoat-ong dengan ilmu Inti es nya. Sekarang justru setiap kali menyerang dengan hawa mukjijatnya itu, diapun membarengi dengan uluran tangannya itu, untuk menghantam dan mencengkeram, maka Tiat To Hoat-ong terdesak hebat sekali.

Dalam keadaan terdesak hebat seperti itu, Tiat To Hoat-ong hanya bisa mempergunakan ilmu Soboc nya untuk menghalau hawa dingin, dan selalu berkelit ke sana ke mari menghindari diri dari cengkeraman, pukulan dan totokan. Dan setiap gerakan itu hanya merupakan pembelaan diri tanpa bisa melancarkan serangan balasan.

Tapi, dari sebelah selatan istana itu, tiba-tiba sekali tampak cahaya terang, dan berlari-lari cepat puluhan sosok tubuh. Gerakan mereka ringan sekali, dan yang berlari di sebelah depan di tangan kanan masing-masing memegang sebuah tengtoleng, sehingga ketika mereka tiba di tempat pertempuran itu, segera juga di sekitar tempat tersebut jadi terang benderang.

Malah Tiat To Hoat-ong yang tengah bertempur dan terdesak, masih sempat melihat, bahwa salah seorang yang berlari paling depan tidak lain dari pangeran Ghalik!

Namun pangeran Ghalik yang datang bersama belasan orang pahlawannya itu tidak segera turun tangan, hanya berdiri menyaksikan jalannya pertempuran itu.

Tiat To Hoat-ong mendongkol bukan main karena di hatinya dia jadi berpikir: “Hemmm, kau melihat aku dalam keadaan terdesak seperti ini, tapi engkau tidak cepat turun tangan untuk membantuku......” Tetapi Tiat To Hoat-ong tidak bisa berpikir terlalu lama, sebab berulang kali dia harus menghindarkan diri dari serangan-serangan Swat Tocu.

Swat Tocu sendiri pun telah melihat kedatangan pangeran Ghalik bersama para pahlawannya itu. Namun Swat Tocu hanya mendengus memperdengarkan suara tertawa dingin, tapi ke dua tangannya tetap bergerak cepat dan hebat sekali mendesak Tiat To Hoat-ong.

Sasana dari tempat persembunyiannya yang melihat kedatangan ayahnya, jadi girang luar biasa. Karena dalam keadaan seperti ini di waktu Tiat To Hoat-ong dalam keadaan terdesak oleh Swat Tocu, dan semangat maupun tenaganya tentu telah lemah, tentu ayahnya bisa mempergunakan kesempatan ini untuk membongkar penghianatan dari orang-orang kepercayaannya.

Namun waktu Sasana hendak melompat keluar dari tempat persembunyiannya, waktu itulah Yo Him telah mencekal lengannya, bisiknya perlahan: “Tunggu dulu nona, kau lihat itu......!”

Yo Him menunjuk ke arah sebelah timur istana tersebut. Segera tampak beberapa sosok tubuh lain yang berkelebat dengan gesit dan lincah sekali, di mana sosok-sosok tubuh yang kurang lebih berjumlah enam orang itu, telah tiba di tempat terjadinya pertempuran itu dengan cepat sekali. Malah langkah kaki mereka tidak memperdengarkan suara sedikitpun, menunjukan ginkang ke enam orang tersebut tinggi sekali!

Semua orang yang melihat kedatangan ke enam orang tersebut, yang rupanya bukan orang sembarangan, telah mengawasi dengan sorot mata tajam. Terutama sekali pangeran Ghalik yang telah menoleh kepada ke dua orang pahlawannya, yaitu yang seorang bermuka putih bertubuh tinggi jangkung dan yang seorang lagi, yang berdiri di sebelah kanannya bermuka hitam, berbisik: ”Hek Pek Kiesu, kalian berdua harus berwaspada!”

Sepasang orang yang berdiri di dekat pangeran Ghalik, yang mukanya yang seorang putih dan yang seorang hitam itu telah mendengus saja. Mereka telah menoleh ke belakang, bicara beberapa patah perkataan kepada belasan orang lainnya dari pahlawan-pahlawan pangeran Ghalik.

Ke enam orang yang baru datang itupun telah berdiri tegak mengawasi ke sekitar tempat itu. Dan orang yang berada paling depan telah mengerutkan alisnya ketika menyaksikan pertempuran yang tengah terjadi antara Tiat To Hoat-ong dangan Swat Tocu.

Dialah seorang yang berpakaian sebagai pengemis dan usianya cukup lanjut, namun mukanya segar sekali. Pakaiannya itu terbuat dari potongan kain berwarna yang dijahit menjadi satu. Ke lima orang lainnya yang datang bersama juga berpakaian sebagai pengemis.

Melihat orang yang pertama itu, si pengemis tua yang tengah mengerutkan alisnya menyaksikan pertempuran yang tengah berlangsung antara Tiat To Hoat-ong dengan Swat Tocu itu, Yo Him hampir berteriak girang dari tempat persembunyiannya. Karena segera juga Yo Him mengenal, pengemis tua itu tidak lain dari Wie Liang Tocu, Wie Tocu yang telah angkat saudara dengannya, yang menjadi Toakonya. Peristiwa pengangkatan saudara antara Yo Him dengan Wie Tocu bisa diikuti dalam Sin-tiauw-thian-lam.

Yang membuat Yo Him jadi tidak mengerti, apa maksud Wie Tocu, sang Toako itu, datang ke istananya pangeran Ghalik di mana Toako itu telah datang justru bersama ke lima pengemis lainnya itu? Apakah memang kedatangan Wie Liang Tocu memang ingin memusuhi pangeran Ghalik juga? Apakah tokoh pengemis itu memang ingin melakukan sesuatu di istananya pangeran tersebut?

Karena berpikir begitu, Yo Him telah melirik ke arah Sasana yang berada di sampingnya. Jika memang Wie Liang Tocu bersama ke lima pengemis lainnya itu memusuhi pangeran Ghalik, berarti bertambah lagi lawan tangguh buat ayah si gadis.

Sasana sendiri mengerutkan alisnya, dia berbisik heran kepada Yo Him. “Aneh, apa yang diinginkan ke enam pengemis itu? Siapa mereka sebenarnya?”

“Mereka dari Kay-pang!” menjelaskan Yo Him, berbisik juga di pinggir telinga si gadis. “Dan pergemis tua yang berada di depan itu adalah Wie Liang Tocu, dialah toakoku!”

“Apa?” tanya Sasana terkejut, dia juga telah menoleh memandang tajam pada Yo Him, sorot matanya tajam dan bola matanya tampak begitu bening. Waktu dia menoleh juga anak-anak rambutnya telah menyentuh lembut pipi Yo Him, sehingga pemuda inipun mengendus bau harum semerbak.

“Wie Liang Tocu memang kakak angkatku!” kata Yo Him kemudian, menjelaskan, “Entah apa maksud kedatangannya ke mari?”

Waktu itu Wie Liang tocu, pengemis yang tadi memandang pertempuran yang tengah berlangsung antara Tiat To Hoat-ong dengan Swat Tocu, dengan suara yang perlahan: “Sungguh, pertempuran yang menarik! Aku tidak menyangka, bahwa si pengemis miskin seperti kita bisa menyaksikan pertunjukan yang menarik seperti ini!”

Ke lima pengemis itu memperdengarkan suara tertawa mereka. Tampaknya mengambil sikap yang tenang dan memperhatikan keadaan di sekitar tempat itu dengan sikap yang waspada, di mana ke lima penpemis tersebut berdiri dengan mengambil kedudukan di sekitar Wie Tocu tersebut.

Rupanya, memang ke lima pengemis ini berkuatir kalau-kalau mereka mendadak diserang secara membokong oleh orang-orangnya pangeran Ghalik. Tetapi Wie Tocu sendiri cuma memperlihatkan jalannya pertempuran antara Tiat To Hoat-ong dengan Swat Tocu, sama sekali tidak mengacuhkan semua orang yang berada di tempat tersebut.

Waktu itu, Tiat To Hoat-ong yang melihat kedatangan ke enam pengemis tersebut, juga jadi terkejut. Dia telah sering mendengar akan kehebatan Kay-pang, dan dilihat dari cara berpakaian ke enam pengemis itu, yang walaupun merupakan baju tambalan, tokh mereka tampaknya merupakan pengemis yang bersih. Segera ia menyadari ke enam pengemis ini adalah pengemis-pengemis Kay-pang.

Malah tadi Tiat To Hoat-ong telah menyaksikan cara datangnya ke enam pengemis itu yang gerakan tubuhnya begitu ringan menunjukkan ginkang mereka hebat sekali. “Apakah dia orang-orang undangan pangeran?” diam-diam Tiat To Hoat-ong juga jadi berpikir di dalam hatinya.

Koksu ini pun segera berpikir, untuk memanggil keluar orang-orangnya yang masih berada di dalam ruangan rahasia, jika memang terjadi pertempuran, orang-orangnya itu bisa membantuinya. Namun, justru di tempat tersebut juga ada pangeran Ghalik, di mana jika Tiat To Hoat-ong memanggil keluar orang-orangnya yang berada di dalam ruangan rahasia itu, jelas hal itu sama saja dengan membuka kedoknya sendiri, yang telah berkomplot untuk merencanakan sesuatu, karena orang-orang itu adalah pahlawan-pahlawannya pangeran Ghalik juga, yang telah berpaling muka dan berkhianat pada pangeran tersebut.

Tengah Tiat To Hoat-ong bersangsi seperti itu, justru Swat Tocu yang tidak memperhatikan keadaan di sekitar tempat itu, telah melancarkan gempuran yang beruntun kepada Tiat To Hoat-ong. Hawa dingin dari tenaga Inti Es nya semakin hebat, bergulung-gulung hendak membungkus Tiat To Hoat-ong dengan lapisan es.

Bukan main sibuknya Tiat To Hoat-ong harus menghindar ke sana ke mari mengelakkan diri dari setiap serangan yang dilancarkan oleh Swat Tocu. Akhirnya pendeta Mongolia yang menjabat Koksu negara itu menyadari bahwa dalam keadaan demikian tidak dapat dia memecahkan perhatiannya, karena dia tengah menghadapi maut, dan harus memusatkan seluruh perhatiannya.

Maka segera juga Tiat To Hoat-ong mengempos semangatnya, dia berusaha untuk dapat menyanggah semua gempuran hawa dingin itu dengan Soboc nya, sehingga dari tubuh Tiat To Hoat-ong mengepul uap yang panas sekali, tidak urung keringatnya tetap membeku keras karena terlalu dinginnya hawa serangan lawannya. Namun disebabkan Tiat To Hoat-ong mengerahkan seluruh hawa murninya, untuk sementara itu dia masih bisa mempertahankan diri.

Swat Tocu beberapa kali memperdengarkan suara tertawa dingin, dia telah merasa yakin dalam beberapa jurus lagi tentu dapat merubuhkan Tiat To Hoat-ong. Bukan main girang hatinya, semangatnyapun terbangun dan menyerang beruntun beberapa kali lagi.

Yo Him yang menyaksikan jalannya pertempuran telah sampai ke tingkat yang menentukan seperti itu, mengawasi dengan penuh perhatian. Sama sekali tidak disangkanya bahwa kepandaian Swat Toou demikian hebat. Jika memang Yo Him sendiri yang menghadapinya diapun belum begitu pasti apakah akan sanggup menerima hawa tenaga Inti Es nya Swat Tocu tersebut.

Wie Liang Tocu yang melihat jalannya pertempuran itu beberapa saat lamanya, akhirnya menoleh kepada pengemis-pengemis lainnya, katanya: “Apakah kalian telah melihat! Itulah merupakan tenaga Inti Es yang sangat terkenal sekali. Dan yang seorang itu, adalah Koksu negara Mongolia yang ternama dan terkenal akan kegagahannya. Hahaha! Hebat sekali kepandaiannya, lihatlah butir-butir keringatnya pun bisa menjadi butir-butir es!”

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar